pengaruh pembelajaran kooperatif tipe tgt...
Post on 20-Apr-2018
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP FUNGI
(Penelitian Di SMA Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
M. IZET MUTAQIEN
NIM: 1112016100053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iii
ABSTRAK
MUHAMAD IZET MUTAQIEN. 1112016100053. PENGARUH
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
PADA KONSEP FUNGI (Penelitian di SMA Islam Al-Mukhlishin Ciseeng
Bogor). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Teams
Games Tournament terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep fungi di
kelas X SMA Islam Al-Mukhlishin Bogor tahun pelajaran 2016/2017. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi
experiment). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 sebagai
kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran Teams Games
Tournament dan siswa kelas X MIA 2 yang diberi perlakuan pendekatan
Saintific. Perolehan nilai rata rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 82
dan kelas kontrol sebesar 72. Teknik analisis data yang dilakukan untuk uji
normalitas adalah uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan uji
Levene, dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan menggunakan uji mann whitney,
hasil uji mann whitneydiperoleh nilai signifikansinnya sebesar 0.02, maka 0.02 <
0.05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (teams games tournament) terhadap hasil belajar biologi
siswa pada konsep fungi.
Kata kunci: Model Pembelajaran, Teams Games tournament, hasil belajar
iv
ABSTRACT
MUHAMAD IZET MUTAQIEN. 1112016100053. The Influence of Teams
Games Tournament Model on Student’s Achievement in Learning Biology of
Fungi Concept (Experimental in SMA Islam Al-Mukhlishin Bogor). BA Thesis
of Biology Education Study Program, Department of Educaional Sciences of
Syarif Hidayatullah State Islamic university of Jakarta, 2017.
This research aimed at knowing about the influence of Teams Games Tournament
model towards student’s achievement of learning biology of fungi concept at the
tenth grade of SMA Islam Al-mukhlishin Bogor academic year 2016/2017. The
method used in this study was quasi experimental method. Samples were taken
using simple random sampling technique. The samples were the students of class
X MIA 1 as the experimental class student which were treated by using team
games tournament and the students of class X MIA 2 as the control class student
treated by using scientific approach. The average value earned for achievement of
experimental class was 82 and control class was 72. The technique of data
analysis used to calculate the normality was shapiro-wilk and homogenity of the
test was calculated through Levene test, and continued by testing hypothesis of the
test through mann whitney. The result of mann whitney show that the value
obtained significance value of 0.02, then 0.02 < 0.05. it means that there was
influence of Teams Games Tournament model towards student’s achievement of
biology on fungi concept.
Keywords: Learning model, Teams Games Tournament, Student’s Achievement
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt. yang telah
memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
diberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Fungi”. Selawat serta salam tak lupa tercurah
kepada junjungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW.
Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis mengalami berbagai kendala,
kesulitan, dan halangan yang dihadapi. Namun, atas berkat rahmat Allah dan
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang
telah membantu, khususnya:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua prodi pendidikan biologi Jurusan Pendidikan
IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Eny Supriyati Rosyidatun, MA, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tulus ikhlas memberikan ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang Bapak dan
Ibu berikan bermanfaat menjadi shadaqah yang tak terputus.
7. Bapak Dadang Suhendar, M.Pd, kepala sekolah SMA Islam Al-Mukhlishin
Bogor yang telah memberikan izin kepada penullis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah tersebut. Dan seluruh dewan guru SMA Islam Al-
Mukhlishin khususnya Bapak Deden Mulyadi, S.Pd selaku guru mata
vi
pelajaran biologi yang telah memberikan arahan kepada penulis selama
penelitian.
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H Rusmawardi dan Ibunda Hj Hayati
Nufus serta kakanda Saiful Millah dan adinda Khilda Tuzzahro yang selalu
sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Via Ardhya Garini Lintang, yang telah menemani, membantu, memberi
arahan yang terbaik sejak penulis mulai menyusun metodologi penelitian,
proposal skripsi, hingga tugas akhir penulis dalam bentuk skripsi ini. Begitu
besar perhatian dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kemudahan dan semangat. Semoga
perjalanan yang akan dihadapi ke depannya akan selalu diberkahi dan
diberikan kemudahan.
10. Teguh Prasetyo, Ariani, Siti Hanifah, Cep Yusuf, Muhamad Nurul Fikri, Ilena
Amalia Luthfi, Anggit Permatasari, dan Endah Dwi Astuti yang telah banyak
membantu dan memberi semangat kepada penulis.
11. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2012 yang telah memberikan
kenyamanan, dukungan dan semangat dalam menjalani rangkaian proses
perkuliahan selama ini.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Jakarta, Maret 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ..................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………... 7
C. Pembatasan Masalah………………………………………………. 7
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………....8
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis…………………………………………………...9
B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………33
C. Kerangka Pikir…………………………………………………….. ..35
D. Hipotesis…………………………………………………………… 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 38
B. Metode Penelitian ………………………………………………. 38
C. Populasi dan Sampel…………………………………………….. 39
D. Variabel Penelitian………………………………………………. 40
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 40
F. Instrumen Penelitian…………………………………………….. 41
G. Teknik Analisis Data……………………………………………... 43
H. Hipotesis Statistik ……………………………………………….. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …………………………………………………… 47
B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan
Pembelajaran…………………………………………………….. 48
viii
C. Analisis Data…………………………………………………….. 50
D. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 60
B. Saran ……………………………………………………………... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 66
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ................................................... 42
Tabel 4.1 Data Skor Postes ............................................................................... 47
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Nilai Postes................................................... 48
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru kelas eksperimen ............................ 49
Tabel 3.3 Hasil Observasi Guru kelas kontrol ................................................. 50
Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol …. ......................... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Hasil Beajar siswa ....................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Mann Whitney ................................................................... 55
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teoritis .............................................................. 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ................................................................. 66
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ........................................................................ 84
Lampiran 3 Soal Postes ................................................................................... 100
Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru ............................................... 114
Lampiran 5 Kisi-Kisi Soal ............................................................................. 125
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................... 134
Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar ........................................................ 135
Lampiran 8 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ...................... 142
Lampiran 9 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol .................. 143
Lampiran 10 Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa ....................................... 144
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Guru ....................................................... 145
Lampiran 12 Uji Mann-Whitney ..................................................................... 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Tuhan yang mampu berpikir dan bertindak.
Kemampuan yang dimilikinya tersebut didasari karena Allah SWT telah
membekalinya dengan berbagai macam daya dan potensi. Sebagaimana yang
terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
{ ٤َلَقْد َخَلْقَنا ااِلْنَساَن ِفى َأْحَسِن َتْقِوْيٍم }التين :
Artinya : Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam rupa (bentuk) yang
sebaik-baiknya. (QS. At Tien Ayat 4)
Menurut M. Quraish Shihab, Allah telah menganugerahkan manusia empat
aspek yang perlu diasah dalam diri manusia agar ia sukses dalam kehidupan dan
masyarakat, yaitu: (1). Aspek jasmani, berfungsinya organ tubuh dan panca indra
berasal dari daya ini. (2). Aspek intelektualitas, berfikiran jernih bersikap
berdasarkan ilmu pengetahuan. (3). Aspek emosional, bisa menahan emosi ketika
menghadai masalah-masalah yang dihadapai. (4). Aspek Spiritual, daya kalbu
yang meyakinkannya bermoral, merasakan keindahan, kelezatan iman, dan
kehadiran Allah. 1
Guna memberdayakan semua daya tersebut menuju kesempurnaan,
pendidikan memegang teguh peranan penting di dalamnya. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara.2 Pendidikan yang di dalamnya terdapat proses belajar
mengajar mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan sebagai arah dari proses belajar
mengajar
1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an Jilid 2: Memfungsikan Peran Wahyu dalam
Kehidupan, (Jakarta,Lentera Hati 2001), h. 198 2 M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h. 7.
2
pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai
oleh siswa setelah menerima dan menempuh pengalaman belajarnya.3
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatu media bagi seseorang untuk dapat memperoleh serta
mengembangkan pengetahuannya, yang menyebabkan seseorang menjadi tahu
apa yang sebelumnya tidak diketahui, menjadi mengerti apa yang sebelumnya
tidak mengerti dan menjadi memahami apa yang sebelumnya tidak dipahamu.
Pendidikan juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur majunya suatu bangsa, yaitu
dilihat dari mutu pendidikan yang tinggi, dimana bangsa tersebut dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan di sini tentu
yang berkaitan dengan pendidikan yang bersifat formal, yang meliputi proses
pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa di dalamnya. Mutu pendidikan
yang baik tentu akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.
Kenyataan saat ini, mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil
yang diharapkan, sehingga mutu pendidikan masih harus terus ditingkatkan.
Meningkatkan mutu pendidikan penting dilakukan, karena pendidikan dianggap
sebagai investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber
daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.4
Pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil yang diperoleh melalui
proses pembelajaran dan diukur dari hasil belajar. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan kriteria atau ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan
sehingga diharapkan nantinya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.
Dikarenakan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur mengguanakan alat evaluasi
tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar disekolah saat sangat perlu diperhatikan.
3 Nana Sujana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2009), Cet XIV, h. 22. 4 Nur Ranina Novianti. “Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa
terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran,” JurnalISSN 1412-565X Edisi Khusus, No 1 (Agustus
2011,h.158, http://jurnal.upi.edu diunduh pada tanggal 22 oktober 2017 pada pukul 08.19 WIB
3
Rendahnya hasil belajar siswa di sekolah menengah atas, SMAI Al-
Mukhlishin Bogor, Khususnya mengenai hasil belajar siswa pada pembelajaran
biologi. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran biologi di
sekolah tersebut menunjukan bahwa masih banyak siswa yang memiliki hasil
belajar yang dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar menurut
Muhibbin Syah keberhasilan proses dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar. Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa, kegiatan setelah siswa pulang sekolah itu mempengaruhi faktor eksternal
siswa dalam belajar dan pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam
mempelajari meteri pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh faktor
pendekatan belajar. Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran juga tidak
terlepas dari peran seorang guru, sebagaimana tertuang dalam undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan:
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis; b) mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan
mutu peendidikan; dan c) memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan kedepannya.5
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa salah satu peran seorang guru
adalah harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis sehingga siswa aktif dalam proses
5 Inherent Dikti, UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diakses melalui
www.inherent--dikti.net/files/sisdiknas.pdf diakses pada tanggal 22 Oktober 2017 pada pukul
08.41 WIB
4
pembelajaran dan dapat menangkap serta memahami informasi yang diberikan
guru dengan baik.
Pada sebagian pembelajaran masih dititik beratkan pada peran guru untuk
mentrasfer pengetahuannya kepada siswa tanpa melibatkan peran aktif siswa
sehingga mengakibatkan siswa pasif dan berakibat pula pada hasil belajar yang
kurang optimal. Hal ini disebabkan karena siswa hanya memperoleh pengetahuan
secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak aktif dalam
memberikan informasi. Dalam proses pembelajaran idealnya terjadi interaksi dua
arah antara guru dan siswa, sehingga proses pembelajaran yang terjadi lebih
interaktif. Dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang demikian, salah
satu upayanya yang dapat dilakukan yaitu memilih pendekatan belajar yang tepat.
Disamping diperlukan pula media, sarana dan prasarana, serta berbagai
pendukung proses pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru
mata pelajaran biologi di SMAI Al-Mukhlishin, model pembelajaran yang biasa
dilakukan sekolah tersebut masih kurang tepat. Dikarenakan model pembelajaran
yang sering dilakukan adalah ceramah dan presentasi.6 Berdasarkan wawancara
tersebut, peserta didik belum pernah diajak untuk berkompetisi dalam
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk
mencari materi yang dianggap penting sendiri. Prsentasi yang dilakukan hanya
mencari sumber materi dari buku paket dan buku LKS biologi. Kemudian dalam
diskusi kelompok suasana yang sangat pasif sehingga menimbulkan rasa bosan
pada peserta didik. Kemudian guru akan memberikan latihan yang pertanyaan-
pertanyaan yang hampir seluruh jawabannya ada di buku paket biologi.
Akibatnya, siswa kurang merasakan secara langsung manfaat dari proses
pembelajaran yang dilakukan. Sehingga faktor-faktor tersebut sedikit banyak
berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar yang nantinya juga
akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mereka di sekolah.
6 Lampiran 11. h.145
5
Selain hasil belajar, masalah kepasifan dalam proses pembelajaran juga
menjadi masalah yang perlu diperhatikan di SMAI Al-Mukhlishin Bogor. Karena
tidak dapat dipungkiri permasalahan ini juga sedikit banyak mempengaruhi
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa-siswa tersebut. Oleh sebab itu,
penggunaan model pembelajaran yang tepat perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran, terutama di sekolah SMAI AL-Mukhlishin Bogor ini. Selain untuk
meningkatkan hasil belajar dan sikap keaktifan siswa, pemilihan model
pembelajaran yang tepat juga diharapkan mampu mempermudah proses
pembelajaran bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan guru
di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat
memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa
secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru,
akan tetapi juga dapat memahami konsep materi secara utuh karena adanya
interaksi antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lainnya.
Berbagai macam model pembelajaran dari tahun ke tahun telah
dikembangkan utntuk meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) merupakan salah satu model pembelajaran
yang dianggap sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 berdasarkan
kemendikbud No. 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, yang menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran
dapat menggunakan beberapa stategi seperti pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament).7
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif. TGT adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan
kelompok, di antaranya terdapat diskusi kelompok dan diakhiri suatu
games/turnamen. Dalam TGT, peserta didik dibagi menjadi beberapa tim belajar
7 Kemendikbud, Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah , 2014, h. 4..
6
yang terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuannya, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.8
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap
awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang
disiapkan oleh guru, setelah itu siswa bersaing dalam turnament untuk
mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar
kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak
membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga membuat siswa aktif
mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa diharapkan lebih
memahami konsep dan menguasai materi.
Biologi merupakan salah satu pembelajaran yang sangat apenting
kedudukannya karena menyangkut tentang kehidupan mahluk hidup. Salah satu
konsep yang terdapat dalam biologi adalah jamur (fungi). Jamur (fungi)
merupakan salah satu dari bagian ilmu biologi yang dipelajari siswa di tingkat
SMA umumnya kelas X. fungi perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan
kehidupan sehari-hari. Mulai dari bermanfaat karena dapat dikonsumsi, contohnya
Volvariela volvaceae (jamur merang), sampai yang berbahaya karena
mengandung racun, contohnya Amanita muscaria (jamur beracun). Diera
sekarang ini juga mulai bermunculan berbagai macam penyakit, yang salah satu
penyebabnya adalah fungi (jamur). Selain itu juga terdapat banyak proses-proses
dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan jamur di dalamnya, contohnya
adalah proses pembuatan roti dan tempe. Oleh karena itu, konsep tersebut sesuai
disampaikan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (teams games
tournament) dimana peserta didik dituntut menggali dan mengembangkan
8 Dian Fitri Perwitasari, dan Slamet Wibawanto, Perbedaan Hasil Belajar TIK melalui
Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dengan Kooperatif Kelompok Biasa.
Jurnal TEKNO. Vol: 16, September 2011. h. 34, diakses pada
http://journal.um.ac.id/index.php/tekno/article/view/3359/0 pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul
15.30 WIB.
7
pengetahuannya dalam memahami materi tersebut serta berlomba dalam
permainan untuk menjadi yang terbaik.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (teams games
tournament) terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi”
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi yaitu:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah.
2. Penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat
menyebabkan hasil belajar yang kurang optimal.
3. Sebagian besar siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang diidentifikasi, agar tidak
menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
maka peneliti membatasi permasalahan yaitu pada pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe TGT terhadap prestasi belajar biologi konsep fungi pada peserta
didik di SMA Islam Al-Mukhlishin. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap hasil belajar peserta didik yang dimaksud ialah:
1. Penelitian dilakukan pada siswa Kelas X SMA Islam Pondok
Pesantren Al-Mukhlisin Tahun Akademik 2016/2017.
2. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams games tournament).
3. Hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif siswa (C1 sampai C5)
4. Materi biologi hanya pada materi konsep fungi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
8
”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMA Islam Al-
Mukhlisin pada pembelajaran biologi konsep fungi?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
` Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe TGT (teams games tournament) terhadap hasil belajar biologi
siswa pada konsep fungi.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peserta didik
a. Peserta didik menjadi senang dan tertarik terhadap biologi karena
peserta didik dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
b. Peserta didik yang mengalami kesulitan akan lebih cepat paham.
2. Bagi guru
a. Guru dapat memilih model pembelajaran yang efektif.
b. Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi
pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem
pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi
peserta didik.
3. Bagi peneliti
Peneliti dapat mempelajari lebih mendalam model TGT (Teams
Games Tournament) serta mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian.
9
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Teori Belajar Kontruktivisme
a. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting.
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pembelajaran. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.1
Di dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Tujuan utama
mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan
proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi
pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.
Dengan demikian, guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan
tetapi juga berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar
siswa mau dan mampu belajar. Jadi, hasil belajar tergantung dari proses belajar
yang terjadi pada siswa.2
Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang
berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran,
yaitu:
1) Guru perlu memahami menguasai berbagai media dan sumber belajar, media
dan sumber belajar harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dan
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), h.21. 2 Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010), h.16.
10
2) karekteristik siswa, dengan media dan sumber belajar yang tepat peserta didik
akan senang dalam belajar
3) Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media.
Kemampuan merancang media harus dikuasai oleh guru karena agar
pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan, media yang berbasis
teknologi akan sangat disenangi peserta didik.
4) Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta
dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi
informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan
teknologi mutakhir. Guru tidak bisa menyamaratakan media pembelajaran
setiap tahunnya, karena teknologi akan terus berkembang dan pola pikir peserta
didik akan lebih keritis.
5) Sebagai fasilitator, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting karena
kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa
menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.3
pembelajaran kontruktivisme membantu siswa menginternalisasi dan
mentrasformasi informasi baru. Trasformasi terjadi dengan menghasilkan
pengetahuan baru, yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru.
Dengan dasar ini, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengonstruksi
bukan menerima pengetahuan.4
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat tentang teori konstruktivisme
tersebut, telah dijelaskan bahwa di dalam teori ini peserta didik didorong untuk
membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan guru yang menjadi fasilitator
di dalam proses pembelajaran. Peran guru di dalam kelas sebagai fasilisator tidak
lagi menjadikan guru sebagai objek belajar, akan tetapi peserta didik itu sendiri
yang menjadi objek belajar. Sehingga proses pembelajaran di kelas menjadikan
3Wina Sanjaya.,Op.Cit, h.23-24.
