perkim word fix (1)

Post on 14-Dec-2015

14 Views

Category:

Documents

12 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Perkim

TRANSCRIPT

PENENTUAN KRITERIA PERMUKIMAN BERDASARKAN

PREFERENSI MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH DI

SEPANJANG SUNGAI CILIWUNG(Studi Kasus: Kelurahan Manggarai, Jakarta

Selatan)Annabel Noor Asyah dan

Ardy Maulidy Navastara ST., MT.

LATAR BELAKANGPada tahun 2011 jumlah penduduk

bertambah hingga mencapai angka 10.187.595 jiwa, 50.000 penduduk diantaranya adalah pendatang (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2011). Hal tersebut mengakibatkan berbagai dampak salah satunya adalah meningkatnya permintaan atas perumahan. Permintaan atas perumahan tersebut seringkali tidak diimbangi penyediaannya. Sehingga mengakibatkan banyaknya permukiman informal berupa permukiman kumuh.

Berdasarkan Survei Rukun Warga Kumuh DKI Jakarta tahun 2011 terdapat sekitar 392 RW yang termasuk ke dalam kategori kumuh, dua diantaranya terdapat di Kelurahan Manggarai tepatnya di sepanjang Sungai Ciliwung. Masalah permukiman kumuh di sepanjang sungai Ciliwung saat ini telah menjadi isu nasional baik dalam penanganan banjir, konservasi sungai Ciliwung maupun perspektif kesejahteraan rakyat (Kemenpera, 2012). Lingkungan sepanjang sungai menjadi tidak kondusif dikarenakan kekumuhan dan kerentananya terhadap bahaya banjir. Siklus banjir di lokasi permukiman kumuh terjadi minimal satu kali dalam setahun dengan lama banjir kurang lebih selama 14 hari (Syamsudin, 2008). Namun hal tersebut tidak mendorong masyarakat sepanjang Sungai Ciliwung mencari permukiman lain di daerah yang lebih aman dan nyaman. Terutama adanya kemungkinan upaya relokasi oleh

pemerintah setempat tidak membuat masyarakat untuk melakukan perpindahan. Pendudukan secara ilegal di lokasi tersebut seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk segera direlokasi ke lokasi yang legal dan layak (Survey Primer, 2014). Namun program relokasi yang telah direncanakan oleh pemerintah harus segera dilakukan mengingat keberadaan permukiman kumuh dan ilegal ini selain membahayakan lingkungan juga membahayakan keselamatan masyarakat.

Kawasan permukiman ini sudah ada sejak 60 tahun yang lalu. Penanganan permukiman kumuh di Manggarai yang telah dilakukan pemerintah tidak memiliki konsep yang komprehensif karena tidak melibatkan masyarakat yang selama ini memiliki kepentingan langsung. Pemerintah lebih banyak melakukan usaha perbaikan lingkungan tanpa melihat aspek utama yang ada di dalam permukiman tersebut, yaitu masyarakat. Pemerintah cenderung abai terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Ciliwung (Nikmah, 2010).

Oleh karena itu pengenalan yang lebih mendalam terkait karakteristik masyarakat serta pengetahuan tentang preferensi masyarakat sepanjang sungai Ciliwung terhadap kriteria permukiman baru sangat perlu untuk diketahui sehingga kebijakan serta program-program pemerintah terkait relokasi permukiman kumuh yang akan

datang tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

METODEPenelitian ini bertujuan untuk menyusun

kriteria permukiman berdasarkan preferensi masyarakat permukiman kumuh di sepanjang Sungai Ciliwung. Metode penelitian untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu content analysis untuk menentukan faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap permukiman dan faktor prioritasnya serta analisis triangulasi untuk menyusun kriteria permukiman berdasarkan preferensi masyarakat.

HASIL DAN KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap permukiman diketahui bahwa kondisi bertetangga antar masyarakat, kesamaan karakteristik dengan tempat tinggal asal, keberadaan fasilitas peribadatan, pendidikan, perbelanjaan, kesehatan, RTH dan olahraga, jaringan air bersih, jaringan drainase, saluran sanitasi, jaringan persampahan, jaringan listrik, jarak tempat tinggal dengan tempat kerja, jarak tempat tinggal dengan sekolah anak, jarak tempat tinggal dengan tempat perbelanjaan, ketersediaan angkutan umum, status kepemilikan tempat tinggal, keterjangkauan harga tempat tinggal, jenis dan tipe tempat tinggal, kondisi keamanan permukiman, kemudahan dalam mengakses kebutuhan dasar, kemudahan dalam mencari penghasilan, keberadaan fasilitas berkumpul merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat. Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi adalah jarak tenpat tinggal dengan kerabat dan keberadaan jaringan telepon.

Dalam pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa kekuatan modal sosial yang terdapat di masyarakat lokasi studi sangatlah kuat. Hal ini terlihat dari seringnya pengulangan semua responden menceritakan keakraban dan kedekatan masyarakat satu sama lain sehingga kerap memudahkan proses kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut juga terlihat dari munculnya faktor-faktor baru yang sebelumnya bukanlah variabel penelitian seperti kondisi keamanan permukiman, kemudahan dalam mengakses kebutuhan dasar, kemudahan dalam mencari

penghasilan dan keberadaan fasilitas berkumpul. Rasa senasib sepenanggungan membuat masyarakat nyaman tinggal bersama dan khawatir tidak akan menemukan hal tersebut jika dipindahkan ke tempat yang baru.

Kemudian faktor-faktor berpengaruh tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok prioritas tinggi, sedang dan rendah dan didapatkan hasil sebagai berikut:a. Faktor Prioritas Tinggi: ketersediaan

fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, fasilitas air bersih, jaringan listrik, status kepemilikan tempat tinggal, keterjangkauan harga tempat tinggal, kondisi keamanan tempat tinggal, dan keberadaan fasilitas berkumpul.

b. Faktor Prioritas Sedang: ketersediaan saluran drainase, saluran pembuangan, jaringan persampahan, jenis dan tipe tempat tinggal, kemudahan dalam mencari penghasilan, kondisi bertetangga antar masyarakat, jarak tempat tinggal dengan sekolah anak, dan ketersediaan angkutan umum.

c. Faktor Prioritas Rendah: kesamaan karakteristik dengan tempat tinggal asal, ketersediaan fasilitas perbelanjaan, ketersediaan ruang terbuka hijau dan fasilitas olahraga, jarak tempat tinggal dengan tempat kerja, jarak tempat tinggal dengan tempat berbelanja, serta kemudahan dalam mengakses kebutuhan dasar.

Pada tahap terakhir penelitian ini disusun kriteria permukiman berdasarkan preferensi masyarakat dan didapatkan hasil sebagai berikut : a. Tersedianya sarana pendidikan berupa

PAUD/TK, SD, SMP dan SMAb. Tersedianya sarana peribadatan berupa

Masjid dan Mushollac. Tersedianya sarana kesehatan berupa

posyandu, puskesmas dan klinik dengan jarak maksimal 1000 m

d. Penyediaan air bersih dengan pompa air perseoranganatau komunal dengan kapasitas minimal 60-220 liter/orang/hari

e. Penyediaan listrik perseorangan dengan arus listrik minimal 900 VA/unit rumah/hari

f. Status kepemilikan hak milikg. Biaya cicilan rumah sebesar maksimal

300ribu/bulan yang dicicil selama maksimal 15 tahun

h. Tersedianya sarana keamanan berupa pos

i. Tersedianya aula yang minimal dapat menampung 50 orang dengan radius pencapaian 100 m

j. Saluran drainase terttutup berdimensi 40x40x40 cm

k. Penyediaan MCK pribadil. Penyediaan TPS terpadu m. Hunian berupa rumah vertikaln. Lingkungan dengan masyarakat yang

memiliki strata sosial yang sama o. Pemindahan dilakukan serempakp. Memiliki jarak tempuh maksimum 300

meter menuju TK, 1000 meter menuju SD dan SMP, dan 3000 meter menuju SMA serta terlayani oleh angkutan umum

q. Tersedianya angkutan umum berupa metromini, kopaja, bemo dan ojek

r. Dekat dengan stasiun, terminal dan pasar serta memiliki karakteristik sosial yang mirip dengan daerah asal yaitu Manggarai

s. Tersedianya fasilitas perbelanjaan berupa pasar tradisional

t. Tersedianya ruang terbuka hijau berupa taman dan lapangan olahraga futsal dengan luas minimal 1.250 m2

u. Jarak maksimal antara tempat kerja dengan tempat tinggal adalah 20 km. Dengan waktu tempuh maksimal 1 jam

v. Tersedianya pasar tradisional yang memiliki jarak tempuh sekitar 1 kilometer dan dengan waktu tempuh menuju pasar selama 30 menit

w. Lokasi yang telah ramai pedagang untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

KRITERIA LOKASI PENGEMBANGAN PERUMAHAN

BERDASARKAN PREFERENSI STAKEHOLDERS DI PERKOTAAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

Kety Intana Janesonia danPutu Gde Ariastita ST., MT.

LATAR BELAKANGPerkotaan Kepanjen memiliki kawasan

padat pada pusat kota yang berdampak pada pada persebaran permukiman penduduk di Perkotaan Kepanjen tidak merata. dalam pengadaan perumahan formal di lokasi yang diarahkan oleh Pemerintah, masih terdapat perumahan formal yang alokasi lahannya tidak terisi secara maksimal atau kekurangan user. Terdapat ketidaksesuaian kriteria lokasi perumahan yang ditentukan pemerintah yaitu arahan pengembangan perumahan formal menyebar di Perkotaan Kepanjen dengan penyediaan perumahan formal yang memusat di tengah Perkotaan oleh developer dan permintaan dari masyarakat.

Permasalahan ketimpangan pengembangan perumahan akan memperbesar ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu solusi yang tepat dalam ketidak merataan pertumbuhan perumahan dengan berbasis persepsi prioritas stakeholders sehingga kriteria yang ditentukan adalah kriteria yang sama-sama dianggap penting untuk dikembangkan di lokasi penelitian. Dari kriteria yang ditentukan akan didapatkan solusi ketimpangan pembangunan yang akan diberikan, sehingga nantinya sesuai dengan pendapat dan juga keinginan berbagai pihak yang terlibat.

METODE

Pengumpulan data dilakukan mengenai survei primer dan survei sekunder. Untuk mendapatkan kondisi eksisting kekinian permasalahan yang ada di lapangan dilakukan pengamatan secara langsung yaitu observasi partisipatif pasif, dimana peneliti datang ke tempat objek yang diamati. Metode yang kedua yang dilakukan adalah wawancara yang bertujuan untuk mengetahui keadaan seseorang dan yang terakhir adalah teknik pengumpulan data kuesioner yang dilakukan pada responden terpilih dimana kuesioner tersebut berisi pertanyaan dengan jawaban terbatas dan diarahkan.

Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan tiga tahapan analisis yaitu mencari prioritas variabel masing-masing stakeholders dengan menggunakan alat analisa analythical hierarchy process (AHP), analisis pemetaan seluruh prioritas stakeholders untuk mencari prioritas tinggi dengan alat analisa kuadran dan yang terakhir menentukan kriteria utama pengembangan lokasi perumahan Perkotaan dari prioritas tinggi yang diprioritaskan oleh ketiga stakeholder menggunakan analisis deskriptif dan analisis delphi.

GAMBAR 1. Metode dan Proses Penelitian

HASIL DAN KESIMPULANDitemukan pola preferensi masing-

masing stakeholders dari hasil analisis pembobotan variabel sebagai berikut.

