kawasan hutan dan rencana tata ruang
DESCRIPTION
Penetapan Kawasan Hutan dan revisi rencana tata ruangTRANSCRIPT
Kawasan Hutan dan Rencana Tata Ruang
www.raflis.wordpress.com
Disampaikan Pada:Workshop Geojurnalisme Mengolah Data Digital Sektor Kehutanan pada tanggal 17 Oktober 2014 di Balai Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau
Dilindungi
IUPHHK
Perkebunan Besar
Perkebunan Kecil
PIPIB
Prov Riau
Penguasaan Ruang
Politik Penguasaan HutanDalam Perencanaan Kehutanan
Penunjukan Kawasan Hutan
Diklaim sebagai Hutan Negara
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Diberikan izin pada koorporasi
Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Identifikasi Kepemilikan atas Hutan
Asas Domain Verklaring
UU Pokok Agraria
Hutan Adat
Hutan Hak
Perda
Inventarisasi Pengukuhan Penatagunaan Pemb Wil Pengelolaan Rencana
Perencanaan Kehutanan
Sebelum adanya UU Hak Milik yang berlaku adalah hukum adat
Mencabut
Memberlakukan
Merampas
Bupati
Gubernur
Mentri
Izin
Kawasan Hutan ≠ Hutan Negara
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan Negara Adalah: Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah
Hutan tetap tidak didefinisikan
Kawasan Hutan Diklaim Sebagai Hutan Negara
Ditunjuk Berdasarkan Fungsi Dianggap Sebagai Hutan Negara Izin Kehutanan
Dilepaskan Izin Non Kehutanan
Tidak bisa diberikan hak atas tanah
Penetapan Status Kawasan Hutan• Status Kawasan Hutan Terdiri dari: Hutan Negara, Hutan Adat dan
Hutan Hak (Pasal 5 UU 41 dan PUU 35 2011)• Belum Pernah dilakukan Penetapan Status Kawasan Hutan• Kawasan Hutan yang ditunjuk diklaim oleh pemerintah sebagai Hutan
Negara.• Tidak diperbolehkan memberikan hak atas tanah dalam kawasan hutan
(PP Penatagunaan Tanah)• Tidak ada peraturan yang menjelaskan mekanisme dan tata cara
penetapan status kawasan hutan.• Merupakan bentuk perampasan lahan (land grabbing) secara
terstruktur yang dilindungi peraturan perundangan.• Pemberlakuan pasal pidana kehutanan tanpa kejelasan status kawasan
hutan merupakan perbuatan melawan hukum dan pelanggaran HAM.
Kepastian HukumPenetapan Kawasan Hutan
Penetapan Status Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Penetapan 30% Tutupan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Belum ditetapkan
Ditetapkan 13%Perubahan fungsi dilakukan atas permintaan penerima izin dan revisi rencana tata ruang
Belum dilakukan
Perizinan
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Konversi
Area Pemanfaatan Lain
Hutan Tanaman
Perkebunan
Perubahan Fungsi
Perubahan PeruntukanPelepasan
Transaksional
Kawasan Hutan• Peta Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan 1985 (Peta yang
ditandatangani bersama di tingkat provinsi yang disetujui oleh mentri) ............. TGHK ???
• SK 173/Kpts-II/1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan
• SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011 tentang Kawasan Hutan Provinsi Riau• TGHK Update ??? Dokumen tanpa legalitas yang dijadikan rujukan oleh dinas
kehutanan/ mentri kehutanan.• SK 673/Menhut-II/2014 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan
Kawasan Hutan Seluas 1.638.249 (satu juta enam ratus tiga puluh delapan ribu dua ratus empat puluh sembilan) hektar, Perubahan fungsi kawasan hutan seluas 717.543 (tujuh ratus tujuh belas ribu lima ratus empat puluh tiga) hektar dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 11.552 (sebelas ribu lima ratus lima puluh dua) hektar di provinsi riau
TGHK ?????
