perencanaan program pelatihan dalam olahraga
Post on 20-Oct-2015
275 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Perencanaan Program Pelatihan Dalam Olahraga
KONSEP DASAR PERENCANAAN
PROGRAM PELATIHAN DALAM OLAHRAGA PRESTASI
Abstrak:
Prestasi yang optimal dapat dicapai melalui pelatihan yang sistematis dan bersifat dinamis. Program pelatihan adalah suatu konsep koknitif,afektif dan psikomotor pelatih yang disusun secara objektif untuk diterapkan pada atlet sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu yang ditetapkan. Dalam menyusun program pelatihan dibutuhkan pelatih yang professional, dimana pelatih tersebut mampu menyusun tahapan pelatihan dalam konsep secara objektif dengan memadukan pengalaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang olahraga segi ilmu kepelatihan. Program pelatihan direncanakan secara periodisasi, ada periodisasi persiapan, periodisasi kompetisi dan periodisasi transisi. Periodisasi persiapan terdiri dari persiapan umum dan persiapan khusus, periodisasi kompetisi terdiri dari pra-kompetisi dan kompetisi, sedangkan periodisasi transisi merupakan masa pemulihan setelah selesai kompetisi utama. Periodisasi pelatihan dijabarkan lagi kedalam Siklus Makro. Siklus Mikro, Sesi pelatihan, Unit pelatihan. Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan dibahas tentang perencanaan program pelatihan menuju prestasi optimal.
Kata Kunci : Konsep Dasar Perencanaan, Program pelatihan
dalam perencanaan program, sedangkan siklus makro yang dimaksudkan oleh Harre
Prestasi yang optimal dapat dicapai melalui pelatihan yang sistematis dan bersifat dinamis.
Program pelatihan adalah suatu konsep kognitif, afektif, dan psikomotor pelatih yang disusun
secara objektif untuk diterapkan pada atlet sesuai dengan tujuan, sasaran, dan waktu yang
ditetapkan. Dalam menyusun program pelatihan dibutuhkan pelatih yang profesional, dimana
pelatih tersebut mampu menyusun kegiatan pelatihan secara objektif berdasarkan pengalaman
yang dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam bidang olahraga segi ilmu
kepelatihan.
Manajemen dalam kepelatihan olahraga meliputi perencanaan program, pelaksanaan
pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Program pelatihan harus direncanakan secara objektif antara
pelatih dan atlet berdasarkan data awal atlet, tujuan, sasaran, dan waktu yang ditetapkan.
Program pelatihan harus direncanakan secara objektif artinya program pelatihan itu dapat diukur
dan dianalisis, sehingga hasilnya menjadi feedback bagi pelatih maupun atlet dalam menyusun
program pelatihan lanjutan. Program pelatihan yang direncanakan berdasarkan data awal atlet
mencakup beberapa aspek, seperti yang dikemukakan oleh Pasau (dalam Sajoto, 1988: 3) yakni
1. aspek biologi yang meliputi :
1. kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill);
2. fungsi organ-organ tubuh;
3. postur dan struktur tubuh;
4. gizi (sebagai penunjang aspek biologis);
2. aspek psikologis, yang terdiri dari :
1. intelektual
2. motivasi
3. kepribadian
4. koordinasi kerja otot dan saraf
2. aspek lingkungan (environment) yang meliputi :
1. lingkungan sosial
2. sarana prasarana yang ada dan medan
3. cuaca dan iklim sekitar
4. orang tua,keluarga, dan masyarakat (dorongan dan penghargaan)
2. aspek penunjang yang meliputi :
1. pelatih yang berkualitas tinggi
2. program yang tersusun secara sistematis
3. penghargaan dari pemerintah dan masyarakat
Program pelatihan yang direncanakan berdasarkan tujuan terbagi menjadi dua, yakni : tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang ditetapkan untuk menghasilkan atlet
yang mempunyai keserasian dan kompetensi profesional untuk berprestasi secara maksimal
sehingga dapat menjuarai kompetisi tersebut. Tujuan khusus adalah tujuan yang ditetapkan untuk
membentuk atlet dalam kemampuan biomotor ability, fisiologis, psikologi, keterampilan motorik
dalam taktik dan strategi pada setiap pertandingan. Program pelatihan yang direncanakan
berdasarkan sasaran terdiri dari sasaran jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Program pelatihan yang direncanakan berdasarkan waktu meliputi jangka waktu 6 bulan, 1
tahun, 2 tahun (sesuai dengan kalender kegiatan di tingkat klub, daerah, nasional, maupun
tingkat internasional).
