penghargaan subroto bidang efisiensi energi tahun 2019
Post on 20-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FORMULIR APLIKASI
Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019
Kompetisi Gedung Hemat Energi
KATEGORI : GEDUNG TROPIS
SERTIFIKASI DAN SURAT PENGANTAR DARI KONSULTAN
Grha Wiksa Praniti menempati area seluas sekitar 10.000 meter persegi dan diselesaikan pada tahun 2012. Bangunan ini
memiliki 2 lantai dengan total area lantai kotor adalah 3.200 meter persegi.
Detail klien dan konsultan proyek (sesuai yang dibutuhkan) adalah: Klien : Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman Arsitek : Yuri Hermawan Prasetyo, ST, MT
Insinyur M&E : Edi Supendi, BE
Insinyur C&S : Sutadji Yuwasdiki
Manajer Proyek : Internal Puslitbang Perumahan dan Permukiman
I T E M
D A T A KESESUAIAN
(BERI CENTANG)
Persyaratan Pengajuan
- Sertifikasi dan Surat dari Konsultan 1 halaman 🗸
- Sampul Laporan 1 halaman 🗸
- Rancangan Bangunan secara Keseluruhan Maks 2 halaman 🗸
- Rancangan Aktif Maks 2 halaman 🗸
- Rancangan Pasif Maks 4 halaman 🗸
- Pemeliharaan dan Manajemen Maks 1 halaman 🗸
- Dampak Lingkungan Maks 1 halaman 🗸
- Informasi Bangunan Maks 2 halaman 🗸
- Gambar Maks 4 halaman 🗸
Pra-Kualifikasi Data
- Indeks Efisiensi Energi: (150 kWh/m2/yr berdasarkan GFA) 27.156 kWh/m2/thn
- Pendingin udara hinga 50 persen total area lantai kotor (GFA) 0 %
- Suhu dan Pengaturan Lain: Tidak kurang dari 21o C tapi tidak lebih dari 26o C 24,47°C - 25°C
- Beban pencahayaan (Kantor – maks 12 W/m2 dari GFA); (Lain-lain – maks 20 W/m2 dari GFA)
4.79 W/m2 (GFA)
- Jam operasi/tahun.: Berdasarkan pada 2,000 jam/tauhn 2.210 Jam/Tahun
- Setidaknya 1 tahun penuh operasi sebelum nominasi dalam kompetisi nasional 7 tahun
Jenis Font: Times Roman 12
Grha Wiksa Praniti dengan ini bersedia mengizinkan Dewan Juri untuk mengunjungi bangunan dan memastikan kebenaran
data. Namun, diperlukan pembeeritahuan dua minggu sebelumnya untuk memungkinkan pengaturan yang diperlukan.
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa informasi yang diberikan adalah benar dan akurat dan disiapkan
dengan persetujuan pihak/pihak-pihak yang terlibat.
Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
Kepala Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Turangga No.5 - 7, Kec. Lengkong, Kota Bandung,
Jawa Barat
(022) 7798393
h a l a m a n 1
GRHA WIKSA PRANITI
JLTuranggaNo.5-7. Kec. Lengkong,
Kota Bandung,
Jawa Barat
h a l a m a n 3
RANCANGAN BANGUNAN SECARA KESELURUHAN
Grha Wiksa Praniti (GWP) adalah bangunan gedung yang dijadikan sebagai model Green
Building/ bangunan hijau Puslitbang Perumahan dan Permukiman dan sekaligus berfungsi
untuk pengaplikasian hasil teknologi perumahan dan permukiman, serta untuk obyek kajian
bangunan gedung atau lebih tepatnya disebut sebagai labotarorium hidup Puslitbangkim.
Gedung GWP yang dibangun dengan konsep bioklimatik dirancang mampu beradaptasi
dengan iklim sekitarnya melalui strategi pasif. Diharapkan melalui penerapan laboratorium
gedung GWP dapat dihasilkan produk-produk teknologi permukiman berupa NSPM atau
model yang aplikatif untuk bangunan hijau di Indonesia.
