perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional. tinjauan kebencanaan. studi kasus penataan ruang...
Post on 10-Oct-2015
179 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN STRATEGIS NASIONAL:
TINJAUAN KEBENCANAAN
PEREN
CAN
AA
N TATA
RU
AN
G KA
WA
SAN
STRATEG
IS NA
SION
AL: TIN
JAU
AN
KEB
ENC
AN
AA
N
Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABOdETABEKPUNJUR
Direktorat Tata Ruang dan PertanahanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2013
Supported By:
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL: Tinjauan Kebencanaan
Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur)
Direktorat Tata Ruang dan PertanahanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2013
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALii
PENANGGUNG JAWAB :R. Aryawan Soetiarso Poetro, Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, selaku Project Board SCDRR Phase II
TIM PENGARAH :Deddy Koespramoedyo Arifi n Rudiyanto, Direktur Pengembangan WilayahOswar Muadzin Mungkasa, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
TIM PENULIS :Sri Peni AdiartiHandoko Prastiyo
TIM SUPERVISI :Mia Amalia Dwi HariyawanRinella Tambunan May HendarminiSanti Yulianti Khairul RizalAswicaksana Agung DorodjatoenIndra Ade Saputra Gina Puspitasari
EDITOR :Adriana Venny
Tim Penyusun Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional:
Tinjauan KebencanaanStudi Kasus Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL iii
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertanahan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk di dalamnya adalah wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Secara umum terdapat 7 (tujuh) tipologi KSN yaitu: (a) pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; (b) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; (c) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif; (d) pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi; (e) pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; (f ) pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung; dan (g) pengembangan kawasan tertinggal. Pemerintah telah menetapkan 76 KSN yang harus disusun rencana tata ruangnya, walaupun sampai saat ini baru tersusun 5 (lima) Peraturan Presiden terkait KSN yaitu SARBAGITA, MAMMINASATA, MEBIDANGPRO, BBK dan JABODETABEKPUNJUR.
Penataan ruang KSN adalah salah satu kegiatan penting yang harus diselesaikan segera untuk mendukung upaya pengembangan wilayah sesuai dengan tipologi kawasan tersebut. Beberapa KSN yang berada di kawasan rawan bencana perlu memperhatikan aspek mitigasi bencana dalam proses perencanaannya. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pengkajian risiko bencana yang meliputi tingkat ancaman, kerentanan, kapasitas, risiko serta kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian dan peta risiko bencana. Namun demikian, sampai saat ini, perencanaan tata ruang belum banyak memanfaatkan hasil kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan materi teknisnya.
Materi buku ini merupakan salah satu hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam menguji coba kehandalan RTR KSN sebagai instrumen mitigasi bencana. Pada saat bersamaan sedang dilakukan kaji ulang, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi upaya kaji ulang tersebut. Tidak hanya itu, materi buku ini kami harapkan juga dapat berkontribusi dalam penyempurnaan proses perencanaan tata ruang maupun proses penyusunan kajian dan peta risiko bencana.
KATA PENGANTAR
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALiv
Tentunya hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, maupun provinsi, yang sedang dalam proses menyusun atau meninjau kembali rencana tata ruang wilayahnya. Saran dan masukan yang konstruktif akan kami terima dengan senang hati untuk peningkatan kualitas penataan ruang nasional dan daerah. Selamat membaca.
Jakarta, Desember 2013
Direktur Tata Ruang dan PertanahanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Oswar Muadzin Mungkasa
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL v
TIM REDAKSI PENYUSUNAN BUKU .......................................................................... iiKATA PENGANTAR ..................................................................................................... iiiDAFTAR ISI .................................................................................................................. vDAFTAR TABEL ............................................................................................................ ixDAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiGLOSARI ...................................................................................................................... xivRINGKASAN EKSEKUTIF ..........................................................................................xxxii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 11.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.1.1 Penataan Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ........................................... 21.1.2 Peran Data Spasial dalam Perencanaan Tata Ruang dan Pengurangan Risiko Bencana ................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Penugasan ......................................................................................................................... 41.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................................................................................... 4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................................ 41.3.2 Ruang Lingkup Kajian .................................................................................................... 5
1.4 Keluaran yang Diharapkan ......................................................................................................... 51.5 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................................................. 6
Bab 2 Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 92.1 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur .................................................... 92.2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ............... 13
2.2.1 Defi nisi Istilah ................................................................................................................... 132.2.2 Umum .................................................................................................................................. 142.2.3 Rencana Penanggulangan Bencana ........................................................................ 182.2.3 Pemahaman Tentang Metodologi Kajian Risiko Bencana ................................ 21
2.2.3.1 Jenis Bencana di Indonesia ......................................................................... 212.2.3.2 Konsepsi Kajian Risiko Bencana ................................................................. 212.2.3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana ......................................................... 25
Bab 3 Metodologi Penyusunan Laporan ............................................................................. 353.1 Data dan Sumber Data ................................................................................................................. 353.2 Waktu Pelaksanaan Kajian .......................................................................................................... 373.3 Metode Kajian ................................................................................................................................. 37
DAFTAR ISI
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALvi
Bab 4 Gambaran Umum Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................ 414.1 Umum ................................................................................................................................................ 414.2 Profi l Kerawanan Bencana pada Pusat-Pusat Kegiatan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 44
4.2.1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .... 454.2.2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 454.2.3 Profi l Kerawanan Bencana per Jenis Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .................................................................................................. 47
4.3 Profi l Kerentanan Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 534.4 Kecenderungan Kejadian Bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................... 604.5 Profi l Risiko Bencana tingkat Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 60
4.5.1 Urutan Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ............... 604.5.2 Bencana Prioritas Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ...................... 61
Bab 5 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana ............. 655.1 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................. 655.2 Kesesuaian Data Spasial yang Ada dengan UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial ........................................................................................................................................ 655.3 Analisis Spasial Kesesuaian Penggunaan Lahan Saat ini dengan Arahan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................ 695.4 Analisis Spasial terhadap Arahan Susunan Pusat-Pusat Perkotaan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................. 765.5 Analisis Potensi Risiko Bencana pada RTR KSN JABODETABEKPUNJUR ..................... 79
5.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................................ 815.5.2 Bencana Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi Bencana ...................................... 865.5.3 Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi dan Upaya Mitigasi Bencana ..... 895.5.4 Bencana Cuaca Ekstrim/Angin Puting Beliung dan Upaya Mitigasi Bencana.. 925.5.5 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................................... 955.5.6 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan dan Upaya Mitigasi Bencana ........... 985.5.7 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana ......... 1015.5.8 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................................. 1045.5.9 Bencana Gagal Teknologi dan Upaya Mitigasi Bencana ................................... 1085.5.10 Bencana Letusan Gunung Api dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1125.5.11 Bencana Tsunami dan Upaya Mitigasi Bencana ................................................... 1155.5.12 Bencana Konfl ik Sosial dan Upaya Mitigasi Bencana ......................................... 1185.5.13 Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman dan Upaya Mitigasi Bencana ... 1205.5.14 Potensi Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR .............. 123
5.6 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi .......................................... 1255.6.1 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta .... 1255.6.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Jawa Barat ................... 1285.6.3 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRWP Banten .......................... 131
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL vii
5.7 Tinjauan RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur 2011-2030 terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Timur 2012-2016 ............................................. 133
5.7.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jakarta Timur..................................................... 1345.7.2 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Jakarta Timur 2011-2030 .......................................................................................................................... 1365.7.3 Informasi Materi Kerentanan Bencana Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta ..... 1385.7.4 Skala Peta dan Informasi Peta Risiko ........................................................................ 1405.7.5 Informasi Potensi Risiko Bencana di Kota Jakarta Timur ................................... 144
5.7.5.1 Bencana Banjir dan Upaya Mitigasi Bencana ........................................ 1445.7.5.2 Bencana Gempabumi dan Upaya Mitigasi Bencana .......................... 1465.7.5.3 Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) dan Upaya Mitigasi Bencana .............................................................................................................. 1495.7.5.4 Bencana Kekeringan dan Upaya Mitigasi Bencana ............................ 1515.7.5.5 Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit dan Upaya Mitigasi Bencana.. 153
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................................................. 1576.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 157
6.1.1 Kesimpulan Umum ......................................................................................................... 1576.1.2 Kesimpulan Khusus ........................................................................................................ 159
