peranan pemerintah desa dalam meningkatkan...
Post on 02-Mar-2019
275 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI
DESA TAMPO KECAMATAN NAPABALANO
KABUPATEN MUNA
Oleh:
WAYATI
Stb: B1A1 11 103
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ii
SKRIPSI
PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI
DESA TAMPO KECAMATAN NAPABALANO
KABUPATEN MUNA
Oleh:
WAYATI
Stb: B1A1 11 103
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
iii
PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI
DESA TAMPO KECAMATAN NAPABALANO
KABUPATEN MUNA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh:
WAYATI
Stb: B1A1 11 103
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
Tanggal 27 Juni 2016
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta
isinya, yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta petunjuk kepada setiap
mahkluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna”.
Salam dan shalawat dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pencerah
yang menuntun ummatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benderang dengan segala ilmu dan ajarannya.
Penulis skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana
ekonomi (S.E) pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Halu Oleo, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam
meneliti dan menyusun karya ilmiah berupa skripsi. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapakan
kritik serta saran yang membangun dan memotivasi penulis agar lebih baik di
masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis diberi bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara materil maupun moril. Khususnya untuk kedua
orang tuaku tersayang Bapak La Diki dan Ibu Wa ode Ndosina yang selalu
mendoakan, memotivasi, mendukung pilihan ananda tercinta. Untuk itu ananda
mengucapkan terima kasih atas doa dan segala dukungannya serta telah menjadi
orang tua terbaik bagi ananda.
Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang mendukung tercapainya karya ilmiah ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, selaku Rektor Halu Oleo
Kendari
viii
2. Ibu Dr.Hj. Rostin, SE.,M.S, Selaku Dekan Fakulatas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
4. Bapak dan Dr. H. Gamsir, SE.,M.Si. dan Muh. Armawaddi, SE.,M.Si
selaku pembimbing I dan II yang telah memberikan saya saran dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dosen Tim Penguji, yang telah memberikan saya saran dan
masukan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluargaku tersayang, Nur Naila, Joni, Joma, Iman, yang selalu
memberikan saya motivasi dan dukungan sehinggan penelitian ini dapat
diselesaikan.
7. Kakasihku Hasan, saya ucapkan terima kasih, atas dukungan dan
dorongan sehingga penelitian ini dapat diselasaikan.
8. Sahabat-sahabatku, Jusna, Yuyun, Asriani, Sariati, Nurwanti, Cica,
Hardin, Lili warni, Tina serta Rekan-Rekan Mahasiswa Ilmu Ekonomi
FEB UHO yang selalu memberikan saya motivasi sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
9. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak
yang membacanya.
Kendari, juni 2016
Penulis
ix
ABSTRACT
WAYATI. Government Role In Improving Rural Public Participation In
the village Tampo Napabalano District of Muna, supervisor: H.Gamsir and
Muhamad Armawaddin.
This study aims to determine how the level of public participation and the role of
village governments to improve community participation in village Tampo. The
analytical tool used in this research is analysis descriptive statistics were used to
describe the level of public participation and the role of village government in
increasing the participation based on the data samples followed by
final conclusions recapitulation.
The results showed the level of community participation in general total
value obtained from respondents to the level of community participation among
the average score is high, the level of participation mark (tokenism) amounted to
63.81 percent, to the average score being that the level of Non Participation
amounting to 57.15 percent, and the average score is lower that rate amounted to
35.19 percent of Power Society. While the role of village governments to improve
community participation include the supervision of the community, service to the
community, and the development of the society. Those variables are already well
underway for his government's rural and village officials directly involved
spaciousness to monitor or supervise the public every activity in the village. The
government in collaboration with the village community and village governments
also provide motivation in the implementation of the development process as well
as village officials conduct socialization, evaluation by the public when the
development program tobe implemented in the village.
Keywords: Role of the Village Government, Public Participation.
x
ABSTRAK
WAYATI. Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna,
pembimbing: H.Gamsir dan Muhamad Armawaddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi
masyarakat dan peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat di Desa Tampo. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkat
partisipasi masyarakat dan peranan pemerintah desa dalam meningkatkan
partisipasi berdasarkan data sampel yang diikuti dengan kesimpulan akhir
rekapitulasi.
Hasil penelitian menunjukan tingkat partisipasi masyarakat secara umum
total nilai yang diperoleh dari tanggapan responden untuk tingkat partisipasi
masyarakat diantaranya skor rata-rata yang tinggi yaitu tingkat tanda partisipasi
(Tokenisme) sebesar 63,81 persen, untuk skor rata-rata yang sedang yaitu tingkat
Non Partisipasi sebesar 57,15 persen, dan skor rata-rata yang rendah yaitu tingkat
Kekuasaan Masyarakat sebesar 35,19 persen. Sedangkan peranan pemerintah desa
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat meliputi pembinaan terhadap
masyarakat, pelayanan terhadap masyarakat, dan pengembangan terhadap
masyarakat. Ketiga variabel tersebut sudah berjalan dengan baik karena pemerinth
desa dan aparat desa terjun langsung kelapangan untuk memantau ataupun
mengawasi masyarakat setiap kegiatan yang ada di desa. Pemerintah desa
bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah desa juga memberikan motivasi
dalam pelaksanaan proses pembangunan serta pemerintah desa mengadakan
sosialisasi, evaluasi dengan masyarakat ketika program pembangunan yang akan
dilaksanakan di desa.
Kata Kunci: Peranan Pemerintah Desa, Partisipasi Masyarakat.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ……………………………………………........ i
HALAMAN SAMPUL DALAM ………………………………………………... ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA …………………….......... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….............. iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI …………………………….. v
HALAMAN PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN .................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………....... xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………......... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….... 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..... 5
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………....... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landsan Teoritis ................................................................................... 7
2.1.1 Konsep Peranan Pemerintah Desa .............................................. 7
2.1.2 Konsep Partisipasi Masyarakat ……………………………..... 13
2.1.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat ……………………………...... 18
2.1.4 Konsep Pembangunan Desa……................................................ 24
xii
2.3 Kajian Empirik .................................................................................... 29
2.3 Kerangka Pemikiran.............................................................................. 32
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ……………………………………. 35
3.2 Rancangan Penelitian .......................................................................... 35
3.3 Populasi Dan Sampel Serta Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi ……………………………………………………....... 35
3.3.2 Sampel ………………………………………………................. 35
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ……………..……….................... 36
3.4 Jenis Dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data …………………………………………………….... 37
3.4.2 Sumber Data………………………………………………......... 37
3.5 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel...........…........................ .. 38
3.6 Analisis Data ……………………………………............................... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………..... 43
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Tampo ........................................................ 43
4.1.2. Karakteristik Kependudukan ........................................................ 43
a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin .............................. 44
b. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur ........................... 45
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................ 45
d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 47
4.2 Karakteristik Responden ....................................................................... 48
4.2.1 Karakterisstik Responden Menurut Usia...................................... 49
4.2.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ....................... 50
4.2.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan............... 50
4.2.4 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan ..................... 51
4.3. Hasil Penelitian ................................................................................... 52
xiii
4.3.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Tampo .............................. 52
4.3.2 Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo ....................................................... 69
4.3.2.1 Pembinaan Terhadap Masyarakat.......................................... 69
4.3.2.2 Pelayanan Terhadap Masyarakat .......................................... 79
4.3.2.3 Pengembangan Terhadap Masyarakat .................................. 80
4.4. Pembahasan .................................................................................... 82
4.4.1 Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo Kec. Napabalano Kab. Muna ....... 82
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 96
5.2 Saran........................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1. Jumlah penduduk Desa Tampo menurut jenis kelamin tahun
2015….........................................................................................................
Tabel 4.2 Komposisi penduduk menurut golongan umur tahun 2015.........................
Tabel 4.3 Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan pada masyarakat
Desa Tampo tahun 2015..............................................................................
Tabel 4.4 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan masyarakat Desa
Tampo tahun 2015.......................................................................................
Tabe 4.5 Karakteristik responden menurut usia di Desa Tampo.................................
Tabel 4.6 Karakteristik responden menurut jenis kelamin di Desa Tampo................
Tabel 4.7 Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan di Desa Tampo .......
Tabel 4.8 Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan di Desa Tampo...............
Tabel 4.9 Tanggapan responden mengenai tahapan manipulasi dengan indikator
informasi pelaksanaan program pembangunan...........................................
Tabel 4.10 Tanggapan responden mengenai tahapan terapi dengan indikator adanya
undangan menghadiri program pembangunan...........................................
Tabel 4.11 Tanggapan responden mengenai tahapan penyampaikan informasi
dengan indikator sosialisasi jadwal dalam menyusun program
pembangunan kepada masyarakat..............................................................
Tabel.4.12 Tanggapan responden mengenai tahapan konsultasi dengan indikator
masyarakat dapat memberi usulan program secara
langsung.......................................................................................................
Tabel 4.13 Tanggapan responden mengenai tahapan peredam kemarahan dengan
indikator dialog dengan masyarakat di luar forum musrenbangdes............
Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai tahapan kemitraan dengan indikator
keaktifan masyarakat dalam mengawasi pembangunan..............................
Tabel 4.15 Tanggapan responden mengenai tahapan pendelegasian
44
45
46
47
49
50
51
52
53
55
57
58
60
61
xv
kekuasaan dengan indikator tingkat kepercayaan pemerintah desa kepada
. masyarakat dalam merencanakan pembangunan...... ....................................
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Pengawasan Masyarakat
untuk Indikator Ketersediaan Sarana Bagi Masyarakat Dalam
Pengawasan Pembangunan Melalui Kotak Saran........................................
Tabel 4.17 Rekapitulasi tanggapan responden terhadap indikator derajat partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan musrenbang di Desa Tampo Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna..................................................................
Tabel 4.18 Tanggapan responden mengenai pembinaan masyarakat dalam bidang
ekonomi di Desa Tampo..............................................................................
Tabel 4.19 Tanggapan responden mengenai pembinaan masyarakat dalam bidang
hukum di Desa Tampo..............................................................................
Tabel 4.20 Tanggapan responden mengenai pembinaan masyarakat dalam bidang
agama di Desa Tampo...............................................................................
Tabel 4.21 Tanggapan responden mengenai pembinaan masyarakat dalam bidang
kesehatan di Desa Tampo..........................................................................
63
65
66
70
73
75
76
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tangga Partisipasi Menurut Sherry Arnstein ....................... 19
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir.......................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu peran dari pemerintah adalah menggerakan
pembangunan dalam masyarakat, demi terciptanya kehidupan kedamaian
dan kesejahteraan dalam masyarakat. Di sadari bahwa peran pemerintah
dalam melaksanakan pembangunan merupakan bagian dari tugas dalam
menjalankan pemerintahan, baik pemerintah Pusat, Daerah, Kecamatan
bahkan pedesaan.
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dimana didalamnya ada yang mengatur tentang desa. Kepala Desa
mejalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerintah Desa
yaitu penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan
umum termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Menumbuhkan serta
mengembangkan jiwa gotong – royong masyarakat sebagai sendi utama
pelaksanaan pemerintahaan desa. Dengan demikian fungsi Kepala Desa
terhadap pembangunan desa adalah sebagai pemikir, perencanaan, dan
pelaksana.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan salah satu
elemen dari proses pembangunan desa, oleh karena itu perlu distimulasi
terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga dengan
adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan
1
2
merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan.
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dalam pembangunan
yaitu dapat dilihat dari kondisi perekonomian yang stabil serta kondisi
sosial dan kebudayaan yang lebih baik dari sebelumnya. Proses
pembangunan melibatkan masyarakat untuk mendorong lancarnya suatu
pembangunan yang efektif dan efisien karena masyarakat adalah subyek
(pelaku) dan sekaligus obyek dalam pembangunan. Suksesnya suatu
program dalam pembangunan, tergantung dari aktif atau tidak aktifnya
partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program tersebut. Sehingga
dalam posisi ini peran aktif masyarakat sangat penting artinya bagi
kelancaran dan keberhasilan program tersebut dan tercapainya tujuan
pembangunan secara baik dan tepat.
Pemerintah desa seharusnya mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap akselerasi (percepatan pelaksanaan implementasi) dari
berbagai tahapan pembangunan. Dikatakan demikian karena peranan
pemerintah di desa yang salah satu fungsinya adalah sebagai motivator
dalam pelaksanaan pembangunan, diharapkan mampu membangkitkan
partisipasi masyarakat dalam menunjang keberhasilan dari proses
pembangunan yang ada di desa lewat kebijakan-kebijakan yang di
implementasikan atau dilaksanakan, yang pada gilirannya dapat
mempercepat pelaksanaan berbagai tahapan dan aktivitas pembangunan di
desa.
3
Pembangunan masyarakat desa merupakan gerakan pembangunan
yang didasarkan atas peran serta dan swadaya gotong royong masyarakat.
Atas dasar hal tersebut maka kesadaran, partisipasi dan swadaya
masyarakat perlu ditingkatkan agar partisipasi masyarakat dalam
pembangunan akan dirasakan sebagai suatu kewajiban bersama (Umboh,
2004). Dengan pastisipasi dan peran serta di sini bukan berarti masyarakat
itu hanya berfungsi untuk memberikan dukungan dan keikutsertaan dalam
proses pembangunan, tetapi juga menikmati hasil-hasil pembangunan itu
sendiri. Dengan demikian akan tercipta sense of belonging dan sense of
responsibility dalam proses pembangunan menuju tercapainya peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah desa harus mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap proses pembangunan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat di
Desa Tampo, akan terlaksana dengan baik bilah peran pemerintah desa
serta masyarakat dan partisipasinya juga baik. Oleh karena itu peranan
pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tampo
sangat penting demi kelancaran pembangunan di Desa Tampo. Dan
partisipasi masyarakat juga dalam proses pembangunan baik dalam bentuk
pernyataan, memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan
materi akan sangat membantu pemerintah desa demi kelancaran
pembangunan di Desa Tampo.
4
Ada delapan tahapan tangga partisipasi terdiri dari tiga tingkat
partisipasi masyarakat yaitu tingkat tanpa partisipasi (non participation)
meliputi (1) manipulasi (2) Terapi, dimana menjelaskan tentang tidak
adanya keterlibatan atau keikutsertaan dalam proses pembangunan,
tingkatan tokenisme meliputi (3) menginformasikan (informing), (4)
konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana dapat
diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal,
pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan,
selanjutnya tingkat kekuasaan masyarakat meliputi (6) kemitraan
(partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated
power), dan (8) pengawasan masyarakat (citizen control). Tiga tangga
terakhir ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan
yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi
masyarakat. (Sheryy Arnsitein 1969).
Di Desa Tampo terlihat bahwa kedelapan tingkat partisipasi
masyarakat belum sepenuhnya terlaksana dengan baik namun pelaksanaan
proses pembangunan secara umum termasuk dalam tingkat Tokenisme.
Tingkat Tokenisme merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang bersifat
simbolik, dapat terlihat dari upaya penyampaian informasi dan komunikasi
antara pemerintah desa dan masyarakat, kesempatan bagi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan yang telah terlaksana di Desa masih
belum mencapai substansi pembangunan partisipatif baik itu dalam
tahapan kehadiran dalam forum, penyaluran ide dan gagasan, penetapan
5
pembangunan, sampai pada tahap evaluasi dan kontrol terhadap setiap
kebijakan pemerintah desa.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukn penelitian
dengan judul “Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat Di Desa Tampo Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo
Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna
2. Bagaimanakah peranan pemerintah desa dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat di Desa Tampo Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka,
tujuan penelitian ini :
1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten
Muna.
2. Untuk mengetahui peranan pemerintah desa dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat di Desa Tampo Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian yang akan di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Bahan masukan bagi pemerintah Desa Tampo Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna dalam upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2. Bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji
masalah yang relevan dengan penelitian ini.