Penerapan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Puslitbang Perumahan dan
Permukiman pada gedung Grha Wiksa Praniti merupakan bagian dari perwujudan kontribusi
khusus bagi penerapan model bangunan hijau yang dapat direplikasi aspek prinsip desainnya
maupun teknologi yang digunakan. Kategori penerapan rancangan bangunan hijau Gedung
GWP dapat dibagi menjadi pengolahan site, orientasi bangunan, desain passive cooling pada
fasad, dan prasarana bangunan. Keistimewaan bangunan ini terletak pada kemampuan
kenyamanan bangunan termal adaptif hanya dengan menggunakan ventilasi alami tanpa
menggunakan sistem penghawaan aktif.
Prinsip Perencanaan Grha Wiksa Praniti
Teknologi Drainase
Permukiman Ramah
Lingkungan dengan
Subreservoir Air Hujan
Teknologi Instalasi
Pengolahan Air
Minum Air Hujan
(IPAMAH)
Teknologi
Sensor Otomatis
dan Eco flush
pada fitur air
Teknologi Potable
Water Tap
(bagian dari IPAMAH)
Teknologi Lampu
Solar Cell
Plafond
Bersegmen
sebagai insulasi
dan akustik ruang
h a l a m a n 4
RANCANGAN BANGUNAN SECARA KESELURUHAN Mengembalikan limpasan air hujan ke dalam tanah (zero run off). Run Off/genangan air
hujan yang dihalaman diresapkan kembali ke dalam tanah melalui perkerasan paving block
dan grass block serta sumur resapan, sehingga limpasannya tidak mengalir ke drainase kota
atau keluar dari site bangunan (zero run off).
Subreservoir Air Hujan
Penataan Lansekap dan Penghijauan
Penataan lansekap dimaksudkan untuk memberikan dampak yang kecil terhadap kerusakan
lingkungan dari mulai bangunan itu didirikan maupun pada saat bangunan itu dioperasikan.
Kelestarian lingkungan yang paling nampak adalah perbandingan atara softspace dengan
hardspace. Koefisien dasar Bangunan pada site gedung GWP adalah sekitar 30% sedangkan
ketentuan maksimal sebesar 60%, sehingga site mampu menyediakan ruang terbuka setengah
lebih luas dari persyaratan peraturan di kota Bandung. Untuk area dasar hujau (softspace)
dialokasikan lahan sebesar 20% yang berfungsi untuk menyerap radiasi matahari sehingga
dapat menurunkan suhu lingkungan. Sedangkan untuk perkerasan hardspace yang digunakan
untuk jalan, plaza menempati area seluas 28%. Perkerasan (hardspace) yang digunakan
adalah paving block dan grassblock yang mana masih memungkinkan untuk mengembalikan
air hujan ke dalam tanah.
Pada gedung GWP juga diaplikasikan green fasade dan green wall sebagai upaya menambah
luas area hijau secara vertikal. Penanaman green fasade dan green wall diletakan pada bidang
bidang bukaan di tangga dan di lobby serta dinding masif.
Penerapan Green Fasade dan Green Wall
h a l a m a n 5
RANCANGAN AKTIF
Konservasi Air Upaya efisiensi air dilakukan dengan pengembangan sistem plambing
hemat air, pemanfaatan air hujan, retensi air hujan, pengisian air tanah serta daur ulang air
limbah. Lansekap kawasan GWP dioptimalkan sebagai bagian dari sarana pengolahan air
limbah dengan pendekatan bio-phiytofiltration dan sarana penampungan /resapan air hujan
dengan pendekatan zero run off.