6.1.2.1 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ............................................. 1596.1.2.2 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah ........................................ 1596.1.2.3 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .............................................. 159
6.2 Rekomendasi ................................................................................................................................... 1736.2.1 Rekomendasi Umum ..................................................................................................... 1736.2.2 Rekomendasi Khusus ..................................................................................................... 173
6.2.2.1 Rekomendasi Untuk Kegiatan Kaji Ulang KSN JABODETABEKPUNJUR .................................................................................. 1736.2.2.2 Rekomendasi untuk Badan Informasi Geospasial (BIG) .................... 1776.2.2.3 Rekomendasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ................................................................................................................. 1776.2.2.4 Rekomendasi untuk Perbaikan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRWP ........................................................................................................ 178
Referensi .......................................................................................................................... 179LAMPIRAN .......................................................................................................................... 183
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALviii
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL ix
Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Tiap Zona di KSN JABODETABEKPUNJUR ............................ 11Tabel 2 Jenis Ancaman Bencana dan Sumber Panduan ........................................................................ 21Tabel 3 Komponen Indeks Ancaman Bencana .......................................................................................... 28Tabel 4 Ketersediaan Data Spasial ................................................................................................................. 36Tabel 5 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ......... 46Tabel 6 Profi l Kerawanan per Jenis Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................................................................................................................... 49Tabel 7 Kecenderungan Kejadian Bencana ................................................................................................ 60Tabel 8 Urutan Jenis Bencana Risiko Tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten .. 61Tabel 9 Bencana Prioritas Provinsi ................................................................................................................. 62Tabel 10 Penyelenggaraan Peta Rupabumi Indonesia ............................................................................. 68Tabel 11 Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN .......................................................................... 68Tabel 12 Tabel Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang per Zona di JABODETABEKPUNJUR ........... 70Tabel 13 Rincian Luasan Zona Per Provinsi di Kawasan Jabodetabek Punjur .................................. 71Tabel 14 Kode Penggunaan Lahan .................................................................................................................. 72Tabel 15 Penggunaan Lahan Eksisting pada Arahan Zona N1 dan N2 di Kabupaten Bogor ...... 76Tabel 16 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) ........................................................................ 77Tabel 17 Jarak Terdekat Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan ................................................................ 78Tabel 18 Jarak Terjauh Antar Titik Pusat dan Sub Perkotaan .................................................................. 79Tabel 19 Aspek-Aspek Kebencanaan yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang ................................................................................................................... 80Tabel 20 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Banjir ................................... 85Tabel 21 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tanah Longsor ................. 89Tabel 22 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Abrasi .................................. 92Tabel 23 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Cuaca Ekstrim .................. 94Tabel 24 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gempabumi ..................... 98Tabel 25 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan .................................................................................................................................. 101Tabel 26 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Epidemi .............................. 104Tabel 27 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kekeringan ....................... 108Tabel 28 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kegagalan Teknologi .... 112Tabel 29 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Gunung Api ...................... 115Tabel 30 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Tsunami .............................. 118Tabel 31 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Konfl ik Sosial .................... 120
DAFTAR TABEL
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALx
Tabel 32 Informasi Penggunaan Lahan Saat ini pada Lokasi Bencana Kebakaran Permukiman .. 123Tabel 33 Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ........................ 124Tabel 34 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta ......................... 126Tabel 35 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Jawa Barat .......................... 129Tabel 36 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Provinsi Banten ................................. 132Tabel 37 Luas Area Kota Jakarta Timur Per Kecamatan ............................................................................ 136Tabel 38 Substansi Penanggulangan Bencana dalam RTRW Kota Administrasi Jakarta Timur .......................................................................................................................................... 136Tabel 39 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hulu ................................................................................... 160Tabel 40 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Tengah .............................................................................. 163Tabel 41 Bencana Risiko Tinggi pada Wilayah Hilir .................................................................................... 168Tabel 42 Rekomendasi untuk Wilayah Hulu ................................................................................................. 174Tabel 43 Rekomendasi untuk Wilayah Tengah ............................................................................................ 175Tabel 44 Rekomendasi untuk Wilayah Hilir ................................................................................................... 176
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xi
Gambar 1 Peta Administrasi Lingkup Wilayah Kajian KSN JABODETABEKPUNJUR ...................... 5Gambar 2 Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................................... 11Gambar 3 Siklus Penanggulangan Bencana ............................................................................................... 18Gambar 4 Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ............................... 19Gambar 5 Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana .................................................. 20Gambar 6 Konsep Umum Kajian Risiko Bencana ...................................................................................... 22Gambar 7 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ............................................................................ 25Gambar 8 Metode Pengkajian ......................................................................................................................... 26Gambar 9 Output Pengkajian Risiko Bencana............................................................................................ 29Gambar 10 Matriks Penentuan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian, dan Tingkat Risiko Bencana ............................................................................................................................................... 32Gambar 11 Kerangka Metodologi Kajian ........................................................................................................ 38Gambar 12 Kawasan Strategis Nasional JABODETABEKPUNJUR ........................................................... 42Gambar 13 Peta Penggunaan Lahan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2010 ...................... 43Gambar 14 Peta Ekoregion dan Tutupan Lahan DAS Ciliwung .............................................................. 44Gambar 15 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Provinsi ............................................................................ 45Gambar 16 Profi l Kerawanan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota .......................................................... 46Gambar 17 Profi l Kerawanan Bencana tingkat Kabupaten/Kota ........................................................... 48Gambar 18 Profi l Rawan Bencana Angin Topan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..................... 50Gambar 19 Profi l Rawan Bencana Banjir di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................... 51Gambar 20 Profi l Rawan Bencana Banjir dan Tanah Longsor dan Gempabumi di
JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 21 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 51Gambar 22 Profi l Rawan Bencana Gelombang Pantai dan Abrasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 23 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Industri dan Konfl ik Sosial di JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 52Gambar 24 Profi l Rawan Bencana Kecelakaan Transportasi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ..... 52Gambar 25 Profi l Rawan Bencana Kekeringan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ....................... 53Gambar 26 Profi l Rawan Bencana Tanah Longsor di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................. 53Gambar 27 Potensi Keterpaparan Penduduk Provinsi (jiwa) ................................................................... 55Gambar 28 Potensi Keterpaparan Penduduk (%) ........................................................................................ 56
DAFTAR GAMBAR
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxii
Gambar 29 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi Provinsi (Triliun Rp) ................................................. 57Gambar 30 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (Ha) ........................................................................ 58Gambar 31 Potensi Kerusakan Lingkungan Provinsi (%) .......................................................................... 59Gambar 32 Aspek Penanggulangan Bencana dalam RTR KSN ............................................................... 67Gambar 33 Peta Penggunaan Lahan 2010 terhadap Zonasi Perpres 54/2008 ................................. 73Gambar 34 Perbandingan Penggunaan Lahan di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tahun 2000 dan Tahun 2010................................................................................................................................. 74Gambar 35 Pembagian wilayah di Kawasan JABODETABEKPUNJUR ................................................... 75Gambar 36 Pola Hubungan Jarak Udara Antar Pusat Perkotaan di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR ................................................................................................................... 77Gambar 37 Jarak Pusat Perkotaan ke Kota Inti Jakarta (km) .................................................................... 78Gambar 38 Peta Ancaman Bencana Banjir ..................................................................................................... 81Gambar 39 Peta Kerentanan Bencana Banjir ................................................................................................. 82Gambar 40 Peta Risiko Bencana Banjir ............................................................................................................ 83Gambar 41 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor ................................................................................... 