petunjuk pelaksanaan anggaran tahun 2016pom.go.id/ppid/2016/juklak_anggaran2016.pdf · dan hibah;...
Post on 04-Feb-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
PETUNJUK PELAKSANAAN
ANGGARAN TAHUN 2016
Daftar Isi BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................................................... 4
C. RUANG LINGKUP ............................................................................................................... 4
BAB II : PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR ............................................................. 8
A. PROGRAM DAN KEGIATAN ................................................................................................ 8
B. TARGET KINERJA .............................................................................................................. 10
BAB III : PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN ............................................................. 12
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN DAERAH .. 13
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) ............................................................................................................ 18
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU ............................................................................................ 19
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA ............................................................................. 20
E. DANA OPERASIONAL MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA ................................................... 28
BAB IV : TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN ........................................ 30
A. PENERIMAAN ANGGARAN .............................................................................................. 30
B. PENGELUARAN ANGGARAN ........................................................................................... 35
BAB V : KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN .............................................. 42
A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU) ...................................... 42
B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN .................................................................... 43
C. REVISI ANGGARAN .......................................................................................................... 43
D. PELAPORAN ..................................................................................................................... 60
BAB VI : KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN ............................................ 79
A. PENGELUARAN ANGGARAN ............................................................................................ 79
B. PERJALANAN DINAS ........................................................................................................ 80
C. HONORARIUM ................................................................................................................. 86
BAB VII : KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA....................................................... 92
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA .................................................................................... 92
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) ................................................................................ 94
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) ...................................................... 97
BAB VIII : PENUTUP .................................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 101
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 i
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) 2015-2019 merupakan
tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019
ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang
berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat
Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah maka
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya
menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan serta program dan kegiatan BPOM untuk periode 2015 – 2019. Renstra
BPOM Tahun 2015 – 2019 disusun mengacu pada Nawacita, arah kebijakan dan
strategi pembangunan nasional yang tertuang dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015
tentang RPJMN. BPOM sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai lembaga
pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu,
manfaat/khasiat Obat dan Makanan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu
sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan, maka
sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka BPOM
menetapkan visinya yaitu ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan
penguatan peran BPOM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-
peran BPOM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat;
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan;
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 1
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat,
dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi.
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas adalah:
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi, denganindikator:
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan;
b. Tingkat kepuasan pelaku usahaterhadap pemberian bimbingan danpembinaan
pengawasan Obat dan Makanan.
Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM, dengan
mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang
dimiliki BPOM.Secara ringkas, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja BPOM periode 2015 – 2019 dijabarkan dalam Lampiran I.
Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala
BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BPOM sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. BPOM mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan fungsi: 1) pengkajian
dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 2)
pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 3) koordinasi
kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM; 4) pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
pengawasan Obat dan Makanan; 5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan
Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata Kerja
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 2
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan BPOM dan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,
keamanan pangan dan bahan berbahaya dan menjalankan fungsi: 1) penyusunan
rencana dan program pengawasan obat dan makanan; 2) pelaksanaan pemeriksaan
secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,
psikotropika zat adiktif, obat tradisional,kosmetik, produk komplemen, pangan dan
bahan berbahaya; 3) pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk secara mikrobiologi; 4) pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan
contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; 5) investigasi dan penyidikan
pada kasus pelanggaran hukum; 6) pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan
distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 7) pelaksanaan kegiatan layanan
informasi konsumen; 8) evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;
9) pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; 10) pelaksanaan tugas lain yang
ditetapkan oleh Kepala BPOM, sesuai dengan bidang tugasnya.
Untukmelaksanakan tugasdanfungsitersebut, BPOMdi Pusatmempunyai4 (empat) unit
kerja Eselon I dan 23 (dua puluh tiga) unitkerjaEselonII serta unit kerja Eselon II dan
III untuk 33 unit kerja Balai Besar/Balai POM di daerah.
Operasionalisasi kegiatanpengawasan obat dan makanan di daerah dilaksanakan oleh33
Balai Besar/Balai POM di33 provinsi seluruh Indonesia.
Dalamupayamenyelaraskan pelaksanaanprogramdankegiatanmaka
ditetapkanmPetunjuk Pelaksanaan Kegiatandan Anggaran BPOMTA 2016.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 3
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1 Maksud Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Anggaran Tahun 2016 di lingkungan BPOM ini
dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran untuk membantu para
pengelola anggaran dalam melaksanakan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Tahun 2016.
2 Tujuan Juklak ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam pengelolaan
anggaran yang benar agar pengelolaan anggaran dilakukan secara transparan,
akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif sehingga dapat mencegah terjadinya
kesalahan dan atau penyimpangan serta sebagai dasar pelaksanaan pengawasan
melekat yang dilakukan secara terus menerus.
C. RUANG LINGKUP
Petunjuk PelaksanaanKegiatandanAnggaranBPOMinimengaturtentang Pelaksanaan
Kegiatan dan Anggaran Tahun 2016dilengkapi dengan aturan dan ketentuan tentang:
I. Program, Kegiatan, Target dan Indikator
II. Pengorganisasian Pengelola Anggaran
III. Tata Cara Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran, termasuk Pengelolaan PNBP
dan Hibah;
IV. Ketentuan Umum dalam Pengelolaan Anggaran
V. Ketentuan Khusus dalam Pelaksanaan Anggaran
VI. Ketentuan Khusus Pengadaan Barang dan Jasa
Juklak ini jugamengatur pelaksanaan anggaran dalam DIPA dan POKseluruh Satuan
Kerja (Satker) di lingkungan BPOM.
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran dan
memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan bagi satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum
Negara (BUN)/Kuasa BUN. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 4
DIPA yang disusun oleh PA terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA menurut
unit Eselon I dalam hal ini Kepala BPOM;
b. DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem,
yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana
dan perkiraan penerimaan, dan catatan yang berfungsi sebagai dasar dalam
pelaksanaan kegiatan satker. DIPA Petikan terdiri atas DIPA satker-satker yang
berada dibawah unit Eselon I BPOM.
Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA atau KPA yang berisi petunjuk
teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali operasional kegiatan. POK
dipergunakan sebagai pengendali operasional kegiatan untuk memperlancar pelaksanaan
kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA Tahun 2016. POK 2016 sudah
mengakomodir restrukturisasi program dan anggaran, dimana Program melekat pada
satu unit eselon I, sedangkan Kegiatan dilaksanakan oleh unit eselon II, masing-masing
Kegiatan mempunyai output, setiap output dicapai melalui beberapa tahapan yang disebut
komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa akun yang di dalamnya terdapat
beberapa detil. Untuk tahun anggaran 2016 Balai Pengawas Obat dan Makanan Mamuju
masih menggunakan POK Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Makassar
sedangkan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Sofifi telah menjadi satker tersendiri
terpisah dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Manado.
Dokumen DIPA dan POK tersebut sebelumnya telah direview oleh Aparatur
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) BPOM sesuai PMKNomor196/PMK.02/2015
tentangPetunjukPenyusunandanPenelahaanRencana Kerjadan AnggaranKementerian
Negara/Lembaga dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
DIPA Petikan/POK untuk 9 (sembilan) Satker di BPOM Pusat dan 32 (tiga puluh dua)
Satker di Balai Besar/Balai POM Daerah pada TA 2016 yaitu :
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
1 Sekretariat Utama Sekretaris Utama
2 Kedeputian I Bidang Pengawasan
Produk Terapetik dan NAPZA
Deputi I
3 Kedeputian II Bidang
PengawasanObat
Deputi II
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 5
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
Tradisional,Kosmetik dan Produk
Komplemen
4 Kedeputian III Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya
Deputi III
5 Inspektorat BPOM Inspektur BPOM
6 Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional
Kepala Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional
7 Pusat Informasi Obat dan Makanan Kepala Pusat Informasi Obat dan
Makanan
8 Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
Kepala Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
9 Pusat Riset Obat dan Makanan Kepala Pusat Riset Obat dan
Makanan
10 Balai Besar POM di Jakarta Kepala Balai Besar POM Jakarta
11 Balai Besar POM di Bandung Kepala Balai Besar POM Bandung
12 Balai Besar POM di Semarang Kepala Balai Besar POM Semarang
13 Balai Besar POM di Yogyakarta Kepala Balai Besar POM Yogyakarta
14 Balai Besar POMdi Surabaya Kepala Balai Besar POM Surabaya
15 Balai Besar POMdi Banda Aceh Kepala Balai Besar POM Banda Aceh
16 Balai Besar POM di Medan Kepala Balai Besar POM Medan
17 Balai Besar POM di Padang Kepala Balai Besar POM Padang
18 Balai Besar POMdi Pekanbaru Kepala Balai Besar POM Pekanbaru
19 Balai POMdi Jambi Kepala Balai POM Jambi
20 Balai Besar POMdi Palembang Kepala Balai Besar POM Palembang
21 Balai Besar POMdi Bandar
Lampung
Kepala Balai Besar POM Bandar
Lampung
22 Balai Besar POMdi Pontianak Kepala Balai Besar POM Pontianak
23 Balai POMdi Palangkaraya Kepala Balai POM Palangkaraya
24 Balai Besar POM di Banjarmasin Kepala Balai Besar POM Banjarmasin
25 Balai Besar POM di Samarinda Kepala Balai Besar POM Samarinda
26 Balai Besar POM di Manado Kepala Balai Besar POMManado
27 Balai POMdi Palu Kepala Balai POM Palu
28 Balai Besar POM di Makassar Kepala Balai Besar Makassar
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 6
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
29 Balai POMdi Kendari Kepala Balai POM Kendari
30 Balai POMdi Ambon Kepala Balai POM Ambon
31 Balai Besar POM di Denpasar Kepala Balai Besar POMDenpasar
32 Balai Besar POM di Mataram Kepala Balai Besar POM Mataram
33 Balai POMdi Kupang Kepala Balai POM Kupang
34 Balai Besar POM di Jayapura Kepala Balai Besar POM Jayapura
35 Balai POMdi Bengkulu Kepala Balai POM Bengkulu
36 Balai POMdi Serang Kepala Balai POM Serang
37 Balai POMdi Batam Kepala Balai POM Batam
38 Balai POMdi Pangkalpinang Kepala Balai POM di Pangkalpinang
39 Balai POMdi Gorontalo Kepala Balai POM Gorontalo
40 Balai POMdi Manokwari Kepala Balai POM Manokwari
41 Balai POM di Sofifi Kepala Balai POMSofifi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 7
BAB II PROGRAM,KEGIATAN,TARGETDAN INDIKATOR
A. PROGRAM DAN KEGIATAN
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2015-
2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai
berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM dalam
menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat
dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian
Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi,
pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan
beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku
kepentingan.
b. Program Generik
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya BPOM.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Sehingga untuk pelaksanaan Anggaran Tahun 2016, BPOM mempunyaitiga
programyaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan, ProgramDukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dan Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas
BPOM, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur, dan
Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);
2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat dan Makanan;
3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui
penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 8
4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan
dan Bahan Berbahaya;
5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium
Obat dan Makanan;
7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain
regulatory science, life science;
9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan kedua program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana
dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan
Hubungan Masyarakat.
Penjabaran ketiga program tersebut kedalam beberapa kegiatan yang tersebar dalam
beberapa unit Eselon II/Unit Mandiri, yaitu :
1. ProgramDukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dengan
kegiatan : Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-
undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan
Masyarakat; Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan;
Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara; Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM; Pelayanan Informasi Obat dan
Makanan, Informasi Keracunan dan Teknologi Informasi; Peningkatan
Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM dengan kegiatan :
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM; Pengadaan, Pemeliharaan dan
Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM.
3. Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui kegiatan Pengawasan Obat dan
Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM; Pengawasan Sarana Produksi Obat;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 9
Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan;
Inspeksi dan Sertifikasi Pangan; Pengembangan Obat Asli Indonesia; Pengawasan
Distribusi Produk Terapetik dan PKRT; Pengawasan Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Zat Adiktif; Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya; Pengawasan
Produksi Produk Terapetik dan PKRT; Penilaian Makanan; Penilaian Obat dan
Produk Biologi; Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen;
Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen; Standardisasi
Makanan; Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT; Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Makanan; Pemeriksaan Secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian
Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium
POM; Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan
Makanan; Riset Keamanan, Khasiat dan Mutu Obat dan Makanan.
Untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut dalam TA 2016 BPOMmendapat
alokasi danasejumlahRp. 1.617.444.585.000,- (satu trilyun enam ratus tujuh belas milyar
empat ratus empat puluh empat juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah), yang
tersebar di 3 (tiga) program.
B. TARGETKINERJA
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
maka target sesui dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai
berikut :
Sasaran Strategis Indikator
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat
Persentase Obat Tradisional yang
memenuhi syarat
Persentase kosmetik yang memenuhi
syarat
Persentase suplemen makanan yang
memenuhi syarat
Persentase makanan yang memenuhi
syarat
Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan dengan pemangku
kepentingan dan partisipasi masyarakat
Jumlah industri farmasi yang meningkat
tingkat kemandiriannya
Jumlah pelaku usaha Industri Obat
Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 10
CPOTB
Jumlah industri kosmetika yang mandiri
dalam pemenuhan ketentuan
Sasaran Strategis Indikator
Persentase industri pangan olahan yang
mandiri dalam rangka menjamin
keamanan pangan
Peningkatan indeks kesadaran masyarakat
Jumlah kerjasama yang diimplementasikan
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Capaian pelaksanaan RB di BPOM
Opini Laporan Keuangan BPOM dari
BPK
Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 11
BAB III PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN
Secara umumpenerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia didasarkan atas
ketentuan perundang-undangan yang berlaku,yaitu Peraturan Pemerintah (PP)Nomor
20 Tahun 2004 tentang Rencana KerjaPemerintahdan PPNomor90 Tahun2010tentang
Penyusunan Rencana Kerjadan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga,PMKNomor196/PMK.02/2015tentangPetunjukPenyusunandanPene
lahaanRencana Kerjadan AnggaranKementerian Negara/Lembaga dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran serta PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pimpinan Lembaga selaku PA menguasai bagian anggaran dan mempunyai kewenangan
atas penggunaan anggaran di lingkungan Lembaga yang dipimpinnya.
Pimpinan Lembaga yaitu Kepala BPOM sebagai PA bertanggung jawab atas
pengelolaan anggaran pada BPOM.
Pada awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan anggaran,
Kepala BPOM sebagai PA menetapkan Kepala Satker sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang (KPA/KPB). Untuk satker yang dipimpin oleh eselon
I/setingkat eselon I, PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker untuk
menjadi KPA. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk sebagai KPA
pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA tahun anggaran yang
lalu masih tetap berlaku.
Penetapan Pejabat Perbendaharaan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat
Penguji dan Penandatanganan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada
KPA pada satker masing-masing. KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM dengan
Surat Keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan
pejabat yang ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode
tahun anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih
tetap berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal PPK dan/atau PPSPM
dipindah tugaskan/pensiun/ diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,
KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM pengganti dengan Surat Keputusan dan
berlaku sejak serah terima jabatan. Setiap awal tahun anggaran, KPA menyampaikan
pemberitahuan kepada pejabat yang bersangkutan dan Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa BUN dengan melampirkan spesimen
tanda tangan dan cap/stempel Satker.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 12
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN DAERAH
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
KPA adalah Kepala Satker. PA dapat menunjuk Pejabat lain satu tingkat dibawah
Kepala Satker sebagai KPA dalam hal Satker dipimpin pejabat Eselon I atau
setingkat Eselon I.
Tugas dan tanggung jawab KPA adalah sebagai berikut :
a. menyusun DIPA;
b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja Negara;
c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM
atas beban anggaran belanja Negara;
d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengelola anggaran/keuangan;
e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, serta
menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun anggaran;
f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan
dana;
g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Berdasarkan pertimbangan beban kerja Satker, PPKdapat ditunjuk lebih dari satu
orang. PPK diwajibkan mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.
PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM, Kelompok Kerja Unit Layanan
Pengadaan (Pokja ULP), Bendahara Pengeluaran.
PPK memiliki tugas dan wewenang:
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan
DIPA;
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa;
d. melaksanakan kegiatan swakelola;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 13
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang dilakukannya;
f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
h. membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM
PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas tagihan
dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM), dengan memiliki tugas dan
wewenang sebagai berikut:
a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung :
• kelengkapan dokumen pendukung SPP;
• kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
• kebenaran pengisian format SPP;
• kesesuaian kode Bagan Akun Standar (BAS) pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
• ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
• kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
• kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
• kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan
dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
• kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari
pihak yang mempunyai hak tagih;
• kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak
yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 14
• kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. menerbitkan SPM;
e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran
4. Bendahara
Perbendaharaan dikelola berdasarkan PMK Nomor 162 /PMK.05/2013 Tentang
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara pada satker pengelola anggaran
pendapatan dan belanja negara
1) Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.
Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh
penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja satker yang berada dibawah pengelolaannya;
Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran wajib
menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum (BKU), buku-buku
pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
Pembukuan bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh
Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Jika bendahara
tidak dapat melakukan pembukuan menggunakan aplikasi tersebut maka
bendahara dapat melakukan pembukuan secara manual baik dengan tulis tangan
atau dengan komputer. Bendahara Pengeluaran dalam pengelolaan Uang
Persediaandapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP) yang ditunjuk oleh Kepala Satker. Bendahara
pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM dan Pokja ULP.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 15
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPKyang
tertuang dalam Surat Perintah Bayar (SPBy);
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran
yang dilakukannya (pajak);
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara (pajak);
f. mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN.
2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
BPP pada masing-masing unit kerja bertugas membantu Bendahara Pengeluaran
dan bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran tersebut. BPP
bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang di atas pembayaran yang
dilaksanakan.BPP dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu) orang sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan tugas kebendaharaan BPP meliputi:
a. menerima dan menyimpan UP;
b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber
dari UP;
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan
perintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya
atas kewajiban kepada negara(pajak);
f. menyetorkan pengembalian belanja ke kas negara dengan menggunakan
aplikasi SIMPONI;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 16
3) Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakandan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian
Negara/Lembaga. Sesuai Surat Edaran Kepala BPOM Nomor
KU.06.02.213.00224 tanggal 15 Januari 2002, BPOM memiliki kewajiban
menyetor PNBP, untuk penerimaan PNBP yang sudah diatur dalam PP Nomor
48 Tahun 2010 disetor melalui rekening BPOM dan penerimaan PNBP yang
berlaku umum wajib menyetorkannya langsung ke Kas Negara, penyetoran
PNBP ke Kas Negara harus menggunakan formulir SSBP.
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)/Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB)/Surat Setoran Pajak (SSP) yang dinyatakan sah adalah SSBP/SSPB/SSP
yang telah mendapat Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor
Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP)/Nomor Penerimaan
Potongan (NPP).
Bendahara Penerimaan Satker yang mempunyai PNBP baik pusat dan daerah
berkewajiban menyampaikan laporan realisasi penerimaan PNBP kepada Bagian
Keuangan.
Tugas Bendahara Penerimaan meliputi antara lain :
a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara
periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan
menggunakan aplikasi SIMPONI;
c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Satker;
d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara; dan
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan
Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.
Struktur Pengelolaan Anggaran BPOM T.A. 2016sebagaimana terdapat dalam
Lampiran 2.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 17
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada Kas
Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) jika lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) harus dibuat Berita
Acara Keadaan Kas yang ditandatangani KPA/PPK atas nama KPA dan Bendahara
Pengeluaran/BPP sesuai PMK Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan Dan
Tanggung Jawab Bendahara Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada
Pengelola.
Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara
Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP maupun
SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan belanja/pengeluaran kas bagi
Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas pada BPP masih merupakan uang yang
harus dipertanggung jawabkan oleh Bendahara Pengeluaran.