Hasil Pembobotan Variabel Pihak Pemerintah

Variabel yang diprioritaskan oleh pihak pemerintah adalah variabel fisik seperti jaringan jalan, ketersediaan angkutan umum, kondisi utilitas seperti jaringan air bersih maupun jaringan listrik, kondisi fisik dan lingkungan perumahan seperti kerawana bencana ataupun topografi perumahan. Pemerintah lebih memprioritaskan variabel fisik yang lebih fundamental di Perkotaan Kepanjen, pemerintah memiliki peranan menciptakan penataan ruang yang ideal sehingga dalam pertimbangannya dipengaruhi dengan pertimbangan keamanan penghuni perumahan yang terdiri dari kelompok variabel fisik. kondisi sosial ataupun ekonomi mempengaruhi kualitas perumahan yang akan dibangun namun menurut pemerintah kelompok variabel sosial ekonomi tidak begitu diprioritaskan.

Hasil Pembobotan Variabel Pihak Pengembang

Variabel yang diprioritaskan oleh pihak pengembang didapatkan kelompok variabel karakteristik sosial dan ekonomi, pengembang memprioritaskan kemampuan pasar atau masyarakat untuk membeli dalam menentukan pengembangan jenis perumahan. pola prilaku masyarakat yang memerlukan fasilitas umum juga dipertimbangkan oleh pengembang terlihat dari kondisi eksisting perumahan yang dekat dengan fasilitas Perkotaan. kebutuhan dasar seperti ketersediaan jaringan air bersih juga diprioritaskan karena beberapa wilayah di Perkotaan Kepanjen kesulitan dalam distribusi air bersih.

Hasil Pembobotan Variabel Pihak Masyarakat

Variabel prioritas berdasarkan preferensi masyarakat, dipengaruhi oleh kecenderungan masyarakat terhadap kelompok variabel aksesibilitas, utilitas dan ketersediaan fasilitas umum. Masyarakat memprioritaskan kelompok variabel kebutuhan dasar, sehingga dalam pengembangan perumahan masyarakat cenderung memilih perumahan yang kondisi fisik bagus serta kemudahan aksesibilitas menuju pusat kegiatan.

Setelah menemukan prioritas variabel masing-masing stakeholders dilakukan pemetaan hasil pembobotan untuk mengidentifikasi variabel yang diprioritaskan oleh semua stakeholders, pemetaan nilai bobot dapat dilihat pada gambar berikut.

GAMBAR 2. Pemetaan Nilai Bobot Variabel Lokasi Pengembangan Perumahan Perkotaan berdasarkan Preferensi Stakeholders

Dari hasil analisis pemetaan yang dilakukan ditemukan prioritas variabel yang sama-sama diprioritaskan oleh semua stakeholders adalah sebagai berikut:a. Jaringan jalan yang melewati Kawasan

perumahan Perkotaanb. Ketersediaan armada angkutan umum

menuju kawasan perumahan Perkotaan

c. Kerawanan bencana di Kawasan pengembangan perumahan Perkotaan

d. Ketersediaan jaringan listrik memenuhi kebutuhan perumahan Kawasan Perkotaan Kepanjen

e. Distribusi jaringan air bersih di perumahan Kawasan Perkotaan

f. Ketersediaan jariangan drainase di kawasan perumahan PerkotaanSetelah menemukan prioritas utama,

dilakukan identifikasi kriteria berdasarkan stakeholders yang dibandingkan dengan studi literatur ditemukan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Kriteria yang ditemukan berdasarkan preferensi stakeholders diperlukan

konsesnsus untuk mendapatkan kriteria yang ideal. dalam tahap analisis delphi didapatkan perubahan kriteria yang disepakati yaitu lebar jalan internal perumahan minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 4 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi perumahan maksimal 5 menit dan distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 900 VA. Sedangkan kriteria harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua perumahan Perkotaan tidak disetujui oleh semua responden sehingga kriteria mengenai penambahan jalur bus antar kota tidak dijadikan kriteria lokasi pengembangan perumahan Perkotaan.

top related