Freeman (1989: 7) menyatakan bahwa program pelatihan dapat direncanakan dengan
menggunakan metode periodesasi. Periodesasi adalah pembagian program pelatihan atlet ke
dalam beberapa jenjang waktu, dimana tiap-tiap jenjang waktu memiliki tujuan pelatihan secara
khusus. Dalam periodesasi ada pembagian program pelatihan yang disusun dari unit yang
terbesar sampai unit yang terkecil yaitu :
1. siklus makro
2. periode
3. fase
4. siklus mikro
5. sesi pelatihan
Siklus Makro
Siklus makro adalah siklus pelatihan secara keseluruhan atau secara lengkap dari mulai
awal pelatihan sampai pada kompetisi utama yang sudah ditentukan dan masa transisi atau masa
pemulihan. Ada tiga tipe periode dalam siklus makro yaitu periode persiapan, periode kompetisi,
dan periode transisi. Setiap periode memiliki penekanan dan pembebanan pelatihan yang
berbeda. Setiap periode berakhir 1-6 bulan.
Harre, (1981: 28) menjelaskan bahwa dalam metodologi pelatihan, siklus makro
menunjukkan fase pelatihan antara 2-6 minggu atau siklus mikro. Selama fase persiapan, siklus
makro biasanya terdiri dari 4-6 siklus mikro, sedangkan selama fase kompetisi biasanya 2-4
siklus mikro tergantung pada kalender kompetisi.
Siklus makro yang dimaksud oleh Freeman(1989: 7) adalah siklus makro dalam bentuk
penjelasan secara konsep berdasarkan struktur (1981: 28) adalah perencanaan siklus makro
program dalam bentuk matriks. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara
Freeman dan Harre, yang penting dapat dipahami bahwa siklus makro dapat direncanakan
berdasarkan tujuan, sasaran, dan waktu yang ditetapkan dan dijabarkan dalam periode secara
objektif.
Periode (masa/waktu)
Periode adalah komponen dari siklus makro yang terdiri dari periode persiapan, periode
kompetisi dan periode transisi.
1. Periode persiapan adalah periode awal dalam siklus makro dimana periode ini
mempersiapkan kualitas fisik atlet untuk mengikuti pelatihan pada periode berikutnya.
2. Periode kompetisi adalah periode dimana dalam kompetisi ini para atlet bertemu dalam
satu pertandingan yang sesungguhnya atau dapat dikatakan bahwa periode kompetisi
adalah suatu masa untuk menguji kemampuan atlet.
3. Periode transisi adalah periode pemulihan yang meliputi pemulihan mental dan
penyembuhan fisik, dan periode ini merupakan jembatan atau peralihan antara kompetisi
dan awal dari periode persiapan selanjutnya.
Fase
Fase adalah subbagian dari periode dalam siklus makro. Setiap fase berakhir antara 3-6
minggu, dimana tiap fase mempunyai tujuan. Fase terdiri dari fase persiapan umum, fase
persiapan khusus, fase pra-kompetisi dan fase kompetisi. Jelasnya lihat tabel di bawah ini:
Tabel: Hubungan antar periode dan Fase dalam Waktu,
W.H. Freeman, 1989: 28. (Modifikasi, Syaranamual, 2004: 9)