1.5 Ruang Lingkup
Mengingat agar terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, maka
ruang lingkup dalam penelitian ini adalah difokuskan pada tingkat
partisipasi masyarakat dan peranan pemerintah Desa dilihat dari
pembinaan terhadap masyarakat, pelayanan terhadap masyarakat,
pengembangan terhadap masyarakat.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Konsep Peranan Pemerintah Desa
Menurut Adisasmita (2006:38-39) aparatur pemerintah desa
sebagai pemimpin juga sebagai penyelenggara pembangunan harus
memiliki tanggung jawab atas perubahan yang akan terjadi, baik
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat maupun perubahan sosial
kemasyarakatan. Untuk itu pemerintah desa selaku kepala pemerintahan
dalam usaha mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut harus memiliki
kemampuan untuk berpikir atau berbuat secara rasional dalam mengambil
keputusan yang akan terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Pemerintah Desa mempunyai peranan yang lebih penting terhadap
kemajuan dan perkembangan desa dalam meningkatkan pembangunan
desa. dapat dijabarkan sebagai berikut (Mondong Hendra, 2011:8)
1. Pembinaan Terhadap Masyarakat
a. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Peranan dan prakarsa pemerintah masih dominan dalam
perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan
kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan desa. Berbagai teori
mengatakan bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci
keberhasilan warga desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran
warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana
7
8
untuk memperbaiki kondisi sosial dan meningkatkan partisipasi warga
desa dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan
pemerintah desa khususnya pimpinan atau kepala desa. Peranan
pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang
ekonomi yaitu pendapatan dan kekayaan di Desa Tampo dengan
pemberian raskin, pemberian beasiswa bagi siswa miskin dan pembinaan
di bidang kewiraswastaan.
b. Pembinaan Masyarakat Desa Pada Bidang Hukum
Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa
dengan bekerja sama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang
dimaksudkan agar pemuda dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan
dan pengentasan anak dilembaga-lembaga pemasyarakatan anak Negara.
Contoh pemuda berkumpul untuk diberi penyuluhan tentang akibat adanya
perkelahian antar pelajar atau semacamnya.
c. Pembinaan Masyarakat Pada Bidang Agama
Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama
dikalangan masyarakat. Contohnya kerja bakti untuk membangun atau
membersihkan tempat ibadah. memberikan fasilitas kegiatan keagaman
seperti pembuatan mesjid, penambahan alat-alat ceramah keagamaan,
pembentukan ikatan remaja mesjid, pengadaan yasinan yang diikuti ibu-
ibu dan bapak-bapak.
9
d. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan
Pembinaan ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang
sehat baik fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkunganya. melalui pengadaan
posyandu rutin setiap bulannya, meningkatkan kerjasama antara bidan
dengan dukun dalam membantu proses persalinan dan memberikan
penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
2. Pelayanan Terhadap Masyarakat
Pelayanan terhadap masyarakat merupakan perangkat desa
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi
lebih responsive terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, dimana
paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih
dari pelayanan yang sifatnya sentralistik kepelayanan yang lebih
memberikan fokus pada pengelelolaan yang berorientasi pada masyarakat.
Adapun bentuk pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat di Desa
Tampo kecamatan napabalano kabupaten muna yaitu apabilah masyarakat
yang bersangkutan membutuhkan pelayanan maka aparat pemerintah desa
berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada warganya.
3. Pengembangan Terhadap Masyarakat
Pengembangan terhadap masyarakat merupakan efektifnya
masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti halnya
kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan
10
desa tidak terlepas dan dukungan atau partisipasi dari masyarakat untuk
menaati atau melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini
pada dasarnya bertujuan bagi dua aspek yakni bagi pemerintah desa dan
bagi masyarakat itu sendiri.
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat
sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien. Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui karena begitu pentingnya
keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan sehingga masyarakat
terlebih dahulu diberikan dasar yang kokoh agar tingkat partisipasi yang
diberikan masyarakat bisa maksimal. Menempatkan masyarakat sebagai
subjek pembangunan memberikan arti bahwa masyarakat diposisikan
sebagai salah satu pilar penting dan strategis disamping pemerintah dan
swasta. Posisi ini juga sekaligus menunjukan bahwa masyarakat bukan
hanya sebagai pelaksana pembangunan, tetapi disamping itu masyarakat
juga berperan sebagai perencana dan pengontrol berbagai program
pembangunan baik program yang datang dari pemerintah maupun program
yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.
Peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan desa yaitu:
1. Sebagai dinamisator yaitu pemerintah desa dalam hal ini kepala
desa harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, maupun dalam mengajak masyarakat dalam
berpartisipasi aktif dalam setiap pembangunan.
11
2. Sebagai katalisator yaitu berkaitan dengan aparatur pemerintah
desa dalam melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor yang
dapat mendorong laju perkembangan pembangunan.
3. Sebagai Pelopor yaitu Sebagai aparatur pemerintah yang memiliki
kewibawaan tinggi, maka pemerintah desa harus dapat mengayomi
masyarakat, memberikan contoh yang baik, memiliki dedikasi
(loyalitas ) yang tinggi, serta dapat memberikan penampilan yang
baik pula terhadap masyarakat agar pemerintah dapat dihargai dan
dihormati serta disegani oleh masyarakat.
Menurut Widjaja (2004:20) yang dimaksud dengan pemerintahan
desa adalah kepala desa dan perangkat desa sementara BPD adalah badan
perwakilan desa yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat yang
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaran pemerintahan desa.
Dalam upaya menjalankan pemerintah desa, kepala desa
berkoordinir dengan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD). Berdasarkan
Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 merupakan wadah dan penyalur
aspirasi masyarakat di desa sebagai perwujudan Demokrasi Pancasila
dalam Pemerintahan Desa. Keputusan – keputusan yang ditetapkan
berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan kenyataan
hidup yang berkembang pada seluruh lapisan masyarakat desa yang
bersangkutan. BPD/K berfungsi sebagai tempat menampung dan menelaah
12
rencana dan cara pelaksanaan yang diajukan oleh Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dan menyampaikan hasil telaahan tersebut Kepada
Pemerintah Desa atau Kelurahan, Selain itu juga BPD/K juga berfungsi
sebagai lembaga pengaturan dalam pembuatan Pemerintah Desa seperti
dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan
dan belanja desa serta keputusan Kepala Desa.
Desa Tampo menunjukan bahwa kepala desa selaku pemerintah
desa sudah mempunyai kemampuan untuk menggerakan partisipasi dari
masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan, karena pemerintah
desa sering melibatkan diri atau sering terjun langsung kelapangan untuk
memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa pentingnya pembangunan
tersebut karena pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk
kepentingan masyarakat juga. Disamping itu juga, pemerintah desa
dijadikan pola panutan yang tinggi sehingga masyarakat merasa terpanggil
untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap gerak pembangunan yang
dilaksanakan.
Langkah-langkah yang diambil oleh kepala Desa Tampo untuk
mendapatkan dukungan penuh kepada masyarakat sebagai berikut :
1. Koordinasi , digunakan untuk meningkatkan hubungan kerja antar
aparat desa dan kelembagaan BPD, LPMD, dan PKK agar terjalin
sinergitas hubungan yang dinamis dan harmoni yang dapat
meningkatkan kinerja aparat desa.
13
2. Sosialisasi, digunakan dalam rangka menyebarluaskan kebijakan-
kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah desa sebagai
penanggung jawab atas tugas pemerintahan disertai dengan
sosialisasi peraturan-peraturan desa yang telah dirumuskan bersama
dengan BPD, sekaligus mendorong peran dan partisipasi penuh
komponen masyarakat dalam menyukseskan program
pembangunan di Desa dalam rangka pemberantasan kemiskinan.
3. Dialog, membuka forum-forum dialog antara pemerintah desa dan
komponen masyarakat untuk menjaring keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sekaligus mencegah terjadinya pembiasan informasi
yang tidak benar yang dapat memicu stabilitas keamanan dan
ketertiban masyarakat.
4. Pengawasan, digunakan agar kinerja pemerintah dan lembaga mitra
BPD, LPMD, dan PKK masing-masing memberian konstribusi
positif guna pencapaian tujuan pembangunan yang diharapakan.
2.1.2 Konsep Partisipasi Masyarakat
Menurut Cohen dan Uphoff, (2007:48) partisipasi masyarakat
adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan
keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan
pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumber daya atau bekerjasama
dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program
pembangunan dan evaluasi program pembangunan.
14
Secara sederhana, partisipasi masyarakat adalah peran serta atau
keikutsertaan masyarakat. Untuk mendorong rakyat mau berpartisipasi
dalam proses pembangunan itu sendiri masih merupakan masalah yang
perlu dicari pemecahannya. Mendorong, bukan mengharuskan partisipasi
masyarakat; seperti halnya mendorong masyarakat untuk mau berkorban,
juga membutuhkan insentif tersendiri. Tidak cukup dikatakan bahwa
karena pembangunan itu untuk masyarakat, maka adalah mutlak bilah
rakyat mau berpartisipasi dalam pembangunan. Pengalaman pembangunan
membuktikan bahwa seringkali pembangunan yang dikatakan untuk
kepentingan rakyat ternyata tidak sesuai dengan harapan rakyat.
Adapun partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat
berbentuk berbagai macam, yang secara umum dapat dijelaskan sebagi
berikut :
1. Keterlibatan menentukan arah strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini bukan saja
berlangsung dalam proses politik, tetapi juga dalam proses sosial;
hubungannya antara kelompok kepentingan dalam masyarakat,
2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam
hal mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan
yang produktif serasi, dan pengawasan sosial atas jalannya
pembangunan
15
3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan
secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah maupun golongan
masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya di dalam
kegiatan produktif melalui perluasan kesempatan dan pembinaan.
Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli.
Menurut Sundariningrum (Sugiyah, 2010:38) mengklasifikasikan
partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:
a. Partisipsai langsung merupakan partisipasi yang terjadi apabilah
individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi.
Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan
pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan
terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung merupakan partisipasi yang terjadi
apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang
lain.
Lebih rinci Siti Irene Astuti. D., (2011:61) membedakan partisipasi
menjadi empat jenis yaitu:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan.
partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan Partisipasi
yang berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat
yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut
kepentingan bersama. Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut
untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud
16
dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi,
sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program
yang ditawarkan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan.
partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi:
menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi,
koordinasi dan penjabaran program.
3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat.
partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas
dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang
berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas,
dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas
dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program.
4. Partisipasi dalam evaluasi.
partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi
ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara
menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui
ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.
Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada
partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati
masyarakat. Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan
masyarakat, baik yang formal maupun informal.
17
2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim).
a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.
Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang
bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.
3. Survei diri (Community self survey)
Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-
masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
4. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama
tentang prioritas masalah yang akan dipecahkan. Dalam
merencanakan program ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat
dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat penting dalam rangka
pengembangan partisipasi masyarakat.
5. Training
Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh
dokter puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training
juga meliputi manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-
program kesehatan tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan,
dan rujukan.
18
6. Rencana Evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria
keberhasilan suatu program pembangunan, secara sederhana dan
mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.
2.1.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat
Sherry Arnstein (dalam Wicaksono 2010): adalah yang pertama
kali mendefinisikan tahap partisipasi yang didasarkan pada distribusi
kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah
(agency). Pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan
kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power), Arnstein
menggunakan metafora tangga partisipasi dimana tiap anak tangga
mewakili strategi partisipasi yang berbeda yang didasarkan pada distribusi
kekuasaan.
Menurut pemikirannya Sherry Arnstein ini, mengatakan bahwa dari
sudut kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi proses pengambilan
keputusan, terdapat tingkatannya sendiri-sendiri. Arnstein
menformulasikan peran serta masyarakat sebagai bentuk dari kekuatan
rakyat (citizen partisipation is citizen power). Peran partisipasi masyarakat
menurut Arnstein adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam
perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan bagian
keuntungan dari kelompok yang berpengaruh.
Arnstein menjabarkan partisipasi masyarakat yang didasarkan pada
kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Arnstein juga
19
menekankan bahwa terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara
bentuk partisipasi masyarakat yang bersifat upacara semu (empty ritual)
dengan betuk partisipasi masyarakat yang mempunyai kekuatan nyata
(real power) yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari suatu
proses.
8. pengawasan masyarakat
Kekuasaan Masyarakat 7. pendelegasian kekuasaan
6. kemitraan
5. peredaman
Tingkat Tekonisme 4. konsultasi
3. menyampaikan informasi
2. terapi
Tingkat Non Partisipasi 1. manipulasi
Sumber: Sherry Airstein, 1969. (dalam Wicaksono 2010)
Gambar 1 Delapan Tangga partisipasi Masyarakat
Delapan tangga partisipasi dari Arnstein ini memberikan
pemahaman kepada kita, bahwa terdapat potensi yang sangat besar untuk
memanipulasi program partisipasi masyarakat menjadi suatu cara yang
mengelabui (devious method) dan mengurangi kemampuan masyarakat
untuk mempengaruhi proses pengambilan keptusan.
1. Manipulasi (Manipulation)
Pada tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada
komunikasi apalagi dialog; tujuan sebenarnya bukan untuk melibatkan
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program tapi untuk
20
mendidik atau ”menyembuhkan” partisipan (masyarakat tidak tahu sama
sekali terhadap tujuan, tapi hadir dalam forum).
2. Terapi (Therapy)
Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas.
Inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah. Tangga ketiga,
keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran
serta masyarakat diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar
pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan
jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang
keputusan. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang
sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.
3. Penyampaian Informasi (Information)
Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih
bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah
diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan
kesempatan melakukan tangapan balik (feed back).
4. Konsultasi (Consultation)
Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi
masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah
ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat
akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan
dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.
21
5. Peredam Kemarahan (Placation)
Pada tahap ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada
negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan
untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun
pemerintah tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan
keberadaan usulan tersebut. Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai
bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan.
6. Kemitraan (Partnership)
Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan
mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara
masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang
selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan
diberikan kesempatan untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan.
7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power)
Ini berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada
masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga
masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap keberhasilan program.
22
8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control)
Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola
berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama,
dan tanpa campur tangan pemerintah. Pendekatan partisipatif dalam
perencanaan pembangunan menjadikan masyarakat tidak hanya dianggap
sebagai objek pembangunan semata, tetapi juga sebagai subyek dalam
pembangunan. Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat berarti
hasil pembangunan yang akan dicapai akan bermanfaat dan berguna
bagi masyarakat, selain itu juga resiko akan ditanggung pula oleh
masyrakat.
Sherry Arnstein (1969) dalam teori the ladder of partisipation,
membagi tingkatan partisipasi masyarakat kedalam 8 tangga atau
tingkatan dengan karakteristik partisipasi di setiap tangga yang
berbeda. Ke-8 tangga tersebut adalah :
No Tangga
Partisipasi
Tingkat
Partisipasi Definisi Indikator
1 Manipulasi
Non
partisipasi
Relatif tidak ada ko
munikasi
atau berdialog antara
pemerintah dengan
masyarakat
Informasi
pelaksanaan
musrembangdes
2 Terapi Komunikasi namun
bersifat
terbatas atau inisiatif
datang dari
pemerintah (hanya
satu arah)
Undangan
palaksanaan
musrembangdes
3 Menyampaikan
Informasi
Sudah tidak terbatas
lagi
komunikasi antara p
emerintah dan
masyarakat tetapi
masih bersifat satu
Sosialisasi jadwal
dalam menyusun
program musrembangdes
kepada
23
Tokenisme
arah masyarakat.
4 Konsultasi komunikasi telah
bersifat dua arah,
antara pemerintah
dengan masyarakat
Masyarakat dapat
memberikan
usulanprogram
secara langsung
5 Peredam
Kemarahan
Adanya proses
komunikasi telah
berjalan baik dan
sudah adanya
negosiasi antara
pemerintah dan
masyarakat.
Pembahasan usulan
masyarakat dala
m
forum program
pembangunan
6 Kemitraan
Kekuasaan
Masyarakat
Kondisi komunika
si antara
pemerintah dan
masyarakat yang
berposisi mitra
sejajar
Dapat mengawasi
pembangunan
7 Pendelegasian
Kekuasaan
Pemerintah desa tela
h
memberikan kewena
ngan kepada
masyarakat untuk
mengurus sendiri
kebutuhan dan
kepentingannya,
mulai dari proses
perencanaan,
pelaksanaan, monito
ring
dan evaluasi, sehing
ga
masyarakat memiliki
kekuasaan yang
jelas dan bertanggun
g jawab sepenuhnya
terhadap keberhasila
n program
Kepercayaan dari Pemda
kepada
masyarakat
dalam
merancanakan
pembangunan
8 Pengawasan
Masyarakat
Masyarakat dapat te
rlibat aktif dalam terlib hal
perumusan,
implementasi,
evaluasi dan kontrol
setiap kebijakan
publik yang dibuat
Ketersediaan sarana bagi
masyarakat
dalam
hal pengawasan
kebijakan (kotak
saran)
Sumber: Sherry Airstein, 1969. (dalam Wicaksono 2010)
24
2.1.4 Konsep Pembangunan Desa
Pembangunan di desa merupakan pembangunan yang dilaksanakan
secara menyeluruh antara pemerintah dan masyarakat, dimana pemerintah
wajib memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan, dan fasilitas yang
diperlukan. Sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam
bentuk swakarya dan swadaya gotong royong masyarakat pada setiap
pembangunan yang diinginkan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di desa (Tjahja Supriatna 2000: 10).