4 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), h.42
11
peserta didik untuk mencari, berdiskusi, dan berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan.
b. Konsep Belajar Kontruktivisme Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Dalam
pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu
diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Pengalaman yang sama bagi
seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam otak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan
kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada
saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu
proses organisasi informasi dan proses adaptasi.5
Kegiatan pendidikan merupakan aktivitas yang menjembatani antara
kondisi-kkondisi faktual dan kondisi-kondisi ideal. Kegiatan pendidikan
berlangsung pada waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses
pendidikan, baik SD, SMP, dan SMA memiliki waktu pendidikan yang berbeda-
beda, itu merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan
untuk mengubah pola pikir peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikan yang
mereka tempuh, mengubah pola pikir peserta didik menjadi lebih luas sehingga
bisa menjadi pribadi yang lebih baik.6
Berdasarkan teori di atas, mengungkapkan bahwa siswa mendapatkan
pengetahuan yang seutuhnya jika siswa tersebut berperan di dalam proses belajar.
Siswa harus membangun pengetahuan dengan mengaplikasikan pengetahuan yang
telah di dapatkan dalam pengalaman, sehingga peran guru dan lingkungan peserta
didik baik lingkungan sekolah dan lingkungan rumah memiliki pengaruh yang
5 Wina Sanjaya.,Op.Cit, h.123-124.
6 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h 64
12
besar terhadap perkembangan peserta didik. pengalaman siswa dapat memahami
pengetahuan baru yang telah diterimanya dan dapat menggabungkan dengan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima sebelumnya.
c. Konsep Belajar Kontruktivisme Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah
adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky yang
dikutip oleh Sri Wulandari, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua
elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses
dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan
esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga, lanjut Vygotsky,
munculnya prilaku seseorang karena intervening kedua elemen tersebut. Pada saat
seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan menggunakan
fisiknya berupa alat indra untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut,
kemmudian dengan menggunakan saraf otaknya informasi yang telah diterimanya
tersebut diolah. Keterlibatan alat indra dalam menyerap stimulus dan saraf otak
dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik
psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar.
Pada teori ini, Vygotsky mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan terlepas dari lingkungan. Interaksi manusia dengan
lingkungan yang ada menjadikan manusia dapat belajar dengan sendirinya melalui
stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Stimulus ini yang merangsang
alat indra untuk menyerap informasi yang kemudian informasi yang berupa data-
data akan ditransformasikan ke otak yang nantinya akan menjadi sebuah
pengetahuan baru.
Kemajuan perkembangan kognitif anak diperoleh sebagai hasil interaksi
sosial dengan orang lain. Orang lain di sini tidak selalu orangtua, melainkan bisa
orang dewasa lain atau bahkan teman sebaya yang lebih memahami suatu hal.
Dengan kaitannya dengan pemikiran biologi, maka anak akan berkembang
13
kemampuan berpikir pengetahuan biologinya melalui interaksi dengan orang lain
yang menguasai materi biologi dengan lebih baik.7
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperatif Learning menurut Davitson dan Worsham adalah model
pembelajaran yang sistematis dengan mengkelompokan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis.8
Pembelajaran kooperatif dapat menjalin komunikasi yang baik,
meningkatkan rasa kepedulian antar sesama dan dapat mempererat hubungan.
Dampak rasa kepedulian ditunjukan dengan berbagai pengetahuan dengan sesama.
Siswa pandai dapat mengajarkan atau membagikan ide dan pengetahuannya
kepada siswa yang kurang pandai sehingga dengan demikian suasana belajar
dapat berjalan kondusif.
Sedangkan menurut Widyantini pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dalam satu
kelompok siswa yang tergabung mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-
beda, baik dari kemampuan yang tinggi, kemampuan sedang, maupun
kemampuan rendah. Jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta tetap memperhatikan kesetaraan jender9.
Pembelajaran kooperatif tidak semata-mata bekerja kelompok begitu saja.
Guru dalam hal ini ikut serta dalam membuat struktur dan rencana pembelajaran
secara sistematis sehingga pada saat bekerja sama di dalam kelompok peserta
7 Sri Wulandari. Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vygotsky. Indonesian Digital Journal of
Matematics and Education. Vol 2 no 3 tahun 2015. h. 194, diakses dari
http://idealmathedu.p4tkmatematika.org/wp-content/uploads/2016/01/7_Sri-Wulandari-D.pdf,
diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 pada pukul 10.20 WIB. 8 Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009) h. 130. 9Widyantini, Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika
(Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PPPTK Matematika, 2008), h. 4, diakses pada
http://p4tkmatematika.org/file/PRODUK/PAKET%20FASILITASI/SMP/Penerapan%20Pendekat
an%20Kooperatif%20STAD.pdf, pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 10.33 WIB.
14
didik terarah dengan benar dalam mengerjakan tugas, saling bertukar pendapat,
dan menuangkan ide masing-masing dari anggota kelompoknya.
b. Karakteristik Pembelajaran Koperatif
Menurut Wina Sanjaya, karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap
siswa belajar.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi
pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol. Sama halnya dengan pembelajaran kooperatif.
3) Kemampuan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip kerja sama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas
dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling
membantu.
4) Keterampilan bekerja sama
Keterampilan bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan kerja sama. Dengan demikian,
siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain.10
Menurut Suprayekti, ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu : (1). Siswa
belajar dalam kelompok. (2). Siswa memiliki rasa saling ketergantungan. (3).
Siswa belajar berinteraksi secara kerja sama. (4). Siswa dilatih untuk bertanggung
10
Wina Sanjaya.,Op.Cit, h. 244-246.
15
jawab terhadap tugas. (5). Siswa memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal.11
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakteristik pembelajaran
kooperatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini membentuk kelompok yang
terdiri dari peserta didik yang heterogen baik dari segi jenis kelamin, ras, dan
tingkat intelegensi. Di dalam pembelajaran ini, setiap kelompok harus menguasai
materi pembelajaran dan masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung
jawab atas kelompoknya masing-masing untuk saling membantu jika temannya
diketahui belum menguasai materi pembelajaran.
c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya
sebagai berikut:
1.) Prinsip ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas
sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompoknya.
Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantungan.
2.) Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
3.) Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan
saling membelajarkan.
11
Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 07,
Th V, 2006, h. 89, diakses dari http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No07-
V-Desember2006.pdf, pada tanggal 23 Agustus 2017, pukul 10.43 WIB.
16
4.) Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
dalam kehidupan di masyarakat kelak.12
Sedangkan menurut Stahl, prinsip dasar cooperative learning meliputi
sebagai berikut:
1.) Perumusan tujuan
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, hendaknya memulai dengan
merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut
menjadi acuan setiap guru untuk membentuk media pembelajaran, agar lebih
efektif dan efisien. Perumusan tujuan harus sesuai dengan tujuan kurikulum dan
tujuan pembelajaran. Apakah kegiatan belajar siswa ditekankan pada pemahaman
materi pembelajaran, sikap dan proses dalam kerja sama, ataukah keterampilan
tertentu.
2.) Penerimaan yang menyeluruh
Guru hendaknya mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan
pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Oleh karena itu,
siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima dirinya untuk kerja sama
dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah
ditetapkan untuk dipelajari.
3.) Ketergantungan yang bersifat positif
Untuk mengondisikan terjadinya interpendensi di antara siswa dalam
kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas
pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu dalam
kelompoknya. Guru harus merancang suatu kelompok untuk memungkinkan
setiap siswa untuk sama-sama belajar dan sama-sama mengevaluasi dirisendiri
dan teman kelompoknya.
12
Wina Sanjaya, Op. cit., h. 246-247.
17
4.) Interaksi yang bersifat terbuka
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan
terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Keterbukaan dan interaksi yang bersifat langsung dalam memberikan materi dan
tugas-tugas membatu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan
keterbukaan di kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan belajar
menggunakan pembelajaran kooperatif. Mereka akan saling memberi dan
menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif dan
terbuka.
5.) Tanggung jawab individu
Salah satu dasar penggunaan cooperative learning dalam pembelajaran
adalah keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila
dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu, keberhasilan belajar dalam
model belajar strategi ini dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam
menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya di antara siswa lainnya.
Sehingga secara individual siswa mempunyai tanggung jawab, yaitu mengerjakan
dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi
keberhasilan anggota kelompoknya.
6.) Kelompok bersifat heterogen
Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus
bersifat heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan
akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda. Agar setiap kelompok
berisikan siswa yang memiliki sikap dan kemampuan yang berbeda-beda, disetiap
kelompok yang memiliki sikap yang berbeda-beda itulah akan tumbuh dan
berkembang aspek nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa.
7.) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif
Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja secara kelompok
sebagai suatu kelompok kerja sama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya, siswa
tidak begitu saja bisa menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada
anggota kelompoknya. Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus
belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin,
18
berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok.13
d. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran
di antaranya:
1.) Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) siswa tidak bergantung pada
guru, akan tetapi meraka bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dari
sumber-sumber lain yang mereka cari sendiri sumber tersebut, dan mereka
pun bisa belajar dengan teman sebaya.
2.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal karena
setiap siswa yang sudah mengerti pembelajaran yang diajarkan akan
menjelaskan materi tersebut keteman kelompoknya dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
3.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dapat membantu anak untuk peduli
pada orang lain karena pembelajaran kooperatif ini bersifat kelompok
menuntut siswa berinteraksi dengan teman sebaya serta saling membantu bila
ada siswa lain yang sedang kesulitan dalam memahami materi pembelajaran
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dapat membantu memberdayakan
setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,
dan sikap positif terhadap sekolah.
6.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dalam menerima umpan
13
Entin Solihatin dan Roharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h.7-8.
19
balik. Siswa dapat praktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7.) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dapat meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.14
Pembelajaran kooperatif berdasarkan pernyataan tersebut dalam proses
pembelajaran memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk berpikir
sendiri, mencari informasi sendiri sehingga peserta didik tidak bergantung pada
guru. Peserta didik dalam proses pembelajaran kooperatif juga didorong untuk
mengungkapkan ide dan gagasan sendiri serta dapat memiliki tanggung jawab
terhadap ide atau gagasan tersebut.
Dengan keleluasaan yang diberikan kepada peserta didik membuat peserta
didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan dapat memberikan dampak yang
positif terhadap motivasi belajarnya. Belajar secara kelompok dapat mengarahkan
peserta didik untuk dapat belajar menghargai dan menerima pendapat dari teman-
temannya. Pengaruh ini yang menjadi keunggulan pembelajaran kooperatif
dibandingkan dengan pembelajaran lainnya.
e. Hal-hal yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
1.) Merancang Rencana Program Pembelajaran
Dalam merancang pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan
tugas-tugas yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil. Untuk
memulai pembelajaran guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta
keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama
pembelajaran. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh guru, karena dengan demikian
siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
14
Wina Sanjaya.,Op.Cit, h.249-250.
20
2.) Merancang Lembar Observasi
Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat
menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini dilakukan
sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompok
masing-masing. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, maka guru akan
mulai melakukan monitoring dan mengobervasi kegiatan belajar siswa
berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.
3.) Membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok
Pemberian pujian dan kritik membangun dari guru kepada siswa
merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa
bekerja dalam kelompoknya. Di samping itu, pada saat kegiatan kelompok
berlangsung, ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok,
guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa, baik secara individual
maupun secara klasikal.
4.) Memberikan Kesempatan Untuk Memprsentasikan Hasil Diskusi
Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengorientasikan pengertian
dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkan.
Pada saat prsentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi
diri terhadap proses jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang
dilakukan selama pembelajaran. 15
Berdasarkan pernyataan tersebut, tugas guru dalam hal ini tidak hanya
menjadi sumber pengetahuan akan tetapi tugas guru di dalam pembelajaran
kooperatif yaitu menjadi fasilitator, motivator, serta evaluator sehingga proses
belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif sesuai dengan
prinsip dasar pembelajaran kooperatif.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Charlton, Wiliams dan McLaughlin mengemukakan bahwa pembelajaran
dengan games dapat membuat siswa lebih aktif dan merasa senang dalam belajar.
15
Entin Solihatin dan Roharjo.,Op.Cit, h.11-12.
21
Pembelajaran terlihat menarik ketika penjelasan guru dikombinasikan dengan
games sehingga penyampaian materi menjadi lebih cepat tersampaikan dan tidak
membosankan.16
TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.17
Menurut Robert E. Salvin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
koponen utama, yaitu: persentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan),
turnamen (Pertandingan), dan rekongnisi tim (pengarahan kelompok). Prosedur
pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran,
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen dan siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin
bagi skor timnya. Lebih lanjut, dijelaskan mengenai langkah-langkah
pembelajaran TGT dari Robert E. salvin bahwa TGT terdiri dari siklus reguler
dari aktivitas pengajar, sebagai berikut:
a. Presentasi kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah dan
diskusi yang dipimpin guru.disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan,
tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dan memberikan motivasi.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa
16
Charlton B., Williams, R. L dan McLAughlin, TF. 2005. Educational Games: A Technique to
Accelerate the Acquisition of Reading Skills of Children with Learning Disabilities. International
Journal of Special Education. Volume 20, Number 2, h.66-72, diakses dari
https://eric.ed.gov/?id=EJ846936, pada tanggal tanggal 23 Agustus 2017 pukul 10.55 WIB. 17
Dedi Rohendi dkk, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
Berbasis Multimedia dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Jurnal PendidikanTeknologi Informasi dan Komunikasi vol 3 No 1.,
2010, h 19, diakses dari https://www.scribd.com/document/88831289/Penerapan-Model-
Pembelajaran-Kooperatif-Tipe-Teams-Games-Tournament-Berbasis-Multimedia-Dalam-
Meningkatkan-Hasil-Belajar-Siswa-Pada-Mata-Pelajaran-TIK , pada tanggal 23 Agustus 2017
pukul 11.07 WIB.
22
berkerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games/turnamen
karena skor game/turnamen akan menentukan skor kelompok.
b. Belajar kelompok (tim)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja
dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen dilihat
dari kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan daoat
memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam mengasai materi
pelajara. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Pada saat
pembelajaran fungsi kelompok adalah untuk memahami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompk agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat Games/turnamen.
Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok
berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok terjadi diskusi
untuk memecahkan masalah bersama, salling memberikan jawaban dan
mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik.
c. Persiapan penilaian/pertandingan
Guru mempersiapan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
materi, yang ditulis di dalam 5 kartu, setiap kartu berisikan 5 pertanyaan.
d. Permainan/pertandingan (games/turnamen)
Game/turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyjian kelas dan belahar
kelompok. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu
bernomor yang tersedia di meja turnamen dan mencoba menjawab
pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatut tim tidak bisa
menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok
lain, searah jarum jam. Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan
23
itu akan mendapat skor, setiap pertanyaan memiliki nilai 10 poin. Skor ini
yang nantinya dikumpukan tim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan
kartu bernommor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah
jarum jam.
e. Rekognisi tim ( penhargaan tim)
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai
tugas siswa. Selain itu diberikan puula hadiah (reward) sebagai motivasi
belajar. Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan
siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang
menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap
materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi
pembelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal. 18
Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan
dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan siswa dapat
menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan dan
termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat konsentrasi, kecepatan menyerao materi pembelajaran, dan kematangan
pemahaman terhadap sejumlah materi pembelajaran sehingga hasil belajar
mencapai optimal.
Nuril Milati, dalam penelitiannya yang telah dilakukan menunjukan bahwa
model TGT dapat meningkatkan hasil belajar dengan baik.19
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran, membantu mengaktifkan kemampuan siswa
untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa bekerja sama dan
18
Robert E. Salvin, Cooperative Learning: teori riset dan praktik, ( Bandung: Nusa Media, 2009),
h. 13. 19
Nuril Milati, “Penerapan Pembelaaran Kooperatif Tipe TGT (Teans Games Tournament) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
Jabing Malang”, Skripsi Univeristas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009.
24
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, sehingga hal ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi siswa.
Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik uang dilaksanaan pada akhir
pokok bahasan, memberikan peluangan bagi setiap siswa untuk melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga menuntut keaktifan dan partisipasi siswa
pada proses pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau
pertarungan dalam hal akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
a. Kelebihan
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berukut:
1) Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki kesempatan
untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dan
hasil diskusi dengan anggota kelompoknya.
2) Pengelolaan siswa secara heterogen dalam hal tingkat kemampuan, jenis
kelamin, maupun ras diharapkan dapat membentuk rasa hormat dan saling
menghargai di antara siswa.
3) Dengan belajar kooperatif siswa mendapat keterampilan kooperatif yang baik.
4) Dengan diadakan turnamen, diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa
untuk berusaha lebih baik bagi diri maupun kelompoknya.
5) Turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan bersaing sportif
dan menumbuhkan keberanian dalam berkompetisi, sehingga siswa selalu
dalam posisi unggul.
6) Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dapat menanamkan betapa
pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya
maupun seluruh anggota kelompok.
7) Kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa sehingga dapat menumbuhkan
keaktifan siswa.
25
b. Kekurangan
Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai
berikut:
1.) Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar.
2.) Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau
sarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran kooperatif tipe TGT sulit
dilaksanakan.
3.) Apabila sportifitas siswa kurang, maka keterampilan berkompetisi siswa yang
terbentuk bukanlah yang diharapkan.20
Dari segi kelebihan, ada beberapa hal yang diharapkan dalam penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu peserta didik memiliki kesempatan untuk
belajar mengemukakan pendapatnya, peserta didik dapat membentuk rasa hormat
dan saling menghargai, dapat membangkitkan motivasi peserta didik untuk
berusaha lebih baik bagi diri maupun kelompoknya, peserta didik mempunyai
kebiasaan bersaing sportif dan selanjutnya menimbulkan keberanian dalam
kompetisi, peserta didik menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian
tujuan belajar, dan kegiatan belajar mengajar berpusat pada peserta didik sehingga
proses belajar mengajar dapat lebih aktif.
