perancangan buku pop up sebagai media promosi wisata...
Post on 03-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
Perancangan Buku Pop Up Sebagai Media Promosi
Wisata Kuliner Kota Salatiga
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Ita Yudha Arfiana (692011019)
Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.
Birmanti Setia Utami, M.Sn
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2016
ii
Perancangan Buku Pop Up Sebagai Media Promosi
Wisata Kuliner Kota Salatiga
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Peneliti :
Ita Yudha Arfiana (692011019)
Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.
Birmanti Setia Utami, M.Sn.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
iii
Maret 2016
iv
v
vi
vii
viii
ix
10
Perancangan Buku Pop Up Sebagai Media Promosi Wisata
Kuliner Kota Salatiga
1) Ita Yudha Arfiana, 2) Michael Bezaleel Wenas, 3) Birmanti Setia Utami
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: 1) y.arfiana@gmail.com, 2) michael.bezaleel.wenas@gmail.com, 3)
birmanti@gmail.com
Abstract
The study discuss about media promotion for culinary tourism in Salatiga, with based
there is no media promotion about culinary tourism in Salatiga. Lack of public
knowledge about the culinary support for the creation of a media promotion to introduce
the culinary in Salatiga. Linear strategy and mixing methods are used for the design,
contain of product plan until the form the final product design or finish. The final results
of this design is a pop up book that is used as a media promotion for culinary tourism
from Salatiga City.
Keywords: Book, Pop Up, Promotion, Tourism Culinary, Salatiga.
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai media promosi bagi wisata kuliner Kota Salatiga,
dengan didasarkan pada tidak adanya suatu media promosi bagi wisata kuliner Kota
Salatiga. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai wisata kuliner tersebut
mendukung untuk pembuatan sebuah media promosi untuk memperkenalkan wisata
kuliner Kota Salatiga. Perancangan ini dibuat dengan menggunakan metode campuran
dan strategi linear, yang berisi perancangan produk sampai bentuk akhir produk. Hasil
perancangan ini berupa buku dengan teknik pop up yang digunakan sebagai media
promosi bagi wisata kuliner Kota Salatiga.
Kata Kunci: Buku, Pop Up, Promosi, Wisata Kuliner, Salatiga.
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
11
1. Pendahuluan
Salatiga merupakan sebuah Kota kecil yang terletak di provinsi Jawa
Tengah. Kota ini berada diantara Kota Solo dan Semarang, sehingga Kota Salatiga
dijadikan sebagai jalur penghubung antara kedua Kota tersebut. Secara geografis
letaknya berada pada ketinggian 450 hingga 800 meter di atas permukaan air laut
menjadikan Kota Salatiga memiliki udara yang sejuk dan asri. Dengan udara yang
sejuk dan asri Kota Salatiga memiliki daya tarik tersendiri melalui segi
penginapan, makanan, minuman dan bahkan restorannya, sehingga Kota Salatiga
pantas untuk mendapat sebutan sebagai Kota Transit Pariwisata [1]. Marten,
dalam bukunya Salatiga Sketsa Kota Lama, menjelaskan bahwa Salatiga adalah
Kota pensiunan, Kota pelajar, dan Kota pariwisata. Tiga faktor ini merupakan
modal cukup untuk dikelola, sehingga tidak perlu membangun Salatiga menjadi
kota modern [2].
Menurut hasil wawancara dengan kepala seksi pariwisata
(DISHUBKOMBUDPAR) Kota Salatiga, bahwa suatu saat nanti pembangunan
kepariwisataan Kota Salatiga akan diarahkan dari semula Kota Transit wisata
menjadi Kota tujuan wisata. Mengingat Kota Salatiga memiliki potensi dan
produk pariwisata yang cukup memadai. Salah satu potensi dan produk pariwisata
yang ada di Kota Salatiga adalah wisata kuliner. Hal tersebut didukung oleh data
dari BPS kota Salatiga tahun 2010, bahwa secara makro ekonomi (PDRB) Kota
Salatiga paling banyak disumbang dari bidang industri pengolahan dan bidang
perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 19,72% dan 19,63%. Selain itu Kota
Salatiga memiliki banyak ragam kuliner baik khas/asli milik Salatiga maupun
kuliner lainnya. Sedikitnya Kota Salatiga memiliki 15 lebih usaha kuliner yang
terkenal bukan melalui nama atau desain tempat yang bagus dan nyaman untuk
dijadikan tempat berkumpul, namun karena cita rasanya yang lezat. Seiring
dengan waktu seksi pariwisata Kota Salatiga saat ini sedang mengalami kendala,
yaitu kurangnya ketersediaan media promosi bagi wisata kuliner Salatiga. Hal
tersebut terjadi karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pariwisata
Kota Salatiga. Disisi lain media promosi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kunjungan para wisatawan dan untuk meningkatkan pendapatan daerah Kota
Salatiga, selain itu media promosi juga digunakan sebagai sarana untuk
memperkenalkan wisata kuliner yang ada di Kota Salatiga bagi masyarakat yang
belum mengetahuinya. Buku dipilih dalam media promosi wisata kuliner karena
dengan menggunakan media buku dirasa cukup efisien, seperti dalam pembuatan
kalender kegiatan Kota Salatiga juga dibuat ke dalam bentuk buku.
Menurut Prasetyo, dalam industri penerbitan masa kini, buku selalu
mempunyai peran sebagai media informasi bagi para pembaca. Selama manusia
masih membutuhkan informasi, maka buku cetak masih akan terus ada sampai
kapanpun. Buku cetak ataupun e-book memiliki tujuan dan fungsi yang sama,
hanya medianya saja yang berbeda [3].
Buku dengan teknik pop up merupakan suatu buku yang sangat jarang untuk
ditemui, dan buku ini memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai
dari tampilan gambar yang lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak
ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah
bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat
12
mengeluarkan bunyi. Hal lain yang membuat buku pop up menarik dan berbeda
dari buku biasa adalah buku ini memberikan kejutan-kejutan dalam setiap
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka.
Pembaca seperti menjadi bagian dari hal tersebut karena mereka memiliki andil
ketika mereka membuka halaman buku. Buku pop up mempunyai kemampuan
untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita, sehingga
dapat lebih terasa dan lebih tersampaikan dengan baik [4].