Periode
Fase
Tahap-Tahap
Fase
Waktu/
Minggu
Tujuan
Persiapan
I
II
Persiapan
Umum
Persiapan Khusus
3-6
Minggu
3-6 Minggu
1. Memeriksa masalah-masalah dari kompetisi terdahulu atau data tes awal.
2. Membentuk dan meningkatkan daya tahan, kekuatan dan mobilisasi secara umum
3. Pembentukan teknik atau perbaikan teknik
4. Persiapan untuk fase ke dua.
1. Meningkatkan kebugaran fisik
2. Mengembangkan teknik
3. Persiapan untuk fase ketiga
Kompetisi
Transisi
III
IV
V
Pra- Kompetisi
Kompetisi Umum
Transisi
3-6 Minggu
3-6 Minggu
1-4 Minggu
1. Meningkatkan intensitas pertandingan atau perlombaan2. Meningkatkan penampilan dalam pertandingan atau
perlombaan
3. Evaluasi teknik dalam seting pertandingan atau perlombaan
4. Perluasan pengalan pertandingan atau perlombaan
5. Peningkatan kualitas untuk pertandingan utama.
1. Perluasan teknink lanjutan2. Mempersiapkan unutk puncak penampilan
3. Mencapai puncak penampilan pada pertandingan utama
1. Pemulihan secara aaktif2. Persiapan untuk fase 1 pada makro program kedua untuk
kompetisi berikutnya.
Siklus Mikro
Siklus mikro merupakan penjabaran dari fase dimana waktu pelatihan direncanakan dalam
mingguan yang terdiri dari enam hari. Secara etimologis, siklus mikro berasal dari bahasa
Yunani dan Latin. Istilah Yunani mikros artinya kecil, sedangkan cyclus dalam bahasa Latin
artinya serangkaian fenomena yang berganti secara teratur. Oleh karena itu, dalam metodologi
pelatihan, siklus mikro menunjuk pada program pelatihan mingguan, dimana program mingguan
ini direncanakan secara bergantian dalam cara-cara khusus selama program tahunan itu berjalan
sesuai dengan tuntutan pencapaian puncak prestasi untuk tujuan utama (kompetisi) tahun itu
(Bompa,1983 : 112).
Siklus mikro merupakan komponen yang paling penting dan fungsional dalam
perencanaan pelatihan, dimana melalui struktur dan isinya dapat menentukan kualitas proses
pelatihan. Tidak semua materi pelatihan dalam satu siklus mikro diberikan dalam bentuk yang
sama. Mereka melakukan pergantian sesuai dengan tujuan pelatihan, volume, intansitas dan
metode, dimana beberapa hal itu bisa menjadi yang paling dominan selama fase pelatihan
diberikan. Lebih lanjut lagi, pelatih juga harus mempertimbangkan tuntutan/permintaan
fisiologis dan mental yang diberikan pada atlet adalah tidak tetap, tetapi harus berubah sesuai
dengan kapasitas usaha dan kalender kompetisi/jadwal kompetisi.
Dalam menyusun siklus mikro haruslah mempertimbangkan beberapa faktor sebagai bahan
pertimbangan agar rencana program pelatihan dalam siklus mikro dapat memberikan kontribusi
yang objektif terhadap penampilan atlet. Faktor-faktor tersebut terdiri dari :
a. Kriteria materi pelatihan yang dominan pada cabang olahraga
Kriteria materi pelatihan adalah: kriteria yang ditentukan dalam rangkaian materi pelatihan
dalam siklus mikro harus mempertimbangkan faktor-faktor pelatihan yang dominan atau
biomotor ability khusus pada cabang olahraga tersebut. Ozolin, (1971: 113) menjelaskan materi
pelatihan sebagai berikut :
