peningkatan prestasi belajar sejarah melalui …

200
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: FRANSINA WALLY 151314016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

FRANSINA WALLY

151314016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

FRANSINA WALLY

151314016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Roh Kudus tidak pernah berhenti

memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah kepada saya.

2. Kepada kedua orang tua saya (Yance Wally dan Orpa Tuu), kakak saya

(Yael Wally), adik-adik saya (Herlina Wally, Ester Wally, Novela Wally,

Joris Jessey Antonius Wally, dan Antonius Nahum Debem), yang sangat

mendukung saya dengan dukungan jasmani dan rohani, serta untuk semua

keluarga dan teman-teman yang saya cintai yang selama ini sangat

mendukung saya.

3. Kepada mereka selalu tanya kapan lulus atau wisuda, saya ucapkan terima

kasih atas pertanyaan tersebut memberikan saya motivasi untuk lulus dari

kuliah saya ini.

4. Kepada diri saya sendiri, saya berterima kasih karena tidak pernah

berputus asa untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka semua itu akan

ditambahkan kepadamu”

(Matius 6:33)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”

(Matius 7:7)

“Jangan sesaat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa

yang ditabur orang, itu yang akan dituainya”

(Galatia 6:7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS X PEMASARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL

Fransina Wally

Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian tindakan kelas dilakukan bertujuan untuk peningkatan prestasi

belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa

kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.

Metode penelitian ini mengacu pada penelitian tindakan Kurt Lewin, yaitu

melalui empat tahap: (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3)

observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Subyek penelitian adalah pada

siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul berjumlah 21 siswa. Objek

penelitian ini adalah prestasi belajar sejarah dan model kooperatif tipe jigsaw.

Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen observasi,

wawancara, tes dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik

deskriptif komparasi dengan prosentase.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setelah menerapkan model

pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Pada aspek

kognitif pra siklus nilai rata-rata siswa mencapai 68,80, pada siklus I mengalami

peningkatan menjadi 70,24, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,81.

Sedangkan prosentase siswa yang mencapai KKM pada pra siklus 71,42%

meningkat pada siklus I menjadi 80,95%, dan siklus II meningkat menjadi

85,71%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus

hingga siklus II telah mengalami peningkatan dari segi kognitif, hal tersebut

didukung oleh aspek afektif dan psikomotorik yang hasilnya sesuai dengan

tindakan kelas yang sudah direncanakan.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Pembelajaran Sejarah, Model Pembelajaran

Kooperatif, dan Tipe Jigsaw

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF HISTORICAL ACHIEVEMENT THROUGH

COOPERATIVE LEARNING MODELS IN JIGSAW TYPE ON CLASS X

MARKETING STUDENTS IN SMK PUTRA TAMA BANTUL

Fransina Wally

Sanata Dharma University

2020

Classroom action research was carried out with the aim to increase

historical learning achievement through the jigsaw cooperative learning model in

class X Marketing students in SMK Putra Tama Bantul.

This research method refers to Kurt Lewin's action research, consisting of

four stages: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. The

research subjects were 21 students of Class Marketing at Putra Tama Bantul

Vocational School. The object of this research is historical learning achievement

and cooperative model of jigsaw type. Data collection techniques were carried

out using observation instruments, interviews, tests, and documentation, while the

data analysis technique was comparative descriptive with percentages.

The results showed that applying the jigsaw type of learning model can

improve historical learning achievement. In the pre-cycle the average value of the

students reached from 68.80, in the first cycle to 70.24, and in the second cycle

increased to 83.81. While the percentage of students who reached KKM in the

pre-cycle 71.42% was increased in the first cycle to 80.95%, and the second cycle

increased to 85.71%. Based on these data it can be concluded that from pre-cycle

to cycle II, there was increase because of the planned class actions.

Key Words: Learning Achievement, Historical Learning, Cooperative Learning

Model, and Jigsaw Type

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………............... i

HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING…………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. iv

HALAMAN MOTTO………………………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….. vii

ABSTRAK…………………………………………………………………… viii

ABSTRACT………………………………………………………………….. ix

KATA PENGANTAR………………………………………………………. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xvi

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Maslah……………………………………………….. 1

B. Identifikasi Permasalahan……………………………………………. 9

C. Batasan Masalah……………………………………………………… 9

D. Rumusan Masalah……………………………………………………. 9

E. Pemecahan Masalah………………………………………………….. 9

F. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 10

G. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 10

BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN …………………………...

12

A. Landasan Teori……………………………………………………….. 12

B. Penelitian Relevan…………………………………………………..... 38

C. Kerangka Berpikir…………………………………………………..... 40

D. Hipotesis Penelitian………………………………………………....... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 42

A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 42

B. Setting Penelitian……………………………………………………... 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

C. Subyek Penelitian…………………………………………………….. 44

D. Objek Penelitian……………………………………………………… 44

E. Variabel-Variabel Penelitian…………………………………………. 44

F. Definisi Operasional………………………………………………….. 44

G. Metode Pengumpulan Data…………………………………………... 45

H. Instrumen Pengumpulan Data………………………………………... 46

I. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….. 48

J. Desain Penelitian……………………………………………………... 51

K. Analisis Data…………………………………………………………. 51

L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……………………………………... 58

M. Indikator Keberhasilan Penelitian……………………………………. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………... 63

A. Hasil Pelaksanaan Penelitian…………………………………………. 63

B. Pembahasan…………………………………………………………... 108

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………………. 114

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 114

B. Implikasi……………………………………………………………… 115

C. Saran………………………………………………………………….. 115

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 117

LAMPIRAN…………………………………………………………………. 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif………………………………….. 32

Tabel 2. Keterangan penilaian acuan PAP I………………………………….. 52

Tabel 3. Analisis prosentase prestasi belajar…………………………………. 53

Tabel 4. Analisis prosentase aktivitas belajar………………………………... 53

Tabel 5. Analisis kegiatan presentasi belajar………………………………… 53

Tabel 6. Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan

Siklus I………………………………………………………………………...

54

Tabe 7. Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus

II………………………………………………………………………………

54

Tabel 8. Analisis komparasi kegiatan presentasi siklus I dengan siklus II…... 55

Tabel 9. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus Dengan Siklus I…... 55

Tabel 10. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II …… 55

Tabel 11. Insrumen Aktvitas belajar siswa………………………………..…. 56

Tabel 12. Instrumen Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa………………….. 57

Tabel 13. Instrumen Pengamatan Kegiatan Presentasi Siswa ………………. 57

Tabel 14. Data aktivitas belajar sejarah siswa pra siklus……………………. 65

Tabel 15. Data prosentase aktivitas belajar sejarah pra siklus……………….. 66

Tabel 16. Data prestasi belajar sejarah siswa pra siklus……………………… 67

Tabel 17. Data prosentase prestasi belajar sejarah siswa pra siklus………….. 68

Tabel 18. Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus I ……….. 74

Tabel 19. Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I………… 76

Tabel 20. Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I ………... 77

Tabel 21. Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus

I………………………………………………………………………………..

79

Tabel 22. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I……………………… 80

Tabel 23. Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I …………. 81

Tabel 24. Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus II ……….. 86

Tabel 25. Data Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………………... 88

Tabel 26. Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II………... 89

Tabel 27. Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II…… 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

Tabel 28. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II …………………….. 92

Tabel 29. Data Prosentase prestasi Belajar Siswa Siklus II………………….. 93

Tabel 30. Data komparasi aktivitas siswa pra siklus dengan siklus I……….. 95

Tabel 31. Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus

I………………………………………………………………………………..

96

Tabel 32. Data komparasi aktivitas siswa pada siklus I dengan siklus II……. 98

Tabel 33. Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II

………………………………………………………………………………...

99

Tabel 34. Data komparasi kegiatan siswa siklus I dengan siklus II………… 100

Tabel 35. Data prosentase kegiatan belajar siklus I dengan siklus II………... 101

Tabel 36. Data komparasi prestasi pra siklus dengan siklus I………………... 103

Tabel 37. Data prosentase komparasi prestasi pra siklus dengan siklus I……. 104

Tabel 38. Data komparasi prestasi siklus I dengan siklus II…………………. 105

Tabel 39. Data prosentase komparasi prestasi siklus I dengan siklus II……... 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian…………………………………………….. 121

Lampiran 2. Wawancara guru dan siswa…………………………………….. 122

Lampiran 3. Silabus…………………………………………………………... 131

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………………… 134

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………………….. 158

Lampiran 6. Validitas dan reliabilitas siklus I………………………………... 182

Lampiran 7. Validitas dan reliabilitas siklus II……………………………… 185

Lampiran 8. Dokumentasi……………………………………………………. 188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Marzuki adalah usaha masyarakat dalam

mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat

dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Yang mana dapat di tandai dengan

pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia.1

Sehingga pendidikan sebagai sarana untuk menyiapkan para genarasi muda dalam

mengolah dan menjaga warisan budaya sudah ada sejak nenek moyang kita atau

dengan kata lain pendidikan sebagai sarana untuk menyediakan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka mampu mengelola kebudayaan-

kebudayaan yang ada. Setiap generasi muda boleh mengikuti perkembangan

zaman, tetapi terus mempertahankan budaya sendiri atau memperkenalkan pada

dunia tentang kebudayaan bangsa Indonesia melalui pengetahuan yang sudah ia

dapatkan selama belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Ilmu

tersebut sebagai pedoman generasi muda untuk mempertahankan dan

mengembangkan kebudayaan Indonesia.

Adapun dapat dipahami, pendidikan merupakan aspek penting bagi

manusia modern dewasa ini, sebab semua yang dikembangkan atau dijalankan

manusia modern berkaitan dengan cara kerja yang menggunakan daya berpikir

bukan menggunakan otot yang tidak perlu wawasan intelektual yang luas dengan

1 Marzuki dalam Lilis Widayanti,Lukman Hakim, Pembelajaran Kooperatif Tpe Jigsaw Sebagai

Upaya Pendidikan Karakter Pada Mata Kuliah Operation Research, dalam Jurnal Matematika

dan Pendidikan Matematika Vol.II, 1 Maret 2013, hlm.79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

melihat saja pasti bisa. Namun hal tersebut, sudah tidak lagi begitu penting

terutama dalam dunia kerja di perusahan, kantor, dan lain-lain. Dalam dunia kerja

tersebut membutuhkan wawasan intelektual yang luas agar mampu

mengembangkan suatu usaha. Sehingga pendidikan merupakan sebuah wadah

yang disediakan oleh pemerintah untuk mengubah cara berpikir seseorang,

pemerintah dapat menyediakan manusia muda yang berwawasan intelektual luas

untuk dapat menjalankan kehidupan modern yang semakin kompleks. Kehidupan

modern pastinya membutuhkan orang-orang yang berpendidikan terutama dalam

dunia kerja di perusahan, kantor-kantor pemerintah, dan lain-lain. Oleh sebab itu,

setiap negara termasuk Indonesia berupaya untuk mencerdaskan warga negaranya

dengan membuat sekolah-sekolah formal guna untuk membuat warga masyarakat

dapat berpendidikan dan mampu bersaing dalam dunia kerja maupun dalam

masyarakat. Setiap negara termasuk Indonesia cara belajar siswa berbeda-beda,

karena hal tersebut sudah dapat dirancang oleh pemerintah dalam kurikulum yang

ada sesuai dengan tujuan negaranya.2

Selaras dengan upaya tersebut pemerintah telah menekankan kurikulum

20133, jika dipahami kurikulum 2013 lebih baik karena siswa juga terlibat aktif

dalam setiap mata pelajaran khususnya pelajaran sejarah. Kurikulum 2013 dapat

menekankan pada tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik

(keterampilan), dan afektif (sikap) yang diberikan di dalam kelas secara langsung

dan tidak langsung. Secara langsung adalah pengetahuan dan keterampilan

2 Nur’Aeni, & Mohammad Nurjaman, Pengantar Pendidikan, Jakarta Selatan, Unindra Press,

2012., hlm. 9, dan 12-13 3 Dilihat UU No.20 tahun 2003 dalam H.E.Mulyasa, Pengembangan Kurikulum dan Implementasi

Kurikulum 2013, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2017,hlm.20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

sedangkan secara tidak langsung adalah penilaian sikap. Sistem penilaian dapat

digolongkan menjadi 3 aspek, penilaian kognitif (pengetahuan), penilaian

psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap) yang perlu dikaji sebagai

berikut:4

1. Penilaian kognitif adalah berkaitan dengan kemampuan siswa memahami

materi. Metode penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, hal-hal

yang dinilai: nilai harian (NH), nilai Ulangan Tengah Semester (NTS), dan

nilai akhir semester (NAS). Nilai harian (diambil dari nilai tes tertulis,tes lisan,

dan penugasan dari setiap Kompetensi Dasar (KD), rerata nilai harian (RNH)

merupakan rerata dari semua tugas seperti nilai tes tertulis,tes lisan, dan

penugasan dari setiap Kompetensi Dasar (KD), dan capaian Kompetensi

Pengetahuan adalah hasil akhir dari RNH, NTS, dan NAS.

2. Penilaian psikomotorik adalah perolehan nilai dari keterampilan yang

dihasilkan siswa. Proses penilaian siswa harus mendemonstrasikan sesuatu

dengan cara tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen penilaian

dapat berupa daftar cek atau skala yang dilengakapi rubrik5. Penilaian

keterampilan dalam kurikulum 2013 terdiri atas: tes praktik adalah penilaian

yang menuntut respon siswa untuk melakukan suatu hal yang sesuai dengan

tuntutan kompetensi, tes proyek adalah tugas-tugas belajar terdiri atas kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan baik lisan maupun tertulis dalam

kurun waktu tertentu, penilaian produk adalah menilai hasil dari proses

4 Amirono,M.T dan Daryanto, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013, Malang,

Gava Media, 2016, hlm. 250-255 5 Rubrik adalah daftar kriteria yang akan menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep

yang akan dinilai, dan sebagai tingakatan mutu yang paling sempurna sampai pada yang paling

buruk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

pembuatan dan kualitas atau isi dari suatu produk, dan penilian portofolio

adalah menilai hasil dari seluruh karya siswa yang bersifat reflektif-integratif,

untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas siswa dalam

kurun waktu tertentu.

3. Penilaian afektif (sikap) adalah berkaitan dengan penilaian sikap selama siswa

mengikuti proses pembelajaran. Metode penilaian afektif (sikap) melalui

observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Penilaian sikap

dapat berkaitan dengan suka atau tidak suka seorang siswa terhadap mata

pelajaran yang sedang ia belajar khususnya pelajaran sejarah.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

kurikulum 2013, ketiga aspek sudah dibahas itu sebagai patokan dalam penilaian

kegiatan belajar siswa di sekolah. Siswa diberi kewajiban untuk melakukan semua

tugas dari guru, sebagai haknya guru akan memberikan nilai dari hasil kerja siswa.

Tidak hanya untuk nilai , disini guru melatih siswa untuk bertanggung jawab, dan

mendapatkan pengetahuan baru dari kewajiban tersebut.

Dalam menentukan prestasi belajar sejarah ada 3 ranah yang perlu

diperhatikan oleh guru sejarah, yakni : (1) ranah kognitif; (2) afektif dan (3)

psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2009), ranah kognitif berkenaan dengan

hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah

psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak.6 Untuk aspek kognitif dan psikomotorik guru sejarah dengan mudah

mengetahuinya seberapa besar siswa dapat mempelajari mata pelajaran sejarah

6Nana Sudjana (2009) dalam Suhartini & Sukanti, Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Akuntansi, dalam Jurnal Pendidikan Akuntansi

Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014, hlm. 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

dengan serius. Jika siswa serius maka hasil tesnya pun baik. Sedangkan aspek

afektif guru sejarah harus tahu betul mengenai karakteristik siswa di kelas. Agar

dalam penentuan sikap siswa guru tidak hanya menebak tetapi langsung

menentukan sikap siswa yang sebenarnya. Sehingga cara untuk membantu guru

sejarah dalam menentukan prestasi belajar sejarah dengan menggunakan metode

atau strategi mengajar yang tepat, dimana membangun motivasi belajar siswa

terhadap pembelajaran sejarah.

Dewasa ini semua negara termasuk Indonesia berkompetensi dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan sebagai segmen penting terutama

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar tingkat kesejahteraan

masyarakat dapat ditingkatkan. Maka lembaga yang diberi tanggung jawab adalah

sekolah. Sekolah merupakan tempat menghasilkan sumber daya manusia

berkualitas. Selain itu, tempat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan

siswa dalam menyiapkan siswa agar mampu menjawab tantangan zaman yang

selalu berubah dan mampu bersaing di masa depan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, setiap sekolah berusaha untuk

meningkatkan kemampuan bagi lulusannya.7 Dengan demikian, tingkat

kesejahteraan dapat meningkat atau tidak di negara Indonesia semua kembali pada

pendidikan. Jika pendidikannya baik maka tingkat kesejahteraan masyarakat

semakin tinggi karena mereka telah memiliki kemampuan untuk mengelolah

tradisi dan budaya di Indonesia.

7 Djemari Marhadapi, Pengukuran, penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Parama

Publishing, 2017, hlm. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Setiap pergantian menteri pendidikan ada perubahan atau perbaikan

kurikulum. Adanya pergantian atau perubahan kurikulum pastinya ada beberapa

hal yang dihilangkan atau ditambahkan sesuai dengan tujuan pendidikan di

Indonseia. Dengan adanya perubahan tersebut seorang guru sejarah harus bersedia

untuk menerima perubahan yang ada terutama dalam menerapkan pembelajaran di

kelas, seperti sekarang setiap sekolah menerapkan kurikulum 2013. Dalam

kurikulum tersebut lebih menekankan pada siswa aktif. Sedangkan guru sebagai

mediator, motivator, dan fasilitator. Oleh sebab itu, guru tetap mengawasi

kegiatan belajar siswa dan membantu kesulitan belajar siswa dengan menyediakan

model pembelajaran yang bervariasi sesuai materi agar menarik minat belajar

siswa baik di kelas maupun di luar kelas seperti lab maupun lingkungan sekolah

lainnya agar meningkatkan prestasi belajar sejarah khususnya.

Dalam pembelajaran sejarah sangat diperlukan model pembelajaran yang

bervariasi sebab selama ini kegiatan pembelajaran sejarah ada beberapa guru

yang hanya menggunakan satu model pembelajaran sehingga keaktifan siswa

sangat kurang bahkan tidak aktif. Dengan demikian, dari semua model yang ada,

model yang dianggap cocok untuk digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sebab dalam model ini dapat membantu siswa untuk aktif

dalam proses pembelajaran sejarah di kelas. Model tersebut dapat membantu

siswa turut terlibat dalam pembelajaran sejarah. Mereka berperan aktif secara

bersama-sama dalam sebuah kelompok yang heterogen, serta memiliki tanggung

jawab masing-masing selama proses belajar mengajar berlangsung. Inilah tujuan

yang diharapkan dari proses pembelajaran sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Sebelum mengetahui sebab rendahnya prestasi belajar sejarah di SMK

Putra Tama Bantul, sebaiknya mengetahui tentang letak geografis sekolah, sarana

kegiatan sekolah, dan fasiltas sekolah. SMK Putra Tama Bantul, terletak di

kelurahan Bantul, kecamatan Bantul, kabupaten Bantul, provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Sekolah tersebut menyediakan beasiswa bagi siswa/i yang

orang tuanya kurang mampu, fasilitas yang disediakan berupa sekolah dan asrama

putra/i. Asrama bertujuan untuk menampung siswa/i yang tempat tinggal di luar

Yogyakarta atau khsusunya wilayah Bantul. Dengan adanya fasilitas tersebut,

dimaksudkan bahwa kegiatan belajar berlangsung lebih baik dan tepat waktu.

Terkait pembelajaran sejarah di sekolah ini, hasil wawancara kepada siswa

kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul, menunjukkan bahwa guru

masuk ke kelas dengan memberi ceramah dan menulis di papan tulis tanpa

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak banyak menggunakan

model pembelajaran sejarah sehingga para siswa merasa jenuh untuk mempelajari

materi sejarah.

Sedangkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah,

menyatakan bahwa siswa kebanyakan tidak memiliki minat untuk belajar sejarah

sehingga prestasi siswa yang mencapai KKM sangat minim yang mana guru harus

melakukan berbagai pertimbangan, seperti kehadiran siswa, rajin mengumpulkan

tugas, dan lain-lain. Dengan melakukan pertimbangan tersebut ada beberapa siswa

dapat lulus mencapai KKM. Jika hanya menilai dari hasil ulangan, kebanyakan

siswa tidak lulus KKM.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa di atas ada beberapa

masalah yang perlu untuk dipecahkan. Masalah-masalah tersebut ada tiga

masalah, yakni (1) guru hanya menerapkan satu model/metode pembelajaran, (2)

siswa kurang aktif selama proses pembelajaran sejarah, (3) rendahnya prestasi

belajar sejarah. Dari permasalah-permasalahan tersebut dapat dilihat dari dua

faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti

perhatian, bakat, kematangan, kesiapan, minat, motivasi, kecerdasan, dan

kesehatan siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar/

bukan dari siswa, faktor ini berkaitan dengan kondisi keluarga di rumah, keadaan

sekolah seperti fasiltas kelas /lab, lingkungan sekolah, media pembelajaran, bahan

ajar, model pembelajaran, dan lain-lain, lingkungan masyarakat sekitar sekolah,

teman sebaya, serta guru mata pelajaran sejarah. Kedua faktor tersebut sebagai

pendukung untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah.

Untuk mengatasi masalah di atas, model yang digunakan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena model ini memiliki kelebihan, yaitu

(1) memiliki hubungan yang positif antar sesama yang memiliki kemampuan

belajar yang berbeda; (2) adanya bimbingan belajar antar anggota kelompok; (3)

siswa merasa mereka memiliki harga diri yang tinggi; (4) memperbaiki kehadiran,

artinya menarik minat siswa untuk mempelajari sejarah; (5) saling menerima

perbedaan; (6) sikap apatis berkurang; (7) pemahaman materi lebih dalam; (8)

meningkatkan motivasi belajar. Berdasarkan kelebihan ini diharapkan siswa dapat

terlibat aktif selama proses pembelajaran sejarah, keaktifkan siswa dalam proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

pembelajaran sejarah karena mereka mendapatkan kewajiban masing-masing yang

harus mereka pertanggungjawabkan kepada anggota kelompoknya.

B. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasikan permasalahan

sebagai berikut:

1. Guru tidak menerapkan model pembelajaran bervariasi

2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sejarah

3. Tingkat prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah rendah

4. Siswa kurang berminat untuk mempelajari materi sejarah

C. Batasan Masalah

Pada batasan masalah, penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan prestasi

belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa

kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Apakah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

prestasi belajar sejarah?

E. Pemecahan Masalah

Cara menyelesaikan permasalahan di atas dengan menggunakan jenis

penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model kooperatif tipe

jigsaw. Model ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah.

Adapun kelebihan model kooperatif tipe jigsaw adalah setiap siswa harus bekerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, serta setiap siswa

memperoleh kewajiban masing-masing untuk dipertanggungjawabkan ke anggota

kelompoknya.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama

Bantul.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan kajian ilmiah yang dapat

digunakan sebagai pijakan untuk penelitian berikutnya khusus penelitian

tindakan kelas (PTK).

2. Bagi Pendidikan Sejarah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian tindakan kelas

(PTK) dan sebagai file yang mendukung akreditasi prodi Pendidikan Sejarah.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini sebagai patokan yang dapat digunakan untuk melihat

sekolah mengalami prestasi belajar sejarah yang rendah, serta memberikan

gambaran atau solusi bagi sekolah SMK Putra Tama Bantul sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

4. Bagi Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi untuk

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa di SMK Putra Tama Bantul.

5. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru untuk meningkatkan

prestasi belajar dalam mata pelajaran sejarah yang kreatif. Juga memberikan

gambaran tentang cara mengolah/ mengembangkan model pembelajaran yang

bervariasi agar proses pembelajaran tidak membosankan melainkan dapat

menarik minat siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

6. Bagi Peneliti (Mahasiswa)

Penulisan karya ilmiah yang dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memberikan pengalaman bagi

peneliti mengenai penerapan model pembelajaran yang bervariasi dalam

pembelajaran sejarah, serta sebagai bekal bagi peneliti untuk mengembangkan

berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut

psikologi, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.8 Ada pun

teori belajar menurut Gagne merupakan hasil dari behaviorisme dan kognitivisme

untuk menghasilkan hasil belajar yang kompleks yang terdiri dari keterampilan,

pengetahuan, dan sikap.9

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku siswa berdasarkan

interaksi dengan lingkungan sekolah baik guru, sesama siswa maupun para

karyawan, hal-hal tersebut sebagai pendukung perubahan intelektual dalam

pembelajaran sejarah siswa yang sifatnya bertahan lama (permanen). Pengalaman

sebagai pendukung hasil belajar siswa sehingga perubahan siswa merupakan

sebuah pengalaman siswa selama ia belajar, tetapi bukan perubahan atau

pertumbuhan secara fisik.

Definisi belajar menurut beberapa ahli, (1) Gagne belajar adalah stimulus

bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya sebelum dan

8 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2010, hlm.20.

9https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pdf

,diakses tangal 19 November 2019, pukul 19:56 Wib.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

sesudah mengalami situasi (belajar) akan berbeda, (2) Hintzman belajar adalah

perubahan akibat pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku, (3) Kimbel

belajar adalah perubahan permanen akibat dari praktik yang diperkuat,(4) Howard

L. Kingsleny Belajar adalah proses mengubah tingkah laku melalui praktik atau

latihan.10

Jadi belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

pegalaman belajar di lingkungan sekolah. Yang mana dapat dilihat dari

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti Peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-

lain. Sehingga perubahan tersebut dapat menjadi patokan keberhasilan proses

belajar yang dapat dialami oleh siswa.11

a. Adapun teori pembelajaran yang mendukung kajian ini: (1) behaviorisme; (2)

kognitivisme ;(3) kontruktivisme.12

1) Pembelajaran behaviorisme

Menurut Good et. al.(1973) yang dikutip oleh Subakti (2010),

menyatakan bahwa teori pembelajaran behaviorisme memiliki 3 faktor utama,

yakni faktor rangsangan (stimulus), respon (response) serta penguatan

(reinforcement). Yang mana teori tersebut menggunakan lingkungan sebagai

pemberi rangsangan dan respon serta penguatan. Jika dikaitkan dengan dunia

belajar mengajar sejarah di kelas ada dua pemeran, yakni ada yang sebagai

pemberi dan sebagai penerima rangsangan sehingga disebut sebagai respon,

10

Ibid., hlm. 54 11

Ibid.,hlm.55 12

Y.R,Subakti, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme, dalam Jurnal Spps

Vol 24 No 1 April 2010, hlm. 5-7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

pemberi rangsangan adalah guru sejarah, dan penerima rangsangan adalah

siswa, siswa yang menerima rangsangan disebut sebagai respon siswa. Jika

siswa memberi respon positif maka guru memberikan penghargaan agar siswa

lebih giat lagi untuk belajar materi sejarah, tetapi responnya negatif maka guru

tidak memberikan penghargaan tetapi memberikan sanksi agar siswa benar-

benar belajar di kelas.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Thorndike (2001) yang dikutip

oleh Subakti (2010), menyatakan bahwa ketika siswa merespon pembelajaran

secara positif diberi penghargaan oleh guru, artinya selama siswa ikut aktif

dalam proses pembelajaran maka guru dapat memberikan penghargaan agar

siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran, sedangkan tingkah laku

negatif tidak diberi apa-apa, artinya selama proses pembelajaran siswa kurang

aktif guru dapat memberikan hukuman agar siswa mau aktif mengikuti proses

pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa seorang guru

sejarah harus mampu menyediakan lingkungan belajar menarik dengan

menerapkan model, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan topik

materi, hal tersebut dapat membantu guru sejarah untuk menarik perhatian siswa

dalam pembelajaran sejarah. Dalam pembelajaran sejarah jika siswa yang

memberikan respon yang sesuai dengan materi sejarah maka guru harus

memberikan penghargaan agar siswa memiliki minat belajar materi sejarah, serta

siswa merasa belajar sejarah itu menyenangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2) Pembelajaran kognitif

Pembelajaran berdasarkan teori kognitif menyatakan bahwa siswa

memproses informasi dan pelajaran melalui sebuah upaya yang mengorganisir,

menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru

dengan pengetahuan yang telah ada. Pendapat ini senada dengan pendapat,

pembelajaran menurut Hartley & Davies (1978) yang dikutip oleh Subakti

(2010), yang mana mereka membagi prinsip-prinsip kognitifisme dalam

melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran, yang meliputi: (1) siswa

akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut

disusun berdasarkan pola dan logika tertentu; (2) penyusunan materi pelajaran

harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan

baik siswa harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana; (3) belajar

dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu

yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya.

Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui

sebelumnya; dan (4) adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan

karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini

meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan sukses dan lain-

lain.

Dapat dipahami bahwa teori di atas dapat menekankan pada bagaimana

informasi (pengetahuan) diproses dimulai dengan cara mengorganisir siswa baik

secara berkelompok atau individu, kedua menyimpan sebuah informasi yang

didapatkan bersama atau individu kemudian menghubungkan materi baru tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dengan pengetahuan sebelumnya. Sedangkan tugas guru sejarah tetap mengawasi

jalannya proses mencari informasi materi sejarah agar kegiatan pembelajaran

berjalan sesuai dengan yang direncanakan serta semua siswa dapat memahami

materi sejarah secara mendalam, baik materinya maupun nilai-nilai yang

terkandung dalam materi tersebut sebagai bekal untuk masa depan mereka. Untuk

mencapai hal tersebut, guru sejarah harus menerapkan model pembelajaran yang

bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maka siswa memiliki motivasi yang

besar untuk mempelajari materi sejarah, sehingga prestasi belajar sejarahpun

dapat meningkat.

3) Pembelajaran kontruktivisme

Paham ini, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta

memindahkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna.

Artinya siswa harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan

pengalamannya masing-masing atau siswa yang harus aktif sendiri selama

pembelajaran berlangsung, karena pembelajaran adalah hasil dari usaha siswa

itu sendiri dengan cara siswa masuk pada realitanya untuk menemukan

pengetahuan baru dengan menghubungkan pada pengetahuan sudah ada.

Senada dengan John Dewey yang dikutip oleh Subakti (2010) mengatakan

bahwa seorang guru yang kreatif dan pandai harus melaksanakan pengajaran

dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara

berkesinambungan. Ia juga menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di

dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran, hal tersebut berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

dengan siswa aktif berkreasi sehingga menghasilkan kemampuan belajar

kognitif, afektif, serta psikomotorik.

Dapat dijelaskan bahwa guru sejarah hanya sebagai penyedia sarana

belajar mengajar di kelas, dan siswa yang mengembangkan pengetahuan tersebut

berdasarkan pengalamannya. Guru tetap berperan dalam membimbing siswa

dengan menyediakan model dan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan

topik yang sedang dibahas, agar membantu siswa aktif. Selain itu, dalam kegiatan

belajar mengajar seorang guru harus memberikan gambaran tentang materi yang

dipelajari, terutama dalam pembelajaran sejarah karena materi tersebut

membahas tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, sehingga siswa pastinya

mengalami kesulitan untuk memahaminya. Oleh sebab itu seorang guru sejarah

perlu menyediakan model dan media pembelajaran yang relevan atau

mengkontekstualkan dengan kehidupan sehari-hari pada masa kini, agar

mempermudah siswa dalam mencari tahu informasi baru dengan menghubungkan

pada informasi sebelumnya.

b. Prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran sebagai berikut :13

1) Setiap siswa dapat memilih materi yang harus dia pelajari tanpa ada paksaan

dari siapapun.

2) Setiap siswa belajar berdasarkan tempo atau kecepatan masing-masing, yang

berbeda dengan siswa lainnya.

3) Siswa akan belajar dengan giat apabila memperoleh penguatan

(reinforcement) dalam setiap langkah dalam belajar sehingga ia termotivasi

untuk mempelajarinya.

4) Penguasaan terhadap setiap langkah pembelajaran memungkinkan siswa

untuk belajar secara lebih berarti atau bermakna.

5) Apabila siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran

sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, ia akan lebih termotivasi untuk

belajar dan kemampuan mengingat yang dimilikinya akan lebih baik.

13

Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran: Inovatif, Kreatif, dan

Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, Bandung, Pustaka Setia, hlm. 59-60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Berdasarkan prinsip di atas, siswa memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam proses pembelajaran. Setiap siswa pasti memiliki kriteria masing-masing

maka guru sejarah harus peka dalam mengetahui prinsip-prinsip di atas. Untuk

membantu siswa belajar lebih giat dan bersemangat demi mencapai cita-cita

mereka.

c. Jenis-jenis perilaku belajar ada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif,

dan ranah psikomotor.14

1) Ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom et.al. terdiri atas enam jenis

perilaku belajar, adalah sebagai berikut:

a) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat hal-hal

yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan tersebut

berkaitan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau

metode.

b) Pemahaman, adalah kemampuan siswa untuk menangkap intisari dari

hal-hal dipelajarinya.

c) Penerapan adalah kemampuan menerapkan metode atau kaidah dalam

memecahkan suatu masalah.

d) Analisis adalah kemapuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian yang tidak terpisahkan sehingga terstruktur keseluruhannya dapat

dipahami dengan baik.

e) Sintesis adalah kemampuan untuk membentuk pola baru.

f) Evaluasi adalah kemampuan untuk membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

2) Ranah Afektif

Ranah ini dikembangkan oleh Krathwohl dan Bloom et.al terdiri dari lima

jenis ranah afektif,:

a) Penerimaan, berkaitan dengan kepekaan tentang hal tertentu dan

ketersediaan memperhatikan hal tersebut.

b) Partisispasi,berkaitan dengan kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan

c) Penilaian dan penentuan sikap, berkaitan dengan penerimaan terhadap

suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

d) Organisasi,berkaitan dengan kemampuan membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan hidup.