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dibuatlah sebuah media promosi
tentang wisata kuliner dengan merancang sebuah buku pop up yang digunakan
sebagai media promosi untuk memperkenalkan wisata kuliner Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Suhardinoto yang berjudul
perancangan buku wisata kuliner pulau Lombok dan Promosinya. Latar belakang
masalah dari penelitian tersebut yaitu, saat ini banyak sekali bermunculan restoran
yang lebih modern dan menawarkan makanan dengan taraf internasional maupun
makanan dari kota lain yang membuat makanan khas Lombok ini mulai dilupakan
dan tertutup oleh makanan luar. Metode perancangan yang digunakan untuk
memilih media yang tepat yaitu melakukan observasi langsung, metode
wawancara kepada sumber tempat makan, penyebaran angket kepada para
masyarakat lokal dan asing, serta analisis SWOT. Perancangan buku tentang
wisata kuliner pulau Lombok dirancang menggunakan teknik fotografi. Buku
tersebut merupakan jenis buku panduan, dan disajikan dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris [5].
Terdapat pula penelitian dari Harjanto dengan judul perancangan buku
panduan wisata kuliner Kota Surakarta. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Kota Surakarta merupakan kota yang terkenal dengan kulinernya, dan di kota
tersebut juga disediakan tempat yang bernama “Galabo” (Gladag Langen Bogan),
disana wisatawan dapat menikmati makanan khas kuliner Kota Surakarta, tetapi
sayangnya banyak penjual galabo yang menjual harga makanannya dengan harga
berlipat-lipat dari harga aslinya, sehingga membuat galabo menjadi sepi
pengunjung. Hal tersebut membuat para wisatawan menjadi ingin pergi
mengunjungi tempat asli yang menjual makanan khas Surakarta dengan harga
yang sesuai dan rasa serta suasana aslinya. Buku panduan wisata sangat
dibutuhkan, karena belum ada buku di toko buku yang memberikan informasi
secara lengkap khususnya yang membahas mengenai wisata kuliner di Kota
Surakarta. Buku panduan wisata kuliner ini memiliki pembeda dengan buku
panduan lainnya, yaitu adanya bentuk buku elektronik yang membantu wisatawan
untuk lebih mudah mendapatkan informasi wisata kuliner khas kota Surakarta
melalui alat elektronik seperti gadget. Metode perancangan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancara dengan orang-orang yang terkait dengan objek
yang dirancang, lalu observasi penelitian mengenai kuliner khas Surakarta, dan
yang terakhir melakukan metode kepustakaan [6].
Penelitian selanjutnya oleh Natalia dengan judul perancangan destination
branding Kota Salatiga melalui kuliner. Latar belakang dari penelitian tersebut
yaitu, seiring dengan berjalannya waktu keindahan Kota Salatiga semakin
13
memudar dan pada akhirnya Kota Salatiga kehilangan identitasnya. Karena
hilangnya identitas tersebut, saat ini Kota Salatiga tidak memiliki identitas yang
sangat mewakili citra Kota Salatiga. Salatiga saat ini belum mempunyai brand
untuk kuliner, sehingga kuliner cocok untuk dijadikan destination branding bagi
Kota Salatiga. Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan
menggunakan pengumpulan data kualitatif yang terdiri dari tinjauan pustaka, in-
depth interview, interview khusus, observasi, teknik pencarian, dan menggunakan
metode analisis 5W+1H. Perancangan destination branding ini menghasilkan
sebuah logo yang berguna untuk membuat branding kuliner Kota Salatiga, selain
itu dalam perancangan ini juga menghasilkan sebuah media promosi yang berupa
buku panduan wisata, poster, baliho, iklan koran dan majalah, website dan media
sosial [7].
Ketiga penelitian tersebut sama-sama menghasilkan media berupa buku
yang membahas mengenai wisata kuliner, dua diantaranya membahas tempat yang
berbeda. Salah satu penelitian dari Natalia, sama-sama membahas mengenai Kota
Salatiga, selain menghasilkan sebuah buku panduan juga menghasilkan sebuah
logo dan media promosi baik cetak maupun online yang digunakan sebagai
parancangan destination branding Kota Salatiga melalui kuliner. Perbedaan
dengan penelitian ini yaitu pada teknik yang digunakan dalam pembuatan buku.
Dari ketiga penelitian tersebut menggunakan media berupa buku dengan ilustrasi
berupa fotografi, sedangkan penelitian ini membuat sebuah perancangan buku
dengan menambahkan fotografi ke dalam teknik pop up.
Penelitian ini membuat sebuah perancangan tentang buku pop up sebagai
media promosi wisata kuliner Kota Salatiga. Media dapat diartikan sebagai sarana
yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu, terkhusus dalam promosi ada
media seperti televisi, surat kabar, radio, dan buku/majalah, sedangkan promosi
adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk
membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan
jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Untuk berpromosi dibutuhkan juga
penentuan target audience, target audience dapat diartikan sebagai memilih satu
atau beberapa segmen konsumen yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan
pemasaran dan promosi.
Segmentasi target audience dalam perancangan buku pop up wisata
kuliner ini didasarkan pada segmentasi demografis dilihat dari jenis kelamin yaitu
laki-laki dan perempuan, kemudian dilihat dari usia yaitu usia 25-50 tahun, dan
status kelas sosial ekonomi yaitu kelas menengah. Segmentasi geografis dilihat
dari wilayah target yaitu Indonesia dan geografis daerah perkotaan. Segmentasi
psikografis dilihat dari gaya hidup konsumen yaitu konsumen mempunyai rasa
ingin tahu yang tinggi tentang wisata kuliner, konsumen cenderung berwisata
kuliner [8].
Proses komunikasi dari suatu media promosi terhadap penetapan respon
audience dapat ditetapkan melalui teori AIDA (attention, interest, desire, action)
yaitu alat penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen dimana melalui
suatu tahapan yang terdiri dari perhatian (attention/awareness), ketertarikan
(interest), minat (desire), dan mengambil tindakan (action). Attention (Perhatian)
Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus dapat menimbulkan
14
perhatian baik dalam bentuk dan media yang disampaikan. Di mana perhatian itu
bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen atau konsumen yang
akan dijadikan target sasaran. Hal tersebut dapat dikemukan lewat tulisan dan
gambar yang menonjol dan jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan
mempunyai karakteristik tersendiri. Pesan yang menarik perhatian merupakan
suatu langkah awal bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal,
diketahui, dan diingat oleh konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai
proses awareness/kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke konsumen.
Interest (Ketertarikan) berarti pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan
ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih seksama.
Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik perhatian konsumen akan
pesan yang ditunjukkan. Desire (Keinginan) Pemikiran terjadi dari adanya
keinginan. Hal ini berkaitan dengan motif dan motivasi konsumen dalam membeli
suatu produk. Motif pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu motif rasional dan
emosional. Dimana motif rasional mempertimbangkan konsumen akan
keuntungan dan kerugian yang didapatkan. Sedangkan motif emosional terjadi
akibat emosi akan pembelian produk. Action (Tindakan) terjadi dengan adanya
keinginan kuat konsumen sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam
melakukan pembeli produk yang ditawarkan [9]. Buku pop up merupakan suatu buku dengan gaya yang memberikan
hiburan melalui gambar ilustrasi, yang bisa berubah, bergerak ataupun timbul,
pada halaman kertasnya. Tampilan buku pop up sangat menarik karena
mempunyai unsur tiga dimensi dan kinetik. Berikut akan dijelaskan mengenai
beberapa teknik pop up, antara lain Lift the flap dikemas dengan
menyusun/menumpuk beberapa kertas, lalu mengunci salah satu sisi susunan
kertas dan menyisakan sebagian besar bagian kertas agar dapat dibuka dan ditutup
kembali. Internal stand merupakan teknik pop up yang menerapkan sudut 90º,
ketika halaman dibuka objek akan lebih nampak [10]. V-fold atau valley fold yaitu
lipatan yang berbentuk sudut ‘v’ kurang dari 90º, dengan sudut kurang dari 90º
lipatan dapat berdiri sendiri. Parallelogram yaitu sudut yang ketika dibuka akan
membentuk sudut yang sama. Rotating window merupakan suatu lingkaran yang
diberi lubang semacam jendela yang berisi gambar dan ketika lingkaran tersebut
digerakan, pada bagian poros akan berputar dan dapat mengubah gambar pada
jendela lingkaran tersebut. Slide merupakan suatu mekanis kertas yang dapat
menggerakan gambar ketika ditarik. Slide memiliki komponen diantaranya ada
parallel, pull, dan flab [11]. Dari beberapa teknik pop up yang ada tidak semua
pop up memiliki bentuk yang timbul, ada beberapa pop up yang hanya bisa
digeser dan dibuka. Dari dasar inilah, kita perlu memahami bahwa pop up tidak
selalu tampil dengan bentuk yang timbul, melainkan tampil dengan gerakan yang
menimbulkan kesan seperti timbul/berdimensi. Berikut ini dapat dilihat beberapa
teknik pop up pada gambar 1.
Gambar 1 Teknik pop up
15
Untuk mendukung sebuah pembuatan buku pop up diperlukan sebuah
layout. Layout berfungsi mengatur tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu
bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya.
Definisi layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan
definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama
dengan mendesain” [12]. Salah satu unsur penting dalam layout adalah tipografi.
Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf. Tipografi adalah
soal mengorganisasikan huruf dalam arti tak sebatas memilih jenis huruf yang
cocok untuk headline, subheadline, body text, caption, dan lain-lain.
Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar
kata, spasi, termasuk memastikan bentuk/anatomi huruf yang sebaiknya memiliki
perbedaan dengan angka (misalkan huruf i kapital sebaiknya tidak sama dengan
angka 1). Pemilihan jenis huruf juga dengan memerhatikan kelengkapan seri huruf
seperti regular, bold, bold italic, dan italic. Tipografi dimaknai sebagai: segala
displin yang berkenaan dengan huruf [13].
Beberapa elemen pendukung layout yang lainnya, adalah elemen visual.
Elemen visual adalah semua elemen yang tidak berhubungan dengan teks dan
dapat terlihat dalam suatu layout. Ilustrasi visual atau yang lebih dikenal dengan
kata lain ilustrasi yaitu suatu gambar dapat berupa foto atau lukisan untuk
membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya; dapat juga bermakna
gambar, desain, diagram untuk penghias halaman sampul [14]. Ilustrasi yang
digunakan dalam perancangan buku wisata kuliner adalah ilustrasi foto yang
kemudian diterapkan dalam teknik pop up.
Perancangan buku pop up ini membuat tentang wisata kuliner kota Salatiga.
Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang memanfaatkan
masakan beserta suasana lingkungannya sebagai objek tujuan wisata [15].
3. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode campuran (mixing method). Pengumpulan data ini menggunakan
pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif
menekankan pada makna, penalaran, definisi atas suatu situasi tertentu (dalam
keterikatan konteks tertentu) dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendekatan kuantitatif mementingkan
adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut
harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel agar
dapat diukur.
Metode campuran digunakan dalam penelitian ini supaya memperoleh data
yang sesuai dengan masing-masing kebutuhannya. Metode campuran yang
digunakan hanya dibatasi pada teknik pengujian saja, karena untuk pengujian
produk dibutuhkan suatu data yang valid. Pengumpulan data dilakukan secara
kualitatif supaya memperoleh informasi mengenai wisata kuliner secara
mendalam.
Strategi desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Linear Strategy.
Linear strategy menetapkan urutan logis dalam suatu perancangan yang sederhana
16
dan relatif sudah dipahami komponennya [16]. Tahapan penelitian untuk proses
perancangan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Tahapan-tahapan penelitian
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian adalah pengumpulan data.
Dalam tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap
beberapa sumber diantaranya kepala seksi pariwisata Kota Salatiga, masyarakat
yang menjadi wisatawan, dan penjual makanan yang menjadi sasaran dalam
pembuatan buku. Kriteria wisatawan yang dijadikan sebagai responden, dapat
dilihat berdasarkan segmentasi yang didasarkan pada segmentasi demografis
dilihat dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, kemudian dilihat dari
usia yaitu usia dewasa, dan status kelas sosial ekonomi yaitu kelas menengah.