Nenurut Adisasmita Rahardjo (2006) bahwa pembangunan desa
merupakan seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara
terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan
kemampuan dan potensi sumber daya alam (SDA) mereka melalui
peningkatan kualitas hidup, ketrampilan dan prakarsa masyarakat.
Pembangunan desa/kelurahan mempunyai makna membangun masyarakat
pedesaan dengan mengutamakan pada aspek kebutuhan masyarakat. Disini
jelas bahwa pembangunan desa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan pembangunan nasional.
Prinsip – Prinsip Pembangunan Desa (Tjahja Supriatna, 2000:
13) adalah:
1. Imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah danmasyarakat.
2. Dinamis dan berkelanjutan .
25
3. Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi
Tujuan pembangunan desa jangka pendek adalah menunjang atau
mendukung keberhasilan pembangunan sektor – sektor yang mejadi
prioritas desa untuk meningkatkan produksi, perluasan lapangan kerja,
pemerataan dan penyebaran penduduk, pengembangan koperasi, Keluarga
Berencana (KB), pendidikan dan kesehatan.
Tujuan pembangunan desa jangka panjang adalah mengembangkan
seluruh desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap – tahap
pengembangan desa swadaya dan desa swakarya dengan memperhatikan
keserasian hubungan antara pedesaan dengan perkotaan, imbangan
kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat serta keterpaduan
yang harmonis antar berbagai program sektoral/regional/inpres dan
partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat dalam rangka pemerataan pembangunan keseluruh wilayah
Indonesia. (Tjahja Supriatna, 2000:64)
Secara umum pembangunan desa dapat berbentuk pembangunan
fisik dan non fisik atau pembangunan mental dan spiritual.
1. Pembangunan fisik, berupa pembangunan sarana dan prasarana,
misalnya: jembatan, gorong-royong, kebun percontohan, MCK,
sarana ibadah dan lain-lain.
2. Pembangunan non fisik, berupa pembangunan mental dan spiritual,
misalnya: penyuluhan pertanian, kesehatan keluarga, penyuluhan,
perbaikan gizi dan makanan.
26
Berdasarkan pembiayaannya, pembangunan desa dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Pembangunan oleh pemerintah, yang terdiri dari:
a. Pembangunan melalui Inpres pembangunan yang dibiayai oleh
pemerintah pusat berupa pembangunan jembatan, jalan, dan lain –
lain yang tidak memungkinkan pemerintah desa ataupun
pemerintah daerah.
b. Pembangunan tidak melalui Inpres pembangunan yang dibiayai oleh
pemerintah daerah meskipun yang dibangun termasuk urusan desa,
misalnya: pembangunan pasar.
2. Pembangunan oleh masyarakat desa, yang terdiri dari:
a. Pembangunan atas daya desa pembangunan yang dibiayai oleh desa
menurut anggaran belanja desa.
b. Pembangunan atas daya masyarakat desa Pembangunan atas daya
masyarakat desa adalah pembangunan yang langsung
diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat.
Sasaran yang ingin di capai dari pembangunan desa adalah
pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
meliputi antara lain:
1. Pembangunan prasarana yang meliputi prasaran produksi,
perhubungan, pemasaran, prasarana sosial dan prasarana lainnya.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
3. Memperluas kesempatan dan lapangan kerja baru.
27
4. Meningkatkan kesehatan dan lingkungan desa melalui program
kebersihan, keindahan dan ketertiban.
Keberhasilan pembangunan di Desa Tampo ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Keadaan desa yang meliputi keadaan sosial, budaya, keamanan.
b. Rencana pembangunan yang meliputi rencana, tujuan, sasaran,
target dan strategi pencapaian.
c. Sarana pembangunan meliputi kelembagaan, dana dan SDM serta
SDA yang tersedia.
d. Pelaksanaan, meliputi pelaksanaan aturan-aturan dan ketentuan -
ketentuan yang berlaku dan telah ditetapkan serta pengaturan dan
pelaksanaan rencana pembangunan.
Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58),
Pembangunan yang berlangsung dipedesaan dalam kehidupan masyarakat
dilaksankan dengan gotong-royong terhadap pembangunan dilihat dari
bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pembangunan Fisik (Tenaga)
Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam
bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan
menyelenggarakan usaha sekolah. Dalam sebuah proses pembangunan di
desa ketelibatan masyarakat sangat dibutuhkan karena masyarakat
memerlukan alat untuk menunjang suatu pembangunan. Keikutsertaan
masyarakat dalam proses pembangunan merupakan suatu rangkaian yang
28
tidak terlepaskan dari jalannya perkembangan suatu desa. Dalam
pelaksanaan pembangunan biasanya masyarakat selalu ikut berkontribusi
didalam pembangunan.
Salah satu bentuk partisispasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan ialah memberikan bantuan secara langsung atau menjadi
pelakasana atau pekerja dalam kegiatan pembangunan desa. Biasanya
bantuan dari masyarakat ada berbagai bentuk salah satunya adalah terjun
langsung menjadi pelaku atau pekerja dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan.
2. Pembangunan Non Fisik ( Ide atau Pikiran).
Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat
dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo
masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan,
sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk
bersekolah. Pada proses ini Kepala Desa bekerja sama dengan unsur-unsur
yang ada di masyarakat yaitu Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh agama
dan tokoh masyarakat yang dianggap mampu menuangkan program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan, baik dalam jangka pendek, menengah
maupun dalam jangka panjang.
Namun dalam perencanaan ini Pemerintah Desa Tampo tetap
memberikan peluang kepada masyarakat untuk memberikan sumbangsi
pemikiran yang baik untuk rencana pembangunan desa. Bentuk
29
pembangunan non fisik ini merupakan bentuk yang sangat potensial untuk
menjadikan arah pembangunan kepada kebutuhan masyarakat.
2.2 Kajian Empirik
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan judul
dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Hendra Mondong (2011) Peran Pemerintah Desa dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa
Koreng. Dalam penelitiannya bahwa Peranan pemerintah desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat bagi terlaksananya pembangunan
sudah berperan dengan baik dalam rangka mengimplementasikan
kebijakan sehubungan dengan peningkatan partisipasi masyarakat,
kemudian dilihat dari segi kemampuan pemerintah desa dalam
menggerakkan partisipasi masyarakat sudah mampu sesuai dengan
informasi yang ada, terdapat beberapa faktor penghambat, namun hal yang
demikian masih dapat diantisipasi oleh pemerintah yang dalam hal ini
adalah kepala desa lewat motivasi-motivasi yang disampaikan langsung
serta selalu meningkatkan efektifitas kerja dan setiap aparatur pemerintah,
dalam pelaksanaan tugas pemerintah sebagai administrator dalam bidang
pembangunan dan kemasyarakatan sudah dapat dikategorikan berhasil,
karena para pemerintah desa dan aparatur pemerintah sering terjun
langsung ke lapangan untuk memantau ataupun untuk mengawasi
langsung setiap kegiatan pembangunan yang sementara dilaksanakan.
30
Peneliti selanjutnya dilakukan oleh M. Helmi Watoni Satka
(2012), dengan judul Strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di Desa kerta Buana Kecamatan
Tenggarong Seberang. Dalam penelitinnya menyimpulkan bahwa Strategi
pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa
Kerta Buana secara umum sudah cukup baik yaitu meliputi bidang ekonomi
dengan pembinaan di bidang kewiraswastaan, bidang hukum dengan
mengadakan penyuluhan mengenai narkoba dan perkelahian antar pelajar
yang disampaikan oleh kepolisian, bidang agama dengan memberikan alat-
alat ceramah keagamaan, pembentukan ikatan remaja mesjid dan
pengadaan yasinan, bidang kesehatan dengan pengadaan posyandu rutin
setiap bulannya, dan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya PHBS.
Akan tetapi pelayanan publik dan pengembangan masyarakat masih
kurang baik, karena sering terjadinya keterlambatan pelayanan dan
masyarakat hanya berpartisipasi dalam bentuk tenaga dan ide atau
pemikiran tanpa berpartisipasi dalam bentuk dana. Faktor penghambat
strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan Desa Kerta Buana yaitu kurangnya kesadaran masyarakat,
masih kurang baiknya sikap mental masyarakat dan pendidikan masyarakat
yang tergolong rendah.
Penelit selanjutnya dilakukan oleh Rifko Setiawan Suangi (2013)
Peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan di Desa Bongkudai Barat Kecamatan Modayag Barat
31
Dalam penelitinnya menyimpulkan bahwa pemerintah desa Bongkudai
Barat telah melakukan upaya dan perannya, seperti mengajak masyarakat
untuk ikut dalam berbagai kegiatan desa dengan tujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sesuai dengan
isi, tujuan, dan maksud dari setiap program-program pembangunan yang
ingin dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan masyarakat
sebagai faktor pendukungnya dinyatakan kurang baik bila dilihat dari
rendahnya partisipasi masyarakat desa Bongkudai Barat.
Pemerintah desa dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya di
Desa Bongkudai Barat bedasarkan hasil penelitiannya belum maksimal
dikarenakan masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maupun
aparat desa seihingga apa yang diharapkan oleh pemerintah desa belum
mencapai sasaran dan tujuan daripada pembangunan. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan di lapangan, masyarakat desa Bongkudai Barat
belum merasakan peran pemerintah desa dalam upaya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena pembangunan yang
dilakukan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat dan adanya
pembangunan yang tidak tepat sasaran sehingga tidak dapat dinikmati oleh
masyarakat.
Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Juraidah (2011) menyatakan
bahwa peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan Di Desa Mendik Karya Kecamatan Long Kali
Kabupaten Paser bedasarkan hasil penelitiannya peranan pemerintah desa
32
belum optimal dikarenakan kurangnya dalam memantau perkembangan
masyarakat sehingga dapat mengakibatkan kurangnya masyarakat dalam
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun
pengawasan serta evaluasi pembangunan di Desa Mendik Karya.
Peneliti selanjutnya dilakukan Oleh Miftahus Surur (2014) tentang
Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat terhadap Program Pembangunan di Desa Rejoagung Ploso
Jombang. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
karakter masyarakat desa Rejoagung adalah masyarakat yang mudah
diajak untuk berpartisipasi terhadap apapun yang bisa menjadikan desa
lebih baik, tetapi masyarakat harus diberi tahu dahulu dan diberikan
pengertian terhadap apa yang akan dilakukan oleh pemerintah desa, karena
masyarakat desa Rejoagung merupakan masyarakat yang tidak selalu aktif
untuk mencari informasi proses perkembangan desa tetapi mereka akan
mau berkerja sama bila ada ajakan untuk ikut berpartisipasi. Peran Kepala
Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan cara :
a. MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
b. Penggunaan strategi non finansial.
c. Pendekatan terhadap Masyarakat.
2.3 Kerangka Pemikiran
Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi
ke bawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan
cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak,
33
sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan
memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku dalam
pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat
merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-
langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan,
menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah
dirumuskan dan dilaksanakan. Paradigma pembangunan yang sekarang
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Artinya,
pemerintah tidak lagi sebagai pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai
fasilitator dan katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai
perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat mempunyai hak untuk
terlibat dan memberikan masukan dan mengambil keputusan, dalam
rangka memenuhi hak-hak dasarnya.
Untuk mengetahui tingkat partisipasi dalam pelaksanaan
musrenbangdes di Desa Tampo, maka dapat di lihat pada skema kerangka
pemikiran di bawa ini.
34
Gambar. 2
Skema Kerangka Pemikiran.
Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Analisis Statistik Deskriptif
Kesimpulan/ Rekomendasi
Peranan pemerintah desa
Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) Desa Tampo
Kec. Napabalano Kab. Muna
1. Pembinaan Terhadap Masyarakat
2. Pelayanan Terhadap Masyarakat
3. Pengembangan Terhadap
Masyarakat
1. Manipulasi
2. Terapi
3. Menyampaian Informasi
4. Konsultasi
5. Peredam Kemarahan
6. Kemitraan
7. Pendelegasian Kekuasaan
8. Pengawasan Masyarakat
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tampo Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari- Maret 2016.
3.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analisis statistik deskriptif dengan
menggunakan data primer dan sekunder tentang peranan pemerintah Desa
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tampo .
3.3 Populasi dan Sampel Serta Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dan
pemerintah Desa yang berada di Desa Tampo sebanyak 495 kepala
keluarga dengan jumlah penduduk sebesar 1.627 jiwa yang terdiri dari 854
laki-laki dan 773 perempuan.
3.3.2 Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu kelompok
masyarakat dan pemerintah desa yang diklasifikasikan berdasarkan unsur
keterwakilan dari semua elemen masyarakat yang terdapat di Desa Tampo
dengan menggunakan teknik Clusster Sumpling atau pengelompokan
sampel dalam beberapa kelompok diantaranya:
35
36
Tokoh Masyarakat : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Nelayan : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Tokoh Agama : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Petani : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Tokoh Pemuda : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Tokoh Karantaruna : 5 KK atau 1 % dari populasi.
Tokoh Adat : 5 KK atau 1% dari populasi
Kelompok Masyarakat : 35 KK atau 7 % dari Total Populasi
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi Langsung adalah melakukan pengamatan secara
langsung terhadap fenomena yang diteliti. Observasi ini digunakan
untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang
bagimana peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan.
b. Wawancara adalah tindakan dalam melakukan tanya jawab secara
langsung dengan informan yang telah dipilih dalam hal
pengumpulan informasi yang akurat.
c. Kuisioner yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada
responden untuk mengetahui peranan pemerintah desa untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa .
37
d. Dokumentasi, yaitu mengkaji data-data yang telah
didokumentasikan yang relevan dengan penelitian.
3.4. Jenis Dan Sumber Data
Dalam setiap penelitian, selain menggunakan metode yang tepat
juga di perlukan kemampuan memiliki metode pengumpulan data yang
relevan, data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
3.4.1 Jenis Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sejumlah
responden melelui observasi dan wawancara mengenai bagaimana
peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan Desa di Tampo . Di mana jenis
data ini lansung di peroleh dari responden di lokasi peneltian.
2. Data sekunder yakni data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung dari lapangan, hal ini dapat berupa gambaran umum
lokasi penelitian dan landasan teoritis penelitian yang diperoleh
melalui penelusuran sumber-sumber pustaka baik berupa buku
maupun laporan hasil penelitian yang relevan.
3.4.2 Sumber Data
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:
1. Responden dalam hal ini perangkat desa, tokoh masyarakat dan
kelompok masyarakat di Desa Tampo Kecamatan Napabalano.
38
2. Kantor desa sebagai instansi penyedia data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
3.5 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini
yaitu:
1. Peranan pemerintah desa adalah kepala desa sebagai pemimpin dan
juga sebagai penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung
jawab atas proses pembangunan dalam masyarakat, demi
terciptanya kehidupan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Desa mempunyai peranan yang lebih penting dalam
kemajuan dan perkembangan desa. dapat dijabarkan menjadi tiga
bagaian yaitu:
a. Pembinaan Terhadap Masyarakat yaitu terdiri dari:
a. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah usaha untuk
menggalakkan pembangunan desa dimana untuk memperbaiki dan
meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa
menjadi kunci keberhasilan dalam pembangunan desa.
b. Pembinaan masyarakat di bidang hukum adalah pemerintah desa
bekerja sama dengan dinas terkait pihak kepolisian agar pemuda
dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan.
c. Pembinaan masyarakat pada bidang agama adalah Pembinaan
untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan pemuda.
39
Contohnya mengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti
untuk membangun tempat ibadah.
d. Pembinaan masyarakat pada bidang kesehatan adalah pembinaan
ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang sehat, baik
fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungannya.
b. Pelayanan terhadap masyarakat adalah pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
c. Pengembangan terhadap masyarakat adalah pengembangan manusia
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
manusia untuk mengontrol lingkungannya.
2. Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dalam penyelenggaraan
proses pembangunan di Desa Tampo yang di ukur dengan 8 tangga
partisipasi menurut Arnstein di antaranya :
a. Manipulasi dalam penelitian ini adalah kondisi pemerintah desa
atau aparat desa relatif tanpa adanya komunikasi atau dialog yang
bertujuan untuk tidak melibatkan masyarakat dalam proses
perncanaan pembangunan di Desa Tampo.
b. Terapi dalam penelitian ini adalah Partisipasi bertujuan hanya
mendidik, menetar masyarakat dan mengobati masyarakat untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang “sakit”. “Sakit” disini
40
bukanlah arti sebenarnya, melainkan kekecewaan atas program
maupun kegiatan pemerintah sehingga Pemerintah melakukan
terapi untuk mengobati kekecewaan masyarakat dengan
mendengarkan keluhan, menjamin tidak terjadi lagi kesalahan, dan
lainnya.
c. Penyampaian Informasi adalah komunikasi sudah mulai banyak
terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal
balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi
masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik
(feed back).
d. Konsultasi adalah komunikasi yang bersifat dua arah, tapi masih
bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi,
telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa
aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan
apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan
terjadi.
e. Peredam Kemarahan adalah komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat telah berjalan dengan baik dan sudah ada negosiasi
antara pemerintah dan masyarakat.
f. Kemitraan adalah pemerintah dan masyarakat merupakan mitra yang
sejajar. kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara
masyarakat dan pemegang kekuasaan baik dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi.
41
g. Pendelegasian Kekuasaan adalah pemerintah memberikan
kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus kepentingannya
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
h. Pengawasan Masyarakat adalah masyarakat sepenuhnya mengelola
berbagai kegiatan yang ada di desa untuk kepentingannya sendiri
yang disepakati bersama dan tanpa campur tangan pemerintah.
3. Tingkat Non Partisipasi adalah tidak adanya partisipasi dan
keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan di Desa
Tampo.
4. Tingkat tanda partisipasi (Tokenisme) adalah bentuk partisipasi
secara simbolik yang mengatasnamakan masyarakat, namun
masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk mengawasi dan
mengevaluasi setiap kebijakan pemerintah dalam perencanaan
pembangunan di Desa Tampo.
5. Tingkat Kekuasaan Masyarakat adalah bentuk sesungguhnya dari
partisipasi masyarakat yang menggambarkan perubahan dalam
keseimbangan kekuasaan dimana masyarakat secara aktif
mengawasi proses perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasi
pembangunan di Desa Tampo.
6. Pembangunan desa adalah proses pembangunan yang dilaksanakan
secara menyeluruh antara pemerintah desa dan masyarakat, dimana
42
pemerintah desa wajib memberikan bimbingan, pengarahan,
bantuan, dan fasilitas yang diperlukan.
3.6 Analisis Data
Dalam teknik analisa yang selanjutnya akan digunakan, penulis
menggunakan distribusi frekuensi, yaitu dengan analisis persentase (%)
pada setiap indikator yang dipertanyakan dalam kuesioner. Analisis ini
digunakan bila penelitian yang dilakukan hanya ingin mendeskripsikan
data sampel yang diikuti dengan kesimpulan akhir rekapitulasi yang
disesuaikan dengan pendekatan tangga partisipasi yang dipaparkan pada
bab sebelumnya untuk memperoleh kesimpulan sesuai dengan masalah
dalam penelitian ini.
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang
dilakukan di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Bab
ini menguraikan tentang tingkat partisipasi masyarakat dan peranan
pemerintah desa dalam pembangunan desa.
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Tampo
Desa Tampo terbentuk pada tanggal 30 juni 1997 dimana
sebelumnya merupakan bagian wilayah kerja Desa Napabalano Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna kemudian Napabalano dimekar menjadi dua
yakni Desa Napabalano dan Desa Tampo. Secara geografis Desa Tampo
memiliki luas wilayah 577 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Napabalano
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Napalakura
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Renda
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pentiro
Topografi atau bentang lahan Desa Tampo adalah daratan dengan
ketinggian ±500 M dari permukaan laut.
4.1.2 Karakteristik Kependudukan
Yang menjadi karakteristik kependudukan di Desa Tampo yaitu
dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, komposisi
43
44
penduduk menurut golongan umur, komposisi penduduk menurut mata
pencaharian, komposisi penduduk tingkat pendidikan.
A. Komposisi Pendududuk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Tampo bahwa
yang paling banyak didominasi yaitu penduduk laki-laki dibandingkan
penduduk perempuan.Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tampo Menurut Gender (jenis kelamin)
Tahun 2015
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)
1 Laki-Laki 854 52,49
2 Perempuan 773 47,51
Jumlah 1.627 100
Sumber: Kontor Desa Tampo 2015
Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas bahwa Jumlah penduduk desa
Tampo pada tahun 2015 sebanyak 544 jiwa dengan jumlah penduduk
sebesar 1.627 jiwa yang terdiri dari 854 laki-laki atau 52,49% dan 773
perempuan atau 47,51% yang paling banyak penduduk di Desa Tampo
yaitu penduduk laki-laki.
Dari data penduduk Desa Tampo menurut gender atau jenis
kelamin bahwa penduduk mengalami peningkat baik penduduk laki-laki
maupun penduduk perempuan dari tahun sebelumnya atau terjadi
pertumbuhan penduduk.
45
B. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Tahun 2015
No
.
Golongan
Umur
Laki-laki Perempua
n
Jumlah
Jiwa
Persentase
(%)
1. 0-5 73 59 132 8,11
2. 6-12 91 89 180 11,06
3. 13-15 103 92 195 11,99
4. 16-19 126 116 242 14,87
5. 20-25 145 138 283 17,39
6. 26-56 254 214 468 28,77
7. >57 Tahun 62 65 127 7,81
Jumlah 854 773 1.627 100
Sumber : Kantor Desa Tampo, 2015
Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa penduduk yang ada di Desa
Tampo adalah penduduk yang tergolong produktif karena dari antara 283
jiwa, 17,39% dimana yang termaksud dalam kelompok angkatan kerja
yang produktif yang berusia 20 – 41 tahun. Selain itu terdapat angkatan
kerja yang belum bekerja, maksudnya mereka belum layak untuk bekerja
terutama mereka yang berusia antara 0 – 19 tahun, sedangkan golongan
penduduk yang tidak produktif yaitu mereka yang berusia 60 tahun keatas
artinya mereka hanya bekerja untuk diri sendiri dan bukan untuk
kepentingan orang lain.
C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan daerah adalah
tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga mampu
meningkatkan pendapatan asli daerah. Mata pencaharian penduduk disuatu
daerah dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam atau potensi
wilayah yang dimiliki oleh wilayah itu sendiri, ketersediaan jumlah tenaga
kerja serta kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
46
Masyarakat Desa Tampo memiliki mata pencaharian yang sangat
beragam. Ada yang bekerja sebagai petani, buruh nelayan, buruh
bangunan, PNS, pedagang, penjahit, tukang kayu, tukang batu, peternak,
nelayan, bengkel/montir, sopir/tukang ojek, TNI/POLRI, dan lain-lain.
Semakin banyak jenis mata pencaharian, maka semakin banyak pula
kesempatan untuk bekerja dan berusaha. Untuk lebih jelas mengenai mata
pencaharian penduduk desa Tampo dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel. 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada
Masyarakat Desa Tampo Tahun 2015
No Jenis Pekerjaan Jumlah Orang Persentase (%)
1 Petani 366 43,42
2 Buruh Bangunan 16 1,90
3 Pedagang 88 10,44
4 Nelayan 136 16,13
5 Tukang Kayu/Batu 108 12,81
6 PNS 50 5,93
7 TNI / Polri 3 0,36
8 Peternak 27 3,20
9 Penjahit 5 0,60
10 Bengkel / montir 4 0,47
11 Sopir / tukang ojek 40 4,74
Total 843 100
Sumber: Kantor Desa Tampo Tahun 2015
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
mata pencaharian masyarakat Desa Tampo adalah sebagai petani yakni
366 orang (43,42%). Selain bermata pencaharian sebagai petani,
masyarakat Desa Tampo juga bermata pencaharian sebagai nelayan.
Jumlah penduduk yang sebagai pedagang adalah sebanyak 136 orang
(16,13%). Dan presentasi masyarakat Desa Tampo yang bermata
47
pencaharian sebagai TNI / Polri adalah sangat sedikit yakni sebanyak 3
orang atau 0,36%.
D. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pembangunan suatu
daerah adalah melalui peningkatan pendidikan. Pendidikan merupakan hal
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Masalah pendidikan
tersebut hendaknya merata diseluruh daerah sehingga tidak terjadi
ketimpangan.
Demikian halnya dengan penduduk di Desa Tampo, pendidikan
merupakan salah satu hal yang mendapatkan perhatian dalam rangka
peningkatan produktivitas dan perekonomian. Untuk meningkatkan
sumber daya manusia, pemerintah Desa Tampo beserta seluruh masyarakat
terus berupaya mengejar ketertinggalan dari daerah lain agar masyarakat
memperoleh ilmu berbagai strata pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat di
lihat tingkat pendidikan masyarakat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat
Di Desa Tampo Tahun 2015
No Tingkat Pendidikan Jumlah (N) Persentase (%)
1 Tidak /belum Tamat SD 443 27,23
2 Tamat SD 276 16,96
3 Tidak Tamat SMP 78 4,79
4 Tamat SMP 223 13,71
5 Tidak Tamat SMA 56 3,44
6 Tamat SMA 335 20,59
7 Sarjana 216 13,28
Total 1627 100
Sumber: Kantor Desa Tampo, 2015.
48
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut diatas memberikan gambaran
bahwa sebanyak 443 orang (27,23%) penduduk di Desa Tampo
tidak/belum tamat sekolah dasar. Presentase ini dikategorikan cukup tinggi
sebab pada tingkatan pendidikan ini meliputi anak-anak yang belum cukup
umur untuk melanjutkan pendidikan dan juga meliputi penduduk yang
tingkat pendidikannya tidak tamat sekolah dasar.
Klasifikasi pendidikan yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)
meliputi 335 orang (20,59%). Ini menempati urutan terbanyak kedua
setelah tingkatan tidak/belum tamat SD. Dan tingkat pendidikan yang
paling sedikit adalah tingkat pendidikan tidak tamat Sekolah Menengah
Atas (SMA) yakni 56 orang (3,44%). Sehingga merujuk dari data tersebut
diatas maka tingkat pendidikan masyarakat Desa Tampo dikategorikan
cukup tinggi jika di lihat tingkat pendidikan masyarakat pada tabel diatas.
4.2 Karakteristik Responden
Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik
penarikan sampel pada penelitian ini adalah Clusster Sumpling atau
pengelompokan sampel dengan memilih responden yang mengetahui
tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, dengan
jumlah sebanyak 35 responden. Responden dalam penelitian ini
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan maupun jenis pekerjaan.
49
4.2.1 Karakteristik Responden Menurut Usia
Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu proses pembangunan. Hal ini disebabkan oleh usia
produktif dalam pemenuhan kebutuhan keluarga merupakan tolak ukur
mengetahui jumlah beban tanggungan, dimana tingkat pendapatan atau
pengeluaran dapat diketahui dengan tingkat pendapatan usia produktif per
jumlah beban tanggungan. Karakteristik responden berdasarkan tingkat
umur dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Usia Di Desa Tampo
No Umur/Usia Jumlah Responden Persentase (%)
1 20-24 4 11,43
2 25-29 3 8,57
3 30-34 5 14,29
4 35-39 9 25,71
5 40-44 4 11,43
6 45-49 5 14,29
7 50-54 3 8,57
8 55-60 2 5,71
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh rata-rata 39
tahun, dimana usia terendah 20 dan yang tertinggi adalah 56 tahun. Data
tersebut menunjukkan bahwa dari 35 responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini berada pada tingkat usia produktif, dimana pada usia
tersebut sangat diharapkan bahwa jawaban atau penilaian yang diberikan
responden pada kuisioner yang diberikan penulis adalah benar-benar
sesuai dengan kondisi yang terjadi atau sementara berlangsung selama ini
50
mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa
Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa usia 35-39 tahun yang
banyak menjadi responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 9 orang
atau 25,71% dan usia 55-60 tahun yang sedikit yaitu 2 orang atau 5,71%.
4.2.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Apabila ditinjau dari jenis kelamin, responden dalam penelitian ini
frekuensi yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat
di lihat sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Di Desa
Tampo
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
1 Laki-Laki 27 77,14
2 Perempuan 8 22,86
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Pada Tabel diatas menunjukkan distribusi responden, berdasarkan
jenis kelamin berjumlah 35 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 27
orang atau 77,14%, sedangkan perempuan berjumlah 8 orang atau 22,86%
sehingga dapat dikatakan bahwa didominasi oleh responden laki-laki
karena masyarakat yang dipilih hanya sebagian kecil perempuan.
4.2.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini merupakan
salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dengan karakteristik
responden yang lain. Untuk lebih jelasnya maka karakterisitik responden
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
51
Tabel 4.7 Karakteristis Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa
Tampo
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1 SD 3 8,57
2 SMP 5 14,29
3 SMA 15 42,86
4 Sarjana 12 34,28
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Berdasarkan pada tabel di atas di jelaskan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat di Desa Tampo beragam, dari mereka yang tamat
SMA sebanyak 15 orang dengan persentase 42,86% dan masyarakat yang
berpendidikan SD sebanyak 3 orang dengan persentase 8,57 %. Hal ini
disebabkan karena masyarakat di Desa Tampo sudah cukup memahami
arti sebuah pendidikan dan dari segi pengalaman diharapkan dapat
memberikan informasi secara obyektif. Tingkat pendidikan masyarakat
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan Pembangunan karena semakin
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka makin besar
pula pemahaman yang diberikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan.
4.2.4 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Apabila ditinjau dari sisi profesi atau jenis pekerjaan, responden
dalam penelitian ini sebagian besar adalah sebagai petani dan nelayan. Hal
ini dapat dilihat sesuai dengan tabel sebagai berikut:
52
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan Di Desa
Tampo
No Pekerjaan Utama Jumlah Responden Persentase (%)
1 PNS 2 5,71
2 Nelayan 9 25,71
3 Aparat Desa 3 8,57
4 Petani 14 40
5 Pedagang 3 8,57
6 Ibu Rumah Tangga 4 11,44
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan yang banyak
ditekuni oleh responden di Desa Tampo yaitu petani sebanyak 14 orang
atau 40% selanjutnya yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 9 orang atau
25,71% dan Ibu rumah tangga berjumlah 4 orang atau 11,44% selanjutnya
yang berprofesi sebagai pedagang dan aparat desa masing-masing
berjumlah 3 orang atau 8,57% serta yang berprofesi sebagai PNS
berjumlah 2 orang atau 5,71%. Sehingga dapat dikatakan jenis pekerjaan
responden yang banyak ditekuni adalah petani.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Tampo
Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat Desa Tampo
saat pelaksanaan musrenbangdes, guna untuk mencapai keberhasilan dan
keberlanjutan program pembangunan. Penyusunan musrenbangdes dengan
menggunakan tingkat partisipasi menurut teori Sherry Arnstein (dalam
Wicaksono 2010), maka disusun kuesioner dengan berdasarkan pada
delapan tahapan terbagi tiga tingkatan dari teori tingkat partisipasi
masyarakat. Kuesioner ini selanjutnya didistribusikan kepada 35 orang
53
responden yang memiliki kesempatan untuk dapat mengikuti
pelaksanaan pembangunan yakni perwakilan tokoh dan kelompok
masyarakat di Desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna.
Partisipasi masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan,
menurut Arnstein untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat terhadap
program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah ada 8 (delapan)
tingkat partisipasi masyarakat yang sangat terkenal dimana bertujuan
untuk menjawab permasalahan penelitian ini terkait tingkat partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Tampo Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna sebagai berikut:
1. Manipulasi
Tahapan Manipulation termasuk salah satu tingkat non partisipasi
karena pada tingkatan ini tidak adanya komunikasi antara pemerintah desa
dan masyarakat. Untuk mengetahui jawaban responden terhadap kondisi
pada tahapan manipulasi dengan indikator mengajak masyarakat untuk
berdialog tentang informasi pelaksanaan program pembangunan dapat di
lihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Manipulasi Dengan
Indikator Informasi Pelaksanaan Program Pembangunan.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Ada 25 71,43
2 Kadang-Kadang 8 22,86
3 Tidak Ada 2 5,71
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
54
Dari jawaban responden ini, terdapat 71,43 % responden yang
pernah mengetahui adanya informasi dari pemerintah desa mengenai
forum Musrenbangdes di wilayah mereka. Sementara ada 22,86% yang
menjawab terkadang ada informasi yang diberikan dari pemerintah desa
mengenai Musrenbangdes dan 5,71% menyatakan tidak ada informasi dari
pemerintah mengenai pelaksanaan dalam pembangunan.