86Gambar 42 Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor ............................................................................... 87Gambar 43 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor .......................................................................................... 88Gambar 44 Peta Ancaman Bencana Abrasi .................................................................................................... 89Gambar 45 Peta Kerentanan Bencana Abrasi ............................................................................................... 90Gambar 46 Peta Risiko Bencana Abrasi ........................................................................................................... 91Gambar 47 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim .................................................................................... 92Gambar 48 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim ................................................................................ 93Gambar 49 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim ........................................................................................... 94Gambar 50 Peta Ancaman Bencana Gempa Bumi ...................................................................................... 95Gambar 51 Peta Kerentanan Bencana Gempa Bumi .................................................................................. 96Gambar 52 Peta Risiko Bencana Gempa Bumi ............................................................................................. 97Gambar 53 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ....................................................... 99Gambar 54 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ................................................... 100Gambar 55 Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan ............................................................... 100Gambar 56 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ...................................................... 102Gambar 57 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit .................................................. 103Gambar 58 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit ............................................................. 103Gambar 59 Peta Ancaman Bencana Kekeringan ......................................................................................... 105Gambar 60 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan ..................................................................................... 106Gambar 61 Peta Risiko Bencana Kekeringan ................................................................................................. 107Gambar 62 Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi ................................................................................ 108Gambar 63 Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi ............................................................................ 110Gambar 64 Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi ....................................................................................... 111Gambar 65 Peta Ancaman Bencana Gunung Api ........................................................................................ 113Gambar 66 Peta Kerentanan Bencana Gunung Api .................................................................................... 114Gambar 67 Peta Risiko Bencana Gunung Api ............................................................................................... 114
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xiii
Gambar 68 Peta Ancaman Bencana Tsunami ............................................................................................... 116Gambar 69 Peta Kerentanan Bencana Tsunami ........................................................................................... 117Gambar 70 Peta Risiko Bencana Tsunami ....................................................................................................... 117Gambar 71 Peta Ancaman Bencana Konfl ik Sosial ...................................................................................... 118Gambar 72 Peta Kerentanan Bencana Konfl ik Sosial .................................................................................. 119Gambar 73 Peta Risiko Bencana Konfl ik Sosial ............................................................................................. 119Gambar 74 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman ................................................................ 121Gambar 75 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman ............................................................ 122Gambar 76 Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman........................................................................ 122Gambar 77 Risiko Bencana Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR berdasarkan Ketinggian Wilayah .......................................................................................................................... 125Gambar 78 Peta Orientasi Kota Jakarta Timur .............................................................................................. 134Gambar 79 Peta Administrasi dan Jaringan Jalan Kota Jakarta Timur ................................................. 135Gambar 80 Potensi Keterpaparan Jiwa di Jakarta Timur ........................................................................... 138Gambar 81 Potensi Kerugian Fisik dan Ekonomi di Jakarta Timur ........................................................ 139Gambar 82 Potensi Kerusakan Lingkungan di Jakarta Timur .................................................................. 140Gambar 83 Informasi Penggunaan Lahan pada Peta Skala Peta 1:250.000, 1:50.000, dan 1:10.000 ....................................................................................................................................... 141Gambar 84 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Jakarta Timur terhadap Penggunaan Lahan 2010 ......................................................................................................................................... 142Gambar 85 Pertampalan antara Peta Multi Risiko Kota Jakarta Timur terhadap Struktur dan Pola Ruang JABODETABEKPUNJUR............................................................................................ 143Gambar 86 Peta Ancaman Bencana Banjir Kota Jakarta Timur .............................................................. 144Gambar 87 Peta Kerentanan Bencana Bajir Kota Jakarta Timur ............................................................. 145Gambar 88 Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Jakarta Timur ................................................................. 146Gambar 89 Peta Ancaman Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ............................................ 147Gambar 90 Peta Kerentanan Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ........................................ 147Gambar 91 Peta Risiko Bencana Gempabumi di Kota Jakarta Timur ................................................... 148Gambar 92 Peta Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ......................................... 149Gambar 93 Peta Kerentanan Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ..................................... 150Gambar 94 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kota Jakarta Timur ................................................ 150Gambar 95 Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .............................................. 151Gambar 96 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur .......................................... 152Gambar 97 Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kota Jakarta Timur ...................................................... 152Gambar 98 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ........... 153Gambar 99 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur ....... 154Gambar 100 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Kota Jakarta Timur .................. 154
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxiv
GLOSARIAbrasi: adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Aglomerasi: Kawasan penyangga pengembangan kota/wilayah atau daerah pemukiman lanjutan. Desa atau Udik menurut defi nisi universal adalah sebuah aglomerasi pemukiman di area pedesaan.
Agro Industri: Pengembangan dari sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan.
Akuntabilitas: bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, kebiayaannya maupun hasilnya.
Analisis Spasial: Analisis keruangan untuk pemanfaatan pembangunan yang ada di permukaan bumi.
Ancaman bencana (hazard): Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Angin Puting Beliung: dalam bahasa Indonesia disebut Tornado, adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing. Dengan kecepatan angin 177 km/jam atau lebih, dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang.
BAKORSURTANAL: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
BAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPENAS: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xv
Base map: Peta dasar
BATAN: Badan Tenaga Nuklir Nasional
BBK: Batam, Bintan dan Karimun
BDRM: Bengkulu Disaster Risk Mapping
Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
BG: Badan Geologi
BGN: Badan Geologi Nasional
BIG: Badan Informasi Geospasial, sebelumnya bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL).
Bio Farming: Tambak
Biopori: Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air pada tanah, dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Barata, salah satu peneliti dari IPB. Pertama, buat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang timbun ke dalam lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
BKPRN: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
BMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika
BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPPT: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BPS: Badan Pusat Statistik
Budidaya: Dalam pertanian, merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Dalam artian lain, adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxvi
Capacity: Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana.
Check Dam: Memisahkan aliran utama dengan aliran kanal irigasi yang mengairi sawah.
Contingency Plan: Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard).
Citra Satelit: Gambaran satelit
Current: Arus
DAMKAR: Pemadam Kebakaran
DAS: Daerah Aliran Sungai
Data Sekunder: Kebijakan, program, materi teknis, RTWP dan dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi baik internet maupun lainnya.
Degradasi: Pengurangan
Disaster Management Plan: Rencana Penanggulangan Bencana
DISHIDROS: Dinas Hidro Oseanografi TNI AL (TNI Angkatan Laut), merupakan lembaga survei pemetaan hidro-oseanografi dibawah TNI AL.
Dit. KKDT: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
Dit.TRP: Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
DKI Jakarta: Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Draf: Rancangan
Drainage/Drainase: adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase berperan untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Secara umum: drainase didefi nisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Elevasi: Ketinggian dan kemiringan
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xvii
Epidemi: Istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas, pada banyak orang, lebih cepat daripada yang diduga dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, yang melampaui laju ekspektasi (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir.
ESDM: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
EWS: Early Warning System/Sistem Peringatan Dini, adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Early warning dilakukan melalui: 1) pengamatan gejala bencana; 2) analisis hasil pengamatan gejala bencana; 3) pengembilan keputusan oleh pihak yang berwenang; 4) penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; 5) pengambilan tindakan oleh masyarakat.
Exposure: Tingkat keterpajanan/keterpaparan. Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai disusun. Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi), komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar ancaman bencana pada suatu daerah.
Format GRID: Raster Data
Format Vector: Beberapa format gambar vektor, di antaranya: SGV, EPS. Vektor sangat baik untuk kualitas pengskalaan ketika sebuah gambar berbasis informasi outline, dan format vektornya bisa diskala. Peta tanah kini telah digambarkan dalam bentuk format vektor digital dan raster yang dapat digunakan untuk berbagai penerapan ilmu bumi.
Framework: Kerangka kerja
Gelombang ekstrim: Bencana alam yang terjadi terkait iklim yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global) yang diikuti oleh cuaca ekstrim yang tidak menentu, menyebabkan banjir dan kekeringan.
