pengaruh pengetahuan dan pengalaman …digilib.unila.ac.id/28303/2/skripsi tanpa bab...
Post on 28-Jun-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
(SKRIPSI)
Oleh: EKO ARIE WICAKSONO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
ii
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE INVESTIGATIVE AUDITOR’S KNOWLEDGE AND EXPERIENCE ON THE EFFECTIVENESS OF THE
IMPLEMENTATION OF AUDIT PROCEDURES IN THE PROVING OF FRAUD
By
EKO ARIE WICAKSONO
This research is purposed to analyze the effect of the investigative auditor’s knowledge and experience on the effectiveness of the implementation of audit procedures in the proving of fraud. This research uses quantitative methods, that collecting data by distributing questionnaires via online. Respondents in this study were all auditors of the Financial and Development Supervisory Agency who had conducted an investigative audit, obtained from sampling using purposive sampling technique. From the test results obtained that the investigative auditor’s knowledge and experience has a positive and significant effect on the effectiveness of the implementation of audit procedures in the proving of fraud, which means that more of knowledge and experience of an investigative auditor will be more on effectiveness of the implementation of audit procedures in the proving of fraud.
Keywords: investigative auditor knowledge, investigative auditor experience, effectiveness of audit procedures, fraud examination, corruption, fraud
iii
ABSTRAK
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
Oleh
EKO ARIE WICAKSONO
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan pengalaman auditor investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara online. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang pernah melaksanakan audit investigatif, yang diperoleh dari pengambilan sampel menggunakan teknik purposice sampling. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa pengetahuan dan pengalaman auditor investigatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan, yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan dan pengalaman seorang auditor investigatif maka akan semakin tinggi pula efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
Kata kunci: pengetahuan auditor investigatif, pengalaman auditor investigatif, efektivitas prosedur audit, pembuktian kecurangan, korupsi
iv
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
Oleh EKO ARIE WICAKSONO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Eko Arie Wicaksono, lahir di Semarang pada tanggal 28
November 1990 dari pasangan Bapak Munawari, S.Pd dan Ibu
Dra. Titik Wiji Purwati, merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada
tahun 2002 lulus dari SD N 2 Patukangan. Kemudian
melanjutkan di SMP N 2 Kendal dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008 lulus
dari SMA N 1 Kendal dan melanjutkan ke jenjang kuliah di Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara Program Diploma 3 Spesialiasasi Pengurusan Piutang dan
Lelang Negara, dan lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2012 penulis melaksanakan pelatihan kerja (on job training) pada
kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa
Tengah. Dan pada akhir tahun 2012, penulis diangkat sebagai Pejabat Fungsional
Auditor dan ditugaskan pertama kali pada kantor Perwakilan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Provinsi Papua Barat di Bidang Investigasi, hingga
akhirnya pada tahun 2015 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan sarjana di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung dengan beasiswa program State Accountability Revitalization Project
(STAR) yang diselenggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang bekerjasama dengan Asian Development Bank (ADB),
dimana tujuan dari beasiswa ini adalah untuk memperkuat kinerja akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara melalui peningkatan kapasitas SDM PKN-APIP
antara lain dalam bidang penganggaran, pelaporan keuangan, internal audit dan
manajemen aset.
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk
istri tercinta Khadijah Rizky Sumitro
dan anak tercinta Fatimah Aryila Wicaksono
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rizki-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Pengetahuan dan Pengalaman Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan”. Skripsi ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis menyadari
di dalam penyusunan skripsi ini masih ditemukan banyak kekurangan, oleh karena
itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritik dan saran guna
perbaikan di masa depan. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat,
baik bagi penulis pribadi maupun bagi pembaca untuk memperluas informasi dalam
bidang akuntansi.
Bandar Lampung, September 2017
Eko Arie Wicaksono
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya lah
skripsi berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Pengalaman Auditor Investigatif
Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan”
dapat terselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
Selama proses pendidikan, peneliti memperoleh banyak ilmu pengetahuan,
pengalaman, bimbingan serta kesempatan untuk mengembangkan diri. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada:
1. Kedua orang tua, Ibu Dra. Titik Wiji Purwati dan Bapak Munawari, S.Pd; serta
Ibu Dra. Susi Purwati, M.M dan Bapak Sumitro, S.E., Ak., M.M., CA., CFrA.
Ayah dan Ibu yang senantiasa terus memanjatkan doa dan mendukung demi
kesuksesan peneliti.
2. dr. Khadijah Rizky Sumitro, Sp.A dan Fatimah Arsyila Wicaksono, istri dan
anak yang menjadi penyemangat untuk terus maju dan berkembang menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi.
3. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Farichah, S.E., M.Si., Akt. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E.,
M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
xii
5. Bapak Dr. Tri Joko Prasetio, S.E. M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji. Terima
kasih atas segala bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan guna
menyempurnakan skripsi.
6. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si.. Akt. Selaku Dosen Pembimbing I.
Terima kasih atas segala bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan
selama proses penyelesaian skripsi.
7. Ibu Mega Metalia, S.E., M.Si., MS.Ak., Akt. Selaku Dosen Pembimbing II.
Terima kasih atas segala bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan
selama proses penyelesaian skripsi.
8. Seluruh rekan-rekan STAR BPKP Batch II Universitas Lampung, terima kasih
atas semangat dan canda tawanya yang telah diberikan selama ini.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas segala bantuan yang
telah diberikan.