Tingginya persentase responden yang mengetahui informasi
mengenai pelaksanaan dalam pembangunan mengindikasikan bahwa
komunikasi antara pemerintah desa dengan masyarakat telah berjalan
dengan baik. Pola komunikasi yang dibangun selama ini dengan
menggunakan pendekatan legal struktural melalui surat pemberitahuan
untuk masyarakat setempat oleh kepala desa menjadi faktor penting
dalam penyampaian informasi pelaksanaan pembangunan di Desa Tampo.
Arnstein mendefinisikan imitasi sebagai relatif tidak adanya
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, dimana hal ini akan
berdampak langsung terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap
kegiatan pemerintah, namun hal ini terbantahkan dengan intensitas
komunikasi masyarakat dengan tokoh dan perangkat desa. Dari jawaban
responden terkait komunikasi antara pemerintah desa dengan masyarakat
mengenai forum Musrenbangdes di wilayah mereka, jelas terlihat pola
komunikasi yang dibangun oleh pihak pemerintah desa relatif cukup baik.
Berikut ini tahapan kedua dalam tangga partisipasi yakni
tahapan terapi. Untuk melihat hasil tahapan terapi dalam mengukur
55
tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo dalam pelaksanaan
program pembangunan sebagai berikut.
2. Terapi
Therapy termasuk salah satu tingkat non partisipasi karena
masyarakat juga tidak turut berpartisipasi sehingga hal tersebut sekedar
sosialisasi agar masyarakat tidak marah dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Untuk mengetahui jawaban responden terhadap
kondisi pada tingkat non partisipasi dengan tahapan terapi dengan
indikator adanya undangan menghadiri program pembangunan. dapat di
lihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Terapi Dengan
Indikator Adanya Undangan Menghadiri Musrenbangdes
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Selalu 15 42,86
2 Kadang-Kadang 17 48,57
3 Tidak Pernah 3 8,57
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel 4.10 di atas memperlihatkan tanggapan responden mengenai
surat undangan pelaksanaan Musrenbangdes dari pemerintah desa
menyatakan selalu menghadiri musrenbangdes sebanyak 42,86%,
Sementara yang menjawab kadang-kadang 48,57% dapat menerima surat
undangan dan sisanya sebanyak 8,57% menyatakan tidak pernah
mendapat surat undangan untuk mengikuti Musrenbangdes dalam
program pelaksanaan pembangunan.
56
Peserta Musrenbangdes adalah terdiri dari komponen masyarakat
(individu maupun kelompok) seperti kepala dusun, lembaga
pemberdayaan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok
petani, kelompok pemuda, organisasi masyarakat, tokoh tarantaruana dan
lain-lain. Yang terdiri dari tujuh komponen di masyarakat yang
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan forum
Musrenbangdes dalam program pembangunan di wilayah mereka.
Berikut ini tahapan ketiga dalam tangga partisipasi masyarakat
yakni tahapan penyampaian informasi. Untuk melihat hasil tahapan ini
dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo dalam
Musrenbangdes sebagai berikut.
3. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi merupakan tingkatan tokenism, yaitu
masyarakat dapat berpartisipasi dalam memberikan aspirasi dan
pemerintah juga memberikan kesempatan namun aspirasi mereka sulit
direalisasikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui jawaban responden
terhadap kondisi pada tahapan penyampaian informasi dengan indikator
sosialisasi dalam menyusun program pembangunan kepada masyarakat.
Dapat di lihat dari tabel dibawah ini :
57
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Penyampaikan
Informasi Dengan Indikator Sosialisasi jadwal Dalam
Menyusun Program Pembangunan Kepada Masyarakat.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Ada 28 80
2 Kadang-Kadang 6 17,14
3 Tidak Ada 1 2,86
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel 4.11 di atas dari semua jawaban responden paling banyak
pernah mengetahui tentang penyampai informasi dalam pelaksanaan
program pembangunan yaitu sebesar 80% ini menunjukan bahwa
mengenai adanya upaya pemerintah desa dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat terkait jadwal dalam menyusun progran pembangunan
kepada masyarakat menyatakan pihak pemerintah desa selalu memberikan
informasi tersebut secara rutin setiap pelaksanaan program pembangunan.
Kemudian ada 17,14% masyarakat yang menganggap pihak
pemerintah desa terkadang menyampaikan informasi penyususnan
program pembangunan, dan 2,86% merasa tidak pernah melihat upaya
pemerintah desa dalam meyampaikan informasi tentang penyusunan
program pembangunan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang bapak
Ermin Mulyo selaku sekretaris Desa Tampo.
“… kami selalu mengundang masyrakat jika ada pembangunan yang ingin
dilakukan masyarakat memang dalam rapat pembahasan mengenai
pelaksaaan pembangunan yang datang hanya sedikit, tapi menurut kami
mereka punya masukan pemikiran yang bagus, mereka tetap melihat
bagimana pembangunan itu kita jalankan kedepan, partisipasi dalam
bentuk ide seperti ini memang kami butuhkan, dan kami juga butuh dalam
pelaksanaan di lapangan…”
58
Berikut ini tahapan keempat dalam tangga partisipasi
masyarakat yakni tahapan konsultasi. Untuk melihat hasil tahapan ini
dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo dalam
Musrenbangdes sebagai berikut.
4. Konsultasi
Consultation merupakan tingkat tokenism, yaitu masyarakat dapat
memberikan aspirasi dalam penerapan suatu kebijakan dan ada
kesempatan untuk didengar dan diajukan oleh pemerintah. Untuk
mengetahui jawaban responden terhadap kondisi pada tahapan konsultasi
dengan indikator pemberian usulan program secara langsung dapat di
lihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Konsultasi Dengan
Indikator Masyarakat Dapat Memberi Usulan Program Secara
Langsung.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Dapat 29 82,86
2 Kadang-Kadang 4 11,43
3 Tidak Dapat 2 5,71
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Dari jawaban responden terlihat pada tabel 4.12 di atas bahwa ada
82,86% masyarakat di Desa Tampo yang merasa dapat menyampaikan
setiap usulan program secara langsung, sementara ada 11,43% yang
menyatakan terkadang dapat menyampaikannya dan 5,71% mengatakan
tidak memiliki akses untuk menyampaikan usulan secara langsung
kepada pihak pemerintah desa.
59
Dalam hal penjaringan aspirasi masyarakat terkait program-
program pembangunan di Desa Tampo, diakui oleh pihak pemerintah
desa bahwa masyarakat dapat memberikan masukan terkait program
pembangunan desa di luar forum Musrenbangdes, walaupun dalam
legalisasinya penyampaian informasi, saran dan masukan masyarakat
dilaksanakan secara formal di dalam forum Musrenbangdes.
Selanjutnya tahapan kelima dalam tangga partisipasi
masyarakat yakni tahapan peredam kemarahan. Untuk melihat hasil
tahapan ini dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di Desa
Tampo dalam Musrenbangdes sebagai berikut.
5. Peredam Kemarahan
Peredam kemarahan merupakan tingkat tokenism, yaitu masyarakat
yang dapat memberikan aspirasi maka aspirasi tersebut dapat didengar dan
diberi kesempatan untuk memberikan saran tetapi saran tersebut tidak
mendapat jaminan untuk dapat diimplementasikan karena pemerintah
mempunyai hak untuk dapat membuat suatu kebijakan diterapkan atau
tidak diterapkan. Untuk mengetahui jawaban responden terhadap kondisi
pada tahapan peredam kemarahan dengan indikator dialog dengan
masyarakat di luar forum Musrenbangdes dapat di lihat dari tabel di bawah
ini.
60
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Peredam Kemarahan
Dengan Indikator Dialog Dengan Masyarakat Di Luar Forum
Musrenbangdes.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Selalu 10 28,57
2 Kadang-Kadang 18 51,43
3 Tidak Pernah 7 20
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan jawaban responden terlihat bahwa terdapat 28,57%
masyarakat Desa Tampo yang merasa pihak pemerintah desa selalu
melakukan dialog dengan masyarakat selain melalui forum
Musrenbangdes, dalam artian mereka meyakini pihak pemerintah desa
sudah cukup proaktif dalam hal penjaringan informasi dari masyarakat.
Sementara ada 20% yang menyatakan sebaliknya, yaitu selama ini tidak
ada forum resmi dari pemerintah desa selain Musrenbangdes dalam hal
penyampaian aspirasi masyarakat di Desa Tampo, sisanya 51,43%
menyatakan kadang-kadang ada upaya dari pemerintah desa untuk
menjaring aspirasi masyarakat selain melalui Musrenbangdes.
Selanjutnya tahapan keenam dalam tangga partisipasi
masyarakat yakni tahapan kemitraan. Untuk melihat hasil tahapan ini
dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo dalam
Musrenbangdes sebagai berikut.
6. Kemitraan
Kemitraan merupakan tingkat kekuasaan masyarakat, yaitu
masyarakat yang dapat memberikan aspirasi tetapi masyarakat dengan
tahap partnership dapat bernegoisasi sehingga terjadinya timbal balik dan
61
memiliki hubungan yang erat dengan tradisional power holder. Untuk
mengetahui jawaban responden terhadap kondisi pada tahapan kemitraan
dengan indikator keaktifan masyarakat dalam mengawasi pembangunan
desa dapat di lihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Kemitraan Dengan
Indikator Keaktifan Masyarakat Dalam Mengawasi
Pembangunan.
No Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Dapat 21 60
2 Kadang-Kadang 11 31,43
3 Tidak Dapat 3 8,57
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas memperlihatkan tanggapan dari
responden ketika ditanya mengenai keaktifan masyarakat dalam
mengawasi pelaksanaan pembangunan desa secara aktif di Desa Tampo
menyatakan sebanyak 60% masyarakat selalu dapat melakukan kegiatan
pengawasan pembangunan, sementara 31,43% yang menjawab kadang-
kadang dapat mengawasi dalam program pelaksanaan pembangunan dan
8,57% yang menjawab tidak dapat mengawasi pembangunan yang
berjalan di Desa Tampo. Dari hasil wawancara dari Pak Aris (tanggal
12 februari 2016) yakni seorang kepala Desa Tampo yang mengatakan
bahwa:
“...Sebagian besar masyarakat Desa Tampo merasa selalu mengawasi
jalannya pembangunan di daerahnya. Dengan demikian, akses yang
dimiliki oleh masyarakat untuk berpartisipasi mengawasi pembangunan
sangat tinggi dan sangat rutin setiap harinya...”
Salah satu indikator dari pelaksanaan pembangunan adalah adanya
konsep kemitraan yang dibangun oleh pemerintah desa dengan
62
masyarakat. Dalam artian, pihak pemerintah desa memposisikan
masyarakat sebagai salah satu stakeholder utama dalam pencapaian visi
dan misi desa. Kondisi ini dibangun dengan memberikan akses seluas-
luasnya bagi masyarakat untuk memberikan usulan, kritik, dan saran yang
bersifat membangun. Perlu ada political wil dari kepala desa untuk
mendukung terciptanya kesetaraan ini.
Selanjutnya tahapan ketujuh dalam tangga partisipasi
masyarakat yakni tahapan pendelegasian kekuasaan. Untuk melihat
hasil tahapan ini dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di
Desa Tampo dalam Musrenbangdes sebagai berikut.
7. Pendelegasian Kekuasaan
Pendelegasian kekuasaan merupakan tingkat kekuasaan
masyarakat, yaitu masyarakat yang dapat didelegasikan kekuasaan
sehingga masyarakat bertanggung jawab atas pendelegasian kekuasaan
walaupun tidak sepenuhnya. Untuk mengetahui jawaban responden
terhadap kondisi pada tahapan pendelegasian kekuasaan dengan indikator
tingkat kepercayaan pemerintah desa kepada masyarakat dalam
merencanakan pembangunan dapat di lihat dari tabel di bawah ini.
63
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Pendelegasian
Kekuasaan Dengan Indikator Tingkat Kepercayaan
Pemerintah Desa Kepada Masyarakat Dalam Merencanakan
Pembangunan.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Tinggi 8 22,86
2 Sedang 12 34.28
3 Rendah 15 42,86
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel 4. 15 di atas memperlihatkan tanggapan responden mengenai
tingkat kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah desa kepada
masyarakat dalam hal perencanaan pembangunan di Desa Tampo
memperlihatkan hanya 8 orang atau 22,86% yang menyatakan tinggi, dan
menyatakan sedang 12 orang atau 34,28% dan 15 orang atau 42,86%
masyarakat yang beranggapan kepercayaan pemerintah masih rendah
dalam hal penyerahan konsep perencanaan pembangunan kepada
masyarakat.
Dalam suatu negara yang demokratis, terbangun sistem saling
keterbukaan antara penyelenggara pemerintahan dengan warganya, hal ini
terjadi karena sesungguhnya terdapat kondisi yang saling membutuhkan
diantara keduanya. Dalam hal pembangunan wilayah, negara atau
daerah tidak bisa serta merta memaksakan suatu proyek pembangunan
terlebih bilah menyangkut hidup orang banyak. Perlu ada proses pelibatan
masyarakat sekitar sebagai pihak yang akan merasakan dampak langsung
ataupun tidak langsung dari pembangunan. Namun, kondisi ideal seperti
ini belum bisa berjalan optimal khususnya di Desa Tampo. Penjelasan ini
mengisyaratkan bahwa sejatinya pihak pemerintah desa belum
64
memberikan kepercayaan secara penuh kepada masyarakat dalam hal
pelaksanaan pembangunan di wilayah mereka karena ternyata usulan
dari masyarakat akan dicocokan dengan program SKPD terkait yang telah
dibuat. Pihak pemerintah desa mengkonfirmasi bahwa hal ini untuk
menghindari usulan yang tidak masuk akal atau tidak wajar, sementara
anggaran yang dimiliki terbatas sehingga perlu adanya proses penyaringan
aspirasi.
Selanjutnya tahapan kedelapan dalam tangga partisipasi
masyarakat yakni tahapan pengawasan masyarakat. Untuk melihat
hasil tahapan ini dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat di
Desa Tampo dalam Musrenbangdes sebagai berikut.
8. Pengawasan Masyarakat
Pengawasan masyarakat merupakan tingkat pastisipasi pada tahap
kekuasaan masyarakat, yaitu masyarakat yang dapat didelegasikan
kekuasaan sehingga masyarakat bertanggung jawab sepenuhnya atas
pendelegasian kekuasaan. Untuk mengetahui jawaban responden terhadap
kondisi pada tahapan kekuasaan masyarakat dengan indikator
Ketersediaan Sarana Bagi Masyarakat Dalam Pengawasan Pembangunan
Melalui Kotak Saran. Dapat di lihat dari tabel di bawah ini.
65
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Mengenai Tahapan Pengawasan
Masyarakat Untuk Indikator Ketersediaan Sarana Bagi
Masyarakat Dalam Pengawasan Pembangunan Melalui Kotak
Saran.
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Ada 9 25
2 Tidak Semua Ada 16 45,72
3 Tidak Ada 10 28,57
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel 4.16 di atas memperlihatkan tanggapan responden terkait
sarana yang dimiliki pemerintah Desa Tampo untuk masyarakat agar
dapat berpartisipasi mengawasi pembangunan melalui kotak saran
memperlihatkan 9 orang atau 25,71% yang mengetahui dan menjawab
ada sarana-sarana tersebut. Sementara 16 orang atau 45,71% yang
menjawab tidak semua ada dan 10 orang atau 28,58% yang menjawab tidak
ada.
Banyaknya responden yang menjawab tidak semua ada
memperlihatkan bahwa pihak pemerintah desa memang masih lemah
dalam hal pemberian akses kepada masyarakat Desa Tampo khususnya
melalui pemanfaatan teknologi informasi yang semakin maju kotak saran
yang dimiliki pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu menjadi
pemacu keaktifan warga dalam mengawasi pelaksanaan program
pembangunan desa. Padahal sudah cukup banyak daerah lain yang
memanfaatkan penggunaan teknologi sebagai bagian dari perlibatan
masyarakat. Selain melalui pemanfaatan sarana (kotak saran) sebenarnya
pemerintah Desa Tampo dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas lain yang
66
lebih dapat menjangkau seluruh segmen masyarakat Desa Tampo, seperti
melalui kotak pos atau angket.
Untuk mendeskripsikan hasil temuan kedalam teori tingkat
partisipasi, berikut akan direkapitulasi hasil jawaban responden
terhadap indikator yang ditanyakan sebagai berikut :
Tabel 4.17 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Indikator
Derajat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Musrenbangdes di Desa Tampo Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna.