1. Penguasaan dan penyempurnaan teknik dengan intensitas sedang
2. Menyempurnakan teknik pada intensitas submaksimal dan maksimal
3. Meningkatkan kecepatan dari durasi rendah (sampai dengan batas kecepatan seseorang)
4. Meningkatkan daya tahan anaerobik
5. Meningkatkan kekuatan dengan menggunakan pembebanan 90-100% dari maksimal
kekuatan seseorang
6. Meningkatkan daya tahan otot dengan pembebanan sedang dan rendah
7. Meningkatkan daya tahan otot dengan intensistas tinggi dan maksimal
8. Meningkatkan daya tahan paru-paru dan jantung dengan intensitas masksimal
9. Meningkatkan daya tahan paru-paru dengan intensitas sedang.
b. Parameter metodis untuk susunan siklus mikro
Seringkali untuk mendapatkan hasil pelatihan, materi pelatihan dengan tujuan dan isi yang
sama harus diulang 2-3 kali selama dalam siklus mikro yang sama. Pengulangan pelatihan yang
sama selama beberapa kali adalah kondisi yang sangat penting untuk pelatihan elemen teknik
atau untuk meningkatkan biomotor ability (orang-orang Romawi menyatakan dengan " repetiti
meter studiorum est " pengulangan adalah ibu dari pelajaran/materi/studi). Namun selama
siklus mikro pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan biomotor ability harus berulang-
ulang dengan frekwensi/kekerapan yang berbeda-beda/beragam. Oleh karena itu, peningkatan
daya tahan umum, fleksibilitas, kekuatan sekelompok otot kecil lebih efektif jika diulang-ulang
setiap hari. Dilain sisi pelatihan kekuatan yang dirancang untuk sekelompok otot besar akan
mendapat hasil yang lebih baik jika diulang setiap 2 hari sekali.
Pelatihan dari kelompok otot besar lebih banyak berkaitan dengan komponen jantung
dibanding dengan kelompok otot kecil, dimana kelompok otot besar banyak membutuhkan
energi dalam mengantisipasi beban pelatihan yang diberikan, oleh karena itu membutuhkan
waktu pemulihan lebih lama. Mengenai peningkatan daya tahan khusus dengan intensitas
submaksimal, maka tiga materi pelatihan atau tiga kali pelatihan tiap minggu akan mencukupi,
sedangkan daya tahan khusus dengan intensitas maksimal selama fase kompetisi harus dirancang
dua kali dalam satu minggu dengan sisa waktunya digunakan untuk pelatihan dengan intensitas
rendah. Sama halnya dengan dua materi atau dua kali pelatihan tiap minggu sudah cukup untuk
memelihara kekuatan, kelentukan dan kecepatan. Frekuensi/kekerapan optimal untuk pelatihan
ulang digunakan untuk meningkatkan kekuatan kaki dan latihan untuk kecepatan yang
ditampilkan dibawah kondisi yang kuat (bersalju, berpasir), nampaknya harus 2-3 kali tiap
minggu.
Pergantian unjuk kerja dengan pemulihannya adalah hal yang sangat penting dan harus
dipertahankan ketika merencanakan siklus mikro. Usaha untuk mencapai batas seseorang harus
direncanakan tidak lebih dari dua kali tiap minggu Ozolin, (1971: 115), sedangkan aktivitas
istirahat digabungkan dengan intensitas rendah, aktivitas relaksasi/pengenduran harus
direncanakan sekali dalam seminggu. Namun, hari-hari yang direncanakan untuk aktivitas
istirahat harus mengikuti materi yang meminta usaha maksimal dari atlet.
c. Kriteria menyusun siklus mikro
Dalam menyusun siklus mikro harus mempertimbangkan beberapa faktor di bawah ini :
1. Tentukan tujuan-tujuan siklus mikro khususnya untuk faktor-faktor pelatihan yang
dominan
2. Tentukan apakah menggunakan development micro cycle (dmc) atau tunning micro cycle
(tmc) untuk mempertahankan keberadaan tingkat pelatihan , atau siklus mikro yang
berhubungan dengan kebutuhan kompetisi
3. Tentukan tingkat unjuk kerja absolut (mutlak) yang digunakan dalam pelatihan , volume ,
intensitas dan kompleksitas pelatihan.
4. Tentukan tingkat usaha relatif untuk siklus mikro, beberapa puncak dan perubahan
dengan intensitas materi pelatihan yang rendah
5. Putuskan karakter pelatihan berkaitan dengan jenis metode dan peralatan pelatihan yang
digunakan dalam tiap materi.
6. Tentukan hari tes atau kompetisi, jika bisa diterapkan yang dasarnya di dapat dari
perencanaan tahunan
7. Siklus mikro sering kali dimulai dengan intensitas materi pelatihan rendah atau sedang
dan meningkat pada intensitas yang paling tinggi
8. Sebelum masuk pada kompetisi yang utama, seseorang harus menggunakan siklus mikro
dengan hanya satu puncak yang harus diraih 3-5 hari sebelum kompetisi dimulai.