Berikut tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu :
1. Pembukuan Bendahara Pengeluaran a. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam Buku
Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu/register-register
dan buku pengawasan anggaran. Buku Pembantu terdiri dari Buku Pembantu
Kas Tunai, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Bank, Buku Pembantu
BPP, Buku Pembantu UP, Buku Pembantu Uang Muka, Buku Pembantu Pajak,
Buku Pembantu LS-Bendahara, Buku Pembantu Lain-lain. Pembukuan
Bendahara dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh
Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
b. Dokumen sumber pembukuan bendahara yang harus dicatat dalam Buku Kas
Umum, antara lain:
1. yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan penerimaan
bendahara);Kuitansi/dokumen pembayaran terkait tagihan (sebagai bukti
pembukuan pengeluaran bendahara);
2. Faktur pajak, bukti potongan atas pembayaran yang dilakukan oleh bendahara
(sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);
3. SSP/SSBP/SSPB yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan pengeluaran
bendahara);
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 18
c. Dokumen sumber pembukuan bendahara dalam BKU dibukukan sebesar nilai
bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi sebagai pengurang kredit anggaran untuk
mata anggaran berkenaan dalam Buku Pengawasan Anggaran.
d. Dokumen sumber pembukuan bendahara pada BKU, berfungsi sebagai
pengesahan atas kuitansi/dokumen pembayaran sebagaimana dimaksud pada
poin (2) huruf b. dibukukan sebesar nilai bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi
sebagai pengurang kredit anggaran untuk mata anggaran berkenaan dan sekaligus
sebagai pengesahan atas belanja.
2. Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam bentuk LPJ-
BPP. Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana kepada BPP, LPJ-BPP
menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran.
Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,
Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank (jika BPP
mempunyai rekening bank), Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak.
Pembukuan Bendahara Pembantu dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan
dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan dan BPP
dilakukan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014
tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban
Bendahara pada Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
Laporan pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disingkat LPJ, adalah
laporan yang dibuat oleh bendahara Penerimaan/Pengeluaran atas uang/surat berharga
yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang. LPJ Bendahara
tersebut disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya dengan melampirkan :
1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
2. Salinan Rekening Koran
3. Daftar Saldo Rekening
4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 19
5. Neraca Tingkat Satker
Laporan Pertanggungjawaban BPP yang selanjutnya disingkat LPJ-BPP, adalah laporan
yang dibuat oleh BPP atas uang yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban
pengelolaan uang.LPJ-BPP disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran setiap
melakukan revolving GUP.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara
bulanan atas uang yang dikelolanya yang menyajikan informasi sebagai berikut:
a) keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal, penambahan,
penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantudari BKU, buku-buku
pembantudan Buku Pengawasan Anggaran;
b) keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai dibrankas dan saldo di
rekening bank/pos;
c) hasil rekonsilisasi internal (antara pembukuan bendahara dengan UAKPA);
d) penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA
Pencairan Dana DIPA pada awal tahun anggaran dapat dilakukan jika telah melakukan
hal – hal sebagai berikut :
1. Menyelesaikan pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan (GUP)/TUP NIHIL
tahun anggaran sebelumnya.
2. Menyerahkan dan melakukan rekonsiliasi LPJ Bendahara Pengeluaran Kepada
KPPN.
3. Melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dengan KPPN.
4. Mengajukan spesimen tanda tangan KPA, PPK, PPSPM, Bendahara Pengeluaran
dan pengantar SPM/pengambil SP2D
Apabila tahapan-tahapan diatas belum diselesaikan maka pencairan dana DIPA belum
dapat dilakukan kecuali untuk pembayaran belanja pegawai (gaji bulan Januari).
Sedangkan mekanisme pencairan dana dalam DIPA dapat dilakukan melalui :
pembayaran langsung (LS) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya¸ untuk keperluan
belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium dan perjalanan dinas;
Pembayaran Langsung ( LS ) pihak ketiga, untuk pembayaran kepada penyedia
barang/jasa;
Pembayaran melalui UP/TUP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 20
1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran ( SPP )
PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP atas dasar tagihan yang
diajukan dari penerima hak berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh
pembayaran terhadap pelaksanaan kegiatan dengan kelengkapan sebagaimana
ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
Penerbitan SPP didasarkan atas bukti-bukti yang sah, sebagai berikut :
1) SPP LS kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang
sah, meliputi :
a. Bukti Perjanjian/kontrak;
b. Referensi bank yang menunjukan nama dan nomor rekening penyedia
barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia dan PPK, yang dibuat sesuai
format sebagaimana tercantum pada lampiran III PMK Nomor
190/PMK.05/2012;
h. Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangan wajib pajak/ bendahara
pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan lainnya, yang
dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan pengadaan barang/jasa;
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang
dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri bersangkutan.
2) SPP LS untuk pembayaran gaji dilengkapi dengan :
a. Daftar gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji, berikut ADK-
nya yang ditandatangani oleh Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja
Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK nya yang ditandatangani
PPABP;
c. Daftar penerimaan gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang
dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;
d. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang;
e. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) pasal 21.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 21
3) SPP LS untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas dilengkapi dengan:
a. Daftar perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, rekapitulasi, dan halaman luar
daftar uang, berikut ADK-nya yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK yang ditandatangani oleh
PPABP;
c. SK pemberian uang duka wafat/tewas dari pejabat yang berwenang;
d. Surat keterangan dan permintaan tunjangan uang duka wafat/tewas;
e. Surat keterangan kematian/visum dari camat atau rumah sakit.
4) SPP LS untuk pembayaran Uang Lembur, dilengkapi dengan :
a. Daftar pembayaran perhitungan lembur dan rekapitulasi daftar perhitungan
lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
b. Surat perintah kerja lembur;
c. Daftar hadir kerja selama 1 (satu) bulan;
d. Daftar hadir lembur; dan
e. SSP PPh pasal 21.
5) SPP LS untuk pembayaran uang makan dilengkapi dengan :
a. Daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
b. SSP PPh pasal 21.
6) SPP LS untuk pembayaran honorarium tetap / vakasi dilengkapi dengan :
a. Daftar perhitungan honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. SK dari KPA, dan didalam SK tersebut sudah memuat pernyataan besaran
honorarium dan bahwa biaya yang timbul akibat penerbitan SK dimaksud
dibebankan pada DIPA;
c. Daftar penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang, besaran
honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
d. SSP PPh pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.
7) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri dengan:
1. Daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK, memuat
paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal keberangkatan,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 22
lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing
pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;
2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan (seperti :
tiket, Boarding pass, airport tax, bill hotel, SPD, Surat Tugas, Surat persetujuan
pemerintah, fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda
keberangkatan/kedatangan)sebagaimana diatur dalam PMK No.
113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri dan
PMK No. 164/PMK.05/2015 tentangTata Cara Pelaksanaan Perjalanan
Dinas Luar Negeri.
b. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri dengan surat
tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK, memuat
paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal keberangkatan, lama
perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat yang
melaksanakan perjalanan dinas;
8) SPP LS untuk pembayaran pengadaan tanah dilampiri dengan :
a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat
paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor
rekening masing-masing penerima.
b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;
c. Bukti pembayaran/kuitansi yang sudah ditandatangan oleh pihak penjual dan
PPK;
d. Surat PemberitahuanPajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
tahun transaksi;
e. Surat Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan
tidak sedang dalam agunan;
f. Surat pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi
lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan negeri tersebut dapat
menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa;
g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang
menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan
tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
h. Berita Acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
i. SSP PPh final atas pelepasan hak;
j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
k. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.
9) SPP- UP/GUP/GUP Nihil
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 23
a. Kebutuhan UP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP yang sudah
disusun Bendahara Pengeluaran di sampaikan kepada PPK untuk diterbitkan
SPP-UP dan selanjutnya paling lambat 2 (dua) hari kerja disampaikan kepada
PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP;
b. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan
Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas
nama KPA, dengan dilampiri bukti pengeluaran berupa : kuitansi/bukti
pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta
faktur pajak dan SSP;
c. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan
uang muka kerja, SPBy harus dilampiri : rencana pelaksanaan
kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan batas waktu
pertanggungjawaban uang muka kerja (contoh SPBy tercantum dalam
lampiran XII, PMK No. 190/PMK.05/2012);
d. Untuk pengisian kembali UP (revolving), PPK menerbitkan SPP-GUP yang
dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut :
• Daftar rincian permintaan pembayaran;
• kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa yang
disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah dikonfirmasi KPPN;
e. SPP-GUP yang sudah lengkap dengan bukti-bukti pendukung harus
disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada PPSPM;
f. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :
• Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama
dengan besaran UP yang diberikan;
• Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun
anggaran;
• UP tidak diperlukan lagi.
g. Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud huruf “f” merupakan
pengesahan /pertanggungjawaban UP;
10) SPP-TUP/PTUP
a. Masing-masing PPK membuat rincian kebutuhan penggunaan dana sesuai
dengan format yang telah ditentukan yang selanjutnya dikompilasi oleh
Bendahara Pengeluaran untuk disampaikan kepada KPA dan dibuatkan surat
permohonan permintaan TUP kepada Kepala KPPN;
b. Salah satu PPK dalam Satker menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dokumen
pendukung yang meliputi :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 24
• Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
• Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan bahwa sisa UP tidak
mencukupi untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat
ditunda;
• Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari
KPPN.
c. SPP-TUP yang sudah diterbitkan oleh salah satu PPK, paling lambat 2(dua)
hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari KPPN disampaikan
kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM dan disampaikan ke KPPN untuk
diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
d. TUP wajib dipertanggungjawabkan paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan
dan dapat dilakukan secara bertahap;
e. Untuk mempertanggungjawabkan TUP, salah satu PPK harus menerbitkan
Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan Uang
Persediaan (SPP-PTUP) yang dilengkapi data dukung, berupa kuitansi/bukti
pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta
faktur pajak dan SSP yang telah dikonfirmasi KPPN;
f. SPP-PTUP sebagaimana tersebut pada huruf “e” disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban
TUP.
2. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM
1. PPSPM sebelum menerbitkan SPM, terlebih dahulu harus melakukan
pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya yang
disampaikan oleh PPK.
2. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya
tidak lengkap dan tidak benar, maka PPSPM harus menolak dan mengembalikan
dokumen tersebut paling lambat 2 (dua) kerja setelah diterimanya SPP dan
PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian
tersebut.
3. Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-
UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:
a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 25
4. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi, memuat Personal
Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK
SPM dari penerbit SPM yang sah;
5. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas:
keamanan data pada aplikasi, kebenaran dan kesesuaian antara data pada SPM
dengan data pada ADK SPM dan penggunaan PIN pada ADK SPM;
6. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM harus
disimpan dengan baik oleh PPSPM (minimal 10 tahun)untuk bahan pemeriksaan
bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
7. Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan, SPM beserta ADK SPM
disampaikan kepada KPPN, diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA (format :
lampiran XIV PMK Nomor 190/PMK.05/2012);
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian TUP
dari KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan SSP dan/atau bukti setor lainnya,
dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
8. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang muka atas
perjanjian /kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan uang muka;
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai
Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
9. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling lambat
tanggal 15 sebelum bulan pembayaran, dan apabila tanggal 15 merupakan hari
libur, penyampaian SPM dapat disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal 15.
10. Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari penggunaan
PNBP, dilakukan sebagai berikut:
a) Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan
batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
b) Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksud pada
huruf a merupakan maksimum pencairan dan yang dapat dilakukan oleh
satker berkenaan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 26
c) Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada huruf a setelah
PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasi dari KPPN
d) Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan pagu pencairan sesuai Surat Edaran/
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e) Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui
pagu PNBP satker bersangkutan dalam DIPA.
f) Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan pagu
dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan
c.q Direktur Jenderal Anggaran.
11. Khusus SPP untuk PNBP agar diperhatikan hal-hal berikut :
a) Pembayaran UP/TUP/LS untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP/LS
yang berasal dari Rupiah Murni.
b) Pencairan dana PNBP diatur secara khusus dengan menunggu SE Menteri
Keuangan tentang batas maksimal pencairan dana yang berasal dari pungutan
PNBP lingkup BPOM TA 2016.
c) Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui
pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
d) Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP oleh KPA.
12. Dalam penerbitan SPM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Untuk SPP-LS KONTRAKTUAL/PIHAK KE-3 dengan nilai diatas 50 juta,
operator Sistem Aplikasi Satker (SAS) harus membuat data kontrak (Karwas
Kontrak) yang cara pengisiannya ada didalam menggunakan aplikasi SAS.
b) Setelah Data kontrak tersebut dibuat, data tersebut kemudian disampaikan ke
KPPN untuk didaftarkan ke dalam aplikasi SPAN. Data kontrak yang sudah
dianggap benar akan mendapat persetujuan/approval dari KPPN melalui
email Satker yang telah didaftarkan sebelumnya ke KPPN. Jangka waktu
dalam proses ini adalah 2 (dua) hari kerja.
c) Untuk SPP dengan nilai di atas 1 milyar, sebelum SPM disampaikan ke
KPPN,operator SAS terlebih dahulu harus membuat Rencana Penarikan
Dana (RPD). Data RPD disampaikan ke KPPN untuk mendapat persetujuan
yang akan dikirim melalui email satker. SPM dapat disampaikan ke KPPN
terhitung 5 (lima) hari kerja setelah tanggal penyampaian RPD ke KPPN.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 27
E. DANA OPERASIONAL MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 268/PMK.05/2014 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga, Dana
Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Dana yang disediakan bagi
Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menunjang kegiatan yang bersifat
strategis/khusus.
1. Penggunaan Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga adalah sebagai
berikut :
a) Sebesar 80% (delapan puluh persen) diberikan secara lumpsum kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga; dan
b) Sebesar 20% (dua puluh persen) untuk dukungan operasional lainnya.
2. Mekanisme Pencairan Dana
a) PA menunjuk KPA dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan lainnya.
b) Untuk Pegawai/Pejabat yang ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran,
Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran sama dengan dalam
rangka pelaksanaan tugas Kementerian Negara/Lembaga.
c) Pegawai/Pejabat yang ditetapkan sebagai PPK harus berbeda PPK dalam
rangka pelaksanaan tugas Kementerian Negara/Lembaga.
d) Pegawai/pejabat yang ditetapkan sebagai BPP harus berbeda dengan BPP
dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian Negara/Lembaga. BPP tersebut
melaksanakan tugas khusus untuk mengelola Dana Operasional.
e) Penetapan PPK dan pengangkatan BPP dilakukan dalam bentuk keputusan.
f) Pencairan Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga dilakukan oleh
KPA Sebesar 1/12 (seperduabelas) dari pagu Dana Operasional 1 (satu) tahun
dalam DIPA.
g) Apabila terdapat sisa Dana Operasional pada akhir bulan maka dapat
digunakan sebagai tambahan Dana Operasional pada bulan berjalan.
h) KPA dapat membuat rekening pengeluaran atas nama BPP dengan
persetujuan BUN untuk Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga.
3. Tata Cara Pencairan Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga
a) Setiap bulan, Satuan kerja mengajukan SPM-LS untuk pencairan Dana
Operasional Menteri dan melampirkan SPTJM yang ditandatangani Oleh
KPA sesuai format lampiran PMK 268/PMK.05/2014 ke KPPN.
b) KPPN menerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara Pengeluaran.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 28
c) Bendahara Pengeluaran memindahbukukan Dana Operasional dari rekening
Bendahara Pengeluaran ke Rekening BPP.
d) BPP mengelola Dana Operasional tersebut.
e) Bukti pemberian Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga secara
Lumpsum kepada Menteri/Pimpinan Lembaga berupa kuitansi yang
ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
4. Penatausahaan, Pertanggungjawaban, dan Pelaporan
a) BPP melakukan penatausahaan bukti-bukti pengeluaran yang sah berupa
kuitansi atau daftar pengeluaran rill.
b) BPP menyampaikan LPJ BPP ke Bendahara Pengeluaran setiap bulan.
c) KPA setiap akhir bulan menyusun laporan realisasi anggaran atas penggunaan
Dana Operasional.
d) Laporan realisasi anggaran tersebut disampaikan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga.
e) Dalam hal terdapat sisa Dana Operasional yang tidak digunakan sampai
dengan akhir tahun anggaran, BPP harus menyetorkan sisa Dana Operasional
ke Kas Negara paling lambat tanggal 20 Januari tahun berikutnya.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 29
BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN
A. PENERIMAAN ANGGARAN Penerimaan negara terdiri dari:
a. Penerimaan Pajak (Tax): PPn dan PPh
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non Tax)
c. Penerimaan Hibah
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
PNBP di BPOM terdiri dari 2 (dua) Jenis yaitu :
a. Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga Non
Kementerian, meliputi PNBP sebagai berikut:
1) Pendapatan dari pemindahtanganan BMN Pendapatan Lain-Lain, dengan akun
sebagai berikut:
423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan
423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin
423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan Bangunan
423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan Mesin
423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi dan Jaringan
423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
2) Pendapatanpemanfaatan BMNdengan akun sebagai berikut:
423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
3) Pendapatanlain-lain denganakun sebagai berikut:
423912 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran Yang Lalu
423921 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non Bendahara
423922 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu
423952 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu
423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang Lalu
423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji
b. Jenis PNBP yang hanya berlaku pada BPOM.
PNBP yang berlaku di BPOM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48
tahun 2010, meliputi penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi, Jasa
Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor, Jasa Sertifikasi, Jasa Pengujian, Jasa
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 30
Kalibrasi, Jasa Pelatihan Laboratorium, Jasa Uji Profisiensi, Penjualan Baku
Pembanding dan Hewan Uji, dan Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan
Makanan dengan pihak lain (MAP 423216).
Untuk Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga Non
Kementerian wajib disetorkan langsung ke Kas Negara, sedangkan untuk Jenis PNBP
yang berlaku pada BPOM, sesuai Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-
35/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satker, pasal 2 ayat (1) bahwa Menteri/ Pimpinan
Lembaga/Kepala Kantor/selaku PA/KPA dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran APBN dapat memiliki rekening penerimaan dan rekening pengeluaran.
Oleh karena itu Mekanisme pengelolaan PNBP BPOM dilaksanakan berdasarkan Surat
Edaran Kepala BPOM Nomor KU.06.02.213.0224 tanggal 15 Januari 2002, dimana
PNBP disetorkan terlebih dahulu ke rekening BPOM, dengan prinsip utama sebagai
berikut:
a. Seluruh PNBP wajib disetorkan ke Kas Negara.
b. Penerimaan Negara wajib disetorsepenuhnya dan pada waktunya ke Rekening Kas
Umum Negara.
c. Satker tidak diperkenankan membuat kebijakan mengenai Tarif PNBP diluar
ketentuan yang tertera pada PP Nomor 48 Tahun 2010.
d. Bendahara penerima wajib menyelenggarakan pembukuan.
e. Bendahara penerima menyimpan secara lengkap dan teratur dokumen yang
menyangkut PNBP.
Sesuai dengan SK Kepala BPOM Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 tahun 2013 tentang
Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan BPOM,
Bendahara Penerimaan Satker wajib membuat Laporan PNBP secara periodik ke
Sekretariat Utama BPOM c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan, yang terdiri dari:
a. Laporan Bulanan, Semesteran dan Tahunan
1. Laporan PNBP Bulanan disampaikan 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya bulan
periode berjalan.
2. Laporan PNBP Semesteran disampaikan pada tanggal 5 bulan Juli, sedangkan
Laporan PNBP Tahunan disampaikan pada tanggal 20 bulan Januari pada tahun
berikutnya.
3. Laporan Bulanan disertai Berita Acara (BA) Pemeriksaan Kas, BA Rekonsiliasi
Layanan Publik, LPJ Bendahara Penerimaan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 31
4. Laporan Bulanan PNBP didukung Laporan Penerbitan SPB-LP, Laporan
Pembayaran SPB-L, Laporan/Rekapitulasi Pelaksanaan Layanan Publik dan
fotocopy BKU Bendahara Penerimaan.
5. Laporan Bulanan disampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy.
b. Laporan Mingguan
1. Format Laporan PNBP Mingguan sesuai format Laporan PNBP Bulanan.
2. Laporan Mingguan PNBP didukung laporan penerbitan SPB-LP dan laporan
pembayaran SPB-LP.