14

Ibid, hlm. 67-70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

e) Pembentukan pola hidup,berkaitan dengan kemampuan menghayati nilai

dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

3) Ranah Psikomotor

Ranah ini dikembangkan oleh Simpson, ia membagi tujuh perilaku.

a) Persepsi,berkaitan dengan dengan kemampuan memilih-milih

(mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari perbedaannya.

b) Kesiapan,berkaitan dengan kemampuan menempatkan diri dalam suatu

keadaan yang didalamnya terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

Kemampuan ini mencangkup aktivitas jasmani dan rohani (mental).

c) Gerakan terbimbing, berkaitan dengan kemampuan melakukan gerakan

sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan yang dilakukan oleh orang

lain.

d) Gerakan terbiasa, berkaitan dengan kemampuan melakukan gerakan-

gerakan tanpa contoh.

e) Gerakan kompleks, berkaitan dengam kemampuan melakukan gerakan

atau keterampilan yang kompleks secara tepat, efisien, dan lancar.

f) Penyesuaian pola gerakan,berkaitan dengan mengadakan perubahan dan

penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g) Kreativitas, berkaitan dengan kemampuan melahirkan pola gerakan baru

atas dasar prakarsa sendiri.

Dari ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan satu

kesatuan yang saling berkaitan. Sebuah perubahan dapat dimulai dari tingkat

dasar (rendah) hingga tingkat tinggi. Maka, peran guru sejarah harus membimbing

setiap siswa dalam mencapai tahap-tahap tersebut agar mereka dapat memahami

dan mengambil nilai-nilai sebagai manfaat untuk diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.15

1) Faktor internal, faktor yang ada dalam diri siswa seperti faktor jasmaniah,

yaitu berkaitan dengan kesehatan siswa dapat berpengaruh pada kegiatan

15

Ibid, hlm. 83-84.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

belajar siswa. Faktor Psikologis, yaitu berkaitan dengan kejiwaan siswa,

seperti perhatian, minat bakat, motif, kematangan, dan kesiapan dapat

mempengaruhi kegiatan belajar yang dialami siswa. Faktor kelelahan, yaitu

kelelahan jasmani dan rohani dapat berpengaruh buruk terhadap proses

belajar yang dialami siswa pula. Semuanya ini berkaitan dengan faktor

fisiologis (fisik) dan psikologis, ketika siswa sehat fisik dan kejiwaan maka

kegiatan belajar siswa dapat lancar serta pemahaman materinyapun semakin

baik, tetapi sebaliknya jika keadaan fisik dan psikologis siswa tidak

mendukung maka pemahaman materi berkurang sehingga dapat

berpengaruh pada prestasinya.

2) Faktor eksternal, yaitu unsur yang berasal dari luar diri siswa, seperti

kondisi keluarga di rumah, keadaan sekolah, dan kondisi masyarakat sekitar

rumah dan sekolah dapat berpengaruh terhadap konsentrasi kesiapan siswa

untuk mengikuti kegiatan belajar. Faktor ini sebagai pendukung siswa

dalam proses belajar, jika faktor tersebut membantu siswa dalam belajar

dengan sangat baik maka dapat berpengaruh pada prestasi belajar yang baik

pula. Sebaliknya, jika tidak maka prestasi belajar siswa dapat kurang baik.

Jadi, faktor internal dan eksternal sangat berperan penting dalam

membantu siswa selama pembelajaran. Demikian juga dalam pencapaian prestasi

belajar sejarah.

2. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,

baik secara individual maupun kelompok. Prestasi merupakan hasil selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

seseorang melakukan kegiatan. Salah satu pendapat para ahli, Winkel (1996)

prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Sedangkan prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap

siswa yang berkaitan dengan faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah

para siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang mana guru dapat mengetes

dengan menggunakan instrumen tes yang sesuai dengan ketiga faktor tadi. Maka,

prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap usaha belajar siswa yang

dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, angka, serta sebuah pernyataan

yang menyatakan hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa pada masa

tertentu.16

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaitkan dengan pembelajaran sejarah.

Prestasi belajar sejarah merupakan cara mengukur seberapa besar siswa dapat

memahami materi sejarah yang sudah diajarkan selama proses pembelajaran di

kelas dengan menggunakan instrumen tes yang sesuai untuk mengetahui hasil

pembelajaran dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika hasilnya baik

maka seorang guru dan siswa telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas maupun di luar kelas. Dari tiga aspek tersebut yang dapat nilai

dalam pembelajaran sejarah, yaitu aspek kognitif karena lebih sinkron dengan

judul di atas.

Dimyati dan Mudjiono membagi dua faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.17

16

Hamdani, Op. Cit., 137-138. 17

Dimyati dan Mudjiono dalam Kamisa dan Aman, Penerapan Model Problem Based Learning

Dalam Pembelajarab Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas

XI IPS SMAN 1 Butar Sulawesi Tengah,Vol.11.No.2,dalam Dinas Pendidikan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

intelegensi (kecerdasan), bakat, minat, motivasi, dan cara belajar.

1) Motivasi

Motivasi adalah sebuah dorongan bagi siswa untuk ingin melakukan

kegiatan belajar. Salah satu ahli psikologi Slavin (1994) mendefiniskan

motivasi sebagai sebuah proses yang ada dalam diri individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intiristik yaitu faktor yang ada di dalam diri individu, yang mana

mendorong individu untuk melakukan sesuatu, seperti seseorang suka

menulis, tanpa disuruh dia dapat melakukannya sendiri karena itu sebagai

bagian dari hidup atau karena dia memiliki kesenangan akan hal tersebut.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang

mana memberikan pengaruh pula terhadap kegiatan belajar individu, seperti

diberikan pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, dan lain-lain

2) Minat

Minat (interest) menurut Slameto (2010) adalah adanya perasaan

lebih suka dan adanya keterikatan akan sesuatu hal, tanpa disuruh. Maka

minat secara sederhana dapat dipahami sebagai kesukaan dan keinginan

yang besar terhadap suatu hal.

Kebudayaan,Pemuda dan Olaraga Kab.Morowali Utara dan Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta, Maret 2016,hlm.29-30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

3) Bakat

Pendapat Slavin (2004) bakat adalah kemampuan umum harus

dimiliki seorang untuk belajar. Jika bakat yang dimiliki siswa sesuai

dengan materi sedang ia pelajari sehingga bakat tersebut sebagai

pendukung bagi siswa untuk belajar dan kemungkinan besar dapat berhasil

dalam belajar. Dengan demikian, bakat sebagai kemampuan dasar untuk

membantu siswa belajar, sehingga proses belajar dapat berhasil.

4) Cara belajar

Cara belajar sebagai teknik dalam proses belajar siswa, teknik

belajar yang baik berpengaruh pada hasil belajar yang baik, sebaliknya

tidak maka hasilnya kurang baik. Contoh hasil belajar baik, seorang siswa

yang belajar setiap waktu ketika datangnya ujian ia dapat menjawab

dengan baik sehingga hasil ujiannya pun baik. Contoh belajar kurang baik

seperti seorang siswa belajar pada saat mau ujian maka hasilnya pun

kemungkinan besar kurang baik.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, yaitu faktor

keluarga, sekolah,dan lingkungan masyarakat.

1) Keluarga

Keluarga sebagai faktor pendukung proses belajar siswa. Keluarga

tempat pertama dimana anak belajar mengenal banyak hal. Sama halnya

ketika ia sekolah, keluarga harus memberi dukungan penuh dalam belajar

agar anak termotivasi untuk belajar, maka hal tersebut berpengaruh pula

pada hasil belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

2) Sekolah

Sekolah sebagai tempat dimana siswa belajar hal-hal yang belum

pernah ia dapatkan di rumah terutama dalam hal pengetahuan,

keterampilan belajar, serta pendalaman sikap, seperti menghormati guru,

menghargai teman yang berbeda dengannya dan lain-lain. Di sekolah

sorang siswa dapat berhubungan dengan guru mata pelajaran, administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.

Ketika seorang siswa menjalin hubungan baik dengan mereka maka

kegiatan belajarnya pun berjalan lancar.

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga sebagai pendukung aktivitas belajar

siswa. Jika lingkungan belajarnya kondusif maka siswa belajar dengan

nyaman, tetapi jika sebaliknya suasana lingkungan kurang kondusif maka

aktivitas belajar siswa terganggu.

Siswa untuk mencapai hasil belajar pastinya ia harus memiliki kemauan

yang besar untuk belajar selain dirinya ia juga membutuhkan orang lain, mereka

dapat mendukung dalam menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan setiap

siswa. Oleh sebab itu, kedua faktor tadi sangat berpengaruh besar dalam

membantu siswa belajar untuk memperoleh prestasi belajar.

Dalam mengukur hasil belajar siswa diperlukan sebuah batasan yang pasti.

Untuk mengetahui prestasi siswa maka disini dapat berpatokan pada Penilaian

Acuan patokan I (PAP I) dengan berpatokan pada KKM yang sudah ditetapkan

oleh sekolah, yakni KKM 75. Sehingga untuk mengetahui pemahaman siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

selama proses pembelajaran sejarah, caranya dengan memberikan soal tes/

pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa

melalui instrumen tes. Dalam tes tersebut mau mengetahui seberapa jauh siswa

dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan melalui instrumen

tes.18

Adapun dua alternatif norma pengukuran ditingkatan keberhasilan siswa

setelah mengikuti proses belajar mengajar, sebagai berikut:

a. Norma skala angka 0-10

b. Norma skala angka 0-100.19

Dari skala angka tersebut dapat ditentukan keberhasilan belajar siswa,

angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing

grade) mulai dari skala 0-10 adalah 5,5 sedangkan skala 0-100 adalah 55 atau 60.

Dengan demikian, jika seorang siswa mampu menyelesaikan lebih dari separuh

lembar instrumen tes maka siswa tersebut dapat dinyatakan telah berhasil

mengikuti proses belajar. Batasan prestasi belajar sangat penting sebab itu untuk

menjadi alat pengukur seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan guru, berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh guru kepada siswa

selama proses pembelajaran di kelas. Jika siswa mampu menyelesaikan dengan

benar maka proses pembelajaran tersebut telah berhasil.20

18

M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta, PT Remaja

Rosdakarya,1984, hlm. 75-76 19

Hamdani, Op. Cit., hlm.146 20

Ibid., hlm. 146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

3. Pembelajaran Sejarah

a. Pembelajaran sejarah pendekatan saintifik

Dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan pendekatan saintifik

berpatokan pada kurikulum 2013. Yang terdiri dari mengamati, menanya,

mencari informasi, mengasosiasi, dan menarik kesimpulan, artinya selama

proses pembelajaran sejarah guru melibatkan siswa mencari pengetahuan

baru kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada, dari

hasil tersebut guru memberikan penilaian berdasarkan apa yang dikerjakan

oleh siswa baik individu maupun kelompok. Dengan melakukan hal tersebut,

siswa turut aktif selama proses pembelajaran sejarah, sehingga model yang

cocok digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.21

Menurut Hosnan (2014) yang dikutip oleh Muhammad Sadikin,

menyatakan bahwa dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran di kelas guru

harus memperhatikan beberapa karakteristik, yaitu: (1) pembelajaran berpusat

pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan suasana

yang menarik, menyenangkan, dan bermakna; (4) mengembangkan beragam

kemampuan yang bermuatan nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat,

artinya siswa ikut aktif ambil bagian dalam kegiatan belajar untuk membuat

hasil karya siswa sebagai bukti dari proses pembelajaran; (6) menekankan

pada penggalian, penemuan dan penciptaan; dan (7) menciptakan

21

Muhammad Sadikin, Analisis Pembelajaran Sejarah dengan Pendekatan Saintifik pada

Kurikulum 2013, dalam jurnal Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 4, No. 2, Desember

2017, hlm. 125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

pembelajaran dalam situasi nyata dan mengkontekstualkan materi pada

kehidupan nyata.22

Dengan demikian, dalam pedekatan saintifik pada kurikulum 2013

mewajibkan siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar di sekolah atau di

kelas, hal ini berlaku juga dalam proses pembelajaran sejarah siswa di kelas.

Ketika siswa aktif belajar materi sejarah, maka berdampak pada prestasi

belajar siswa.

b. Perbedaan sejarah SMK dan Sejarah SMA

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah dibagi menjadi dua

bagian, yaitu sejarah Indonesia dan sejarah peminatan. Sejarah Indonesia

wajib diikuti oleh seluruh siswa di SMA/ MA dan SMK/MAK. Sedangkan

sejarah peminatan hanya berlaku di SMA khususnya bagi jurusan IIS.23

Adapun perbedaan penerapan sejarah Indonesia di SMA/MA dan

SMK/MAK. Sejarah Indonesia di SMA/MA dapat diterapkan pada semua

kelas, baik itu kelas X, XI, dan XII.24

Sedangkan sejarah Indonesia di

SMK/MAK, setelah kurikulum 2013 direvisi pada tahun 2017 yang mana

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

menengah No. 180/D/KEP/KR/2017, menerangkan bahwa sejarah Indonesia

dalam struktur kurikulum di SMK jam pelajaran berkurang menjadi 108 atau

22

Ibid, hlm. 124-125 23

Febrizzal, dan Aman, Mata Pelajaran Sejarah SMA di Kurikulum 2013, Yogyakarta, Universitas

Negeri Yogyakarta, dalam jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 22, No, 2 Desember 2019, hlm. 208. 24

Rinaldo Adi Pratama, dkk, Dinamika Pelajaran Indonesia dalam Kurikulum 2013 pada jenjang

SMK/MAK, dalam jurnal pendidikan sejarah Vol. 8, No. 2, 2019, hlm. 107.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

3JP x 2 semester, artinya pelajaran sejarah Indonesia hanya diterapkan pada

siswa di kelas X.25

Dengan demikian pembelajaran sejarah di SMA/MA dan SMK/MAK

dibagi menjadi dua, yakni sejarah Indonesia dapat diterapkan di SMA/MA

maupun SMK/MAK, sedangkan sejarah peminatan hanya berlaku di SMA/MA

khususnya jurusan IIS. Penerapan pembelajaran sejarah Indonesia di SMA/MA

berlaku untuk semua jenjang, sedangkan sejarah Indonesia untuk SMK/MAK

hanya diterapkan di kelas X.

c. Pembelajaran sejarah

Pembelajaran adalah bagian dari kegiatan belajar mengajar di kelas

sebab terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Yang mana guru sebagai

pemberi ide dan siswa sebagai penerima ide. Maka itu, pembelajaran sejarah

merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru kepada para

siswa di kelas. Hal-hal yang disampaikan tidak hanya berkaitan dengan fakta-

fakta sejarah tetapi bagaimana seorang guru mengambil nilai-nilai dari setiap

topik pembelajaran lalu menyampaikan nilai-nilai tersebut kepada siswa. Nilai-

nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan

persatuan. Agar siswa dapat memahami jati diri bangsa Indonesia dengan

sangat baik.26

Di SMA mata pelajaran sejarah dapat mengandung dua misi, yakni (a)

pendidikan intelektual, dan (b) pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan,

pendidikan pembinaan moralitas, jati diri, nasionalisme, dan identitas bangsa.

25

Ibid., hlm. 112. 26

Heri Susanto,Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu. Gagasan dan Strategi Pembelajaran,

Banjarmasin,Aswaja Pressindo,2014,hlm.56-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Sehingga pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran memiliki peran besar

bukan hanya transfer ide, tetapi sebagai proses untuk mendewasakan siswa

dalam memahami identitas, jati diri, dan kepribadian bangsa melalui

pemahaman terhadap peristiwa sejarah.27

Berdasarkan pemahaman tersebut, proses pembelajaran sejarah di kelas

seorang guru sejarah harus menyiapkan model, metode, dan media

pembelajaran yang menarik, serta dalam pembelajaran tersebut membantu

siswa dalam menemukan nilai-nilai bermakna dalam setiap topik pembelajaran.

Guru harus mau mengaitkan materi masa lampau dengan masa sekarang

(mengkontekstualkan). Sebab fakta sejarah merupakan sebuah peristiwa yang

terjadi pada masa lampau maka jika difokuskan pada faktanya siswa

mengalami kesulitan untuk memahaminya. Oleh sebab itu, guru harus

mengajarkan pelajaran sejarah dengan mengkontekstualkan dengan

perkembangan (trennya masa kini) agar siswa benar-benar memahaminya

dengan materi sejarah dan juga memiliki motivasi untuk belajar mata pelajaran

sejarah karena mereka menyadari mata pelajaran sejarah sangat penting.28

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran ini berdasarkan pada paham atau teori konstruktivis. Pembelajaran

27

Susanto dalam Anisa Septianingrum,Kombinasi Model Simulasi dan Pendekatan Value

Clarification Technic (VCT) Dalam Pembelajaran Sejarah, Dalam Prosiding Seminar Nasional

Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia:Kajian Muatan dan Posisi Mata Pelajaran

Sejarah di Kurikulum 2013, Edisi 1,Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta, hlm.27. 28

Heri Susanto,Op.Cit., hlm. 56-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

kooperatif lebih menekankan pada kerja tim atau kelompok bukan secara

individu, yang mana pembagian kelompok terdiri dari beberapa anggota

kelompok kecil yang dibagi berdasarkan latar belakang yang heterogen. Atas

perbedaan tersebut setiap anggota kelompok saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi sejarah atau menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru sejarah secara bersama-sama. Dengan demikian,

pembelajaran koopertif dapat dikatakan selesai jika semua siswa dapat menguasai

materinya.29

a. Karakteristik Pembelajaran kooperatif30

Ibrahim, dkk (2000), membagi karakteristik pembelajaran kooperatif menjadi

empat hal,yaitu:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

3) Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

b. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut31

:

1) Para siswa harus memilki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau

berenang bersama”, artinya setiap anggota kelompok harus bekerja sama

dalam kelompoknya.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam

kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam materi

yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang

sama.

4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang berpengaruh

dalam evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar.

29

Hamdani., Op.Cit., hlm .30. 30

Donni Juni Priansa, Op. Cit.,hlm.294 31

Hamdani., Op.Cit, hlm. 30-31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif dapat mengajak siswa ikut terlibat dan

aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa telah dilatih memiliki rasa

tanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota kelompok lain.

Sehingga mereka harus benar-benar menekuni apa yang menjadi tanggung

jawabnya dengan cara bekerja sama dalam kelompok- kelompok belajar kecil.

Juga memiliki rasa peduli antar sesama anggota kelompok karena setiap anggota

kelompok pastinya memiliki latar belakang yang beraneka ragam, seperti

keluarga, jenis kelamin, tingkat pemahaman materi, dan lain-lain.

“Pembelajaran kooperatif diajarkan untuk memiliki kertampilan-

keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam

kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan yang

berisi pertanyaan (tugas) yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan”.32

Sebab

keterampilan merupakan akhir dari pembelajaran itu sendiri yang mana mau

melatih siswa untuk menuangkan ide-idenya melalui lembar pertanyaan atau

tugas. Selain itu, melatih siswa untuk peka dengan situasi yang ada disekitarnya

juga dapat melatih siswa membuka wawasannya mengenai materi-materinya

sudah mereka pelajari bersama dalam kelompok kecil yang heterogen.

c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut33

:

1) Setiap anggota memiliki peran.

2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

32

Ibid, hlm.31 33

Ibid, hlm.31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya

dan juga teman-teman sekelompok.

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok.

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

d. Fase-fase pembelajaran kooperatif sebagai berikut34

:

Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif

Fase –fase Perilaku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai

selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk

belajar

Fase 2:

Menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Menjelaskan kepada siswa cara membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Membimbing kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Fase 5:

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari/meminta presentasi hasil kerja

kepada kelompok.

Fase 6:

Memberikan penghargaan

Menghargai upaya dan hasil belajar individu dan

kelompok

Berdasarkan tabel fase di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang guru

sejarah memiliki tanggung jawab penuh selama proses pembelajaran berlangsung.

Sebab berjalan dan tidaknya proses pembelajaran sejarah di kelas semua

tergantung pada guru. Peran guru adalah sebagai motivator, fasilitator, dan juga

sebagai pembimbing siswa selama proses belajar mengajar. Semua fase tersebut

merupakan satu kesatuan yang harus diterapkan oleh guru selama proses

pembelajaran kooperatif berlangsung. Maka sudah jelas apa peran guru sejarah

selama proses pembelajaran yang telah dijelaskan dalam tabel di atas.

34

Ibid, hlm. 34-35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model yang lebih

mengutamakan kerja tim atau kelompok belajar, yang setiap kelompok

anggotanya dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, agar di sana ada saling

kerja sama dan membantu untuk mempelajari materi atau menyelesaikan tugas

belajar sejarah. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif, yaitu jigsaw. Teknik

jigsaw adalah siswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri

maupun orang lain. Setiap siswa diwajibkan belajar atas materi yang diberikan

dengan kelompok ahli lain lalu kembali ke kelompok asal dan mengajarkan

anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, setiap siswa memiliki tanggung jawab

masing-masing dan mereka juga saling membutuhkan satu sama lain. 35

Dalam teknik jigsaw memiliki dua jenis kelompok, yakni kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah anggota kelompoknya yang heterogen,

artinya terdiri dari kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Maka kelompok asal bisa disebut sebagai gabungan dari beberapa kelompok ahli.

Sedangkan kelompok ahli adalah gabungan dari kelompok asal untuk mempelajari

dan mendalami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan

dengan subtopik telah mereka dapat kemudian kembali ke kelompok asal dan

mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok asal. Setiap anggota

kelompok ahli berbeda karena mereka berasal dari kelompok asal, yang

dikelompokan untuk mempelajari subtopik dari materi tertentu secara bersama-

sama di kelompok ahli, serta saling membantu antar anggota kelompok jika

35

Sumini Theresia, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Melalui Pembelajaran

Kooperatif Teknik Jigsaw, dalam Jurnal Penelitian, Vol 16, No.2, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta,Mei 2013,hlm.157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

sudah selesai anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk

mengajarkan pengalaman belajar yang mereka dapatkan di kelompok ahli.

Sehingga disini ada pemberi informasi dan penerima informasi, secara bergantian

sesuai subtopik yang mereka dapatkan.36

a. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw37

Anita Lie (2005) membagi unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw menjadi lima bagian, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

Peran seorang guru harus menciptakan suasana yang mendorong siswa

saling membutuhkan, seperti ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau

sumber belajar, peran, dan hadiah.

2) Akuntabilitas individual (individual accountability)

Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab dalam hal penguasaan

bahan belajar sehingga mereka mampu menyampaikan kepada anggota

kelompok yang membutuhkannya.

3) Akuntabilitas individual (individual accountability)

Interaksi kelompok menuntut semua anggota kelompok dalam kelompok

belajar untuk saling tatap muka dalam berinteraksi antar teman kelompok

bukan dengan guru. Dalam Interaksi tersebut sesama siswa sebagai sumber

belajar.

36

Ibid., hlm.157 37

Donni Juni Priansa.,Op. Cit, hlm. 343-345

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

4) Keterampilan sosial (social skill )

Dalam kerja kelompok ini dapat melatih siswa dalam hal ketermapilan

sosial, seperti latihan kepemimpinan (leadership), membuat keputusan

(decision making), membangun kepercayaan (trust building), berkomunikasi

dan keterampilan manajemen konflik (management conflic skill). Adapun

keterampilan lainnya, seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman,

mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi

yang lain, mandiri, dan lain-lain.

5) Proses kelompok (group processing)

Proses ini terjadi ketika anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana

interaksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok harus

membahas perilaku anggota kelompok yang kooperatif dan tidak kooperatif,

serta membuat keputusan perilaku mana yang diubah dan mana yang

dipertahankan.

Jadi, unsur-unsur di atas sebagai pendorong terciptanya masyarakat

belajar yang mana hasilnya diperoleh dari hasil sharing individu, antarkelompok,

antar siswa untuk memberitahu tentang prilaku anggota kelompok sehingga dapat

mengubah hal yang perlu diubah, dan pertahankan hal yang perlu dipertahakan.

b. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode jigsaw, yaitu:38

1) Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan

penekanan tentang manfaat dari penggunaan metode jigsaw dalam proses

38

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Surabaya, Kencana

Prenada Media Grup, 2009,hlm.75-78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

belajar mengajar. Setiap siswa dituntun memahami konsep dari materi yang

akan dibagikan.

2) Pengelompokan

Guru membagikan kelompok secara heterogen lalu guru membagikan materi

kepada kelompok. Guru menyuruh setiap siswa yang memiliki nomor materi

sama berkumpul dalam satu kelompok. Selanjutnya guru menyuruh setiap

anggota kelompok mempelajari materi sesuai dengan kode yang sudah

ditentukan oleh guru.

3) Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli (expert)

Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk membahas materi yang sama

hingga menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asal.

4) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu setiap anggota kelompok

mempresentasikan keahliaannya kepada anggota kelompoknya. Guru

meminta kelompok asal mempresentasikan materinya di depan kelas.

5) Tes ( evaluasi)

Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan materi yang sudah dibahas

dalam kelompok ahli maupun kelompok asal. Dalam tes ini siswa bekerja

secara individual. Agar guru mengetahui keseriusan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diilustrasikan pada

gambar di bawah ini.

Gambar 1: Ilustrasi pengelompokan tipe jigsaw

c. Teknik jigsaw dibagi menjadi dua jenis kelompok, yaitu kelompok asal dan

kelompok ahli.39

1) kelompok asal

Kelompok asal adalah kelompok induk yang berdasarkan anggota kelompok

yang heterogen. Dalam kelompok asal ini terdiri dari beberapa anggota

kelompok ahli.

2) Kelompok ahli

Kelompok ahli adalah gabungan dari anggota kelompok asal yang

heterogen, telah ditugaskan untuk mempelajari materi yang sama lalu

kembali ke kelompok asal untuk mengajari materi yang sudah dipelajari

bersama kelompok ahli lain. Semua anggota kelompok bertanggung jawab

39

Ibid., hlm. 343

KELOMPOK

ASAL I

1.2.3.4.5.6

KELOMPOK

ASAL II

1.2.3.4.5

KELOMPOK

ASAL III

1.2.3.4.5

KELOMPOK

ASAL IV

1.2.3.4.5

KELOMPOK

AHLI I

KELOMPOK

AHLI II

KELOMPOK

AHLI III KELOMPOK

AHLI IV

KELOMP

OK AHLI

V

BELAJAR

MATERI

I

BELAJAR

MATERI

II

BELAJAR

MATERI

III

BELAJAR

MATERI

IV

BELAJAR

MATE

RI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

untuk menjelaskan materinya kepada anggota kelompok asal secara

bergiliran.

d. Keunggulan dan kelemahan model kooperatif tipe jigsaw40

1) Keunggulan

a) Mampu mengembangkan hubungan antarpribadi positif di antar siswa

yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

b) Menerapkan bimbingan sesama teman.

c) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.

d) Memperbaiki kehadiran, artinya menarik minat siswa untuk mempelajari

sejarah.

e) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.

f) Sikap apatis berkurang.

g) Pemahaman materi lebih mendalam.

h) Meningkatkan motivasi belajar.

2) Kelemahan

a) Jika guru tidak mengingatkan siswa untuk menggunakan keterampilan

kooperatif dalam kelompok, sering kelompok tersendat dalam diskusi.

b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,

misalnya jika ada anggota hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-

tugas dan pasif dalam diskusi.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apabila penataan ruang belum

terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang

dapat menimbulkan suasana yang tidak nyaman.

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan ini bermaksud untuk mendukung penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan yang diambil oleh peneliti dari skripsi

Benediktus Brian Prasetianto mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Sanata

Dharma berjudul “Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah dengan

Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw”. Dalam penelitian tersebut telah

dinyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Seluruh siswa yang mencapai

ketuntasan pada siswa kelas XI Bahasa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

40

Donni Juni Priansa., Op.,Cit., hlm.347

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Ajaran 2009/2010, dapat dibuktikan melalui jumlah siswa mencapai KKM.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa yang

mencapai KKM 44%. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada siklus I siswa mencapai KKM 56%, pada siklus II mencapai KKM

92%.

Penelitian lain oleh Titis Prabaningrum mahasiswa Universitas Sebelas

Maret Surakarta tahun ajaran 2015/2016 pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1

Sidoharjo Wonogiri, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi. Dalam penelitian ini

membuktikan bahwa hasil belajar siswa mencapai KKM meningkat. Pada pra

siklus (kondisi awal) siswa mencapai KKM 52,3%, pada siklus I 71,4% , dan pada

siklus II meningkat menjadi 80,95%.

Adapun penelitian dilakukan oleh Harly Sinta Desy mahasiswa Universitas

Negeri Yogyakarta pada tahun ajaran 2017/2018, menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kompetensi dasar akuntansi perusahan dagang kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1

Depok. Hasil penelitian kondisi awal 54,84%, pada siklus I 16,67% , siklus II

naik menjadi 93,33%.

Dari ketiga penelitian di atas, relevan dengan variabel penelitan yang

dilakukan oleh peneliti sebab sama-sama menggunakan model kooperatif tipe

jigsaw dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

C. Kerangka Berpikir

Belajar adalah aktivitas yang harus dilakukan bagi setiap siswa dalam

proses belajar, hal tersebut sebagai usaha siswa untuk mencapai sebuah prestasi

belajar yang lebih baik. Sama halnya dengan belajar sejarah, siswa diharapkan

mampu belajar materi sejarah dengan sungguh-sungguh, ketika siswa memahami

materi sejarah dengan baik maka dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah.

Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan masalah yang

muncul di dalam kelas. Penelitian tersebut untuk memecahkan masalah rendahnya

prestasi belajar sejarah siswa di dalam kelas. Metode yang digunakan adalah

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Selama

menerapkan model ini diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, karena

keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat berpengaruh pada peningkatan

terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Sarana yang digunakan untuk

meningkatkan presrasi belajar sejarah adalah model kooperatif tipe jigsaw, karena

model tersebut memiliki keunggulan seperti (1) mampu mengembangkan

hubungan antarpribadi positif diantar siswa yang memiliki kemampuan belajar

yang berbeda; (2) menerapkan bimbingan sesama teman; (3) rasa harga diri siswa

yang lebih tinggi; (4) memperbaiki kehadiran artinya menarik minat siswa untuk

mempelajari sejarah; (5) saling menerima perbedaan; (5) penerimaan terhadap

perbedaan individu lebih besar; (6) sikap apatis berkurang; (7) pemahaman materi

lebih mendalam; dan (8) meningkatkan motivasi belajar.

Berdasarkan keunggulan tersebut, siswa diharapkan dapat berperan aktif

selama proses pembelajaran sejarah secara bersama-sama dalam kelompok kecil

yang heterogen. Hal ini dapat membantu siswa memahami materi sejarah lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

baik. Ketika siswa memahami materi sejarah lebih baik, pada gilirannya prestasi

belajar sejarah siswa meningkat.

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka dapat

dilihat dalam bentuk bagan berikut.

Bagan I: Kerangka berpikir penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, penelitian relevan dan kerangka berpikir di atas

dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah

siswa kelas X Pemasaran di SMK Putra Tama Bantul.

Peningkatan prestasi belajar

sejarah siswa.

Prestasi belajar sejarah siswa

rendah. Dengan melakukan penelitian

tindakan kelas yang inovatif dan

kreatif.

Siswa aktif, bekerja sama, dan

meningkatkan motivasi belajar sejarah

siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sebuah penelitian faktual

untuk pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru selama proses

pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut sengaja dimunculkan oleh guru

berdasarkan pengalamannya selama ia mengajar di kelas. Maka disini guru

mencari solusi penyelesaian masalah tersebut dengan melakukan tindakan nyata

agar pembelajaran di kelas dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan ini dapat

dikatakan bahwa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan dapat

dilaksanakan dalam sebuah kelas secara bersamaan. Dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi

oleh guru selama proses pembelajaran di kelas dengan melibatkan siswa sebagai

objek penelitian dan kelas sebagai tempat untuk melakukan penelitian dalam

menyelesaikan permasalahn pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran

dapat berjalan dengan baik sesuai apa yang sudah dirancang dalam kurikulum

2013.41

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK) dari

model Kurt Lewin. Ia menjelaskan dalam penelitian tindakan kelas dapat

menerapkan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu (1),

perencanaan (planning); (2), aksi/tindakan (acting); (3), observasi (observing);

41

Tukiran Tanireja,Irma Pujiatuti,dkk, Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan Profesi

Guru Praktik,Praktis, dan Mudah, Bandung, Alfabeta,2010,hlm.15-16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dan (4), refleksi (reflecting). Bentuk penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin,

yaitu oval.42

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi

di kelas dengan melakukan inovasi (innovation) dan perbaikan terhadap mutu

proses belajar mengajar agar dapat memperbaiki prestasi belajar siswa. Dalam

penelitian ini juga mau memberikan gambaran terhadap guru untuk

memperhatikan pada proses belajar mengajar yang menyenangkan, serta dapat

meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada

perbaikan mutu pelajaran khusus pada mata pelajaran sejarah, agar dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X pemasaran SMK Putra Tama

Bantul.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Putra Tama Bantul yang

beralamat di Jln.Mgr.Alb.Sugiyopranoto No. 2 Bantul, kode pos: 55711.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2018/2019 di semester 2,

yaitu pada bulan April sampai Mei tahun 2019 dengan menggunakan sistem

siklus 1 dan siklus 2. Penentuan waktu ini berdasarkan kalender akademik

sekolah dan juga mengikuti kebijakan dari sekolah serta guru mata pelajaran

Sejarah.

42

Model Kurt Lewin, Ibid, hlm.23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra

Tama Bantul berjumlah 21 orang.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

meningkatkan prestasi belajar sejarah.

