pengaruh gaya hidup dan sifat kepribadian terhadap...
Post on 20-Aug-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH GAYA HIDUP DAN SIFAT KEPRIBADIAN
TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Sri Hartini Hastuti
NIM: 11140700000010
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
PENGARUH GAYA HIDUP DAN SIFAT KEPRIBADIAN
TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Sri Hartini Hastuti
11140700000010
Pembimbing:
Bambang Suryadi, Ph.D
NIP: 19700529 200312 1 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH GAYA HIDUP DAN SIFAT
KEPRIBADIAN TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF” telah diajukan
dalam sidang munaqasyah pada tanggal 13 September 2018. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi
(S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 13 September 2018
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,M.si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Yufi Adriani, Ph.D Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog
NIP. 19820918 200901 2 006 NIP. 19780502 200801 2 026
Bambang Suryadi, Ph.D
19700529 200312 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
Jakarta, September 2018
Sri Hartini Hastuti
NIM: 11140700000010
MOTTO
Soul needs prayer like lungs need air.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya skripsi ini
untuk Ibu, Bapak dan Mba Shera.
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) September, 2018
C) Sri Hartini Hastuti
D) Pengaruh Gaya Hidup dan Sifat Kepribadian terhadap Pembelian Impulsif
E) xii + 89 + lampiran
F) Pembelian impulsif merupakan suatu fenomena yang penting untuk diteliti
karena perilaku berbelanja yang dilakukan secara spontan dan tidak
rasional ini dapat memberikan konsekuensi bagi pelakunya. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh gaya hidup dan sifat
kepribadian terhadap pembelian impulsif. Penulis berhipotesis bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan gaya hidup dan sifat kepribadian
terhadap pembelian impulsif.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berjumlah 22.176 orang. Adapun
sampel pada penelitian ini sebanyak 275 orang. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik non-probability sampling yaitu accidental sampling.
Penulis menggunakan alat ukur yang terdiri dari Impulsive Buying
Tendency (IBT), Activity Interest Opinion (AIO), dan Big Five Inventory
(BFI). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor
analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi
berganda (multiple regression).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan gaya hidup dan sifat kepribadian terhadap pembelian impulsif.
Hasil uji hipotesis menunjukkan empat variabel memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu, activity, conscientiousness, extraversion, dan neuroticism.
Sementara interest, opinion, openness, dan agreeableness tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif.
Implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan
dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Diantaranya, dengan
memperhatikan variabel lain yang mempengaruhi pembelian impulsif
seperti pengaruh emosi, hedonisme, atau lingkungan toko. Selain itu,
perlunya memperhatikan alat ukur yang dipilih dalam pengukuran
variabel.
G) Bahan bacaan: 71; buku: 7 + jurnal: 57 + artikel: 7
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) September, 2018
C) Sri Hartini Hastuti
D) Influence of Lifestyle and Personality Trait towards Impulsive Buying
Behaviour
E) xii + 89 + lampiran
F) Impulsive buying is an important phenomenon to examine because
spontaneous and irrational shopping behavior can have consequences for
the perpetrators. This study aimed to examine influence of lifestyle and
trait personality of impulsive buying. The author hypothesizes that there is
a significant influence of lifestyle and trait personality on impulsive
buying.
The populations in this research are 22.176 students of Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. There are 275 sample in this
research. The sample were took using non-probability sampling technique
that is accidental sampling. The researcher using measurement instrument
consist of Impulsive Buying Tendency (IBT), Activity Interest Opinion
(AIO), and Big Five Inventory (BFI). Test the validity of the measuring
instrument using confirmatory factor analysis (CFA) technique. Data
analysis using multiple regression analysis technique.
The results of this study indicate that there is a significant
influence of lifestyle and trait personality on impulsive buying. The result
of the hypotheses showed four variables have significant influence which
is, activity, conscientiousness, extraversion, and neuroticism. While
interest, opinion, openness, and agreeableness do not have a significant
effect on impulsive buying.
Implication of this study can be reviewed and developed in next
study. Like observe other variables which influencing impulsive buying
such as the effect of emotion, hedonism, or store environment. The
important thing to do is to watch selected measuring instrument for
measure that variables.
G) References: 71; book: 7 + journal: 57 + article: 7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk pikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas segala bimbingan, waktu dan tenaga yang
diberikan selama penulis menjalani perkuliahan.
2. Bambang Suryadi, Ph.D, Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis banyak mendapatkan saran pengetahuan serta wawasan dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas waktu dan bimbingan
yang telah diberikan.
3. Ikhwan Luthfi, M.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik Psikologi
kelas A angkatan 2014, terimakasih atas bimbingannya selama penulis
menjalani masa perkuliahan.
4. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan memberikan ilmu serta wawasan bagi penulis. Para
staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan bagi penulis dalam proses
administrasi.
5. Kedua orang tua penulis Bapak Handono dan Ibu Warsi, terima kasih yang
tak terhingga untuk setiap dukungan (baik moril, material dan spiritual)
serta doa tulus yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis dalam
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Serta saudara penulis, Shera May
Karani terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan.
6. Sahabat-sahabat penulis (Conita Lutfiyah, Hanna Marischa, Tiara Ersha,
Trya Dara, dan Usni Dwi Ambar). Terimakasih telah memberikan banyak
dukungan, bantuan, motivasi, dan hiburan dari awal perkuliahan hingga
saat ini, penulis sangat bersyukur dipertemukan dengan sahabat-sahabat
yang luar biasa hebat seperti mereka.
7. Sahabat penulis sejak SMA (Cytra Lestary Kinasih, Dian Ambariani,
Ulfah Nadhira, dan Hera Puspa) yang selalu menjadi tempat berbagi cerita
dan cita-cita. Terimakasih atas dorongan semangat yang selalu
diberikan.dan menjadi bagian dari perjalanan kehidupan.
8. Teman-teman Psikologi 2014 dan kelas A. Khususnya Berliana
Nurjannah, Diah Lestari, dan Nabila Zanlee. Terimakasih atas canda tawa
dan bantuan yang telah diberikan.
9. Kepada seluruh responden terima kasih banyak telah meluangkan
waktunya dan bersedia membantu untuk mengisi kuesioner penelitian.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
untuk segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar
skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan bagi
yang membacanya dan berkeinginan untuk mengembangkan penelitian ini
lebih lanjut.
Jakarta, September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1-11
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 8
1.2.1. Pembatasan Masalah .......................................................... 8
1.2.2. Perumusan Masalah ........................................................... 9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 10
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................. 10
1.3.2. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................... 12-35
2.1. Pembelian Impulsif ..................................................................... 12
2.1.1. Definisi Pembelian Impulsif ............................................ 12
2.1.2. Faktor yang memengaruhi Pembelian Impulsif ................. 13
2.1.3. Dimensi Pembelian Impulsif ............................................. 16
2.1.4. Alat Ukur Pembelian Impulsif .......................................... 17
2.2. Gaya Hidup ................................................................................ 19
2.2.1. Definisi Gaya Hidup ......................................................... 19
2.2.2. Dimensi Gaya Hidup ........................................................ 20
2.2.3. Alat Ukur Gaya Hidup ...................................................... 21
2.3. Kepribadian ................................................................................ 23
2.3.1. Definisi Kepribadian......................................................... 23
2.3.2. Dimensi Kepribadian ........................................................ 25
2.3.3. Alat Ukur Kepribadian ..................................................... 26
2.5. Kerangka Berpikir ...................................................................... 28
2.6. Hipotesis Penelitian .................................................................... 34
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 36-62
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 36
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 37
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 39
3.3.1. Pembelian Impulsif ........................................................... 40
3.3.2. Gaya Hidup ...................................................................... 41
3.3.3. Kepribadian ...................................................................... 42
3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................ 42
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Pembelian Impulsif ....................... 45
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Gaya Hidup .................................. 46
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Kepribadian .................................. 52
3.5. Teknik Analisis Data .................................................................. 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................... 63-76
4.1. Gambaran Subjek Penelitian ...................................................... 63
4.2. Hasil Analisis Deskripsi ............................................................. 64
4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel .............................................. 66
4.3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 69
4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ................................ 69
4.4.2. Proporsi Varians Independent Variable ............................ 74
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 77-90
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 77
5.2. Diskusi ...................................................................................... 77
5.3. Saran .......................................................................................... 87
5.3.1. Saran Teoritis ................................................................... 87
5.3.2. Saran Praktis .................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90
LAMPIRAN ............................................................................................... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Costa and McCrae’s Five-Factor Model of Personality ................. 26
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel...................................................................... 36
Tabel 3.2 Skor Pengukuran Skala .................................................................. 39
Tabel 3.3 Blue Print Skala Pembelian Impulsif ............................................. 40
Tabel 3.4 Blue Print Skala Gaya Hidup ......................................................... 41
Tabel 3.5 Blue Print Skala Kepribadian ........................................................ 42
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif ........................................ 46
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Activity .......................................................... 48
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Interests ......................................................... 49
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Opinion.......................................................... 51
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Openness ...................................................... 52
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Conscientiousness ......................................... 54
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Extraversion ................................................. 56
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Agreeableness .......................................... ... 57
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Neuroticism .................................................. 59
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .............................................. 63
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif .................................................................... ... 65
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ............................................................. 66
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................ 66
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ............................................. ... 70
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV .............................. 70
Tabel 4.7 Koefisien Regresi .......................................................................... 71
Tabel 4.8 Proporsi Varians Independent Variable ......................................... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian ............................................ 33
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Pembelian Impulsif .................................. 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Surat Izin Penelitian ................................................................98
Lampiran2 Kuesioner Penelitian ...............................................................99
Lampiran3 Output CFA .......................................................................... 106
Lampiran4 Output Deskriptif dan Hasil Uji Regresi ................................ 115
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelian impulsif (impulsive buying) merupakan fenomena umum di
masyarakat yang menarik dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi tantangan
bagi periset pasar karena sifatnya yang kompleks (Ekeng et.al 2012; Awan &
Abbas, 2015; Muruganantham & Bhakat, 2013; Parakh et.al 2016). Salah satu
perubahan penting yang kita saksikan di kalangan konsumen akhir-akhir ini yaitu
pembelian impulsif (Iram & Chacharkar, 2017). Pola perilaku konsumen
Indonesia dengan keunikannya yang beragam adalah karena tingginya tingkat
heterogenitas, antara lain karena perbedaan suku dan regionalisme (Putra et.al
2017). Pembelian impulsif memiliki karakteristik tertentu yang mendorong
mereka dalam melakukan pembelian impulsif (Mendenhall, 2015).
Fenomena ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari orang dewasa
yang tinggal di kota metropolitan yang memiliki kebutuhan konstan untuk
mencapai beberapa tingkat standar sosial. Ini merupakan sarana untuk memenuhi
kebutuhan sosial, dengan tindakan seperti bersantai di kafe dan menghabiskan
waktu di mall dengan teman sebayanya (Pradipto et.al. 2016). Fenomena ini
bahwa orang sering melakukan pembelian yang awalnya tidak mereka inginkan
atau produk yang sama sekali tidak mereka butuhkan, tetapi karena beberapa
alasan yang tidak diketahui, mereka membuat keputusan (Ahmed et.al. 2015).
Faktor lain dari konsumen yaitu ingin terlihat berbeda di lingkungan sekitarnya.
Karena manusia bukan hanya makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk
simbolis. Dengan demikian dapat memicu seseorang untuk berperilaku impulsif
dalam berbelanja (Putra et.al 2017).
Konsumen di Indonesia memiliki keunikan karakteristik, salah satunya
cenderung impulsif saat berbelanja karena konsumen Indonesia memiliki
kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak terencana (Putra et.al
2017). Secara psikologis, individu yang biasa melakukan pembelian impulsif
dapat dibagi menjadi tiga karakteristik: (1) keinginan untuk kesenangan, (2)
pengendalian diri, (3) kebutuhan untuk mengesankan orang lain. Tidak hanya tiga
karakteristik yang memengaruhi pembelian impulsif, tetapi media iklan dapat
memengaruhi untuk pembelian impulsif (Mendenhall, 2015). Konsumen baik pria
maupun wanita memiliki potensi yang sama untuk perilaku impulsif dalam
berbelanja (Putra et.al 2017). Jenis kelamin merupakan faktor lain yang
memengaruhi pembelian impulsif. Ketika jenis kelamin berbeda, maka persepsi
mengkonsumsi produk juga berbeda. Pria dan wanita memiliki karakteristik yang
berbeda secara mendasar. Setiap jenis kelamin memiliki karakteristik yang
melekat, konsumen wanita menunjukkan lebih banyak kepekaan, kehangatan dan
kecemasan. Sebaliknya, stabilitas emosi dan kewaspadaan lebih khas pada
karakteristik pria (Lakshmi et.al 2017).
Kecenderungan perilaku impulsif seseorang adalah pada tingkat usia 18-39
tahun. CNN Indonesia mengungkapkan bahwa generasi millennial (generasi yang
lahir pada 1990-an hingga awal 2000-an) merupakan generasi yang tumbuh
karena dukungan pengembangan teknologi, bahwa setengah generasi milenial
adalah pelanggan yang paling impulsif di Asia Pasifik, dimana pada setengah dari
pembelian dilakukan secara spontan diatas rata-rata (Putra et.al 2017). Sebagai
tambahan, penelitian terbaru melaporkan bahwa generasi Millennial lebih
mungkin melakukan pembelian impulsif untuk memanjakan diri daripada generasi
lainnya (Amos et.al 2014).
Semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan seperti supermarket,
mall, dan gerai ritel menunjukan adanya peningkatan dalam pembelian impulsif
(Raju et.al 2015). Jumlah mall di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 250 mall
yang terbesar di seluruh Indonesia yang terus tumbuh dengan total luas 4,5 juta
meter persegi pada 2016 dan sekitar 2% hingga 2017. Jadi tidak salah untuk
mengatakan bahwa mall merupakan tempat rekreasi perkotaan (Putra et.al 2017).
Pada bulan Juni 2011, Nielsen menyatakan bahwa pembeli di Indonesia
menjadi lebih impulsif. Indikasinya adalah sebagai berikut: Dari tahun 2003 -
2011, telah terjadi perubahan pola pembelian, dimana telah terjadi pergeseran dari
69% dari pembeli pada tahun 2003 mengatakan bahwa mereka mungkin akan
membeli barang tambahan yang bergeser ke 39% pembeli pada tahun 2011
dengan mengatakan bahwa mereka selalu membeli barang tambahan. Dari tahun
2008 - 2011, terjadi kenaikan 16% (dari 5% menjadi 21%) pembeli yang biasa
mengunjungi toko yang menawarkan penawaran menarik dan kupon yang
dipromosikan melalui surat kabar dan selebaran. Indikasi ini diperoleh melalui
wawancara langsung dengan 1.804 responden di Jakarta, Bandung, Surabaya,
Makasar, dan Medan (Dameyasani et.al. 2013).
Konsumen merupakan target pasar yang harus selalu menjadi perhatian
dalam rangka memenangkan persaingan. Pemasar akan sukses jika bisa
memahami karakteristik konsumennya (Aqmala & Farida, 2014). Pemasar
merancang strategi baru untuk meyakinkan konsumen agar produk mereka layak
dibeli meski tidak dicari pada saat pembelian (Ebitu & Tom, 2015). Mereka
mencoba memperbaiki toko dan mempresentasikan produk ke konsumen
sedemikian rupa sehingga bisa menarik perhatian. Salah satu yang memengaruhi
sebagian besar konsumen adalah melihat produk gratis dan diskon yang
ditawarkan oleh toko (Vishnu & Raheem, 2013). Selain itu, musik telah lama
dianggap sebagai cara yang efisien dan efektif untuk menciptakan suasana hati
yang positif dan berkomunikasi secara nonverbal (Saad & Metawie, 2015).
Konsumen menghadapi godaan untuk membeli barang-barang yang tidak
ada dalam daftar belanja mereka. Godaan untuk melakukan pembelian yang tidak
perlu ini akhirnya mengarah pada pembelian impulsif (Ebitu & Tom, 2015).
Godaan pembelian impulsif sering terjadi karena kontak sensorik (misalnya
kedekatan rangsangan produk) dan ditambah dengan faktor situasional (misalnya
faktor mood), dan faktor individual (misalnya sifat pembelian impulsif). Oleh
karena itu, ketika orang melakukan pembelian impulsif mereka sering tergoda
(Amos et.al 2014).