3. Laporan Mingguan PNBP wajib disampaikan ke Biro Perencanaan dan
Keuangan c.q. Bagian Keuangan pada setiap hari Jumat pukul 16.00 WIB.
4. Laporan Mingguan disampaikan dalam bentuk softcopy melalui e-mail :
keu.bpom@gmail.com dengan cc : keu_bpom@yahoo.co.id
ALUR PENERIMAAN DAN PENYETORAN PNBP BPOM
Laporan PNBP meliputi seluruh transaksi PNBP, untuk MAP 423216 dilengkapi
dengan rekapitulasi rincian penerimaan sesuai bukti setoran bank dan rincian yang
digolongkan sesuai klasifikasi pada PP Nomor 48 Tahun 2010, yaitu:
a. Penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi
b. Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor
c. Jasa Sertifikasi,
d. Jasa Pengujian,
e. Jasa Kalibrasi,
f. Jasa Pelatihan Laboratorium
g. Jasa Uji Profisiensi
h. Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji,
i. Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 32
2. Penerimaan Hibah
Hibah menurut sumber/asalnya :
• Dalam Negeri (mis: dari Pemda, dari Kelompok Masyarakat, dari
Lembaga/Badan Usaha)
• Luar Negeri (mis: dari Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan
dan Non Keuangan Asing).
Hibah menurut bentuknya dibedakan menjadi :
• Hibah Uang terdiri dari Uang Tunai dan Uang untuk membiayai Kegiatan
• Hibah Barang/Jasa
• Hibah Surat Berharga
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penggunaan anggaran
hibah, sejak tahun 2010 BPOM melakukan integrasi hibah ke dalam DIPA dan
POK masing-masing Satker. Usulan integrasi hibah ke dalam DIPA POK
disampaikan kepada Sestama melalui Biro Perencanaan dan Keuangan. Selain itu,
setiap satker penerima wajib membuka rekening giro pemerintah untuk menampung
masing-masing hibahdengan aturan bahwa 1 (satu) rekening hibah untuk 1 (satu)
register MoU serta dilakukan rekonsiliasi dana hibah per triwulan.
Untuk mengelola dana hibah, KPA dapat menunjuk Pengelola Dana
Hibah/Bendahara Penerima Hibah. Penerimaan Hibah di BPOM umumnya adalah
penerimaan Hibah secara langsung baik yang diterima dalam bentuk kas maupun
barang atau jasa. Untuk mendapatkan pengesahan, penerimaan hibah langsung
tersebut harus diregister di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(DJPPR) cq Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen (EAS) untuk
mendapatkan nomor register kegiatan, sesuai dengan PMK Nomor
191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah, PMK Nomor
271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah dan
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-81/PB/2011 tentang Tata Cara
Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian Memo Pencatatan
Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga serta mengacu pada Surat
Edaran Sekretaris Utama Nomor KU.02.04.2.21.12.12.4757 tanggal 19 Desember
2012 tentang Mekanisme Pelaksanaan Hibah Langsung.
Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk uang dan
belanja yang bersumber dari hibah langsung dilaksanakan melalui pengesahan oleh
BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 33
1. Pengajuan permohonan nomor register;
KPA mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk
uang kepada DJPPRcq. Direktur EAS dengan melampirkan perjanjian hibah
atau dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan hibah.
2. Pengajuan persetujuan pembukaan Rekening Hibah;
Rekening Hibah adalah rekening pemerintah lainnya yang dibuka oleh K/L
dalam rangka pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang;
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas disebutkandalam
PMK252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satker bahwa untuk satu register MoU(agreement) atau
perjanjian Hibah harus menggunakan satu rekening Hibah;
KPA wajib melakukan permohonan ijin pembukaan rekening kepada Kuasa
Bendahara Umum Negara Daerah (Kepala KPPN) untuk mendapatkan
persetujuan. Atas persetujuan Kuasa BUN Daerah, Satker dapat membuka
Rekening (diatur dalam PMK 252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik
Kementerian Negara/ Lembaga/Satker, Lampiran I).
3. Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;
KPA melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari hibah
langsung dalam bentuk uang dalam DIPA satker yang bersangkutan dengan
mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi
anggaran. Satker dapat menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung
tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA. (Tata cara revisi DIPA mengacu pada
PMKNomor 15/PMK.02/2016tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2016).
4. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan belanja yang
bersumber dari hibah langsung.
KPA melakukan pengesahan pendapatan hibah langsung dengan mengajukan
Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL) kepada KPPN Khusus
Jakarta VI dengan melampirkan copy rekening atas rekening hibah; Surat
Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL); Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) serta copy surat persetujuan pembukaan
rekening.
KPPN Khusus Jakarta VI mengesahkan realisasi hibah dengan menerbitkan
Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL) sebagai dasar realisasi hibah
(realisasi DIPA).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 34
Sedangkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga dilaksanakan melalui pengesahan oleh BUN/Kuasa
BUN dengan tahapan :
1. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen lainnya;
Kepala Satker yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga
membuat dan menandatangani BAST (Berita Acara Serah Terima) bersama
dengan Pemberi Hibah. BAST paling kurang memuat : tanggal serah terima;
pihak pemberi dan penerima hibah; tujuan penyerahan; nilai nominal; bentuk
hibah dan rincian harga per barang.
2. Pengajuan permohonan nomor register;
KPA yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga
mengajukan surat permohonan nomor register kepada DJPPR cq. Direktur
EASdengan melampirkan perjanjian hibah atau dokumen lain yang
dipersamakan dan ringkasan hibah;
Dalam hal tidak terdapat dokumen tersebut, maka permohonan register
dilampirkan dengan Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH) dan SPTMHL.
3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat berharga ke
DJPPR;
Kepala Satker/KPA mengajukan SP3HL BJS (Surat Perintah Pengesahan
Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga) dalam
rangkap 3 (tiga) kepada DJPPR cq. Direktur EAS dengan melampirkan
BAST/BAPH dan SPTMHL
4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.
KPA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat
Berharga (MPHL BJS) kepada KPPN Khusus Jakarta VI dengan melampirkan
SPTMHL; SP3HL BJS lembar kedua; SPTJM.
Atas dasar persetujuan MPHL BJS yang diterima dari KPPN, KPA
membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja
modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari hibah.
B. PENGELUARAN ANGGARAN
Dalam melaksanakan anggaran Tahun 2016agar mengacu kepada Pedoman
Pengelolaan Anggaran berdasarkan PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 35
Pembebanan setiap pengeluaran berpedomanpada DIPA tahun 2016 dan diuraikan
dalam POK yang berisikan Rincian Perhitungan Biaya Per Kegiatan pada RKA-K/L.
Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan) kategori yaitu:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barangdan Jasa
3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
Jenis Belanja yang terdapat pada BPOM adalah Belanja Pegawai, Belanja Barang dan
Jasa serta Belanja Modal.
1. Belanja Pegawai
Merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang maupun bentuk
barang yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam dan luar negeri,
baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah
yang belum berstatus PNS maupun kepada non PNS sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi
pemerintah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau
kegiatan yang mempunyai keluaran (output) dalam kategori belanja barang.
Belanja Pegawai terdiri atas :
a. Belanja Gaji dan Tunjangan 1) Tunjanganmeliputi:
Suami/Istri
Anak
Struktural/Fungsional
Uang makan Pegawai *)
Pajak Penghasilan (PPh)
Beras
Ket. *) : - sesuai tabel
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 36
Tabel Uang Makan Pegawai
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 30.000
Golongan III Orang Rp. 32.000
Golongan IV Orang Rp. 36.000
Maksimum 22 hari x Biaya x 12 bulan untuk satu tahun anggaran
2) Honorarium/Vakasi/Lembur/Tunjangan Khusus
3) Belanja Kontribusi Sosial
4) Belanja Pegawai Transito
b. Lembur Kerja lembur adalah bekerja di luar jam kerja/waktu normal yang telah ditetapkan
dan mendapatkan uang lembur.Uang lembur merupakan kompensasi bagi pegawai
negeri yang melakukan kerja lembur berdasarkan surat perintah dari pejabat yang
berwenang.
Pembayaran uang lembur dibayarkan sesuai dengan PMK Nomor65/PMK.02/2015
tentang Standar Biaya Masukan (SBM) TA. 2016 dengan memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur
untukmenyelesaikan tugas-tugas kedinasan yangmendesak.
b. Perintah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dikeluarkan oleh
KPA/PPK/KepalaKantor/Kepala Satker dalam bentuk surat Perintah Kerja
Lembur.
c. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiapkali selama
paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uanglembur.
d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagiPegawai
Negeri Sipil sesuai Golonganmengacu pada SBM TA. 2016.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I Orang/jam Rp. 13.000
Golongan II Orang/jam Rp. 17.000
Golongan III Orang/jam Rp. 20.000
Golongan IV Orang/jam Rp. 25.000
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 37
e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja adalah sebesar 200% (duaratus
persen) dari besarnya uang lembur.
f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya.
g. Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan padaakhir bulan
berkenaan.
h. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur palingkurang 2
(dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur sesuai golongan
yangbesarannya mengacu pada SBM TA. 2016.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 30.000
Golongan III Orang Rp. 32.000
Golongan IV Orang Rp. 36.000
i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih, uang
makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yangditetapkan dalam
SBM TA. 2016.
j. Uang lembur dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalamDIPA
satker berkenaan.
k. Surat permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) uang lembur untuk penerbitan
SPM-LS uang lembur dilampiri dengan:
k.1. Daftar Pembayaran perhitungan uang lembur;
k.2. Surat Perintah Kerja Lembur;
k.3. Daftar Hadir Kerja;
k.4. Daftar Hadir Lembur; dan
k.5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21
l. Uang lembur dapat dimintakan bila waktu kerja sesuai dengan peraturan Kepala
BPOMNomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM.
c. Tunjangan Khusus/Kinerja Besar uang tunjangan kinerja sesuai dengan kelas jabatan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.24.01.16.0041 Tahun 2016 tentang
Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.
Teknis Pembayaran tunjangan kinerja mengacu pada Peraturan Kepala
BPOMNomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM, dengan mekanisme sebagai
berikut :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 38
a. Satker Sekretariat Utama BPOM RI mengajukan permintaan Tunjangan Kinerja
seluruh Satker dilingkungan BPOM secara global ke Kementerian Keuangan RI.
b. Satker di lingkungan BPOM mengajukan permintaan tunjangan kinerja pegawai
global di lingkungannya masing-masing untuk diajukan ke Satker Sekretariat
Utama pada awal bulan.
c. Pengembalian sisa tunjangan kinerja dilakukan oleh masing-masing Satker di
lingkungan BPOM paling lambat setiap tanggal 20 pada bulan berikutnya ke Kas
Negara berkoordinasi dengan Bendahara Pengeluaran Satker Sekretariat Utama.
d. Bagi Satker yang belum melakukan pengembalian sisa tunjangan kinerja pada
bulan berkenaan, maka Bendahara Pengeluaran Satker Sekretariat Utama belum
dapat melakukan transfer pembayaran tunjangan kinerja untuk bulan berikutnya.
2. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan/atau jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun tidak
dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual
kepada masyarakat/Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja perjalanan. Belanja
tersebut termasuk honorarium dan vakasi yang diberikan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
Belanja Barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non
operasional, belanja jasa (konsultan, sewa, jasa profesi, dll), belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas sesuai dengan PMK Nomor96/PMK.02/2015tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL dan DIPA.
Khusus Belanja Bahan ATK, cetakan, dan Belanja barang habis pakai berupa alat
gelas (glassware), suku cadang dan reagensia/media mikrobiologi agar dilakukan
pencatatan sendiri atas penerimaan/penambahan dan sisa persediaan akhir tahun
anggaran yang akan digunakan sebagai dasar dalam penganggaran tahun berikutnya.
Honorarium/Vakasi Besaran honorarium ditetapkan dengan Surat Keputusan dan lampiran SK harus
ditandatangani oleh yang menetapkan SK, mengacu pada PMK Nomor :
65/PMK.02/2015 tentang SBM TA. 2016.
Retribusi Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA) Retribusi LTGA dibayarkan sesuai dengan tagihan dan apabila ada kekurangan
anggaran, dapat dibayarkan oleh Satker yang bersangkutan setelah dilakukan revisi
dari kegiatan dalam DIPA POK masing-masing Satker.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 39
Perjalanan dinas Sebagaimana diuraikan dalam Bab VI B.
Operasional Pimpinan Dana Operasional Pimpinan yaitu Dana Operasional Kepala
Badan/Sestama/Deputi. Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pimpinan yang
dimaksud bertujuan untuk memberikan Kemudahan kepada Pimpinan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan Pimpinan.
Belanja Pemeliharaan Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam
kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan gedung
dan bangunan kantor, taman, jalan lingkungan kantor, rumah dinas, kendaraan
bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan.
Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, bagi kegiatan/sub kegiatan yang ada
dalam DIPA masing-masing Satker tertuang dalam bentuk ”paket/PKT”, maka
jenis belanja/rincian belanja untuk kegiatan dimaksud disesuaikan dengan yang
tercantum dalam Kerangka Acuan Kegiatan/TOR untuk masing-masing kegiatan.
3. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset tetap dan/atau
aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi
aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Dalam pembukuan nilai
perolehan aset dihitung semua pendanaanyang dibutuhkan hingga aset tersebut
tersedia dan siap digunakan.
Belanja modal ini termasuk belanja modal tanah, belanja modalperalatan dan mesin,
belanja modalgedung dan bangunan, belanja modaljalan, irigasi dan jaringan, belanja
modal lainnya seperti buku dsb.
Pembangunan baru dan Rehabilitasi/Renovasi Berat Bangunan Gedung Kantor/ Laboratorium. Bangunan gedung negara merupakan salah satu aset negara yang mempunyai nilai
strategis sebagai tempat proses penyelenggaraan negara, perlu terus menerus ditata
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 40
secara terpadu sehingga perubahan yang terjadi tetap menjamin keamanan,
kesehatan, keharmonisan, efektif dan efisien.
Rehabilitasi/Renovasi dalam rangka perawatan bangunan agar gedung kantor/
Laboratorium dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya dapat digolongkan
sesuai tingkat kerusakan pada bangunan berdasarkan estimasi dari Kementerian PU
atau Dinas PU setempat.
Sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor : S-841/MK.02/2014 tanggal 16
Desember 2014 tentang Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor
Kementerian/Lembaga, maka Balai Besar/Balai POM yang belum mendapatkan
surat persetujuan, proses pengadaan masih ditunda menunggu persetujuan Presiden
RI.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 41
BAB V KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN
A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU)
Buku Kas Umum (BKU) harus dikerjakan sesuai dengan PMK Nomor
73/PMK.05/2008 tanggal 09 Mei 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/ dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
PertanggungjawabanBendahara. Pembukuan Bendahara terdiri dari Buku Kas Umum,
Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran. Bendahara yang membukukan lebih
dari 1 (satu) DIPA, pembukuannya dilakukan secara terpisah untuk masing-masing
DIPA.
Dalam hal pembukuan dilakukan dengan menggunakan komputer, bendahara wajib:
1. Mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sekali.
2. Menatausahakan cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bulanan yang telah
ditandatangani oleh bendahara dan diketahui oleh KPA.
Bendahara wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya. LPJ di
susun berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran
yang telah diperiksa oleh KPA dan telah direkonsiliasi di KPPN. LPJ wajib
disampaikan secara bulanan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan
dilampirkan salinan rekening koran bulan laporan kepada :
1. Biro Perencanaan dan Keuangan cq. Bagian Keuangan
2. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP, Buku
Pembantu Kas, Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak. Tata cara
pembukuan BPP dilakukan sesuai dengan Per Dirjen Nomor 47/PB/2009 Lampiran I.
LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran. LPJ-BPP
disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat 5 (lima) hari kerja bulan
berikutnya.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 42
B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dilakukan sebagai berikut:
1. KPA wajib melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 3 (tiga) bulan.
2. KPA dapat membentuk Tim Pemeriksa Kas Intern untuk melakukan pemeriksaan
kas bendahara. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kas Intern dan Register Penutupan
Kas dikirimkan kepada :
a) Inspektur BPOM.
b) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM cq Bagian Keuangan.
C. REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaranyang telah ditetapkan
berdasarkan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara(APBN) TA. 2016 dan disahkan
dalam DIPATA. 2016.
Dalam hal RKA-K/L, DIPA dan POK memerlukan penyesuaian sebagai akibat
perubahan kebutuhan dan percepatan pencapaian kinerja, KPA dapat melakukan
perubahan RKA-K/L, DIPA dan POK sesuai tata cara revisi dalam PMK Nomor
15/PMK.02/2016tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA. 2016.
1. Ruang Lingkup Revisi
RuangLingkupRevisiAnggaran meliputi perubahan rincian anggaran pada Bagian
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (BA K/L) dan Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara (BA BUN) terdiriatas:
a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu
anggaran;
b. Perubahan rincian anggaran dan/atau pergeseran anggarandalam hal pagu
anggaran tetap; dan/atau
c. Revisiadministrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi, perubahan
rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/atau pemenuhan persyaratan
dalam rangka pencairan anggaran;
1.1. Revisi Anggaran berupa perubahan rincian anggaran yang disebabkanpenambahan
atau pengurangan pagu anggaranantara lain meliputi:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 43
b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri
dan dalam negeri, termasuk Penerusan Pinjaman/hibah;
c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasuk
penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun 2015;
d. perubahan anggaran berupa pagu untuk belanja pemerintah pusat
pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri yang
telah closing date;
e. perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaananggaran sebagai akibat
dariperubahan kurs,perubahan parameter, tambahan kewajiban,dan/atau
pemenuhan kewajiban;
1.2. Revisi Anggaran berupa perubahan rincian anggarandan/atau pergeseran rincian
anggaran dalam hal paguanggaran tetap, antara lain meliputi:
a. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 (BA BUN Pengelola Belanja
Lainnya) ke BA K/ L atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran
999 (BA BUN);
b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama atau antar Program
dalam 1 (satu) bagiananggaran yang bersumber dari rupiah murni
untukmemenuhi kebutuhan Biaya Operasional;
c. pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang
sumber dananya berasal dariPNBP;
d. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisakewajiban pembayaran.
Kegiatan/proyek yangdibiayai melalui SBSN yang melewati tahun
anggaransesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan·Keuangan dan
Pembangunan;
e. pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu)bagian anggaran untuk
memenuhi kebutuhanIneligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai
daripinjaman dan/atau hibah luar negeri;
f. pergeseran anggar:an antara Program lama danPogram baru dalam rangka
penyelesaian administrasiDIPA sepanjang telah disetujui Dewan
PerwakilanRakyat;
g. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama dalam rangka
penyediaan dana untukpenyelesaian restrukturisasi Kementerian/Lembaga;
h. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama dalam rangka
memenuhi kebutuhan selisihkurs;
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama dalam rangka
penyelesaian tunggakan tahunlalu;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 44
j. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utangsebagai dampak dari
perubahan komposisi instrumentpembiayaan utang;
k. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang samaatau antar lokasi
dan/atau antar kewenangan dalamrangka tugas pembantuan, urusan
bersama,dan/ atau dekonsentrasi;
l. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaankantor baru;
m. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulanganbencana;
n. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaianputusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatanhukum tetap (inlcracht);
o. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisipendanaan antar tahun terkait
dengan kegiatankontrak tahun jamak;
p. pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN;
q. pergeseran anggaran antar jenis belanja dalam1 (satu) Program yang sama
sepanjang pergeserananggaran merupakan Sisa Anggaran Kontraktualatau
Sisa Anggaran Swakelola;
r. pergeseran anggaran dalarn rangka pemenuhankewajiban negara sebagai
akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional; dan/ atau
s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belumdialokasikan dalam DIPA
BUN
Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan dalam 1 (satu)
Keluaran (Output) yangsama atau antar Keluaran (Output), dalam 1
(satu)Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan, dan/atau dalam1 (satu) Satker
yang sama atau antar Satker.