Sumber air baku untuk air minum dan kegiatan umum gedung, memanfaatkan kombinasi
sumber air hujan dan air tanah. Pemanfaatan air hujan dari atap dan drainase, resapan air
hujan dapat berkontribusi pada retensi air
hujan sekitar 80%, pengisian air tanah
sekitar 20% sehingga mengurangi genangan
dan erosi di perkotaan. Adapun sumber air
tanah di kawasan GWP umumnya memiliki
kandungan kesadahan dan besi tinggi,
sedangkan air hujan memiliki kandungan
pencemar udara. Sehingga dilakukan
pengolahan dengan sistem sistem filtrasi
multi media granular dan membran rendah
tekanan. Air olahan dari sistem filtrasi multi
media granular digunakan ke sistem
plambing gedung, sedangkan air olahan dari
sistem membran tekanan rendah dan
desinfeksi UV, digunakan ke unit air minum
atau tap water disetiap lantai gedung.
Pemeliharaan sistem konservasi air
dilakukan secara rutin dan dilakukan
pemeriksaan kualitas air meliputi parameter
fisik, kimia dan biologi.
Tabel Efisiensi Air
Pengelolaan Sampah Konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Di
lingkungan GWP disediakan sarana pemilahan dan pewadahan
sampah. Fasilitas tersebut dilakukan melalui kegiatan pengelompokan
sampah menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah. Jenis sampah
tersebut, adalah: (1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), (2) Sampah
yang mudah terurai (Basah), (3) Sampah yang dapat didaur ulang
(Kering). Sarana pemilahan dan pewadahan (a) diberi label atau tanda
(b) dibedakan warna wadah Hijau (Organik) Kuning (Anorganik)
Merah (B3); dan (c) menggunakan wadah yang tertutup. Diterapkan
juga pengelolaan sampah organik. Bahan yang digunakan berupa sisa-
sisa makan rapat dimasukkan ke dalam wadah komposter dan
dibiarkan terdegradasi. Telah tersedia 2 buah komposter yang dioperasikan secara bergantian.
h a l a m a n 6
RANCANGAN AKTIF
Sistem Pencahayaan memanfaatkan optimalisasi pencahayaan alami (cahaya langit dari
beberapa orientasi).
Optimasi Pencahayaan Alami
Penerangan ruang pada siang
hari menggunakan
penerangan alami, namun
apabila penerangan alami
tidak optimal sesuai dengan
standar lux maka ditambah
dengan penerangan buatan,
sedangkan untuk malam hari
penerangan buatan digunakan
pada saat bangunan
difungsikan untuk pertemuan
atau pameran. Pada saat
bangunan tidak digunakan
untuk acara maka penerangan
mengggunakan energi yang
diperoleh dari solar cell atau
proses photovoltaic yang
Tingkat Pencahayaan di Dalam Ruangan
Berdasarkan data survei, diketahui pencahayaan alami ruang sisi barat-timur >300 lux
(potensi glare). Sedangkan pencahayaan alami di ruang tengah (R. pameran & pertemuan)
<200 lux sehingga memerlukan penerangan buatan. Penerangan buatan dalam bangunan
sebagian menggunakan jenis lampu LED yang di klaim mengkomsumsi energi listrik lebih
sedikit. Penggunaan lampu LED secara jangka panjang
lebih hemat energi sehingga hemat biaya. Menurut
beberapa data perbandingan, penghematan penggunaan
lampu LED dibanding TL sangat signifikan yaitu sebesar
48% dan umur lampu lebih panjang sehingga menurunkan
biaya pemeliharaan.
khususnya digunakan untuk
menerangi fasad/ selubung
bangunan dan koridor.
Tabel Efisiensi Listrik
h a l a m a n 7
RANCANGAN PASIF
Energi : 60% untuk AC (Survei Ikatan Ahi Fisika 2000) Ventilasi Alami
Sistem Penghawaan Gedung GWP tidak menggunakan Air Conditioner/ pengkondisian
udara aktif, namun memanfaatkan sirkulasi alami angin/ wind flow untuk pendinginan atau
perpindahan kalor dari dalam
bangunan ke luar bangunan melalui
proses konveksi. Kondisi ini
menciptakan kenyamanan termal
dengan memanfaatkan sirkulasi
alami yang dilewatkan melalui
lubang ventilasi jendela.