Gelombang pasang atau badai: gelombang tinggi yang yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxviii
Geodesi: 1) ilmu tentang pengukuran bentuk dan ukuran bumi, termasuk berat dan kepadatannya; 2) pengamatan dan pengukuran secara teliti untuk menentukan posisi titik pada permukaan bumi dan memetakannya.
Geometrik: Ukuran fi sik jalan, yang didesain dengan mempertimbangkan masalah keselamatan.
Geospasial: Survei dan Pemetaan
Geoteknik: Satu dari ilmu teknik sipil yang membahas permasalahan kekuatan tanah dan batuan serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang tediri di atasnya.
GIS: Geographis Infrmation System atau Sistem Informasi Geografi s/SIG, adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti yang sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografi s, misalnya data yang diindentifi kasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Teknologi SIG digunaan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG bisa membantu untuk secara tepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. SIG merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan tampang susun (overlay).
GRID: Grid merupakan komponen struktural dasar untuk contouring, pemodelan, dan menampilkan data spasial. Grid dapat dianggap sebagai tipe data spasial keempat setelah poligon, garis, dan titik. Sebuah grid terdiri dari sel-sel persegi yang teratur diatur di atas daerah tertentu. Setiap sel memiliki simpul, yang merupakan titik pusatnya. Setiap sel dapat diberi angka dan warna mewakili nilai. Jika ada beberapa sel diantara dua lokasi yang dikenal, seperti dua garis kontur, perubahan warna menunjukkan bagaimana nilai-nilai berubah diantara lokasi.
Hazard: Bahaya/ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.HFA: Hyogo Framework for Action
Hidrografi : Sumber daya air
Historikal: Kejadian
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xix
Horisontal: Mendatar
Hydran: Pompa air
IAB: Indeks Ancaman Bencana
IG: Informasi Geospasial
IGD: Informasi Geospasial Dasar
IGT: Informasi Geospasial Tematik
Indeks Risiko Bencana: indeks ini menjelaskan range pewarnaan yang melambangkan tingkat risiko bencana pada daerah yang dipetakan. Pewarnaan indeks ini mengikuti aturan bahwa untuk indeks risiko tinggi menggunakan warna merah, indeks risiko sedang menggunakan warna kuning dan indeks risiko rendah menggunakan warna hijau.
Indeks Ancaman Bencana: indeks disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana, komponen-komponen utama ini dipetakan dengan menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Indirect Potential Economic Lost: Potensi kerugian ekonomi secara tidak langsung
Infrastruktur: mencakup fi sik dan sosial, adalah sebagai kebutuhan dasar fi sik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik, Istilah ini merujuk kepada infrastruktur teknis atau fi sik yang mendukung jaringan struktur fasilitas, antara lain berupa: jalan kereta api, air bersih, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, pelabuhan. Sedangkan infrastruktur sosial berupa kebutuhan dasar seperti sekolah dan rumah sakit.
IRBI: Indeks Rawan Bencana Indonesia
Instrumen: Alat
JABODETABEKPUNJUR: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxx
JORR 2: Jakarta Outer Ring Road 2
Kadastral: Peta kepemilikan tanah
Kapasitas: Kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No.2 tahun 2012).
KAPET: Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu
Kartografi : Studi dan praktik membuat peta atau globe melalui komputer/perangkat lunak. Pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama: CAD (desain berbatuan computer), GIS (Sistem Informasi Geografi s), dan perangkat lunak ilustrasi peta yang khusus.
Kawasan Terbangun: Permukiman
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber dan daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, meliputi sektor-sektor: kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian dan pariwisata.
KDB: Koefi sien Dasar Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.
Kebencanaan: Ancaman, kerentanan dan risiko bencana
Keberhasilgunaan: adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
Kegagalan teknologi: Kegagalan dalam keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
KEK: Kawasan Ekonomi Khusus Kemendagri: Kementerian Dalam Negeri
Kemenhub: Kementerian Perhubungan
Kemenhut: Kementerian Kehutanan
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxi
Kemenkes: Kementerian Kesehatan
Kemenperind: Kementerian Perindustrian
Kemen-PU: Kementerian Pekerjaan Umum
Kemensos: Kementerian Sosial
Kementan: Kementerian Pertanian
Kerentanan bencana(vulnerability): suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana (Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana). Kerentanan suatu kawasan bila terpapar oleh suatu ancaman bencana terdiriatas tiga indeks yakni: indeks penduduk terpapar (jiwa), indeks kerugian (rupiah)dan indeks kerusakan lingkungan (Ha). Tingkat Kerugian dapat disusun bila tingkat ancaman pada suatu daerah telah dikaji. Tingkat Kerugian diperoleh dari penggabungan Tingkat Ancaman dengan Indeks Kerugian.
K/L: Kementerian/Lembaga
KLB: Koefi sien Lantai Bangunan, merupakan koefi sien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan (fl oor area ratio).
Koefi sien: Angka
Koefi sien Zona: Faktor pengali dalam sebuah ekspresi (atau dari sebuah deret aritmetika). Biasanya koefi sien berupa angka. Juga dapat berupa parameter dari permasalahan.
Konfl ik Sosial: adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang menjadi konfl ik soial atau konfl ik antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Konversi Lahan: adalah pembuatan kanal di hutan yang mengakibatkan kondisi lahan gambut mulai terganggu, dan keseimbangan ekologis juga ikut terganggu.
Kota Delta: Kota kepulauan, karena berada di antara pecahan dua sungai.
KPBPB: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxii
KRB: Kajian Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
KSN: Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
KTC: Kepadatan timbulnya campak
KTDB: Kepadatan timbulnya demam berdarah
KTHIV/AIDS: Kepadatan timbulnya HIV/AIDS
KTM: Kepadatan timbulnya malaria
KZB: Koefi sien Zona Bangunan
Land Use: penggunaan lahan, adalah wujud kegiatan penguasaan tanah supaya dapat member manfaat berupa hasil dan /atau jasa tertentu, mewujudkan tata ruang, dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Land subsidence: Penurunan tanah
Land use Existing PU: menunjuk kepada data yang diperoleh dari PU berupa peta Land Use Eksisting (peta penggunaan lahan saat ini).
LAPAN: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Latitude-Longitude: Sistem Koordinat yang terproyeksi atau tidak terproyeksi
Limpasan (Efl uen) Permukaan: Aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya infi ltrasi tanah.
Lubang Biopori: Lubang saringan resapan air di dalam tanah dari kompos. MABES TNI: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia
Map services: Route MRT (Mass Rapid Transport)
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxiii
MAMMINASATA: Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar
Matrix for Comparison: Bahasa pemrograman/operating system
Master Plan: Rencana induk
MEBIDANGRO: Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo
Mitigasi: Serangkaian upaya waktu untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Langkah-langkah mitigasi mencakup teknik-teknik rekayasa dan konstruksi yang tanggap ancaman bahaya serta kebijakan lingkungan yang lebih baik dan kesadaran masyarakat. Dalam kebijakan perubahan iklim, Mitigasi diartikan berbeda yaitu istilah yang digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi sumber perubahan iklim. Kegiatan Mitigasi, adalah sebagai berikut: a) pelaksanaan penataan ruang; b) pengaturan oembangunan, pembangunan infrastruktur, tata banguna; c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan, baik secara konvensional maupun modern,
MP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Non Proletisi: adalah salah satu prinsip dalam penanggulangan bencana sebagaimana yang dimaksud dalam UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 2 (i), bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
Normalisasi: Pengembalian kepada fungsi semula.
One Map Policy: Kebijakan satu peta yang mengandung makna satu referensi, satu standar, satu database dan satu geoportal
On-road: Meluncur di jalan
Operational Plan: Rencana Operasi merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontingensi yang telah disusun sebelumnya
Otentik: Asli
Output: Keluaran
Overlay: Pertampalan/Tumpangsusun
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxiv
PB: Penanggulangan Bencana
PDF (Portable Document Format): adalah sebuah format berkas yang dibuat oleh Adobe, meliputi: teks, huruf, citra dan grafi k vektor dua dimensi. Ini istilah pada software sebuah fi le, menurut saya tidak ada relevansi dengan aspek substansi
PDRB: Produk Domestik Regional Bruto Penataan Ruang: suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
PEMKAB: Pemerintah Kabupaten
PEMKOT: Pemerintah Kotamadya
PEMPROV: Pemerintah Provinsi
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana: Adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Perka BNPB: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Perpres: Peraturan Presiden
Peta Ancaman Bencana: Lokasi yang memiliki potensi untuk terjadi bencana berdasarkan sejarah kejadian bencana dan analisis secara geografi s, geologi, geomorfologi, hidrologi dan kondisi klimatologi (frekuensi dan intensitas).
Peta Digital Static: bersifat static: random accept memory (SRAM) dan Electric Digital: memori komputer. Peta yang menggunakan kecepetan internet, ADSL/Asymetric Digital Subscriber Line, adalah suatu teknologi dalam kondisi statik di suatu tempat. Gambar yang dihasilkan pdf./static
Peta KRB: Peta Kerentanan Bencana, menunjukkan eksposure dan sensitivitas dari populasi (korban), ekonomi (mata pencaharian), infrastruktur (kerusakan) dan lingkungan (degradasi).
Peta Kerentanan: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang meimiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibakan risiko bencana.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxv
Peta Risiko Bencana: Gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentananan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.
PRB: Pengkajian Risiko Bencana, menggabungkan antara ancaman bencana dan kerentanan dan kapasitas dengan formula risiko+ (ancaman x kerentanan)/kapasitas. Ancaman yang kecil, kerentanan yang dikurangi dan peningkatan kapasitasn menghasilkan risiko yang kecil.
Pertampalan: Tumpang susun
PKN: Pusat Kegiatan Nasional adalah wilayah yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan internasional yang berfungsi sebagai pendorong percepatan pembangunan daerah sekitar, pusat jasa dan pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa provinsi dan nasional antara lain kawasan strategis dan cepat tumbuh, KAPET, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Potensi Risiko Bencana Tinggi: berkaitan dengan wilayah berpotensi rawan terhadap bencana alam karena letak geologisnya, seperti gunung berapi, gerakan tanah/batuan dan erosi, banjir, kekeringan, tsunami, angin, gempa bumi tektonik dan vulkanik. Terkait dengan potensi bencana alam, maka penanggulangan bencana memegang peranan penting, baik pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana, bagaimana mengelola risiko bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, bencana dapat dilihat sebagai interaksi antara ancaman bahaya dengan kerentanan masyarakat dan kurangnya kapasitas untuk menangkalnya.
POLRI: Kepolisian Republik Indonesia
PP: Peraturan Pemerintah
Pre-Processing: Proses Pengolahan Teknis mencakup: proses penyeragaman skala, proyeksi batas wilayah kajian dan generalisasi, pelaporan teknis untuk data-data yang diterima, komparasi/uji ketepatan, pelaporan komparasi landuse/landcover, serta pembuatan base-map.
Proses Overlay Peta: Proses Tumpang Susun Wilayah mencakup: Kesesuaian dengan UU No. 4/2011; Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover Plan, Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona berisiko tinggi bencana.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxvi
Proses Zonasi: Proses Pembagian Kawasan
PUSLITANAHKEMTAN: Pusat Penelitian Tanah di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI
Raster: atau Perasteran, merupakan proses pengubahan gambar berbentuk gambar vektor menjadi citra raster (piksel atau titik) untuk dicetak oleh monitor atau printer, atau disimpan dalam format berkas bit map.
Rawan bencana: Adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografi s, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Realokasi: pemindahan
Reboisasi: penghijauan
Recovery Plan: Rencana Pemulihan meliputi rencana rehabilitasi dan rekontsruksi yang dilakukan pada paska bencana.
Register Image: Proses Rektifi kasi
Rehabilitasi: Pemukiman kembali
Rektifi kasi: register image
Resolusi: ketajaman
Review: tinjauan
Risk: Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di stuatu daerah pada waktu tertentu.
Risiko Bencana: potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxvii
Roof Garden: Taman Atap
Ruang Terbuka Hijau (RTH): area memanjang jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah, maupun yang sengaja ditanam. Yang termasuk RTH privat, antara lain: kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta.
RPB: Rencana Penanggulangan Bencana
RTH Publik: merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik, antara lain: taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai.
RTR KSN: Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
RTRWN: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
RTRWP: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, mengacu kepada: 1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasdional; 2) Pedoman Bidang Penataan Ruang; 3) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Rute Evakuasi: Rute penyelamatan
Rupabumi: Peta Digital Lokasi dan Wilayah Indonesia
SARBAGITA: Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan
SCDRR: Safer Communities through Disaster Risk Reduction
SDA: Sumber Daya Alam
Sedimentasi: Suatu proses pengendapan material yang dipindahkan melalui media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Sedimentasi dapat dibedakan: a) sedimentasi air, terjadi di sungai; b) sedimentasi angin, biasanya disebut sedimentasi Aeolis; c) sedimentasi gletser menghasilkan drumilin, moraine, kettles dan esker.
Sensitivitas: Kepekaan
SHP/Shapefi le: Format data geospatial dengan format vektor yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografi s.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxviii
Single Hazard: Ancaman bencana tunggal
Sistem Datum WGS 84: Sistem Geodesi Dunia (Word Geodetic System/WGS). WGS adalah sebuah standar yang digunakan dalam pemetaan, geodesi, dan navigasi, terdiri dari bingkai koordinat, standar bumi, datum geodetik (refrensi permukaan standar bulat, merupakan acuan atau referensi elipsold) untuk data ketinggin mentah, dan permukaan ekuipotensich gravitasi (geord) dipakai sebagai pendefi nisian tingkat nominal laut. WGS 84 adalah referensi sitem koordinat yang digunakan oleh Global Positioning System. Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefi nisikan geometri ellipsoid bumi. Datum geodetik dikur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat, yaitu satelit.
Sistem Polder: Sistem yang dielaborasi untuk melestarikan wilayah polder yang luas, yaitu dataran rendah yang direklamasi dari danau atau laut.
SNI : Standar Nasional Indonesia, adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Spatial Gap Analysis: merupakan analisis yang dilakukan melalui sinkronisasi, overlay peta rencana tata ruang dengan foto citra satelit terkini, sintesis, dan evaluasi. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan ruang aktual dengan rencana tata ruang.
Sumur Resapan: Sumur bor yang dibuat untuk membantu proses pengadaan air dan resapan air tanah.
Support Area: Area pendukung
Terrain: dataran
TIFF atau GRID: Data dengan format raster
Tipologi: Ilmu yang mempelajari pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis.
Topografi : berasal dari kata topos (tempat) dan graphia (tulisan). Topografi merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan obyek lain seperti planet, satelit alam (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Topografi tidak hanya merupakan studi tentang bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan lokal (Ilmu Pengetahuan Sosial). Obyek topografi adalah mengenal posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal, seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal, yaitu: ketinggian.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxix
Transparansi: adalah satu prinsip bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tren Konversi: Kecenderungan
Tsunami: gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa bumi di laut, letusan gunung api bawah laut atau longsoran di laut. Namun tidak semua fenomena tersebut dapat memicu terjadinya tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi (perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut. Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempa bumi terjadi di Iaut, 2). Gempa bumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempa bumi dangkal, dan 4). terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m.
UNDP: United Nations of Development Programme
UTM: Universal Transverse Mercator/sistem koordinat yang terproyeksi
Vegetasi: Tutupan lahan
Vertikal: menurun
View: pemandangan
Vulnerability: Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
Wabah penyakit: Bencana non alam yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam.
Wilayah Hilir: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hilir(dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: DKI Jakarta
Wilayah Hulu: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian hulu (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur.
Wilayah Tengah: Wilayah JABODETABEKPUNJUR yang berada di bagian tengah (dilihat dari ketinggian wilayah di atas permukaan lautnya), yakni: kawasan penyangga Provinsi DKI (Depok, Bekasi, Tangerang, dan lain-lain).
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxx
Zero Delta Q Policy: Keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.
Zooming: Mempertajam
Zona: atau wilayah, adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi s beserta segenap yang batas unsur terkait dan sitemnya berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. Kawasan di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona, sebagai berikut: 1) perumahan dan permukiman; 2) perdagangan dan jasa; industri; 4) pendidikan; 5) perkantoran dan jasa; 6) terminal; 7) wisata dan taman rekreasi; 8) pertanian dan perkebunan; 9) tempat pemakaman umum; 10) tempat pembuangan sampah.:
Zona B1: Perumahan Hunian Padat, Perdagangan dan Jasa, Industri Ringan Non Polutan dan Berorientasi Pasar.
Zona B2: Perumahan Hunian Sedang, Perdagangan dan Jasa, Industri Padat Tenaga Kerja.
Zona B4: Perumahan Hunian Rendah, Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kerinbg, Perkebunan, Perikanan, Peternakan.
Zona B4/HP: Kawasan Hutan Produksi Tetap atau Terbatas Sesuai Peraturan per-Undang-undang.
Zona B5: Pertanian Lahan Basah Beririgasi Teknis.
Zona B6: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 50%.
Zona B7: Perumahan Hunian Rendah dengan KZB maksimal 40% dan N1 (kawasan hutan lindung, resapan air, kawasan pantai berhutan bakau).
Zona Budi Daya: Kawasan Budi Daya
Zona Buff er: Kawasan Penyangga
Zona N: Kawasan Non Budi Daya
Zona RTR KSN: Wilayah Rencana Tata Kota Kawasan Strategis Nasional
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxi
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxii
1. Latar BelakangSubstansi tata ruang dalam konteks penanggulangan bencana sudah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi risiko bencana dengan cara menyerap hasil kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, penetapan standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. Demikian pula, dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, diamanatkan tentang penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.
Kajian risiko merupakan identifi kasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya dan potensi risiko bencana sebagai informasi geospasial, yang bermanfaat bagi penyusunan rencana tata ruang sebagai dokumen kebijakan spasial yang menggunakan pendekatan manajemen risiko bencana. Pada tahun 2012, BNPB telah menyelesaikan kajian dan peta risiko bencana untuk 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia pada skala peta 1:250.000, sama dengan skala peta yang ditetapkan untuk menyajikan pola dan struktur ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Adapun studi kasus yang dipilih adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN) JABODETABEKPUNJUR (Perpres No.54 tahun 2008) yang saat ini sedang di tinjau ulang oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN). KSN JABODETABEKPUNJUR menjadi sangat strategis karena Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu cakupan wilayah JABODETABEKPUNJUR adalah pusat pemerintahan negara, pusat bisnis dan perekonomian, pusat pelayanan jasa; yang telah dibebani berbagai permasalahan kota metropolitan yang daya dukung dan daya tampungnya telah terlampaui.
2. TujuanTujuan kajian ini adalah: (i) Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan mengintegrasikan hasil kajian risiko bencana kedalam Rencana Tata Ruang (RTR); (ii) Tergambarkannya tingkat risiko bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR; (iii) Terumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana.
3. MetodologiData yang digunakan merupakan data sekunder (bersumber dari kebijakan, pedoman, materi teknis RTRWP, dokumen lain terkait yang diperoleh dari publikasi resmi dari internet dan lain-lain serta data spasial dalam GIS. Secara umum pendekatan yang akan dilakukan
RINGKASAN EKSEKUTIF
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxiii
dalam kajian ini adalah memasukkan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana skala 1:250.000 dari BNPB ke dalam RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dengan menggunakan teknik overlay (pertampalan/tumpangsusun) antara Peta Ancaman, Kerentanan, dan Risiko Bencana dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR. Secara lebih jelas kerangka metodologi kajian dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 1Kerangka Metodologi Kajian
Tersedianya perspektif mitigasi bencana pada KSN JABODETABEKPUNJUR dengan memasukkan Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR
Tergambarkannya potensi risiko bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJURTerumuskannya rekomendasi strategi manajemen risiko dengan perspektif mitigasi bencana
Proses Pengolahan Teknis (Pre-Processing):Proses penyeragaman skala, proyeksi, batas
wilayah kajian dan generalisasiReport teknis untuk data-data yang
diterimaKomparasi/uji ketepatanLaporan komparasi landuse/landcoverPembuatan peta dasar
Desk Study:UU No. 24/2007, Perpres 54/2008, Pedoman RTR KSN, IRBI, Materi Teknis RTRWP, serta kebijakan dan pedoman lainnya
Proses perkumpulan Peta dan Analisis/Digitasi dan tata letak:Kesesuaian dg UU No.4/2011Risiko Bencana terhadap Landuse/Landcover
Plan Upaya mitigasi bencana pada kawasan/zona
berisiko tinggi bencana
Potensi Risiko Bencana di KSN JABODETABEKPUNJUR
Mitigasi Bencana untuk 13 Jenis Bencana Risiko Tinggi (Hulu, Tengah, Hilir)
Profi l kerawanan dan kerentanan ben-cana pada pusat-pusat kegiatan
Profi l risiko bencana
Peta digital RTR KSN JABODETABEKPUNJURPeta digital RTRWPPeta ancaman, kerentanan dan risiko
bencana provinsi skala 1:250.000
Rekomendasi Strategi Manajemen Risiko Bencana dan Masukan bagi Perbaikan
Pedoman Penyusunan RTR KSN dan RTRW Provinsi
Analisis RTRW Kabupaten/Kota terhadap Kebijakan Penanggulangan Bencana Studi Kasus: Kota Jakarta Timur
KELUARAN
TUJUAN
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxiv
4. Hasil Kajian dan Analisis4.1 Profi l Kerawanan, Kerentanan, dan Risiko Bencana di Kawasan
JABODETABEKPUNJUR 1
Profi l kerawanan bencana di Kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat memberikan informasi tingkat kerawanan bencana di tingkat provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten) maupun di tingkat kabupaten/kota yang termasuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR pada pusat-pusat kegiatannya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 1 Profi l Kerawanan Bencana Provinsi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Provinsi Nilai /Skor Tingkat Kerawanan Ranking Nasional Ranking JABODETABEKPUNJUR