E. Variabel-Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

2. Variabel Terikat (Y) : Prestasi belajar sejarah

F. Definisi Operasional

Berikut ini membahas definisi operasional yang terdiri dari:

1. Belajar sejarah adalah perubahan tingkah laku individu (siswa ) yang

diperoleh dari pengalamannya. Belajar bagi siswa, itu sebagai aktivitas

untuk mencapai kepandaian, melatih, serta dapat meningkatkan tingkah

laku yang mana dapat ia peroleh dari pengalamannya.

2. Prestasi adalah hasil yang diperoleh dari sebuah kegiatan yang telah

dikerjakan atau melakukan sebuah kegiatan. Dapat dikaitkan dengan

prestasi belajar adalah hasil belajar tentang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dengan menggunakan intrumen tes yang relevan. Hasil dari

prestasi berupa nilai berbentuk simbol, angka, huruf, serta berupa

pernyataan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

3. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran berdasarkan kerja

kelompok bukan individu. Kelompok dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil dengan anggota yang heterogen. Dengan anggota kelompok yang

heterogen bertujuan untuk bekerja sama, ketergantungan positif serta

melatih komunikasi yang baik, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran

sudah dirumuskan.

4. Teknik jigsaw adalah kelompok belajar, kelompok belajar dibagi menjadi

dua tipe, yakni kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah

anggota kelompoknya yang heterogen. Sedangkan kelompok ahli adalah

gabungan dari kelompok asal. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut

mau mengajak siswa bertanggung jawab, saling menghargai perbedaan,

saling bekerja sama serta melatih keberanian siswa dalam menyampaikan

pendapatnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk

memperoleh informasi tentang hasil pembelajaran siswa dalam proses

pembelajaran sejarah di kelas. Metode tersebut sebagai cara yang digunakan untuk

melakukan penelitian agar dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah.

1. Observasi

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti

mengadakan observasi dengan cara wawancara dan lakukan pengamatan

terhadap aktivitas belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

2. Wawancara

Cara untuk mengetahui kondisi sebelum menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw tentang model pembelajaran, media pembelajaran,

serta prestasi belajar sejarah siswa dan seberapa jauh siswa dapat memahami

materi sejarah.

3. Tes

Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk

melakukan pengukuran kognitif siswa setelah menerapkan model kooperatif

tipe jigsaw. Untuk membandingkan prestasi belajar sejarah siswa sebelum

dan setelah menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data berupa aktivitas siswa serta proses belajar mengajar di

kelas berupa foto-foto sebagai bahan analisis.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data-data yang diukur

meliputi prestasi belajar sejarah yang dilakukan melalui tes tertulis dan

nontertulis. Alat pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Cara untuk mengamati aktivitas dan kegiatan belajar siswa selama proses

belajar mengajar di kelas. Berikut ini hal-hal yang diamati selama proses

belajar mengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Kondisi awal aktivitas belajar siswa adalah (a) Siswa siap mengikuti KBM;

(b) siswa memperhatikan penjelasan guru; (c) siswa mencatat materi yang

penting; (d) siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (e) siswa

aktif memberikan pertanyaan selama KBM; dan (f) siswa menjawab

pertanyaan dari guru.

Kondisi selama penerapan model kooperatif tipe jigsaw, adalah (a) bekerja

sama dalam kelompok; (b) mengkomunikasihkan jawaban kepada anggota

kelompok; (c) penguasaan materi; (d) menghargai pendapat sesama anggota

kelompok; (e) keaktifan anggota kelompok dalam diskusi; dan (f)

kemampuan menganalisis materi.

2. Wawancara

Untuk mengetahui keadaan awal sebelum menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw. Wawancara berupa daftar pertanyaan yang ditujukkan

kepada guru mata pelajaran sejarah dan beberapa siswa kelas X SMK Putra

Tama Bantul.

3. Tes Prestasi Belajar Sejarah

Cara untuk mengetahui seberapa besar siswa memahami materi yang sudah

diajarkan oleh guru dan mau mengetahui seberapa jauh model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat efektif dan efisien. Tesnya berupa soal pilihan

ganda (PG).

4. Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto aktivitas dan kegiatan belajar sejarah siswa, serta

proses berlangsungnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Selain itu, sebagai bukti yang menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan

penelitian di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

I. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas merupakan alat ukur yang dapat dikatakan valid jika alat yang

diukur itu tepat pada apa yang mau diukur. Dengan kata lain, jika mengukur

prestasi belajar siswa maka hasil yang diukur adalah nilai siswa ( kognitif).

Sehingga validitas dapat mengukur tingkat kelayakan soal tes yang diberikan

kepada siswa.43

Untuk mengetahui tingkat validitas soal, maka peneliti

menggunakan rumus Product Moment, yaitu:44

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variable

yang dikorelasikan

N = jumlah siswa tes

XY = jumlah perkalian antara X dengan Y

X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

Adapun rumus untuk mengetahui besar taraf signifikan hasil korelasi butir soal:45

Jika hasil t- hitung > dari t-tabel maka soal tersebut valid, sebaliknya jika r-hitung

< dari r-tabel soal tersebut tidak valid. Berikut ini rumus untuk mencari t-hitung.

43

Suharsimi Arikunto dalam S. Eko Putro Widoyoko , Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014, hlm.139 44

Ibid, hlm. 177 45

Yuanita Tudameha Kondanamu, Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Skripsi, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2018, hlm. 44

𝑟𝑥𝑦 <

𝑁∑𝑋𝑌;(∑𝑋)(∑𝑌)

*𝑁∑𝑋2;(∑𝑋)2+*𝑁∑𝑌2;(∑𝑌)2+

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Keterangan:

T = taraf signifikan

R = korelasi

N= jumlah butir soal

Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, soal pilihan

ganda terdapat 20 item. Item yang valid adalah 12 soal, sedangkan tidak valid

adalah 8 soal. Soal yang tidak valid terdiri dari nomor 1,5,6,9,10,12,17, dan

20. Soal yang tidak valid dapat dianggap gugur, dan tidak digunakan dalam

penelitian.

Pada siklus II, terdapat 20 soal pilihan ganda. Item soal yang valid ada

11 valid, sedangkan soal tidak valid ada 9 soal, yaitu soal nomor

1,4,5,7,9,12,13,15, dan 18. Soal tersebut dianggap gugur atau tidak diguakan

dalam penelitian.

2. Reliabilitas

Kata reliabilitas berasal dari bahasa Inggris “reliable” artinya dapat

dipercaya. Maka reliabilitas adalah setiap butir item dapat dipercaya. Tes

dikatakan reliabel jika hasilnya tes dapat memberikan hasil yang tepat.46

Untuk menguji reliabilitas diperlukan instrumen sebagai alat pengumpulan

data, instrumen dapat dikatakan baik jika semua data dapat dipercaya dan

dikatakan baik. Maka, instrumen tersebut menghasilkan data yang dipercaya

46

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, PT Bina Aksara, 1986

,hlm. 51 dan 75.

t= 𝑟 𝑛;2

1;𝑟2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

pula (reliabel). Dapat mencari hasil reliabel pastinya dibutuhkan rumus. Rumus

yang digunakan, yaitu rumus belah dua ( Sperman Borwn) untuk soal pilihan

ganda yang skornya 1 dan 0. Untuk mencari reliabilitas terlebih dahulu mencari

1

2

1

2 dengan menggunakan rumus product moment, sebagai berikut:

47

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variable

yang dikorelasikan

N = jumlah siswa tes

XY = jumlah perkalian antara X dengan Y

X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

Langkah menghitung korelasi setiap belahan,yaitu genap-ganjil atau awal-akhir

dan setiap kelompok memiliki jumlah anggota yang sama. Rumus belah dua

(Sperman-Borwn) sebagai berikut:48

Rumus :

Keterangan:

r11 = korelasi antara skor-skor setiap belahan

r1/21/2 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Pengujian taraf signifikan pada reabilitas instrumen tes dengan menghitung nilai t

dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

47

Eko Putro Widoyoko, Op.Cit, hlm.197 48

Ibid., hlm. 197

𝑟𝑥𝑦 <

𝑁∑𝑋𝑌;(∑𝑋)(∑𝑌)

*𝑁∑𝑋2;(∑𝑋)2+*𝑁∑𝑌2;(∑𝑌)2+

r 11=2 . 𝑟 1/21/2

1: 𝑟1/21/2

t= 𝑟 𝑛;2

1;𝑟2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Keterangan: T = taraf signifikan

R = korelasi

N = jumlah butir soal

J. Desain Penelitian

Berikut ini Desain penelitian tindakan kelas model Kurt Lewis.

Gambar II. Model Kurt Lewin (dalam Tukiran Tanireja, Irma Pujiatuti,

dkk, hlm.23).

K. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas dua, yaitu teknik analisis

deskriptif untuk data kualitatif dan analisis komparasi untuk data kuantitatif. Data

yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk lebih jelas

dapat dijelaskan di bawah ini.

Planning

Acting

Reflecting

Observing Siklus I

Acting

Planning

Observing

Reflecting

Siklus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Nilai= ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100

1. Analisis data kuantitatif

Analisis komparasi menggunakan data kuantitatif. Data tersebut adalah

perbandingan skor rata-rata dan prosentase hasil dari pra siklus, siklus I, dan

siklus II berdasarkan pada tindakan sebelum dan setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil ini diperoleh dari tes evaluasi

berupa soal pilihan ganda. Hasil yang diuji adalah aspek kognitif.

Dengan demikian, data-data tersebut dapat berpatokan pada penilain

acuan patokan I (PAP I) dengan KKM 7549

.

Tabel 2: Keterangan Penilaian Acuan PAP I

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria

90%-100% Sangat Tinggi

80%-89% Tinggi

70%-79% Cukup

60%-69% Kurang

0%-59% Sangat Kurang

Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil tes siswa adalah sebagai

berikuti.50

a. Menghitung aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar siswa

Untuk mengetahui aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar sejarah,

menghitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.

Keterangan:

N = Nilai hasil pengamatan

∑ = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

∑ = Jumlah aspek dinilai.

49

Yuanita Tudameha Kondanamu, Op.Cit., hlm. 51 50

Ibid., hlm. 53-54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Untuk menganalisis hasil belajar siswa dapat menggunakan penilaian

acuan patokan I (PAP I).

Tabel 3: Analisis Prosentase Prestasi Belajar Siswa

No Kriteria Skala Prestasi F (%)

Rata-rata

1 Sangat Tinggi 90-100

2 Tinggi 80-89

3 Cukup 70-79

4 Rendah 60-69

5 Sangat Rendah 0-59

Sedangkan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa berpatokan

pada kriteria penilaian. Berikut ini tabel aktivitas belajar siswa.

Tabel 4: Analisis Prosentse Aktivitas Belajar Siswa

No Kriteria Skala Aktivitas F (%)

1 Kurang Aktif 0-7

2 Cukup Aktif 8-14

3 Aktif 15-21

4 Sangat Aktif 22-29

Adapun cara untuk menganalisis kegiatan presentasi. Berkut ini tabel

analisis kegiatan presentasi belajar siswa.

Tabel 5: Analisis Kegiatan Presentasi Belajar Siswa

No Kriteria Skala Kegiatan Presentasi F (%)

1 Kurang Aktif 0-4

2 Cukup Aktif 5-8

3 Aktif 9-12

4 Sangat Aktif 13-16

b. Menghitung prosentase

Adapun cara untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dengan

penghitungan prosentase siswa yang mencapai dan tidak mencapai KKM.

Rumus menghitung prosentase belajar siswa, adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

N= Jumlah siswa mencapai KKM

Jumlah siswa keseluruhanx 100

Jumlah siswa

N= Jumlah siswa tidak mencapai KKM

Jumlah siswa keseluruhanx 100

Jumlah siswa keseluruhan

1) Menghitung prosentase jumlah siswa mencapai KKM.

2) Menghitung prosentase jumlah siswa tidak mencapai KKM.

c. Analisis komparasi terhadap aktivitas belajar, kegiatan belajar, dan prestasi

belajar sejarah siswa

1) Tabel analisis komparasi aktivitas belajar siswa

Tabel. 6: Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan

Siklus I.

No Kriteria Skala Aktivitas Pra Siklus Siklus I

F % F %

1 Kurang Aktif 0-7

2 Cukup Aktif 8-14

3 Aktif 15-21

4 Sangat Aktif 22-29

Jumlah

2) Tabel analisis komparasi aktivitas belajar siswa

Tabel. 7: Analisis Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan

Siklus II.

No Kriteria Skala

Aktivitas

Siklus I Siklus II

F % F %

1 Kurang Aktif 0-7

2 Cukup Aktif 8-14

3 Aktif 15-21

4 Sangat Aktif 22-29

Jumlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

3) Tabel analisis komparasi kegiatan belajar siswa

Tabel 8: Analisis komparasi kegiatan presentasi siklus I dengan siklus II.

No Kriteria Skala Kegiatan

Presentasi

Siklus I Siklus II

F % F %

1 Kurang Aktif 0-4

2 Cukup Aktif 5-8

3 Aktif 9-12

4 Sangat Aktif 13-16

4) Tabel analisis komparasi prestasi belajar siswa

a) Tabel. 9 : Analisis Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus Dengan Siklus

I.

No Kriteria Skala

Prestasi

Pra Siklus Siklus I

F % Rata-rata F % Rata-rata

1 Sangat Tinggi 90-100

2 Tinggi 80-89

3 Cukup 70-79

4 Rendah 60-69

5 Sangat Rendah 0-59

Jumlah

b) Tabel. 10 : Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus

II.

No Kriteria Skala Prestasi Siklus I Siklus II

F % Rata-rata F % Rata-rata

1 Sangat Tinggi 90-100

2 Tinggi 80-89

3 Cukup 70-79

4 Rendah 60-69

5 Sangat Rendah 0-59

Jumlah

2. Analisis data kualitatif

Analisis deskriptif dapat digunakan untuk data kualitatif yang mana

menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan dari aktivitas dan kegiatan

belajar sejarah siswa selama proses pembelajaran di kelas, baik di pra siklus,

siklus I, dan siklus II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

a. Data observasi aktivitas siswa, dan kegiatan siswa

Untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari aktivitas belajar

sejarah siswa dan kegiatan belajar siswa selama sebelum dan setelah

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang mana dapat

menghasilkan prestasi belajar sejarah. Hal-hal yang dinilai dalam aktivitas

belajar sejarah siswa tentang keaktifan siswa dalam kelompok asal, sedangkan

kegiatan belajar sejarah siswa, yakni hasil dari presentasi masing-masing

anggota kelompok asal di depan kelas.

b. Instrumen pengumpulan data untuk menganalisis aktivitas belajar, dan

kegiatan belajar sejarah siswa dengan sebelum dan setelah menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1) Instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa

a) Instrumen aktivitas belajar pra siklus

Tabel 11: Insrumen Aktvitas belajar siswa

No Nama

Sis

wa

siap

men

gik

uti

KB

M (

1-4

)

Sis

wa

mem

per

hat

ikan

pen

jela

san

gu

ru (

1-4

)

Sis

wa

men

cata

t m

ater

i

yan

g p

enti

ng

(1

-4)

Sis

wa

men

ger

jak

an

tug

as y

ang

dib

erik

an

ole

h g

uru

(1

-4)

Sis

wa

akti

f m

emb

erik

an

per

tan

yaa

n s

elam

a

KB

M (

1-4

)

Sis

wa

men

jaw

ab

per

tan

yaa

n d

ari

gu

ru

(1-4

)

Jum

lah

1

2

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

4 = Sangat aktif

3 = Aktif

2 = Cukup aktif

1 = Kurang aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

b) Intrumen aktivitas belajar Siklus I dan Siklus II

Tabel 12: Instrumen Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa

No Nama

Bek

erja

S

ama

Dal

am

Kel

om

po

k

(1-4

)

Men

gk

om

un

ikas

ih

kan

Ja

wab

an

Kep

ada

An

ggo

ta

Kel

om

po

k (

1-4

)

Pen

gu

asaa

n M

ater

i

(1-4

)

Men

gh

arg

ai

Pen

dap

at

Ses

ama

An

ggo

ta K

elo

mp

ok

(1-4

)

Kea

kti

fan

A

ng

go

ta

Kel

om

po

k

Dal

am

Dis

ku

si (

1-4

)

Kem

amp

uan

Men

gan

alis

is

Mat

eri

(1-4

)

Jum

lah

1

2

Dst..

Jmh

Rata-rata

Keterangan:

4 = Sangat aktif

3 = Aktif

2 = Cukup aktif

1 = Kurang aktif

2) Instrumen Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II

Tabel 13: Instrumen Pengamatan Kegiatan Presentasi Siswa

No Nama

Into

nas

i S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Kej

elas

an

Pen

yam

pai

n

Mat

eri

(1-4

)

Ek

spre

si S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Res

po

n

Ter

had

ap

Per

tan

yaa

n

yan

g

Dib

erik

an (

1-

4)

Jum

lah

1

2

3

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

4 = Sangat aktif

3 = Aktif

2 = Cukup aktif

1 = Kurang aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun prosedur sebagai berikut:

1. Pra Siklus

a. Permohonan izin

Permohonan izin ditujukan kepada Kepala Sekolah SMK Putra Tama

Bantul, Wali Kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul, Guru mata

Pelajaran Sejarah SMK Putra Tama Bantul dan Ketua Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma.

b. Observasi

Observasi menggunakan metode wawancara dengan guru bidang studi dan

beberapa siswa, serta melakukan observasi aktivitas siswa di kelas, hal ini

dilakukan sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Agar peneliti dapat

mengetahui kondisi awal sebelum menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti harus

menyusun RPP dengan memperhatikan kompetensi dasar/ materi pokok

yang diajarkan kepada siswa, dan perangkat lainnya yang digunakan pada

saat mengajar di kelas terutama pada saat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

d. Mempersiapkan Media Pembelajaran

Media yang digunakan oleh peneliti adalah hand out51

, papan tulis,

penghapus, dan spidol.

e. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah soal tes dan lembar

pengamatan aktivitas dan kegiatan siswa.

2. Rencana Tindakan

Dalam Penelitian tindakan kelas (PTK) ada lima hal yang harus dilakukan

yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, observasi dan refleksi. Siklus

ini dilakukan hanya dua kali karena keterbatasan waktu.

a. Siklus I

1) Perencanaan

Tahap dimana seorang peneliti harus menyiapkan semua instrumen yang

dibutuhkan selama proses pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran , lembar

wawancara, dan lembar aktivitas dan kegiatan siswa.

2) Tindakan

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dapat mengikuti langkah-

langkah yang ada dalam RPP, langkah-langkah tersebut disesuaikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

51

Hand out adalah bahan pembelajaran untuk siswa sebagai sumber belajar. Pada

kompetensi dasar 3.6. Dampak Politik, Budaya,Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan Pada

Masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

3) Pengamatan

Pengamatan dimulai dengan kegiatan pembelajaran di kelas yang

dilakukan oleh peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa. Dengan

tujuan mengamati segala aktivitas siswa berdasarkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Evaluasi

Untuk mengukur tingkat prestasi belajar sejarah dengan menggunakan

tes tertulis. Sedangkan Untuk mengetahui aktivitas dan kegiatan siswa

dengan menggunakan lembar observasi siswa.

5) Refleksi

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian

dianalisis oleh peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa mengadakan

tentang jalannya proses belajar mengajar selama peneliti menerapakn

model pembelajaran jigsaw. Agar siklus II dapat terlaksana dengan baik.

Guru dan rekan mahasiswa mengetahui kekurangan peneliti selama

belajar mengajar. Untuk tahap ini guru memberikan saran-saran supaya

pada siklus II berjalan lebih baik dari sebelumnya.

b. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus pertama mengetahui kelebihan dan

kelemahan pada siklus I, maka pada siklus II ada tahapan yang masih

sama dengan siklus pertama hanya perlu ada hal yang ditingkatkan agar

hasilnya mencapai signifikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

1) Perencanaan

Pada siklus II ini peneliti harus menyiapkan segala macam instrumen

bahan ajar yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar di kelas,

seperti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar

kegiatan siswa, menyiapkan materi ajar, soal atau pertanyaan, dan lembar

kerja siswa baik kelompok dan individu.

2) Tindakan

Pada tahap ini peneliti mengikuti apa yang sudah peneliti buat dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peneliti melakukan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP.

Tindakan disini pasti sedikit ada perubahan karena di dalam RPP ada

sedikit penambahan langkah-langkahnya.

3) Pengamatan

Peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa melakukan pengamatan

terhadap aktivitas siswa selama menerapkan model kooperatif tipe

jigsaw, masih memperhatikan hasil refleksi siklus I.

4) Evaluasi

Pada tahap ini untuk mengukur tingkat prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan tes tertulis. Sedangkan Untuk mengetahui aktivitas siswa

dengan menggunakan lembar observasi siswa.

5) Refleksi

Peneliti bersama guru dan rekan mahasiswa membandingkan siklus

kedua dengan siklus pertama mengenai hasil pembelajaran yang dicapai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

oleh siswa. Hasilnya dapat meningkat atau masih pada tahap terendah,

jika belum mencapai target maka peneliti dapat melanjutkan tindakan

siklus ketiga. Namun, keterbatasan waktu sehingga penelitian ini hanya

sampai pada siklus II. Siklus II merupakan tahap akhir dari penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

M. Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab

indikator keberhasilan ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tujuannya adalah untuk memperbaiki

mutu pembelajaran di kelas dan peningkatan prestasi pembelajaran sejarah siswa.

Adapun target indikator pencapain prestasi belajar dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Indikator Pencapaian.

Variabel Pra Siklus Siklus I Siklus II

Prestasi (KKM 75) 65 % 70 % 80 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama

Bantul pada tanggal 24 April dan tanggal 8 Mei 2019. Peneliti melaksanakan dua

siklus pada mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan judul “Dampak Politik,

Budaya, Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Eropa di

Nusantara dan Lahirnya Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda”. Siklus I dan

siklus II peneliti melakukan satu kali pertemuan serta menguji daya serap siswa

terhadap materi yang sudah diajarkan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti

mengadakan observasi di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul dengan

jumlah siswa 21.

Observasi terhadap aktivitas belajar sejarah siswa dilaksanakan pada

tanggal 17 April 2019 di kelas Pemasaran SMK Putra Tama Bantul pada mata

pelajaran sejarah. Observasi dilaksanakan pada jam ke-3,4 dan 5.

Observasi di kelas, sebelum masuk pada inti pembelajaran guru

membuka proses pembelajaran dengan memberi salam, melakukan presensi,

memeriksa kesiapan belajar siswa, serta melakukan apersepsi. Namun, siswa

kurang antusias dalam hal tersebut, ada sedikit siswa yang mau terlibat aktif

ketika guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang sudah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Dalam proses pembelajaran metode yang digunakan adalah metode

ceramah dan gurunya hanya berfokus di depan kelas sehingga siswa yang

duduk di belakang kurang antusias selama pembelajaran sejarah. Beberapa

siswa yang aktif itu yang duduk di depan. Setelah menjelaskan materi, guru

memberikan tugas namun karena belum selesai guru menyuruh siswa kerjakan

di rumah dan dikumpulkan keesokan hari. Dalam kegiatan pembelajaran

tersebut, masih kurang efektif karena metode yang digunakan tidak melibatkan

siswa dalam pembelajaran sehingga siswa kurang antusias untuk belajar

sejarah. Siswa kurang antusias tersebut dapat berdampak pada prestasi

belajarnya rendah hal tersebut karena tidak didukung oleh model pembelajaran

yang membangkita niat dan semangat belajar sejarah. Berikut ini dijelaskan

hasil pembelajaran aktivitas belajar, dan prestasi belajar pra siklus pada siswa

kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

2. Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

1) Data Pra Siklus

a) Data Aktivitas Siswa Kelas X Pemasaran Pra Siklus

Untuk aktivitas belajar, peneliti berperan sebagai pengamat terhadap

guru yang sedang mengajar, serta mengamati respon siswa terhadap

pembelajaran sejarah. Berikut ini tabel 14 aktivitas siswa selama proses

pembelajaran sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel 14: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus

No Nama

Sis

wa

siap

men

gik

uti

KB

M

Sis

wa

mem

per

hat

ikan

pen

jela

san

gu

ru

Sis

wa

men

cata

t m

ater

i

yan

g p

enti

ng

Sis

wa

men

ger

jak

an

tug

as y

ang

dib

erik

an

ole

h g

uru

Sis

wa

akti

f m

emb

erik

an

per

tan

yaa

n s

elam

a

KB

M

Sis

wa

men

jaw

ab

per

tan

yaa

n d

ari

gu

ru

Jum

lah

1 CHRL 3 2 2 2 1 1 11

2 DGD 3 2 3 2 2 2 14

3 ES 2 2 2 2 2 2 12

4 GT 2 1 1 1 1 1 7

5 BW 3 3 2 2 1 1 12

6 VRB 3 3 4 4 3 2 19

7 BJ 2 2 2 3 2 2 13

8 MA 3 3 2 3 2 2 15

9 VM 3 2 2 2 3 2 14

10 RNY 2 2 2 2 2 1 11

11 MNP 2 2 2 1 2 2 11

12 FA 3 3 2 2 3 2 15

13 AY 2 1 1 1 1 1 7

14 TN 3 2 1 2 1 1 10

15 MYN 2 2 2 2 1 2 11

16 DDDP 3 2 3 3 3 2 16

17 BS 2 1 2 1 1 1 8

18 YOAN 3 3 3 3 3 3 18

19 AGP 2 2 2 2 3 2 13

20 AOF 1 1 1 1 1 1 6

21 BS 1 1 1 2 1 1 7

Jumlah 50 42 42 43 39 34

Rata-rata 2.38 2.00 2.00 2.04 1.86 1.62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Keterangan:

1 Kurang Aktif

2 Cukup Aktif

3 Aktif

4 Sangat Aktif

Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil aktivitas

belajar sejarah siswa, siswa siap mengikuti KBM jumlah skornya adalah 50,

siswa memperhatikan penjelasan guru jumlah skor adalah 42, siswa

mencatat materi yang penting jumlah skornya adalah 42, siswa

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru skor adalah 43, siswa aktif

selama KBM jumlah adalah 39, dan siswa menjawab pertanyaan dari guru

jumlah skor 34. Dengan demikian, skor aktivitas siswa selama pembelajaran

sejarah belum mencapai hasil dominan sebab skor masih di bawah 56. Hal

tersebut dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah yang masih rendah,

sehingga peneliti dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan prestasi belajar sejarah. Untuk lebih memperjelas penjelasan

tadi dapat dilihat pada skala tabel 15 berikut.

Tabel 15 : Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Pra Siklus

No Kriteria Skala Aktivitas F (%)

1 Kurang Aktif 0-7 4 19,05

2 Cukup Aktif 8-14 12 57,14

3 Aktif 15-21 5 23,81

4 Sangat Aktif 22-29 0 0

Berdasarkan data tabel 15 di atas, hasil prosentase aktivitas belajar

sejarah siswa berdasarkan kriteria. Pertama, kriteria siswa sangat aktif

adalah 0 (0%). Kedua, kriteria siswa aktif adalah 5 siswa (23,81%). Ketiga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

kriteria siswa cukup aktif adalah 12 siswa (57,14%), dan keempat, kriteria

siswa kurang aktif adalah 4 siswa (19,5%). Untuk melihat prosentase dapat

dilihat pada diagram III berikut:

Gambar III: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siswa

Pra Siklus

b) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus

Berikut ini merupakan hasil belajar sejarah sebelum menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas X Pemasaran SMK

Putra Tama Bantul. Untuk lebih jelas dapat lihat pada tabel 16 di bawah

ini.

Tabel 16 : Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus

No Nama Siswa Nilai T TT

1 CHRL 75

2 DGD 75

3 ES 75

4 GT 55

5 BW 75

6 VRB 80

7 BJ 75

8 MA 80

9 VM 80

10 RNY 75

11 MNP 75

12 FA 80

13 AY 40

14 TN 70

15 MYN 75

16 DDDP 80

17 BS 45

0%

24%

57%

19% Sangat Aktif 22-29

Aktif 15-21

Cukup Aktif 8-14

Kurang Aktif 0-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

No Nama Siswa Nilai T TT

18 YOAN 80

19 AGP 75

20 AOF 30

21 BS 50

JUMLAH 1445 15 6

Prosentase (%) 71,42 28,57

Rata-Rata 68,80

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 30

KKM 75

Berdasarkan data tabel 16 di atas, hasil prestasi belajar

sejarah siswa kelas X Pemasaran sebelum menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menunjukkan bahwa siswa

lulus KKM adalah 15 siswa atau 71,42%, sedangkan siswa tidak lulus

KKM adalah 6 siswa atau 28,57%. Adapun rata-rata siswa telah

mencapai KKM, yakni 68,80. Nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah

siswa 30.

Berdasarkan hasil tersebut, perlu ada perbaikan prestasi belajar

sejarah pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Untuk

melihat hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada skala tabel

17 prestasi belajar siswa berikut.

Tabel 17: Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus

No Kriteria Skala Prestasi Pra Siklus Rata-rata

F (%)

68,80

1 Sangat Tinggi 90-100 0 0

2 Tinggi 80-89 6 28,57

3 Cukup 70-79 10 47,61

4 Rendah 60-69 0 0

5 Sangat Rendah 0-59 5 23,80

Jumlah 21 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Pada data tabel 17 di atas, hasil prosentase prestasi belajar

sejarah siswa berdasarkan kriteria penilaian agar mempermudah untuk

melihat berapa siswa mencapai nilai sangat tinggi hingga sangat rendah.

Kriteria sangat tinggi adalah 0 atau 0%, artinya tidak ada siswa yang

mencapai kriteria tersebut. Kriteria tinggi adalah 6 siswa atau 28,57%.

Kriteria cukup adalah 10 siswa atau 47,61%. Sedangkan kriteria rendah

adalah 0 atau 0%, artinya tidak ada yang mencapainya. Yang terakhir

kriteria sangat rendah adalah 5 siswa atau 23,80%. Untuk lebih jelas

bisa lihat pada diagram IV berikut ini.

Gambar IV: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra

Siklus

Selain data observasi di atas, ada pula data wawancara. Peneliti

melakukan wawancara kepada guru sejarah dan empat siswa pada

tanggal 18 April 2019. Hasil dari wawancara tersebut menunjukkan

pada metode yang digunakan masih sangat terbatas atau kurang

bervariasi, sehingga ada beberapa siswa yang bosan selama

pembelajaran sejarah. Rasa bosan tersebut berpengaruh pada minat

0%

28%

48%

0%

24% Sangat Tinggi 90-100

Tinggi 80-89

Cukup 70-79

Rendah 60-69

Sangat Rendah 0-59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

belajar sejarah siswa berkurang, berkurangnya minat belajar sejarah

dapat berdampak pada rendahnya prestasi belajar sejarah siswa.

b. Data Siklus I

Setelah melakukan observasi pada pra siklus, peneliti masuk

pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada kelas X Pemasaran, pelaksanaan dimulai pada tanggal 24

April 2019. Pada siklus I peneliti hanya mengadakan satu pertemuan,

serta menguji daya serap siswa tentang materi sejarah yang sudah

diajarkan. Namun sebelum masuk pada tahap menerapkan model

pembalajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti menyiapkan perangkat yang

digunakan pada saat pembelajaran siklus I. Hal-hal yang disiapkan oleh

peneliti sebagai berikut.

1) Perencanaan Siklus I

Untuk tahap ini peneliti menyiapkan segala perangkat

pembelajaran yang digunakan selama kegiatan pembelajaran di kelas.

Hal-hal yang disiapkan sebagai berikut:

a) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam RPP peneliti menyiapkan tentang alokasi waktu

pembelajaran, judul pembelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, model dan metode/ tipe pembelajaran,

media dan alat pembelajaran, sumber pembelajaran, langkah-langkah

menerapkan model kooperatif tipe jigsaw di kelas, serta yang terakhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

penilaian hasil belajar. RPP peneliti telah mengadakan konsultasi

dengan guru mata pelajaran sejarah.

b) Mempersiapkan Materi Pembelajaran

Materi yang disiapkan oleh peneliti, yakni dari KD.3.6.

“Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Pada

Masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara”. Peneliti menyiapkan

hand out untuk peneliti sendiri dan untuk siswa sebagai bahan refrensi

selama menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw.

c) Membuat Lembar Kerja Siswa

Peneliti menyiapkan lembar kerja siswa, yakni lembar kerja

individu dan kelompok. Lembar kerja individu berupa soal pilihan

ganda, nama siswa, kelas, dan obsen pilihan ganda, sedangkan lembar

kerja kelompok berupa pernyataan.

2) Tindakan Siklus I

Dalam melaksanakan tindakan, peneliti mengikuti yang sudah

dibuat dalam RPP serta semua perangkat yang sudah peneliti siapkan

sebelumnya. Pada tahap ini peneliti telah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Peneliti menerapkan model kooperatif tipe jigsaw pada tanggal 24

April 2019 di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul. Pada awal

kegiatan belajar mengajar peneliti memulai dengan salam pembuka,

melakukan presensi dengan menanyakan kehadiran siswa, serta

melakukan apersepsi. Sebelum menerapkan model pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

kooperatif tipe jigsaw peneliti menyampaikan judul materi terlebih

dahulu tentang “Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan

Pendidikan pada masa Penjajahan Bangsa Eropa di Nusantara”, tujuan,

dan fungsi pembelajaran serta langkah-langkah menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw. Setelah itu, peneliti masuk pada inti pembelajaran.

Dengan menyampaikan materi secara garis besar, dan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Menerapkan model kooperatif tipe jigsaw, peneliti membagi

kelompok menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok anggotanya terdiri

dari 4 sampai 5 orang. Untuk pembagian kelompok ada dua tipe, yaitu

kelompok asal dan kelompok ahli. Untuk kelompok asal peneliti

menggunakan kertas berwarna biru, kuning, hijau, dan merah untuk

mempermudah siswa dan peneliti dalam mengelompokkan anggota

kelompok asal. Siswa yang mendapatkan warna kertas sama berkumpul

dalam satu kelompok, di kertas warna tersebut peneliti telah memberikan

nomor (kode). Setelah pembagian kelompok asal peneliti membagikan

materi kepada setiap kelompok dan mereka membagikan ke sesama

anggota kelompok sesuai nomor (kode) yang sudah peneliti berikan di

kertas warna.