Bukaan ventilasi dirancang untuk
memperoleh kenyamanan termal
terkait dengan upaya efisiensi energi
dengan tidak menggunakan
pengkondisian udara aktif di dalam
bangunan. Lubang ventilasi yang Pola Sirkulasi Ventilasi Alami
terdapat di fasade sebelah barat dan timur berupa dua jalusi yang diletakan di atas lantai
setinggi 60 cm dan diatas dengan ketinggian 240 cm dari lantai. Dengan terdapatnya dua
lubang ventilasi atas dan bawah jendela menyebabkan aliran udara dapat menyilang dengan
baik (cross ventilation).
Kecepatan Angin Hasil Pengukuran Lapangan (2013)
Kecepatan angin di dalam ruang masih memungkinkan terjadinya pergantian udara, dengan
kecepatan rata-rata kurang dari 0,5 m/detik. Hasil tersebut didapat dengan kondisi bukaan
jendela tertutup sehingga ventilasi udara hanya melewati jalusi ventilasi. Untuk mencapai
kenyamanan maka pada saat temperatur tinggi bukaan jendela masih dapat dioperasionalkan
untuk menambah kecepatan pergerakan angin.
Potensi pemanfaatan kecepatan angin ruang luar berkisar 0,5-2,75 m/detik dan didominasi
arah angin barat-timur. Melalui strategi pasif tersebut maka energi untuk pengkondisian udara
dapat ditiadakan atau dikurangi.
h a l a m a n 8
RANCANGAN PASIF
Kenyamanan Termal
Nyaman sejuk Te 20.5 – 22,8 º C
Nyaman optimal Te 22.8 – 26 º C
Nyaman hangat Te 26 – 27,1 º C
NOMOGRAM TE
(Koenigsberger,1974)
Kondisi Termal di Dalam Ruangan Hasil Pengukuran Lapangan
(Maret 2013)
• Rata-rata kondisi termal antara nyaman optimal s/d nyaman hangat
• Kecepatan angin berkisar 0,5 - 2,75 m/detik
• Kelembaban 51 ~ 66 % (standar 50 sd 70)
• Kecepatan angin dalam ruang rata-rata dibawah 0,5 m/detik
• Temperatur atap pada siang hari 42.4ºC
• Penggunaan Green Wall dapat mengurangi suhu hingga 5ºC
Tanaman Passiflora
Atap adalah komponen struktur bangunan yang berfungsi untuk melindungi bangunan dari
iklim (pengaruh hujan dan panas). Gedung GWP mempunyai bentuk atap kombinasi pelana
dan limasan yang mempunyai kemiringan 40º, hampir menutupi semua bangunan disamping
terdapat atap plat beton di sekelilingnya. Kemiringan atap dimaksudkan untuk kemudahan
aliran air hujan yang jatuh di atap dan diperoeleh volume ruang yang besar yang mendukung
fungsi ruang dibawahnya yaitu sebagai ruang pertemuan. Atap berfungsi melindungi panas
atau insulasi panas yang dipancarkan dari radasi matahari langsung yang mengenai bidang
atap. Rambatan panas yang masuk melaui material atap tertahan oleh insulasi plafon. Bentuk
plafon yang bersegmen berfungsi selain sebagai insulasi panas juga sebagai akustik ruang.
Fungsi Atap dan Plafon Sebagai Insulasi dan Ventilasi
h a l a m a n 9
RANCANGAN PASIF
Pemilihan tekstur dan warna pada dinding luar dapat berpegaruh terhadap kondisi termal di
dalam bangunan. Fasad Gedung GWP memiliki warna cerah yaitu putih dengan aksen warna
hijau sehingga tidak menyerap panas.
Fasad Gedung Grha Wiksa Praniti
Ruang Terbuka Sebagai Pendukung Kenyamanan Termal Bangunan
h a l a m a n 10
PEMELIHARAAN DAN MANAJEMEN
Sebagai gedung dengan pemanfaatan desain pasif dan tanpa menggunakan sistem bangunan
aktif, Gedung Grha Wiksa Praniti tidak dilengkapi dengan Building Automation System
(BAS).
Manajemen pemeliharaan Gedung Grha Wiksa Praniti meliputi penyediaan personil dan
Standard Operating Procedure (SOP) terkait perawatan teknologi dan/atau komponen pada
bangunan. Operasional bangunan dalam hari-hari kerja pemeliharaanya dilaksanakan oleh 5
personil yang bekerjasama dengan kontraktor pemeliharaan PT Wira Dharma Buana dan
terdapat lingkup pemeriksaan seperti pada sistem konservasi air di lingkungan GWP.
Diagram Alir Sistem Konservasi Air
Plambing
Hemat air
9
8
Tap water
Unit membran
dan desinfeksi
10
Unit sub
reservoar
Air Hujan
3
Unit Ground 6
Reservoar
Unit
filtrasi
kasar
2 1 Tangkapan
air hujan
Sumur Resapan 4
Lahan Resapan
air hujan
5
7 Unit Filtrasi
Multimedia
13 12
Unit
Taman Sanita
Unit
anaerobik biofilter
Unit
Ekualisasi Air Limbah
11
Landscape,
resapan air
h a l a m a n 11
11AMPAK LINGKUNGAN
Cement Bonded Particle
Material Ramah Lingkungan (Renewable
Materials) Material yang dapat diperbarui yang
digunakan untuk gedung GWP adalah material
organik yang berasal dari vegetasi yang dapat
ditumbuhkan.
• Material LVL (laminate vineer lumber)
Materian ini digunakan untuk daun pintu.
Material plywood atau kayu lapis juga
digunakan untuk lapisan penutup atap, plafon
dan alas penutup atap bitumen. Material ini
secara karateristik bisa menjadi insulasi panas
karena mempunyai nilai konduktivitas
rendah.
• Bonded Particle yang merupakan komposisi
antara semen dan kayu chip. Dengan berat
yang ringan material ini tidak membebani
struktur sehingga dapat menghemat material
komponen struktural lainnya. Karena
komposisi nya terdapat material semen maka
papan partikel semen ini bisa untuk bahan
eksterior atau berhubungan langsung dengan
lingkungan luar.
HPL (High Pressure Laminate) dan
Asphalt Shingles (Bitumen)
• Material Ekolabel Produk ekolabel adalah produk material bangunan yang dalam daur
hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan,
dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil
dibandingkan produk lain yang sejenis. Material ekolabel yang digunakan untuk
komponen di dalam gedung GWP adalah atap dan pelapis dinding interior.
Pengelolaan Air Limbah Penerapan sistem plambing hemat air, menghasilkan pemakaian
air di gedung GWP sekitar 20
L/orang/hari. Sistem plambing air
hemat air menerapkan kloset < 6 LPF,
urinoar < 3,8 LPF, kran untuk wudhu
< 2 L/orang. Kapasitas maksimum
gedung sekitar 200 orang, dan volume
air limbah yang dihasilkan sekitar 16
L/orang/hari. Kapasitas pengolahan air
limbah telah memperhitungkan faktor
puncak dan unit IPAL yang terdiri dari
unit ekualisasi, unit biofilter anaerobik
dan lahan basah buatan aliran dibawah
media (Taman Sanita). Air olahan unit
IPAL telah memenuhi bakumutu
KLHK no 68/2016 dan baku mutu air
daur ulang untuk penyiraman tanaman,
kebersihan gedung, atau kolam ikan.