SK 173/Kpts-II/1986
BERDASARKAN TGHK - UPDATE(Kep. Menhut No. 173/Kpts-II/1986)
No Fungsi Kawasan Luas (Ha) %
1 2 3 41. Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 531.852,65 6,16
2. Hutan Lindung 228.793,82 2,66
3. Hutan Produksi t/d:
a. Hutan Produksi Tetap 1.605.762,78 18,67
b. Hutan Produksi Terbatas 1.815.949,74 21,12
4. Hutan Produksi yang dapat Dikonversi 2.545.301,16 29,60
5. Hutan mangrove/Bakau 138.433,62 1,61
6. Areal Penggunaan Lain (APL) - Pelepasan 1.732.663,23 20,15
JUMLAH 8.598.757,00 100,00
TGHK Update ????
Sumber: Presentasi Dishut Disampaikan pada ”Semiloka Menuju Kawasan Hutan yang Berkepastian Hukum dan Perkeadilan yang diselenggarakan Transparancy Internasional Indonesia” Hotel Pangeran-Pekanbaru, 28 Mei 2013
Total Pelanggaran 798.290 ha
No Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Luas (ha) Keterangan
1 HPT menjadi APL 167.881 Pelanggaran
2 HP menjadi APL 80.473 Scoring Sama
3 HPK menjadi APL 1.389.931 Scoring Sama
Jumlah 1.638.249
Luas Pelanggaran 167.881
No Perubahan Fungsi Luas (ha) Keterangan
3 HL menjadi HPT 17.433 Pelanggaran
4 HL menjadi HP 89 Pelanggaran
5 HL menjadi HPK 104 Pelanggaran
7 HPT menjadi HL 19.040 Pelanggaran
8 HPT menjadi HP 424.041 Pelanggaran
9 HPT menjadi HPK 34.342 Pelanggaran
11 HP menjadi HPT 7.370 Pelanggaran
14 HPK menjadi HL 14.376 Pelanggaran
15 HPK menjadi HPT 106.763 Pelanggaran
Luas Pelanggaran 623.558
No Penunjukan Kawasan Hutan
Luas (ha)
2 APL menjadi HL 5
3 APL menjadi HPT 4.846
Jumlah 4.851
Logika Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi
Status Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
penetapan fungsi
penggunaan
RTRWP
Pembentukan Wilayah Pengelolaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan dan fungsi
Output Inventarisasi (Pasal 13 ayat 2
Penyusunan Rencana Kehutanan
Pengelolaan
(pasal 14-15)
(pasal 16) (Pasal 17-19)
Pelepasan
Pinjam Pakai
Perubahan Fungsi
faktor-faktor lingkungan
kondisi sosial masyarakat
Jangka waktu perencanaan
Skala geografis
Fungsi pokok kawasan hutan
Pembentukan Wilayah Pengelolaan
Logika Perencanaan Kehutanan (Lanjutan)
Inventarisasi
Status Penunjukan
Penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
Perubahan peruntukan dan fungsi
Output Inventarisasi (Pasal 13 ayat 2
penetapan fungsi
(pasal 14-15)(pasal 16) (Pasal 17-19)
Survey Lapangan
Scientific Analisis
Scientific Analisis
Kriteria Berdasarkan Skoring
Faktor Jenis
Tanah
Faktor Curah Hujan
Faktor Kemirin
gan
KesepakatanStatus
Diadopsi dalam Kriteria Pola Ruang pada
Regulasi Penataan Ruang
Menetapkan Status Wilayah Tertentu Sebagai Hutan
Kawasan Hutan
Negara Memberikan Wewenang Pada
Pemerintah Untuk:
Pasal 13
Pasal 4 ayat 2
Penetapan Status
Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi
Kawasan Hutan
PraktekPerencanaan Kehutanan
Inventarisasi
??? Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
penetapan fungsi
penggunaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan dan fungsi
Pengukuhan
(pasal 14-15)
Penatagunaan
(pasal 16)
Pembentukan Wilayah Pengelolaan
(Pasal 17-19)
Proses Pengukuhan Sudah Mengatur Fungsi
Belum ditemukan Scientific Analisis
Perubahan Fungsi Tergantung Permintaan (Belum ditemukan Scientific
Analisis)
Belum ditemukan Dokumen Inventarisasi
Sebagai Dasar dari Penunjukan
Pasal 13
Sudah dilakukan sebelum Penetapan Fungsi
Dilegalkan Melalui PP dan Permen
Perubahan Fungsi dan PeruntukanPerubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh Pemerintah
Berdampak penting dan cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPRTata Cara diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi selama 11 tahun?