Segmentasi geografis dilihat dari wilayah target yaitu Jawa Tengah dan geografis
daerah perkotaan. Segmentasi psikografis dilihat dari gaya hidup konsumen yaitu
konsumen mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi tentang wisata kuliner,
konsumen cenderung berwisata kuliner. Wawancara yang pertama dilakukan
dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga untuk mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan wisata kuliner Kota Salatiga. Hasil yang didapat melalui
wawancara dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga adalah data mengenai
tempat-tempat wisata kuliner Kota Salatiga, kemudian data mengenai kuliner khas
yang terdiri dari tumpang koyor, enting-enting gepuk, ronde, keripik paru dan
getuk kethek. Selain itu didapat juga kuliner yang paling banyak diminati
wisatawan yaitu sate kambing muda, sate suruh, gula kacang, tumpang koyor dan
enting-enting gepuk. Hasil wawancara lainnya juga didapatkan hasil bahwa media
promosi yang dibutuhkan bagi wisata kuliner Kota Salatiga adalah media yang
mampu menjelaskan dan memberi informasi mengenai wisata kuliner Kota
Salatiga. Buku yang dibuat sebagai media promosi ini, dibuat dengan ukuran
besar yaitu 29x30, selain itu media dengan ukuran tersebut akan sangat
dibutuhkan di lokasi-lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti rumah
makan/tempat wisata kuliner dan hotel. Menurut hasil observasi dari seksi
pariwisata Kota Salatiga, target audience yang digunakan untuk media promosi
wisata kuliner tersebut adalah usia 25-50 tahun, hal tersebut dipilih berdasarkan
usia produktif seseorang. Usia produktif adalah usia seseorang yang sudah matang
secara fisik dan sedang pada puncak aktivitasnya. Selanjutnya, dilakukan
wawancara dengan beberapa wisatawan yang dilakukan secara random, terkait
seberapa tahu masyarakat tentang wisata kuliner Kota Salatiga. Hasil yang didapat
yaitu belum semua wisatawan mengetahui seutuhnya tentang wisata kuliner Kota
Salatiga, kemudian wisatawan tidak pernah menjumpai media promosi dari
pemerintah mengenai wisata kuliner di Kota Salatiga. Dari wawancara juga
didapatkan hasil bahwa wisatawan lebih menyukai suatu media promosi yang
mampu dilihat secara nyata, dalam arti dipegang daripada melihat suatu media
promosi yang hanya dilihat dalam bentuk digital. Wisatawan juga menyukai
Tahap 1
Pengumpulan data
Tahap 2
Analisis data
Tahap 3
Perancangan Produk
Tahap 4
Pengujian
17
dengan adanya media promosi yang berbentuk buku yang bisa menjelaskan
tentang wisata kuliner melalui suatu teknik yang berbeda. Buku dengan teknik
pop up lebih dipilih wisatawan dengan alasan buku dengan teknik ini jauh lebih
menarik daripada buku biasa. Teknik pop up sebaiknya diterapkan ke dalam
masing-masing kuliner agar kuliner lebih dipahami karakteristiknya oleh
wisatawan. Hasil wawancara lainnya juga menyatakan bahwa para wisatawan
membutuhkan informasi yang akan digunakan dalam penyampaian suatu media
promosi. Kebutuhan informasi tersebut antara lain, alamat lokasi kuliner, jam
buka, harga kuliner, dan yang terakhir gambar kuliner.
Tahap kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data. Pada
tahap ini dilakukan analisis hasil wawancara kepala seksi pariwisata dan analisis
hasil wawancara wisatawan. Hasil analisis dari wawancara terhadap kepala seksi
pariwisata Kota Salatiga yaitu, mengenai kuliner yang akan digunakan ke dalam
media promosi wisata kuliner Kota Salatiga. Kuliner yang terpilih dan masuk
dalam daftar buku adalah 8 kuliner, yang ditentukan berdasarkan kekhasan kuliner
dan kuliner yang diminati oleh masyarakat. Pemilihan penempatan media promosi
tersebut, ditentukan berdasarkan daya jangkau oleh masyarakat, supaya tepat pada
sasaran dan media dapat tersampaikan dengan baik dan penentuan ukuran buku
ditentukan berdasarkan implementasi buku tersebut. Seksi pariwisata Kota
Salatiga membutuhkan suatu media promosi, terkhusus media promosi bagi
wisata kuliner yang mampu membantu untuk mewujudkan Kota Salatiga sebagai
kota tujuan pariwisata. Analisis data berikutnya menunjukkan bahwa kurangnya
media promosi sebagai sarana informasi mengenai wisata kuliner Kota Salatiga,
mengakibatkan wisatawan belum mengetahui seutuhnya tentang kuliner Kota
Salatiga, mengingat kebutuhan wisatawan mengenai media yang berfungsi
sebagai media promosi, yang juga memberikan informasi. Wisatawan
membutuhkan informasi-informasi seperti jam buka, harga, alamat serta foto
makanan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa baik masyarakat Kota
Salatiga maupun wisatawan membutuhkan media promosi wisata kuliner Kota
Salatiga. Wisatawan menginginkan suatu media promosi yang berbeda, dalam arti
menarik minat masyarakat untuk mencoba kuliner tersebut, sehingga teknik pop
up dipilih dalam pembuatan buku ini.
Tahap ketiga dalam proses penelitian ini adalah perancangan produk.
Sebelum melakukan perancangan produk dibuat suatu bagan yang dapat
digunakan untuk menentukan alur yang akan dibuat dalam perancangan buku pop
up wisata kuliner kota Salatiga. Berikut dapat dilihat alur perancangan produk
pada gambar 3.
Gambar 3 Alur perancangan buku pop up wisata kuliner kota Salatiga
Hal yang pertama dilakukan dalam proses perancangan buku pop up adalah
melakukan perancangan konsep. Konsep yang sudah dirancang kemudian
Perancangan
Konsep
Sketsa Final project Evaluasi Dummy
Pop Up
18
dituangkan ke dalam sketsa. Mulai dari sketsa pembuatan cover buku, konten
buku beserta layout buku.
Tahap perancangan dilakukan juga observasi ke beberapa tempat wisata
kuliner yang ada di Kota Salatiga. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
segala informasi yang terkait mengenai wisata kuliner Kota Salatiga, termasuk
dalam pembuatan konsep. Hasil yang diperoleh melalui observasi adalah
informasi mengenai asal makanan, cara pembuatan, bahan makanan, daftar harga
makanan, jam buka tempat makan, alamat lokasi kuliner, serta foto-foto mengenai
kuliner tersebut. Berikut hasil data visual yang didapat melalui observasi, dapat
dilihat melalui gambar 4.
Gambar 4 Data visual hasil observasi
Konsep yang diterapkan pada buku ini adalah ingin menampilkan sisi
tradisional. Tradisional disini adalah tradisional dari segi pembuatan yang masih
tergolong alami, kemudian dari sisi budaya karena Kota Salatiga memiliki budaya
yang beragam tetapi Kota ini selalu memiliki kerukunan. Pada konsep
perancangan ini juga ingin menunjukan sisi keramahan dan keakraban yang
dimiliki oleh masyarakat Kota Salatiga, melalui wisata kulinernya dan suasana
yang dimiliki oleh Kota Salatiga.
Untuk halaman isi buku, dibuat dengan menggunakan teknik pop up. Teknik
pop up disini dipilih karena selain menarik juga berfungsi untuk menunjukan
bahwa masing-masing kuliner memiliki suatu kelebihan yang menonjol/yang
menjadi daya tarik dari kuliner tersebut. Pop up yang digunakan disini adalah pop
up interaktif. Tujuan dari pop up interaktif tersebut adalah supaya buku pop up
tersebut bisa dimainkan dan mengurangi kebosanan pada saat menunggu di lobby
hotel dan di tempat makan. Buku pop up tentang wisata kuliner ini dibuat dengan
ukuran 29x30 cm. Ukuran tersebut digunakan karena untuk segi keamanan dari
buku tersebut jika diletakkan di tempat umum.