Langkah kedua membagi kelompok ahli berdasarkan materi yang

sudah mereka dapatkan. Setiap siswa yang memiliki materi sama kumpul

untuk mempelajari materi tersebut hingga menjadi ahli kemudian

kembali ke kelompok asal, dan mengajarkan kepada anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

kelompoknya sesuai topik yang sudah mereka dapat secara bergiliran.

Setiap kelompok asal diharuskan mencatat hal-hal pokok yang

disampaikan oleh teman ahli kemudian kelompok asal mempresentasi di

depan kelas secara bergiliran. Peneliti tetap mengawasi jalannya diskusi

kelompok. Jika ada siswa yang kurang memperhatikan anggota

kelompok lain saat presentasi, maka disini peneliti akan menyuruh

menjelaskan apa yang sudah dijelaskan oleh kelomopok lain.

Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

peneliti langsung mengadakan tes. Tesnya berupa soal pilihan ganda

yang berjumlah 20 butir soal. Peneliti membagikan soal dan lembar

jawaban siswa. Waktu mengerjakan soal selama 45 menit. Setelah

mengerjakannya, para siswa mengumpulkan kepada peneliti dan terakhir

memberi salam penutup.

3) Observasi aktivitas, kegiatan, dan prestasi belajar sejarah siswa siklus I

Aktivitas, kegiatan, dan prestasi belajar sejarah siswa selama

menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sejarah.

Instrumen observasi berupa pernyataan, dan soal pilihan ganda. Untuk

mengetahui hasil dari observasi siswa dan prestasi siswa, dapat dibahas

satu persatu.

a) Aktivitas Siswa Kelas X Pemasaran Siklus I

Untuk mengetahui aktivitas siswa peneliti bekerja sama

dengan guru bidang studi untuk memberikan penilaian seberapa besar

siswa yang bersangkutan dapat terlibat selama proses pembelajaran di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

kelas terutama pada saat penerapkan model kooperatif tipe jigsaw.

Peneliti juga ikut terlibat dengan melihat aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Hasil observasi berdasarkan pengamatan dan hasil

dokumentasi. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti

masih menunggu beberapa siswa yang masih di luar, setelah semua

masuk barulah peneliti memulai dengan kegiatan belajar mengajar.

Pada awal pembelajaran masih terlihat kondusif hanya ada 4 siswa

yang duduk di bagian belakang kurang fokus tetapi peneliti mengajak

mereka untuk ikut diskusi kelompok dan mereka mau ikut terlibat

dalam kelompok diskusi pembelajaran sejarah. Berikut ini hasil

observasi siswa di kelas X Pemasaran sebagai berikut.

Tabel 18: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus I

No Nama

Bek

erja

Sam

a D

alam

Kel

om

po

k

Men

gk

om

un

ikas

ihk

an

Jaw

aban

Kep

ada

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Pen

gu

asaa

n M

ater

i

Men

gh

arg

ai P

end

apat

Ses

ama

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Kea

kti

fan

An

ggo

ta

Kel

om

po

k D

alam

Dis

ku

si

Kem

amp

uan

Men

gan

alis

is M

ater

i

Jum

lah

1 CHRL 3 3 3 3 2 2 16

2 DGD 3 3 4 3 3 2 18

3 ES 2 2 1 2 2 1 10

4 GT 2 1 1 2 1 1 8

5 BW 3 3 2 3 2 2 15

6 VRB 4 4 4 4 4 4 24

7 BJ 3 3 3 3 3 3 18

8 MA 3 4 3 3 3 3 19

9 VM 4 4 4 4 4 3 23

10 RNY 2 2 2 2 3 1 12

11 MNP 3 3 3 4 3 3 19

12 FA 4 4 4 4 4 4 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

13 AY 3 3 3 3 3 3 18

14 TN 3 3 3 3 3 3 18

15 MYN 4 4 4 4 4 3 23

16 DDDP 2 2 2 2 2 2 12

17 BS 4 4 4 4 4 3 23

18 YOAN 1 2 3 3 2 1 12

19 AGP 3 3 3 3 3 3 18

20 AOF 1 1 1 2 1 1 7

21 BS 1 1 1 1 1 1 6

Jumlah 58 59 58 62 57 49

Rata-rata 2.76 2.80 2.76 2.95 2.71 2.33

Keterangan:

1 Kurang Aktif

2 Cukup Aktif

3 Aktif

4 Sangat Aktif

Berdasarkan data tabel 18 di atas, hasil aktivitas belajar

sejarah siswa dapat diketahui bahwa pada siklus I bekerja sama dalam

kelompok jumlah skor 58, mengkomunikasikan jawaban kepada

anggota kelompok jumlah skor 59, penguasaan materi jumlah skor 58,

menghargai pendapat sesama anggota kelompok 62, keaktifan anggota

kelompok dalam diskusi jumlah skor 57, dan kemampuan

menganalisis materi jumlah skor 49.

Hasil dominan ada pada menghargai pendapat sesama anggota

kelompok dengan jumlah skor adalah 62. Kedua, berada pada

mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok dengan

jumlah skor 59. Ketiga, bekerja sama dalam anggota kelompok

jumlah skornya adalah 58. Keempat, penguasaan materi jumlah skor

adalah 58. Kelima , keaktifan anggota kelompok dalam diskusi dengan

skor 57. Kelima aspek tersebut berhasil ditingkatkan karena siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

mau menerima pendapat anggota kelompok dengan baik. Sedangkan

aspek yang perlu ditingkatkan pada siklus II adalah kemampuan

menganalisis materi jumlah skornya adalah 49. Kriteria terakhir ini

perlu ditingkatkan karena semua aspek tersebut sangat membantu

dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah.

Dengan demikian, pada pembelajaran siklus I aktivitas siswa

terhadap materi sejarah sudah ada peningkatan dan adanya keinginan

untuk belajar sejarah sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan lagi.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 19 skala di bawah ini.

Tabel 19: Data Prosentase Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I

No Kriteria Skala Aktivitas F (%)

1 Kurang Aktif 0-7 2 9,52

2 Cukup Aktif 8-14 5 23,80

3 Aktif 15-21 9 42,85

4 Sangat Aktif 22-29 5 23,80

Berdasarkan data tabel 19 di atas, hasil prosentase aktivitas

belajar sejarah siswa dapat menunjukkan bahwa kriteria sangat aktif

adalah 5 siswa atau 23,80%, kritria aktif adalah 9 siswa atau 42,85%,

kriteria cukup aktif adalah 5 siswa atau 23,80%, dan kriteria kurang

aktif adalah 2 siswa atau 9,52%. Dengan demikian, bahwa aktivitas

siswa pada siklus ini sudah sedikit mengalami peningkatan buktinya

siswa sangat aktif dan siswa aktif lebih banyak daripada siswa cukup

aktif dan kurang aktif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram V

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Gambar V: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus I

b) Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus I

Untuk mengetahui tentang kegiatan presentasi belajar sejarah dapat

dilihat pada tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20: Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

No Nama

Into

nas

i S

aat

Pen

yam

pai

an M

ater

i

Kej

elas

an P

eny

amp

ain

Mat

eri

Ek

spre

si S

aat

Pen

yam

pai

an M

ater

i

Res

po

n T

erh

adap

Per

tan

yaa

n y

ang

Dib

erik

an

Jum

lah

1 CHRL 3 3 3 2 11

2 DGD 3 3 3 3 12

3 ES 2 2 2 1 7

4 GT 3 3 3 2 11

5 BW 2 2 2 2 8

6 VRB 3 3 3 3 12

7 BJ 3 3 3 3 12

8 MA 3 3 3 3 12

9 VM 3 3 3 3 12

10 RNY 2 2 2 2 8

11 MNP 3 3 3 3 12

12 FA 3 3 3 3 12

13 AY 2 2 2 1 7

14 TN 3 3 3 3 12

15 MYN 4 4 4 3 13

24%

43%

24%

9%

Sangat Aktif 22-29

Aktif 15-21

Cukup Aktif 8-14

Kurang Aktif 0-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

16 DDDP 2 2 3 2 9

17 BS 4 4 4 4 16

18 YOAN 2 2 3 3 10

19 AGP 3 3 3 3 12

20 AOF 2 2 2 1 7

21 BS 2 2 2 1 7

Jumlah 57 57 59 51

Rata-rata 2.71 2.71 2.80 2.42

Keterangan:

1 Kurang Aktif

2 Cukup Aktif

3 Aktif

4 Sangat Aktif

Berdasarkan data tabel 20 di atas, hasil kegiatan presentasi

belajar sejarah siswa dapat diketahui bahwa intonasi saat penyampaian

materi jumlah skor 57, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 57,

ekspresi saat penyampaian materi jumlah skor 59, dan respon terhadap

pertanyaan yang diberikan jumlah skor adalah 51.

Hasil dominan prosentase ada pada ekspresi saat penyampaian

materi jumlah skor 59, intonasi saat penyampaian materi dengan

jumlah skor 57, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 57. Hasil

tersebut baik karena pada saat penyampain diskusi kelompok setiap

anggota kelompok terlibat untuk menjelaskan materinya. Sedangkan

faktor masih kurang adalah respon terhadap pertanyaan yang

diberikan jumlah dengan skor 51. Pada aspek tersebut pada siklus II

perlu ditingkatkan agar semua aspek mencapai skor yang dominan.

Dengan demikan, pada pembelajaran siklus I kegiatan

presentasi siswa terhadap materi sejarah sudah mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

peningkatan namun belum optimal sehingga pada siklus II

diperhatikan lagi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 21 skala di

bawah ini.

Tabel 21: Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa

Siklus I

No Kriteria Skala Kegiatan

Presentasi F (%)

1 Kurang Aktif 0-4 0 0

2 Cukup Aktif 5-8 6 28,57

3 Aktif 9-12 13 61,90

4 Sangat Aktif 13-16 2 9,52

Berdasarkan data tabel 21 di atas, hasil prosentase kegiatan

presentasi belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa kriteria sangat

aktif dicapai oleh 2 siswa atau 9,52%, kriteria aktif dicapai oleh 13

siswa atau 61,90%, kriteria cukup dicapai oleh 6 siswa atau 28,57%,

dan terakhir kriteria kurang aktif adalah 0 (0%). Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dominan berada pada kriteria

aktif adalah 13 siswa atau 61,90%, telah mengalami peningkatan

kegiatan presentasi belajar sejarah siswa di sikus I. Untuk

memperjelas penjelasan di atas dapat lihat pada diagram VI berikut

ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Gambar VI: Diagram Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus I

c) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

Prestasi belajar sejarah siswa setelah menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw. Kriteria ketuntasan prestasi belajar sejarah

peneliti mengikuti KKM yang ditentukkan oleh sekolah, yaitu 75.

Untuk mengetahui secara rinci dapat dilihat pada tabel 22 berikut.

Tabel 22: Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

No Nama Siswa Nilai T TT

1 CHRL 30

2 DGD 75

3 ES 25

4 GT 20

5 BW 75

6 VRB 80

7 BJ 85

8 MA 80

9 VM 85

10 RNY 80

11 MNP 80

12 FA 80

13 AY 80

14 TN 90

15 MYN 80

16 DDDP 85

17 BS 85

18 YOAN 85

19 AGP 60

20 AOF 75

21 BS 75

JUMLAH 1475 17 4

Prosentase (%) 80,95 19,05

Rata-rata 70,24

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 20

9%

62%

29%

0%

Sangat Aktif 22-29

Aktif 15-21

Cukup Aktif 8-14

Kurang Aktif 0-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Berdasarkan tabel 22 di atas, hasil prestasi belajar sejarah

siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

menunjukkan bahwa siswa yang lulus KKM adalah 17 siswa atau

80,95%, siswa tidak lulus KKM adalah 4 siswa atau 19,05%. Rata-

rata nilai siswa yakni 70,24. Sedangkan nilai tertinggi siswa adalah

90, dan nilai terendah siswa adalah 20. Maka berdasarkan hasil

tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan prestasi

belajar sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaran

koopertaif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra

Tama Bantul.

Hal tersebut dapat dilihat setiap siswa telah ada peningkatan

hasil belajar, pada pra siklus nilai tertinggi tidak mencapai 90 tetapi

setelah menerapkan model ini ada siswa telah mencapai nilai 90,

selain itu juga prosentase telah naik menjadi 80,95%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel kriteria prestasi belajar sejarah siswa

siklus I.

Tabe 23: Data Prosentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

No Kriteria Skala

Prestasi

F (%) Rata-Rata

70,24

1 Sangat Tinggi 90-100 1 4,76

2 Tinggi 80-89 12 57,14

3 Cukup 70-79 4 19,05

4 Rendah 60-69 1 4,76

5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29

Jumlah 21 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

5%

57% 19%

5% 14% Sangat Tinggi 90-100

Tinggi 80-89

Cukup 70-79

Rendah 60-69

Sangat Rendah 0-59

Berdasarkan tabel 23 prosentase di atas, hasil prosentase prestasi

belajar sejarah dapat dikelompokan bahwa siswa yang mencapai

kriteria sangat tinggi adalah 1 siswa atau 4,76%. Kriteria tinggi

dicapai oleh 12 siswa atau 57,14%. Kriteria cukup dicapai oleh 4

siswa atau 19,05%. Kriteria rendah dicapai oleh 1 siswa atau 4,76%.

Kriteria sangat rendah dicapai oleh 3 siswa atau 14,29%. Dengan

demikian, hasil dominan prestasi belajar sejarah siswa siklus I berada

pada kriteria tinggi dicapai oleh 12 siswa, sehingga sudah mengalami

peningkatan namun belum mencapai target. Untuk lebih jelas dapat

lihat pada diagram VII di bawah ini.

Gambar VII: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siklus I

4) Refleksi Siklus I

Refleksi pada siklus I yang sudah peneliti lakukan di kelas,

setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara

umum telah berjalan dengan baik. Namun sedikit kendala, ada beberapa

materi yang siswa belum paham betul maka disini peneliti yang

membantu siswa bersangkutan menjelaskan apa yang mereka belum

paham, setelah siswa tersebut memahami materi kemudian ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

menjelaskan kepada siswa lain. Hal-hal yang perlu peneliti perbaiki pada

siklus II, yakni menjelaskan materi terlebih dahulu kemudian

menerapkan model kooperatif tipe jigsaw, serta pengelolaan kelas perlu

diperhatikan, agar semua siswa dapat terlibat dalam pembelajaran

sejarah.

Di siklus ini terutama pada tahap tindakan, sudah peneliti jelaskan

beberapa hal yang perlu peneliti lakukan selama menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Terutama bagaimana siswa mau

bekerja sama dalam kelompok-kelompok yang sudah dibagikan secara

heterogen. Setiap siswa harus mampu menguasai materinya dengan baik,

dan mau saling membantu antar kelompok karena model ini sifatnya

semua anggota kelompok harus terlibat dan harus berhasil bersama-sama

jika salah satu anggota kelompoknya gagal maka modelnya pun gagal.

Oleh karen itu, disini peneliti juga turut membantu siswa untuk benar-

benar terlibat selama proses pembelajaran agar proses pembelajaran

dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, pada siklus II diharapkan proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik, terutama membangkitkan semangat belajar

sejarah bagi seluruh siswa di kelas.

c. Data Siklus II

Penelitian siklus II pun sama seperti siklus I penelitian mengadakan

satu kali pertemuan, serta menguji daya serap siswa tentang pembelajaran

sejarah yang sudah diajarkan oleh peneliti. Siklus ini peneliti melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

pada tanggal 8 Mei 2019. Dalam pertemuan ini peneliti menyampaikan

materi terlebih dahulu kemudian menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw serta mengadakan tes kepada siswa. Adapun hal-hal

yang peneliti rencanakan sebelum menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada kelas X Pemasaran.

1) Rencana Pembelajaran Siklus II

Dalam perencanaan ini ada beberapa hal yang masih sama

dengan siklus I. Hanya sedikit perubahan pada langkah-langkah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada siklus I

peneliti hanya menjelaskan materi secara garis besar tetapi pada siklus ini

peneliti dapat menjelaskan materi secara keseluruhan kemudian

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar siswa sudah

memiliki bekal untuk belajar materi yang akan dibagikan oleh peneliti.

2) Tindakan Siklus II

Siklus II peneliti lakukan pada tanggal 8 Mei 2019 di kelas X

Pemasaran. Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar dapat dimulai

dengan salam pembuka, mengecek kehadiran siswa atau lakukan

presensi, melakukan apersepsi. Kemudiam memulai dengan proses

belajar mengajar dengan menyampaikan judul pembelajaran tentang

“Lahirnya Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda” serta tujuan dan

fungsi pembelajaran, juga menyampaikan cara menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas. Pada siklus II ini peneliti

menyampaikan materi secara umum kemudian menerapkan model

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Cara membagi kelompok masih

sama seperti siklus I, jumlah dari masing-masing anggota kelompok

masih sama. Akhir dari pembelajaran ini peneliti melakukan tes tertulis,

berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 butir soal. Waktu

mengerjakan soal 45 menit. Setelah semuanya selesai mengerjakan soal,

siswa mengumpulkan ke peneliti, dan terakhir memberi salam penutup.

3) Observasi aktivitas, kegiatan dan prestasi belajar sejarah siswa siklus II

Aktivitas siswa selama menerapkan model kooperatif tipe jigsaw

dalam pembelajaran sejarah, serta kegiatan dan prestasi belajar sejarah

siswa. Instrumen observasi berupa pernyataan, dan soal pilihan ganda.

Berikut ini hasil observasi aktivitas pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

dan prestasi pembelajaran sejarah siswa.

a) Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Siklus II

Untuk mengetahui aktivitas siswa, peneliti menggunakan

lembar observasi berupa pernyataan. Peneliti masih bekerja sama

dengan guru bidang studi untuk membantu menilai aktivitas siswa

selama proses pembelajaran terutama dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hasil observasi berdasarkan pengamatan langsung dan

dokumentasi (foto-foto) aktivitas siswa di kelas. Proses belajar

mengajar dimulai pada jam 09:15 pagi. Peneliti tidak langsung pada

proses pembelajaran tetapi masih menunggu beberapa siswa yang

masih di luar kelas. Setelah semuanya masuk baru peneliti memulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dengan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada saat masuk pada

pembelajaran ini semua siswa sangat antusias untuk belajar sejarah

dan mau terlibat dalam diskusi kelompok. Setelah proses belajar

mengajar selesai, peneliti memberikan soal tes berupa soal pilihan

ganda, dan setelah menyeleasikan soal tersebut siswa dapat

mengumpulkannya kepada peneliti.

Untuk mengetahui hasil aktivitas siswa selama peneliti

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa dilihat

pada tabel 24 di bawah ini.

Tabel 24: Data Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kooperatif Siklus II

No Nama

Bek

erja

Sam

a D

alam

Kel

om

po

k

Men

gk

om

un

ikas

ihk

an

Jaw

aban

Kep

ada

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Pen

gu

asaa

n M

ater

i

Men

gh

arg

ai P

end

apat

Ses

ama

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Kea

kti

fan

An

ggo

ta

Kel

om

po

k D

alam

Dis

ku

si

Kem

amp

uan

Men

gan

alis

is M

ater

i

Jum

lah

1 CHRL 3 3 3 3 4 2 18

2 DGD 4 3 4 4 3 2 20

3 ES 3 3 2 3 3 1 15

4 GT 3 3 3 3 2 2 16

5 BW 4 4 3 3 3 3 20

6 VRB 4 4 4 4 4 4 24

7 BJ 4 4 4 4 4 3 23

8 MA 4 4 3 4 4 3 22

9 VM 4 4 4 4 4 4 24

10 RNY 3 3 3 3 3 3 18

11 MNP 3 3 3 4 3 3 19

12 FA 4 4 4 4 4 4 24

13 AY 3 3 3 4 3 3 19

14 TN 3 3 3 4 3 3 19

15 MYN 4 4 4 4 4 3 23

16 DDDP 2 2 3 3 3 2 15

17 BS 4 4 4 4 4 3 23

18 YOAN 3 3 3 3 3 3 18

19 AGP 3 3 4 3 3 3 19

20 AOF 4 3 3 3 3 2 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

No Nama

Bek

erja

Sam

a D

alam

Kel

om

po

k

Men

gk

om

un

ikas

ihk

an

Jaw

aban

Kep

ada

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Pen

gu

asaa

n M

ater

i

Men

gh

arg

ai P

end

apat

Ses

ama

An

gg

ota

Kel

om

po

k

Kea

kti

fan

An

ggo

ta

Kel

om

po

k D

alam

Dis

ku

si

Kem

amp

uan

Men

gan

alis

is M

ater

i

Jum

lah

21 BS 3 2 3 2 4 1 15

Jumlah 72 69 70 73 71 57

Rata-Rata 3.42 3.28 3.33 3.47 3.38 2.71

Keterangan:

1 Kurang Aktif

2 Cukup Aktif

3 Aktif

4 Sangat Aktif

Berdasarkan data tabel 24 di atas, hasil aktivitas belajar

sejarah siswa dapat diketahui bahwa pada siklus I bekerja sama dalam

kelompok jumlah skor 58 pada siklus II naik menjadi 72. Siklus I

mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok jumlah skor

59 pada siklus II naik menjadi 69. Siklus I penguasaan materi jumlah

skor 58 pada siklus II skor naik menjadi 70. Pada siklus I menghargai

pendapat sesama anggota kelompok skor 62 sedangkan pada siklus II

skor naik menjadi 73. Siklus I keaktifan anggota kelompok dalam

diskusi jumlah skor 57 pada siklus II naik menjadi 71, dan terakhir

siklus I kemampuan menganalisis materi jumlah skor 49 skornya pada

siklus II naik menjadi 57.

Pada siklus II, pada umumnya kriteria di tabel 24 di atas telah

berhasil mencapai hasil yang dominan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Kesimpulannya keaktifan siswa dan keinginan untuk belajar

sejarah telah meningkat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 25

skala di bawah ini.

Tabel. 25: Data Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Kriteria Skala Aktivitas F (%)

1 Kurang Aktif 0-7 0 0

2 Cukup Aktif 8-14 0 0

3 Aktif 15-21 14 66,66

4 Sangat Aktif 22-29 7 33,33

Berdasarkan data tabel 25 di atas, hasil prosentase aktivitas

belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan

keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah, buktinya pada siklus I

kriteria siswa sangat aktif adalah 5 siswa atau 23,80%, pada siklus II

naik menjadi 7 siswa atau 33,33% . Kriteria siswa aktif 9 siswa atau

42,85% pada siklus I, siklus II naik menjadi 14 siswa atau 66,66%.

Kriteria siswa cukup aktif dan kurang aktif 0%. Maka pada siklus

terakhir telah mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran

sejarah. Jadi, aktivitas siswa pada siklus ini telah mengalami

peningkatan yang mana rata-rata siswa berada pada kriteria sangat

aktif dan aktif. Berikut ini diagram aktivitas belajar sejarah siswa

kelas X pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Gambar VIII: Diagram Aktivitas Belajar Sejarah Siklus II

b) Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II

Hasil kegiatan presentasi belajar sejarah dapat dilihat pada tabel 26

berikut ini.

Tabel 26: Data Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II

No Nama

Into

nas

i S

aat

Pen

yam

pai

an M

ater

i

Kej

elas

an P

eny

amp

ain

Mat

eri

Ek

spre

si S

aat

Pen

yam

pai

an M

ater

i

Res

po

n T

erh

adap

Per

tan

yaa

n y

ang

Dib

erik

an

Jum

lah

1 CHRL 3 3 3 3 12

2 DGD 4 4 3 3 14

3 ES 3 3 2 3 10

4 GT 4 4 4 2 14

5 BW 3 3 3 3 12

6 VRB 4 4 4 4 16

7 BJ 4 4 4 4 16

8 MA 4 4 4 4 16

9 VM 4 4 4 4 16

10 RNY 4 4 3 3 14

11 MNP 4 4 4 4 16

12 FA 4 4 4 4 16

13 AY 4 4 4 3 15

14 TN 4 4 4 4 16

15 MYN 4 4 4 4 16

67%

33%

0% 0%

Sangat Aktif 22-29

Aktif 15-21

Cukup Aktif 8-14

Kurang Aktif 0-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

16 DDDP 4 4 4 3 15

17 BS 4 4 4 4 16

18 YOAN 4 4 4 3 15

19 AGP 4 4 4 4 16

20 AOF 3 3 3 3 12

21 BS 3 3 3 2 11

Jumlah 79 79 76 71

Rat-rata 3.76 3.76 3.61 3.38

Keterangan:

1 Kurang Aktif

2 Cukup Aktif

3 Aktif

4 Sangat Aktif

Berdasarkan data tabel 26 di atas, hasil kegiatan presentasi

belajar sejarah siswa menyatakan bahwa intonasi saat penyampaian

materi jumlah skor 79, kejelasan penyampaian materi jumlah skor 79,

ekspresi saat penyampaian materi jumlah skor 76, dan terakhir respon

terhadap pertanyaan yang diberikan jumlah skor adalah 71. Dari

kegiatan pembelajaran ini secara umum sudah mencapai hasil

dominan. Jadi, untuk siklus pembelajaran ini dapat menunjukkan

bahwa secara umum telah berhasil ditingkatkan pada kegiatan

presentasi belajar sejarah pada siklus II. Untuk lebih jelas lihat pada

tabel 27 prosentase berikut.

Tabel 27: Data Prosentase Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siklus II

No Kriteria Skala Kegiatan

Presentasi F (%)

1 Kurang Aktif 0-4 0 0

2 Cukup Aktif 5-8 0 0

3 Aktif 9-12 5 23,81

4 Sangat Aktif 13-16 16 76,19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Berdasarkan data tabel 27 di atas, hasil prosentase kegiatan

presentasi belajar sejarah siswa menunjukkan bahwa kriteria sangat

aktif dicapai oleh 16 siswa atau 76,19%, kriteria aktif dicapai oleh 5

siswa atau 23,81%, kriteria cukup dan kriteria kurang aktif adalah 0

atau 0%. Kesimpulannya bahwa secara keseluruhan telah berhasil

dalam meningkatan kegiatan presentasi belajar sejarah siswa di siklus

II. Untuk lebih jelas dapat lihat pada diagram berikut ini.

Gambar IX: Diagram Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah

Siklus II

c) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II

Untuk memperoleh prestasi belajar siswa disini peneliti

melakukan tes tertulis berupa 20 butir soal pilihan ganda. Setiap

nomor memiliki poin 1 jika benar, dan 0 jika salah. Materi tesnya

sesuai dengan materi yang sudah peneliti ajarkan pada siklus ini.

Untuk KKM masih sama seperti siklus I, yakni 75. Lebih jelasnya

untuk melihat prestasi belajar sejarah siswa sebagai berikut.

76%

24%

0% 0%

Sangat Aktif 22-29

Aktif 15-21

Cukup Aktif 8-14

Kurang Aktif 0-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Tabel 28: Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II

No Nama Siswa N T TT

1 CHRL 55

2 DGD 85

3 ES 55

4 GT 80

5 BW 75

6 VRB 95

7 BJ 95

8 MA 95

9 VM 90

10 RNY 90

11 MNP 95

12 FA 95

13 AY 90

14 TN 85

15 MYN 90

16 DDDP 75

17 BS 90

18 YOAN 90

19 AGP 95

20 AOF 85

21 BS 55

JUMLAH 1760 18 3

Prosentase (%) 85,71 14,29

Rata-rata 83,81

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 55

KKM 75

Berdasarkan data tabel 28 di atas, hasil prestasi belajar sejarah

siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada siklus II ini telah mencapai peningkatan yang baik. Siswa yang

mencapai KKM adalah 18 siswa atau 85,71%, dan siswa yang belum

mencapai KKM adalah 3 siswa atau 14,29%. Sedangkan rata-rata

83,81. Adapun siswa telah berhasil memperoleh nilai tertinggi 95 dan

yang terendah 55. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II telah

berhasil meningkatkan prestasi belajar sejarah. Untuk lebih jelasnya

lihat pada data kriteria prestasi belajar siswa siklus II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Tabel 29: Data Prosentase prestasi Belajar Siswa Siklus II

NO Kriteria Skala Prestasi F (%) Rata-

rata

1 Sangat Tinggi 90-100 12 57,14

83,81

2 Tinggi 80-89 4 19,05

3 Cukup 70-79 2 9,52

4 Rendah 60-69 0 0

5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29

Jumlah 21 100

Berdasarkan data tabel 29 di atas, hasil prosentase prestasi

belajar sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada siklus II telah berhasil meningkatkan

prestasi belajar sejarah. Pada kriteria sangat tinggi adalah 12 siswa

atau 57,14%, kriteria tinggi adalah 4 siswa atau 19,05%, kriteria

cukup adalah 2 siswa atau 9,52%, kriteria rendah 0 atau 0%, dan

kriteria sangat rendah adalah 3 siswa atau 14,29%.

Dengan demikian prestasi belajar sejarah telah meningkat yang

awalnya nilai tertinggi di bawah 95 namun berhasil ditingkatkan pada

siklus kedua yang mencapai 95 dan nilai terendah adalah 55. Diagram

berikut untuk memperjelas penjelasan di atas.

Gambar X: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siklus II

57% 19%

10%

0% 14% Sangat Tinggi 90 -100

Tinggi 80 - 89

Cukup 70 - 79

Rendah 60 - 69

Sangat Rendah 0 - 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

4) Refleksi Siklus II

Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul pada siklus I dan

siklus II. Kedua siklus ini memiliki poin yang berbeda. Pada siklus I

aspek kooperatif tipe jigsaw masih kurang karena pada aspek ini ada

beberapa siswa yang kurang serius untuk mengikuti diskusi kelompok.

Setelah peneliti menerapkan siklus II, siswa dapat ikut berpartisipasi

selama berjalannya diskusi dan peneliti juga ikut mendorong atau

memberi motivasi kepada masing-masing siswa untuk terlibat dalam

diskusi kelompok. Sehingga pada siklus II ini mengalami kenaikan dalam

hal aktivitas dan kegiatan belajar sejarah siswa. Hasil tersebut nampak

pada meningkatnya prestasi belajar sejarah siswa.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa setelah

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas

X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul telah berhasil meningkatkan

prestasi belajar sejarah.

3. Komparasi Aktivitas Belajar sejarah, Kegiatan Presentasi Belajar sejarah,

dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Komparasi antara aktivitas belajar sejarah, kegiatan belajar sejarah, dan

prestasi belajar sejarah. Pertama, komparasi aktivitas belajar sejarah siswa

antara pra siklus dengan siklus I dan komparasi aktivitas belajar sejarah siswa

siklus I dengan siklus II. Kedua,komparasi kegiatan presentasi belajar siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

siklus I dengan siklus II. Ketiga, komparasi prestasi belajar sejarah siswa pra

siklus dengan siklus I, dan komparasi prestasi belajar sejarah siswa siklus I

dengan siklus II. Sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran

koopertaif tipe jigsaw. Berikut ini merupakan hasil komparasi dari masing-

masing siklus.

a. Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kelas X Pemasaran

Hasil komparasai sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

1) Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Pra siklus dengan Siklus I

Untuk mengetahui hasil aktivitas belajar pra siklus dengan siklus I

dapat dilihat pada tabel 30 berikut.

Tabel 30 : Data komparasi aktivitas siswa pra siklus dengan siklus I

No Nama Pra Siklus Siklus I Keterangan

Jumlah Jumlah Naik Turun

1 CHRL 11 16

2 DGD 14 18

3 ES 12 10

4 GT 7 8

5 BW 12 15

6 VRB 19 24

7 BJ 13 18

8 MA 15 19

9 VM 14 23

10 RNY 11 12

11 MNP 11 19

12 FA 15 24

13 AY 7 18

14 TN 10 18

15 MYN 11 23

16 DDDP 16 12

17 BS 8 23

18 YOAN 18 12

19 AGP 13 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

No Nama Pra Siklus Siklus I Keterangan

Jumlah Jumlah Naik Turun

20 AOF 6 7

21 BS 7 6

Jumlah 250 343

Rata-rata 11,90 16,33

Berdasarkan data tabel 30 di atas, hasil perbandingan aktivitas

belajar sejarah siswa pada pra siklus dengan siklus I mengalami perubahan

atau peningkatan. Pada pra siklus rata-rata adalah 11,90, sedangkan siklus I

rata-rata naik menjadi 16,33.

Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

aktivitas belajar namun belum optimal. Lebih jelas dapat di bahas di tabel

31 di bawah ini.

Tabel 31: Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus

I.

No Kriteria Skala Aktivitas Pra Siklus Siklus I

F % F %

1 Kurang Aktif 0-7 4 19,05 2 9,52

2 Cukup Aktif 8-14 12 57,14 5 23,80

3 Aktif 15-21 5 23,81 9 42,85

4 Sangat Aktif 22-29 0 0 5 23,80

Dari data tabel 31 di atas, hasil perbandingan prosentase aktivitas

belajar sejarah siswa dapat menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pra

siklus kriteria sangat aktif adalah 0 atau 0%, siklus I naik menjadi 5

siswa atau 23,80%. Kriteria siswa aktif pra siklus adalah 5 siswa atau

23,81%, pada siklus I naik menjadi 9 siswa atau 42,85%. Kriteria siswa

cukup aktif pada pra siklus adalah 12 siswa atau 57,14%, turun menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

5 siswa atau 23,80% pada siklus I. Kriteria siswa kurang aktif pada pra

siklus adalah 4 siswa atau 19,05%, turun menjadi 2 siswa atau 9,52%

pada siklus I.

Dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan dalam aktivitas

belajar sejarah. Untuk memperjelas penjelasan ini dapat ditampilkan pada

diagram XI di bawah ini.

Gambar XI: Diagram Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa

Pra Siklus dengan Siklus I

2) Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II

Ini merupakan perbandingan aktivitas belajar siswa setelah

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I dengan

Siklus II.