1.3. Revisi administrasi:
Yang disebabkan kesalahanadministrasiantaralain meliputi:
a. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam
peruntukan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan
jenis belanja;
b. ralatkode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN);
c. ralatkode kewenangan;
d. ralatkode lokasi dan/atau lokasi KPPN;
e. ralatkode bagian anggaran dan/atau Satker;
f. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbedaantara RKA-
K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan Pemerintah;
g. ralat rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III
DIPA;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 45
h. ralat tata cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk penerusan pinjaman;
i. ralat cara penarikan SBSN;
j. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/atau
k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA.
yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak terkait dengan
anggaranantaralain meliputi:
a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman dan/ atau hibah luar
negeri;
b. perubahan/penambahan nomor register SBSN;
c. perubahan pejabat perbendaharaan;
d. perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/Kegiatan, dan/atau
Satker;
e. perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk
Penerusan Pinjaman;
f. perubahan/penambahan cara penarikan SBSN; dan/atau
g. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L DIPA.
yang disebabkan oleh pemenuhan persyaratan dalam rangka pencairan anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. penghapusan/perubahan/pencantuman halaman IV DIPA; dan/atau
b. penggunaan dana Keluaran (Output} cadangan
2. Batasan Revisi
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan
penguranganalokasianggaranterhadap:
a. kebutuhan biaya pegawai operasional (komponen 001), kecuali untuk memenuhi
alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada Satker lain;
b. komponen berkarakteristik operasional non-belanja pegawai (komponen 002,
komponen 003, komponen 004, dan komponen 005), kecuali untuk memenuhi
alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji, dan/atau dalam peruntukkan
yang sama;
c. pembayaran berbagai tunggakan;
d. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going);
dan/atau
e. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/ atau direalisasikan dananya
sehingga dananya menjadi minus.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 46
Revisi Anggarandapatdilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja dengan
ketentuan:
a) Tidak mengubah sasaran Program;
b) Tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (Output) Kegiatan; atau
c) Tidak mengurangi volume Keluaran (Output) kecuali bagi usul Revisi Anggaran
yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemotongan anggaran, pengurangan
pinjaman proyek atau Keadaan Kahar.
Dalam hal terdapat kebijakan pemotongan anggaran, pengurangan pinjaman proyek
atau Keadaan Kahar, usulan Revisi Anggaran terkait dengan pengurangan volume
Keluaran (Output) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal volume Keluaran (Output) yang berkurang merupakan volume
Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul pengurangan volume
Keluaran (Output) ditelaah dalam pertemuan tiga pihak yaitu antara Kementerian
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan;
b. Dalam hal volume Keluaran (Output) yang berkurang selain volume Keluaran
(Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul pengurangan volume Keluaran
(Output) disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran untuk mendapat persetujuan;
c. Pengurangan volume Keluaran (Output) sebagaimana huruf a dan huruf b
digunakan sebagai acuan perubahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga dan
Rencana Kerja Pemerintah 2016;
d. Melampirkan surat pernyataan bahwa volume Keluaran (Output) yang diusulkan
berkurang tersebut merupakan volume Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas
Nasional atau bukan.
Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran (Output)
dari Kegiatan Prioritas Nasional, Usul revisi Anggaran diajukan oleh Sekretaris
Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Deputi terkait di Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran (Output)
dari Kegiatan non-Prioritas Nasional, Usul revisi Anggaran diajukan oleh Sekretaris
Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan Surat Persetujuan Kepala
BPOM.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 47
Surat Persetujuan berisi pernyataan yang menyatakan secara tegas bahwa Kepala
BPOM selaku PenggunaAnggaran dan/atau Pejabat Eselon I sebagai penanggung
jawab Program telah menyetujui pengurangan volume Keluaran (Output).
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang samadalam rangkapenyelesaian
tunggakan tahun lalu dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volumeKeluaran
(Output) dalam DIPA.Dalam hal jumlah seluruh tunggakan tahun yang lalu per
DIPA per Satkernilainya:
a. sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), harus dilampiri surat
pernyataan dari KPA;
b. di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)sampai dengan
Rp2.000.000.000,00 (dua miliarrupiah), harus dilampiri hasil verifikasi dari APIP
K/L;dan
c. di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah),harus dilampiri hasil verifikasi dari
BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Tunggakan tahun lalu terkait :
a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yangmelekat pada gaji;
b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yangberlaku;
c. uang makan;
d. belanja perjalanan dinas pindah;
e. langganan daya dan jasa;
f. tunjangan profesi guru/dosen;
g. tunjangan kehormatan profesor;
h. tunjangan tambahan penghasilan guru PegawaiNegeri Sipil;
i. tunjangan kemahalan hakim;
j. tunjangan hakim ad hoc;
k. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;
l. pembayaran jasa bank penatausahaanpenerusanpinjaman;
m. bahan makanan dan/ atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana;
dan/atau
n. pembayaran provisi benda meterai,
yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belumdibayarkan pada tahun
sebelumnya, dapat dibebankanpada DIPA tahun anggaran berjalan tanpa
melaluimekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untukperuntukan yang
sama sudah tersedia.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 48
Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan yang alokasi anggarannya belumtersedia,
dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaranberjalan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yangalokasi anggarannya cukup
tersedia pada DIPA tahunlalu; dan
b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapibelum dibayarkan sampai
dengan akhir tahunanggaran lalu.
Pergeseran anggaran antarjenis dalam 1 (satu) Programyang sama sepanjang
pergeseran anggaran merupakanSisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran
Swakelola :
g. Sisa Anggaran Kontraktual, atau Sisa Anggaran Swakelola tersebut dapat
digunakanuntuk meningkatkan volume Output pada Kegiatan yang sama atau
untuk meningkatkan volumeOutput pada Kegiatan lain dalam Program yang
sama;
h. Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola tersebut dapat
digunakanuntuk membiayai hal-hal yang bersifat prioritas,mendesak, kedaruratan,
atau yang tidak dapat ditundasetelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
i. Hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan,atau yang tidak dapat
ditunda merupakan Kegiatan-Kegiatan K/L yang telah ditetapkan dalam rencana
kerja K/L dan/atau kebijakan pemerintahyang ditetapkan dalam TA. 2016.
Keterlibatan peran APIP
Penyesuaian peran APIP dalam proses Revisi Anggaran, sehingga APIP K/L hanya
terlibat dalam hal :
Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan
pagu anggaran belanja;
Penggunaan dana Output Cadangan;
Reviu tunggakan dengan nilai antara Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah); dan
Mengusulkan/rekomendasi penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang
dicantumkan oleh APIP K/L pada saat pmbahasan RKA-K/L.
3. Kewenangan dan Tata Cara Revisi
Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 4 kelompok yakni: Revisi
Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran, Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran serta
Revisi Anggaran yang memerlukan Persetujuan DPR RI.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 49
3.1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran
3.1.1. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal Anggaran yang
memerlukan penelaahan meliputi:
a) perubahan anggaran termasuk perubahan rinciannya, terdiri atas:
i. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;
ii. percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, termasuk penerusan
Pinjaman;
iii. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalamnegeri terencana yang
diterima oleh Pemerintahc.q. Kementerian Keuangan setelah Undang-
Undangmengenai APBN atau Undang-Undangmengenai APBN Perubahan
TA2016 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakanoleh
Kementerian/Lembaga;
iv. pengurangan alokasi pinjaman proyek termasukpengurangan alokasi
Penerusan Pinjaman,pengurangan alokasi hibah luar negeri dandalam negeri
termasuk hibah luar negeri atauhibah dalam negeri yang
diterushibahkan,dan/atau pinjaman yang diteruspinjamkan;
v. lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yangdananya bersumber dari sisa
dana penerbitanSBSN yang tidak terserap pada tahun 2015;
vi. perubahan anggaran Kegiatan K/Lyang sumber dananya berasal
daripinjaman atau hibah luar negeri sebagai akibatdari penyesuaian kurs;
vii. tambahan alokasi anggaran belanja pegawaisebagai akibat dari selisih kurs;
viii. penambahan alokasi anggaran pembayarankewajiban utang;
ix. penambahan alokasi anggaran Subsidi Energi;
x. penambahan alokasi anggaran pembayarancicilan pokok utang;
xi. penambahan alokasi . anggaran dalam rangkaPMN;
xii. perubahan pagu anggaran kewajibanpenjaminan Pemerintah;
xiii. perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
xiv. pengurangan volume Keluaran (Output).
b) pergeseran anggaran termasuk perubahan rinciannyadalam hal pagu tetap,
terdiri atas:
i. pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk
memenuhikebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman dan/ atau hibah luarnegeri;
ii. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08(BA BUN Pengelola Belanja
Lainnya) ke BA K/L;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 50
iii. pergeseran anggaran antar subbagian anggarandalam Bagian Anggaran 999
(BA BUN);
iv. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08(BA BUN Pengelola Belanja
Lainnya) keBA K/Lterkait dengan pemberian penghargaan danpengenaan
sanksi atas pelaksanaan anggaranbelanja K/L;
v. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil Ditjen
Perbendaharaan)yang berbeda atauantar program dalam 1 (satu) Bagian
Anggaranyang bersumber dari rupiah murni dalam rangkamemenuhi
kebutuhan Biaya Operasional;
vi. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaiansisa kewajiban pembayan;
vii. Kegiatan/proyekyang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahunanggaran
sesuai hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
viii. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) BagianAnggaran untuk memenuhi
kebutuhan IneligibleExpenditure atas kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri;
ix. pergeseran anggaran antara Program lama danProgram baru dalam rangka
penyelesaianadministrasi DIPA sepanjang telah disetujuiDPR;
x. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Programyang sama dalam rangka
penyediaan danauntuk penyelesaian restrukturisasi K/L;
xi. pergeseran anggaran belanja K/Ldalam 1 (satu) Program dalam wilayahkerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda dalam rangkamemenuhi
kebutuhan selisih kurs;
xii. pergeseran anggarandalam 1 (satu) Programdalam wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan yang berbeda dalamrangka penyelesaian tunggakan
tahun lalu;
xiii. pergeseran anggaranpembayaran kewajibanutang sebagai dampak dari
perubahankomposisi instrumen pembiayaan utang;
xiv. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) provinsi/kabupaten/kota yang sama atau
antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangkatugas
pembantuan dan urusan bersama;
xv. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) provinsiatau antar provinsi untuk
Kegiatan dalamrangka dekonsentrasi;
xvi. pergeseran anggaran antar kewenangan untukKegiatan dalam rangka tugas
pembantuan dan.urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi;
xvii. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaankantor baru;
xviii. pergeseran anggaran dalam rangkapenanggulangan bencana;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 51
xix. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaianputusan pengadilan yang
telah mempunyaikekuatan hukum tetap (inlcracht);
xx. pergeseran anggaran Kegiatan Kontrak TahunJamak dalam rangka
rekomposisi pendanaanantar tahun;
xxi. pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN;
xxii. pergeseran anggaran antar jenis antar dalam1 (satu) Program sepanjang
pergeseran anggaranmerupakan Sisa Anggaran Kontraktual atau
SisaAnggaran Swakelola untuk membiayai hal-halyang bersifat prioritas,
mendesak, kedaruratan,atau yang tidak dapat ditunda;
xxiii. pemenuhan kewajiban negara sebagai akibatdari keikutsertaan sebagai
anggota organisasiinternasional;
xxiv. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belumdialokasikan dalam DIPA
BUN;
xxv. perubahan/penambahan cara penarikanPHLN/PHDN, termasuk Penerusan
Pinjaman;
xxvi. perubahan rumusan sasaran kinerja dalamdatabase RKA-K/L DIPA;
xxvii. penghapusan/perubahan/pencantumancatatan dalam halaman IV DIPA
terkait denganpenggunaan dana Keluaran (Output) cadangandan/atau terkait
dengan BA BUN yang masihmemerlukan penelaahan dan/atau
harusdilengkapi dokumen terkait;
xxviii. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan;
xxix. perubahan anggaran sebagai akibat dariPerubahan atas APBN TA 2016;
xxx. perubahan anggaran sebagai akibat darikebijakan penghematananggaran;
dan/atau
xxxi. perubahan anggaran sebagai akibat dariperubahan atas Kebijakan Prioritas
PemerintahYang Telah Ditetapkan dalam Undang-Undangmengenai APBN
atau Undang-Undang mengenaiAPBN Perubahan.
3.1.2. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal Anggaran yang
tidak memerlukan penelaahan meliputi:
a) perubahan anggaran belanja Pemerintah Pusatberupa pagu untuk pengesahan
belanja yangbersumber dari pinjaman/hibah luar negeri yangtelah closing date;
b) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran(Output) yang sama atauantar
Keluaran (Output),dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antarKegiatan, antar
Satker, antar lokasi, dan/ atau antarkewenangandalam wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaanyang berbeda;
c) penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 52
d) ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda antara RKA-
K/L dan RKP atau basil kesepakatan DPR dengan Pemerintah;
e) revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahanrumusan yang tidak terkait
dengan anggaran; dan/atau
f) revisi administrasi yang disebabkan oleh pemenuhanpersyaratan dalam rangka
pencairan anggaran
3.1.3. Mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk satker Pusat
i. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) / Kepala Unit Kerja menyampaikan
usulan revisi kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri
dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
BackupRKA-K/L DIPA usulan revisi dalam bentuk
d01_06301_00_xxxxxx_x.s16; dan
Dokumenpendukung terkait.
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh Kepala Unit Kerja/KPA dan
menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat
permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM
kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan dokumen
pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi);
ADKRKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumenpendukung terkait.
v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan penelaahan revisi bersama
Direktorat Anggaran II dan menandatangani berita acara penelaahan revisi;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 53
vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro Perencanaan
dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri
notifikasi dari sistem;
vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L atau
DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan dan
Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. Usulan revisi diajukan oleh PPK/KPA satker Balai Besar/Balai POM
kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen
pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
RKA Satker
Backup RKAKL-DIPA usulan revisi dalam bentuk
d01_06301_00_xxxxxx_x.s16; dan
Dokumenpendukung terkait.
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA dan
menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat
permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM
kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan dokumen
pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi);
ADKRKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumenpendukung terkait.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 54
v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan penelaahan revisi bersama
Direktorat Anggaran II dan menandatangani berita acara penelaahan revisi;
vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro Perencanaan
dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri
notifikasi dari sistem;
vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L
atau DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai Besar/Balai
POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
3.2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan
3.2.1. Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen Perbendaharaanmeliputi revisi terkait
dengan:
a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananyabersumber dari PHLN dan/atau
PHDN;
b. penambahan penerimaan hibah langsung;
c. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dariPNBP di atas pagu
APBN untuk Satker BadanLayanan Umum;
d. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran(Output) yang sama, dalam 1
(satu) Kegiatan yangsama,dan dalam 1 (satu) Satker yang sama dalam1 (satu)
wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
e. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1 (satu) Kegiatan yang
sama, dan dalam 1 (satu)Satker yang sama dalam 1 (satu) wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
f. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran(Output) yang sama, dalam 1
(satu) Kegiatan yangsama, dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah
kerjaKanwil Ditjen Perbendaharaan;
g. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1 (satu) Kegiatan yang
sama, dan antar Satker dalam1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah
DirektoratJenderal Perbendaharaari;
h. pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu)Satker yang sama, dalam
1 (satu) wilayah kerjaKanwil Ditjen Perbendaharaan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 55
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Kegiatan yangsama, dan antar Satker
dalam 1 (satu) wilayah kerjaKantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
j. pergeseran anggaran Sisa Anggaran Kontraktual atauSisa Anggaran
Swakelola dalam 1 (satu) Satker dalamrangka meningkatkan volume
Keluaran (Output);dan/atau
k. ralat karena kesalahan administrasi dalam wilayah kerjaKantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaaanselain ralat volume, jenis, dan satuan
Keluaran(Output) yang berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil
kesepakatan DPR dengan. Pemerintah.
3.2.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk satker Pusat
i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala Biro
Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumenpendukung terkait.
ADKRKA-K/L DIPA revisi;
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyampaikan usulan Revisi Anggaran
yang ditandatangani KPA Satker kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan
dengan melampirkan dokumen pendukung berupa:
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi);
ADKRKA-K/L DIPA revisi;
Copy DIPA Petikan terakhir; dan
Dokumenpendukung terkait.
v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro Perencanaan
dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri
notifikasi dari sistem;
vi. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan dan
Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 56
vii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala kanwil Ditjen
Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
Copy DIPA Petikan terakhir; dan
Dokumenpendukung terkait.
ii. Apabilausulan Revisi Anggaran disetujui, KPA menerima Surat pengesahan
Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
iii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, KPA Satker Balai
Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK;
iv. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan update revisi DIPA berdasarkan
RKA-K/L online.
3.3. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran
3.3.1. Revisi Anggaran dapat dilakukan pada KPA dengan ketentuan sebagai berikut:
a. melekat pada gaji;
b. tidak mengurangi/merelokasi anggaran belanjamengikat; .
c. pergeseran komponen input untuk kebutuhan BiayaOperasional; dan
d. Pergeseran komponen input dalam 1 (satu) Keluaran(Output) atau antar
Keluaran (Output) dalam 1 (satu)Kegiatan dan dalam 1 (satu) Satker.
3.3.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada KPA dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk Satker Pusat
i. PPK/ KPA menyampaikan usulan revisi kepada Kepala Biro Perencanaan
dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumen pendukung terkait.
ii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti dan memeriksa kelengkapan
dokumen pendukung, dan mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi
RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 57
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi POK.
b. Untuk Satker Balai/Balai Besar POM
i. PPK menyampaikan usulan revisi kepada KPA satker Balai Besar/Balai
POM yang dilampiri dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumen pendukung terkait.
ii. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan perubahan pada aplikasi RKA-
K/L-DIPA dan mencetak POK;
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. KPA menyampaikan back upRKA-K/L-DIPA revisi kepada Biro
Perencanaan dan Keuangan sebagai bahan up dating data komputer di Biro
Perencanaan dan Keuangan;
3.4. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI
3.4.1. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI meliputi:
a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri baru setelah
Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2015 ditetapkan;
b. pergeseran anggaran antar fungsi/unit organisasi yang dipimpin oleh Pejabat
Eselon I selaku penanggung jawab Program yang memiliki alokasi
anggaran(portofolio), dalam 1 (satu) Kementerian/Lembaga; dan/atau
c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:
i. memenuhi .kebutuhanBiaya Operasionalsepanjang dalam Bagian Anggaran
yang sama;
ii. pergeseran anggaran antar Program dalam1 (satu) Bagian Anggaran untuk
memenuhikebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatanyang dibiayai dari
pinjaman dan/ atau hibah luarnegeri;
iii. penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker sepanjang likuidasi
Satker sudahdisetujui oleh DPR;dan/atau
iv. penyelesaian administrasi DIPA baru dalam1 (satu) satkerbagi
Kementerian/Lembaga yangmengalami perubahan
nomenklatur/strukturorganisasi sepanjang total pagu
Kementerian/Lembaga tetap, dan pagu Program lama danProgram baru
sudah disetujui DPR.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 58
3.4.2. Mekanisme Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR-RI dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
c. Untuk satker Pusat dan Balai
i. Usulan revisi diajukan oleh Sekretaris Utama kepada Pimpinan Komisi IX
DPR RI untuk mendapat persetujuan;
ii. Berdasarkan persetujuan Pimpinan Komisi IX DPR RI, Sekretaris Utama
mengajukan usulan revisi anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran
dilengkapi dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan(semula –
menjadi);
ADKRKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
iii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, Direktorat Jenderal Anggaran
menetapkan Revisi DHP RKA-K/L dan Surat pengesahan Revisi Anggaran
yang dilampiri notifikasi dari sistem;
iv. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan dan
Keuangan menerbitkan revisi POK Pusat dilampiri surat pengesahan revisi
DIPA;
v. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai Besar/Balai
POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
vi. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Satker Balai Besar/Balai POM
melakukan update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
4. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran
4.1. Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk TA. 2016 ditetapkan sebagai
berikut:
a. Tanggal 30 Oktober 2016 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran;
b. Tanggal 30 Nopember 2016 untuk Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
c. Tanggal 15 Desember 2016 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran berkaitan antara lain pergeseran anggaran untuk belanja pegawai;
pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L; kegiatan yang dananya
bersumber dari PNBP, PLN, HLN terencana, dan HDN terencana serta
Pinjaman Dalam Negeri dan kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 59
harus mendapat persetujuan DPR, persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit
eksternal dan sejenisnya.
d. Tanggal 30 Desember 2016 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat Jenderal
Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan lingkup BA BUN, pergeseran
anggaran untuk bencana alam, dan revisi dalam rangka pengesahan.
e. Tanggal 30 Desember 2016 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat Jenderal
Perbendaharaandalam rangka pengesahan anggaran belanja yang dibiayai dari
hibah langsung.