Daun Pintu Laminate Vineer Lumber
h a l a m a n 12
INFORMASI BANGUNAN
A. Informasi Umum
1. Nama bangunan: Grha Wiksa Praniti
2. Nama pemilik dan perusahaan pengelola: Pusat Litbang Perumahan dan
Permukiman, Kementerian PUPR
3. Alamat : Jl. Turangga No.5 - 7, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat
4. No.Tel. / No.Fax /Alamat e-mail: (022) 7798393
B. Informasi Fisik Bangunan
5. Latar belakang bangunan fisik
- Sejarah singkat:
Gedung Grha Wiksa Praniti merupakan model bangunan hijau untuk
mengaplikasikan hasil teknologi permukiman dan laboratorium hidup
Puslitbang Perumahan dan Permukiman.
- Penggunaan untuk satu fungsi atau campuran fungsi:
Berfungsi sebagai gedung pertemuan, rapat, dan pameran.
6. Umur bangunan: 7 tahun
7. Pernah dilakukan retrofit ? Kapan? Apa?: Tidak pernah dilakukan retrofit
8. Total jumlah lantai: 2 lantai
9. Total jumlah lantai dasar: 1 lantai
10. Jumlah lantai tempat parkir mobil: 1 lantai
11. Total area lantai kotor: ±3200 m2
12. Area permukaan selubung termasuk rasio atap terhadap area lantai kotor:
4.556 m2 (rasio 3.029/3.200 = 0.94)
13. Area parkir mobil: 2.700 m2
14. Total kotor area yang disewakan: 0 m2
15. Area berpendingin udara: 0 m2
16. Area tidak berpendingin udara: ±3200 m2
17. Rasio plot (total GFA / area tanah): 0.16
C. Rancangan bangunan dan informasi Praktek
18. Tanaman dan rancangan bentang alam/angin dan ventilasi alami / fitur air /
pencahayaan / dll.:
Tatanan lansekap Grha Wiksa Praniti (GWP) memiliki komposisi softspace
untuk menyerap radiasi matahari dan hardspace yang memungkinkan agar
mengembalikan air hujan ke bawah tanah. Iklim makro juga berupaya
dikendalikan dengan adanya Green Façade dan Green Wall, efisiensi energi
dengan photovoltaic (solar cell), ground reservoir sebagai upaya zero run
off, serta pengolahan air limbah melalui kolam sanita.
19. Rancangan fasad dan peneduh:
- Jenis fasad: Elemen fasad dilengkapi dengan bukaan ventilasi atas dan bawah yang terlindungi oleh naungan. Bentuk atap dimaksudkan agar dapat menjadi insulasi panas berkat kemiringan 40° dan plafon bersegmen.
h a l a m a n 13
INFORMASI BANGUNAN
- Warna fasad: Fasad gedung memiliki warna cerah yaitu putih dengan aksen warna hijau sehingga tidak menyerap panas.
- Penggunaan perangkat peneduh: Memanfaatkan cahaya langit seoptimal mungkin untuk pencahayaan alami dengan bukaan bukaan jendela kaca dan minimalkan cahaya matahari langsung ke dalam bangunan dengan membuat shading/ pembayangan berupa plat leuvel dan koridor.
20. Lokasi pusat layanan: Lobby Utama.
21. Bentuk bangunan: Berupa hall utama yang dikelilingi sayap bangunan yang
berfungsi sebagai koridor dan ruang rapat.