Di bawah ini merupakan tabel komparasi aktivitas belajar siswa pada

siklus I dengan siklus II.

0

20

40

60

SangatAktif 13-16

Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8

KurangAktif 0-4

Pra Siklus

Siklus I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Tabel 32: Data komparasi aktivitas siswa pada siklus I dengan siklus

II

No Nama Siklus I Siklus II Keterangan

Jumlah Jumlah Naik Turun

1 CHRL 16 18

2 DGD 18 20

3 ES 10 15

4 GT 8 16

5 BW 15 20

6 VRB 24 24 -

7 BJ 18 23

8 MA 19 22

9 VM 23 24

10 RNY 12 18

11 MNP 19 19 - -

12 FA 24 24 - -

13 AY 18 19

14 TN 18 19

15 MYN 23 23 - -

16 DDDP 12 15

17 BS 23 23 - -

18 YOAN 12 18

19 AGP 18 19

20 AOF 7 18

21 BS 6 15

Jumlah 343 412

Rata-rata 16,33 19,62

Berdasarkan data tabel 32 di atas, hasil perbandingan aktivitas

belajar sejarah siswa pada siklus I dengan siklus II dapat menyatakan

bahwa siklus I skor rata-rata adalah 16,33, sedangkan siklus II naik

menjadi 19,62. Dengan demikian aktivitas belajar sejarah siswa siklus I

dengan siklus II telah terjadi peningkatan. Lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 33 berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Tabel 33: Data Komparasi aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus

II.

No Kriteria Skala Aktivitas Siklus I Siklus II

F % F %

1 Kurang Aktif 0-7 2 9,52 0 0

2 Cukup Aktif 8-14 5 23,80 0 0

3 Aktif 15-21 9 42,85 14 66,66

4 Sangat Aktif 22-29 5 23,80 7 33,33

Berdasarkan tabel 33 di atas, hasil perbandingan prosentase

aktivitas belajar sejarah siswa di siklus I dengan siklus II dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pertama,

kriteria sangat aktif di siklus I adalah 5 siswa atau 23,80%, siklus II naik

menjadi 7 siswa atau 33,33%. Kedua, kriteria siswa aktif pada siklus I

adalah 9 siswa atau 42,85%, naik pada siklus II menjadi 14 siswa atau

66,66%. Ketiga, kriteria cukup aktif pada siklus I adalah 5 siswa atau

23,80%, sedangkan siklus II 0 atau 0%. Kriteria siswa kurang aktif pada

siklus I adalah 2 siswa atau 9,52%, turun menjadi 0 atau 0% pada siklus

II.

Kesimpulannya, secara keseluruhan setelah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X Pemasaran SMK

Putra Tama Bantul telah mengalami peningkatan aktivitas belajar sejarah.

Untuk lebih jelas dapat lihat pada diagram XII berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Gambar XII: Diagram Komparasi Aktivitas Belajar Sejarah Siswa

Siklus I dengan Siklus II

b. Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I dengan

Siklus II

Untuk mengetahui perkembangan kegiatan presentasi belajar

sejarah pada siswa kelas X Pemasaran dapat dilihat pada tabel 34 berikut

ini.

Tabel 34 : Data komparasi kegiatan siswa siklus I dengan siklus II

No Nama Siklus I Siklus II Keterangan

Jumlah Jumlah Naik Turun

1 CHRL 11 12

2 DGD 12 14

3 ES 7 10

4 GT 11 14

5 BW 8 12

6 VRB 12 16

7 BJ 12 16

8 MA 12 16

9 VM 12 16

10 RNY 8 14

11 MNP 12 16

12 FA 12 16

13 AY 7 15

14 TN 12 16

15 MYN 13 16

16 DDDP 9 15

17 BS 16 16 - -

18 YOAN 10 15

010203040506070

Sangat Aktif13-16

Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8

Kurang Aktif0-4

Siklus I

Siklus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

No Nama Siklus I Siklus II Keterangan

Jumlah Jumlah Naik Turun

19 AGP 12 16

20 AOF 7 12

21 BS 7 11

Jumlah 222 304

Rata-rata 10,57 14,47

Dari data tabel 34 di atas, hasil perbandingan kegiatan belajar

sejarah siswa siklus I dengan siklus II menunjukkan bahwa pada siklus I

kegiatan presentasi belajar sejarah memperoleh skor rata-rata adalah

10,57, sedangkan pada siklus II rata-rata skor siswa meningkat menjadi

14,47.

Dapat disimpulkan bahwa, hasil kegiatan belajar siswa

mengalami peningkatan. Untuk memperjelas hasil dari tabel 34 di atas

dapat lihat pada tabel 35 di bawah ini.

Tabel 35: Data Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa

Siklus I dengan Siklus II.

No Kriteria Skala Kegiatan

Presentasi

Siklus I Siklus II

F % F %

1 Kurang Aktif 0-4 0 0 0 0

2 Cukup Aktif 5-8 6 28,57 0 0

3 Aktif 9-12 13 61,90 5 23,81

4 Sangat Aktif 13-16 2 9,52 16 76,19

Berdasarkan data tabel 35 di atas, hasil perbandingan prosentase

kegiatan belajar sejarah siswa, dapat menunjukkan bahwa kriteria sangat

aktif dicapai oleh 2 siswa atau 9,52%, sedangkan pada siklus II dicapai

oleh 16 siswa atau 76,19%. Kriteria aktif, pada siklus I dicapai oleh 13

siswa atau 61,90%, sedangkan pada siklus II dicapai oleh 5 siswa atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

23,81%. Untuk kriteria cukup aktif pada siklus I dicapai oleh 6 siswa

atau 28,57% sedangkan pada siklus II turun menjadi 0 atau 0%. Kriteria

kurang aktif pada siklus I dan siklus II adalah 0 atau 0%. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada diagram XIII berikut ini.

Gambar XIII: Diagram Komparasi Kegiatan Presentasi Belajar

Sejarah Siswa Siklus I dengan Siklus II

c. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Untuk dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah

sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, dapat dibahas satu persatu.

1) Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I

Perbandingan antara sebelum dan setelah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berikut ini merupakan tabel

perbandingan prestasi belajar siswa pra siklus dengan siklus I.

0

20

40

60

80

SangatAktif 13-16

Aktif 9-12 Cukup Aktif5-8

KurangAktif 0-4

Siklus I

Siklus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Tabel 36: Data Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I

No Nama

Siswa

Pra Siklus Siklus I Keterangan

N T TT N T TT N T

1 CHRL 75 30

2 DGD 75 75 - -

3 ES 75 25

4 GT 55 20

5 BW 75 75 - -

6 VRB 80 80 - -

7 BJ 75 80

8 MA 80 80 - -

9 VM 80 85

10 RNY 75 80

11 MNP 75 80

12 FA 80 80 - -

13 AY 40 80

14 TN 70 90

15 MYN 75 80

16 DDDP 80 85

17 BS 45 85

18 YOAN 80 85

19 AGP 75 60

20 AOF 30 75

21 BS 50 75 JUMLAH 1445 15 6 1475 17 4 12

siswa

4

siswa Prosentase (%) 71,42 28,57 80,95 19,05

Rata-rata 68,80 70,24

Tertinggi 80 90

Terendah 30 20

KKM 75 75

Berdasarkan tabel 36 di atas, hasil perbandingan prestasi

belajar sejarah siswa pra siklus dengan siklus I, pra siklus siswa yang

lulus KKM adalah 15 siswa atau 71,42 %, dan siswa tidak lulus KKM

adalah 6 siswa atau 28,57% . Setelah menerapkan model kooperatif

tipe jigsaw dapat menunjukkan bahwa siswa yang lulus KKM naik

menjadi 17 siswa atau 80,95%, dan tidak lulus KKM turun menjadi 4

siswa atau 19,05%. Adapun nilai tertinggi pada pra siklus mencapai

80, dan nilai terendah 30, pada saat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada siklus I telah mencapai nilai tertinggi 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

dan nilai terendah 20. Sedangkan rata-rata pada pra siklus 68,80 dan

pada siklus I naik menjadi 70,24.

Adapula jumlah skor naik dicapai oleh 12 siswa, jumlah skor

turun dicapai oleh 4 siswa, dan jumlah skor tetap dicapai oleh 5 siswa.

Dari setiap skor tersebut ada beberapa siswa mengalami peningkatan,

adapun beberapa siswa skornya masih sama. Untuk melihat

perbandingan prestasi siswa pra siklus dengan siklus I dapat dilihat

pada tabel 37 di bawah ini.

Tabel 37: Data Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I

N

o Kriteria

Skala

Prestasi

Pra Siklus Siklus I

F % Rata-

rata F %

Rata

-rata

1 Sangat Tinggi 90-100 0 0

68,80

1 4,76

70,2

4

2 Tinggi 80-89 6 28,57 12 57,14

3 Cukup 70-79 10 47,62 4 19,05

4 Rendah 60-69 0 0 1 4,76

5 Sangat Rendah 0-59 5 23,81 3 14,29

Jumlah 21 100 21 100

Berdasarkan data tabel 37 di atas, hasil perbandingan

prosentase prestasi belajar sejarah siswa pada pra siklus dengan siklus

I dengan berpatokan pada kriteria penilaian. pertama, kriteria sangat

tinggi pada pra siklus adalah 0 atau 0%, pada siklus I naik menjadi 1

siswa atau 4,76%. Kedua, kriteria tinggi pada pra siklus adalah 6

siswa atau 28,57%, pada siklus I naik menjadi 12 siswa atau 57,14%.

Ketiga, kriteria cukup pada pra siklus adalah 10 siswa atau 47,62% ,

pada siklus I berkurang menjadi 4 siswa atau 19,76%. Keempat,

kriteria rendah di pra siklus 0 atau 0% namun pada siklus I adalah 1

siswa atau 4,76%. Kelima, kriteria sangat rendah pada pra siklus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

adalah 4 siswa atau 19,05%, pada siklus I berkurang menjadi 3 siswa

atau 14,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram XIV

berikut.

Gambar XIV: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Pra Siklus dengan Siklus I

2) Komparasi Prestasi belajar Sejarah Siswa Siklus I dengan Siklus II

Untuk dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Berikut ini merupakan tabel perbandingan prestasi belajar siswa

Siklus I dengan Siklus II.

Tabel 38: Data Komparasi Prestasi Siswa Siklus I dengan Siklus II

No Nama

Siswa

Siklus I Siklus II Keterangan

N T TT N T TT N T

1 CHRL 30 55

2 DGD 75 85

3 ES 25 55

4 GT 20 80

5 BW 75 75 - - 6 VRB 80 95 7 BJ 80 95 8 MA 80 95

0

5

10

15

SangatTinggi90-100

Tinggi80-89

Cukup70-79

Rendah60-69

SangatRendah

0-59

Pra Siklus

Siklus I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

No Nama

Siswa

Siklus I Siklus II Keterangan

N T TT N T TT N T

9 VM 85 90 10 RNY 80 90

11 MNP 80 95

12 FA 80 95

13 AY 80 90 14 TN 90 85

15 MYN 80 90 16 DDDP 85 75

17 BS 85 90

18 YOAN 85 90

19 AGP 60 95

20 AOF 75 85 21 BS 75 55

JUMLAH 1475 17 4 1760 18 3 17 3

(%) 80,95 19,05 85,71 14,29

Rata-rata 70,24 83,81

Tertinggi 90 95

Terendah 20 55

KKM 75 75

Berdasarkan data tabel 38 di atas, hasil perbandingan prestasi

belajar sejarah siswa pada siklus I dengan siklus II. Pada siklus I yang

mencapai KKM ada 17 siswa atau 80,95% sedangkan yang belum

mencapai KKM ada 4 siswa atau 19,05%. Setelah menerapkan siklus

II mengalami peningkatan yakni yang mencapai KKM ada 18 siswa

atau 85,71% yang belum mencapai KKM ada 3 siswa atau 14,29%.

Rata-rata nilai siswa siklus I adalah 70,24, setelah menerapkan siklus

kedua naik menjadi 83,81. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 90, dan

nilai terendah 20. Setelah menerapkan model pembelajaran pada

siklus kedua nilai tertinggi meningkat menjadi 95, dan nilai terendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

menjadi 55. Sedangkan jumlah skor naik adalah 17 siswa, jumlah skor

turun adalah 3 siswa, dan jumlah skor tetap adalah 1 siswa.

Hasilnya belum mencapai 100% tetapi telah berhasil

meningkatkan prestasi belajar sejarah yang awalnya pada pra siklus

nilai tertinggi 80 pada siklus I naik menjadi 90 , dan pada siklus II

naik menjadi 95 sedangkan nilai terendah pada siklus kedua naik

menjadi 55.

Dengan demikian, hasil perbandingan prestasi belajar sejarah

pada siklus II telah mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah.

Buktinya jumlah siswa telah mencapai KKM adalah 18 siswa atau

85,71% yang mana telah melebihi target indikator. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 39 di bawah ini.

Tabel 39: Data Komparasi Prestasi Siswa Siklus I dengan Siklus II

No Kriteria Skala

Prestasi

Siklus I Siklus II

F % Rata

-rata F %

Rata

-rata

1 Sangat Tinggi 90-100 1 4,76

70,2

4

12 57,14

83,7

1

2 Tinggi 80-89 12 57,14 4 19,05

3 Cukup 70-79 4 19,05 2 9,52

4 Rendah 60-69 1 4,76 0 0

5 Sangat Rendah 0-59 3 14,29 3 14,29

Jumlah 21 100 21 100

Berdasarkan data tabel 39 di atas, hasil perbandingan

prosentase prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan kriteria

penilaian. Pertama, kriteria sangat tinggi pada siklus I adalah 1 siswa

atau 4,76%, pada siklus II naik menjadi 12 siswa atau 57,14%. Kedua,

kriteria tinggi pada siklus I adalah 12 siswa atau 57,14% pada siklus

II berkurang menjadi 4 siswa atau 19,05%. Ketiga, kriteria cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

0

5

10

15

SangatTinggi90-100

Tinggi80-89

Cukup70-79

Rendah60-69

SangatRendah

0-59

Siklus I

Siklus II

pada siklus I adalah 4 siswa atau 19,05%, pada siklus II berkurang

menjadi 2 siswa atau 9,52%. Keempat, kriteria rendah pada siklus I

adalah 1 siswa atau 4,76% sedangkan siklus II adalah 0 atau 0%.

Kelima, kriteria sangat rendah antara siklus I dan siklus II adalah 3

siswa atau 14,29%. Untuk rata-rata pada siklus I adalah 70,24 dan

pada siklus kedua naik menjadi 83,81. Untuk lebih jelasnya dapat lihat

pada diagram XV berikut ini.

Gambar XV: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Sejarah

Siswa Siklus I dengan Siklus II.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X Pemasaran SMK Putra

Tama Bantul menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap aktivitas belajar,

kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa mata pelajaran sejarah Indonesia

dengan diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

1. Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar siswa dapat diteliti dengan menggunakan empat aspek

sikap siswa yang dilakukan sebanyak dua siklus. Hal ini dilakukan sesuai teori

yang disampaikan Gagne, tentang hasil belajar merupakan hasil dari

behaviorisme dan kognitivisme untuk menghasilkan hasil belajar yang

kompleks yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, dan sikap52

, untuk

melihat hasil penelitian ini dengan mencari nilai sikap aktif siswa di kelas

dengan mengamati aspek sikap.

Dari hasil kegiatan belajar siswa setelah adanya penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukkan sebanyak 16 siswa yang

telah mampu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Meski para siswa

membutuhkan waktu untuk berpendapat namun perlahan siswa mulai

memberanikan diri untuk mengeluarkan pendapatnya, seperti bertanya ke

teman maupun guru, serta adanya kecenderungan untuk menjawab pertanyaan

guru. Hasil ini menunjukkan sesuai teori belajar Slameto yang dikutip oleh

Hamdani, yaitu belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, serta hasil perolehan dari

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.53

Dari hasil tersebut dapat

ditunjukkan bahwa siswa yang awalnya tidak aktif setelah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menjadi aktif.

Adapun aktivitas belajar siswa diteliti dengan menggunakan enam

aspek sikap siswa sebanyak dua siklus. Menurut paul B. Diedric setidaknya

52

https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pd

f, diakses tangal 19 November 2019, pukul 19:56 Wib 53

Hamdani, Op.Cit, hlm 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

terdapat lima jenis aktivitas belajar yang harus dilanjutkan dengan baik oleh

siswa untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal, yaitu visual activities

adalah kegiatan membaca, dan memperhatikan; (2) Oral activities adalah

merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, dan intruksi; (3)

listening activities adalah kegiatan mendengarkan; (4) writing activities adalah

kegiatan menulis; (5) mental activities adalah kegiatan menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, dan mengambil keputusan54

.

Teori tersebut kemudian menjadi dasar untuk mengetahui hasil penelitian ini

dengan mencari skor sikap aktif siswa di kelas. Hasil aktivitas belajar siswa

setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukkan

sebanyak 14 siswa yang turut aktif dalam mengikuti pembelajaran sejarah,

sehingga tidak lagi melakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berikutnya.

Selama menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa

berantusias untuk belajar sejarah, serta mereka mampu bekerja sama dalam

melakukan diskusi kelompok, sebab sebelumnya ada beberapa siswa yang

memiliki kecenderungan untuk tidak berinisiatif dalam bergabung dengan

teman lainnya. Namun, setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw di siklus satu, dan siklus dua siswa kemudian menunjukkan

antusiasme untuk belajar materi sejarah. Siswa berperan aktif, sehingga

mereka memahami materi sejarah.

54

Aliwanto,“Analisis Aktivitas Belajar Siswa”, diakses dari file:///C:/Users/acer/Downloads/1112-

5294-1-PB.pdf, pada tanggal 17 Mei 2020 pukul 21:41 Wib.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Kemudian, pada bagian kedua, peneliti berusaha membahas tentang

hasil dari prestasi belajar sejarah siswa setelah menerapkan tindakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X Pemasaran

Prestasi belajar siswa diperoleh dari 18 siswa lulus KKM, sedangkan

sebanyak 3 siswa dinyatakan tidak lulus KKM setelah diterapkannya

tindakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hasil ini sesuai

dengan teori prestasi belajar yang disampaikan Winkel dikutip oleh

Hamdani, prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.55

Kemudian sesuai

dengan teori prestasi belajar menurut bidang pendidikan adalah hasil

pengukuran terhadap siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik sebagaimana siswa yang umumnya mengikuti proses

pembelajaran dapat diukur dengan instrumen tes, yang selanjutnya

dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat sesuai hasil

pencapaian oleh setiap anak (siswa) pada masa tertentu. Berdasarkan hal

tersebut kemudian dapat dibuktikan prestasi belajar sejarah siswa kelas X

Pemasaran SMK Putra Tama Bantul dinyatakan ke dalam bentuk angka

pada penelitian ini.56

Prestasi belajar sejarah berhasil ditingkatkan setelah menerapkan

model kooperatif tipe jigsaw. Hal ini dikarenakan model kooperatif tipe

jigsaw lebih mengutamakan kerjasama tim atau kelompok belajar kecil yang

55

Hamdani, Op.Cit, hlm 137-138 56

Ibid., hlm 137-138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

memiliki karakteristik heterogen.57

Adapun kelebihan model kooperatif tipe

jigsaw, yaitu (1) memiliki hubungan yang positif antar sesama yang

memiliki kemampuan belajar yang berbeda; (2) adanya bimbingan belajar

antar anggota kelompok; (3) siswa merasa mereka memiliki harga diri yang

tinggi; (4 memperbaiki kehadiran, artinya menarik minat siswa untuk

mempelajari sejarah; (5) saling menerima perbedaan; (6) sikap apatis

berkurang; (7) pemahaman materi lebih dalam; (8) meningkatkan motivasi

belajar.58

Dari pembahasan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa model ini

sangat cocok untuk diterapkan di kelas X Pemasaran karena pada kelas

tersebut masih terdapat kurangnya fasilitas belajar seperti proyektor, buku

paket, serta siswa yang berasal dari berbagai karakteristik, sehingga dengan

melakukan penerapan model kooperatif tipe jigsaw ini siswa dapat berperan

aktif dalam memahami materi sejarah dengan sangat baik dan prestasi

belajar sejarah dapat meningkat.

Adapun kecenderungan meningkatnya hasil belajar dapat ditentukan

pula berdasarkan cara mengajar guru terkait materi pelajaran sejarah,

dimana guru sebagai peran penting dalam menyediakan segala fasilitas

belajar seperti materi pelajaran, model pembelajaran, serta media lainnya.

Selain itu, meningkatnya hasil belajar juga bisa didasarkan kepada sikap

guru yang bersahabat dengan siswa serta dinilai mampu mendengar

masukan siswa pada saat guru mengajar di kelas. Dengan begitu, guru dapat

memperbaiki cara mengajar agar siswa termotivasi untuk mempelajari

57

Sumini Theresia, Op.Cit, hlm 157. 58

Donni Juni Priansa, Op.Cit, hlm 347

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

materi. Adanya motivasi belajar tersebut, maka siswa dapat memahami

materi yang diajarkan dan prestasi belajar dapat meningkat.

Walaupun pembelajaran pada mata pelajaran sejarah berbasis model

kooperatif tipe jigsaw berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa, namun

hal ini juga tidak mampu mengurangi tantangan yang muncul ketika

pelaksanaannya di kelas. Dalam hal ini dapat berupa siswa yang belum

mampu untuk belajar sendiri dan masih memerlukan bimbingan guru,

hingga situasi kelas berakibat ramai. Dengan demikian, guru harus tetap

mengawasi jalannya proses belajar siswa, serta memperhatikan pengelolaan

kelas dengan sangat baik, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan

lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

model kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan secara tepat dan sesuai

dengan langkah-langkah efektif dan efisien, sehingga bisa meningkatkan

prestasi belajar sejarah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

Maka itu, model ini dapat diterima karena mampu meningkatkan prestasi

belajar sejarah siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw, maka dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X Pemasaran SMK Putra Tama

Bantul. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa dan

jumlah siswa yang lulus KKM. Prestasi belajar sejarah siswa pada keadaan awal

memiliki hasil dengan nilai rata-rata siswa yaitu 68,80, kemudian nilai rata-rata

siswa meningkat menjadi 70,24 pada siklus I dan pada siklus II meningkat

menjadi 83,81. Ini kemudian membuktikan adanya peningkatan jumlah siswa

yang nilainya berhasil mencapai KKM. Selanjutnya, dalam tahapan pra-siklus,

siswa yang mencapai KKM adalah sebanyak 15 siswa dengan prosentase 71,42%,

kemudian KKM meningkat pada siklus I adalah 17 siswa dengan prosentase

80,95% dan pada siklus II jumlah siswa mencapai KKM adalah 18 siswa dengan

prosentase 85,71%.

Peningkatan prestasi belajar secara kognitif tersebut ini didukung juga

oleh peningkatan dalam segi afektif dan psikomotorik siswa. Pada peningkatan

prestasi kognitif siswa dalam belajar sejarah dapat didasarkan pada aktivitas

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Setelah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa kebanyakan berada pada kriteria aktif

dicapai oleh 14 siswa (66,66%), dan kriteria sangat aktif dicapai oleh 7 siswa

(33,33%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Dalam kegiatan belajar siswa, kebanyakan berada pada kriteria aktif

dicapai oleh 5 siswa (23,81%). Sedangkan kriteria sangat aktif dicapai oleh 16

siswa (76,19%).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

sejarah siswa di kelas X Pemasaran SMK Putra Tama Bantul.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dideskrpisikan implikasi secara

teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat berpengaruh

terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Untuk pelajaran sejarah, adanya

perbedaan sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan/referensi bagi guru dan calon

guru. Dengan memperbaiki diri sehubungan dengan pengajaran yang sudah

dilakukan dan prestasi belajar siswa yang sudah dicapai dengan

memperhatikan model pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan prestasi

belajar sejarah siswa.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang

diberikan kepada sekolah, guru dan siswa. Sarannya sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pelaksanaan

pembelajaran berbasis model kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran

lainnya agar mengaktifkan siswa yang aktif dan kreatif.

2. Bagi Guru

Pembelajaran sejarah Indonesia dengan menerapkan tindakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilanjutkan oleh guru, serta untuk

menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dalam

membantu siswa aktif dan kreatif selama pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Pembelajaran sejarah Indonesia dengan menerapkan tindakan model kooperatif

tipe jigsaw diharapkan mampu memberikan motivasi bagi siswa, serta ikut

aktif dalam proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat memuaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Amirono, M.T dan Daryanto. 2016. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran

Kurikulum 2013. Malang: Gava Media.

Djemari Marhadapi. 2017. Pengukuran, penilaian, dan Evaluasi Pendidikan.

Yogyakarta: Parama Publishing.

Donni Juni Priansa. 2017. Pengembangan Strategi dan model pembelajaran.

Bandung: Pusataka Setia.

Eko Putro Widoyoko. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah : Isu,Gagasan dan Strategi

Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Mulyasa. 2017. Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2013.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Nur’Aeni & Nurjaman Mohammad. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta Selatan:

Unindra Press.

Suharsimi Arikunto. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT

Bina Aksara.

Tanireja Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan

Profesi Guru Praktik,Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Cetakan ke-1,Surabaya: Kencana Prenada Media Grup.

Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Skripsi:

Brian Prasetianto Benediktus. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar

Sejarah dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Harly Sinta Desy. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning

Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar

Siswa Kompetensi Dasar Akuntansi Perusahaan Dagang Kelas XI AK SMK

Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2017/2018. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakrta.

Kondanamu Yuanita Tudameha. 2018. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar

Skripsi, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Titis Prabaningrum. 2016. Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS 2

SMA Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Tahun Pelajaran 2015/2016. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Sumber Jurnal:

Anisa Septianingrum. 2016. Kombinasi Model Simulasi Dan Pendekatan Value

Clarification Technic (VCT) Dalam Pembelajaran Sejarah. Dalam Prosiding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia: Kajian

Muatan dan Posisi Mata Pelajaran Sejarah di Kurikulum 2013. Edisi 1.

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Febrizzal, dan Aman. 2019. Mata Pelajaran Sejarah SMA di Kurikulum 2013.

Dalam jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 22. No. 2, Desember 2019

Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.

Kamisa dan Aman. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning Dalam

Pembelajarab Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar

Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Butar Sulawesi Tengah. Dalam artikel Ilmiah

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,Pemuda dan Olahraga Kab.Morowali Utara

dan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.Vol.11.No.2.

Rinaldo Adi Pratama, dkk. 2019. Dinamika Pelajaran Indonesia dalam

Kurikulum 2013 pada jenjang SMK/MAK. Dalam jurnal pendidikan sejarah

Vol. 8. No. 2.

Subakti.Y.R. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme.

Dalam Jurnal SPPS Vol. 24 No. 1 April 2010.

Suhartini & Sukanti. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Akuntansi. Dalam Jurnal

Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1

Sumini Theresia. (2013). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Melalui

Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw. Dalam Jurnal Penelitian, Vol 16,

No.2. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Widayanti Lilis & Lukman Hakim. 2013. Pembelajaran Kooperatif Tpe Jigsaw

Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Pada Mata Kuliah Operation Research.

Dalam Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol.II.

Wulan Septiyani Aninda, dkk. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar

Kognitif. Dalam E-Jurnal Pendidikan IPA .Yogyakarta: FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta.

Sumber Internet:

Siregar Nurliani “ Belajar dan Pembelajaran”, https:// akademik.uhn.ac.

id/portal/public_html/FKIP/Nurliani_Siregar/Belajar&Pembelajaran5.pdf,

akses tanggal 19 November 2019, pukul 19;56 Wib.

Aliwanto, “Analisis Aktivitas Belajar Siswa”, diakses dari

file:///C:/Users/acer/Downloads/1112-5294-1-PB.pdf, tanggal 17 Mei 2020

pukul 21: 41 Wib.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN DI SEKOLAH

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2

(wawancara guru)

LAPORAN OBSERVASI WAWANCARA PRA SIKLUS

1. Berapakah jumlah kelas ibu mengajar sejarah?

Jawab: Di sekolah kami berupa sekolah kejuruan maka itu yang ada

pelajaran sejarah hanya di kelas X, oleh sebab itu kelas X

memiliki empat kelas, salah satunya kelas X Pemasaran.

2. Bagaimana kondisi masing-masing kelas tersebut ketika ibu melakukan

KBM di kelas?

Jawab: Selama menerapkan KBM di masing-masing kelas tersebut

kondisinya berbeda-beda baik siswa maupun kondisi kelas.

Masing-masing siswa ada yang antusias untuk belajar ada pula

yang sibuk sendiri entah itu bermain hp atau berbicara dengan

teman sebelahnya.

3. Bagaimana tindakan ibu untuk mengatasi masalah-masalah di atas?

Jawab: cara pertama, pelajari kondisi/ situasi kelas, kedua, menerapkan

berbagai model/metode dan pendekatan pembelajaran, dan

ketiga, mengevaluasi setiap proses pembelajaran.

4. Model/metode pembelajaran apa sering ibu gunakan dalam kegiatan

KBM di kelas?

Jawab: Model/metode pembelajaran yang saya sering lakukan adalah

motode ceramah dalam proses pembelajaran serta menerapkan

diskusi kelompok. Dalam penerapan metode tersebut sedikit

siswa yang mau terlibat, sedangkan yang lain sibuk dengan

dirinya, misalnya bermain hp, atau mengerjakan soal mata

pelajaran lain.

5. Apakah dengan model/metode tersebut ibu dapat mengatasi masalah-

masalah pembelajaran di kelas?

Jawab: Ya, hanya saja belum sepenuhnya teratasi sebab beberapa siswa

kurang antusias dan tidak memiliki minat sendiri untuk belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

dapat berpengaruh pada prestasi belajar sejarah yang rendah.

Sehingga saya harus melakukan berbagai pertimbangan seperti

kehadiran siswa, rajin mengumpulkan tugas, dan lain-lain.

6. Bagaimana reaksi siswa ketika ibu menerapkan model/metode

pembelajaran?

Jawab: beberapa siswa antusias dan merepon semua materi yang

diajarkan namun kebanyakan siswa di kelas maupun di luar

kelas kurang ada minat untuk belajar materi sejarah sehingga

daya serap siswa terhadap materi sejarah masih sangat lemah.

Hal tersebut terjadi karena kondisi sekolah dalam penggunaan

media pembelajaran masih terbatas, serta siswa yang berasal

dari berbagai daerah oleh sebab itu daya serap terhadap materi

sejarah masih kurang sehingga prestasi belajar tidak mencapai

apa yang sudah saya harapkan.

7. Berapakah standar KKM di SMK Putra Tama Bantul pada mata

pelajaran yang ibu mengajar?

Jawab: SMK Putra Tama Bantul standar KKM untuk mata pelajaran

sejarah adalah 75.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Kesimpulan Dan Ringkasan Wawancara Guru

Dari hasil wawancara guru SMK Putra Tama Bantul sebagai

pengampuh mata pelajaran sejarah. Hasil wawancara yang dilakukan pada

tanggal 18 Apri 2019, dapat disimpulkan bahwa guru sudah menerapkan

model/metode pembelajaran sejarah tetapi metode yang digunakan masih

berpacuh pada satu metode pembelajaran sejarah, serta minat siswa berinisiatif

untuk belajar sejarah sangat kurang sehingga prestasi masing-masing siswa

rendah. Kurangnya inisiatif untuk belajar sejarah karena kondisi kelas yang

masih sederhana serta masing-masing siswa-siswi berasal dari berbagai daerah

sehingga daya serap terhadap materi sejarah masih kurang.

Dengan demikian, guru sudah berusaha untuk mengaktifkan siswa

tetapi karena siswa yang kurang antusias dan tidak ada inisiatif untuk belajar

sejarah sehingga prestasi belajar sejarah tidak meningkat sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh guru pengampuh mata pelajaran sejarah. Serta fasilitas

belajar di sekolah kurang memadai atau tidak lengkap sehingga usaha guru

untuk mengaktifkan siswa di kelas jadi tidak terlaksana dengan apa yang sudah

direncanakan untuk mencapai tujuan belajar sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

LAPORAN WAWANCARA SISWA

( Hasil Wawancara Siswa 1)

1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata

pelajaran yang sulit?

Jawab: tidak karena menurut saya pelajaran sejarah mudah dimengeri,

dan hanya mempelajari ulang tentang masa lalu, dan masa

perkebangan kehidupan kita.

2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di

kelas?

Jawab: kesulitan yang saya alami adalah pada saat belajar materi

sejarah saya sering lupa, dan tidak konsentrasi pada saat

pembelajaran berlangsung karena di ganggu oleh teman.

3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di

kelas?

Jawab: cara untuk mengatasi semua itu, saya sering belajar untuk

memahami dan konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung,

dan tidak menghiraukan teman yang sedang ribut.

4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu

menerapkan cara belajar aktif?

Jawab: Ya, cara megajar ibu baik dan tidak membuat siswa bosan untuk

mendengar sehingga siswa aktif untuk belajar tetapi ibu masih

kurang dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi

sehingga beberapa siswa merasa jenuh sehingga mereka sibuk

dengan tugas-tugas mata pelajaran lain.

5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan

model pembelajaran yang bervariasi?

Jawab: tidak, ibu hanya menerapkan metode ceramah dan diskusi

kelompok pada saat pembelajaran sejarah di kelas.

6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok

selama proses pembelajaran sejarah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Jawab: ya, saya aktif dalam pembelajaran sejarah terutama pada saat

diskusi kelompok pasti lebih aktif dengan teman satu

kelompoknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

(Hasil Wawancara Siswa 2)

1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata

pelajaran yang sulit?

Jawab: tidak, menurut saya belajar sejarah itu mengasyikkan karena kita

akan tahu banyak tentang peristiwa-peristiwa yang pernah

terjadi.

2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di

kelas?

Jawab: kesulitan yang saya alami adalah saat memahami apa yang

disampaikan oleh guru dan saat harus menghafalkan peritiwa-

peristiwa seperti nama tempat, tahun, dan lain-lain.

3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di

kelas?