4.2. Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa: kesalahan
pencantuman kantor bayar (KPPN), kesalahan pencantuman kode lokasi, kesalahan
pencantuman sumber dana, terlanjur memberikan approval/persetujuan revisi,
tidak tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA dan DIPA belum
direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan revisi secara otomatis.
D. PELAPORAN
Penanggungjawab Kegiatan secara berjenjang melaporkan hasil kegiatan yang
dikelolanya dan realisasi anggaran sebagai akibat pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai
dengan DIPA Petikan, kepada PPK.
PPK setelah melakukan kompilasi, melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan maupun
bahan informasi tentang anggaran yang dikelola sebagai pertanggungjawaban kepada
Kepala Satker selaku Pemegang Kuasa Pengguna Anggaran dan Biro Perencanaan dan
Keuangan.
Laporan yang harus diserahkan kepada Kepala Satker dan Biro Perencanaan dan
Keuangan, terdiri dari :
1. Laporan Keuangan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) merupakan prosedur
dalam siklus akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup BPOM yang dalam
pelaksanaannya memproses transaksi keuangan, barang dan transaksi laninnya untuk
menghasilkan Laporan Keuangan yang dapat bermanfaat bagi pengguna Laporan
Keuangan. SAI akan dapat berjalan apabila memenuhi unsur-unsur pokok sebagai
berikut :
a. Formulir/dokumen sumber
b. Jurnal
c. Buku Besar
d. Buku pembantu
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 60
e. Laporan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan akan berjalan dengan baik, apabila
BPOM dapat mengkoordinasikan unsur-unsur menjadi satu kesatuan yang
dilaksanakan oleh unit akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan alasan tersebut
maka untuk melaksanakan SAI, BPOM harus membentuk Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Instansi sesuai dengan hierarki organisasi dengan tujuan agar
proses akuntansi dapat berjalan dengan baik.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) terdiri dari Unit Akuntansi
Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi Pelaporan Barang Milik Negara (BMN).
Pembentukan kedua unit akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut dimaksudkan
agar penyelenggaraan pencatatan atas transaksi aset berupa BMN terjadi check and
balance sebagai bagian dari penyelenggaraan pengendalian internal di masing-masing
unit akuntansi dan pelaporan keuangan di BPOM.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di BPOM terdiri dari :
1. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggara (UAKPA)
yang berada pada tingkat Satker. Penanggung Jawab UAKPA adalah Kepala
Satker.
2. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA) yang
berada pada tingkat BPOM. Penanggung Jawab UAPA adalah Kepala BPOM.
Sedangkan Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN, terdiri dari :
1. Unit Akuntansi dan Pelaporan Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada
pada tingkat Satker
2. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pengguna Barang (UAPB) yang berada pada
tingkat BPOM.
Mengingat pentingnya pembentukan Unit Akuntansi dan Pelaporan, maka BPOM
wajib menetapkan Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan serta Unit Akuntansi
dan Pelaporan Barang pada level Unit akuntansi dan pelaporan instansi. Hal ini
bertujuan agar dalam pelaksanaan akuntansi dapat berjalan lebih tertib dan masing-
masing Unit Akuntansi dan Pelaporan bertanggungjawab sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
Pembentukan Unit Akuntansi dam Pelaporan akan terkait dengan sumber daya
manusia yang melaksanakannya. Pengendalian internal akan berjalan maksimal
apabila Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan
Barang dilaksanakan oleh pelaksana yang berbeda. Namun demikian, apabila dalam
unit akuntansi dan pelaporan mengalami kendala dalam jumlah sumber daya
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 61
manusia, maka apabila terjadi rangkap tugas harus dilakukan supervisi dengan ketat
untuk menghindari kecurangan dan kesalahan penyajian laporan keuangan.
Berikut struktur organisasi Unit Akuntansi Pelaporan Instansi pada BPOM :
a. Tingkat UAKPA
b. Tingkat UAPA
Unit Akuntansi dan Pelaporan Tingkat Instansi melaksanakan fungsi akuntansi dan
pelaporan atas pelaksanaan anggaran dan penatausahaan BMN sesuai jenjangnya
(UAKPA dan UAPA). Proses akuntansi dan pelaporan tersebut menghasilkan
Kepala Satker/KPA
UAKPA UAKPB
Kasubag Tata Usaha
Pelaksana Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pelaksana Unit Akuntansi Dan Pelaporan Barang Rekonsiliasi
Kepala Badan
UAPA Kepala Biro Perencanaan
dan Keuangan
Pelaksana Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan
Pelaksana Unit Akuntansi Dan
Pelaporan Barang
UAPB Kepala Biro Umum
Kepala Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga Kepala Bagian Keuangan
Kepala Subag Verifikasi
Kepala Subag Perlengkapan
Rekonsiliasi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 62
laporan keuangan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas
atas pengelolaan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimilikinya sesuai
dengan kewenangannya masing-masing. Proses akuntansi dan pelaporan juga
menghasilkan laporan BMN yang selain digunakan sebagai bahan penyusunan
neraca juga dapat digunakan untuk tujuan manajerial.
Proses akuntansi dimulai dari verifikasi Dokumen Sumber. Dokumen Sumber
utama atas terjadinya transaksi keuangan dilingkup enititas terdapat pada UAKPA,
sehingga proses akuntansi terhadap dokumen sumber dilaksanakan oleh UAKPA.
Unit Akuntansi dan Pelaporan pada level diatasnya hanya merupakan Unit
Akuntansi dan Pelaporan keuangan yang bertugas menggabungkan laporan
keuangan dari unit Akuntansi dan Pelaporan di bawahnya.
Selain proses penelaahan Dokumen Sumber dan proses akuntansi lainnya, untuk
meyakinkan data atas laporan keuangan sebelum disusun menjadi laporan keuangan
dan disampaikan kepada stakeholder sesuai dengan ketentuan, dilakukan rekonsiliasi.
Rekonsiliasi meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang berdampak pada
validitas dan akurasi data yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam hal terjadi
perbedaan data, rekonsiliasi dapat mendeteksi dan mengetahui penyebab-penyebab
terjadinya perbedaan. Pelaksanaan rekonsiliasi data laporan keuangan ini juga
merupakan amanat dari pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Rekonsiliasi pada Unit Akuntansi dan Pelaporan Instansi dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu :
1. Rekonsiliasi internal, yaitu rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan
keuangan yang dilaksanakan antar subsistem pada masing-masing Unit
Akuntansi dan Pelaporan dan/atau antar Unit Akuntansi dan Pelaporan yang
masih dalam 1 (satu) entitas pelaporan, misalnya antar SAK dan SIMAK BMN.
2. Rekonsiliasi eksternal, yaitu rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan
keuangan yang dilaksanakan antar unit akuntansi dan pelaporan yang dengan
unit akuntansi dan pelaporan yang lain atau pihak lain yang terkait, tidak dalam
1 (satu) entitas pelaporan, misalnya rekonsiliasi antara UAKPA dengan
UAKBUN.
Dokumen Sumber yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan ditingkat
UAKPA antara lain :
1. Dokumen yang terkait dengan transaksi penerimaan, yaitu :
a. estimasi pendapatan (yang dialokasikan pada DIPA) dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 63
b. realisasi pendapatan antara lain :bukti penerimaan negara seperti SSBP, dll
2. Dokumen yang terkait dengan transaksi pengeluaran yang terdiri dari SP2D
3. Memo Penyesuaian yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal penyesuaian
untuk transaksi akrual dan jurnal aset.
4. Dokumen yang terkait piutang antara lain kartu piutang, daftar rekapitulasi
piutang dan daftar umur piutang
5. Dokumen yang terkait transaksi persedian, antara lain : buku persediaan dan
laporan persediaan.
6. Dokumen yang terkait transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) antara lain
Kartu KDP, Laporan KDP
7. Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan seperti BAST, SK
Penghapusan, SK Penghentian dan/atau penggunaan kembali atas Aset
Tetap/Aset Tak Berwujud yang dalam kondisi rusak berat, Laporan Hasil
Opname Fisik (LHOF) dll.
Output akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan. Masing-masing Unit
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BPOM menghasilkan laporan keuangan yang
terdiri dari :
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan
belanja, yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu
3. Laporan Operasional
Laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas
dan penggunaannya yang dikelola oleh BPOM untuk kegiatan penyelenggaraan
BPOM dalam suatu periode pelaporan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Laporan Keuangan BPOM yang telah disusun melalui proses akuntansi selanjutnya
direviu oleh Inspektorat, yang hasilnya dituangkan dalam Pernyataan Telah Direviu.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 64
Laporan Keuangan BPOM tahunan harus disertai Pernyataan Telah Direviu yang
ditandatangani oleh Inspektur BPOM dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of
Responsibility) yang ditandatangani oleh Kepala BPOM.
Jenis dan periode laporan yang harus disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan oleh entitas akuntansi dan entitas
pelaporan mengikut sistematika Laporan Keuangan sesuai PMK no.
177/PMK/05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan ini disusun dan
disajikan hanya untuk periode pelaporan semesteran (30 Juni tahun anggaran
berjalan) dan untuk periode tahunan (31 Desember tahun anggaran berjalan).
2. Laporan selain Laporan Keuangan yang disajikan dengan jenis dan periode
penyampaian sebagai berikut :
a. Penyampaian Laporan Tingkat UAKPA ke KPPN
No. Periode Pelaporan KeteranganWaktu Penyampaian
Laporan
1 Laporan Bulanan 1 LRA belanja ADK
2 LRA Pengembalian Belanja Soft copy dalam bentuk PDFtanggal 10 bulan berikutnya
3 LRA Pendapatan4 LRA Pengembalian Pendapatan5 Laporan Operasional6 Laporan Perubahan Ekuitas7 Neraca8 Neraca Percobaan
2 Laporan Triwulan I dan 1 LRA belanja ADKTriwulan I tanggal 12 April Tahun berjalan
Laporan Trwulan III 2 LRA Pengembalian Belanja Soft copy dalam bentuk PDF3 LRA Pendapatan4 LRA Pengembalian Pendapatan5 Laporan Operasional6 Laporan Perubahan Ekuitas7 Neraca8 Neraca Percobaan
3 Laporan Semesteransesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
7 Juli Tahun berjalan
4 Laporan Tahunansesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
20 Januari tahun berikutnya
Triwulan III tanggal 12 Oktober tahun berjalan
Jenis Laporan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 65
b. Penyampaian Laporan tingkat UAKPA ke UAPA
No. Periode Pelaporan KeteranganWaktu Penyampaian
Laporan
1 Laporan Bulanan 1 LRA belanja ADK
2 LRA Pengembalian Belanja Soft copy dalam bentuk PDFtanggal 10 bulan berikutnya
3 LRA Pendapatan4 LRA Pengembalian Pendapatan5 Laporan Operasional6 Laporan Perubahan Ekuitas7 Neraca8 Neraca Percobaan
2 Laporan Triwulan I dan 1 LRA belanja ADKTriwulan I tanggal 12 April Tahun berjalan
Laporan Trwulan III 2 LRA Pengembalian Belanja Soft copy dalam bentuk PDF3 LRA Pendapatan4 LRA Pengembalian Pendapatan5 Laporan Operasional6 Laporan Perubahan Ekuitas7 Neraca8 Neraca Percobaan
3 Laporan Semesteransesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
7 Juli Tahun berjalan
4 Laporan Tahunansesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
20 Januari tahun berikutnya
Triwulan III tanggal 12 Oktober tahun berjalan
Jenis Laporan
c. Penyampaian Laporan Tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan Cq. Ditjen
Perbendaharaan
No. Periode Pelaporan KeteranganWaktu Penyampaian
Laporan
1 Laporan Triwulan I dan III 1 LRA belanja ADK2 LRA Pengembalian Belanja Soft copy dalam bentuk PDF3 LRA Pendapatan4 LRA Pengembalian Pendapatan5 Laporan Operasional6 Laporan Perubahan Ekuitas7 Neraca8 Neraca Percobaan
3 Laporan Semesteran Isesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
31 Juli Tahun anggaran berjalan
4 Laporan Tahunansesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
sesuai dengan PMK no. 77/PMK.05/2015
tanggal terakhir di bulan Februari tahun berjalan
- Tahunan Unaudited- Tahunan Audited
Triwulan III tanggal 7 Nov tahun anggaran berjalan
Jenis Laporan
Triwulan I tanggal 7 Mei tahun anggaran berjalan
2. Pelaporan Kinerja/Kegiatan
Pengendalian pelaksanaan anggaran dan kegiatan terdiri dari 2 (dua) sisi, yaitu
pengendalian keuangan dan pengendalian kegiatan. Untuk memudahkan
pengendalian, sebelum pelaksanaan anggaran dimulai, Kepala Unit Kerja bersama
denganPenanggung Jawab Kegiatan diwajibkan untuk membuat Perjanjian Kinerja
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 66
(PK) dan Rencana Aksi Perjanjian Kinerja (RAPK), Kerangka Acuan Kegiatan
(Term of Reference = TOR), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action = POA),
serta entry datadan mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP) melalui Sistem
Informasi RUP (SiRUP). Pencapaian kinerja harus diukur dan dilaporkan dalam
periode tertentu, menggunakan format sebagai berikut:
a. Format RAPK untuk memantau capaian Perjanjian Kinerja;
b. Matriks Pencapaian Rencana Tindak untuk memantau realisasi fisik dan
anggaran;
c. Progress RUP untuk memantau kemajuan pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
d. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) untuk pelaporan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan.Untuk pelaporan kinerja yang telah difasilitasi
oleh SIPT, agar dilaporkan melalui SIPT.
Selain itu, penanggung jawab kegiatan juga melakukan pelaporan secara online
melalui e-monev Bappenas (PP 39/2006) untuk capaian RKP per triwulan, e-monev
DJA (PMK 249/2011) untuk capaian output kegiatan yang tercantum dalam DIPA
per bulan, serta e-monev LKPP/ TEPRA untuk capaian fisik, anggaran, dan progres
pengadaan barang/jasa per bulan. Mulai tahun 2016, untuk memudahkan
mekanisme pemantauan kinerja dan mekanisme pengumpulan data kinerja, akan
dilakukan pemantuan kinerja secara online melalui e-performance BPOM.
A. Pelaksanaan PMK No 249 Tahun 2011
Sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 90 tahun
2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga, disebutkan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan
pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun sebelumnya dan
tahun anggaran berjalan. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, Menteri
Keuangan menetapkan PMK Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga. Evaluasi kinerja tersebut terdiri atas 3 (tiga) aspek yaitu aspek
implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks.
Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dilakukan dalam rangka menghasilkan
informasi kinerja mengenai pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran. Indikator
yang diukur dalam evaluasi pada aspek implementasi meliputi:
1. penyerapan anggaran (bobot 9,7%), dilakukan dengan membandingkan
akumulasi realisasi anggaran dengan akumulasi pagu anggaran dikalikan 100%.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 67
2. konsistensi antara perencanaaan dan implementasi(bobot 18,2%), dilakukan
dengan membandingkan akumulasi realisasi anggaran dengan akumulasi rencana
penarikan dana dibagi dengan jumlah bulan.
3. pencapaian keluaran (bobot 43,5%), dilakukan berdasarkan rata-rata dari
perkalian antara perbandingan realisasi dan target volume keluaran dengan rata-
rata perbandingan antara realisasi dan target indikator kinerja keluaran. Sampai
dengan saat ini, pengukuran pencapaian keluaran diperoleh dengan merata-
ratakan perbandingan realisasi dan target volume keluaran.
4. efisiensi (bobot 28,6%), dilakukan dengan mengurangkan angka 1 (satu) dengan
hasil perbandingan realisasi anggaran per keluaran dengan pagu anggaran per
keluaran.
Evaluasi kinerja atas aspek manfaat dilakukan dalam rangka menghasilkan
informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan/atau pemangku
kepentingan sebagai penerima manfaat atas keluaran yang telah dicapai. Indikator
yang diukur dalam evaluasi pada aspek manfaat yaitu capaian indikator kinerja utama
(IKU), dengan membandingkan realisasi dan target IKU. Evaluasi kinerja atas
aspek konteks dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi mengenai relevansi
masukan, kegiatan, keluaran, dan hasil, dengan dinamika perkembangan keadaan,
termasuk kebijakan Pemerintah.
Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dan aspek manfaat dilakukan setiap tahun.
Evaluasi kinerja atas aspek konteks dilakukan paling sedikit sekali dalam setahun
atau sesuai dengan kebutuhan.Perbandingan bobot kinerja atas aspek implementasi
dan aspek manfaat adalah 33,3%:66,7%. Sampai dengan saat ini, bobot kinerja
adalah 100%:0% (aspek manfaat untuk sementara belum diperhitungkan).
Secara keseluruhan, penilaian kinerja dilakukan dengan menghitung nilai kinerja
pada masing-masing aspek dikalikan dengan bobot masing-masing aspek.Hasil
penilaian kinerja dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:
a. >90% - 100% : Sangat Baik
b. >80% - 90% : Baik
c. >60% - 80% : Cukup atau Normal
d. >50% - 60% : Kurang
e. ≤50% : Sangat Kurang
Pelaporan oleh setiap unit kerja dilakukan setiap bulan melaluiSistem Monev Kinerja
Terpadu (www.monev.anggaran.depkeu.go.id) yang telah disediakan oleh DJA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 68
Kementerian Keuangan, paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bulan
bersangkutan berakhir.
B. Pelaksanaan PP No 39 Tahun 2006
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 30 Undang-Undang nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pemerintah menetapkan
Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan program pembangunan. 3 (tiga) tahapan utama dalam penerapan PP
39/2006 ini adalah pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
Pengendalian dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran
pembangunan yang tertuang dalam rencana, dilakukan melalui kegiatan pemantauan
dan pengawasan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dengan pasti bahwa
capaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana
pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana
pembangunan yang akan datang. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL
dan RKP dan juga dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMN dan Renstra-KL.
Pelaporan bermanfaat untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat
kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan serta
penentuan kebijakan.
Pelaporan kinerja oleh seluruh unit kerja dilakukan per triwulan yaitu pada tanggal
31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember kepada Kementerian
PPN/Bappenasmelalui pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan nasional
secara elektronik (www.e-monev.bappenas.go.id). Laporan tersebut diterima
Bappenas selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak triwulan bersangkutan berakhir.
Data dan informasi yang telah disampaikan tersebut, akan digunakan sebagai bahan
evaluasi pelaksanaan RKP untuk menilai keberhasilan pelaksanaan dari suatu
program/kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam
RPJMN.
Sistem e-monev memonitor dari dua aspek yaitu realisasi anggaran dan realisasi
kinerja. Tingkat pencapaian kedua aspek ini dihitung berdasarkan target yang
ditetapkan pada setiap awal tahun anggaran yang disebut sebagai target triwulanan.
Target triwulanan kegiatan dihitung berdasarkan breakdown dari target tahunan yang
telah ditetapkan. Target triwulanan merupakan prakiraan nilai pencapaian
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 69
penyerapan anggaran dan prakiraan nilai pencapaian kinerja suatu kegiatan secara
kumulatif per-triwulanan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Target triwulanan merupakan besaran/nilai yang ingin dicapai sampaidengan
triwulan tersebut danbukanhanya nilai pada triwulan itusaja.
2. Target triwulanan dinyatakan dalam satuan persentase (%) dan dinyatakan dalam
persentase capaian (perbandingan antara realisasi terhadap target).