Sedangkan dari segi kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini, jika guru tidak bisa berperan sebagai motivator dan fasilitator, maka proses
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak
berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena jika guru terkesan monoton maka
proses belajar yang seharusnya menyenangkan akan menjadi tidak menarik dan
membuat peserta didik tidak merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan kooperatif tipe TGT memerlukan waktu yang cukup
20
Leonard dan Kiki Dwi Kusumaningsih, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-
Games-Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem
Pencernaan Manusia, Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol 2 No 1 Mei 2009, Universitas Indraprasta
PGRI. h. 90-91, diaksaes dari
https://www.academia.edu/5625939/Pengaruh_Model_Pembelajaran_Teams-Games-
Tournament_TGT_Terhadap_Peningkatan_Hasil_Belajar_Biologi_-_Leonard, pada tanggal 24
Agustus 2017 pukul 11.29 WIB.
26
lama dan sarana yang memadai sehingga proses belajar menggunakan model ini
berjalan dengan baik.
5. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, proses belajar memegang peranan yang vital.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah, lingkungan rumah
maupun keluarga sendiri, Winkel seperti dikutip Yatim Riyanto mendefinisikan,
“belajar sebagai suatu kegiatan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
antara individu dengan lingkungan, yang dengannya menjadikan individu tersebut
mengalamu perubahan-perubahan dalam pemahaman, keterampilan dan sikap,
perubahan yang terjadi bersifat tetap”.21
Sedangkan Cronbach seperti yang dikutip Syaiful Bahri, berpendapat bahwa
“learning is shown by change in behavior as a result of experience”. belajar
sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.22
Sejalan dengan dua pandangan para ahli di atas, slameto memberikan
definisi, “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.23
apabila
karena interaksi ini seseorang mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, maka dapat dikatakan bahwa dia
telah mengalami suatu proses belajar.
Menurut Erne ER. Hilgard dikutip oleh Riyanto definisi belajar adalah “
Learning is the process by which an activity originates or is changed
throughttraining procedures (whether in the laboratory of in the natural
environment) asdistinguoshed from changes by factor not attributable to
21
Yatim Riyanto, Paradigma baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), Cet. 1, h. 5. 22
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RIneka CIpta, 2011), Cet 3, h. 13 23
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet,
5, h,2.
27
training”. peryataan ini memiliki maksud bahwa seseorang dapat dikatakan
belajar jika dapat melakukan segala sesuatu dengan menggunakan latihan-latihan
sehingga dapat berubah. Perubahan yang dimaksud dapat berupa penambahan
pengetahuan, keterampilan ataupun sikap.24
Sementara itu, Biggs dikutip oleh Muhibbin Syah mendefinisikan belajar
dalam 3 rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, institusiional, dan kualitatif.
Pertama,, secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pembangunakan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai
siswa. Kedua, secara instruksional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap gagasan siswa atas materi
yang telah ia pelajari. Ketiga, secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar adalah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta menafsirkan dunia
di sekeliling siswa. Belajar difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah yang kini dan nanti dihadapi.25
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi belajar, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses aktifitas yang berlangsung dalam diri
individu sehingga mengalami perubahan-perubahan perilaku sebagai hasil dari
pembelajaran, pengalaman, ataupun interaksi dalam lingkungannya. Perubahan
yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang terjadi di
dalam proses pembelajaran ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kualitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan tingkah laku, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikirnya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan produk evaluasi yang dilaksanakan untuk melihat
apakah terdapat perubahan atau tidak pada diri siswa, atau berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk
24
Yatim Riynto, op.cit.,h. 4-5. 25
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), cet. Ke-15 h. 90
28
menilai sesuatu yang mencakup dua kegiatan, yaitu pengukuran dan penilaian. 26
evaluasi bukan hanya dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen-
komponen kurikulum lainnya.27
Menurut Bloom yang dikutip oleh Rusmono mengatakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual. Ranah afektif meliputi perubahan sikap,
minat, nilai-nilai dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Rana
psikomotorik mencakup perubahan prilaku yang menunjukan bahwa siswa telah
mempelajari keterampilan tertentu.28
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan
sebagainya.29
Menurut Rusman penilaian hsil belajar dilakukan secara konsisten,
sistematis dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas proyek atau produk, portofolio, serta penilaian diri.30
Sayiful Bajri Djamarah dan aswan Zain menyatakan bahwa suatu siswa
dapat dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar mencapai atau tercapai taraf keberhasilan minimum, optimal
atau bahkan maksimal. 75% merupakan tolak ukur dalam keberhasilan seorang
guru dalam mengajar. Pembelajaran akan dikatakan berhasil jika 75% siswa yang
26
Anas Sudjiono, Penghantar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 36 27
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 36 28
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 8 29
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta: Bumi
Aksaram, 2005), Cet. 43, h. 155 30
Rusman, Model-model Pembelajaran: Membangun Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013), Cet, 5. h. 13.
29
belajar berubah dari pemahaman, tingkah laku, keterampilan atau hal lainnya yang
merupakat tujuan dari pembelajaran tersebut.31
Menurut Reigeluth seperti yang dikutip oleh Nurdin, menyatakan bahwa
hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorisasikan menjadi tiga indikator,
yaitu (1) efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan
siswa dari berbagai sudut, (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari
waktu belajar dan/atau biaya pembelajaran dan (3) daya tarik pembelajaran yang
selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar terus menerus. Secara spesifik, hasil
belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan sebagai kapabilitas (kemampuan)
yang diperoleh.32
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas
belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Selain itu dapat
disimpulkan juga bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa
setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyususn dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Roesyiatiashy, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah pribadi siswa, guru, struktur sekolah dan faktor-faktor situasional.33
Sedangkan menurut Muhibin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta ), h. 108. 32
Nurdin Ibrahim, “ Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa
Barat”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7, september 2001, h. 487 33
Ilyas, “Penanan Motivasi Mengajar Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal
Dinamika, Vil II, No. 02, 2004, h. 173.
30
siswa digolongkan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal dan
faktor pendekatan belajar.34
Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang terdiri dari faktor fisiologi atau faktor fisik dan faktor psikologi atau
faktor dari kejiwaan siswa yang dapat berupa kecerdasan, sikap, bakat, minat,
motivasi siswa dalam belajar.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal
dari luar dirinya, faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan laur, faktor
lingkungan sekolah, serta faktor lingkungan masyarakat.
Faktor pendekatan belajar merupakan faktor yang berasal dari bagaimana
pembelajaran itu berlangsung. Pendekatan yang digunakan oleh pengajar terhadap
materi pastilah berbeda-beda. Penggunaan pendekatan dan strategi yang sesuai
akan membuat pembelajaran akan lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik.
Senada dengan Muhibin Syah, Syaiful bahri Djamarah dalam bukunya
psikologi belajar, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis dan kondisi
psikologis.
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkungannya peserta didik berinteraksi dalam mata rantai yang disebut
ekosistem. Selama hidup, anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Kedua lingkungan ini meberikan
pengaruh terhadap belajar anak di sekolah.
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental merupakan faktor yang berasal dari sekolah, baik dari
tujuan pembelajaran maupun fasilitas yang ada di sekolah. Faktor intrumental
terdiri dari kurikulum, program pendidikan, sarana dan prasarana serta guru.
34
Muhibbin Syah, Op.Cit., h. 129.
31
3) Kondisi fisologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Tentu akan berbeda hasil yang didapatkan dari orang yang
belajar dalam keadaan segar jasmaninya dengan orang yang dalam keadaan
kelelahan.
4) Kondisi psikologis
Belajar pada hakikatnua adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor
psikologis sebagai faktor yang berasal dari dalam merupakan hal yang utama
dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Terasuk ke dalam faktor ini
adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.35
d. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan
oleh guru. Memulai kegiatan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan
peserta didik dalam berbagai hal seperti, intelegensi, bakat khusus, hubungan
sosial, sikap dan kepribadian siswa.36
Menurut Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, dalam
bukunya menjelaskan bahwa, “tujuan dilakukannya penilaian antara lain: (1)
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa; (2) mengukur pertumbuhan dan
perkembangan siswa; (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa; (4) untuk
memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka
perbaikan”.37
Dalam melakukan penilaian terdapat beberapa prinsip penting yang harus
diperhatikan sebelum melakukan kegiatan penilaian, antara lain: pertama,
penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas kemampuan yang
harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan intrepertasi hasil penelitian
sesuai dengan yang diinginkan kurikulum yang berlaku. Kedua, penilaian hasil
belajar seharusnya menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari proses
35
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 176 36
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN JakIarta, 2006), Cet, 1, h. 4 37
Ibid.
32
belajar-mengajar itu sendiri. Artinya, tiada proses belajar-mengajar tanpa
penilaian. Ketiga, penilaian yang dilakukan sifatnya harus komprehensif
mencakup ketiga aspek penilaian, yakni: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik. Begitupun dalam menilai aspek kognitif sebaiknya mencakup
semua aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Keempat, penilaian hasil belajar seharusnya diikuti dengan tindak
lanjut. Data hasil belajar siswa sangat dibutuhkan baik oleh guru maupun siswa.
Hasil penilaian dapat dijadikan acuan dalam membenahi kekurangan-kekurangan
yang terjadi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.38
Untuk melakukan kegiatan penilaian maka dibutuhkan yang namanya alat-
alat penilaian, baik tes maupun nontes yang dapat digunakan untuk melihat sejauh
mana tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kaitannya dengan menyusun alat-alat
penilaian tersebut, perlu memperhatikan beberapa langkah yang harus ditempuh,
yakni: (1) menelaah kurikulum dan buku pembelajaran agar dapat ditentukan
lingkup pertanyaannya; (2) merumuskan tujuan instruksional khusus, sehingga
jelas kemampuan yang harus dinilai; (3) membuat kisi-kisi alat penilaian, yang
menggambarkan lingkup materi, tingkat kesulitan soal, dan perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan soal tersebut; (4) menyusun soal berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat; dan (5) menentukan kunci jawaban.39
Dengan demikian dapat disimpukan bahwa evaluasi atau penilaian hasil
belajar mempunyai peran yang tidak kalah penting dengan tujuan dan proses
pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah untuk
mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan
datang. Mengingat begitu pentingnya panilaian dalam suatu pembelajaran maka
dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang telah
menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.
38
Nana Sudjana, Penilaian Hasi Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 15, h. 10. 39
Ibid., h. 10
33
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, antara lain sebagai berikut:
Penelitian Ade Ilham Husain yang bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar elektronika analog siswa kelas X TKJ 1 Negeri 1 Sidereng melalui
pembelajaran kooperatif tipe TGT subjek penelitian ini adalah siswa kelas X YKH
SMKN 1 Sidereng tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah 44 orang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah pemberian tes pada setiap akhir siklus
sesuai dengan materi yang diajarkan dan lembar observasi untuk melihat aktivitas
siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar elektronika
analog siswa kelas TKJ SMKN 1 Sidereng mengalami peningkatan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.40
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Arturo Gonzales dan Enrique
Covian Enhacing student performance through a competitive teams tournament
dinyatakan bahwa dalam materi yang berkonsep abstrak, peneliti mencoba
membuat skenario pembelajaran dengan pembentukan tournament berkelompok.
Di dalam kelompok, siswa harus saling membantu untuk mencapai keberhasilan
kelompoknya dalam tournament. Setiap kelompok diadu dalam tournament. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan
model teams games.41
40
Ade Ilham Husain, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Elektronika Analog Siswa Kelas X TKJ SMK negeri 1
Sidereng, (Jurnal nalar pendidikan volume 3 nomor 1 jan-jun 2015) h. 256, diakses dari
http://ojs.unm.ac.id/index.php/nalar/article/download/1980/956, pada tanggal 24 Agustus 2017
pukul 11.34 WIB. 41
Gonzalez,E Covian. Enhancing Student Performance Though a Competitive Team Tournament.
(Jurnal: University Collage Dublin;2015), Diakses dari http://icee2015.zsem.hr/ pada tanggal 24
Agustus 2017 pukul 11.47 WIB.
34
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh I Kadek Wiradarma, penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan partisipasi aktifitas siswa kelas
XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sawan semester genap tahun ajaran 2014/2015 melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran sejarah
hasil dari penelitian ini persentasi rata-rata aktif siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri
1 Sawan pada siklus 1 adalah 52,96% dengan kategori sedang, meningkat menjadi
77,3%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT)
dapat meningkatkan partisipasi aktif dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI
IPS 3 SMA Negeri 1 Sawan semester genap tahun pelajaran 2014/2015 serta
memperoleh respon yang positif.42
Penelitian yang dilakukan oleh Taufan Faizal Muslim dan kawan-kawan,
menerangkan bahwa. Subjek penelitian kelas IV Sekolah Dasar Negeri Margasari
dengan jumlah 21 siswa yang terdiri 9 laki-laki dan 12 perempuan motede dan
desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas model Eliot yang
terdapat tiga tindakan pada tiga siklus yang dilakukan. Untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar digunakan lembar observasi, catatan lapangan, tes
evaluasi, lembar wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian yang didapatkan
yaitu siklus ke-I nilai rata-rata 65, siklus ke-2 nilai rata-rata 75, dan silus ke-3
nilai rata-rata 80. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan penerapan
model Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran konsep energi dan
perubahannnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.43
42
I Kadek Wiradana. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) Untuk Meningkatkan Partisipasi Aktif dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 3
SMA Negeri 1 Sawan Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 2015, h. 1. Diakses dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/article/view/4846, pada tanggal 24 Agustus 2017
pukul 11.58 WIB. 43
Taufan Faizal Muslim dkk. “Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya”.
Jurnal, Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia 2015.h.1, diakses dari http://kd-
cibiru.upi.edu/jurnal/index.php/antologipgsd/article/viewFile/384/298, pada tanggal 24 agustus
2017 pukul 11.45 WIB.
35
Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri bertujuan untuk mengetahui
peningkatan proses dan hasil belajar pada materi koloid dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dilengkapi dengan teka teki silang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) penerapan pembelajaran TGT
yang dilengkapi dengan TTS dapat meningkatkan kualitas proses belajar pada
materi koloid. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa pada siklus I dan II.
Persentase keaktifan siswa pada siklus I 60.72% dan 71.43% pada siklus II (2)
penerapan model pembelajaran TGT yang dilengkapi dengan TTS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koloid. Dalam penelitian ini, hasil
belajar yang dimaksud adalah ketuntasan belajar dan afektif siswa. Pada siklus I,
persentasi ketuntasan belajar siswa 64.29% dengan rata-rata nilai 72.3 dan pada
siklus II persentasi ketuntasan belajar siswa menjadi 89.29% dengan rata-rata nilai
76.1. sedangan untuk aspek afektif, pencapaian rata-rata indikator adalah 64.29%
pada siklus I dan 75% pada siklus II.44
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari diri sendiri, faktor ini meliputi minat, bakat dan motivasi.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti
kualitas guru, lingkungan dan keluarga. Hasil belajar yang baik akan tercapai jika
kedua faktor tersebut dapat mendukung secara baik pula.
Biologi merupakan mata pelajaran yang memiliki banyak istilah penting
dalam konsep materinya. Sehingga belajar biologi bagi sebagian siswa merupakan
pembelajaran hapalan sehingga dianggap sulit untuk dipahami.
44
Luluk Fajri, dkk. Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki
Silang Bagi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali Pada Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012.(jurnal pendidikan kimia vol1 no 1 tahun 2012 universitas sebelas maret). h.89. diakses
dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/1062 pada tanggal 24 Agustus 2017
puul 13.05 WIB.
36
Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam proses pembelajarannya. Karena dengan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran maka siswa akan lebih memahami konsep yang dipelajari.
Model pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.
Setiap mata pelajaran atau konsep pembelajaran memiliki karakterristik sendiri,
sehingga dalam pembelajarannya diperlukan model pembelajaran yang khusus
supaya dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi menjadi pendorong kreatifitas guru dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan motivasi siswa dengan terobosan yang dilakukan
oleh guru.
Model pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi tersebut di atas
adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Model pembelajaran TGT memberikan kesempatan untuk siswa bekerja dalam
kelompok dan siswa dapat mengungkapkan pendapat pada topik yang dibahas.
Penggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam
pembelajaran, memberikan kontribusi yang penting terhadap anggota kelompok
yang lain, serta meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi diantara siswa,
sehingga guru lebih mudah dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model
pembelajaran TGT diharapkan hasil biologi siswa dapat meningkat. Adapun
skema pikir sebagai berikut:
37
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teoritis
D. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumya,
maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah terdapat pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) terhadap hasil
belajar biologi siswa pada konsep fungi
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran TGT
(Teams Games Tournament
Pembelajaran menyenagkan,
siswa aktif, percaya diri
Hasil belajar biologi siswa
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Islam Pondok Pesantren Al-Mukhlishin,
yang beralamatkan di Jl. H Usa Po Box 23/pru kec. Ciseeng Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan pada bulan Januari 2017.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau dapat diartikan
eksperimen semu. Pada penelitian kuasi eksperimen, peneliti dapat membagi
group yang ada dengan tanpa membedakan antara kontrol dan group eksperimen
secara nyata dengan tetap mengacu bentuk alami yang sudah ada. 1 alasan
menggunakan kuasi eksperumen dalam kelompok tersebut adalah masih banyak
variabel dalam kelompok yang belum bisa dikontrol oleh peneliti. Kelompok
dalam sampel penelitian adalah kelompok kelas yang sudah terbentuk sesuai
dengan pembagian menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
adalah kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran saintifik.
Desain penelitian yang diugnakan pada penelitian quasi eksperimen ini
adalah desain The Randomized Posttest-Only Control Group Design, Using
Matched Subjects (rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan
kelompok kontrol) terdsapat dua kelompok dalam penelitian ini, pemilihan
kelompok dilakukan secara acak, desain penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:2
1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan dan praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003),h.
16. 2 Robin Beaymont, research methods & experimental design a set of notes suitable for deminar
use, Intriduction to Health Informatics research Methods, 26 juli 2009. Diakses dari http:// www. floppybunny.org/robin/web/virtualclassroom/chap16/s1/sembk2.pdf , pada tanggal 1 november, pukul 20.14 WIB
39
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
M1 : Kelas Kontrol
M2 : Kelas Eksperimen
X1 : TGT
X2 : Saintifik
O : Posttest
Variabel dalam penelitian ada dua yang terdiri dari (1) variabel bebas yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, (2) variabel terikat yaitu hasil belajar
siswa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 3 populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh peserta didik SMAI Al-Mukhlsihin Ciseeng Bogor Tahun
ajaran 2016/2017. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
seluruh pesera didik SMAI Al-Mukhlishin Kelas X MIA tahun ajaran 2016/2017.
2. Sampel
Sampel adalah sebagain wakil dari populasi yang akan diamati. Untuk
memudahkan pengambilan dan pengolahan data, peneliti akan mengambil dua
kelas X MIA yang ada di SMAI Al-Mukhlishin Bogor sebagai sampel penelitian.
Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X MIA 1 dan satu kelas lainnya
sebagai kelas kontrol yaitu kelas X MIA 2. Pemilihan sampel kelas dilakukan
secara acak, diharapkan sampel yang terpilih merupakan sampel yang dapat
mewakili dari keseluruhan populasi yang ada di SMAI Al-Mukhlishin Bogor.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2008), h.117.
M1 X1 O
M2 X2 O
40
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri atas dua variabel (1) variabel bebas yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, (2) variabel terikat yaitu hasil belajar
siswa
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan untuk penelitian
diperoleh dari:
1. Tes
Amit Daien seperti dikutip Arikunto mendefinisikan tes sebagai suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data yang
diinginkan dengan caya yang cepat.4 Tes dalam penelitian ini menggunakan
postes dalam bentuk pilihan ganda. Postes adalah tes yang digunakan setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk melihat hasil belajar
siswa setelah dilakukannya perlakuan.
2. Non tes
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
observasi. Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek
pengamatan.5
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip dari Sugiyono mengemukakan bahwa ”
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis”6
Observasi ini digunakan untuk menilai penampilan peneliti dalam mengajar
agar sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.29
5 Ibid,
6 Ibid., h.145
41
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini
digunakan instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi proses belajar.
1. Tes tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mpenilaian kognitif siswa dengan melakukan
postes, hasil belajar individu pada konsep fungi (jamur). Adapun tes tertulis yang
digunakan berupa tes obejektif dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 30
soal dengan 5 pilihan jawaban. Tes dilakukan sebanyak satu kali yaitu postes yang
dilakukan pada dua kelompok penelitian.
Sebelum instrumen digunakan kepada sampel, tes tersebut terlebih dahulu
dilakukan validasi oleh guru biologi di SMA Islam Al-Mukhlishin Bogor. Guru
biologi di SMAI Al-Mukhlishin pihak yang bertindak sebagai validator, menilai
kelayakan bahan ajar yang telah dirancang. Untuk lebih memahami instrumen tes
pada penelitian ini, kisi-kisi intstrumen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen penelitian
No Indikator Aspek kognitif Jml
Soal
C1 C2 C3 C4 C5
1 3.6.1
Mengidentifikasi
ciri umu dan
struktur tubuh
jamur
3,4,5 1,2,6 6
2 3.6.2 Menjelaskan
cara hidup dan
reproduksi jamur
7,8,9,
10
12 11 6
3 3.6.3
Mengklasifikasikan
jamur berdasarkan
16, 13,15,
17, 20
25
18,19,
22,
23, 24
14 21 13
42
divisinya
4 3.6.4 menjelaskan
simbiosis jamur
dengan organisme
lain dan peran
jamur bagi
kehidupan sehari
hari
29 27 28,30 26, 5
Jumlah 9 10 8 2 1 30
2. Lembar Observasi
Keterlaksaan sintaks pembalajaran kegiatanguru dan peserta didik diobservasi
menggunakan lembar observasi checklist ya atau tidak. Keterlaksanaan sintaks
jika ya diberi skor 1 (satu), jika tidak diberi 0 (nol). Keterlaksanaan sintaks
pembelajaran kegiatan guru dan peserta didik dilakukan disetiap pertemuan di
kelas kontrol dasn eksperimen. Pertemuan pertama membahas tentang ciri-ciri dan
cara hidup dan sistem reproduksi jamur, pertemuan kedua membahas tentang
mengklasifikasikan jamur dan peran jamurterhadap lingkungan.
Tabel 3.2 kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru dan peserta didik
Tahapan pembelajaran
TGT
Kegiatan guru Kegiatan siswa
1. Presentasi kelas Memberikan kesempatan
kepada peserta didik
untuk mencari informasi
sendiri
Memperhatikan materi
yang sedang
disampaikan oleh guru
dan mencari informasi
tambahan
2. Belajar kelompok Guru membuat
kelompok yang
heterogen
Membuat kelompok
sesuai dengan arahan
yang diberikan guru
3. Persiapan pertandingan Guru memberikan kartu Mempersiapkan
43
soal yang berisi 5
pertanyaan kartu tersebut
akan dipilih setiap
kelompok
kelompok dan memilih
kartu soal yang
disediakan oleh guru
4. Pertandingan Memberikan pertanyaan
kepada setiap kelompok
sesuai kartu soal yang
dipilih kelompok
tersebut dan memberikan
5 pertanyaan tambahan
yang sifatnya rebutan
kepada semua kelompok
Menjawab pertanyaan
yang filontarkan oleh
guru dan mempersiapkan
diri untuk menjawab
pertanyaan rebutan yang
diberikan oleh guru
5. Penghargaan tim Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang paling
banyak mendapatkan
nilai
Menerima penghargaan
yang diberikan oleh guru
G. Teknik Analisis Data
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi norrmal apabila dibuat
dalam bentuk kurva akan menghasilkan kurva normal. Pengujian normalitas data
hasil penelitian dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (uji W) dengan bantuan
software SPSS. Syarat penggunaan uji Shapiro-Wilk ini adalah jumlah data yang
akan diujikan kurang dari 50, data berasal dari sampel yang dipilih secara acak
dari suatu populasi. Adapun beberapa rumus yang digunakan dalam uji Shapiro-
Wilk ini yaitu:7
7 Richard O. Gilbert, Statistical Methods For Environmental Pollution Monitoring,( New York,
Van Nostrand Reinhold Company Inc, 1987) h. 159, diakses dari
http://www.swrcb.ca.gov/water_issues/programs/tmdl/docs/303d_policydocs/205.pdf, pada
tanggal 27 Agustus 2017 pukul 11.57 WIB
44
a. Pembagi (d) uji W:
n: jumlah data yang akan diujikan
b. Pembatas (k) uji W:
jika n genap
jika n ganjil
c. Rumus Whitung (W):
Nilai d berasal dari perhitungan rumus pertama
Nilai batas sigma (k) berasal dari perhitungan rumus yang kedua
Uji normalitas Shapiro-Wilk ini memiliki 2 buah hipotesis yang diajukan, yaitu:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian yang dilakukan dalam uji Shapiro-Wilk ini adalah
apabila nilai Whitung kurang dari 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi
normal (H0 ditolak). Sebaliknya apabila nilai Whitung lebih dari 0,05 maka
dikatakan berdistribusi normal (H0 diterima).8
Sesuai dengan desain penelitian yang telah diterapkan sebelumnya sampel
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelas dan masing-masing kelas dibagi
menjadi 2 kelompok berbeda berdasarkan sistem asrama dan non asrama. Hasil uji
normalitas akan dibahas pada bab selanjutnya.
2. Uji Homogenitas
8 Ibid., h.160
45
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel memiliki kesamaan karakteristik (homogen) atau tidak. Dalam
penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Levene. Pemilihan uji
Levene berdasarkan pada desain penelitian yang memunculkan data dengan
jumlah kelompok lebih dari dua. Penghitungan uji Levene dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan software SPSS. Adapun rumus yang digunakan dalam
uji Levene ini sebagai berikut:9
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0
: kelompok sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians
sama atau homogen
H1
: kelompok sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians
berbeda atau tidak homogen
Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji Levene ini adalah apabila
nilai Whitung lebih kecil dari 0,05 maka kelompok data dikatakan memiliki
varians yang tidak homogen (H0 ditolak). Sebaliknya apabila nilai Whitung
lebih dari 0,05 maka kelompok data dikatakan memiliki varians yang
homogen (H0 diterima). Dengan desain dan hasil peneitian yang diperoleh
akan dicari nilai homogenitas bersama yang melibatkan empat kelompok data
sekaligus.
3. Uji Hipotesis
Uji analisis hipotesis data postes, karena data eksperimen tidak normal maka
uji analisis hipotesis posttes menggunakan uji non parametrik, Mann Whitney
menggunakan SPSS. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann Whitney U
(Probabilitas) < 0,05 maka H0 diterima. 10
9 Alif Hartati dkk. Analisis Varian Dua Faktor dalam Rancangan Pengamatan Berulang (Repeated
Measures), dalam Jurnal GAUSSIAN vol 2, no 4 tahun 2013, h. 282, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=120610&val=4706, pada tanggal 24 Agustus
2017 pukul 11.00 WIB 10
Sugiyono, Statistik Nonparametrik, (Bandung: Alfabeta, 2007)h, 60
46
Keterangan:
U1 = Jumlah peringkat 1
U2 = Jumlah peringkat 2
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2
= Jumlah rangking pada sampel 1
= Jumlah rangking pada sampel 2
H. Hipotesis Statistik
Pada penelitian ini pengujian akan dilakukan dengan uji statistik npn
parametrik dari Mann-Whtney, sehingga hipotesis statistik yang digunakan, yaiut:
H0 : sig (2-tailed) < α
Ha : sig (2 – tailed) ≥ α
Keterangan :
H0 : tidak terdapat pengaruh dari pembelajaran kooeratif tipe TGT (team
game tournament) terhadap hasil belajar biologi siswa
Ha : terdapat pengaruh antara pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams
games tournament) terhadap hasil belajar biologi siswa
Sig (2 – tailed) : Nilai probabilitas yang dihasilkan dari pengujian hipotesis
α : Taraf signifikansi, yaitu 0,05
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari
tes hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas X SMAI Al-
Mukhlishin Bogor berupa postes yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model
pebelajara kooperatif tipe TGT pada kelas X MIA 1 (27 siswa), sedangkan kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kelas
X MIA 2 (26 siswa). Postes diberikan setelah diberikan perlakuan yang dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh pembelajaran hasil
belajar siswa dalam memenuhi konsep fungi. Adapun instrumen yang digunakan
pada postes dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar siswa biologi siswa
melalui tes kognitif sebanyak 30 soal pilihan ganda yang tekah divalidasi oleh
ahli. Maka data yang terkumpul dari penelitian ini yaitu data hasil postes kelas
eksperimen dan kelas kontrol, pengujian hipotesis dan pembahasan dari hasil
penelitian.
1. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, masing-masing kelas diberikan tes
akhir (postes). Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Hasil perhitungan data postes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan yang berbeda dapat
dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Skor Postes
Data Kelas eksperimen Kelas kontrol
N 27 26
Skor tertinggi 96 9
Skor terendah 6 46
Rata-rata 82 71
SD 10.5 10.7
48
Nilai rata-rata diperoleh dari jumlah skor hasil postes masing-masing siswa
kemudian dibagi menjadi jumlah keseluruhan siswa tiap kelas. Dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran biologi
yaitu sebesar 7.0 dari nilai maksimum 10. Berdasarkan hasil postes pada tabel 4.1,
hasil belajar siswa pada konsep fungi pada kelas eksperimen dengan total 27
siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 82 dan standar deviasi sebesar 10.5.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 26 siswa diperoleh rata-rata 71 dan
standar deviasi sebesar 10.7. Dari data tersebut menunjukan bahwa pemhaman
siswa terhadap konsep fungi pada kedua kelas yang diperlakukan secara berbeda
terdapat perbedaan hasil belajar.
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Nilai Posttest
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Posttest < 70 6 Siswa 12 Siswa
Posttest > 70 21 Siswa 14 Siswa
Persentase siswa tidak tuntas 22.3 % 46.2 %
Persentase siswa tuntas 77.7 % 53.8 %
Data persentase ketuntasan nilai posttest dengan standar KKM sebesar 70
yang disajikan pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah siswa kelas eksperimen
yang memperoleh ketuntasan nilai posttest lebih banyak yaitu 77.7 % daripada
kelas kontrol yaitu 53.8%. ini menunjukan bahwa siswa kelas eksperimen
memiliki pengetahuan dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan kelas
kontrol.
B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Intrumen observasi disusun berdasarkan sintaks atau tahapan model
pembelajaran teams games tournament dan digunakan ketika proses pembelajaran
berkairan dengan aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, observasi ini
dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran
pada model teams games tournament. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.3.
49
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen
Tahapan pembelajaran
TGT
Kegiatan guru Ya Tidak
1. Presentasi kelas Memberikan kesempatan
kepada peserta didik
untuk mencari informasi
sendiri
√
2. Belajar kelompok Guru membuat
kelompok yang
heterogen
√
3. Persiapan pertandingan Guru memberikan kartu
soal yang berisi 5
pertanyaan kartu tersebut
akan dipilih setiap
kelompok
√
4. Pertandingan Memberikan pertanyaan
kepada setiap kelompok
sesuai kartu soal yang
dipilih kelompok
tersebut dan memberikan
5 pertanyaan tambahan
yang sifatnya rebutan
kepada semua kelompok
√
5. Penghargaan tim Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang paling
banyak mendapatkan
nilai
√
50
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Kontrol
Tahapan pembelajaran
Pendekatan Saintifik
Aktifitas Guru Ya Tidak
Mengamati Menampilkan
gambar atau video
jamur
√
Menanya Memotivasi siswa
untuk bertanya
terkait gambar yang
ditampilkan
√
Mencoba Membagikan LKS
kepada setiap
kelompok untuk
didiskusikan dan
dikerjakan bersama
Meminta siswa
untuk
mengumpulkan
informasi dari
berbagai litelatur
seperti buku paket,
internet, dan sumber
lain yang relevan
√
Mengasosiasi Membimbing siswa
dengan kegiatan
diskusi untuk
mengumpulkan
informasi dari
berbagai literatur
√
51
untuk menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat pada LKS
Memastikan setiap
anggota kelompok
berkontribusi dalam
mengerjakan LKS
Mengkomunikasikan Meminta perwakilan
siswa untuk
menyampaikan hasil
diskusi
√
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4, hasil observasi kegiatan pembelajaran baik pad
akelas eksperimen dan kelas control menunjukan bahwa guru telah melaksanakan
tahapan pembelajaran dengan baik dan benar, baik pada pertemuan pertama
maupun pada pertemuan kedua. Di kelas eksperimen guru mempersilahkan
kepada setiap siswa mencari informasi sendri dari berbagai sumber, tidak hanya
dari buku dan LKS siswa juga diperbolehkan untuk mencari sumber informasi
tentang fungi menggunakan internet, sehingga wawasan siswa terhadap materi
fungi sangat luas.
Tahapan selanjutnya yaitu belajar kelompok, setelah guru membagi siswa
menjadi 5 kelompok yang heterogen tanpa melihat peringkat ras dan jenis
kelamin, para siswa membagikan informasi baru yang dia dapatkan pada tahap
sebelumnya kepada teman-teman kelompoknya, agar teman kelompoknya
mendapatkan tambahan informasi baru.
Tahapan selanjutnya yaitu persiapan pertandingan, setalah waktu untuk
belajar sendiri dan belajar berkelompok sudah selasai maka peneliti akan
menawarkan 4 buah kartu yang berisi 5 soal kepada setiap kelompok, dan setiap
kelompok hanya boleh memilih satu kartu saja,
52
Tahapan keempat yaitu pertandingan, pertandingan dibagi menjadi dua sesi,
sesi yang pertama adalah sesi setiap kelompok memilih kartu, setiap kartu
berisikan 5 buah soal dan disetiap jawaban yang benar akan mendapatkan 10 poin,
apabila ada kelompok yang tidak bisa menjawap pertanyaa, maka pertanyaan
tersebut akan di arahkan ke kelompok selanjutnya searah dengan jarum jam. Pada
sesi yang kedua yaitu sesi rebutan, setiap kelompok berhak menjawab
pertanyaandari guru, yang terlebih dahulu kelompok yang pertama mengangkat
tangan maka kelompok tersebut berhak menjawab pertanyaan rebutan yang
diberikan oleh guru.
Tahapan yang terakhir dalam pembelajaran team games tournament yaitu
penghargaan kepada tim. Guru bersama siswa yang lain memberikan penghargaan
kepada tim yang paling banyak mendapatkan nilai pada pertandingan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Sedangkan pada kelas control pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik dimulai dari mengamatai, guru menampilkan gambar dan video kepada
siswa untuk memberikan pengetahuan awal dan menstimulus agar siswa untuk
bertanya tentang gambar dan video yang ditampilkan oleh guru, bertanya sudah
termasuk pada tahapan kedua dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Tahapan selanjutnya yaitu mencoba, guru memberikan LKS kepada siswa
untuk mendapatkan informasi baru tentang pembalajaran fungi, selain siswa
mendapatkan informasi baru dari LKS guru juga memperbolehkan siswa untuk
mencari informasi baru dari berbagai macam sumber seperti internet, buku, dan
artikel.
Selanjutnya guru mengasosiasi setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS, dan guru memastikan setiapap anggota kelompok
memberikan kontribusi untuk menjawab pertanyaan, setelah semua pertanyaan
LKS terjawab, guru mempersilahkan setiap kelompok untuk menjelaskan apa
yang mereka diskusikan dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS tersebut.
C. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
53
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan menggunakan SPSS
yakni uji Shapiro-Wilk, dan uji homogenitas data menggunakan uji Levene.
Berikut data hasil pengujian normalitas dan homogenitas data:
1) Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas data postes kelas eksperimen dan data pretes
kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol1
pembelajaran
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Nilai TGT .917 27 .034
saintifik .971 26 .642
Uji shapiro-wilk digunakan dengan pertimbangan jumlah objek yang akan
diujikan kurang dari 100. Data uji shapiro-wilk dikatakan normal jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05. Pada tabel 4.5 dapat dilihat nilai signifikansinya untuk
data kelas eksperimen adalah 0.034 itu kurang dari 0,05 sedangkan pada kelas
kontro mendapat nilai signifikansi sebesar 0.642 itu lebih besar dari 0,05 pada
kelas eksperimen data yang di dapatkan tidak normal sedangkan pada kelas
kontrol sebaran datanya normal..
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data hasil penelitian dari kedua
kelompok yang diujikan memiliki sebaran data tidak normal. Sehingga data hasil
penelitian dapat dilanjutkan ke tahap uji prasyarat analisis yang berikutnya yakni
uji homogenitas data, sebelum melakukan uji hipotesis penelitian menggunakan
uji Mann Whitney
b. Uji Homogenitas
1 Lampiran 9. h. 143
54
Setelah sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan
pengujian homogenitas. Pengujian homongenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data penelitian memilki varians yang homogen atau tidak.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, uji homogenitas dalam penelitian
ini menggunakan uji levene (Levene’s Test). Sama halnya seperti uji shapiro-wilk,
uji levene dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS.
Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji
homogenitas hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:2
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.033 6 12 .139
Dari data hasil uji levene dikatakan homogen atau H0 diterima jika nilai
signifikansinya lebih dari 0.05. uji Levene digunakan untuk menganalisis
homogenitas varians yang melibatkan ddua kelompok atau lebih. Dalam
penelitian ini uji homogenitas meibatkan dua kelompok yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Pada tabel 4.6. terlihat nilai signifikansinya yang diperoleh
sebesar 0.139 > 0.05.. sehingga dapat disimpulkan varians data hasil penelitian
memiliki data yang homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhada data postes pada
kedua kelas, ternyata pada kelas eksperimen tidak memiliki data yang normal dan
memiliki variasi yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Untuk mengetahui
diterima atau ditolaknya H0, yaitu dengan melihat pada kolom sig (2 – tailed).
Taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Pengambil keputusan hipotesis
didasarkan pada kriteria pengujian, yaitu jika nilai sig (2-tailed) α, maka H0
ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika nilai sig (2-tailed) ≥ α maka H0 diterima
dan Ha ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut
ini
2 Lampiran 10 h.144
55
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney3
Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa
nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0.02 itu lebih kecil dari 0.05 maka sesuai
dasar pengambilan keputusan dalam Uji Man Whitney, maka dapat disimpulkan
H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05). hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games tournament) terhadap hasil
belajar biologi siswa pada kosep jamur.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAI Al-Mukhlishin Bogor dengan sampel kelas
X MIA I sebagai kelas eksperimen dan X MIA II sebagai kelas kontrol. Konsep
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep fungi (jamur) dengan ketentuan
kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (team games tournament), sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran saintifik.
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dalam proses
pembelajaran di SMAI AL-Mukhlishin Bogor. Penelitian ini dilakukan dua kali
pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Masing-
masing kelas mendapat perlakuan yang berbeda, seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya bahwa kelas X MIA I sebagai kelas eksperimen mendapatkan
3 Lampiran 12. h. 147
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 177.500
Wilcoxon W 528.500
Z -3.101
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Grouping Variable: kelas
56
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT (team
games tournament) sedangkan kelas X MIA II sebagai kelas kontol mendapat
perlakuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Berdasarkan data hasil postes setelah dilakukan perhitungan menunjukan
bahwa terdapat perbedaan hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
kelas eksperimen memperoleh hasil rata-rata skor akhir yang lebih baik daripada
hasil yang diperoleh pada kelas kontrol. Dapat dilihat pada kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata postes sebesar 82 dengan skor tertinggi 96 dan skor
terendah sebesar 6.0 sedangkan pada kelas kontrol memiliki skor rata-rata sebesar
72 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 46. Sesuai dengan pengujian
hipotesis yang menggunakan Uji Man Whitney, mendapatkan nilai signifikansi
0.02 itu lebih kecil dari 0.05 maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji
Man Whitney, dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf
signifikansi 5% (α = 0.05). hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games
tournament) terhadap hasil belajar biologi siswa pada kosenp jamur.
Perbedaan hasil belajar yang signifikan ini dipengaruhi oleh perlakuan yang
berbeda kepada kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen diberikan perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran TGT sedangkan kelas kontrol hanya
menggunakan pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang diterapkan dalam
proses pembelajaran cukup memiliki pengaruh yang positif terkait dengan minat
dan motivasi siswa dalam menerima pembelajaran, ini menunjukan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT teams games Tournament berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Pada pertemuan pertama di kelas ekperimen, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang dilakukan secara acak tidak melihat latar belakang siswa, para
siswa terlihat masih bingung dalam mempelajari bahan bacaan yang diberikan
oleh guru (peneliti). Mereka masih mengalami kesulitan dalam berbagi
pengetahuan dan saling belajar sesama siswa yang telah dibagi menjadi beberapa
kelompok sehingga pada saat proses belajar dengan teman kelompok masih ada
beberapa siswa yang bertanya pada peneliti. Karena sebagian besar dari bahan
bacaan yang diberikan tidak mereka pahami. Hal ini terlihat dari ketika kuis sudah
57
dilaksanakan banyak pertanyaan yang terjawab salah. Setelah siswa dalam
masing-masing kelompok berdiskusi dengan teman sebaya peneliti mulai
melakukan games dalam bentuk kuis yang dibagai menjadi dua sesi,
Sesi pertama setiap kelompok mendapat lima pertanyaan dan sesi kedua ada
sepuluh pertanyaan rebutan. Pada saat sesi rebutan antusias siswa sangat besar
terlihat ketika setiap kelompok berebut dalam menjawab pertanyaan. Hal tersebut
dikarenakan siswa lebih sering belajar di kelas dengan menggunakan metode
ceramah yang membuat siswa sering bosan dalam menerima pembelajaran
biologi. Sehingga ketika kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
TGT, siswa sangat antusias dalam menjawab pertanyaan, karena mereka menilai
lebih termotivasi dan terpacu dalam belajar sehingga lebih dapat mengerti apabila
pembelajaran TGT dibandingan dengan pembelajaran ceramah.
Pada pertemuan selanjutnya terjadi perubahan yang lebih baik, siswa sudah
memahami metode pembelajaran yang dilakukan, sehingga dalam berdiskusi
bahan bacaan para siswa sudah dapat melakukan secara mandiri tanpa banyak
bertanya apa yang harus dilakukan. Pada saat game dimulai jawaban yang muncul
dari pertanyaan kuis lebih baik dan cenderung lebih banyak menjawab benar
dibandingkan menjawab salah. Bahkan ketika sesi rebutan dimulai persaingan
antar kelompok sangat sengit bahkan menimbulkan kegaduhan ketika menunjuk
tangan, namun masih dalam tahap wajar dan dapat dikendalikan.
Salah satu model pebelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games tournament). model
pembelajaran TGT ini mampu membantu guru dan siswa dalam proses
pembelajran biologi khususnya pada konsep jamur. Menurut Robert E. Salvin
pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamnet (pertandingan)
dan rekongnisi tim (penghargaan kelompok).
Tahapan pertama dalam pembelajaran ini adalah presentasi kelas. Pertama-
tama guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, guru menampilkan
fambar atau video yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Tahap
kedua yaitu belajar kelompok siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
berisikan setiap kelompok lima orang, setiap anggota kelompok mencari
58
informasi tambahan baik dari LKS Buku paket atau yang bersumber dari internet.
Tahap ketiga yaitu persiapan pertandingan, guru mempersiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran, yang ditulis di dalam
5 kartu, setiap kartu berisikan 5 pertaynaan. Tahap yang keempat yaitu
pertandingan/games, games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa, setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk memilih kartu bernomer yang tersedia di meja turnamen dan
mencoba menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila ada tim yang tidak bisa
menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut akan dilempar kepada kelompok
lain, searah jarum jam, tim yang menjawab benar akan mendapatkan skor, setiap
pertanyaan memiliki nilai 10 poin. Tahap yang terakhir yaitu rekognisi tim
(penghargaan tim), dalam tahapan ini guru dan siswa bekerjasama memeriksa
poin-poin turnamen, kemudian guru menentukan tim yang meraih poin terbesar.
Bagi tim yang memiliki poin paling besar akan mendapatkan hadiah yang telah
dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.
Pada kelas kontrol dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak tanpa
melihat latar belakang siswa, mereka melakukan presentasi dan tanya jawab tidak
ada games dalam kegiatan belajar mengajar, antusias siswa dalam melakukan
persentasi dan tanyajawab tidak sebesar kelas eksperimen, mungkin dapat
disebabkan karena mereka lebih sering melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan metode ceramah, sehingga ketika mereka melakukan presentasi dan tanya
jawab masih malu dan pasif. Hal tersebut merupakan salah satu faktor lebih
rendahnya nilai rata-rata postes kelas kontrol dibandingkan dengan kelas
eksperimen.
Berdasarakan hasil analisis penelitian yang didapatkan tampak pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games tournament) terhadap
hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur. Hasil yang didapatkan oleh
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian
yang pernah dilakukan oleh I Kadek Wiradarma4 dan Luluk Fajri
5 yang
4 I Kadek Wiradana. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) Untuk Meningkatkan Partisipasi Aktif dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 3
SMA Negeri 1 Sawan Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 2015, h. 1. Diakses dari
59
menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
teams games tournament memiliki pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/article/view/4846, pada tanggal 24 Agustus 2017
pukul 11.58 WIB. 5 Luluk Fajri, dkk. Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki
Silang Bagi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali Pada Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012.(jurnal pendidikan kimia vol1 no 1 tahun 2012 universitas sebelas maret). h.89. diakses
dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/1062 pada tanggal 24 Agustus 2017
puul 13.05 WIB.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwaterdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif tipe tgt (teams games tournament) terhadap hasil belajar biologi siswa
pada konsep fungi (jamur). Hal ini ditunjukan oleh hasil uii Mann Whitney yaitu
yang mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0.02 < 0.05.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang diperoleh, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru bidang studi biologi diharapkan dapat menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam
pembelajaran biologi di sekolah.
2. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut mengenai penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) di kelas, hal
ini dimaksud untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar agar nantinya
motivasi belajar siswa lebih tinggi lagi.
3. Pada penelitian ini, instrumen tes hanya di uji konstruk tanpa melakukan uji
empiris karena terkendala teknis. Diharapkan bagi yang ingin melakukan
penelitian ini, untuk melakukan uji konstruk terlebih dahulu.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aly, H. N, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 Cet
Ke-2
Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara 2017.
Beaymont, R. research methods & experimental design a set of notes suitable for
deminar use, Intriduction to Health Informatics research Methods, 26 juli
2009. Diakses dari http:// www. floppybunny. org/ robin/ web/
virtualclassroom/chap16/s1/sembk2.pdf , pada tanggal 1 november, pukul
20.14 WIB
Charlton, B, Williams, R. L, dan McLaughlin, T.F. Educational Games: A
Tecnique To Accelerate The Acquisition Of Reading Skills Of Children
With Learning Disabilities. International Jurnal of Special Education.
Volume 20. number 2. 2015. diakses dari https://eric.ed.gov/?id=EJ846936,
pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 10.55 WIB.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
Djamarah, S. B. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.
Djamarah, S.B dan Zain, A. trategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fajri, L, Martini, K.S dan Nugroho, A. Upaya Peningkatan Proses Dan Hasil
Belajar Kimia Materi Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Team Games Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki Silang Bagi
Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali Pada Semester Genap Tahun
Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret.
2012. Diakses dari http:// jurnal. fkip. uns. ac.id/ index. php/
kimia/article/view/1062 pada tanggal 24 Agustus 2017 puul 13.05 WIB.
Gilbert, R. O. Statistical Methods For Environmental Pollution Monitoring, Now
York Vam Nostrand Reinhold Company Inc 1987. diakses dari
http://www.swrcb.ca.gov/water_issues/programs/tmdl/docs/303d_policydoc
s/205.pdf, pada tanggal 27 Agustus 2017 pukul 11.57 WIB.
Gonzalez, Arturo, dan Covian, E. Enchancing Student Performance Thought A
Competitive Team Tournament. University Collage Dublin. 2015. Diakses
dari http://icee2015.zsem.hr/ pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 11.47
WIB.
Gredler, M. E Learning and Instruction: Teori dan aplikasi, terj: Tri Wibowo
Jakarta: Kencana 2011
62
Hartati, A, Wilandari, Y dan Wuryandari, T. Analisis Varian Dua Faktor dalam
Rancangan Pengamatan Berulang (Reoeated Measurcs). Jurnal GAUSSIAN
Vol 2 no 4 Tahun 2013. Diakses dari http : // download. portalgaruda. Org /
article. Php ? article = 120610&val=4706, pada tanggal pada tanggal 24
Agustus 2017 pukul 11.00.WIB
Hamalik, O. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksaram, 2005
Husain, A. I. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Games
Tournament Dalam Meningkatkan Hhasil Belajar Ekektronika Analog Kelas
X TKJ SMK Negeri 1 Sidereng. Jurnal Nalar Pendidikan. Volume 3.
Nomor 1. 2015. diakses dari http :// ojs. unm. ac. Id / index. Php /nalar
/article/download/1980/956, pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 11.34
WIB.
Ibrahim, N. “ Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang
Jawa Barat”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7,
september 2001
Ilyas. Penanan Motivasi Mengajar Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa”, Jurnal Dinamika, Vil II, No. 02, 2004, h
Inherent Dikti, UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
diakses melalui www.inherent--dikti.net/files/sisdiknas.pdf diakses pada
tanggal 22 Oktober 2017 pada pukul 08.41 WIB
Kemendikbud, Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah , 2014.
Leonard, dan Kusumaningsih, K.D. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia, Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta Vol 2 No 1 Mei 2009, Universitas Indraprasta PGRI. diaksaes dari
https://www.academia.edu/5625939/Pengaruh_Model_Pembelajaran_Team
s-Games TournamentTGT_Terhadap_Peningkatan_Hasil_Belajar_Biologi_-
_Leonard, pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 11.29 WIB.
Milati, N, “Penerapan Pembelaaran Kooperatif Tipe TGT (Teans Games
Tournament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Jabing Malang”, Skripsi Univeristas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009.
Muslim, T. F, Irianto, D. M dan Sutini, A. Penerapan Model Team Games
Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
63
Pembelajaran Konsep Energi Dan Perubahannya. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia. 2015. diakses dari http://kd-cibiru. upi. Edu /jurnal
/index. Php /antologipgsd /article/viewFile/384/298, pada tanggal 24
agustus 2017 pukul 11.45 WIB.
Muspiroh, “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Dengan Menggunakan
Metode Problem Posing Secara Berkelompok”, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010
Novianti, N. R “Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa
terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran,” JurnalISSN 1412-565X Edisi
Khusus, No 1 (Agustus 2011,h.158, http://jurnal.upi.edu diunduh pada
tanggal 22 oktober 2017 pada pukul 08.19 WIB
Perwitasari, D. F, dan Wibawanto, S Perbedaan Hasil Belajar TIK Melalui
Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dengan
Kooperatif Kelompok Biasa. Jurnal TEKNO. Vol 16. September Tahun
2011. diakses pada http:// journal. um.ac.id /index. Php /tekno /article /view
/3359/0 pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 15.30 WIB.
Riyanto, Y, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009
Rohendi, D, Nopiyanti, , dan Sutarno, H. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Games Tournament Berbasis Multimedia dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Volume 3. No. 1. 2010. diakses dari
https://www.scribd.com/document/88831289/ Penerapan-Model
Pembelajaran- Kooperatif- Tipe- Teams- Games- Tournament -Berbasis -
Multimedia- Dalam- Meningkatkan- Hasil- Belajar- Siswa- Pada- Mata-
Pelajaran-TIK , pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 11.07 WIB.
Rusman, Model-model Pembelajaran: Membangun Profesionalisme Guru,
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu:
Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014
Sabri, M. A. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
Salvin, R. E, Cooperative Learning: teori riset dan praktik, Bandung: Nusa
Media, 2009.
Sanjaya, W, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.
64
Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2011.
Shihab, M. Q. Membumikan Al-Quran Jilid 2: Fungsikan Wahyu dalam
Kehidupan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2001.
Siregar, E dan Nara, H. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010.
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010
Solihatin, E. dan Raharjo. Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran
IPS. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012
Sudjana, N. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya 2009.
Sudjiono, Penghantar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012)
Sugiyono. A. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2011.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan dan praktiknya, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003
Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Jurnal Pendidikan
Penabur No.07/V/2006. 2006. diakses dari http://bpkpenabur.or.id/wp-
content/uploads/2015/10/jurnal-No07-V-Desember2006.pdf, pada tanggal
23 Agustus 2017, pukul 10.43 WIB.
Syah, M, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010, cet. Ke-15
Uno, H. B. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.
Usman, H. Pengantar Statistika, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Widyantini. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PPTK Matematika. 2008.
diakses pada http: // p4tkmatematika. org/ file/ PRODUK/ PAKET%
20FASILITASI /SMP /Penerapan %20 Pendekatan% 20Kooperatif
%20STAD.pdf, pada tanggal 23 Agustus 2017 pukul 10.33 WIB.
65
Winarsunu, T. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
UMM Press. 2010.
Wiradana, I. K. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game
Tournament )TGT) Untuk Meningkatkan Partisipasi Aktif Dan Prestasi
Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri I Sawangan Semester
Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Universitas Pendidikan Ghanesa. 2015.
Diakses dari https: // ejournal. undiksha. ac. id/ index. Php /JJPS /article
/view/4846, pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 11.58 WIB.
Wulandari. Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vygotsky. Indonesian Digital
Journal of Matematics and Educarional. Vol 2 no 3 tahun 2015. Diakses
dari http:// idealmathedu. p4tkmatematika. Org /wp -content /uploads /2016
/01/7_Sri-Wulandari-D.pdf, diakses pada tanggal 23 agustus 2017 pada
pukul 10.20 WIB.
Zulfiani, Feronika, T dan Suartini, K. Stategi Pembelajaran Sains, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009.
Zurinal Z, dan Sayuti, W. Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press 2006
66
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAI Al-Mukhlishin
Kelas/ Semester : X/II
Mata Pelajaran : Biologi
Materi Pokok : Fungi
Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis
Indikator:
3.6.1 mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
3.6.2 menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
67
3.6.3 mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan jamur bagi
kehidupan sehari-hari
4.6.1 menyajikan data dan hasil pengamatan ciri-ciri peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan
PERTEMUAN 1
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur.
3.6.2 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup dan reproduksi hidup jamur
B. Materi Pembelajaran
1. ciri-ciri jamur
2. struktur tubuh jamur
3. cara hidup jamur
4. cara reproduksi jamur
C. pendekatan dan metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, eksperimen dan games
Model : kooperatif tipe TGT
D. media, Alat dan Sumber belajar
1. Media : Gambar, kartu permainan
2. Alat : laptop, LCD, Pengeras Suara
3. Sumber Belajar :
Irnaningtyas. Biologi untuk Kelas/MA Kelas X. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2013
Pujiyanto, Sri. Menjelajah Dunia Biologi I untukKelas XSMA/MAKelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2014.
Buku Biologi kleas X yang relevan
E. Langkah-langkah pembelajaran
1. Pendahuluan (Alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelaajaran
Guru mengecek kehadiran peserta didik
68
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD, dan indikator
Guru membuat 4 kelompok secara heterogen
2. Inti
No Model TGT Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
didik
Alokasi
Waktu
Presentasi kelas Menampilkan
gambar jamur
makroskopis
beserta bagian-
bagiannya
Memperhatikan
gambar yang
ditampilkan guru
15
menit
Belajar
kelompok
Guru memberikan
kesempatan kepada
setiap kelompok
untuk mencari
informasi dari buku
LKS dan internet
Mencari informasi
tambahan di buku
paket LKS dan
internet
15
menit
Persiapan
pertandingan
Guru
mempersiapkan
kartu soal yang
berisi 5
pertanyaan kartu
tersebut akan di
pilih setiap
kelompok
Mempersiapkan
kelompok dan
memilih kartu soal
yang disediakan oleh
guru
10
menit
pertandingan Memberikan
pertanyaan
kepada setiap
kelompok sesuai
kartu soal yang
dipilih kelompok
tersebut
Memberikan 5
Peserta didik
mejawab
pertanyaan yang
dilotarkan oleh
guru
Mempersiapkan
diri untuk
menjawab
65
menit
69
pertanyaan
tambahan yang
sifatnya rebutan
kepada semua
kelompok
pertanyaan
rebutan yang
diberikan oleh
guru
Penghargaan tim Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok yang
paling banyak
mendapatkan
nilai
Menerima
penghargaan yang
diberikan oleh guru
10
menit
3. Penutup (alokasi waktu 10 menit)
Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
Guru mengklarifikasi pemahaman konsep yang masih kurang tepat.
Guru menanyakan progres pengamatan pembuatan tempe sesuai dengan
tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya
Guru mengucapkan salam saat hendak keluar kelas
Penilaian
1. Penilaian kognitif berupa: tes tertulis
Mengetahui Bogor, Februari 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti
2.
Deden Mulyadi, S.Pd Muhamad Izet Mutaqien
NIP. NIM. 1112016100053
70
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAI Al-Mukhlishin
Kelas/ Semester : X/II
Mata Pelajaran : Biologi
Materi Pokok : Fungi
Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis
PERTEMUAN 1I
A. Tujuan Pembelajaran
71
Setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat :
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 Peserta didik mampu menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan
peranan jamur bagi kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
1. Klasifikasi jamur
2. Divisi jamur
3. Simbiosis jamur
4. Peran jamur bagi kehidupan sehari-hari
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi Kelompok, Eksperimen dan Games
Model : Kooperatif Tipe TGT
D. Media, Alat dan Sumber belajar
1. Media : Powerpoint, Gambar
2. Alat : laptop, LCD, Pengeras Suara
3. Sumber belajar :
Irnaningtyas. Biologi untuk Kelas/MA Kelas X. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 2013
Pujiyanto, Sri. Menjelajah Dunia Biologi I untukKelas
XSMA/MAKelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo. PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2014.
Buku Biologi kleas X yang relevan
E. Langkah-langkah pembelajaran
1. Pendahuluan (Alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelaajaran
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD, dan indikator
Memberikan persepsi dengan mengajukan pertanyaan “apakah kalian
pernah makan jamur? Apakah semua jenis jamur dapat di makan?”
2. Inti
No Model TGT Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
didik
Alokasi
Waktu
72
Presentasi kelas Menampilkan
gambar jamur
makroskopis
beserta bagian-
bagiannya
Memperhatikan
gambar yang
ditampilkan guru
15
menit
Belajar
kelompok
Guru memberikan
kesempatan kepada
setiap kelompok
untuk mencari
informasi dari buku
LKS dan internet
Mencari informasi
tambahan di buku
paket LKS dan
internet
15
menit
Persiapan
pertandingan
Guru
mempersiapkan
kartu soal yang
berisi 5
pertanyaan kartu
tersebut akan di
pilih setiap
kelompok
Mempersiapkan
kelompok dan
memilih kartu soal
yang disediakan oleh
guru
10
menit
pertandingan Memberikan
pertanyaan
kepada setiap
kelompok sesuai
kartu soal yang
dipilih kelompok
tersebut
Memberikan 5
pertanyaan
tambahan yang
sifatnya rebutan
kepada semua
kelompok
Peserta didik
mejawab
pertanyaan yang
dilotarkan oleh
guru
Mempersiapkan
diri untuk
menjawab
pertanyaan
rebutan yang
diberikan oleh
guru
65
menit
73
Penghargaan tim Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok yang
paling banyak
mendapatkan
nilai
Menerima
penghargaan yang
diberikan oleh guru
10
menit
3. Penutup (alokasi waktu 10 menit)
Guru bersama peserta didik merangkung pembelajaran konsep pembagian
divisi jamur
Guru bertanya secara lisan mengenai divisi jamur dan peran bagi manusia
Guru memberikan review terhadap pertanyaan yang diberikan..
Guru menanyakan hasil laporan pembuatan tempe terhadap setiap
kelompok
Guru mengucapkan terima kasih, kemudian menutup pembelajaran dengan
membaca hamdalah.
Guru keluar dari kelas dengan mengucapkan salam
Penilaian
Penilaian kognitif berupa: tes tertulis
Mengetahui Bogor, Februari2017
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti
3.
Deden Mulyadi, S.Pd Muhamad Izet Mutaqien
NIP. NIM. 1112016100053
74
A. Quis
1. Soal Quis Pertemuan Pertama
Soal
PAKET SOAL 1
1. Disebut apakah sel-sel memanjang yang berupa benang-benang pada jamur!
(hifa)
2. Jelaskan yang membedakan jamur dan alga (Ganggang adalah organisme
seperti tanaman- tidak seperti jamur - Alga sebagian besar berkembang di
bawah air atau sedangkan jamur tumbuh di tanah - Ganggang adalah non-
parasit di alam tidak seperti jamur)
3. Berikan contoh jamur yang berbentuk benang seperti kapas!
( jamur tempe (Rhizopus oryzae))
4. Sebutkan fase reproduksi jamur secara seksual! ( dengan pembentukan spora
seksual, yang terjadi secara sinigami, yaitu penyatuan sel atau hifa yang
berbeda jenis. Sinigami terdiri dari 2 tahap, yaitu plasmogami (penyatuan
plasma sel) dan karyogami (penyatuan inti sel). plasmogami menghasilkan sel
atau hifa berinti 2 (dikarion) yang haploid (n), kemudian hifa tersebut akan
mengalami penyatuan inti membentuk keturunan berinti satu (monokarotin)
yang diploid (2n), kemudian membelah secara meiosis membentuk spora
seksual yang haploid. Spora seksual dapat berupa zigospora, askospora dan
basidiospora.)
75
5. Dimanakah tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur? (tempat yang
lembab)
PAKET SOAL 2
1. Sebutkan nama kelompok jamur yang belum diketahui cara reproduksi
generatifnya (daeuteromycota)
2. Bagian jamur manakah yang berperan untuk menyerap makanan di
lingkungan yang lembab? (Miselium)
3. Mengapa lichen dikatakan sebagai organisme perintis ? (Lichen dikenal
sebagai tanaman perintis karena kemampuan bertahan hidupnya yang sangat
kuat. Lichen sendiri bisa tinggal di dalam sebuah lingkungan dengan kondisi
yang sangat ekstrim. Yang lebih hebat lagi, lichen sendiri bisa membantu
proses pelapukan batuan dan juga pembentukan tanah dari batu-batuan
sehingga, lichen sendiri dikenal sebagai salah satu tanaman yang sangat
berguna bagi kehidupan)
4. Disebut apakah jamur yang menyerap makanannya dari sisa-sisa organisme
untuk memperoleh energi? (Saprofit)
5. Kumpulan sel-sel memanjang yang berupa benang-benang pada jamur
disebut.… (hifa)
76
PAKET SOAL 3
1. Haustorium pada jamur berfungsi sebagai.… ( haustorium pada jamur berfungsi
sebagai alat konsumsi makanan yang berfokus untuk menyerap berbagai zat
makanan yang berasal dari tubuh inang agar bisa masuk ke tubuh jamur )
2. Tempat yang optimal untuk pertumbuhan jamur pada daerah.…( lembab )
3. Apa yang diaksud dengan reproduksi jamur secara vegetatif dengan konjugasi ....
(Peleburan antara dua hifa jantan dan hifa betina)
4. Tersusun atas apa dinding sel pada jamur.... (zat kitin)
5. Pada bagian jamur manakah yang enak dimakan.... (Tubuh buah)
PAKET SOAL 4
1. Apa fungsi hifa vegetatif pada jamur.... (melekatkan diri pada substrat)
2. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang sudah
mati disebut …. (Saprofit)
77
3. Haustorium pada jamur berfungsi sebagai (penyerap nutrisi dari tubuh inang)
4. Apa yang dimaksud dengan Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
5. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut....
SOAL REBUTAN
1. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
2. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang sudah
mati disebut....
3. Sebutkan ciri-ciri jamur ....
4. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut…
(septa)
5. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah pada
dinding selnya, dinding sel pada jamur tersusun atas.… (zat kitin)
78
2. Pertanyaan Quis Pertemuan Kedua
Soal
PAKET SOAL 1
1. Sebutkan ciri-ciri jamur Basidiomycota! ( a. hifanya bersekat, mengandung
inti haploid. b. mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang
terdiri dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak
adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya
basidium. Tubuh buah disebut basidiokrap. c. reproduksi secara seksual dan
aseksual. d. miselium ada 3 macam, yaitu 1. miselium primer, yaitu miselium
yang sel-selnya berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora. 2. miselium
sekunder, yaitu miselium yang sel-selnya berinti dua. 3. miselium tersier, yaitu
miselium yang terdiri atas miselium sekunder yang terhimpun membentuk
jaringan yang teratur pada pembentukan basidiokarp dan basidiofor yang
menghasilkan basidiospora)
79
2. Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan manusia,
kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut adalah.…
(penyakit saluran pernapasan)
3. Aspergillus wentii dimanfaatkan dalam pembuatan.… (pembuatan tape,
roti dan minuman beralkohol)
4. Tubuh buah pada jamur Ascomycota disebut.… (ascokarp atau
askokarpus)
5. Bagaimana cara reproduksi jamur secara fragmentasi adalah.…
(Bagaimana cara reproduksi jamur secara fragmentasi adalah)
PAKET SOAL 2
1. Sebutkan ciri-ciri jamur Deuteromycota (multideluler, hifanya bersekat,
berreproduksi vegetatif dengan konidiospora, saprofit atau parasit,
mikroskopis dan hidup di daratan dan tempat yang lembab)
2. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme
yang sudah mati disebut.… (saprofit)
3. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang
disebut.… (septa)
80
4. Sebutkan jamur yang dapat dimakan oleh manusia.… (jamur tiram,
jamur kancing dan jamur merang)
5. sebutkan fungsi dari mikoriza adalah.… ( 1. meningkatkan pertumbuhan
pada jamur. 2. meningkatkan ketahanan tanaman pada penyakit. 3.
meningkatkan kemampuan tumbuhan untuk menyerap unsur-unsur hara.
4. meniangkatkan airasi pada tanaman)
PAKET SOAL 3
1. Sebutkan jamur dari divisi Zygomycota …. ( Rhizopus stolonifer,
Rhizopus oryzae, rhizopus nigricans)
2. manfaat lumut kerak bagi manusia adalah …. (1. dapat dibuat menjadi
obat. 2. dapat digunakan sebagai penambah rasa dan aroma. 3. pigmen
yang dihasilkan dapat dibuat menjadi kertas lakmus celup atau
indikator PH)
3. Apa yang dimaksud dengan endomikoriza.… (jamur yang hifanya dapat
menembus akar sampai bagian korteks)
4. Auricularia polytricha (jamur kuping) dimasukan ke dalam divisi
81
Basidiomycota karena.…( karena bersifat makroskopis)
5. Bagaimana cara liken bereproduksi.… (Lumut kerak (lichen) bereproduksi
aseksual dengan cara fragmentasi induk lichen dan pembentukan soredia
sedangkan pada reproduksi seksual liken ecara seksual terjadi hanya pada
pembiakan jamurnya, jadi yang mengalami pengembangbiakan adalah
jamurnya yang membentuk lumur kerak, umumnya terjadi pada
Basidiolichen. Perkembangbiakannya melalui spora yang dihasilkan oleh
hifa-hifa. Fungi/ jamur yang kemudian bertemu dengan partner alga yang
cocok, maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan mitosis
PAKET SOAL 4
1. Sebutkan ciri-ciri jamur Zygomycota adalah …. (1. hifa tidak bersekat
dan bersifat koenositik. 2. dinding sel tersusun dari kitin. 3. reproduksi
aseksual dan seksual. 4. hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang
disebut rhizoid.)
2. Apa yang dimaksud dengan ektomikoriza.…(jamur yang hifanya hanya
sampai pada bagian epidermis akar pertumbuhan atau tidak sampai
menembus ke dalam korteks akar. Dengan adanya ektomikoriza, akar
tumbuhan tidak begitu memerlukan buylu akar. Tumbuhan tumbuhan
tersebut dapat memperoleh air dan unsure-unsur hara dari tanah dalam
jumlah yang lebih banyak.)
3. Sebutkan contoh jamur Basidiomycota .… (Auricularia polythrica (jamur
82
kuping), Volvariella volvacea (jamur merang), Puccinia graminis (jamur
karat))
4. Disebut apa spora aseksual pada jamur Basidiomycota.… (Reproduksi
aseksualnya akan membentuk konidiospora yg menghasilkan konidiofor.
Konidiofor akan membentuk spora bernama konidia)
5. Kelompok jamur Dereromycota disebut jamur sempurna karena....
SOAL REBUTAN
1. Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan manusia,
kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut
adalah.…(kanker pada paru-paru)
2. Jenis jamur yang dapat digunakan untuk menguraikan kotoran hewan
adalah.… (Mucor mucedo dan Pilobolus)
3. Sebutkan manfaat mikoriza bagi tumbuhan.…(1. meningkatkan
penyrapan unsur hara. 2. tahan terhadap serangan pathogen. 3. sebagai
konservasi tanah. 4. mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat
pengatur tumbuh)
83
4. Spora aseksual pada jamur divisi ascomycota adalah.… (konidiospora)
5. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.
a. Uniseluler atau multiseluler
b. Hifa bersekat
c. Menghasilkan askospora
d. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur
tersebut masuk ke dalam divisi.…(ascomycota)
84
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMAI Al-Mukhlishin
Kelas/ Semester : X/II
Mata Pelajaran : Biologi
Materi Pokok : Fungi
Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit
C. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
D. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
85
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis
Indikator:
3.6.1 mengidentifikasi ciri-ciri umu dan struktur tubuh jamur
3.6.2 menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3.6.3 mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan jamur bagi
kehidupan sehari-hari
4.6.1 menyajikan data dan hasil pengamatan ciri-ciri peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan
PERTEMUAN 1
F. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat :
3.6.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur.
3.6.3 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup dan reproduksi hidup jamur
G. Materi Pembelajaran
5. ciri-ciri jamur
6. struktur tubuh jamur
7. cara hidup jamur
8. cara reproduksi jamur
H. pendekatan dan metode Pembelajaran
pendekatan : Saintifik
Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok
I. media, Alat dan Sumber belajar
4. media : Powerpoint, Gambar
5. alat : laptop, LCD, Pengeras Suara
6. sumber belajar :
Irnaningtyas. Biologi untuk Kelas/MA Kelas X. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2013
Pujiyanto, Sri. Menjelajah Dunia Biologi I untukKelas XSMA/MAKelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2014.
Buku Biologi kleas X yang relevan
86
J. Langkah-langkah pembelajaran
4. Pendahuluan (Alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelaajaran
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD, dan indikator
Guru membuat 5 kelompok secara heterogen
5. Inti
No Model Saintifik Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
didik
Alokasi
Waktu
Mengamati Menampilkan
gambar jamur
makroskopis
beserta bagian-
bagiannya
Memperhatikan
gambar yang
ditampilkan guru
15
menit
Menanya Memotivasi siswa
untuk bertanya
terkait gambar
yang ditampilkan
Menanyakan hal-hal
seputar gambar yang
ditampilkan ataupun
hal lain yang
berkaitan dengan
jamur
15
menit
mengekplorasi Membagikan
LKS kepada
setiap kelompok
untuk
didiskusikan dan
dikerjakan
bersama
Meminta siswa
untuk
mengumpulkan
informasi dari
berbagai litelatur
Berdiskusi dengan
teman-teman
kelompok untuk
mengerjakan LKS
bersama
40
menit
87
seperti buku
paket, internet,
dan sumber lain
yang relevan
Mengasosiasi Membimbing
siswa dengan
kegiatan diskusi
untuk
mengumpulkan
informasi dari
berbagai literatur
untuk menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat pada
LKS
Memastikan
setiap anggota
kelompok
berkontribusi
dalam
mengerjakan LKS
Berdiskusi dengan
teman-teman
kelompok untuk
mengerjakan LKS
bersama
35
menit
mengkomunikasi Meminta
perwakilan
siswa untuk
menyampaikan
hasil diskusi
Perwakilan
kelompok
menyampaikan hasil
diskusi sedangkan
siswa lain menyimak
dan terlibat aktif
dalam kegiatan tanya
jawab
10
menit
6. Penutup (alokasi waktu 10 menit)
88
Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
Guru mengklarifikasi pemahaman konsep yang masih kurang tepat.
Guru mengucapkan salam saat hendak keluar kelas
Penilaian
4. Penilaian kognitif berupa: tes tertulis
Mengetahui Bogor, Februari2017
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti
5.
Deden Mulyadi, S.Pd Muhamad Izet Mutaqien
NIP. NIM. 1112016100053
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMAI Al-Mukhlishin
Kelas/ Semester : X/II
Mata Pelajaran : Biologi
Materi Pokok : Fungi
Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit
E. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
F. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
90
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis
PERTEMUAN 1I
F. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat :
3.6.3 Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 Peserta didik mampu menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan
peranan jamur bagi kehidupan sehari-hari
G. Materi Pembelajaran
5. Klasifikasi jamur
6. Divisi jamur
7. Simbiosis jamur
8. Peran jamur bagi kehidupan sehari-hari
H. pendekatan dan metode Pembelajaran
pendekatan : Saintifik
Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok
I. media, Alat dan Sumber belajar
7. media : Powerpoint, Gambar
8. alat : laptop, LCD, Pengeras Suara
9. sumber belajar :
Irnaningtyas. Biologi untuk Kelas/MA Kelas X. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2013
Pujiyanto, Sri. Menjelajah Dunia Biologi I untukKelas XSMA/MAKelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2014.