Jawab: cara untuk mengatasi semua itu, saya harus memperhatikan pada

saat guru mengajar, membaca ulang materinya, dengan

demikian saya dapat memahami materi sejarah.

4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu

menerapkan cara belajar aktif?

Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa hanya saja caranya

setiap pertemuan tetap sama oleh sebab itu siswa bosan

sehingga mereka sibuk sendiri.

5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan

model/metode pembelajaran yang bervariasi?

Jawab: tidak, selama proses pembelajaran sejarah ibu hanya

menerapkan model/metode ceramah dan diskusi kelompok.

6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok

selama proses pembelajaran sejarah?

Jawab: ya, saya sering aktif dalam pembelajaran sejarah di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

(Hasil Wawancara Siswa 3)

1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata

pelajaran yang sulit?

Jawab: lumayan, karena mata pelajaran sejarah seperti membawa kita

untuk mengingat kembali masa lalu/zaman dahulu.

2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di

kelas?

Jawab: kesulitan yang saya alami ketika proses pembelajaran sejarah,

yaitu sangat sulit untuk memahami kata-kata yang banyak

mempunyai istilah.

3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di

kelas?

Jawab: cara untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu saya harus lebih

cermat dan pandai lagi untuk memahami kata demi kata agar

saya dapat mengerti.

4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu

menerapkan cara belajar aktif?

Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa hanya saja caranya

sama setiap pertemuan sehingga siswa bosan sehingga mereka

sibuk sendiri.

5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan

model/metode pembelajaran yang bervariasi?

Jawab: tidak, selama proses pembelajaran sejarah ibu hanya

menerapkan model/metode ceramah dan diskusi kelompok.

6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok

selama proses pembelajaran sejarah?

Jawab: kurang aktif, karena saya malu bertanya jika ada kata atau

kalimat yang sulit saya mengerti, tetapi saya berusaha mau

terlibat dalam diskusi kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

(Hasil Wawancara Siswa 4)

1. Menurut anda, apakah mata pelajaran sejarah merupakan mata

pelajaran yang sulit?

Jawab: tidak, karena mata pelajaran sejarah menceritakan tentang para

tokoh dan sejarah pada zaman dahulu.

2. Kesulitan apa yang anda alami selama proses pembelajaran sejarah di

kelas?

Jawab: tidak ada kesulitan dalam pembelajaran sejarah karena sejarah

menceritakan orang-orang pada zaman dahulu dan para tokoh

yang memperjuangkan tanah air, yaitu bangsa Indonesia.

3. Menurut anda, bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar sejarah di

kelas?

Jawab: caranya itu kita harus belajar agar tidak ada kesulitan, baca

ulang materi yang diberikan oleh guru agar materinya dapat kita

pahami, serta cara mengajar guru harus diperhatikan misalnya

menerapkan model pembelajaran yang bervariasi agar semua

siswa aktif pada saat pembelajaran sejarah

4. Menurut anda, apakah guru mata pelajaran sejarah telah mampu

menerapkan cara belajar aktif?

Jawab: Ya,guru mampu untuk mengaktifkan siswa namun

kekurangannya pada saat guru mengajar yakni cara mengajar

yang sama setiap pertemuan sehingga siswa bosan untuk

belajar mata pelajaran sejarah.

5. Menurun anda, apakah guru mata pelajaran sejarah dapat menerapkan

model/metode pembelajaran yang bervariasi?

Jawab: tidak, menurut saya model yang digunakan oleh guru mata

pelajaran sejarah sama saja karena setiap pertemuan guru

menerapkan cara yang sama.

6. Apakah selama ini anda aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok

selama proses pembelajaran sejarah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

Jawab: ya, saya sering aktif dalam pembelajaran sejarah berlangsung

karena mata pelajaran ini tergolong mudah dipahami sehingga

saya selalu bersemangat dalam dikusi bersama .

Kesimpulan Dan Ringkasan Wawancara Siswa

Wawancara yang diberikan kepada 4 narasumber siswa pada

tanggal 18 Apri 2019, hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap para

narasumber mereka berpendapat bahwa materi sejarah tidak sulit dipahamai,

namun ada beberapa pembahasan materi sejarah yang memiliki istilah-istilah

yang membuat beberapa siswa yang merasa kesulitan untuk mengingat atau

memahaminya, untuk mengatasi masalah tersebut atau narasumber berpendapat

bahwa guru harus menerapkan model pembelajaran yang bervariasi untuk

meningkatkan minta belajar sejarah, sebab dari pendapat 4 narasumber ini guru

biasanya hanya menerapkan satu model/metode pembelajaran sehingga siswa

di kelas merasa bosan dan mereka akan sibuk sendiri.

Dengan demikian, dari hasil wawancara tersebut menjadi pokok

permasalahan adalah model pembelajaran yang kurang bervariasi sesuai

dengan topik pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar

sejarah, kurangnya tertarik tersebut dapat berdampak pada prestasi belajar

sejarah rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3

SILABUS SMK

Satuan Pandidikan : SMK PUTRA TAMA BANTUL

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X

No Kompetensi Inti

K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

K2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

K3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.

K4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode

sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Kompete

nsi Dasar

IPK (Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Materi Pokok Alokasi

Waktu

(JP)

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Sumber

3.6

Menganali

sis

dampak

politik,

budaya,

sosial,

ekonomin

dan

pendidika

n pada

masa

penjajahan

bangsa

Eropa,

lahirnya

pergeraka

n nasional

dan

peristiwa

sumpah

pemuda.

4.6

Menalar

dampak

3.6.1.

Menganalisis

Pengaruh bangsa

eropa ke

Indonesia

3.6.2.

Mendeskripsikan

dampak politik,

budaya, dan sosial

di Indonesia.

3.6.3.

Mendeskripsikan

dampak ekonomi,

dan politik di

Indonesia.

3.6.4.

Mendeskripsikan

lahirnya

pergerakan

nasional.

3.6.5.

Mendeskripsikan

sumpah pemuda.

4.6.1. Mengola

dampak poitik,

budaya, sosial,

Pengaruh

masuknya

bangsa

Eropa ke

Indonesia

Dampak

kehidupan

bangsa

Indonesia

setalah

masuknya

pengaruh

dari bangsa

Barat.

Dampak

lahirnya

pergerakan

nasional di

Indonesia.

Persitiwa

lahirnya

sumpah

pemuda.

12 P

Mengamati untuk

menganalisis dampak

politik, budaya,

sosial, ekonomin dan

pendidikan pada masa

penjajahan bangsa

Eropa, lahirnya

pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah

pemuda.

Mengumpulkan data

tentang menganalisis

dampak politik,

budaya, sosial,

ekonomin dan

pendidikan pada masa

penjajahan bangsa

Eropa, lahirnya

pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah

pemuda.

Mengolah data

tentang dampak

politik, budaya,

sosial, ekonomin dan

pendidikan pada masa

Pengetahuan:

Tes tertulis

Keterampilan

Hasil

presentasi

Sikap

Observasi

Hapsari

Ratna,

Adil.M.

2103.

Sejarah

Indonesia

SMA/SMK

Kelas X,

Jakarta

Erlangga

Internet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

politik,

budaya,

sosial,

ekonomin

dan

pendidika

n pada

masa

penjajahan

bangsa

Eropa,

lahirnya

pergeraka

n nasional

dan

peristiwa

sumpah

pemuda.

ekonomi, dan

pendidikan pada

masa penjajahan

bangsa Eropa

dalam kehidupan

bangsa Indonesia,

dan

mempresentasikan

nya.

4.6.2.Menyajikan

laporan tulisan

sederhana tentang

lahirnya

pergerakan

nasional,serta

sumpah pemuda,

dan

mempresentasikan

nya.

penjajahan bangsa

Eropa, lahirnya

pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah

pemuda.

Mengkomunikasihkan

tentang menganalisis

dampak politik,

budaya, sosial,

ekonomin dan

pendidikan pada masa

penjajahan bangsa

Eropa, lahirnya

pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah

pemuda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

(RPP Siklus 1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMK Putra Tama Bantul

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas/Semester : X Pemasaran / II ( Genap)

Materi Pokok : Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan Pada

Masa Penjajahan Bangsa Eropa

Alokasi Waktu : 3 X 45' (3 JP)

I. Kompetensi Inti /KI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong,

kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

1 3.6. Menganalisis dampak politik,

budaya, sosial, ekonomi, dan

pendidikan pada masa

penjajahan bangsa Eropa,

lahirnya pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah

pemuda.

4.6. Menalar politik, budaya,sosial,

ekonomi, dan pendidikan

pada masa penjajahan bangsa

Eropa, lahirnya pergerakan

nasional dan peristiwa

sumpah pemuda.

3.6.1.Mendeskripsikan dampak

politik, dan sosial-budaya

pada masa penjajahan

bangsa Eropa di Indonesia.

3.6.2.Mendsekripsikan dampak

ekonomi dan pendidikan

pada masa penjajahan

bangsa Eropa di Indonesia.

4.6.1. Menyajikan dalam bentuk

presentasi tentang dampak

politik, budaya, sosial,

ekonomi, dan pendidikan

pada masa penjajahan bangsa

Eropa.

III. Tujuan Pembelajaran

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat mendeskripsikan

dan menyampaikan “ dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan pada

masa penjajahan bangsa Eropa, lahirnya pergerakan nasional dan peristiwa” dengan

menggunakan pembelajaran aktif, efektif, kreatif, dan inovatif serta siswa dapat

memiliki cinta tanah air dan menghargai perjuangan bangsa Indonesia.

IV. Materi Pembelajaran

1. Fakta

Dampak Penjajahan bangsa Eropa bagi Bangsa Indonesia.

2. Konsep

Menganalisis dampak politik, budaya,sosial, ekonomi, dan pendidikan pada masa

penjajahan bangsa Eropa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

3. Prosedural

Mendata daerah-daerah mana saja yang terkena dampak dari penjajahan bangsa

Eropa di Nusantara.

V. Pendekatan / Model/ Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Student Center

2. Model : Kooperatif tipe Jigsaw

3. Metode : Ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan

VI. Media/ Alat dan Bahan Pembelajaran

1. Alat :Papan tulis , Penghapus, dan spidol

2. Bahan : Buku Pelajaran, hand out, dan soal-soal

VII. Sumber Belajar

1. Sumber Buku

Hapsari Ratna, Adil.M. 2103. Sejarah Indonesia SMA/SMK Kelas X, Jakarta

Erlangga.

2. Sumber Internet

https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-bangsa-eropa-

bagiindonesia#:~:text=Kedatangan%20bangsa%20Eropa%20ke%20Indonesia,Kri

sten%20dan%20Katolik%20di%20Indonesia.

VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran (3JP)

Kegiatan

Pembelajaran Uraian Kegiatan Waktu

Kegiatan

Pendahuluan

Melakukan Apersepsi:

Guru Memberi Salam.

Guru melakukan presensi untuk mengecek

kehadiran siswa.

Guru memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

Guru menanyakan materi pertemuan sebelumnya.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta

manfaat jika siswa mampu menguasai materi.

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Guru menjelaskan materi sejarah garis besar kepada

siswa.

Kegiatan Inti

Guru membagikan kelompok secara heterogen lalu

guru membagikan materi kepada kelompok.

Guru menyuruh setiap siswa yang memiliki nomor

sama berkumpul dalam satu kelompok.

Selanjutnya guru menyuruh setiap anggota

kelompok mempelajari materi sesuai dengan kode

yang sudah ditentukan oleh guru.

Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk

membahas materi yang sama hingga menjadi ahli

sebelum kembali ke kelompok asal.

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu

setiap anggota kelompok mempresentasikan

keahliaannya kepada anggota kelompoknya secara

bergiliran.

Guru meminta kelompok asal mempresentasikan

materinya di depan kelas.

Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan

materi yang sudah dibahas dalam kelompok ahli

maupun kelompok asal. Dalam tes ini siswa bekerja

secara individual. Agar guru mengetahui keseriusan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Guru mengumpulkan hasil kerja siswa.

115 menit

Penutup

Guru dan siswa sama-sama merefleksikan materi

yang sudah dibahas

Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi

yang sudah dibahas

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

salam.

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Nilai= ∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100

IX. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis penilaian aspek pengetahuan dengan teknik tes tertulis

2. Instrumen Penilaian

a. Instrumen Penilaian Pengetahuan

Setiap soal PG mempunya bobot yang sama, yakni 20

b. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Nama

Bek

erja

Sam

a dal

am

Kel

om

pok (

1-4

)

Men

gkom

unik

asih

kan

Jaw

aban

Kep

ada

Anggota

Kel

om

pok (

1-

4)

Pen

guas

aan M

ater

i (1

-4)

Men

ghar

gai

Pen

dap

at

Ses

ama

Anggota

Kel

om

pok (

1-4

)

Kea

kti

f an

Anggota

Kel

om

pok D

alam

Dis

kusi

(1

-4)

Kem

ampuan

Men

gan

alis

is M

ater

i (1

-

4)

Jum

lah

1

2

3

4

5

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

1 = Kurang aktif

2 = Cukup Aktif

3 = Aktif

4 = Sangat aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

c. Instrumen Penilaian Kegiatan Presentasi Belajar Sejarah Siswa

No Nama

Into

nas

i S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Kej

elas

an

Pen

yam

pai

n M

ater

i

(1-4

)

Ek

spre

si S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Res

po

n T

erh

adap

Per

tan

yaa

n y

ang

Dib

erik

an (

1-4

)

Jum

lah

1

2

3

4

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

1 = Kurang aktif

2 = Cukup Aktif

3 = Aktif

4 = Sangat aktif

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMK Putra Tama Bantul

Alb. Sri Hascaryo,S.Pd

Bantul, Maret 2019

Guru Mata Pelajaran

Y. Ida Riyanti, S.Pd

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Materi pembelajaran

a. Pengaruh kolonialisme Portugis di Indonesia

Pengaruhnya masuknya bangsa Eropa ke Nusantara meliputi dua hal dapat

dijelaskan di bawah ini.

1) Agama

Menurut Lombard umat kristen tertua di Indonesia adalah Katolik.

Penyebaran agama ini dimulai jauh sebelum kedatangan Portugis, yaitu sejak abad

ke-14. Pada abad itu , sejumlah rohaniawan katolik singgah di Kepulauan

Nusantara. Di antara mereka adalah Odorico de Pordonone, yang mengadakan

perjalanan dari Eropa ke Cina. Pada tahun 1321, ia singgah di Istanah Majapahit dan

bandar Lamuri di Aceh. Seorang rohaniawan Fransiskan yang bernama Joao de

Marignolli mengikuti jejaknya dan tercatata pernah diterima dengan baik di istana

Samudra Pasai pada tahun 1347.

Akan tetapi, penyebaran agama Katolik dengan pengaruh yang lebih besar

terjadi pada saat kedatngan bangsa Portugis di Nusantara. Komunitas Kristen yang

dipengaruhi oleh Portugis tersebar di kepulauan Maluku dan daerah tertentu di

kepulauan Sunda kecil seperti Nusa Tenggara Timur. Misionaris terbesar yang

datang ke Maluku adalah Fransisikus Xaverius (1506-1552) , seorang anggota

Serikat Yesus. Ia mengunjungi Ambon, Ternate, dan Halmahera antara tahun 1546

hingga 1547

Misionaris lainnya adalah para biarawan dari Ordo Fransiskan dan

Dominikan. Mereka memperkenalkan agam katolik di kalangan penduduk di Nusa

Tenggara Timur, yang berpusat di Larantuka (Flores Timur. Selanjutnya mereka

menyebarkan agama Katolik ke Minahasa, Mangundow, Pulau Siau, Sanghie

Talaud, Blambangan, dan Panarukan.

Agama Katolik yang dibawa Portugis dan Spanyol berkembang sangat baik di

Flores dan Timor saat ini, pengaruh Portugis masih dapat masih dapat ditemukan

dalam bentuk warisan nama-nama yang dipakai orang Timor dan Flores bagian

Timur yang mirip dengan nama-nama orang orang Portugis, seperti Cruz, da Costa,

dan Cunha, de Rozari, da Gomes, Fernandez, Rodriquez, dan lain-lain.

2) Kesenian

Pengaruh Portugis dalam bidang Kesenian tampak pada musik Keroncong.

Kita masih bisa menemukkan peninggalannya di Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Musik keroncong berasal dari musik Portugis pada abad ke-16 yang disebut fado.

Musik ini tadinya populer di lingkungan perkotaan Portugis. Awalnya fado

merupakan sejenis nyanyian bernuansa ratapan (mornas) yang dibawa para budak

negro dari Cape Verde, Afrika Barat ke Portugis sejak abad ke-15. Lambat laun lagu

fado berkembang menjadi lagu perkotaan dan mengeringi tari-tarian. Tarian yang

diiringi fado dipengaruh budaya Islam yang dibawa bangsa Moor asal Afrika Utara

saat menaklukan Selat Glbraltar di bawah pimpinan panglima Tariq Ibn Ziyad pada

abad ke-7 Masehi. Setelah dipengaruhi Islam, tarian tersebut dinamakan moresco,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

moresco adalah tarian hiburan para elite Portugis yang biasanya dibawakan oleh

penari dari bangsa Moor.

Alat musik pegiring moresco adalah gitar kecil bernama Covoquinho. Gitar

ini dibawa para pelaut Portugis dalam era penjelajahan samudra. Ketika masuk ke

Indonesia, alat musik tersebut digunakan untuk menyayikan lagu pengiring tarian

moresco. Karena suara yang dikelurkan berbunyi crong-crong. Maka orang

Indonesia menamakan musik pengiring tarian tersebut keroncong.

3) Bahasa

Dalam bidang bahasa, banyak kosakata bahasa Portugis yang diserap ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh biola (viola),meja (mesa), mentega

(manteiga), Pesiar (Passear), Pigura (figura), pita (fita), sepatu (sepato),serdadu

(soldado), Cerutu (charuto), jendela (janela), algojo (algoz), bangku (banco), bantal

(avental), bendera (bandeira), bolu (balo), boneka (boneca), armada, bola, pena,

roda, ronda, sisa, tenda, dan tinta.

b. Pengaruh kolonialisme Belanda

Pengaruh Belanda yang membekas dalam kehidupan masyarakat Indonesia

sekarang ini juga tampak dalam bidang ekonomi, politik, hukum, dan teknologi.

a) Bidang sosial- Budaya

1) Mentalitas inlander

Inlander adalah kata bahasa Belanda untuk menyebut orang-orang

pribumi. Yang dimasud pribumi adalah salah satu dari tiga kelompok

penduduk Hindia-Belanda menurut undang-undang tahun 1854. Dalam

kelompok ini dimasukkan semua penduduk pribumi Nusantara yang hak-

haknya tidak sama dengan kelompok bangsa Eropa.

Dari istilah ini muncul sitilah mentalitas inlander. Secara harafiah, itu

berarti mentalitas khas orang pribumi. Yang dikonotasikan secara negatif

sebagai orang yang mengidap rasa rendah diri ikut serta menakar diri lebih

rendah dibandingkan orang-orang atau bangsa-bangsa lainnya. Bangsa-bangsa

lain, terutama bangsa-bangsa Barat, yang dianggap lebih hebat, lebih maju,

lebih beradab, lebih modern, lebih pintar, dan bangsa sendiri dianggap lebih

rendah harjat dan martabatnya, kurang beradab, serta kurang maju. Pada saat

yang sama, bangsa Indonesia yang menganut mentalitas ini dikatakan lupa

mengenal serta menggali potensi-potensi besarnya sendiri dan lantas selalu

bergantung pada bangsa lain yang dianggapnya lebih hebat dan lebih beradab

tersebut.

Mengapa disebut mentalitas khas pribumi? Dikatakan demikian karena

mentalitas ini dianggap telah mendarah daging serta menjadi bagian dari pola

hidup dan perilaku rakyat Indonesia. Mentalitas itu mendarah daging karena

dirawat dan dikembangkan oleh sistem yang juga melahirkannya, yaitu sistem

feodalisme. Oleh Belanda, sistem ini dimanfaatkan dan dipelihara untuk

melanggeng kekuasaanya di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Sistem feodalisme sangat kuat berlaku dalam sistem kerajaan di

Indonesia selama berabad-abad sejak zaman Hindu-Buddha karena

melekatnya konsep dewa –raja dan kosmologi yang melihat raja dan kraton

senagai pusat alam semesta. Raja adalah pemilik dari semua yang ada dalam

lingkaran kosmologinya termasuk manusianya. Dalam praktiknya sehari-hari,

raja adalah tuan (patron), sedangkan rakyatnya adalah hamba-sahaya yang

tunduk pada perintah dan kehendak tuannya (raja).

Pada umumnya, sebagaimana halnya para pelayan atau hamba-Sahaya,

mentaliats Inlander menjadikan orang yang kurang disiplin, cenderung malas,

dan hanya akan bekerja kalau dilecut. Dalam konteks yang lebih luas karena

kurang percaya diri, orang-orang yang mengidap mental ini lalu berupaya

menjilat tuannya (menjadi yes man) agar posisi atau kedudukannya tetap

aman. Ia “menjilat” karena ia sendiri tidak yakin bahwa kopetensi yang

dimilikinya akan membuat dia tetap dipercayai untuk memegang kedudukan

tertentu. Itulah yang terjadi dalam sistem feodalisme di kerajaan-kerajaan di

Indonesia. Akibatnya, sebelum era kolonialisme imperilalisme, bangsa

Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang terbelakang.

Pada masa penjajahan, penyakit mental ini dimanfaatkan dan

dipelihara oleh Belanda. Dengan begitu, bangsa Indonesia sulit untuk percaya

diri dan perasaan mampu membangun bangsanya sendiri secara mandiri.

Belanda berulang kali ,mengatakan bahwa warga pribumi adalah

bangsa yang bodoh dan hanya pantas menjadi budak Belanda. Selain itu

kebijakan ekonomi-Politik dibuat sedemikain rupa sehingga mentalitas

inlander itu tetap terpelihara. Terkait dengan pemungutan pajak verplichte

leverantie dan contingenten, misalnya Belanda menugaskan elite-elite

pribumi, jika mereka berhasil mengumpulkan hasil bumi melebihi target

mereka akan mendapatkan hadiah yang lebih dikenal dengan istilah batig slot

(saldo lebih). Kondisi tersebut menyebabkan ketergantungan elite pribumi

terhadap pemerintah kolonial makin tinggi. Posisi para pejabat pribumi tidak

ubahnya seperti komprador atau centeng. Hal ini secara tidak langsung berati

bahwa para elite pribumi dan bawahannya menghamba kepada para pejabat

kolonial Belanda (yang diperlaukan sebagai kelompok superior). Proses

dominasi dan hegemoni kekuasaan terhadap penguasa pribumi ini berlangsung

secara efektif. Rasa rendah diri atau inferior dikalangan pribumi terhadap

mereka yang berkulit putih makin mendominasi cara pandang budaya

pribumi.

2) Pendidikan

Sistem pendidikan Barat di Indonsesia digarap Belanda sejak abad

ke-18. Pada Akhir abad ke-19, sistem pendidikan yang berkembang di

Indonesia semakin banyak.

Sistem persekolahan Belanda awalnya bersifat segregatif: ada

sekolah khusu Belanda dan Eropa seperti Eropesche Lagere School (ELS),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

ada sekola khusus untuk orang-orang keturunan Tionghoa seperti,

Hollandsch Chineseeche School, dan ada sekolah khusus untuk pribumi

seperti Indlansche school.

Perhatian pendidikan semakintegas tatakala Politik Etis

diberlakukan pada tahun 1911. Sebelum Politik Etis, tujuan pembentukkan

sistem pendidikan Belanda bagi orang Indonsia sekedar untuk

menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan administrasi

kolonial. Kebutuhan tenaga terdidik yang dimaksud untuk mengantisipasi

meluasnya wilayah kekuasaan Belanda. Luasnya wilayah kelola tertentu

diiringi kerumitan serupa dalam tata administrasinya .

Politik Etis mengorganisasikan serta mengembangkan sekolah-

sekolah baru pada semua jenjang pendidikan. Hal ini antara lain berupa

sekolah dasar, hollandsch Inlandche School (ELS) , sekolah menengah

pertama, Merr Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), dan sekolah

menegah atas, Algemeene Middlebare School (AMS), sekoah –sekolah

kejuruan, seperti sekolah pegawai sipil pribumi, Opleideng school Voor

Inlandche Ambtenaren (OSVIA), dan dua sekolah kejuruan medis, selevel

universitas tingkat awal, School Tor Opleiding Van Inlandche Arsten

(STOVIA), dan Nederlandsch-Indische Artssenschool (NIAS), dan

lemabag pendidikan level universitas , Technische Hoogeschool (THS,

Sekolah Tinggi Teknik), di Bandung pada tahun 1920-meski pada awalnya

kehadiran THS di luar desain pemerintah kolonial, karena didirikan atas

inisiatif sebuah yayasan swasta Belanda, dan baru diambilalih oleh

pemerintah pada tahun 1924.

Sejalan dengan itu, terjadi pula perluasaan pengajaran bahasa-

bahasa Eropa, serta inisitaif pengiriman secara seletif anak-anak keluarga

bangsawan untuk bersekolah ke negeri Belanda.

Dari model pendidikan seperti itu, muncul kaum terpelajar baru di

luar priyayi lama dan masyarakat Eropa di Hindia Belanda. Penguasaan

mereka atas bahasa Eropa, dibarengi kehadiran bahan pustaka dan industri

penerbitan, memberi mereka kesempatan untuk mengakses pengetahuan

dan informasi termaju pada zamannya secara langsung.

Pengaruh penjajahan Barat dalam bidang pendidikan yang

pengaruhnya bisa terasa hingga kini adalah kehadiran lembaga pendidikan

dan penelitian modern, perkembangan tulisan latin, percetakan dan pers,

dan gaya hidup.

3) Bahasa

Bahasa Belanda juga mempengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa

Jawa serta bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Kata-kata pinjaman dari

bahasa Belanda seperti Knalpot, bekleding, vermaak, achterui, absurd,

afdruk, bom,debat, drama,garasi, giro, wortel dan masih banyak lagi, telah

dikenal dan digunakan sebagai bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Untuk urusan lalu lintas dan mobil kita menggunakan atret (dari

acteruit), verboden, pit, (dari fiets), knalpot, rem,persnelling (dari

versnelling), dongkrak, schokbreker, dan seterusnya.

4) Gaya Hidup

Penjajah Belanda juga membawah gaya hidup yang mempengaruhi

kehidupan sebagain rakyat Indonesia. Karena itu, muncul istilah “gaya

hidup yang kebarat-baratan”. Istilah westernisasi kiranya tidak terlalu tepat

untuk menunjukkan gejala ini karena “gaya hidup Barat” itu tidak

disebarkan secara terencana dan sistematis, juga tidak memengaruhi secara

mendasar hidup sebagian orang. Pengaruh itu terlihat dikalangan

bangsawan dan birokrat kolonial, sedangkan sebagain besar rakyat

Indonesia masih tetap menjalani hidup lama (feodal-tradisioanl).

“Gaya hidup yang kebarat-baratan” itu, misalnya tampak dalam

kebiaasaan minum minuman keras, pesta dansa (menari Khas Belanda atau

Barat), gaya perkawinan, dan model berpakain (rok, jas, dasi, topi). Selain

itu, bangsa Barat juga memperkenalkan sekaligus membiasakan sikap

disiplin, menghargai waktu, demokratis dan terbuka, serta bersikap

rasional.

5). Berkembangnya agama kristen Protestan di Indonesia

Pada tahun 1617, parlemen Belanda mengintruksikan kepada

Gubernur Jenderal VOC dan Raad Van Indie untuk bertanggung jawab

menyebarkan agama Kristen dan mengajarkannya melalui sekolah-sekolah

sengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Saat ini, kita dapat

menyaksikan sebagian besar daerah di Nusantara yang mayoritas

masayarkatnya beragama Kristen Protestan , seperti Sulawesi Utara, Timor

Barat, Alor, Sumba, Sebagian wilayah Tapanuli, tanah Toraja, Maluku

bagian Selatan , serta Papua.

b) Bidang ekonomi

Pengaruh ekonomi yang masih membekas sampai sekarang terutama

sejak diperlakukan Sistem Tanam Paksa dan Kebijakan Pintu Terbuka (sistem

Ekonomi liberal) . Pengaruh Sistem Tanam Paksa, misalnya terdapat dalam dua

hal, yaitu (1), petani pribumi mulai mengenal jenis-jenis tanaman-tanaman

komoditi lain seperti kopi dan teh, (2), petani mulai mengenal sistem upah,

yang sebelumnya tidak dikenal (masyarakat lebih mengutamakan sistem

gotong-royong).

Sementara itu sistem ekonomi liberal membuat rakyat mengenal hal-hal

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

1) Sistem sewa tanah

Aturan sewa tanah kepada pihak asing dengan status hak guna usaha

selama jangkah waktu tertentu masih tetap berlaku hingga sekarang.

Sistem sewa tanah didasarkan pada undang-undang Agraria tahun

1870. Peraturan ini mengizinkan perorangan dan badan swasta mengelola

tanah milik pemerintah. Namun, undang-undang ini juga melarang penduduk

non-bumiputera memiliki tanah yang luas atas dasar hak milik mutlak,

kecuali tanah untuk pabrik. Kepemilikian mereka hanya atas dasar hak guna

usaha dengan masa berlaku sekitar 70 tahun.

2) Ekonomi Uang

Karena diterapkan sistem Ekonomi Liberal pada masa kolonial,

masyarakat Indonesia akhirnya mengenal adanya alat tukar berupa uang.

Sistem uang tersebut sekaligus mengubah sistem barter.

Penggunaan uang terutama dipicu oleh penyewaan tanah penduduk

oleh perusahan swasta Belanda pada masa penerapan Liberalisme ekonomi

melalui kebijakan pintu terbuka. Penggunaan uang kemudian diterapkan

untuk membayar pajak. Dengan demikian, rakyat tidak lagi dikenakan pajak

tenaga. Penggunaan uang juga ternyata membawah pengaruh negatif bagi

petani Jawa karena mereka menjadi terbelit utang. Undang-undang Agraria

sebenarnya melarang menyitaan tanah akibat utang. Namun, selama tidak

ada pemberian kredit, para petani Jawa tetap terjerumus kredit, lintah darat.

Pemerintah kemudian mendirikan lembaga pemberian kredit pedesaan dan

bank desa. Pada tahun, 1917, jumlah bank desa sudah mencapai 2.000

dengan nasabah lebih dari 600.000 orang.

3) Sistem kerja kontrak

Pada tahun 1888, pemerintah kolonial membuat peraturan yang

disebut Koeli Ordonantie. Peraturan itu dibuat untuk mengatur masalah

perburuhan. Pengaturan perburuhan dipandang perlu karena pembukaan dan

perluasaan perkebunan dan pertambangan berdampak pada meningkatnya

kebutuhan tenaga kerja.

Sistem dan praktik kerja masih dikenal hingga saat ini. Dewasa ini,

kerja kontrak bisa menjadi langkah awal sebelum mendapat status permanen

di tempat kerja. Kerja kontrak juga bisa berupa hubungan kerja antara tenaga

kerja dengan perusahan, tetapi tenaga kerja tidak dianggap sebagai karyawan

perusahaan yang memperkerjakan. Sistem ini dikenal sebagai outsourcing.

Karyawan outsourcing adalah karyawan dari perusahaan yang merekrut

mereka, bukan perusahan yang memperkerjakan mereka. Praktik kerja

kontrak juga dikenal di lembaga pemerintahan atau institusi-institusi

pemerintahan dan sekolah-sekolah pemerintah, Tenaga Kerja Kontrak di

lembaga-lembaga pemerintahan dikenal sebagai tenaga honorer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

c) Bidang Politik

Pengaruh penjajahan Belanda dalam bidang Politik tampak dalam hal

berokrasi. Sistem pemerintahan kolonial di bawah pimpinan gubernur jenderal

dirancang seperti lembaga eksekutif yang kita kenal saat ini. Dalam mengelola

pemerintahan, gubernur jenderal dibantu oleh enam departemen , yaitu

kehakiman, keungangan, dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi,

serta kesejahteraan umum. Ada juga departemen militer, yaitu departemen

peperangan, dan angkatan laut. Departemen-departemen ini mirip dengan

kabinet dalam sistem pemerintahan presidensial sekarang ini.

Dalam struktur birokrasinya, jabatan teritorial di atas tingkat kabupaten

dipegang orang Belanda, jabatan tertinggi yang bisa dipegang pribumi adalah

bupati , yang umumnya diwariskan turun-temurun untuk menjaga loyalitas

pemangku jabatan tersebut kepada pemerintah kolonial. Bupati dibantu oleh

seorang patih.

Di bawah bupati terdapat wedana, yang bertugas mengatur kewedanaan.

Sementara itu kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat, merupakan

wilayah di bawah kewedanaan. Camat membawahi para kepala desa. Pada

dasarnya, kepala desa tidak termasuk dalam struktur birokrasi pemerintah

kolonial sehingga mereka bukan anggota korps pegawai negeri Hindia Belanda.

Oleh karena itu, kepala desa tidak termasuk kategori priyayi. Para kepala desa

tidak diangkat maupun digaji oleh pemerintah. Mereka dipilih langsung oleh

rakyat, Gaji diperoleh dari tanah desa yang menjadi hak mereka selama

menjabat sebagai kepala desa. Struktur birokrasi semacam ini masih kuat

memengaruhi struktur birokrasi Indonesia sampai saat ini.

d) Bidang hukum

Jauh sebelum era kolonialisme, di Indonesia berlaku hukum adat, yang

merupakan kebiasaan-kebiasaan mayarakat yang biasanya tidak tertulis. Pada

masa kolonialisme Belanda, hukum belanda mulai diperkenalkan di Indonesia.