Klasifikasi Siklus Mikro
Dinamika pelatihan siklus mikro tidaklah sama tetapi bervariasi intensitasnya tergantung
pada karakter pelatihan , tipe siklus mikro (development or tunning) , iklim dan suhu lingkungan
, dan sebagainya. Berkaitan dengan intensitas high (h) itensitas medium (m), intensitas low (l)
sering diikuti dengan rest (r) pada hari minggu. Untuk dmc pelatih bisa merencanakan satu
siklus , baik dengan 1,2, atau adakalanya 3 puncak. Yang pasti peningkatan intensitas dan
perencanaan jumlah puncak harus diatur makin lama makin meningkat mengikuti prinsip
peningkatan beban dalam pelatihan. Ketinggian suhu, perjalanan yang panjang dan waktu yang
lama, serta faktor iklim juga berpengaruh pada intensitas, dan jumlah puncak yang dicapai dalam
program pelatihan dari siklus makro. Selama fase penyesuaian diri terhadap iklim, atau
mengikuti perjalanan panjang dengan 5-8 jam selisih waktu yang berbeda, seseorang bisa
merencanakan hanya satu puncak pada siklus mikro ke dua dengan satu tmc . Begitu juga ketika
berada dalam iklim yang panas atau lembab, jarang sekali pelatih mengharuskan mencapai lebih
dari satu puncak, yang biasanya harus ada diawal minggu ketika atlet memiliki tenaga yang
lebih.
Dari sudut pandang metodologi, siklus mikro yang hanya satu puncak , maka puncak itu
harus direncanakan pada 1 dari 3 hari pertengahan dalam satu minggu (jika beban pelatihan hari
senin ringan, selasa dan rabu menengah, maka puncak hari kamis berat, sedangkan jumat
sedang, sabtu ringan, dan minggu istirahat aktif). Kalau mencapai dua puncak, maka dapat
direncanakan untuk dicapai pada dua hari terakhir siklus mikro lalu dihubungkan dengan 1-2
pemulihan (jika beban pelatihan senin ringan, selasa sedang, maka puncaknya hari rabu beban
pelatihannya berat, kamis ringan, jumat sedang, dan sabtu adalah puncak kedua dimana beban
pelatihannya berat, sedangkan minggu istirahat aktif). Pengecualian untuk perencanaan ini bisa
dilakukan apabila menggunakan model pelatihan yang lainnya dua puncak, bisa merencanakan
pada hari-hari mendekati terakhir untuk menirukan kondisi kompetisi (Bompa, 1983 : 114 -117).
Klasifikasi Siklus Mikro
Dinamika pelatihan siklus mikro tidaklah sama tetapi bervariasi intensitasnya tergantung
pada karakter pelatihan , tipe siklus mikro (development or tunning) , iklim dan suhu lingkungan
, dan sebagainya. Berkaitan dengan intensitas high (h) itensitas medium (m), intensitas low (l)
sering diikuti dengan rest (r) pada hari minggu. Untuk dmc pelatih bisa merencanakan satu
siklus , baik dengan 1,2, atau adakalanya 3 puncak. Yang pasti peningkatan intensitas dan
perencanaan jumlah puncak harus diatur makin lama makin meningkat mengikuti prinsip
peningkatan beban dalam pelatihan. Ketinggian suhu, perjalanan yang panjang dan waktu yang
lama, serta faktor iklim juga berpengaruh pada intensitas, dan jumlah puncak yang dicapai dalam
program pelatihan dari siklus makro. Selama fase penyesuaian diri terhadap iklim, atau
mengikuti perjalanan panjang dengan 5-8 jam selisih waktu yang berbeda, seseorang bisa
merencanakan hanya satu puncak pada siklus mikro ke dua dengan satu tmc . Begitu juga ketika
berada dalam iklim yang panas atau lembab, jarang sekali pelatih mengharuskan mencapai lebih
dari satu puncak, yang biasanya harus ada diawal minggu ketika atlet memiliki tenaga yang
lebih.