3. Nilai persentase yang di-input merupakan kumulatif dari triwulan sebelumnya.
4. Target yang di-input adalah target penyerapan anggaran kegiatan per-triwulan dan
target capaian kinerja kegiatan per-triwulan
5. Nilai akhir dari target anggaran dan target kinerja pada triwulan IVwajib
100%.
6. Realisasi anggaran per-kegiatan yang diinput adalah nilai rupiah kumulatifsampai
dengan triwulan berjalan,bukan hanya nilairealisasi pada triwulan tersebut.
7. Nilai realisasi anggaran diinput dalam satuan rupiah sesuai data dalam dokumen
SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), dan bukan nilai rupiah pada dokumen
SPM (Surat Perintah Membayar) atau kwitansi pembayaran. Data realisasi
anggaran per-kegiatan untuk kumulatif triwulanan juga dapat diperoleh dari
Monev DJA.
Besaran gap atau selisih antara target dan realisasi suatu kegiatan dihitung secara
terpisah antara anggaran dan kinerja, namun kedua hal tersebut mempunyai rumus
dasar perhitungan yang sama. Pengukuran gap/selisih dalam rumus dasar lebih jelas
digambarkan dalam contoh berikut:
Tabel 1. Contoh Pengukuran Gap Antara Realisasi dengan Target
Kegiatan Target Triwulan
( %)
Realisasi
Kinerja TW
II (%)
Realisasi
- Target
Perhitungan
Gap
Nilai
Gap
I II III IV
Kegiatan
A.1 25 40 80 100 22 18 18/40*100 45%
Penjelasan:
• Contoh: Target anggaran triwulan II Kegiatan A.1= 40 %
• Nilai realisasi anggaran yang dicapai pada triwulan II ini = 22 %
• Selisih Realisasi dengan Target = 40% – 22% = 18 %
• Perhitungan Gap/selisih= 18/40*100%= 45%
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 70
Nilai 45% dibandingkan dengan range untuk penentuan Status Capaian
Kegiatan/Program yang dinotifikasikan dalam warna hijau, kuning dan merah.
Tabel 2. Tabel Keterangan Status Capaian Program/Kegiatan
STATUS
CAPAIAN WARNA
GAP TARGET VS
REALISASI (X) PENJELASAN
Hijau X < 0 % Baik
Kuning 0%< X < 25% Hati–hati
Merah x > 25% Buruk
Berdasarkan Tabel diatas maka nilai 45% dinotifikasikan berwarna MERAH
(buruk). Notifikasi dan Rumus penghitungannya berlaku bagi status capaian kinerja
kegiatan dan program.
C. Pelaksanaan E-Performance BPOM
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap Akuntabilitas Kinerja BPOM oleh Kemenpan
dan RB tahun 2014, salah satu hasil evaluasi pada komponen Pengukuran Kinerja
adalah BPOM belum membangun sistem pengumpulan data kinerja secara
memadai, masih bersifat ad hoc pada saat penyusunan LAKIP. Selama ini, Biro
Perencanaan dan Keuangan telah melakukan pengumpulan data kinerja secara
berkala namun masih semi elektronik melalui email. Untuk menindaklanjuti saran
dari Kemenpan dan RB, BPOM telah menyusun sistem pelaporan kinerja secara
elektronik berbasis Balanced Scorecard(e-perfromance).
E-performance tersebut telah terintegrasi dengan penilaian prestasi kinerja pegawai
berdasarkan indikator yang diturunkan sampai dengan level indikator kinerja
individu. Dengan adanya e-performance akan mempermudah pengumpulan data
kinerja dan pimpinan unit kerja dapat memantau kinerja unit secara berkala dan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja.
D. Formulir Pelaporan Kinerja/ Kegiatan
Informasi yang valid dan up to date merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi pengawasan di bidang Obat dan Makanan. Informasi ini dihasilkan
dari suatu data yang telah diolah dan dianalisa. Proses pengambilan keputusan harus
didasarkan pada informasi yang akurat dan tepat, sehingga data sebagai sumber
informasi menjadi kunci utama. Kepercayaan terhadap data tersebut didapatkan jika
suatu data mempunyai setidaknya empat kriteria yaitu : tepat waktu, tepat jumlah,
tidak bias dan dapat diolah.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 71
Terkait dengan data dan informasi, pelaporan yang terstruktur, terintegrasi dan
berkesinambungan merupakan hal yang tak dapat dielakkan lagi. Dalam hal ini,
pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan kinerja pengawasan Obat dan Makanan,
yang setidaknya memiliki lima kriteria, yaitu: ringkas/padat, lengkap, informatif,
akuntabel dan tepat waktu.
Untuk melaksanakan pelaporan yang andal, terdapat beberapa komponen yang
perlu diperhatikan, antara lain :
1. Komitmen
Keinginan bekerjasama (lintas unit kerja dan instansi)
Keinginan memberi yang terbaik
Keinginan untuk melakukan kesinambungan
Verifikasi berjenjang dari top level management sampai ke operator
2. Metode
Yang diatur dalam Pedoman Pelaporan ini adalah pelaporan secara
konvensional/manual, melalui format – format / formulir pelaporan
3. SDM
SDM pengelola pelaporan perlu diperhatikan, tidak hanya terbatas jumlah/
kuantitas, melainkan juga kualitasnya. Dalam hal ini perlu ditunjuk/ditentukan
SDM pengelola pelaporan dengan kriteria dan jumlah tertentu, demi kelancaran
dan kesinambungan pelaksanaan pelaporan yang ditetapkan, tanpa menghambat
tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Perlu dibentuk tim
penanggung jawab pelaporan yang terdiri dari semua unit / komponen.
Setiap unit kerja dalam melaporkan kinerja dan capaian kegiatan, selain melalui e-
monev juga melaporkan secara manual menggunakan format yang telah ditetapkan.
3. Laporan Kegiatan per Bulan
Laporan pelaksanaan kegiatan oleh Balai Besar / Balai POM secara manual
disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Keuangan u.p. Bagian Evaluasi dan
Pelaporan melalui email bagianevapor@yahoo.comditerima paling lambat 14
(empat belas) hari setelah bulan bersangkutan berakhir.Laporan menggunakan
format (namun tidak terbatas) pada Lampiran 3: Format Rekapitulasi Hasil
Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) sesuai keputusan Sekretaris Utama Nomor
HK.06.02.2.21.01.14.0236 Tahun 2014 tentang Pedoman Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan pada Badan POM.Apabila
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 72
diperlukan, dapat menambahkan format pelaporan lainnya.Pelaporan
menggunakan format RHPK hanya mengakomodir pelaporam kinerja yang belum
difasilitasi oleh SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu).
Pada Lampiran 3 pedoman tersebut dicantumkan format pelaporan kegiatan per
bulan Balai Besar/Balai POM, yang merupakan Format Rekapitulasi Hasil
Pelaksanaan Kegiatan (RHPK), terdiri dari:
1. Tabel B.1 : RHPK Pengawasan Iklan dan Label / Penandaan
2. Tabel B.2 : RHPK Layanan Sertifikasi
3. Tabel B.3 : RHPK Layanan Informasi dan Pengaduan
4. Tabel B.4 : RHPK Layanan Pengujian Pihak Ketiga
5. Tabel B.5 : RHPK MoU/ Kerja sama BB/Balai POM dengan Pemda
6. Tabel B.6 : RHPK Pengadaan Barang/Jasa
7. Tabel B.7 : RHPK Penyuluhan / Penyebaran Informasi
8. Tabel B.8 : RHPK Investigasi Awal dan Penyidikan
4. Laporan Kegiatan Triwulanan
Unit kerja di pusat menyusun laporan triwulanan sesuai ruang lingkup tugas dan
fungsinya. Laporan disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Keuangan u.p.
Bagian Evaluasi dan Pelaporan melalui email bagianevapor@yahoo.comdan
diterima paling lambat 14 (empat belas) harisetelah triwulan bersangkutan
berakhir, dengan menggunakan format (namun tidak terbatas) padaLampiran
4sesuai keputusan Sekretaris Utama Nomor HK.06.02.2.21.01.14.0236 Tahun 2014
tentang Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program dan
Kegiatan pada Badan POM.
Pada Lampiran 4pedoman tersebut dicantumkan format laporan bulanan unit kerja
di pusat, yang terdiri dari:
1. Tabel P.1 : Profil Peraturan, Standar, dan Pedoman BPOM
2. Tabel P.2 : Profil Penilaian Produk Obat dan Makanan
3. Tabel P.3 : Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Obat dan Makanan
4. Tabel P.4 : Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat dan Makanan
5. Tabel P.5 : Hasil Sampling dan Pengujian Obat dan Makanan
6. Tabel P.6 : Hasil Pengujian Barang Bukti Kasus NAPZA
7. Tabel P.7 : Hasil Penyelidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat
dan Makanan
8. Tabel P.8 : Monev MoU/ Kerja sama/ Nota Kesepahaman/ Letter
of Agreement
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 73
Unit kerja, yang format pelaporannya belum diatur dalam pedoman ini, dapat
menyusun format yang sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing–masing.
5. Laporan Rencana Aksi Perjanjian Kinerja (RAPK)
Setiap unit kerja Pusat dan Balai Besar/Balai POM wajib menyampaikan realisasi
dan capaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja disertai
dengan analisis sederhana tentang keberhasilan/kegagalan dalam pencapaiannya,
sebagaimana format pada Lampiran 5.Harus dipastikan bahwa data yang dilaporkan
adalah data kumulatif, bukan hanya data pada bulan bersangkutan saja.
Catatan :
Pengendalian dan pelaporan kinerja lebih detil diatur dalam PEDOMAN
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN
PROGRAM DAN KEGIATAN PADA BPOM sesuai Keputusan Sekretaris
Utama BPOM RI Nomor : HK.06.02.2.21.01.14.236 Tahun 2014.
6. Laporan Barang Milik Negara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa Barang Milik Negara atau BMN adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
BMN menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2008 tentang
Penatausahaan BMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BMN adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
Pada lampiran VII PMK Nomor 120/PMK.06/2008 tentang Penatausahaan BMN
dikategorikan sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki
untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang
memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai persediaan. Sedangkan BMN
dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Kuasa Pengguna
Barang dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 74
Adapun jenis BMN adalah sebagai berikut:
A. Aset Tetap
Klasifikasi Aset Tetap, yaitu
1. Tanah
2. Peralatan dan mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, irigasi dan jaringan
5. Aset tetap lainnya
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
Penyajian dan pengungkapan aset tetap dinilai dengan biaya perolehan atau nilai
wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan menggambarkan
jumlah pengeluaran yang telah digunakan untuk memperoleh aset tetap tersebut
sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai aset tetap tersebut siapa digunakan.
Biaya perolehan seperti yang dimaksud adalah mengacu kepada nilai satuan
minimum pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 01/KMK.12/2001 tentang
Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi
Pemerintah, yaitu :
a. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan peralatan dan mesin adalah
sama dengan atau lebih dari Rp300.000,- (tiga ratus ribu rupiah);
b. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan gedung dan bangunan adalah
sama dengan atau lebih dari Rp10.000. 000,- (sepuluh juta rupiah);
B. Aset Lancar
Aset lancar adalah Aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau
dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
BMN yang menjadi kategori aset lancar adalah persediaan.
Persediaan dapat terdiri dari :
a. Barang konsumsi
b. Amunisi
c. Bahan untuk pemeliharaan
d. Suku cadang
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
f. Pita cukai dan leges
g. Bahan baku
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 75
h. Barang dalam proses/setengah jadi
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan disajikan sebesar :
d. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
e. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
f. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.
Potongan harga, rabat dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Aset lancar biasanya berasal dari belanja bahan seperti Alat Tulis Kantor, bahan
cetakan, leaflet, pamphlet, baku pembanding, sampel dan retain sampel, persediaan
alat gelas (glassware), hewan percobaan, reagensia dan lain-lain.
C. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintahyang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar dan aset tetap.
Aset lainnya antara lain terdiri dari :
a. Aset tak berwujud, meliputi :
1) Software komputer
2) Lisensi dan franchise
3) Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya
4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
b. Aset lain-lain
Yang termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah.
6..1. Pengelolaan Barang Milik Negara
Sesuai PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang PengelolaanBarang Milik
Negara/Daerah, pengelolaan BMN meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfaatan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Pemindahtanganan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 76
h. Pemusnahan
i. Penghapusan
j. Penatausahaan
k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
Penatausahaan persediaan khusus reagensia sesuai dengan ketentuan Surat
Edaran Nomor : HK.06.02.2.24.12.13.3228 Tahun 2013 tentang Kriteria
Persediaan Reagensia Usang/Rusak.
Persediaan dalam kondisi usang atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
6..2. Laporan Barang Milik Negara
Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap belanja APBN yang berpotensi
menjadi aset maka pemerintah telah menetapkan kepada seluruh entitas
pelaporan agar menyajikan dan melaporkan seluruh laporan BMN yang terjadi
kepada DPR, Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
setiap periode tahun anggaran sebanyak 2 kali dalam satu tahun (semester).
Apabila Kementerian Negara Lembaga tidak melaporkan dan menyajikan laporan
BMN tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan pencairan
anggaran untuk tahun berjalan, tahapan sebelum dilakukannya penyajian laporan
BMN adalah:
1. Klasifikasi terhadap setiap transaksi yang terjadi.
2. Mencatat semua transaksi yang terjadi ke dalam aplikasi SIMAK BMN (Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara) yang terintegrasi
dengan Aplikasi Persediaan.
3. Melakukan proses validasi dan rekonsiliasi dengan SAKPA di masing-masing
dan disepakati dengan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang dilakukan
setiapsemester.
4. Mengirimkan data backup berupa softcopy hasil rekonsiliasi internal ke Biro
Umum setiap semester dari masing-masing.
5. Menyampaikan Laporan BMN yang berasal dari cetakan Aplikasi SIMAK
BMN beserta Catatan Ringkas Barang Milik Negara (CRBMN) ke Biro Umum
setiap semester.
6. Melakukan proses rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) setempat disertai dengan Berita Acara Rekonsiliasi
(BAR) setiap semester.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 77
7. BAR dari KPKNL tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk
dilakukan rekonsiliasi kembali dengan KPPN, apabila terlambat atau tidak
melakukan rekonsiliasi dengan KPKNL maka akan dikenakan sanksi
pembekuan pencairan anggaran untuk tahun berjalan. Prosedur dan tata cara
penyampaian laporan BMN sesuai Buku PEDOMAN PENATAUSAHAAN
BARANG MILIK NEGARA Revisi ke 1 Tahun 2013
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 78
BAB VI KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN
A. PENGELUARAN ANGGARAN
1. Pembayaran atas beban anggaran belanja negara dilakukan dengan:
a. Pembayaran langsung kepada yang berhak (LS), atau
b. Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)/ Tambahan Uang Persediaan (TUP)
2. Uang Persediaan
Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
a. Belanja Barang;
b. Belanja Modal ;
c. Belanja Lain-lain.
3. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu rekanan tidak
boleh melebihi Rp50.000.000,-(Lima Puluh Juta Rupiah), kecuali pembayaran honor
dan perjalanan dinas.
4. Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari setiap Bendahara Pengeluaran
diizinkan menyimpan uang tunai, setinggi-tingginya sebesar Rp50.000.000,- (Lima
Puluh Juta Rupiah).
5. Sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa :
• Uang Persediaan (UP) dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran Belanja
Barang, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain;
• Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah
digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia
dalam DIPA;
• Uang persediaan dapat diusulkan kembali setelah penggunaan uang persediaan
sebelumnya telah dipertanggungjawabkan minimal sebesar 50% tanpa harus
menunggu akhir periode.
6. Untuk pembayaran Belanja Barang (reagensia, suku cadang, ATK dan lain-lain) dan
Belanja Modal yang dilakukan dengan mekanisme UP dan TUP antara
Rp10.000.000,- sd Rp50.000.000,- perlu dilengkapi dengan data dukung berupa
proses penyusunan spesifikasi dan HPS / negosiasi harga.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 79
B. PERJALANAN DINAS
Merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah
maupun di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara. Perjalanan dinas
terdiri atas Perjalanan dinas dalam negeri dan Perjalanan dinas luar negeri.
Perjalanan dinas dalam negeri diatur dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai
Tidak Tetap dan PMK Nomor 65/PMK.02/2015 tentang SBM TA 2016.
1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri
Perjalanan dinas dalam negeri terdiri dari perjalanan dinas jabatan dan perjalanan
dinas pindah.
1.1. Perjalanan dinas jabatan
1.1.1. Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
a. Uang harian terdiri atas uang makan, uang transport lokal dan uang saku;
b. Biaya transport terdiri atas
Perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat tujuan
keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke terminal
bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;
Retribusi yang dipungut di terminal bus/ stasiun/ bandara/ pelabuhan
keberangkatan dan kepulangan;
c. Biaya penginapan
Dalam hal perjalanan dinas jabatan dilakukan bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya, seluruh
pelaksana/peserta dapat menginap pada hotel/penginapan yang sama,
apabila biaya hotel/penginapan lebih tinggi dari satuan biaya
hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam PMK Nomor
65/PMK.02/2015 tentang SBM TA 2016, maka Pelaksana SPD
menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah pada
hotel/penginapan dimaksud;
Untuk perjalanan dinas jabatan dalam rangka mendampingi pimpinan,
maka Pelaksana SPD dapat menginap pada hotel/penginapan yang sama
sepanjang sesuai dengan PMK Nomor 65/PMK.02/2015 tentang SBM TA
2016;
Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan, atas izin
tertulis dari pimpinan unit kerja/PPK/KPA maka Pelaksana SPD dapat
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 80
diberikan biaya penginapan sebesar 30 % dari tarif hotel di Kota Tempat
Tujuan sesuai dengan SBM 2016 dan sebagaimana diatur dalam PMK
Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap. Biaya
penginapan sebagaimana dimaksud dibayarkan secara lumpsum dengan
melampirkan daftar pengeluaraan riil.
d. Uang representasi; dapat diberikan kepada pejabat negara, pejabat eselon I dan
pejabat eselon II selama melakukan perjalanan dinas sesuai PMK Nomor
65/PMK.02/2015 tentang SBM TA 2016.
e. Sewa kendaraan dalam kota; dan/atau
f. Biaya menjemput/mengantar jenazah.
1.1.2. Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi :
1. Perjalanan Dinas Melewati Batas Kota
Batas kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi kesatuan wilayah
Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
2. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota
Terdiri atas perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 jam dan
perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam;
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan uang transport
untuk melakukan kegiatan/pekerjaan yang terkait dengan pelaksanaan
tugas kantor/instansi yang bersifat insidentil dengan ketentuan masih
dalam batas wilayah Kabupaten/Kota;
Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota melebihi 8 (delapan) jam
pergi pulang termasuk pelaksanaan kegiatannya, maka dapat diberikan
transport dalam kota dan uang harian sesuai dengan besaran dalam PMK
Nomor 65/PMK.02/2015 tentang SBM TA 2016;
Perjalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan sampai dengan 8
(delapan) jam dapat dilakukan tanpa penerbitan SPD, pembebanan biaya
Perjalanan Dinas Jabatan dicantumkan dalam Surat Tugas.
1.1.3. Terkait Peraturan Menpan Nomor 6 Tahun 2015 tentangPedoman Pembatasan
Pertemuan/Rapat Diluar Kantor dalam rangka Peningkatan Efisiensi dan
Efektivitas Kerja Aparatur, maka kegiatan bersifat pertemuan/rapat di
lingkungan BPOM diatur sebagai berikut:
1. Diutamakan diselenggarakan di:
a. Gedung milik BPOM atau
b. Gedung milik Instansi Pemerintah lainnya.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 81
2. Dapat diselenggarakan di hotel/villa/cottage/resort dan/atau fasilitas ruang
gedung lainnya yang bukan milik pemerintah apabila memenuhi salah satu
kriteria:
a. Memiliki urgensi tinggi terkait dengan pembahasan materi bersifat
strategisatau memerlukan koordinasi lintas sektoral, memerlukan
penyelesaian secara cepat, mendesak, terus menerus (simultan).