Perubahan Fungsi Atas Permintaan Koorporasi
http://raflis.files.wordpress.com/2013/07/usulan-perubahan-fungsi-kawasan-hutan.jpg
Perubahan fungsi yang patut dipertanyakan
hutan lindung
hutan produksi
hutan lindung
hutan produksi
antar fungsi pokok kawasan hutan
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
dalam fungsi pokok kawasan hutan
Perubahan fungsi kawasan hutan
Hutan Produksi Tetapkawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi Terbataskawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi yang dapat dikonversi kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan.
Revisi PP 44 2004
• Sebagai sesuatu yang vital dalam proses perencanaan kehutanan, pembentukan kawasan hutan seyogyanya dilakukan melalui proses yang deliberatif, menaati hukum, menjamin perlindungan hukum bagi masyarakat. artinya sebisa mungkin sebelum penetapan dilakukan, maka terlebih dahulu diselenggarakan minimal mini public hearing untuk melihat bagaimana partisipasi dari masyarakat tentang kawasan hutan yang akan ditetapkan tersebut. Selain itu, perlu dilakukan Konsultasi Publik secara terbuka oleh dephut dengan menyertakan dokumen draft akademik sinkronisasi vertikal dengan UU Agraria, Penataan Ruang, Geospasial, Lingkungan hidup, Kehutanan, Desa, Otonomi Daerah, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, serta PP terkait dengan uu tersebut (horizontal). Jika ini tidak dilakukan maka dikhawatirkan terjadi benturan norma antara penyusunan PP perencanaan kehutanan dengan norma di atasnya maupun norma yang ada dalam PP lain yang terkait. Kegunaan draft akademik ini adalah sebagai panduan dalam pembahasan, selain itu agar PP ini sesuai dengan konsep yang ada, sehingga tidak terjadi konflik norma di kemudian hari.
• Bahwa berdasarkan UUD 1945 Pasal 18B ayat (2) negara harus menghormati hak masyarakat hukum adat yang diakui. sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, hak masyarakat yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Sementara itu pasal 5 ayat (1) dan (2) UU No. 41 Tahun 1999 menjelaskan bahwa berdasarkan statusnya terdiri dari hutan negara, hutan hak dan hutan adat (putusan MK PUU 35/2012). Sedangkan logika yang disusun didalam revisi PP 44 tidak ada tata cara penetapan terhadap hutan negara dan hutan hak.
• Dengan dicabutnya azas domein verkalring dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar pokok-pokok Agraria maka seharusnya tata cara penetapan status hutan negara adalah dengan melakukan penetapan hutan adat dan hutan hak terlebih dahulu. Hutan yang tidak dikuasai oleh masyarakat maupun hak adat adalah yang merupakan hutan negara. Artinya hutan negara tidak akan pernah ada jika hutan adat dan hutan hak tidak ditetapkan. Penatagunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan setelah penetapan status kawasan hutan selesai dilakukan. Penatagunaan kawasan hutan pada hutan adat dan hutan hak seharusnya menggunakan metode participatory spatial planning dengan melibatkan masyarakat pemilik hak pada kawasan tersebut sehingga fungsi kawasan hutan yang ditetapkan diakui oleh masyarakat dan dapat berjalan secara efektif.
Revisi Rencana Tata Ruang
Revisi RTRW Usulan Timdu SK
Perubahan Peruntukan 3.530.696 2.736.137 1.638.249
Perubahan Fungsi 1.087.707 724.834 717.543
Penunjukan 46.914 17.675 11.552
Revisi Rencana Tata Ruang Provinsi Riau
Perda 10 1994
PP 26 2008
SK 173 1986
Revisi Draft Revisi
SK 7651 2011
Rekomendasi Timdu
SK 673 2014
DPRD
Perda
UU 26 2007 UU 41 1999UU 5 1967UU 24 1992
PP 44 2004PP 47 1997
Praktek Perubahan Fungsi Kawasan HutanMerupakan Pemutihan Pelanggaran
Tutupan Hutan RiauTahun 2011
http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx?status=view&filename=PL2011_RIAU.kml&fileFullName=C:\webgis1\Peta%20Tematik%20Kehutanan1\KML\Penutupan%20Lahan%202011\PL2011_RIAU.kml
http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx