perubahan sosial, budaya dan ekonomi di kampung …lib.unnes.ac.id/22617/1/3111411004-s.pdf ·...
Post on 02-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERUBAHAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI
DI KAMPUNG KAUMAN SEMARANG 1962-1998
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
Di Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Nur Azizah
3111411004
Ilmu Sejarah
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
PERUBAHAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI
DI KAMPUNG KAUMAN SEMARANG 1962-1998
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
Di Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Nur Azizah
3111411004
Ilmu Sejarah
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN
MOTTO :
v
Angan-angan atau Keinginan kita untuk menjadi sesuatu butuh
“Perjuangan untuk mencapai” bukan “Perjuangan menunggu”
(Jeremy Kitson)
“Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari agar dikejar.
Berjuang tak sebercanda itu.”
(Sudjiwo Tejo)
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Ayahanda Riyadi (Abah) dan Ibunda
Muryati (Mame).
2. Kedua Adikku, Rina Nur Hayati dan
Rizki Noviana Nur Fadilah.
3. Keluarga Besar Bani Ismail dan
Sumardjo.
4. Almamater Unnes
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Angan-angan atau Keinginan kita untuk menjadi sesuatu butuh
“Perjuangan untuk mencapai” bukan “Perjuangan menunggu”
vi
(Jeremy Kitson)
“Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari agar dikejar.
Berjuang tak sebercanda itu.”
(Sudjiwo Tejo)
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
5. Ayahanda Riyadi (Abah) dan Ibunda
Muryati (Mame).
6. Kedua Adikku, Rina Nur Hayati dan
Rizki Noviana Nur Fadilah.
7. Keluarga Besar Bani Ismail dan
Sumardjo.
8. Almamater Unnes
SARI
Azizah, Nur. 2015. Perubahan Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Kampung
Kauman Semarang 1962-1998. Skripsi Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : Kampung Kauman, Semarang, Sosial, Budaya, Ekonomi
vii
Kampung Kauman terkenal dengan kekhasannya sebagai kampung santri
serta aktivitas kegiatan perdagangan dan jasanya. Permasalahan yang diteliti yaitu
1. Bagaimanakah Gambaran umum dari Kampung Kauman Semarang; 2.
Bagaimanakah perubahan sosial, dan budaya Kampung Kauman tahun 1962-
1998; 3. Bagaimanakah perubahan ekonomi Kauman tahun 1962-1998.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi 4
tahap yaitu: 1. Heuristik (Mengumpulkan sumber); 2. Kritik (menilai, menguji,
dan menyeleksi sumber); 3.Interpretasi (penafsiran fakta yang didapat); 4.
Historiografi (Penulisan Sejarah).
Dalam kurun waktu 1962-1998, perkembangan kehidupan masyarakat
Kampung Kauman Semarang begitu terlihat. Letaknya yang berada di pusat kota
mengakibatkan perkembangan yang semakin pesat apalagi letaknya tidak jauh
dari Pasar Johar dan Pasar Yaik, serta keberadaan Masjid Agung Kauman
Semarang yang juga ikut mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Penduduk
kampung Kauman yang beragam tidak hanya asli Jawa melainkan hidup pula
beberapa etnis, membuat mereka hidup saling berdampingan dengan
keharmonisan yang tetap terjaga. Pengaruh dalam segi ekonomi, dengan adanya
pasar Johar dan Pasar Yaik lama kelamaan kawasan Kauman berubah pula
menjadi kawasan perdagangan dan jasa, rumah-rumah tradisional khas Kauman
berganti dengan deretan ruko (rumah toko) di sepanjang jalan Kauman Raya. Segi
perkembangan Budayanya masih tetap dilestarikan meskipun mengalami banyak
perkembangan namun masyarakat Kauman tetap menjaga dan melestarikannya
sebagai tradisi daerah Kauman dan Semarang serta dijadikan sebagai identitas
kampung Kauman Semarang.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan kuasa-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perubahan Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Kampung Kauman Semarang 1962-
viii
1998” sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial di Universitas
Negeri Semarang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung karena pada hakekatnya, penulis hanyalah makhluk yang
tidak dapat hidup secara individu. Melainkan sangat membutuhkan kasih sayang,
dukungan secara moril dan materi, bimbingan, kritik, nasehat serta saran yang
membangun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Fathur Rokhman, M. Hum selaku Rektor universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu dengan segala kebijakannya.
2. Dr. Subagyo, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Arif Purnomo, S. Pd., S.S., M. Pd, selaku Ketua Jurusan Sejarah
Universitas Negeri Semarang yang selalu memberikan motivasi yang
sangat membangun untuk penyelesaian skripsi ini.
4. Insan Fahmi Siregar, S. Ag., M. Hum selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dengan tulus untuk memberikan bimbingan,
motivasi, arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala kelurahan Kauman beserta perangkat-perangkatnya serta
masyarakat Kampung Kauman Semarang yang telah memberikan bantuan
ix
serta informasi mengenai data yang dibutuhkan penulis dalam melakukan
penelitian di Kampung Kauman Semarang.
6. Pengurus Masjid Agung Kauman Semarang beserta staf dan Tokoh
Masyarakat yang turut membantu serta menjadi informan bagi penulis
dalam melakukan penelitian guna menyelesaikan Skripsi ini.
7. Segenap dosen sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan bekal ilmunya, serta Ibu Nur selaku petugas perpus yang
turut dalam memberikan motivasi dan masukannya.
8. Seluruh staff dan karyawan Badan Pusat Statistika Kota Semarang,
Masyarakat Kauman, Staff Kelurahan Kauman dan kelurahaan
Bangunharjo, dan Pengurus Masjid Agung Kauman Semarang tempat
penulis mendapatkan informasi.
9. Keluarga tercinta Ayahanda Riyadi, Ibu Muryati, kedua Adikku Rina dan
Novi, beserta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan kasih
sayang tanpa batas.
10. Teman-teman diskusi (Angghi, Diah, Sasmi, Dwi, Faizal, Ibnu, Eka), atas
masukan dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Teman-teman MuSe 2011 (Gita, Ardi, Sasmi, Dion, Sena, Caesar, Bebet,
Kadek, Diah, Anis, Jundi, Ibnu, Wahyu Adi, Inggrid, Vebio, Yasir, Kahfi,
Susi, Rio, Rizki, Yacobus, Heri, Dita, Martha, Faizal, Yusi, Galih, Angghi,
Bangkit, Bayu, Rohmad), yang hampir empat tahun selalu bersama terima
kasih atas dukungan dan motivasinya.
x
12. Temen-temen Nabila Foundation (Dwi, Intan, Eka, Vanny, Dewi, Susi,
Nita, Puri), atas masukan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman HSC (History Study Club), dan BP2M (Badan Penerbitan
dan Pers Mahasiswa), terima kasih atas ilmu-ilmunya.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya atas kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan skripsi ini. Penulis mohon maaf atas segala
kekurangannya dan mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat
membangun untuk kedepannya.
Semarang, April 2015
Nur Azizah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
xi
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
SARI .................................................................................................................... vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 13
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 14
G. Metode Penelitian.............................................................................. 20
BAB II GAMBARAN UMUM KAMPUNG KAUMAN SEMARANG ........... 29
A. Gambaran Umum Kota Semarang .................................................... 29
1. Keadaan Geografis Kota Semarang ............................................ 29
2. Keadaan Demografis Kota Semarang ......................................... 31
B. Gambaran Umum Kampung Kauman Semarang .............................. 32
1. Keadaan Geografis kampung Kauman Semarang....................... 32
2. Keadaan Demografis Kampung Kauman Semarang................... 33
a. Jumlah Penduduk Kampung Kauman ................................... 34
xii
b. Perekonomian Masyarakat Kampung Kauman ..................... 35
C. Sejarah Terbentuknya Kota Semarang .............................................. 36
1. Terbentuknya Kota Semarang ............................................... 36
2. Asal Usul Nama Semarang ................................................... 42
D. Terbentuknya Kampung Kauman ..................................................... 44
BAB III PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA DI KAMPUNG
KAUMAN SEMARANG 1962-1998 ............................................. 50
A. Perkembangan Sosial Masyarakat kampung Kauman Semarang
tahun 1962-1998 ............................................................................... 52
1. Kehidupan Sosial Masyarakat Asli Pribumi dengan
Masyarakat Etnis Lain................................................................. 56
2. Pengaruh Keberadaan Masjid Kauman Semarang
Terhadap Kehidupan Warga Sekitar Kauman
tahun 1962-1998 ......................................................................... 61
3. Pengaruh Keberadaan Pondok Pesantren di Kampung Kauman
Semarang ..................................................................................... 67
B. Perkembangan Budaya Masyarakat Kampung Kauman
Semarang tahun 1962-1998............................................................... 71
1. Tradisi Dugderan ......................................................................... 73
2. Menghilangnya Rumah-rumah Tradisional di Kauman .............. 77
3. Upaya Pelestarian Budaya........................................................... 80
BAB IV PERUBAHAN EKONOMI DI KAMPUNG KAUMAN
SEMARANG 1962-1998 ............................................................... 84
xiii
A. Kondisi Ekonomi Masyarakat Kauman Secara umum ..................... 84
B. Pengaruh Keberadaan Pasar Johar Terhadap Kehidupan
Masyarakat Kauman Pada Tahun 1962-1998 ................................... 89
C. Berkembangnya Kawasan Pertokoan di Kauman Semarang
tahun 1962-1998 .............................................................................. 99
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 105
Simpulan ............................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN ........................................................................................................ 112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Instrument Wawancara............................................................................ 112
2. Transkrip/Narasi ...................................................................................... 115
3. Data Informan ......................................................................................... 120
xiv
4. Peta .......................................................................................................... 127
5. Gambar .................................................................................................... 128
6. Surat-surat Penelitian .............................................................................. 139
7. Keputusan Menteri Agama No. 92 Tahun 1962 ..................................... 142
8. Riwayat Singkat Masjid Agung Semarang ............................................. 143
9. Lampiran lain .......................................................................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota merupakan sebuah desa yang mengalami perubahan terus
menerus. Menurut Max Weber, kota merupakan suatu pemukiman dimana
penduduknya lebih mengutamakan kehidupan perdagangan dan komersial
dibandingkan dengan pertanian atau dapat dikatakan bahwa kota adalah
tempat pasar atau pemukiman pasar. Sedangkan menurut Louis Wirth, kota
adalah sebuah pemukiman permanen dengan individu-individu penghuninya
yang heterogen, jumlahnya relatif luas dan padat, serta menempati areal tanah
yang terbatas (Purnawan Basundoro, 2012: 15). Seperti halnya kota Semarang
yang merupakan salah satu kota terbesar di Jawa.