Bandar Lampung, September 2017
Penulis,
Eko Arie Wicaksono
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i ABSTRACT ................................................................................................ ii ABSTRAK .................................................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. v HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi PERNYATAAN ........................................................................................ vii RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii PERSEMBAHAN ...................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................... x SANWACANA .......................................................................................... xi DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3 1.5. Metode Penelitian ......................................................................... 4 II. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 6 2.1. Teori Audit ..................................................................................... 6 2.2. Teori Atribusi ................................................................................. 7 2.3. Teori Persepsi ................................................................................. 7 2.4. Teori Efektivitas ............................................................................. 8 2.5. Audit Investigatif ........................................................................... 9 2.6. Pendekatan Audit Investigatif ........................................................ 10 2.7. Standar Audit Investigatif .............................................................. 12 2.8. Prosedur Pelaksanaan Audit Investigatif ....................................... 14 2.9. Pembuktian .................................................................................... 16 2.10. Pengetahuan ................................................................................. 18 2.11. Pengalaman .................................................................................. 19 2.12. Penelitian Terdahulu .................................................................... 20 2.13. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 22 2.14. Pengembangan Hipotesis ............................................................. 22 III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 24 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 24 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24 3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 25 3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 25 3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 25
xiv
3.5.1 Variabel Independen ............................................................ 25 3.3.2 Variabel Dependen .............................................................. 26 3.6 Metode Analisis ............................................................................. 27 3.6.1 Statistik Deskriptif ................................................................ 27 3.6.2 Uji Kualitas Data .................................................................. 27 3.6.3 Pengujian Hipotesis .............................................................. 28 3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2) ........... 28 3.6.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............... 28 3.6.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .......................................................... 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 29 4.1 Deskripsi Data ............................................................................... 29
4.1.1 Sebaran Data Responden ...................................................... 29 4.1.2 Jenis Kelamin Responden .................................................... 31 4.1.3 Usia Responden .................................................................... 31 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ......................................... 32 4.2.1 Variabel Pengetahuan Auditor Investigasi (X1) .................. 32 4.2.2 Variabel Pengalaman Auditor Investigasi (X2) ................... 33 4.2.3 Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Y1) .............................................. 34 4.3 Uji Kualitas Data ........................................................................... 37 4.3.1 Uji Validitas ......................................................................... 37 4.3.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 38 4.4 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 38 4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2) ...................... 38 4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ........................... 39 4.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ...................................................................... 40 4.5 Pembahasan ................................................................................... 45 4.5.1 Pengaruh Pengetahuan Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan ....................................................... 45 4.5.2 Pengaruh Pengalaman Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan ....................................................... 46 V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 48 5.1 Simpulan ....................................................................................... 48 5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 49 5.3 Saran ............................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
xv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................Halaman Tabel 4.1 Pemilihan Responden .............................................................. 29 Tabel 4.2 Sebaran Data Kuesioner .......................................................... 30 Tabel 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 31 Tabel 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ................................. 31 Tabel 4.5 Uji Statistik Deskriptif Variabel Pengetahuan Auditor Investigatif (X1) ...................................................................... 32 Tabel 4.6 Uji Statistik Deskriptif Variabel Pengalaman Auditor Investigatif (X2) ..................................................................... 33 Tabel 4.7 Uji Statistik Deskriptif Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Y1) ............ 34 Tabel 4.8 Uji Validitas ............................................................................ 37 Tabel 4.9 Uji Reliabilitas ......................................................................... 38 Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R Square) ............... 39 Tabel 4.11 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............................. 39 Tabel 4.12 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............ 40 Tabel 4.13 Kriteria Variabel Pengetahuan dan Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan ..................... 41 Tabel 4.14 Kriteria Variabel Pengalaman dan Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan ..................... 43
xvi
DAFTAR GAMBAR
..............................................................................................................Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 22
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran: 1. Kuesioner Pengaruh Pengetahuan dan Pengalaman Auditor Investigatif
Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan
2. Hasil Output Aplikasi IBM SPSS Statistics
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, pendapatan dan belanja daerah
juga semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang diwujudkan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan
infrastruktur, fasilitas sosial maupun fasilitas penunjang lainnya. Namun dalam
pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan tersebut tidak luput dari berbagai
kecurangan yang merugikan negara.
Kecurangan merupakan segala tindakan yang didasari oleh kecerdikan
manusia, yang dilakukan oleh individu agar mendapatkan keuntungan lebih dari
yang lain dengan membuat keterangan/laporan palsu. Dan tidak ada kaidah yang
pasti dalam mendefinisikan kecurangan, karena dalam setiap tindakan kecurangan
selalu memberikan kejutan, tipu daya, kelicikan dan cara yang tidak adil (Albrecht,
et al, 2011). Bentuk penyimpangan di bidang ekonomi semakin beragam,
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) yang merupakan asosiasi
bersertifikat di Amerika Serikat yang fokus kegiatannya pada pencegahan dan
pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok,
yaitu kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi.
2
Oleh sebab itu, Pemerintah memberikan respon positif dengan melakukan
pencegahan dan pemberantasan tindak kecurangan di Indonesia yang direalisasikan
dengan melakukan prosedur pemeriksaan baik secara akuntansi maupun secara
hukum yang saat ini sedang populer disebut audit investigatif. Pelaksanaan dari
prosedur tersebut dapat dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia
dan juga Lembaga Non-Pemerintah lainnya.
Pemberitaan di media masa atas keberhasilan penanganan berbagai kasus fraud
memberikan titik cerah bahwa audit investigatif merupakan salah satu solusi dalam
mencegah dan mengungkap terjadinya kecurangan yang merugikan berbagai pihak.
Keberhasilan tersebut tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dari usaha yang
dilakukan oleh auditor. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan audit investigatif
diperlukan sumber daya manusia yang memadai agar proses pemeriksaan berjalan
dengan efektif.
Auditor investigatif diharuskan memiliki kompetensi di bidangnya yang
didapat dari pendidikan-pendidikan akademis maupun pendidikan khusus
mengenai keinvestigasian. Selain itu, pengalaman auditor juga berperan dalam
pembuktian kecurangan yang semakin berkembang.
Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman memadai yang
dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian
dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman
dalam praktik audit (Christiawan, 2004). Dan juga, pengalaman memegang peranan
penting dalam mendeteksi tindak kecurangan, karena pengalaman yang lebih akan
menghasilkan pengetahuan yang lebih (Christ, 1993).
3
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pengetahuan dan Pengalaman Auditor Investigatif terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut merupakan rumusan
masalah dalam penelitian ini:
1. Apakah pengetahuan auditor investigatif berpengaruh terhadap efektivitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?
2. Apakah pengalaman auditor investigatif berpengaruh terhadap efektivitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terkait dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu:
1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pengetahuan auditor investigatif
terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
2. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pengalaman auditor investigatif
terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang
terkait langsung maupun tidak langsung dengan penelitian ini, diantaranya:
4
1. Manfaat Teoritis
• Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai masalah
yang diteliti, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam
penerapan teori dengan yang terjadi di lapangan.
• Bagi Masyarakat
Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang ilmu audit
khususnya audit investigatif.
• Bagi Akademisi
Untuk digunakan sebagai referensi dalam pengajaran maupun untuk
dilakukan pengembangan dengan melakukan penelitian lebih lanjut
terkait bidang auditing khususnya tentang keinvestigasian.
• Penelitian Selanjutnya
Untuk dijadikan bahan acuan atau referensi yang dapat digunakan sebagai
dasar penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
• Bagi Lembaga Terkait
Untuk digunakan sebagai informasi dan masukan atas kebijakan-kebijakan
pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan agar dalam
pelaksanaan audit investigatif berjalan lebih efektif.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh
selama penelitian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sehingga dapat
memperjelas gambaran mengenai objek analisis hubungan antara variabel-variabel
5
dari objek yang diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari data
primer berupa kuesioner dan observasi.
6
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
2.1 Teori Audit
Menurut Konrath (2002), auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematis
untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dijelaskan
juga oleh Arens, et al (2011) bahwa auditing merupakan suatu akumulasi dan
evaluasi bukti-bukti yang berisi informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang ditetapkan, dan audit harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Dari pengertian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa auditing
merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang
kompeten dan independen dengan cara mengumpulkan bukti-bukti terkait untuk
meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
7
2.2 Teori Atribusi
Menurut Heider (1958), pencetus teori atribusi, mengemukakan bahwa teori
atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang maksud dan karakteristik
seseorang serta reaksi orang lain yang timbul dari perilaku individu tersebut.
Dijelaskan juga oleh Luthans (2007) bahwa pembentukan perilaku seseorang
disebabkan oleh faktor internal seperti sikap, sifat, karakter dan lain sebagainya,
dan juga faktor eksternal seperti tekanan atau keadaan tertentu yang mampu
memberikan pengaruh terhadap perilaku individu.
Teori atribusi pada penelitian ini berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor dalam tercapainya efektivitas pelaksanaan prosedur
audit. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak faktor-faktor dalam diri
seorang auditor yang sangat berpengaruh terhadap kompetensi auditor, yang mana
kompetensi tersebut merupakan kemampuan dalam implementasi pengetahuan
yang dimiliki serta penggunaan pengalaman-pengalaman auditor di masa lalu,
dimana faktor tersebut merupakan kunci agar tercapainya efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
2.3 Teori Persepsi
Persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Riset
tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat
melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. (Robbins, 2012)
Sedangkan Mahmud (1990) berpendapat bahwa teori ini termasuk dalam teori
psikologis perilaku, bahwa persepsi merupakan faktor psikologis yang mempunyai
peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Perbedaan persepsi
8
sangat dipengaruhi oleh interpretasi yang berbeda pada setiap individu atau
kelompok.
Pada penelitian ini juga menggunakan teori persepsi sebagai dasar teori
penelitian, dimana persepsi-persepsi dapat dipengaruhi oleh kejadian seseorang di
masa lalu yang memberikan kesan mendalam. Dalam penelitian ini, ketika seorang
auditor menemukan suatu kecurangan dalam suatu laporan dan kemudian mencoba
untuk menemukan penyebab serta bukti-bukti yang menguatkan kecurangan
tersebut, hal ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman auditor
sebelumnya.
2.4 Teori Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa efektivitas merupakan ukuran
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif.
Sementara itu, Siagian (2002) menyimpulkan efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati
sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Dari pengertian di atas, efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan dapat diartikan dengan tercapainya tujuan audit
(pembuktian kecurangan) dengan menggunakan sumber daya, sarana dan prasarana
9
yang ada. Sumber daya yang dimiliki oleh seorang auditor antara lain pengetahuan
dan pengalaman yang pernah dilaluinya.
2.5 Audit Investigatif
Audit investigatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mengungkapkan kecurangan yang terjadi karena audit investigatif ini dilakukan
oleh seorang ahli akuntansi dan audit dalam pengungkapan kecurangan tersebut
(Dewi dan Ramantha, 2016). Sesuai dengan Pedoman Penugasan Bidang
Investigasi (PPBI), yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan nomor PER-1314/K/D6/2012 Tanggal 16 Oktober
2012 Tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi, audit investigatif adalah
proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang
bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya
guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya.
Association of Certified Fraud Examiners (2007) mendefinisikan Fraud
Examination sebagai berikut: “Fraud examination is a methodology of resolving
fraud allegations from inception to disposition. Specifically, fraud examination
involves the following: Assisting in the detection and prevention of fraud, obtaining
evidence and taking statements, writing reports, testifying to findings.”.
Menurut Soepardi (2010), audit investigatif adalah tindakan mencari
kebenaran, dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Auditor mengumpulkan fakta-fakta
sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut dapat
memberikan simpulan sendiri bahwa telah terjadi atau tidak terjadi penyimpangan
dan pihak yang diduga terlibat/terkait terindentifikasi. Dengan demikian, tidak ada
10
ruang bagi auditor investigatif untuk memberikan opini tanpa didasarkan oleh
fakta-fakta yang ada.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil simpulan bahwa audit investigatif
adalah suatu proses/tindakan mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti
sehingga auditor dapat menarik simpulan terjadinya atau tidak terjadinya tindak
kecurangan dengan menggunakan pendekatan serta teknik-teknik audit investigatif
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.6 Pendekatan Audit Investigatif
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
nomor PER-1314/K/D6/2012 Tanggal 16 Oktober 2012 Tentang Pedoman
Penugasan Bidang Investigasi, Permintaan penugasan Hasil Audit Operasional
berasal dari:
a. Pengembangan Hasil Audit Operasional
Apabila dalam pelaksanaan audit operasional ditemukan adanya dugaan
penyimpangan yang merugikan keuangan negara, hambatan kelancaran
pembangunan, kelemahan sistem pengendalian intern, kelemahan substansi
ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, dapat
ditindaklanjuti dengan penugasan audit investigatif, evaluasi hambatan kelancaran
pembangunan, FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang
terjadinya tindak pidana korupsi, berdasarkan permintaan dari Pimpinan Objek
Penugasan yang berwenang.
b. Pengaduan Masyarakat
Dapat ditindaklanjuti dengan penugasan audit investigatif setelah diperoleh
permintaan penugasan dari Instansi Penyidik atau Pimpinan Objek Penugasan.
11
c. Permintaan Instansi Penyidik/Penetapan Pengadilan
Atas permintaan Instansi Penyidik baik secara langsung maupun melalui
penetapan pengadilan dapat dipenuhi dengan jenis penugasan audit investigatif,
audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian
keterangan ahli.
d. Permintaan Objek Penugasan
Atas permintaan Objek Penugasan dapat dilakukan jenis penugasan audit
investigatif, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga,
audit klaim, FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang
terjadinya tindak pidana korupsi, narasumber, dan pemberian pendapat (second
opinion).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wahono (2011) sebagaimana halnya
penyelidikan dan penyidikan, audit investigatif bisa dilaksanakan secara reaktif
atau proaktif:
a. Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan audit
setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang
bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau
mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor
lain yang melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena
adanya permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang reaktif
maka auditor tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia informasi
tentang adanya dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan.
12
b. Audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk
menemukan kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum
melaksanakan audit investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan
informasi dan menganalisis informasi-informasi yang diperoleh untuk
menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan. Audit
investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan pada area atau bidang-
bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang tinggi. Audit
yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan
kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang menjadi
kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang
bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih
berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan.
2.7 Standar Audit Investigatif
Standar pelaksanaan audit investigatif dalam Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah merumuskan beberapa standar sebagai berikut:
a. Dalam setiap penugasan audit investigatif, auditor investigatif harus menyusun
rencana audit. Rencana audit tersebut harus dievaluasi, dan bila perlu,
disempurnakan selama proses audit investigatif berlangsung sesuai dengan
perkembangan hasil audit investigatif di lapangan.
b. Pada setiap tahap audit investigatif, pekerjaan auditor harus disupervisi secara
memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan
meningkatnya kemampuan auditor.
13
c. Auditor investigatif harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk
mendukung kesimpulan dan temuan audit investigatif.
d. Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen audit investigatid
dalam bentuk kertas kerja audit. Dokumen audit investigatif harus disimpan
secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk
dan dianalisis.
Menurut Pickett (2002) bahwa standar audit investigatif dalam pembuktian
kecurangan adalah sebagai berikut:
a. Seluruh proses investigatif harus dilakukan berdasarkan standar pelaksanaan
audit yang telah ditentukan;
b. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai bukti-bukti yang cukup dan relevan.
c. Memastikan keseluruhan dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan
diindeks serta tersedianya jejak audit;
d. Memastikan bahwa para investigator mengerti dan menghormati hak-hak asasi
pegawai;
e. Beban pembuktian harus melampaui keraguan yang layak, yaitu memiliki
sedikitnya dua alat bukti yang cukup;
f. Memiliki keseluruhan substansi investigasi dan keseluruhan target yang
ditinjau dari segi waktu;
g. Memastikan setiap auditi tidak meninggalkan yurisdiksi;
h. Harus dapat bersikap independen dan mampu mengambil keputusan secara
bijak;
i. Mendokumentasikan setiap tahap proses investigasi mulai dari perencanaan,
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,
14
pengamanan mengenai hal-hal yag bersifat rahasia, mengikuti tatacara atau
protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan pencatatan, melibatkan aparat
penegak hukum, kewajiban hukum dan persyaratan mengenai pelaporan;
2.8 Prosedur Pelaksanaan Audit Investigatif
Menurut Wahono (2011), dijelaskan bahwa mekanisme dalam melakukan
audit investigasi dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Mengumpulkan data dan informasi serta menganalisis adanya indikasi korupsi
Audit investigatif yang bersifat proaktif dimulai dengan pengumpulan data
dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diaudit.
Terdapat sejumlah besar data dan informasi yang dapat dikumpulkan dari
berbagai sumber untuk mengidentifikasi adanya indikasi kecurangan dan
kejahatan (misalnya data aliran dana keluar perusahaan, data kekayaan orang-
orang yang menjadi key person di perusahaan, informasi dari media massa,
dsb). Selanjutnya berbagai data dan informasi tersebut dianalisis sesuai dengan
tujuan dari audit investigatif yang akan dilaksanakan.
b. Mengembangkan hipotesis kejahatan dan merencanakan audit; diantaranya:
1. Lakukan analisis terhadap perkembangan produk perusahaan di pasaran,
bandingkan dengan perusahaan sejenis, analisis rugi karena apa?
2. Dapatkan informasi mengenai siapa yang berwenang/ melakukan otorisasi
uang keluar dengan nominal yang signifikan, dll
c. Melaksanakan audit untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung
hipotesis
Dalam melaksanakan audit investigatif maka auditor harus menerapkan
pendekatan yang relatif berbeda dengan pendekatan yang dilaksanakan dalam
15
audit non investigatif, diantaranya adalah:
1. Auditor melaksanakan wawancara terhadap saksi yang mendukung audit
dan menganalisa dokumen yang tersedia;
2. Auditor menggunakan bukti tidak langsung yang tersedia untuk
meyakinkan saksi-saksi agar bisa mendapatkan bukti-bukti yang secara
langsung menunjukkan terjadinya kecurangan atau kejahatan;
3. Jika sudah mendapatkan bukti-bukti yang cukup, auditor dapat
mewawancarai orang-orang yang diduga melakukan kecurangan atau
kejahatan terutama untuk membuktikan adanya unsur niat atau kesengajaan.
d. Penyusunan Laporan Hasil Audit
Setelah selesai melaksanakan audit maka ketua tim audit menyusun
laporan audit investigatif, yang disusun dengan memperhatikan ketentuan
penyusunan laporan audit investigatif sebagai berikut:
1. Akurat dalam arti bahwa seluruh materi laporan misalnya menyangkut
kecurangan atau kejahatan yang terjadi serta informasi penting lainnya,
termasuk penyebutan nama, tempat atau tanggal adalah benar sesuai dengan
bukti-bukti yang sudah dikumpulkan;
2. Jelas dalam arti bahwa laporan harus disampaikan secara sistematik dan
setiap informasi yang disampaikan mempunyai hubungan yang logis.
Sementara itu, istilah-istilah yang bersifat teknis harus dihindari dan kalau
tidak bisa dihindari harus dijelaskan secara memadai;
3. Berimbang dalam arti bahwa laporan tidak mengandung bias atau prasangka
dari auditor yang menyusun laporan atau pihak-pihak lain yang dapat
16
mempengaruhi auditor. Laporan hanya memuat fakta-fakta dan tidak
memuat opini atau pendapat pribadi auditor;
4. Relevan dalam arti bahwa laporan hanya mengungkap informasi yang
berkaitan langsung dengan kecurangan atau kejahatan yang terjadi;
5. Tepat waktu dalam arti bahwa laporan harus disusun segera setelah
pekerjaan lapangan selesai dilaksanakan dan segera disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
2.9 Pembuktian
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pada Pasal 183
menyatakan Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukan.
Dan kemudian dijelaskan juga jenis alat bukti yang sah pada Pasal 184 KUHAP
yang menyatakan alat bukti sesuai dengan urutan kekuatan pembuktiannya sebagai
berikut:
a. Keterangan saksi adalah keterangan mengenai suatu peristiwa pidana yang
disaksikan langsung oleh saksi dengan menyebutkan alasan dari
pengetahuannya tersebut dan tidak didasarkan dari apa yang didengarkan dari
pihak lainnya;
b. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk menyatakan titik
terang suatu perkara pidana untuk kepentingan pemeriksaaan. Keterangan ahli
ini harus berkaitan dengan materi perkara yang sedang diperiksa hakim;
17
c. Surat dibuat atas kekuatan sumpah jabatan, surat yang dikuatkan dengan
sumpah meliputi berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang dan berlaku jika memiliki hubungan
dengan isi dari alat pembuktian yang lain;
d. Petunjuk merupakan perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya;
e. Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang
perbuatan yang telah ia lakukan atau yang ia ketahui dan alami secara langsung.
Terdakwa dapat memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau
hakim dan tidak dibebani kewajiban pembuktian. Keterangan terdakwa saja
tidak cukup untuk membuktikan kesalahannya tetapi harus disertai dengan alat
bukti lain.
Menurut Soepardi (2010) menyatakan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan
dalam audit investigatif diharapkan memenuhi kriteria relevan, material dan
kompeten. Bukti dianggap cukup relevan jika bukti tersebut merupakan salah satu
bagian dari rangkaian bukti-bukti (chain of evidence) yang menggambarkan suatu
proses kejadian atau jika bukti tersebut secara tidak langsung menunjukkan
kenyataan dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perbuatan. Materialitas bukti
dalam audit investigasi menekankan pada hubungan bukti terhadap sangkaan yang
diindikasikan. Sedangkan kompetensi bukti dikaitkan dengan bentuk, sumber dan
cara perolehannya.
Menurut Tuanakotta (2010) menyatakan keberhasilan atau kegagalan suatu
investigasi TPK, di luar masalah penyuapan kepada penegak hukum, ditentukan
18
oleh kemampuan membuktikan bagian-bagian inti dan meyakinkan majelis hakim
dalam persidangan pengadilan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa auditor investigatif harus
dapat memperoleh alat bukti yang cukup, relevan, material dan kompeten agar
dapat menjelaskan kronologis kejadian yang sebenar-benarnya.