Dari sudut pandang metodologi, siklus mikro yang hanya satu puncak , maka puncak itu
harus direncanakan pada 1 dari 3 hari pertengahan dalam satu minggu (jika beban pelatihan hari
senin ringan, selasa dan rabu menengah, maka puncak hari kamis berat, sedangkan jumat
sedang, sabtu ringan, dan minggu istirahat aktif). Kalau mencapai dua puncak, maka dapat
direncanakan untuk dicapai pada dua hari terakhir siklus mikro lalu dihubungkan dengan 1-2
pemulihan (jika beban pelatihan senin ringan, selasa sedang, maka puncaknya hari rabu beban
pelatihannya berat, kamis ringan, jumat sedang, dan sabtu adalah puncak kedua dimana beban
pelatihannya berat, sedangkan minggu istirahat aktif). Pengecualian untuk perencanaan ini bisa
dilakukan apabila menggunakan model pelatihan yang lainnya dua puncak, bisa merencanakan
pada hari-hari mendekati terakhir untuk menirukan kondisi kompetisi (Bompa, 1983 : 114 -117).
Siklus mikro dapat direncanakan berdasarkan data atlet yang meliputi : umur biologis,
umur latihan, prestasi awal atau prestasi yang pernah dicapai dalam satu kompetisi, data awal
tentang biomotor ability, fisiologis fungsional yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang
digeluti dengan memperhatikan dasar-dasar ilmiah. Walaupun siklus mikro yang dikatakan
paling kecil, namun materi dalam siklus mikro masih dipandang sangat besar dan padat, dan
harus dijabarkan secara objektif. Untuk menjabarkan materi pelatihan di siklus mikro secara
objektif dan terstruktur berdasarkan karakteristik cabang olahraga tersebut dibutuhkan
perencanaan sesi latihan.
Sesi Pelatihan
Sesi pelatihan adalah siklus yang terkecil atau siklus yang pertama dalam siklus mikro, dimana
fungsi sesi ini adalah untuk mengatur siklus pelatihan pada hari-hari dalam satu siklus mikro.
Sesi pelatihan memiliki aturan atau siklus sesi dalam mengatur pembebanan dalam siklus mikro,
sehingga sesi pelatihan sangat menyatu dengan siklus mikro, sehingga membuat orang sangat
sulit untuk membedakan mana siklus mikro dan mana sesi pelatihan. Aturan dalam sesi pelatihan
dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 . Aturan dalam sesi pelatihan atau siklus dalam sesi pelatihan.
(J. Syaranamual, 2004: 15)
Hari Siklus sesi pelatihan Klasifikasi pembebanan
Senin Flexibility - mobility Ringan / low
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
SabtuMinggu
Coordination - conditioning
Strength - power
Endurance - stamina
Speed - max. velocity
Flexibility Active rest
Sedang / medium
Berat / heavy
Berat / heavy
Berat / heavy
Ringan / lowIstirahat aktif
Jika dihubungkan dengan siklus mikro diambil contoh siklus mikro bagi atlet yang
berpengalaman dalam periode persiapan fase umum.
Tabel 3 . Siklus mikro bagi atlet yang berpengalaman dalam periode persiapan fase umum , tiga puncak pada cabang dayung kayak, kanodian.
(J. Syaranamual, 2004: 15)
Berat
Sedang
Ringan
Istirahat
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Berdasarkan grafik siklus mikro di atas, maka dapat diterjemahkan dalam format sesi pelatihan sebagai berikut:
Nama : …………. Umur : ………… Umur latihan : ………….