Kota sendiri merupakan tempat beraktivitas atau berkegiatan individu
atau kelompok sosial, dimana kegiatan akan semakin terus berkembang
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan kota. Kota
biasanya memiliki pusat berkegiatan yang biasanya disebut sebagai pusat
kota. Pusat kota merupakan vitalitas kota tempat kota hidup dan dihidupi
(Yeates dan Gardner, 1988 dalam Alhamida Wahyu Wijiastuti, 2012:1).
Indonesiapun memiliki kota-kota yang pada umumnya memiliki kawasan
2
2
bersejarah seperti halnya Semarang. Semarang sendiri dalam
perkembangannya, berkembang menjadi embrio dari kota itu sendiri.
Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus
sebagai Kota Tradisional di Indonesia. Semarang dikenal sebagai kota Atlas
bahkan dikenal pula sebagai kota Niaga, hal ini didasari oleh sebagian besar
wilayahnya yang digunakan sebagai pusat perdagangan dikarenakan daerah
Semarang yang letaknya dekat dengan pantai, sehingga memudahkan untuk
melakukan transaksi perdagangan (Tim Penyusun Jurusan Arsitektur Undip,
2010: 3). Salah satu ciri yang paling menonjol dari kota-kota tradisional
terutama di Jawa, adalah adanya keberadaan Keraton, alun-alun, masjid,
pasar, dan tembok atau pagar keliling (benteng).
Sebagai kota bekas jajahan Belanda, kota Semarang meninggalkan
begitu banyak peninggalan bangunan-bangunan prasejarah yang bercorak
arsitektur Eropa. Selain itu Semarang juga dikenal memiliki banyak kawasan
bersejarah. Semarang merupakan Kota Metropolitan yang masuk dalam
rangking kelima, setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan (Zaenuddin
HM, 2013: 460).
Sejarah terbentuknya kota Semarang begitulah panjang. Dimulai
sekitar abad ke VIII, yaitu ketika Semarang menjadi Bandar utama dari
kerajaan Mataram Kuno, pada waktu itu pusat pemerintahannya berada di
Medang, Jawa Tengah (Ika Dewi Retno Sari, 2012 :194). Keberadaan
Semarang semakin penting, hal ini didukung dengan letaknya yang sangat
strategis dimana Semarang sebagai pelabuhan, juga sebagai penghubung
3
3
antara bagian barat dan bagian timur pulau Jawa. Namun seiring dengan
kemunduran kerajaan Mataram pada tahun 1006 membuat pelabuhan
semarang yang berada di kaki bukit Candi, atau di pelabuhan Bergota juga
menghilang.
Semarang diakui sebagai sebuah kota, diawali dengan diangkatnya Ki
Ageng Pandan Arang menjadi seorang Bupati oleh Sultan Demak pada tahun
1575. Lahirnya Kota Semarang diawali pada tahun 1398 Saka atau tahun
1476 Masehi, dengan kedatangan seorang pemuda di daerah bukit-bukit
Mugas dan Bergota, yang pada masa itu masih merupakan sebuah jazirah atau
semenanjung termasyur dengan nama pulau Tirang, pemuda tersebut bernama
Ki Pandan Arang (Amen Budiman, 1978: 36).
Ki Pandan Arang sendiri merupakan putera pangeran Sabrang Wetan
dan cucu Panembahan Demak. Kerajaan Islam Demak (1475-1568) pada
waktu itu merupakan kerajaan maritim yang menggantikan kedudukan
kerajaan Mataram sebagai penguasa di Jawa Tengah. Kemudian Semarang
mengalami perpindahan kekuasaan dari tangan Kerajaan Demak setelah
munculnya Kerajaan Mataram Islam sebagai penerusnya.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Semarang
mengalami tiga kali perubahan batas kota (perluasan kota), yaitu : 1886
(staatsblad van Nederlandsch-Indie 1886 No. 160), 1894 (Staatsblad van
Nederlandsch-Indie 1894 No.249), dan pada tahun 1902 (Staatsblad van
Nederlandsch-Indie 1905 No,211) (Freek Colombijn, dkk, 2005: 151). Selain
itu Semarang juga dikenal sebagai Kota Batavia kedua pada abad ke-19
4
4
dikarenakan pertumbuhan wilayahnya yang spesifik dan diikuti oleh
perkembangan wilayah diluar semarang (Freek Colombijn, 2005: 150-151).
Perkembangan kota Semarang yang semakin meningkat apalagi ditunjang
dengan keberadaan pelabuhan Semarang yang semakin ramai oleh kapal-
kapal besar membuat Kota Semarang semakin dikenal oleh dunia luar. Hal
inilah yang membuat para pendatang semakin banyak. Pada umumnya
mereka hanya ingin ikut berdagang namun lambat laun mereka bermukim
dalam satu kawasan dan membuat perkampungannya sesuai dengan ras
mereka seperti kampung Kauman, Kampung Pecinan, Kampung Melayu, dan
sebagainya. Para pendatang tersebut merupakan orang-orang dari Arab, Cina,
orang-orang Melayu, India, Tionghoa, dan sebagainya.
Pada abad ke-19 tersebutlah mulai terjadi kebijakan diskriminatif
pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, dimana fokus pemerintahannya ada
pada politik dan ekonomi, oleh sebab itu pusat strategis kota banyak dihuni
oleh kelompok ras pertama yaitu Penguasa (Eropa) yang menghuni kawasan
Zeestraat (sekarang jalan Kebon Laut) yang meliputi daerah Poncol,
Pedrikan, dan kawasan Kota Lama. Kemudian untuk kelompok ras kedua
yaitu bagi kaum Cina dan orang Timur Asing menempati kampung-kampung
yang telah disediakan. Cina di kampung Pecinan, India (Koja) di Kampung
Pekojan, dan Arab di Kampung Kauman (Freek Colombijn, 2005 : 152).
Kampung kauman sendiri merupakan kampung santri yang dalam buku
“Semarang Tempo Dulu” milik Wijanarka dijelaskan bahwa Kauman
merupakan kampung yang selalu ada dalam tata ruang kota-kota yang ada di
5
5
Jawa, meskipun di setiap daerah arti Kauman berbeda-beda. Kauman adalah
komunitas yang merupakan salah satu unsur-unsur elite agama yang
tergabung dalam sistem birokrasi kolonial yang hidup dan berkembang di
perkotaan (Sartono Kartodirdjo, 1999: 93). Kampung Kauman yang tersebar
hampir menyeluruh di kota-kota Jawa pada umumnya memiliki bentuk dasar
yang hampir sama, yaitu dengan adanya alun-alun yang dikelilingi dengan
pusat pemerintahan dan masjid besar. Dalam struktur tata ruang perkotaan
pada masyarakat Jawa tradisional, kehadiran wilayah hunian yang disebut
dengan Kauman menjadi sangat penting dan bahkan semacam keharusan.
Wilayah hunian yang terletak di sebelah barat alun-alun ini sebenarnya
merupakan bagian yang menyatu dan tidak dapat dilepaskan dari struktur
pemerintahan tradisional Jawa (Sjafri Sairin dalam Ahmad Adaby Darban,
2000: xiii). Dengan adanya perkampungan yang muncul di sekeliling pusat
pemerintahan menyebabkan adanya pertumbuhan bentuk kota.
Menurut sejarahnya, pembentukan kampung Kauman tersebut
merupakan Tipologi sentral yang telah digariskan oleh Kerajaan Demak
hingga Mataram (Wijanarka, 2007: 9).
Kampung Kauman Semarang sendiri terletak dikawasan yang sangat
strategis dekat dengan pusat aktivitas Kota Semarang baik itu aktivitas
perkantoran maupun aktivitas perdagangan dan jasa (Desimo Egasanti M,
2014: 6-9). Letak Kampung Kauman yang berada diantara Alun-alun Johar
dan Masjid Agung Kauman merupakan kampung kota yang mewarisi budaya
bangsa Indonesia masa lalu. Kampung Kauman sendiri diartikan sebagai
6
6
perkampungan orang Jawa, meskipun penduduk asli yang mendiami kawasan
kampung Kauman tersebut tidak semuanya berasal dari Jawa, melainkan ada
yang berasal dari luar Jawa seperti Makasar, Bugis, serta keturunan Arab.
Kampung Kauman Semarang letaknya mencakup beberapa kampung yang
berada di jalan Pedamaran sampai ke perempatan jalan Kranggan dan jalan
Gajahmada (sekarang termasuk dalam wilayah Kauman Barat, Kauman
Timur). Di Kawasan kampung Kauman tersebut terdapat Masjid Besar atau
yang sering dikenal dengan Masjid agung Kauman Semarang yang tidak
dapat dipisahkan dengan kampung Kauman Semarang karena kampung
Kauman sendiri merupakan kampung para santri dan para pemuka agama
yang menjadi bagian dari kemesjidan, selain itu juga terdapat pasar Johar,
Alun-alun dan Kanjengan (Kantor Bupati).
Pasar Johar tersebut juga termasuk dalam fasilitas pendukung
perkembangan perekonomian masyarakat kampung Kauman yang mayoritas
masyarakatnya berdagang dan jasa. Pasar Johar sendiri di bangun sekitar
tahun 1930 oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten (Etty Endang Listiyati,
1999: 55). Disebelah timur masjid agung Kauman semarang juga dahulunya
terdapat alun-alun yang dijadikan sebagai tempat kegiatan masyarakat, antara
lain untuk sembahyang pada hari raya maupun untuk parade kegiatan
kesenian masyarakat seperti dugderan. Sebenarnya keberadaan alun-alun
tersebut sangat mendukung kesakralan masjid agung kauman, akan tetapi di
dalam perkembangan kota Semarang, alun-alun tersebut sekarang telah
beralih fungsi menjadi pusat pertokoan (Etty Endang Listiyati, 1999: 55).
7
7
Sementara untuk Kanjengan atau Kantor Bupati sekarang telah di pindahkan
ke Sampangan (daerah Semarang barat) pada tahun 1972 dan digantikan
dengan bangunan pertokoan.
Perkembangan Kauman Semarang yang menjadi pusat perdagangan
atau pertokoan merubah sebagian besar bangunan bersejarah beralih fungsi.
Selain itu banyak sekali perkembangan yang terjadi seiring dengan
berjalannya waktu dan semakin berkembang pesatnya teknologi dan
kebutuhan masyarakat sehingga terjadi perkembangan maupun perubahan
yang begitu pesat pada masyarakat kampung Kauman Semarang dalam
bidang Sosial, Budaya, dan Perekonomiannya. Meskipun kampung Kauman
Semarang telah mengalami begitu banyak perubahan, tetapi masih dapat
dilihat dari beberapa identitasnya seperti keberadaan Pondok Pesantren,
Masjid Agung Kauman, Tradisi Dugderan yang dilaksanakan menjelang
bulan Ramadhan. Di Kampung Kauman Semarang, tidak hanya tinggal atau
bermukim kelompok etnis tertentu saja, tetapi bermacam-macam etnis yang
juga telah bermukim cukup lama, berbaur dan berinteraksi dengan harmonis.