Meskipun demikian, hukum Belanda itu hanya berlaku untuk orang Belanda

dan bangsa Eropa lainnya. Bagi orang Indonesia berlaku hukum adat. Setelah

Indonesia merdeka bahkan sampai sekarang, sistem hukum Indonesia. Hal ini

nyata dalam pasal-psal KUH-Pidana dan KUH-Perdata. Selain itu dua sistem

lain pilar hukum Indonesia adalah sistwm hukum adat dan sistem hukum Islam.

Sebagai contoh sederhana, istilah-istilah hukum kita masih menggunakan

kosakata bahasa Belanda, seperti ruilslog (tukar guling), gijzeling

(penyanderaan), adrokot (pengacara), beslag (sita), in kracht (putusan

pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap), bezet (diduduki) dan masih

banyak lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

e. Bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi

1. Mengenal paham liberalisme

Diterapkannya kebijakan pintu terbuka pada abad ke-18 oleh

pemerintah kolonial membuat rakyat Indonesia mengenal paham liberalisme.

Paham ini memengaruhi kebijakan ekonomi dan politik Indonesia sampai

sekarang ini.

Penerapan gagasan liberal dalam bidang ekonomi di Indonesia waktu

itu kurang sejalan dengan cita-cita awalnya meskipun demikian, setidaknya

bangsa Indonesia mengenal pentingnya kebebasan dan kesetaraan dalam

semua bidang kehidupan. Kedua gagasan ini ialah jantung paham liberalisme.

2. Dalam bidang ekonomi

Paham ini mengusung perdagangan bebas, pengakuan terhadap hak

milik pribadi, pembatasan terhadap campur tangan negara dalam

perekonomian dan memberi kebebasan pada pihak swasta untuk melakukan

kegiatan ekonomi. Semua unsur ini bersatu dibawah sistem yang disebut

kapitalis. Dibawah sistem ini, segala potensi dan aktivitas-inovasi individu

untuk melakukan aktivitas ekonomi diberi ruang yang besar. Hal ini pada

gilirannya mendorong munculnya para wirausahawan, yang menciptakan

lapangan kerja, menghasilkan pajak bagi negara, menumbuhkan persaingan

yang sehat, dan seterusnya.

3. Dalam bidang politik dan sosial-budaya

Paham libereralisme mengusung pemilihan umum yang bebas dan

adanya pengakuan terhadap hak-hak sipil (seperti kebebasan berpendapat),

kebebasan pers, kebebasan beragama, dan supermasi hukum. Dalam

perkembangannya muncul juga gagasan kesetaraan jender.

Sampai saat ini, penerapan paham ini dalam bidang ekonomi dan

politik kerap menimbulkan kontroversi. Kritik yang paling sering

dikemukakan terkait dengan penerapan paham liberalisme dalam bidang

ekonomi adalah sebagai berikut (1) terjadinya penyerahan pengelolaan aset-

aset negara yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti minyak, pangan,

air, dan bahan-bahan mineral ke tangan swasta; (2) berkurangnya peran dan

campur tangan negara dalam kegiatan perekonomian (3) adanya

kecendrungan membiarkan pasar bergerak dengan mekanismenya sendiri

tanpa camputr tangan negara. Ketiga hal tersebut dianggap tidak adil,

menumpuk kekayaan pada segelentir orang memperlebar ketimpangan sosial-

ekonomi, serta mengancam ketahanan kita sebagai bangsa. Oleh karena itulah

bapak-bapak bangsa kita memilih sistem ekonomi yang sesuai dengan

keberadilan bangsa Indonesia, yaitu sistem ekonomi pancasil, yang secara

garis besar ditegaskan dalam pasal 33 UUD 1945.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

d) Mengenal teknologi berbasis mesin

Penjajahan Belanda mengenalkan Indonesia untuk pertama kalinya

pada teknologi-teknologi baru berbasis mesin baik dalam bentuk mesin

pengelolaan hasil bumi, teknologi transportasi maupun teknologi pertanian.

Kelak telah merdeka yaitu melalui kebijakan nasionalisasi semua aset Belanda

di Indonesia teknologi-teknologi ini masih dapat dipakai dan bahkan

dikembangkan untuk membangun Indonesia yang sudah merdeka.

Bangsa Indonesia misalnya mengenal mesin pengolah hasil bumi

seperti mesin pengolah tebu menjadi gula, kelapa sawit menjadi minyak, biji

kopi menjadi bubuk kopi, dan lain sebagainya. Mesin-mesin ini meningkatkan

hasil produksi dengan lebih cepat dan efisien, tidak saja pada zaman

pemerintah kolonial Belanda, tetapi juga sejak Indonesia merdeka.

Selain itu munculnya sarana transportasi seperti penggunaan kereta

api telah dapat menggantikan sistem pengangkutan tradisional (tenaga

manusia maupun hewan). Perkembangan transportasi juga memungkinkan

terbentuknya jaringan yang luas antar wilayah, dan secara ekonomi

mempercepat pengangkutan hasil-hasil perkebunan ke pabrik-pabrik serta

distribusi hasil-hasil produksi ke pelabuhan-pelabuhan. Demikian pula dengan

transportasi air kapal-kapal bermesin memungkinkan transportasi hasil-hasil

antar pulau dapat dilakukan dengan cepat. Kemajuan transportasi juga

memungkinkan bangsa Indonesia bisa satu sama lain, dari Barat sampai ke

Timur.

Pada akhir abad ke-19 kenderaan bermotor mulai diperkenalkan di

Indonesia. Sepeda motor buatan Jerman masuk ke Indonesia pada tahun 1893.

e) Mengenal teknologi komunikasih dan informasi

Tersedianya layanan kereta api dan kapal lain membuka peluang

terwujudnya layanan di bidang lain seperti pos umum yang lebih teratur.

Kehadiran telegraf dan telpon juga membuat komunikasi menjadi lebih lancar

dan cepat.

Pada tahun 1925, radio siaran Bataviasche Radio Vereeniging (BRV)

berdiri di Batavia (sekarang Jakarta). Setelah itu muncul Nederlandsch

Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Batavia, Bandung, dan Medan. Di

Solo bersiri Solossche Radio Vereeniging (SRV) sementara di Yogyakarta

didirikan Mataramse Vereeniging Voor Radio Omroep (MVRO).

Hampir semua radio itu didirikan oleh orang Belanda. Hanya SRV

saja yang didirikan oleh orang Indonesia, yaitu oleh Mangkunegoro VII dan

Sarsito Mangunkusumo. Perkembangan radio dan bahan televisian

berkembang sangat pesat sejak Indonesia merdeka hingga kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I

Jenis Sekolah : SMK Putra Tama Bantul Kelas/semester : X Pemasaran/ Genap

Tahun Pelajaran : 2018/2019 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

IPK

Materi

Pembelajaran Indikator Soal

Level

kognitif

Jenis

soal

Nomor

Soal

3.6.1

3.6.2.

Mendeskripsik

an dampak

politik,

budaya, dan

sosial pada

masa

penjajahan

bangsa Eropa.

Mendeskripsik

an dampak

ekonomi dan

pendidikan

pada masa

penjajahan

bangsa Eropa

di Indonesia.

Siswa dapat menganalisis agama kristen tertua yang berkembang

di Indonesia C1

PG

1

Siswa dapat menganalisis reaksi kerajaan-kerajaan nusantara atas

kedatangan para rohaniwan di Nusantara C2 2

Siswa dapat menganalisis pada masa bangsa Eropa mana agama

katolik dapat berkembang dengan pesat C1 3

Siswa dapat menganalisis siapa rohaniawan Fransiskan yang

mengikuti jejak rohaniwan sebelumnya C1 4

Siswa dapat menganalisis daerah mana saja yang mendapatkan

pengaruh penyebaran agama Kristen Katolik C2 5

Siswa dapat menganalisi darimana asal mula munculnya musik

keroncong C2 6

Siswa dapat menganalisis pengaruh Portugis dalam bidang bahasa

yang masih ada hingga saat ini. C2 7

Siswa dapat menganalisis bagaimana hubungan Belanda dengan

elite-elite pribumi dalam bidang ekonomi-Politik C4

8

Siswa dapat menganalisis mengapa bangasa Eropa menyebut

warga pribumi dengan bangsa yang bodoh dan hanya pantas

menjadi budak Belanda. C4 9

Siswa dapat menganalisis pengaruh pendidikan zaman kolonoal

Belanda yang masih terasa hingga saat ini C2 10

Siswa dapat menganalisis sebelum menerapkan politik etis apa C2 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

IPK

Materi

Pembelajaran Indikator Soal

Level

kognitif

Jenis

soal

Nomor

Soal

tujuan dari penerapan sistem pendidikan Belanda bagi orang

Indonsi a

Siswa dapat menganalisis dalam bidang ekonomi apa dampak

positif dari sistem tanam paksa. C2 12

Siswa dapat menganalisi tanaman apa saja yang ditanam pada saat

sistem tanam paksa C1 13

Siwa dapat menganalisis hal-hal mengenai sistem ekonomi liberal C1 14

Siswa dapat menganalisis kedudukan tertinggi warga pribumi

dalam birokrasi pemerintahan Belanda C1 15

Siswa dapat menganalisis mentalitas inlander C2 16

Siswa dapat menganalisis sistem feodalisme nusantara C2 17

Siswa dapat menganalisi sistem hukum yang diterapkan oleh

Belanda di Nusantara C3

18

Siswa dapat menganalisis sistem pendidikan yang diterapkan oleh

bangsa Barat di Nusanatara C2 19

Siswa dapat menganalisis wilayah di Nusantara yang dikunjungi

oleh para biarawan C1 20

Bantul, 10 April 2019

Peneliti,

Fransina Wally

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANTUL

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA

TAMA BANTUL

Jalan Mgr. Alb. Sugiyopranoto No.2, Badegan, Bantul,

Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55714

LATIHAN HARIAN I SEMESTER GENAP

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X Pemasaran

Hari/Tanggal : 24 April 2019

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT

DENGAN MEMBERI TANDA (X) PADA HURUF A,B,C,D, ATAU E

PADA LEMBAR JAWABAN YANG TERSEDIA 1 S/D 20

1. Di Nusantara ada beberapa agama yang masuk silih berganti. Agama kristen

tertua yang berkembang di Indonesia, adalah....

A.Buddha

B.Kristen Protestan

C.Islam

D.Kristen Katolik

E.Hindu

2. Untuk mempertahankan wilayah kekuasaan pastinya ada reakasi orang lokal

atau kerajaan lokal terhadap orang asing yang datang. Reaksi kerajaan-

kerajaan Nusantara terhadap kedatangan orang rohaniwan ke Nusantara...

A. Dapat diterima dengan baik

B. Terjadinya perlawanan yang dasyat

C. Munculnya konflik-konflik kecil di tengah masyarakat atau kerajaan

lokal

D. Diadakan hubungan kerjasama yang baik anatara kaum pendatang dan

kaum lokal

E. Diizinkan menyebarkan agama di sekitaran kerajaan

3. Di Indonesia ada 4 bangsa Eropa dan 1 bangsa Asia yang pernah menjajah

Indonesia karena berbagai kepentingan. Salah satu kepentingannya untuk

menyebarkan agama. Pada masa bangsa Eropa mana agama katolik dapat

berkembang dengan pesat di Nusantara...

A. Inggris

B. Belanda

C. Spanyol

D. Jepang

E. Portugis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

4. Dalam penyebaran agama pasti ada tokoh-tokoh yang berperan. Salah satu

tokoh rohaniawan Fransiskan yang mengikuti jejak rohaniwan sebelumnya,

yakni....

A.Odorico de Pordonone

B.Joao de Marignolli

C.Stamford Raffles

D.Cornelis de Houtman

E.Fransisikus Xaverius

5. Penyebaran agama Kristen Katolik dapat menyebar di beberapa wilayah di

Nusantara. Coba urutkan wilayah mana sajakah agama Kristen Katolik yang

bawah oleh para biarawan Ordo Fransiskan dan Dominikan dapat

berkembang dengan pesat....

A. Nusa Tenggara Timur-Sumba -Mangundow- Pulau Siau- Sanghie

Talaud- Blambangan- Panarukan.

B. Jawa-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie Talaud-

Blambangan- Panarukan.

C. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie

Talaud- Sumatera- Panarukan.

D. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow- Pulau Siau- Sanghie

Talaud- Blambangan- Panarukan.

E. Nusa Tenggara Timur-Minahasa-Mangundow-Bali-Sanghie Talaud-

Blambangan- Panarukan.

6. Setiap benda atau alat pasti memiliki asal mula yang sangat panjang. Musik

keroncong yang kita kenal saat ini awal mula berasal dari negara……

A. Portugis

B. Afrika Barat

C. Belanda

D. Inggris

E. Amerika

7. Contoh pengaruh Portugis dalam bidang bahasa yang masih ada hingga saat

ini, kecuali....

A. Bendera (bandeira)

B. Bola

C. Boneka (boneca)

D. Meja (mesa)

E. Buku

8. Analisislah hubungan Belanda dengan elite-elite pribumi dalam bidang

ekonomi-Politik,yakni...

A. Belanda menugaskan elite-elite pribumi, jika mereka berhasil

mengumpulkan hasil bumi melebihi target mereka akan mendapatkan

hadiah yang lebih dikenal dengan istilah batig slot (saldo lebih)

B. Belanda menaikkan jabatan elite-elite pribumi sederajat dengan elite-elite

Belanda

C. Belanda menguras para elite-elite pribumi dalam hal tanah maupun pajak

berupa tunai

D. Belanda dengan elite-elite pribumi berhubungan erat seperti saudara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

E. Belanda dengan elite-elite politik tidak memiliki hubungan yang erat

antara satu dengan yang lain.

9. Faktor yang mendasari bangsa Eropa menyebut warga pribumi dengan

bangsa yang bodoh dan hanya pantas menjadi budak Belanda…..

A. Karena mereka menganggap warga pribumi sebagai bangsa yang buta

huruf

B. Karena sebelum era kolonialisme imperilalisme, bangsa Indonesia sudah

dikenal sebagai bangsa yang terbelakang sehingga masa penjajahan

Belanda mereka manfaatkan dan dipelihara oleh Belanda.

C. Karena mereka Warga pribumi tidak mau bekerja keras dan hanya mau

terima apa yang sudah disediakan oleh Belanda.

D. Karena sebuah pengaruh yang mereka dapatkan pada masa sistem

feodalisme di kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hanya mau menerima

dari tuannya

E. Karena warga pribumi berwatak keras sehingga mereka dapat

menyebutnya dengan bangsa bodoh dan mereka pantas menjadi budak

mereka.

10. Pada masa kolonial Belanda dapat menerapkan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan zaman kolonoal Belanda yang masih ada hingga saat ini....

A. Masih banyak meninggalkan sekolah-sekolah yang berbahasa

Belanda

B. Masih adanya sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA/Kejuruan

dan Universitas-Universitas

C. Masih ada sekolah-sekolah gurunya orang-orang Belanda

D. Masih ada kerjasama antara sekolah-sekolah miliki Belanda dengan

pusatnya di Belanda

E. Masih ada sekolah yang menggunakan kurikulum dari pemerintahan

Belanda

11. Sebelum menerapkan politik etis, sistem pendidikan Belanda bagi orang

Indonesia bertujuan...

A. Untuk menyediakan tenaga kerja ahli untuk warga pribumi

B. Untuk menyediakan tenaga kerja kasar

C. Untuk menyediakan tenaga terdidik untuk membantu elite-elite lokal

D. Untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan

administrasi kolonial

E. Untuk menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang akan dikirim ke

Belanda dan bekerja untuk pemerintah Belanda.

12. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda

pastinya ada dampaknya. Dalam bidang ekonomi, dampak positif dari

sistem tanam paksa adalah....

A. Petani pribumi mulai mengenal jenis-jenis tanaman-tanaman

komoditi lain seperti kopi dan teh

B. Petani pribumi dapat disederajatkan dengan orang-orang Belanda

C. Petani Pribumi mengenal cara kerja dengan menggunakan mesin

D. Petani pribumi tetap mempertahankan sistem gotong royong

E. Petani pribumi tetap menggunakan bibit milik mereka sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

13. Dalam sistem tanam paksa ada beberapa komoditi pertanian yang ditanam

oleh para petani pribumi, yaitu...

A. Kopi dan tebu

B. Tebu dan teh

C. kopi dan teh

D. Lada dan kopi

E. Kopi dan cengkeh

14. Dari hal-hal di bawah, sistem yang dikenalkan oleh kolonial Belanda

kepada rakyat pribumi pada masa sistem ekonomi liberal adalah….

A. Sistem kerja paksa

B. Sistem konomi uang

C. Sistem ekonomi pasar

D. Sistem pajak

E. Sistem ekonomi pasar barang

15. Dalam strukrur birokrasi pemerintahan Belanda, para elite pribumi yang

memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahannya sebagai…..

A. Kehakiman

B. Kebudayaan dan kepercayaan

C. Departemen militer

D. Camat

E. Bupati

16. Warga pribumi di Nusantara mendapatkan julukkan mentalitas inlander

dari colonial Belanda. Maksud dari mentalitas inlander pada masa

kolonial adalah....

A. Mentalitas khas orang pribumi artinya warga pribumi adalah bangsa

yang kurang beradab, serta kurang maju

B. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi memiliki

kedudukan yang sama dengan bangsa Barat

C. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi yang tidak bisa

meninggalkan adat-istiadat

D. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi yang sudah

memiliki wawasan luas mengenai dunia kerja

E. Mentalitas khas orang pribumi, artinya warga pribumi sudah mampu

bersaing dengan bangsa Eropa

17. Kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia dapat menerapkan sistem feodalisme

hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh bangsa Barat. Dampak bagi warga

pribumi dari penerapan sistem feodalisme di Nusantara oleh bangsa Barat,

yakni....

A. Warga pribumi semakin tahu mengenai cara kerja sistem feodalisme

B. Warga pribumi memiliki ketergantungan hidup terhadap raja-raja di

kerajaan Nusantara

C. Mentalitas warga pribumi terhadap dirinya semakin berkurang atau

rasa percaya dirinya hilang hanya bergantug pada bangsa Barat

D. Mentalitas Warga pribumi semakin percaya diri bahwa mereka

mampu atau sama derajat dengan bangsa Eropa

E. Warga pribumi memiliki ketergantungan hidup terhadap bangsa Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

18. Bangsa Barat atau khususnya Belanda telah memperkenalkan sistem

hukum di Nusantara. Sistem hukum tersebut dapat berlaku bagi....

A. Hanya berlaku bagi orang Barat

B. Berlaku bagi seluruh warga yang hidup di tanah Hindia-Belanda

C. Berlaku bagi para keturunana Eropa saja

D. Berlaku bagi kaum elite Belanda

E. Berlaku bagi kaum elite Belanda dan kaum elite Indonesia

19. Dalam bidang pendidikan, orang-orang Eropa di Nusantara selama masa

penjajahan Belanda ditempatkan di sekolah yang khusus untuk mereka dan

tidak bersamaan dengan penduduk pribumi. Sehingga hampir semua hal,

orang Eropa mendapatkan kemudahan dalam berbagai bidang yang ada.

Hal ini dapat mencerminkan…

A. Asimilasi

B. Determinisasi

C. Diferensiasi

D. Diskriminasi

E. Westernisasi

20. Pernyataan yang tepat, pada tahun 1506-1552, seorang anggota Serikat

Yesus yang bernama Fransiscus xaverius ke Nusantara. Wilayah di

Nusantara yang ia datangi adalah…..

A. Jawa

B. Sumatera

C. Maluku

D. Sulawesi

E. Sumba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KUNCI JAWABAN

TES SIKLUS I PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SEJARAH INDONESIA

1. D

2. A

3. E

4. B

5. D

6. B

7. E

8. A

9. B

10. B

11. D

12. A

13. C

14. B

15. E

16. A

17. C

18. A

19. D

20. C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR JAWABAN

Nama :..............................................................................

Kelas :..............................................................................

1 A B C D E

11 A B C D E

2 A B C D E 12 A B C D E

3 A B C D E 13 A B C D E

4 A B C D E 14 A B C D E

5 A B C D E 15 A B C D E

6 A B C D E 16 A B C D E

7 A B C D E 17 A B C D E

8 A B C D E 18 A B C D E

9 A B C D E 19 A B C D E

10 A B C D E 20 A B C D E

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5

(Rpp Siklus II)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMK Putra Tama Bantul

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas/Semester : X Pemasaran / II ( Genap)

Materi Pokok : Dampak Politik, Budaya,Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan

Pada Masa Penjajahan Bangsa Eropa

Alokasi Waktu : 3 X 45' (3 JP)

I. Kompetensi Inti /KI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

1 3.6. Menganalisis dampak politik,

budaya, sosial, ekonomi, dan

pendidikan pada masa

penjajahan bangsa Eropa,

lahirnya pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah pemuda

4.6. Menalar politik, budaya,sosial,

ekonomi, dan pendidikan pada

masa penjajahan bangsa Eropa,

lahirnya pergerakan nasional

dan peristiwa sumpah pemuda.

3.6.1.Mendekripsikan lahirnya

pergerakan nasional.

3.6.2. Mendeskripsikan sumpah

pemuda.

4.6.1. Menyajikan dalam bentuk

presentasi tentang lahirnya

pergerakan nasional dan

peristiwa sumpah pemuda .

III. Tujuan Pembelajaran

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat

mendeskripsikan dan menyampaikan “ dampak politik, budaya,sosial,

ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa, lahirnya

pergerakan nasional dan peristiwa” dengan menggunakan pembelajaran aktif,

efektif, kreatif, dan inovatif serta siswa dapat memiliki cinta tanah airdan

menghargai perjuangan bangsa Indonesia.

IV. Materi Pembelajaran

1. Fakta

Lahirnya pergerakan, nasional, dan peristiwa sumpah pemudah.

2. Konsep

Menganalisis lahirnya pergerakan nasional dan peristiwa sumpah pemuda.

3. Prosedural

Mendata organisasi-organisasi pergerakan nasional dan pengaruh sumpah

pemuda terhadap Nusantara.

V. Pendekatan / Model/ Metode Pembelajaran

a) Pendekatan : Student Center

b) Model : Kooperatif tipe Jigsaw

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

c) Metode : Ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan

VI. Media/ Alat dan Bahan Pembelajaran

a) Alat : papan tulis , penghapus, dan spidol

b) Bahan : Buku Pelajaran, hand out, soal-soal, lembar kerja siswa

VII. Sumber Belajar

1. Sumber Buku

Hapsari Ratna, Adil.M. 2103. Sejarah Indonesia SMA/SMK Kelas X,

Jakarta Erlangga.

2. Sumber Internet

a. https://lpmarena.com/2012/03/14/perkembangan-pergerakan-nasional-indonesia-

i/#:~:text=Masa%20pergerakan%20nasional%20di%20Indonesia%20ditandai%20dengan

%20berdirinya%20organisasi%2Dorganisasi%20pergerakan.&text=Masa%20pembentuk

an%20(1908%2D1920),Sarekat%20Islam%2C%20dan%20Indische%20Partij.

b. Faktor-faktor pendorong munculnya pergerakan nasional, diakses dari

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/200000369/faktor-pendorong-

munculnya-pergerakan-nasional?page=all.

VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Uraian Kegiatan Waktu

Kegiatan

Pendahuluan

Melakukan Apersepsi:

Guru memberi salam.

Guru melakukan presensi untuk mengecek

kehadiran siswa.

Guru memeriksa kesiapan siswa untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Guru menanyakan materi sebelumnya agar

siswa dapat memahami sudah pernah

diajarkan.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

serta manfaat jika siswa mampu menguasai

materi.

10 menit

Guru menjelaskan materi sejarah secara garis

besar kepada siswa. 115 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Guru membagikan kelompok secara

heterogen. lalu guru membagikan materi

kepada kelompok. Guru menyuruh setiap

siswa yang memiliki nomor sama berkumpul

dalam satu kelompok.

Selanjutnya guru menyuruh setiap anggota

kelompok mempelajari materi sesuai dengan

kode yang sudah ditentukan oleh guru.

Tiap-tiap anggota kelompok berkumpul untuk

membahas materi yang sama hingga menjadi

ahli sebelum kembali ke kelompok asal.

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal lalu

setiap anggota kelompok mempresentasikan

keahliaannya kepada anggota kelompoknya.

Guru meminta kelompok asal

mempresentasikan materinya di depan kelas.

Guru memberikan tes tertulis berkaitan

dengan materi yang sudah dibahas dalam

kelompok ahli maupun kelompok asal. Dalam

tes ini siswa bekerja secara individual. Agar

guru mengetahui keseriusan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

Siswa mengumpulkan lembar jawaban.

Penutup Guru dan siswa sama-sama mereflkesikan

materi yang sudah dibahas

Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan

materi yang sudah dibahas

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

salam

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Nilai= ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑋 100

IX. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis penilaian aspek pengetahuan dengan teknik tes tertulis

2. Instrumen Penilaian

a. Instrumen Penilaian Pengetahuan

Setiap soal PG mempunya bobot yang sama, yakni 20

b. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Nama

Bek

erja

Sam

a dal

am

Kel

om

pok (

1-4

)

Men

gkom

unik

asih

kan

Jaw

aban

Kep

ada

Anggota

Kel

om

pok (

1-4

)

Pen

guas

aan M

ater

i (1

-4)

Men

ghar

gai

Pen

dap

at

Ses

ama

Anggota

Kel

om

pok (

1-4

)

Kea

kti

f an

Anggota

Kel

om

pok D

alam

Dis

kusi

(1

-4)

Kem

ampuan

Men

gan

alis

is M

ater

i (1

-

4)

Jum

lah

1

2

3

4

5

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

1 = Kurang aktif

2 = Cukup Aktif

3 = Aktif

4 = Sangat aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

c. Instrumen Penilaian Kegiatan Presentasi Belajar Siswa

No Nama

Into

nas

i S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Kej

elas

an

Pen

yam

pai

n

Mat

eri

(1-4

)

Ek

spre

si S

aat

Pen

yam

pai

an

Mat

eri

(1-4

)

Res

po

n T

erh

adap

Per

tan

yaa

n y

ang

Dib

erik

an (

1-4

)

Jum

lah

1

2

3

4

5

Dst..

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

1 = Kurang aktif

2 = Cukup Aktif

3 = Aktif

4 = Sangat aktif

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMK Putra Tama Bantul

Alb. Sri Hascaryo,S.Pd

Bantul, April 2019

Guru Mata Pelajaran

Y. Ida Riyanti, S.Pd

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Materi pembelajaran

LAHIRNYA PERGERAKAN NASIONAL

A. Ciri Perjuangan Melawan Kolonialisme Setelah Tahun 1908

Sebelum lahirnya kesadaran nasional, perjuangan melawan Belanda di

pelopori oleh raja, bangsawan maupun tokoh-tokoh agama. Setelah 1908,

perjuangan melawan kolonialisme dimotori oleh kaum terpelajar melalui

organisasi-oraganisasi pergerakan. Sebagian besar dari kaum terpelajar ini

memang berasal dari golongan bangsawan, namun mereka adalah orang-

orang yang terdidik dan terpelajar.

B. Dipimpin dan dipergerakkan oleh kaum terpelajar

Sebelum lahirnya kesadaran nasioanl, perjuangan melawan Belanda

dipelopori oleh raja, bangsawan maupun tokoh-tokoh agama. Setelah 1908,

perjuangan melawan kolonialisme dimotori kaum kaum terpelajar melalui

organisasi-organisasi pergerakan. Sebagian dari kaum terpelajar ini memang

berasal dari golongan bangsawan, namun mereka adalah orang-orang terdidik

dan terpelajar.

Munculnya kaum terdidik dan kaum terpelajar pada masa ini tidak lepas

dari politik Etis Pemerintah Belanda. Semula dimaksud untuk memperolah

tenaga kerja murah, pendidikan yang diselenggarakan bagi kaum pribumi pada

awal abad ke-20 justru melahirkan golongan cendekiawan yang menjadi

penggerak perjuangan melawan kolonialisme. Mereka itu antara lain dr.

Sutomo, Suwardi Suryaningrat, Soekarno, Moh.Hatta, dan Sjahrir.

Oraganisasai-oraganisasi pergerakan itu memiliki karakteristik masing-

masing; ada yang bersifat kooperatif-moderat adan ada pula yang bersifat

nonkooperatif-radikal.

C. Bersifat Nasional

Setelah tahun 1908, hampir seluruh Nusantara menjadi satu kesatuan

dalam politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial

Belanda. Hal ini memang merupakan cita-cita besar Belanda melalui Pax

Netherlandica-nya.

Keberhasilan Pax Netherlandica justru mampu menyatukan rakyat

Indonesia dalam satu perasaan senasib-sepenanggungan. Penderitaan yang

dialami satu daerah tidak lagi dianggap sebagai penderitaan daerah itu semata,

melainkan penderitaan seluruh rakayat Hindia Belanda. Hal inilah yang

menumbuhkan rasa persatuan dan yang pada akhirnya melahirkan kisaran

sebagai satu bangsa atau kesadaran berbangsa. Satu identitas karena satu nasib

itu diperkuat dengan adanya kata “Indonesia” untuk menunjukkan pada semua

wilayah jajahan Hindia Belanda.

Kesardaran berbangsa ini tidak terlepas dari peran kaum terpelajar.

Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya hubungan antarcendekiawan

dari berbagai daerah adalah pensdidikan. Di tempat-tempat pendidikan, pelajar

dari bernagai daerah bertemu membahas nasib dan masa depan Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

D. Perjuangan menggunakan jalur Organisasi Umumnya perjuangan ini melawan kolonialisme setelah tahun 1908

dilakukan dengan menggunakan jalur organisasi. Di sini, para tokoh

perjuangan menggunakan cara-cara modern, seperti diplomasi, kampaye lewat

media atau pers, rapat akbar dan pada tingkat yang paling esktrem menolak

bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Gerakan rakyat yang dimotori para

cendekiawan ini menghindari cara-cara kekerasan, kecuali dalam kasus

pemberontakkan PKI pada tahun 1926-1927 di Jawa dan Sumatera Barat.

Penggunaan jalur organisasi dilatarbelakangi kesadaran bahwa bangsa

Indonesia tidak sanggup menandingi kekuatan keuangan, persenjataan, serta

organisasi politik-militer Belanda. Penggunaan media massa untuk

menyuarakan aspirasi dianggap sebagai bagian dari upaya persuasi dan

diplomasi itu. Melalui media-media massa itu, para aktivis organisasi

pergerakan melakukan kritik serta agitasi menentang berbagai kebijakan

pemerintah kolonial Belanda.

E. Memilkinya organisasi yang memungkinkan adanya kaderisasi Sebelum lahirnya kesadaran nasioanl, perjuangan melawan Belanda

umumnya bergantung pada satu atau dua tokoh yang dianggap kharismatis.

Tokoh-tokoh itu umumnya berasal dari lingkungan istana (raja/bangsawan))

ataupun dari kalangan ulama. Akibatnya, ketika sang tokoh wafat atau

diasingkan, perlawanan pun berhenti. Setelah tahun 1908, perlawanan

bergantung pada organisasai-organisasi pergerakan dengan sistem kaderisasi

yang rapi. Dengan demikian, keberlangsungan gerakan terjaga.

F. Memiliki visi dan misi yang jelas, yaitu Indonesia yang merdeka Perjuangan sebelum 1908, bertujuan membebaskan daerah masing-

masing dari penguasaan Belanda. Seiring munculnya kesadaran nasioanal atau

kesadaran berbangsa, perjungan setelah 1908 melalui organisasi-organisasi

pergerakan diarahkan pada satu visi dan misi yang jelas, yaitu kemerdekaan

Indonesia. Organisasi-organisasi ini sebenarnya awalnya bergerak di bidang

sosial-budaya dan ekonomi. Perlahan-lahan, seiring dengan tumbuhnya

kesadaran berbangsa di kalangan anggota organisasi pergerakan, organisasi-

organisasi ini kemudian bersikap politis, yaitu memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia.

G. Faktor Pendorong Lahinya Organisasi Pergerakan Nasional

1. Faktor internal

a) Kodisi sosial, politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan

(kolonialsme). Penindasan, kekejaman, ekspoitasi, dan ketidakadilan yang

dilakukan oleh pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, misalnya

telah menimbulkan kebencian dan ketidakpuasan rakyat, yang kemudian

memicu perlawanan terhadap penjajah.

b) Munculnya kaum terpelajar

Golongan elite bangsa kita ini seperti Soekarno, Moh. Hatta, Agus

Salim, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara berkesempatan mengenyam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

pendidikan modern. Di lembaga pendidikan modern itu, mereka

mempelajari banyak hal termasuk Ide-ide pencerahan (Aufklarung), yang

sebelum memicu terjadinya transformasi sosial politik-politik-ekonomi di

Barat. Ide pencerahan menekankan gagasan seperti otonomi, kebebasan,

demokrasi, antiperbudakan, kesamaan hak dan martabat, dan sebagainya.

Diilhami pengetahuan yang luas serta dibarengi pengalaman penderitaan

sesama anak bangsa, para tokoh bangsa ini memelopori lahirnya organisasi-

organisasi pergerakan dengan tujuan yang sama, yaitu Indonesia yang

merdeka.

c) Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau

Di kalangan aktivis pergerakan pada masa itu, muncul kesadaran

bahwa pada masa lampau Nusantara perna mengalami masa kejayaan,

terutama pada masa kerajayaan Sriwijaya dan Majapahit. Wilayah

kekuasaan kerajaan ini bahkan melampaui Nusantara, yaitu dari selat

Malaka sampai ke Tanah Genting Kra di Thailand. Hal ini membangkitkan

perasaan harga diri dan kepercayaan diri bahwa kita pun dapat membangun

bangsa yang besar dengan kekuatan sendiri seperti pada masa-masa kerajaan

besar itu.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal ikut mendorong bangkitmya semangat nasionalisme

di kalangan rakyat Indonesia adalah;

a) Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia-Afrika

seperti Cina, India, Filipina, Turki, dan Mesir membangkitkan semangat

rakayat Indonesia untuk menikmati kesuksesan yang sama, yaitu

kemerdekaan.

b) Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 menyadarkan

bangsa Indonesia bahwa bangsa Barat bukanlah bangsa yang superior

karena dapat dikalahkan oleh bangsa Asia.

c) Masuk dan berkembangnya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika

seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme, yang membangkitkan

motivasi golongan terpelajar untuk berjuang merebut kebebasan dari

belenggu penjajahan.

