peningkatan prestasi belajar sejarah melalui …
Post on 24-Nov-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
FRANSINA WALLY
151314016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
FRANSINA WALLY
151314016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Roh Kudus tidak pernah berhenti
memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah kepada saya.
2. Kepada kedua orang tua saya (Yance Wally dan Orpa Tuu), kakak saya
(Yael Wally), adik-adik saya (Herlina Wally, Ester Wally, Novela Wally,
Joris Jessey Antonius Wally, dan Antonius Nahum Debem), yang sangat
mendukung saya dengan dukungan jasmani dan rohani, serta untuk semua
keluarga dan teman-teman yang saya cintai yang selama ini sangat
mendukung saya.
3. Kepada mereka selalu tanya kapan lulus atau wisuda, saya ucapkan terima
kasih atas pertanyaan tersebut memberikan saya motivasi untuk lulus dari
kuliah saya ini.
4. Kepada diri saya sendiri, saya berterima kasih karena tidak pernah
berputus asa untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka semua itu akan
ditambahkan kepadamu”
(Matius 6:33)
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7)
“Jangan sesaat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa
yang ditabur orang, itu yang akan dituainya”
(Galatia 6:7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL
Fransina Wally
Universitas Sanata Dharma
2020
Penelitian tindakan kelas dilakukan bertujuan untuk peningkatan prestasi
belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa
kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.
Metode penelitian ini mengacu pada penelitian tindakan Kurt Lewin, yaitu
melalui empat tahap: (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3)
observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Subyek penelitian adalah pada
siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul berjumlah 21 siswa. Objek
penelitian ini adalah prestasi belajar sejarah dan model kooperatif tipe jigsaw.
Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik
deskriptif komparasi dengan prosentase.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setelah menerapkan model
pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Pada aspek
kognitif pra siklus nilai rata-rata siswa mencapai 68,80, pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 70,24, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,81.
Sedangkan prosentase siswa yang mencapai KKM pada pra siklus 71,42%
meningkat pada siklus I menjadi 80,95%, dan siklus II meningkat menjadi
85,71%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus
hingga siklus II telah mengalami peningkatan dari segi kognitif, hal tersebut
didukung oleh aspek afektif dan psikomotorik yang hasilnya sesuai dengan
tindakan kelas yang sudah direncanakan.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Pembelajaran Sejarah, Model Pembelajaran
Kooperatif, dan Tipe Jigsaw
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF HISTORICAL ACHIEVEMENT THROUGH
COOPERATIVE LEARNING MODELS IN JIGSAW TYPE ON CLASS X
MARKETING STUDENTS IN SMK PUTRA TAMA BANTUL
Fransina Wally
Sanata Dharma University
2020
Classroom action research was carried out with the aim to increase
historical learning achievement through the jigsaw cooperative learning model in
class X Marketing students in SMK Putra Tama Bantul.
This research method refers to Kurt Lewin's action research, consisting of
four stages: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. The
research subjects were 21 students of Class Marketing at Putra Tama Bantul
Vocational School. The object of this research is historical learning achievement
and cooperative model of jigsaw type. Data collection techniques were carried
out using observation instruments, interviews, tests, and documentation, while the
data analysis technique was comparative descriptive with percentages.
The results showed that applying the jigsaw type of learning model can
improve historical learning achievement. In the pre-cycle the average value of the
students reached from 68.80, in the first cycle to 70.24, and in the second cycle
increased to 83.81. While the percentage of students who reached KKM in the
pre-cycle 71.42% was increased in the first cycle to 80.95%, and the second cycle
increased to 85.71%. Based on these data it can be concluded that from pre-cycle
to cycle II, there was increase because of the planned class actions.
Key Words: Learning Achievement, Historical Learning, Cooperative Learning
Model, and Jigsaw Type
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………............... i
HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING…………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………… viii
ABSTRACT………………………………………………………………….. ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Maslah……………………………………………….. 1
B. Identifikasi Permasalahan……………………………………………. 9
C. Batasan Masalah……………………………………………………… 9
D. Rumusan Masalah……………………………………………………. 9
E. Pemecahan Masalah………………………………………………….. 9
F. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 10
G. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 10
BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN …………………………...
12
A. Landasan Teori……………………………………………………….. 12
B. Penelitian Relevan…………………………………………………..... 38
C. Kerangka Berpikir…………………………………………………..... 40
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………....... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 42
A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 42
B. Setting Penelitian……………………………………………………... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Subyek Penelitian…………………………………………………….. 44
D. Objek Penelitian……………………………………………………… 44
E. Variabel-Variabel Penelitian…………………………………………. 44
F. Definisi Operasional………………………………………………….. 44
G. Metode Pengumpulan Data…………………………………………... 45
H. Instrumen Pengumpulan Data………………………………………... 46
I. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….. 48
J. Desain Penelitian……………………………………………………... 51
K. Analisis Data…………………………………………………………. 51
L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……………………………………... 58
M. Indikator Keberhasilan Penelitian……………………………………. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………... 63
A. Hasil Pelaksanaan Penelitian…………………………………………. 63
B. Pembahasan…………………………………………………………... 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………………. 114
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 114
B. Implikasi……………………………………………………………… 115
C. Saran………………………………………………………………….. 115
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 117
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif………………………………….. 32
Tabel 2. Keterangan penilaian acuan PAP I………………………………….. 52
Tabel 3. Analisis prosentase prestasi belajar…………………………………. 53
Tabel 4. Analisis prosentase aktivitas belajar………………………………... 53
Tabel 5. Analisis kegiatan presentasi belajar………………………………… 53
Tabel 6. Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan
Siklus I………………………………………………………………………...
54
Tabe 7. Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus
II………………………………………………………………………………
54
Tabel 8. Analisis komparasi kegiatan presentasi siklus I dengan siklus II…... 55
Tabel 9. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus Dengan Siklus I…... 55
Tabel 10. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II …… 55
Tabel 11. Insrumen Aktvitas belajar siswa………………………………..…. 56
Tabel 12. Instrumen Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa………………….. 57
Tabel 13. Instrumen Pengamatan Kegiatan Presentasi Siswa ………………. 57
Tabel 14. Data aktivitas belajar sejarah siswa pra siklus……………………. 65
Tabel 15. Data prosentase aktivitas belajar sejarah pra siklus……………….. 66
Tabel 16. Data prestasi belajar sejarah siswa pra siklus……………………… 67
Tabel 17. Data prosentase prestasi belajar sejarah siswa pra siklus………….. 68
Tabel 18. Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus I ……….. 74
Tabel 19. Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I………… 76
Tabel 20. Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I ………... 77
Tabel 21. Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus
I………………………………………………………………………………..
79
Tabel 22. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I……………………… 80
Tabel 23. Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I …………. 81
Tabel 24. Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus II ……….. 86
Tabel 25. Data Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………………... 88
Tabel 26. Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II………... 89
Tabel 27. Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II…… 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel 28. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II …………………….. 92
Tabel 29. Data Prosentase prestasi Belajar Siswa Siklus II………………….. 93
Tabel 30. Data komparasi aktivitas siswa pra siklus dengan siklus I……….. 95
Tabel 31. Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus
I………………………………………………………………………………..
96
Tabel 32. Data komparasi aktivitas siswa pada siklus I dengan siklus II……. 98
Tabel 33. Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
………………………………………………………………………………...
99
Tabel 34. Data komparasi kegiatan siswa siklus I dengan siklus II………… 100
Tabel 35. Data prosentase kegiatan belajar siklus I dengan siklus II………... 101
Tabel 36. Data komparasi prestasi pra siklus dengan siklus I………………... 103
Tabel 37. Data prosentase komparasi prestasi pra siklus dengan siklus I……. 104
Tabel 38. Data komparasi prestasi siklus I dengan siklus II…………………. 105
Tabel 39. Data prosentase komparasi prestasi siklus I dengan siklus II……... 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian…………………………………………….. 121
Lampiran 2. Wawancara guru dan siswa…………………………………….. 122
Lampiran 3. Silabus…………………………………………………………... 131
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………………… 134
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………………….. 158
Lampiran 6. Validitas dan reliabilitas siklus I………………………………... 182
Lampiran 7. Validitas dan reliabilitas siklus II……………………………… 185
Lampiran 8. Dokumentasi……………………………………………………. 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Marzuki adalah usaha masyarakat dalam
mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Yang mana dapat di tandai dengan
pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia.1
Sehingga pendidikan sebagai sarana untuk menyiapkan para genarasi muda dalam
mengolah dan menjaga warisan budaya sudah ada sejak nenek moyang kita atau
dengan kata lain pendidikan sebagai sarana untuk menyediakan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka mampu mengelola kebudayaan-
kebudayaan yang ada. Setiap generasi muda boleh mengikuti perkembangan
zaman, tetapi terus mempertahankan budaya sendiri atau memperkenalkan pada
dunia tentang kebudayaan bangsa Indonesia melalui pengetahuan yang sudah ia
dapatkan selama belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Ilmu
tersebut sebagai pedoman generasi muda untuk mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Adapun dapat dipahami, pendidikan merupakan aspek penting bagi
manusia modern dewasa ini, sebab semua yang dikembangkan atau dijalankan
manusia modern berkaitan dengan cara kerja yang menggunakan daya berpikir
bukan menggunakan otot yang tidak perlu wawasan intelektual yang luas dengan
1 Marzuki dalam Lilis Widayanti,Lukman Hakim, Pembelajaran Kooperatif Tpe Jigsaw Sebagai
Upaya Pendidikan Karakter Pada Mata Kuliah Operation Research, dalam Jurnal Matematika
dan Pendidikan Matematika Vol.II, 1 Maret 2013, hlm.79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
melihat saja pasti bisa. Namun hal tersebut, sudah tidak lagi begitu penting
terutama dalam dunia kerja di perusahan, kantor, dan lain-lain. Dalam dunia kerja
tersebut membutuhkan wawasan intelektual yang luas agar mampu
mengembangkan suatu usaha. Sehingga pendidikan merupakan sebuah wadah
yang disediakan oleh pemerintah untuk mengubah cara berpikir seseorang,
pemerintah dapat menyediakan manusia muda yang berwawasan intelektual luas
untuk dapat menjalankan kehidupan modern yang semakin kompleks. Kehidupan
modern pastinya membutuhkan orang-orang yang berpendidikan terutama dalam
dunia kerja di perusahan, kantor-kantor pemerintah, dan lain-lain. Oleh sebab itu,
setiap negara termasuk Indonesia berupaya untuk mencerdaskan warga negaranya
dengan membuat sekolah-sekolah formal guna untuk membuat warga masyarakat
dapat berpendidikan dan mampu bersaing dalam dunia kerja maupun dalam
masyarakat. Setiap negara termasuk Indonesia cara belajar siswa berbeda-beda,
karena hal tersebut sudah dapat dirancang oleh pemerintah dalam kurikulum yang
ada sesuai dengan tujuan negaranya.2
Selaras dengan upaya tersebut pemerintah telah menekankan kurikulum
20133, jika dipahami kurikulum 2013 lebih baik karena siswa juga terlibat aktif
dalam setiap mata pelajaran khususnya pelajaran sejarah. Kurikulum 2013 dapat
menekankan pada tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (sikap) yang diberikan di dalam kelas secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung adalah pengetahuan dan keterampilan
2 Nur’Aeni, & Mohammad Nurjaman, Pengantar Pendidikan, Jakarta Selatan, Unindra Press,
2012., hlm. 9, dan 12-13 3 Dilihat UU No.20 tahun 2003 dalam H.E.Mulyasa, Pengembangan Kurikulum dan Implementasi
Kurikulum 2013, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2017,hlm.20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sedangkan secara tidak langsung adalah penilaian sikap. Sistem penilaian dapat
digolongkan menjadi 3 aspek, penilaian kognitif (pengetahuan), penilaian
psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap) yang perlu dikaji sebagai
berikut:4
1. Penilaian kognitif adalah berkaitan dengan kemampuan siswa memahami
materi. Metode penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, hal-hal
yang dinilai: nilai harian (NH), nilai Ulangan Tengah Semester (NTS), dan
nilai akhir semester (NAS). Nilai harian (diambil dari nilai tes tertulis,tes lisan,
dan penugasan dari setiap Kompetensi Dasar (KD), rerata nilai harian (RNH)
merupakan rerata dari semua tugas seperti nilai tes tertulis,tes lisan, dan
penugasan dari setiap Kompetensi Dasar (KD), dan capaian Kompetensi
Pengetahuan adalah hasil akhir dari RNH, NTS, dan NAS.
2. Penilaian psikomotorik adalah perolehan nilai dari keterampilan yang
dihasilkan siswa. Proses penilaian siswa harus mendemonstrasikan sesuatu
dengan cara tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen penilaian
dapat berupa daftar cek atau skala yang dilengakapi rubrik5. Penilaian
keterampilan dalam kurikulum 2013 terdiri atas: tes praktik adalah penilaian
yang menuntut respon siswa untuk melakukan suatu hal yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi, tes proyek adalah tugas-tugas belajar terdiri atas kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan baik lisan maupun tertulis dalam
kurun waktu tertentu, penilaian produk adalah menilai hasil dari proses
4 Amirono,M.T dan Daryanto, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013, Malang,
Gava Media, 2016, hlm. 250-255 5 Rubrik adalah daftar kriteria yang akan menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep
yang akan dinilai, dan sebagai tingakatan mutu yang paling sempurna sampai pada yang paling
buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pembuatan dan kualitas atau isi dari suatu produk, dan penilian portofolio
adalah menilai hasil dari seluruh karya siswa yang bersifat reflektif-integratif,
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas siswa dalam
kurun waktu tertentu.
3. Penilaian afektif (sikap) adalah berkaitan dengan penilaian sikap selama siswa
mengikuti proses pembelajaran. Metode penilaian afektif (sikap) melalui
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Penilaian sikap
dapat berkaitan dengan suka atau tidak suka seorang siswa terhadap mata
pelajaran yang sedang ia belajar khususnya pelajaran sejarah.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
kurikulum 2013, ketiga aspek sudah dibahas itu sebagai patokan dalam penilaian
kegiatan belajar siswa di sekolah. Siswa diberi kewajiban untuk melakukan semua
tugas dari guru, sebagai haknya guru akan memberikan nilai dari hasil kerja siswa.
Tidak hanya untuk nilai , disini guru melatih siswa untuk bertanggung jawab, dan
mendapatkan pengetahuan baru dari kewajiban tersebut.
Dalam menentukan prestasi belajar sejarah ada 3 ranah yang perlu
diperhatikan oleh guru sejarah, yakni : (1) ranah kognitif; (2) afektif dan (3)
psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2009), ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.6 Untuk aspek kognitif dan psikomotorik guru sejarah dengan mudah
mengetahuinya seberapa besar siswa dapat mempelajari mata pelajaran sejarah
6Nana Sudjana (2009) dalam Suhartini & Sukanti, Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Akuntansi, dalam Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014, hlm. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan serius. Jika siswa serius maka hasil tesnya pun baik. Sedangkan aspek
afektif guru sejarah harus tahu betul mengenai karakteristik siswa di kelas. Agar
dalam penentuan sikap siswa guru tidak hanya menebak tetapi langsung
menentukan sikap siswa yang sebenarnya. Sehingga cara untuk membantu guru
sejarah dalam menentukan prestasi belajar sejarah dengan menggunakan metode
atau strategi mengajar yang tepat, dimana membangun motivasi belajar siswa
terhadap pembelajaran sejarah.
Dewasa ini semua negara termasuk Indonesia berkompetensi dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan sebagai segmen penting terutama
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat ditingkatkan. Maka lembaga yang diberi tanggung jawab adalah
sekolah. Sekolah merupakan tempat menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas. Selain itu, tempat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
siswa dalam menyiapkan siswa agar mampu menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah dan mampu bersaing di masa depan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, setiap sekolah berusaha untuk
meningkatkan kemampuan bagi lulusannya.7 Dengan demikian, tingkat
kesejahteraan dapat meningkat atau tidak di negara Indonesia semua kembali pada
pendidikan. Jika pendidikannya baik maka tingkat kesejahteraan masyarakat
semakin tinggi karena mereka telah memiliki kemampuan untuk mengelolah
tradisi dan budaya di Indonesia.
7 Djemari Marhadapi, Pengukuran, penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Parama
Publishing, 2017, hlm. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Setiap pergantian menteri pendidikan ada perubahan atau perbaikan
kurikulum. Adanya pergantian atau perubahan kurikulum pastinya ada beberapa
hal yang dihilangkan atau ditambahkan sesuai dengan tujuan pendidikan di
Indonseia. Dengan adanya perubahan tersebut seorang guru sejarah harus bersedia
untuk menerima perubahan yang ada terutama dalam menerapkan pembelajaran di
kelas, seperti sekarang setiap sekolah menerapkan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum tersebut lebih menekankan pada siswa aktif. Sedangkan guru sebagai
mediator, motivator, dan fasilitator. Oleh sebab itu, guru tetap mengawasi
kegiatan belajar siswa dan membantu kesulitan belajar siswa dengan menyediakan
model pembelajaran yang bervariasi sesuai materi agar menarik minat belajar
siswa baik di kelas maupun di luar kelas seperti lab maupun lingkungan sekolah
lainnya agar meningkatkan prestasi belajar sejarah khususnya.
Dalam pembelajaran sejarah sangat diperlukan model pembelajaran yang
bervariasi sebab selama ini kegiatan pembelajaran sejarah ada beberapa guru
yang hanya menggunakan satu model pembelajaran sehingga keaktifan siswa
sangat kurang bahkan tidak aktif. Dengan demikian, dari semua model yang ada,
model yang dianggap cocok untuk digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebab dalam model ini dapat membantu siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran sejarah di kelas. Model tersebut dapat membantu
siswa turut terlibat dalam pembelajaran sejarah. Mereka berperan aktif secara
bersama-sama dalam sebuah kelompok yang heterogen, serta memiliki tanggung
jawab masing-masing selama proses belajar mengajar berlangsung. Inilah tujuan
yang diharapkan dari proses pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sebelum mengetahui sebab rendahnya prestasi belajar sejarah di SMK
Putra Tama Bantul, sebaiknya mengetahui tentang letak geografis sekolah, sarana
kegiatan sekolah, dan fasiltas sekolah. SMK Putra Tama Bantul, terletak di
kelurahan Bantul, kecamatan Bantul, kabupaten Bantul, provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sekolah tersebut menyediakan beasiswa bagi siswa/i yang
orang tuanya kurang mampu, fasilitas yang disediakan berupa sekolah dan asrama
putra/i. Asrama bertujuan untuk menampung siswa/i yang tempat tinggal di luar
Yogyakarta atau khsusunya wilayah Bantul. Dengan adanya fasilitas tersebut,
dimaksudkan bahwa kegiatan belajar berlangsung lebih baik dan tepat waktu.
Terkait pembelajaran sejarah di sekolah ini, hasil wawancara kepada siswa
kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul, menunjukkan bahwa guru
masuk ke kelas dengan memberi ceramah dan menulis di papan tulis tanpa
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak banyak menggunakan
model pembelajaran sejarah sehingga para siswa merasa jenuh untuk mempelajari
materi sejarah.
Sedangkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah,
menyatakan bahwa siswa kebanyakan tidak memiliki minat untuk belajar sejarah
sehingga prestasi siswa yang mencapai KKM sangat minim yang mana guru harus
melakukan berbagai pertimbangan, seperti kehadiran siswa, rajin mengumpulkan
tugas, dan lain-lain. Dengan melakukan pertimbangan tersebut ada beberapa siswa
dapat lulus mencapai KKM. Jika hanya menilai dari hasil ulangan, kebanyakan
siswa tidak lulus KKM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa di atas ada beberapa
masalah yang perlu untuk dipecahkan. Masalah-masalah tersebut ada tiga
masalah, yakni (1) guru hanya menerapkan satu model/metode pembelajaran, (2)
siswa kurang aktif selama proses pembelajaran sejarah, (3) rendahnya prestasi
belajar sejarah. Dari permasalah-permasalahan tersebut dapat dilihat dari dua
faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti
perhatian, bakat, kematangan, kesiapan, minat, motivasi, kecerdasan, dan
kesehatan siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar/
bukan dari siswa, faktor ini berkaitan dengan kondisi keluarga di rumah, keadaan
sekolah seperti fasiltas kelas /lab, lingkungan sekolah, media pembelajaran, bahan
ajar, model pembelajaran, dan lain-lain, lingkungan masyarakat sekitar sekolah,
teman sebaya, serta guru mata pelajaran sejarah. Kedua faktor tersebut sebagai
pendukung untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah.
Untuk mengatasi masalah di atas, model yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena model ini memiliki kelebihan, yaitu
(1) memiliki hubungan yang positif antar sesama yang memiliki kemampuan
belajar yang berbeda; (2) adanya bimbingan belajar antar anggota kelompok; (3)
siswa merasa mereka memiliki harga diri yang tinggi; (4) memperbaiki kehadiran,
artinya menarik minat siswa untuk mempelajari sejarah; (5) saling menerima
perbedaan; (6) sikap apatis berkurang; (7) pemahaman materi lebih dalam; (8)
meningkatkan motivasi belajar. Berdasarkan kelebihan ini diharapkan siswa dapat
terlibat aktif selama proses pembelajaran sejarah, keaktifkan siswa dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pembelajaran sejarah karena mereka mendapatkan kewajiban masing-masing yang
harus mereka pertanggungjawabkan kepada anggota kelompoknya.
B. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasikan permasalahan
sebagai berikut:
1. Guru tidak menerapkan model pembelajaran bervariasi
2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sejarah
3. Tingkat prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah rendah
4. Siswa kurang berminat untuk mempelajari materi sejarah
C. Batasan Masalah
Pada batasan masalah, penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan prestasi
belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa
kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Apakah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar sejarah?
E. Pemecahan Masalah
Cara menyelesaikan permasalahan di atas dengan menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model kooperatif tipe
jigsaw. Model ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah.
Adapun kelebihan model kooperatif tipe jigsaw adalah setiap siswa harus bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, serta setiap siswa
memperoleh kewajiban masing-masing untuk dipertanggungjawabkan ke anggota
kelompoknya.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama
Bantul.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan kajian ilmiah yang dapat
digunakan sebagai pijakan untuk penelitian berikutnya khusus penelitian
tindakan kelas (PTK).
2. Bagi Pendidikan Sejarah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian tindakan kelas
(PTK) dan sebagai file yang mendukung akreditasi prodi Pendidikan Sejarah.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini sebagai patokan yang dapat digunakan untuk melihat
sekolah mengalami prestasi belajar sejarah yang rendah, serta memberikan
gambaran atau solusi bagi sekolah SMK Putra Tama Bantul sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Bagi Siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa di SMK Putra Tama Bantul.
5. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru untuk meningkatkan
prestasi belajar dalam mata pelajaran sejarah yang kreatif. Juga memberikan
gambaran tentang cara mengolah/ mengembangkan model pembelajaran yang
bervariasi agar proses pembelajaran tidak membosankan melainkan dapat
menarik minat siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar dapat meningkat.
6. Bagi Peneliti (Mahasiswa)
Penulisan karya ilmiah yang dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memberikan pengalaman bagi
peneliti mengenai penerapan model pembelajaran yang bervariasi dalam
pembelajaran sejarah, serta sebagai bekal bagi peneliti untuk mengembangkan
berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
psikologi, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.8 Ada pun
teori belajar menurut Gagne merupakan hasil dari behaviorisme dan kognitivisme
untuk menghasilkan hasil belajar yang kompleks yang terdiri dari keterampilan,
pengetahuan, dan sikap.9
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku siswa berdasarkan
interaksi dengan lingkungan sekolah baik guru, sesama siswa maupun para
karyawan, hal-hal tersebut sebagai pendukung perubahan intelektual dalam
pembelajaran sejarah siswa yang sifatnya bertahan lama (permanen). Pengalaman
sebagai pendukung hasil belajar siswa sehingga perubahan siswa merupakan
sebuah pengalaman siswa selama ia belajar, tetapi bukan perubahan atau
pertumbuhan secara fisik.
Definisi belajar menurut beberapa ahli, (1) Gagne belajar adalah stimulus
bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya sebelum dan
8 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2010, hlm.20.
9https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pdf
,diakses tangal 19 November 2019, pukul 19:56 Wib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sesudah mengalami situasi (belajar) akan berbeda, (2) Hintzman belajar adalah
perubahan akibat pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku, (3) Kimbel
belajar adalah perubahan permanen akibat dari praktik yang diperkuat,(4) Howard
L. Kingsleny Belajar adalah proses mengubah tingkah laku melalui praktik atau
latihan.10
Jadi belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari
pegalaman belajar di lingkungan sekolah. Yang mana dapat dilihat dari
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti Peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-
lain. Sehingga perubahan tersebut dapat menjadi patokan keberhasilan proses
belajar yang dapat dialami oleh siswa.11
a. Adapun teori pembelajaran yang mendukung kajian ini: (1) behaviorisme; (2)
kognitivisme ;(3) kontruktivisme.12
1) Pembelajaran behaviorisme
Menurut Good et. al.(1973) yang dikutip oleh Subakti (2010),
menyatakan bahwa teori pembelajaran behaviorisme memiliki 3 faktor utama,
yakni faktor rangsangan (stimulus), respon (response) serta penguatan
(reinforcement). Yang mana teori tersebut menggunakan lingkungan sebagai
pemberi rangsangan dan respon serta penguatan. Jika dikaitkan dengan dunia
belajar mengajar sejarah di kelas ada dua pemeran, yakni ada yang sebagai
pemberi dan sebagai penerima rangsangan sehingga disebut sebagai respon,
10
Ibid., hlm. 54 11
Ibid.,hlm.55 12
Y.R,Subakti, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme, dalam Jurnal Spps
Vol 24 No 1 April 2010, hlm. 5-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pemberi rangsangan adalah guru sejarah, dan penerima rangsangan adalah
siswa, siswa yang menerima rangsangan disebut sebagai respon siswa. Jika
siswa memberi respon positif maka guru memberikan penghargaan agar siswa
lebih giat lagi untuk belajar materi sejarah, tetapi responnya negatif maka guru
tidak memberikan penghargaan tetapi memberikan sanksi agar siswa benar-
benar belajar di kelas.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Thorndike (2001) yang dikutip
oleh Subakti (2010), menyatakan bahwa ketika siswa merespon pembelajaran
secara positif diberi penghargaan oleh guru, artinya selama siswa ikut aktif
dalam proses pembelajaran maka guru dapat memberikan penghargaan agar
siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran, sedangkan tingkah laku
negatif tidak diberi apa-apa, artinya selama proses pembelajaran siswa kurang
aktif guru dapat memberikan hukuman agar siswa mau aktif mengikuti proses
pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa seorang guru
sejarah harus mampu menyediakan lingkungan belajar menarik dengan
menerapkan model, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan topik
materi, hal tersebut dapat membantu guru sejarah untuk menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran sejarah. Dalam pembelajaran sejarah jika siswa yang
memberikan respon yang sesuai dengan materi sejarah maka guru harus
memberikan penghargaan agar siswa memiliki minat belajar materi sejarah, serta
siswa merasa belajar sejarah itu menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2) Pembelajaran kognitif
Pembelajaran berdasarkan teori kognitif menyatakan bahwa siswa
memproses informasi dan pelajaran melalui sebuah upaya yang mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada. Pendapat ini senada dengan pendapat,
pembelajaran menurut Hartley & Davies (1978) yang dikutip oleh Subakti
(2010), yang mana mereka membagi prinsip-prinsip kognitifisme dalam
melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran, yang meliputi: (1) siswa
akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut
disusun berdasarkan pola dan logika tertentu; (2) penyusunan materi pelajaran
harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan
baik siswa harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana; (3) belajar
dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu
yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya.
Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui
sebelumnya; dan (4) adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan
karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini
meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan sukses dan lain-
lain.
Dapat dipahami bahwa teori di atas dapat menekankan pada bagaimana
informasi (pengetahuan) diproses dimulai dengan cara mengorganisir siswa baik
secara berkelompok atau individu, kedua menyimpan sebuah informasi yang
didapatkan bersama atau individu kemudian menghubungkan materi baru tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dengan pengetahuan sebelumnya. Sedangkan tugas guru sejarah tetap mengawasi
jalannya proses mencari informasi materi sejarah agar kegiatan pembelajaran
berjalan sesuai dengan yang direncanakan serta semua siswa dapat memahami
materi sejarah secara mendalam, baik materinya maupun nilai-nilai yang
terkandung dalam materi tersebut sebagai bekal untuk masa depan mereka. Untuk
mencapai hal tersebut, guru sejarah harus menerapkan model pembelajaran yang
bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maka siswa memiliki motivasi yang
besar untuk mempelajari materi sejarah, sehingga prestasi belajar sejarahpun
dapat meningkat.
3) Pembelajaran kontruktivisme
Paham ini, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta
memindahkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna.
Artinya siswa harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan
pengalamannya masing-masing atau siswa yang harus aktif sendiri selama
pembelajaran berlangsung, karena pembelajaran adalah hasil dari usaha siswa
itu sendiri dengan cara siswa masuk pada realitanya untuk menemukan
pengetahuan baru dengan menghubungkan pada pengetahuan sudah ada.
Senada dengan John Dewey yang dikutip oleh Subakti (2010) mengatakan
bahwa seorang guru yang kreatif dan pandai harus melaksanakan pengajaran
dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara
berkesinambungan. Ia juga menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di
dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran, hal tersebut berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan siswa aktif berkreasi sehingga menghasilkan kemampuan belajar
kognitif, afektif, serta psikomotorik.
Dapat dijelaskan bahwa guru sejarah hanya sebagai penyedia sarana
belajar mengajar di kelas, dan siswa yang mengembangkan pengetahuan tersebut
berdasarkan pengalamannya. Guru tetap berperan dalam membimbing siswa
dengan menyediakan model dan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan
topik yang sedang dibahas, agar membantu siswa aktif. Selain itu, dalam kegiatan
belajar mengajar seorang guru harus memberikan gambaran tentang materi yang
dipelajari, terutama dalam pembelajaran sejarah karena materi tersebut
membahas tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, sehingga siswa pastinya
mengalami kesulitan untuk memahaminya. Oleh sebab itu seorang guru sejarah
perlu menyediakan model dan media pembelajaran yang relevan atau
mengkontekstualkan dengan kehidupan sehari-hari pada masa kini, agar
mempermudah siswa dalam mencari tahu informasi baru dengan menghubungkan
pada informasi sebelumnya.
b. Prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran sebagai berikut :13
1) Setiap siswa dapat memilih materi yang harus dia pelajari tanpa ada paksaan
dari siapapun.
2) Setiap siswa belajar berdasarkan tempo atau kecepatan masing-masing, yang
berbeda dengan siswa lainnya.
3) Siswa akan belajar dengan giat apabila memperoleh penguatan
(reinforcement) dalam setiap langkah dalam belajar sehingga ia termotivasi
untuk mempelajarinya.
4) Penguasaan terhadap setiap langkah pembelajaran memungkinkan siswa
untuk belajar secara lebih berarti atau bermakna.
5) Apabila siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, ia akan lebih termotivasi untuk
belajar dan kemampuan mengingat yang dimilikinya akan lebih baik.
13
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran: Inovatif, Kreatif, dan
Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, Bandung, Pustaka Setia, hlm. 59-60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Berdasarkan prinsip di atas, siswa memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam proses pembelajaran. Setiap siswa pasti memiliki kriteria masing-masing
maka guru sejarah harus peka dalam mengetahui prinsip-prinsip di atas. Untuk
membantu siswa belajar lebih giat dan bersemangat demi mencapai cita-cita
mereka.
c. Jenis-jenis perilaku belajar ada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotor.14
1) Ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom et.al. terdiri atas enam jenis
perilaku belajar, adalah sebagai berikut:
a) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat hal-hal
yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan tersebut
berkaitan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b) Pemahaman, adalah kemampuan siswa untuk menangkap intisari dari
hal-hal dipelajarinya.
c) Penerapan adalah kemampuan menerapkan metode atau kaidah dalam
memecahkan suatu masalah.
d) Analisis adalah kemapuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian yang tidak terpisahkan sehingga terstruktur keseluruhannya dapat
dipahami dengan baik.
e) Sintesis adalah kemampuan untuk membentuk pola baru.
f) Evaluasi adalah kemampuan untuk membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
2) Ranah Afektif
Ranah ini dikembangkan oleh Krathwohl dan Bloom et.al terdiri dari lima
jenis ranah afektif,:
a) Penerimaan, berkaitan dengan kepekaan tentang hal tertentu dan
ketersediaan memperhatikan hal tersebut.
b) Partisispasi,berkaitan dengan kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan
c) Penilaian dan penentuan sikap, berkaitan dengan penerimaan terhadap
suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d) Organisasi,berkaitan dengan kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
14
Ibid, hlm. 67-70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
e) Pembentukan pola hidup,berkaitan dengan kemampuan menghayati nilai
dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3) Ranah Psikomotor
Ranah ini dikembangkan oleh Simpson, ia membagi tujuh perilaku.
a) Persepsi,berkaitan dengan dengan kemampuan memilih-milih
(mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari perbedaannya.
b) Kesiapan,berkaitan dengan kemampuan menempatkan diri dalam suatu
keadaan yang didalamnya terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Kemampuan ini mencangkup aktivitas jasmani dan rohani (mental).
c) Gerakan terbimbing, berkaitan dengan kemampuan melakukan gerakan
sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan yang dilakukan oleh orang
lain.
d) Gerakan terbiasa, berkaitan dengan kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh.
e) Gerakan kompleks, berkaitan dengam kemampuan melakukan gerakan
atau keterampilan yang kompleks secara tepat, efisien, dan lancar.
f) Penyesuaian pola gerakan,berkaitan dengan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g) Kreativitas, berkaitan dengan kemampuan melahirkan pola gerakan baru
atas dasar prakarsa sendiri.