Konten dari buku ini berisi tentang 8 wisata kuliner Kota Salatiga. Halaman
isi dari buku ini ditentukan berdasarkan dari harga jual makanan yang paling
rendah kemudian diteruskan sampai harga yang paling tinggi dan juga ditentukan
berdasarkan jam buka dari warung makan atau toko tersebut. Bagian konten buku
juga dijelaskan mengenai daftar harga, jam buka, dan alamat tempat kuliner.
Makanan yang dipilih untuk perancangan buku adalah makanan-makanan
yang khas dan menjadi daya tarik bagi wisatawan, dengan menjelaskan makanan
tersebut sesuai dengan ciri khas dan cara penyajiannya. Makanan yang
ditampilkan antara lain :
19
1. Gula kacang adalah makanan yang terbuat dari bahan kacang tanah dan
gula jawa, terkadang makanan ini juga diberi campuran jahe untuk
menambah rasa.
Teknik pop up yang digunakan untuk makanan ini adalah teknik v-folding
dan internal stand.
Konsep pop up yang digunakan dalam makanan gula kacang ini adalah
makanan gula kacang ini tersaji dalam suatu piring bambu dan di
sampingnya terdapat juga anglo tempat pembuatan gula kacang tersebut,
dan ketika pada halaman gula kacang dibuka akan tersaji gula kacang,
bahan-bahan pembuatannya dan terlihat juga anglo pembuatannya.Tujuan
dari pop up tersebut adalah untuk menunjukkan gula kacang khas Salatiga
yang tebal dan memiliki campuran yang khas berupa jahe, serta cara
pembuatan gula kacang yang masih tradisional. Berikut dapat dilihat pada
gambar 5, desain layout, teknik pop up dan penerapan teknik pop up gula
kacang.
Gambar 5 Sketsa desain layout dan pop up gula kacang
2. Wedang ronde adalah minuman hangat yang terbuat dari jahe, selain itu
minuman ini juga memiliki isi yang berupa kacang tanah, agar-agar,
kolang-kaling, dan yang terakhir ronde itu sendiri. Ronde sendiri terbuat
dari tepung ketan yang diisi dengan gula jawa yang diberi sedikit kacang.
Teknik pop up yang digunakan untuk makanan ini adalah teknik 3D.
Konsep pop up yang digunakan dalam minuman ini adalah menyajikan
wedang ronde pada sebuah meja. Wedang ronde diletakkan di atas meja
kemudian dalam meja tersebut juga disajikan bahan dari wedang ronde
dan beberapa jenis ronde yang ada di Salatiga. Ketika salah satu penutup
pada bagian penjelasan wedang ronde dibuka akan muncul lagi ronde
dengan ukuran kecil yang menjadi khas kota Salatiga, dan ketika penutup
lain dibuka akan muncul kembali wedang ronde yang berbeda. Tujuan dari
pop up tersebut adalah ingin menunjukkan macam-macam wedang ronde
yang ada di Salatiga dengan berbagai kekhasannya. Berikut dapat dilihat
pada gambar 6, desain layout, teknik pop up dan penerapan teknik pop up
wedang ronde.
Gambar 6 Sketsa desain layout dan pop up wedang ronde
3. Koyor adalah makanan yang terbuat dari bagian otot hewan sapi, selain itu
rasa dari makanan ini juga tergolong pedas. Makanan ini biasanya
disajikan dengan campuran tahu yang disebut tumpang koyor. Dapat
20
disajikan juga dengan menggunakan gudeg, sayur rebus (daun pepaya,
pepaya muda, daun singkong).
Teknik pop up yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik v-folding,
dan internal stand.
Konsep pop up yang akan digunakan untuk makanan ini adalah ketika
pada halaman makanan ini dibuka akan tersaji beberapa tumpang koyor
dengan kekhasannya yaitu sayur rebusnya beserta daun sebagai alas untuk
penyajiannya. Ditampilkan pula bahan-bahan yang menjadi khas yang
digunakan dalam pembuatan tumpang koyor. Tujuan dari pop up tersebut
adalah ingin menunjukkan bahan serta kekhasan tumpang koyor yang
dimiliki kota Salatiga. Berikut dapat dilihat pada gambar 7, desain layout,
teknik pop up dan penerapan teknik pop up tumpang koyor.
Gambar 7 Sketsa desain layout dan pop up tumpang koyor
4. Getuk kethek adalah makanan yang terbuat dari bahan singkong. Getuk
kethek memiliki dua jenis yaitu getuk kethek kukus dan getuk kethek
goreng.
Teknik pop up yang digunakan dalam makanan getuk kethek adalah teknik
3D.
Konsep pop up yang akan digunakan dalam makanan getuk ini adalah
ketika pada halaman makanan getuk kethek dibuka akan tersaji kemasan
getuk kethek yang berbentuk persegi, kemudian ketika kemasan dibuka
akan terlihat makanan getuk kethek tersebut. Di samping sisi kemasan
getuk kethek juga ditampilkan bahan-bahan dari getuk kethek. Bahan-
bahan dari getuk ketek tersebut diterapkan ke dalam pop up slide, ketika
salah satu panah ditarik dapat diketahui bahan tersebut dan cara
mendapatkannya. Tujuan dari pop up tersebut adalah ingin menunjukkan
ciri khas kemasan getuk Salatiga , isi dan ukuran getuk kethek. Berikut
dapat dilihat pada gambar 8, desain layout, teknik pop up dan penerapan
teknik pop up getuk kethek.
Gambar 8 Sketsa desain layout dan pop up getuk kethek
5. Enting-enting gepuk adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar kacang
tanah dan di campur dengan gula pasir yang sudah menjadi gulali dan
dicetak berbentuk prisma segitiga.
Teknik pop up yang digunakan pada makanan enting-enting gepuk ini
adalah teknik pop up v-folding dan lift the flap. Konsep pop up yang
21
digunakan dalam makanan enting-enting gepuk adalah ingin menunjukan
enting-enting gepuk melalui kemasan, isi serta bentuk makanan yang khas.
Ketika pada bagian halaman enting-enting dibuka akan muncul enting-
enting gepuk dengan beberapa kemasan yaitu kemasan utama dan kemasan
pendamping yang digunakan untuk kemasan isi. Lalu pada sisi
background untuk pop up tersebut dipilih background klenteng, karena
klenteng merupakan salah satu merk enting-enting pertama di Salatiga dan
di area sepanjang depan klenteng merupakan pusat penjualan oleh-oleh
yang salah satunya adalah enting-enting gepuk. Selain itu ketika membuka
bagian pop up enting-enting akan muncul juga pop up enting-enting
dengan ukuran aslinya beserta kemasannya. Tujuan dari pop up tersebut
adalah mengetahui jenis kemasan yang menjadi khas dan supaya ketika
kemasan sekunder dibuka dapat diketahui bentuk dan isi dari enting-enting
gepuk. Berikut dapat dilihat pada gambar 9, desain layout, teknik pop up
dan penerapan teknik pop up enting-enting gepuk.