Kehidupan yang harmonis antar etnis di Kampung Kauman tersebut
merupakan aset yang tidak ternilai, dimana telah membentuk suatu budaya
yang sangat unik dan beraneka ragam, yang juga telah memberikan
sumbangan pada kebudayaan nasional kita (Titik Suliyati, tidak ada tahun: 1).
Kota yang semakin berkembang menyebabkan terjadinya pengaruh
yang besar bagi masyarakatnya, baik itu pengaruh yang positif maupun
negatif. Begitu juga dengan pembangunan Kota Semarang yang lebih pada
8
8
perencanaan dan pengembangan pembangunan kawasan-kawasan perumahan
eksklusif, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan sarana
rekreasi modern. Akibatnya terjadi perubahan bentuk perkotaan secara besar-
besaran. Tidak jarang pembangunan yang dilakukan selalu mengorbankan
bangunan-bangunan peninggalan bersejarah sehingga banyak bangunan yang
beralih fungsi oleh perkembangan kota yang seperti itu.
Kauman sendiri saat ini telah menunjukkan gejala perubahan fungsi
kawasan yaitu dari perkampungan pada waktu terbentuknya dan sekarang
menurut perkembangannya telah berkembang sebagai kawasan perdagangan
dan jasa. Perubahan bentuk perkampungan tersebut dilandasi oleh besarnya
interaksi Pasar Johar yang memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap
aktivitas bermukim seperti perubahan guna lahan permukiman menjadi
perdagangan dan jasa, serta peningkatan aktivitas masyarakat (Alhamida
Wahyu Wijiastuti, 2012: 3). Pada mulanya pembentukan Kampung Kauman
Semarang sebagian besar dihuni oleh penduduk pribumi, namun dalam
perkembangannya, penghuni kampung Kauman terdiri dari berbagai etnis,
seperti Jawa, Cina, Arab, Melayu, dan lain sebagainya.
Keberadaan Kauman selain sebagai kawasan di pusat kota memiliki
nilai historis yang berkaitan dengan Kota Semarang, juga mempengaruhi
pertumbuhan kota. Selain itu adanya keberadaan pasar Johar juga telah
memberikan pengaruh terhadap aktivitas masyarakat Kauman. Penduduk
yang bermukim di sepanjang Jalan Kauman Raya mulai membangun usaha
baru dengan berorientasi ke arah jalan yang sekarang beralih fungsi sebagai
9
9
kawasan perdagangan dan jasa meskipun tetap mempertahankan dan
memelihara kesantrian kawasan (Wijanarka, 2007: 30).
Oleh sebab itu, penelitian ini lebih memfokuskan pada perubahan
Sosial, Ekonomi dan Budaya Kampung Kauman 1962-1998. Dimana dalam
kurun waktu tersebut ada perkembangan kehidupan yang terjadi di kampung
Kauman serta perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut berdasarkan
dimana Masjid Agung Kauman Semarang merupakan masjid yang letaknya
masuk dalam kelurahan Kampung Kauman, dahulunya pernah menjadi
perebutan antara orang-orang PKI dengan masyarakat kampung Kauman.
Pada waktu itu banyak tanah-tanah dan aset Masjid yang diserobot dan
dikuasai oleh PKI(BTI). Hal inilah yang memicu masyarakat dan para umat
Islam pada tahun 1962 untuk menuntut pemerintah untuk mengeluarkan
status hukum tersendiri terhadap Masjid Agung Kauman Semarang agar tidak
lagi terjadi aksi-aksi penjarahan oleh PKI(BTI). Hingga setelah G30S/PKI
hancur, akhirnya dengan melalui sidang peradilan pidana pada tahun 1968
tanah-tanah tersebut dapat dikuasai kembali oleh BKM kodya Semarang.
Sementara itu pada tahun 1998 terjadi masa reformasi yaitu sebuah
wacana tentang perbaikan hidup atau kesejahteraan yang dimunculkan dalam
aksi penggulingan pemerintahan sebagai hal kritis yang dilakukan dari
berbagai kalangan untuk menentukkan masa depan. Pada masa-masa seperti
itu berakibat pada krisis moneter yang terjadi di Indonesia, dimana nilai
rupiah yang terus merosot. Pada bulan Januari 1998 nilai rupiah terus merosot
hingga level sekitar Rp 17.000/US $ (Marwati Djoened P., Nugroho N.S.,
10
10
2010:665). Hal tersebutlah yang membuat beberapa daerah mengalami inflasi
besar-besaran, termasuk arus perekonomian yang ada di Pasar Johar
Semarang. Banyak pedagang yang merugi akibat dari pendapatan yang
berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang Perubahan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Kampung Kauman
1962-1998.
Perkembangan masyarakat Kauman berkaitan dengan beberapa
peristiwa yang terjadi antara tahun 1962-1998 yang mempengaruhi beberapa
segi kehidupan mereka, apalagi dari awal terbentuknya kampung Kauman
merupakan cikal bakal dari kebudayaan Kota Semarang. Hal inilah yang
sangat perlu diteliti karena untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
perkampungan Kauman itu sendiri yang sangat berperan penting dalam
perkembangan Kota Semarang seperti saat ini (Kartika Yuliana K dan Rina
Kurniati, 2013: 13).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan
yang diajukan adalah:
1. Bagaimanakah Gambaran umum dari kampung Kauman Semarang?
2. Bagaimanakah perubahan Sosial dan Budaya kampung kauman
Semarang tahun 1962-1998?
3. Bagaimanakah perubahan Ekonomi di kampung Kauman Semarang
pada tahun 1962-1998?
11
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui seperti apakah gambaran umum kampung Kauman
Semarang.
2. Mengetahui bagaimana perubahan Sosial dan Budaya kampung
Kauman Semarang tahun 1962-1998.
3. Mengetahui bagaimana perubahan Ekonomi di kampung kauman
Semarang tahun 1962-1998.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian studi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan bagaimana kondisi dan perkembangan dari kampung
Kauman Semarang dari tahun 1962-1998. Bagaimanakah sejarah
terbentuknya kampung kauman Semarang, hingga perkembangan
masyarakatnya dalam beberapa aspek kehidupan seperti Sosial, Budaya
dan Ekonominya. Selain itu, kampung Kauman Semarang yang juga
merupakan salah satu kawasan situs bersejarah di kota Semarang yang
mengalami beberapa perubahan seiring dengan kemajuan zaman dan
kebutuhan masyarakatnya sehingga membuat beberapa artefak
peninggalan sejarah hilang, oleh sebab itu upaya apa yang telah
dilakukan oleh masyarakat guna melestarikan kampung Kauman
Semarang sebagai kawasan wisata budaya. Studi ini juga dimaksudkan
12
12
untuk berbagi ilmu pengetahuan serta wawasan tentang perubahan
sosial, budaya dan ekonomi Kampung Kauman 1962-1998. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan
dan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam
pengembangan ilmu akademisi terutama dalam bidang sejarah kota.
Bagaimana perkembangan salah satu unsur kota yaitu dengan
keberadaan Kampung Kauman Semarang tahun 1962-1998, dan upaya-
upaya apa yang dilakukan guna melestarikan kawasan bersejarah di
Kota Semarang tersebut agar dapat dijadikan sebagai destinasi wisata
budaya kembali.
a. Bagi almamater, penelitian yang dilakukan ini dapat dijadikan
sebagai sumber rujukan dan referensi bagi yang membutuhkan.
Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai kontribusi
pemikiran didalam bidang sejarah maupun sosial, khususnya
mengenai perkembangan sosial, budaya dan ekonominya dari
masyarakat kampung Kauman Semarang.
b. Bagi pembaca, penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi kepustakaan yang mengandung wawasan
dan informasi bagi pembaca serta memberikan gambaran awal bagi
13
13
pembaca ataupun pihak yang akan melakukan penelitian yang
sejenis ataupun mengembangkan penelitian yang lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan sejarah, bila disusun menjadi sebuah karya ilmiah
sejarah memerlukan adanya pembatasan ruang lingkup yang akan diteliti oleh
peneliti, hal ini dikarenakan agar pembahasannya tidak terlalu meluas dan
hasil dari penelitian tersebut akurat. Ruang lingkup temporal digunakan untuk
membatasai waktu dalam penelitian penulisan, sehingga ada batasan waktu
yang tegas terhadap masa yang akan diteliti. Dalam penulisan ini dibatasi dari
tahun 1962 sampai dengan tahun 1998.
Pada tahun 1962 adalah tahun dimana Masjid Agung Kauman
Semarang diberikan status hukum tersendiri yaitu dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Agama Nomor 92/Tahun 1962, Masjid Agung Semarang
bersama-sama dengan Masjid Agung Demak, Kaliwungu dan Kendal
dinyatakan sebagai Masjid wakaf dan sebagai nadzirnya ditunjuk Badan
Kesejahteraan Masjid (BKM).
Penelitian tersebut dibatasi hingga tahun 1998, yaitu pada masa
Indonesia tengah mengalami masa Reformasi dengan adanya krisis moneter
yang melanda setiap daerahnya, apakah dengan adanya krisis moneter
tersebut berpengaruh pada kegiatan perekonomian, sosial maupun budaya di
Kampung Kauman Semarang. Oleh sebab itu penulis berkeinginan meneliti
14
14
apakah di kawasan kampung Kauman Semarang pada masa reformasi
tersebut juga terkena imbas dari adanya krisis moneter tersebut.
Sementara itu lingkup spasialnya adalah Kampung Kauman
Semarang, Kecamatan Semarang Tengah. Kampung Kauman Semarang
merupakan kampung santri yang memilki budaya dan warisan tradisi.
F. Tinjaun Pustaka
Buku yang digunakan sebagai kajian dalam penelitian ini diantaranya:
pertama, buku Wijanarka yang berjudul “Semarang Tempo Dulu : Teori
Desain Kawasan Bersejarah” yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh Penerbit
Ombak. Dalam buku tesebut bercerita tentang kawasan bersejarah di
Semarang termasuk didalamnya membahas tentang Kampung Kauman
Semarang. Tujuan dari penulisan buku tersebut adalah memperkenalkan
metodologi penelitian yang merumuskan teori desain dengan Semarang
tempo dulu sebagai objek kajiannya. Wijanarka lebih menuliskan tentang
perencanaan kawasan yang dapat dilihat dengan tiga teori, yaitu teori
Tipomorfologi atau teori bentuk kota, dan bentuk desa (yang melihat kawasan
sebagai kawasan sekumpulan gugusan dengan berbagai pola yang jika
diperhatikan lebih seksama akan memperlihatkan sejumlah karakteristik khas,
dengan membandingkan satu kawasan dengan kawasan yang lainnya, serta
menganalisis kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kawasan).
Ada pula teori kontekstual yang lebih melihat suatu kawasan sebagai
sebuah sistem keterkaitan antara berbagai unsur dan elemen baik didalam
kawasan itu maupun hasil dari rekayasa semata, kemudian ada pula teori
15
15
perspektif yang melihat sebuah kawasan dari panca indra yaitu penglihatan
dan ilusi yang dihasilkan secara alami sehingga dapat disimpulkan apakah
suatu kawasan tersebut membosankan, menyenangkan, membingungkan,
menyesatkan, mengesankan, ataukah perasaan yang lainnya yang dapat
dirasakannya. Sementara untuk obyek kajian dari buku tersebut lebih pada
kawasan bersejarah Semarang, yang telah mewakili kawasan-kawasan
bersejarah diperkotaan.
Kawasan bersejarah di Semarang pada awalnya merupakan kawasan
rancangan dan kawasan yang berkembang secara spontan (kawasan
tradisional). Dalam buku Wijanarka ada beberapa catatan yang perlu diingat
dengan hasil penelitiannya tersebut yaitu salah satu faktor terpenting dalam
kesejarahan sebuah kota atau kawasan adalah adanya perubahan. Di
sepanjang masa keberadaannya, sebuah kota atau kawasan pasti ditambah-
kurangi para penduduknya baik melalui perombakan, penggantian, pelapisan
horizontal maupun vertikal, pergeseran dan berbagai tindakan sejenis lainnya.
Selang beberapa masa, perubahan tersebut akan menghasilkan bentukan
sebuah kota atau kawasan yang baru secara menyeluruh yang kemudian
diubah lagi dengan berbagai tindakan diatas sampai menghasilkan bentukan
yang lebih baru lagi (wijanarka, 2007).
Literatur yang kedua, adalah buku yang ditulis oleh Djawahir
Muhammad yang diberi judul “Semarang Sepanjang Jalan Kenangan”. Buku
tersebut ditulis kerjasama dengan Pemda Kodia Semarang, DKJT dan Aktor
Studio (Kelompok Kesenian Semarang). Dalam buku tersebut berisi
16
16
kenangan-kenangan yang ada di Kota Semarang. Sebagai Kota Lama yang
telah berusia, Semarang cukup kaya dengan berbagai bangunan kuno, serta
tidak miskin senibudaya dan adat tradisi yang memberi muatan jati diri atas
kota dengan cikal bakal “Ki Ageng Pandan Arang” ini.
Buku ini lebih mengisahkan Semarang dengan beragam seni, budaya
dan adat tradisionalnya. Peninggalan-peninggalan Sejarah baik itu Bangunan
maupun adat istiadat dijabarkan dalam buku tersebut seperti, “sebuah
legenda untuk kota Semarang” yang sudah terkenal kembali dituliskan oleh
Darmanto Jatman, “Semarang dari Bubakan campai Citraland” yang ditulis
oleh Djawahir Muhammad sendiri, “Eropa Kecil dijantung Semarang” oleh
Widya wijayanti, “Konservasi Kawasan Koeno di Semarang” ditulis oleh
Eko Budiharjo, “Aspek Kebijakan Pemerintah derah bagi Revitalisasi
Kawasan/Bangunan Kuno Bersejarah” oleh H. Soetrisno Suharto. Selain itu
juga dalam Bab IV sendiri juga ditulis dengan judul Mencari hakekat di bukit
Tembayat yang didalamnya membahas tentang tradisi dan peninggalan yang
ada di daerah tersebut.
Pada bab V dibahas beberapa pondok pesantren di Kota Semarang,
bab selanjutnya membahas tentang pabrik-pabrik rokok di Semarang,
kemudian pada bab-bab yang selanjutnya ditulis beberapa arsip suara
merdeka yang membahas tentang Semarang.
Untuk literatur yang ketiga, yaitu hasil dari penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Adaby Darban sebagai hasil dari disertasinya yang melakukan
penelitian pada Kampung Kauman Yogyakarta. Penelitiannya tersebut diberi
17
17
judul “Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah
Yogyakarta” memuat tentang struktur tata ruang perkotaan Yogyakarta pada
masyarakat Jawa tradisional. Hasilnya tersebut menjabarkan bagaimana
perkembangan sosial di Kampung Kauman Yogyakarta sampai dengan tahun
1950-an, serta dinamika kehidupan masyarakatnya.
Kelebihan dalam buku ini lebih pada pembahasannya yang dapat
dijadikan sebagai sumber utama sebagai pembanding antara kehidupan
masyarakat Kampung Kauman Semarang dengan masyarakat Kampung
Kauman Yogyakarta dari aspek agama, sosial, budaya dan ekonominya.
Dalam buku ini juga disertai beberapa foto dan gambar yang dijadikan
sebagai pendukung isi buku ini. Buku ini secara mendalam membahas tentang
perubahan-perubahan masyarakat Kauman Yogyakarta.
Literatur yang selanjutnya menggunakan Tesis yang ditulis oleh Etty
Endang Listiati, mahasiswa Pasca sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, yang menulis tentang “Rumah Tinggal Kampung Kauman
Semarang”, yang isinya lebih mengkaji pada bentuk rumah-rumah di
kampung Kauman Semarang yang memiliki bentuk arsitektur yang unik.
Penelitian yang telah dilakukannya tersebut memiliki tujuan agar memperoleh
gambaran kualitas arsitektur rumah tinggal kampung Kauman yang ditinjau
dari aspek kegunaan, kekuatan dan keindahannya. Dalam penelitiannya
Kampung Kauman dikatakan sebagai kampung kota yang mewarisi budaya
bangsa Indonesia pada masa lalu (pada jaman Belanda), kampung Kauman
tersebut memiliki rumah-rumah dengan bentuk arsitektur yang khas.
18
18
Kemudian literatur yang kelima menggunakan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Kartika Yuliana K dan Rina Kurniati mahasiswa dan
Dosen dari jurusan perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, yang meneliti tentang “Upaya Pelestarian Kampung
Kauman Semarang Sebagai Kawasan Wisata Budaya”. Isinya lebih pada
perubahan yang telah dialami oleh Kampung Kauman Semarang, yang pada
awalnya merupakan kampung santri sekarang telah menjadi kawasan
perdagangan dan jasa sehingga semakin lama unsur historisnya menghilang,
oleh sebab itu tujuan dari penelitian tersebut adalah merumuskan bagaimana
pelestarian pada kampung Kauman Semarang sebagai kawasan wisata
Budaya. Bangunan-bangunan tradisional yang berada di permukiman kauman
sudah mulai berubah seiring dengan banyaknya pendatang yang datang dan
memilih untuk membangun bangunan yang lebih modern lagi. Dalam
penelitiannya ini dihasilkan konsep keberlanjutan untuk kampung Kauman
agar tetap menjadi kampung kota yang bersejarah bagi Semarang dan wisata
budaya Semarang.
Literatur yang selanjutnya adalah dari Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota, Universitas Diponegoro yang ditulis oleh Cynthia Putriyani Alie
dan Djoko Suwandono, yang mengkaji tentang “Pengaruh Perkembangan
Perkotaan Terhadap Morfologi Kampung Kauman Kota Semarang” yang
isinya lebih pada kampung kauman Semarang yang merupakan salah satu
kampung di kota semarang yang dulunya sebagai embrio perkembangan kota
dan tempat tinggal masyarakat pribumi. Selain itu kampung Kauman juga
19
19
dikenal sebagai pusat peradaban Islam yang ditunjukkan dengan adanya
Masjid Agung Kauman sehingga menjadi kawasan penting kebudayaan
Semarang.
Selain literatur berupa jurnal, penulis juga menggunakan literatur dari
skripsi yang telah melakukan penelitian seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Desimo Egasanti M, mahasiswa Jurusan Sejarah, Universitas
Negeri Semarang yang mengkaji tentang “Sejarah kampung Kauman
Semarang (Menguak sisi Sosial dan Ekonomi tahun 1992-2012)”. Penelitian
tersebut lebih mengacu pada bagaimana sejarah perkembangan sosial
kampung Kauman Semarang tahun 1992-2012, kemudian bagaimana sejarah
perkembangan ekonomi kampung Kauman Semarang tahun 1992-2012.
Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa kampung
Kauman Semarang dijadikan sebagai miniatur kebhinnekaan masyarakat
Indonesia, hal ini dikarenakan masyarakatnya yang tidak membeda-bedakan
kepercayaan atau agama, mereka mampu hidup berdampingan satu sama
lainnya dengan masyarakat yang lain, serta masyarakat yang tidak membeda-
bedakan status sosialnya. Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan
penelitian yang Desimo lakukan yaitu, saya lebih mengupas bagaimana
perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di Kampung Kauman dengan kurun
waktu 1962-1998 yang memperlihatkan adanya interaksi-interaksi sosial
dalam kehidupannya.
Literatur yang digunakan selanjutnya adalah buku yang ditulis oleh
Edy Muspriyanto, dkk. Yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Terang
20
20
Publishing. Bukunya berjudul “Semarang tempo Doeloe : Meretas Masa”.
Buku ini berisi tentang perjalanan sebuah kota Semarang yang terlibat dengan
aneka peradabannya dengan aneka peradabannya. Buku ini lebih memaparkan
pada perbedaan Kota Semarang masa lalu dan masa kini. Perbandingannya
tidak hanya sekadar memaparkan alur kronologi sejarahnya saja tetapi juga
memaparkan apa yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Kemudian literatur yang digunakan terakhir adalah buku Amen
Budiman yang berjudul “Semarang Riwayatmu Dulu jilid Pertama” yang
dicetak tahun 1978 oleh penerbit Tanjung Sari, Semarang. Buku Semarang
Riwayatmu Dulu ini terdiri dari empat jilid, jilid yang pertama sampai dengan
jilid yang ketiga berisi mengenai sejarah kota Semarang, sedangkan jilid
keempatnya berisi tentang mengenai masyarakat Kota Semarang, yang lebih
mengenai pancaragam penduduk dan kebudayaannya.
G. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang
menguji dan menganalisa buku-buku referensi dan wawancara langsung
dengan masyarakat yang akan diteliti. Selain itu, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan multidimensional (Social scientific) yang digunakan untuk
mengungkapkan berbagai aspek atau dimensi permasalahan. Segi-segi
kehidupan masyarakatnya saling pengaruh-mempengaruhi antara segi
kehidupan tersebut (Kartodirdjo, 1992: 120-123).
Adapun tahapan-tahapan metode penelitian sejarah adalah sebagai
berikut:
21
21
1. Heuristik merupakan kegiatan pengumpulan data yang meliputi mencari,
dan menghimpun sumber-sumber sejarah yang dirasa relevan dengan
masalah yang akan diteliti. Sedangkan menurut terminologinya dari
Bahasa Yunani Heuristikum yaitu mengumpulkan atau menemukan
sumber. Dalam mengumpulkan sumber sejarah penulis mendatangi
Perpustakaan Jurusan Sejarah UNNES, Perpustakaan Pusat UNNES, dan
Perpusatakaan dan arsip Umum Daerah Semarang.