No Tanggapan
Partisipasi
Tingkat
Partisipasi
Indikator Tanggapan
Responden
1 Manipulasi Non
Partisipasi
Adanya informasi
pelaksanaan
musrembangdes
71,43
2 Terapi Undangan
menghadri forum
musrembangdes
42,86
Persentase Rata-Rata Tanggapan Responden (%) 57,15
3 Menyampaikan
informasi
Tokenisme
Sosialisasi jadwal
dalam menyusun
program
musrembangdes
kepada
masyarakat.
80
4 Konsultasi Masyarakat dapat
memberikan usul
an program secar
a langsung
82,86
5 Peredam
kemarahan
Pembahasan usulan masyarak
at dalam forum
Musrembangdes
28,57
Persentase Rata-Rata Tanggapan Responden (%) 63,81
6 Kemitraan
Masyarakat
secara aktif dapat mengawasi
berjalan porses
pembangunan di
desa
60
67
7 Pendelegasian
kekuasaan
Kekuasaan
Masyarakat
Tingkat kepercay
aan
pemerintah desa
kepada
masyarakat untuk
merencanakan pe
mbangunan
22,86
8 Penguasaan
masyarakat
Ketersediaan
sarana dan
prasarana yang
lengkap bagi
masyarakat untuk
mengawasi
pembangunan
desa melalui
kotak saran
25,71
Persentase Rata-Rata Tanggapan Responden (%) 35,19
Sumber : Data Primer Di Olah, 2015
Berdasarkan rekapitulasi tanggapan responden dengan
menggunakan delapan tangga dan tingkat partisipasi, terlihat bahwa
seluruh indikator yang ditanyakan kepada 35 responden terpilih mendapat
nilai yang cukup tinggi berkisar dari 22 – 82 persen. Artinya bahwa
seluruh indikator dalam tingkat partisipasi masyarakat di Desa Tampo
telah terpenuhi. Kondisi ini menggambarkan bahwa forum
Musrenbangdes sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat Desa
Tampo yang merupakan amanah konstitusi seperti tertuang dalam
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
dimana didalamnya ada yang mengatur tentang desa. Kepala desa
mejalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintah desa
yaitu penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan
umum termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. telah berjalan optimal di
68
Desa Tampo dan masyarakat sebagai stakeholder pelaksanaan
pembangunan sepenuhnya diberikan akses untuk berpartisipasi.
Kondisi di Desa Tampo ini tidak sesuai dengan paparan Arnestein
terhadap tingkat pertama dalam teori tingkat partisipasi, yaitu non
partisipasi yang terdiri dari tangga manipulasi dan terapi. Tangga pertama
yaitu manipulasi atau penyalahgunaan serta tangga kedua terapi
(perbaikan) tidak termasuk dalam konteks partisipasi yang sesungguhnya.
Di dalam hal ini masyarakat terlibat dalam suatu program, akan tetapi
sesungguhnya keterlibatan mereka tidak dilandasi oleh suatu dorongan
mental, psikologis, dan disertai konsekuensi keikutsertaan yang
memberikan kontribusi dalam program tersebut.
Masyarakat pada posisi ini hanyalah menjadi obyek dalam program
serta hanya dijadikan persyaratan bahwa aspirasi dan tuntutan masyarakat
telah terpenuhi oleh pihak pemerintah desa, hal ini kontradiksi dengan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti yang menunjukan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat di Desa Tampo telah mencapai tahapan tingkat Tokenisme dimana
masyarakat tidak hanya menjadi objek dalam proses perencanaan
pembangunan namun sekaligus menjadi pelaku atau subjek dari pembangunan
itu sendiri walaupun hanya bersifat simbolik dan belum ada dorongan mental,
psikologis, dan disertai konsekuensi keikutsertaan yang memberikan
kontribusi sejak proses perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahapan
pengawasan dan evaluasi program pembangunan tersebut .
69
4.3.2 Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo
Peranan pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan di Desa Tampo dijabarkan lebih rinci dengan fokus
yaitu pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang ekonomi, pembinaan
terhadap masyarakat dalam bidang hukum, pembinaan terhadap
masyarakat dalam bidang agama, pembinaan terhadap masyarakat dalam
bidang kesehatan, pelayanan terhadap masyarakat dan pengembangan terh
adap masyarakat.
1. Pembinaan Terhadap Masyarakat
Pembinaan terhadap masyarakat meliputi pembinaan masyarakat
dalam bidang ekonomi, pembinaan masyarakat desa dalam bidang hukum,
pembinaan masyarakat dalam bidang agama, dan pembinaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
a. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, Pembinaan
masyarakat dalam bidang ekonomi merupakan usaha untuk menggalakkan
pembangunan desa dimana untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf
hidup serta kondisi sosial masyarakat desa. Berdasarkan wawancara yang
penulis lakukan dengan salah satu tokoh masyarakat di desa bapak La Ode
Rusudu beliau menyatakan:
“...Masyarakat di desa ini sangat antusias menyambut setiap ada kegiatan
yang dapat memberdayakan potensi yang ada di daerah kami. Persoalan
hanya terletak kepada bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepala desa
untuk merangkul tokoh-tokoh masyarakat dalam menggerakkan mereka
karena maju tidaknya pembangunan di desa kami sangat bergantung
70
kepada kepemimpinan pemerintah desa atau kepala desa...” (tanggal 12
februari 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas bahwa pembinaan
masyarakat dalam bidang ekonomi memiliki makna meningkatkan kualitas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tercermin peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat miskin.
Adapun bentuk program pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah desa meliputi pemberian raskin,
pemberian beasiswa bagi siswa miskin. Selain itu bentuk lain pada
pembinaan di bidang ini adalah pembinaan di bidang kewiraswastaan.
Pembinaan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kewiraswastaan
pengusaha muda, terutama di kalangan pedagang kecil. Contoh para
pengusaha untuk meningkatkan usahanya diberi pinjaman modal dengan
bunga rendah dan bergulir untuk dipinjamkan selanjutnya ke kelompok
lain. Kegiatan pembinaan ini disebut dengan usaha peningkatan
pendapatan masyarakat desa. Sebagian besar kegiatan ini telah
memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Mengenai Pembinaan Masyaraka
Dalam Bidang Ekonomi Di Desa Tampo
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pernah 17 48,57
2 Kadang-Kadang 15 42,86
3 Tidak Pernah 3 8,57
Jumlah 35 100
Sumber: Data primer Di Olah, 2015
71
Dari tabel 4.18 di atas bahwa tanggapan responden yang tertinggi
adalah selalu ada pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi sebanyak
17 orang atau 48,57%, berikutnya tanggapan responden kadang- kadang
pembinaan dalam bidang ekonomi sebanyak 15 orang atau 42,86%, dan
yang paling terendah adalah tanggapan responden tidak adanya pembinaan
masyarakat dalam bidang ekonomi yaitu sebanyak 3 orang atau 8,57%.
Peran pemerintah desa dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat
dalam rangka pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan pemerintah
daerah. Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah upaya
memberdayakan daerah otonomi melalui pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan dan supervisi.
Pemerintah desa dalam melaksanakan pembinaan terhadap
masyarakat dalam bidang ekonomi dengan cara mengumpulkan
masyarakat untuk memberikan pengertian tentang apa-apa yang perlu
dilaksanakan dalam suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di
lapangan. Apabila masyarakat telah memahami dan mengerti tentang hal
tersebut maka pemerintah desa tinggal mengarahkan dan memberikan
bimbingan bagaimana sistem pengelolaan suatu program baik program
pemberdayaan masyarkat di bidang ekonomi.
b. Pembinaan Masyarakat Desa Dalam Bidang Hukum.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peranan pemerintah
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mencegah terjadinya
penyimpangan hukum di Desa Tampo seperti perkelahian antar remaja,
72
penggunaan narkoba dan lain sebagainya. Maka dari itu pemerintah desa
mengadakan penyuluhan, bimbingan dan bekerja sama dengan pihak
kepolisian. Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah Desa
Tampo dengan bekerja sama dengan dinas terkait pihak kepolisian yang
agar pemuda dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan dan
pengentasan anak di lembaga-lembaga pemasyarakatan anak negara.
Pembangunan dengan pembinana dalam bidang hukum tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan paradigma pemberdayaan sangat
diperlukan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat baik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di desa. Untuk
mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang partisipatif. Pada
tatanan pemerintahan diperlukan perilaku pemerintahan yang jujur,
terbuka, bertanggung jawab dan demokrasi, sedangkan pada tatanan
masyarakat perlu dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang
peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi
kepentingan bersama. Untuk mengetahui jawaban responden mengenai
pembinaan masyarakat dalam bidang hukum di Desa Tampo Dapat di lihat
dari tabel dibawah ini.
73
Tabel 4.19 Tanggapan Responden Mengenai Pembinaan Masyarakat
Dalam Bidang Hukum Di Desa Tampo
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pernah 23 65,71
2 Kadang-Kadang 7 20
3 Tidak Pernah 5 14,29
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer Di Olah, 2015
Tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden yang
tertinggi adalah pernah melakukan pembinaan masyarakat dalam bidang
ekonomi sebanyak 23 orang atau 65,71%, berikutnya tanggapan responden
jarang dalam melakukan pembinaan di bidang ekonomi sebanyak 7 orang
atau 20%, dan yang paling terendah adalah tanggapan responden tidak
adanya pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi yaitu sebanyak 5
orang atau 14,29%.
Langkah-langkah yang dapat diambil oleh kepala Desa Tampo,
untuk mendapatkan dukungan penuh dari berbagai lapisan masyarakat
sebagai berikut melalui koordinasi yang digunakan untuk meningkatkan
hubungan kerja antara aparat desa dan kelembagaan BPD, LPMD, dan
PKK agar terjalin sinergitas hubungan yang dinamis dan harmoni yang
dapat meningkatkan kinerja aparat desa.
Sosialisasi, digunakan dalam rangka menyebar luaskan kebijakan-
kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah desa sebagai penanggung jawab
atas tugas pemerintahan disertai dengan sosialisasi peraturan-peraturan
desa yang telah dirumuskan bersama dengan BPD. Dialog, membuka
forum-forum dialog antara pemerintah desa dan komponen masyarakat
74
untuk menjaring keinginan dan kebutuhan masyarakat, sekaligus
mencegah terjadinya pembiasan informasi yang tidak benar yang dapat
memicu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Pengawasan,
digunakan agar kinerja pemerintah dan lembaga mitra BPD, LPMD, dan
PKK masing-masing memberian konstribusi positif guna pencapaian
tujuan pembangunan yang diharapakan.
c. Pembinaan Masyarakat Pada Bidang Agama Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peranan pemerintah
dalam pembinaan terhadap masyarakat di bidang agama di Desa Tampo
melalui dengan memberikan fasilitas kegiatan keagaman seperti
pembuatan mesjid, penambahan alat-alat cerama keagamaan, pembentukan
ikatan remaja mesjid, pengadaan yasinan yang diikuti ibu-ibu dan bapak-
bapak.
Fasilitasi kegiatan keagaaman di Desa Tampo ditindaklanjuti
dengan pemberian bantuan alat-alat ceramah agama yang biasanya
didatangkan dari luar desa. Dilaksanakan pulah kegiatan yang telah
disusun oleh pemerintah desa untuk melakukan kegiatan pembersihan
secara bergotong-royong di tempat ibadah setiap dua minggu sekali
merupakan bentuk kepedulian yang ditanamkan untuk memupuk semangat
tali silaturrahim dengan sesama warga, dan pengajian yang rutin diadakan
setiap minggu yang disertai dengan ceramah agama yang biasanya banyak
dihadiri oleh anak-anak muda. Tujuan dari pemerintah desa adalah
menanamkan pemahaman agama sejak dini kepada generasi muda.
75
Tabel 4.20 Tanggapan Responden Mengenai Pembinaan Masyarakat
Dalam Bidang Agama Di Desa Tampo
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pernah 24 68,57
2 Kadang-Kadang 7 20
3 Tidak Pernah 4 11,43
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Dari tabel diatas mengenai tanggapan responden bahwa yang
tertinggi selalu mengadakan pembinaan masyarakat dalam bidang agama
yaitu sebanyak 24 orang atau 68,57%, dan yang terendah tidak ada pembinaan
masyarakat dalam bidang agama yaitu sebanyak 4 orang atau 11,43%. Ini
merupakan bahwa pembinaan masyarakat dalam bidang agama di Desa Tampo
sangat tinggi karena pemerintah desa selalu melakukan penyuluhan dalam bidang
keagamaan.
Pembangunan di bidang kehidupan keagamaan masyarakat akan
berjalan dengan baik jika masyarakat dalam kondisi damai dan rukun.
Kerukunan umat beragama dalam masyarakat yang sedang mengalami
proses perkembangan akan banyak mengalami gesekan antar individu dan
kelompok sehingga perlu dilakukan pembinaan yang terprogram dengan
baik dan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat
dimana mereka memiliki norma dan nilai yang menjadi basis pandangan
hidup mereka sebagai kearifan lokal.
Pemerintah desa mengembangkan tugas dengan usaha-usaha untuk
memperlancar kegiatan pemerintah dan kemasyarakatan. Keberhasilan
pemerintah desa dalam pembinaan masyarakatnya akan mencerminkan
kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintah dan kemasyarakatan secara
76
positif. Demikian pulah sebaiknya kegagalan seorang kepala desa dalam
membina masyarakatnya berarti mencerminkan kurang baiknya kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan.Untuk menentukan keberhasilan membina
masyarakat desa khusus dalam bidang keagamaan maka pemerintahan
desa mutlak diperlukan dan sangat menentukan karena mereka adalah
orang yang berperan dalam penyelenggaraan pemerintah, maka dalam hal
ini pemerintah desa ataupun kepala desa merupakan pimpinan sekaligus
sesepuh masyarakat.
d. Pembinaan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peranan pemerintah
dalam pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan di Desa
Tampo melalui pengadaan posyandu rutin setiap bulannya, meningkatkan
kerja sama antara bidan dengan dukun dalam membantu proses persalinan
dan memberikan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS). Adapun fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Desa Tampo
yaitu posyandu dan puskesmas pembantu.
Tabel 4.21 Tanggapan Responden Mengenai Pembinaan Masyarakat
Dalam Bidang Kesehatan Di Desa Tampo
No Tanggapan responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pernah 16 45,71
2 Kadang-Kadang 12 34,29
3 Tidak Pernah 7 20
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer Di Olah, 2015
Dari tabel 4.21 bahwa yang tertinggi dari semua tanggapan
responden yang selalu memberikan pembinaan masyarakat dalam bidang
kesehatan yaitu sebanyak 16 orang atau 45,71%, dan yang terendah dari
77
tanggapan responden yaitu sebanyak 7 orang atau 20% ini menandakan bahwa
pembinaan masyarakat dalam bidang kesehatan sangat baik dikalangan
masyarakat Desa Tampo.
Pembinaan ini ditujukan seluruh masyarakat Desa Tampo
khususnya untuk pembentukan generasi muda yang sehat, baik fisik
maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Dalam rangka pembinaan,
pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Yang
dimaksud dengan memfasilitasi adalah upaya memberdayakan daerah
otonomi melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan
supervisi.
Pemerintah Desa Tampo dalam melaksanakan pembinaan terhadap
masyarakat di bidang kesehatan dengan cara mengumpulkan masyarakat
untuk memberikan pengertian tentang apa-apa yang perlu dilaksanakan
suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan. Apabila
masyarakat telah memahami dan mengerti tentang hal tersebut maka
pemerintah desa tinggal mengarahkan dan memberikan bimbingan
bagaimana sistem pengelolaan suatu program.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Tampo dalam
bidang kesehatan untuk mengurangi kesakitan yaitu dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat. Begitupun perhatian pemerintah desa di
bidang kesehatan terbukti di setiap dusun yang ada di desa ini di adakan
posyandu yang mana di tempat ini disetiap bulan di adakan penimbangan
balita dan penyuluhan kepada Ibu-Ibu menyusui, dan juga tempat
78
pemberian makanan tambahan bagi anak-anak usia dini dan pemberian
vitamin, imunisasi baik imunisasi campak.
Oleh karena itu tenaga kerja di bidang kesehatan yang bekerja sama
dengan kader posyandu yang dipandu oleh tim penggerak PKK Desa dan
juga di Desa Tampo ini telah dibangun PUSKESDES (Pusat Kesehatan
Masyarakat Desa) tempat ini digunakan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat desa secara gratis bagi yang memiliki kartu kesehatan dan
KTP. Apabilah tidak menunjukkan kedua identitas tersebut maka pasien
akan dikenakan biaya adminisrasi sebanyak Rp.5.000,- ini membuktikan
bahwa kerja sama antara pemerintah desa dengan pihak kesehatan sangat
erat demi terlaksananya tertib administrasi di bidang pemerintahan desa.