22. Perpindahan panas keseluruhan melalui selubung bangunan :
Dinding 35.03 W/m2
23. Perlengkapan pencahayaan: Lampu LED, lampu photovoltaic (solar cell)
24. Muatan pencahayaan*: 4.79 W/m2 (area lantai kotor)
25. Sistem dan peralatan pendingin udara bangunan
Tingkat perpindahan udara segar: - m3/jam/orang
- m3/jam/m2
- m3/jam
Efisiensi energi pendingin udara: 0 kW/ton
(Gedung GWP tidak menggunakan sistem pendingin udara)
26. Muatan pendingin: 0 W/m2 (area berpendingin udara)
D. Informasi Operasi
27. Tingkat pemakaian (tahun 2019): Minimal 50 % area total 28. Total jumlah pemakaian (occupancy): 200 orang 29. Kepemilikan bangunan (ditempati oleh pemilik, penyewa, dll.): ditempati oleh
pemilik 30. Jadwal operasi bangunan
- Hari kerja dari 08:00 sampai 16:30 - Sabtu dari - sampai - - Minggu dari - sampai - - Jam operasi/ tahun: 2210 Jam/Tahun
31. Lingkungan dalam ruangan bangunan: pengaturan kualitas udara di dalam ruangan: suhu 24,47°C - 25°C dan RH 51-66%
E. Informasi Konsumsi Energi
32. Puncak beban atau kebutuhan (bulanan):
20000 15000 10000
5000 0
Pemakaian Listrik (VA)
h a l a m a n 14
INFORMASI BANGUNAN
33. Energi yang digunakan (bulanan): 2.263 kWh/bulan/m2
34. Kurva beban biasa (hari kerja, akhir pekan): hari kerja stabil, sabtu-minggu mengalami penurunan karena tidak operasional
35. Indeks efisiensi energi*: area berpendingin udara: 0 kWh/m2/thn (berdasarkan 2,000 jam operasional/jam)
36. Konsumsi energi: Listrik 27.156 kWh/m2/thn (berdasarkan 2,000 jam operasi/thn) - Bahan bakar: 0 Liter/thn (bukan untuk pembangkitan listrik)
F. Informasi Manajemen Energi
37. Sistem manajemen energi bangunan yang terhubung dengan titik fisik (jumlah): 0
38. Penghematan energi: Program jadwal 0 kWh/thn Program siklus kerja 0 kWh/thn Program awal /penghentian optimal 0 kWh/thn Program permintaan daya 0 kW (rata-rata)
G. Informasi Pemeliharaan
39. Program pemeliharaan - Tenaga kerja: 5 orang-jam/thn - Kontraktor pemeliharaan: tidak tersedia - Ketersediaan staf teknis dalam manajemen energi: 0 - Pelatihan pegawai pemeliharaan: 0 jam kumulatif/thn.
H. Environmental Impacts 40. Dampak limbah:
Pengelolaan air limbah di Gedung GWP menggunakan pengolahan limbah tangki biofil yang ramah lingkungan. Limpasan dari tangki biofil dibuang ke kolam sanita. Keberadaan kolam sanita selain digunakan untuk pengolahan limbah juga berfungsi sebagai unsur estetika di taman terbuka antar masa bangunan. Air limpasan dari kolam sanita dibuang ke sumur resapan yang kemudian diresapkan ke dalam tanah dalam kondisi air yang tidak tercemar.
41. Dampak polusi (udara, suara, visual, asap, dll.): Kualitas udara dalam ruang cukup baik karena desain pasif yang dilakukan tidak diperlukan alat pendingin udara dan udara segar masih dapat mengalir. Sementara untuk pelarangan merokok sudah ada namun belum disedikan lokasi khusus merokok. Menciptakan kenyamanan termal dengan memanfaatkan sirkulasi alami yang dilewatkan melalui lubang ventilasi jendela. Lubang jalusi untuk ventilasi jendela diletakan pada bagian atas dan bawah. Orientasi lubang inlet dan outlet diposisikan pada arah barat dan timur untuk optimasi pergerakan angin
h a l a m a n 15
GAMBAR
Rencana Atap
Site Plan Kawasan Turangga
GWP
h a l a m a n 16
GAMBAR
Denah Lantai Dasar
Denah Lantai Atas
h a l a m a n 17
GAMBAR
Potongan Bangunan
Potongan Bangunan
top related