Gambar 9 Sketsa desain layout dan pop up enting-enting gepuk
6. Sate suruh adalah yang menyajikan beberapa menu sate, diantaranya
adalah sate sapi yang menjadi menu khas, sate ayam dan sate campur
(daging dan lemak). Sate ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding sate
yang lainnya, yaitu dari segi bumbu satenya yang terbuat dari bahan
rempah-rempah.
Teknik pop up yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik parallel
slide.
Konsep pop up yang digunakan dalam makanan sate suruh ini adalah
makanan sate suruh tersaji dalam sebuah meja makan, kemudian makanan
sate tersebut dibuat timbul supaya makanan terlihat lebih nyata dan
menonjolkan sate tersebut. Pada meja tersebut juga disajikan lontong dan
kacang serta kunyit sebagai bahan pelengkap sate. Selain itu salah satu
gambar sate dapat ditarik, dengan tujuan untuk menunjukan sate yang
masih berbumbu rempah-rempah dan berwarna kuning. Berikut dapat
dilihat pada gambar 10, desain layout, teknik pop up dan penerapan teknik
pop up sate suruh.
Gambar 10 Sketsa desain layout dan pop up sate suruh
22
7. Keripik paru adalah makanan yang terbuat dari bahan paru sapi dan
biasanya dicampur dengan tepung, tetapi ada juga keripik paru yang dijual
tanpa menggunakan tepung.
Teknik pop up yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik v-folding
dan internal stand.
Konsep pop up yang digunakan dalam keripik paru adalah keripik paru
ditampilkan dengan menggunakan kemasannya, kemudian disajikan juga
keripik paru yang sudah tanpa kemasan dan dimasukkan ke dalam
keranjang, hal tersebut untuk menunjukkan tekstur dari makanan tersebut.
Tujuan dari penerapan pop up tersebut adalah ingin menunjukan tekstur
atau tampilan khas dari keripik paru Salatiga. Berikut dapat dilihat pada
gambar 11, desain layout, teknik pop up dan penerapan teknik pop up
keripik paru.
Gambar 11 Sketsa desain layout dan pop up keripik paru
8. Sate kambing muda adalah makanan yang terbuat dari hewan kambing
yang masih berusia dibawah satu tahun.
Teknik pop up yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik v-folding,
internal stand dan lift the flap.
Konsep pop up yang digunakan dalam makanan sate kambing muda
adalah ketika halaman sate kambing muda dibuka akan muncul pop up
yang berbentuk rumah dan berisi pembuatan sate, kemudian sate yang
sudah tersaji, nasi serta bahan pendamping sate. Dipilih model pop up
rumah dengan tujuan ingin menunjukkan bahwa sate kambing muda
blotongan ini dijual di rumah makan dan tidak ada yang dijual di kaki
lima, selain itu agar dapat diketahui proses pembuatan sate yang
menggunakan bahan dasar daging yang masih bagus, dan ditampilkan juga
hasil sate yang sudah jadi beserta sambal pendamping serta bahan
pendamping. Berikut dapat dilihat pada gambar 12, desain layout, teknik
pop up dan penerapan teknik pop up sate kambing muda.
Gambar 12 Sketsa desain layout dan pop up sate kambing muda
Cover buku yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan ilustrasi
fotografi. Ilustrasi yang dipilih dan digunakan dalam cover buku bagian depan
adalah ronde, getuk ketek dan sate. Pemilihan ketiga kuliner tersebut didasarkan
pada hasil wawancara dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga, dipilih ketiga
23
kuliner tersebut karena kuliner tersebut merupakan kuliner yang diminati dan
dicari oleh para wisatawan. Cover buku bagian belakang menggunakan ilustrasi
sate dan bagian depan menggunakan ilustrasi ronde dan getuk. Judul yang
digunakan dan dipilih dalam buku ini adalah “Jelajah Kuliner Salatiga”. Judul
tersebut dipilih karena buku tersebut berisi tentang perjalanan wisata kuliner Kota
Salatiga. Judul tersebut bisa sedikit menjelaskan kepada pembaca bahwa isi dari
buku adalah tentang wisata kuliner Kota Salatiga. Untuk desain sampul buku
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Sampul buku depan dan belakang
Ilustrasi pada perancangan media ini menggunakan ilustrasi yang berbentuk
fotografi. Ilustrasi dengan bentuk fotografi dipilih karena bentuk ilustrasi tersebut
dapat menampilkan ilustrasi seperti gambar aslinya. Fotografi dirasa dapat
menampilkan gambar seperti bentuk aslinya dan dapat menarik perhatian para
pembaca buku melalui gambar-gambar makanan yang akan ditampilkan pada
perancangan ini. Ilustrasi foto dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Contoh Ilustrasi Foto
Jika membahas sebuah teks, pastinya akan dibahas juga mengenai tipografi.
Tipografi yang digunakan dalam perancangan ini adalah jenis huruf script dan
sans serif . Huruf jenis script dipilih karena jenis huruf ini memiliki kesan yang
ramah dan akrab. Sedangkan huruf sans serif dipilih karena kesan yang
ditimbulkan oleh huruf jenis ini modern, kontemporer dan efisien. Pada bagian
judul buku dipilih font wrestlemania kemudian bagian penulisan per bab
digunakan font blenda script dan yang terakhir pada bagian konten buku
digunakan font segoe ui light. Ketiga font tersebut dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Contoh Font yang digunakan
24
Pada tahap selanjutnya dilakukan evaluasi desain terhadap bapak Nunung
Suparna, selaku desain grafis di PT. Intan Pariwara. Adapun hasil evaluasi
tersebut yang pertama dari sisi pembuatan buku secara keseluruhan, buku harus
diberi garis sisiran sebanyak 0,3 mm, kemudian untuk bagian sampul buku
mengubah font dengan diberi tambahan berupa outline dan ditambah dengan
shadow agar terlihat kontras dengan warna background yang digunakan. Bagian
samping lipatan buku diberi tambahan berupa judul buku. Foto yang digunakan
dalam sampul diberi bayangan agar lebih menimbulkan kesan nyata. Bagian
konten buku ditambahkan sebuah prelim, yang tersusun atas halaman judul,
halaman copyright, halaman kata pengantar dan yang terakhir halaman daftar isi.
Terakhir isi dari buku, alur baca yang digunakan sudah sesuai dengan alur baca
yang jelas dan mudah dipahami, tetapi pada bagian judul masing-masing bab
gunakan warna yang menyala agar menjadi daya tarik dalam membaca.
Hasil dari revisi sampul buku pada bagian kiri buku sebelum direvisi dan
bagian kanan setelah direvisi.
Gambar 16 Sampul buku sebelum dan sesudah direvisi
Tambahan evaluasi berupa pembuatan halaman prelim, yang terdiri dari
halaman judul, copyright, kata pengantar dan daftar isi.
Gambar 17 Revisi penambahan halaman prelim dalam buku
Evaluasi yang kedua dilakukan dengan kepala seksi pariwisata Kota
Salatiga. Hasil dari evaluasi tersebut menyatakan bahwa buku pop up wisata
kuliner Kota Salatiga sudah bisa dijadikan sebagai sarana media promosi bagi
wisata kuliner Kota Salatiga. Media promosi ini tergolong media promosi yang
cukup unik, karena dikemas dengan menggunakan suatu teknik yang berbeda. Hal
tersebut bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Media buku ini
bisa digunakan pada saat melakukan promosi di luar kota, dan diletakkan pada
hotel, lokasi wisata kuliner beserta objek-objek wisata yang ada di Kota Salatiga.
Dalam evaluasi ini juga dilakukan evaluasi mengenai narasi yang terdapat dalam
buku. Beberapa evaluasi tersebut, adalah evaluasi pada bagian wedang ronde
pengubahan kata bahan dasar ke dalam bumbu yang digunakan, pada bagian getuk
khetek ditambahkan narasi bahan pembuatan dan yang terakhir pada bagian sate
25
kambing muda ditambahkan narasi berupa letak kuliner sate kambing berdasarkan
kelurahan dan kecamatan.
4. Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah hasil desain buku pop up sebagai media promosi wisata
kuliner Kota Salatiga.
Sampul buku merupakan tampilan awal yang berpengaruh terhadap minat
baca seseorang. Sampul buku bagian depan bertuliskan “Jelajah Kuliner Salatiga”
sebagai judul buku yang sekaligus menjelaskan bahwa buku ini berisi tentang
kuliner Kota Salatiga dan buku ini juga ingin mengajak untuk mencoba wisata
kuliner Kota Salatiga. Sampul buku bagian belakang berisi mengenai penjelasan
tentang Kota Salatiga dan tentang wisata kuliner Kota Salatiga. Berikut adalah
sampul depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Sampul depan dan belakang buku “Jelajah Kuliner Salatiga”
Halaman buku bagian dalam terbagi menjadi bagian prelim dan bagian isi
buku. Bagian prelim terdiri dari halaman judul, halaman copyright, halaman kata
pengantar dan yang terakhir daftar isi. Bagian isi buku berisi tentang 8 kuliner
Kota Salatiga, setiap Bab menjelaskan 1 jenis kuliner Kota Salatiga. Urutan
pembagian halaman dimulai dengan kuliner yang memiliki harga rendah dan
dilanjutkan dengan harga yang tinggi. Masing-masing Bab terdiri dari 2 halaman,
Bab 1 menjelaskan tentang kuliner gula kacang, Bab 2 menjelaskan tentang
kuliner wedang ronde, Bab 3 menjelaskan tentang kuliner tumpang koyor, Bab 4
menjelaskan tentang kuliner getuk kethek, Bab 5 menjelaskan tentang kuliner
enting-enting gepuk, Bab 6 menjelaskan tentang kuliner sate suruh, Bab 7
menjelaskan tentang kuliner keripik paru dan yang terakhir Bab 8 menjelaskan
tentang kuliner sate kambing muda. Berikut adalah halaman buku bagian dalam
dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19 Halaman buku bagian dalam“Jelajah Kuliner Salatiga”
26
Pengujian yang pertama dilakukan secara kualitatif dengan melakukan
wawancara pada target audience yang sama seperti saat melakukan pengumpulan
data untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai buku pop up wisata
kuliner yang sudah jadi. Target audience dalam pengujian ini ditentukan
berdasarkan segmentasi demografis dilihat dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan, kemudian dilihat dari usia yaitu usia 25-50 tahun, dan status kelas
sosial ekonomi yaitu kelas menengah. Segmentasi geografis dilihat dari wilayah
target yaitu Indonesia dan geografis daerah perkotaan. Segmentasi psikografis
dilihat dari gaya hidup konsumen yaitu konsumen mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi tentang wisata kuliner, konsumen cenderung berwisata kuliner.
Berdasarkan segmentasi di atas, model hierarki digunakan untuk mengetahui
tanggapan konsumen mengenai buku pop up. Hierarki AIDA dipilih pada model
tanggapan tersebut, dengan tiga tingkatan pada tanggapan sasaran atas informasi
pemasaran yang disampaikan komunikator pemasaran. Ketiga tingkatan dibagi
menjadi 3, yaitu tingkat kognitif, tingkat afektif, dan tingkat keperilakuan. Hal ini
bertujuan untuk menanamkan sesuatu ke dalam benak konsumen, mengubah sikap
konsumen, dan membuat konsumen melakukan tindakan tersebut. Model AIDA
(attention, interest, desire, action) akan memperjelas konsep perubahan, sikap, dan
perilaku dalam kaitannya dengan sebuah kerangka tindakan [17].
Sesuai dengan penerapan teori pengambilan keputusan AIDA (attention,
interest, desire, action), buku pop up wisata kuliner sudah bisa digunakan sebagai
media promosi karena buku ini mendapatkan perhatian (attention) dari target
audience melalui ukuran buku yang tergolong besar, lalu gambar yang digunakan
dalam sampul buku dan dari judul buku yang digunakan dalam sampul buku. Dari
segi ketertarikan (interest) target audience, tertarik pada teknik pop up yang
digunakan, selain itu target audience juga tertarik pada informasi yang
disampaikan secara interaktif dalam buku ini, hal tersebut didukung melalui
tingkat seseorang dalam membaca buku tersebut, selanjutnya dari segi minat
(desire) hal tersebut dapat diukur melalui cara orang tersebut melihat gambar-
gambar makanan tersebut dan mempunyai kenginan untuk mencobanya,
didukung dengan adanya interaksi antara beberapa target audience. Dalam
pengambilan keputusan ini hanya sampai pada tahap desire karena dalam
penelitian ini ditujukan sampai tahap mempromosikan dan memperkenalkan
wisata kuliner Kota Salatiga kepada target audience supaya mempunyai keinginan
untuk berwisata kuliner di Kota Salatiga.