1 Jawa Barat 200 Tinggi 2 1
2 Banten 133 Tinggi 11 2
3 DKI Jakarta 113 Tinggi 21 3
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 2 Profi l Kerawanan Bencana Kabupaten/Kota di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Kabupaten/Kota Nilai /Skor Tingkat Kerawanan RankingNasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
I Wilayah Hulu
1 Kabupaten Bogor 129 Tinggi 5 1
2 Kabupaten Cianjur 118 Tinggi 11 2
3 Kota Bogor 61 Tinggi 202 11
II Wilayah Tengah
1 Kabupaten Tangerang 87 Tinggi 63 4
2 Kabupaten Bekasi 81 Tinggi 78 6
3 Kota Tangerang 65 Tinggi 173 10
4 Kota Depok 46 Tinggi 321 12
5 Kota Bekasi 41 Tinggi 357 14
6 Kota Tangerang Selatan 15 Sedang 441 15
III Wilayah Hilir
1 Kota Jakarta Timur 90 Tinggi 48 3
2 Kota Jakarta Selatan 84 Tinggi 70 5
3 Kota Jakarta Utara 80 Tinggi 84 7
4 Kota Jakarta Barat 79 Tinggi 92 8
5 Kota Jakarta Pusat 77 Tinggi 104 9
6 Kepulauan Seribu 42 Tinggi 352 13
Sumber: IRBI BNPB, 2011
1 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 38-53
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxv
Tabel 3Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hulu pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah Hulu Nilai/Skor
Tingkat Kerawanan
Ranking Nasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kab. Bogor 59 Tinggi 6 1
Kab. Cianjur 46 Tinggi 21 2
Kota Bogor 22 Tinggi 179 7
2 Banjir Kab. Bogor 46 Tinggi 65 9
Kab. Cianjur 27 Tinggi 200 12
Kota Bogor 19 Tinggi 290 13
3 Banjir dan Tanah Longsor Kab. Bogor 64 Tinggi 2 1
Kab. Cianjur 64 Tinggi 3 2
Kota Bogor 26 Tinggi 95 3
4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Cianjur 22 Tinggi 49 2
5 Gempa bumi Kab. Cianjur 52 Tinggi 30 1
Kab. Bogor 45 Tinggi 50 2
Kota Bogor 25 Sedang 123 3
6 Kebakaran Permukiman Kab. Cianjur 36 Tinggi 23 6
Kab. Bogor 29 Tinggi 50 8
7 Kecelakaan Industri - - - - -
8 Kecelakaan Transportasi Kab. Bogor 34 Tinggi 12 1
Kab. Cianjur 21 Tinggi 66 5
9 Kekeringan Kab. Bogor 24 Tinggi 17 1
Kab. Cianjur 19 Tinggi 72 5
10 Konfl ik Sosial - - - - -
11 Tanah Longsor Kab. Cianjur 73 Tinggi 2 1
Kab. Bogor 66 Tinggi 4 2
Kota Bogor 17 Sedang 102 3
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 4Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Tengah pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah Tengah
Nilai/Skor
Tingkat Kerawanan
Ranking Nasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kab. Tangerang 33 Tinggi 82 3
Kota Depok 30 Tinggi 107 5
Kab. Bekasi 28 Tinggi 129 6
2 Banjir Kab. Tangerang 68 Tinggi 3 1
Kab. Bekasi 57 Tinggi 17 5
Kota Tangerang 57 Tinggi 19 6
Kota Depok 31 Tinggi 162 10
Kota Bekasi 28 Tinggi 192 11
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxvi
No Jenis Bencana Wilayah Tengah
Nilai/Skor
Tingkat Kerawanan
Ranking Nasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -
4 Gelombang Pantai dan Abrasi Kab. Tangerang 18 Tinggi 77 4
5 Gempabumi - - - - -
6 Kebakaran Permukiman Kab. Tangerang 30 Tinggi 45 7
Kab. Bekasi 26 Tinggi 68 9
7 Kecelakaan Industri Kab. Bekasi 27 Tinggi 5 1
8 Kecelakaan Transportasi - - - - -
9 Kekeringan Kab. Bekasi 24 Tinggi 26 2
Kab. Tangerang 24 Tinggi 27 3
Kota Depok 21 Tinggi 57 4
Kota Tangerang 18 Tinggi 93 6
10 Konfl ik Sosial - - - - -
11 Tanah Longsor Kota Bekasi 13 Sedang 123 5
Kab. Tangerang 13 Sedang 133 6
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Tabel 5Profi l Kerawanan Per Jenis Bencana di Wilayah Hilir pada Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/Skor
Tingkat Kerawanan
Ranking Nasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
1 Angin Topan Kota Jakarta Pusat 31 Tinggi 100 4
Kota Jakarta Utara 21 Tinggi 205 8
2 Banjir Kota Jakarta Utara 66 Tinggi 5 2
Kota Jakarta Timur 63 Tinggi 6 3
Kota Jakarta Selatan 58 Tinggi 13 4
Kota Jakarta Barat 52 Tinggi 30 7
Kota Jakarta Pusat 48 Tinggi 50 8
3 Banjir dan Tanah Longsor - - - - -
4 Gelombang Pantai dan Abrasi
Kota Jakarta Utara 45 Tinggi 3 1
Kota Jakarta Timur 21 Tinggi 57 3
5 Gempabumi - - - - -
6 Kebakaran Permukiman Kota Jakarta Barat 57 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 54 Tinggi 4 2
Kota Jakarta Selatan 52 Tinggi 5 3
Kota Jakarta Timur 49 Tinggi 7 4
Kota Jakarta Utara 46 Tinggi 8 5
7 Kecelakaan Industri - - - - -
8 Kecelakaan Transportasi Kota Jakarta Selatan 32 Tinggi 19 2
Kepulauan Seribu 28 Tinggi 32 3
Kota Jakarta Timur 24 Tinggi 48 4
9 Kekeringan - - - - -
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxvii
No Jenis Bencana Wilayah Hilir Nilai/Skor
Tingkat Kerawanan
Ranking Nasional
Ranking JABODETABEKPUNJUR
10 Konfl ik Sosial Kota Jakarta Barat 45 Tinggi 2 1
Kota Jakarta Pusat 21 Sedang 25 2
11 Tanah Longsor Kota Jakarta Timur 16 Sedang 109 4
Sumber: IRBI BNPB, 2011
Profi l kerentanan bencana dapat diindikasikan sebagai potensi keterpaparan penduduk (jiwa atau % penduduk), potensi kerugian fi sik dan ekonomi (triliun Rp), dan potensi kerusakan lingkungan (Ha atau % wilayah). Potensi keterpaparan penduduk (dalam %) apabila bencana terjadi di kawasan JABODETABEKPUNJUR dapat dilihat pada tabel 6. Potensi dampak berbagai jenis bencana tersebut akan menimbulkan kerugian dan dampak yang tidak kecil bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat JABODETABEKPUNJUR. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota menjadi lebih efektif. Tabel 6Potensi Keterpaparan Penduduk (%)
No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan Penduduk
Ranking per bencana di JABODETABEKPUNJUR
1 Gempa Bumi Jawa Barat 76.17 1
Banten 12.13 2
DKI Jakarta 8.86 3
2 Tsunami Banten 3.02 1
DKI Jakarta 0.65 2
Jawa Barat 0.29 3
3 Banjir DKI Jakarta 40.10 1
Jawa Barat 20.13 2
Banten 13.16 3
4 Tanah Longsor Jawa Barat 86.49 1
DKI Jakarta 78.00 2
Banten 77.79 3
5 Letusan Gunung Api Jawa Barat 1.33 1
6 Gelomb Ekstrim dan Abrasi DKI Jakarta 10.24 1
Jawa Barat 3.40 2
Banten 0.57 3
7 Cuaca Ekstrim Jawa Barat 29.12 1
Banten 27.31 2
DKI Jakarta 2.63 3
8 Kekeringan Jawa Barat 87.55 1
Banten 76.48 2
9 Kebakaran Hutan dan Lahan Jawa Barat 24.76 1
Banten 18.06 2
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxxxviii
No Jenis Bencana Provinsi % Keterpaparan Penduduk
Ranking per bencana di JABODETABEKPUNJUR
10 Kebakaran Gedung dan Permukiman
DKI Jakarta - -
Jawa Barat - -
Banten - -
11 Epidemi dan Wabah Penyakit Jawa Barat 89.37 1
DKI Jakarta 78.25 2
Banten 78.23 3
12 Gagal Teknologi Jawa Barat 90.33 1
Banten 78.11 2
DKI Jakarta 77.75 3
13 Konfl ik Sosial Jawa Barat 90.26 1
Banten 77.96 2
DKI Jakarta 77.30 3
Sumber: RPB DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, 2012-2016 dan http://indonesiadata.co.id/main/index.php/jumlah-penduduk
Berdasarkan analisis kecenderungan kejadian bencana dalam RPB, maka bencana yang kecenderungannya naik setiap tahun di setiap provinsi adalah banjir.