2.10 Pengetahuan
Boner dan Walker (1994), peningkatan pengetahuan yang muncul dari
penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari
pengalaman khusus, sedangkan Noviyani dan Bandi (2002) lebih jauh menyatakan
bahwa seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan akan
lebih ahli dalam melakukan tugas-tugas pemeriksaan, terutama yang berhubungan
dengan pengungkapan kekeliruan.
Oleh karena itu, seorang auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup
seperti yang dikemukakan oleh Kayo (2013) yang menyatakan bahwa seorang
auditor harus memiliki pengetahuan dasar yang memadai antara lain terkait dengan
ilmu akuntansi, auditing, sistim administrasi pemerintahan, komunikasi dan
pemahaman tentang kecurangan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan negara.
Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang
mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum (Christiawan, 2004).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Kayo (2013), untuk
dapat memiliki pengetahuan dasar tersebut, terutama untuk pengetahuan akuntansi
dan auditing telah diperoleh melalui pendidikan formal yang diikuti oleh auditor
semasa mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Selain itu, auditor harus
mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) seperti:
19
a. Pendidikan dan Pelatihan Audit investigatif
b. Pendidikan dan Pelatihan Penyidikan
c. Pendidikan dan Pelatihan Lab Audit Investigatif
d. Pendidikan dan Pelatihan Certified Fraud Examiner
2.11 Pengalaman
Suraida (2005) mengemukakan bahwa pengalaman audit dapat diartikan
sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari
segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani.
Pengalaman audit akan membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa
dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan. Semakin banyak pengalaman
auditor maka semakin dapat menghasilkan dugaan dalam menjelaskan temuan
audit.
Menurut Christ (1993), pengalaman yang lebih akan menghasilkan
pengetahuan yang lebih. Selanjutnya Noviyani dan Bandi (2002) menyatakan
bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya
akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai
pengetahuan cukup akan tugasnya.
Sedangkan Christiawan (2002) menambahkan bahwa semakin banyak dan
kompleks tugas-tugas yang dilakukan seorang individu akan menyebabkan
pengalaman individu tersebut semakin meningkat karena hal ini akan menambah
dan memperluas wawasan yang dimiliki.
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Per/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor Dan Angka Kreditnya
disebutkan jabatan fungsional auditor yaitu auditor pelaksana, auditor pelaksana
20
lanjutan, auditor penyelia, auditor pertama, auditor muda, auditor madya, auditor
utama. Selain itu disebutkan juga bahwa salah satu syarat untuk pengangkatan
kenaikan jabatan, auditor harus dapat mencapai nilai tertentu pada setiap penilaian
prestasi kerja.
2.12 Penelitian Terdahulu
Beberapa Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengalaman auditor investigatif serta efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian Huslina, et al (2015) yang meneliti tentang pengaruh integritas
aparatur, kompetensi aparatur dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap
efektivitas sistem pencegahan fraud diperoleh bahwa integritas, kompetensi
dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap efektivitas
sistem pencegahan fraud. Dijelaskan juga dalam penelitian ini bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seseorang
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatan agar terlaksana secara profesional, efektif dan
efisien.
2. Pada penelitian Tjun Tjun, et al (2012) yang meneliti tentang pengaruh
kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pada penelitian
ini diperoleh simpulan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap
kualitas audit sedangkan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Dan berdasarkan konstruk yang dikemukakan pada penelitian
tersebut, kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan
pengalaman.
21
3. Pada penelitian Hutabarat (2012) yang meneliti tentang the effect of audit
experience, time budget pressure and auditors ethics on audit quality diperoleh
bahwa pengalaman audit, tekanan anggaran waktu dan etika auditor
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
4. Pada penelitian Singgih dan Bawono (2010) yang meneliti tentang pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit diperoleh bahwa independensi, pengalaman, due professional
care dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas
audit, sedangankan secara parsial pengalaman tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Dalam penelitian ini disebutkan, pengalaman tidak berpengaruh
secara parsial karena sampel dalam penelitian tersebut merupakan auditor yang
masa kerjanya tidak lebih dari 3 tahun sehingga hasil yang diberikan responden
berkaitan dengan variabel pengalaman cenderung menghasilkan jawaban tidak
bernilai positif.
5. Pada penelitian Widiyastuti dan Pamudji (2009) yang meneliti tentang
pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud) diperoleh bahwa
kompetensi, independensi dan profesionalisme berpengaruh positif terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Dijelaskan juga
dalam penelitian ini bahwa untuk mengukur variabel kompetensi, peneliti
menggunakan instrumen pengetahuan dan pengalaman.
22
2.13 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka
pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam skema berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
2.14 Pengembangan Hipotesis
2.14.1 Pengaruh antara Pengetahuan Auditor Investigatif dan Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.
Menurut Tjun Tjun, et al (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan akan
mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas
audit. Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor harus memiliki kemampuan
sehingga mampu mendeteksi semua kecurangan yang ada dengan waktu yang
cukup singkat (Dewi dan Ramantha, 2016). Sedangkan Huslina, et al (2015) lebih
jauh menyatakan bahwa kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seseorang
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatan agar terlaksana secara profesional, efektif dan efisien.
Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh auditor
investigarif maka pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan akan
semakin efektif. Seorang auditor investigatif memerlukan pengetahuan yang cukup
agar dapat menemukan semua kecurangan yang terjadi dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini penulis merumuskan
Pengetahuan (X1)
Pengalaman (X2)
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan (Y)
23
hipotesis sebagai berikut:
H1: Pengetahuan auditor investigatif berpengaruh positif terhadap
efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan
2.14.2 Pengaruh antara Pengalaman Auditor investigatif dan Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
Menurut Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman auditor maka semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam
menjelaskan temuan audit. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman menjadi sadar
mengenai kekeliruan-kekeliruan yang tidak lazim (Hutabarat, 2012). Seseorang
yang melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi
lebih cepat dan lebih baik dalam menyelesaikannya (Singgih dan Bawono, 2010).
Penelitian Hutabarat (2012) mengungkapkan bahwa pengalaman audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian Sukriah, et al (2009)
menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa semakin banyak pengalaman audit, maka
seorang auditor akan semakin dapat menemukan kecurangan-kecurangan yang
terjadi dengan lebih efektif.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Pengalaman auditor investigatif berpengaruh positif terhadap efektivitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, dimana metode ini digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan data-data angka yang diperoleh
melalui survey dengan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data-data yang
telah diperoleh dianalisis sehingga mampu menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel dari objek yang diteliti.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang pernah melaksanakan audit investigatif,
yang diperoleh dari pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Gedung kantor pusat BPKP terletak di Pramuka 33, Jakarta
Timur. Serta penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan.
25
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pejabat fungsional auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang pernah melaksanakan penugasan
audit pada bidang keinvestigasian, baik di kantor pusat maupun di kantor
perwakilan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan
persyaratan yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria yang sesuai dengan penelitian
ini yaitu pejabat fungsional auditor yang pernah melakukan penugasan audit di
bidang keinvestigasian.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan
spesifik studi (Sekaran, 2011). Maka data primer pada penelitian ini diperoleh
langsung dari sumbernya dengan menggunakan instrumen angket atau kuesioner,
dimana sumber dari data primer tersebut adalah hasil pengisian kuesioner dari para
responden, yaitu auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang pernah melakukan penugasan audit di bidang keinvestigasian.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen atau biasa disebut dengan variabel bebas adalah variabel
yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Sehingga dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel independen yaitu:
26
a. Pengetahuan (X1)
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal dan
pendidikan profesi yang sudah ditempuh, pelatihan dan keahlian khusus yang
pernah dijalani, serta sertifikasi auditor yang dimiliki. Variabel pengetahuan
tersebut diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner,
dimana setiap jawaban dari masing-masing pertanyaan memiliki sifat yang
berbeda.
b. Pengalaman (X2)
Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman audit yang
diperoleh auditor dari tingkat intensitas penugasan yang pernah ditangani,
jenjang posisi dalam tim, serta seberapa lama menjadi auditor. Variabel
pengalaman tersebut diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner, dimana setiap jawaban dari masing-masing pertanyaan
memiliki sifat yang berbeda.
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau biasa disebut dengan variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
Variabel efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan
tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert, dimana kuesioner tersebut
diadopsi dari penelitian Patunru (2014).
27
3.6 Metode Analisis
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel dalam
penelitian ini. Uji statistik deskriptif mampu memberikan gambaran atau
karakteristik suatu data dengan melihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai
maksimum, nilai minimum, nilai total (Ghozali, 2014).
3.6.2 Uji Kualitas Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus dilakukan pengujian
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu karena intrumen tersebut akan
mempengaruhi hasil dari uji hipotesis. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2014). Suatu kuesioner dapat
dikatakan valid apabila pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Uji validitas diukur menggunakan Korelasi Pearson yang dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dan r tabel. Pengujian ini dapat dilakukan
menggunakan aplikasi SPSS, apabila r hitung lebih besar dari r tabel dan bernilai
positif, maka variabel tersebut valid sedangkan jika r hitung lebih kecil dari r tabel,
maka variabel tersebut tidak valid. Dan uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,
2014). Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila jawaban dari responden
terhadap suatu pertanyaan dalam kuesioner tersebut selalu konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Pengujian ini diukur menggunakan Formula Cronbach’s Alpha (α)
dengan bantuan aplikasi SPSS. Dari hasil pengukuran variabel dapat dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Aplha (α) lebih dari 0,60.
28
3.6.3 Pengujian Hipotesis
3.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (R2) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel-
variabel dependen (Ghozali, 2014). Nilai koefisien determinasi yaitu antara 0
sampai dengan 1. Apabila nilai R2 menunjukkan nilai yang kecil (mendekati 0)
maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas, begitupula sebaliknya apabila nilai mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen mampu menerangkan variabel dependen.
3.6.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Y) (Ghozali, 2014).
3.6.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen atau bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen/terikat (Ghozali, 2014).
48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan dan pengalaman auditor investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pengetahuan auditor
investigatif berpengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur
audit dalam pembuktian kecurangan. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat
pengetahuan auditor investigatif, maka akan semakin meningkat pula
efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan, begitu
pula sebaliknya.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pengalaman auditor
investigatif berpengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur
audit dalam pembuktian kecurangan. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat
pengalaman auditor investigatif, maka akan semakin meningkat pula
efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan, begitu
pula sebaliknya.
49
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan sampel dari responden yang bekerja pada
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, sehingga tidak dapat
digeneralisasikan kepada seluruh auditor investigatif/penyidik.