Pengujian yang kedua dilakukan secara kuantitatif dengan proses
pengisian kuisioner. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data dalam
pengujian yang lebih valid. Dalam hal ini responden yang dilibatkan ialah 30
orang, dengan kriteria responden yang sama seperti pengujian pertama, dengan
memilih target audience berusia 25 sampai 50 tahun secara random pada beberapa
daerah. Pengisian kuisioner dilakukan dengan menunjukkan hasil buku pop up
wisata kuliner Kota Salatiga pada responden. Kuisioner diberikan untuk menilai
tanggapan dari responden terhadap buku pop up wisata kuliner yang telah dibuat.
Pengujian dengan kuisioner ini dilakukan dengan memberikan beberapa daftar
pertanyaan menggunakan skala Likert atau skala pengukuran sikap yang
digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu riset.
27
Tabel 1 Daftar pertanyaan dan total jawaban kuisioner pengujian
No. Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
N
(3)
S
(4)
SS
(5)
1 Anda menyukai wisata kuliner Kota
Salatiga
0 0 8 2 20
2 Desain cover buku menarik perhatian
untuk ingin tahu mengenai isi buku
tersebut
0 2 3 10 15
3 Warna yang digunakan dalam buku
mendukung keterbacaan teks
0 1 2 7 20
4 Alur baca dari buku mudah untuk
dimengerti
0 0 3 5 22
5 Penataan gambar dan teks tidak
membingungkan
0 0 1 3 26
6 Informasi dalam buku mudah dimengerti 1 1 2 4 22
7 Setelah membaca buku pop up wisata
kuliner Kota Salatiga mendapat
informasi
0 0 0 3 27
8 Setelah membaca buku pop up, anda
ingin berwisata kuliner di Kota Salatiga
0 0 0 4 26
9 Buku pop up ini sudah bisa dijadikan
sebagai media promosi wisata kuliner
Kota Salatiga
0 0 5 3 22
Jumlah poin 1 4 24 41 200
Total poin keseluruhan 1 + 4 +24 +41+200=270
Dari tabel tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan persentase
likert dengan rumus sebagai berikut:
Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah
= Total skor / Y x 100
= 1245/1350x 100
= 92,22% (masuk interval “sangat setuju”)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa wisatawan
menyukai wisata kuliner Kota Salatiga, dengan adanya buku pop up ini membuat
wisatawan semakin tertarik dengan wisata kuliner Kota Salatiga, selain itu buku
pop up ini juga memberikan informasi mengenai wisata kuliner Salatiga dan yang
Rumus index % = Total Skor / Y x 100
28
terakhir buku pop up ini sudah bisa menjadi sarana media promosi bagi wisata
kuliner Kota Salatiga berdasarkan hasil pengujian dengan persentase Likert dari
total keseluruhan yaitu sebesar 92,22%.
5. Simpulan
Sesuai dari data yang diperoleh dilihat dari hasil pengujian secara campuran
yang meliputi beberapa aspek penilaian sesuai dengan desain, isi buku, alur baca
hingga informasi dalam buku yang disajikan, sudah sesuai dengan kebutuhan
target audience, karena buku ini sudah bisa dijadikan sebagai media promosi bagi
wisata kuliner Kota Salatiga. Dari sisi tujuan dan manfaat, buku ini sudah
berhasil, karena buku pop up ini merupakan buku yang unik sehingga menjadi
daya tarik tersendiri sebagai media promosi wisata kuliner Kota Salatiga.
Saran dari seksi pariwisata untuk buku ini ke depan adalah, dari segi
pembuatan buku sebaiknya selain dibuat dengan ukuran besar, buku ini juga
dibuat dalam bentuk yang kecil dengan ukuran A5. Dengan ukuran tersebut buku
dapat dibagikan kepada para wisatawan dan dapat juga digunakan sebagai sarana
panduan wisata kuliner Kota Salatiga.
6. Daftar Pustaka
[1] Kompas, 2003, Profil Daerah Kabupaten dan Kota jilid II,
Jakarta:Penerbit Buku Kompas
[2] Supangkat, Eddy, 2007, Salatiga, Sketsa Kota Lama, Salatiga: Penerbit Griya
Media
[3] Prasetyo, Tri, 2014, Buku sebagai Media Informasi untuk Pembaca,
www.indonesiatera.com. (Diakses 25 Februari 2015)
[4] Sabuda, Robert, 2012, Childern’s Book Creator, New York
[5] Suhardinoto, Vittorio, 2013, Perancangan Buku Wisata Kuliner Pulau
Lombok dan Promosinya, Jurnal DKV Adiwara, vol 1: no.2, studentjournal.petra.ac.id. (5 Maret 2015)
[6] Harjanto, Ferry, 2014, Perancangan Buku Panduan Wisata Kuliner Kota
Surakarta, Jurnal DKV Adiwara, vol 1:no4, studentjournal.petra.ac.id.
(Diakses 5 Maret 2015)
[7] Wibowo, Christina Natalia, 2014, Perancangan Destination Branding
Kota Salatiga Melalui Kuliner, Repository UNIKA, repository.unika.ac.id.
(Diakses 10 Mei 2015)
[8] M.A, Morissan, 2010, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu,
Jakarta: Prenada Media Goup
[9] Isnadiah, Andari, 2014,Teori Keputusan Konsumen Pembelian,
andariisnadiah.wordpress.com. (Diakses 20 Januari 2016)
[10] Dewantari, Alit Ayu, 2014, Sekilas tentang Pop Up, Lift the Flap, dan
Movable Book, dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-up-lift-the-flap-
dan-movable-book. (Diakses 11 Mei 2015)
[11] Birmingham, Duncan, 2006, Pop-Up a Manual of Paper Mechanism,
United
Kingdom:Fuller-Davies Limited, Ipswich
[12] Rustan, Surianto, 2008, Layout & Dasar Penerapannya, Jakarta: PT
29
Gramedia Pustaka Utama
[13] Rustan, Surianto, 2011, Font & Tipografi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
[14] KBBI, 2015, Ilustrasi, http://kbbi.co.id. (20 Mei 2015)
[15] Ahira, Anne, 2015, Mengenal Pengertian Wisata Kuliner,
anneahira.com/pengertian-wisata-kuliner. (Diakses 20 Juni 2015)
[16] Sarwono, Jonathan, dan Lubis, Hari, 2007, Metode Riset untuk Desain
Komunikasi Visual, Yogyakarta: Andi Offset
[17] Nn, 2011, Landasan Teori,
library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01686-HM
Bab2001.pdf (Diakses 20 Februari 2016)
top related