Buku Biologi kleas X yang relevan
J. Langkah-langkah pembelajaran
4. Pendahuluan (Alokasi waktu 10 menit)
Guru mengucapkan salam ketika memasuki kelas
Guru bersama peserta didik berdoa untuk memulai pelaajaran
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, seperti KD, dan indikator
Memberikan persepsi dengan mengajukan pertanyaan “apakah kalian
pernah makan jamur? Apakah semua jenis jamur dapat di makan?”
91
5. Inti
No Model Saintifik Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
didik
Alokasi
Waktu
Mengamati Menampilkan
gambar jamur
berdasarkan
divisinya
Memperhatikan
gambar yang
ditampilkan guru
15
menit
Menanya Memotivasi siswa
untuk bertanya
terkait gambar
yang ditampilkan
Menanyakan hal-hal
seputar gambar yang
ditampilkan ataupun
hal lain yang
berkaitan dengan
jamur
15
menit
mengekplorasi Meminta siswa
berkumpul
dengan kelompok
yang sudah dibuat
pada pertemuan
sebelumnya
Membagikan
LKS kepada
setiap kelompok
untuk
didiskusikan dan
dikerjakan
bersama
Meminta siswa
untuk
mengumpulkan
Berkumpul dengan
kelompok masing-
masing sesuai yang
ditentukan oleh
guru
Berdiskusi dengan
teman-teman
kelompok untuk
mengerjakan LKS
bersama
40
menit
92
informasi dari
berbagai litelatur
seperti buku
paket, internet,
dan sumber lain
yang relevan
Mengasosiasi Membimbing
siswa dengan
kegiatan diskusi
untuk
mengumpulkan
informasi dari
berbagai literatur
untuk menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
terdapat pada
LKS
Memastikan
setiap anggota
kelompok
berkontribusi
dalam
mengerjakan LKS
Berdiskusi dengan
teman-teman
kelompok untuk
mengerjakan LKS
bersama
35
menit
mengkomunikasi Meminta
perwakilan
siswa untuk
menyampaikan
hasil diskusi
Perwakilan
kelompok
menyampaikan hasil
diskusi sedangkan
siswa lain menyimak
dan terlibat aktif
dalam kegiatan tanya
jawab
10
menit
93
6. Penutup (alokasi waktu 10 menit)
Guru bersama peserta didik merangkung pembelajaran konsep pembagian
divisi jamur
Guru bertanya secara lisan mengenai divisi jamur dan peran bagi manusia
Guru memberikan review terhadap pertanyaan yang diberikan..
Guru meminta perwakilan kelompok mengumpulakn LKS mereka masing-
masing
Guru mengucapkan terima kasih, kemudian menutup pembelajaran dengan
membaca hamdalah.
Guru keluar dari kelas dengan mengucapkan salam
Penilaian
Penilaian kognitif berupa: tes tertulis
Mengetahui Bogor, Februari2017
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti
6.
Deden Mulyadi, S.Pd Muhamad Izet Mutaqien
NIP. NIM. 1112016100053
94
Lembar Kerja Siswa
(pertemuan I)
Kelompok :
Nama : 1.
2.
3.
4.
5.
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan : meningkatkan pemahaman peserta didik dalam konsep materi jamur
Landasan Teori
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memanfaatkan jenis jamur tertentu dalam
pembuatan beberapa bahan makanan, misalnya tempe dan oncom. Jamur dikenal dengan
istilah kapang (mold), khamir (yeast), ragi, atau cendawan (mushroom). Istilah kapang (mold)
untuk menyebut jamur pada tahap reproduksi secara seksual (vegetatif). Pada tahap tersebut
misellium tumbuh dengan cepat dan menghasilkan banyak spora aseksual. Contohnya kapang
roti Rhizopus. Istilah ragi atau khamir digunakan untuk menyebut jamur bersel satu
(uniseluler). Istilah cendawan digunakan untuk menyebut jamur pada saat membentuk tubuh
buah, misalnya jamur merang.
Dalam istilah biologi jamur dikenal juga dengan istilah fungi. Ilmu yang
mempelajari jamur adalah mikologi. Yang berasal dari Bahasa yunani mykes (jamur) dan
logos (ilmu).
95
Struktur tubuh jamur tersusun oleh sel-sel eukariotik yang memilki dinding sel
dari zat kitin. Sel-sel penyusun tubuh jamur memanjang membentuk benang yang disebut
hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk miselium.
Alat dan Bahan
1. Buku tulis
2. Pulpen
3. Buku modul
4. internet
Prosedur
Peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai sumber untuk menjawab
pertanyaan dibawah ini.
Pertanyaan
1. jamur merupakan organisme yang memiliki ciri-ciri, sebagai berikut ?
Jawab :
2. cara hidup jamur dikelompokan menjadi 3, yaitu: (jelaskan!)
Jawab :
3. sebutkan dan jelaskan 4 divisi berdasarkan jenis hida dan cara reproduksinya
Jawab :
96
4. jelaskan siklus hidup Rhizopus sp. Dengan lengkap!
jawab :
97
Lembar Kerja Siswa
Kelompok :
Nama : 1.
2.
3.
4.
5.
4.6 menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan : meningkatkan pemahaman peserta didik dalam konsep materi jamur
Landasan Teori
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memanfaatkan jenis jamur tertentu dalam
pembuatan beberapa bahan makanan, misalnya tempe dan oncom. Jamur dikenal dengan
istilah kapang (mold), khamir (yeast), ragi, atau cendawan (mushroom). Istilah kapang (mold)
untuk menyebut jamur pada tahap reproduksi secara seksual (vegetatif). Pada tahap tersebut
misellium tumbuh dengan cepat dan menghasilkan banyak spora aseksual. Contohnya kapang
roti Rhizopus. Istilah ragi atau khamir digunakan untuk menyebut jamur bersel satu
(uniseluler). Istilah cendawan digunakan untuk menyebut jamur pada saat membentuk tubuh
buah, misalnya jamur merang.
98
Dalam istilah biologi jamur dikenal juga dengan istilah fungi. Ilmu yang
mempelajari jamur adalah mikologi. Yang berasal dari Bahasa yunani mykes (jamur) dan
logos (ilmu).
Struktur tubuh jamur tersusun oleh sel-sel eukariotik yang memilki dinding sel
dari zat kitin. Sel-sel penyusun tubuh jamur memanjang membentuk benang yang disebut
hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk miselium.
Alat dan Bahan
1. Buku tulis
2. Pulpen
3. Buku modul
4. internet
Prosedur
Peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai sumber untuk menjawab
pertanyaan dibawah ini.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. liken
b. mikoriza
Jawab :
2. Sebutkan 10 peranan jamur bagi manusia ?
Jawab :
99
3. Mengapa liken disebut sebagai organisme perintis? Jelaskan!
Jawab :
4.Dari beberapa pertanyaan dan diskusi yang telah anda lakukan bersama teman kelompok,
buatlah kesimpulan berkaitan dengan peranan jamur bagi kehidupan
jawab :
100
Lampiran 3
Kerjakanlah soal dibahawah ini dengan tepat dan benar !
Petunjuk khusus:
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tandan silang (X)
2. Pilihlah jawaban yang menurut andan benar dan tepat !
3. Kerjakanlah dengan jujur!
NAMA :
KELAS :
1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali....
a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler
2. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah
pada dinding selnya. Dinding sel pada jamur tersusun atas....
a. Klorofil
b. Lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein
3. Kumpulan sel-sel memanjang yang berupa benang-benang pada jamur
disebut....
a. Hifa
b. Miselium
c. Spora
d. Rhizoid
e. stolon
101
4. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut....
a. Miselium
b. Haustorium
c. Septa
d. Rhizoid
e. spora
5. Bagian jamur merang yang dapat dimakan adalah....
a. Hifa
b. Miselium
c. Basidium
d. tubuh buah
e. batang jamur
6. Haustorium pada jamur berfungsi sebagai....
a. sekat-sekat antarsel pada jamur
b. alat bernapas
c. penghasil spora
d. penyerap nutrisi dari tubuh inang
e. alat reproduksi
7. Tempat yang optimal untuk pertumbuhan jamur pada daerah....
a. Lembab
b. Kering
c. Basah
d. Berair
e. dingin
8. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. Hifa
b. Miselium
c. Stolon
d. Rhizoid
e. haustorium
9. Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan
adalah....
a. Fotosintesis
b. Heterotrof
c. Saprofit
d. Parasit
e. simbiosis
102
10. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang
sudah mati disebut....
a. Autrotof
b. Heterotrof
c. Epifit
d. Parasit
e. saprofit
11. Di bawah ini yang bukan merupakan spora seksual pada jamur adalah....
a. Zygospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Konidiospora
e. semua salah
12. Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi jamur baru
13. Jamur yang belum diketahui fase reproduksi seksualnya dikelompokkan ke
dalam....
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. oomycota
14. Perhatikan tabel berikut.
No Ciri-ciri Jenis Jamur
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di
dalam askus
- + -
4. Spora dibentuk di
dalam basidium
- - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-turut adalah.…
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota
103
15. Di bawah yang merupakan ciri-ciri jamur divisi zygomycota adalah....
a. hifa bersekat
b. hifa tak bersekat
c. memiliki satu inti sel
d. memiliki tubuh buah
e. dinding sel tidak mengandung zat kitin
16. Spora seksual pada jamur divisi zygomycota disebut....
a. Sporangium
b. Zigospora
c. Askospora
d. Basidiospora
e. sporangiospora
17. Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam....
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. oomycota
18. Sekantong roti yang disimpan di dalam lemari terlupakan selama seminggu.
Ketika dibuka roti terlihat kehitaman karena tertutup oleh jamur. Roti
yang berjamur tersebut juga berbau tidak enak, sehingga tidak layak
dikonsumsi atau sudah kadaluarsa. Dari kasus tersebut rumusan masalah yang
dapat dibuat, kecuali....
a. Mengapa roti cepat sekali tumbuh jamur?
b. Pernahkah Anda mengonsumsi roti yang sudah berjamur?
c. Jenis jamur apakah yang terdapat pada roti yang sudah kadaluarsa?
d. Samakah antara jenis jamur yang terdapat pada roti dengan jenis jamur
lainnya?
e. Apakah ada ciri-ciri tertentu antara jamur yang dapat dikonsumsi dengan
jamur yang beracun?
104
19. Perhatikan gambar di bawah ini!
Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....
a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid
20. Roti yang sudah kadaluarsa dan mengandung jamur sebaiknya dibuang saja
karena mengandung toksin. Jenis jamur tersebut adalah....
a. Amanita
b. Fusarium
c. Penicillium
d. Rhizopus
e. Neurospora
21. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.
1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur
tersebut masuk ke dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
105
22. Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi seksual jamur
zygomycota.
1. Meiosis
2. Kariogami
3. Plasmogami
4. Zigosporangium
5. Hifa – bergabung dengan hifa +
Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang tepat adalah....
a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 5 – 3 – 4 – 2 – 1
c. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5
e. 3 – 4 – 2 – 5 – 1
23. Saccharomyces adalah jamur bersel satu dari divisi ascomycota yang berperan
dalam pembuatan minuman beralkohol. Fungsi dari Saccharomyces adalah
mampu mengubah.…
a. glikogen menjadi alkohol
b. ragi menjadi alkohol
c. amilum menajdi alkohol
d. karbondioksida menjadi alkohol
e. glukosa menjadi alkohol
24. Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada sekumpulan jamur yang
hidup tak jauh dari pohon besar yang ada di pekarangan rumahnya. Jamur
tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki tudung yang
berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan, batangnya berwarna
cokelat muda dan dilindungi oleh selubung. Dari uraian tersebut, hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota
25. Spora aseksual pada jamur divisi deuteromycota adalah....
a. Zigospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Konidiospora
e. belum diketahui
26. Pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk liken adalah....
a. golongan lumut yang tidak memiliki klorofil
b. lumut yang hidup secara saprofit pada kayu mati
c. lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. simbiosis antara lumut dengan alga
106
27. Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut....
a. Liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium
28. Berikut ini pernyataan yang tidak benar mengenai fungsi dari mikoriza
adalah....
a. meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
b. menjadi penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar
c. meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan kelembaban
d. meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuhan
e. memindahkan nutrisi dari tanaman satu ke tanaman lain
29. Jamur yang dimanfaatkan dalam pembuatan oncom adalah....
a. Rhizopus sp.
b. Neurospora sp.
c. Saccharomyces cerevisiae
d. Volvariella volvaceae
e. Amanita muscaria
30. Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS, asma, dan
gangguan paru-paru kronis yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Penyakit
yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
107
Kunci Jawaban
1. A
2. C
3. B
4. C
5. D
6. D
7. A
8. E
9. A
10. E
11. D
12. E
108
13. D
14. B
15. B
16. B
17. A
18. B
19. C
20. D
21. A
22. D
23. E
24. C
25. C
26. D
27. C
28. E
29. B
30. B
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 4
Lembar Observasi Kegiatan Guru
Teams Games Tournament
Pertemuan 1
Petunjuk : berikan tanda ceklis pada kolom yang sesuai
Hari, tanggal :
Materi Pokok : Jamur
No Aspek yang diamati Keterlaksanaan
ya Tidak
1 Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam dan berdoa
Guru mengabsensi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menjelaskan tentang pembelajaran dengan
model teams games tournament
guru membagi siswa ke dalam kelompok yang
terdiri dari 5-6 orang
2 Kegiatan Inti
Tahap 1. Presentasi kelas
Menampilkan gambar jamur makroskopis beserta
bagian-bagiannya
Tahap 2 Belajar kelompok
Guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk mencari informasi dari buku LKS
dan internet
Tahap 3 Persiapan pertandingan
Guru mempersiapkan kartu soal yang berisi 5
pertanyaan kartu tersebut akan di pilih setiap
kelompok
116
Tahap 4 pertandingan
Memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok
sesuai kartu soal yang dipilih kelompok tersebut
Memberikan 5 pertanyaan tambahan yang sifatnya
rebutan kepada semua kelompok
Tahap 5 Penghargaan tim
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang paling banyak mendapatkan nilai
3 Kegiatan Akhir
Guru meminta perwakilan siswa untuk
memberikan kesimpulan
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
Catatan lain tentang pengelolaan pembelajaran:
….………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………
Bogor, November 2017
Observer
Deden Mulyadi, S. Pd
117
Lembar Observasi Kegiatan Guru
Teams Games Tournament
Pertemuan 2
Petunjuk : Berikan tanda ceklis pada kolom yang sesuai
Hari, tanggal :
Materi Pokok : Jamur
No Aspek yang diamati Keterlaksanaan
ya Tidak
1 Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam dan berdoa
Guru mengabsensi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru meminta siswa duduk dengan kelompoknya
masing-masing
2 Kegiatan Inti
Tahap 1. Presentasi kelas
Menampilkan gambar jamur makroskopis beserta
bagian-bagiannya
Tahap 2 Belajar kelompok
Guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk mencari informasi dari buku LKS
dan internet
Tahap 3 Persiapan pertandingan
Guru mempersiapkan kartu soal yang berisi 5
pertanyaan kartu tersebut akan di pilih setiap
kelompok
Tahap 4 pertandingan
Memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok
118
sesuai kartu soal yang dipilih kelompok tersebut
Memberikan 5 pertanyaan tambahan yang sifatnya
rebutan kepada semua kelompok
Tahap 5 Penghargaan tim
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang paling banyak mendapatkan nilai
3 Kegiatan Akhir
Guru meminta perwakilan siswa untuk
memberikan kesimpulan
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
Catatan lain tentang pengelolaan pembelajaran:
….………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………
Bogor, November 2017
Observer
Deden Mulyadi, S. Pd
119
Tahapan
Pembelajaran
Kegiatan Guru Pertemuan
1 2
ya tdk ya Tdk
1 Kegiatan awal
Pembukaan Membuka
pembelajaran dengan
memberi salam
Mengecek kesiapan
dan kehadiran siswa
Mengulas secara
sekilas materi
sebelumnya ”materi
tumbuhan tingkat
rendah”
Motivasi Mengaitkan materi
dengan contoh sehari-
hari
Apersepsi Merespon jawaban
siswa dan mengaitkan
pada materi yang akan
dipelajari
Menyebutkan
tujuan belajar
Menyebutkan
kompetensi yang akan
dicapai
2 Kegiatan inti
Elaborasi Membimbing siswa
untuk membentuk
kelompok
Kisi-Kisi Lembar Observasi (Kelompok Kontrol)
120
Memberikan
pengarahan pada siswa
mengenai hal yang
haris dilakukan dalam
kelompoknya
Menjelaskan materi
dengan power point
yang ditampilkan
tentang Zygomycota
dan Ascomycota
Memberikan LKS dan
membimbing siswa
untuk
mendiskusikannya
Meminta perwakilan
121
siswa untuk
mempresentasikan
hasil diskusinya
Menanggapi hasil
telaah siswa dan
memberikan informasi
yang sebenarnya
konfirmasi Meluruskan kesalahan
pemahaman dan
memberikan
penguatan terhadap
materi
Memberikan
kesempatan pada
siswa untuk bertanya
tentang hal yang
belum dimengerti
3 Kegiatan akhir
Kesimpulan Meminta siswa
menyimpulkan
pembelajaran
mengenai materi yang
bersangkutan
122
Mengetahui
Bogor, 25 Juli 2017
Guru Pamong
Deden Mulyadi, S.Pd
NIP.