Bagi kebanyakan pembeli, berbelanja di akhir pekan cenderung impulsif
daripada hari biasa. Karena pada umumnya, mereka merasa berbelanja merupakan
kegiatan yang santai dan untuk memenuhi kebutuhan. Alasan utama dibalik
dorongan pelanggan untuk pembelian impulsif adalah faktor dari visual
merchandising. Karena teknik ini dapat digunakan untuk menghasilkan dorongan
pada konsumen (Raju et.al 2015). Dengan demikian, konsumen harus lebih sadar
akan usaha pemasar untuk memanipulasi suasana hati mereka untuk memengaruhi
keputusan pembelian. Selain itu, konsumen dapat mengurangi belanja dengan cara
membeli yang dibutuhkan saja dan hanya membawa uang tunai yang cukup untuk
pembelian yang diperlukan (Saad & Metawie, 2015).
Ciri khas konsumen di Indonesia memiliki pola pembelian yang tidak
terencana. Pembelian impulsif bisa terjadi dimana saja dan kapan saja (Aqmala &
Farida, 2014). Pembelian impulsif bisa menjadi perilaku pembelian yang tidak
masuk akal. Di sisi lain, pembelian impulsif dapat dilihat secara positif bahwa ia
menawarkan pemenuhan emosional seperti kebahagiaan saat direncanakan dan
proses pembelian rasional dapat dipandang sebagai tanggung jawab (Chung et.al
2015). Selain itu, suasana hati dapat memicu pembelian impulsif. Suasana hati
yang positif sangat mungkin memengaruhi individu untuk melakukan pembelian
impulsif agar dapat membeli sesuatu untuk memanjakan diri dan adanya
kenikmatan dalam melakukan pembelian. Di sisi lain, suasana negatif dapat
menyebabkan individu untuk menghibur diri, dimana orang itu berusaha untuk
menyingkirkan depresi atau mengusir suasana hati yang buruk (Bessouh &
Belkhir, 2018).
Berdasarkan tinjauan literatur yang ada, perilaku pembelian dipengaruhi
oleh kepribadian dan gaya hidup (Anitha, 2016). Banyak faktor yang
memengaruhi dorongan pembelian konsumen, baik di dalam toko maupun online.
Ini menunjukan bahwa ada banyak ruang untuk penelitian lebih lanjut dalam arah
yang sama terkait dengan pembelian impulsif (Bhuvaneswari & Krishnan, 2015).
Penyebab pembelian impulsif sangat beragam dan dipengaruhi oleh
sejumlah faktor. Faktor yang memengaruhinya yaitu faktor internal, faktor
eksternal, faktor situasional, dan faktor demografi (Muruganantham & Bhakat,
2013; Lukito & Tulipa, 2016). Faktor internal meliputi (gaya hidup, kepribadian,
emosi). Faktor eksternal meliputi (promosi penjualan). Faktor situasional meliputi
(produk baru). Faktor demografi meliputi (jenis kelamin, usia, pendapatan)
(Bashir et.al. 2013; Muruganantham & Bhakat, 2013).
Gaya hidup konsumen merupakan salah satu faktor paling berpengaruh
yang membuat individu melakukan pembelian. Ketika produk yang diinginkan
sesuai dengan kepribadiannya, maka kebutuhan atau keinginannya tentang gaya
hidup terpenuhi (Zahra & Awan, 2017). Gaya hidup belanja juga bisa berdampak
pada perilaku pembelian impulsif. Gaya hidup belanja mengacu pada pola
konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang tentang bagaimana
menghabiskan waktu dan uang (Tambuwun, 2016). Gaya hidup seseorang
memengaruhi partisipasi dalam kelompok sosial dan hubungannya dengan orang
lain (Sathish & Rajamohan, 2012; Khan et.al. 2011). Berbeda dengan konsumen
di masa lalu, konsumen saat ini cenderung mengejar gaya belanja hedonik melalui
pengalaman pembelian impulsif yang dengan mudah dilihat pada perilaku
pembelian. Banyak konsumen yang memiliki gaya pembelian impulsif bukan
karena mereka membutuhkan produk. Namun untuk memiliki kesenangan yang
berasal dari pembelian (Chung et.al 2015).
Faktor selanjutnya adalah sifat kepribadian. Kepribadian individu
memiliki dampak yang luar biasa pada pembelian impulsif. Karakteristik
kepribadian individu berbeda satu sama lain dan kecenderungan impulsifnya juga
berbeda. Perilaku pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh sifat kepribadian
(Mathai & Haridas, 2014). Studi menunjukan bahwa ciri kepribadian dapat
berkontribusi pada tingkat kecenderungan untuk melakukan pembelian impulsif
(Vazifehdoost et.al 2014).
Sifat kepribadian merupakan salah satu sumber utama keputusan (Gohary
& Hanzaee, 2014). Mayoritas pelanggan memutuskan pembelian mereka di dalam
toko. Karena adanya rangsangan di toko, ketersediaan kartu kredit, pengaruh
penjualan dan terkadang karena sifat kepribadian (Mathai & Haridas, 2014).
Karakteristik konsumen merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi
kecenderungan seseorang terhadap perilaku impulsif dalam berbelanja (Putra et.al
2017).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, banyak faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan pembelian impulsif. Pada penelitian ini
penulis akan memfokuskan terhadap dua faktor yaitu gaya hidup dan sifat
kepribadian. Penulis masih jarang sekali menemukan penggunaan variabel gaya
hidup dan sifat kepribadian secara bersamaan untuk melihat pengaruhnya terhadap
pembelian impulsif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh
Gaya Hidup dan Sifat Kepribadian terhadap Pembelian Impulsif”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pembelian impulsif,
diantaranya faktor internal, faktor eksternal, faktor situasional dan faktor
demografi. Pada penelitian ini hanya menggunakan faktor internal saja, yaitu gaya
hidup dan kepribadian. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,
rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian adalah:
1. Pembelian impulsif
Pembelian impulsif (impulsive buying) yang dimaksud dalam penelitian ini
dibatasi pada pembelian yang tidak rasional dengan mengacu kepada teori
Verplanken & Herabadi (2001), yang memiliki dua dimensi yaitu cognitive
dan affective.
2. Gaya hidup
Gaya hidup (lifestyle) yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada gaya
hidup yang mengukur aktivitas dalam hal bagaimana mereka menghabiskan
waktu, apa yang mereka minati, pendapat mereka menurut pandangan mereka
tentang diri dan lingkungan sekitar, dengan mengacu kepada teori Plummer
(1974), yang memiliki tiga dimensi yaitu activity, interests dan opinion.
3. Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan teori The
Big Five Personality Trait yang merupakan suatu pendekatan dalam melihat
manusia melalui sifat yang terdiri atas lima domain kepribadian. Adapun
dimensi-dimensi sifat kepribadian yaitu Openness, Conscientiousness,
Extraversion, Agreeableness dan Neuroticism.
4. Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibatasi pada mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian adalah:
1. Apakah ada pengaruh gaya hidup (activity, interests, opinion) dan sifat
kepribadian (openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
neuroticism) terhadap pembelian impulsif?
2. Apakah ada pengaruh dimensi activity pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
3. Apakah ada pengaruh dimensi interests pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
4. Apakah ada pengaruh dimensi opinion pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
5. Apakah ada pengaruh dimensi openness pada variabel sifat kepribadian
terhadap pembelian impulsif?
6. Apakah ada pengaruh dimensi conscientiousness pada variabel sifat
kepribadian terhadap pembelian impulsif?
7. Apakah ada pengaruh dimensi extraversion pada variabel sifat kepribadian
terhadap pembelian impulsif?
8. Apakah ada pengaruh dimensi agreeableness pada variabel sifat kepribadian
terhadap pembelian impulsif?
9. Apakah ada pengaruh dimensi neuroticism pada variabel sifat kepribadian
terhadap pembelian impulsif?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua hal, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari gaya
hidup dan sifat kepribadian terhadap pembelian impulsif.
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen yang diajukan (activity, interests, opinion, openness,
conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism) terhadap
pembelian impulsif.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu sebagai berikut :
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
psikologi, khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Bagi penulis sendiri,
guna mempelajari dan mengembangkan motif konsumen dalam
melakukan pembelian secara impulsif. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumber data tambahan bagi perkembangan studi tentang gaya hidup, sifat
kepribadian dan pembelian impulsif.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui fakta mengenai perilaku
pembelian impulsif. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan pengetahuan
mengenai faktor yang mampu memicu terjadinya pembelian impulsif.
Hasil penelitian yang terkait dengan sifat kepribadian yang memengaruhi
perilaku pembelian impulsif dapat dimanfaatkan bagi individu ataupun
masyarakat untuk mengontrol perilaku pembelian impulsif.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pembelian Impulsif
2.1.1 Definisi Pembelian Impulsif
Dalam beberapa tahun terakhir, pembelian impulsif terus berkembang.
Banyak ilmuwan yang telah berusaha menjelaskan fenomena tersebut. Pembelian
impulsif adalah cara untuk menyalurkan atau mengatasi emosi. Dalam konteks
emosi positif, pembelian impulsif berfungsi sebagai cara untuk menghargai diri
sendiri. Dalam emosi negatif, pembelian impulsif berfungsi sebagai cara untuk
menghibur diri sendiri. Pembelian impulsif yaitu sebagai pembelian yang tidak
rasional (Verplanken & Herabadi, 2001).
Banerjee dan Saha (2012) menjelaskan bahwa pembelian impulsif
merupakan pembelian tidak terencana yang disebabkan oleh stimulus. Stimulus
diberikan melalui rangsangan sensorik yang memungkinkan untuk menyentuh
produk, dengan informasi yang jelas tentang penawaran dan membantu konsumen
mengingat apa yang mereka butuhkan. Bessouh et.al (2013), menambahkan
pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan meski tidak direncanakan
sebelum masuk ke toko.
Namun berdasarkan pendapat Aqmala dan Farida (2014) pembelian
impulsif yaitu kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, refleks,
mendadak, dan otomatis. Pembelian impulsif merupakan tindakan alami dan
merupakan reaksi cepat yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Menurut
Zhou dan Gu (2015) pembelian impulsif umumnya dianggap identik dengan
pembelian tidak terencana, yang menggambarkan pembelian apapun yang dibuat
pembelanja namun belum direncanakan sebelumnya.
Selanjutnya, pembelian impulsif dapat didefinisikan sebagai perilaku
reaktif yang sering melibatkan tindakan langsung terhadap rangsangan. Perilaku
reaktif ini tidak serta merta dihubungkan dengan kebutuhan fungsional produk,
namun dengan kesenangan dan aspek simbolis (nilai hedonis) yang diberikan oleh
pengalaman membeli dan menggunakan produk (Cunha & Silva, 2015).
Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembelian
impulsif merupakan pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak terencana, diikuti oleh adanya konflik fikiran dan
dorongan emosional. Dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya
perasaan intens yang ditunjukan dengan melakukan pembelian karena adanya
dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, merasakan kepuasan dan
mengalami konflik di dalam pikiran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teori dari Verplanken & Herabadi (2001), pembelian impulsif sebagai pembelian
yang tidak rasional.
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian Impulsif
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembelian impulsif,
diantaranya:
1. Faktor Internal
a) Gaya hidup
Konsumen merupakan fondasi dasar setiap bisnis. Saat ini konsumen melihat,
berpikir, memilih dan membeli produk sesuai gaya hidupnya dan menjadi
kesempatan bagi pemasar untuk menyempurnakan penawaran dan mencapai
kepuasan konsumen (Pandey, A. C., & Pandey, M. K. 2013).
b) Kepribadian
Kecenderungan pembelian impulsif dapat dikaitkan dengan sifat kepribadian
yang kurang terkontrol. Dimana pembelian impulsif tidak memiliki kontrol
kognitif karena tidak membeli secara impulsif. Sifat impulsif menunjukan
bahwa karakteristik umum impulsivitas dapat menyebabkan tindakan impulsif
dalam konteks konsumsi tertentu (Saad & Metawie, 2015).
c) Emosi
Setiap peristiwa pembelian merupakan pengalaman bagi konsumen, dimana
emosi memainkan peran dalam pengambilan keputusan. Kesenjangan antara
keinginan untuk membeli sesuatu dan pembelian yang sebenarnya adalah
ruang dimana emosi memainkan peran utama (Nair & Das, 2015).
2. Faktor Eksternal
a) Promosi Penjualan
Promosi penjualan dapat memanipulasi konsumen untuk membeli produk.
Tren ini telah meningkatkan penjualan produk dengan menawarkan diskon
yang diberikan oleh pemasar kepada pembeli. Ini terbukti bahwa konsumen
akan membeli lebih banyak dari yang mereka harapkan (Iram & Chacharkar,
2017).
3. Faktor Situasional
a) Produk Baru
Tingkat pengetahuan konsumen tentang produk baru memiliki pengaruh
positif terhadap niat membeli dan pembelian impulsif. Oleh karena itu, kata
dari mulut ke mulut dan opini orang lain memainkan peran penting dalam
menyusun pengetahuan mereka mengenai produk baru (Harmancioglu et.al
2009).
4. Faktor demografi
a) Usia
Berbagai peneliti telah mencoba menjalin hubungan antara usia dan perilaku
pembelian impulsif. Beberapa peneliti menemukan bahwa konsumen yang
lebih muda cenderung melakukan pembelian impulsif (Luniya & Verghese,
2015).
b) Jenis Kelamin
Beberapa penelitian meneliti peran gender dalam perilaku pembelian impulsif.
Secara umum dapat diamati bahwa wanita lebih condong ke arah belanja dan
wanita cenderung impulsif dibandingkan dengan pria (Luniya & Verghese,
2015).
c) Pendapatan
Pembelian impulsif sebagian besar dipengaruhi oleh pendapatan. Peneliti
menemukan bahwa konsumen dengan pendapatan lebih tinggi biasanya
memiliki kebiasaan untuk belanja lebih banyak (Luniya & Verghese, 2015).
Berdasarkan keterangan diatas pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh
faktor internal, faktor eksternal, faktor situasional, dan faktor demografi.
Faktor tersebut dapat menjadi penyebab meningkatnya pembelian impulsif.
Faktor internal (gaya hidup dan kepribadian) merupakan faktor yang akan
diteliti dalam penelitian ini.
2.1.3 Dimensi-dimensi Pembelian Impulsif
Verplanken & Herabadi (2001) membagi pembelian impulsif menjadi dua
dimensi, yaitu:
1. Kognitif
Kognitif menyangkut kurangnya perencanaan dan pertimbangan saat
melakukan pembelian. Kognitif berbanding terbalik dengan kesadaran,
kebutuhan pribadi akan struktur, dan kebutuhan untuk dievaluasi.
2. Afektif
Afektif menyangkut perasaan senang dan gembira, dorongan untuk membeli,
sulitnya meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal. Afektif terkait
dengan kurangnya otonomi dan orientasi tindakan.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti menggunakan dimensi Verplanken &
Herabadi (2001). Dimensi pembelian impulsif yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kognitif dan afektif. Karena dimensi tersebut berhubungan
langsung dengan pembelian impulsif.
2.1.4 Alat Ukur Pembelian Impulsif
Adapun pengukuran yang digunakan dalam mengukur pembelian impulsif,
yaitu :
1. Impulsive Buying Tendency (IBT). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Verplanken dan Herabadi (2001), yang terdiri dari 20-item. Alat ukur ini
dibagi menjadi dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Dimensi kognitif
melihat kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan dimensi afektif
mengukur perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan, kontrol yang rendah
dan rasa penyesalan. Koefisien alpha dari kognitif = 0,91 dan untuk dimensi
afektif sebesar = 0,83 Verplanken dan Herabadi (2001).
2. Hedonic Shopping Motivation (HSC). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Hausman (2000), yang terdiri dari 7-item. Alat ukur ini digunakan untuk
mengukur kecenderungan hedonik pada konsumen (Lins et.al., 2015).
3. Materialism (MVS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Richins and Dawson
(1992), yang terdiri dari 18-item. Alat ukur ini mengukur materialisme pada
konsumen. Richins dan Dawson mengkonseptualisasikan nilai material
mencakup tiga domain: penggunaan harta benda kepada menilai keberhasilan
orang lain dan diri sendiri, sentralitas kepemilikan dalam kehidupan
seseorang, dan kepercayaan bahwa kepemilikan dan pembebasannya
menyebabkan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Singkatnya, domain ini
disebut sebagai domain kesuksesan, sentralitas, dan kebahagiaan (Richins,
2004).
Pada penelitian ini penulis menggunakan Impulsive Buying Tendency
(IBT) yang dikembangkan Verplanken dan Herabadi (2001) dan digunakan
untuk mengukur pembelian impulsif. Alasan penulisan menggunakan alat
ukur ini adalah karena dimensi-dimensi IBT (cognitive dan affective) sesuai
dengan hal yang akan diukur. Selain itu, IBT memiliki koefisien alpha dari
kognitif sebesar 0,91 dan untuk dimensi afektif sebesar 0,83 sehingga dapat
dikatakan reliabel.
2.2 Gaya Hidup
2.2.1 Definisi Gaya Hidup
Menurut Plummer (1974) gaya hidup mengukur aktivitas orang dalam hal
bagaimana mereka menghabiskan waktu, apa yang mereka minati, pendapat
mereka menurut pandangan mereka tentang diri dan lingkungan sekitar, dan
beberapa karakteristik dasar seperti tahap dalam siklus kehidupan.
Sementara itu Adler, gaya hidup digunakan untuk mengacu pada rasa
hidup seseorang yang mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap
orang lain, dan sikap terhadap dunia. Ini adalah hasil interaksi antara faktor
keturunan, lingkungan, dan kekuatan kreatif seseorang (Feist & Feist, 2008).
Dengan konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap orang
memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior, dan dapat mewarnai
atau tidak mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial. Namun setiap orang
melakukannya dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup adalah cara
yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus, yang
ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada (Alwisol, 2009).
Gaya hidup adalah metode hidup seorang individu dimana mereka
mengelola lingkungan fisik, sosial, psikosomatik dan ekonomi mereka
berdasarkan rutinitas sehari-hari. Gaya hidup merupakan kombinasi antara
motivasi, kebutuhan, inspirasi dan keinginan yang memengaruhi melalui beberapa
faktor seperti keluarga, budaya dan kelas sosial. Gaya hidup seseorang sangat
penting bagi pemasar karena mereka menghadapi setiap jenis perbedaan jenis
orang dengan berbagai perilaku, perasaan dan sikap (Ahmed et.al. 2015).
Di era persaingan ini, memahami gaya hidup konsumen adalah kebutuhan
para pemasar. Gaya hidup merupakan cara seseorang hidup termasuk sikap
individu terhadap dunia. Gaya hidup adalah ekspresi dari konsep diri seseorang
yang menghasilkan kebutuhan dan keinginan yang pada akhirnya memengaruhi
pengambilan keputusan setiap konsumen (Anitha, 2016). Gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang diungkapkan melalui aktivitas, minat dan pendapat
yang menggambarkan keseluruhan orang yang berinteraksi dengan lingkungannya
(Anandarajan & Arunadevi, 2016).
Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa gaya hidup
merupakan cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan
khusus, seperti bagaimana mereka menghabiskan waktu, apa yang mereka minati,
pendapat mereka menurut pandangan mereka tentang diri dan lingkungan sekitar.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Plummer (1974), gaya
hidup mengukur aktivitas orang dalam hal bagaimana mereka menghabiskan
waktu, apa yang mereka minati, pendapat mereka menurut pandangan mereka
tentang diri dan lingkungan sekitar, dan beberapa karakteristik dasar seperti tahap
dalam siklus kehidupan.
2.2.2 Dimensi-dimensi Gaya Hidup
Menurut Plummer (1974), membagi gaya hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Aktivitas (activity) adalah perilaku nyata yang dapat diamati seperti
bagaimana mereka menghabiskan waktu, yang meliputi working activities dan
shopping activities.
2) Minat (interests) adalah perhatian terhadap objek tertentu seperti apa yang
mereka minati di lingkungan sekitar mereka, yang meliputi interests related to
home, interests related to family, interests related to fashion, dan fashion as
self representation.
3) Opini (opinion) adalah pendapat sebagai tanggapan terhadap peristiwa tertentu
seperti pandangan tentang diri dan lingkungan disekitar mereka, yang meliputi
opinion about themselves dan opinion about products.
Peneliti menggunakan dimensi dari Plummer (1974) karena dimensi tersebut
merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan pembelian impulsif.
Terdapat delapan karakteristik gaya hidup juga diidentifikasi dalam dimensi
activity yang didalamnya terdapat "working activities", "shopping activities",
interests yang didalamnya terdapat "interests related to home", "interests related
to family", "interests related to fashion", "fashion as self representation", dan
opinion yang didalamnya terdapat "opinion about themselves", "opinion about
products".
2.2.3 Alat Ukur Gaya Hidup
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur gaya
hidup, diantaranya sebagai berikut:
1. Activity Interests Opinion (AIO). Alat ukur ini dikembangkan oleh Plummer
(1974), yang terdiri dari 36-item. Alat ukur ini mengukur Activity, Interests,
Opinion. AIO diidentifikasi menjadi delapan karakteristik yaitu, working
activities, shopping activities, interests related to home, interests related to
family, interests related to fashion, fashion as self representation, opinion
about themselves, dan opinion about products (kwan et. al 2008). Psikografis
atau gaya hidup mengacu pada minat konsumen terhadap aktivitas konsumen
(AIO). Lebih spesifik lagi, hal itu berfokus pada apa yang orang suka lakukan,
bidang minat mereka, dan pendapat orang tentang berbagai hal (Krishnan,
2011).
2. Values and Lifestyle (VALS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Mitchell
(1983) di Stanford Research Institute (SRI) International (Todd & Lawson.
2002). Alat ukur ini mengukur dimensi yang mendasari persepsi gaya hidup
yang terdiri dari 36 item dengan faktor loading diatas 0,50. VALS digunakan
untuk melihat orang berdasarkan sikap, kebutuhan, keinginan, kepercayaan,
dan demografi mereka (Anandan et.al 2006).
3. List of Values (LOV). Alat ukur ini dikembangkan oleh Kahle (1983), yang
terdiri dari 9 nilai. Skala penting lainnya untuk menilai sistem nilai
dikembangkan oleh Schwartz dan Bilsky (1990) dan kemudian dimodifikasi
oleh Schwartz (1992) (Vyncke, 2002).
Dari beberapa alat ukur diatas, penelitian mengadaptasi activity,
interests dan opinion (AIO) Plummer (1974) yang dikembangkan oleh (kwan
et. al 2008). Alasan peneliti menggunakan alat ukur ini karena aspek-aspek
yang akan diukur sesuai dengan apa yang akan diteliti.
2.3 Kepribadian
2.3.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian merupakan faktor penting yang memungkinkan kita untuk
mengekspresikan diri dan memahami orang lain dalam hidup kita. Goldberg
(1990) secara bebas mengaitkan lima besar dengan kekuatan, cinta, pekerjaan,
pengaruh dan akal (yaitu O, C, E, A dan N). Kemungkinan bahwa kehidupan ini
dapat diidentifikasi dalam semua atau sebagian besar budaya, bahkan jika ada
perbedaan lintas budaya.
Dalam pengertian populer, kepribadian sering diartikan dengan
keterampilan dan keefektifan sosial. Kepribadian dapat dianggap sebagai
karakteristik individu yang paling mencolok atau dominan. Singkatnya,
kepribadian dimulai dengan asumsi bahwa ada perbedaan individu yang stabil
(Shoda & Smith, 2003). Definisi kepribadian juga dapat mencakup gagasan
keunikan manusia. Terdapat aspek internal dan eksternal yang unik dan relatif dari
karakteristik seseorang yang memengaruhi perilaku dalam situasi yang berbeda.
Dengan demikian, kepribadian adalah kelompok karakteristik yang unik dan dapat
berubah sebagai tanggapan terhadap situasi yang berbeda (Schultz & Schultz,
2005).
Kepribadian didefinisikan oleh Feist dan Feist (2008), sebagai ciri yang
relatif permanen dan karakteristik unik yang memberikan konsistensi dan
individualitas terhadap tingkah laku seseorang. Sifat berkontribusi pada perbedaan
individu dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas
perilaku di berbagai situasi. Sifat mungkin unik, umum untuk beberapa kelompok,
tetapi pola mereka berbeda untuk setiap individu. Jadi setiap orang meskipun
seperti orang lain dalam beberapa hal, memiliki kepribadian yang unik. Definisi
kepribadian Allport yang komprehensif menunjukan bahwa manusia adalah
produk dan proses. Orang memiliki beberapa struktur terorganisir sementara, pada
saat bersamaan mereka memiliki kemampuan untuk berubah. Singkatnya,
kepribadian bersifat fisik dan psikologis.
Kepribadian merupakan kualitas psikologis yang berkontribusi pada pola
perasaan, pikiran, dan perilaku yang khas. Dengan mengatakan “perasaan, pikiran,
dan perilaku” berarti bahwa gagasan tentang kepribadian itu komprehensif,
mengacu pada semua aspek kehidupan mental, pengalaman emosional, dan
perilaku sosial mereka (Cervone & Pervin, 2013). Menurut Farhana (2008) sifat
kepribadian adalah suatu ciri dari tingkah laku seseorang yang sudah menjadi
karakteristik atau sifat khas individu dalam seluruh kegiatan-kegiatannya.
Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa kepribadian
adalah karakteristik unik yang memberikan konsistensi, bagaimana individu
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teori dari Goldberg (1990), kepribadian pertama kali
diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan
perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami
manusia dalam menjelaskan diri sendiri dan orang lain.
2.3.2 Dimensi-dimensi Kepribadian
Goldberg (1993) membagi kepribadian menjadi lima dimensi, yaitu:
1. Openness to Experience: membedakan sifat-sifat seperti imajinasi,
keingintahuan, dan kreativitas dengan sifat seperti kedangkalan dan
ketidaksempurnaan.
2. Conscientiousness: membedakan sifat-sifat seperti organisasi, ketelitian, dan
kehandalan dengan sifat-sifat seperti kecerobohan, kelalaian, dan tidak dapat
diandalkan.
3. Extraversion: membedakan sifat-sifat seperti banyak bicara, ketegasan, dan
tingkat aktivitas dengan sifat-sifat seperti keheningan, kepasifan, dan
ketertiban.
4. Agreeableness: membandingkan sifat-sifat seperti kebaikan, kepercayaan, dan
kehangatan dengan sifat-sifat seperti permusuhan, keegoisan, dan
ketidakpercayaan.
5. Neuroticism: mencakup sifat-sifat seperti kegugupan, kemurungan, dan
temperamen.
Tabel 2.2 Costa and McCrae’s Five-Factor Model of Personality
Skor Tinggi Skor Rendah
Openness Imajinatif, kreatif, inovatif, lebih menyukai variasi,
penasaran, bebas.
Realistis, tidak kreatif, konvensional, lebih
menyukai rutinitas,
konservatif.
Conscientiousness Teliti, pekerja keras,
terorganisir dengan baik,
tepat waktu, ambisius, tekun.
Lalai, malas, tidak teratur,
terlambat, tanpa tujuan,
keluar.
Extraversion Penuh kasih sayang, mudah
bergaul, banyak bicara,
menyukai kesenangan, aktif.
Pemalu, penyendiri,
pendiam, sadar, pasif,
tidak berperasaan.
Agreeableness
Lembut hati, mudah
dipercaya, dermawan, ramah toleran, bersahabat.
Kejam, curiga, pelit,
antagonis, kritis, mudah tersinggung.
Neuroticism Cemas, temperamental,
mengasihani diri sendiri,
sadar diri, emosional, rentan.
Tenang, terkadang
tempramen, bangga
dengan dirinya sendiri, nyaman.
Sumber: Feist & Feist (2008)
Berdasarkan uraian diatas kepribadian Big Five merupakan salah satu teori
trait yang digunakan untuk mengidentifikasi trait-trait dasar untuk
menggambarkan kepribadian. Peneliti menggunakan dimensi dari Goldberg
(1993) karena dimensi tersebut merupakan dimensi yang berhubungan dengan
pembelian impulsif.
2.3.3 Alat Ukur Kepribadian
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur
kepribadian big five, diantaranya sebagai berikut:
1. Big Five Inventory (BFI). Alat ukur ini dikembangkan oleh Goldberg (1993),
yang terdiri dari 44 item dengan reliabilitas konstruk pada extraversion = 0.67,
agreeableness = 0.59, conscientiousness = 0.67, neuroticism = 0.77, openness
= 0.57. BFI mengukur 5 skala, yaitu Extraversion (E: 8 item), Agreeableness
(A: 9 item), Conscientiousness (C: 9 item), Neuroticism (N: 8 item), dan
Openness (O: 10 item) (Rizkiyani, 2015).
2. The Revised NEO Personality Inventory (NEO PI-R). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Costa & McCrae (1992), yang terdiri dari 240 item. NEO
PI-R dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur Big
Five. Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian
tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik
(Soto & John, 2009).
3. The Mini International Personality Item Pool (The Mini-IPIP). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Goldberg (1999), yang terdiri dari 20 item. The Mini-IPIP
merupakan ukuran singkat yang dapat diterima secara psikometrik dan praktis
dari faktor-faktor kepribadian big five. Skala Mini-IPIP, dengan empat item
big five memiliki konsistensi internal yang konsisten dan dapat diterima di
lima studi (Donnellan et.al. 2006).
Dari beberapa alat ukur diatas, penelitian ini akan menggunakan Big
Five Inventory (BFI) Goldberg (1993). Alasan peneliti menggunakan alat
ukur ini karena aspek-aspek yang akan diukur sesuai dengan apa yang akan
diteliti.
2.4 Kerangka Berpikir
Pembelian impulsif merupakan salah satu jenis dari perilaku membeli,
dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang
menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan segera tanpa adanya
perencanaan terlebih dahulu. Menurut Verplanken & Herabadi (2001) pembelian
impulsif ini dilakukan, maka akan timbul konflik dalam diri konsumen yang
disebut heart vs mind (konflik antara pikiran dan perasaan). Konflik ini pada
akhirnya akan dimenangkan oleh dorongan emosional dimana konsumen
merasakan kepuasan secara emosional karena telah memilih barang yang
diinginkan.
Penelitian terdahulu menunjukan bahwa karakteristik gaya hidup memiliki
dampak pada perilaku pembelian impulsif (Krishnan, J. 2011). Penelitian
terdahulu juga menunjukan bahwa pembelian impulsif merupakan respon dari
sifat-sifat kepribadian (Shehzadi et.al. 2016). Pembelian impulsif memiliki dua
aspek yang dapat menggambarkan perilaku tersebut, yaitu kognitif dan afektif.
Kognitif terkait dengan kurangnya perencanaan dalam kaitannya dengan
keputusan pembelian, dan aspek afektif yang terkait dengan perasaan senang dan
dorongan yang kuat untuk membeli (Verplanken & Herabadi, 2001).
Hipotesis peneliti terhadap penelitian ini adalah bahwa pembelian impulsif
dipengaruhi oleh gaya hidup dan sifat kepribadian. Gaya hidup mempunyai sifat
yang tidak permanen atau cepat berubah. Plummer (1974) mengatakan bahwa
gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan (activity), minat (interests)
dan opini (opinion) dari seseorang. Kepribadian yang peneliti pilih adalah
kepribadian Big Five, yang memiliki lima dimensi yang membedakan berdasarkan
kecenderungan dalam berperilaku, yaitu openness, conscientiousness,
extraversion, agreeableness dan neuroticism.
Pembelian impulsif merupakan aspek yang unik dari gaya hidup konsumen.
Gaya hidup berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan sehari-hari yang
berorientasi pada perilaku serta perasaan, sikap, dan pendapat mereka. Segmentasi
gaya hidup mengelompokan individu ke dalam jenis gaya hidup yang dicirikan
berdasarkan activity, interests, dan opinion. Perspektif pemasaran gaya hidup
mengelompokkan berdasarkan hal-hal yang mereka sukai, bagaimana mereka
menghabiskan waktu luang dan bagaimana mereka membelanjakan dengan
pendapatan mereka (Yadav & Mishra, 2017). Kebutuhan konsumen akan
keunikan merupakan keinginan individu untuk terlihat berbeda dari individu
lainnya melalui penggunaan produk yang meningkatkan citra diri dan sosial
mereka. Untuk mendapatkan citra diri yang unik, kebutuhan akan keunikan
membantu pelanggan melalui konsumsi suatu produk (Husnain & Akhtar, 2015).
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan produk atau layanan untuk
mencapai kepuasan. Individu melakukan konsumsi karena mereka memiliki
kebutuhan. Setiap orang memiliki kebutuhannya sendiri (Enrico et.al 2014).
Variabel selanjutnya adalah openness. Mahasiswa dengan sifat kepribadian
openness memiliki karakteristik imajinatif, inovatif, dan mengaitkan dengan
kreativitas individu (Feist & Feist, 2008). Individu yang berpikiran terbuka cepat
dalam mempelajari hal-hal baru. Skor rendah pada dimensi ini dianggap cukup
konservatif dan memiliki perilaku konvensional. Mereka cukup pendiam dan tidak
berbagi emosi, padahal skor tinggi pada dimensi ini mempunyai ide-ide baru dan
suka menghibur orang. penasaran dengan ide orang lain, perasaan terbuka,
memiliki ide dan berorientasi pada tindakan (Farid & Ali, 2018). Sehingga,
peneliti memiliki pandangan bahwa individu dengan dimensi openness ini
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah.
Kemudian mahasiswa dengan sifat kepribadian conscientiousness
memiliki karakteristik patuh, tepat waktu, dapat melakukan pekerjaan dengan baik
dan terorganisir (Feist & Feist, 2008). Conscientiousness merupakan sifat
kepribadian yang mencerminkan bagaimana suatu individu berbeda dari yang lain
dalam hal pengendalian diri, tanggung jawab, dan kerja keras. Sifat kepribadian
ini melibatkan individu yang penuh semangat, terencana, mengatur dan fokus
pada tujuan mereka, yang membantu mereka untuk melaksanakan tugas mereka
secara efektif. Individu dengan skor rendah pada sifat ini, cukup ceroboh, tidak
banyak memusatkan perhatian pada kehidupan, dan dapat mudah. Individu yang
mendapat skor tinggi pada sifat ini lebih fokus pada perencanaan dan pengeluaran
masa depan, yang akhirnya membatasi mereka untuk melakukan pembelian
impulsif (Farid & Ali, 2018). Sehingga peneliti memiliki pandangan bahwa
individu dengan skor rendah pada dimensi ini akan melakukan pembelian
impulsif.
Variabel extraversion memiliki karakteristik mudah bergaul, banyak
bicara dan aktif (Feist & Feist, 2008). Individu dengan skor rendah pada sifat ini
tidak begitu ramah, suka menyendiri dan tidak suka bergantung pada orang lain.
Individu yang memiliki skor tinggi pada sifat ini selalu berpikiran positif, percaya
diri, energik dan antusias. Skor tinggi pada extraversion suka mengeksplorasi hal-
hal baru dalam hidup yang membuat mereka pergi untuk melakukan pembelian
impulsif demi mengalami hal-hal baru, karena mereka memiliki kendali diri yang
rendah terhadap diri mereka sendiri (Farid & Ali, 2008). Selain itu, extraversion
memiliki kecenderungan untuk menarik dan menikmati perhatian sosial. Kualitas
mendasar dari perhatian sosial mempunyai potensi untuk dihargai. Akibatnya
seseorang mengekspresikan emosi positif dari kegembiraan akan dipandang baik
dan mendapatkan perhatian dari orang lain. Reaksi yang menguntungkan ini
mendorong orang extravert melakukan pembelian impulsif.
Mahasiswa dengan sifat kepribadian agreeableness memiliki karakteristik
yang dapat dipercaya, jujur, baik hati, sederhana dan baik hati (Feist & Feist,
2008). Ciri-ciri tersebut tidak berhubungan dengan ciri-ciri kecenderungan
pembelian impulsif. Menurut (Farid & Ali, 2008) agreeableness berkaitan dengan
motif yang mendorong individu untuk mempertahankan dan menjunjung
hubungan positif dengan orang lain. Individu dengan skor tinggi dalam sifat ini
yaitu mengorbankan diri, prihatin dan penuh kasih sayang. Mereka selalu siap
membantu orang lain dan mengharapkan orang lain membantu mereka dengan
cara yang sama seperti yang mereka lakukan dengan sepenuh hati. Individu
dengan skor tinggi pada sifat ini cenderung masuk akal dan berpikir sebelum
bertindak. Mereka cenderung tidak akan melakukan pembelian secara impulsif.
Kemudian variabel terakhir yaitu neuroticism. Mahasiswa dengan sifat
kepribadian neuroticism memiliki karakteristik cemas, temperamental, emosional
dan rentan (Feist & Feist, 2008). Individu yang mendapat skor tinggi pada sifat ini
tidak stabil secara emosional dan memiliki emosi negatif. Individu yang memiliki
sifat ini pemarah, murung dan stres. Skor tinggi pada neuroticism mungkin
menghadapi beberapa masalah, karena sifat ini menuntun seseorang untuk muncul
dengan ide yang tidak logis dan tidak masuk akal, yang mungkin berakhir dengan
hasil negatif. Individu yang memiliki skor tinggi dalam sifat ini cenderung sangat
depresif, sangat impulsif dan tidak berdaya (Farid & Ali, 2008). Ada hubungan
positif antara neuroticsm dan perilaku pembelian impulsif karena kecemasan atau
tekanan emosional menyebabkan orang untuk melakukan pembelian impulsif,
setelah itu mereka merasa sedikit lega dan santai.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Peneliti
Pembelian
Impulsif
Gaya Hidup
Opinion
Interests
Activity
Kepribadian
Extraversion
Conscientiousness
Openness
Agreeableness
Neuroticism
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model pada Gambar 2.1 dan landasan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis Mayor
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan gaya hidup (activity, interests,
opinion), sifat kepribadian (openness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, neuroticism) terhadap pembelian impulsif.
Hipotesis Minor
Ha.1 : Terdapat pengaruh yang signifikan activity pada gaya hidup
terhadap pembelian impulsif.
Ha.2 : Terdapat pengaruh yang signifikan interests pada gaya hidup
terhadap pembelian impulsif.
Ha.3 : Terdapat pengaruh yang signifikan opinion pada gaya hidup
terhadap pembelian impulsif.
Ha.4 : Terdapat pengaruh yang signifikan openness pada kepribadian
terhadap pembelian impulsif.
Ha.5 : Terdapat pengaruh yang signifikan conscientiousness pada
kepribadian terhadap pembelian impulsif.
Ha.6 : Terdapat pengaruh yang signifikan extraversion pada
kepribadian terhadap pembelian impulsif.
Ha.7 : Terdapat pengaruh yang signifikan agreeableness pada
kepribadian terhadap pembelian impulsif.
Ha.8 : Terdapat pengaruh yang signifikan neuroticism pada
kepribadian terhadap pembelian impulsif.
51
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014-2017, yang berjumlah
22.176 mahasiswa (Bagian Akademik Pusat, 2018). Sampel dalam penelitian ini
merupakan mahasiswa-mahasiswi yang berusia 17-23 tahun. Partisipan penelitian
ini sebanyak 275 Mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta.
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel
No. Fakultas Jumlah
1. Psikologi 25
2. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 25
3. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 25 4. Ushuluddin dan Filsafat 25
5. Ekonomi dan Bisnis 25
6. Syariah dan Hukum 25 7. Dirasat Islamiyah 25
8. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 25
9. Sains dan Teknologi 25 10. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 25
11. Adab dan Humaniora 25
Jumlah 275
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non-probability
sampling karena peneliti tidak memiliki daftar nama lengkap dari populasi.
Kalaupun daftar tersebut tersedia dan pengambilan dilakukan secara random,
peneliti belum tentu dapat menemui setiap anggota sampel yang terpilih. Oleh
karena itu sampel diambil hanya berdasarkan yang bisa ditemui saja, yang dalam
penelitian ini ditargetkan sebanyak 275 orang.
52
Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa disebut non-probability karena
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini memungkinkan peneliti memilih subjek
yang mudah ditemui sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data,
sesuai dengan waktu dan biaya yang dimiliki.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
a. Variabel pembelian impulsif dalam penelitian ini berperan sebagai
dependent variable.
b. Variabel gaya hidup terdiri dari: activity, interests, opinion dan variabel
kepribadian yang terdiri dari: openness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, neuroticism merupakan independent variable.
Peneliti menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam
penelitian berdasarkan penentuan dependent variable dan independent variable.
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelian impulsif adalah pembelian tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak terencana. Pembelian impulsif mencakup dua
elemen yaitu kognitif dan afektif.
1) Kognitif adalah menyangkut kurangnya perencanaan dan pertimbangan
saat melakukan pembelian.
2) Afektif adalah menyangkut perasaan senang dan gembira, dorongan untuk
membeli, sulitnya meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal.
53
2. Gaya hidup adalah pola hidup yang diungkapkan melalui aktivitas, minat dan
pendapat seseorang.
1) Aktivitas (activity) adalah perilaku nyata yang dapat diamati seperti
bagaimana mereka menghabiskan waktu.
2) Minat (interests) adalah perhatian terhadap objek tertentu seperti apa yang
mereka minati di lingkungan sekitar mereka.
3) Pendapat (opinion) adalah pendapat sebagai tanggapan terhadap peristiwa
tertentu seperti pandangan tentang diri dan lingkungan disekitar mereka.
3. Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat dalam diri individu, bagaimana ia
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada
penelitian ini terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) Openness adalah cenderung imajinatif, kreatif, inovatif, penasaran, bebas.
2) Conscientiousness adalah cenderung teliti, pekerja keras, terorganisir
dengan baik, tepat waktu, ambisius, tekun.
3) Exstraversion adalah cenderung penuh kasih sayang, mudah bergaul,
banyak bicara, menyukai kesenangan, aktif dan penuh gairah.
4) Agreeableness adalah cenderung lembut hati, percaya, murah hati, setuju,
lunak, baik hati.
5) Neuroticism adalah cenderung cemas, temperamental, mengasihani diri
sendiri, sadar diri, emosional, rentan.
54
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner dengan menggunakan model Likert. Pada skala penelitian ini
digunakan empat alternatif pilihan jawaban menggunakan skala 1-4 (1: sangat
tidak setuju – 4: sangat setuju). Setiap individu memiliki jawaban yang berbeda-
beda, tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah. Cara menjawabnya
adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif pilihan
jawaban yang sudah disediakan. Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable
(positif) dan unfavorable (negatif).
Tabel 3.2
Skor Pengukuran Skala
Pernyataan
Alternatif Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat tidak sesuai 1 4
Tidak sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat sesuai 4 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis alat
ukur yaitu alat ukur pembelian impulsif, gaya hidup dan kepribadian. Alat ukur
tersebut disusun oleh penulis berdasarkan adaptasi dari alat ukur penelitian
sebelumnya. Adapun instrument pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Alat ukur pembelian impulsif
Alat ukur pembelian impulsif adalah Impulsive Buying Tendency
(IBT), dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001), yang terdiri
dari 20-item. IBT menggunakan skala model Likert dengan rentang 4 poin
55
Menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 4 (sangat
setuju). Adapun blue print dari skala pembelian impulsif adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Skala Pembelian Impulsif
Jml
Item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Kognitif Individu yang kurang
mempunyai pertimbangan
dalam melakukan suatu pembelian
1,6,7,8,10 - 10
Individu yang kurang
mempunyai rencana yang matang dalam melakukan
suatu pembelian
2,3,4,5,9 -
2. Afektif Individu yang memiliki dorongan membeli yang
cukup kuat
12,13,18,19,20
- 10
Individu yang merasa
senang ketika berbelanja
14,15,16 -
Jml
Individu yang sulit
meninggalkan barang ketika
berada di toko
11,17 -
20
2. Alat ukur gaya hidup
Penulis menggunakan alat ukur Activity, Interests, Opinion (AIO),
dikembangkan oleh Plummer (1974), yang terdiri dari 36-item dan penulis
mengadaptasi skala tersebut sesuai dengan penelitian ini. Alpha untuk ke
delapan faktor ini untuk working activities = 0.68, shopping activities =
0.81, interests related to home = 0.64, interests related to family = 0.71,
interests related to fashion = 0.84, fashion as self representation = 0.72,
opinion about themselves = 0.81 dan opinion about products = 0.79.
Adapun blue print dari skala gaya hidup adalah sebagai berikut:
56
Tabel 3.4
Blue Print Skala Gaya Hidup
Jml Item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Activities Individu yang senang
melakukan banyak
kegiatan
1,2,3,4 - 4
Individu yang mempunyai
aktivitas terkait dengan
perbelanjaan
5,6,7,8,9,10
,11
- 7
2. Interests Individu yang mempunyai
minat terkait dengan mode
12,13,14,15
,16,17,18
- 7
Individu berpakaian baik
merupakan bentuk representasi diri
19,20,21 - 3
Individu yang banyak
menghabiskan kegiatan di rumah
22,23,24,25 - 4
Individu yang senang
menghabiskan waktu dengan keluarga
26,27,28 - 3
3. Opinions Individu yang mempunyai
pendapat tentang diri
sendiri
29,30,31,32 - 4
Jml
Individu yang mempunyai
pendapat tentang suatu
produk
33,34,35,36 - 4
36
3. Alat ukur kepribadian
Alat ukur kepribadian adalah Big Five Inventory (BFI), yang
dikembangkan oleh Goldberg (1993). Alat ukur ini berjumlah 44 item. BFI
mengukur 5 skala, yaitu Extraversion (E: 8 item), Agreeableness (A: 9
item), Conscientiousness (C: 9 item), Neuroticism (N: 8 item), dan
Openness (O: 10 item).
Bentuk asli skala ini menggunakan skala sampai dengan 5 poin,
namun dalam pengisiannya peneliti mengubah menjadi skala 1 sampai
57
dengan 4 poin agar tidak ada jawaban pada skala 3 (ragu-ragu). Adapun
blue print dari skala kepribadian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Blue Print Skala Kepribadian
Jml Item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Openness Inovatif 5 - 10 Penasaran 10 35
Kreatif 15,20,25 -
Bebas 30,40,44 41 2. Conscientiousness Teliti 3 8 9
Pekerja keras 13 18,23
Rajin dan
terorganisir
28,33,38 43
3. Extraversion Banyak bicara 1,11,16 6,21 8
Mudah bergaul 26,36 31
4. Agreeableness Lembut hati 7,17 2,12 9 Mudah dipercaya 22 27
Toleran 32 37
Bersahabat 42 - 5. Neuroticism Emosional 4 9 8
Cemas 14,19 24
Temperamental 29,39 34
Jml 44
3.4 Uji Validitas Konstruk
Instrumen penelitian diuji validitas dengan menggunakan metode
Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis
faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam
mengukur konstruk yang hendak diukur. Confirmatory Factor Analysis diuji
dengan menggunakan software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item dengan
metode CFA yaitu:
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-
item saling berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini
diuji dengan chi-square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan
58
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi
yang dihitung menurut teori atau model. Jika nilai chi-square tidak
signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak
ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model”
tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja
(unidimensional).
Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p < 0,05) maka
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata
mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan
demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi
tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor
(unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap
unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber
tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari
masingmasing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang
diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t < 1,96), maka item
tersebut akan dieliminasi karena dianggap tidak signifikan
sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
59
b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika
suatu item memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut
dieliminasi karena tidak sesuai dengan pengukuran (berarti
semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada
faktor yang diukur).
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya
korelasi partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan
pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu
banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga), maka item
tersebut juga akan dieliminasi. Alasannya adalah karena item yang
demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur
hal lain (multidimensional item).
d. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah di atas telah
dilakukan, maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur
apa yang ingin diukur.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Pembelian Impulsif
Skala pembelian impulsif terdiri atas 20 item. Peneliti menguji apakah 20
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur pembelian
impulsif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 1122.94, df = 170 P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.14. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
60
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 131.68, df = 109 P-
value = 0.06870, RMSEA = 0.028, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu pembelian impulsif maka diperoleh model fit seperti pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Pembelian Impulsif
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6.
61
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif
No. Koefisien Std. Eror T-value Signifikan 1
2
3
4 5
6
7 8
9
10
11 12
13
14 15
16
17 18
19
20
0.62
0.57
-0.40
0.01 -0.62
-0.32
-0.49 -051
0.12
-0.34
0.75 0.39
0.65
0.41 0.78
0.26
0.73 0.40
0.20
-.017
0.06
0.06
0.06
0.06 0.06
0.06
0.06 0.06
0.06
0.06
0.06 0.06
0.06
0.06 0.06
0.06
0.06 0.06
0.06
0.06
10.77
9.66
-6.49
0.12 -10.87
-5.25
-8.38 -8.56
1.87
-5.23
13.49 5.94
11.18
6.59 14.05
4.01
13.05 6.48
2.87
-2.73
V
V
X
X X
X
X X
X
X
V V
V
V V
V
V V
V
X
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 1,2,11,12,13,14,15,16,17,18,19 adalah signifikan karena t > 1.96.
Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 3,4,5,6,7,8,9,10.20 di drop
karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Gaya Hidup
3.4.2.1 Dimensi Activity
Skala activity terdiri atas 11 item. Peneliti menguji apakah 11 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur activity. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 401.01, df = 44 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.172. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
62
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 41.96, df = 30 P-value = 0.07207, RMSEA =
0.038, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu activity
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Activity
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7.
63
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Activity
No
Item
Koefisien Std. Eror T value Signifikan
1 0.64 0.06 11.30 V
2 0.71 0.06 12.47 V 3 0.24 0.06 3.93 V
4 0.09 0.06 1.48 X
5 -0.03 0.06 -0.44 X 6 0.70 0.07 10.83 V
7 0.66 0.06 11.62 V
8 0.64 0.06 11.16 V 9 0.88 0.05 16.45 V
10 0.09 0.06 1.51 X
11 0.14 0.06 2.23 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 1,2,3,6,7,8,9,11 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 4,5,10 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.2 Dimensi Interests
Skala interests terdiri atas 17 item. Peneliti menguji apakah 17 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur interests. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 1377.56, df = 119 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.196. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 60.15, df = 57 P-value = 0.36235, RMSEA =
0.014, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu interests
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.3.
64
Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Interests
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Interests
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
12 0.52 0.06 8.24 V
13 0.01 0.06 0.20 X
14 0.07 0.06 1.10 X 15 0.16 0.07 2.33 V
16 0.21 0.07 3.09 V
17 0.59 0.07 8.99 V 18 -0.23 0.06 -3.78 X
19 0.73 0.08 9.75 V
20 0.30 0.06 4.83 V
21 0.49 0.06 7.54 V 22
23
24 25
26
27 28
0.80
0.04
0.59 0.01
0.17
-0.08 0.19
0.07
0.06
0.06 0.07
0.06
0.06 0.07
11.65
0.69
9.21 0.09
2.70
-1.20 2.88
V
X
V X
V
X V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
65
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 12,15,16,17,19,20,21,22,24,26,28 adalah signifikan karena t > 1.96.
Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 13,14,18,23,25,27 di drop
karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.3 Dimensi Opinion
Skala opinion terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada
bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur opinion. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square = 211.60, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.187. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 20.88, df = 13 P-value = 0.07527, RMSEA =
0.047, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu opinion
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.4.
66
Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Opinion
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Opinion
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
29 0.59 0.06 9.29 V 30 0.59 0.06 9.46 V
31 0.09 0.07 1.36 X
32 0.57 0.07 7.95 V
33 0.81 0.06 12.49 V 34 0.61 0.06 9.76 V
35 -0.35 0.07 -5.31 X
36 0.43 0.07 6.50 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 29,30,32,33,34,36 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 31,35 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
67
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kepribadian
3.4.3.1 Dimensi Openness
Skala openness terdiri atas 10 item. Peneliti menguji apakah 10 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur openness. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 110.46, df = 35 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.089. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 39.53, df = 29 P-value = 0.09190, RMSEA =
0.036, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu openness
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Openness
68
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Openness
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
5 0.71 0.06 12.57 V
10 0.44 0.06 7.05 V
15 0.59 0.06 9.09 V 20 0.75 0.06 12.87 V
25 0.65 0.06 11.34 V
30 0.58 0.06 9.54 V 35 -0.18 0.07 -2.57 X
40
41 44
0.40
0.19 0.39
0.06
0.07 0.06
6.35
2.89 6.23
V
V V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 5,10,15,20,25,30,40,41,44 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item nomor 35 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3.2 Dimensi Conscientiousness
Skala conscientiousness terdiri atas 9 item. Peneliti menguji apakah 9 item
yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur
conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 257.17, df = 27 P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.176. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
69
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 27.53, df = 19 P-
value = 0.09281, RMSEA = 0.040, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu conscientiousness maka diperoleh model fit seperti pada gambar
3.6.
Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Conscientiousness
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11.
70
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Conscientiousness
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
3 0.61 0.06 9.69 V
8 0.27 0.07 4.00 V
13 0.57 0.06 8.97 V
18 0.15 0.07 2.20 V
23 0.38 0.07 5.75 V
28 0.75 0.06 12.24 V
33 0.62 0.06 9.84 V
38
43
0.44
0.14
0.07
0.07
6.63
2.09
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item adalah signifikan karena t > 1.96 secara keseluruhan item bernilai
positif. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.4.3.3 Dimensi Extraversion
Skala extraversion terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur extraversion. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 366.81, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.252. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 13.18, df = 10 P-value = 0.21360,
RMSEA = 0.034, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaitu extraversion maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.7.
71
Gambar 3.7 Uji Validitas Konstruk Extraversion
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Extraversion
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
1 0.83 0.06 13.88 V
6 0.69 0.06 11.04 V
11 0.48 0.06 7.50 V
16 0.33 0.07 4.99 V
21 0.72 0.06 11.89 V
26 0.30 0.07 4.58 V
31 0.04 0.07 0.51 X
36 0.61 0.06 10.02 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 1,6,11,16,21,26,36 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item nomor 31 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
72
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3.4 Dimensi Agreeableness
Skala agreeableness terdiri atas 9 item. Peneliti menguji apakah 9 item
yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur agreeableness.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 221.19, df = 27 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.162.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 23.31, df = 18 P-value = 0.17892,
RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaitu agreeableness maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Uji Validitas Konstruk Agreeableness
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
73
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Agreeableness
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
2 0.17 0.06 3.14 V
7 0.45 0.06 7.58 V
12 0.26 0.06 4.54 V 17 1.10 0.07 15.22 V
22 0.15 0.05 2.79 V
27 0.11 0.05 1.94 X
32 0.54 0.06 8.69 V 37
42
0.18
0.48
0.06
0.06
3.24
7.76
V
V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 2,7,12,17,22,32,37,42 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan
demikian secara keseluruhan item nomor 27 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3.5 Dimensi Neuroticism
Skala neuroticism terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur neuroticism. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 246.11, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.203. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 21.67, df = 14 P-value = 0.08555, RMSEA =
0.045, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
74
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu
neuroticism maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Uji Validitas Konstruk Neuroticism
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Neuroticism
No
Item
Koefisien Std. Eror T value Signifikan
4 0.56 0.06 8.86 V
9 0.33 0.07 4.88 V 14 0.71 0.06 11.38 V
19 0.69 0.06 11.12 V
24 0.29 0.07 4.29 V 29 0.61 0.06 9.65 V
34 0.34 0.07 5.03 V
39 0.58 0.07 8.68 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
75
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item adalah signifikan karena t > 1.96 secara keseluruhan item bernilai
positif. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan
lebih dari satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan:
Y = Impulsive Buying
a = konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Activity
X2 = Interests
X3 = Opinion
X4 = Openness
X5 = Conscientiousness
X6 = Extraversion
X7 = Agreeableness
76
X8 = Neuroticism
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 menunjukan besarnya proporsi pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan
100% sehingga didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen.
Sisa dari persentasi R2 merupakan faktor lain yang memengaruhi
dependent variable yang tidak diuji dalam penelitian. Tabel model
summary dalam SPSS juga menunjukan nilai Standard Error of Estimate
dimana semakin kecil nilai SEE, maka model regresi semakin tepat dalam
memprediksi dependent variable. Nilai R2 diperoleh dari rumus berikut:
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig).
Nilai Sig < 0.05 menunjukan bahwa keseluruhan independent variable
secara simultan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig
< 0.05 juga menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan.
Rumus dalam penghitungan nilai F sebagai berikut:
77
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan
dengan menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized
coefficients. Nilai koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi
pada variabel menunjukan arah hubungan serta besaran koefisien masing-
masing dimensi pada model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi
untuk mengetahui apakah masing-masing dimensi berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable. Uji t dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah
standard error dari b.
78
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 275 orang mahasiswa aktif UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta semester 2 sampai dengan semester 8. Selanjutnya akan
dijelaskan gambaran subjek berdasarkan dari jenis kelamin dan usia pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Perempuan 180 65.5%
Laki-Laki 95 34.5%
Total 275 100.0
Semester
2 114 41.5%
4 68 24.7% 6 42 15.3%
8 51 18.5%
Total 275 100.0
Usia
17 tahun 5 1.8% 18 tahun 53 19.3% 19 tahun 73 26.5% 20 tahun 66 24.0% 21 tahun 41 14.9% 22 tahun 29 10.5% 23 tahun 8 2.9% Total 275 100.0
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah
sampel sebanyak 275 responden. Dari keseluruhan responden, jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Perempuan sebanyak 180 orang
(65.5%) dan laki-laki sebanyak 95 orang (34.5%). Kemudian berdasarkan
semester, lebih banyak semester 2 daripada semester 6, terdapat semester 2
79
sebanyak 114 orang (41.5%), semester 4 sebanyak 68 orang (24.7%), semester 6
sebanyak 42 orang (15.3%), dan semester 8 sebanyak 51 orang (18.5%). Lalu
berdasarkan usia, yang paling mendominasi adalah usia 19 tahun, dan yang paling
sedikit adalah usia 17 tahun dan 23 tahun. Terdapat sampel berusia 17 tahun
sebanyak 1.8%, usia 18 tahun sebanyak 19.3%, usia 19 tahun sebanyak 26.5%,
usia 20 tahun sebanyak 24.0%, usia 21 tahun sebanyak 14.9%, usia 22 tahun
sebanyak 10.5%, dan usia 23 tahun sebanyak 2.9%,
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih terperinci tentang beberapa sub bab
selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik
adalah skor murni (true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw
score. Proses ini ditujukan agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil
pengukuran variabel-variabel yang diteliti. Dengan demikian semua raw score
menjadi z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor
ditransformasi ke rumus T. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai
maksimum, minimum, mean dan standar deviasi variabel.
Hasil deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran mengenai data
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif menyajikan
nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi serta kategorisasi tinggi
dan rendahnya skor variabel penelitian.
80
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembelian Impulsif 275 26.96 77.50 50 9.31616 Activity 275 28.57 76.89 50 9.04627
Interests 275 11.97 72.11 50 8.47616
Opinion 275 26.31 72.25 50 9.07946 Openness 275 15.40 74.12 50 8.68096
Conscientiousness 275 20.65 76.91 50 8.39052
Extraversion 275 26.68 70.27 50 9.31145 Agreeableness 275 16.32 68.58 50 8.75571
Neuroticism 275 23.97 72.46 50 8.64894
Valid N (listwise) 275
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mean dari
masing-masing variabel adalah 50. Secara keseluruhan variabel yang memiliki
standar deviasi dengan nilai 9 terdapat 4, yaitu pembelian impulsif, activity,
opinion, dan extraversion. Sedangkan standar deviasi dengan nilai 8 terdapat 4,
yaitu interests, openness, conscientiousness, dan agreeableness.
Variabel pembelian impulsif memiliki nilai minimum = 26,96, nilai
maksimum = 77,50, SD = 9,31616. Kedua, variabel activity dengan nilai
minimum = 28,57, maksimum = 76,89, dan SD = 9,04627. Ketiga, variabel
interests dengan nilai minimum = 11,97, maksimum = 72,11, dan SD = 8,47616.
Keempat, variabel opinion dengan nilai minimum = 26,31, maksimum = 72,25,
dan SD = 9,07946. Kelima, variabel openness dengan nilai minimum = 15,40,
maksimum = 74,12, dan SD = 8,68096. Keenam, variabel conscientiousness
dengan nilai minimum = 20,65, maksimum = 76,91, dan SD = 8,39052. Ketujuh,
variabel extraversion dengan nilai minimum = 26,68, maksimum = 70,27, dan SD
= 9,31145. Kedelapan, variabel agreeableness dengan nilai minimum = 16,32,
maksimum = 68,58, dan SD = 8,75571. Kesembilan, variabel neuroticism dengan
nilai minimum = 23,97, maksimum = 72,46, dan SD = 8,64894.
81
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel
Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini
dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan rendah. Selanjutnya, peneliti
menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi menggunakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus
T score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pedoman interpretasi skor
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel pembelian impulsif pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Frequency Percent Cumulative Percent
Pembelian Impulsif Rendah 154 56.0 56.0
Tinggi 121 44.0 100.0
Activity Rendah 141 51.3 51.3
Tinggi 134 48.7 100.0
Interests Rendah 151 54.9 54.9
Tinggi 124 45.1 100.0
Opinion Rendah 117 42.5 42.5
Tinggi 158 57.5 100.0
Openness Rendah 132 48.0 48.0 Tinggi 143 52.0 100.0
Conscientiousness Rendah 146 53.1 53.1
Tinggi 129 46.9 100.0
Extraversion Rendah 139 50.5 50.5
Tinggi 136 49.5 100.0
Agreeableness Rendah 182 66.2 66.2
Tinggi 93 33.8 100.0
Neuroticism Rendah 132 48.0 48.0
Tinggi 143 52.0 100.0
82
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 56,0% atau 154
responden memiliki pembelian impulsif yang rendah. Sedangkan responden yang
memiliki pembelian impulsif yang tinggi, yaitu 44,0% atau 121 responden. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat pembelian impulsif dari keseluruhan responden paling
dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi skor dimensi gaya
hidup, dapat dilihat bahwa 51,3% atau 141 responden memiliki activity yang
rendah. Sedangkan responden yang memiliki activity yang tinggi, yaitu 48,7%
atau 134 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat activity dari keseluruhan
responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel interests, dapat dilihat bahwa sebesar 54,9% atau 151
responden memiliki tingkat yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
interests yang tinggi, yaitu 45,1% atau 124 responden. Dapat disimpulkan bahwa
tingkat interests dari keseluruhan responden paling dominan berada pada
kategorisasi rendah.
Kemudian responden yang menunjukan tingkat tinggi berada pada variabel
opinion. Dapat dilihat bahwa sebesar 42,5% atau 117 responden memiliki opinion
yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki opinion yang tinggi, yaitu
57,5% atau 158 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat opinion dari
keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi tinggi.
Berdasarkan data pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi
skor dimensi kepribadian, dapat dilihat bahwa 48,0% atau 132 responden
83
memiliki openness yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki openness
yang tinggi, yaitu 52,0% atau 143 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
openness dari keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi
tinggi.
Variabel yang memiliki tingkat rendah yaitu conscientiousness. Dapat
dilihat bahwa sebesar 53,1% atau 146 responden memiliki conscientiousness yang
rendah. Sedangkan responden yang memiliki conscientiousness yang tinggi, yaitu
46,9% atau 129 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat conscientiousness
dari keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel extraversion dapat dilihat bahwa sebesar 50,5% atau 139
responden memiliki extraversion yang rendah. Sedangkan responden yang
memiliki extraversion yang tinggi, yaitu 49,5% atau 136 responden. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat extraversion dari keseluruhan responden paling
dominan berada pada kategorisasi rendah.
Selanjutnya dapat dilihat bahwa sebesar 66,2% atau 182 responden
memiliki agreeableness yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
agreeableness yang tinggi, yaitu 33,8% atau 93 responden. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat agreeableness dari keseluruhan responden paling dominan berada
pada kategorisasi rendah.
Variabel yang memiliki tingkat tinggi yaitu neuroticism. Dapat dilihat
bahwa sebesar 48,0% atau 132 responden memiliki neuroticism yang rendah.
Sedangkan responden yang memiliki neuroticism yang tinggi, yaitu 52,0% atau
84
143 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat neuroticism dari keseluruhan
responden paling dominan berada pada kategorisasi tinggi.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV
terhadap DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple
regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu peneliti memindahkan skala faktor skor
tersebut menjadi T score dengan berdasarkan rumus yang telah dipaparkan
sebelumnya pada bab 3. Alasan penulis menggunakan T score ini ialah untuk
menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran dan juga agar tidak ada
responden yang mendapatkan nilai negatif.
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan multiple regression
analysis dengan menggunakan software SPSS 16.0. Dalam melakukan analisis
regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara
keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama
peneliti melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa persen varians dependent
85
variable yang dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel yang
berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .607a .369 .350 7.51192
a. Predictors: (Constant), neuroticsm, opinion, openness, extraversion, conscien,
agreeabl, interests, activity
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R Square
sebesar 0,369 atau 36,9%. Artinya proporsi varians dari pembelian impulsif yang
dijelaskan oleh activity, interests, opinion, openness, conscientiousness,
extraversion, agreeableness, dan neuroticism sebesar 36,9% sedangkan 63,1%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien
regresi yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. Jika Sig. < 0.05 maka
koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap pembelian
impulsif begitupula sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-
masing IV terhdap pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variable terhadap
Dependent Variable
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1
Regression
8770.559 8 1096.320 19.428 .000a
Residual 15010.111 266 56.429 Total 23780.670 274
a. Predictors: (Constant), neuroticsm, opinion, openness, extraversion, conscien,
agreeabl, interests, activity
86
b. Dependent Variable: impulsif
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa nilai p (sig) pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0,000 atau dengan nilai p < 0,05. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan dari activity, interests, opinion, openness,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism terhadap
pembelian impulsif.
Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan
yang berarti independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Besarnya koefisien regresi dari masing-masing
independent variable terhadap pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Model B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 12.245 6.685 1.832 0.068
Activity 0.506 0.070 0.491 7.185 0.000*
Interests 0.021 0.071 0.019 0.301 0.764
Opinion -0.001 0.069 -0.001 -0.017 0.986
Openness 0.073 0.062 0.068 1.176 0.241
Conscientiousness -0.214 0.066 -0.192 -3.244 0.001*
Extraversion 0.126 0.052 0.126 2.413 0.017*
Agreeableness 0.049 0.061 0.046 0.803 0.423
Neuroticism 0.194 0.059 0.180 3.274 0.001*
a. Dependent Variable: impulsif
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 diatas, dapat diketahui
persamaan regresi sebagai berikut: (*signifikan)
87
Pembelian impulsif = 12.245 + 0.506 activity + 0.021 interests – 0.001 opinion
+ 0.073 openness – 0.214 conscientiousness + 0.126 extraversion + 0.049
agreeableness + 0.194 neuroticism.