5.3 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan dan
pengalaman auditor investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit
dalam pembuktian kecurangan, selanjutnya peneliti mencoba mengemukakan
saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi beberapa
pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan diharapkan
a. Mendorong auditor-auditor untuk terus meningkatkan pengetahuannya
baik pada pendidikan formal maupun pendidikan keahlian, agar
pengetahuan para auditor investigatif meningkat dan dalam melaksanakan
audit semakin baik.
b. Mengikutsertakan auditor-auditor untuk mengikuti diklat keinvestigasian,
karena melihat dari jumlah auditor yang telah mengikuti diklat
keinvestigasian masih sedikit dibandingkan yang telah mengikuti diklat
keinvestigasian.
c. Lebih intensif dalam melaksanakan pelatihan pengawasan di kantor
sendiri khususnya terkait pada bidang investigasi, sebagai salah satu media
untuk menambah pengetahuan dan bertukar pengalaman karena para
50
auditor harus selalu up to date terhadap modus operandi kecurangan-
kecurangan yang terjadi, dan auditor harus selangkah lebih maju dari
pelaku penyimpangan.
2. Akademisi dan Perguruan Tinggi diharapkan lebih intensif dalam
melaksanakan seminar mengenai keinvestigasian baik dari segi akuntansi
maupun hukum, sehingga dapat membuka pengetahuan dan wawasan
khususnya bagi tenaga pengajar maupun mahasiswa.
3. Masyarakat diharapkan berpartisipasi mengawasi jalannya pemerintahan,
sehingga mampu tercipta pemerintahan yang bersih, sehat dan bebas
kecurangan. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat menyampaikan surat
pengaduan kepada Aparat Penegak Hukum terkait adanya indikasi tindak
kecurangan, sehingga dapat ditangani sejak dini.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan
a. Dalam melakukan penelitian dapat mempertimbangkan untuk menambah
variabel lain yang dirasa dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
prosedur audit investigatif dalam pembuktian kecurangan.
b. Dalam melakukan penelitian dapat memperluas objek yang diteliti dimana
tidak hanya dilakukan pada instansi BPKP tetapi juga pada instansi-
instansi lainnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht , W. Steve., Chad O. Albrecht., Conan C. Albrecht., Mark F. Zimbelman. 2011. Fraud Examination. Cengage Learning. Boston.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder., Mark Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 14th Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Association of Certified Fraud Examiners. 2007. Fraud Examiners Manual. The Association of Certified Fraud Examiners, Inc. Austin.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2012. Pedoman Penugasan Bidang Investigasi. Jakarta.
Christ, M. Y. 1993. “A Evidence on The Nature of Audit Planning Problem Representation: An Examination of Auditor Free Recalls”. The Accounting Review, 69 (April), 304 - 322.
Christiawan, Y. J. 2004. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 4(2), pp-79.
Dewi, Ni Wayan Puspita., I Wayan Ramantha. 2016. “Profesionalisme Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kemampuan Investigatif pada Pembuktian Kecurangan oleh Auditor”. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 15.2 Mei 2016. Bali.
Ghozali, Imam. 2014. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Ed 7. Universitas Diponegoro. Semarang.
Heider, Fritz. 1964. The Psychology of Interpersonal Relations. John Wiley & Sons Inc. Unites States of America.
Huslina, Hersi., Islahuddin, Nadir Syah. 2015. “Pengaruh Integritas Aparatur, Kompetensi Aparatur, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Efektivitas Sistem Pencegahan Fraud”. Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Vol 4 No 1 Februari 2015. Banda Aceh
Hutabarat, Goodman. 2012. “The Effect Of Audit Experience Time Budget Pressure, and Auditors’ Ethics On Audit Quality”. Jurnal Ilmiah ESAI Vol 6 No 1 Januari 2012.
Kayo, Amrizal Sutan. 2013. Audit Forensik, Penggunaandan Kompetensi Auditor dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Graha Ilmu. Jakarta.
Konrath, Larry F. 2002. Auditing: A Risk Analysis Approach, Volume 1. South-Western.
Libby, Robert., David M. Frederick. “Experience and The Ability to Explain Audit Findings”. Journal of Accounting Research Vol 28 No 2. 348-367.
Luthans, Fred., Carolyn M. Youssef. 2007. “Emerging Positive Organizational Behavior. Journal of Management 33:3 (June 2007), pp 321-349.
Mahmud, M. Dimyati. 1990. Psikologi. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Yogyakarta.
52
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. ANDI. Yogyakarta.
Noviyani, P., Bandi. 2002. “Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan”. Universitas Negeri Sebelas Maret. Solo.
Patunru, A.Arini Lestari. 2014. “Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan”. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Pickett, K.H. Spencer., Jennifer Pickett. 2002. Financial Crime Investigation and Control. John Wiley & Sons Inc. New York.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2012. Organizational Behavior. Pearson Education. New Jersey. (Diterjemahkan oleh Diana Angelica: Salemba Empat. 2014)
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Bussiness Edisi I dan II. Salemba Empat. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktiviats Kerja. Rienika Cipta. Jakarta.
Singgih, Elisha Muliani., Icuk Rangga Bawono. 2010. “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Soepardi, E. M. 2010. Peran BPKP dalam Penanganan Kasus Berindikasi Korupsi Pengadaan Jasa Konsultansi Instansi Pemerintah. Jakarta. BPKP.
Sukriah, Ika Akram., Biana Adha Inapty. 2009. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Suraida, Ida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme id Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005.
Tjun Tjun, Lauw., Elyzabet Indrawati Marpaung, Santy Setiawan. 2013. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Jurnal Akuntansi Vol 4 No 1 Mei 2012. Bandung
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
Wahono, Sugeng, 2011. Audit Investigasi. Universitas Narotama. Surabaya. Walker, Paul L., Sarah E. Bonner. 1994. “The Effects of Instruction and Experience
on the Acquisition of Auditing Knowledge”. American Accounting Association. The Accounting Review Vol 69, No 1 (Jan 1994) PP157-178.
Widiyastuti, Marcellina., Sugeng Pamudji. 2009. “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud)”. Value Added Vol. 5 No. 2.
top related