Sumber sejarah sendiri ada dua macam yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer, adalah sumber yang berdasarkan pada
kesaksian dari seorang saksi yang melihat dan mengalami pada kejadian
tersebut. Sumber primer diperoleh melalui penelusuran terhadap dokumen
atau arsip yang dapat dibagi menjadi dua sumber primer yaitu sumber
tertulis dan sumber lisan. Untuk sumber primer tertulis dapat berupa arsip
mengenai peraturan, rumusan perundang-undangan, dan data-data yang
berkaitan dengan peristiwa sejarah yang akan dituliskan.
Adapun sumber primer lisan diperoleh melalui wawancara dengan
orang-orang yang lebih berkompeten dalam peristiwa sejarah tersebut.
Wawancara yang dilakukan dengan para informan dapat dibedakan
kedalam tiga kategori, yaitu: orang-orang yang terlibat langsung, orang-
orang yang menyaksikan peristiwa tetapi tidak terlibat langsung, dan
orang-orang yang tidak telibat langsung tetapi mendapat keterangan dari
orang yang terlibat dalam peristiwa. Selain itu keberadaan dokumen
maupun arsip juga dipertimbangkan keasliannya atau keontetikannya.
22
22
Sedangkan sumber sekunder, adalah sumber yang berdasarkan
pada kesaksian siapapun yang bukan saksi pandangan mata yaitu
seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan (Gottschalk,
1986:35). Data sekunder diperoleh dari artikel-artikel dan laporan
penelitian dari penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, yang
sudah bersifat jamak diperoleh dari Perpustakaan dan Badan Arsip yang
mempunyai relevansi untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi
hasil penelitian. Untuk artikel sendiri ada beberapa yang berhasil
ditemukan dan dirasa relevan dengan permasalahan yang diangkat seperti
penelitian yang dilakukan oleh Desimo Egasanti M. Yang artikel
ilmiahnya telah dipublikasikan tahun 2014 dengan judul “Sejarah
Kampung Kauman Semarang (menguak sisi Sosial dan Ekonomi) tahun
1992-2012”. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah :
a. Wawancara (interview)
Metode wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
tujuan tertentu dan tugas tertentu pula, dan mencoba mendapatkan
keterangan (pendirian) secara lisan dari seorang responden dengan
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang lain, ini berguna untuk
mendapatkan sumber lisan dari orang yang berperan sebagai pelaku
peristiwa itu. Jadi, dalam penelitian ini akan dijumpai keterangan lisan dari
beberapa orang informan, seperti: pedagang, Kyai atau alim Ulama
23
23
setempat yang mengerti tentang Sejarah dibangunnya Masjid Agung
Kauman serta dinamika yang terjadi, maupun orang yang mengerti dan
mengetahui akan peristiwa tersebut sedangkan sebagai sumber sekunder,
adalah sumber yang keterangannya diperoleh dari sumber lain secara
langsung sebagai pelaku, seperti : masyarakat yang tidak terlibat langsung
dengan perkembangan terbentuknya kampung Kauman serta perubahan
yang terjadi dalam beberapa aspek kehidupan seperti Sosial, budaya dan
ekonominya, kemudian masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam
proses pelestarian lingkungan sebagai kawasan sejarah. Beberapa tahapan
teknik wawancara yaitu :
1. Menentukan teknik wawancara
Wawancara dalam penelitian ini adalah dengan car teknik terbuka.
Teknik terbuka merupakan teknik wawancara dimana informan
mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
maksud dan tujuan wawancara tersebut.
2. Menyusun instrument wawancara
Menyususn instrument pertanyaan merupakan pedoman penulis
dalam melakukan wawancara dengan informan. Informan yang
dijumpai penulis memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Oleh
sebab itu pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti dan dipahami, selain itu penyusunan
pertanyaannyapun di bagi ke dalam beberapa bidang sesuai dengan
rumusan masalah.
24
24
3. Menentukan dan menemui narasumber
Dalam penelitian ini, peneliti mencari informan seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, pedagang, instansi terkait yang
berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Khoiri (Tokoh Masyarakat sekaligus
Pengelola Masjid Agung Kauman), Zainal Arifin (Masyarakat),
Abdul Wahid (Tokoh Masyarakat sekaligus pengelola Masjid
Agung Kauman), beberapa pedagang disepanjang jalan Kauman
Raya, seperti Nur Hadi, Sutinah. Kemudian Slamet Riyadi (Tukang
Parkir), Lurah Kelurahan Kauman Semarang Tengah bapak Arwin
Helmy, dan bapak Winarno (Sekertaris desa Bangunharjo).
Penulis memilih informan-informan tersebut karena informan
tersebut mengetahui banyak mengenai informasi yang peneliti
butuhkan tentang sejarah sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
kampung Kauman Semarang.
4. Pelaksanaan wawancara
Setelah dilakukan persiapan wawancara dan instrumen wawancara
juga telah disusun, penulis dapat dikatakan siap untuk melakukan
wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan bahasa
yang sopan dan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan serta
usia informan.
25
25
b. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah kegiatan untuk memperoleh data dengan
cara mempelajari dokumen-dokumen yang telah ada, yaitu arsip-arsip
yang erat kaitannya dengan objek penelitian. Dokumen yang didapatkan
nantinya akan diolah dan dianalisis terlebih dahulu untuk dapat dijadikan
sumber dalam penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut diperoleh dari :
Perpustakaan dan Badan Arsip Daerah Jawa Tengah di Srondol. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan pencarian sumber dokumentasi antara
lain peta Kelurahan kauman, data Demografi dan Morfologi kampung
Kauman Semarang yang pencariannya dilakukan di Kelurahan Kampuung
Kauman Semarang.
c. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah proses mencari informasi, menelaah dan
penghimpunan data sejarah yang berupa buku-buku, surat kabar, majalah
untuk menjawab pertanyaan yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang akan diteliti (Gottschalk, 1975:46). Dalam penelitian ini penulis
mendapatkan data-data berupa buku dengan mengunjungi beberapa
perpustakaan, yaitu Perpustakaan Pusat UNNES, Perpustakaan Jurusan
Sejarah UNNES, Perpustakaan Wilayah Propinsi Jawa Tengah, serta Kota
Semarang. Dari penelusurannya ini, penulis menemukan beberapa buku
yang masih ada kaitannya dengan topik yang diambil berupa
perkembangan kota seperti buku “Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-
Kota di Indonesia”, kemudian buku “Pengantar Sejarah Kota”.
26
26
Kemudian ditemukan pula buku-buku mengenai sejarah Kota
Semarang seperti “Semarang Sepanjang Jalan Kenangan” yang ditulis oleh
Djawahir Muhammad. Kemudian buku “Semarang Tempo Dulu: Teori
Desain Kawasan Bersejarah” yang ditulis oleh Wijanarka dan diterbitkan
pada tahun 2007. Kemudian buku yang diterbitkan ole Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Semarang tahun 2007 yang berjudul “Sejarah
Kabupaten Semarang”. Ada juga buku karangan Amen Budiman
“Semarang Riwayatmu Dulu jilid pertama”. “Semarang Tempo Dulu:
Meretas Masa” yang ditulis oleh Eddy Muspriyanto,dkk. Selain itu, buku
Ahmad Adaby Darban yang berjudul “Sejarah Kauman: menguak identitas
Kampung Muhammadiyah Yogyakarta” juga dapat dijadikan sebagai
sumber utama dalam penelitian ini.
2. Kritik Sumber, adalah kegiatan untuk menilai, menguji dan menyeleksi
sumber-sumber sejarah. Dalam kritik sumber, dapat dilakukan beberapa
langkah untuk mengkritik beberapa data yang telah diperoleh, yaitu
dengan kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern yang dilakukan untuk
menguji sumber guna mengetahui ke-otentikan atau keaslian sumber.
Dalam tahapan ini, sumber-sumber yang telah diuji dan ditelaah lebih jauh
sehingga sumber dapat dipastikan ke-otentikannya.
Kritik intern diperlukan untuk mendapatkan kredibilitas atau
kebenaran isi sumber. Bertujuan untuk membuktikan bahwa informasi dan
kesaksian yang diberikan merupakan informasi yang dapat dipercaya
kebenarannya. Kritik intern terhadap hasil wawancara dilakukan dengan
27
27
cara mencocokkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para
informan dengan data lain, baik yang berbentuk tulisan maupun lisan.
Sedangkan kritik intern terhadap data tertulis dilakukan dengan cara
membandingkan dengan sumber-sumber lain yang lebih dapat dipercaya
dan membuat pertanyaan kritis. Dengan cara demikian kesalahan
informasi dalam sebuah sumber sejarah dapat diketahui.
3. Interpretasi, yaitu tahapan yang dilakakukan oleh sejarawan atau peneliti
dalam menafsirkan fakta-fakta yang telah diperoleh dengan
membandingkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Dalam
interpretasi ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis.
Pertama, analisis berarti menguraikan, karena terkadang sebuah
sumber mengandung beberapa kemungkinan. Kedua, sintesis yang artinya
menyatukan fakta-fakta yang diperoleh setelah peneliti melakukan kritik
sumber, dengan membandingkan dua fakta atau lebih (Kuntowijoyo,
2005:101-103). Analisis sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas
sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-
sama dengan teori-teori disusunlah fakta tersebut kedalam suatu
interpretasi yang menyeluruh (Berkhofer, dikutip Alfian, 1994 Dalam
Dudung 1999). Sedangkan sintesis sendiri dilakukan oleh seorang peneliti
yang memiliki konsep, yang dipeoleh dari sebuah bacaan sehingga
menimbulkan hasil yang beragam.
28
28
Didalam interpretasi sejarah, seorang peneliti dituntut untuk dapat
mengetahui sebab ataupun faktor yang menyebabkan suatu peristiwa itu
terjadi, yang biasanya diperoleh dari sebuah data sejarah.
4. Historiografi, atau penulisan merupakan proses menceritakan rangkaian
fakta dalam sebuah bentuk tulisan yang bersifat historis ditulis dengan
kronologis berdasarkan hasil yang didapat peneliti setelah melewati tahap
heuristik, kritik sumber dan interpretasi. Ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan peneliti dalam memaparkan sejarah yaitu, peneliti harus
memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa dengan baik, kronologis
(sesuai dengan perjalanan sejarah dengan kata lain tahun terjadinya suatu
peristiwa runtut), dijelaskan dengan bukti-bukti dan membuat garis-garis
umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca, dan yang
terakhir adalah argumentatif (usaha peneliti dalam mengarahkan ide-
idenya dalam merekonstruksi masa lampau didasarkan atas bukti-bukti
terseleksi, bukti yang lengkap, dan detail fakta yang akurat (Hasan Usman,
1986:171-177 Dalam Dudung 1999).