Pemerintah Desa Tampo telah membangun kerja sama antara
bidan dan dukun dimana setiap Ibu hamil yang akan melahirkan telah
diberi pengertian dan pembinaan agar bila nanti melahirkan Ibu hamil
tersebut melaporkan kepada dukunnya dan dukun tersebut menyampaikan
kepada bidan desa karena yang akan melayani persalinan adalah tenaga
medis dan yang melaksanakan adat atau kebiasaan masyarakat adalah
dukun. Jadi proses melahirkan ditangani oleh bidan dan dukun beranak. Ini
juga membuktikan bahwa pemerintah desa sangat peduli bagaimana
pentingnya kebersamaan dalam melaksanakan segala kegiatan terutama
dalam hal peningkatan kesehatan masyarakat dan di desa ini juga di
adakan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) yang
79
dilaksanakan oleh tim penggerak PPK desa bekerja sama dengan bagian
Sanitarian Puskesmas.
Sejalan dengan kondisi tersebut, berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Lidyawati Aris pengurus PKK, beliau mengatakan:
“...Pemberian sanksi administrasi bagi warga yang tidak memiliki KTP
dan Kartu Kesehatan (KK) ketika ingin mendapatkan pengobatan gratis
berupa biaya sebesar Rp.5.000 bukanlah bermaksud untuk memberatkan
warga desa melainkan mengajak masyarakat untuk tertib administrasi.
Itupun tidak semua warga dikenakan biaya jika tidak memiliki KTP dan
KK, karena warga yang mendapat kartu JAMKESMAS dan JAMKESDA
tetap mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal dan dibebaskan
dari segala biaya serta dana yang terkumpul dari denda administrasi
diserahkan kembali ke petugas kesehatan untuk di manfaatkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku...” (tanggal 12 februari 2016).
2. Pelayanan Terhadap Masyarakat
Produktifitas pelayanan pemerintah merupakan hubungan antara
kualitas yang dilakukan untuk mencapai hasil, dimana produktifitas adalah
kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu yang bersifat materil
maupun non materil yang menggambarkan kemampuan aparatur dalam
bekerja. Dalam memberikan pelayanan pemerintah menerapkan standar
nilai atau norma pelayanan secara menyeluruh, seperti pemberian
pelayanan yang hanya berdasarkan pada kepentingan masyarakat sehingga
kecenderungan yang terjadi adalah kuatnya komitmen terhadap
masyarakat yang dilayaninya.
Untuk mewujudkan dan melaksanakan segala tugas yang dimaksud
diperlukan pemerintah yang profesional dalam bidangnya. Produktivitas
kinerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif,
sehingga pada akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang
80
sudah ditetapkan. untuk mempercepat proses penyelesaian pekerjaan, yang
mana pemerintah dalam bertugas hanya berdasarkan prosedur yang
berlaku. Sehingga pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat menjadi
lebih baik dikarenakan banyaknya alternatif yang didukung, seperti halnya
dalam pengurusan pembuatan KTP baru dan perpanjangan yang salah satu
syarat yang dipenuhi masyarakat yaitu fotocopy tanda lunas PBB tahun
yang berjalan. Ditunjang sebagian besar petugas dalam mempergunakan
fasilitas kerja sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan yaitu masyarakat
merasa senang ketika pemerintahan melayani masyarakat dengan baik.
Sebagaimana wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 oleh bapak
La Ode Ndiare selaku masyarakat Desa Tampo bahwa :
“Dengan adanya pelayanan yang baik maka pemerintah desa bersifat
terbuka, melakukan musyawarah, tepat dan amanah, serta bertanggung
jawab kepada masyarakat. sebab dalam pelayanan terhadap masyarakat di
Desa tampo sudah berjalan sesuai yang diharapkan oleh masyarakat karena
dalam pengurusan pembuatan KTP, KK dll menjadi lancar sehingga masyarakat
tidak harus mengantri hal ini dikarenakan tersedianya berbagai fasilitas yang
ada di kantor desa”.
3. Pengembangan Terhadap Masyarakat
Pemerintah sebagai pemberdaya masyarakat harus dapat
mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber
daya yang ada dalam komunitas maupun kelompok. Berbagai kelompok
warga ini harus mendapat perhatian dari pemerintah sehingga dalam
pengembangannya meraka bisa mengoptimalisasikan keterampilan
mereka, yang kedepannya dapat memberikan partisipasinya dalam
pembangunan desa. Dimana pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan
81
aktivitas ekonomi. Pelatihan juga merupakan proses membantu masyarakat
dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna
meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh
organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Pengembangan masyarakat adalah sebuah proses menjadi, bukan
sebuah proses instan, sebagai proses pengembangan masyarakat
mempunyai tiga tahapan yaitu tahap pertama penyadaran, pada tahap ini
target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk
pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai
sesuatu, prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka
perlu (membangun) dikembangkan, dan proses pengembangan itu dimulai
dari dalam diri mereka (bukan dari orang luar). Setelah menyadari, tahap
kedua adalah pengkapasitasan atau memampukan (enabling) untuk diberi
daya atau kuasa, artinya memberikan kapasitas kepada individu atau
kelompok manusia agar mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan
diberikan. Tahap ketiga adalah pemberian daya itu sendiri, pada tahap ini,
kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang, namun
pemberian ini harus sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki
mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peranan pemerintah
dalam pengembangan masyarakat di Desa Tampo yaitu sudah baik, karena
masyarakat berpartisipasi dalam bentuk tenaga dan ide atau pemikiran
tanpa berpartisipasi dalam bentuk dana. Adapun peranan yang diterapkan
82
pemerintah desa Tampo yaitu dengan meningkatkan keterampilan sumber
daya manusia dalam bentuk pelatihan maupun penyuluhan. Sehingga
terbuka pemikirannya apa saja yang harus dilakukan dalam pembangunan
desa. Hal ini didukung oleh wawancara pada tanggal 12 Februari 2016
oleh Bapak La Ode Karim bahwa :
“…dalam pembangunan juga kami biasanya menyampaikan kepada
masyarakat bahwa bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam
pembangunan dapat membantu berupa tenaga atau ide atau pemeikiran
dan keuangan, namun kami tidak memaksakan, hal ini karena kami tidak
bisa mengharap sepenuhya terhadap dana yang ada dari desa. Respon
masyarakat yang kami liat cukup baik...”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pemerintah desa dalam mengembangkan masyarakat agar turut
berpartisipasi melalui peningkatan sumber daya manusia dan keterampilan
dengan memberikan pelatihan agar pemikirannya terbuka apa saja yang
harus dilakukan dalam pembangunan desa khususnya meningkatkan hidup
masyarakat itu sendiri.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Tampo Kec. Napabalano Kab. Muna
Kepala desa selaku pemerintah di desa harus selalu melakukan
upaya-upaya yang tidak merugikan rakyat banyak seperti dalam
memahami aspirasi ataupun kebutuhan masyarakat secara keseluruhan
harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Hal seperti inilah yang
selalu mendapatkan maknanya, karena dari segala bentuk pembangunan
yang dilakukan baik itu berasal dari jalur pemerintahan, pemimpin maupun
83
secara kemasyarakatan lewat aspirasi yang disampaikan atau diberikan
oleh rakyat atau masyarakat, bilah dalam proses pelaksanaanya dilakukan
secara terpadu atau sesuai dengan harapan, maka pemerintah dalam hal ini
kepala desa dalam pelaksaan tugasnya akan berjalan dengan baik dan tidak
akan menimbulkan dampak yang negatif dari masyarakat.
Kepala desa dalam pemerintahan merupakan salah satu bentuk
kegiatan aparat pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, aparatur pemerintah di Desa sebagai administrator di bidang
pembangunan dan kemasyarakatan mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam pelaksanaan kebijakan sehubungan dengan
program pembangunan yang dilaksanakan dalam tingkat desa. Dengan
demikian kepala desa selaku pemerintah desa diharapkan mampu
menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam menunjang
keberhasilan dari proses pembangunan tersebut lewat kebijakan-kebijakan
yang diimplementasikan atau dilaksanakan di desa.
Kemudian dalam pelaksanaan kebijakan, kepala desa harus benar-
benar dapat mensosialisasikan kepada setiap anggota masyarakat agar
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kebijakan yang dilaksanakan
tersebut dapat terealisasi dengan sebaik-baiknya, sehingga kebijakan
tersebut yang sudah dilaksanakan di satu pihak tidak merugikan ataupun
menghambat program pemerintah dan dilain pihak juga masyarakat merasa
aspirasi mereka didengar dan sekaligus dilaksanakan serta tidak merasa
dirugikan oleh pemerintah setempat. Jadi dalam hal ini kedua belah pihak
84
tidak merasa saling dirugikan, baik dalam persoalan waktu maupun
pikiran. Mengingat pulah keinginan untuk menciptakan koordinasi yang
sempurna antara pemerintah desa dengan masyarakat, maka dapat
dikatakan salah satu kunci keberhasilan pemerintah dengan adanya
kewibawaan dan gaya kepeloporan yang tinggi untuk diperlihat kepada
masyarakat yang tercermin dalam diri seorang pemimpin, sehingga
mampu menumbuhkan partisipasi aktif tanpa ada paksaan dari siapapun
karena merasa tergugah dengan adanya semangat kerja sama yang
diperlihatkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan bersama.
Pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan, saling
keterbukaan dan transparan disamping itu juga pemerintah desa setiap ada
kegiatan atau pelaksanaan pembangunan yang ada di desa selalu dilibatkan
seluruh komponen masyarakat dan memberikan memotivasi masyarakat
dalam memelihara hasil pembangunan yang sudah ada. Oleh karena itu,
kepala desa sebagai pemerintah yang ada di desa untuk selalu melakukan
kegiatan-kegiatan maupun selalu memperhatikan hal-hal seperti yang
tersebut di atas, yaitu terutama dalam hal pelaksanaan kebijakan dan
penyelenggaraan pembangunan, karena menurut masyarakat mana yang
mereka rasakan itulah yang akan menjadi pegangan mereka misalnya
kepala desa dalam menyelenggarakan pembangunan dan pelaksanaan
kebijakan harus dilakukan secara optimal dan terbuka sehingga masyarakat
dalam memberikan partisipasirtya akan lebih tinggi.
85
Untuk mencapai tingkat partisipasi dalam pembangunan desa yang
maksimal dalam hal ini pembangunan di Desa Tampo, maka kepala desa
selaku pemerintah desa memerlukan beberapa langkah dalam
pelaksanaannya antara lain :
1. Melembagakan dan memberdayakan fungsi kontrol oleh pihak
yang berwenang.
2. Melakukan evaluasi terhadap program kegiatan yang telah
dilaksanakan.
3. Melakukan monitoring.
4. Memperbaiki kebijakan-kebijakan strategis yang nantinya
diarahkan kepada kebijakan riil masyarakat.
5. Melakukan penyesuaian-penyesuaian program yang selaras dengan
perkembangan lingkungan.
Peran pemerintah desa merupakan faktor penting untuk
menentukan kemajuan desa yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi
pemerintah juga tidak mungkin melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya untuk menjadikan desa semakin maju tanpa adanya dukungan
dan partisipasi dari masyarakat, untuk itu kepemimpinan dan juga
partisipasi dari masyarakat harus berjalan secara seiring dan sejalan agar
tercipta suasana yang kondusif dan harmoni sehingga tujuan dan cita-cita
untuk menjadikan desa semakin baik akan bisa terwujud.
Keberhasilan dari peranan yang di terapkan oleh pemerintah desa
tidak terlepas dari namanya rasa kebersamaan antara semua unsur terkait
86
demi mencapai tujuan hidup bersama. Keberhasilan peranan yang di
terapkan merupakan hasil bersama antara pemerintah desa dan masyarakat.
Sehingga dapat dilihat bahwa hubungan antara pemerintah desa dengan
masyarakat itu berjalan dengan baik atau harmonis.
Ada delapan tahapan partisipasi menurut Sheryy Arsntein dari
hasil penelitian tingkat partisipasi masyarakat yang baik dalam hal ini
dapat dilihat dari tahapan dan indikator tingkat partisipasi masyarakat di
Desa Tampo antara lain.
1. Tahap Manipulasi
Tahapan manipulasi dimana responden telah mengetahui adanya
informasi pelaksanaan program pembangunan sebagian responden pernah
mengetahui adanya informasi dari pemerintah yaitu berjumlah 25 orang
atau 71,43% sedangkan responden yang tidak pernah mengetahui adanya
informasi dari pemerintah yaitu 2 orang atau 5,71%. Ini menunjukan bahwa
di Desa Tampo pada tahapan manipulasi lebih banyak yang mengetahui
tentang informasi pelaksanaan pembangunan dibandingkan yang tidak
pernah mengetahui informasi pelaksanaan pembangunan.
2. Tahap Terapi
Tahapan terapi mengenai tanggapan responden dengan indikator
adanya undangan menghadiri program pembangunan yang pernah
menerima undangan sebanyak 15 orang atau 42,86 %, kemudian yang
tidak pernah menerima surat undangan untuk mengikuti Musrenbang
sebanyak 3 orang atau 8,57%. Dalam tahapan terapi bahwa tingkat
87
partisipasi masyarakat Desa Tampo berjalan dengan baik karena
masyarakat tanpa menerima surat undangan mereka tetap hadir ketika ada
Musrenbangdes di desa.
3. Tahap Penyampaian Informasi
Tahapan penyampaian informasi mengenai tanggapan responden
dengan indikator sosialisasi jadwal dalam menyusun program
pembangunan yang pernah melakukan sosialisasi dalam program
pembangunan yaitu 28 0rang atau 80 %, kemudian yang merasa tidak
pernah menyampaikan informasi tentang penyususnan program
pembangunan yaitu 1 orang atau 2,86%. Dalam tahapan penyampaian
informasi di Desa Tampo dimana tahapan tersebut yang banyak
mengetahui tentang sosialisasi program pembangunan, ini menunjukan
bahwa tahapan tersebut sudah baik karena pemerintah desa selalu
menyampaikan informasi kepada masyarakat jika ada pembangunan yang
akan dilaksanakan di desa.
4. Tahap Konsultasi
Tahapan konsultasi mengenai tanggapan responden dengan
indikator masyarakat dapat memberi usulan program pembangunan secara
langsung yang selalu memberikan tanggapan tentang usulan program
pembangunan yaitu sebanyak 29 orang atau 82,86 %, Sedangkan tidak
adanya pemberitahuan tentang usulan program pembangunan secara
langsung yaitu berjumlah 2 orang atau 5,71%. Tahapan konsultasi ini
menunjukan bahwa tingginya masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam
88
pemberian usulan secara langsung dalam forum Musrenbangdes.
5. Tahap Peredam Kemarahan
Tahapan peredam kemarahan mengenai tanggapan responden
dengan indikator yang selalu berdialog kepada masyarakat diluar forum
Musrenbang yaitu 10 orang atau 28,57%, Dan tidak adanya dialog diluar
forum musrenbang yaitu 7 orang atau 20%. Tahapan peredam kemarahan
menunjukan bahwa pemerintah desa mampu memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada masyarakat pentingnya pembangunan walaupun diluar
forum Musrenbangdes.
6. Tahap Kemitraan
Tahap kemitraan mengenai tanggapan responden dengan indikator
keaktifan masyarakat yang selalu mengawasi pelaksanaan pembangunan
yaitu 21 orang atau 60%, sedangkan yang tidak merasa diawasi itu
sebanyak 3 orang atau 8,57%. Dalam tahapan kemitraan bahwa tahapan
tersebut sudah berjalan dengan baik karena masyarakat merasa selalu
mengawasi jalannya proses pembangunan yang ada di desa,
7. Tahap Pendelegasian Kekuasaan
Tahap pendelegasian kekuasaan mengenai tanggapan responden
dengan indikator yang tinggi tingkat kepercayaan pemerintah desa dalam
merencanakan pembangunan yaitu 8 orang atau 22,86%. Dan yang rendah
tingkat kepercayaan pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunana
yaitu 15 orang atau 42,86%. Dalam hapan pendelegasian kekuasaan bahwa
pemerintah desa belum memberikan secara penuh kepada masyarakat
89
dalam hal pelaksanaan pembangunan karena usulan masyarakat akan
dicocokan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
8. Tahap Pengawasan Masyarakat
Tahapan pengawasan masyarakat mengenai tanggapan responden
dengan indikator ada ketersedian sarana bagi masyarakat dalam
pengawasan pembangunan melalui kotak saran yaitu 9 orang atau 25,71%,
dan tidak adanya masyarakat dalam pengawasan pembangunan melalui
kotak saran yaitu 10 orang atau 28,57%. Tahapan tersebut bahwa pihak
memerintah desa masih lemah dalam hal pemberian akses informasi
khususnya melalui pemanfaatan teknologi yang semakin maju.
Hasil penelitian menunjukan tingkat partisipasi masyarakat Desa
Tampo yang diperoleh dari tanggapan responden untuk mengetahui tiga
tingkat partisipasi masyarakat diantaranya skor rata-rata tahap manipulasi
dan tahap terapi termasuk tingkat tingkat Non Partisipasi sebesar 57,15
persen, rata-rata skor untuk tahapan penyampaian informasi, tahapan
konsultasi, dan tahapan peredam kemarahan termasuk tingkat tanda
partisipasi (Tokenisme) sebesar 63,81 persen dan skor rata-rata untuk
tahapan kemitraan, tahapan pendelegasian kekuasaan, dan pengawasan
masyarakat termasuk tingkat kekuasaan masyarakat sebesar 35,19 persen.
Akumulasi skor atau nilai dari delapan tahapan dan indikator masing-
masing membentuk tingkat partisipasi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat telah sampai pada tingkat tanda
partisipasi (Tokenisme) dengan nilai skor rata-rata tertinggi.
90
Adapun hasil dari peranan pemerintah desa dalam proses
meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melihat dari tingkat
manipulasi, terapi, penyampaian informasi, konsultasi dan peredam
kemarahan menunjukan tingkat non partisipasi dan tokenisme yang selalu
mengikuti proses pelaksanaan pembangunan di desa.
Serta dari tingkat kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan
pengawasan masyarakat masih belum berjalan dengan baik karena pada
pencapaian tahap tersebut membutuhkan kerja keras dari berbagai pihak
yang terkait mulai dari pihak perwakilan tokoh masyarakat, tingkat dusun,
sampai pada penyelenggara pemerintahan di tingkat desa. Hal ini
dikarenakan keterlibatan masyarakat yang semakin tinggi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan disertai adanya sikap keterbukaan dari
pemerintah itu sendiri tentunya akan menjadi arah bagi terwujudnya
kepercayaan sosial politik, dengan demikian akan memungkinkan
terselenggaranya proses pemerintahan yang demokratis.
Paranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat di Desa Tampo yang Secara garis besar mencakup berbagai
bidang yang dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:
1. pembinaan terhadap masyarakat yang meliputi:
a. Pembinaan Terhadap Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Adapun hasil penelitian mengenai tanggapan responden dalam
pembinaan masyarakat di bidang ekonomi yaitu sebanyak 17 orang atau
48,57%, sedangkan masyarakat yang tidak pernah merasakan pembinaan
91
dalam bidang ekonomi yaitu 3 orang atau 8,57%. Hal ini menunjukan
bahwa pemerintah desa selaku pimpinan memperhatikan keadaan
masyarakat dengan cara memberikan bantuan bagi masyarakat yang tidak
mampu seperti pemberian raskin, selain itu juga memberikan pembinaan
dalam bidang kewiraswastaan seperti memberian pinjaman modal dengan
bunga yang rendah demi mengembangkan usaha masyarakat.
b. Pembinaan Terhadap Masyarakat Dalam Bidang Hukum
Dari hasil penelitian tanggapan responden yang mengenai
pembinaan masyarakat di bidang hukum di Desa Tampo pernah dilakukan
oleh pemerintah desa dengan bekerja sama dengan dinas terkait dan pihak
kepolisian di Desa Tampo yaitu 23 orang atau 65,71%, dan yang tidak
pernah melakukan pembinaan masyarakat yaitu 5 orang atau 14,29%. Jadi
pembinaan masyarakatak dalam bidang hukum di Desa Tampo sudah
berjalan dengan baik agar pemuda dapat memberikan bimbingan
kemasyarakatan dan pengentasan anak di lembaga-lembaga
pemasyarakatan anak negara. Contoh pemuda berkumpul untuk
mendiskusikan bahaya akibat narkotika, diberi penyuluhan akibat adanya
perkelahian pelajar.
c. Pembinaan Terhadap Masyarakat Pada Bidang Agama
Dari hasil penelitian tanggapan responden mengenai pembinaan
masyarakat dalam bidang agama pernah melakukan untuk meningkatkan
kehidupan beragama dikalangan pemuda yaitu 24 orang atau 68,57%, dan
tanggapan responden yang tidak pernah melakukan pembinaan masyarakat
92
dalam bidang agama yaitu 4 orang atau 11,43%. Ini merupaka bahwa di
Desa Tampo sudah terlaksana dengan baik dalam pembinaan di bidang
agama dalam hal pengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti
untuk membangun tempat ibadah. Sebagaimana yang disampaikan oleh H.
La Ode Tila, seorang tokoh agama di Desa Tampo.
“...Kegiatan yang telah disusun oleh pemerintah desa untuk
melakukan kegiatan pembersihan secara bergotong-royong di tempat
ibadah setiap dua minggu sekali merupakan bentuk kepedulian yang
ditanamkan untuk memupuk semangat tali silaturrahim dengan sesama
warga, dan pengajian yang rutin diadakan setiap minggu yang disertai
dengan ceramah agama biasanya banyak dihadiri oleh anak-anak muda.
Mungkin tujuan dari pemerintah desa adalah menanamkan pemahaman
agama sejak dini kepada generasi muda...” (wawancara 12 februari
2016).
Dari hasil wawancara tersebut diatas bahwa pemerintah desa
melakukan gotong- royong dalam membersihkan tempat ibadah, ini
merupakan kepedulian pemerintah desa terhadap kebersihan tempat ibadah
tidak lain hal hanyalah demi tercapainya tali siraturahmi dengan
masyarakat.
d. Pembinaan Masyarakat Pada Bidang Kesehatan
Dari hasil penelitian tanggapan responden yang pernah merasakan
pelayanan pembinaan dalam bidang kesehatan yaitu sebanyak 16 orang
atau 45,71%, dan yang tidak pernah merasakan pembinaan di bidang
kesehatan 7 orang atau 20%. Ini menunjukkan bahwa di Desa Tampo
pelayanan pihak kesehatan sudah berjalan dengan baik.
kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan
93
kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga tersebut diikutsertakan anggota-
anggota masyarakat di pedusunan melalui segala pengarahan untuk
menimbulkan kesadaran masyarakat dalam membantu memecahkan dan
mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desa.
Pembanguna kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan atau
pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan edukatif masalah
kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok
masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan yang tepat dalam
mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat mendorong timbulnya kreativitas dan
inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut serta secara
aktif dalam program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
bersangkutan.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran
masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan
pembangunan desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan
kesehatan di tingkat kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama
dengan sektor-sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta
masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).
94
2. Pelayanan Terhadap Masyarakat
Pelayanan terhadap masyarakat merupakan bentuk pelayanan
pemerintah desa dan aparat desa kepada masyarakat di Desa Tampo
apabilah masyarakat yang bersangkutan membutuhkan pelayanan misalnya
dalam hal pembuatan Kartu Keluarga (KK), KTP dan lain sebagainya.
Maka aparat pemerintah desa berupaya semaksimalkan untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada warganya. Adapun pelayanan pemerintah desa
terhadap masyarakat di desa tampo sudah berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan oleh masyarakat hal ini karena didukung ketersediaan fasilitas
yang ada di kantor desa.
3. Pengembangan Terhadap Masyarakat
Pengembangan terhadap masyarakat merupakan efektifnya
masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti halnya
kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan
desa tidak terlepas dari dukungan atau partisipasi masyarakat untuk
mentaati atau melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini
pada dasarnya bertujuan bagi dua aspek yakni bagi pemerintah desa dan
bagi masyarakat itu sendiri.
Kedua aspek tersebut yang dimaksut untuk melakukan penataan
sehingga tercipta tata ruang yang guna bagi pemerintah dan masyarakat
sehingga pemanfaatan ruang dapat dioptimalkan sesuai dengan
peruntukannya dan juga menciptakan efektif bangunan sehingga tampak
keindahan desa yang aman dan tertib. Selain dari aspek tersebut juga
95
dimaksudkan sebagai sumber pendapatan desa untuk pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam hal ini
pengembangan organisasi yang lebih baik.
Jika dilihat dari peran pemerintah desa untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembinaan terhadap masyarakat, pelayanan
kepada masyarakat, dan pengembangan terhadap masyarakat sudah
berjalan dengan baik karena pemerintah desa selalu memberikan
penyuluhan dan pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam mengurus
kepentingan masyarakat.
96
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai peran pemarintah
desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tampo, maka
dapat disimpulkan bahwa :
Tingkat partisipasi masyarakat meliputi: tahap manipulasi dan tahap terapi,
termasuk tingkat non partsispasi masyarakat ini termasuk dalam kategori cukup
tinggi hal ini dapat dilihat dari adanya informasi pelaksanaan dan adanya
undangan menghadiri program pembangunan. Kemudia tingakat partsisipasi
masyarakat pada tahap penyampaian informasi, tahap konsultasi, dan tahap
peredam kemarahan termasuk tingkat tanda partisipasi (Tokenisme) termasuk
dalam kategori cukup tinggi dilihat dari sosialisasi jadwal dalam menyusun
program pembangunan dan memberi usulan program pembangunan pada saat
musrenbangdes. Kemudian tingkat partisipasi masyarakat pada tahap kemitraan,
tahap pendelegasian kekuasaan dan tahap pendelegasian kekuasaan termasuk pada
tingkat kekuasaan masyarakat ini termasuk dalam kategori rendah hal ini
dikarenakan pemerintah desa belum memberikan kepercayaan secara penuh
kepada masyarakat dalam hal pelaksanaan pembangunan di wilayah mereka
karena ternyata usulan dari masyarakat akan dicocokan dengan program SKPD
terkait yang telah dibuat.
96
97
Berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat dari tiga tingkatan
kategori tersebut diatas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat di Desa Tampo adalah tergolong cukup baik.
Untuk peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bentuk pembinaan terhadap masyarakat meliputi
pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi, pembinaan masyarakat
dalam bidang hukum, pembinaan masyarakat dalam bidang agama, dan
pembinaan masyarakat dalam bidang kesehatan. termasuk kategori cukup
baik hal ini dapat dilihat dari keaktifan pemerintah desa dalam melakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Kemudian peran pemerintah desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat yang berbentuk pelayanan terhadap
masyarakat termasuk cukup baik hal ini dilihat dari pelayanan pemerintah
desa dan aparat desa terhadap masyarakat pada saat musrenbangdes
ataupun masyarakat yang berkepentingan. Kemudian peran pemerintah
desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yang berbentuk
pengembagan terhadap masyarakat termasuk kategori cukup baik hal ini
dapat dilihat dari keakifan masyarakat dalam melakukakn pelatihan dan
penyuluhan.
5.2. Saran
Melihat peran pemerintah desa dalam partisipasi masyarakat di
Desa Tampo yang kategorinya cukup baik, maka pemerintah desa
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih cara
bagaimana mereka mau berpartisipasi dalam pembangunan. Disamping
98
itu, perlu melakukan pembinaan secara intensif khususnya pada
masyarakat yang masih kurang aktif dalam berpartisipasi pada
pembangunan di wilayah mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arnstein,Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the
American Institute of Planners.
Juraidih, 2011. Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pembangunan. di Desa Mendik Karya
Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser Journal Administrasi Negara,
journal.an.fisip-unmul.ac.id
Mikkelsen, 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Uapaya-Upaya
Pemberdayaan. (Terjemahan Matheos Nalle), Edisi Ketiga, Februari
2003.Bandung.
M. Helmi Watoni Satka, 2012. Strategi Pemerintah Desa Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Journal llmu
Administrasi Negara.
Mondong, Hendra. 2011. Peran Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. USU. Medan.
Miftahus Surur, 2014. Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program
Pembangunan Desa. Jombang
Moynihan, 2003. Normative and Instrumental Perspektive on Public
Participation, American Review of Public Administration, V 33 (2)
pp. 164-188.
Ndraha, Taliziduhu. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan.
Penerbit Yayasan Karya Dharma. Jakarta.
Notoatmodjo, 2005, Promosi kesehatan teori dan Aplikasi, Jakarta : PT
Rineka Cipta
Rifko Setiawan Suangi, 2013. Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkat
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Modayag Barat Manado
Adisasmita, Rahardjo., 2006. Membangun Desa Partisipatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu Graha Ilmu. Yogyakarta.
Siti Irene Astuti. D., 2011 Rural Development Participation: Concepts and
Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Ithaka.
Cornel University.
Tjahja Supriatna, 2000 Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, Rineka
Cipta, Jakarta.
Tjahja Supriatna, 2000 Prinsip – Prinsip Pembangunan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Tjahja Supriatna, 2000 tujuan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta.
Tjahja Supriatna, 2000 Pokok-pokok kebijaksanaan Pembangunan, Rineka
Cipta, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Umboh, Fredriek Anderson. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Desa di Desa Pinili Kecamatan Dimembe
Kabupaten Minahasa. Tesis. Pascasarjana, IPB
Uphoff dan Cohen. 2007. Raising Factor Productivity in Irrigated Rice
Production : Opportunities with The System of Rice Intensification.
DISIMP.
Wicaksono, 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan Studi Kasus: Sistem Polder Banger Kelurahan
Muktiharjo, Kota Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Widjaja.2004.Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan
Utuh. PT.
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Peranan Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Di desa Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna
Identitas Responden :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda silang (X) mengenai jawaban yang anda pilih
2. Identitas anda/responden kami jamin kerahasiannya
Pertanyaan 1: Peranan Pemerintah Desa
1. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara, pemerintah desa pernah melakukan
pembinaan pada masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi?
a. Pernah
a. Jarang
b. Tidak pernah
2 Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara, pemerintah desa melakukan
pembinaan kepada masyarakat dalam bidang agama?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
3. Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara, pemerintah desa melakukan
pembinaan kepada masyarakat dalam bidang hukum?
a. Pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Apakah menurut bapak/ibu/saudara, pemerintah desa melakukan
pembinaan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan?
a. Pernah
b. Kadang- kadang
c. Tidak ada
Pertanyaan 2: Partisipasi masyarakat
1. Tahapan Manipulasi
Informasi pelaksanaan Musrembangdes oleh pemerintah desa!
a. Ada
b. Kadang-kadang
c. Tidak ada
2. Tahapan Terapi
Adanya undangan menghadiri forum musrembangdes!
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
3. Tahapan Penyampaian Informasi
Sosialisasi jadwal pelaksanaan Musrembangdes!
a. Ada
b. Kadang-kadang
c. Tidak ada
4. Tahapan Konsultasi
Masyarakat dapat memberi usulan program secara langsung!
a. Dapat
b. Kadang-kadang
c. Tidak dapat
5. Tahapan Peredam Kemarahan
Masyarakat dapat berdialog dengan pemerintah desa diluar forum
Musrembang!
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
6. Tahapan Kemitraan
Masyarakat dapat aktif dalam mengawasi proses pembangunan!
a. Dapat
b. Kadang-kadang
c. Tidak dapat
7. Tahapan Pendelegasian Kekuasaan
Tingkat kepercayaan pemerintah desa kepada masyarakat dalam
merencanakan pembangunan desa!
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
8. Tahapan Pengawasan Masyarakat
Ketersediaan Sarana Bagi Masyarakat Dalam Pengawasan Pembangunan
Melalui Kotak Saran!
a. Ada
b. Tidak Semua Ada
c. Tidak Ada
Lampiran 2
WAWANCARA
1. Bagaimana cara pemerintah desa dalam melakukan pembinaan pada
masyarakat dalam bidang ekonomi,hukum, agama, dan kesehatan?
2. Bagaimana cara pemerintah desa dalam melakukan pelayanan pada
masyarakat?
3. Bagaimana cara pemerintah desa dalam melakukan pengembangan pada
masyarakat
4. Bagaimanakah cara pemerintah desa mengajak masyarakat agar
berpartisipasi dalam pembangunan desa?
5. Bagaimanakah pemerintah desa melibatkan dalam menyusun,
perencanaan, palaksanaan dan pengurusan pembangunan desa?
top related