Dari ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan satu
kesatuan yang saling berkaitan. Sebuah perubahan dapat dimulai dari tingkat
dasar (rendah) hingga tingkat tinggi. Maka, peran guru sejarah harus membimbing
setiap siswa dalam mencapai tahap-tahap tersebut agar mereka dapat memahami
dan mengambil nilai-nilai sebagai manfaat untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.15
1) Faktor internal, faktor yang ada dalam diri siswa seperti faktor jasmaniah,
yaitu berkaitan dengan kesehatan siswa dapat berpengaruh pada kegiatan
15
Ibid, hlm. 83-84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
belajar siswa. Faktor Psikologis, yaitu berkaitan dengan kejiwaan siswa,
seperti perhatian, minat bakat, motif, kematangan, dan kesiapan dapat
mempengaruhi kegiatan belajar yang dialami siswa. Faktor kelelahan, yaitu
kelelahan jasmani dan rohani dapat berpengaruh buruk terhadap proses
belajar yang dialami siswa pula. Semuanya ini berkaitan dengan faktor
fisiologis (fisik) dan psikologis, ketika siswa sehat fisik dan kejiwaan maka
kegiatan belajar siswa dapat lancar serta pemahaman materinyapun semakin
baik, tetapi sebaliknya jika keadaan fisik dan psikologis siswa tidak
mendukung maka pemahaman materi berkurang sehingga dapat
berpengaruh pada prestasinya.
2) Faktor eksternal, yaitu unsur yang berasal dari luar diri siswa, seperti
kondisi keluarga di rumah, keadaan sekolah, dan kondisi masyarakat sekitar
rumah dan sekolah dapat berpengaruh terhadap konsentrasi kesiapan siswa
untuk mengikuti kegiatan belajar. Faktor ini sebagai pendukung siswa
dalam proses belajar, jika faktor tersebut membantu siswa dalam belajar
dengan sangat baik maka dapat berpengaruh pada prestasi belajar yang baik
pula. Sebaliknya, jika tidak maka prestasi belajar siswa dapat kurang baik.
Jadi, faktor internal dan eksternal sangat berperan penting dalam
membantu siswa selama pembelajaran. Demikian juga dalam pencapaian prestasi
belajar sejarah.
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
baik secara individual maupun kelompok. Prestasi merupakan hasil selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
seseorang melakukan kegiatan. Salah satu pendapat para ahli, Winkel (1996)
prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sedangkan prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap
siswa yang berkaitan dengan faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah
para siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang mana guru dapat mengetes
dengan menggunakan instrumen tes yang sesuai dengan ketiga faktor tadi. Maka,
prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap usaha belajar siswa yang
dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, angka, serta sebuah pernyataan
yang menyatakan hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa pada masa
tertentu.16
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaitkan dengan pembelajaran sejarah.
Prestasi belajar sejarah merupakan cara mengukur seberapa besar siswa dapat
memahami materi sejarah yang sudah diajarkan selama proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan instrumen tes yang sesuai untuk mengetahui hasil
pembelajaran dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika hasilnya baik
maka seorang guru dan siswa telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas maupun di luar kelas. Dari tiga aspek tersebut yang dapat nilai
dalam pembelajaran sejarah, yaitu aspek kognitif karena lebih sinkron dengan
judul di atas.
Dimyati dan Mudjiono membagi dua faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.17
16
Hamdani, Op. Cit., 137-138. 17
Dimyati dan Mudjiono dalam Kamisa dan Aman, Penerapan Model Problem Based Learning
Dalam Pembelajarab Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
XI IPS SMAN 1 Butar Sulawesi Tengah,Vol.11.No.2,dalam Dinas Pendidikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,
intelegensi (kecerdasan), bakat, minat, motivasi, dan cara belajar.
1) Motivasi
Motivasi adalah sebuah dorongan bagi siswa untuk ingin melakukan
kegiatan belajar. Salah satu ahli psikologi Slavin (1994) mendefiniskan
motivasi sebagai sebuah proses yang ada dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intiristik yaitu faktor yang ada di dalam diri individu, yang mana
mendorong individu untuk melakukan sesuatu, seperti seseorang suka
menulis, tanpa disuruh dia dapat melakukannya sendiri karena itu sebagai
bagian dari hidup atau karena dia memiliki kesenangan akan hal tersebut.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang
mana memberikan pengaruh pula terhadap kegiatan belajar individu, seperti
diberikan pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, dan lain-lain
2) Minat
Minat (interest) menurut Slameto (2010) adalah adanya perasaan
lebih suka dan adanya keterikatan akan sesuatu hal, tanpa disuruh. Maka
minat secara sederhana dapat dipahami sebagai kesukaan dan keinginan
yang besar terhadap suatu hal.
Kebudayaan,Pemuda dan Olaraga Kab.Morowali Utara dan Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, Maret 2016,hlm.29-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3) Bakat
Pendapat Slavin (2004) bakat adalah kemampuan umum harus
dimiliki seorang untuk belajar. Jika bakat yang dimiliki siswa sesuai
dengan materi sedang ia pelajari sehingga bakat tersebut sebagai
pendukung bagi siswa untuk belajar dan kemungkinan besar dapat berhasil
dalam belajar. Dengan demikian, bakat sebagai kemampuan dasar untuk
membantu siswa belajar, sehingga proses belajar dapat berhasil.
4) Cara belajar
Cara belajar sebagai teknik dalam proses belajar siswa, teknik
belajar yang baik berpengaruh pada hasil belajar yang baik, sebaliknya
tidak maka hasilnya kurang baik. Contoh hasil belajar baik, seorang siswa
yang belajar setiap waktu ketika datangnya ujian ia dapat menjawab
dengan baik sehingga hasil ujiannya pun baik. Contoh belajar kurang baik
seperti seorang siswa belajar pada saat mau ujian maka hasilnya pun
kemungkinan besar kurang baik.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, yaitu faktor
keluarga, sekolah,dan lingkungan masyarakat.
1) Keluarga
Keluarga sebagai faktor pendukung proses belajar siswa. Keluarga
tempat pertama dimana anak belajar mengenal banyak hal. Sama halnya
ketika ia sekolah, keluarga harus memberi dukungan penuh dalam belajar
agar anak termotivasi untuk belajar, maka hal tersebut berpengaruh pula
pada hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) Sekolah
Sekolah sebagai tempat dimana siswa belajar hal-hal yang belum
pernah ia dapatkan di rumah terutama dalam hal pengetahuan,
keterampilan belajar, serta pendalaman sikap, seperti menghormati guru,
menghargai teman yang berbeda dengannya dan lain-lain. Di sekolah
sorang siswa dapat berhubungan dengan guru mata pelajaran, administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Ketika seorang siswa menjalin hubungan baik dengan mereka maka
kegiatan belajarnya pun berjalan lancar.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga sebagai pendukung aktivitas belajar
siswa. Jika lingkungan belajarnya kondusif maka siswa belajar dengan
nyaman, tetapi jika sebaliknya suasana lingkungan kurang kondusif maka
aktivitas belajar siswa terganggu.
Siswa untuk mencapai hasil belajar pastinya ia harus memiliki kemauan
yang besar untuk belajar selain dirinya ia juga membutuhkan orang lain, mereka
dapat mendukung dalam menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan setiap
siswa. Oleh sebab itu, kedua faktor tadi sangat berpengaruh besar dalam
membantu siswa belajar untuk memperoleh prestasi belajar.
Dalam mengukur hasil belajar siswa diperlukan sebuah batasan yang pasti.
Untuk mengetahui prestasi siswa maka disini dapat berpatokan pada Penilaian
Acuan patokan I (PAP I) dengan berpatokan pada KKM yang sudah ditetapkan
oleh sekolah, yakni KKM 75. Sehingga untuk mengetahui pemahaman siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
selama proses pembelajaran sejarah, caranya dengan memberikan soal tes/
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
melalui instrumen tes. Dalam tes tersebut mau mengetahui seberapa jauh siswa
dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan melalui instrumen
tes.18
Adapun dua alternatif norma pengukuran ditingkatan keberhasilan siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar, sebagai berikut:
a. Norma skala angka 0-10
b. Norma skala angka 0-100.19
Dari skala angka tersebut dapat ditentukan keberhasilan belajar siswa,
angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing
grade) mulai dari skala 0-10 adalah 5,5 sedangkan skala 0-100 adalah 55 atau 60.
Dengan demikian, jika seorang siswa mampu menyelesaikan lebih dari separuh
lembar instrumen tes maka siswa tersebut dapat dinyatakan telah berhasil
mengikuti proses belajar. Batasan prestasi belajar sangat penting sebab itu untuk
menjadi alat pengukur seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan guru, berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh guru kepada siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Jika siswa mampu menyelesaikan dengan
benar maka proses pembelajaran tersebut telah berhasil.20
18
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta, PT Remaja
Rosdakarya,1984, hlm. 75-76 19
Hamdani, Op. Cit., hlm.146 20
Ibid., hlm. 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Pembelajaran Sejarah
a. Pembelajaran sejarah pendekatan saintifik
Dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan pendekatan saintifik
berpatokan pada kurikulum 2013. Yang terdiri dari mengamati, menanya,
mencari informasi, mengasosiasi, dan menarik kesimpulan, artinya selama
proses pembelajaran sejarah guru melibatkan siswa mencari pengetahuan
baru kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada, dari
hasil tersebut guru memberikan penilaian berdasarkan apa yang dikerjakan
oleh siswa baik individu maupun kelompok. Dengan melakukan hal tersebut,
siswa turut aktif selama proses pembelajaran sejarah, sehingga model yang
cocok digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.21
Menurut Hosnan (2014) yang dikutip oleh Muhammad Sadikin,
menyatakan bahwa dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran di kelas guru
harus memperhatikan beberapa karakteristik, yaitu: (1) pembelajaran berpusat
pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan suasana
yang menarik, menyenangkan, dan bermakna; (4) mengembangkan beragam
kemampuan yang bermuatan nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat,
artinya siswa ikut aktif ambil bagian dalam kegiatan belajar untuk membuat
hasil karya siswa sebagai bukti dari proses pembelajaran; (6) menekankan
pada penggalian, penemuan dan penciptaan; dan (7) menciptakan
21
Muhammad Sadikin, Analisis Pembelajaran Sejarah dengan Pendekatan Saintifik pada
Kurikulum 2013, dalam jurnal Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 4, No. 2, Desember
2017, hlm. 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pembelajaran dalam situasi nyata dan mengkontekstualkan materi pada
kehidupan nyata.22
Dengan demikian, dalam pedekatan saintifik pada kurikulum 2013
mewajibkan siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar di sekolah atau di
kelas, hal ini berlaku juga dalam proses pembelajaran sejarah siswa di kelas.
Ketika siswa aktif belajar materi sejarah, maka berdampak pada prestasi
belajar siswa.
b. Perbedaan sejarah SMK dan Sejarah SMA
Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sejarah Indonesia dan sejarah peminatan. Sejarah Indonesia
wajib diikuti oleh seluruh siswa di SMA/ MA dan SMK/MAK. Sedangkan
sejarah peminatan hanya berlaku di SMA khususnya bagi jurusan IIS.23
Adapun perbedaan penerapan sejarah Indonesia di SMA/MA dan
SMK/MAK. Sejarah Indonesia di SMA/MA dapat diterapkan pada semua
kelas, baik itu kelas X, XI, dan XII.24
Sedangkan sejarah Indonesia di
SMK/MAK, setelah kurikulum 2013 direvisi pada tahun 2017 yang mana
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
menengah No. 180/D/KEP/KR/2017, menerangkan bahwa sejarah Indonesia
dalam struktur kurikulum di SMK jam pelajaran berkurang menjadi 108 atau
22
Ibid, hlm. 124-125 23
Febrizzal, dan Aman, Mata Pelajaran Sejarah SMA di Kurikulum 2013, Yogyakarta, Universitas
Negeri Yogyakarta, dalam jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 22, No, 2 Desember 2019, hlm. 208. 24
Rinaldo Adi Pratama, dkk, Dinamika Pelajaran Indonesia dalam Kurikulum 2013 pada jenjang
SMK/MAK, dalam jurnal pendidikan sejarah Vol. 8, No. 2, 2019, hlm. 107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3JP x 2 semester, artinya pelajaran sejarah Indonesia hanya diterapkan pada
siswa di kelas X.25
Dengan demikian pembelajaran sejarah di SMA/MA dan SMK/MAK
dibagi menjadi dua, yakni sejarah Indonesia dapat diterapkan di SMA/MA
maupun SMK/MAK, sedangkan sejarah peminatan hanya berlaku di SMA/MA
khususnya jurusan IIS. Penerapan pembelajaran sejarah Indonesia di SMA/MA
berlaku untuk semua jenjang, sedangkan sejarah Indonesia untuk SMK/MAK
hanya diterapkan di kelas X.
c. Pembelajaran sejarah
Pembelajaran adalah bagian dari kegiatan belajar mengajar di kelas
sebab terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Yang mana guru sebagai
pemberi ide dan siswa sebagai penerima ide. Maka itu, pembelajaran sejarah
merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru kepada para
siswa di kelas. Hal-hal yang disampaikan tidak hanya berkaitan dengan fakta-
fakta sejarah tetapi bagaimana seorang guru mengambil nilai-nilai dari setiap
topik pembelajaran lalu menyampaikan nilai-nilai tersebut kepada siswa. Nilai-
nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan
persatuan. Agar siswa dapat memahami jati diri bangsa Indonesia dengan
sangat baik.26
Di SMA mata pelajaran sejarah dapat mengandung dua misi, yakni (a)
pendidikan intelektual, dan (b) pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan,
pendidikan pembinaan moralitas, jati diri, nasionalisme, dan identitas bangsa.
25
Ibid., hlm. 112. 26
Heri Susanto,Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu. Gagasan dan Strategi Pembelajaran,
Banjarmasin,Aswaja Pressindo,2014,hlm.56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sehingga pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran memiliki peran besar
bukan hanya transfer ide, tetapi sebagai proses untuk mendewasakan siswa
dalam memahami identitas, jati diri, dan kepribadian bangsa melalui
pemahaman terhadap peristiwa sejarah.27
Berdasarkan pemahaman tersebut, proses pembelajaran sejarah di kelas
seorang guru sejarah harus menyiapkan model, metode, dan media
pembelajaran yang menarik, serta dalam pembelajaran tersebut membantu
siswa dalam menemukan nilai-nilai bermakna dalam setiap topik pembelajaran.
Guru harus mau mengaitkan materi masa lampau dengan masa sekarang
(mengkontekstualkan). Sebab fakta sejarah merupakan sebuah peristiwa yang
terjadi pada masa lampau maka jika difokuskan pada faktanya siswa
mengalami kesulitan untuk memahaminya. Oleh sebab itu, guru harus
mengajarkan pelajaran sejarah dengan mengkontekstualkan dengan
perkembangan (trennya masa kini) agar siswa benar-benar memahaminya
dengan materi sejarah dan juga memiliki motivasi untuk belajar mata pelajaran
sejarah karena mereka menyadari mata pelajaran sejarah sangat penting.28
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Pembelajaran ini berdasarkan pada paham atau teori konstruktivis. Pembelajaran
27
Susanto dalam Anisa Septianingrum,Kombinasi Model Simulasi dan Pendekatan Value
Clarification Technic (VCT) Dalam Pembelajaran Sejarah, Dalam Prosiding Seminar Nasional
Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia:Kajian Muatan dan Posisi Mata Pelajaran
Sejarah di Kurikulum 2013, Edisi 1,Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, hlm.27. 28
Heri Susanto,Op.Cit., hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kooperatif lebih menekankan pada kerja tim atau kelompok bukan secara
individu, yang mana pembagian kelompok terdiri dari beberapa anggota
kelompok kecil yang dibagi berdasarkan latar belakang yang heterogen. Atas
perbedaan tersebut setiap anggota kelompok saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi sejarah atau menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru sejarah secara bersama-sama. Dengan demikian,
pembelajaran koopertif dapat dikatakan selesai jika semua siswa dapat menguasai
materinya.29
a. Karakteristik Pembelajaran kooperatif30
Ibrahim, dkk (2000), membagi karakteristik pembelajaran kooperatif menjadi
empat hal,yaitu:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah.
3) Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
b. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut31
:
1) Para siswa harus memilki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau
berenang bersama”, artinya setiap anggota kelompok harus bekerja sama
dalam kelompoknya.
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam materi
yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang
sama.
4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang berpengaruh
dalam evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
29
Hamdani., Op.Cit., hlm .30. 30
Donni Juni Priansa, Op. Cit.,hlm.294 31
Hamdani., Op.Cit, hlm. 30-31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif dapat mengajak siswa ikut terlibat dan
aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa telah dilatih memiliki rasa
tanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota kelompok lain.
Sehingga mereka harus benar-benar menekuni apa yang menjadi tanggung
jawabnya dengan cara bekerja sama dalam kelompok- kelompok belajar kecil.
Juga memiliki rasa peduli antar sesama anggota kelompok karena setiap anggota
kelompok pastinya memiliki latar belakang yang beraneka ragam, seperti
keluarga, jenis kelamin, tingkat pemahaman materi, dan lain-lain.
“Pembelajaran kooperatif diajarkan untuk memiliki kertampilan-
keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam
kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan (tugas) yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan”.32
Sebab
keterampilan merupakan akhir dari pembelajaran itu sendiri yang mana mau
melatih siswa untuk menuangkan ide-idenya melalui lembar pertanyaan atau
tugas. Selain itu, melatih siswa untuk peka dengan situasi yang ada disekitarnya
juga dapat melatih siswa membuka wawasannya mengenai materi-materinya
sudah mereka pelajari bersama dalam kelompok kecil yang heterogen.
c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut33
:
1) Setiap anggota memiliki peran.
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
32
Ibid, hlm.31 33
Ibid, hlm.31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya
dan juga teman-teman sekelompok.
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok.
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
d. Fase-fase pembelajaran kooperatif sebagai berikut34
:
Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif
Fase –fase Perilaku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai
selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar
Fase 2:
Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Fase 5:
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari/meminta presentasi hasil kerja
kepada kelompok.
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Menghargai upaya dan hasil belajar individu dan
kelompok
Berdasarkan tabel fase di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang guru
sejarah memiliki tanggung jawab penuh selama proses pembelajaran berlangsung.
Sebab berjalan dan tidaknya proses pembelajaran sejarah di kelas semua
tergantung pada guru. Peran guru adalah sebagai motivator, fasilitator, dan juga
sebagai pembimbing siswa selama proses belajar mengajar. Semua fase tersebut
merupakan satu kesatuan yang harus diterapkan oleh guru selama proses
pembelajaran kooperatif berlangsung. Maka sudah jelas apa peran guru sejarah
selama proses pembelajaran yang telah dijelaskan dalam tabel di atas.
34
Ibid, hlm. 34-35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model yang lebih
mengutamakan kerja tim atau kelompok belajar, yang setiap kelompok
anggotanya dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, agar di sana ada saling
kerja sama dan membantu untuk mempelajari materi atau menyelesaikan tugas
belajar sejarah. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif, yaitu jigsaw. Teknik
jigsaw adalah siswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri
maupun orang lain. Setiap siswa diwajibkan belajar atas materi yang diberikan
dengan kelompok ahli lain lalu kembali ke kelompok asal dan mengajarkan
anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, setiap siswa memiliki tanggung jawab
masing-masing dan mereka juga saling membutuhkan satu sama lain. 35
Dalam teknik jigsaw memiliki dua jenis kelompok, yakni kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah anggota kelompoknya yang heterogen,
artinya terdiri dari kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Maka kelompok asal bisa disebut sebagai gabungan dari beberapa kelompok ahli.
Sedangkan kelompok ahli adalah gabungan dari kelompok asal untuk mempelajari
dan mendalami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan subtopik telah mereka dapat kemudian kembali ke kelompok asal dan
mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok asal. Setiap anggota
kelompok ahli berbeda karena mereka berasal dari kelompok asal, yang
dikelompokan untuk mempelajari subtopik dari materi tertentu secara bersama-
sama di kelompok ahli, serta saling membantu antar anggota kelompok jika
35
Sumini Theresia, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Melalui Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw, dalam Jurnal Penelitian, Vol 16, No.2, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta,Mei 2013,hlm.157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sudah selesai anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk
mengajarkan pengalaman belajar yang mereka dapatkan di kelompok ahli.
Sehingga disini ada pemberi informasi dan penerima informasi, secara bergantian
sesuai subtopik yang mereka dapatkan.36
a. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw37
Anita Lie (2005) membagi unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw menjadi lima bagian, yaitu:
1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Peran seorang guru harus menciptakan suasana yang mendorong siswa
saling membutuhkan, seperti ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau
sumber belajar, peran, dan hadiah.
2) Akuntabilitas individual (individual accountability)
Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab dalam hal penguasaan
bahan belajar sehingga mereka mampu menyampaikan kepada anggota
kelompok yang membutuhkannya.
3) Akuntabilitas individual (individual accountability)
Interaksi kelompok menuntut semua anggota kelompok dalam kelompok
belajar untuk saling tatap muka dalam berinteraksi antar teman kelompok
bukan dengan guru. Dalam Interaksi tersebut sesama siswa sebagai sumber
belajar.
36
Ibid., hlm.157 37
Donni Juni Priansa.,Op. Cit, hlm. 343-345
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4) Keterampilan sosial (social skill )
Dalam kerja kelompok ini dapat melatih siswa dalam hal ketermapilan
sosial, seperti latihan kepemimpinan (leadership), membuat keputusan
(decision making), membangun kepercayaan (trust building), berkomunikasi
dan keterampilan manajemen konflik (management conflic skill). Adapun
keterampilan lainnya, seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman,
mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi
yang lain, mandiri, dan lain-lain.
5) Proses kelompok (group processing)
Proses ini terjadi ketika anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana
interaksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok harus
membahas perilaku anggota kelompok yang kooperatif dan tidak kooperatif,
serta membuat keputusan perilaku mana yang diubah dan mana yang
dipertahankan.
Jadi, unsur-unsur di atas sebagai pendorong terciptanya masyarakat
belajar yang mana hasilnya diperoleh dari hasil sharing individu, antarkelompok,
antar siswa untuk memberitahu tentang prilaku anggota kelompok sehingga dapat
mengubah hal yang perlu diubah, dan pertahankan hal yang perlu dipertahakan.
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode jigsaw, yaitu:38
1) Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan
penekanan tentang manfaat dari penggunaan metode jigsaw dalam proses
38
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Surabaya, Kencana
Prenada Media Grup, 2009,hlm.75-78.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
belajar mengajar. Setiap siswa dituntun memahami konsep dari materi yang
akan dibagikan.
2) Pengelompokan
Guru membagikan kelompok secara heterogen lalu guru membagikan materi
kepada kelompok. Guru menyuruh setiap siswa yang memiliki nomor materi
sama berkumpul dalam satu kelompok. Selanjutnya guru menyuruh setiap
anggota kelompok mempelajari materi sesuai dengan kode yang sudah
ditentukan oleh guru.
3) Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli (expert)
Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk membahas materi yang sama
hingga menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asal.
4) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu setiap anggota kelompok
mempresentasikan keahliaannya kepada anggota kelompoknya. Guru
meminta kelompok asal mempresentasikan materinya di depan kelas.
5) Tes ( evaluasi)
Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan materi yang sudah dibahas
dalam kelompok ahli maupun kelompok asal. Dalam tes ini siswa bekerja
secara individual. Agar guru mengetahui keseriusan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diilustrasikan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1: Ilustrasi pengelompokan tipe jigsaw
c. Teknik jigsaw dibagi menjadi dua jenis kelompok, yaitu kelompok asal dan
kelompok ahli.39
1) kelompok asal
Kelompok asal adalah kelompok induk yang berdasarkan anggota kelompok
yang heterogen. Dalam kelompok asal ini terdiri dari beberapa anggota
kelompok ahli.
2) Kelompok ahli
Kelompok ahli adalah gabungan dari anggota kelompok asal yang
heterogen, telah ditugaskan untuk mempelajari materi yang sama lalu
kembali ke kelompok asal untuk mengajari materi yang sudah dipelajari
bersama kelompok ahli lain. Semua anggota kelompok bertanggung jawab
39
Ibid., hlm. 343
KELOMPOK
ASAL I
1.2.3.4.5.6
KELOMPOK
ASAL II
1.2.3.4.5
KELOMPOK
ASAL III
1.2.3.4.5
KELOMPOK
ASAL IV
1.2.3.4.5
KELOMPOK
AHLI I
KELOMPOK
AHLI II
KELOMPOK
AHLI III KELOMPOK
AHLI IV
KELOMP
OK AHLI
V
BELAJAR
MATERI
I
BELAJAR
MATERI
II
BELAJAR
MATERI
III
BELAJAR
MATERI
IV
BELAJAR
MATE
RI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
untuk menjelaskan materinya kepada anggota kelompok asal secara
bergiliran.
d. Keunggulan dan kelemahan model kooperatif tipe jigsaw40
1) Keunggulan
a) Mampu mengembangkan hubungan antarpribadi positif di antar siswa
yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.
b) Menerapkan bimbingan sesama teman.
c) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.
d) Memperbaiki kehadiran, artinya menarik minat siswa untuk mempelajari
sejarah.
e) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.
f) Sikap apatis berkurang.
g) Pemahaman materi lebih mendalam.
h) Meningkatkan motivasi belajar.
2) Kelemahan
a) Jika guru tidak mengingatkan siswa untuk menggunakan keterampilan
kooperatif dalam kelompok, sering kelompok tersendat dalam diskusi.
b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,
misalnya jika ada anggota hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-
tugas dan pasif dalam diskusi.
c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apabila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang
dapat menimbulkan suasana yang tidak nyaman.
B. Penelitian Relevan
Penelitian relevan ini bermaksud untuk mendukung penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan yang diambil oleh peneliti dari skripsi
Benediktus Brian Prasetianto mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Sanata
Dharma berjudul “Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah dengan
Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw”. Dalam penelitian tersebut telah
dinyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Seluruh siswa yang mencapai
ketuntasan pada siswa kelas XI Bahasa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
40
Donni Juni Priansa., Op.,Cit., hlm.347
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Ajaran 2009/2010, dapat dibuktikan melalui jumlah siswa mencapai KKM.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa yang
mencapai KKM 44%. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada siklus I siswa mencapai KKM 56%, pada siklus II mencapai KKM
92%.
Penelitian lain oleh Titis Prabaningrum mahasiswa Universitas Sebelas
Maret Surakarta tahun ajaran 2015/2016 pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Sidoharjo Wonogiri, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi. Dalam penelitian ini
membuktikan bahwa hasil belajar siswa mencapai KKM meningkat. Pada pra
siklus (kondisi awal) siswa mencapai KKM 52,3%, pada siklus I 71,4% , dan pada
siklus II meningkat menjadi 80,95%.
Adapun penelitian dilakukan oleh Harly Sinta Desy mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta pada tahun ajaran 2017/2018, menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kompetensi dasar akuntansi perusahan dagang kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1
Depok. Hasil penelitian kondisi awal 54,84%, pada siklus I 16,67% , siklus II
naik menjadi 93,33%.
Dari ketiga penelitian di atas, relevan dengan variabel penelitan yang
dilakukan oleh peneliti sebab sama-sama menggunakan model kooperatif tipe
jigsaw dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Kerangka Berpikir
Belajar adalah aktivitas yang harus dilakukan bagi setiap siswa dalam
proses belajar, hal tersebut sebagai usaha siswa untuk mencapai sebuah prestasi
belajar yang lebih baik. Sama halnya dengan belajar sejarah, siswa diharapkan
mampu belajar materi sejarah dengan sungguh-sungguh, ketika siswa memahami
materi sejarah dengan baik maka dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah.
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan masalah yang
muncul di dalam kelas. Penelitian tersebut untuk memecahkan masalah rendahnya
prestasi belajar sejarah siswa di dalam kelas. Metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Selama
menerapkan model ini diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, karena
keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat berpengaruh pada peningkatan
terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Sarana yang digunakan untuk
meningkatkan presrasi belajar sejarah adalah model kooperatif tipe jigsaw, karena
model tersebut memiliki keunggulan seperti (1) mampu mengembangkan
hubungan antarpribadi positif diantar siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang berbeda; (2) menerapkan bimbingan sesama teman; (3) rasa harga diri siswa
yang lebih tinggi; (4) memperbaiki kehadiran artinya menarik minat siswa untuk
mempelajari sejarah; (5) saling menerima perbedaan; (5) penerimaan terhadap
perbedaan individu lebih besar; (6) sikap apatis berkurang; (7) pemahaman materi
lebih mendalam; dan (8) meningkatkan motivasi belajar.
Berdasarkan keunggulan tersebut, siswa diharapkan dapat berperan aktif
selama proses pembelajaran sejarah secara bersama-sama dalam kelompok kecil
yang heterogen. Hal ini dapat membantu siswa memahami materi sejarah lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
baik. Ketika siswa memahami materi sejarah lebih baik, pada gilirannya prestasi
belajar sejarah siswa meningkat.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dilihat dalam bentuk bagan berikut.
Bagan I: Kerangka berpikir penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, penelitian relevan dan kerangka berpikir di atas
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah
siswa kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.
Peningkatan prestasi belajar
sejarah siswa.
Prestasi belajar sejarah siswa
rendah. Dengan melakukan penelitian
tindakan kelas yang inovatif dan
kreatif.
Siswa aktif, bekerja sama, dan
meningkatkan motivasi belajar sejarah
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sebuah penelitian faktual
untuk pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru selama proses
pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut sengaja dimunculkan oleh guru
berdasarkan pengalamannya selama ia mengajar di kelas. Maka disini guru
mencari solusi penyelesaian masalah tersebut dengan melakukan tindakan nyata
agar pembelajaran di kelas dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dapat
dikatakan bahwa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan dapat
dilaksanakan dalam sebuah kelas secara bersamaan. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
oleh guru selama proses pembelajaran di kelas dengan melibatkan siswa sebagai
objek penelitian dan kelas sebagai tempat untuk melakukan penelitian dalam
menyelesaikan permasalahn pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik sesuai apa yang sudah dirancang dalam kurikulum
2013.41
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK) dari
model Kurt Lewin. Ia menjelaskan dalam penelitian tindakan kelas dapat
menerapkan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu (1),
perencanaan (planning); (2), aksi/tindakan (acting); (3), observasi (observing);
41
Tukiran Tanireja,Irma Pujiatuti,dkk, Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan Profesi
Guru Praktik,Praktis, dan Mudah, Bandung, Alfabeta,2010,hlm.15-16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dan (4), refleksi (reflecting). Bentuk penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin,
yaitu oval.42
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
di kelas dengan melakukan inovasi (innovation) dan perbaikan terhadap mutu
proses belajar mengajar agar dapat memperbaiki prestasi belajar siswa. Dalam
penelitian ini juga mau memberikan gambaran terhadap guru untuk
memperhatikan pada proses belajar mengajar yang menyenangkan, serta dapat
meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada
perbaikan mutu pelajaran khusus pada mata pelajaran sejarah, agar dapat
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X pemasaran SMK Putra Tama
Bantul.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Putra Tama Bantul yang
beralamat di Jln.Mgr.Alb.Sugiyopranoto No. 2 Bantul, kode pos: 55711.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2018/2019 di semester 2,
yaitu pada bulan April sampai Mei tahun 2019 dengan menggunakan sistem
siklus 1 dan siklus 2. Penentuan waktu ini berdasarkan kalender akademik
sekolah dan juga mengikuti kebijakan dari sekolah serta guru mata pelajaran
Sejarah.
42
Model Kurt Lewin, Ibid, hlm.23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra
Tama Bantul berjumlah 21 orang.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
meningkatkan prestasi belajar sejarah.
E. Variabel-Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (X) : Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2. Variabel Terikat (Y) : Prestasi belajar sejarah
F. Definisi Operasional
Berikut ini membahas definisi operasional yang terdiri dari:
1. Belajar sejarah adalah perubahan tingkah laku individu (siswa ) yang
diperoleh dari pengalamannya. Belajar bagi siswa, itu sebagai aktivitas
untuk mencapai kepandaian, melatih, serta dapat meningkatkan tingkah
laku yang mana dapat ia peroleh dari pengalamannya.
2. Prestasi adalah hasil yang diperoleh dari sebuah kegiatan yang telah
dikerjakan atau melakukan sebuah kegiatan. Dapat dikaitkan dengan
prestasi belajar adalah hasil belajar tentang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dengan menggunakan intrumen tes yang relevan. Hasil dari
prestasi berupa nilai berbentuk simbol, angka, huruf, serta berupa
pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran berdasarkan kerja
kelompok bukan individu. Kelompok dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil dengan anggota yang heterogen. Dengan anggota kelompok yang
heterogen bertujuan untuk bekerja sama, ketergantungan positif serta
melatih komunikasi yang baik, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
sudah dirumuskan.
4. Teknik jigsaw adalah kelompok belajar, kelompok belajar dibagi menjadi
dua tipe, yakni kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah
anggota kelompoknya yang heterogen. Sedangkan kelompok ahli adalah
gabungan dari kelompok asal. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut
mau mengajak siswa bertanggung jawab, saling menghargai perbedaan,
saling bekerja sama serta melatih keberanian siswa dalam menyampaikan
pendapatnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang hasil pembelajaran siswa dalam proses
pembelajaran sejarah di kelas. Metode tersebut sebagai cara yang digunakan untuk
melakukan penelitian agar dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah.
1. Observasi
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti
mengadakan observasi dengan cara wawancara dan lakukan pengamatan
terhadap aktivitas belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Wawancara
Cara untuk mengetahui kondisi sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw tentang model pembelajaran, media pembelajaran,
serta prestasi belajar sejarah siswa dan seberapa jauh siswa dapat memahami
materi sejarah.
3. Tes
Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk
melakukan pengukuran kognitif siswa setelah menerapkan model kooperatif
tipe jigsaw. Untuk membandingkan prestasi belajar sejarah siswa sebelum
dan setelah menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.
4. Dokumentasi
Pengumpulan data berupa aktivitas siswa serta proses belajar mengajar di
kelas berupa foto-foto sebagai bahan analisis.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data-data yang diukur
meliputi prestasi belajar sejarah yang dilakukan melalui tes tertulis dan
nontertulis. Alat pengumpulan data adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Cara untuk mengamati aktivitas dan kegiatan belajar siswa selama proses
belajar mengajar di kelas. Berikut ini hal-hal yang diamati selama proses
belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kondisi awal aktivitas belajar siswa adalah (a) Siswa siap mengikuti KBM;
(b) siswa memperhatikan penjelasan guru; (c) siswa mencatat materi yang
penting; (d) siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (e) siswa
aktif memberikan pertanyaan selama KBM; dan (f) siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
Kondisi selama penerapan model kooperatif tipe jigsaw, adalah (a) bekerja
sama dalam kelompok; (b) mengkomunikasihkan jawaban kepada anggota
kelompok; (c) penguasaan materi; (d) menghargai pendapat sesama anggota
kelompok; (e) keaktifan anggota kelompok dalam diskusi; dan (f)
kemampuan menganalisis materi.
2. Wawancara
Untuk mengetahui keadaan awal sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Wawancara berupa daftar pertanyaan yang ditujukkan
kepada guru mata pelajaran sejarah dan beberapa siswa kelas X SMK Putra
Tama Bantul.
3. Tes Prestasi Belajar Sejarah
Cara untuk mengetahui seberapa besar siswa memahami materi yang sudah
diajarkan oleh guru dan mau mengetahui seberapa jauh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat efektif dan efisien. Tesnya berupa soal pilihan
ganda (PG).
4. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto aktivitas dan kegiatan belajar sejarah siswa, serta
proses berlangsungnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Selain itu, sebagai bukti yang menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan
penelitian di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
I. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas merupakan alat ukur yang dapat dikatakan valid jika alat yang
diukur itu tepat pada apa yang mau diukur. Dengan kata lain, jika mengukur
prestasi belajar siswa maka hasil yang diukur adalah nilai siswa ( kognitif).
Sehingga validitas dapat mengukur tingkat kelayakan soal tes yang diberikan
kepada siswa.43
Untuk mengetahui tingkat validitas soal, maka peneliti
menggunakan rumus Product Moment, yaitu:44
Keterangan:
rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variable
yang dikorelasikan
N = jumlah siswa tes
XY = jumlah perkalian antara X dengan Y
X2 = kuadrat dari X
Y2 = kuadrat dari Y
Adapun rumus untuk mengetahui besar taraf signifikan hasil korelasi butir soal:45
Jika hasil t- hitung > dari t-tabel maka soal tersebut valid, sebaliknya jika r-hitung
< dari r-tabel soal tersebut tidak valid. Berikut ini rumus untuk mencari t-hitung.
43
Suharsimi Arikunto dalam S. Eko Putro Widoyoko , Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014, hlm.139 44
Ibid, hlm. 177 45
Yuanita Tudameha Kondanamu, Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Skripsi, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2018, hlm. 44
𝑟𝑥𝑦 <
𝑁∑𝑋𝑌;(∑𝑋)(∑𝑌)
*𝑁∑𝑋2;(∑𝑋)2+*𝑁∑𝑌2;(∑𝑌)2+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Keterangan:
T = taraf signifikan
R = korelasi
N= jumlah butir soal
Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, soal pilihan
ganda terdapat 20 item. Item yang valid adalah 12 soal, sedangkan tidak valid
adalah 8 soal. Soal yang tidak valid terdiri dari nomor 1,5,6,9,10,12,17, dan
20. Soal yang tidak valid dapat dianggap gugur, dan tidak digunakan dalam
penelitian.
Pada siklus II, terdapat 20 soal pilihan ganda. Item soal yang valid ada
11 valid, sedangkan soal tidak valid ada 9 soal, yaitu soal nomor
1,4,5,7,9,12,13,15, dan 18. Soal tersebut dianggap gugur atau tidak diguakan
dalam penelitian.
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas berasal dari bahasa Inggris “reliable” artinya dapat
dipercaya. Maka reliabilitas adalah setiap butir item dapat dipercaya. Tes
dikatakan reliabel jika hasilnya tes dapat memberikan hasil yang tepat.46
Untuk menguji reliabilitas diperlukan instrumen sebagai alat pengumpulan
data, instrumen dapat dikatakan baik jika semua data dapat dipercaya dan
dikatakan baik. Maka, instrumen tersebut menghasilkan data yang dipercaya
46
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, PT Bina Aksara, 1986
,hlm. 51 dan 75.
t= 𝑟 𝑛;2
1;𝑟2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
pula (reliabel). Dapat mencari hasil reliabel pastinya dibutuhkan rumus. Rumus
yang digunakan, yaitu rumus belah dua ( Sperman Borwn) untuk soal pilihan
ganda yang skornya 1 dan 0. Untuk mencari reliabilitas terlebih dahulu mencari
1
2
1
2 dengan menggunakan rumus product moment, sebagai berikut:
47
Keterangan:
rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variable
yang dikorelasikan
N = jumlah siswa tes
XY = jumlah perkalian antara X dengan Y
X2 = kuadrat dari X
Y2 = kuadrat dari Y
Langkah menghitung korelasi setiap belahan,yaitu genap-ganjil atau awal-akhir
dan setiap kelompok memiliki jumlah anggota yang sama. Rumus belah dua
(Sperman-Borwn) sebagai berikut:48
Rumus :
Keterangan:
r11 = korelasi antara skor-skor setiap belahan
r1/21/2 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Pengujian taraf signifikan pada reabilitas instrumen tes dengan menghitung nilai t
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
47
Eko Putro Widoyoko, Op.Cit, hlm.197 48
Ibid., hlm. 197
𝑟𝑥𝑦 <
𝑁∑𝑋𝑌;(∑𝑋)(∑𝑌)
*𝑁∑𝑋2;(∑𝑋)2+*𝑁∑𝑌2;(∑𝑌)2+
r 11=2 . 𝑟 1/21/2
1: 𝑟1/21/2
t= 𝑟 𝑛;2
1;𝑟2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Keterangan: T = taraf signifikan
R = korelasi
N = jumlah butir soal
J. Desain Penelitian
Berikut ini Desain penelitian tindakan kelas model Kurt Lewis.
Gambar II. Model Kurt Lewin (dalam Tukiran Tanireja, Irma Pujiatuti,
dkk, hlm.23).
K. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas dua, yaitu teknik analisis
deskriptif untuk data kualitatif dan analisis komparasi untuk data kuantitatif. Data
yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk lebih jelas
dapat dijelaskan di bawah ini.
Planning
Acting
Reflecting
Observing Siklus I
Acting
Planning
Observing
Reflecting
Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Nilai= ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100
1. Analisis data kuantitatif
Analisis komparasi menggunakan data kuantitatif. Data tersebut adalah
perbandingan skor rata-rata dan prosentase hasil dari pra siklus, siklus I, dan
siklus II berdasarkan pada tindakan sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil ini diperoleh dari tes evaluasi
berupa soal pilihan ganda. Hasil yang diuji adalah aspek kognitif.
Dengan demikian, data-data tersebut dapat berpatokan pada penilain
acuan patokan I (PAP I) dengan KKM 7549
.
Tabel 2: Keterangan Penilaian Acuan PAP I
Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria
90%-100% Sangat Tinggi
80%-89% Tinggi
70%-79% Cukup
60%-69% Kurang
0%-59% Sangat Kurang
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil tes siswa adalah sebagai
berikuti.50
a. Menghitung aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar siswa
Untuk mengetahui aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar sejarah,
menghitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
Keterangan:
N = Nilai hasil pengamatan
∑ = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
∑ = Jumlah aspek dinilai.
49
Yuanita Tudameha Kondanamu, Op.Cit., hlm. 51 50
Ibid., hlm. 53-54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Untuk menganalisis hasil belajar siswa dapat menggunakan penilaian
acuan patokan I (PAP I).
Tabel 3: Analisis Prosentase Prestasi Belajar Siswa
No Kriteria Skala Prestasi F (%)
Rata-rata
1 Sangat Tinggi 90-100
2 Tinggi 80-89
3 Cukup 70-79
4 Rendah 60-69
5 Sangat Rendah 0-59
Sedangkan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa berpatokan
pada kriteria penilaian. Berikut ini tabel aktivitas belajar siswa.
Tabel 4: Analisis Prosentse Aktivitas Belajar Siswa
No Kriteria Skala Aktivitas F (%)
1 Kurang Aktif 0-7
2 Cukup Aktif 8-14
3 Aktif 15-21
4 Sangat Aktif 22-29
Adapun cara untuk menganalisis kegiatan presentasi. Berkut ini tabel
analisis kegiatan presentasi belajar siswa.
Tabel 5: Analisis Kegiatan Presentasi Belajar Siswa
No Kriteria Skala Kegiatan Presentasi F (%)
1 Kurang Aktif 0-4
2 Cukup Aktif 5-8
3 Aktif 9-12
4 Sangat Aktif 13-16
b. Menghitung prosentase
Adapun cara untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dengan
penghitungan prosentase siswa yang mencapai dan tidak mencapai KKM.
Rumus menghitung prosentase belajar siswa, adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
N= Jumlah siswa mencapai KKM
Jumlah siswa keseluruhanx 100
Jumlah siswa
N= Jumlah siswa tidak mencapai KKM
Jumlah siswa keseluruhanx 100
Jumlah siswa keseluruhan
1) Menghitung prosentase jumlah siswa mencapai KKM.
2) Menghitung prosentase jumlah siswa tidak mencapai KKM.
c. Analisis komparasi terhadap aktivitas belajar, kegiatan belajar, dan prestasi
belajar sejarah siswa
1) Tabel analisis komparasi aktivitas belajar siswa
Tabel. 6: Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan
Siklus I.
No Kriteria Skala Aktivitas Pra Siklus Siklus I
F % F %
1 Kurang Aktif 0-7
2 Cukup Aktif 8-14
3 Aktif 15-21
4 Sangat Aktif 22-29
Jumlah
2) Tabel analisis komparasi aktivitas belajar siswa
Tabel. 7: Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan
Siklus II.
No Kriteria Skala
Aktivitas
Siklus I Siklus II
F % F %
1 Kurang Aktif 0-7
2 Cukup Aktif 8-14
3 Aktif 15-21
4 Sangat Aktif 22-29
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3) Tabel analisis komparasi kegiatan belajar siswa
Tabel 8: Analisis komparasi kegiatan presentasi siklus I dengan siklus II.
No Kriteria Skala Kegiatan
Presentasi
Siklus I Siklus II
F % F %
1 Kurang Aktif 0-4
2 Cukup Aktif 5-8
3 Aktif 9-12
4 Sangat Aktif 13-16
4) Tabel analisis komparasi prestasi belajar siswa
a) Tabel. 9 : Analisis Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus Dengan Siklus
I.
No Kriteria Skala
Prestasi
Pra Siklus Siklus I
F % Rata-rata F % Rata-rata
1 Sangat Tinggi 90-100
2 Tinggi 80-89
3 Cukup 70-79
4 Rendah 60-69
5 Sangat Rendah 0-59
Jumlah
b) Tabel. 10 : Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus
II.
No Kriteria Skala Prestasi Siklus I Siklus II
F % Rata-rata F % Rata-rata
1 Sangat Tinggi 90-100
2 Tinggi 80-89
3 Cukup 70-79
4 Rendah 60-69
5 Sangat Rendah 0-59
Jumlah
2. Analisis data kualitatif
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk data kualitatif yang mana
menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan dari aktivitas dan kegiatan
belajar sejarah siswa selama proses pembelajaran di kelas, baik di pra siklus,
siklus I, dan siklus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a. Data observasi aktivitas siswa, dan kegiatan siswa
Untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari aktivitas belajar
sejarah siswa dan kegiatan belajar siswa selama sebelum dan setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang mana dapat
menghasilkan prestasi belajar sejarah. Hal-hal yang dinilai dalam aktivitas
belajar sejarah siswa tentang keaktifan siswa dalam kelompok asal, sedangkan
kegiatan belajar sejarah siswa, yakni hasil dari presentasi masing-masing
anggota kelompok asal di depan kelas.
b. Instrumen pengumpulan data untuk menganalisis aktivitas belajar, dan
kegiatan belajar sejarah siswa dengan sebelum dan setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1) Instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa
a) Instrumen aktivitas belajar pra siklus
Tabel 11: Insrumen Aktvitas belajar siswa
No Nama
Sis
wa
siap
men
gik
uti
KB
M (
1-4
)
Sis
wa
mem
per
hat
ikan
pen
jela
san
gu
ru (
1-4
)
Sis
wa
men
cata
t m
ater
i
yan
g p
enti
ng
(1
-4)
Sis
wa
men
ger
jak
an
tug
as y
ang
dib
erik
an
ole
h g
uru
(1
-4)
Sis
wa
akti
f m
emb
erik
an
per
tan
yaa
n s
elam
a
KB
M (
1-4
)
Sis
wa
men
jaw
ab
per
tan
yaa
n d
ari
gu
ru
(1-4
)
Jum
lah
1
2
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
4 = Sangat aktif
3 = Aktif
2 = Cukup aktif
1 = Kurang aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b) Intrumen aktivitas belajar Siklus I dan Siklus II
Tabel 12: Instrumen Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
No Nama
Bek
erja
S
ama
Dal
am
Kel
om
po
k
(1-4
)
Men
gk
om
un
ikas
ih
kan
Ja
wab
an
Kep
ada
An
ggo
ta
Kel
om
po
k (
1-4
)
Pen
gu
asaa
n M
ater
i
(1-4
)
Men
gh
arg
ai
Pen
dap
at
Ses
ama
An
ggo
ta K
elo
mp
ok
(1-4
)
Kea
kti
fan
A
ng
go
ta
Kel
om
po
k
Dal
am
Dis
ku
si (
1-4
)
Kem
amp
uan
Men
gan
alis
is
Mat
eri
(1-4
)
Jum
lah
1
2
Dst..
Jmh
Rata-rata
Keterangan:
4 = Sangat aktif
3 = Aktif
2 = Cukup aktif
1 = Kurang aktif
2) Instrumen Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II
Tabel 13: Instrumen Pengamatan Kegiatan Presentasi Siswa
No Nama
Into
nas
i S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Kej
elas
an
Pen
yam
pai
n
Mat
eri
(1-4
)
Ek
spre
si S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Res
po
n
Ter
had
ap
Per
tan
yaa
n
yan
g
Dib
erik
an (
1-
4)
Jum
lah
1
2
3
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
4 = Sangat aktif
3 = Aktif
2 = Cukup aktif
1 = Kurang aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun prosedur sebagai berikut:
1. Pra Siklus
a. Permohonan izin
Permohonan izin ditujukan kepada Kepala Sekolah SMK Putra Tama
Bantul, Wali Kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul, Guru mata
Pelajaran Sejarah SMK Putra Tama Bantul dan Ketua Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma.
b. Observasi
Observasi menggunakan metode wawancara dengan guru bidang studi dan
beberapa siswa, serta melakukan observasi aktivitas siswa di kelas, hal ini
dilakukan sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Agar peneliti dapat
mengetahui kondisi awal sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti harus
menyusun RPP dengan memperhatikan kompetensi dasar/ materi pokok
yang diajarkan kepada siswa, dan perangkat lainnya yang digunakan pada
saat mengajar di kelas terutama pada saat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
d. Mempersiapkan Media Pembelajaran
Media yang digunakan oleh peneliti adalah hand out51
, papan tulis,
penghapus, dan spidol.
e. Menyiapkan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah soal tes dan lembar
pengamatan aktivitas dan kegiatan siswa.
2. Rencana Tindakan
Dalam Penelitian tindakan kelas (PTK) ada lima hal yang harus dilakukan
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, observasi dan refleksi. Siklus
ini dilakukan hanya dua kali karena keterbatasan waktu.
a. Siklus I
1) Perencanaan
Tahap dimana seorang peneliti harus menyiapkan semua instrumen yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran , lembar
wawancara, dan lembar aktivitas dan kegiatan siswa.
2) Tindakan
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dapat mengikuti langkah-
langkah yang ada dalam RPP, langkah-langkah tersebut disesuaikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
51
Hand out adalah bahan pembelajaran untuk siswa sebagai sumber belajar. Pada
kompetensi dasar 3.6. Dampak Politik, Budaya,Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan Pada
Masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3) Pengamatan
Pengamatan dimulai dengan kegiatan pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa. Dengan
tujuan mengamati segala aktivitas siswa berdasarkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Evaluasi
Untuk mengukur tingkat prestasi belajar sejarah dengan menggunakan
tes tertulis. Sedangkan Untuk mengetahui aktivitas dan kegiatan siswa
dengan menggunakan lembar observasi siswa.
5) Refleksi
Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian
dianalisis oleh peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa mengadakan
tentang jalannya proses belajar mengajar selama peneliti menerapakn
model pembelajaran jigsaw. Agar siklus II dapat terlaksana dengan baik.
Guru dan rekan mahasiswa mengetahui kekurangan peneliti selama
belajar mengajar. Untuk tahap ini guru memberikan saran-saran supaya
pada siklus II berjalan lebih baik dari sebelumnya.
b. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus pertama mengetahui kelebihan dan
kelemahan pada siklus I, maka pada siklus II ada tahapan yang masih
sama dengan siklus pertama hanya perlu ada hal yang ditingkatkan agar
hasilnya mencapai signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
1) Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti harus menyiapkan segala macam instrumen
bahan ajar yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar di kelas,
seperti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar
kegiatan siswa, menyiapkan materi ajar, soal atau pertanyaan, dan lembar
kerja siswa baik kelompok dan individu.
2) Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengikuti apa yang sudah peneliti buat dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peneliti melakukan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP.
Tindakan disini pasti sedikit ada perubahan karena di dalam RPP ada
sedikit penambahan langkah-langkahnya.
3) Pengamatan
Peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama menerapkan model kooperatif tipe
jigsaw, masih memperhatikan hasil refleksi siklus I.
4) Evaluasi
Pada tahap ini untuk mengukur tingkat prestasi belajar sejarah dengan
menggunakan tes tertulis. Sedangkan Untuk mengetahui aktivitas siswa
dengan menggunakan lembar observasi siswa.
5) Refleksi
Peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa membandingkan siklus
kedua dengan siklus pertama mengenai hasil pembelajaran yang dicapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
oleh siswa. Hasilnya dapat meningkat atau masih pada tahap terendah,
jika belum mencapai target maka peneliti dapat melanjutkan tindakan
siklus ketiga. Namun, keterbatasan waktu sehingga penelitian ini hanya
sampai pada siklus II. Siklus II merupakan tahap akhir dari penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
M. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab
indikator keberhasilan ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tujuannya adalah untuk memperbaiki
mutu pembelajaran di kelas dan peningkatan prestasi pembelajaran sejarah siswa.
Adapun target indikator pencapain prestasi belajar dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Indikator Pencapaian.
Variabel Pra Siklus Siklus I Siklus II
Prestasi (KKM 75) 65 % 70 % 80 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama
Bantul pada tanggal 24 April dan tanggal 8 Mei 2019. Peneliti melaksanakan dua
siklus pada mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan judul “Dampak Politik,
Budaya, Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Eropa di
Nusantara dan Lahirnya Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda”. Siklus I dan
siklus II peneliti melakukan satu kali pertemuan serta menguji daya serap siswa
terhadap materi yang sudah diajarkan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti
mengadakan observasi di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul dengan
jumlah siswa 21.
Observasi terhadap aktivitas belajar sejarah siswa dilaksanakan pada
tanggal 17 April 2019 di kelas Pemasaran SMK Putra Tama Bantul pada mata
pelajaran sejarah. Observasi dilaksanakan pada jam ke-3,4 dan 5.
Observasi di kelas, sebelum masuk pada inti pembelajaran guru
membuka proses pembelajaran dengan memberi salam, melakukan presensi,
memeriksa kesiapan belajar siswa, serta melakukan apersepsi. Namun, siswa
kurang antusias dalam hal tersebut, ada sedikit siswa yang mau terlibat aktif
ketika guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dalam proses pembelajaran metode yang digunakan adalah metode
ceramah dan gurunya hanya berfokus di depan kelas sehingga siswa yang
duduk di belakang kurang antusias selama pembelajaran sejarah. Beberapa
siswa yang aktif itu yang duduk di depan. Setelah menjelaskan materi, guru
memberikan tugas namun karena belum selesai guru menyuruh siswa kerjakan
di rumah dan dikumpulkan keesokan hari. Dalam kegiatan pembelajaran
tersebut, masih kurang efektif karena metode yang digunakan tidak melibatkan
siswa dalam pembelajaran sehingga siswa kurang antusias untuk belajar
sejarah. Siswa kurang antusias tersebut dapat berdampak pada prestasi
belajarnya rendah hal tersebut karena tidak didukung oleh model pembelajaran
yang membangkita niat dan semangat belajar sejarah. Berikut ini dijelaskan
hasil pembelajaran aktivitas belajar, dan prestasi belajar pra siklus pada siswa
kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
2. Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
1) Data Pra Siklus
a) Data Aktivitas Siswa Kelas X Pemasaran Pra Siklus
Untuk aktivitas belajar, peneliti berperan sebagai pengamat terhadap
guru yang sedang mengajar, serta mengamati respon siswa terhadap
pembelajaran sejarah. Berikut ini tabel 14 aktivitas siswa selama proses
pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 14: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No Nama
Sis
wa
siap
men
gik
uti
KB
M
Sis
wa
mem
per
hat
ikan
pen
jela
san
gu
ru
Sis
wa
men
cata
t m
ater
i
yan
g p
enti
ng
Sis
wa
men
ger
jak
an
tug
as y
ang
dib
erik
an
ole
h g
uru
Sis
wa
akti
f m
emb
erik
an
per
tan
yaa
n s
elam
a
KB
M
Sis
wa
men
jaw
ab
per
tan
yaa
n d
ari
gu
ru
Jum
lah
1 CHRL 3 2 2 2 1 1 11
2 DGD 3 2 3 2 2 2 14
3 ES 2 2 2 2 2 2 12
4 GT 2 1 1 1 1 1 7
5 BW 3 3 2 2 1 1 12
6 VRB 3 3 4 4 3 2 19
7 BJ 2 2 2 3 2 2 13
8 MA 3 3 2 3 2 2 15
9 VM 3 2 2 2 3 2 14
10 RNY 2 2 2 2 2 1 11
11 MNP 2 2 2 1 2 2 11
12 FA 3 3 2 2 3 2 15
13 AY 2 1 1 1 1 1 7
14 TN 3 2 1 2 1 1 10
15 MYN 2 2 2 2 1 2 11
16 DDDP 3 2 3 3 3 2 16
17 BS 2 1 2 1 1 1 8
18 YOAN 3 3 3 3 3 3 18
19 AGP 2 2 2 2 3 2 13
20 AOF 1 1 1 1 1 1 6
21 BS 1 1 1 2 1 1 7
Jumlah 50 42 42 43 39 34
Rata-rata 2.38 2.00 2.00 2.04 1.86 1.62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Keterangan:
1 Kurang Aktif
2 Cukup Aktif
3 Aktif
4 Sangat Aktif
Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil aktivitas
belajar sejarah siswa, siswa siap mengikuti KBM jumlah skornya adalah 50,
siswa memperhatikan penjelasan guru jumlah skor adalah 42, siswa
mencatat materi yang penting jumlah skornya adalah 42, siswa
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru skor adalah 43, siswa aktif
selama KBM jumlah adalah 39, dan siswa menjawab pertanyaan dari guru
jumlah skor 34. Dengan demikian, skor aktivitas siswa selama pembelajaran
sejarah belum mencapai hasil dominan sebab skor masih di bawah 56. Hal
tersebut dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah yang masih rendah,
sehingga peneliti dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar sejarah. Untuk lebih memperjelas penjelasan
tadi dapat dilihat pada skala tabel 15 berikut.
Tabel 15 : Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Pra Siklus
No Kriteria Skala Aktivitas F (%)
1 Kurang Aktif 0-7 4 19,05
2 Cukup Aktif 8-14 12 57,14
3 Aktif 15-21 5 23,81
4 Sangat Aktif 22-29 0 0
Berdasarkan data tabel 15 di atas, hasil prosentase aktivitas belajar
sejarah siswa berdasarkan kriteria. Pertama, kriteria siswa sangat aktif
adalah 0 (0%). Kedua, kriteria siswa aktif adalah 5 siswa (23,81%). Ketiga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kriteria siswa cukup aktif adalah 12 siswa (57,14%), dan keempat, kriteria
siswa kurang aktif adalah 4 siswa (19,5%). Untuk melihat prosentase dapat
dilihat pada diagram III berikut:
Gambar III: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siswa
Pra Siklus
b) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
Berikut ini merupakan hasil belajar sejarah sebelum menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas X Pemasaran SMK
Putra Tama Bantul. Untuk lebih jelas dapat lihat pada tabel 16 di bawah
ini.
Tabel 16 : Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai T TT
1 CHRL 75
2 DGD 75
3 ES 75
4 GT 55
5 BW 75
6 VRB 80
7 BJ 75
8 MA 80
9 VM 80
10 RNY 75
11 MNP 75
12 FA 80
13 AY 40
14 TN 70
15 MYN 75
16 DDDP 80
17 BS 45
0%
24%
57%
19% Sangat Aktif 22-29
Aktif 15-21
Cukup Aktif 8-14
Kurang Aktif 0-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
No Nama Siswa Nilai T TT
18 YOAN 80
19 AGP 75
20 AOF 30
21 BS 50
JUMLAH 1445 15 6
Prosentase (%) 71,42 28,57
Rata-Rata 68,80
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 30
KKM 75
Berdasarkan data tabel 16 di atas, hasil prestasi belajar
sejarah siswa kelas X Pemasaran sebelum menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menunjukkan bahwa siswa
lulus KKM adalah 15 siswa atau 71,42%, sedangkan siswa tidak lulus
KKM adalah 6 siswa atau 28,57%. Adapun rata-rata siswa telah
mencapai KKM, yakni 68,80. Nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah
siswa 30.
Berdasarkan hasil tersebut, perlu ada perbaikan prestasi belajar
sejarah pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Untuk
melihat hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada skala tabel
17 prestasi belajar siswa berikut.
Tabel 17: Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No Kriteria Skala Prestasi Pra Siklus Rata-rata
F (%)
68,80
1 Sangat Tinggi 90-100 0 0
2 Tinggi 80-89 6 28,57
3 Cukup 70-79 10 47,61
4 Rendah 60-69 0 0
5 Sangat Rendah 0-59 5 23,80
Jumlah 21 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pada data tabel 17 di atas, hasil prosentase prestasi belajar
sejarah siswa berdasarkan kriteria penilaian agar mempermudah untuk
melihat berapa siswa mencapai nilai sangat tinggi hingga sangat rendah.
Kriteria sangat tinggi adalah 0 atau 0%, artinya tidak ada siswa yang
mencapai kriteria tersebut. Kriteria tinggi adalah 6 siswa atau 28,57%.
Kriteria cukup adalah 10 siswa atau 47,61%. Sedangkan kriteria rendah
adalah 0 atau 0%, artinya tidak ada yang mencapainya. Yang terakhir
kriteria sangat rendah adalah 5 siswa atau 23,80%. Untuk lebih jelas
bisa lihat pada diagram IV berikut ini.
Gambar IV: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra
Siklus
Selain data observasi di atas, ada pula data wawancara. Peneliti
melakukan wawancara kepada guru sejarah dan empat siswa pada
tanggal 18 April 2019. Hasil dari wawancara tersebut menunjukkan
pada metode yang digunakan masih sangat terbatas atau kurang
bervariasi, sehingga ada beberapa siswa yang bosan selama
pembelajaran sejarah. Rasa bosan tersebut berpengaruh pada minat
0%
28%
48%
0%
24% Sangat Tinggi 90-100
Tinggi 80-89
Cukup 70-79
Rendah 60-69
Sangat Rendah 0-59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
belajar sejarah siswa berkurang, berkurangnya minat belajar sejarah
dapat berdampak pada rendahnya prestasi belajar sejarah siswa.
b. Data Siklus I
Setelah melakukan observasi pada pra siklus, peneliti masuk
pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada kelas X Pemasaran, pelaksanaan dimulai pada tanggal 24
April 2019. Pada siklus I peneliti hanya mengadakan satu pertemuan,
serta menguji daya serap siswa tentang materi sejarah yang sudah
diajarkan. Namun sebelum masuk pada tahap menerapkan model
pembalajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti menyiapkan perangkat yang
digunakan pada saat pembelajaran siklus I. Hal-hal yang disiapkan oleh
peneliti sebagai berikut.
1) Perencanaan Siklus I
Untuk tahap ini peneliti menyiapkan segala perangkat
pembelajaran yang digunakan selama kegiatan pembelajaran di kelas.
Hal-hal yang disiapkan sebagai berikut:
a) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam RPP peneliti menyiapkan tentang alokasi waktu
pembelajaran, judul pembelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, model dan metode/ tipe pembelajaran,
media dan alat pembelajaran, sumber pembelajaran, langkah-langkah
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw di kelas, serta yang terakhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
penilaian hasil belajar. RPP peneliti telah mengadakan konsultasi
dengan guru mata pelajaran sejarah.
b) Mempersiapkan Materi Pembelajaran
Materi yang disiapkan oleh peneliti, yakni dari KD.3.6.
“Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Pada
Masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara”. Peneliti menyiapkan
hand out untuk peneliti sendiri dan untuk siswa sebagai bahan refrensi
selama menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw.
c) Membuat Lembar Kerja Siswa
Peneliti menyiapkan lembar kerja siswa, yakni lembar kerja
individu dan kelompok. Lembar kerja individu berupa soal pilihan
ganda, nama siswa, kelas, dan obsen pilihan ganda, sedangkan lembar
kerja kelompok berupa pernyataan.
2) Tindakan Siklus I
Dalam melaksanakan tindakan, peneliti mengikuti yang sudah
dibuat dalam RPP serta semua perangkat yang sudah peneliti siapkan
sebelumnya. Pada tahap ini peneliti telah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Peneliti menerapkan model kooperatif tipe jigsaw pada tanggal 24
April 2019 di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Pada awal
kegiatan belajar mengajar peneliti memulai dengan salam pembuka,
melakukan presensi dengan menanyakan kehadiran siswa, serta
melakukan apersepsi. Sebelum menerapkan model pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kooperatif tipe jigsaw peneliti menyampaikan judul materi terlebih
dahulu tentang “Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan
Pendidikan pada masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara”, tujuan,
dan fungsi pembelajaran serta langkah-langkah menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw. Setelah itu, peneliti masuk pada inti pembelajaran.
Dengan menyampaikan materi secara garis besar, dan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Menerapkan model kooperatif tipe jigsaw, peneliti membagi
kelompok menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok anggotanya terdiri
dari 4 sampai 5 orang. Untuk pembagian kelompok ada dua tipe, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Untuk kelompok asal peneliti
menggunakan kertas berwarna biru, kuning, hijau, dan merah untuk
mempermudah siswa dan peneliti dalam mengelompokkan anggota
kelompok asal. Siswa yang mendapatkan warna kertas sama berkumpul
dalam satu kelompok, di kertas warna tersebut peneliti telah memberikan
nomor (kode). Setelah pembagian kelompok asal peneliti membagikan
materi kepada setiap kelompok dan mereka membagikan ke sesama
anggota kelompok sesuai nomor (kode) yang sudah peneliti berikan di
kertas warna.
Langkah kedua membagi kelompok ahli berdasarkan materi yang
sudah mereka dapatkan. Setiap siswa yang memiliki materi sama kumpul
untuk mempelajari materi tersebut hingga menjadi ahli kemudian
kembali ke kelompok asal, dan mengajarkan kepada anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kelompoknya sesuai topik yang sudah mereka dapat secara bergiliran.
Setiap kelompok asal diharuskan mencatat hal-hal pokok yang
disampaikan oleh teman ahli kemudian kelompok asal mempresentasi di
depan kelas secara bergiliran. Peneliti tetap mengawasi jalannya diskusi
kelompok. Jika ada siswa yang kurang memperhatikan anggota
kelompok lain saat presentasi, maka disini peneliti akan menyuruh
menjelaskan apa yang sudah dijelaskan oleh kelomopok lain.
Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
peneliti langsung mengadakan tes. Tesnya berupa soal pilihan ganda
yang berjumlah 20 butir soal. Peneliti membagikan soal dan lembar
jawaban siswa. Waktu mengerjakan soal selama 45 menit. Setelah
mengerjakannya, para siswa mengumpulkan kepada peneliti dan terakhir
memberi salam penutup.
3) Observasi aktivitas, kegiatan, dan prestasi belajar sejarah siswa siklus I
Aktivitas, kegiatan, dan prestasi belajar sejarah siswa selama
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sejarah.
Instrumen observasi berupa pernyataan, dan soal pilihan ganda. Untuk
mengetahui hasil dari observasi siswa dan prestasi siswa, dapat dibahas
satu persatu.
a) Aktivitas Siswa Kelas X Pemasaran Siklus I
Untuk mengetahui aktivitas siswa peneliti bekerja sama
dengan guru bidang studi untuk memberikan penilaian seberapa besar
siswa yang bersangkutan dapat terlibat selama proses pembelajaran di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kelas terutama pada saat penerapkan model kooperatif tipe jigsaw.
Peneliti juga ikut terlibat dengan melihat aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi berdasarkan pengamatan dan hasil
dokumentasi. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti
masih menunggu beberapa siswa yang masih di luar, setelah semua
masuk barulah peneliti memulai dengan kegiatan belajar mengajar.
Pada awal pembelajaran masih terlihat kondusif hanya ada 4 siswa
yang duduk di bagian belakang kurang fokus tetapi peneliti mengajak
mereka untuk ikut diskusi kelompok dan mereka mau ikut terlibat
dalam kelompok diskusi pembelajaran sejarah. Berikut ini hasil
observasi siswa di kelas X Pemasaran sebagai berikut.
Tabel 18: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus I
No Nama
Bek
erja
Sam
a D
alam
Kel
om
po
k
Men
gk
om
un
ikas
ihk
an
Jaw
aban
Kep
ada
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Pen
gu
asaa
n M
ater
i
Men
gh
arg
ai P
end
apat
Ses
ama
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Kea
kti
fan
An
ggo
ta
Kel
om
po
k D
alam
Dis
ku
si
Kem
amp
uan
Men
gan
alis
is M
ater
i
Jum
lah
1 CHRL 3 3 3 3 2 2 16
2 DGD 3 3 4 3 3 2 18
3 ES 2 2 1 2 2 1 10
4 GT 2 1 1 2 1 1 8
5 BW 3 3 2 3 2 2 15
6 VRB 4 4 4 4 4 4 24
7 BJ 3 3 3 3 3 3 18
8 MA 3 4 3 3 3 3 19
9 VM 4 4 4 4 4 3 23
10 RNY 2 2 2 2 3 1 12
11 MNP 3 3 3 4 3 3 19
12 FA 4 4 4 4 4 4 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
13 AY 3 3 3 3 3 3 18
14 TN 3 3 3 3 3 3 18
15 MYN 4 4 4 4 4 3 23
16 DDDP 2 2 2 2 2 2 12
17 BS 4 4 4 4 4 3 23
18 YOAN 1 2 3 3 2 1 12
19 AGP 3 3 3 3 3 3 18
20 AOF 1 1 1 2 1 1 7
21 BS 1 1 1 1 1 1 6
Jumlah 58 59 58 62 57 49
Rata-rata 2.76 2.80 2.76 2.95 2.71 2.33
Keterangan:
1 Kurang Aktif
2 Cukup Aktif
3 Aktif
4 Sangat Aktif
Berdasarkan data tabel 18 di atas, hasil aktivitas belajar
sejarah siswa dapat diketahui bahwa pada siklus I bekerja sama dalam
kelompok jumlah skor 58, mengkomunikasikan jawaban kepada
anggota kelompok jumlah skor 59, penguasaan materi jumlah skor 58,
menghargai pendapat sesama anggota kelompok 62, keaktifan anggota
kelompok dalam diskusi jumlah skor 57, dan kemampuan
menganalisis materi jumlah skor 49.
Hasil dominan ada pada menghargai pendapat sesama anggota
kelompok dengan jumlah skor adalah 62. Kedua, berada pada
mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok dengan
jumlah skor 59. Ketiga, bekerja sama dalam anggota kelompok
jumlah skornya adalah 58. Keempat, penguasaan materi jumlah skor
adalah 58. Kelima , keaktifan anggota kelompok dalam diskusi dengan
skor 57. Kelima aspek tersebut berhasil ditingkatkan karena siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mau menerima pendapat anggota kelompok dengan baik. Sedangkan
aspek yang perlu ditingkatkan pada siklus II adalah kemampuan
menganalisis materi jumlah skornya adalah 49. Kriteria terakhir ini
perlu ditingkatkan karena semua aspek tersebut sangat membantu
dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah.
Dengan demikian, pada pembelajaran siklus I aktivitas siswa
terhadap materi sejarah sudah ada peningkatan dan adanya keinginan
untuk belajar sejarah sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan lagi.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 19 skala di bawah ini.
Tabel 19: Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I
No Kriteria Skala Aktivitas F (%)
1 Kurang Aktif 0-7 2 9,52
2 Cukup Aktif 8-14 5 23,80
3 Aktif 15-21 9 42,85
4 Sangat Aktif 22-29 5 23,80
Berdasarkan data tabel 19 di atas, hasil prosentase aktivitas
belajar sejarah siswa dapat menunjukkan bahwa kriteria sangat aktif
adalah 5 siswa atau 23,80%, kritria aktif adalah 9 siswa atau 42,85%,
kriteria cukup aktif adalah 5 siswa atau 23,80%, dan kriteria kurang
aktif adalah 2 siswa atau 9,52%. Dengan demikian, bahwa aktivitas
siswa pada siklus ini sudah sedikit mengalami peningkatan buktinya
siswa sangat aktif dan siswa aktif lebih banyak daripada siswa cukup
aktif dan kurang aktif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram V
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar V: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I
b) Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus I
Untuk mengetahui tentang kegiatan presentasi belajar sejarah dapat
dilihat pada tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20: Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
No Nama
Into
nas
i S
aat
Pen
yam
pai
an M
ater
i
Kej
elas
an P
eny
amp
ain
Mat
eri
Ek
spre
si S
aat
Pen
yam
pai
an M
ater
i
Res
po
n T
erh
adap
Per
tan
yaa
n y
ang
Dib
erik
an
Jum
lah
1 CHRL 3 3 3 2 11
2 DGD 3 3 3 3 12
3 ES 2 2 2 1 7
4 GT 3 3 3 2 11
5 BW 2 2 2 2 8
6 VRB 3 3 3 3 12
7 BJ 3 3 3 3 12
8 MA 3 3 3 3 12
9 VM 3 3 3 3 12
10 RNY 2 2 2 2 8
11 MNP 3 3 3 3 12
12 FA 3 3 3 3 12
13 AY 2 2 2 1 7
14 TN 3 3 3 3 12
15 MYN 4 4 4 3 13
24%
43%
24%
9%
Sangat Aktif 22-29
Aktif 15-21
Cukup Aktif 8-14
Kurang Aktif 0-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
16 DDDP 2 2 3 2 9
17 BS 4 4 4 4 16
18 YOAN 2 2 3 3 10
19 AGP 3 3 3 3 12
20 AOF 2 2 2 1 7
21 BS 2 2 2 1 7
Jumlah 57 57 59 51
Rata-rata 2.71 2.71 2.80 2.42
Keterangan:
1 Kurang Aktif
2 Cukup Aktif
3 Aktif
4 Sangat Aktif
Berdasarkan data tabel 20 di atas, hasil kegiatan presentasi
belajar sejarah siswa dapat diketahui bahwa intonasi saat penyampaian
materi jumlah skor 57, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 57,
ekspresi saat penyampaian materi jumlah skor 59, dan respon terhadap
pertanyaan yang diberikan jumlah skor adalah 51.
Hasil dominan prosentase ada pada ekspresi saat penyampaian
materi jumlah skor 59, intonasi saat penyampaian materi dengan
jumlah skor 57, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 57. Hasil
tersebut baik karena pada saat penyampain diskusi kelompok setiap
anggota kelompok terlibat untuk menjelaskan materinya. Sedangkan
faktor masih kurang adalah respon terhadap pertanyaan yang
diberikan jumlah dengan skor 51. Pada aspek tersebut pada siklus II
perlu ditingkatkan agar semua aspek mencapai skor yang dominan.
Dengan demikan, pada pembelajaran siklus I kegiatan
presentasi siswa terhadap materi sejarah sudah mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
peningkatan namun belum optimal sehingga pada siklus II
diperhatikan lagi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 21 skala di
bawah ini.
Tabel 21: Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa
Siklus I
No Kriteria Skala Kegiatan
Presentasi F (%)
1 Kurang Aktif 0-4 0 0
2 Cukup Aktif 5-8 6 28,57
3 Aktif 9-12 13 61,90
4 Sangat Aktif 13-16 2 9,52
Berdasarkan data tabel 21 di atas, hasil prosentase kegiatan
presentasi belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa kriteria sangat
aktif dicapai oleh 2 siswa atau 9,52%, kriteria aktif dicapai oleh 13
siswa atau 61,90%, kriteria cukup dicapai oleh 6 siswa atau 28,57%,
dan terakhir kriteria kurang aktif adalah 0 (0%). Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dominan berada pada kriteria
aktif adalah 13 siswa atau 61,90%, telah mengalami peningkatan
kegiatan presentasi belajar sejarah siswa di sikus I. Untuk
memperjelas penjelasan di atas dapat lihat pada diagram VI berikut
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar VI: Diagram Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus I
c) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
Prestasi belajar sejarah siswa setelah menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw. Kriteria ketuntasan prestasi belajar sejarah
peneliti mengikuti KKM yang ditentukkan oleh sekolah, yaitu 75.
Untuk mengetahui secara rinci dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
Tabel 22: Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai T TT
1 CHRL 30
2 DGD 75
3 ES 25
4 GT 20
5 BW 75
6 VRB 80
7 BJ 85
8 MA 80
9 VM 85
10 RNY 80
11 MNP 80
12 FA 80
13 AY 80
14 TN 90
15 MYN 80
16 DDDP 85
17 BS 85
18 YOAN 85
19 AGP 60
20 AOF 75
21 BS 75
JUMLAH 1475 17 4
Prosentase (%) 80,95 19,05
Rata-rata 70,24
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 20
9%
62%
29%
0%
Sangat Aktif 22-29
Aktif 15-21
Cukup Aktif 8-14
Kurang Aktif 0-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan tabel 22 di atas, hasil prestasi belajar sejarah
siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
menunjukkan bahwa siswa yang lulus KKM adalah 17 siswa atau
80,95%, siswa tidak lulus KKM adalah 4 siswa atau 19,05%. Rata-
rata nilai siswa yakni 70,24. Sedangkan nilai tertinggi siswa adalah
90, dan nilai terendah siswa adalah 20. Maka berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan prestasi
belajar sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaran
koopertaif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra
Tama Bantul.
Hal tersebut dapat dilihat setiap siswa telah ada peningkatan
hasil belajar, pada pra siklus nilai tertinggi tidak mencapai 90 tetapi
setelah menerapkan model ini ada siswa telah mencapai nilai 90,
selain itu juga prosentase telah naik menjadi 80,95%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel kriteria prestasi belajar sejarah siswa
siklus I.
Tabe 23: Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
No Kriteria Skala
Prestasi
F (%) Rata-Rata
70,24
1 Sangat Tinggi 90-100 1 4,76
2 Tinggi 80-89 12 57,14
3 Cukup 70-79 4 19,05
4 Rendah 60-69 1 4,76
5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29
Jumlah 21 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
5%
57% 19%
5% 14% Sangat Tinggi 90-100
Tinggi 80-89
Cukup 70-79
Rendah 60-69
Sangat Rendah 0-59
Berdasarkan tabel 23 prosentase di atas, hasil prosentase prestasi
belajar sejarah dapat dikelompokan bahwa siswa yang mencapai
kriteria sangat tinggi adalah 1 siswa atau 4,76%. Kriteria tinggi
dicapai oleh 12 siswa atau 57,14%. Kriteria cukup dicapai oleh 4
siswa atau 19,05%. Kriteria rendah dicapai oleh 1 siswa atau 4,76%.
Kriteria sangat rendah dicapai oleh 3 siswa atau 14,29%. Dengan
demikian, hasil dominan prestasi belajar sejarah siswa siklus I berada
pada kriteria tinggi dicapai oleh 12 siswa, sehingga sudah mengalami
peningkatan namun belum mencapai target. Untuk lebih jelas dapat
lihat pada diagram VII di bawah ini.
Gambar VII: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siklus I
4) Refleksi Siklus I
Refleksi pada siklus I yang sudah peneliti lakukan di kelas,
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara
umum telah berjalan dengan baik. Namun sedikit kendala, ada beberapa
materi yang siswa belum paham betul maka disini peneliti yang
membantu siswa bersangkutan menjelaskan apa yang mereka belum
paham, setelah siswa tersebut memahami materi kemudian ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menjelaskan kepada siswa lain. Hal-hal yang perlu peneliti perbaiki pada
siklus II, yakni menjelaskan materi terlebih dahulu kemudian
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw, serta pengelolaan kelas perlu
diperhatikan, agar semua siswa dapat terlibat dalam pembelajaran
sejarah.
Di siklus ini terutama pada tahap tindakan, sudah peneliti jelaskan
beberapa hal yang perlu peneliti lakukan selama menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Terutama bagaimana siswa mau
bekerja sama dalam kelompok-kelompok yang sudah dibagikan secara
heterogen. Setiap siswa harus mampu menguasai materinya dengan baik,
dan mau saling membantu antar kelompok karena model ini sifatnya
semua anggota kelompok harus terlibat dan harus berhasil bersama-sama
jika salah satu anggota kelompoknya gagal maka modelnya pun gagal.
Oleh karen itu, disini peneliti juga turut membantu siswa untuk benar-
benar terlibat selama proses pembelajaran agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, pada siklus II diharapkan proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik, terutama membangkitkan semangat belajar
sejarah bagi seluruh siswa di kelas.
c. Data Siklus II
Penelitian siklus II pun sama seperti siklus I penelitian mengadakan
satu kali pertemuan, serta menguji daya serap siswa tentang pembelajaran
sejarah yang sudah diajarkan oleh peneliti. Siklus ini peneliti melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pada tanggal 8 Mei 2019. Dalam pertemuan ini peneliti menyampaikan
materi terlebih dahulu kemudian menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw serta mengadakan tes kepada siswa. Adapun hal-hal
yang peneliti rencanakan sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada kelas X Pemasaran.
1) Rencana Pembelajaran Siklus II
Dalam perencanaan ini ada beberapa hal yang masih sama
dengan siklus I. Hanya sedikit perubahan pada langkah-langkah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada siklus I
peneliti hanya menjelaskan materi secara garis besar tetapi pada siklus ini
peneliti dapat menjelaskan materi secara keseluruhan kemudian
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar siswa sudah
memiliki bekal untuk belajar materi yang akan dibagikan oleh peneliti.
2) Tindakan Siklus II
Siklus II peneliti lakukan pada tanggal 8 Mei 2019 di kelas X
Pemasaran. Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar dapat dimulai
dengan salam pembuka, mengecek kehadiran siswa atau lakukan
presensi, melakukan apersepsi. Kemudiam memulai dengan proses
belajar mengajar dengan menyampaikan judul pembelajaran tentang
“Lahirnya Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda” serta tujuan dan
fungsi pembelajaran, juga menyampaikan cara menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas. Pada siklus II ini peneliti
menyampaikan materi secara umum kemudian menerapkan model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Cara membagi kelompok masih
sama seperti siklus I, jumlah dari masing-masing anggota kelompok
masih sama. Akhir dari pembelajaran ini peneliti melakukan tes tertulis,
berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 butir soal. Waktu
mengerjakan soal 45 menit. Setelah semuanya selesai mengerjakan soal,
siswa mengumpulkan ke peneliti, dan terakhir memberi salam penutup.
3) Observasi aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar sejarah siswa siklus II
Aktivitas siswa selama menerapkan model kooperatif tipe jigsaw
dalam pembelajaran sejarah, serta kegiatan dan prestasi belajar sejarah
siswa. Instrumen observasi berupa pernyataan, dan soal pilihan ganda.
Berikut ini hasil observasi aktivitas pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan prestasi pembelajaran sejarah siswa.
a) Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus II
Untuk mengetahui aktivitas siswa, peneliti menggunakan
lembar observasi berupa pernyataan. Peneliti masih bekerja sama
dengan guru bidang studi untuk membantu menilai aktivitas siswa
selama proses pembelajaran terutama dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hasil observasi berdasarkan pengamatan langsung dan
dokumentasi (foto-foto) aktivitas siswa di kelas. Proses belajar
mengajar dimulai pada jam 09:15 pagi. Peneliti tidak langsung pada
proses pembelajaran tetapi masih menunggu beberapa siswa yang
masih di luar kelas. Setelah semuanya masuk baru peneliti memulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dengan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada saat masuk pada
pembelajaran ini semua siswa sangat antusias untuk belajar sejarah
dan mau terlibat dalam diskusi kelompok. Setelah proses belajar
mengajar selesai, peneliti memberikan soal tes berupa soal pilihan
ganda, dan setelah menyeleasikan soal tersebut siswa dapat
mengumpulkannya kepada peneliti.
Untuk mengetahui hasil aktivitas siswa selama peneliti
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa dilihat
pada tabel 24 di bawah ini.
Tabel 24: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus II
No Nama
Bek
erja
Sam
a D
alam
Kel
om
po
k
Men
gk
om
un
ikas
ihk
an
Jaw
aban
Kep
ada
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Pen
gu
asaa
n M
ater
i
Men
gh
arg
ai P
end
apat
Ses
ama
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Kea
kti
fan
An
ggo
ta
Kel
om
po
k D
alam
Dis
ku
si
Kem
amp
uan
Men
gan
alis
is M
ater
i
Jum
lah
1 CHRL 3 3 3 3 4 2 18
2 DGD 4 3 4 4 3 2 20
3 ES 3 3 2 3 3 1 15
4 GT 3 3 3 3 2 2 16
5 BW 4 4 3 3 3 3 20
6 VRB 4 4 4 4 4 4 24
7 BJ 4 4 4 4 4 3 23
8 MA 4 4 3 4 4 3 22
9 VM 4 4 4 4 4 4 24
10 RNY 3 3 3 3 3 3 18
11 MNP 3 3 3 4 3 3 19
12 FA 4 4 4 4 4 4 24
13 AY 3 3 3 4 3 3 19
14 TN 3 3 3 4 3 3 19
15 MYN 4 4 4 4 4 3 23
16 DDDP 2 2 3 3 3 2 15
17 BS 4 4 4 4 4 3 23
18 YOAN 3 3 3 3 3 3 18
19 AGP 3 3 4 3 3 3 19
20 AOF 4 3 3 3 3 2 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No Nama
Bek
erja
Sam
a D
alam
Kel
om
po
k
Men
gk
om
un
ikas
ihk
an
Jaw
aban
Kep
ada
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Pen
gu
asaa
n M
ater
i
Men
gh
arg
ai P
end
apat
Ses
ama
An
gg
ota
Kel
om
po
k
Kea
kti
fan
An
ggo
ta
Kel
om
po
k D
alam
Dis
ku
si
Kem
amp
uan
Men
gan
alis
is M
ater
i
Jum
lah
21 BS 3 2 3 2 4 1 15
Jumlah 72 69 70 73 71 57
Rata-Rata 3.42 3.28 3.33 3.47 3.38 2.71
Keterangan:
1 Kurang Aktif
2 Cukup Aktif
3 Aktif
4 Sangat Aktif
Berdasarkan data tabel 24 di atas, hasil aktivitas belajar
sejarah siswa dapat diketahui bahwa pada siklus I bekerja sama dalam
kelompok jumlah skor 58 pada siklus II naik menjadi 72. Siklus I
mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok jumlah skor
59 pada siklus II naik menjadi 69. Siklus I penguasaan materi jumlah
skor 58 pada siklus II skor naik menjadi 70. Pada siklus I menghargai
pendapat sesama anggota kelompok skor 62 sedangkan pada siklus II
skor naik menjadi 73. Siklus I keaktifan anggota kelompok dalam
diskusi jumlah skor 57 pada siklus II naik menjadi 71, dan terakhir
siklus I kemampuan menganalisis materi jumlah skor 49 skornya pada
siklus II naik menjadi 57.
Pada siklus II, pada umumnya kriteria di tabel 24 di atas telah
berhasil mencapai hasil yang dominan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kesimpulannya keaktifan siswa dan keinginan untuk belajar
sejarah telah meningkat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 25
skala di bawah ini.
Tabel. 25: Data Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Kriteria Skala Aktivitas F (%)
1 Kurang Aktif 0-7 0 0
2 Cukup Aktif 8-14 0 0
3 Aktif 15-21 14 66,66
4 Sangat Aktif 22-29 7 33,33
Berdasarkan data tabel 25 di atas, hasil prosentase aktivitas
belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan
keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah, buktinya pada siklus I
kriteria siswa sangat aktif adalah 5 siswa atau 23,80%, pada siklus II
naik menjadi 7 siswa atau 33,33% . Kriteria siswa aktif 9 siswa atau
42,85% pada siklus I, siklus II naik menjadi 14 siswa atau 66,66%.
Kriteria siswa cukup aktif dan kurang aktif 0%. Maka pada siklus
terakhir telah mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran
sejarah. Jadi, aktivitas siswa pada siklus ini telah mengalami
peningkatan yang mana rata-rata siswa berada pada kriteria sangat
aktif dan aktif. Berikut ini diagram aktivitas belajar sejarah siswa
kelas X pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar VIII: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siklus II
b) Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II
Hasil kegiatan presentasi belajar sejarah dapat dilihat pada tabel 26
berikut ini.
Tabel 26: Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
No Nama
Into
nas
i S
aat
Pen
yam
pai
an M
ater
i
Kej
elas
an P
eny
amp
ain
Mat
eri
Ek
spre
si S
aat
Pen
yam
pai
an M
ater
i
Res
po
n T
erh
adap
Per
tan
yaa
n y
ang
Dib
erik
an
Jum
lah
1 CHRL 3 3 3 3 12
2 DGD 4 4 3 3 14
3 ES 3 3 2 3 10
4 GT 4 4 4 2 14
5 BW 3 3 3 3 12
6 VRB 4 4 4 4 16
7 BJ 4 4 4 4 16
8 MA 4 4 4 4 16
9 VM 4 4 4 4 16
10 RNY 4 4 3 3 14
11 MNP 4 4 4 4 16
12 FA 4 4 4 4 16
13 AY 4 4 4 3 15
14 TN 4 4 4 4 16
15 MYN 4 4 4 4 16
67%
33%
0% 0%
Sangat Aktif 22-29
Aktif 15-21
Cukup Aktif 8-14
Kurang Aktif 0-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
16 DDDP 4 4 4 3 15
17 BS 4 4 4 4 16
18 YOAN 4 4 4 3 15
19 AGP 4 4 4 4 16
20 AOF 3 3 3 3 12
21 BS 3 3 3 2 11
Jumlah 79 79 76 71
Rat-rata 3.76 3.76 3.61 3.38
Keterangan:
1 Kurang Aktif
2 Cukup Aktif
3 Aktif
4 Sangat Aktif
Berdasarkan data tabel 26 di atas, hasil kegiatan presentasi
belajar sejarah siswa menyatakan bahwa intonasi saat penyampaian
materi jumlah skor 79, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 79,
ekspresi saat penyampaian materi jumlah skor 76, dan terakhir respon
terhadap pertanyaan yang diberikan jumlah skor adalah 71. Dari
kegiatan pembelajaran ini secara umum sudah mencapai hasil
dominan. Jadi, untuk siklus pembelajaran ini dapat menunjukkan
bahwa secara umum telah berhasil ditingkatkan pada kegiatan
presentasi belajar sejarah pada siklus II. Untuk lebih jelas lihat pada
tabel 27 prosentase berikut.
Tabel 27: Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II
No Kriteria Skala Kegiatan
Presentasi F (%)
1 Kurang Aktif 0-4 0 0
2 Cukup Aktif 5-8 0 0
3 Aktif 9-12 5 23,81
4 Sangat Aktif 13-16 16 76,19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Berdasarkan data tabel 27 di atas, hasil prosentase kegiatan
presentasi belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa kriteria sangat
aktif dicapai oleh 16 siswa atau 76,19%, kriteria aktif dicapai oleh 5
siswa atau 23,81%, kriteria cukup dan kriteria kurang aktif adalah 0
atau 0%. Kesimpulannya bahwa secara keseluruhan telah berhasil
dalam meningkatan kegiatan presentasi belajar sejarah siswa di siklus
II. Untuk lebih jelas dapat lihat pada diagram berikut ini.
Gambar IX: Diagram Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah
Siklus II
c) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
Untuk memperoleh prestasi belajar siswa disini peneliti
melakukan tes tertulis berupa 20 butir soal pilihan ganda. Setiap
nomor memiliki poin 1 jika benar, dan 0 jika salah. Materi tesnya
sesuai dengan materi yang sudah peneliti ajarkan pada siklus ini.
Untuk KKM masih sama seperti siklus I, yakni 75. Lebih jelasnya
untuk melihat prestasi belajar sejarah siswa sebagai berikut.
76%
24%
0% 0%
Sangat Aktif 22-29
Aktif 15-21
Cukup Aktif 8-14
Kurang Aktif 0-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel 28: Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
No Nama Siswa N T TT
1 CHRL 55
2 DGD 85
3 ES 55
4 GT 80
5 BW 75
6 VRB 95
7 BJ 95
8 MA 95
9 VM 90
10 RNY 90
11 MNP 95
12 FA 95
13 AY 90
14 TN 85
15 MYN 90
16 DDDP 75
17 BS 90
18 YOAN 90
19 AGP 95
20 AOF 85
21 BS 55
JUMLAH 1760 18 3
Prosentase (%) 85,71 14,29
Rata-rata 83,81
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 55
KKM 75
Berdasarkan data tabel 28 di atas, hasil prestasi belajar sejarah
siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siklus II ini telah mencapai peningkatan yang baik. Siswa yang
mencapai KKM adalah 18 siswa atau 85,71%, dan siswa yang belum
mencapai KKM adalah 3 siswa atau 14,29%. Sedangkan rata-rata
83,81. Adapun siswa telah berhasil memperoleh nilai tertinggi 95 dan
yang terendah 55. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II telah
berhasil meningkatkan prestasi belajar sejarah. Untuk lebih jelasnya
lihat pada data kriteria prestasi belajar siswa siklus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel 29: Data Prosentase prestasi Belajar Siswa Siklus II
NO Kriteria Skala Prestasi F (%) Rata-
rata
1 Sangat Tinggi 90-100 12 57,14
83,81
2 Tinggi 80-89 4 19,05
3 Cukup 70-79 2 9,52
4 Rendah 60-69 0 0
5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29
Jumlah 21 100
Berdasarkan data tabel 29 di atas, hasil prosentase prestasi
belajar sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siklus II telah berhasil meningkatkan
prestasi belajar sejarah. Pada kriteria sangat tinggi adalah 12 siswa
atau 57,14%, kriteria tinggi adalah 4 siswa atau 19,05%, kriteria
cukup adalah 2 siswa atau 9,52%, kriteria rendah 0 atau 0%, dan
kriteria sangat rendah adalah 3 siswa atau 14,29%.
Dengan demikian prestasi belajar sejarah telah meningkat yang
awalnya nilai tertinggi di bawah 95 namun berhasil ditingkatkan pada
siklus kedua yang mencapai 95 dan nilai terendah adalah 55. Diagram
berikut untuk memperjelas penjelasan di atas.
Gambar X: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siklus II
57% 19%
10%
0% 14% Sangat Tinggi 90 -100
Tinggi 80 - 89
Cukup 70 - 79
Rendah 60 - 69
Sangat Rendah 0 - 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4) Refleksi Siklus II
Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul pada siklus I dan
siklus II. Kedua siklus ini memiliki poin yang berbeda. Pada siklus I
aspek kooperatif tipe jigsaw masih kurang karena pada aspek ini ada
beberapa siswa yang kurang serius untuk mengikuti diskusi kelompok.
Setelah peneliti menerapkan siklus II, siswa dapat ikut berpartisipasi
selama berjalannya diskusi dan peneliti juga ikut mendorong atau
memberi motivasi kepada masing-masing siswa untuk terlibat dalam
diskusi kelompok. Sehingga pada siklus II ini mengalami kenaikan dalam
hal aktivitas dan kegiatan belajar sejarah siswa. Hasil tersebut nampak
pada meningkatnya prestasi belajar sejarah siswa.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas
X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul telah berhasil meningkatkan
prestasi belajar sejarah.
3. Komparasi Aktivitas Belajar sejarah, Kegiatan Presentasi Belajar sejarah,
dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Komparasi antara aktivitas belajar sejarah, kegiatan belajar sejarah, dan
prestasi belajar sejarah. Pertama, komparasi aktivitas belajar sejarah siswa
antara pra siklus dengan siklus I dan komparasi aktivitas belajar sejarah siswa
siklus I dengan siklus II. Kedua,komparasi kegiatan presentasi belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
siklus I dengan siklus II. Ketiga, komparasi prestasi belajar sejarah siswa pra
siklus dengan siklus I, dan komparasi prestasi belajar sejarah siswa siklus I
dengan siklus II. Sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran
koopertaif tipe jigsaw. Berikut ini merupakan hasil komparasi dari masing-
masing siklus.
a. Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kelas X Pemasaran
Hasil komparasai sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
1) Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Pra siklus dengan Siklus I
Untuk mengetahui hasil aktivitas belajar pra siklus dengan siklus I
dapat dilihat pada tabel 30 berikut.
Tabel 30 : Data komparasi aktivitas siswa pra siklus dengan siklus I
No Nama Pra Siklus Siklus I Keterangan
Jumlah Jumlah Naik Turun
1 CHRL 11 16
2 DGD 14 18
3 ES 12 10
4 GT 7 8
5 BW 12 15
6 VRB 19 24
7 BJ 13 18
8 MA 15 19
9 VM 14 23
10 RNY 11 12
11 MNP 11 19
12 FA 15 24
13 AY 7 18
14 TN 10 18
15 MYN 11 23
16 DDDP 16 12
17 BS 8 23
18 YOAN 18 12
19 AGP 13 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
No Nama Pra Siklus Siklus I Keterangan
Jumlah Jumlah Naik Turun
20 AOF 6 7
21 BS 7 6
Jumlah 250 343
Rata-rata 11,90 16,33
Berdasarkan data tabel 30 di atas, hasil perbandingan aktivitas
belajar sejarah siswa pada pra siklus dengan siklus I mengalami perubahan
atau peningkatan. Pada pra siklus rata-rata adalah 11,90, sedangkan siklus I
rata-rata naik menjadi 16,33.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas belajar namun belum optimal. Lebih jelas dapat di bahas di tabel
31 di bawah ini.
Tabel 31: Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus
I.
No Kriteria Skala Aktivitas Pra Siklus Siklus I
F % F %
1 Kurang Aktif 0-7 4 19,05 2 9,52
2 Cukup Aktif 8-14 12 57,14 5 23,80
3 Aktif 15-21 5 23,81 9 42,85
4 Sangat Aktif 22-29 0 0 5 23,80
Dari data tabel 31 di atas, hasil perbandingan prosentase aktivitas
belajar sejarah siswa dapat menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pra
siklus kriteria sangat aktif adalah 0 atau 0%, siklus I naik menjadi 5
siswa atau 23,80%. Kriteria siswa aktif pra siklus adalah 5 siswa atau
23,81%, pada siklus I naik menjadi 9 siswa atau 42,85%. Kriteria siswa
cukup aktif pada pra siklus adalah 12 siswa atau 57,14%, turun menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
5 siswa atau 23,80% pada siklus I. Kriteria siswa kurang aktif pada pra
siklus adalah 4 siswa atau 19,05%, turun menjadi 2 siswa atau 9,52%
pada siklus I.
Dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan dalam aktivitas
belajar sejarah. Untuk memperjelas penjelasan ini dapat ditampilkan pada
diagram XI di bawah ini.
Gambar XI: Diagram Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa
Pra Siklus dengan Siklus I
2) Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
Ini merupakan perbandingan aktivitas belajar siswa setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I dengan
Siklus II.
Di bawah ini merupakan tabel komparasi aktivitas belajar siswa pada
siklus I dengan siklus II.
0
20
40
60
SangatAktif 13-16
Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8
KurangAktif 0-4
Pra Siklus
Siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tabel 32: Data komparasi aktivitas siswa pada siklus I dengan siklus
II
No Nama Siklus I Siklus II Keterangan
Jumlah Jumlah Naik Turun
1 CHRL 16 18
2 DGD 18 20
3 ES 10 15
4 GT 8 16
5 BW 15 20
6 VRB 24 24 -
7 BJ 18 23
8 MA 19 22
9 VM 23 24
10 RNY 12 18
11 MNP 19 19 - -
12 FA 24 24 - -
13 AY 18 19
14 TN 18 19
15 MYN 23 23 - -
16 DDDP 12 15
17 BS 23 23 - -
18 YOAN 12 18
19 AGP 18 19
20 AOF 7 18
21 BS 6 15
Jumlah 343 412
Rata-rata 16,33 19,62
Berdasarkan data tabel 32 di atas, hasil perbandingan aktivitas
belajar sejarah siswa pada siklus I dengan siklus II dapat menyatakan
bahwa siklus I skor rata-rata adalah 16,33, sedangkan siklus II naik
menjadi 19,62. Dengan demikian aktivitas belajar sejarah siswa siklus I
dengan siklus II telah terjadi peningkatan. Lebih jelas dapat dilihat pada
tabel 33 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel 33: Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus
II.
No Kriteria Skala Aktivitas Siklus I Siklus II
F % F %
1 Kurang Aktif 0-7 2 9,52 0 0
2 Cukup Aktif 8-14 5 23,80 0 0
3 Aktif 15-21 9 42,85 14 66,66
4 Sangat Aktif 22-29 5 23,80 7 33,33
Berdasarkan tabel 33 di atas, hasil perbandingan prosentase
aktivitas belajar sejarah siswa di siklus I dengan siklus II dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pertama,
kriteria sangat aktif di siklus I adalah 5 siswa atau 23,80%, siklus II naik
menjadi 7 siswa atau 33,33%. Kedua, kriteria siswa aktif pada siklus I
adalah 9 siswa atau 42,85%, naik pada siklus II menjadi 14 siswa atau
66,66%. Ketiga, kriteria cukup aktif pada siklus I adalah 5 siswa atau
23,80%, sedangkan siklus II 0 atau 0%. Kriteria siswa kurang aktif pada
siklus I adalah 2 siswa atau 9,52%, turun menjadi 0 atau 0% pada siklus
II.
Kesimpulannya, secara keseluruhan setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK
Putra Tama Bantul telah mengalami peningkatan aktivitas belajar sejarah.
Untuk lebih jelas dapat lihat pada diagram XII berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar XII: Diagram Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa
Siklus I dengan Siklus II
b. Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I dengan
Siklus II
Untuk mengetahui perkembangan kegiatan presentasi belajar
sejarah pada siswa kelas X Pemasaran dapat dilihat pada tabel 34 berikut
ini.
Tabel 34 : Data komparasi kegiatan siswa siklus I dengan siklus II
No Nama Siklus I Siklus II Keterangan
Jumlah Jumlah Naik Turun
1 CHRL 11 12
2 DGD 12 14
3 ES 7 10
4 GT 11 14
5 BW 8 12
6 VRB 12 16
7 BJ 12 16
8 MA 12 16
9 VM 12 16
10 RNY 8 14
11 MNP 12 16
12 FA 12 16
13 AY 7 15
14 TN 12 16
15 MYN 13 16
16 DDDP 9 15
17 BS 16 16 - -
18 YOAN 10 15
010203040506070
Sangat Aktif13-16
Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8
Kurang Aktif0-4
Siklus I
Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
No Nama Siklus I Siklus II Keterangan
Jumlah Jumlah Naik Turun
19 AGP 12 16
20 AOF 7 12
21 BS 7 11
Jumlah 222 304
Rata-rata 10,57 14,47
Dari data tabel 34 di atas, hasil perbandingan kegiatan belajar
sejarah siswa siklus I dengan siklus II menunjukkan bahwa pada siklus I
kegiatan presentasi belajar sejarah memperoleh skor rata-rata adalah
10,57, sedangkan pada siklus II rata-rata skor siswa meningkat menjadi
14,47.
Dapat disimpulkan bahwa, hasil kegiatan belajar siswa
mengalami peningkatan. Untuk memperjelas hasil dari tabel 34 di atas
dapat lihat pada tabel 35 di bawah ini.
Tabel 35: Data Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa
Siklus I dengan Siklus II.
No Kriteria Skala Kegiatan
Presentasi
Siklus I Siklus II
F % F %
1 Kurang Aktif 0-4 0 0 0 0
2 Cukup Aktif 5-8 6 28,57 0 0
3 Aktif 9-12 13 61,90 5 23,81
4 Sangat Aktif 13-16 2 9,52 16 76,19
Berdasarkan data tabel 35 di atas, hasil perbandingan prosentase
kegiatan belajar sejarah siswa, dapat menunjukkan bahwa kriteria sangat
aktif dicapai oleh 2 siswa atau 9,52%, sedangkan pada siklus II dicapai
oleh 16 siswa atau 76,19%. Kriteria aktif, pada siklus I dicapai oleh 13
siswa atau 61,90%, sedangkan pada siklus II dicapai oleh 5 siswa atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
23,81%. Untuk kriteria cukup aktif pada siklus I dicapai oleh 6 siswa
atau 28,57% sedangkan pada siklus II turun menjadi 0 atau 0%. Kriteria
kurang aktif pada siklus I dan siklus II adalah 0 atau 0%. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada diagram XIII berikut ini.
Gambar XIII: Diagram Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar
Sejarah Siswa Siklus I dengan Siklus II
c. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Untuk dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah
sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, dapat dibahas satu persatu.
1) Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
Perbandingan antara sebelum dan setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berikut ini merupakan tabel
perbandingan prestasi belajar siswa pra siklus dengan siklus I.
0
20
40
60
80
SangatAktif 13-16
Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8
KurangAktif 0-4
Siklus I
Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tabel 36: Data Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
No Nama
Siswa
Pra Siklus Siklus I Keterangan
N T TT N T TT N T
1 CHRL 75 30
2 DGD 75 75 - -
3 ES 75 25
4 GT 55 20
5 BW 75 75 - -
6 VRB 80 80 - -
7 BJ 75 80
8 MA 80 80 - -
9 VM 80 85
10 RNY 75 80
11 MNP 75 80
12 FA 80 80 - -
13 AY 40 80
14 TN 70 90
15 MYN 75 80
16 DDDP 80 85
17 BS 45 85
18 YOAN 80 85
19 AGP 75 60
20 AOF 30 75
21 BS 50 75 JUMLAH 1445 15 6 1475 17 4 12
siswa
4
siswa Prosentase (%) 71,42 28,57 80,95 19,05
Rata-rata 68,80 70,24
Tertinggi 80 90
Terendah 30 20
KKM 75 75
Berdasarkan tabel 36 di atas, hasil perbandingan prestasi
belajar sejarah siswa pra siklus dengan siklus I, pra siklus siswa yang
lulus KKM adalah 15 siswa atau 71,42 %, dan siswa tidak lulus KKM
adalah 6 siswa atau 28,57% . Setelah menerapkan model kooperatif
tipe jigsaw dapat menunjukkan bahwa siswa yang lulus KKM naik
menjadi 17 siswa atau 80,95%, dan tidak lulus KKM turun menjadi 4
siswa atau 19,05%. Adapun nilai tertinggi pada pra siklus mencapai
80, dan nilai terendah 30, pada saat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siklus I telah mencapai nilai tertinggi 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dan nilai terendah 20. Sedangkan rata-rata pada pra siklus 68,80 dan
pada siklus I naik menjadi 70,24.
Adapula jumlah skor naik dicapai oleh 12 siswa, jumlah skor
turun dicapai oleh 4 siswa, dan jumlah skor tetap dicapai oleh 5 siswa.
Dari setiap skor tersebut ada beberapa siswa mengalami peningkatan,
adapun beberapa siswa skornya masih sama. Untuk melihat
perbandingan prestasi siswa pra siklus dengan siklus I dapat dilihat
pada tabel 37 di bawah ini.
Tabel 37: Data Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
N
o Kriteria
Skala
Prestasi
Pra Siklus Siklus I
F % Rata-
rata F %
Rata
-rata
1 Sangat Tinggi 90-100 0 0
68,80
1 4,76
70,2
4
2 Tinggi 80-89 6 28,57 12 57,14
3 Cukup 70-79 10 47,62 4 19,05
4 Rendah 60-69 0 0 1 4,76
5 Sangat Rendah 0-59 5 23,81 3 14,29
Jumlah 21 100 21 100
Berdasarkan data tabel 37 di atas, hasil perbandingan
prosentase prestasi belajar sejarah siswa pada pra siklus dengan siklus
I dengan berpatokan pada kriteria penilaian. pertama, kriteria sangat
tinggi pada pra siklus adalah 0 atau 0%, pada siklus I naik menjadi 1
siswa atau 4,76%. Kedua, kriteria tinggi pada pra siklus adalah 6
siswa atau 28,57%, pada siklus I naik menjadi 12 siswa atau 57,14%.
Ketiga, kriteria cukup pada pra siklus adalah 10 siswa atau 47,62% ,
pada siklus I berkurang menjadi 4 siswa atau 19,76%. Keempat,
kriteria rendah di pra siklus 0 atau 0% namun pada siklus I adalah 1
siswa atau 4,76%. Kelima, kriteria sangat rendah pada pra siklus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
adalah 4 siswa atau 19,05%, pada siklus I berkurang menjadi 3 siswa
atau 14,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram XIV
berikut.
Gambar XIV: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Pra Siklus dengan Siklus I
2) Komparasi Prestasi belajar Sejarah Siswa Siklus I dengan Siklus II
Untuk dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berikut ini merupakan tabel perbandingan prestasi belajar siswa
Siklus I dengan Siklus II.
Tabel 38: Data Komparasi Prestasi Siswa Siklus I dengan Siklus II
No Nama
Siswa
Siklus I Siklus II Keterangan
N T TT N T TT N T
1 CHRL 30 55
2 DGD 75 85
3 ES 25 55
4 GT 20 80
5 BW 75 75 - - 6 VRB 80 95 7 BJ 80 95 8 MA 80 95
0
5
10
15
SangatTinggi90-100
Tinggi80-89
Cukup70-79
Rendah60-69
SangatRendah
0-59
Pra Siklus
Siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No Nama
Siswa
Siklus I Siklus II Keterangan
N T TT N T TT N T
9 VM 85 90 10 RNY 80 90
11 MNP 80 95
12 FA 80 95
13 AY 80 90 14 TN 90 85
15 MYN 80 90 16 DDDP 85 75
17 BS 85 90
18 YOAN 85 90
19 AGP 60 95
20 AOF 75 85 21 BS 75 55
JUMLAH 1475 17 4 1760 18 3 17 3
(%) 80,95 19,05 85,71 14,29
Rata-rata 70,24 83,81
Tertinggi 90 95
Terendah 20 55
KKM 75 75
Berdasarkan data tabel 38 di atas, hasil perbandingan prestasi
belajar sejarah siswa pada siklus I dengan siklus II. Pada siklus I yang
mencapai KKM ada 17 siswa atau 80,95% sedangkan yang belum
mencapai KKM ada 4 siswa atau 19,05%. Setelah menerapkan siklus
II mengalami peningkatan yakni yang mencapai KKM ada 18 siswa
atau 85,71% yang belum mencapai KKM ada 3 siswa atau 14,29%.
Rata-rata nilai siswa siklus I adalah 70,24, setelah menerapkan siklus
kedua naik menjadi 83,81. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 90, dan
nilai terendah 20. Setelah menerapkan model pembelajaran pada
siklus kedua nilai tertinggi meningkat menjadi 95, dan nilai terendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
menjadi 55. Sedangkan jumlah skor naik adalah 17 siswa, jumlah skor
turun adalah 3 siswa, dan jumlah skor tetap adalah 1 siswa.
Hasilnya belum mencapai 100% tetapi telah berhasil
meningkatkan prestasi belajar sejarah yang awalnya pada pra siklus
nilai tertinggi 80 pada siklus I naik menjadi 90 , dan pada siklus II
naik menjadi 95 sedangkan nilai terendah pada siklus kedua naik
menjadi 55.
Dengan demikian, hasil perbandingan prestasi belajar sejarah
pada siklus II telah mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah.
Buktinya jumlah siswa telah mencapai KKM adalah 18 siswa atau
85,71% yang mana telah melebihi target indikator. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 39 di bawah ini.
Tabel 39: Data Komparasi Prestasi Siswa Siklus I dengan Siklus II
No Kriteria Skala
Prestasi
Siklus I Siklus II
F % Rata
-rata F %
Rata
-rata
1 Sangat Tinggi 90-100 1 4,76
70,2
4
12 57,14
83,7
1
2 Tinggi 80-89 12 57,14 4 19,05
3 Cukup 70-79 4 19,05 2 9,52
4 Rendah 60-69 1 4,76 0 0
5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29 3 14,29
Jumlah 21 100 21 100
Berdasarkan data tabel 39 di atas, hasil perbandingan
prosentase prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan kriteria
penilaian. Pertama, kriteria sangat tinggi pada siklus I adalah 1 siswa
atau 4,76%, pada siklus II naik menjadi 12 siswa atau 57,14%. Kedua,
kriteria tinggi pada siklus I adalah 12 siswa atau 57,14% pada siklus
II berkurang menjadi 4 siswa atau 19,05%. Ketiga, kriteria cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
0
5
10
15
SangatTinggi90-100
Tinggi80-89
Cukup70-79
Rendah60-69
SangatRendah
0-59
Siklus I
Siklus II
pada siklus I adalah 4 siswa atau 19,05%, pada siklus II berkurang
menjadi 2 siswa atau 9,52%. Keempat, kriteria rendah pada siklus I
adalah 1 siswa atau 4,76% sedangkan siklus II adalah 0 atau 0%.
Kelima, kriteria sangat rendah antara siklus I dan siklus II adalah 3
siswa atau 14,29%. Untuk rata-rata pada siklus I adalah 70,24 dan
pada siklus kedua naik menjadi 83,81. Untuk lebih jelasnya dapat lihat
pada diagram XV berikut ini.
Gambar XV: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Sejarah
Siswa Siklus I dengan Siklus II.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X Pemasaran SMK Putra
Tama Bantul menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap aktivitas belajar,
kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa mata pelajaran sejarah Indonesia
dengan diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1. Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar siswa dapat diteliti dengan menggunakan empat aspek
sikap siswa yang dilakukan sebanyak dua siklus. Hal ini dilakukan sesuai teori
yang disampaikan Gagne, tentang hasil belajar merupakan hasil dari
behaviorisme dan kognitivisme untuk menghasilkan hasil belajar yang
kompleks yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, dan sikap52
, untuk
melihat hasil penelitian ini dengan mencari nilai sikap aktif siswa di kelas
dengan mengamati aspek sikap.
Dari hasil kegiatan belajar siswa setelah adanya penerapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukkan sebanyak 16 siswa yang
telah mampu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Meski para siswa
membutuhkan waktu untuk berpendapat namun perlahan siswa mulai
memberanikan diri untuk mengeluarkan pendapatnya, seperti bertanya ke
teman maupun guru, serta adanya kecenderungan untuk menjawab pertanyaan
guru. Hasil ini menunjukkan sesuai teori belajar Slameto yang dikutip oleh
Hamdani, yaitu belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, serta hasil perolehan dari
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.53
Dari hasil tersebut dapat
ditunjukkan bahwa siswa yang awalnya tidak aktif setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menjadi aktif.
Adapun aktivitas belajar siswa diteliti dengan menggunakan enam
aspek sikap siswa sebanyak dua siklus. Menurut paul B. Diedric setidaknya
52
https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pd
f, diakses tangal 19 November 2019, pukul 19:56 Wib 53
Hamdani, Op.Cit, hlm 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
terdapat lima jenis aktivitas belajar yang harus dilanjutkan dengan baik oleh
siswa untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal, yaitu visual activities
adalah kegiatan membaca, dan memperhatikan; (2) Oral activities adalah
merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, dan intruksi; (3)
listening activities adalah kegiatan mendengarkan; (4) writing activities adalah
kegiatan menulis; (5) mental activities adalah kegiatan menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, dan mengambil keputusan54
.
Teori tersebut kemudian menjadi dasar untuk mengetahui hasil penelitian ini
dengan mencari skor sikap aktif siswa di kelas. Hasil aktivitas belajar siswa
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukkan
sebanyak 14 siswa yang turut aktif dalam mengikuti pembelajaran sejarah,
sehingga tidak lagi melakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berikutnya.
Selama menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa
berantusias untuk belajar sejarah, serta mereka mampu bekerja sama dalam
melakukan diskusi kelompok, sebab sebelumnya ada beberapa siswa yang
memiliki kecenderungan untuk tidak berinisiatif dalam bergabung dengan
teman lainnya. Namun, setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw di siklus satu, dan siklus dua siswa kemudian menunjukkan
antusiasme untuk belajar materi sejarah. Siswa berperan aktif, sehingga
mereka memahami materi sejarah.
54
Aliwanto,“Analisis Aktivitas Belajar Siswa”, diakses dari file:///C:/Users/acer/Downloads/1112-
5294-1-PB.pdf, pada tanggal 17 Mei 2020 pukul 21:41 Wib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Kemudian, pada bagian kedua, peneliti berusaha membahas tentang
hasil dari prestasi belajar sejarah siswa setelah menerapkan tindakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X Pemasaran
Prestasi belajar siswa diperoleh dari 18 siswa lulus KKM, sedangkan
sebanyak 3 siswa dinyatakan tidak lulus KKM setelah diterapkannya
tindakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hasil ini sesuai
dengan teori prestasi belajar yang disampaikan Winkel dikutip oleh
Hamdani, prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.55
Kemudian sesuai
dengan teori prestasi belajar menurut bidang pendidikan adalah hasil
pengukuran terhadap siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik sebagaimana siswa yang umumnya mengikuti proses
pembelajaran dapat diukur dengan instrumen tes, yang selanjutnya
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat sesuai hasil
pencapaian oleh setiap anak (siswa) pada masa tertentu. Berdasarkan hal
tersebut kemudian dapat dibuktikan prestasi belajar sejarah siswa kelas X
Pemasaran SMK Putra Tama Bantul dinyatakan ke dalam bentuk angka
pada penelitian ini.56
Prestasi belajar sejarah berhasil ditingkatkan setelah menerapkan
model kooperatif tipe jigsaw. Hal ini dikarenakan model kooperatif tipe
jigsaw lebih mengutamakan kerjasama tim atau kelompok belajar kecil yang
55
Hamdani, Op.Cit, hlm 137-138 56
Ibid., hlm 137-138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
memiliki karakteristik heterogen.57
Adapun kelebihan model kooperatif tipe
jigsaw, yaitu (1) memiliki hubungan yang positif antar sesama yang
memiliki kemampuan belajar yang berbeda; (2) adanya bimbingan belajar
antar anggota kelompok; (3) siswa merasa mereka memiliki harga diri yang
tinggi; (4 memperbaiki kehadiran, artinya menarik minat siswa untuk
mempelajari sejarah; (5) saling menerima perbedaan; (6) sikap apatis
berkurang; (7) pemahaman materi lebih dalam; (8) meningkatkan motivasi
belajar.58
Dari pembahasan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa model ini
sangat cocok untuk diterapkan di kelas X Pemasaran karena pada kelas
tersebut masih terdapat kurangnya fasilitas belajar seperti proyektor, buku
paket, serta siswa yang berasal dari berbagai karakteristik, sehingga dengan
melakukan penerapan model kooperatif tipe jigsaw ini siswa dapat berperan
aktif dalam memahami materi sejarah dengan sangat baik dan prestasi
belajar sejarah dapat meningkat.
Adapun kecenderungan meningkatnya hasil belajar dapat ditentukan
pula berdasarkan cara mengajar guru terkait materi pelajaran sejarah,
dimana guru sebagai peran penting dalam menyediakan segala fasilitas
belajar seperti materi pelajaran, model pembelajaran, serta media lainnya.
Selain itu, meningkatnya hasil belajar juga bisa didasarkan kepada sikap
guru yang bersahabat dengan siswa serta dinilai mampu mendengar
masukan siswa pada saat guru mengajar di kelas. Dengan begitu, guru dapat
memperbaiki cara mengajar agar siswa termotivasi untuk mempelajari
57
Sumini Theresia, Op.Cit, hlm 157. 58
Donni Juni Priansa, Op.Cit, hlm 347
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
materi. Adanya motivasi belajar tersebut, maka siswa dapat memahami
materi yang diajarkan dan prestasi belajar dapat meningkat.
Walaupun pembelajaran pada mata pelajaran sejarah berbasis model
kooperatif tipe jigsaw berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa, namun
hal ini juga tidak mampu mengurangi tantangan yang muncul ketika
pelaksanaannya di kelas. Dalam hal ini dapat berupa siswa yang belum
mampu untuk belajar sendiri dan masih memerlukan bimbingan guru,
hingga situasi kelas berakibat ramai. Dengan demikian, guru harus tetap
mengawasi jalannya proses belajar siswa, serta memperhatikan pengelolaan
kelas dengan sangat baik, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
model kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan secara tepat dan sesuai
dengan langkah-langkah efektif dan efisien, sehingga bisa meningkatkan
prestasi belajar sejarah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
Maka itu, model ini dapat diterima karena mampu meningkatkan prestasi
belajar sejarah siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw, maka dapat
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama
Bantul. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa dan
jumlah siswa yang lulus KKM. Prestasi belajar sejarah siswa pada keadaan awal
memiliki hasil dengan nilai rata-rata siswa yaitu 68,80, kemudian nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 70,24 pada siklus I dan pada siklus II meningkat
menjadi 83,81. Ini kemudian membuktikan adanya peningkatan jumlah siswa
yang nilainya berhasil mencapai KKM. Selanjutnya, dalam tahapan pra-siklus,
siswa yang mencapai KKM adalah sebanyak 15 siswa dengan prosentase 71,42%,
kemudian KKM meningkat pada siklus I adalah 17 siswa dengan prosentase
80,95% dan pada siklus II jumlah siswa mencapai KKM adalah 18 siswa dengan
prosentase 85,71%.
Peningkatan prestasi belajar secara kognitif tersebut ini didukung juga
oleh peningkatan dalam segi afektif dan psikomotorik siswa. Pada peningkatan
prestasi kognitif siswa dalam belajar sejarah dapat didasarkan pada aktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa kebanyakan berada pada kriteria aktif
dicapai oleh 14 siswa (66,66%), dan kriteria sangat aktif dicapai oleh 7 siswa
(33,33%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Dalam kegiatan belajar siswa, kebanyakan berada pada kriteria aktif
dicapai oleh 5 siswa (23,81%). Sedangkan kriteria sangat aktif dicapai oleh 16
siswa (76,19%).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar
sejarah siswa di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dideskrpisikan implikasi secara
teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Untuk pelajaran sejarah, adanya
perbedaan sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan/referensi bagi guru dan calon
guru. Dengan memperbaiki diri sehubungan dengan pengajaran yang sudah
dilakukan dan prestasi belajar siswa yang sudah dicapai dengan
memperhatikan model pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan prestasi
belajar sejarah siswa.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang
diberikan kepada sekolah, guru dan siswa. Sarannya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pelaksanaan
pembelajaran berbasis model kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
lainnya agar mengaktifkan siswa yang aktif dan kreatif.
2. Bagi Guru
Pembelajaran sejarah Indonesia dengan menerapkan tindakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilanjutkan oleh guru, serta untuk
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dalam
membantu siswa aktif dan kreatif selama pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Pembelajaran sejarah Indonesia dengan menerapkan tindakan model kooperatif
tipe jigsaw diharapkan mampu memberikan motivasi bagi siswa, serta ikut
aktif dalam proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Amirono, M.T dan Daryanto. 2016. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran
Kurikulum 2013. Malang: Gava Media.
Djemari Marhadapi. 2017. Pengukuran, penilaian, dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Donni Juni Priansa. 2017. Pengembangan Strategi dan model pembelajaran.
Bandung: Pusataka Setia.
Eko Putro Widoyoko. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah : Isu,Gagasan dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Mulyasa. 2017. Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Nur’Aeni & Nurjaman Mohammad. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta Selatan:
Unindra Press.
Suharsimi Arikunto. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT
Bina Aksara.
Tanireja Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan
Profesi Guru Praktik,Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Cetakan ke-1,Surabaya: Kencana Prenada Media Grup.
Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber Skripsi:
Brian Prasetianto Benediktus. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar
Sejarah dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Harly Sinta Desy. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning
Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar
Siswa Kompetensi Dasar Akuntansi Perusahaan Dagang Kelas XI AK SMK
Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2017/2018. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakrta.
Kondanamu Yuanita Tudameha. 2018. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar
Skripsi, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Titis Prabaningrum. 2016. Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Tahun Pelajaran 2015/2016. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Sumber Jurnal:
Anisa Septianingrum. 2016. Kombinasi Model Simulasi Dan Pendekatan Value
Clarification Technic (VCT) Dalam Pembelajaran Sejarah. Dalam Prosiding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia: Kajian
Muatan dan Posisi Mata Pelajaran Sejarah di Kurikulum 2013. Edisi 1.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Febrizzal, dan Aman. 2019. Mata Pelajaran Sejarah SMA di Kurikulum 2013.
Dalam jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 22. No. 2, Desember 2019
Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.
Kamisa dan Aman. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Pembelajarab Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Butar Sulawesi Tengah. Dalam artikel Ilmiah
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,Pemuda dan Olahraga Kab.Morowali Utara
dan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.Vol.11.No.2.
Rinaldo Adi Pratama, dkk. 2019. Dinamika Pelajaran Indonesia dalam
Kurikulum 2013 pada jenjang SMK/MAK. Dalam jurnal pendidikan sejarah
Vol. 8. No. 2.
Subakti.Y.R. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme.
Dalam Jurnal SPPS Vol. 24 No. 1 April 2010.
Suhartini & Sukanti. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Akuntansi. Dalam Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1
Sumini Theresia. (2013). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Melalui
Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw. Dalam Jurnal Penelitian, Vol 16,
No.2. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Widayanti Lilis & Lukman Hakim. 2013. Pembelajaran Kooperatif Tpe Jigsaw
Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Pada Mata Kuliah Operation Research.
Dalam Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol.II.
Wulan Septiyani Aninda, dkk. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar
Kognitif. Dalam E-Jurnal Pendidikan IPA .Yogyakarta: FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sumber Internet:
Siregar Nurliani “ Belajar dan Pembelajaran”, https:// akademik.uhn.ac.
id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pdf,
akses tanggal 19 November 2019, pukul 19;56 Wib.
Aliwanto, “Analisis Aktivitas Belajar Siswa”, diakses dari
file:///C:/Users/acer/Downloads/1112-5294-1-PB.pdf, tanggal 17 Mei 2020
pukul 21: 41 Wib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2
(wawancara guru)
LAPORAN OBSERVASI WAWANCARA PRA SIKLUS
1. Berapakah jumlah kelas ibu mengajar sejarah?
Jawab: Di sekolah kami berupa sekolah kejuruan maka itu yang ada
pelajaran sejarah hanya di kelas X, oleh sebab itu kelas X
memiliki empat kelas, salah satunya kelas X Pemasaran.
2. Bagaimana kondisi masing-masing kelas tersebut ketika ibu melakukan
KBM di kelas?
Jawab: Selama menerapkan KBM di masing-masing kelas tersebut
kondisinya berbeda-beda baik siswa maupun kondisi kelas.
Masing-masing siswa ada yang antusias untuk belajar ada pula
yang sibuk sendiri entah itu bermain hp atau berbicara dengan
teman sebelahnya.
3. Bagaimana tindakan ibu untuk mengatasi masalah-masalah di atas?
Jawab: cara pertama, pelajari kondisi/ situasi kelas, kedua, menerapkan
berbagai model/metode dan pendekatan pembelajaran, dan
ketiga, mengevaluasi setiap proses pembelajaran.
4. Model/metode pembelajaran apa sering ibu gunakan dalam kegiatan
KBM di kelas?
Jawab: Model/metode pembelajaran yang saya sering lakukan adalah
motode ceramah dalam proses pembelajaran serta menerapkan
diskusi kelompok. Dalam penerapan metode tersebut sedikit
siswa yang mau terlibat, sedangkan yang lain sibuk dengan
dirinya, misalnya bermain hp, atau mengerjakan soal mata
pelajaran lain.
5. Apakah dengan model/metode tersebut ibu dapat mengatasi masalah-
masalah pembelajaran di kelas?
Jawab: Ya, hanya saja belum sepenuhnya teratasi sebab beberapa siswa
kurang antusias dan tidak memiliki minat sendiri untuk belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah yang rendah.
Sehingga saya harus melakukan berbagai pertimbangan seperti
kehadiran siswa, rajin mengumpulkan tugas, dan lain-lain.
6. Bagaimana reaksi siswa ketika ibu menerapkan model/metode
pembelajaran?
Jawab: beberapa siswa antusias dan merepon semua materi yang
diajarkan namun kebanyakan siswa di kelas maupun di luar
kelas kurang ada minat untuk belajar materi sejarah sehingga
daya serap siswa terhadap materi sejarah masih sangat lemah.
Hal tersebut terjadi karena kondisi sekolah dalam penggunaan
media pembelajaran masih terbatas, serta siswa yang berasal
dari berbagai daerah oleh sebab itu daya serap terhadap materi
sejarah masih kurang sehingga prestasi belajar tidak mencapai
apa yang sudah saya harapkan.
7. Berapakah standar KKM di SMK Putra Tama Bantul pada mata
pelajaran yang ibu mengajar?
Jawab: SMK Putra Tama Bantul standar KKM untuk mata pelajaran
sejarah adalah 75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Kesimpulan Dan Ringkasan Wawancara Guru
Dari hasil wawancara guru SMK Putra Tama Bantul sebagai
pengampuh mata pelajaran sejarah. Hasil wawancara yang dilakukan pada
tanggal 18 Apri 2019, dapat disimpulkan bahwa guru sudah menerapkan
model/metode pembelajaran sejarah tetapi metode yang digunakan masih
berpacuh pada satu metode pembelajaran sejarah, serta minat siswa berinisiatif
untuk belajar sejarah sangat kurang sehingga prestasi masing-masing siswa
rendah. Kurangnya inisiatif untuk belajar sejarah karena kondisi kelas yang
masih sederhana serta masing-masing siswa-siswi berasal dari berbagai daerah
sehingga daya serap terhadap materi sejarah masih kurang.
Dengan demikian, guru sudah berusaha untuk mengaktifkan siswa
tetapi karena siswa yang kurang antusias dan tidak ada inisiatif untuk belajar
sejarah sehingga prestasi belajar sejarah tidak meningkat sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh guru pengampuh mata pelajaran sejarah. Serta fasilitas
belajar di sekolah kurang memadai atau tidak lengkap sehingga usaha guru
untuk mengaktifkan siswa di kelas jadi tidak terlaksana dengan apa yang sudah
direncanakan untuk mencapai tujuan belajar sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
LAPORAN WAWANCARA SISWA
( Hasil Wawancara Siswa 1)
1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata
pelajaran yang sulit?
Jawab: tidak karena menurut saya pelajaran sejarah mudah dimengeri,
dan hanya mempelajari ulang tentang masa lalu, dan masa
perkebangan kehidupan kita.
2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di
kelas?
Jawab: kesulitan yang saya alami adalah pada saat belajar materi
sejarah saya sering lupa, dan tidak konsentrasi pada saat
pembelajaran berlangsung karena di ganggu oleh teman.
3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di
kelas?
Jawab: cara untuk mengatasi semua itu, saya sering belajar untuk
memahami dan konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung,
dan tidak menghiraukan teman yang sedang ribut.
4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu
menerapkan cara belajar aktif?
Jawab: Ya, cara megajar ibu baik dan tidak membuat siswa bosan untuk
mendengar sehingga siswa aktif untuk belajar tetapi ibu masih
kurang dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi
sehingga beberapa siswa merasa jenuh sehingga mereka sibuk
dengan tugas-tugas mata pelajaran lain.
5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi?
Jawab: tidak, ibu hanya menerapkan metode ceramah dan diskusi
kelompok pada saat pembelajaran sejarah di kelas.
6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok
selama proses pembelajaran sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Jawab: ya, saya aktif dalam pembelajaran sejarah terutama pada saat
diskusi kelompok pasti lebih aktif dengan teman satu
kelompoknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
(Hasil Wawancara Siswa 2)
1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata
pelajaran yang sulit?
Jawab: tidak, menurut saya belajar sejarah itu mengasyikkan karena kita
akan tahu banyak tentang peristiwa-peristiwa yang pernah
terjadi.
2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di
kelas?
Jawab: kesulitan yang saya alami adalah saat memahami apa yang
disampaikan oleh guru dan saat harus menghafalkan peritiwa-
peristiwa seperti nama tempat, tahun, dan lain-lain.
3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di
kelas?
Jawab: cara untuk mengatasi semua itu, saya harus memperhatikan pada
saat guru mengajar, membaca ulang materinya, dengan
demikian saya dapat memahami materi sejarah.
4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu
menerapkan cara belajar aktif?
Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa hanya saja caranya
setiap pertemuan tetap sama oleh sebab itu siswa bosan
sehingga mereka sibuk sendiri.
5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan
model/metode pembelajaran yang bervariasi?
Jawab: tidak, selama proses pembelajaran sejarah ibu hanya
menerapkan model/metode ceramah dan diskusi kelompok.
6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok
selama proses pembelajaran sejarah?
Jawab: ya, saya sering aktif dalam pembelajaran sejarah di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
(Hasil Wawancara Siswa 3)
1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata
pelajaran yang sulit?
Jawab: lumayan, karena mata pelajaran sejarah seperti membawa kita
untuk mengingat kembali masa lalu/zaman dahulu.
2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di
kelas?
Jawab: kesulitan yang saya alami ketika proses pembelajaran sejarah,
yaitu sangat sulit untuk memahami kata-kata yang banyak
mempunyai istilah.
3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di
kelas?
Jawab: cara untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu saya harus lebih
cermat dan pandai lagi untuk memahami kata demi kata agar
saya dapat mengerti.
4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu
menerapkan cara belajar aktif?
Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa hanya saja caranya
sama setiap pertemuan sehingga siswa bosan sehingga mereka
sibuk sendiri.
5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan
model/metode pembelajaran yang bervariasi?
Jawab: tidak, selama proses pembelajaran sejarah ibu hanya
menerapkan model/metode ceramah dan diskusi kelompok.
6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok
selama proses pembelajaran sejarah?
Jawab: kurang aktif, karena saya malu bertanya jika ada kata atau
kalimat yang sulit saya mengerti, tetapi saya berusaha mau
terlibat dalam diskusi kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
(Hasil Wawancara Siswa 4)
1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata
pelajaran yang sulit?
Jawab: tidak, karena mata pelajaran sejarah menceritakan tentang para
tokoh dan sejarah pada zaman dahulu.
2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di
kelas?
Jawab: tidak ada kesulitan dalam pembelajaran sejarah karena sejarah
menceritakan orang-orang pada zaman dahulu dan para tokoh
yang memperjuangkan tanah air, yaitu bangsa Indonesia.
3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di
kelas?
Jawab: caranya itu kita harus belajar agar tidak ada kesulitan, baca
ulang materi yang diberikan oleh guru agar materinya dapat kita
pahami, serta cara mengajar guru harus diperhatikan misalnya
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi agar semua
siswa aktif pada saat pembelajaran sejarah
4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu
menerapkan cara belajar aktif?
Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa namun
kekurangannya pada saat guru mengajar yakni cara mengajar
yang sama setiap pertemuan sehingga siswa bosan untuk
belajar mata pelajaran sejarah.
5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan
model/metode pembelajaran yang bervariasi?
Jawab: tidak, menurut saya model yang digunakan oleh guru mata
pelajaran sejarah sama saja karena setiap pertemuan guru
menerapkan cara yang sama.
6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok
selama proses pembelajaran sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Jawab: ya, saya sering aktif dalam pembelajaran sejarah berlangsung
karena mata pelajaran ini tergolong mudah dipahami sehingga
saya selalu bersemangat dalam dikusi bersama .
Kesimpulan Dan Ringkasan Wawancara Siswa
Wawancara yang diberikan kepada 4 narasumber siswa pada
tanggal 18 Apri 2019, hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap para
narasumber mereka berpendapat bahwa materi sejarah tidak sulit dipahamai,
namun ada beberapa pembahasan materi sejarah yang memiliki istilah-istilah
yang membuat beberapa siswa yang merasa kesulitan untuk mengingat atau
memahaminya, untuk mengatasi masalah tersebut atau narasumber berpendapat
bahwa guru harus menerapkan model pembelajaran yang bervariasi untuk
meningkatkan minta belajar sejarah, sebab dari pendapat 4 narasumber ini guru
biasanya hanya menerapkan satu model/metode pembelajaran sehingga siswa
di kelas merasa bosan dan mereka akan sibuk sendiri.
Dengan demikian, dari hasil wawancara tersebut menjadi pokok
permasalahan adalah model pembelajaran yang kurang bervariasi sesuai
dengan topik pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar
sejarah, kurangnya tertarik tersebut dapat berdampak pada prestasi belajar
sejarah rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
SILABUS SMK
Satuan Pandidikan : SMK PUTRA TAMA BANTUL
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : X
No Kompetensi Inti
K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
K2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
K3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
K4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Kompete
nsi Dasar
IPK (Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Materi Pokok Alokasi
Waktu
(JP)
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian Sumber
3.6
Menganali
sis
dampak
politik,
budaya,
sosial,
ekonomin
dan
pendidika
n pada
masa
penjajahan
bangsa
Eropa,
lahirnya
pergeraka
n nasional
dan
peristiwa
sumpah
pemuda.
4.6
Menalar
dampak
3.6.1.
Menganalisis
Pengaruh bangsa
eropa ke
Indonesia
3.6.2.
Mendeskripsikan
dampak politik,
budaya, dan sosial
di Indonesia.
3.6.3.
Mendeskripsikan
dampak ekonomi,
dan politik di
Indonesia.
3.6.4.
Mendeskripsikan
lahirnya
pergerakan
nasional.
3.6.5.
Mendeskripsikan
sumpah pemuda.
4.6.1. Mengola
dampak poitik,
budaya, sosial,
Pengaruh
masuknya
bangsa
Eropa ke
Indonesia
Dampak
kehidupan
bangsa
Indonesia
setalah
masuknya
pengaruh
dari bangsa
Barat.
Dampak
lahirnya
pergerakan
nasional di
Indonesia.
Persitiwa
lahirnya
sumpah
pemuda.
12 P
Mengamati untuk
menganalisis dampak
politik, budaya,
sosial, ekonomin dan
pendidikan pada masa
penjajahan bangsa
Eropa, lahirnya
pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah
pemuda.
Mengumpulkan data
tentang menganalisis
dampak politik,
budaya, sosial,
ekonomin dan
pendidikan pada masa
penjajahan bangsa
Eropa, lahirnya
pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah
pemuda.
Mengolah data
tentang dampak
politik, budaya,
sosial, ekonomin dan
pendidikan pada masa
Pengetahuan:
Tes tertulis
Keterampilan
Hasil
presentasi
Sikap
Observasi
Hapsari
Ratna,
Adil.M.
2103.
Sejarah
Indonesia
SMA/SMK
Kelas X,
Jakarta
Erlangga
Internet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
politik,
budaya,
sosial,
ekonomin
dan
pendidika
n pada
masa
penjajahan
bangsa
Eropa,
lahirnya
pergeraka
n nasional
dan
peristiwa
sumpah
pemuda.
ekonomi, dan
pendidikan pada
masa penjajahan
bangsa Eropa
dalam kehidupan
bangsa Indonesia,
dan
mempresentasikan
nya.
4.6.2.Menyajikan
laporan tulisan
sederhana tentang
lahirnya
pergerakan
nasional,serta
sumpah pemuda,
dan
mempresentasikan
nya.
penjajahan bangsa
Eropa, lahirnya
pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah
pemuda.
Mengkomunikasihkan
tentang menganalisis
dampak politik,
budaya, sosial,
ekonomin dan
pendidikan pada masa
penjajahan bangsa
Eropa, lahirnya
pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah
pemuda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4
(RPP Siklus 1)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Putra Tama Bantul
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X Pemasaran / II ( Genap)
Materi Pokok : Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan Pada
Masa Penjajahan Bangsa Eropa
Alokasi Waktu : 3 X 45' (3 JP)
I. Kompetensi Inti /KI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
1 3.6. Menganalisis dampak politik,
budaya, sosial, ekonomi, dan
pendidikan pada masa
penjajahan bangsa Eropa,
lahirnya pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah
pemuda.
4.6. Menalar politik, budaya,sosial,
ekonomi, dan pendidikan
pada masa penjajahan bangsa
Eropa, lahirnya pergerakan
nasional dan peristiwa
sumpah pemuda.
3.6.1.Mendeskripsikan dampak
politik, dan sosial-budaya
pada masa penjajahan
bangsa Eropa di Indonesia.
3.6.2.Mendsekripsikan dampak
ekonomi dan pendidikan
pada masa penjajahan
bangsa Eropa di Indonesia.
4.6.1. Menyajikan dalam bentuk
presentasi tentang dampak
politik, budaya, sosial,
ekonomi, dan pendidikan
pada masa penjajahan bangsa
Eropa.
III. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat mendeskripsikan
dan menyampaikan “ dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan pada
masa penjajahan bangsa Eropa, lahirnya pergerakan nasional dan peristiwa” dengan
menggunakan pembelajaran aktif, efektif, kreatif, dan inovatif serta siswa dapat
memiliki cinta tanah air dan menghargai perjuangan bangsa Indonesia.
IV. Materi Pembelajaran
1. Fakta
Dampak Penjajahan bangsa Eropa bagi Bangsa Indonesia.
2. Konsep
Menganalisis dampak politik, budaya,sosial, ekonomi, dan pendidikan pada masa
penjajahan bangsa Eropa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
3. Prosedural
Mendata daerah-daerah mana saja yang terkena dampak dari penjajahan bangsa
Eropa di Nusantara.
V. Pendekatan / Model/ Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Student Center
2. Model : Kooperatif tipe Jigsaw
3. Metode : Ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan
VI. Media/ Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Alat :Papan tulis , Penghapus, dan spidol
2. Bahan : Buku Pelajaran, hand out, dan soal-soal
VII. Sumber Belajar
1. Sumber Buku
Hapsari Ratna, Adil.M. 2103. Sejarah Indonesia SMA/SMK Kelas X, Jakarta
Erlangga.
2. Sumber Internet
https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-bangsa-eropa-
bagiindonesia#:~:text=Kedatangan%20bangsa%20Eropa%20ke%20Indonesia,Kri
sten%20dan%20Katolik%20di%20Indonesia.
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran (3JP)
Kegiatan
Pembelajaran Uraian Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Melakukan Apersepsi:
Guru Memberi Salam.
Guru melakukan presensi untuk mengecek
kehadiran siswa.
Guru memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
Guru menanyakan materi pertemuan sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta
manfaat jika siswa mampu menguasai materi.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Guru menjelaskan materi sejarah garis besar kepada
siswa.
Kegiatan Inti
Guru membagikan kelompok secara heterogen lalu
guru membagikan materi kepada kelompok.
Guru menyuruh setiap siswa yang memiliki nomor
sama berkumpul dalam satu kelompok.
Selanjutnya guru menyuruh setiap anggota
kelompok mempelajari materi sesuai dengan kode
yang sudah ditentukan oleh guru.
Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk
membahas materi yang sama hingga menjadi ahli
sebelum kembali ke kelompok asal.
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu
setiap anggota kelompok mempresentasikan
keahliaannya kepada anggota kelompoknya secara
bergiliran.
Guru meminta kelompok asal mempresentasikan
materinya di depan kelas.
Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan
materi yang sudah dibahas dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal. Dalam tes ini siswa bekerja
secara individual. Agar guru mengetahui keseriusan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Guru mengumpulkan hasil kerja siswa.
115 menit
Penutup
Guru dan siswa sama-sama merefleksikan materi
yang sudah dibahas
Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi
yang sudah dibahas
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Nilai= ∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100
IX. Penilaian Hasil Belajar
1. Jenis penilaian aspek pengetahuan dengan teknik tes tertulis
2. Instrumen Penilaian
a. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Setiap soal PG mempunya bobot yang sama, yakni 20
b. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Nama
Bek
erja
Sam
a dal
am
Kel
om
pok (
1-4
)
Men
gkom
unik
asih
kan
Jaw
aban
Kep
ada
Anggota
Kel
om
pok (
1-
4)
Pen
guas
aan M
ater
i (1
-4)
Men
ghar
gai
Pen
dap
at
Ses
ama
Anggota
Kel
om
pok (
1-4
)
Kea
kti
f an
Anggota
Kel
om
pok D
alam
Dis
kusi
(1
-4)
Kem
ampuan
Men
gan
alis
is M
ater
i (1
-
4)
Jum
lah
1
2
3
4
5
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
1 = Kurang aktif
2 = Cukup Aktif
3 = Aktif
4 = Sangat aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
c. Instrumen Penilaian Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa
No Nama
Into
nas
i S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Kej
elas
an
Pen
yam
pai
n M
ater
i
(1-4
)
Ek
spre
si S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Res
po
n T
erh
adap
Per
tan
yaa
n y
ang
Dib
erik
an (
1-4
)
Jum
lah
1
2
3
4
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
1 = Kurang aktif
2 = Cukup Aktif
3 = Aktif
4 = Sangat aktif
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK Putra Tama Bantul
Alb. Sri Hascaryo,S.Pd
Bantul, Maret 2019
Guru Mata Pelajaran
Y. Ida Riyanti, S.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Materi pembelajaran
a. Pengaruh kolonialisme Portugis di Indonesia
Pengaruhnya masuknya bangsa Eropa ke Nusantara meliputi dua hal dapat
dijelaskan di bawah ini.
1) Agama
Menurut Lombard umat kristen tertua di Indonesia adalah Katolik.
Penyebaran agama ini dimulai jauh sebelum kedatangan Portugis, yaitu sejak abad
ke-14. Pada abad itu , sejumlah rohaniawan katolik singgah di Kepulauan
Nusantara. Di antara mereka adalah Odorico de Pordonone, yang mengadakan
perjalanan dari Eropa ke Cina. Pada tahun 1321, ia singgah di Istanah Majapahit dan
bandar Lamuri di Aceh. Seorang rohaniawan Fransiskan yang bernama Joao de
Marignolli mengikuti jejaknya dan tercatata pernah diterima dengan baik di istana
Samudra Pasai pada tahun 1347.
Akan tetapi, penyebaran agama Katolik dengan pengaruh yang lebih besar
terjadi pada saat kedatngan bangsa Portugis di Nusantara. Komunitas Kristen yang
dipengaruhi oleh Portugis tersebar di kepulauan Maluku dan daerah tertentu di
kepulauan Sunda kecil seperti Nusa Tenggara Timur. Misionaris terbesar yang
datang ke Maluku adalah Fransisikus Xaverius (1506-1552) , seorang anggota
Serikat Yesus. Ia mengunjungi Ambon, Ternate, dan Halmahera antara tahun 1546
hingga 1547
Misionaris lainnya adalah para biarawan dari Ordo Fransiskan dan
Dominikan. Mereka memperkenalkan agam katolik di kalangan penduduk di Nusa
Tenggara Timur, yang berpusat di Larantuka (Flores Timur. Selanjutnya mereka
menyebarkan agama Katolik ke Minahasa, Mangundow, Pulau Siau, Sanghie
Talaud, Blambangan, dan Panarukan.
Agama Katolik yang dibawa Portugis dan Spanyol berkembang sangat baik di
Flores dan Timor saat ini, pengaruh Portugis masih dapat masih dapat ditemukan
dalam bentuk warisan nama-nama yang dipakai orang Timor dan Flores bagian
Timur yang mirip dengan nama-nama orang orang Portugis, seperti Cruz, da Costa,
dan Cunha, de Rozari, da Gomes, Fernandez, Rodriquez, dan lain-lain.
2) Kesenian
Pengaruh Portugis dalam bidang Kesenian tampak pada musik Keroncong.
Kita masih bisa menemukkan peninggalannya di Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Musik keroncong berasal dari musik Portugis pada abad ke-16 yang disebut fado.
Musik ini tadinya populer di lingkungan perkotaan Portugis. Awalnya fado
merupakan sejenis nyanyian bernuansa ratapan (mornas) yang dibawa para budak
negro dari Cape Verde, Afrika Barat ke Portugis sejak abad ke-15. Lambat laun lagu
fado berkembang menjadi lagu perkotaan dan mengeringi tari-tarian. Tarian yang
diiringi fado dipengaruh budaya Islam yang dibawa bangsa Moor asal Afrika Utara
saat menaklukan Selat Glbraltar di bawah pimpinan panglima Tariq Ibn Ziyad pada
abad ke-7 Masehi. Setelah dipengaruhi Islam, tarian tersebut dinamakan moresco,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
moresco adalah tarian hiburan para elite Portugis yang biasanya dibawakan oleh
penari dari bangsa Moor.
Alat musik pegiring moresco adalah gitar kecil bernama Covoquinho. Gitar
ini dibawa para pelaut Portugis dalam era penjelajahan samudra. Ketika masuk ke
Indonesia, alat musik tersebut digunakan untuk menyayikan lagu pengiring tarian
moresco. Karena suara yang dikelurkan berbunyi crong-crong. Maka orang
Indonesia menamakan musik pengiring tarian tersebut keroncong.
3) Bahasa
Dalam bidang bahasa, banyak kosakata bahasa Portugis yang diserap ke
dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh biola (viola),meja (mesa), mentega
(manteiga), Pesiar (Passear), Pigura (figura), pita (fita), sepatu (sepato),serdadu
(soldado), Cerutu (charuto), jendela (janela), algojo (algoz), bangku (banco), bantal
(avental), bendera (bandeira), bolu (balo), boneka (boneca), armada, bola, pena,
roda, ronda, sisa, tenda, dan tinta.
b. Pengaruh kolonialisme Belanda
Pengaruh Belanda yang membekas dalam kehidupan masyarakat Indonesia
sekarang ini juga tampak dalam bidang ekonomi, politik, hukum, dan teknologi.
a) Bidang sosial- Budaya
1) Mentalitas inlander
Inlander adalah kata bahasa Belanda untuk menyebut orang-orang
pribumi. Yang dimasud pribumi adalah salah satu dari tiga kelompok
penduduk Hindia-Belanda menurut undang-undang tahun 1854. Dalam
kelompok ini dimasukkan semua penduduk pribumi Nusantara yang hak-
haknya tidak sama dengan kelompok bangsa Eropa.
Dari istilah ini muncul sitilah mentalitas inlander. Secara harafiah, itu
berarti mentalitas khas orang pribumi. Yang dikonotasikan secara negatif
sebagai orang yang mengidap rasa rendah diri ikut serta menakar diri lebih
rendah dibandingkan orang-orang atau bangsa-bangsa lainnya. Bangsa-bangsa
lain, terutama bangsa-bangsa Barat, yang dianggap lebih hebat, lebih maju,
lebih beradab, lebih modern, lebih pintar, dan bangsa sendiri dianggap lebih
rendah harjat dan martabatnya, kurang beradab, serta kurang maju. Pada saat
yang sama, bangsa Indonesia yang menganut mentalitas ini dikatakan lupa
mengenal serta menggali potensi-potensi besarnya sendiri dan lantas selalu
bergantung pada bangsa lain yang dianggapnya lebih hebat dan lebih beradab
tersebut.
Mengapa disebut mentalitas khas pribumi? Dikatakan demikian karena
mentalitas ini dianggap telah mendarah daging serta menjadi bagian dari pola
hidup dan perilaku rakyat Indonesia. Mentalitas itu mendarah daging karena
dirawat dan dikembangkan oleh sistem yang juga melahirkannya, yaitu sistem
feodalisme. Oleh Belanda, sistem ini dimanfaatkan dan dipelihara untuk
melanggeng kekuasaanya di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Sistem feodalisme sangat kuat berlaku dalam sistem kerajaan di
Indonesia selama berabad-abad sejak zaman Hindu-Buddha karena
melekatnya konsep dewa –raja dan kosmologi yang melihat raja dan kraton
senagai pusat alam semesta. Raja adalah pemilik dari semua yang ada dalam
lingkaran kosmologinya termasuk manusianya. Dalam praktiknya sehari-hari,
raja adalah tuan (patron), sedangkan rakyatnya adalah hamba-sahaya yang
tunduk pada perintah dan kehendak tuannya (raja).
Pada umumnya, sebagaimana halnya para pelayan atau hamba-Sahaya,
mentaliats Inlander menjadikan orang yang kurang disiplin, cenderung malas,
dan hanya akan bekerja kalau dilecut. Dalam konteks yang lebih luas karena
kurang percaya diri, orang-orang yang mengidap mental ini lalu berupaya
menjilat tuannya (menjadi yes man) agar posisi atau kedudukannya tetap
aman. Ia “menjilat” karena ia sendiri tidak yakin bahwa kopetensi yang
dimilikinya akan membuat dia tetap dipercayai untuk memegang kedudukan
tertentu. Itulah yang terjadi dalam sistem feodalisme di kerajaan-kerajaan di
Indonesia. Akibatnya, sebelum era kolonialisme imperilalisme, bangsa
Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang terbelakang.
Pada masa penjajahan, penyakit mental ini dimanfaatkan dan
dipelihara oleh Belanda. Dengan begitu, bangsa Indonesia sulit untuk percaya
diri dan perasaan mampu membangun bangsanya sendiri secara mandiri.
Belanda berulang kali ,mengatakan bahwa warga pribumi adalah
bangsa yang bodoh dan hanya pantas menjadi budak Belanda. Selain itu
kebijakan ekonomi-Politik dibuat sedemikain rupa sehingga mentalitas
inlander itu tetap terpelihara. Terkait dengan pemungutan pajak verplichte
leverantie dan contingenten, misalnya Belanda menugaskan elite-elite
pribumi, jika mereka berhasil mengumpulkan hasil bumi melebihi target
mereka akan mendapatkan hadiah yang lebih dikenal dengan istilah batig slot
(saldo lebih). Kondisi tersebut menyebabkan ketergantungan elite pribumi
terhadap pemerintah kolonial makin tinggi. Posisi para pejabat pribumi tidak
ubahnya seperti komprador atau centeng. Hal ini secara tidak langsung berati
bahwa para elite pribumi dan bawahannya menghamba kepada para pejabat
kolonial Belanda (yang diperlaukan sebagai kelompok superior). Proses
dominasi dan hegemoni kekuasaan terhadap penguasa pribumi ini berlangsung
secara efektif. Rasa rendah diri atau inferior dikalangan pribumi terhadap
mereka yang berkulit putih makin mendominasi cara pandang budaya
pribumi.
2) Pendidikan
Sistem pendidikan Barat di Indonsesia digarap Belanda sejak abad
ke-18. Pada Akhir abad ke-19, sistem pendidikan yang berkembang di
Indonesia semakin banyak.
Sistem persekolahan Belanda awalnya bersifat segregatif: ada
sekolah khusu Belanda dan Eropa seperti Eropesche Lagere School (ELS),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
ada sekola khusus untuk orang-orang keturunan Tionghoa seperti,
Hollandsch Chineseeche School, dan ada sekolah khusus untuk pribumi
seperti Indlansche school.
Perhatian pendidikan semakintegas tatakala Politik Etis
diberlakukan pada tahun 1911. Sebelum Politik Etis, tujuan pembentukkan
sistem pendidikan Belanda bagi orang Indonsia sekedar untuk
menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan administrasi
kolonial. Kebutuhan tenaga terdidik yang dimaksud untuk mengantisipasi
meluasnya wilayah kekuasaan Belanda. Luasnya wilayah kelola tertentu
diiringi kerumitan serupa dalam tata administrasinya .
Politik Etis mengorganisasikan serta mengembangkan sekolah-
sekolah baru pada semua jenjang pendidikan. Hal ini antara lain berupa
sekolah dasar, hollandsch Inlandche School (ELS) , sekolah menengah
pertama, Merr Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), dan sekolah
menegah atas, Algemeene Middlebare School (AMS), sekoah –sekolah
kejuruan, seperti sekolah pegawai sipil pribumi, Opleideng school Voor
Inlandche Ambtenaren (OSVIA), dan dua sekolah kejuruan medis, selevel
universitas tingkat awal, School Tor Opleiding Van Inlandche Arsten
(STOVIA), dan Nederlandsch-Indische Artssenschool (NIAS), dan
lemabag pendidikan level universitas , Technische Hoogeschool (THS,
Sekolah Tinggi Teknik), di Bandung pada tahun 1920-meski pada awalnya
kehadiran THS di luar desain pemerintah kolonial, karena didirikan atas
inisiatif sebuah yayasan swasta Belanda, dan baru diambilalih oleh
pemerintah pada tahun 1924.
Sejalan dengan itu, terjadi pula perluasaan pengajaran bahasa-
bahasa Eropa, serta inisitaif pengiriman secara seletif anak-anak keluarga
bangsawan untuk bersekolah ke negeri Belanda.
Dari model pendidikan seperti itu, muncul kaum terpelajar baru di
luar priyayi lama dan masyarakat Eropa di Hindia Belanda. Penguasaan
mereka atas bahasa Eropa, dibarengi kehadiran bahan pustaka dan industri
penerbitan, memberi mereka kesempatan untuk mengakses pengetahuan
dan informasi termaju pada zamannya secara langsung.
Pengaruh penjajahan Barat dalam bidang pendidikan yang
pengaruhnya bisa terasa hingga kini adalah kehadiran lembaga pendidikan
dan penelitian modern, perkembangan tulisan latin, percetakan dan pers,
dan gaya hidup.
3) Bahasa
Bahasa Belanda juga mempengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa serta bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Kata-kata pinjaman dari
bahasa Belanda seperti Knalpot, bekleding, vermaak, achterui, absurd,
afdruk, bom,debat, drama,garasi, giro, wortel dan masih banyak lagi, telah
dikenal dan digunakan sebagai bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Untuk urusan lalu lintas dan mobil kita menggunakan atret (dari
acteruit), verboden, pit, (dari fiets), knalpot, rem,persnelling (dari
versnelling), dongkrak, schokbreker, dan seterusnya.
4) Gaya Hidup
Penjajah Belanda juga membawah gaya hidup yang mempengaruhi
kehidupan sebagain rakyat Indonesia. Karena itu, muncul istilah “gaya
hidup yang kebarat-baratan”. Istilah westernisasi kiranya tidak terlalu tepat
untuk menunjukkan gejala ini karena “gaya hidup Barat” itu tidak
disebarkan secara terencana dan sistematis, juga tidak memengaruhi secara
mendasar hidup sebagian orang. Pengaruh itu terlihat dikalangan
bangsawan dan birokrat kolonial, sedangkan sebagain besar rakyat
Indonesia masih tetap menjalani hidup lama (feodal-tradisioanl).
“Gaya hidup yang kebarat-baratan” itu, misalnya tampak dalam
kebiaasaan minum minuman keras, pesta dansa (menari Khas Belanda atau
Barat), gaya perkawinan, dan model berpakain (rok, jas, dasi, topi). Selain
itu, bangsa Barat juga memperkenalkan sekaligus membiasakan sikap
disiplin, menghargai waktu, demokratis dan terbuka, serta bersikap
rasional.
5). Berkembangnya agama kristen Protestan di Indonesia
Pada tahun 1617, parlemen Belanda mengintruksikan kepada
Gubernur Jenderal VOC dan Raad Van Indie untuk bertanggung jawab
menyebarkan agama Kristen dan mengajarkannya melalui sekolah-sekolah
sengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Saat ini, kita dapat
menyaksikan sebagian besar daerah di Nusantara yang mayoritas
masayarkatnya beragama Kristen Protestan , seperti Sulawesi Utara, Timor
Barat, Alor, Sumba, Sebagian wilayah Tapanuli, tanah Toraja, Maluku
bagian Selatan , serta Papua.
b) Bidang ekonomi
Pengaruh ekonomi yang masih membekas sampai sekarang terutama
sejak diperlakukan Sistem Tanam Paksa dan Kebijakan Pintu Terbuka (sistem
Ekonomi liberal) . Pengaruh Sistem Tanam Paksa, misalnya terdapat dalam dua
hal, yaitu (1), petani pribumi mulai mengenal jenis-jenis tanaman-tanaman
komoditi lain seperti kopi dan teh, (2), petani mulai mengenal sistem upah,
yang sebelumnya tidak dikenal (masyarakat lebih mengutamakan sistem
gotong-royong).
Sementara itu sistem ekonomi liberal membuat rakyat mengenal hal-hal
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
1) Sistem sewa tanah
Aturan sewa tanah kepada pihak asing dengan status hak guna usaha
selama jangkah waktu tertentu masih tetap berlaku hingga sekarang.
Sistem sewa tanah didasarkan pada undang-undang Agraria tahun
1870. Peraturan ini mengizinkan perorangan dan badan swasta mengelola
tanah milik pemerintah. Namun, undang-undang ini juga melarang penduduk
non-bumiputera memiliki tanah yang luas atas dasar hak milik mutlak,
kecuali tanah untuk pabrik. Kepemilikian mereka hanya atas dasar hak guna
usaha dengan masa berlaku sekitar 70 tahun.
2) Ekonomi Uang
Karena diterapkan sistem Ekonomi Liberal pada masa kolonial,
masyarakat Indonesia akhirnya mengenal adanya alat tukar berupa uang.
Sistem uang tersebut sekaligus mengubah sistem barter.
Penggunaan uang terutama dipicu oleh penyewaan tanah penduduk
oleh perusahan swasta Belanda pada masa penerapan Liberalisme ekonomi
melalui kebijakan pintu terbuka. Penggunaan uang kemudian diterapkan
untuk membayar pajak. Dengan demikian, rakyat tidak lagi dikenakan pajak
tenaga. Penggunaan uang juga ternyata membawah pengaruh negatif bagi
petani Jawa karena mereka menjadi terbelit utang. Undang-undang Agraria
sebenarnya melarang menyitaan tanah akibat utang. Namun, selama tidak
ada pemberian kredit, para petani Jawa tetap terjerumus kredit, lintah darat.
Pemerintah kemudian mendirikan lembaga pemberian kredit pedesaan dan
bank desa. Pada tahun, 1917, jumlah bank desa sudah mencapai 2.000
dengan nasabah lebih dari 600.000 orang.
3) Sistem kerja kontrak
Pada tahun 1888, pemerintah kolonial membuat peraturan yang
disebut Koeli Ordonantie. Peraturan itu dibuat untuk mengatur masalah
perburuhan. Pengaturan perburuhan dipandang perlu karena pembukaan dan
perluasaan perkebunan dan pertambangan berdampak pada meningkatnya
kebutuhan tenaga kerja.
Sistem dan praktik kerja masih dikenal hingga saat ini. Dewasa ini,
kerja kontrak bisa menjadi langkah awal sebelum mendapat status permanen
di tempat kerja. Kerja kontrak juga bisa berupa hubungan kerja antara tenaga
kerja dengan perusahan, tetapi tenaga kerja tidak dianggap sebagai karyawan
perusahaan yang memperkerjakan. Sistem ini dikenal sebagai outsourcing.
Karyawan outsourcing adalah karyawan dari perusahaan yang merekrut
mereka, bukan perusahan yang memperkerjakan mereka. Praktik kerja
kontrak juga dikenal di lembaga pemerintahan atau institusi-institusi
pemerintahan dan sekolah-sekolah pemerintah, Tenaga Kerja Kontrak di
lembaga-lembaga pemerintahan dikenal sebagai tenaga honorer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
c) Bidang Politik
Pengaruh penjajahan Belanda dalam bidang Politik tampak dalam hal
berokrasi. Sistem pemerintahan kolonial di bawah pimpinan gubernur jenderal
dirancang seperti lembaga eksekutif yang kita kenal saat ini. Dalam mengelola
pemerintahan, gubernur jenderal dibantu oleh enam departemen , yaitu
kehakiman, keungangan, dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi,
serta kesejahteraan umum. Ada juga departemen militer, yaitu departemen
peperangan, dan angkatan laut. Departemen-departemen ini mirip dengan
kabinet dalam sistem pemerintahan presidensial sekarang ini.
Dalam struktur birokrasinya, jabatan teritorial di atas tingkat kabupaten
dipegang orang Belanda, jabatan tertinggi yang bisa dipegang pribumi adalah
bupati , yang umumnya diwariskan turun-temurun untuk menjaga loyalitas
pemangku jabatan tersebut kepada pemerintah kolonial. Bupati dibantu oleh
seorang patih.
Di bawah bupati terdapat wedana, yang bertugas mengatur kewedanaan.
Sementara itu kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat, merupakan
wilayah di bawah kewedanaan. Camat membawahi para kepala desa. Pada
dasarnya, kepala desa tidak termasuk dalam struktur birokrasi pemerintah
kolonial sehingga mereka bukan anggota korps pegawai negeri Hindia Belanda.
Oleh karena itu, kepala desa tidak termasuk kategori priyayi. Para kepala desa
tidak diangkat maupun digaji oleh pemerintah. Mereka dipilih langsung oleh
rakyat, Gaji diperoleh dari tanah desa yang menjadi hak mereka selama
menjabat sebagai kepala desa. Struktur birokrasi semacam ini masih kuat
memengaruhi struktur birokrasi Indonesia sampai saat ini.
d) Bidang hukum
Jauh sebelum era kolonialisme, di Indonesia berlaku hukum adat, yang
merupakan kebiasaan-kebiasaan mayarakat yang biasanya tidak tertulis. Pada
masa kolonialisme Belanda, hukum belanda mulai diperkenalkan di Indonesia.
Meskipun demikian, hukum Belanda itu hanya berlaku untuk orang Belanda
dan bangsa Eropa lainnya. Bagi orang Indonesia berlaku hukum adat. Setelah
Indonesia merdeka bahkan sampai sekarang, sistem hukum Indonesia. Hal ini
nyata dalam pasal-psal KUH-Pidana dan KUH-Perdata. Selain itu dua sistem
lain pilar hukum Indonesia adalah sistwm hukum adat dan sistem hukum Islam.
Sebagai contoh sederhana, istilah-istilah hukum kita masih menggunakan
kosakata bahasa Belanda, seperti ruilslog (tukar guling), gijzeling
(penyanderaan), adrokot (pengacara), beslag (sita), in kracht (putusan
pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap), bezet (diduduki) dan masih
banyak lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
e. Bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi
1. Mengenal paham liberalisme
Diterapkannya kebijakan pintu terbuka pada abad ke-18 oleh
pemerintah kolonial membuat rakyat Indonesia mengenal paham liberalisme.
Paham ini memengaruhi kebijakan ekonomi dan politik Indonesia sampai
sekarang ini.
Penerapan gagasan liberal dalam bidang ekonomi di Indonesia waktu
itu kurang sejalan dengan cita-cita awalnya meskipun demikian, setidaknya
bangsa Indonesia mengenal pentingnya kebebasan dan kesetaraan dalam
semua bidang kehidupan. Kedua gagasan ini ialah jantung paham liberalisme.
2. Dalam bidang ekonomi
Paham ini mengusung perdagangan bebas, pengakuan terhadap hak
milik pribadi, pembatasan terhadap campur tangan negara dalam
perekonomian dan memberi kebebasan pada pihak swasta untuk melakukan
kegiatan ekonomi. Semua unsur ini bersatu dibawah sistem yang disebut
kapitalis. Dibawah sistem ini, segala potensi dan aktivitas-inovasi individu
untuk melakukan aktivitas ekonomi diberi ruang yang besar. Hal ini pada
gilirannya mendorong munculnya para wirausahawan, yang menciptakan
lapangan kerja, menghasilkan pajak bagi negara, menumbuhkan persaingan
yang sehat, dan seterusnya.
3. Dalam bidang politik dan sosial-budaya
Paham libereralisme mengusung pemilihan umum yang bebas dan
adanya pengakuan terhadap hak-hak sipil (seperti kebebasan berpendapat),
kebebasan pers, kebebasan beragama, dan supermasi hukum. Dalam
perkembangannya muncul juga gagasan kesetaraan jender.
Sampai saat ini, penerapan paham ini dalam bidang ekonomi dan
politik kerap menimbulkan kontroversi. Kritik yang paling sering
dikemukakan terkait dengan penerapan paham liberalisme dalam bidang
ekonomi adalah sebagai berikut (1) terjadinya penyerahan pengelolaan aset-
aset negara yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti minyak, pangan,
air, dan bahan-bahan mineral ke tangan swasta; (2) berkurangnya peran dan
campur tangan negara dalam kegiatan perekonomian (3) adanya
kecendrungan membiarkan pasar bergerak dengan mekanismenya sendiri
tanpa camputr tangan negara. Ketiga hal tersebut dianggap tidak adil,
menumpuk kekayaan pada segelentir orang memperlebar ketimpangan sosial-
ekonomi, serta mengancam ketahanan kita sebagai bangsa. Oleh karena itulah
bapak-bapak bangsa kita memilih sistem ekonomi yang sesuai dengan
keberadilan bangsa Indonesia, yaitu sistem ekonomi pancasil, yang secara
garis besar ditegaskan dalam pasal 33 UUD 1945.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
d) Mengenal teknologi berbasis mesin
Penjajahan Belanda mengenalkan Indonesia untuk pertama kalinya
pada teknologi-teknologi baru berbasis mesin baik dalam bentuk mesin
pengelolaan hasil bumi, teknologi transportasi maupun teknologi pertanian.
Kelak telah merdeka yaitu melalui kebijakan nasionalisasi semua aset Belanda
di Indonesia teknologi-teknologi ini masih dapat dipakai dan bahkan
dikembangkan untuk membangun Indonesia yang sudah merdeka.
Bangsa Indonesia misalnya mengenal mesin pengolah hasil bumi
seperti mesin pengolah tebu menjadi gula, kelapa sawit menjadi minyak, biji
kopi menjadi bubuk kopi, dan lain sebagainya. Mesin-mesin ini meningkatkan
hasil produksi dengan lebih cepat dan efisien, tidak saja pada zaman
pemerintah kolonial Belanda, tetapi juga sejak Indonesia merdeka.
Selain itu munculnya sarana transportasi seperti penggunaan kereta
api telah dapat menggantikan sistem pengangkutan tradisional (tenaga
manusia maupun hewan). Perkembangan transportasi juga memungkinkan
terbentuknya jaringan yang luas antar wilayah, dan secara ekonomi
mempercepat pengangkutan hasil-hasil perkebunan ke pabrik-pabrik serta
distribusi hasil-hasil produksi ke pelabuhan-pelabuhan. Demikian pula dengan
transportasi air kapal-kapal bermesin memungkinkan transportasi hasil-hasil
antar pulau dapat dilakukan dengan cepat. Kemajuan transportasi juga
memungkinkan bangsa Indonesia bisa satu sama lain, dari Barat sampai ke
Timur.
Pada akhir abad ke-19 kenderaan bermotor mulai diperkenalkan di
Indonesia. Sepeda motor buatan Jerman masuk ke Indonesia pada tahun 1893.
e) Mengenal teknologi komunikasih dan informasi
Tersedianya layanan kereta api dan kapal lain membuka peluang
terwujudnya layanan di bidang lain seperti pos umum yang lebih teratur.
Kehadiran telegraf dan telpon juga membuat komunikasi menjadi lebih lancar
dan cepat.
Pada tahun 1925, radio siaran Bataviasche Radio Vereeniging (BRV)
berdiri di Batavia (sekarang Jakarta). Setelah itu muncul Nederlandsch
Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Batavia, Bandung, dan Medan. Di
Solo bersiri Solossche Radio Vereeniging (SRV) sementara di Yogyakarta
didirikan Mataramse Vereeniging Voor Radio Omroep (MVRO).
Hampir semua radio itu didirikan oleh orang Belanda. Hanya SRV
saja yang didirikan oleh orang Indonesia, yaitu oleh Mangkunegoro VII dan
Sarsito Mangunkusumo. Perkembangan radio dan bahan televisian
berkembang sangat pesat sejak Indonesia merdeka hingga kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I
Jenis Sekolah : SMK Putra Tama Bantul Kelas/semester : X Pemasaran/ Genap
Tahun Pelajaran : 2018/2019 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
IPK
Materi
Pembelajaran Indikator Soal
Level
kognitif
Jenis
soal
Nomor
Soal
3.6.1
3.6.2.
Mendeskripsik
an dampak
politik,
budaya, dan
sosial pada
masa
penjajahan
bangsa Eropa.
Mendeskripsik
an dampak
ekonomi dan
pendidikan
pada masa
penjajahan
bangsa Eropa
di Indonesia.
Siswa dapat menganalisis agama kristen tertua yang berkembang
di Indonesia C1
PG
1
Siswa dapat menganalisis reaksi kerajaan-kerajaan nusantara atas
kedatangan para rohaniwan di Nusantara C2 2
Siswa dapat menganalisis pada masa bangsa Eropa mana agama
katolik dapat berkembang dengan pesat C1 3
Siswa dapat menganalisis siapa rohaniawan Fransiskan yang
mengikuti jejak rohaniwan sebelumnya C1 4
Siswa dapat menganalisis daerah mana saja yang mendapatkan
pengaruh penyebaran agama Kristen Katolik C2 5
Siswa dapat menganalisi darimana asal mula munculnya musik
keroncong C2 6
Siswa dapat menganalisis pengaruh Portugis dalam bidang bahasa
yang masih ada hingga saat ini. C2 7
Siswa dapat menganalisis bagaimana hubungan Belanda dengan
elite-elite pribumi dalam bidang ekonomi-Politik C4
8
Siswa dapat menganalisis mengapa bangasa Eropa menyebut
warga pribumi dengan bangsa yang bodoh dan hanya pantas
menjadi budak Belanda. C4 9
Siswa dapat menganalisis pengaruh pendidikan zaman kolonoal
Belanda yang masih terasa hingga saat ini C2 10
Siswa dapat menganalisis sebelum menerapkan politik etis apa C2 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
IPK
Materi
Pembelajaran Indikator Soal
Level
kognitif
Jenis
soal
Nomor
Soal
tujuan dari penerapan sistem pendidikan Belanda bagi orang
Indonsi a
Siswa dapat menganalisis dalam bidang ekonomi apa dampak
positif dari sistem tanam paksa. C2 12
Siswa dapat menganalisi tanaman apa saja yang ditanam pada saat
sistem tanam paksa C1 13
Siwa dapat menganalisis hal-hal mengenai sistem ekonomi liberal C1 14
Siswa dapat menganalisis kedudukan tertinggi warga pribumi
dalam birokrasi pemerintahan Belanda C1 15
Siswa dapat menganalisis mentalitas inlander C2 16
Siswa dapat menganalisis sistem feodalisme nusantara C2 17
Siswa dapat menganalisi sistem hukum yang diterapkan oleh
Belanda di Nusantara C3
18
Siswa dapat menganalisis sistem pendidikan yang diterapkan oleh
bangsa Barat di Nusanatara C2 19
Siswa dapat menganalisis wilayah di Nusantara yang dikunjungi
oleh para biarawan C1 20
Bantul, 10 April 2019
Peneliti,
Fransina Wally
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANTUL
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA
TAMA BANTUL
Jalan Mgr. Alb. Sugiyopranoto No.2, Badegan, Bantul,
Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55714
LATIHAN HARIAN I SEMESTER GENAP
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : X Pemasaran
Hari/Tanggal : 24 April 2019
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT
DENGAN MEMBERI TANDA (X) PADA HURUF A,B,C,D, ATAU E
PADA LEMBAR JAWABAN YANG TERSEDIA 1 S/D 20
1. Di Nusantara ada beberapa agama yang masuk silih berganti. Agama kristen
tertua yang berkembang di Indonesia, adalah....
A.Buddha
B.Kristen Protestan
C.Islam
D.Kristen Katolik
E.Hindu
2. Untuk mempertahankan wilayah kekuasaan pastinya ada reakasi orang lokal
atau kerajaan lokal terhadap orang asing yang datang. Reaksi kerajaan-
kerajaan Nusantara terhadap kedatangan orang rohaniwan ke Nusantara...
A. Dapat diterima dengan baik
B. Terjadinya perlawanan yang dasyat
C. Munculnya konflik-konflik kecil di tengah masyarakat atau kerajaan
lokal
D. Diadakan hubungan kerjasama yang baik anatara kaum pendatang dan
kaum lokal
E. Diizinkan menyebarkan agama di sekitaran kerajaan
3. Di Indonesia ada 4 bangsa Eropa dan 1 bangsa Asia yang pernah menjajah
Indonesia karena berbagai kepentingan. Salah satu kepentingannya untuk
menyebarkan agama. Pada masa bangsa Eropa mana agama katolik dapat
berkembang dengan pesat di Nusantara...
A. Inggris
B. Belanda
C. Spanyol
D. Jepang
E. Portugis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
4. Dalam penyebaran agama pasti ada tokoh-tokoh yang berperan. Salah satu
tokoh rohaniawan Fransiskan yang mengikuti jejak rohaniwan sebelumnya,
yakni....
A.Odorico de Pordonone
B.Joao de Marignolli
C.Stamford Raffles
D.Cornelis de Houtman
E.Fransisikus Xaverius
5. Penyebaran agama Kristen Katolik dapat menyebar di beberapa wilayah di
Nusantara. Coba urutkan wilayah mana sajakah agama Kristen Katolik yang
bawah oleh para biarawan Ordo Fransiskan dan Dominikan dapat
berkembang dengan pesat....
A. Nusa Tenggara Timur-Sumba -Mangundow- Pulau Siau- Sanghie
Talaud- Blambangan- Panarukan.
B. Jawa-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie Talaud-
Blambangan- Panarukan.
C. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie
Talaud- Sumatera- Panarukan.
D. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie
Talaud- Blambangan- Panarukan.
E. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow-Bali-Sanghie Talaud-
Blambangan- Panarukan.
6. Setiap benda atau alat pasti memiliki asal mula yang sangat panjang. Musik
keroncong yang kita kenal saat ini awal mula berasal dari negara……
A. Portugis
B. Afrika Barat
C. Belanda
D. Inggris
E. Amerika
7. Contoh pengaruh Portugis dalam bidang bahasa yang masih ada hingga saat
ini, kecuali....
A. Bendera (bandeira)
B. Bola
C. Boneka (boneca)
D. Meja (mesa)
E. Buku
8. Analisislah hubungan Belanda dengan elite-elite pribumi dalam bidang
ekonomi-Politik,yakni...
A. Belanda menugaskan elite-elite pribumi, jika mereka berhasil
mengumpulkan hasil bumi melebihi target mereka akan mendapatkan
hadiah yang lebih dikenal dengan istilah batig slot (saldo lebih)
B. Belanda menaikkan jabatan elite-elite pribumi sederajat dengan elite-elite
Belanda
C. Belanda menguras para elite-elite pribumi dalam hal tanah maupun pajak
berupa tunai
D. Belanda dengan elite-elite pribumi berhubungan erat seperti saudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
E. Belanda dengan elite-elite politik tidak memiliki hubungan yang erat
antara satu dengan yang lain.
9. Faktor yang mendasari bangsa Eropa menyebut warga pribumi dengan
bangsa yang bodoh dan hanya pantas menjadi budak Belanda…..
A. Karena mereka menganggap warga pribumi sebagai bangsa yang buta
huruf
B. Karena sebelum era kolonialisme imperilalisme, bangsa Indonesia sudah
dikenal sebagai bangsa yang terbelakang sehingga masa penjajahan
Belanda mereka manfaatkan dan dipelihara oleh Belanda.
C. Karena mereka Warga pribumi tidak mau bekerja keras dan hanya mau
terima apa yang sudah disediakan oleh Belanda.
D. Karena sebuah pengaruh yang mereka dapatkan pada masa sistem
feodalisme di kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hanya mau menerima
dari tuannya
E. Karena warga pribumi berwatak keras sehingga mereka dapat
menyebutnya dengan bangsa bodoh dan mereka pantas menjadi budak
mereka.
10. Pada masa kolonial Belanda dapat menerapkan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan zaman kolonoal Belanda yang masih ada hingga saat ini....
A. Masih banyak meninggalkan sekolah-sekolah yang berbahasa
Belanda
B. Masih adanya sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA/Kejuruan
dan Universitas-Universitas
C. Masih ada sekolah-sekolah gurunya orang-orang Belanda
D. Masih ada kerjasama antara sekolah-sekolah miliki Belanda dengan
pusatnya di Belanda
E. Masih ada sekolah yang menggunakan kurikulum dari pemerintahan
Belanda
11. Sebelum menerapkan politik etis, sistem pendidikan Belanda bagi orang
Indonesia bertujuan...
A. Untuk menyediakan tenaga kerja ahli untuk warga pribumi
B. Untuk menyediakan tenaga kerja kasar
C. Untuk menyediakan tenaga terdidik untuk membantu elite-elite lokal
D. Untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan
administrasi kolonial
E. Untuk menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang akan dikirim ke
Belanda dan bekerja untuk pemerintah Belanda.
12. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda
pastinya ada dampaknya. Dalam bidang ekonomi, dampak positif dari
sistem tanam paksa adalah....
A. Petani pribumi mulai mengenal jenis-jenis tanaman-tanaman
komoditi lain seperti kopi dan teh
B. Petani pribumi dapat disederajatkan dengan orang-orang Belanda
C. Petani Pribumi mengenal cara kerja dengan menggunakan mesin
D. Petani pribumi tetap mempertahankan sistem gotong royong
E. Petani pribumi tetap menggunakan bibit milik mereka sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
13. Dalam sistem tanam paksa ada beberapa komoditi pertanian yang ditanam
oleh para petani pribumi, yaitu...
A. Kopi dan tebu
B. Tebu dan teh
C. kopi dan teh
D. Lada dan kopi
E. Kopi dan cengkeh
14. Dari hal-hal di bawah, sistem yang dikenalkan oleh kolonial Belanda
kepada rakyat pribumi pada masa sistem ekonomi liberal adalah….
A. Sistem kerja paksa
B. Sistem konomi uang
C. Sistem ekonomi pasar
D. Sistem pajak
E. Sistem ekonomi pasar barang
15. Dalam strukrur birokrasi pemerintahan Belanda, para elite pribumi yang
memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahannya sebagai…..
A. Kehakiman
B. Kebudayaan dan kepercayaan
C. Departemen militer
D. Camat
E. Bupati
16. Warga pribumi di Nusantara mendapatkan julukkan mentalitas inlander
dari colonial Belanda. Maksud dari mentalitas inlander pada masa
kolonial adalah....
A. Mentalitas khas orang pribumi artinya warga pribumi adalah bangsa
yang kurang beradab, serta kurang maju
B. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi memiliki
kedudukan yang sama dengan bangsa Barat
C. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi yang tidak bisa
meninggalkan adat-istiadat
D. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi yang sudah
memiliki wawasan luas mengenai dunia kerja
E. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi sudah mampu
bersaing dengan bangsa Eropa
17. Kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia dapat menerapkan sistem feodalisme
hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh bangsa Barat. Dampak bagi warga
pribumi dari penerapan sistem feodalisme di Nusantara oleh bangsa Barat,
yakni....
A. Warga pribumi semakin tahu mengenai cara kerja sistem feodalisme
B. Warga pribumi memiliki ketergantungan hidup terhadap raja-raja di
kerajaan Nusantara
C. Mentalitas warga pribumi terhadap dirinya semakin berkurang atau
rasa percaya dirinya hilang hanya bergantug pada bangsa Barat
D. Mentalitas Warga pribumi semakin percaya diri bahwa mereka
mampu atau sama derajat dengan bangsa Eropa
E. Warga pribumi memiliki ketergantungan hidup terhadap bangsa Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
18. Bangsa Barat atau khususnya Belanda telah memperkenalkan sistem
hukum di Nusantara. Sistem hukum tersebut dapat berlaku bagi....
A. Hanya berlaku bagi orang Barat
B. Berlaku bagi seluruh warga yang hidup di tanah Hindia-Belanda
C. Berlaku bagi para keturunana Eropa saja
D. Berlaku bagi kaum elite Belanda
E. Berlaku bagi kaum elite Belanda dan kaum elite Indonesia
19. Dalam bidang pendidikan, orang-orang Eropa di Nusantara selama masa
penjajahan Belanda ditempatkan di sekolah yang khusus untuk mereka dan
tidak bersamaan dengan penduduk pribumi. Sehingga hampir semua hal,
orang Eropa mendapatkan kemudahan dalam berbagai bidang yang ada.
Hal ini dapat mencerminkan…
A. Asimilasi
B. Determinisasi
C. Diferensiasi
D. Diskriminasi
E. Westernisasi
20. Pernyataan yang tepat, pada tahun 1506-1552, seorang anggota Serikat
Yesus yang bernama Fransiscus xaverius ke Nusantara. Wilayah di
Nusantara yang ia datangi adalah…..
A. Jawa
B. Sumatera
C. Maluku
D. Sulawesi
E. Sumba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUNCI JAWABAN
TES SIKLUS I PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SEJARAH INDONESIA
1. D
2. A
3. E
4. B
5. D
6. B
7. E
8. A
9. B
10. B
11. D
12. A
13. C
14. B
15. E
16. A
17. C
18. A
19. D
20. C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR JAWABAN
Nama :..............................................................................
Kelas :..............................................................................
1 A B C D E
11 A B C D E
2 A B C D E 12 A B C D E
3 A B C D E 13 A B C D E
4 A B C D E 14 A B C D E
5 A B C D E 15 A B C D E
6 A B C D E 16 A B C D E
7 A B C D E 17 A B C D E
8 A B C D E 18 A B C D E
9 A B C D E 19 A B C D E
10 A B C D E 20 A B C D E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5
(Rpp Siklus II)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK Putra Tama Bantul
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X Pemasaran / II ( Genap)
Materi Pokok : Dampak Politik, Budaya,Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan
Pada Masa Penjajahan Bangsa Eropa
Alokasi Waktu : 3 X 45' (3 JP)
I. Kompetensi Inti /KI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
1 3.6. Menganalisis dampak politik,
budaya, sosial, ekonomi, dan
pendidikan pada masa
penjajahan bangsa Eropa,
lahirnya pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah pemuda
4.6. Menalar politik, budaya,sosial,
ekonomi, dan pendidikan pada
masa penjajahan bangsa Eropa,
lahirnya pergerakan nasional
dan peristiwa sumpah pemuda.
3.6.1.Mendekripsikan lahirnya
pergerakan nasional.
3.6.2. Mendeskripsikan sumpah
pemuda.
4.6.1. Menyajikan dalam bentuk
presentasi tentang lahirnya
pergerakan nasional dan
peristiwa sumpah pemuda .
III. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat
mendeskripsikan dan menyampaikan “ dampak politik, budaya,sosial,
ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa, lahirnya
pergerakan nasional dan peristiwa” dengan menggunakan pembelajaran aktif,
efektif, kreatif, dan inovatif serta siswa dapat memiliki cinta tanah airdan
menghargai perjuangan bangsa Indonesia.
IV. Materi Pembelajaran
1. Fakta
Lahirnya pergerakan, nasional, dan peristiwa sumpah pemudah.
2. Konsep
Menganalisis lahirnya pergerakan nasional dan peristiwa sumpah pemuda.
3. Prosedural
Mendata organisasi-organisasi pergerakan nasional dan pengaruh sumpah
pemuda terhadap Nusantara.
V. Pendekatan / Model/ Metode Pembelajaran
a) Pendekatan : Student Center
b) Model : Kooperatif tipe Jigsaw
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
c) Metode : Ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan
VI. Media/ Alat dan Bahan Pembelajaran
a) Alat : papan tulis , penghapus, dan spidol
b) Bahan : Buku Pelajaran, hand out, soal-soal, lembar kerja siswa
VII. Sumber Belajar
1. Sumber Buku
Hapsari Ratna, Adil.M. 2103. Sejarah Indonesia SMA/SMK Kelas X,
Jakarta Erlangga.
2. Sumber Internet
a. https://lpmarena.com/2012/03/14/perkembangan-pergerakan-nasional-indonesia-
i/#:~:text=Masa%20pergerakan%20nasional%20di%20Indonesia%20ditandai%20dengan
%20berdirinya%20organisasi%2Dorganisasi%20pergerakan.&text=Masa%20pembentuk
an%20(1908%2D1920),Sarekat%20Islam%2C%20dan%20Indische%20Partij.
b. Faktor-faktor pendorong munculnya pergerakan nasional, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/200000369/faktor-pendorong-
munculnya-pergerakan-nasional?page=all.
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Uraian Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Melakukan Apersepsi:
Guru memberi salam.
Guru melakukan presensi untuk mengecek
kehadiran siswa.
Guru memeriksa kesiapan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Guru menanyakan materi sebelumnya agar
siswa dapat memahami sudah pernah
diajarkan.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
serta manfaat jika siswa mampu menguasai
materi.
10 menit
Guru menjelaskan materi sejarah secara garis
besar kepada siswa. 115 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Guru membagikan kelompok secara
heterogen. lalu guru membagikan materi
kepada kelompok. Guru menyuruh setiap
siswa yang memiliki nomor sama berkumpul
dalam satu kelompok.
Selanjutnya guru menyuruh setiap anggota
kelompok mempelajari materi sesuai dengan
kode yang sudah ditentukan oleh guru.
Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk
membahas materi yang sama hingga menjadi
ahli sebelum kembali ke kelompok asal.
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu
setiap anggota kelompok mempresentasikan
keahliaannya kepada anggota kelompoknya.
Guru meminta kelompok asal
mempresentasikan materinya di depan kelas.
Guru memberikan tes tertulis berkaitan
dengan materi yang sudah dibahas dalam
kelompok ahli maupun kelompok asal. Dalam
tes ini siswa bekerja secara individual. Agar
guru mengetahui keseriusan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
Siswa mengumpulkan lembar jawaban.
Penutup Guru dan siswa sama-sama mereflkesikan
materi yang sudah dibahas
Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan
materi yang sudah dibahas
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Nilai= ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100
IX. Penilaian Hasil Belajar
1. Jenis penilaian aspek pengetahuan dengan teknik tes tertulis
2. Instrumen Penilaian
a. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Setiap soal PG mempunya bobot yang sama, yakni 20
b. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Nama
Bek
erja
Sam
a dal
am
Kel
om
pok (
1-4
)
Men
gkom
unik
asih
kan
Jaw
aban
Kep
ada
Anggota
Kel
om
pok (
1-4
)
Pen
guas
aan M
ater
i (1
-4)
Men
ghar
gai
Pen
dap
at
Ses
ama
Anggota
Kel
om
pok (
1-4
)
Kea
kti
f an
Anggota
Kel
om
pok D
alam
Dis
kusi
(1
-4)
Kem
ampuan
Men
gan
alis
is M
ater
i (1
-
4)
Jum
lah
1
2
3
4
5
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
1 = Kurang aktif
2 = Cukup Aktif
3 = Aktif
4 = Sangat aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
c. Instrumen Penilaian Kegiatan Presentasi Belajar Siswa
No Nama
Into
nas
i S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Kej
elas
an
Pen
yam
pai
n
Mat
eri
(1-4
)
Ek
spre
si S
aat
Pen
yam
pai
an
Mat
eri
(1-4
)
Res
po
n T
erh
adap
Per
tan
yaa
n y
ang
Dib
erik
an (
1-4
)
Jum
lah
1
2
3
4
5
Dst..
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
1 = Kurang aktif
2 = Cukup Aktif
3 = Aktif
4 = Sangat aktif
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK Putra Tama Bantul
Alb. Sri Hascaryo,S.Pd
Bantul, April 2019
Guru Mata Pelajaran
Y. Ida Riyanti, S.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Materi pembelajaran
LAHIRNYA PERGERAKAN NASIONAL
A. Ciri Perjuangan Melawan Kolonialisme Setelah Tahun 1908
Sebelum lahirnya kesadaran nasional, perjuangan melawan Belanda di
pelopori oleh raja, bangsawan maupun tokoh-tokoh agama. Setelah 1908,
perjuangan melawan kolonialisme dimotori oleh kaum terpelajar melalui
organisasi-oraganisasi pergerakan. Sebagian besar dari kaum terpelajar ini
memang berasal dari golongan bangsawan, namun mereka adalah orang-
orang yang terdidik dan terpelajar.
B. Dipimpin dan dipergerakkan oleh kaum terpelajar
Sebelum lahirnya kesadaran nasioanl, perjuangan melawan Belanda
dipelopori oleh raja, bangsawan maupun tokoh-tokoh agama. Setelah 1908,
perjuangan melawan kolonialisme dimotori kaum kaum terpelajar melalui
organisasi-organisasi pergerakan. Sebagian dari kaum terpelajar ini memang
berasal dari golongan bangsawan, namun mereka adalah orang-orang terdidik
dan terpelajar.
Munculnya kaum terdidik dan kaum terpelajar pada masa ini tidak lepas
dari politik Etis Pemerintah Belanda. Semula dimaksud untuk memperolah
tenaga kerja murah, pendidikan yang diselenggarakan bagi kaum pribumi pada
awal abad ke-20 justru melahirkan golongan cendekiawan yang menjadi
penggerak perjuangan melawan kolonialisme. Mereka itu antara lain dr.
Sutomo, Suwardi Suryaningrat, Soekarno, Moh.Hatta, dan Sjahrir.
Oraganisasai-oraganisasi pergerakan itu memiliki karakteristik masing-
masing; ada yang bersifat kooperatif-moderat adan ada pula yang bersifat
nonkooperatif-radikal.
C. Bersifat Nasional
Setelah tahun 1908, hampir seluruh Nusantara menjadi satu kesatuan
dalam politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial
Belanda. Hal ini memang merupakan cita-cita besar Belanda melalui Pax
Netherlandica-nya.
Keberhasilan Pax Netherlandica justru mampu menyatukan rakyat
Indonesia dalam satu perasaan senasib-sepenanggungan. Penderitaan yang
dialami satu daerah tidak lagi dianggap sebagai penderitaan daerah itu semata,
melainkan penderitaan seluruh rakayat Hindia Belanda. Hal inilah yang
menumbuhkan rasa persatuan dan yang pada akhirnya melahirkan kisaran
sebagai satu bangsa atau kesadaran berbangsa. Satu identitas karena satu nasib
itu diperkuat dengan adanya kata “Indonesia” untuk menunjukkan pada semua
wilayah jajahan Hindia Belanda.
Kesardaran berbangsa ini tidak terlepas dari peran kaum terpelajar.
Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya hubungan antarcendekiawan
dari berbagai daerah adalah pensdidikan. Di tempat-tempat pendidikan, pelajar
dari bernagai daerah bertemu membahas nasib dan masa depan Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
D. Perjuangan menggunakan jalur Organisasi Umumnya perjuangan ini melawan kolonialisme setelah tahun 1908
dilakukan dengan menggunakan jalur organisasi. Di sini, para tokoh
perjuangan menggunakan cara-cara modern, seperti diplomasi, kampaye lewat
media atau pers, rapat akbar dan pada tingkat yang paling esktrem menolak
bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Gerakan rakyat yang dimotori para
cendekiawan ini menghindari cara-cara kekerasan, kecuali dalam kasus
pemberontakkan PKI pada tahun 1926-1927 di Jawa dan Sumatera Barat.
Penggunaan jalur organisasi dilatarbelakangi kesadaran bahwa bangsa
Indonesia tidak sanggup menandingi kekuatan keuangan, persenjataan, serta
organisasi politik-militer Belanda. Penggunaan media massa untuk
menyuarakan aspirasi dianggap sebagai bagian dari upaya persuasi dan
diplomasi itu. Melalui media-media massa itu, para aktivis organisasi
pergerakan melakukan kritik serta agitasi menentang berbagai kebijakan
pemerintah kolonial Belanda.
E. Memilkinya organisasi yang memungkinkan adanya kaderisasi Sebelum lahirnya kesadaran nasioanl, perjuangan melawan Belanda
umumnya bergantung pada satu atau dua tokoh yang dianggap kharismatis.
Tokoh-tokoh itu umumnya berasal dari lingkungan istana (raja/bangsawan))
ataupun dari kalangan ulama. Akibatnya, ketika sang tokoh wafat atau
diasingkan, perlawanan pun berhenti. Setelah tahun 1908, perlawanan
bergantung pada organisasai-organisasi pergerakan dengan sistem kaderisasi
yang rapi. Dengan demikian, keberlangsungan gerakan terjaga.
F. Memiliki visi dan misi yang jelas, yaitu Indonesia yang merdeka Perjuangan sebelum 1908, bertujuan membebaskan daerah masing-
masing dari penguasaan Belanda. Seiring munculnya kesadaran nasioanal atau
kesadaran berbangsa, perjungan setelah 1908 melalui organisasi-organisasi
pergerakan diarahkan pada satu visi dan misi yang jelas, yaitu kemerdekaan
Indonesia. Organisasi-organisasi ini sebenarnya awalnya bergerak di bidang
sosial-budaya dan ekonomi. Perlahan-lahan, seiring dengan tumbuhnya
kesadaran berbangsa di kalangan anggota organisasi pergerakan, organisasi-
organisasi ini kemudian bersikap politis, yaitu memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
G. Faktor Pendorong Lahinya Organisasi Pergerakan Nasional
1. Faktor internal
a) Kodisi sosial, politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan
(kolonialsme). Penindasan, kekejaman, ekspoitasi, dan ketidakadilan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, misalnya
telah menimbulkan kebencian dan ketidakpuasan rakyat, yang kemudian
memicu perlawanan terhadap penjajah.
b) Munculnya kaum terpelajar
Golongan elite bangsa kita ini seperti Soekarno, Moh. Hatta, Agus
Salim, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara berkesempatan mengenyam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
pendidikan modern. Di lembaga pendidikan modern itu, mereka
mempelajari banyak hal termasuk Ide-ide pencerahan (Aufklarung), yang
sebelum memicu terjadinya transformasi sosial politik-politik-ekonomi di
Barat. Ide pencerahan menekankan gagasan seperti otonomi, kebebasan,
demokrasi, antiperbudakan, kesamaan hak dan martabat, dan sebagainya.
Diilhami pengetahuan yang luas serta dibarengi pengalaman penderitaan
sesama anak bangsa, para tokoh bangsa ini memelopori lahirnya organisasi-
organisasi pergerakan dengan tujuan yang sama, yaitu Indonesia yang
merdeka.
c) Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau
Di kalangan aktivis pergerakan pada masa itu, muncul kesadaran
bahwa pada masa lampau Nusantara perna mengalami masa kejayaan,
terutama pada masa kerajayaan Sriwijaya dan Majapahit. Wilayah
kekuasaan kerajaan ini bahkan melampaui Nusantara, yaitu dari selat
Malaka sampai ke Tanah Genting Kra di Thailand. Hal ini membangkitkan
perasaan harga diri dan kepercayaan diri bahwa kita pun dapat membangun
bangsa yang besar dengan kekuatan sendiri seperti pada masa-masa kerajaan
besar itu.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal ikut mendorong bangkitmya semangat nasionalisme
di kalangan rakyat Indonesia adalah;
a) Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia-Afrika
seperti Cina, India, Filipina, Turki, dan Mesir membangkitkan semangat
rakayat Indonesia untuk menikmati kesuksesan yang sama, yaitu
kemerdekaan.
b) Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 menyadarkan
bangsa Indonesia bahwa bangsa Barat bukanlah bangsa yang superior
karena dapat dikalahkan oleh bangsa Asia.
c) Masuk dan berkembangnya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika
seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme, yang membangkitkan
motivasi golongan terpelajar untuk berjuang merebut kebebasan dari
belenggu penjajahan.