Menguatan
kesimpulan siswa
Meminta
pengumpulan lembar
jawaban LKS
Memberikan
penghargaan kepada
kelompok dengan
kinerja baik
Memberi salam
123
Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Ke Dua
NO Tahapan
Pembelajaran
Kegiatan Siswa
(Kelompok Kontrol)
Pertemuan
1 2
ya tdk ya Tdk
1 Kegiatan awal
Pembukaan Menjawab salam
Siswa memperhatikan guru
yang sedang mengecek
kehadiran
Mengulas secara sekilas materi
sebelumnya ”materi
Zygomycota dan
Askomycota”
Motivasi Memperhatikan guru yang
sedang mangitkan materi
dengan contoh sehari-hari
Apersepsi Bertanya materi yang akan
dipelajari yaitu materi
Basidiomycota,
Deuteromycota
Menyebutkan
tujuan belajar
Memperhatiakan guru yang
sedang menyebutkan
kempetensi yang harus
dicapai
2 Kegiatan inti
Elaborasi Siswa masuk kedalam
kelompok yang sebelumnya
sudah dibuat
Memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan apa saja
124
yang dilakukan dalam
kelompok
Memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan materi
dengan power point
Mendiskusikan LKS yang
diberikan oleh guru
Perwakilan siswa
mempersentasikan hasil
diskusinya
Memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan
informasi sebenarnya
konfirmasi Mendengarkan penjelasan
guru
125
Bertanya kepada guru
tentang materi yang belum
jelas
3 Kegiatan akhir
Kesimpulan Siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari
Mendengarkan kesimpulan
yang dijelaskan oleh guru
Mengumpulkan lembar
jawaban LKS
Menerima penghargaan dari
guru
Menjawab salam
Mengetahui
Bogor, 25 Juli 2017
Guru Pamong
Deden Mulyadi, S.Pd
NIP.
126
Lampiran 5
KISI-KISI SOAL
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 90 menit
Jumlah Soal : 30 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar : 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk
menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksinya melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-
ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator Indikator
Soal
Jenjang
Kognitif Soal
No.
Soal
Mendeskripsik
an ciri-ciri
umum dan
struktur tubuh
jamur
Menyebutkan
ciri-ciri jamur
C2 Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur,
kecuali....
a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan
parasit
e. uniseluler dan multiseluler
1
Membedakan
jamur dengan
organisme
lain
C2 Faktor yang membedakan jamur dengan
organisme lain diantaranya adalah pada
dinding selnya. Dinding sel pada jamur
tersusun atas....
a. klorofil
b. lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
2
127
e. protein
Menyebutkan
bagian tubuh
jamur yang
berupa
kumpulan sel-
sel
memanjang
yang berupa
benang-
benang
C1 Kumpulan sel-sel memanjang yang
berupa benang-benang pada jamur
disebut....
a. hifa
b. miselium
c. spora
d. rhizoid
e. stolon
3
Menyebutkan
istilah sekat-
sekat antarsel
pada hifa
jamur
C1 Pada beberapa jenis jamur, hifa
memiliki sekat-sekat antarsel yang
disebut....
a. miselium
b. haustorium
c. septa
d. rhizoid
e. spora
4
Menyebutkan
bagian jamur
yang dapat
dimakan
C1 Bagian jamur merang yang dapat
dimakan adalah....
a. hifa
b. miselium
c. basidium
d. tubuh buah
e. batang jamur
5
Menjelaskan
fungsi
haustorium
pada jamur
C2 Haustorium pada jamur berfungsi
sebagai....
a. sekat-sekat antarsel pada jamur
b. alat bernapas
c. penghasil spora
d. penyerap nutrisi dari tubuh
inang
e. alat reproduksi
6
Menjelaskan
cara hidup dan
Menyebutkan
tempat yang
C1 Tempat yang optimal untuk
pertumbuhan jamur pada daerah....
7
128
reproduksi
jamur
optimal untuk
pertumbuhan
jamur
a. lembab
b. kering
c. basah
d. berair
e. dingin
Menyebutkan
bagian tubuh
jamur yang
berfungsi
untuk
meyerap
nutrisi
C1 Bagian tubuh jamur yang berfungsi
untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. hifa
b. miselium
c. stolon
d. rhizoid
e. haustorium
8
Memilih cara
jamur
memperoleh
makanan
C1 Di bawah ini yang bukan merupakan
cara jamur memperoleh makanan
adalah....
a. fotosintesis
b. heterotrof
c. saprofit
d. parasit
e. simbiosis
9
Menyebutkan
cara jamur
memperoleh
makanan
C1 Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan
cara menguraikan organisme yang sudah
mati disebut....
a. autrotof
b. heterotrof
c. epifit
d. parasit
e. saprofit
10
Menentukan
spora seksual
jamur
C3 Di bawah ini yang bukan merupakan
spora seksual pada jamur adalah....
a. zygospora
b. askospora
c. basidiospora
d. konidiospora
e. semua salah
11
129
Mengartikan
istilah
reproduksi
jamur dengan
konjugasi
C2 Reproduksi jamur secara fragmentasi
adalah....
a. peleburan antara spora jantan
dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan
hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk
zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan
betina
e. pemutusan hifa yang
kemudian akan menjadi jamur
baru
12
Mengklasifikas
ikan jamur
berdasarkan
divisinya
Mengidentifia
ksi jamur
berdasarkan
ciri
seksualnya
C2 Jamur yang belum diketahui fase
reproduksi seksualnya dikelompokkan
ke dalam....
a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
13
Menentukan
jenis jamur ke
dalam
divisinya
berdasarkan
tabel
C4 Perhatikan tabel berikut.
No Ciri-ciri Jenis Jamur
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di
dalam askus
- + -
4. Spora dibentuk di
dalam basidium
- - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur
A, B dan C berturut-turut adalah....
a. ascomycota – basidiomycota –
zygomycota
b. zygomycota – ascomycota –
basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota –
basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota –
deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota –
ascomycota
14
130
Mengidentifik
asi ciri-ciri
jamur divisi
zygomycota
C2 Di bawah yang merupakan ciri-ciri
jamur divisi zygomycota adalah....
a. hifa bersekat
b. hifa tak bersekat
c. memiliki satu inti sel
d. memiliki tubuh buah
e. dinding sel tidak mengandung
zat kitin
15
Menyebutkan
nama spora
seksual jamur
divisi
zygomycota
C1 Spora seksual pada jamur divisi
zygomycota disebut....
a. sporangium
b. zigospora
c. askospora
d. basidiospora
e. sporangiospora
16
Menggolongk
an jenis jamur
roti dan jamur
tempe ke
dalam divisi
tertentu
C2 Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke
dalam....
a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
17
Menentukan
rumusan
masalah pada
kasus roti
berjamur
C3 Sekantong roti yang disimpan di dalam
lemari terlupakan selama seminggu.
Ketika dibuka roti terlihat kehitaman
karena tertutup oleh jamur. Roti yang
berjamur tersebut juga berbau tidak
enak, sehingga tidak layak dikonsumsi
atau sudah kadaluarsa. Dari kasus
tersebut rumusan masalah yang dapat
dibuat, kecuali....
a. Mengapa roti cepat sekali
tumbuh jamur?
b. Pernahkah Anda
mengonsumsi roti yang sudah
berjamur?
c. Jenis jamur apakah yang terdapat
pada roti yang sudah kadaluarsa?
d. Samakah antara jenis jamur yang
terdapat pada roti dengan jenis
jamur lainnya?
e. Apakah ada ciri-ciri tertentu
18
131
antara jamur yang dapat
dikonsumsi dengan jamur yang
beracun?
Mengurutkan
bagian tubuh
Rhizopus sp.
C3 Perhatikan gambar di bawah ini!
Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4
adalah....
a. sporangium, rhizoid, stolon,
sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor,
rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor,
stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium,
rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium,
stolon, rhizoid
19
Menyebutkan
jenis jamur
yang
mengandung
toksin pada
roti
C2 Roti yang sudah kadaluarsa dan
mengandung jamur sebaiknya dibuang
saja karena mengandung toksin. Jenis
jamur tersebut adalah....
a. Amanita
b. Fusarium
c. Penicillium
d. Rhizopus
e. Neurospora
20
Menyimpulka
n divisi jamur
berdasarkan
C5 Dari hasil pengamatan jamur tampak
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Uniseluler atau multiseluler
21
132
ciri-cirinya 2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat
disimpulkan jamur
tersebut masuk ke dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
Memilih
urutan yang
tepat
mengenai
proses
reproduksi
seksual pada
jamur
zygomycota
C3 Berikut ini merupakan pernyataan
tentang reproduksi seksual jamur
zygomycota.
1. Meiosis 4.
Kariogami
2. Plasmogami 5.
Zigosporangium
3. Hifa – bergabung dengan hifa +
Urutan proses reproduksi seksual jamur
zygomycota yang tepat adalah....
a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 5 – 3 – 4 – 2 – 1
c. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5
e. 3 – 4 – 2 – 5 – 1
22
Menentukan
fungsi
Saccharomyce
s dalam
proses
pembuatan
minuman
beralkohol
C3 Saccharomyces adalah jamur bersel satu
dari divisi ascomycota yang berperan
dalam pembuatan minuman beralkohol.
Fungsi dari Saccharomyces adalah
mampu mengubah.…
a. glikogen menjadi alkohol
b. ragi menjadi alkohol
c. amilum menajdi alkohol
d. karbondioksida menjadi alkohol
e. glukosa menjadi alkohol
23
Menentukan
hipotesis
berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
C3 Ketika sedang menyiram tanaman,
Hasbi melihat ada sekumpulan jamur
yang hidup tak jauh dari pohon besar
yang ada di pekarangan rumahnya.
Jamur tersebut memiliki tubuh buah
berbentuk bulat telur, memiliki tudung
yang berbentuk seperti cawan berwarna
24
133
cokelat tua keabu-abuan, batangnya
berwarna cokelat muda dan dilindungi
oleh selubung. Dari uraian tersebut,
hipotesis yang dapat dirumuskan
adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi
zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi
ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari
divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi
deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi
oomycota
Menetapkan
ciri-ciri jamur
divisi
basidiomycota
C2 Berikut adalah beberapa ciri-ciri jamur.
1. Hifa bersekat, tidak memiliki tubuh
buah, reproduksi aseksual
2. Hifa bersekat, tidak memiliki tubuh
buah, reproduksi seksual dan
aseksual
3. Hifa bersekat, memiliki tubuh buah,
reproduksi seksual dan aseksual
4. Hifa tidak bersekat, memiliki tubuh
buah, reproduksi aseksual
5. Hifa tidak bersekat, memiliki tubuh
buah, reproduksi seksual dan
aseksual
Yang merupakan ciri-ciri jamur
basidiomycota adalah....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
25
Menjelaskan
simbiosis
jamur (lichen
dan mikoriza)
Menganalisis
simbion
pembentuk
liken
C4 Pernyataan yang benar mengenai
simbion pembentuk liken adalah....
a. golongan lumut yang tidak
memiliki klorofil
b. lumut yang hidup secara saprofit
pada kayu mati
c. lumut penyebab lapuknya kayu
dan batuan
26
134
d. simbiosis antara alga dan fungi
tertentu
e. simbiosis antara lumut dengan
alga
Menjelaskan
pengertian
mikoriza
C2 Simbiosis antara jamur dengan akar
tanaman disebut....
a. liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium
27
Menentukan
fungsi
mikoriza
C3 Berikut ini pernyataan yang tidak benar
mengenai fungsi dari mikoriza adalah....
a. meningkatkan absorpsi hara dari
dalam tanah
b. menjadi penghalang biologi
terhadap infeksi patogen akar
c. meningkatkan ketahanan
terhadap kekeringan dan
kelembaban
d. meningkatkan produksi hormon
pertumbuhan dan zat pengatur
tumbuhan
e. memindahkan nutrisi dari
tanaman satu ke tanaman lain
28
Menyebutkan
peranan jamur
bagi kehidupan
Menyebutkan
jenis jamur
yang
digunakan
untuk
membuat
tempe
C1 Jamur yang dimanfaatkan dalam
pembuatan oncom adalah....
a. Rhizopus sp.
b. Neurospora sp.
c. Saccharomyces cerevisiae
d. Volvariella volvaceae
e. Amanita muscaria
29
Menentukan
penyakit yang
disebabkan
oleh jamur
Aspergillus
sp.
C3 Penyakit ini muncul sebagai infeksi
sekunder pada penderita AIDS, asma,
dan gangguan paru-paru kronis yang
disebabkan oleh jamur Aspergillus sp.
Penyakit yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
30
135
Lampiran 6
Kisi-Kisi Instrumen penelitian
No indikator Aspek kognitif Jml
Soal
C1 C2 C3 C4 C5
1 3.6.1
Mengidentifikasi
ciri umu dan
struktur tubuh
jamur
3,4,5 1,2,6 6
2 3.6.2 Menjelaskan
cara hidup dan
reproduksi jamur
7,8,9,
10
12 11 6
3 3.6.3
Mengklasifikasikan
jamur berdasarkan
divisinya
16, 13,15,
17, 20
25
18,19,
22,
23, 24
14 21 13
4 3.6.4 menjelaskan
simbiosis jamur
dengan organisme
lain dan peran
jamur bagi
kehidupan sehari
hari
29 27 28,30 26, 5
jumlah 9 10 8 2 1 30
136
Lampiran 7
Kerjakanlah soal dibahawah ini dengan tepat dan benar !
Petunjuk khusus:
4. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tandan silang (X)
5. Pilihlah jawaban yang menurut andan benar dan tepat !
6. Kerjakanlah dengan jujur!
NAMA :
KELAS :
1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali....
a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler
2. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah
pada dinding selnya. Dinding sel pada jamur tersusun atas....
a. Klorofil
b. Lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein
3. Kumpulan sel-sel memanjang yang berupa benang-benang pada jamur
disebut....
a. Hifa
b. Miselium
c. Spora
d. Rhizoid
e. stolon
4. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut....
a. Miselium
b. Haustorium
c. Septa
d. Rhizoid
e. spora
137
5. Bagian jamur merang yang dapat dimakan adalah....
a. Hifa
b. Miselium
c. Basidium
d. tubuh buah
e. batang jamur
6. Haustorium pada jamur berfungsi sebagai....
a. sekat-sekat antarsel pada jamur
b. alat bernapas
c. penghasil spora
d. penyerap nutrisi dari tubuh inang
e. alat reproduksi
7. Tempat yang optimal untuk pertumbuhan jamur pada daerah....
a. Lembab
b. Kering
c. Basah
d. Berair
e. dingin
8. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. Hifa
b. Miselium
c. Stolon
d. Rhizoid
e. haustorium
9. Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan
adalah....
a. Fotosintesis
b. Heterotrof
c. Saprofit
d. Parasit
e. simbiosis
10. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang
sudah mati disebut....
a. Autrotof
b. Heterotrof
c. Epifit
d. Parasit
e. saprofit
138
11. Di bawah ini yang bukan merupakan spora seksual pada jamur adalah....
a. Zygospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Konidiospora
e. semua salah
12. Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi jamur baru
13. Jamur yang belum diketahui fase reproduksi seksualnya dikelompokkan ke
dalam....
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. oomycota
14. Perhatikan tabel berikut.
No Ciri-ciri Jenis Jamur
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di
dalam askus
- + -
4. Spora dibentuk di
dalam basidium
- - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-turut adalah.…
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota
15. Di bawah yang merupakan ciri-ciri jamur divisi zygomycota adalah....
a. hifa bersekat
b. hifa tak bersekat
c. memiliki satu inti sel
d. memiliki tubuh buah
e. dinding sel tidak mengandung zat kitin
139
16. Spora seksual pada jamur divisi zygomycota disebut....
a. Sporangium
b. Zigospora
c. Askospora
d. Basidiospora
e. sporangiospora
17. Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam....
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. oomycota
18. Sekantong roti yang disimpan di dalam lemari terlupakan selama seminggu.
Ketika dibuka roti terlihat kehitaman karena tertutup oleh jamur. Roti
yang berjamur tersebut juga berbau tidak enak, sehingga tidak layak
dikonsumsi atau sudah kadaluarsa. Dari kasus tersebut rumusan masalah yang
dapat dibuat, kecuali....
a. Mengapa roti cepat sekali tumbuh jamur?
b. Pernahkah Anda mengonsumsi roti yang sudah berjamur?
c. Jenis jamur apakah yang terdapat pada roti yang sudah kadaluarsa?
d. Samakah antara jenis jamur yang terdapat pada roti dengan jenis jamur
lainnya?
e. Apakah ada ciri-ciri tertentu antara jamur yang dapat dikonsumsi dengan
jamur yang beracun?
19. Perhatikan gambar di bawah ini!
Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....
a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid
140
20. Roti yang sudah kadaluarsa dan mengandung jamur sebaiknya dibuang saja
karena mengandung toksin. Jenis jamur tersebut adalah....
a. Amanita
b. Fusarium
c. Penicillium
d. Rhizopus
e. Neurospora
21. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.
1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur
tersebut masuk ke dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
22. Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi seksual jamur
zygomycota.
1. Meiosis
2. Kariogami
3. Plasmogami
4. Zigosporangium
5. Hifa – bergabung dengan hifa +
Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang tepat adalah....
a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 5 – 3 – 4 – 2 – 1
c. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5
e. 3 – 4 – 2 – 5 – 1
23. Saccharomyces adalah jamur bersel satu dari divisi ascomycota yang berperan
dalam pembuatan minuman beralkohol. Fungsi dari Saccharomyces adalah
mampu mengubah.…
a. glikogen menjadi alkohol
b. ragi menjadi alkohol
c. amilum menajdi alkohol
d. karbondioksida menjadi alkohol
e. glukosa menjadi alkohol
141
24. Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada sekumpulan jamur yang
hidup tak jauh dari pohon besar yang ada di pekarangan rumahnya. Jamur
tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki tudung yang
berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan, batangnya berwarna
cokelat muda dan dilindungi oleh selubung. Dari uraian tersebut, hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota
25. Spora aseksual pada jamur divisi deuteromycota adalah....
a. Zigospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Konidiospora
e. belum diketahui
26. Pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk liken adalah....
a. golongan lumut yang tidak memiliki klorofil
b. lumut yang hidup secara saprofit pada kayu mati
c. lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. simbiosis antara lumut dengan alga
27. Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut....
a. Liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium
28. Berikut ini pernyataan yang tidak benar mengenai fungsi dari mikoriza
adalah....
a. meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
b. menjadi penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar
c. meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan kelembaban
d. meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuhan
e. memindahkan nutrisi dari tanaman satu ke tanaman lain
29. Jamur yang dimanfaatkan dalam pembuatan oncom adalah....
a. Rhizopus sp.
b. Neurospora sp.
c. Saccharomyces cerevisiae
d. Volvariella volvaceae
e. Amanita muscaria
142
30. Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS, asma, dan
gangguan paru-paru kronis yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Penyakit
yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
143
Lampiran 8
144
145
146
Lampiran 12
147
top related