Gottschalk juga menjelaskan bahwa sesuatu deskripsi mengenai
masyarakat, kondisi, gagasan, dan lembaga yang lampau atau suatu kisah
mengenai karier dan peristiwa yang lampau biasanya merupakan tujuan
bagi penyelidikan sejarah secara individu hal inilah yang disebut dengan
historiografi.
105
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kampung Kauman Semarang merupakan kampung tradisional yang
ada di Kota Semarang dan bernuansa Islami. Kampung Kauman tersebut
terletak di pusat kota sehingga perkembangan kota begitu mempengaruhi
kampung santri ini. Perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 1962-1998
banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat Kampung Kauman Semarang
baik dalam segi Sosial, Budaya juga Ekonominya. Cikal bakal pembentukan
Kampung Kauman yang berawal dari Kyai Ageng Pandan Arang memberikan
ciri tersendiri bagi pemukiman Islami tersebut.
Sebagai sebuah perkampungan yang terletak di pusat kota, keberadaan
Kampung tersebut banyak sekali dipengaruhi oleh keadaan sekitar pemukiman
diantaranya adanya Masjid Agung Kauman Semarang, Pondok Pesantren dan
kehidupan sehari-hari masyarakatnya, hal tersebut berdampak pada segi sosial
dan budayanya. Perkembangan kehidupan sosial masyarakat Kauman semakin
berkembang dari tahun 1962 hingga 1998, dimana mereka mulai saling
menghormati dan hidup rukun antar umat beragama tanpa ada konflik,
sementara dalam segi budaya masyarakat Kauman masih tetap melestarikan
tradisi dugderan sebagai warisan leluhur yang wajib untuk dijaga, meskipun
semakin berkembang dan ramai namun kekhasan dari dugderan tetap terjaga.
Oleh sebab itulah kehidupan yang harmonis antar etnis di kampung Kauman
merupakan salah satu aset yang tak ternilai dan berharga.
106
Selain itu, adanya pasar Johar yang memberikan dampak kehidupan
perekonomian masyarakat Kauman dari tahun ke tahun. Sejak akhir tahun
1960-an pertumbuhan ekonomi Indonesia begitu pesat, hal tersebut juga
mendasari perkembangan perekonomian di kota-kota besar juga mengalami
perkembangan yang pesat pula seperti halnya Kota Semarang. Kampung
Kauman yang berada di Semarang juga mengalami perkembangan yang
dipengaruhi oleh letaknya yang strategis di pusat Kota.Keberadaan Pasar
Johar dan pasar Ya’ik sangat berpengaruh dalam kehidupan perekonomian
masyarakatnya dengan perdagangan dan jasa. Apalagi di sepanjang jalan
Kauman Semarang semakin berkembang pertokoan sebagai tepat usaha
masyarakat Kauman. Hal tersebut sebagai dampak adanya pasar Johar dan
Yaik yang semakin ramai dan banyak oleh pedagang sehingga terjadi
persaingan yang tak terelakan lagi oleh pedagang. Akhirnya mereka memilih
untuk berdagang di kauman. Dagangan-dagangan yang diperjual belikan di
sepanjang jalan Kauman memang beraneka ragam namun tetap menjadi ciri
khas dari pedagang Kauman yaitu perlengakapan sholat, perlengkapan militer,
parfume, bahan bangunan, dan beberapa toko jasa seperi tukang jahit dan
tukang cukur.
107
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdurahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Badan Pengelola Masjid Agung Semarang. 2011. Selayang Pandang Masjid
Agung Semarang dari Doeloe hingga Sekarang. Semarang: Badan
Penglola Masjid Agung Semarang.
Basundoro, Purnawan. 2012. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak.
Booth, Anne.,dkk(ED). 1988. Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Budiman, Amen. 1978. Semarang Riwayatmu Dulu jilid pertama. Semarang :
Tanjung Sari.
. 1979. Semarang Tempo Doeloe Semarang Masa Kini Dalam Rekaman
Kamera. Semarang: Tanjung Sari.
Colombijn, Freek.,dkk (ED). 2005. Kota Lama Kota Baru :Sejarah Kota-Kota di
Indonesia. Yogyakarta : Ombak.
Darban, Ahmad Adaby. 2000. Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung
Muhammadiyah. Yogyakarta: Tarawang.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang. 2007. Sejarah
Kabupaten Semarang. Semarang : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Semarang.
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah : Pengantar Metode Sejarah. Jakarta:
Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Handinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
HM, Zaenuddin. 2013. Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe. Jakarta:
Change.
Joe, Liem Thian. 2004 (cetakan kedua). Riwayat Semarang. Jakarta: Hasta
Wahana.
108
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah
Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai nasionalisme jilid 2.
Jakarta : Gramedia.
. 1992. Pendekatan ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kuntowijoyo. 2005. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit
Djambatan.
. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Lindblad, J. Thomas. 2002. Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Muhammad, Djawahir. 1995. Semarang Sepanjang Jalan Kenangan. Semarang :
Kerjasama Pemda Kodia Semarang-DKJT-Aktor Studio.
Muspriyanto, Edy. Dkk. 2006. Semarang Tempo Dulu : Meretas Masa. Semarang
: Terang Publishing.
Notosusanto, Nugroho.,dan Marwati D.P. 2010 (Edisi Pemutakhiran). Sejarah
Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia
(±1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka.
Oemar, Moh.,Abu Suud, dkk. 1994. Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: CV.
Dwi Jaya Karya.
Selayang Pandang Kota Semarang.
Soemardjan, Selo. 2009. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Komunitas
Bambu.
Susanto, Hardhono. 2007. Serba-serbi Semarang: The Variety of Semarang.
Semarang: Undip Press dan Mission Media.
Shadily, Hassan. 1993 (cetakan ke-12). Sosiologi: Untuk Masyarakat Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2010. Perancangan Kota: Alun-alun Kauman, Semarang.
Semarang : Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro.
Tio, Jongkie. Tanpa Tahun. Semarang City, a Glance into the Past.Tanpa
Penerbit.
109
Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: Unnes Press.
Wijanarka. 2007. Semarang Tempo Dulu: Teori Desain Kawasan Bersejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Yusuf, Agus Fathuddin. 2000 (cetakan pertama). Melacak Banda Masjid Yang
Hilang. Semarang: Aneka Ilmu.
Zainuddin, Oemar. 2010. Kota Gresik 1896-1916: Sejarah Sosial Budaya dan
Ekonomi. Jakarta: Ruas.
Laporan Data Monografi Kampung Kauman Semarang dalam angka tahun 2014.
ARSIP
Arsip Foto-Foto perkembangan pasar Johar dan alun-alun Provinsi Jawa Tengah
Arsip foto Perkembangan Masjid Agung Kauman Semarang
Keputusan Menteri Agama Nomor 92 tahun 1962 yang menjelaskan tentang
penetapan Masjid Besar Semarang dan seluruh harta kekayaannya sebagai
wakaf, serta BKM ditunjuk sebagai pengelolanya.
JURNAL
Arianto, Risa Andi. 2013. “Perubahan Tata Ruang dan Sosial di Alun-alun
Semarang tahun 1967-1972”. Skripsi. Semarang : Jurusan Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Depari, Catharina D.A, dan Amos S. 2013. “Mengungkap Konsep Filosofi dan
Makna Simbolis Pola Ruang Kampung Kauman Yogyakarta dan
Semarang”. Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Program Studi Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
M., Desimo Egasanti. 2014. “Sejarah Kampung Kauman Semarang (Menguak
Sisi Sosial dan Ekonomi) tahun 1992-2012”. (Skripsi). Semarang : Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Journal of
Indonesian History Vol. 3 No. 1.
110
Hendro, Eko Punto. 2011. Konservasi Masjid Agung Kauman Semarang sebagai
Benda Cagar Budaya. Paramita Vol. 21 No.1-Januari 2011 (ISSN:0854-
0039) Hlm. 37-50. Semarang: Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro.
Listiati, Etty Endang. 1999. “Rumah Tinggal Kampung Kauman Semarang :
Kajian Kualitas Arsitektural Bangunan Rumah Tinggal”. (Tesis).
Yogyakarta : Program Pasca Sarjana Prodi Teknik Arsitektur Jurusan
Ilmu-Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Alie, Cynthia Putriyani dan Djoko Suwandono. 2013. “Pengaruh Perkembangan
Perkotaan Terhadap Morfologi Kampung Kauman Kota Semarang”.
(Jurnal Ilmiah). Semarang : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jurnal Ruang-volume 1 Nomor
1.
Wijiastuti, Alhamida Wahyu. 2012. Pengaruh Pola Aktivitas Penduduk Terhadap
Perubahan Fungsi Jaringan Jalan di kawasan Kauman Kota Semarang.
Skripsi. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Diponegoro.
K., Kartika Yuliana dan Rina Kurniati. 2013. “Upaya Pelestarian Kampung
Kauman Semarang Sebagai Kawasan Wisata Budaya”. (Jurnal Ilmiah).
Semarang : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro. Jurnal Teknik PWK volume 2 Nomor 2.
WAWANCARA
Wawancara dengan Lurah Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang Tengah
Bapak Drs. Arwin Helmy., MM pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 10.14
WIB bertempat di kantor Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang
Tengah.
Wawancara dengan Sekertaris Kelurahan Bangunharjo Kecamatan Semarang
Tengah Bapak Winarno pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 11.40 WIB
bertempat di kantor Kelurahan Bangunharjo Kecamatan Semarang
Tengah.
Wawancara dengan Bapak Khoiri selaku pengelola Masjid Agung Kauman
Semarang pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 20.00 WIB bertempat di
Kantor Masjid Agung Kauman Semarang.
Wawancara dengan Bapak Abdul Wahid selaku pengelola Masjid Agung Kauman
Semarang pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 16.00 WIB bertempat di
Kantor Masjid Agung Kauman Semarang.
111
Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin selaku masyarakat Kelurahan Kauman,
kampung Kauman Barat 25 Desember 2015 pukul 10.00 WIB bertempat
di Kediaman beliau kampung Kauman Barat, Kelurahan Kauman
Kecamatan Semarang Tengah.
Wawancara dengan Bapak Nur Hadi selaku pedagang di sekitar Jalan Kauman
Raya, 5 April 2015 pukul 09.35 WIB bertempat di toko miliknya, di
Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang Tengah.
Wawancara dengan Ibu Sutinah selaku pedagang sayuran keliling di Kampung
Kuaman Semarang, 5 April 2015 pukul 11.00 WIB bertempat di jalan
Kauman Raya, Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang Tengah.
Wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi selaku tukang Parkir di kampung
Kauman Semarang, 5 April 2015 pukul 13.15 WIB bertempat di jalan
Kauman Raya, Kelurahan kauman Kecamatan Semarang Tengah.
SURAT KABAR DAN INTERNET
Suara Merdeka tanggal 27 Februari 2014. Berkembang tanpa Alun-alun, Jalan
pun Dipenuhi Toko. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/
2014/02/27/253918/Berkembang-Tanpa-Alun-alun-Jalan-pun-Dipenuhi-
Toko. Diunduh tanggal 23 Maret 2015.
Suara Merdeka. Rabu 10 Mei 2006. Bermula dari Krempyeng di Bawah Pohon
Johar. Semarang.
Suara Merdeka. Rabu 29 November 2006. Kauman Jadi Kawasan Pedestrian:
Bangunan Johar dan Yaik Dipertahankan. Semarang.
Suara Merdeka. Selasa 5 Oktober 2004. Akhirnya Dugder Kembali ke Kauman.
Semarang.
Suliyati, Titiek. Tanpa tahun. Dinamika Kawasan Permukiman Etnis di Semarang.
http://www.scribd.com/doc/172119597/Dinamika-Kaw-etnis-Di-
Semarang#scribd. Diunduh tanggal 14 November 2014.
Badan Pusat Statistika. 2014. Semarang dalam Angka.
semarangkota.bps.go.id/ebook/sda2014/index.html. Diunduh tanggal 25
desember 2014.
112
Lampiran
1. Instrumen wawancara
A. Kelurahan Kauman Semarang:
1. Seperti apakah kondisi Kampung Kauman antara tahun 1962-1998?
2. Adakah perbedaan kehidupan masyarakat antara tahun 1962 hingga tahun
1998?
3. Seperti apakah kehidupan sosial masyarakat Kauman dari tahun 1962-
1998?
4. Warga Kauman yang berbeda-beda ras (India, Arab, Cina dan pribumi)
pernahkan terjadi suatu konflik?
5. Jika ya, bagaimana cara penyelesaiannya?
6. Jika tidak, bagaimana cara mereka menghindari konflik tersebut?
7. Seperti apakah kehidupan perekonomian masyarakat Kauman dari tahun
1962-1998?
8. Perbedaan apa yang paling menonjol dari segi perekonomian
masyarakatnya?
9. Sebelum tahun 1962 masjid Kauman diresmikan menjadi Wakaf karena
sebelumnya sering sekali terjadi penjarahan oleh warga, apa sebabnya?
Yang melakukan warga asli Kauman ataukah dari luar daerah Kauman?
10. Apa pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pasar Johar dan pasar yaik
bagi kehidupan masyarakat Kauman?
11. Apa mata pencaharian utama dari masyarakat Kauman?
12. Sejak kapan mulai bermunculan kios-kios pedagang di sepanjang jalan
Kauman raya?
13. Pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998, apakah terjadi peristiwa besar
yang mempengaruhi kehidupan ekonomi maupun sosial masyarakat
Kauman?
14. Perbedaan seperti apa yang paling terlihat antara tahun 1962-1998?
15. Bagaimana cara hidup bertoleransi masyarakat Kauman dengan
masyarakat pendatang atau keturunan antara tahun 1962-1998?
113
16. Upaya apa yang dilakukan oleh masyarakat dalam melestarikan
kebudayaan asli, Seperti dugderan?
B. Tokoh Masyarakat dan Alim Ulama setempat:
1. Seperti apakah sejarah terbentuknya Kota Semarang?
2. Seperti apakah sejarah terbentuknya Kauman?
3. Pada tahun 1962, bagaimana kondisi perkampungan Kauman Semarang?
4. Bagaimanakah perkembangan Kampung Kauman dari tahun 1962-1998?
5. Seperti apakah bentuk awal masji Agung Kauman Semarang?
6. Sudah berapa kali mengalami pemugaran?
7. Pengaruh apa yang ditimbulkan dengan keberadaan Masjid Kauman terhadap
kehidupan masyarakat Kauman dari tahun 1962-1998?
8. Sebelum tahun 1962 masjid Kauman diresmikan menjadi Wakaf karena
sebelumnya sering sekali terjadi penjarahan oleh warga, apa sebabnya? Yang
melakukan warga asli Kauman ataukah dari luar daerah Kauman?
9. Apa perbedaan Masjid Kauman sebelum diwakafkan ke BKM dengan
sebelum di wakafkan?
10. Apakah budaya dugderan itu?
11. Adakah kaitannya dengan masjid Agung Kauman tersebut?
12. Bagaimanakah caranya masyarakat dan tokoh setempat dalam melestarikan
budaya yang sudah ada?
13. Ciri khas apa yangmembedakan antara kampung Kauman dengan kampung-
kampung lain?
14. Apa yang mempengaruhi menghilangnya bentuk rumah Kauman yang asli
sebagai ciri khas perkampungan Kauman?
15. Seperti apa sejarah terbentuknya pondok pesantren di Kauman?
16. Pengaruh apa yang ditimbulkan dengan semakin berkembangnya kampung
Kauman terhadap kehidupan masyarakat Kauman?
114
C. Pedagang di Kauman
1. Sejak kapan anda berdagang di Kauman?
2. Apakah anda pendatang atau emang asli warga Kauman?
3. Jika pendatang, sejak kapan anda mendiami wilayah Kauman ini?
4. Jika asli Kauman, perbedaan apayang paing menonjol dai segi ekonomi di
Kauman dari tahun 1962-1998?
5. Sejak kapan mulaibermunculan kios-kios di sekitar jalan Kauman Raya?
6. Apa pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya Pasar Johar dan Pasar Ya’ik?
7. Apakah pernah terjadi konflik antar pedagang di sepanjang jalan Kauman raya
antara tahun 1962-1998?
8. Perkembangan Kauman yang semakin ramai ini apakah ada pengaruhnya
terhadap kehidupan asyarakat Kauman?
9. Mengapa lebih memilih berdagang di Kauman di banding berdagang di pasar
Johar maupun Yai’ik?
115
NARASI
Kampung Kauman Semarang merupakan salah satu perkampungan di kota
Semarang, yang letaknya dekat dengan Masjid Agung Semarang, atau yang sering
dikenal dengan Masjid Kauman Semarang. Kampung Kauman Semarang
merupakan kampung santri, atau masyarakat menyebutnya sebagai kampung sing
kaum. Letaknya yang berada di pusat kota Semarang ini membuat daerah ini
begitu ramai, hiruk pikuk masyarakat yang tinggal maupun mengais rejeki di
Kauman ini begitu banyak. Apalagi hal tersebut didukung dengan letaknya yang
dekat dengan Pasar Johar atau pusat perekonomian kota Semarang.
Dahulu, sebelum daerah tersebut ramai oleh pertokoan yang berjejer dan
penjual yang begitu banyak, kawasan ini merupakan sebuah ruang publik bagi
masyarakat, yaitu alun-alun. Depan alun-alun persis berdirilah Masjid Agung
Semarang, sebelah selatannya merupakan daerah Kanjengan yang pada waktu itu
merupakan sebuah pendopo atau dalem yang dibangun oleh Ki Ageng Pandan
Arang II.
Kampung Kauman sendiri disetiap kota-kota di Jawa pasti ada, sepanjang
pantai utara Jawa, seperti Gresik, Tuban, Lamongan, Brebes dan daerah-daerah
lainnyapun memiliki kampung Kauman. Menurut Abdul Wahid, pengelola Masjid
Agung Kauman “terbentuknya Kampung Kauman disetiap daerah itu terkait
dengan pengembangan agama Islam yang sangat tinggi”. Dalam menyebarkan
agama Islam di Semarang ditunjukklah Syeh Siti Jenar, namun ajaran Syeh Siti
Jenar yang dianggap salah dan menyimpang dari ajaran agama Islam, digantikan
oleh Syeh Maulana Ibnu Salam atau yang sering dikenal dengan Ki Ageng Pandan
Arang. Karena kepandaiannya, kearifannya serta dengan mudah dapat dekat
dengan masyarakat, maka diangkatlah menjadi Bupati Semarang pertama dengan
nama Ki Ageng Pandan Arang. Ki Ageng Pandan Arang membangun Masjid yang
pertama di daerah Mugas. Dan kemudian di pindahkan ke daerah Pedamaran,
namun karena ada kerusuhan pada waktu yang menyebabkan terbakarnya
kampung santri dan Masjid akhirnya oleh Bupati pada waktu itu di pindahkan ke
daerah Kauman sekarang.
116
Kawasan Kauman yang terkenal dengan kampung santri memang kental di
tambah lagi dengan keberadaan Masjid Agung Kauman. Kehidupan sosial
masyarakatnya pun semakin berkembang. Hal-hal tersebut dapat dilihat dalam
tahun 1962-an dimana, masyarakat Kauman khususnya mendesak pemerintah
pada waktu itu untuk memberikan status hukum terhadap aset-aset Masjid karena
sering terjadi penjarahan yang dilakukan oleh PKI. PKI kala itu merupakan partai
komunis yang tengah berkuasa. Setelah dikeluarkan Keputusan Menteri Agama
tentang status hukum Masjid Kauman maka, masyarakat Kauman dengan bahu
membahu ikut pula dalam menjaga dan merawat keberadaan Masjid sebagai ciri
khas dan warisan budaya bagi masyarakat Kauman. Selain adanya Masjid sebagai
warisan budaya, di kampung Kauman terdapat tradisi yang selalu dirayakan setiap
tahunnya yaitu tradisi Dugderan. Dugderan ini merupakan tradisi yang dilakukan
setiap menjelang puasa sebagai penanda jatuhnya bulan Ramadhan. Menurut
Winarno, tradisi semacam dugderan banyak terdapat di banyak daerah, hanya
namanya saja yang berbeda seperti di Kudus “dangdangan”, Demak “grebek
besaran” dan Yogyakarta “Sekatenan”. Awal mula adanya tradisi dugderan ini
menurut Khoiri terjadi pada masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas
Tumenggung (KRMT) Purbaningrat. Pengumuman jatuhnya satu ramadhan
dilakukan di Masjid Agung Kauman, warga masyarakat dikumpulkan dan
berbondong-bondong datang ke Masjid untuk mendengarkan informasi tersebut,
karena pada waktu itu informasi mengenai jatuhnya satu Ramadhan selalu
bergantung pada ulama-ulama. Dalam melakukan pengumpulan masa, biasanya di
Masjid dilakukan pemukulan bedug yang berbunyi “Dug” karena alat komunikasi
yang masih jarang, dan bunyi meriam “der”. Maka tradisi yang biasa dilakukan di
Masjid ini dinamakan sebagai dugderan.