H. Perkembangan Pergerakan Nasioanl di Indonesia
Perkembangan nasionalisme Indonesia sejak Budi Utomo hingga
kemerdekaan dapat dibagi dalam periode-periode sebagai berikut.
1. Periode Awal Perkembangan
Pada periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia diwarnai
perjuangan untuk memperbaiki kondisi soal dan budaya. Sifat gerakannya
moderat dan kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Beberapa
organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Serikat Islam,
dan Muhammadiyah.
a. Budi Utomo (BU)
Dirikan pada tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo menjadi organisasi
modern pertama yang memberikan inspirasi kepada kaum nasionalis lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
untuk berjuang dengan basis organisasi modern. Oleh karena itu, tanggal
kelahiran organisasi ini, yaitu tanggal 20 Mei, digunakan untuk
memperingati hari kebangkitan nasional.
Organisasi ini dipelopori oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo (1857-
1917), tamanan sekolah dokter pribumi School Tot Opleiding van Indische
Arsten (STOVIA) di Jakarta. Saat mengunjungi almamaternya itu dan
bertemu dengan pelajar-pelajar STOVIA pada tahun 1907, ia melontarkan
gagasan agar para mahasiswa segera mendirikan organisasai yang bertujuan
memajukan derajat bangsa. Gagasannya mendapat tanggapan yang
bersemangat dari para mahasiswa di tempat itu. Bersama dr. Sutomo dan
para mahasiswa STOVIA seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan
Soeraji, ia mendirikan Boedi Uetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Tujuan BU adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan dengan
bidang: (1) pengajaran; (2) pertanian,peternakan, dan perdagangan; (3)
teknik industri, dan (4) kebudayaan. Maka dilihat dari tujuannya, organisasi
ini bersifat nonpolitik dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda.
BU mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta pada tanggal 3-
5 Oktober 1908. Selain mempertegas posisinya sebagai sebuah gerakan
sosial-budaya dan gerakan politik, kongres juga memutuskan hal-hal lain
sebagai berikut.
1) Ruang gerak terbatas pads deraj Jawa dan Madura.
2) Memilih R.T. Tirtokusumo, mantan bupati Karanganyar sebagai ketua
3) Yogyakarta menjadi pusat organisasi
Salah satu faktor yang ikut meredupkan pengaruh BU adalah
berdirinya sarekat Islam pada tahun 1912. Dalam anggaran dasarnya, SI
tidak berpolitik. Namun, dalam praktiknya SI ikut bersuara lantang
menentang praktik ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Hal ini mengundang simpati yang luas dari
masyarakat. SI semakin populer, dan pada saat yang sama BU mengalami
kemunduran.
b. Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam merupakan gerakan nasionalis, demokratis, dan
ekonomis serta Islam dengan haluan kooperatif.
Organisasi didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911 dengan
nama awal berdirinya Sarekat Dagang Islam. H. Samanhudi adalah seorang
pedagang batik dari Laweyan Solo.
Organisasi ini didasarkan pada dua hal, yakni: (1) agama, yaitu
agama Islam; (2) ekonomi, yakni memperkuat para pedagang Islam agar
dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa dan
India.
Atas usul HOS Cokroaminoto, pada tanggal 10 September 1912
kata Dagang dalam SDI dihilangkan sehingga hanya menjadi Sarekat Islam
saja. Hal ini dimaksudkan agar ruang gerak organisasi tidak terbatas hanya
dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga pada bidang-bidang lainnya.
Nama dan visi baru itu tercermin dalam Akte Notaris yang dibuat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
tanggal 10 September 1912. Dalam akte notaris tersebut disebut tujuan SI
sebagai berikut.
1) Memajukan perdagangan
2) Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang
usaha (pemodal)
3) Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk pribumi
4) Memajukan kehidupan agama Islam
Pada tahun 1923, organisasi melaksanakan kongres pertamanya di
Surabaya. Dalam konres tersebut diputuskan hal-hal sebagai berikut.
1) SI bukan merupakan partai politik
2) SI tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda
3) HOS Cokroaminoto dipilih sebagai ketua SI dab menetapkan Surabaya
sebagai pusat organisasi
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat yang
beragama Islam. Di Bawah H.O.S. Cokroaminoto, SI mengalami
perkembangan pesat . selain di Surabaya yang menjadi pusatnya, cabang-
cabang lain juga didirikan di kota-kota lain seperti Solo, Semarang, dan
Cirebon. Arah perjuangan yang diperjelas, yaitu memperluat baisi ekonomi
rakyat agar kaumpribumi lebih mampu bersaing dan bebas ketergantungan
ekonomi terhadap bangsa-bangsa asing.
Pada tahun 1915, Sentral Sarekat Islam (SSI) dibentuk dan
berkedudukan di Surabaya SSI adalah badan induk yang bertugas
mengkoordinasikan serta memajukan oraganisasi SI daerah. SSI berkedudukan
seperti pengurus besar SI. Pembentukan SSI tidak terlepas dari kenyataan
bahwa organisasi SI daerah semakin banyak dan karena itu perlu ada sebuah
badan induk.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI nasional pertama di
Bandung, yang dihadiri oleh 80 SI lokal dengan anggota yang telah mencapai
360.000 orang anggota. Dalam kongres tersebut disepakati istilah “nasional” .
artinya, SI menganggap perlu semua suku bangsa di Indonesia ini bersatu dan
membentuk satu persatuan bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Hasil kongres ini
menunjukkan SI menjadi organisasi yang berhaluan politis kendatai dalam
anggran dasarnya SI bukan partai politik. Karateristik politisnya tampak dari
sikapnya menentang secara terbuka praktik-praktik ketidakadilan akibat sistem
kapitalisme serta penindasan terhadap rakyat kecil yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Hal ini yang membuat jumlah anggota SI semakin
banyak. Setelah pemerintah kolonial memperbolehkan berdirinya partai politik,
SI berubah menjadi partai politik.
Sikap kritis SI terhadap praktik kapitalisme serta komitmennya
memperjuangkan rakyat kecil menarik perhatian Indische Social Vereeniging
(ISDV) yang berhaluan Marxis-komunis. Organisasi pimpinan Sneevliet
(Belanda) ini kemudian menyusup ke SI, di mana dua anggota SI yang militan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
dan berbakat berhasil direkrut, yaitu Semaun dan Darsono. Kelak bergabung
juga Tan Malaka dan Alimin. Awalnya, pimpinan SI tidak menaruh curiga
karena menganggap garis dasar perjuangan SI dan ISDV sama.
Dalam perkembangan selanjutnya, anggota ISDV di SI gencar
melancarkan kritik terhadap SI. Mereka mengkritik sikap SI yang kooperatif
terhadap pemerintah kolonial Belanda serta keikutsertaan SI dalam kampaye
Indie Weebaar (pertahanan Hindia). Maka dengan hadirnya ISDV, muncul dua
kubu dalam SI.
1) Kubu nasionalis religius atau SI Putih, dengan asas perjuangan Islam di
bawah pimpinan Cokroaminoto
2) Kubu ekonomi-dogmatis yang dikenal dengan nama SI Merah, dengan
haluan sosialis kiri (komunisme) di bawah pimpinan Semaun dan
Darsono.
Demi menegakkan disiplin organisasi, Semaun dan semua pengurus
yang berhaluan kiri kemudia dikeluarkan dari keanggotaan SI. Mereka
mendirikan Perserikatan Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920 yang
kemudian diubah lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesai pada tahu
1924.
Dalam kongres SI pada bulan februari 1923 di Madiun, Sarekat Islam
mengganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pergantian nama
dilakukan karena adanya anggapan bahwa ikatan dalam SI lemah. Perpecahan
dalam PGKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh) yang didirikan pada tahun
1919 dianggap mencerminkan hal tersebut. Selanjutnya, dalam konresnya pada
tahun 1926, PSI menerapkan politik hijrah atau bersikap nonkoperatif terhadap
pemerintahan kolonial, dengan alasan pemerintahan kolonial mengabaikan
hak-hak pribumi. Karena perubahan garis politik ini, Cokroaminoto
menyatakan menolak ketika diangkat menjadi anggota Volksraad pada tahun
1927. PSI berganti nama lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
pada tahun 1929.
Pada tahun 1930, PSII mengalami kemorosotan karena terpecah
menjadi tiga partai : PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII. Aktivitas
partai ini berhenti sejak pendudukan Jepang.
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta
pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan
kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik dan kooperatif.
Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan
sosial, menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir-batin. Tujuan
Muhammadiyah adalah sebagai berikut.
1) Memajukan pendidikan dan epngajaran berdasarkan agama Islam
2) Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara hidup menurut
agama Islam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut.
1) Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama, dari TK sampai
Perguruan Tinggi.
2) Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, masjid, dan
sebagainya.
3) Penyelengaraan kegiatan-kegiatan keagamaan
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh
Muhammadiyah terbatas di keresidenan-keresidenan seperti Yogyakarta,
Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain
Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada
tahun 1922.
Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah (HAMKA) membawa
Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di sungai
Batang, Agam. Dalam waktu relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah
menyebar ke seluruh tanah Minang itu. Dari daerah ini, kemudian
Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh wilayah
Indonesia.
Organisasi ini bersifat nonpolitik dan kooperatif. Sementara itu, dalam
gerakan sosialnya organisasi ini sangat mendukung perjuangan meraih
kemerdekaan. Selain itu, peranannya dalam menumbuh kesadaran bangsa
tentang pentingnya kemajuan dalam pendidikan dan kemerdekaan juga sangat
besar.
2. Periode Nasionalisme Politik Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak
dalam bidang politik untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang
muncul pada periode ini adalah Indische Partij (IP), dan Gerakan Pemuda
a. Indische Partij (IP)
Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada 25 Desember 1912
oleh tiga serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr.Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Organisasi ini secara secara terang-terangan mengkritik pemerintah Belanda
dan menuntut Kemerdekaan Indonesia.
Cita-cita IP ini disebarluaskan melalui surat kabar De Expres,
dengan semboyan Indische Los Van Holland, yang berarti Hindia untuk
orang Hindia. Seluruh anggotanya menyebut diri Indiers, orang Indonesia.
IP memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut dengan Indische
Nationalism atau Nasionalisme Hindia yang tidak membedakan keturunan,
suku, bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan adat istiadat. Adapun
program kerja adalah.
1) Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
2) Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang
pemerintahan maupun kemasyarakatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
3) Memberantas usaha-usaha yang membangkuikan kebencian antara
agama satu dengan yang lain.
4) Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
5) Mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia.
6) Dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukkan untuk
kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang
ekonominya lemah.
Kritik yang terlalu keras membuat gerak-gerik para pemimpinnya
diawasi ketat oleh pemerintah Belanda. Belanda pun menolak permohonan
organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum. Kecemasan Belanda
terhadap organisasi ini mencapai puncaknya ketika ketiga pemimpin ini
ditangkap dan dibuang ke negeri Belanda pada tahun 1913. Belanda
beralasan organisasi bersifat politik, serta mengganggu ketertiban umum.
Pada tahun 1913, pemerintah Belanda mengatakan bahwa organisasi
sebagai organisasi terlarang. Organisasi ini kemudian berganti nama
kemudian menjadi partai Insulinde, dengan asas membina semangat
nasionalisme dengan memperkuat persatuan bangsa. “Insulinde” tidak
berumur panjang, dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National
Indische Partij (NIP).
Pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia
karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker
dikembalikan pada tahun 1919. Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik
dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan
Taman Siswa.
b). Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda tumbuh dan berkembang secara mandiri di
berbagai daerah di Indonesia. Mula-mula dibentuk sebagai sebuah gerakan
solidaritas yang bersifat informal, gerakan pemuda ini menjelma menjadi
sebuah gerakan politik atau gerakan kebangsaan dengan cita-cita Indonesia
yang merdeka dan maju.
Gerakan pemuda muncul pertama kali adalah Trikora Dharmo (TKI).
Organisasi pemuda ini didirikan oleh R. Satiman, dkk di gedung STOVIA
Jakarta pada tahun 1915. Trikora Dharmo merupakan cikal-bakal Jong Java.
TK memiliki tiga visi mulia, yaitu sakti yang berarti kekuasaan dan
kecerdasan, budi berarti bijakasana, dan bhakti berarti kasih sayang. Visi itu
kemudian dikembangkan dalam tiga tujuan TK sebagai berikut.
1) Mempererat tali persaudaraan antarsiswa-siswi bumi putra pada sekolah
menengah dan perguruan kejuruan.
2) Menambah pengetahuan umum bagi anggota para anggotanya.
3) Membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan
kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Dalam kongres pertamanya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918,
organisasi ini kemudian mengubah namanya menjadi Jong Java. Kongres
juga menetapkan perubahan haluan organisasi, dari semula organisasi
nonpolitik menjadi organisasi politik.
Dalam kongresnya di Solo pada tahun 1926, Jong Java dalam
anggaran dasarnya secara nyata menyebutkan hendak menghidupkan rasa
persatuan seluruh bangsa Indonesia serta kerja sama dengan semua
organisasi pemuda dalam rangka membentuk keindonesiaan. Dengan
demikian, organisasi ini menghapus sifat Jawa-sentris serta mulai terbuka
bekerja sama dengan pemuda-pemuda non-Jawa.
Organisasi kepemudaan lain dengan dengan keanggotaan yang cukup
besar adalah persatuan belajar pemuda Sumatera, yang bernama Jong
Sumateranen Bond, yang didirikan pada tahun 1917 di Jakarta. Dari
organisasai ini muncul nama-nam besar seperti, Moh.Hatta, Moh. Yamin,
dan Bahder Johan. Pada kongresnya yang ketiga, organisasi ini pernah
melontarkan pemikiran Moh. Yamin, yaitu anjuran agar penduduk
Nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan
bahasa persatuan.
Pada 1918, berdiri pula persatuan pemuda-pemuda Ambon, Jong
Ambon. Selanjutnya, antara tahun 1918-1919 berdiri pula Jong Minahasa
dan Jong Celebes. Salah satu tokoh yang lahir dari persatuan pemuda
Minahasa adalah Sam Ratulangi.
Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan ini
menyelengarakan Kongres Pemuda I di Jakarta. Meskipun tidak ada hasil-
hasil yang penting, kongres ini telah menunjukkan adanya kekuatan untuk
membangun persatuan dari seluruh organisasi pemuda yang ada di
Indonesia.
Baru pada Kongres Pemudan II di Jakarta pada tanggal 26-28
Oktober 1928, 750 wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan berhasil
menunjukkan persatuan dan tekad yang sama melalui Sumpah Pemuda,
yang isinya mereka berikrar untuk” bertanah air yang satu, yaitu tanah air
Indonesia, berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia dan berbahasa
yang satu, yaitu bahasa Indonesia” dalam kongres ini pun untuk pertama
kalinya lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman diperdengarkan. Lagu
ini kelak menjadi lagu kebangsaan negara Indonesia. Selain, dalam kongres
ini pula simbol identitas bangsa berupa bendera merah putih dikibarkan
mengiringi lagu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS II
Jenis Sekolah : SMK Putra Tama Bantul Kelas/semester : X Pemasaran/ Genap
Tahun Pelajaran : 2018/2019 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
IPK Materi
Pembelajaran Indikator Soal
Level
Kognitif Jenis Soal
No.
Soal
3.6.1 Mendeskripsik
an lahirnya
pergerakan
nasional
Siswa dapat menganalisis perjuangan melawan
kolonialisme setelah tahun 1908
C2 PG 1
Siswa dapat menganalisis Pax Netherlandica bagi
Nusantara
C2 PG 2
Siswa dapat menganalisi faktor yang memungkinkan
terjadinya hubungan antarcendekiawan dari berbagai
daerah
C1
PG 3
Siswa dapat menganalisi setelah tahun 1908 para
tokoh perjuangan melawan kolonialisme
C2 PG 4
Siswa dapat menganalisis tujuan awal berdirinya
organisasi-organisasi
C2 PG 5
Siswa dapat menganalisis faktor pendorong lahinya
organisasi pergerakan nasional
C2 PG 6
Siswa dapat menganalisis organisasi Budi Utomo C1 PG 7
Siswa dapat menganalisis organisasi SI C4 PG 8
Siswa dapat menganalisi badan induk yang bertugas
mengkoordinasikan serta memajukan oraganisasi SI
daerah
C1
PG 9
Siswa dapat menganalisis kongres SI nasional
pertama di Bandung
C1 PG 10
siswa dapat menganalisis munculnya gerakan
Muhammadiyah
C4 PG 11
Siswa dapat menganalisis peran Muhammadiyah
bagi masyarakat Nusantara
C2 PG 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
IPK Materi
Pembelajaran Indikator Soal
Level
Kognitif Jenis Soal
No.
Soal
Siswa dapat menganalisis tokoh-tokoh Indische
Partij
C1 PG 13
Siswa dapat menganalisis program kerja
gerakan Indische Partij C2 PG 14
Siswa dapat menganalisis akhir dari organisasi
Indische Partij
C1 PG
15
3.6.2 Menganalisi
peristiwa
sumpah
pemuda
Siswa dapat menganalisis tujuan dari gerakan
pemuda
C2 PG 16
Siswa dapat menganalisis Dalam kongres pertamanya
di Solo pada tanggal 12 Juni 1918
C1 PG 17
Siswa dapat menganalisis tokoh-tokoh yang berasal
dari Jong Sumateranen Bond
C1 PG 18
Siswa dapat menganalisis pada Kongres Pemuda II di
Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928
C2 PG 19
Siswa dapat menganalisis isi dari peristiwa sumpah
pemuda
C3 PG 20
Bantul, 27 April 2019
Peneliti,
Fransina Wally
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANTUL
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA TAMA
BANTUL
Jalan Mgr. Alb. Sugiyopranoto No.2, Badegan, Bantul,
Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55714
LATIHAN HARIAN II SEMESTER GENAP
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : X Pemasaran
Sekolah : SMK Putra Tama Bantul
Hari/Tanggal : 08 Mei 2019
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT DENGAN
MEMBERI TANDA (X) PADA HURUF A,B,C,D, ATAU E PADA
LEMBAR JAWABAN YANG TERSEDIA 1 S/D 20
1. Setelah tahun 1908 perjuangan melawan kolonialisme dimotori oleh kaum
terpelajar melalui....
A. Pemberontakan-pemberontakan daerah terhadap kolonialisme
B. Organisasi-organisasi pergerakan
C. Melakukan kerja sama yang baik dengan pihak kolonialisme
D. Bekerja sama dengan negara-negara Eropa agar membantu memerdekakan
Indonesia
E. Tidak ada lagi perlawanan terhadap pihak kolonialisme
2. Pax Netherlandica bertujuan untuk menyatuhkan hampir seluruh Nusantara
dalam bidang politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan
kolonial Belanda. Pengaruh Pax Netherlandica bagi Nusantara, yaitu....
A. Mampu menyatukan rakyat Indonesia dalam satu perasaan senasib-
sepenanggungan
B. Mampu menyatukan suku Jawa dalam satu perasaan senasib-
sepenanggungan
C. Mampu menyatukan suku Madura dalam satu perasaan senasib-
sepenanggungan
D. Mampu menyatukan suku Minahasa dalam satu perasaan senasib-
sepenanggungan.
E. Mampu menyatukan suku Bali dalam satu perasaan senasib-
sepenanggungan.
3. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya hubungan antarcendekiawan
dari berbagai daerah adalah...
A. Wilayah yang sama
B. Ekonomi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
C. Budaya
D. Pendidikan
E. Politik
4. Setelah tahun 1908, para tokoh perjuangan menggunakan cara-cara modern
melawan kolonialisme, kecuali...
A. Diplomasi
B. Kampaye lewat media atau pers
C. Rapat akbar
D. Ada tingkat yang paling esktrem menolak bekerja sama dengan
pemerintah kolianl
E. Melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonialisme.
5. Awal berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional dapat bergerak di
bidang...
A. Sosial-budaya dan ekonomi
B. Sosial-budaya dan politik
C. Budaya dan ekonomi
D. Sosial dan budaya
E. Budaya dan ekonomi
6. Dalam sebuah organisasi pasti ada beberapa faktor yang mempengaruhi
sehingga dapat bangkit untuk mewujudkan tujuan yang sudah direncanakan.
Faktor internal yang dapat mendorong lahinya organisasi pergerakan nasional
adalah...
A. Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia-Afrika
B. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905
C. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau
D. Masuk dan berkembangnya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika
E. Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia Tenggara
7. Setelah tahun 1908 muncul berbagai organisasi pergerakan di Nusantara.
Organisasi Budi Utomo di Nusantara berdiri pada tanggal....
A. 20 April 1908
B. 20 Mei 1908
C. 20 Juni 1908
D. 20 Juli 1908
E. 20 Agustus 1908
8. Pada tanggal 10 September 1912 kata Dagang dalam SDI dihilangkan sehingga
hanya menjadi Sarekat Islam saja. Alasan SDI berubah nama menjadi SI
karena...
A. Karena para anggotanya bukan lagi para pedagang tetapi dari seluruh
kalangan.
B. Karena SI ingin mefokuskan pada bidang agama saja.
C. Karena dengan menggunakan kata “dagang” SI banyak mendapat
tantangan dari para pedagang lokal.
D. Karena organisasi ini tidak hanya bergerak di bidang perdagangan saja,
tetapi juga pada bidang-bidang lainnya.
E. Karena dengan menggunakan kata “dagang” SI banyak mendapat
tantangan dari para pedagang asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
9. Sebuah organisasi yang besar pasti ada badan induk yang mengatur baik di
daerah maupun pusat. Badan induk yang bertugas mengkoordinasikan serta
memajukan organisasi SI daerah adalah....
A. ISDV (Indische Social Vereeniging).
B. SDI (Sarekat Dagang Islam).
C. SI (Sarekat Islam)
D. BU (Budi Utomo)
E. SSI (Sentral Sarekat Islam)
10. Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI nasional pertama di
Bandung. Sebuah istilah apa yang diputuskan dalam kongres tersebut...
A. Kebangsaan
B. Kemerdekaan
C. Nasional
D. Internasional
E. Perdamaian
11. Berdirinya sebuah organisasi pasti ada latar belakang yang
mempengaruhinya. Latar belakang yang mempengaruhi berdirinya organisasi
Muhammadiyah adalah...
A. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam
B. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Katolik
C. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama
Protestan
D. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Hindu
E. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Buddha
12. Jelaskan salah satu usaha yang dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah
bagi Nusantara, yaitu...
A. Mendirikan partai-partai politik di Nusantara
B. Mendirikan organisasi-organisasi pergerakan yang bergerak di bidang
politik
C. Mendirikan pusat-pusat perdagangan baik untuk lokal maupun asing
D. Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama, dari TK sampai
Perguruan Tinggi
E. Mendirikan pusat badan penyelengara keamanan untuka masyarakat lokal
13. Dalam gerakan Indische Partij ada tiga tokoh atau biasa di sebut dengan tiga
serangkai yang berperan penting. Nama lain dari tokoh Douwes Dekker dan
Suwardi Suryaningrat dari gerakan Indische Partij adalah....
A. Setyabudi Danudirjo dan Ki Hajar Dewantara
B. Setyabudi Danudirjo dan dr.Cipto Mangunkusumo
C. Ki Hajar Dewantara dan dr.Cipto Mangunkusumo
D. K.H. Ahmad Dahlan dan Setyabudi Danudirjo
E. dr.Cipto Mangunkusumo dan K.H. Ahmad Dahlan
14. Organisasi gerakan Indische Partij memiliki beberapa program kerja. Di
bawah ini yang tidak termasuk Program kerja gerakan Indische Partij
adalah...
A. Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
B. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang
pemerintahan maupun kemasyarakatan.
C. Memberantas usaha-usaha yang membangkuikan kebencian antara agama
satu dengan yang lain.
D. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
E. Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, masjid, dan
sebagainya.
15. Sebuah organisasi akan ada masa berdirinya, masa kejayaannya hingga masa
berakhirnya. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan gerakan Indische Partij.
Gerakan Indische Partij di Nusantara berakhir pada tahun...
A. 1912
B. 1913
C. 1914
D. 1915
E. 1919
16. Semua organisasi pergerakan nasional memiliki tujuannya masing-masing
baik untuk anggotanya maupun seluruh masyarakat Nusantara. Salah satu
tujuan didirikan organisasi pemuda pada tahun 1915 adalah...
A. Membuka lapangan kerja untuk semua golongan
B. Menambah pengetahuan umum untuk anggota para anggotanya
C. Mendirikan sekolah-sekolah murah untuk para pendatang asing
D. Membuka sekolah untuk menghasilkan tenaga kerja murah untuk
pemerintah kolonial
E. Membuka sekolah berbahasa Melayu untuk para turis yang datang ke
Indonesia
17. Pada tanggal 12 Juni 1918 diadakan kongres pertamanya di Solo. Dalam
kongres tersebut di ubah nama gerakan Trikora Dharmo (TKI) menjadi
gerakan....
A. Jong Java
B. Jong Ambonf
C. Jong Sumateranen Bond
D. Jong Minahasa
E. Jong Celebes
18. Setelah tahun 1908 muncul banyak pelajar baik dari Jawa, Ambon, Sumatera,
dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh yang berasal dari gerakan Jong
Sumateranen Bond adalah...
A. Moh. Yamin, Ir.Soekarno dan Bahder Johan
B. Moh.Hatta, Moh. Yamin, dan Sam Ratulangi
C. Moh.Hatta, Moh. Yamin, dan Bahder Johan
D. Moh.Hatta, Ir.Soekarno, dan Sam Ratulangi
E. Sam Ratulangi, Bahder Johan, dan Ir.Soekarno
19. Hasil yang diperoleh pada Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28
Oktober 1928 adalah....
A. Lahirnya sumpah Pemuda
B. Lahirnya Negara Indonesia
C. Lahirnya Undang-Undang Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
D. Lahirnya pancasila
E. Lahirnya lagu kebangsaan nasional
20.Perhatikan bagan di bawah ini!
1) Bertanah air yang satu, yaitu tanah air Indonesia
2) Bernegara yang satu, yaitu negara Indonesia
3) Berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia
4) Berbahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia
5) Berbudaya yang satu, yaitu budaya Indonesia
Urutan yang benar dari isi sumpah pemuda adalah....
A. 1,2,dan 4
B. 2, 3,dan 5
C. 3,4,dan 5
D. 4,5,dan 2
E. 1,3,dan 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUNCI JAWABAN
TES SIKLUS II PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SEJARAH INDONESIA
1. B
2. A
3. D
4. E
5. A
6. C
7. B
8. D
9. E
10. C
11. A
12. D
13. A
14. E
15. E
16. B
17. A
18. C
19. A
20. E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR JAWABAN
Nama :..............................................................................
Kelas :..............................................................................
1 A B C D E
11 A B C D E
2 A B C D E 12 A B C D E
3 A B C D E 13 A B C D E
4 A B C D E 14 A B C D E
5 A B C D E 15 A B C D E
6 A B C D E 16 A B C D E
7 A B C D E 17 A B C D E
8 A B C D E 18 A B C D E
9 A B C D E 19 A B C D E
10 A B C D E 20 A B C D E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
SIKLUS I
(Validitas) No
.Urut
Nama
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah
1 CHRL 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6
2 DGD 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
3 ES 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5
4 GT 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
5 BW 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 15
6 VRB 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16
7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17
8 MA 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16
9 VM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 17
10 RNY 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16
11 MNP 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16
12 FA 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
13 AY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 17
14 TN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18
15 MYN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 16
16 DDDP 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17
17 BS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17
18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
19 AGP 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12
20 AOF 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15
21 BS 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
rxy
0,137 0,464 0,478 0,623 0,396 0,387 0,643 0,643 0,008 0,369 0,599 0,382 0,667 0,694 0,617 0,617 0,237 0,464 0,505 0,413
r
Tabel 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433
t 253 4475 3591 5074 2918 2851 5324 5324 63 2714 4779 2806 5655 6052 5009 5009 1757 4475 3840 3054
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
(Reliabilitas)
No
.Ur
ut
Nama
Siswa
Skor
Total Ganjil Genap
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 CHRL 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5 3 2 9 4 6
2 DGD 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 7 7 49 49 49
3 ES 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 3 2 9 4 6
4 GT 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 2 1 4 2
5 BW 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 14 7 7 49 49 49
6 VRB 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 8 7 64 49 56
7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 8 9 64 81 72
8 MA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 8 8 64 64 64
9 VM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 16 7 9 49 81 63
10 RNY 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 8 7 64 49 56
11 MNP 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 8 8 64 64 64
12 FA 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 7 8 49 64 56
13 AY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 16 8 8 64 64 64
14 TN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 7 10 49 100 70
15 MYN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 15 7 8 49 64 56
16 DDDP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 8 9 64 81 72
17 BS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 8 8 64 64 64
18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80
19 AGP 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12 6 6 36 36 36
20 AOF 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 14 6 8 36 64 48
21 BS 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 7 7 49 49 49
Jumlah 20 15 16 1
3
1
6
15 15 15 16 13 18 16 16 14 15 14 15 16 12 290 140 150 101
0
1184 1082
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Diketahui :
∑X =140 ∑ X2
=1010
∑ Y = 150 ∑ Y2
=1184
N = 21 ∑XY = 1082 Jawaban:
<
∑ ;(∑ )(∑ )
* ∑ 2;(∑ )2+* ∑ 2;(∑ )2+
<
(21.1 82);(14 .15 )
(21.1 1 );(14 )2 (21.1184);(15 )2
<
22722;21
2121 ;196 ) (24864;225 )
<
1722
(161 )(2364)
<
1722
38 6 4
rxy = 1722
1 95
r xy = 0,883
Masukan hasil rxy ke rumus Sperman-Brown
r11= 2x 0,883
1 + 0,883
= 1,766
1,883
= 0,937
Mencari signifikan 2
1 2
t = 0 3 20 2
1 0 3 2
=0 3 20 2
1 0
= 0,937 1
0 123
= 0,937 x 4,242
0,350
= 3,974
0,350
t= 11,354
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
SIKLUS II
(Validitas)
NO Nama
Siswa Nomor Item Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jml
1 CHRL 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 11
2 DGD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17
3 ES 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11
4 GT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16
5 BW 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 15
6 VRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19
7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19
8 MA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19
9 VM 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
10 RNY 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18
11 MNP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19
12 FA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19
13 AY 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
14 TN 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17
15 MYN 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18
16 DDDP 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15
17 BS 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18
18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 18
19 AGP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19
20 AOF 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17
21 BS 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 11
Jumlah 19 19 19 19 17 19 17 15 19 16 19 15 18 20 17 19 17 17 17 14
rxy 0,340 0,709 0,709 0,091 0,278 0,709 0,379 0,463 0,340 0,544 0,709 0,337 0,015 0,489 0,324 0,709 0,600 0,228 0,600 0,549
R Tabel 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433
t 2497 6289 6289 713 205 6289 2784 3458 2497 4205 6289 2476 123 3689 2378 6289 4812 1695 4812 4253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
(Reliabilitas)
N
O
Nam
a
Siswa
Nomor Item Soal
Skor
Total
Ganji
l Genap
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20
1 CHR
L 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 10 5 5 25 25 25
2 DGD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 6 10 36 100 60
3 ES 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 10 3 7 9 49 21
4 GT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15 9 6 81 36 54
5 BW 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 6 8 36 64 48
6 VRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81
7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80
8 MA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81
9 VM 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 9 8 81 64 72
10 RNY 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80
11 MNP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 9 9 81 81 81
12 FA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80
13 AY 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 8 9 64 81 72
14 TN 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 8 9 64 81 72
15 MY
N 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 9 8 81 64 72
16 DDD
P 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 7 8 49 64 56
17 BS 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 9 8 81 64 72
18 YOAN
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 9 8 81 64 72
19 AGP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81
20 AOF 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16 8 8 64 64 64
21 BS 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 10 5 5 25 25 25
Jumlah 19 19 19 19 17 19 17 15 19 16 19 15 20 17 19 17 17 17 14 334 161 173 12
93 1469 1349
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Diketahui :
∑X =161 ∑ X2
=1293
∑ Y = 173 ∑ Y2
=1469
N = 21 ∑XY = 1349 Jawaban:
<
∑ ;(∑ )(∑ )
* ∑ 2;(∑ )2+* ∑ 2;(∑ )2+
<
(21.1349);(161.173)
(21.1293);(161)2 (21.1469);(173)2
<
28329;27853
27153;25921) (3 849;29929)
<
476
(1232)(92 )
<
476
113344
rxy = 476
1 64
r xy = 0,447
Masukan hasil rxy ke rumus Sperman-Brown
r11= 2x 0,447
1 + 0,447
= 0,894
1,447
= 0,617
Mencari signifikan 2
1 2
t = 0 1 20 2
1 0 1 2
=0 1 20 2
1 0 3 0
= 0,617 1
0 2
= 0,617 x 4,242
0,787
= 2,617
0,787
t= 3,325
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8
DOKUMENTASI SIKLUS I
Proses Kegiatan Pembelajaran di Kelas Diskusi Kelompok Ahli di kelas
Diskusi Kelompok Asal di Kelas Presentasi Kelompok di Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related