Pertemuan tersebut antara lain pembahasan rancangan peraturan
perundangan; pembahasan pengujian bersama lintas sektor;
b. Tidak tersedia ruang rapat di kantor BPOM/Balai Besar/Balai POM
dan tidak tersedia ruang rapat di Instansi Pemerintah lainnya di wilayah
tersebut.Dibuktikan dengan surat pernyataan keterbatasan sarana dan
prasarana untuk penyelenggaraan rapat di kantor BPOM/Balai
Besar/Balai POM maupun milik instansi pemerintah lain dari Kepala
Satker/Unit Kerja Mandiri atau penanggungjawab kegiatan;
c. Lokasi tempat penyelenggaraan pertemuan sulit dijangkau oleh peserta
baik sarana transportasi maupun waktu perjalanan.
d. Peserta yang berasal dari eselon I lainnya/masyarakat berjumlah
minimal 40 (empat puluh) peserta.
3. Persyaratan penyelenggaraan rapat diluar kantor:
a. Pelaksanaan rapat membutuhkan koordinasi dengan unit/instansi
lainnya sekurang-kurangnya dihadiri peserta dari eselon I lainnya atau
pemerintah daerah atau masyarakat;
b. Tidak terdapat perjalanan dinas/meeting konsineringkeluar kantor untuk
kegiatan yang seharusnya dapat dilakukan di kantor;
c. Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting konsinering yang
dipecah-pecah apabila suatu kegiatan dapat dilaksanakan secara
sekaligus dengan sasaran peserta, tempat tujuan dan kinerja yang
dihasilkan sama;
d. Memastikan tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting
konsinering yang tumpang tindih atau rangkap;
e. Perjalanan dinas/meeting konsinering hanya dilaksanakan oleh pelaksana
SPD yang memang benar-benar diharapkan memberikan kontribusi
nyata dalam hasil yang akan dicapai;
f. Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran yang telah
tersedia;
g. Biaya penyelenggaraan maksimal sesuai SBM TA 2016.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 82
4. Harus memiliki output/hasil yang jelas yang dibuktikan dengan:
a. Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja;
b. Untuk poin 2. b. Surat Pernyataan dari Kepala Satker/Unit Kerja
Mandiri atau penanggungjawab kegiatan untuk keterbatasan sarana dan
prasarana ruang rapat kantor Badan/Balai Besar/Balai POM maupun
milik instansi pemerintah lain;
c. Transkrip hasil rapat/rekaman;
d. Notulensi rapat dan/atau laporan;
e. Daftar hadir peserta rapat;
5. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus disusun dan
ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan dan disampaikan kepada unit
pengawas internal.
1.1.4. Merujuk PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap disebutkan
bahwa Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan melalui perikatan dengan
penyedia jasa meliputi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan Perjalanan Dinas Jabatan dalam
rangka mengikuti rapat, seminar dan sejenisnya diatur sebagai berikut :
• Tatacara pengadaan penyedia jasa mengikuti Perpres yang berlaku tentang
Pengadaan Barang/Jasa;
• Kontrak dengan penyedia jasa:
Untuk 1 paket kegiatan/kebutuhan periode tertentu;
Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif penginapan/hotel resmi oleh
penyedia jasa penginapan/hotel;
Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif tiket resmi yang dikeluarkan
perusahaan jasa transportasi dan SBM TA. 2016;
Pembayaran didasarkan atas prestasi kerja yang telah diselesaikan sesuai
kontrak.
1.1.5. Uang harian paket fullboard di luar kota; uang harian paket fullboard,
fullday/halfday di dalam kota diberikan sesuai SBM TA2016.
1.1.6. Uang harian penyelenggaraan paket meeting fullboard, fullday/halfday tidak
dapat diberikan di hari pelaksanaan Pejabat/Pegawai tersebut ditugaskan sebagai
narasumber.
1.1.7. Uang saku rapat untuk penyelenggaraan rapatdalam kantor diluar jam kerja tidak
dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai yang pada rapat tersebut ditugaskan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 83
sebagai moderator/narasumber dan telahmenerima honorarium sebagai
moderator/narasumber.
1.1.8. Khusus untuk kegiatan yang bersifat nasional, uang harian 1 (satu) hari sebelum
dan atau sesudah waktu pelaksanaan pertemuan dan biaya penginapan dapat
diberikan kepada peserta dengan mempertimbangkan :
• Efisiensi Biaya
• Jadwal pelaksanaan pertemuan, ketersediaan penerbangan/ waktu tempuh dari
tempat kedudukan ke tempat pelaksanaan pertemuan.
1.1.9. Pegawai yang telah mencatatkan kehadirannya pada saat kedatangannya,
kemudian ditugaskan untuk melakukan kegiatan didalam Kab/Kota kurang dari 8
jam seperti:
• pemeriksaan sarana yang bersifat insidentil;
• rapat koordinasi lintas sektor;
• kegiatan sejenisnya.
yang kepadanya diberikan transport lokal karena penugasannya dan setelah selesai
pegawai tersebut kembali ke kantor untuk mencatatkan kepulangannya maka
kepada Pegawai tersebut tidak diberikan uang makan PNS di kantor;
1.1.10. Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Serang (PP)
Rp400.000,-
1.1.11. Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Bekasi, Depok, Bogor, Cikarang dan
Tangerang (PP) Rp200.000,-
1.1.12. Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Kepulauan Seribu bersifat at cost.
1.1.13. Transport perjalanan dinas antar kepulauan/kabupaten/kota yang tidak diatur di
dalam SBMTA 2016 bersifat at cost.
1.1.14. Bagi perjalanan dinas yang menyewa kendaraan dari pihak ketiga:
• Untuk kegiatan yang bersifat rutin, biaya sewa dibebankan pada biaya
transport yang bersangkutan.
• Untuk kegiatan yang bersifat insidentil, sewa kendaraan dapat dilakukan
dengan memperhatikan :
a) Menggunakan akun belanja sewa dengan dana yang tersedia dalam POK
atau DIPA Satker dengan memperhatikan PMK Nomor 65/PMK.02/2015
tentang SBM TA 2016;
b) Sewa kendaraan sudah termasuk bahan bakar dan pengemudi;
c) Petugas tidak memperoleh biaya uang transport dari tempat kedudukan ke
tempat tujuan PP dan atau transport lokal dalam kota.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 84
1.1.15. Untuk perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8 Jam dalam rangka pemeriksaan
sarana, penegakan hukum dan penyelesaian kasus khusus di dalam kota dapat
diberikan:
• Uang transport dalam kota sebesar satuan biaya transport kegiatan dalam
kab/kota yaitu Rp150.000,-,
• Uang Harian dengan nominal sesuai SBM TA. 2016.
1.1.16. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan jabatannya tidak berhak untuk
melaksanakan perjalanan dinas karena masih dalam pelaksanaan tugas dinas dan
telah mendapatkan biaya pendidikan yang dibayarkan at cost; biaya perjalanan
dinas dari dan ke tempat tugas belajar, bantuan biaya operasional dan bantuan
biaya buku.
Jika ternyata kebutuhan anggaran melebihi satuan biaya tersebut, maka dapat
digunakan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
1.2. Perjalanan Dinas Pindah
1.2.1. Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan yang
lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan pindah, diatur
dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012.
1.2.2. Perjalanan Dinas Pindah dilaksanakan oleh Pelaksana SPD beserta keluarga yang
sah dan dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Pindah yang diterbitkan oleh
Pejabat yang berwenang;
1.2.3. Perjalanan Dinas Pindah antara lain dilakukan dalam rangka :
• Pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat tujuan pindah;
• Pemulangan Pejabat Negara/Pegawai negeri yang diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun atau mendapat uang tunggu dari tempat
kedudukan ke tempat tujuan menetap;
• pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/ Pegawai Negeri yang
meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke Tempat Tujuan menetap;
• pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena telah berakhir
masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke tempat tujuan menetap, sepanjang
diatur dalam perjanjian kerja;
• pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang meninggal
dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat tujuan menetap, sepanjang
diatur dalam perjanjian kerja; atau
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 85
• pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang mendapat uang tunggu
dari Tempat Kedudukan ke Tempat Tujuan yang ditentukan untuk
dipekerjakan kembali.
1.2.4. Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen biaya transpor pegawai;
biaya transpor keluarga; biaya pengepakan dan angkutan barang; dan/atau uang
harian;
1.2.5. Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat yaitu Tingkat A, B dan C.
1.2.6. Uang harian Perjalanan Dinas Pindah diberikan untuk pegawai bersangkutan dan
masing-masing anggota keluarga yang sah dengan ketentuan sebagai berikut:
a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan pindah/menetap yang baru;
b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan (transit) dalam
hal perjalanan tidak dapat dilakukan langsung;
c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang bersangkutan jatuh
sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu dan lain hal menurut keputusan
KPA; atau
d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang menjalankan
Perjalanan Dinas Pindah mendapat perintah dari pejabat yang menerbitkan
Surat Tugas untuk melakukan tugas lain guna kepentingan negara
1.2.7. Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DIPA yang menerbitkan surat
keputusan pindah/ mutasi.
2. Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN)
Agar perjalanan dinas luar negeri dapat dilaksanakan secara lebih tertib, efisien,
efektif, transparan dan bertanggung jawab, maka Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar
Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan yang dilakukan ke luar dan/atau
masuk ke wilayah Republik Indonesia, termasuk perjalanan di luar wilayah Republik
Indonesia untuk kepentingan dinas/negara.
Untuk kegiatan perjalanan/kunjungan ke negara yang tidak memiliki hubungan
diplomatik seperti Taiwan, sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Hubungan
Indonesia dengan Taiwan yaitu: Kecuali dengan seijin Presiden RI, para Menteri
hendaknya tidak melakukan perjalanan ke Taiwan. Kunjungan tingkat eselon I ke
bawah hendaknya dengan seijin Menteri yang bersangkutan. Pada kunjungan
tersebut agar diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) dijaga sifat
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 86
kunjungan tidak resmi, 2) menghindari adanya publisitas, 3) tidak mengeluarkan
pernyataan yang dapat ditafsir sebagai menyalahi isi dan jiwa MoU, 4) tidak
menandatangani sesuatu dokumen yang merujuk pada adanya sebutan “Republic of
China”, “Government” ataupun “Minister/Ministry” of the Republic of China”.
Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja Kementerian
Negara/Lembaga;
3. Efisiensi dan Efektivitas penggunaan belanja negara; dan
4. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Perjalanan Dinas khususnya dalam
pemberian perintah dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai dengan target kinerja Badan
POM dan dilakukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
2. Mengikuti tugas belajar di luar negeri;
3. Mengikuti kegiatan magang di luar negeri;
4. Mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi banding dan
kegiatan-kegiatan yang sejenis;
5. Mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi; atau
6. Mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus singkat (short course),
penelitian atau kegiatan sejenis.
Berdasarkan Surat Tugas, Surat Persetujuan, paspor, dan Exit Permit atau Izin
Berangkat Ke Luar Negeri, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerbitkan Surat
Perjalanan Dinas (SPD). Format Surat Tugas dan SPD sesuai dengan lampiran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sbb:
1. Biaya transportasi termasuk biaya transportasi ke bandara, airport tax, retribusi
yang dipungut di bandar udara keberangkatan/kepulangan, biaya aplikasi visa,
biaya lainnya yangn dipersyaratkan di negara penerima
2. Uang harian (biaya penginapan, uang makan, uang saku dan transportasi lokal)
3. Uang representasi (sesuai ketentuan paraturan perundang-undangan)
4. Biaya asuransi perjalanan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 87
Uang harian diberikan juga untuk waktu perjalanan paling tinggi sebesar 40% (empat
puluh persen) dari tarif uang harian.
Waktu perjalanan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi-pulang meliputi :
a. waktu yang digunakan oleh Moda Transportasi
b. waktu transit (apabila diperlukan transit); dan/atau
c. waktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/terminal bus ke tempat
tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam negeri dan kembali ke
tempat bertolak di dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri
Perhitungan waktu perjalanan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi-
pulang sebagai berikut
a. lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam dihitung 1
(satu) hari;
b. lama perjalanan 25 (dua puluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) jam dihitung 2 (dua) hari; dan
c. lama perjalanan 49 (empat puluh sembilan) sampai dengan 72 (tujuh puluh
dua) jam dihitung 3 (tiga) hari
Uang Harian paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif diberikandalam hal
biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti
konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi banding, dan kegiatan-
kegiatan yang sejenis; mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi;
mengikuti training, diklat, kursus singkat (short course) atau kegiatan sejenis disediakan
oleh pengundang.
Dalam hal pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang
ditetapkan dalam SPD, dapatdiberikantambahanuangharian,apabilaterdapat:
Hambatan transportasi, uang harian dibayarkan 30% (tiga puluh persen)
apabila biaya penginapan dan/atau makan ditanggung oleh penyedia Moda
Transportasi; atau dibayarkan 100% (seratus persen) dalam hal biaya penginapan
dan makan tidak ditanggung oleh penyedia Moda Transportasi
Kebijakan pimpinan yang mengakibatkan tertundanya/gagalnya kepulangan
dari tempat tujuanPerjalanan Dinas Jabatan; atauKeadaan kahar yang terjadi di
luar negeri, uang harian dibayarkan 100% (seratus persen).
Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan melalui mekanisme uang
persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain yang melaksanakan
perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang persediaan/tambahan uang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 88
persediaan yang dikelolanya. Pemberian uang muka didasarkan pada permintaan dari
Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen kepada Bendahara
Pengeluaran dengan melampirkan dokumen sbb:
a. Surat tugas
b. Surat Persetujuan Pemerintah
c. Fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi Exit Permit atau izin
berangkat ke Luar Negeri
d. SPD
e. Kwitansi Perjalanan Dinas; dan
f. Rincian biaya Perjalanan Dinas
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau Pejabat Negara/Pegawai
Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain dengan ketentuan sbb:
a. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan Dinas
dilaksanakan dengan ketentuan
Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain melebihi biaya
Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, maka kelebihan tersebut harus
disetor ke Kas Negara; atau
Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari
biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak
memperoleh penggantian.
b. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas dibayarkan.
Dokumen pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri dari:
a. Surat tugas dari pejabat yang berwenang
b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atau pejabat
yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke luar negeri
c. Surat Perjalanan Dinas yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di
tempat tujuan di luar negeri atau di dalam negeri; dalam hal di kota tempat
diselenggarakannya kegiatan tidak ada perwakilan Pemerintah RI, maka SPD
ditandatangani oleh Petugas/Panitia penyelenggara dari instansi/kegiatan
yang dikunjungi atau pihak hotel tempat menginap.
d. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda
keberangkatan/kedatangan oleh:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 89
Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan negara
tempat tujuan Perjalanan Dinas; atau
Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan salah
satu negara tempat tujuan Perjalanan Dinas yang memberlakukan
ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasan tertentu;
e. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk
melaksanakan perjalanan dinas;
f. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari: bukti
pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran moda transportasi
lainnya, boarding pass, airport tax, pembuatan visa, retribusi, asuransi;
g. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan
transportasi tidak diperoleh.
PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya -biaya yang
tercantum dalam bukti-bukti pengeluaran dan Daftar Pengeluaran Riil. Hal-hal yang
belum diatur disini mengacu pada ketentuan yang berlaku.
C. HONORARIUM
Dalam rangka penerapan kebijakan single remuneration system, keikutsertaan pejabat
negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat tidak dibatasi
namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan:
1. Pejabat negara/eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima
honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan paling banyak untuk 3 (tiga)tim pelaksana kegiatan.
2. Pejabat Eselon III setiap bulannya hanya diperkenankan menerima honorarium tim
yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga yang bersangkutan paling
banyak untuk 4 (empat)tim pelaksana kegiatan.
3. Pejabat Eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional setiap bulannya hanya
diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan paling banyak untuk 6 (enam)tim pelaksana
kegiatan.
4. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan dari jabatannya tidak berhak mendapatkan
honorarium kegiatan.
Berdasarkan PMK Nomor 65/PMK.02/2015 tentang SBM TA 2016 disebutkan bahwa
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada Pegawai Negeri atau Non
Pegawai Negeri yang diberi Tugas untuk Melaksanakan Kegiatan berdasarkan Surat
Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat Menteri/Pejabat Eselon I/KPA.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 90
Terhadap Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk berdasarkan ketetapan Gubernur
dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah dan sumber
pendanaannya berasal dari APBN, maka besaran honorarium yang diberikan dalam
pelaksanaannya disetarakan dengan honorarium Tim Pelaksana Kegiatan yang
ditetapkan oleh Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.
Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan adalah sebagai berikut :
a) mempunyai keluaran jelas dan terukur;
b) bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I lainnya;
c) bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
d) merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi Pejabat Negara/Pegawai
Negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; dan
e) dilakukan secara selektif, efisien dan efektif.t penguga dibatasi?
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 91
BAB VII KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sesuai Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Petunjuk Teknis Perpres Nomor
70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Khusus Balai Besar POM di
Jayapura dan Balai POM di Manokwari mengikuti Perpres 84 tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di tiap Satker Lingkungan BPOM
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Balai Besar/Balai POM
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
4. Penetapan Pejabat Pengadaan di masing-masing Satker ditetapkan oleh KPA
Satker.
5. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan
Barang dan Jasa, ditunjuk dan ditetapkan oleh KPA untuk melaksanakan
Pengadaan Barang dan Jasa di masing-masing Satker di lingkungan BPOM, apabila
beban kerja besar dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
6. Pejabat Pengadaan diangkat untuk menetapkanpenyedia Barang dan Jasa untuk:
a) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan jasa
konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi 200 juta rupiah dan atau;
b) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang bernilai
paling tinggi 50 juta rupiah harus dilengkapi dengan data dukung berupa proses
penyusunan KAK dan HPS serta negosiasi harga.
c) Penunjukan Langsung untuk sewa penginapan/hotel/ruang rapat sampai
dengan Rp. 200.000.000,- yang tarifnya terbuka dan dapat diakses masyarakat.
d) E-purchasingterhadap barang /jasa yang sudah dimuat dalam sistem katalog
elektronik sesuai dengan kebutuhan
7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa adalah Panitia/Pejabat
yang ditetapkan oleh KPA di masing-masing unit kerja yang bertugas melakukan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 92
pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam kontrak.
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa menerima hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Jasa dengan nilai HPS diatas Rp200.000.000. Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa tidak merangkap sebagai Pejabat Pengelola
Keuangan dan/atau sebagai Pokja ULP.
8. Dalam hal pemeriksaan barang dan jasa memerlukan keahlian khusus, dapat
dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas panitia/pejabat
penerima hasil pekerjaan.
9. Dalam hal pengadaan jasa konsultansi, pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan
Panitia/Pejabat Penerima setelah berkoordinasi dengan pengguna jasa konsultansi
yang bersangkutan.
10. Berita Acara penerimaan hasil pekerjaan dianggap sah apabila ditandatangani
minimaloleh dua pertiga Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa
termasuk Ketua dan/atau Sekretaris serta Penanggung Jawab Kegiatan.
11. Pada pengadaan barang dan jasa, perhitungan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) harus
dilakukan dengan cermat berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Data-data hasil survey harga dalam rangka
penyusunan HPS harus diarsipkan dengan baik sebagai dokumen.
12. Tanda bukti pertanggungjawaban pembelian produk obat dan makanan terkait
investigasi awal kasus pelanggaran Obat dan Makanan dan/atau penyidikan
perkara tindak pidana Obat dan Makanan termasuk pembelian sampel secara
online, MLM adalah sebagai berikut :
a) Di BPOM Pusat menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung jawab kegiatan dan disetujui/diketahui oleh Kepala Bidang di
Lingkungan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan;
b) Di Balai Besar POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Bidang Pemeriksaan
dan Penyidikan
c) Di Balai POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh Penanggung
Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Seksi Pemdik/Kepala Seksi
Pemdikserlik.