Tujuan : Pembentukan fisik dasar
Hari Beban Warm-Up
Sesi Pelatihan Cool Down
Overal intensiti
Senin Sedang Koordinasi teknik dasar
Selasa Berat Daya tahan
Rabu Sedang Konditioning
Kamis Berat Kekuatan
Jumat Ringan Kelentukan/ mobilisasi
Sabtu Berat Kecepatan
Minggu Istirahat Rekreasi dan lain -lain
Tabel 4. Perincian sesi pelatihan. (J. Syaranamual, 2004: 16)
Senin Selasa Rabu Kamis
Koordinasi
Vol. 6000 m
Int. Rendah
Frek. 3 x 2000 mRest . 15'
Daya tahan
( Joging )
Vol. 1 jam
Int. RendahFrek. 1 x
Conditioning
( senam kekuatan)
Vol. 2 jam
Int. MaksimalFrek. 1 x
Kekuatan
Vol. 6 pos
Int. 80 %
Frek. 3 set,8 repRest, 5' 1'
Jumat Sabtu Minggu
Kelentukan
Vol. 2 jam
Kecepatan
Vol. 500 m
Istirahat aktif
Renang
Int. MaksimalFrek. 2-3 x tiap gerakan
Int. 85%
Frek. 5 x 100 mRest 5-7'
PermainanDll
Berdasarkan penjelasan tabel-tabel di atas dapat kita berfikir bahwa uraian program telah
tuntas pada tabel 2.4, namun hal ini dipandang belum objektif, dalam arti tidak dapat diukur
secara rinci. Oleh karena itu dibutuhkan suatu siklus yang dapat merinci akan siklus pelatihan
dalam sesi di atas. Siklus yang dimaksudkan yakni siklus unit pelatihan.
Unit Pelatihan
Unit pelatihan adalah siklus perencanaan yang terkecil dari suatu perencanaan program.
Unit pelatihan adalah bagian kedua dalam siklus mikro , dan fungsi unit pelatihan adalah
merincikan secara objektif materi-materi pelatihan dalam sesi pelatihan. Unit pelatihan memiliki
siklus perencanaan sebagai berikut :
1. Plan an explanation a demonstration
2. Plan how the athletes well practice the skill
3. Provide feedback during practice
4. As effective comunication skills
(Thompson , 1991 : 6.13).
Unit pelatihan memiliki struktur dalam perencanaan yang meliputi : pemanasan (Warming Up),
keterampilan (Skill), dan penenangan (Coolling down). Dari rincian unit pelatihan ini dapatlah
kita mengukur objektivitas dari pelatihan itu dengan menggunakan format analisis unjuk kerja .
Untuk melengkapi penjelasan diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5 . Contoh format unit pelatihan (J. Syaranamual, 2004: 17)
Warming up Skill Cooling down
Stretching
Active
Passive
Waktu . 30’
Irama lambat ke cepat
Strength
(sirkuit training)
Beban (berat badan)
Pos gerakan = 6 pos
push up 1’
squat jump 1’
sit up 1’
dips 1’
hill rice 1’
back up 1’
tujuan pelatihan, untuk kebugaran kekuatan
int. maksimal
frek. 3 setistirahat, antar set 5’ dan antar rep. 1’
Jogging
Stretching
Passive
Active
waktu 10’
irama lambat
Dari format unit pelatihan, dilanjutkan dengan format analisis unjuk kerja sebagai format
evaluasi unjuk kerja atlet terhadap materi pelatihan dalam unit pelatihan. Dari format ini kita
dapat melihat sejauh mana kemampuan atlet terhadap aktivitas pelatihan diatas secara objektif.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Contoh format analisis unjuk kerja atlet. (J. Syaranamual, 2004: 18)
Nama : Hari HR max. : 170 / m HR. rest .64 / m Umur lat. 4 thn
Umur. 21 thn Materi pelatihan .strength tgl. 2-5- 2003 tempat. Karangkates
No Exercise HR VE PI PI . VE
1 Warming-Up 21 30’ 74 % 2220
2 Push-Up 22 1’ 77% 77
3 Squat Jump 24 1’ 84% 84
4 Sit-Up 22 1’ 77% 77
5 Dips 23 1’ 81% 81
6 Hill Rice 23 1’ 81% 81
7 Back-Up 22 1’ 77% 77
8 Coolling-down 16 10’ 56% 56
. VE = 46’ PI . VE = 3257 %
OI = 70 %
Keterangan :
HR : Heart Rate (denyut nadi)
VE : Volume Excercise (waktu latihan)
PI : Partial Intensity (intensitas dari satu bagian unit pelatihan)
OI : Overall Intensity (intensitas secara keseluruhan)
Kesimpulan: bentuk pelatihan ini termasuk pelatihan dengan intensitas sedang.