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa hanya koefisien
regresi activity,conscientiousness,extraversion dan neuroticism yang signifikan.
Hal ini berarti dari delapan hipotesis minor terdapat empat yang signifikan.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independent
variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel Activity
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,506 dengan signifikan 0,000 (p <
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel activity memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Arah positif menunjukan bahwa
semakin tinggi activity maka semakin tinggi juga pembelian impulsif.
2. Variabel Interests
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021 dengan signifikan 0,764 (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel interests tidak signifikan
memengaruhi pembelian impulsif.
3. Variabel Opinion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi 0,986 (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel opinion tidak signifikan
memengaruhi pembelian impulsif.
88
4. Variabel Openness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,073 dengan signifikansi 0,241 (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel openness tidak signifikan
memengaruhi pembelian impulsif.
5. Variabel Conscientiousness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,214 dengan signifikan 0,001 (p <
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel conscientiousness tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif.
6. Variabel Extraversion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,126 dengan signifikan 0,017 (p <
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel extraversion memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Arah positif
menunjukan bahwa semakin tinggi extraversion maka semakin tinggi juga
pembelian impulsif.
7. Variabel Agreeableness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,049 dengan signifikan 0,423 (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel agreeableness tidak
signifikan memengaruhi pembelian impulsif.
89
8. Variabel Neuroticism
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,194 dengan signifikan 0,001 (p <
0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel neuroticism memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Arah positif
menunjukan bahwa semakin tinggi neuroticism maka semakin tinggi juga
pembelian impulsif.
4.4.2 Proporsi Varians Independent Variable
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat signifikansi tidaknya
penambahan proporsi varians dari tiap independent variable. Independent
variable tersebut dianalisis satu per satu. Pada tabel 4.8 dipaparkan besarnya
proporsi varians pada pembelian impulsif.
Tabel 4.8 Proporsi Varians Independent Variable
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .536a .287 .284 7.88198 .287 109.784 1 273 .000
2 .538b .289 .284 7.88274 .002 .947 1 272 .331
3 .538c .289 .281 7.89701 .000 .017 1 271 .895
4 .540d .292 .281 7.89874 .002 .882 1 270 .349
5 .580e .337 .324 7.65797 .045 18.245 1 269 .000
6 .585f .342 .327 7.64107 .005 2.191 1 268 .140
7 .586g .343 .326 7.64746 .001 .552 1 267 .458
8 .607h .369 .350 7.51192 .025 10.722 1 266 .001
90
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel activity memberikan sumbangan sebesar 28,7% terhadap varians
pembelian impulsif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change =
109,784, df1= 1, df2 = 273 dan Sig. F change = 0,000 (p < 0,05).
2. Variabel interests memberikan sumbangan sebesar 0,2% terhadap varians
pembelian impulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F change
= 0,947, df1 = 1, df2 = 272 dan Sig. F change = 0,331 (p > 0,05).
3. Variabel opinion memberikan sumbangan sebesar 0,0% terhadap varians
pembelian impulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F change
= 0,017, df1 = 1, df2 = 271 dan Sig. F change = 0,895 (p > 0,05).
4. Variabel openness memberikan sumbangan sebesar 0,2% terhadap varians
pembelian impulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F change
= 0,882, df1 = 1, df2 = 270 dan Sig. F change = 0,349 (p > 0,05).
5. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 4,5%
terhadap varians pembelian impulsif. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F change = 18,245, df1 = 1, df2 = 269 dan Sig. F change = 0,000
(p > 0,05).
6. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0,5% terhadap
varians pembelian impulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 2,191, df1 = 1, df2 = 268 dan Sig. F change = 0,140 (p > 0,05).
91
7. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 0,1% terhadap
varians pembelian impulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0,552, df1 = 1, df2 = 267 dan Sig. F change = 0,458 (p > 0,05).
8. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 2,5% terhadap
varians pembelian impulsif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 10,722, df1= 1, df2= 266 dan Sig. F change = 0,001 (p > 0,05).
92
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari variabel gaya hidup
(activity, interests, opinion), dan kepribadian (openness, conscientiousness,
extraversion, agreeableness, neuroticism) terhadap pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-masing
koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh empat koefisien regresi
yang signifikan memengaruhi pembelian impulsif yaitu activity,
conscientiousness, extraversion, dan neuroticism. Selanjutnya, berdasarkan
proporsi varians sumbangan dari masing-masing independent variable, diperoleh
tiga koefisien regresi yang signifikan yaitu activity, conscientiousness, dan
neuroticism.
5.2 Diskusi
Sebagaimana yang diuraikan penelitian terdahulu fokus pada penelitian ini
untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pembelian impulsif
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian berdasarkan
koefisien regresi masing-masing independent variable menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya hidup dan kepribadian terhadap
pembelian impulsif. Berbeda dengan variabel interests, opinion, openness,
93
extraversion dan agreeableness semua komponen tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif.
Data dari kategorisasi skor dependent variable menunjukan lebih dari
sebagian mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pembelian
impulsif yang rendah dengan presentase sebesar 56,0%. Artinya mahasiswa tidak
memiliki kecenderungan untuk membeli secara spontan, refleks, dan mendadak.
Menurut Zhou & Gu (2015) pembelian impulsif umumnya identik dengan
pembelian tidak terencana, yang menggambarkan pembelian apapun yang dibuat
pembelanja namun belum direncanakan sebelumnya. Karena konsumen dengan
kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi cenderung membuat keputusan
secara langsung dan spontan yang didorong oleh perasaan kuat untuk membeli.
Kecenderungan pembelian impulsif juga dapat disebabkan oleh kurangnya
pengendalian diri (Altukar & Kesari 2017).
Dalam penelitian variabel gaya hidup memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bashir et.al. (2013) menunjukan adanya pengaruh yang signifikan gaya
hidup terhadap pembelian impulsif. Gaya hidup didefinisikan sebagai cara
seseorang hidup termasuk sikap individu terhadap dunia. Gaya hidup adalah
ekspresi dari konsep diri seseorang yang menghasilkan kebutuhan dan keinginan
yang pada akhirnya memengaruhi pengambilan keputusan setiap konsumen
(Anitha, 2016).
94
Dari kategorisasi skor independent variable menunjukan sebagian besar
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kecenderungan gaya hidup
dimensi activity yang rendah sebesar 51.3%. Hal tersebut menunjukan bahwa
mahasiswa tidak memiliki kecenderungan gaya hidup dimensi activity, dimana
individu menghabiskan waktu mereka dengan tidak banyak melakukan kegiatan
yang meliputi hobi, acara sosial dan perbelanjaan. Activity memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.506, yang berarti bahwa activity secara positif memengaruhi pembelian
impulsif. Jadi semakin tinggi activity maka akan semakin tinggi pembelian
impulsif.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Krishnan, J (2011) yang mengatakan
bahwa gaya hidup mengacu pada aktivitas konsumen. Lebih spesiifik lagi, hal itu
berfokus pada apa yang orang suka lakukan. Artinya, dimensi activity merupakan
bagaimana mereka menghabiskan waktu yang meliputi kegiatan, hobi, acara
sosial, liburan, hiburan, keanggotaan klub, masyarakat, perbelanjaan, olahraga.
Menurut Kwan et.al (2008) activity merupakan bagaimana konsumen
menghabiskan waktu mereka dalam berbagai kegiatan. Umumnya belanja
merupakan aktivitas yang dianggap oleh sebagian besar konsumen sebagai
hiburan dan cara penting untuk memperoleh pengetahuan tentang mode.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tambuwun (2016) juga menjelaskan
gaya hidup belanja bisa berdampak pada perilaku pembelian impulsif. Gaya hidup
belanja mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang
tentang bagaimana menghabiskan waktu dan uang.
95
Dimensi gaya hidup yang tidak signifikan memengaruhi pembelian
impulsif yaitu interests dan opinion. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
sebanyak 54,9% mahasiswa memiliki kecenderungan gaya hidup dimensi
interests yang rendah. Dapat diartikan bahwa, individu dengan gaya hidup
dimensi interests merupakan individu yang kurang minat terhadap lingkungan
sekitar mereka. Interests tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian
impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.021, yang berarti bahwa interests
secara positif memengaruhi pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi interests
maka akan semakin tinggi pembelian impulsif.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krishnan, J
(2011) yang mengatakan bahwa gaya hidup mengacu pada minat konsumen.
Artinya dimensi interests merupakan apa yang mereka minati di lingkungan
sekitar mereka yang meliputi keluarga, rumah, pekerjaan, mode, makanan, media,
dan prestasi. Interests merupakan faktor pribadi konsumen dalam memengaruhi
proses pengambilan keputusan. Menurut Kwan et.al (2008) konsumen yang
terlibat lebih dalam kegiatan belanja memiliki minat yang lebih tinggi dalam
fashion dan preferensi yang lebih tinggi untuk produk bermerek.
Selanjutnya, presentase yang tinggi pada gaya hidup dimensi opinion,
yaitu sebesar 57,5%. Artinya individu dengan gaya hidup dimensi opinion ini
memiliki kecenderungan pandangan tentang diri dan dunia sekitar. Opinion tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien
regresi sebesar -0.214, yang berarti bahwa opinion secara negatif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi opinion maka akan semakin rendah
96
pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Krishnan, J (2011) yang mengatakan bahwa gaya hidup mengacu pada opini
orang tentang berbagai hal. Artinya dimensi opinion merupakan pendapat tentang
diri dan dunia disekitar yang meliputi diri pribadi, isu sosial, politik, bisnis,
ekonomi, pendidikan, produk, masa depan, budaya.
Selain gaya hidup, variabel kepribadian juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mathai
dan Haridas (2014) yang menunjukan adanya pengaruh yang signifikan
kepribadian terhadap pembelian impulsif. Hal ini terjadi karena setiap individu
memiliki kepribadian dan pola perilaku mereka sendiri yang berbeda dalam segala
hal. Perilaku pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh sifat kepribadain ini.
Dimensi-dimensi dari kepribadian yaitu openness, conscientiousness,
extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Dari lima dimensi kepribadian
terdapat tiga dimensi yang berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian
impulsif, yaitu conscientiousness, extraversion dan neuroticism. Mahasiswa
dengan tipe kepribadian conscientiousness dalam penelitian ini berada pada
kategori rendah dan memiliki presentase sebesar 53,1%. Individu yang memiliki
kecenderungan tipe kepribadian ini memiliki karakteristik yang lalai, malas, tidak
teratur, terlambat, dan tanpa tujuan (Feist & Feist, 2008). Artinya, individu yang
mendapat skor rendah pada dimensi ini tidak mempertimbangkan dan menahan
diri untuk pembelian yang berlebihan. Dengan demikian, dalam situasi pembelian
individu diharapkan untuk mengevaluasi secara menyeluruh sebelum mengambil
keputusan. Conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
97
pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.214 yang berarti
bahwa conscientiousness secara negatif memengaruhi pembelian impulsif. Jadi
semakin tinggi conscientiousness maka akan semakin rendah pembelian impulsif.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Badgaiyan et.al (2016) yang
menyatakan bahwa conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Menurut Badgaiyann & Verma (2014)
conscientiousness menggambarkan kecenderungan individu untuk mengendalikan
diri, bertanggung jawab kepada orang lain dan perilaku yang mengarah pada
tujuan. Individu yang sangat menghargai sifat ini dianggap metodis dan
terorganisir dengan baik. Sementara mereka yang rendah pada sifat ini dianggap
kurang fokus dan mungkin mengalihkan perhatian dari tugas. Conscientiousness
memainkan peran utama dalam perencanaan untuk masa depan, dengan demikian
sejalan bahwa sifat kepribadian ini berhubungan negatif dengan pembelian
impulsif.
Selanjutnya, presentase yang rendah pada dimensi extraversion, yaitu
sebesar 50,5%. Individu yang memiliki kecenderungan sifat kepribadian ini
memiliki karakteristik yang pemalu, penyendiri, pendiam, sadar, pasif, tidak
berperasaan (Feist & Feist, 2008). Sehingga individu yang rendah pada sifat ini
cenderung lebih tenang dan pendiam. Extraversion memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.126 yang
berarti bahwa extraversion secara positif memengaruhi pembelian impulsif. Jadi
semakin tinggi extraversion maka akan semakin tinggi pembelian impulsif.
98
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Shahjehan et.al. (2012) yang
menyatakan bahwa extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembelian impulsif. Verplanken & Herabadi (2001) menemukan hubungan antara
sifat-sifat yang dimiliki individu terhadap kecenderungan pembelian impulsif,
misalnya orang-orang yang bertipe extraversion memiliki hubungan positif
dengan pembelian impulsif. Artinya orang-orang pada tipe ini akan lebih
menunjukan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi juga.
Selanjutnya tipe kepribadian neuroticism dalam penelitian ini berada pada
kategori tinggi, yaitu sebesar 52,0%. Individu yang memiliki kecenderungan tipe
kepribadian ini memiliki karakteristik cemas, temperamental, mengasihani diri
sendiri, sadar diri, emosional, rentan (Feist & Feist, 2008). Individu dengan skor
tinggi ini cenderung rentan terhadap ketidakamanan dan tekanan emosional.
Sehingga individu cenderung melakukan pembelian impulsif dari situasi
ketidakamanan dan tekanan emosional yang dirasakan. Neuroticism memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.194 yang berarti bahwa neuroticism secara positif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi neuroticism maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
Adanya pengaruh neuroticism terhadap pembelian impulsif juga sesuai
dengan penelitian Shehzadi et.al. (2016) yang menyatakan bahwa neuroticism
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Menurut Gohary
& Hanzaee (2014) menemukan hubungan positif antara pembelian impulsif dan
neurotisisme. Orang-orang yang tinggi neurotisismenya cenderung labil secara
99
emosional dan sering mengeluh karena khawatir dan cemas serta sakit fisik,
seperti sakit kepala, pusing, dan sakit perut. Penelitian lain, Badgaiyan & Verma
(2014) melaporkan bahwa pembelian impulsif berkorelasi positif dengan
neuroticism (ketidakstabilan emosi) yang berarti bahwa individu yang mengalami
ketidakstabilan emosi, kecemasan, kemuraman, mudah marah, dan kesedihan
lebih cenderung menampilkan perilaku pembelian impulsif.
Dimensi kepribadian yang tidak signifikan memengaruhi pembelian
impulsif adalah openness, dan agreeableness. Presentase mahasiswa dalam
penelitian ini pada kepribadian openness cenderung berada pada kategori tinggi
yaitu sebesar 52,0%. Individu dengan kepribadian ini memiliki karakteristik yang
imajinatif, kreatif, inovatif, penasaran, dan bebas (Feist & Feist, 2008). Individu
yang tinggi pada sifat ini dianggap memiliki kemauan untuk menikmati
pengalaman dan ide-ide baru serta bersedia untuk menerima perubahan. Sehingga
individu merasakan dorongan untuk membeli produk baru. Openness tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0.073 yang berarti bahwa openness secara positif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi openness maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Udo-imeh, P. T (2015) yang
menyatakan bahwa openness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembelian impulsif. Alasan tidak berpengaruhnya openness disebabkan karena
orang-orang dengan dimensi ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika
individu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berarti memiliki kontrol kognitif
100
yang tinggi. Hal ini berhubungan negatif dengan kecenderungan pembelian
impulsif. Berbeda dengan penelitian terdahulu, menurut Verplanken & Herabadi
(2001) individu yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif lebih
mengikuti dorongan emosional daripada kognitif. Maka, dimensi ini memiliki
hubungan negatif dengan pembelian impulsif. Orang-orang dengan dimensi ini
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah.
Mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness cenderung berada pada
kategori rendah, yaitu sebesar 66,2%. Individu yang memiliki kecenderungan tipe
kepribadian ini memiliki karakteristik curiga, pelit, antagonis, kritis, mudah
tersinggung (Feist & Feist, 2008). Individu dengan tingkat agreeableness yang
rendah meragukan hal-hal yang tidak mereka ketahui secara pribadi. Orang
agreeableness tidak akan mengalami respon emosional negatif yang kuat, karena
kurang dapat diterima dan orang-orang ini lebih baik dalam pengaturan emosional
diri, termasuk pengaturan kemarahan dan emosi negatif lainnya. Sedangkan,
dimensi agreeableness meliputi perilaku seperti berhati lembut, baik, suka
menolong, mudah percaya, terus terang. Ciri-ciri tersebut tidak berhubungan
dengan kecenderungan pembelian impulsif. Agreeableness tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.049 yang berarti bahwa agreeableness secara positif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi agreeableness maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Badgaiyan dan Verma (2014)
yang menyatakan bahwa agreeableness tidak memiliki pengaruh yang signifikan
101
terhadap pembelian impulsif. Verplanken & Herabadi (2001) mengatakan orang-
orang dengan kecenderungan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak
rasional dan di dorong oleh adanya kepuasan setelah melakukan pembelian.
Dimensi ini tidak memiliki hubungan dengan pembelian impulsif. Menurut
Shahjehan et.al. (2012) dimensi kepribadian ini mencakup atribut seperti
kepercayaan, altruisme, kebaikan, kasih sayang, perilaku pro-sosial lainnya dan
efek positif kemampuan subjek untuk menunjukan pembelian impulsif.
Secara keseluruhan, peneliti berpendapat bahwa perbedaan hasil penelitian
terdahulu dapat disebabkan oleh beberapa hal baik seperti sampel penelitian,
tempat penelitian, teknik pengambilan data, alat ukur yang digunakan, maupun
perbedaan budaya, seperti bahasa terutama dalam mengadaptasi tiap item dari
skala baku yang berbahasa Inggris. Hal ini penting karena akan memudahkan
responden dalam memahami dan mengisi setiap butir pernyataan pada skala yang
dibuat. Maka peneliti harus menerjemahkan ke bahasa Indonesia yang baik dan
mudah dimengerti, jika ada kalimat atau kata yang sulit dimengerti maka
memungkinkan jawaban yang diberikan oleh responden merupakan jawaban yang
kurang akurat. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak memasukkan
tingkat pendapatan. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa terdapat pengaruh
antara pendapatan dan pembelian impulsif. Konsumen yang lebih banyak
memiliki pendapatan bulanan menunjukkan perilaku pembelian yang lebih
impulsif dan konsumen dengan pendapatan rendah kurang impulsif dalam
keputusan pembelian mereka (Rana & Tirthani, 2012).
102
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti membagi saran
menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran teoritis sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti yang akan meneliti dependent variabel yang sama dan
saran praktis sebagai bagian dari kesimpulan dan masukan bagi individu-individu
atau pihak yang dapat menarik manfaat dari penelitian ini.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang
dapat diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan hasil
penelitian, yaitu:
1. Mempertimbangkan hasil penelitian ini yang menemukan bahwa pengaruh
gaya hidup dan sifat kepribadian terhadap pembelian impulsif hanya
sebesar 36,9%. Sehingga bagi peneliti lain yang tertarik meneliti
dependent variable yang sama agar melibatkan independent variable lain
yang memengaruhi tingkat pembelian impulsif selain gaya hidup dan sifat
kepribadian, seperti hedonisme, konformitas, kebahagiaan, dan keputusan
konsumen. Dengan mempertimbangkan variabel-variabel tersebut,
diharapkan penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil
penelitian sebelumnya.
2. Penelitian ini juga bisa dikembangkan pada siswa SMA/SMK. Pembelian
impulsif juga melanda kehidupan siswa yang sebenarnya belum memiliki
103
kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Karena konsumen
tersebut mempunyai ciri-ciri mudah terpengaruh oleh rayuan penjual,
mudah terbujuk iklan, terutama pada penampilan produk, kurang realistis,
dan impulsif.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan hasil
penelitian, yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi
konsumen untuk mempertahankan dan menjaga perilaku yang tidak
berlebihan. Karena ditengah-tengah kota metropolitan, mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dapat menahan diri untuk tidak melakukan
pembelian impulsif. Hal ini sesuai dengan visi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjadi universitas dengan keunggulan integrasi keilmuan dan
keislaman.
2. Hasil penelitian ini menemukan bahwa activity berkontribusi terhadap
pembelian impulsif. Acitivity merupakan perilaku nyata yang dapat
diamati seperti bagaimana mereka menghabiskan waktu. Peneliti
menyarankan kepada konsumen agar lebih bisa memanfaatkan waktu
dengan sebaik mungkin dan melakukan kegiatan yang positif.
3. Hasil penelitian ini menemukan bahwa conscientiousness berkontribusi
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dalam hal ini, berarti orang yang
mempunyai kepribadian lalai, tidak teratur, dan tidak mempunyai tujuan
104
cenderung menampilkan perilaku pembelian impulsif. Maka peneliti
menyarankan kepada konsumen agar merencanakan terlebih dahulu barang
apa saja yang dibutuhkan, dan lebih sadar dalam melakukan pembelian.
4. Hasil penelitian ini menemukan bahwa extraversion berkontribusi
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dalam hal ini, berarti orang yang
mempunyai kepribadian yang aktif dan menyukai kesenangan cenderung
menampilkan perilaku pembelian impulsif. Peneliti menyarankan kepada
konsumen agar menahan diri dari stimulasi-stimulasi produk baru
sehingga tidak melakukan pembelian secara impulsif. Selain itu bisa
dengan membuat skala prioritas mana yang kebutuhan primer maupun
kebutuhan sekunder.
5. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini menemukan bahwa
neuroticism juga berkontribusi terhadap tingkat pembelian impulsif.
Individu ini mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan, dan kesedihan
lebih cenderung menampilkan perilaku pembelian impulsif. Peneliti
menyarankan kepada konsumen agar dapat dialihkan dengan mencari
kesibukan yang bermanfaat seperti, membaca buku, beribadah dan
melakukan hal yang positif.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, R.R., Soomro, H.A., Ali, K. & Ali, W. (2015). Influence of lifestyle and
cultural values on impulse buying behavior. Journal of Culture, Society
and Development. 10,2422-8400.
Altukar, A., & Kesari, B. (2017). Impulse buying: a consumer trait prospective in
context of central India. 19(2)1-17.
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Amos, C., Holmes, G.R. & Keneson, W.C. (2014). A meta-analysis of consumer
impulse buying. Journal of Retailing and Consumer Services. 86-97.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jretconser.2013.11.004.
Anandan, C., Mohanraj, M. P., & Madhu, S. (2006). A study of the impact of
values and lifestyle (VALS) on brand loyalty with special reference to
english newspaper. XIMB Journal of Management. 97-112.
Anandarajan, S., & Arunadevi, P. (2016). Consumer behavior towards lifestyle
marketing. Asia Pacific Journal of Research. 2(37)202-206.
Anitha, N. (2016). Influence of lifestyle on consumer decision making with
special reference to organized retail formats in chennai. Indian Journal of
Commerce & Management Studies. 7(1)85-90.
Aqmala, D., & Farida, N. (2014). A study of planned impulse buying on
consumers in Indonesia. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
http://eprints.undip.ac.id/49868/.
Awan, A.G., & Abbas, N. (2015). Impact of demographic factors on impulse
buying behavior of consumers in multan-Pakistan. European Journal of
Business and Management. 7(22)96-105.
Badgaiyan, A.J., & Verma, A. (2014). Instrinsic factors affecting impulse buying
behavior – evidence from India. Journal of Retailing and Consumer
Services. 537-549.
Badgaiyan, A.J., Verma, A., & Dixit, S. (2016). Impulsive buying tendency:
measuring important relationships with a new perspective and an
indigenious scale. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S097038961630057X.
106
Banerjee, S., & Saha, S. (2012). Impulse buying behavior in retail stores –
triggering the senses. Asia Pacific Journal of Marketing & Management
Review. 1(2)1-21.
Bashir, S., Zeeshan, M., Sabbar, S., Hussain, R., & Sarki, I. (2013) Impact of
cultural values and life style on impulse buying behavior: a case study of
Pakistan. International Review of Management and Business Research
Journal. 2(1)193-200.
Bessouh, N., & Belkhir, D.O. (2018). The effect mood on impulse buying
behavior-case of Algerian buyers. Austin Journal of Business
Administration and Management. 2(1)1-6.
Bessouh, N., Iznasni, A. & Benhabib, A. (2013). Factors influencing impulse
buying of Algerian shoppers. International Journal of Science and
Research. 860-866.
Bhuvaneswari, V., & Krishnan, J. (2015). A review of literature on impulse
buying behavior of consumers in brick and mortar and click only stores.
International Journal of Management Research and Social Science.
2(3)84-90.
Cervone, D., & Pervin, L.A. (2013). Personality theory and research (Twelfth
Ed). United States: New Aster by Aptara, Inc.
Chung, N., Song, H.G., & Koo, C. (2015). A theoretical model of impulsive
buying behavior in tourism social commerce. Diunduh tanggal 1
Desember 2017 dari https://agrilifecdn.tamu.edu/ertr/files/2015/02/Chung-
Song-and-Koo.pdf.
Cunha, R. A. N., & Silva, D. (2015). Impulsive buying behavior: an empirical
study in Brazil. Australian Journal of Basic and Applied Sciences.
9(1)292-296.
Dameyasani, A. W. & Juneman, A. (2013). Impulsive buying, cultural values
dimensions, and symbolic meaning of money: A study on college students
in Indonesia’s capital city and its surrounding. International Journal of
Research Studies in Psychology. 2,35-52.
Donnellan, M.B., Oswald, F.L., Baird, B.M., & Lucas, R.E. (2006). The Mini-
IPIP scales: Tiny-yet-effective measures of the Big Five factors of
personality. American Psychological Association. 18(2),192-203.
107
Ebitu & Tom. (2015). Impulse buying behavior and demographic analysis among
university of calabar students, Nigeria. Journal of Marketing and
Consumer Research. 17.42-48.
Ekeng, A.B., Lifu, F.L., & Asinya, F.A. (2012). Effect of demographic
characteristics on consumer impulse buying among consumers of calabar
municipality, cross river. Journal SAVAP International. 3(2)568-574.
Enrico, A., Aron, R., & Oktavia, W. (2014). The factors that influenced
consumptive behavior: a survey of university students in Jakarta.
International Journal of Scientific and Research Publications. 4(1)1-6.
Farhana. (2008). Psikologi Umum. Universitas Islam Jakarta.
Farid, D.S., & Ali, M. (2017). Effects of personality on impulsive buying
behavior: evidence from a developing country. Journal Marketing and
Branding Research. 5(1)31-43.
Feist, J. & Gregory J. Feist. (2008). Theories of Personality (seventh edition).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Francis, L.J., Lewis, C.A., Ziebertz, H.G. (2006) ‘The short-form revised Eysenck
personality Questionnaire (EPQ-S): A German edition’. Social Behavior
and Personality an International Journal. 34(2), 197-204.
Gohary, A., & Hanzaee, K.H. (2014). Personality traits as predictors of shopping
motivations and behaviors: a canonical correlation analysis. Arab
Economic and Business Journal. 166-174.
Goldberg, L. R. (1990). An Alternative ‘Description of Personality’: The Big-Five
Factor Structure. Journal of Personality and Social Psychology. 59,1216-
1229.
Goldberg, L.R. (1993). The structure of phenotypic personality traits. American
Psychological Association. 48,26-34.
Harmanciouglu, N., Finney, R.Z., & Joseph, M. (2009). Impulse purchase of new
products: an empirical analysis. Journal of Product & Brand Management.
18(1)27-37.doi: 10.1108/10610420910933344.
Husnain, M., & Akhtar, M.W. (2015). Impact of lifestyle on brand preferences.
Journal of Business Administration Research. 4(2)30-39.
108
Iram, M., & Chacharkar. (2017). Model of impulse buying behavior. Journal of
Management Research. 9(1)45-53.
Khan, H., Razi, A., Ali, S. A., & Asghar, A. (2011). Identifying consumer
lifestyle. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business.
3(8)250-268.
Krishnan, J. (2011). Lifestyle – A tool for understanding buyer behavior.
International Journal of Economics and Management. 5(1)283 – 29.
Kwan, C. Y., Yeung, K. W. & Au, K. F. (2008). Relationship between consumer
decision-making styles and lifestyle characteristics: young fashion
consumers in China. The Journal of The Textile Institute. 99(3),193-209.
Lakshmi, V.J., Niharika, A., & Lahari, G. (2017). Impact of gender on consumer
purchasing behavior. IOSR Journal of Business and Management.19(8)33-
36.
Lawson, R., & Todd, S. (2002). Consumer lifestyle: a social stratification
perspective. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1470593102002003278.
Lins, A., Doka, A., Bottequin, E., Odabasic, A., Pavlovic, S., Merchan, A.,
Golasa, A., & Hylander, F. (2015). The Effects of Having, Feeling, and
Thinking on Impulse Buying in European Adolescents. Journal of
International Consumer Marketing. 27(5)414-428.
Lukito, R.S.H., & Tulipa, D. (2016). Impulse buying behavior on consumer retail
fashion in Surabaya – Indonesia. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
http://repository.wima.ac.id/10287/.
Luniya, P., & Verghese, M. (2015). A study on impulse buying and its
determinants: A literature review. Pacific Business Review International.
8(1)66-69.
Mathai, S. T., & Haridas, R. (2014). Personality its impact on impulse buying
behavior among the retail customers in Kochin city. Journal of Business
and Management. 16(4)48-55.
Mendenhall, C. (2015). The phenomenon of impulse buying. Diunduh tanggal 1
Desember 2017 dari http://artifactsjournal.missouri.edu/2015/01/the-
phenomenon-of-impulse-buying/.
109
Muruganantham, G., & Bhakat, R.S. (2013). A review of impulse buying.
International Journal of Marketing Studies. 5(3)149-160.
Nair, D., & Das, S. (2015). Impact of emotional intelligence on impulse buying
and product value proposition. European Journal of Bussiness and
Management. 7(1)165-172.
Pandey, A.C., & Pandey, M.K. (2013). Impact of lifestyle on brand preference of
buyer behavior. International Monthly Referred Journal of Research In
Management and Technology. 2(13)151-165.
Parakh, A., Bindal, S., & Saldanha, A. (2016). Impulse buying behavior in
adolescents. Imperial Journal of Interdiciplinary. 2(4)273-279.
Plummer, J. T. (1974). The concept and application of life style segmentation.
Journal of Marketing. 38(1)33-37.
Putra, A.H.P.K., Said, S., & Hasan, S. (2017). Implication of external and internal
factors of mall consumers in Indonesia to impulse buying behavior.
International Journal of Business Accounting and Management. 2(4)1-10.
Raju, K.V., Kumar, D.P., & Raju, S.S. (2015). A comprehensive review of
impulse purchase process and various factors affecting it. Journal of
Business and Management. 17(12)81-107.
Rana, S., & Tirthani, J. (2012). Effect of education, income and gender on
impulsive buying among Indian consumer an empirical study of
readymade garment customers. Indian Journal of Applied
Research.1(12)145-146).
Richins, M.L. (2004). The material values scale: measurement properties and
development of a short form. Journal of Consumer Research. 31(1),209-
219.
Rizkiyani, F., & Yudiana, W. (2015). The Indonesian big five inventory (BFI) in a
Sundanese adolescent sampel: personality structure and. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences. 9(14)58-66 Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/312376701.
Saad, M., & Metawie, M. (2015). Store environment, personality factors and
impulse buying behavior in Egypt: the mediating roles of shop enjoyment
and impulse buying tendencies. Journal of Business and Management
Sciences. 3(2)69-77.
110
Sathish, S., & Rajamohan (2012). Consumer behavior and lifestyle marketing.
International Journal of Marketing, Financial Services and Management
Research. 1(10)152-166.
Schultz, D.P,. & Schultz, S.E. (2005). Theories of Personality 8th edition. USA:
Wadsworth.
Shahjehan, A., Qureshi, J.A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The effect of
personality on impulsive and compulsive buying behaviors. African
Journal of Business Management. 6(6),2187-2194.
Shehzadi, K., Ahmad, M., Cheema, A. M., & Ahkam, A. (2016). Impact of
personality traits on compulsive buying behavior: mediating role of
impulsive buying. Journal of Service Science and Management. 9.416-
432.
Shoda, M., & Smith. (2003). Introduction to Personality : Toward an Integration,
Seventh Ed. New York: Estate of Pablo Picasso.
Soto, C.J., & John, O.P. (2009). Ten facet scales for the Big Five Inventory:
Convergence with NEO PI-R facets, self-peer agreement, and discriminant
validity. Journal Research In Personality. 84-90.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.
Tambuwun, M. (2016). Shopping lifestyle as intervening relation between
hedonic motive and gender on impulse buying. International Journal of
Business and Finance Management Research. 9-16.
Udo-Imeh, P. T. (2015). Influence of personality on the buying behavior of
undergraduate students in universities in cross river state, Nigeria.
International Journal of Marketing Studies. 7(4)64-77.
Vazifehdoost, H., Rahnama, A., & Mousavian, S.J. (2014). Evaluation of the
influence of fashion involvement, personality characteristics, tendency to
hedonic consumption and store environment on fashion-oriented impulse
buying. Mediterranean Journal of Social Sciences. 5(16)223-
231,doi:10.5901/mjss.2014.v5n16p223.
Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying
tendency: feeling and no thinking. European Journal of Personality. 71-
83.doi:10.1002/per.423.
111
Vishnu, P., & Raheem, A. R. (2013). Factors influencing impulse buying
behavior. European Journal of Scientific Research. 100(3)67-79.
Vyncke, P. (2002). Lifestyle segmentation from attitudes, interests and opinions,
to values, aesthetic styles, life vision and media preferences. European
Journal of Communication. 17(4)445-463.
Yadav, S.K., & Mishra, B. (2017). Effect of psychographics and demographics on
impulse buying behavior of retail consumers in Bilaspur. International
Journal of Commerce and Management Research. 3(1)18.23.
Zahra, R., & Awan, A.G. (2017). Consumers behavior towards the choice of
shopping malls and traditional market. Global Journal of Management
Social Sciences and Humanities. 3(3)373-394.
Zhou, H., & Gu, Z. (2015). The effect of different price presentations on
consumer impulse buying behavior: the role of anticipated regret.
American Journal of Industrial and Business Management. 27-36.
112
LAMPIRAN
113
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian
114
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi/siang/sore,
Salam sejahtera saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan berkah
serta perlindungan dari Allah Ta’ala sehingga dapat melaksanakan aktivitas
sehari-hari.
Perkenalkan saya Sri Hartini Hastuti mahasiswa Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini melakukan penelitian
dalam rangka menyelesaikan skripsi. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan
Anda untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
Anda dipersilahkan untuk mengisi kuesioner ini dengan mengikuti
petunjuk pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH
dalam kuesioner ini. Anda diharapkan mengisi jawaban sesuai dengan keadaan
saat ini. Data diri dan semua jawaban Anda akan diolah secara general, bukan
perorangan. Data dalam penelitian ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan
hanya untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian dan bantuannya peneliti
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(Sri Hartini Hastuti)
115
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : P/L
Usia :
Semester :
Fakultas :
Bersedia mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan.
TTD
(Nama/Inisial)
II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Bacalah sejumlah pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Anda dimohon untuk memberikan penilaian mengenai pernyataan
dibawah ini.
3. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda
secara objektif dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kriteria
untuk setiap pernyataan yang menurut Anda paling tepat.
4. Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar-salah
melainkan menunjukan kesesuaian penilaian Anda terhadap isi setiap
pernyataan.
5. Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
Sangat tidak setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
6. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang
terlewatkan.
116
SKALA I
No Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat
Setuju
1. Saya biasanya berpikir dengan hati-hati sebelum membeli sesuatu.
2. Saya biasanya hanya membeli barang yang ingin dibeli.
3. Jika saya membeli sesuatu, saya biasa melakukan secara spontan.
4. Sebagian besar pembelian, saya rencanakan sebelumnya.
5. Saya hanya membeli barang-barang yang sangat dibutuhkan.
6. Saya tidak asal membeli barang.
7. Saya suka membandingkan berbagai merek sebelum membelinya.
8. Sebelum membeli sesuatu, saya selalu
mempertimbangkan dengan hati-hati apakah saya memerlukannya.
9. Saya terbiasa membeli barang langsung di toko.
10. Saya sering membeli barang tanpa berpikir terlebih dahulu.
11. Sulit bagi saya untuk meninggalkan
barang-barang bagus yang saya lihat di toko.
12. Terkadang saya tidak bisa menahan hasrat ketika berbelanja di toko.
13. Terkadang saya merasa menyesal setelah membeli sesuatu.
14. Saya bukan tipe orang yang pertama
kali lihat langsung suka saat berada di toko.
15. Saya bisa menjadi sangat senang jika
117
melihat sesuatu yang ingin saya beli.
16. Saya selalu melihat barang yang bagus setiap kali melewati toko.
17. Saya merasa sulit untuk melewatkan promosi.
18. Jika saya melihat sesuatu yang baru, saya ingin membelinya.
19. Saya cukup berani dalam membeli barang.
20. Terkadang saya membeli barang karena
suka, bukan karena saya membutuhkannya.
SKALA II
No Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat
Setuju
1. Saya selalu memikirkan tugas.
2. Ketika sudah memulai belajar, saya
akan sulit untuk berhenti.
3. Belajar adalah hal terpenting dalam hidup saya.
4. Saya seorang pekerja keras.
5. Saat waktu luang, saya akan pergi
berbelanja.
6. Belanja adalah hal yang penting bagi
saya untuk mendapatkan pengetahuan
mode.
7. Saya membeli baju setiap saya berbelanja.
8. Saya perlu memiliki berbagai macam
pakaian di lemari pakaian saya.
9. Saya memiliki banyak pilihan pakaian
untuk digunakan pada saat yang
berbeda-beda.
10. Saya membutuhkan berbagai macam pilihan saat menentukan pilihan
berpakaian.
11. Saya suka berbelanja pakaian di
berbagai toko.
12. Saya selalu memperhatikan trend
fashion terbaru.
13. Saya lebih banyak menghabiskan uang
118
dibanding teman-teman saya dalam hal
pakaian.
14. Saya suka membeli baju yang sesuai dengan trend fashion yang akan
datang.
15. Saya ingin menjadi orang pertama
yang mencoba fashion terbaru.
16. Saya percaya diri dengan kemampuan
saya untuk mengenali trend fashion.
17. Teman-teman saya selalu menganggap
saya sebagai trend fashion.
18. Saya sering membahas pakaian dengan
teman-teman saya.
19. Pakaian merupakan hal terpenting
untuk mengekspresikan citra diri saya.
20. Apa yang saya pikirkan tentang diri
saya tercermin dari apa yang saya
kenakan.
21. Berpakaian baik adalah bentuk menghargai diri sendiri.
22. Saya adalah orang tradisional dan
konservatif.
23. Saya tinggal di rumah umumnya pada malam hari
24. Saya suka menghabiskan waktu
senggang bersama keluarga.
25. Saya menikmati menghabiskan waktu di rumah.
26. Keluarga saya adalah hal yang paling
penting bagi saya.
27. Saya selalu mendengarkan saran orang tua saya.
28. Saya selalu bangga dengan keluarga
dekat saya.
29. Saya yakin saya memiliki tingkat percaya diri yang lebih dibanding
orang-orang seusia saya.
30. Saya yakin bahwa saya dapat menemukan pekerjaan yang baik
setelah studi saya.
31. Ketika saya memutuskan untuk
mencapai sesuatu, saya biasanya bisa mencapainya.
32. Saya selalu bangga dengan diri saya
sendiri.
33. Saya lebih suka membeli produk bermerek.
34. Saya bersedia membayar harga yang
lebih tinggi untuk merek-merek
119
terkenal.
35. Saya lebih suka membeli produk asing
daripada produk lokal.
36. Kualitas produk merek asing biasanya lebih baik daripada merek lokal.
SKALA III
No Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat
Setuju
Saya menilai diri saya sebagai seorang yang …..
1. Banyak bicara.
2. Cenderung mencari-cari kesalahan
orang lain.
3. Mengerjakan tugas dengan cermat.
4. Depresi, mudah murung.
5. Orisinil, suka menemukan ide-ide baru.
6. Pendiam.
7. Suka menolong, tidak mementingkan diri sendiri.
8. Kurang hati-hati.
9. Santai, mengatasi stress dengan baik.
10. Suka penasaran dengan banyak hal yang berbeda.
11. Bersemangat, penuh energi.
12. Mencari-cari masalah dengan orang
lain.
13. Seorang pekerja yang dapat diandalkan.
14. Kadang merasa tegang.
15. Cerdas, pemikir yang dalam.
16. Membangkitkan semangat orang lain.
17. Mempunyai sifat pemaaf.
18. Cenderung tidak teratur.
19. Seringkali merasa khawatir.
20. Memiliki imajinasi yang baik.
21. Cenderung pendiam.
22. Mudah percaya pada orang lain.
23. Cenderung pemalas.
24. Stabil secara emosional, tidak mudah
kecewa.
25. Seorang yang berdaya cipta.
26. Kepribadian asertif, suka terus terang.
27. Memiliki sifat dingin dan suka
menyendiri.
120
28. Ulet mengerjakan tugas hingga selesai.
29. Suasana hati mudah berubah, moody.
30. Menghargai pengalaman-pengalaman
artistic dan estetik.
31. Kadang-kadang pemalu, canggung.
32. Penuh tenggang rasa dan baik kepada
hampir setiap orang.
33. Melakukan sesuatu dengan efisien.
34. Tetap tenang dalam situasi-situasi yang
menegangkan.
35. Lebih suka melakukan pekerjaan yang
rutin, yang sudah biasa dilakukan.
36. Mudah bergaul, supel.
37. Terkadang kasar terhadap orang lain.
38. Membuat rencana dan melakukan
rencana tersebut.
39. Mudah gugup.
40. Suka merenung, mengutak-atik
gagasan.
41. Hanya mempunyai sedikit minat artistik.
42. Menyukai bekerja sama dengan orang
lain.
43. Perhatian saya mudah terpecah.
44. Hebat di bidang seni, baik musik atau sastra.
121
LAMPIRAN 3
Output CFA
a. Pembelian Impulsif
UJI VALIDITAS KONSTRUK PEMBELIAN IMPULSIF DA NI=20 NO=275 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 PM SY FI=IMPULSIF.COR MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK IMPULSIF FR TD 17 15 TD 19 13 TD 8 5 TD 16 14 TD 7 6 TD 16 4 TD 16 9 TD 15 5 TD 2 1 TD 16 12 TD
18 13 TD 20 5 TD 19 11 TD 13 2 TD 12 5 TD 18 17 TD 15 12 TD 10 8 TD 11 8 TD 16 1 TD 20
17 TD 17 16 TD 17 12 TD 20 14 TD 14 4 TD 15 4 TD 9 5 TD 12 6 TD 19 15 TD 15 11 TD 19 14
TD 14 13 TD 19 16 TD 9 6 TD 9 7 TD 16 7 TD 12 7 TD 10 3 TD 8 3 TD 19 17 TD 19 9 TD 16 11
TD 7 5 TD 3 1 TD 5 3 TD 10 5 TD 17 14 TD 20 16 TD 20 4 TD 19 12 TD 20 12 TD 13 1 TD 19
10 TD 13 10 TD 10 7 TD 8 7 TD 7 3 TD 8 6 TD 10 6 TD 6 5 TD 18 6 PD OU SS TV MI
122
b. Activity
UJI VALIDITAS KONSTRUK ACTIVITY DA NI=11 NO=275 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 PM SY FI=ACT.COR MO NX=11 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ACTIVITY FR TD 11 4 TD 10 4 TD 11 10 TD 5 4 TD 10 5 TD 4 3 TD 11 3 TD 10 3 TD 8 7 TD 6 2 TD 7 3
TD 7 4 TD 9 6 TD 8 2 PD OU SS TV MI
123
c. Interests
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERESTS DA NI=17 NO=275 MA=PM LA ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21
ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 PM SY FI=INT.COR MO NX=17 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INTEREST FR TD 14 7 TD 15 2 TD 16 12 TD 9 5 TD 17 3 TD 13 9 TD 10 6 TD 17 15 TD 15 3 TD 3 2 TD
17 2 TD 13 10 TD 5 4 TD 10 9 TD 12 2 TD 16 2 TD 16 15 TD 7 4 TD 16 3 TD 17 16 TD 17 12
TD 12 3 TD 15 12 TD 13 11 TD 15 7 TD 13 5 TD 6 2 TD 8 6 TD 6 5 TD 10 4 TD 13 1 TD 16 14 TD 16 7 TD 14 12 TD 14 11 TD 7 6 TD 5 2 TD 13 12 TD 12 9 TD 17 11 TD 10 8 TD 8 4 TD 16
13 TD 13 4 TD 8 5 TD 15 1 TD 7 2 TD 14 2 TD 12 7 TD 14 8 TD 4 2 TD 11 8 TD 6 1 TD 17 13
TD 9 3 TD 7 5 TD 14 9 TD 15 14 TD 14 3 TD 7 3 TD 17 7 TD 17 14 PD OU SS TV MI
124
d. Opinion
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPINION DA NI=8 NO=275 MA=PM LA ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 ITEM35 ITEM36 PM SY FI=OP.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OPINION FR TD 6 2 TD 8 4 TD 8 1 TD 7 6 TD 5 4 TD 4 3 TD 7 1 PD OU SS TV MI
125
e. Openness
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENNESS DA NI=10 NO=275 MA=PM LA ITEM5 ITEM10 ITEM15 ITEM20 ITEM25 ITEM30 ITEM35 ITEM40 ITEM41 ITEM44 PM SY FI=OP.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OPENNESS FR TD 6 2 TD 4 3 TD 6 3 TD 8 7 TD 9 6 TD 7 6 PD OU SS TV MI
126
f. Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK CONSCIENTIOUSNESS DA NI=9 NO=275 MA=PM LA ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18 ITEM23 ITEM28 ITEM33 ITEM38 ITEM43 PM SY FI=NESS.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK CONSCIEN FR TD 9 4 TD 5 4 TD 9 5 TD 8 3 TD 4 1 TD 9 2 TD 4 2 TD 5 2 PD OU SS TV MI
127
g. Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION DA NI=8 NO=275 MA=PM LA ITEM1 ITEM6 ITEM11 ITEM16 ITEM21 ITEM26 ITEM31 ITEM36 PM SY FI=EX.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EXTRA FR TD 4 3 TD 7 2 TD 5 2 TD 7 5 TD 5 4 TD 7 4 TD 8 3 TD 8 4 TD 6 4 TD 8 2 PD OU SS TV MI
128
h. Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK AGREEABLENESS DA NI=9 NO=275 MA=PM LA ITEM2 ITEM7 ITEM12 ITEM17 ITEM22 ITEM27 ITEM32 ITEM37 ITEM42 PM SY FI=AGREE.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK AGREEABL FR TD 3 1 TD 9 5 TD 8 3 TD 8 1 TD 8 6 TD 8 7 TD 7 2 TD 9 6 TD 2 1 PD OU SS TV MI
129
i. Neuroticism
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM DA NI=8 NO=275 MA=PM LA ITEM4 ITEM9 ITEM14 ITEM19 ITEM24 ITEM29 ITEM34 ITEM39 PM SY FI=NEURO.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK NEUROTIC FR TD 7 2 TD 5 2 TD 7 5 TD 2 1 TD 6 5 TD 8 3 PD OU SS TV MI
130
LAMPIRAN 4
Output Deskriptif dan Hasil Uji Regresi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Impulsif 275 26.96 77.50 50.0000 9.31616
Activity 275 28.57 76.89 50.0000 9.04627
Interest 275 11.97 72.11 50.0000 8.47616
Opinion 275 26.31 72.25 50.0000 9.07946
Openness 275 15.40 74.12 50.0000 8.68096
Conscien 275 20.65 76.91 50.0000 8.39052
extraversion 275 26.68 70.27 50.0000 9.31145
Agreeabl 275 16.32 68.58 50.0000 8.75571
Neuroticsm 275 23.97 72.46 50.0000 8.64894
Valid N (listwise) 275
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .607a .369 .350 7.51192 .369 19.428 8 266 .000
a. Predictors: (Constant), neuroticsm, opinion, openness, extraversion,
conscien, agreeabl, interest, activity
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 8770.559 8 1096.320 19.428 .000a
Residual 15010.111 266 56.429
Total 23780.670 274
a. Predictors: (Constant), neuroticsm, opinion, openness, extraversion, conscien, agreeabl, interest, activity
b. Dependent Variable: impulsif
131
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.245 6.685 1.832 .068
Activity .506 .070 .491 7.185 .000
Interest .021 .071 .019 .301 .764
Opinion -.001 .069 -.001 -.017 .986
openness .073 .062 .068 1.176 .241
conscien -.214 .066 -.192 -3.244 .001
extraversion .126 .052 .126 2.413 .017
agreeabl .049 .061 .046 .803 .423
neuroticsm .194 .059 .180 3.274 .001
a. Dependent Variable: impulsif
Model Summary
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .536a .287 .284 7.88198 .287 109.784 1 273 .000
2 .538b .289 .284 7.88274 .002 .947 1 272 .331
3 .538c .289 .281 7.89701 .000 .017 1 271 .895
4 .540d .292 .281 7.89874 .002 .882 1 270 .349
5 .580e .337 .324 7.65797 .045 18.245 1 269 .000
6 .585f .342 .327 7.64107 .005 2.191 1 268 .140
7 .586g .343 .326 7.64746 .001 .552 1 267 .458
8 .607h .369 .350 7.51192 .025 10.722 1 266 .001
a. Predictors: (Constant), activity
b. Predictors: (Constant), activity, interest
c. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion
d. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness
e. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien
f. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien, extraversion
g. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien, extraversion, agreeabl
h. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien, extraversion, agreeabl, neuroticsm
top related