Disetiap perayaan dugderan biasanya terdapat ciri yang khas yaitu adanya
“warak ngendog”. Menurut Abdul Wahid, warak ngendog mengandung falsafah,
ada yang mengatakan bahwa warak ngendog melambangkan bentuknya seperti
kambing, lehernya seperti leher onta, kemudian kepalanya seakan-akan
menyerupai naga. Hal-hal seperti itu dalam agama Islam hanya sebagai
perlambang imajinasi, karena binatang seperti itu tidak ada. Penggambarannya
117
bahwa kita pada saat bulan ramadhan diperintahkan untuk mensucikan dan
menetaslah pada saat Idul Fitri dalam warak ngendog tersebut. Memang disetiap
perayaan dugderan selalu ada warak ngendog hal ini belum terlalu jelas
bagaimana asal usulnya, ada beberapa versi yang muncul dalam perayaan
dugderan sebagai mainan dan icon saja, namun dalam versi yang lain ada pula
yang mengatakan bahwa warak ngendog merupakan gabungan dari tiga unsur
yaitu Jawa, Arab, dan Cina. Seperti apa yang diungkapkan oleh Khoiri, bahwa
warak ngendog merupakan akulturasi dari masyarakat Kauman yang merupakan
pandangan orang Jawa. Selain ada tradisi dugderan, kampung Kauman juga
memiliki warisan budaya yang lain yaitu berupa rumah-rumah khas Jawa yang
memilki pintu tiga. Menurut lurah Kauman, Arwin Helmy, rumah-rumah
peninggalan yang memilki pintu tiga seperti itu masih ada, bahkan telah dijadikan
sebagai heritage (cagar budaya), dan masih ditinggali oleh warga secara turun
temurun. Biasanya rumah tersebut telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai benda
cagar budaya dan wajib dilestarikan tanpa mengubah kondisi aslinya. Sementara
banyak rumah-rumah yang telah berubah mengikuti trend dan perkembangan
zaman. Dalam melestarikan budaya dan tradisi yang masih ada ini, dibantu oleh
masyarakat dengan menanamkan pada anak untuk cinta terhadap warisan-warisan
budaya yang ada.
Kampung Kauman mayoritas penduduknya adalah beragam Islam. Dalam
perkembangannya tersebut, tidak hanya Islam saja namun sudah campuran.
Menurut Arwin Helmy, hampir 80 % muslim, dan 20 % non muslim. Tapi khusus
lingkungan Masjid sendiri hanya 5 % saja yang non muslim. Dengan multicultur
masyarakatnya tersebut tidak pernah terjadi sebuah konflik apapun. Agar tidak
terjadi konflik antar etnis maupun beda kepercayaan di bentuklah forum yang
saling menghargai sesama agama, forum tersebut bertujuan sebagai pengikat. Jika
ada acara di Masjid, masyarakat yang non muslimpun ikut di undang sebagai
perwakilan etnis lain, begitu juga sebaliknya, jika ada acara di Klenteng
masyarakat yang muslim juga diundang. Penduduk asli kampung Kauman
merupakan masyarakat pribumi (Jawa), sementara masyarakat yang lain etnis
merupakan pendatang. Sedari dulu hubungan antar etnis sangatlah harmonis,
118
akulturasi yang terbentuk di Kampung Kauman biasanya melalui hubungan
perkawinan yang paling banyak dengan India maupun Arab. Kehidupan asli
Kampung Kauman yang agamis, terlihat dari keberadaan beberapa pondok
pesantren sebagai tempat pendidikan agama. Dengan keberadaan pondok
pesantren tersebut semakin menambah suasana keislaman yang begitu kental
dirasakan di Kampung Kauman. Kehidupan harmonis antar etnis tidak hanya
terlihat dalam kehidupan keseharian mereka di lingkungan tempat tinggal saja,
melainkan juga dalam kehidupan perekonomian masyarakatnya. Mereka saling
bertemu di Pasar Johar, pasar yang terletak tidak tidak jauh dari Kampung
Kauman dan juga menjadi pusat perekonomian mereka. Pada umumnya mereka
bekerja sebagai pedagang dan jasa. Hal tersebut terlihat jelas di sepanjang jalan
Kauman Raya, yang mayoritas berjualan souvenir yang berbau Islam dan
menjajakan jasa. Perkembangan ekonomi masyarakatnya semakin meningkat
seiring di bangunnya pasar-pasar yang ada di sekitar Kampung Kauman, seperti
pasar Johar dan ya’ik.
Pada tahun 1930-an, Thomas Karsten mendirikan sebuah pasar yang
dikenal dengan pasar Johar. Pasar tersebut awalnya tidak ada, hanya ada alun-alun
yang berhadapan langsung dengan Masjid. Pada mulanya Pasar Johar sangat
berpotensi dikarenakan tidak begitu banyak pedagang yang berjualan, namun
lambat laun pedagang semakin menumpuk, banyak dari mereka yang datang dari
luar Kauman bahkan Semarang. Karena semakin banyaknya Kaum urban yang
datang, membuat kapasitas pasar yang tidak memenuhi kebutuhan tempat para
pedagang, akhirnya mereka mendirikan tenda-tenda di sepanjang jalan. Alun-alun
yang semakin menyempit oleh pembangunan pasar Johar, kembali menyempit
setelah berdirinya lapak-lapak pedagang, jika siang memang digunakan sebagai
alun-alun dan terminal, namun jika malam datang berubah menjadi pasar malam
yang banyak pedagang untuk berjualan. Karena semakin ramai terminal oplet
disekitar alun-alun hingga tahun 60-an semakin ramai oleh pedagang, hingga
tahun 70-an berdirilah pasar Ya’ik. Sementara menurut Arwin Helmy, keberadaan
dari pasar Johar tidak begitu signifikan pengaruhnya, hanya ada beberapa warga
Kauman yang membuka kost-kostan sebagai tempat tinggal sementara para
119
pedagang dari luar kota, dikarenakan banyaknya pendatang yang emncari rumah
di sekitar Kauman, pada umumnya mereka bekerja di pasar sebagai kuli panggul
maupun dagang, sedangkan masyarakat asli Kauman sendiri berdagang sayur dan
bumbu. Pengaruh adanya pasar Johar inilah yang membuat interaksi masyarakat
dalam dengan luar semakin baik apalagi dengan masyarakat yang berbeda etnis.
Lain halnya dengan Sutinah, yang hampir sepuluh tahun lebih telah
berjualan sayur lebih memilih untuk berjualan keliling dikarenakan adanya
persaingan yang begitu ketat di pasar, dia memilih untuk berjualan keliling. Pada
tahun dimana terjadi krisi moneter, yaitu tahun 1998 terjadi inflasi yang begitu
tinggi dan mengakibatkan penghasilan dari pedagang yang menurun da merugi,
namun pada akhirnya mereka mampu untuk bangkit dengan menganeka ragamkan
jualan mereka di sepanjang jalan Kauman, namun tetap menjaga kekhasan jualan
mereka yang masih berbau Islam. Dengan semakin berkembangnya perekonomian
yang ada, dari Pasar Johar yang tidak lagi menajanjikan, akhirnya jalan Kauman
raya yang pada awalnya lebih cenderung pada pusat religius, telah berubah
menjadi toko-toko penjual kebutuhan. Perkembangan yang terjadi sangat besar,
yang pada mulanya hanya sebagai pusat bahan bangunan saja lambat laun
berkembang menjadi pusat pakaian militer, perlengkapan haji dan multi
dagangan. Menurut Winarno, toko-toko atau kios yang berjejer di sepanjang jalan
Kauman, memang telah ada dari dulu karena imbas dari adanya pasar Johar yang
kapasitas bangunannya tidak mencukupi, hingga muncullah PKL-PKL, pasar
Ya’ik sebagai solusi para PKL nyatanya tidak merubah kesemrawutan itu, hingga
ara pedagang akhirnya mencari tenpat tinggal di Kauman dan dijadikan sebagai
tempat usaha. Menurut Nur Hadi, perkembangan barang dagangan yang dijual di
Kauman tetap memilki kekhasan tersendiri, dan sudah terkenal oleh orang luar,
para pembeli biasanya telah tahu jenis barang dagangan apa yang dijual di toko-
toko Kauman.
120
121
122
123
124
125
126
127
Gambar 1. Peta Kelurahan Kauman
(dok.Pribadi)
Gambar 2. Peta Kelurahan Bangunharjo
(dok.pribadi)
128
Gambar 3. Peta Kota Semarang
(dok.Pribadi)
Gambar 4. Alun-alun Kota Semarang tahun 1925
(sumber: Jongkie Tio, Semarang City, a Glance into the Past)
129
Gambar 5. Perkembangan Bentuk Masjid dari tahun ke tahun
(sumber : Arsip foto Masjid Agung Kauman)
130
Gambar 6.kondisi Pasar Johar tahun 1930
(sumber: Arsip Jateng)
Gambar 7. Kondisi Pasar Johar tahun 1939
(sumber: Arsip Jateng)
131
Gambar 8. Kondisi Pasar Johar setelah renovasi pada tahun 1939
(sumber: Arsip Jateng)
Gambar 9. Kondisi Pasar Johar tahun 1950-an
(sumber: Arsip Jateng)
132
Gambar 10. Kondisi di Dalam Pasar Johar tahun 1950
(Sumber: Arsip Jateng)
Gambar 11. Kondisi Alun-alun Kauman tahun 1900-an
(Sumber: Arsip Jateng)
133
Gambar 12. Kondisi pasar Krempyeng di bawah Pohon Johar
(cikal bakal Paar Johar)
(Sumber: Arsip Jateng)
Gambar 13. Masjid Agung Kauman Semarang tahun 1900-an
(Sumber : Arsip Jateng)
134
Gambar 14. Pondok pesantren Roudlatul Qur’an (dok. Pribadi)
Gambar 15. Wawancara dengan Arwin Helmy (lurah Kelurahan Kauman)
(Dok. Pribadi)
135
Gambar 16. Wawancara dengan Winarno (Sekertaris Desa Kelurahan
Bangunharjo) (dok.Pribadi)
Gambar 17. Wawancara dengan Abdul Wahid (Pengelola Masjid Agung Kauman)
(dok. Pribadi)
136
Gambar 18. Wawancara dengan Khoiri (Pengelola Arsip Masjid Kauman)
(dok.Pribadi)
Gambar 19. Wawancara dengan Slamet Riyadi (Tukang Parkir)
(Dok. Pribadi)
137
Gambar 20 . Wawancara dengan Nur Hadi (penjual parfum)
(dok. Pribadi)
Gambar 21 . Wawancara dengan Sutinah (Penjual sayur Keliling)
(dok. Pribadi)
138
Gambar 22 . Deretan Pertokoan di sepanjang jalan Kauman Raya
(dok. Pribadi)
Gambar 23. Warak Ngendog
(dok. Buku Selayang Pandang)
139
140
141
142
143
144
145
146
top related