13. Pada paket pekerjaan Barang/Jasa pada Belanja Mengikat (002) yang merupakan
kebutuhan sehari-hari perkantoran/bersifat continueseperti Jasa Pengamanan
Kantor, Jasa Cleaning Service, Langganan Jasa Provider Internet dan sebagainya,
pelaksanaan lelang dapat dilakukan pada tahun sebelumnya untuk penetapan DIPA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 93
tahun berjalan. Apabila terdapat gagal lelang/lelang ulang sampai memasuki tahun
berjalan, maka paket pekerjaan dapat menggunakan pengadaan langsung pada
bulan berjalan, dengan menggunakan harga tahun sebelumnya. Bersamaan hal
tersebut, pelaksanaan lelang tetap dilakukan sampai dengan penunjukan pemenang
lelang.
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)
Unit Layanan Pengadaan (ULP) BPOM RI adalah unit organisasi yang bertugas
melaksanakan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM. ULP dibentuk
berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No 45 tahun 2013. Pembentukan ULP
mengalami perubahan pada akhir tahun 2015 melalui Peraturan Kepala BPOM Nomor
22 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM.
Berdasarkan Surat Keputusan tentang penunjukan perangkat ULP, ditetapkan sebagai
Personil ULP adalah Kepala ULP, Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris ULP dan
Kelompok Kerja ULP (Pokja ULP). Kronologis perubahan tentang penunjukan
perangkat ULP adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2014, tugas dan kewenangan serta kedudukan Pokja ULP di setiap
Satker ditetapkan melaui Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK
04.1.23.01.14.0147 tahun 2014 tentang Penunjukan Perangkat Unit Layanan
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM.
b. Pada tahun 2015, kedudukan Pokja ULP dipusatkan melalui Surat Keputusan
Kepala BPOM Nomor HK 04.01.21.04.15.1823 tahun 2015 tentang Penunjukan
Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM.
c. Pada akhir tahun 2015, Pokja ULP terbagi menjadi dua yaitu Pokja Pusat dan Pokja
Satker berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.1.23.01.16.0122
tahun2015 tentang Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan BPOM
Sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015, ULP melaksanakan pengadaan
barang/ jasa yang meliputi:
a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
b. Pengadaan Jasa konsultansi di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
c. Jenis pengadaan jasa lainnya yang bersifat khusus dengan nilai diatas Rp
200.000.000,- antara lain sewa penginapan/ hotel/ ruang rapat yang tarifnya terbuka
dan dapat diakses oleh masyarakat dilakukan dengan metode penunjukan langsung,
oleh karena itu permintaan User Id aplikasi SPSE tidak perlu dilakukan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 94
d. Sedangkan untuk pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya senilai
kurang dari/sama dengan Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan pengadaan
konsultansi kurang dari/sama dengan Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Satker masing-masing.
Penugasan/penempatan/pemindahan Anggota Pokja ULP untuk setiap paket
pengadaan ditetapkan oleh Kepala ULP melalui Surat Perintah Melaksanakan Tugas
(SPMT) yang ditetapkan berdasarkan kompetensi personil dan usulan dari Pokja.
Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Pokja dan setiap Anggota Pokja mempunyai
kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah atau suara terbanyak. Penetapan Penyedia Barang/Jasa oleh Pokja ULP
tidak bisa diganggu-gugat oleh Kepala ULP.
Tujuan pembentukan ULP antara lain adalah pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
terintegrasi. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuantersebut maka ULP telah
menetapkan Mekanisme Pengadaan 2016 sebagai berikut:
1. KPA menetapkan RUP melalui Tabel RUP.Proses persiapan pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dilakukan setelah Rencana Umum Pengadaan (RUP) ditetapkan oleh
PA/KPA. (Format Tabel RUP terlampir)
2. Setelah RUP ditetapkan maka Admin Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan
(SiRUP) mengunggah RUP melalui aplikasi SiRUP pada website
http://sirup.lkpp.go.id. Admin SiRUP ditetapkan oleh KPA pada setiap Satker.
PPK dapat mengundang Pokja ULP untuk melakukan Kaji Ulang RUP pada Satker
terkait melalui Kepala ULP. Hasil kajian akan disampaikan kepada PA/KPA untuk
dilakukan revisi dan dilakukan penetapan RUP kembali oleh PA/KPA.
Jika dilakukan revisi RUP oleh KPA maka revisi RUP kembali diunggah pada
aplikasi SiRUP oleh Admin SiRUP.
3. PPK menyampaikan Rencana Pelaksanaan Pengadaan (RPP) kepada Kepala ULP.
RPP sekurang-kurangnya berisi:
h. Surat pengantar RPP;
i. Salinan POK;
j. Kerangka Acuan Kerja (KAK);
k. Spesifikasi Teknis;
l. Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
m. Rancangan Kontrak;
n. Id Paket SiRUP
(Format RPP terlampir)
4. Khusus Pokja Satker memberikan surat usulan anggota Pokja kepada Kepala ULP
untuk setiap paket pengadaan yang dilaksanakan melalui Pokja Satker. Usulan nama
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 95
akan digunakan sebagai dasar untuk penetapan tim pengkajian RPP dan sebagai
anggota Pokja paket pengadaan. (Format Surat usulan Anggota Pokja terlampir).
5. Sekretariat melakukan pencatatan atas RPP awal yang diterimasebagai jadwal
dimulainya proses pengadaan di ULP.Waktu pencatatan maksimal satu hari.
6. Kepala ULP menetapkan tim pengkaji RPP/anggota Pokja per paket pengadaan.
(Format Penetapan Tim Pengkaji RPP)
7. Sekretariat mengirimkan RPP kepada Pokja Satker atau Pokja Pusat untuk dilakukan
kajian RPP (Format Formulir Kajian RPP terlampir).Berdasarkan hasil kajian RPP
maka:
a. RPP yang tidak lengkap disampaikan kembali kepada PPK.
Perbaikan/perubahan RPP oleh PPK disampaikan secara langsung kepada tim
pengkaji RPP/anggota Pokja.
Sekretariat hanya menerima RPP awal dan RPP akhir, dan tidak menerima atau
mencatat perbaikan/perubahan RPP dari PPK.
b. RPP yang lengkap/layak dilelangkan disampaikan kepada Kepala ULP.
Pokja ULP dapat mengusulkan perubahan KAK, Spesifikasi Teknis, HPS, dan
Rancangan Kontrak kepada PPK melalui Formulir Kajian RPP.
8. Sekretariat melakukan pencatatan atas RPP akhir (RPP lengkap/layak dilelangkan)
yang diterima dari Pokja. Waktu pencatatan maksimal 1 hari.(Tabel Status RPP
terlampir)
9. Sekretariat menyerahkan Hasil Kajian RPP dan usulan nama anggota Pokja kepada
kepala ULP untuk penerbitan SPMT. Usulan nama anggota Pokja hanya diwajibkan
kepada Pokja Satker.
10. Kepala ULP menerbitkan SPMT untuk penempatan anggota Pokja dan disampaikan
ke Pokja, PPK dan LPSE untuk dilanjutkan ke proses pelelangan. (Format SPMT
terlampir)
11. Pokja ULP melaksanakan pengadaan melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik
(SPSE) atau secara offline untuk metode Penunjukan Langsung.
12. Setelah penetapan pemenang oleh Pokja, maka Berita Acara Hasil Pelelangan /
Berita Acara Hasil Seleksi disampaikan kepada Kepala ULP, PPK dan Panitia
Penerima.
13. Kepala ULP melaporkan pelaksanaan pengadaan kepada PBA/PA melalui Sestama
Selain yang dicantumkan diatas, berikut ini beberapa perubahan pada Peraturan Kepala
BPOM Nomor 22 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan BPOM:
a. Kewenangan Pokja pusat:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 96
Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultan Pengawas, Perencana, dan Manajemen
Konstruksi, kecuali dapat dilakukan oleh Pokja Satker mandiri.
Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai diatas Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima
ratus juta rupiah) kecuali Pengadaan alat laboratorium, reagensia dan media
mikrobiologi.
b. Kewenangan Pokja Satker:
Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai denganRp1.500.000.000,00 (satu
milyar lima ratus juta rupiah).
Pengadaan Barang/Jasa alat laboratorium, reagensia dan media mikrobiologi.
c. Jika Pokja Satker menyatakan mampu untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa
dengan nilai diatas nilai Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah),
maka Pokja Satker harus menyampaikan pernyataan mampu secara tertulis kepada
Kepala ULP.
d. Dalam memberikan persetujuan terhadap Pokja Satker yang menyampaikan
pernyataan kemampuan secara tertulis, maka Kepala ULP harus mempertimbangkan
hasil monitoring dan evaluasi Aparat Pengawas Internal Pemerintah.
e. Khusus Satker yang tidak memiliki Pokja yang memenuhi persyaratan Pengadaan
Barang/Jasa, maka pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh Pokja Pusat.
Kontak Personil ULP:
Alamat Surat Elektronik ULP adalah ulp.bpom@gmail.com
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawabPemerintah perlu
didukung oleh percepatan pelaksanaan belanja Negara,yang dilaksanakan melalui
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun,dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah kadang kaladitemukan kendala yang disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang kurang baik,
pengesahananggaran yang terlambat, tidak segera dilaksanakannya
pengumumanpelaksanaan pemilihan penyedia, hingga belum meratanya kompetensi
dariPengelola Pengadaan.
Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah salahsatunya dapat
diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam prosespelaksanaannya.
Pemanfaatan teknologi informasi selain bertujuan untukmemperingan beban Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jugabertujuan untuk tetap menjaga sisi
akuntabilitas dalam pelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 97
Melalui penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta inovasi dalam metode pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimaksud, diharapkan pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong peningkatan belanja Pemerintah yang
berdampak positif pada pembangunan Negara dan peningkatan peran Usaha Kecil dan
Menengah serta Koperasi
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi unsur dalam reformasi
birokrasi Indonesia. Salah satu mekanisme yang dilakukan, yaitu melalui perbaikan
sistem pengadaan barang/ jasa pemerintah yang lebih transparan, efisien dan akuntabel.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 sebagai perubahan atas
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,
dan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yang mewajibkan setiap K/L/D/I untuk
melaksanakan seluruh/ sebagian kegiatan pengadaan barang/ jasa secara elektronik
melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Sebagai bukti nyata atas implementasi peraturan tersebut adalah dengan diterapkannya
e-Procurement melalui LPSE di BPOM dengan memanfaatkan aplikasi Sistem
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penerapan e-Procurement melalui aplikasi
SPSEdi BPOMmulai pada tahun 2011 sampai dengan sekarang. Saat ini sudah seluruh
di BPOM sudah melaksanakan proses pengadaan baik secara e-tendering maupun e-
purchasing.
Pengadaan dilakukan melalui mekanisme Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik (SPSE), untuk paket pengadaan Barang/Jasa yang pemilihan penyedianya
dilakukan dengan lelang/seleksi, wajib diproses melalui LPSE BPOM. Pelaksanaan
lelang/seleksi melalui LPSE mengacu pada Perka LKPP Nomor 18 Tahun 2012
tentang e-tendering. Pengguna SPSE saat ini adalah PPK, Pokja ULP BPOM dan
Penyedia Jasa/Barang di seluruh Indonesia. Pendaftaran user id dan password untuk
penggunaan SPSE diajukan kepada LPSE BPOM.
LPSE dapat menonaktifkan user id dan password pengguna SPSE (Penyedia Barang/Jasa)
apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan ketentuan yang berlaku, dan
atas permintaan PA/KPA/PPK berkaitan dengan blacklist.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 98
Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diperlukandalam
pelaksanaan percepatan belanja Pemerintah, khususnya terhadapBarang/Jasa yang
secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karenaitu, Pemerintah merasa perlu
untuk mengakselerasi pertumbuhan KatalogElektronik baik dari segi kuantitas maupun
varian Barang/Jasa.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Bab III Pasal 8, ayat (1)
Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan menetapkan Rencana Umum
Pengadaan. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan mengumumkan
secara luas Rencana Umum Pengadaan. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan di
fasilitasi dengan aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) dengan
alamat url : http://sirup.lkpp.go.id/sirup.
Aplikasi SPSE dapat di akses melalui web browser dengal alamat url
http://lpse.pom.go.id sedangkan alamat emailLPSE adalah lpse@pom.go.id dan
helpdesk.lpsepom@gmail.com
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 99
BAB VIII PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan agar semua pengelola
anggaran baik Kepala Kantor/Satker (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penerbit
SPM, para Bendahara maupun Pejabat/Staf terkait Pusat dan Daerah mengetahuinya.
Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016ini diharapkan agar
terdapat kesamaan persepsi dan kesatuan langkah Para Pengelola Anggaran dalam
melaksanakan anggaran Tahun 2016.
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Dr. ROY A. SPARRINGA, M.App.Sc NIP. 19620501 198703 1 002
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 100
DAFTAR PUSTAKA
1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN
KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
5 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.06/2008 TENTANG
PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA
6 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG
PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
7 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.05/2011 TENTANG
MEKANISME PENGELOLAAN HIBAH
8 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG TATA
CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN
9 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI
NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP
10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM
AKUNTANSI HIBAH
11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG
REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA....
12 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164/PMK.05/2015 TENTANG TATA
CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
13 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.02/2015TENTANG
STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2016
14 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.02/2015 TENTANG
PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 101
KERJADANANGGARANKEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (RKAKL) DAN
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
15 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 15/PMK.02/2016 TENTANG TATA
CARA REVISI ANGGARAN TA 2016
16 PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAAN NOMOR PER-81/PB/2011 TENTANG
TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN
PENYAMPAIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK
BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
17 PERATURAN KEPALA LKPP NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING .
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2016 102
Lampiran
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : HK.04.1.23.01.16.0158HK.04.1.21.05.15.2272
Tanggal : 8 Januari 2016
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR LAMPIRAN
1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR
KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019
2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN
3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN
(POK) TAHUN 2016
4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN
ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2016
5. KERTAS KERJA CAPAIAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA
(RAPK)
LAMPIRAN I
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,
2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84% pada akhir 2019,3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir 2019,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83% pada akhir 2019,5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada akhir 2019.
1. Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya, dengan target kumulatif 40 industri farmasi sampai dengan akhir tahun 2019,2. Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB, dengan target kumulatif 81 IOT pada tahun 2019,3. Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan, dengan target kumulatif 205 industri kosmetika pada tahun 2019,4. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada tahun 2019,
5. Peningkatan indeks kesadaran masyarakat dengan target meningkat pada akhir 2019 dibandingkan baseline 2016, dan6. Jumlah kerjasama yang diimplementasikan, dengan target kumulatif pada akhir 2019 sebanyak 20 kerjasama.
1. Capaian pelaksanaan RB di BPOM, dengan target AA pada tahun 2019,2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019,
3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.
Meningkatkan kapasitaskelembagaan BPOM
Meningkatnya kualitaskapasitas kelembagaanBPOM
Obat dan Makanan
Aman Meningkatkan
Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019
Meningkatkan sistempengawasan Obat danMakanan berbasis risikountuk melindungimasyarakat;
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/ bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Mendorong kemandirian pelakuusaha dalammemberikan jaminankeamanan Obat danMakanan sertamemperkuat kemitraandengan pemangkukepentingan;
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.
Meningkatnya kemandirian pelakuusaha, kemitraan denganpemangku kepentingan,dan partisipasimasyarakat
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
SEKRETARIAT UTAMA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMENBIRO UMUM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO PERENCANAAN DAN
KEUANGAN
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO HUKUM DAN HUB. MASYARAKAT
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMENBIRO KSLN
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
BENDAHARA PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER DEPUTI
I
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. LAI OBAT DAN PRODUK BIOLOGI
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. STANDARDISASI PT & PKRT
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS. PRODUKSI Pt & PKRT
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS DISTRIBUSI PT & PKRT
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN DIT. WAS. NAPZA
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
BENDAHARA PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
DEPUTI II
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. LAI OT, KOSM, & PK
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. INSERT OT, KOSM, & PK
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. STANDARDISASI OT, KOSM, & PK
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. OAI
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
BENDAHARA PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SATKER DEPUTI III
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMENDIT. LAI
KEAMANAN PANGAN
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMENDIT.
STANDARDISASI PANGAN
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMENDIT. INSERT.
PANGAN
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMENDIT. SURVEILAN
DAN PKP
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMENDIT. WAS.
PRODUK DAN BB
PEMEGANG UANG MUKA
KEGIATAN
BENDAHARA PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PPOMN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN
PPSPM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PUSDIK
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN
PPSPM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PIOM
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN
PPSPM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PROM
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN
PPSPM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER INSPEKTORAT
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN
PPSPM
PEMEGANG UANG MUKA KEGIATAN
Lampiran 3
KODE SATKER :NAMA SATKER :PROGRAM :KEGIATAN :
1 2 6 7 1 2 6 7 831XX.002 Uraian Output
xxxxxxxxxx31XX.002 Uraian Output
xxxxxxxxx xxxxxxxxx011 Komponen 1 xxxxxxxxxx 011 Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
A Sub Komponen 1 xxxxxxxxxx A Sub Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
521211Belanja Bahan xxxxxxxxxx
521211Belanja Bahan xxxxxxxxx xxxxxxxxx
(RM) ATK 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxxPenggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxxx Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
ATK Komputer 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK Komputer 1 PKT 1 aaaa aaaaaaaaaa xxxx-aaaaaKonsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxxx Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxxx
522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxxHonor Narasumber 16 OR x 2 32 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber 16 OR x 2 32 bbb bbbbbbbbb xxx-bbbbb
Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxxx Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
……………………………………………………..NIP…………………………………………….
JAM
JAM JAM
Uraian
Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Unit Kerja
Selisih
5 5
JAM JAM
JAM
Jumlah
Output/ Komponen/ Sub
komponen/ akun/ Sumber dana
Rincian Perhitungan vol Harga Satuan JumlahUraian
MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TA 2016
SEMULA MENJADI
Output/ Komponen/ Sub
komponen/ akun/ Sumber
dana
Rincian Perhitungan vol Harga Satuan
CONTOH
Lampiran 4
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARANTAHUN ANGGARAN 2016NOMOR : DIPA-063.01.1.1.432731/2016
Kementerian Negara/lembaga : (063) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANUnit Organisasi : (01) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANProvinsi : (01) DKI JAKARTAKode/Nama Satker : (432731) SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANKewenangan : KP
PEGAWAI BARANG MODAL PEGAWAI BARANG MODAL
1 3 4 5 6 7 8 9 10
(SEMULA) DIPA REVISI KE-…… (BERUBAH MENJADI) DIPA REVISI KE-
MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
KODE URAIAN SATKER/PROGRAM
KEG/OUTPUT/SUMBER DANABELANJA JUMLAH
SELURUH
BELANJA JUMLAH SELURUH
2
CONTOH
LAMPIRAN V
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 = (6/8*100) 12 = (11/110*100%) 13 = (11/9*100%)Program….. sasaran programKegiatan….. sasaran kegiatan 1
sasaran kegiatan 2
A. INDIKATOR PERSENTASE1 Diisi dengan nomor urut2 Diisi dengan program dan kegiatan3 Diisi dengan sasaran program dan sasaran kegiatan4 Diisi dengan indikator sasaran program dan indikator sasaran kegiatan5 Diisi dengan pembilang, misal: jumlah produk obat yang MS6 Diisi dengan realisasi pembilang, misal: 507 Diisi dengan penyebut, misal: jumlah sampel yang diuji dengan parameter kritis8 Diisi dengan realisasi penyebut, misal 2009 Diisi dengan target 201610 Diisi dengan target sampai dengan triwulan yang bersangkutan
B. INDIKATOR JUMLAH -----> KOLOM 5 S/D 8 TIDAK PERLU DIISIREALISASI INDIKATOR DIISIKAN PADA KOLOM 11
KERTAS KERJA CAPAIAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)
NO PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN INDIKATOR PEMBILANG REALISASI
PEMBILANG PENYEBUT REALISASI PENYEBUT
TARGET 2016 REALISASI % CAPAIAN THD
TARGET 2016TARGET
TW ….% CAPAIAN THD
TARGET TW…
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
top related