4.2 Analisis RTR KSN JABODETABEKPUNJUR dari Perspektif Risiko Bencana2
Input informasi dari proses penyusunan RPB Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten terutama yang berkaitan dengan pengenalan ancaman dan kerentanan bencana, serta analisis kemungkinan dampak bencana (risiko bencana) merupakan informasi yang penting untuk dimasukkan ke dalam proses penyusunan evaluasi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR.
Analisis potensi risiko bencana dilakukan berdasarkan tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana (13 jenis bencana) BNPB dengan peta Struktur dan Pola ruang dari Perpres 54/2008. Hasil analisis dan upaya mitigasi dapat dilihat pada Kesimpulan, sedangkan peta-peta Ancaman, Kerentanan dan Risikonya dapat dilihat pada Lampiran. Kemudian disimpulkan zona-zona yang signifi kan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan JABODETABEKPUNJUR sebagai berikut.
2 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan KSN (Studi Kasus: Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR) 55-125
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xxxix
Tabel 7Zona Potensi Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR
No. Jenis Bencana DKI Jakarta Jawa Barat Banten
1 Gempa Bumi
-
B, N dan 6 pusat kota (Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Kota Bekasi)
B,N dan 2 pusat kota (Kota Tangerang, Serpong)
2 Tsunami - - -
3 Banjir Bag. Utara : B1, B6, B7, N1, dan 1 pusat kota (Kota Jkt Pusat)
Bag. Utara: B1, B2, B5, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Bekasi)
Bag. utara : B1, B6, B7, N1 dan 1 pusat kota (Kota Tangerang)
4 Tanah Longsor - B4, B4/HP di Kab.Bogor -
5 Letusan Gn Api - N di Kab Bogor -
6 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Pantai utara (B1, B6, B7 dan N1) - -
7 Cuaca Ekstrim (Puting Beliung) -
B4, B4/HP, B7 di Kab. Bekasi -
8 Kekeringan - B4, B4/HP, B7, B7/HP,N di Kab. Bogor, Kab. Bekasi -
9 Kebakaran Hutan dan Lahan - N, B4/HP, B4 di Kab. Bogor -
10 Kebakaran Gedung dan Pemukiman -
B, N di Kab. Bogor, Kab dan Kota Bekasi, Kab. Cianjur
B, N di Kab. Tangerang
11 Epidemi dan Wabah Penyakit B di Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur
B, N di Cinere, Kota Depok, Kota Bogor, Cimanggis, Cileungsi, Setu, Tambun, Kota Bekasi
-
12 Gagal Teknologi B, N di Jakarta Barat, Selatan, Timur
B, N di Kota Bogor, Kota Depok, Cinere, Cimanggis, Tambun
B, N di Kota Tangerang
13 Konfl ik Sosial B di Jakarta Sel dan Barat - -
Sumber: Analisis Spasial oleh Tim Penyusun, 2013
Berdasarkan kajian substansi penanggulangan bencana dalam RTRW Provinsi ditemukan bahwa aspek kebencanaan yang diulas dalam RTRWP DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun Banten belum lengkap sehingga diperlukan langkah untuk melengkapinya kelak apabila RTRWP akan dievaluasi 5 tahun mendatang.
Berdasarkan kajian pada kasus Kota Jakarta Timur, ditemui bahwa dari segi skala peta dan informasi peta risiko Jakarta Timur, tampaknya peta multirisiko yang di buat pada skala 1:50.000 masih terlalu umum dan harus lebih detil lagi. Analisis spasial yang telah dilakukan dengan pertampalan antara peta RTR KSN JABODETABEKPUNJUR terhadap peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana; memang dapat dilakukan pada skala 1:250.000; walaupun sebenarnya tuntutan skala yang dibutuhkan adalah 1:50.000. Sehingga ada kesenjangan informasi pada peta Ancaman, Kerentanan dan Risiko BNPB bila analisis dilakukan pada skala 1:50.000 atau lebih detail, dan akan mengurangi kemampuan menggunakan data ancaman, kerentanan dan risiko. Misalnya kesulitan yang ditemui untuk membuat jalur evakuasi, identifi kasi kerusakan terparah dan seterusnya. Dengan demikian
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONALxl
untuk melakukan analisis spasial yang detil pada kota Jakarta Timur ini diperlukan data pada skala 1:25.000.
5. KesimpulanSecara umum dapat disimpulkan bahwa: Pendekatan Kajian Risiko Bencana BNPB tingkat basis yang tersedia saat ini dapat
dimanfaatkan pada perencanaan KSN pada skala peta 1:250.000 dan tidak dapat dimanfaatkan untuk perencanaan tata ruang tingkat kabupaten/kota. Pendekatan ini juga dapat diimplementasikan dalam konteks RTRWP pada skala peta 1:250.000.
Berdasarkan kajian ini, data spasial BNPB yang meliputi ancaman, kerentanan dan risiko bencana pada skala 1:250.000 dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan tingkat ancaman, kerentanan, dan risiko bencana beserta lokasinya untuk ke tigabelas jenis bencana.
Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk melengkapi substansi tinjauan ulang RTR KSN (kasus studi RTR KSN JABODETABEKPUNJUR), RTRW Provinsi DKI Jakarta, RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Provinsi Banten dengan substansi kajian risiko bencana.
Berdasarkan perhitungan jarak antar pusat kegiatan ditemukan titik-titik pusat kegiatan yang terlalu dekat dengan jarak hanya sekitar 6 sampai dengan 6,5 kilometer)- sehingga pada kenyataannya dapat menimbulkan aglomerasi (misalnya Cinere Kota Depok Cimanggis). Lebih lanjut, hal tersebut menyebabkan potensi kerentanan dan risiko bencana pada pusat-pusat tersebut akan semakin tinggi.
Indikasi kerawanan bencana dapat digunakan dan diolah untuk mempersiapkan kemampuan kawasan di masa yang akan datang untuk menghadapi 13 jenis bencana, dan dapat membantu fokus perencanaan tata ruang wilayah dalam mitigasi bencana, terutama dalam menyelamatkan pusat-pusat kegiatan nasional maupun sub-sub pusat kegiatan agar tetap tumbuh sebagaimana direncanakan.
Indikasi kerentanan bencana dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana dalam kurun waktu 5 tahun. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca indikasi kerentanan bencana terutama dalam membaca potensi kerugian fi sik dan ekonomi, serta potensi kerusakan lingkungan. Dengan demikian fokus perencanaan tata ruang wilayah akan lebih efektif antara lain dalam menentukan upaya mitigasi bencana beserta biaya yang harus disediakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.
Indikasi risiko bencana dapat digunakan untuk menurunkan potensi kerugian akibat bencana pada kurun waktu tertentu (5 tahun) melalui penyusunan indikasi program periode 5 tahunan.
Pada jenis bencana non alam (kegagalan teknologi, epidemi dan wabah penyakit, serta konfl ik sosial), diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi terbaik dan relevansinya terhadap penataan ruang, sejauh mana ketersediaan data empirisnya, mitigasi yang perlu dilakukan apakah struktural atau non-struktural.
-
PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL xli
Khusus untuk bencana kegagalan teknologi, keberadaan lokasi-lokasi strategis yang sudah ada (misalnya keberadaan kilang minyak, pabrik dinamit, reaktor nuklir) perlu diperhatikan bagi keperluan analisis potensi risiko bencana dan tidak hanya dilihat dari sejarah kejadiannya saja. Hal ini penting mengingat bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.
Selain berdasarkan daerah administrasi, bencana risiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR juga dapat dianalisis berdasarkan ketinggian wilayah di atas permukaan air laut. Secara umum ketinggian lokasi di atas permukaan air laut dapat digolongkan menjadi hulu, tengah dan hilir. Bencana berisiko tinggi untuk JABODETABEKPUNJUR dapat dibagi menurut karakteristik wilayah sbb:
Gambar 2Bencana Risiko Tinggi di Kawasan JABODETABEKPUNJUR Berdasarkan Ketinggian Wilayah
Wilayah Hulu Wilayah Tengah Wilayah Hilir
1 Gempa Bumi 2 Tsunami
top related