Untuk melihat hubungan dalam perencanaan program pelatihan secara terstruktur, dinamis
dan sistematis, sekaligus merupakan kelengkapan dalam pembahasan perencanaan program
pelatihan yang dimulai dari perencanaan tahunan sampai pada evaluasi program, dapat dilihat
pada bagan di bawah ini.(J. Syaranamual, 2004: 19)
Siklus Pembinaan olahraga prestasi periodesasi
Tahun pelatihan 2 thn pertama 2 thn ke dua
Siklus makro siklus makro 1 siklus makro 2
Periode persiapan kompetisi transisiFase umum khusus pra-kom. kompetisi
Siklus mikro minggu 1 minggu 2 minggu 3 ……..
Sesi pelatihan senin selasa rabu kamis jumat sabtu minggu
Unit pelatihan pemanasan lat. Inti penenangan
Evaluasi unit materi pelatihan HR VE PI PI . VEHasil
Bagan 1. Sistematika perencanaan program pelatihan olahraga prestasi
Lihat lampiran
Lihat lampiran
Dari sistematika perencanaan program pelatihan dapatlah memberikan gambaran untuk
membuat matriks perencanaan program pelatihan . Matriks program merupakan penjabaran dari
sistematika perencanaan program yang terdiri dari 5 bagian yaitu :
1 . Data atlet yang terdiri dari nama, penampilan/prestasi awal atau yang diraih dalam satu
kejuaraan, standar tes, persiapan fisik, persiapan teknik, persiapan, taktik, dan persiapan
mental.
2 . Pembagian kalender meliputi kalender pelatihan, kalender kompetisi di tingkat klub sampai
tingkat internasional.
3 . Perencanaan periodesasi, siklus makro, periode, fase, siklus mikro.
4 . Indeks peaking yang diartikan (titik puncak pelatihan fisik, teknik, taktik dan mental), tanggal
tes parameter dan tanggal tes kesehatan .
5 . Persentase faktor pelatihan dalam volume, intensitas dan puncak pelatihan berbentuk grafik
poligon dan histogram. Jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Penutup
Prestasi yang optimal dapat dicapai melalui pelatihan yang sitematis dan bersifat dinamis.
Pelatihan yang sistematis dapat di lihat dalam perencanaan program pelatihan, karena program
pelatihan merupakan suatu konsep kognitif, afektif dan psikomotor pelatih yang disusun secara
objektif untuk diterapkan pada atlet sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu yang ditetapkan.
Program pelatihan harus direncanakan secara objektif atara pelattih dan atlet yang didasarkan
peda data tes awal atlet, tujuan, sasaran dan waktu yang ditetapkan. Program pelatihan
direncanakan secara objektif artinya program pelatihan itu dapat diukur baik secara kualitatif
maupun kuantitaf untuk dianalisis sehingga hasilnya menjadi feedback bagi pelatih maupun atlet
dalam menyusun program lanjutan.
Dalam merencanakan program pelatihan haruslah berdasarkan strukttur program yang
meliputi makro siklus, periode, fase, mikro siklus, sesi pelatihan, unit pelatihan dan materi
pelatihan, agar mempermudah pelatih atau atlet dalam melaksanakan tugas masing-masing.
Daftar Rujukan
Bompa, T.O. 1983. Theory and methodology of training. Iowa: Kandal Hunt Pablishing
Company.
Freeman, William. H. 1989. Peak When It Counts. Cailifornia: Tanfneus Press
Herre, D. (ed). 1981 .Trainingslehre. Berlin, Sportverlag.
Ozolin, N.G. 1971. Sovremennaia Systema Sportivnoi Trenovky (Athlete’s Training System For
Compotition). Moskow, Phyzkultura I S port.
Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
P2LPTK.
Syaranamual, J. 2004. Analisis Unjuk Kerja Biomotor Ability, Fisiologis Dan Kemampuan
Mendayung Sebagai Feedback Bagi Pelatih Dalam Merencanakan Program Pelatihan.
Surabaya: Program Pasca Sarjana Unesa.
Thomson, P.J.L. 1991. Introduction To Coaching Theory. Monaco: IAAF.
top related