H. Perkembangan Pergerakan Nasioanl di Indonesia

Perkembangan nasionalisme Indonesia sejak Budi Utomo hingga

kemerdekaan dapat dibagi dalam periode-periode sebagai berikut.

1. Periode Awal Perkembangan

Pada periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia diwarnai

perjuangan untuk memperbaiki kondisi soal dan budaya. Sifat gerakannya

moderat dan kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Beberapa

organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Serikat Islam,

dan Muhammadiyah.

a. Budi Utomo (BU)

Dirikan pada tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo menjadi organisasi

modern pertama yang memberikan inspirasi kepada kaum nasionalis lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

untuk berjuang dengan basis organisasi modern. Oleh karena itu, tanggal

kelahiran organisasi ini, yaitu tanggal 20 Mei, digunakan untuk

memperingati hari kebangkitan nasional.

Organisasi ini dipelopori oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo (1857-

1917), tamanan sekolah dokter pribumi School Tot Opleiding van Indische

Arsten (STOVIA) di Jakarta. Saat mengunjungi almamaternya itu dan

bertemu dengan pelajar-pelajar STOVIA pada tahun 1907, ia melontarkan

gagasan agar para mahasiswa segera mendirikan organisasai yang bertujuan

memajukan derajat bangsa. Gagasannya mendapat tanggapan yang

bersemangat dari para mahasiswa di tempat itu. Bersama dr. Sutomo dan

para mahasiswa STOVIA seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan

Soeraji, ia mendirikan Boedi Uetomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Tujuan BU adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan dengan

bidang: (1) pengajaran; (2) pertanian,peternakan, dan perdagangan; (3)

teknik industri, dan (4) kebudayaan. Maka dilihat dari tujuannya, organisasi

ini bersifat nonpolitik dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda.

BU mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta pada tanggal 3-

5 Oktober 1908. Selain mempertegas posisinya sebagai sebuah gerakan

sosial-budaya dan gerakan politik, kongres juga memutuskan hal-hal lain

sebagai berikut.

1) Ruang gerak terbatas pads deraj Jawa dan Madura.

2) Memilih R.T. Tirtokusumo, mantan bupati Karanganyar sebagai ketua

3) Yogyakarta menjadi pusat organisasi

Salah satu faktor yang ikut meredupkan pengaruh BU adalah

berdirinya sarekat Islam pada tahun 1912. Dalam anggaran dasarnya, SI

tidak berpolitik. Namun, dalam praktiknya SI ikut bersuara lantang

menentang praktik ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial. Hal ini mengundang simpati yang luas dari

masyarakat. SI semakin populer, dan pada saat yang sama BU mengalami

kemunduran.

b. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam merupakan gerakan nasionalis, demokratis, dan

ekonomis serta Islam dengan haluan kooperatif.

Organisasi didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911 dengan

nama awal berdirinya Sarekat Dagang Islam. H. Samanhudi adalah seorang

pedagang batik dari Laweyan Solo.

Organisasi ini didasarkan pada dua hal, yakni: (1) agama, yaitu

agama Islam; (2) ekonomi, yakni memperkuat para pedagang Islam agar

dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa dan

India.

Atas usul HOS Cokroaminoto, pada tanggal 10 September 1912

kata Dagang dalam SDI dihilangkan sehingga hanya menjadi Sarekat Islam

saja. Hal ini dimaksudkan agar ruang gerak organisasi tidak terbatas hanya

dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga pada bidang-bidang lainnya.

Nama dan visi baru itu tercermin dalam Akte Notaris yang dibuat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

tanggal 10 September 1912. Dalam akte notaris tersebut disebut tujuan SI

sebagai berikut.

1) Memajukan perdagangan

2) Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang

usaha (pemodal)

3) Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk pribumi

4) Memajukan kehidupan agama Islam

Pada tahun 1923, organisasi melaksanakan kongres pertamanya di

Surabaya. Dalam konres tersebut diputuskan hal-hal sebagai berikut.

1) SI bukan merupakan partai politik

2) SI tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda

3) HOS Cokroaminoto dipilih sebagai ketua SI dab menetapkan Surabaya

sebagai pusat organisasi

Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat yang

beragama Islam. Di Bawah H.O.S. Cokroaminoto, SI mengalami

perkembangan pesat . selain di Surabaya yang menjadi pusatnya, cabang-

cabang lain juga didirikan di kota-kota lain seperti Solo, Semarang, dan

Cirebon. Arah perjuangan yang diperjelas, yaitu memperluat baisi ekonomi

rakyat agar kaumpribumi lebih mampu bersaing dan bebas ketergantungan

ekonomi terhadap bangsa-bangsa asing.

Pada tahun 1915, Sentral Sarekat Islam (SSI) dibentuk dan

berkedudukan di Surabaya SSI adalah badan induk yang bertugas

mengkoordinasikan serta memajukan oraganisasi SI daerah. SSI berkedudukan

seperti pengurus besar SI. Pembentukan SSI tidak terlepas dari kenyataan

bahwa organisasi SI daerah semakin banyak dan karena itu perlu ada sebuah

badan induk.

Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI nasional pertama di

Bandung, yang dihadiri oleh 80 SI lokal dengan anggota yang telah mencapai

360.000 orang anggota. Dalam kongres tersebut disepakati istilah “nasional” .

artinya, SI menganggap perlu semua suku bangsa di Indonesia ini bersatu dan

membentuk satu persatuan bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Hasil kongres ini

menunjukkan SI menjadi organisasi yang berhaluan politis kendatai dalam

anggran dasarnya SI bukan partai politik. Karateristik politisnya tampak dari

sikapnya menentang secara terbuka praktik-praktik ketidakadilan akibat sistem

kapitalisme serta penindasan terhadap rakyat kecil yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial. Hal ini yang membuat jumlah anggota SI semakin

banyak. Setelah pemerintah kolonial memperbolehkan berdirinya partai politik,

SI berubah menjadi partai politik.

Sikap kritis SI terhadap praktik kapitalisme serta komitmennya

memperjuangkan rakyat kecil menarik perhatian Indische Social Vereeniging

(ISDV) yang berhaluan Marxis-komunis. Organisasi pimpinan Sneevliet

(Belanda) ini kemudian menyusup ke SI, di mana dua anggota SI yang militan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

dan berbakat berhasil direkrut, yaitu Semaun dan Darsono. Kelak bergabung

juga Tan Malaka dan Alimin. Awalnya, pimpinan SI tidak menaruh curiga

karena menganggap garis dasar perjuangan SI dan ISDV sama.

Dalam perkembangan selanjutnya, anggota ISDV di SI gencar

melancarkan kritik terhadap SI. Mereka mengkritik sikap SI yang kooperatif

terhadap pemerintah kolonial Belanda serta keikutsertaan SI dalam kampaye

Indie Weebaar (pertahanan Hindia). Maka dengan hadirnya ISDV, muncul dua

kubu dalam SI.

1) Kubu nasionalis religius atau SI Putih, dengan asas perjuangan Islam di

bawah pimpinan Cokroaminoto

2) Kubu ekonomi-dogmatis yang dikenal dengan nama SI Merah, dengan

haluan sosialis kiri (komunisme) di bawah pimpinan Semaun dan

Darsono.

Demi menegakkan disiplin organisasi, Semaun dan semua pengurus

yang berhaluan kiri kemudia dikeluarkan dari keanggotaan SI. Mereka

mendirikan Perserikatan Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920 yang

kemudian diubah lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesai pada tahu

1924.

Dalam kongres SI pada bulan februari 1923 di Madiun, Sarekat Islam

mengganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pergantian nama

dilakukan karena adanya anggapan bahwa ikatan dalam SI lemah. Perpecahan

dalam PGKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh) yang didirikan pada tahun

1919 dianggap mencerminkan hal tersebut. Selanjutnya, dalam konresnya pada

tahun 1926, PSI menerapkan politik hijrah atau bersikap nonkoperatif terhadap

pemerintahan kolonial, dengan alasan pemerintahan kolonial mengabaikan

hak-hak pribumi. Karena perubahan garis politik ini, Cokroaminoto

menyatakan menolak ketika diangkat menjadi anggota Volksraad pada tahun

1927. PSI berganti nama lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)

pada tahun 1929.

Pada tahun 1930, PSII mengalami kemorosotan karena terpecah

menjadi tiga partai : PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII. Aktivitas

partai ini berhenti sejak pendudukan Jepang.

c. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta

pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan

kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik dan kooperatif.

Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan

sosial, menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir-batin. Tujuan

Muhammadiyah adalah sebagai berikut.

1) Memajukan pendidikan dan epngajaran berdasarkan agama Islam

2) Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara hidup menurut

agama Islam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh

Muhammadiyah adalah sebagai berikut.

1) Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama, dari TK sampai

Perguruan Tinggi.

2) Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, masjid, dan

sebagainya.

3) Penyelengaraan kegiatan-kegiatan keagamaan

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh

Muhammadiyah terbatas di keresidenan-keresidenan seperti Yogyakarta,

Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain

Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada

tahun 1922.

Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah (HAMKA) membawa

Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di sungai

Batang, Agam. Dalam waktu relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah

menyebar ke seluruh tanah Minang itu. Dari daerah ini, kemudian

Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh wilayah

Indonesia.

Organisasi ini bersifat nonpolitik dan kooperatif. Sementara itu, dalam

gerakan sosialnya organisasi ini sangat mendukung perjuangan meraih

kemerdekaan. Selain itu, peranannya dalam menumbuh kesadaran bangsa

tentang pentingnya kemajuan dalam pendidikan dan kemerdekaan juga sangat

besar.

2. Periode Nasionalisme Politik Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak

dalam bidang politik untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang

muncul pada periode ini adalah Indische Partij (IP), dan Gerakan Pemuda

a. Indische Partij (IP)

Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada 25 Desember 1912

oleh tiga serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr.Cipto

Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).

Organisasi ini secara secara terang-terangan mengkritik pemerintah Belanda

dan menuntut Kemerdekaan Indonesia.

Cita-cita IP ini disebarluaskan melalui surat kabar De Expres,

dengan semboyan Indische Los Van Holland, yang berarti Hindia untuk

orang Hindia. Seluruh anggotanya menyebut diri Indiers, orang Indonesia.

IP memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut dengan Indische

Nationalism atau Nasionalisme Hindia yang tidak membedakan keturunan,

suku, bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan adat istiadat. Adapun

program kerja adalah.

1) Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)

2) Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang

pemerintahan maupun kemasyarakatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

3) Memberantas usaha-usaha yang membangkuikan kebencian antara

agama satu dengan yang lain.

4) Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan

5) Mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia.

6) Dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukkan untuk

kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang

ekonominya lemah.

Kritik yang terlalu keras membuat gerak-gerik para pemimpinnya

diawasi ketat oleh pemerintah Belanda. Belanda pun menolak permohonan

organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum. Kecemasan Belanda

terhadap organisasi ini mencapai puncaknya ketika ketiga pemimpin ini

ditangkap dan dibuang ke negeri Belanda pada tahun 1913. Belanda

beralasan organisasi bersifat politik, serta mengganggu ketertiban umum.

Pada tahun 1913, pemerintah Belanda mengatakan bahwa organisasi

sebagai organisasi terlarang. Organisasi ini kemudian berganti nama

kemudian menjadi partai Insulinde, dengan asas membina semangat

nasionalisme dengan memperkuat persatuan bangsa. “Insulinde” tidak

berumur panjang, dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National

Indische Partij (NIP).

Pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia

karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker

dikembalikan pada tahun 1919. Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik

dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia pendidikan dengan mendirikan

Taman Siswa.

b). Gerakan Pemuda

Gerakan pemuda tumbuh dan berkembang secara mandiri di

berbagai daerah di Indonesia. Mula-mula dibentuk sebagai sebuah gerakan

solidaritas yang bersifat informal, gerakan pemuda ini menjelma menjadi

sebuah gerakan politik atau gerakan kebangsaan dengan cita-cita Indonesia

yang merdeka dan maju.

Gerakan pemuda muncul pertama kali adalah Trikora Dharmo (TKI).

Organisasi pemuda ini didirikan oleh R. Satiman, dkk di gedung STOVIA

Jakarta pada tahun 1915. Trikora Dharmo merupakan cikal-bakal Jong Java.

TK memiliki tiga visi mulia, yaitu sakti yang berarti kekuasaan dan

kecerdasan, budi berarti bijakasana, dan bhakti berarti kasih sayang. Visi itu

kemudian dikembangkan dalam tiga tujuan TK sebagai berikut.

1) Mempererat tali persaudaraan antarsiswa-siswi bumi putra pada sekolah

menengah dan perguruan kejuruan.

2) Menambah pengetahuan umum bagi anggota para anggotanya.

3) Membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan

kebudayaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Dalam kongres pertamanya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918,

organisasi ini kemudian mengubah namanya menjadi Jong Java. Kongres

juga menetapkan perubahan haluan organisasi, dari semula organisasi

nonpolitik menjadi organisasi politik.

Dalam kongresnya di Solo pada tahun 1926, Jong Java dalam

anggaran dasarnya secara nyata menyebutkan hendak menghidupkan rasa

persatuan seluruh bangsa Indonesia serta kerja sama dengan semua

organisasi pemuda dalam rangka membentuk keindonesiaan. Dengan

demikian, organisasi ini menghapus sifat Jawa-sentris serta mulai terbuka

bekerja sama dengan pemuda-pemuda non-Jawa.

Organisasi kepemudaan lain dengan dengan keanggotaan yang cukup

besar adalah persatuan belajar pemuda Sumatera, yang bernama Jong

Sumateranen Bond, yang didirikan pada tahun 1917 di Jakarta. Dari

organisasai ini muncul nama-nam besar seperti, Moh.Hatta, Moh. Yamin,

dan Bahder Johan. Pada kongresnya yang ketiga, organisasi ini pernah

melontarkan pemikiran Moh. Yamin, yaitu anjuran agar penduduk

Nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan

bahasa persatuan.

Pada 1918, berdiri pula persatuan pemuda-pemuda Ambon, Jong

Ambon. Selanjutnya, antara tahun 1918-1919 berdiri pula Jong Minahasa

dan Jong Celebes. Salah satu tokoh yang lahir dari persatuan pemuda

Minahasa adalah Sam Ratulangi.

Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan ini

menyelengarakan Kongres Pemuda I di Jakarta. Meskipun tidak ada hasil-

hasil yang penting, kongres ini telah menunjukkan adanya kekuatan untuk

membangun persatuan dari seluruh organisasi pemuda yang ada di

Indonesia.

Baru pada Kongres Pemudan II di Jakarta pada tanggal 26-28

Oktober 1928, 750 wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan berhasil

menunjukkan persatuan dan tekad yang sama melalui Sumpah Pemuda,

yang isinya mereka berikrar untuk” bertanah air yang satu, yaitu tanah air

Indonesia, berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia dan berbahasa

yang satu, yaitu bahasa Indonesia” dalam kongres ini pun untuk pertama

kalinya lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman diperdengarkan. Lagu

ini kelak menjadi lagu kebangsaan negara Indonesia. Selain, dalam kongres

ini pula simbol identitas bangsa berupa bendera merah putih dikibarkan

mengiringi lagu tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KISI-KISI SOAL TES SIKLUS II

Jenis Sekolah : SMK Putra Tama Bantul Kelas/semester : X Pemasaran/ Genap

Tahun Pelajaran : 2018/2019 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

IPK Materi

Pembelajaran Indikator Soal

Level

Kognitif Jenis Soal

No.

Soal

3.6.1 Mendeskripsik

an lahirnya

pergerakan

nasional

Siswa dapat menganalisis perjuangan melawan

kolonialisme setelah tahun 1908

C2 PG 1

Siswa dapat menganalisis Pax Netherlandica bagi

Nusantara

C2 PG 2

Siswa dapat menganalisi faktor yang memungkinkan

terjadinya hubungan antarcendekiawan dari berbagai

daerah

C1

PG 3

Siswa dapat menganalisi setelah tahun 1908 para

tokoh perjuangan melawan kolonialisme

C2 PG 4

Siswa dapat menganalisis tujuan awal berdirinya

organisasi-organisasi

C2 PG 5

Siswa dapat menganalisis faktor pendorong lahinya

organisasi pergerakan nasional

C2 PG 6

Siswa dapat menganalisis organisasi Budi Utomo C1 PG 7

Siswa dapat menganalisis organisasi SI C4 PG 8

Siswa dapat menganalisi badan induk yang bertugas

mengkoordinasikan serta memajukan oraganisasi SI

daerah

C1

PG 9

Siswa dapat menganalisis kongres SI nasional

pertama di Bandung

C1 PG 10

siswa dapat menganalisis munculnya gerakan

Muhammadiyah

C4 PG 11

Siswa dapat menganalisis peran Muhammadiyah

bagi masyarakat Nusantara

C2 PG 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

IPK Materi

Pembelajaran Indikator Soal

Level

Kognitif Jenis Soal

No.

Soal

Siswa dapat menganalisis tokoh-tokoh Indische

Partij

C1 PG 13

Siswa dapat menganalisis program kerja

gerakan Indische Partij C2 PG 14

Siswa dapat menganalisis akhir dari organisasi

Indische Partij

C1 PG

15

3.6.2 Menganalisi

peristiwa

sumpah

pemuda

Siswa dapat menganalisis tujuan dari gerakan

pemuda

C2 PG 16

Siswa dapat menganalisis Dalam kongres pertamanya

di Solo pada tanggal 12 Juni 1918

C1 PG 17

Siswa dapat menganalisis tokoh-tokoh yang berasal

dari Jong Sumateranen Bond

C1 PG 18

Siswa dapat menganalisis pada Kongres Pemuda II di

Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928

C2 PG 19

Siswa dapat menganalisis isi dari peristiwa sumpah

pemuda

C3 PG 20

Bantul, 27 April 2019

Peneliti,

Fransina Wally

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANTUL

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA TAMA

BANTUL

Jalan Mgr. Alb. Sugiyopranoto No.2, Badegan, Bantul,

Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55714

LATIHAN HARIAN II SEMESTER GENAP

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X Pemasaran

Sekolah : SMK Putra Tama Bantul

Hari/Tanggal : 08 Mei 2019

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT DENGAN

MEMBERI TANDA (X) PADA HURUF A,B,C,D, ATAU E PADA

LEMBAR JAWABAN YANG TERSEDIA 1 S/D 20

1. Setelah tahun 1908 perjuangan melawan kolonialisme dimotori oleh kaum

terpelajar melalui....

A. Pemberontakan-pemberontakan daerah terhadap kolonialisme

B. Organisasi-organisasi pergerakan

C. Melakukan kerja sama yang baik dengan pihak kolonialisme

D. Bekerja sama dengan negara-negara Eropa agar membantu memerdekakan

Indonesia

E. Tidak ada lagi perlawanan terhadap pihak kolonialisme

2. Pax Netherlandica bertujuan untuk menyatuhkan hampir seluruh Nusantara

dalam bidang politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan

kolonial Belanda. Pengaruh Pax Netherlandica bagi Nusantara, yaitu....

A. Mampu menyatukan rakyat Indonesia dalam satu perasaan senasib-

sepenanggungan

B. Mampu menyatukan suku Jawa dalam satu perasaan senasib-

sepenanggungan

C. Mampu menyatukan suku Madura dalam satu perasaan senasib-

sepenanggungan

D. Mampu menyatukan suku Minahasa dalam satu perasaan senasib-

sepenanggungan.

E. Mampu menyatukan suku Bali dalam satu perasaan senasib-

sepenanggungan.

3. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya hubungan antarcendekiawan

dari berbagai daerah adalah...

A. Wilayah yang sama

B. Ekonomi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

C. Budaya

D. Pendidikan

E. Politik

4. Setelah tahun 1908, para tokoh perjuangan menggunakan cara-cara modern

melawan kolonialisme, kecuali...

A. Diplomasi

B. Kampaye lewat media atau pers

C. Rapat akbar

D. Ada tingkat yang paling esktrem menolak bekerja sama dengan

pemerintah kolianl

E. Melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonialisme.

5. Awal berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional dapat bergerak di

bidang...

A. Sosial-budaya dan ekonomi

B. Sosial-budaya dan politik

C. Budaya dan ekonomi

D. Sosial dan budaya

E. Budaya dan ekonomi

6. Dalam sebuah organisasi pasti ada beberapa faktor yang mempengaruhi

sehingga dapat bangkit untuk mewujudkan tujuan yang sudah direncanakan.

Faktor internal yang dapat mendorong lahinya organisasi pergerakan nasional

adalah...

A. Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia-Afrika

B. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905

C. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau

D. Masuk dan berkembangnya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika

E. Kesuksesan pergerakan nasioanl di negara-negara lain di Asia Tenggara

7. Setelah tahun 1908 muncul berbagai organisasi pergerakan di Nusantara.

Organisasi Budi Utomo di Nusantara berdiri pada tanggal....

A. 20 April 1908

B. 20 Mei 1908

C. 20 Juni 1908

D. 20 Juli 1908

E. 20 Agustus 1908

8. Pada tanggal 10 September 1912 kata Dagang dalam SDI dihilangkan sehingga

hanya menjadi Sarekat Islam saja. Alasan SDI berubah nama menjadi SI

karena...

A. Karena para anggotanya bukan lagi para pedagang tetapi dari seluruh

kalangan.

B. Karena SI ingin mefokuskan pada bidang agama saja.

C. Karena dengan menggunakan kata “dagang” SI banyak mendapat

tantangan dari para pedagang lokal.

D. Karena organisasi ini tidak hanya bergerak di bidang perdagangan saja,

tetapi juga pada bidang-bidang lainnya.

E. Karena dengan menggunakan kata “dagang” SI banyak mendapat

tantangan dari para pedagang asing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

9. Sebuah organisasi yang besar pasti ada badan induk yang mengatur baik di

daerah maupun pusat. Badan induk yang bertugas mengkoordinasikan serta

memajukan organisasi SI daerah adalah....

A. ISDV (Indische Social Vereeniging).

B. SDI (Sarekat Dagang Islam).

C. SI (Sarekat Islam)

D. BU (Budi Utomo)

E. SSI (Sentral Sarekat Islam)

10. Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI nasional pertama di

Bandung. Sebuah istilah apa yang diputuskan dalam kongres tersebut...

A. Kebangsaan

B. Kemerdekaan

C. Nasional

D. Internasional

E. Perdamaian

11. Berdirinya sebuah organisasi pasti ada latar belakang yang

mempengaruhinya. Latar belakang yang mempengaruhi berdirinya organisasi

Muhammadiyah adalah...

A. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam

B. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Katolik

C. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama

Protestan

D. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Hindu

E. Untuk memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Buddha

12. Jelaskan salah satu usaha yang dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah

bagi Nusantara, yaitu...

A. Mendirikan partai-partai politik di Nusantara

B. Mendirikan organisasi-organisasi pergerakan yang bergerak di bidang

politik

C. Mendirikan pusat-pusat perdagangan baik untuk lokal maupun asing

D. Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama, dari TK sampai

Perguruan Tinggi

E. Mendirikan pusat badan penyelengara keamanan untuka masyarakat lokal

13. Dalam gerakan Indische Partij ada tiga tokoh atau biasa di sebut dengan tiga

serangkai yang berperan penting. Nama lain dari tokoh Douwes Dekker dan

Suwardi Suryaningrat dari gerakan Indische Partij adalah....

A. Setyabudi Danudirjo dan Ki Hajar Dewantara

B. Setyabudi Danudirjo dan dr.Cipto Mangunkusumo

C. Ki Hajar Dewantara dan dr.Cipto Mangunkusumo

D. K.H. Ahmad Dahlan dan Setyabudi Danudirjo

E. dr.Cipto Mangunkusumo dan K.H. Ahmad Dahlan

14. Organisasi gerakan Indische Partij memiliki beberapa program kerja. Di

bawah ini yang tidak termasuk Program kerja gerakan Indische Partij

adalah...

A. Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

B. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang

pemerintahan maupun kemasyarakatan.

C. Memberantas usaha-usaha yang membangkuikan kebencian antara agama

satu dengan yang lain.

D. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan

E. Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, masjid, dan

sebagainya.

15. Sebuah organisasi akan ada masa berdirinya, masa kejayaannya hingga masa

berakhirnya. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan gerakan Indische Partij.

Gerakan Indische Partij di Nusantara berakhir pada tahun...

A. 1912

B. 1913

C. 1914

D. 1915

E. 1919

16. Semua organisasi pergerakan nasional memiliki tujuannya masing-masing

baik untuk anggotanya maupun seluruh masyarakat Nusantara. Salah satu

tujuan didirikan organisasi pemuda pada tahun 1915 adalah...

A. Membuka lapangan kerja untuk semua golongan

B. Menambah pengetahuan umum untuk anggota para anggotanya

C. Mendirikan sekolah-sekolah murah untuk para pendatang asing

D. Membuka sekolah untuk menghasilkan tenaga kerja murah untuk

pemerintah kolonial

E. Membuka sekolah berbahasa Melayu untuk para turis yang datang ke

Indonesia

17. Pada tanggal 12 Juni 1918 diadakan kongres pertamanya di Solo. Dalam

kongres tersebut di ubah nama gerakan Trikora Dharmo (TKI) menjadi

gerakan....

A. Jong Java

B. Jong Ambonf

C. Jong Sumateranen Bond

D. Jong Minahasa

E. Jong Celebes

18. Setelah tahun 1908 muncul banyak pelajar baik dari Jawa, Ambon, Sumatera,

dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh yang berasal dari gerakan Jong

Sumateranen Bond adalah...

A. Moh. Yamin, Ir.Soekarno dan Bahder Johan

B. Moh.Hatta, Moh. Yamin, dan Sam Ratulangi

C. Moh.Hatta, Moh. Yamin, dan Bahder Johan

D. Moh.Hatta, Ir.Soekarno, dan Sam Ratulangi

E. Sam Ratulangi, Bahder Johan, dan Ir.Soekarno

19. Hasil yang diperoleh pada Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28

Oktober 1928 adalah....

A. Lahirnya sumpah Pemuda

B. Lahirnya Negara Indonesia

C. Lahirnya Undang-Undang Dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

D. Lahirnya pancasila

E. Lahirnya lagu kebangsaan nasional

20.Perhatikan bagan di bawah ini!

1) Bertanah air yang satu, yaitu tanah air Indonesia

2) Bernegara yang satu, yaitu negara Indonesia

3) Berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia

4) Berbahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia

5) Berbudaya yang satu, yaitu budaya Indonesia

Urutan yang benar dari isi sumpah pemuda adalah....

A. 1,2,dan 4

B. 2, 3,dan 5

C. 3,4,dan 5

D. 4,5,dan 2

E. 1,3,dan 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KUNCI JAWABAN

TES SIKLUS II PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SEJARAH INDONESIA

1. B

2. A

3. D

4. E

5. A

6. C

7. B

8. D

9. E

10. C

11. A

12. D

13. A

14. E

15. E

16. B

17. A

18. C

19. A

20. E

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR JAWABAN

Nama :..............................................................................

Kelas :..............................................................................

1 A B C D E

11 A B C D E

2 A B C D E 12 A B C D E

3 A B C D E 13 A B C D E

4 A B C D E 14 A B C D E

5 A B C D E 15 A B C D E

6 A B C D E 16 A B C D E

7 A B C D E 17 A B C D E

8 A B C D E 18 A B C D E

9 A B C D E 19 A B C D E

10 A B C D E 20 A B C D E

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

SIKLUS I

(Validitas) No

.Urut

Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah

1 CHRL 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6

2 DGD 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

3 ES 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5

4 GT 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

5 BW 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 15

6 VRB 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16

7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17

8 MA 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16

9 VM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 17

10 RNY 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16

11 MNP 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

12 FA 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

13 AY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 17

14 TN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18

15 MYN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 16

16 DDDP 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17

17 BS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17

18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19

19 AGP 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12

20 AOF 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15

21 BS 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

rxy

0,137 0,464 0,478 0,623 0,396 0,387 0,643 0,643 0,008 0,369 0,599 0,382 0,667 0,694 0,617 0,617 0,237 0,464 0,505 0,413

r

Tabel 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433

t 253 4475 3591 5074 2918 2851 5324 5324 63 2714 4779 2806 5655 6052 5009 5009 1757 4475 3840 3054

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

(Reliabilitas)

No

.Ur

ut

Nama

Siswa

Skor

Total Ganjil Genap

XY

1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 CHRL 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5 3 2 9 4 6

2 DGD 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 7 7 49 49 49

3 ES 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 3 2 9 4 6

4 GT 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 2 1 4 2

5 BW 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 14 7 7 49 49 49

6 VRB 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 8 7 64 49 56

7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 8 9 64 81 72

8 MA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 8 8 64 64 64

9 VM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 16 7 9 49 81 63

10 RNY 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 8 7 64 49 56

11 MNP 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 8 8 64 64 64

12 FA 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 7 8 49 64 56

13 AY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 16 8 8 64 64 64

14 TN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 7 10 49 100 70

15 MYN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 15 7 8 49 64 56

16 DDDP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 8 9 64 81 72

17 BS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 8 8 64 64 64

18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80

19 AGP 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12 6 6 36 36 36

20 AOF 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 14 6 8 36 64 48

21 BS 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 7 7 49 49 49

Jumlah 20 15 16 1

3

1

6

15 15 15 16 13 18 16 16 14 15 14 15 16 12 290 140 150 101

0

1184 1082

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

Diketahui :

∑X =140 ∑ X2

=1010

∑ Y = 150 ∑ Y2

=1184

N = 21 ∑XY = 1082 Jawaban:

<

∑ ;(∑ )(∑ )

* ∑ 2;(∑ )2+* ∑ 2;(∑ )2+

<

(21.1 82);(14 .15 )

(21.1 1 );(14 )2 (21.1184);(15 )2

<

22722;21

2121 ;196 ) (24864;225 )

<

1722

(161 )(2364)

<

1722

38 6 4

rxy = 1722

1 95

r xy = 0,883

Masukan hasil rxy ke rumus Sperman-Brown

r11= 2x 0,883

1 + 0,883

= 1,766

1,883

= 0,937

Mencari signifikan 2

1 2

t = 0 3 20 2

1 0 3 2

=0 3 20 2

1 0

= 0,937 1

0 123

= 0,937 x 4,242

0,350

= 3,974

0,350

t= 11,354

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

SIKLUS II

(Validitas)

NO Nama

Siswa Nomor Item Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jml

1 CHRL 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 11

2 DGD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17

3 ES 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11

4 GT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16

5 BW 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 15

6 VRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19

7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19

8 MA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19

9 VM 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18

10 RNY 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18

11 MNP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19

12 FA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19

13 AY 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

14 TN 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17

15 MYN 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18

16 DDDP 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15

17 BS 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18

18 YOAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 18

19 AGP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19

20 AOF 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

21 BS 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 11

Jumlah 19 19 19 19 17 19 17 15 19 16 19 15 18 20 17 19 17 17 17 14

rxy 0,340 0,709 0,709 0,091 0,278 0,709 0,379 0,463 0,340 0,544 0,709 0,337 0,015 0,489 0,324 0,709 0,600 0,228 0,600 0,549

R Tabel 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433 0,433

t 2497 6289 6289 713 205 6289 2784 3458 2497 4205 6289 2476 123 3689 2378 6289 4812 1695 4812 4253

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

(Reliabilitas)

N

O

Nam

a

Siswa

Nomor Item Soal

Skor

Total

Ganji

l Genap

XY

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20

1 CHR

L 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 10 5 5 25 25 25

2 DGD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 6 10 36 100 60

3 ES 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 10 3 7 9 49 21

4 GT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15 9 6 81 36 54

5 BW 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 6 8 36 64 48

6 VRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81

7 BJ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80

8 MA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81

9 VM 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 9 8 81 64 72

10 RNY 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80

11 MNP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 9 9 81 81 81

12 FA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 8 10 64 100 80

13 AY 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 8 9 64 81 72

14 TN 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 8 9 64 81 72

15 MY

N 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 9 8 81 64 72

16 DDD

P 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 7 8 49 64 56

17 BS 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 9 8 81 64 72

18 YOAN

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 9 8 81 64 72

19 AGP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18 9 9 81 81 81

20 AOF 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16 8 8 64 64 64

21 BS 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 10 5 5 25 25 25

Jumlah 19 19 19 19 17 19 17 15 19 16 19 15 20 17 19 17 17 17 14 334 161 173 12

93 1469 1349

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

Diketahui :

∑X =161 ∑ X2

=1293

∑ Y = 173 ∑ Y2

=1469

N = 21 ∑XY = 1349 Jawaban:

<

∑ ;(∑ )(∑ )

* ∑ 2;(∑ )2+* ∑ 2;(∑ )2+

<

(21.1349);(161.173)

(21.1293);(161)2 (21.1469);(173)2

<

28329;27853

27153;25921) (3 849;29929)

<

476

(1232)(92 )

<

476

113344

rxy = 476

1 64

r xy = 0,447

Masukan hasil rxy ke rumus Sperman-Brown

r11= 2x 0,447

1 + 0,447

= 0,894

1,447

= 0,617

Mencari signifikan 2

1 2

t = 0 1 20 2

1 0 1 2

=0 1 20 2

1 0 3 0

= 0,617 1

0 2

= 0,617 x 4,242

0,787

= 2,617

0,787

t= 3,325

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8

DOKUMENTASI SIKLUS I

Proses Kegiatan Pembelajaran di Kelas Diskusi Kelompok Ahli di kelas

Diskusi Kelompok Asal di Kelas Presentasi Kelompok di Kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

DOKUMENTASI SIKLUS II

Proses Pembelajaran di Kelas Diskusi Kelompok Ahli di Kelas

Diskusi Kelompok Asal di Kelas Presentasi Kelompok di Kelas

Foto Bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI