pengaruh bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar siswa
Post on 19-Jan-2016
1.326 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Agama Islam
oleh IIS ISTIANAH
NIM : 0701.0029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NURUL HIKMAH
CIANJUR 2011 M – 1432 H
ii
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)
oleh IIS ISTIANAH
NIM : 0701.0029
Disetujui oleh
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul
Hikmah Cianjur,
Ketua Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam,
iii
PENGESAHAN
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta
As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)
Cianjur, Juli 2011
Sidang Munaqosah
Ketua,
Pembimbing II,
Penguji I,
Penguji II,
iv
MOTTO
Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman tentang Al-Quraan dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS Al-Baqarah : 269)
Persembahan sederhana untuk Ayahanda dan Ibunda
yang tanpa lelah mendorong, mencintai, dan memberikan dukungan bagi kehidupanku menuju Ridla Allah
v
ABSTRAK
IIS ISTIANAH, NIM: 0701.0029: Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011).
Pnelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan bimbingan kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur, (2) mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari, dan (3) menguji pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey terhadap 20 sampel orang tua siswa kelas awal MIS As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Data diperoleh terutama dengan menggunakan angket tertutup dengan menggunakan skala Likert.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
(1) Pada umumnya para orang tua siswa telah melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap putra-putrinya yang duduk di MIS As-Sa’idiyah Cipanas secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat tanggapan responden sebesar 74,33 % yang menunjukkan bahwa tingkat pembinaan dan bimbingan orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori cukup baik.
(2) Motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori cukup baik yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 % dari empat dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan pengamatan orang tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat dalam belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keterbukaan dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan prestasi belajar yang relatif cukup baik.
(3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi koefisien r berada pada parameter 0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi atau kuat. Di samping itu, hasil uji signifikansi menunjukkan nilai thitung sebesar 4,133 yang ternyata lebih besar daripada ttabel = 2,086 pada taraf signifikansi 5 % dan membuktikan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat iman dan nikmat Islam serta limpahan ilmu yang tak
terhingga atas kekuasaan-Nya. Shalawat dan salah semoga senantiasa dilimpahkan
kepada junjunan alam, Nabiyullah Muhammad SAW.
Alhamdulillah, atas rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur.
Kesulitan dan hambatan tentu saja banyak ditemui selama persiapan,
proses penelitian, hingga penyusunan skripsi ini, baik dari segi teknis
pengumpulan data, pengolahan data, maupun teknis penulisan. Atas bantuan
berbagai pihak, Alhamdulillah kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi sehingga
karya tulis ini akhirnya dapat terwujudkan. Oleh sebab itu, sangat patut pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak .............., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul
Hikmah Cianjur, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada
saya untuk dapat melakukan penelitian ini;
2. Bapak .............., selaku Pembimbing I yang telah demikian banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, serta kesempatan kepada penulis
untuk melakukan rangkaian penelitian ini
3. Bapak ............, selaku Pembimbing II yang telah memberikan berbagai
bimbingan dan petunjuk berharga sejak persiapan penelitian hingga
terwujudnya skripsi ini;
vii
4. Bapak ............., Kepala MIS As-Sa’idiyah Cianjur, beserta staf pengajar,
yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian;
5. Bapak serta Ibu Dosen serta staf Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Cianjur;
6. anak-anak, suami serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan
yang demikian besar sehingga penulis dapat tiba pada akhir pendidikan di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur ini; serta
7. berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan-kebaikan Ibu dan Bapak yang diberikan kepada penulis sejak
tahap-tahap persiapan hingga penyelesaian skripsi ini memperoleh imbalan pahala
dari Allah ‘Azza wa-zalla. Amin.
Skripsi ini hanyalah merupakan setetes air di tengah samudera keilmuan
yang mahaluas, sehingga bukan mustahil jika di dalamnya terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Cianjur, Juli 2011
Penulis,
IIS ISTIANAH
NIM : 0701.0029
viii
DAFTAR ISI
halaman
Pengesahan / Persetujuan .........................................................................
Motto ........................................................................................................
Abstrak ...................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
Daftar Tabel .............................................................................................
Daftar Gambar .........................................................................................
Daftar Lampiran ......................................................................................
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
D. Manfaat Penelitian ............................................................
E. Kerangka Pemikiran ..........................................................
F. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................
G. Prosedur Penelitian ............................................................
H. Kajian Kepustakaan ...........................................................
1
1
5
6
6
7
11
13
20
Bab II BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR .
A. Belajar dalam Pandangan Islam ........................................
B. Prinsip Dasar Bimbingan Belajar ......................................
C. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Anak ........................
D. Prinsip Dasar Motivasi .....................................................
1. Pengertioan Motivasi ...................................................
2. Dinamika Proses Perilaku Manusia .............................
3. Jenis-jenis Motivasi .....................................................
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ...............
23
23
27
32
39
39
42
44
47
ix
Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………...
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data……………………….
1. Cara Pembimbingan Orang Tua terhadap Anaknya ….
2. Motivasi Belajar Siswa ………………………………
3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa ………………………………………...
B. Pembahasan Hasil Analisis ...............................................
1. Cara Pembimbingan Orang Tua terhadap Anaknya ….
2. Motivasi Belajar Siswa ………………………………
3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa ………………………………………...
52
52
52
55
57
63
63
69
71
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran-saran ......................................................................
74
74
76
Daftar Pustaka ......................................................................................... 79
Lampiran-lampiran .................................................................................. 81
x
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Populasi Penelitian ................................................................. 12
Tabel 1.2 Standar Kategori Sugiyono ..................................................... 19
Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel X .................... 53
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Y .................... 55
Tabel 3.3 Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Variabel X dan Y .... 64
Tabel 3.4 Penghitungan Koefisien Korelasi r-Product Moment Spearman …………………………………………………… 61
Tabel 3.5 Hasil Uji t Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur ………………………………………….. 62
xi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Lingkaran Motivasi ........................................................... 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Kisi-kisi Angket Penelitian ..................................................... 81
2. Instrumen Penelitian ................................................................ 84
3. Data Empirik Hasil Penelitian ................................................. 87
4. Tabel Pengolahan Data Deskriptif Hasil Penelitian ............... 91
5. Surat Keputusan Ketua STIT Nurul Hikmah Cianjur ............ 97
6. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ........................................ 98
7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................. 99
8. Daftar Riwayat Hidup ............................................................. 100
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harapan bagi orang tuanya. Dia merupakan hasil dari
buah kasih sayang yang diikat dalam suatu perkawinan antara suami istri
dalam satu keluarga. Segala yang terbaik pantaslah diberikan kepada anak,
termasuk dalam pemenuhan sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan dan
sebagainya. Satu hal yang terpenting adalah masalah adalah pendidikan yang
merupakan sebuah kewajiban bagi orang tua untuk memberikan hak anak
untuk mendapatkannya.
Orang tua memiliki tugas utama dalam pendidikan anak, yaitu menjadi
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat
dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga yang lainnya, ketika seorang anak masih berusia 0-2 tahun.
Pada masa ini anak sangta bergantung kepada orang lain, dia tidak dapat
hiidup tanpa bimbingan orang-orang sekitarnya dan lingkungan pertama yang
dialami oleh anak adalah asuhan ibu dan ayah. Dan yang terpenting lagi
pendidikan dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak mulai tumbuh
sejak ia kecil, sesuai dengan fitrahnya.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika suasana keluarga itu baik dan menyenangkan, maka
anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
xiv
pertumbuhan anak tersebut. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang
paling berpengaruh dibandingkan yang lain. Seorang ibu sangat besar
pengaruhnya dalam membimbing anak seiring dengan pertumbuhannya. Para
ibu hendaknya memperhatikan berbagai permasalahan mengenai anak.
Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dalam
kehidupan manusia. Pendidikan berlangsung terus menerus ada sepanjang
kehidupan manusia, akan senantiasa beriringan dengan perkembangan zaman,
oleh karenanya masalah pendidikan tidak akan selesai. Pendidikan memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia. Muhibbin Syah (2000:1)
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh-
kembangkan potensi sumber daya aktivitas operasional kependidikan oleh
tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar.
A. Tafsir (1992:6) mengemukakan bahwa pendidikan mengandung arti
usaha sadar meningkatkan diri dalam segala aspeknya, definisi ini mencakup
kependidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru
(pendidik) mencakup pendidikann formal dan non formal.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan anak,
antara lain adalah struktur masyarakat, lingkungan keluarga dan sebagainya.
Selain dalam lembaga pendidikan formal (sekolah). Pendidikan anak juga
dilaksanakan di rumah, yaitu dalam lingkungan keluarga. Di dalam keluarga
yang menjadi panutan pertama dan utama adalah orang tua, terutama dalam
hal pendidikan bimbingan dan dorongan orang tua sangat diperlukan dalam
belajar anak di rumah, karena hal ini sangat erat kaitannya dengan sikap
xv
belajar anak di sekolah sebagai siswa. Untuk itu di samping bantuan dan
bimbingan secara materiil yang memberi bimbingan dan dorongan secara
rohani, atau yang bersifat batiniyah bagi anaknya, baik berupa kasih sayang,
nasehat-nasehat, ataupun bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas anak di
rumah. Dalam diri seseorang terdapat suatu kekuatan yang menjadi daya
penggerak hatinya yang disebut motivasi. Proses pendidikan adalah
membangkitkan dorongan untuk melakukan aktivitas pendidikan (Tim Dosen
FIP IKIP Malang 1998; 117). Yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu itu biasanya tidak ditentukan oleh motivasi tunggal, karena pada diri
seseorang terdapat bermacam-macam motivasi yang menjadi pendorongnya
untuk melakukan sesuatu, begitu pula dalam belajar, seseorang tidak bias
hanya mengandalkan suatu motivasi saja, yaitu motivasi yang ada dalam
dirinya (motivasi intrinsik), tetapi ia juga membutuhkan dorongan yang dating
dari luar anak itu (motivasi ekstrinsik) salah satunya adalah dari orang tua
untuk meningkatkan semangat belajar anak yaitu dengan memberikan
bimbingannya dan dorongan yang bersifat kerohanian pada anaknya adalah
belajar di rumah.
Pentingnya bimbingan dan perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak, bisa diaplikasikan
lewat pemberian kasih sayang, dan perhatian yang besar terhadap kegiatan
belajar anak di rumah, juga pada hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
anak di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu dan mengarahkan
anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, sesuai dengan tingkat
xvi
kemampuan orang tua. Dengan demikian, belajar anak di rumah akan menjadi
terbimbing dan terarah, hal ini akan mempengaruhi sikap belajar nya di
sekolah, serta dapat mempengaruhi tingkat semangat dan motivasi belajar
siswa di sekolah. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah jika
dibandingkan dengan keberadaannya di sekolah, oleh karena itulah selain
dididik di sekolah ia juga membutuhkan pengawasan yang baik di rumah,
tentu saja dari orang tua, dan sikap anak di sekolah, akan mencerminkan sikap
bimbingan dan pengawasan orang tua di rumah, karena di dalam pendidikan
orang tua dan pihak sekolah harus bekerja sama demi tercapainya pendidikan
yang diinginkan.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur, dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana perhatian serta bimbingan dan pengawasan
orang tua murid MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur terhadap pendidikan anak-
anak mereka baik di rumah maupun di sekolah, dan pengaruh apa sajakah
yang akan timbul dari bimbingan tersebut terhadap semangat belajar anak di
sekolah. Dengan ini, maka penulis menuangkannya dalam sebuah karya tulis
ilmiah berupa skripsi yang berjudul: “PENGARUH BIMBINGAN ORANG
TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH
CIPANAS KABUPATEN CIANJUR”. Dalam memilih judul di atas, penulis
memiliki beberapa alasan sebagai berikut.
1. Adanya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terutama dalam hal
pendidikan sehingga orang tua perlu memberikan bimbingan yang baik.
xvii
2. Seorang siswa dalam belajarnya membutuhkan motivasi untuk
mendapatkan hasil yang baik, untuk itu motivasi belajar siswa perlu
ditingkatkan.
3. Setiap siswa harus berhasil dalam belajarnya, begitu pula dengan siswa
MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur, untuk tu perlu motivasi belajar yang
ditimbulkan oleh bimbingan orang tua.
B. Rumusan Masalah
Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara merumuskan
masalahnya. Suyatna (2000:7) mengemukakan bahwa ”mengidentifikasikan
masalah itu merupakan bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang
harus dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga
penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik.”
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk
pertanyaan di bawah ini.
1. Bagaimanakah cara orang tua siswa melakukan bimbingan kepada putra-
putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimanakah motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
kabupaten Cianjur sehari-hari?
3. Apakah pembinaan orang tua di rumah berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari?
xviii
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan bimbingan
kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur.
2. Mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur sehari-hari.
3. Menguji pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa
MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan pembimbingan dan penanam-
an pendidikan agama Islam pada siswa melalui lingkungan keluarga,
khususnya orang tua siswa.
2. Manfaat Praktis
Sekecil apapun makna penelitian ini, penulis berharap memiliki
makna yang bermanfaat bagi orang tua siswa, guru, maupun lembaga
pendidikan yang terkait, terutama bagi penulis sendiri. Proses dan hasil
penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran orang tua siswa
akan pentingnya pembinaan pendidikan agama Islam, khususnya
xix
penanaman nilai-nilai akidah serta pelaksanaan kewajiban-kewajiban
pokok selaku Muslim sebagai bekal hidup mereka kelak di kemudian hari.
Lebih sederhana lagi, diharapkan siswa termotivasi untuk lebih
mengembangkan pemahaman nilai-nilai keagamaan sebagai pokok
kewajiban yang penting.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu
alternatif dalam pengembangan model dan metode pembinaan nilai-nilai
pendidikan agama Islam. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu
menerapkan metode teknik yang tepat dalam situasi pembelajaran yang
tepat. Sesederhana apapun model pembinaan siswa yang dipaparkan dalam
penelitian ini akan menjadi pilihan yang tepat jika diterapkan dalam situasi
yang tepat pula.
Selanjutnya, bagi lembaga pendidikan terkait, diharapkan keber-
hasilan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan dunia pen-
didikan dan pengajaran. Lebih jauh lagi, penulis berharap pula jika hasil
penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang ber-
minat melakukan penelitian serupa di masa mendatang.
E. Kerangka Pemikiran
Minat dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pada jenjang satuan pendidikan dasar (SD dan MI) sering dikategorikan
rendah. Kenyataan ini dipicu oleh anggapan bahwa pembelajaran Pendidikan
xx
Agama Islam telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang harus
dijalani oleh siswa. Masing-masing siswa secara sadar atau tidak memiliki
anggapan bahwa materi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah
diperoleh dalam aktivitas dan rutinitas beribadah sehari-hari di lingkungan
keluarga dan masyarakat, sehingga minat untuk mempelajari Pendidikan Agama
Islam di sekolah menjadi berkurang.
Minat belajar merupakan aspek mendasar dalam diri seorang anak untuk
mencapai tahap-tahap kompetensi. Dalam teori-teori pembelajaran disebutkan
bahwa minat merupakan faktor pertama yang harus ada dalam diri seorang siswa
untuk menghadapi kegiatan pembelajaran. Minat inilah yang seharusnya
menumbuhkan respon ketika ke dalam diri seseorang datang stimulus atau
rangsangan untuk berbuat sesuatu. Tanpa adanya minat, sebaik apa pun stimulus
atau rangsangan dalam belajar tidak akan dapat menumbuhkan respon yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung di sekolah. Pada konteks ini harus terjadi interaksi antara guru
dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekitarnya. Banyak terjadi
kegiatan belajar mengajar terasa sangat menjemukan dan melelahkan, baik bagi
guru maupun siswa. Kondisi ini sesungguhnya diakibatkan oleh kesalahan guru
dalam memilih pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa. Oleh karena itu, penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan baik akan
menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pada
xxi
konteks ini, minat dan motivasi siswa dalam belajar akan tumbuh secara optimal
dan wajar tanpa harus diberi tekanan oleh guru.
Kegiatan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual
sesungguhnya merupakan landasan pendidikan yang dikembangkan dalam Islam.
Islam mengajari kita untuk bersikap lemah lembut sesuai dengan kondisi yang
terdapat pada konteks. Bahkan Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surah Ali-
Imran ayat 159 berikut ini.
”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan (keduniaan) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran:159. Bachtiar
Surin, Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, 1986).
Sifat lemah lembut adalah karakter yang diberikan Allah kepada manusia
untuk dapat bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini berlaku pula dalam
dunia pendidikan, yakni pada proses belajar mengajar, pada saat terjadinya
interaksi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa.
Firman Allah SWT pula dalam surah An-Nahl ayat 125:
xxii
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …” (QS An-
Nahl:125, Bachtiar Surin, Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, 1986)
Selanjutnya, untuk menghindari terjadi kekeliruan dan kesalah-
pahaman dalam menginterpretasikan setiap istilah yang digunakan pada
penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai definisi
operasional sebagai berikut.
1. Pengaruh yang dimaksud di sini adalah daya yang ada atau yang timbul
dari suatu yang ikut membantu watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 664). Maksud dari
pengertian tersebut adalah pengaruh dari bimbingan orang tua terhadap
motivasi belajar siswa di MI Assa’idiyyah.
2. Bimbingan orang tua yang dimaksud adalah segala usaha yang dilakukan
orang tua, dalam memberikan bantuan dan arahan yang bersifat kerohanian
(non-materi) secara terus-menerus dalam rangka menumbuhkan motivasi
belajar pada diri anak. Menurut Stoops adalah bantuan yang terus menerus
dalam membantu individu untuk mencapai kemampuan secara optimal
dalam mengarahkan yang sebesar-besarnya bagi diri maupun masyarakat
(Jumhur dan Muh. Surya, 1975: 25).
3. Motivasi Belajar Siswa, yaitu segala sesuatu yang menjadi pendorong atau
penggerak seseorang siswa untuk belajar. Menurut Alisuf Sabri motivasi
xxiii
adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang
menuntut/mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Alisuf
Sabri, 1996: 129).
Dari definisi operasional di atas, maka maksud dari judul penelitian ini
dapat dirumuskan pengertiannya secara tertulis sebagai berikut: Suatu
penelitian yang membahas tentang bagaimanakah pengaruh bimbingan orang
tua terhadap motivasi belajar siswa yang berada di MIS Assa’idiyyah Cipanas-
Cianjur Tahun ajaran 2010/2011.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Subana (2000:24) adalah ”semua nilai baik
melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik
tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas.” Ditinjau dari banyaknya
anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga)
dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi
dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2003:24)
populasi adalah ”wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Populasi penelitian ini adalah orang tua siswa kelas I, II, dan kelas
III MIS Assa’idiyyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011
sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
xxiv
Tabel 1.1
Populasi Penelitian
Jumlah Siswa Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
I 5 7 12
II 8 6 14
III 7 7 14
JUMLAH 20 20 40
Populasi sebagaimana tergambar pada tabel di atas adalah orang tua
siswa kelas I, II, dan III MIS Assa’idiyyah Cipanas Kabupaten Cianjur
tahun ajar 2010 – 2011 yang seluruhnya berjumlah 40 orang.
Pengambilan data populasi tersebut di atas didasarkan kepada teori-
teori yang dikemukakan oleh Subana (2000:12) berikut ini.
a. ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).”
b. ”Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang ditetapkan (Nazir, 1983).”
c. ”Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Vincent,
1989).”
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai dumber
data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
xxv
2. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada
pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan bahwa ”apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25
%.”
Berdasarkan pendapat di atas, untuk mendapatkan sampel yang
representatif dan berukuran sesuai dengan kebutuhan, maka dalam
pelaksanaan penelitian ini diambil 50 % dari jumlah siswa 40 orang. Jadi
jumlah sampelnya adalah 20 orang tua siswa. Untuk memudahkan
perlakuan, sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik random
sampling pada orang tua siswa kelas I, II dan III yang masing-masing
berjumlah 7 orang. Penentuan kelas ini sebagai sampel dilakukan karena
diasumsikan seluruh populasi homogen.
G. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya memandu peneliti tentang langkah-
langkah penelitian yang akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur
yang bagaimana penelitian tersebut dikembangkan. Sejalan dengan
perumusan masalah, serta tujuan penelitian yang dirumuskan dalam
penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode deskritif,
hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad
xxvi
(1982:131), yakni ”suatu cara untuk menyimpulkan masalah aktual dengan
jalan menyimpulkan, menyusun, dan mengklasifikasi data.”
Metode deskritif adalah suatu metode penelitian atas kelompok
manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun peristiwa sekarang.
Penelitian deskritif memberikan deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan
fenomena yang diselidiki.
Menurut Kline, dalam Sugiyono (2004:7), penelitian survey
dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak
mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan memiliki akurasi yang
tinggi. Penelitian survey menitikberatkan pada penelitian yang rasional
yakni mempelajari hubungan antarvariabel sehingga baik secara langsung
atau tidak langsung hipotesis penelitian bisa senantiasa dipertanyakan.
Tujuan survei dapat merupakan pengembangan data sederhana
bersifat menerangkan atau menjelasakan, yakni mempelajari tentang
fenomena sosial dengan cara meneliti hubungan variabel penelitian. Survei
juga dapat menjadi alat bantu penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta
dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi atau politik dari suatu
kelompok atau suatu daerah yang bisa digunakan untuk mendapatkan
pembenaran. Di samping itu, metode deskripsi survei juga dapat
digunakan untuk penyelidikan untuk menguji hipotesis.
xxvii
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini mengembangkan
bentuk penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2004:11-12), penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini juga bertujuan untuk
membangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui berapa besar
hubungan antara variabel yang satu dan variabel yang lain, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan
perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Pengujian
hipotesis di sini, sekali-kali bukanlah bertujuan membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis itu, tetapi bermaksud menguji dapat diterima atau
tidaknya hipotesis itu (Suyatna, 2000:8).
Sejalan dengan hal yang dikemukakan oleh Suyatna di atas,
Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah perumusan
jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dimaksudkan
sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang
sebenarnya.
Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
xxviii
HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan
orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua
terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
3. Teknik Penelitian
Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
digunakan sejumlah teknik penelitian. Dalam upaya memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik seperti
berikut.
a. Teknik Angket. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ini
digunakan angket yang dikembangkan dalam bentuk skala Likert.
Alasan penggunaan skala Likert ini untuk mengukur sikap, pendapat
dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
b. Kajian Kepustakaan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
pemahaman teoretis tentang pembinaan dan pembimbingan siswa
dalam belajar oleh orangtua, serta hal-hal yang berkaitan dengan peran
orang tua dalam membina dan membimbing anaknya dalam
mengembangkan belajar di rumah.
Untuk memperoleh data tentang pembinaan orang tua di rumah dan
motivasi belajar siswa, para orang tua siswa sebagai sampel penelitian
xxix
diberi sejumlah pertanyaan positif atau negatif. Setiap pertanyaan
merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang mendapatkan skor
penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif jawaban, yaitu
Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (JR) dan Tidak
Pernah (TP). Adapun skor yang diperoleh responden adalah sebagai
berikut.
a. Untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5
b. Untuk jawaban Sering (S) diberi skor 4
c. Untuk jawaban Kadang-kadang(KK) diberi skor 3
d. Untuk jawaban Jarang (J) diberi skor 2
e. Untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1
4. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian
Ada dua teknik pengolahan data yang digunakan untuk
menafsirkan hasil penelitian, yakni analisis deskriptif dan analisis korelasi.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan variabel X dan Y
secara mandiri dengan melihat persentase tanggapan responden pada
setiap item pertanyaan yang diajukan. Penafsiran atas rata-rata hasil
tanggapan responden pada setiap dimensi dilakukan dengan menggunakan
skala sebagai berikut.
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi
20 40 60 80 100
xxx
Analisis statistik data diarahkan pada pengujian hipotesis yang
diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk
distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan
regresinya. Pengujian data penelitian meliputi langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Pengujian normalitas distribusi data yang dilakukan dengan teknik
pengujian Chi-kuadrat atau tes Kolmogorov-Smirnov.
b. Pengujian homogenitas data dengan pengujian F.
c. Pengujian hubungan atau pengaruh kedua variabel pembinaan orang
tua dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan pengujian regresi
linier sederhana dengan mencari koefisien kofelasi sederhana atau
korelasi r Product Moment Rank-Spearman yang menunjukkan kuat
lemahnya pengaruh variabel-variabel penelitian. Koefisien korelasi
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
rxy = ( )( )
( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn
X - XYn
∑∑∑∑∑ ∑∑
−−
Y
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi
n : jumlah responden
X : Jumlah skor setiap item
Y : Jumlah skor total seluruh item
(∑X)2 : Kuadrat jumlah skor item X
xxxi
∑X2 : Jumlah kuadrat skor item X
(∑Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y
(∑X)2 : Jumlah kuadrat skor item Y
Kuat-lemahnya pengaruh antarvariabel dikategorikan merujuk kepada
standar kategori Sugiyono (2001:149) sebagai berikut.
Tabel 1.2 Standar Kategori Sugiyono
Parameter Kategori
0,000 – 0,199 Sangat rendah/lemah
0,200 – 0,399 Rendah/lemah
0,400 – 0,599 Sedang/cukup kuat
0,600 – 0,799 Tinggi/kuat
0,800 – 1,000 Sangat tinggi/kuat
d. Menguji hipotesis dengan menggunakan hipotesis statistik
sebagaimana dikemukakan di atas, yakni:
HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan
orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah
Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang
tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan uji t yang digunakan untuk
menguji signifikansi koefisien regresi β dan sekaligus menguji
xxxii
signifikansi koefsien korelasi r. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut.
thitung = βSE
β atau thitung = r 2r - 12 -n
β = koefisien regresi
SEβ = standard error dari koefisien regresi
r = koefisien korelasi
n = ukuran sampel
Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel (pada taraf signifikansi α = 5% tipe
uji 2 sisi dan derajat kebebasan db = n-k-1), maka diputuskan HO
ditolak dan hipotesis penelitian (HA) diterima.
Untuk mempercepat proses perhitungan dalam analisis ini digunakan
aplikasi komputer melalui paket program Microsoft Excel 2007 dan
aplikasi SPSS 11.0 for Windows.
H. Kajian Kepustakaan
Kajian pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah sejenis sehingga diketahui
secara jelas. Posisi dan kontribusi peneliti, selain itu juga berupa bukti yang
telah diterbitkan. Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk menggali teori-teori
yang telah dikembangkan dalam bidang ilmu yang berkepentingan mencari
metode-metode serta teknik penelitian yang telah digunakan oleh peneliti-
peneliti terdahulu, serta menghindarkan terjadi duplikasi yang tidak diizinkan.
xxxiii
Adapun tentang masalah sejenis, di antaranya, sebagaimana yang dilakukan
oleh beberapa peneliti berikut.
Husnul Inayati (UIN Sunan Gunung Djati 2008) dalam skripsinya
dengan judul Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Cipanas Tahun
Ajaran 2006/2007 menemukan bahwa: 1). Tinggi rendahnya prestasi belajar
ekonomi siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya bimbingan orang tua dan
motivasi belajar siswa; 2). Motivasi belajar memiliki pengaruh lebih besar
(Dominan) terhadap prestasi belajar ekonomi dibandingkan bimbingan orang
tua.
Deden Heri Mulyana (UNINUS Bandung 2009) dalam skripsinya
dengan judul motivasi belajar, intensitas belajar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar PPKn kepada siswa kelas II MTsN Ciherang, menemukan
bahwa motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar PPKn, adapun yang
mempengaruhi prestasi belajar PPKn siswa adalah lingkungan pergaulan,
tingkat intelektual anak, bimbingan orang tua dan sebagainya.
Elis Handayani (UIN Bandung 2008) dalam skripsinya dengan judul
bimbingan, orang tua, kedisiplinan, motivasi belajar, prestasi belajar PPKn,
siswa kelas II MA Sukamiskin Bandung. Menemukan bahwa intensitas
bimbingan orang tua, kedisiplinan dan motivasi belajar ternyata memberikan
pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi belajar PPKn. Maka perlu
diupayakan untuk meningkatkan intensitas bimbingan orang tua dan
kedisiplinan serta motivasi belajar siswa.
xxxiv
Noor Cholis (UIN Bandung 2007) dalam skripsinya dengan judul
motivasi belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Cipanas-Cianjur Tahun
ajaran 2007/2008, menemukan bahwa motivasi belajar siswa banyak
dipengaruhi oleh faktor:
1. Dibentuknya uang SPP
2. Adanya harapan dan cita-cita dalam diri siswa
3. Adanya sistem dan fasilitas asrama
4. Adanya kesadaran diri dari siswa
5. Adanya kepercayaan diri
6. Dibebaskannya uang makan
Penelitian-penelitian tersebut di atas dibatasi pada materi-materi
pelajaran tertentu seperti ekonomi dan PPKn serta motivasi-motivasi yang
membahas tentang bimbingan orang tua yang berpengaruh terhadap prestasi
siswa. Untuk itu penulis ingin membahas dan meneliti motivasi belajar siswa
yang ditimbulkan dari bimbingan orangtua, dengan demikian motivasi belajar
yang ditimbulkan oleh orang tua yang berada di MIS As-sa’idiyah Cipanas-
Cianjur belum ada yang meneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini
mengandung unsure kebaruan, yang mengangkat pengaruh bimbingan orang
tua terhadap motivasi belajar siswa di MIS As-sa’idiyah Ciapanas-Cianjur,
sebagai tema penelitian.
xxxv
BAB II
BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR
A. Belajar dalam Pandangan Islam
Islam memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa belajar itu
merupakan kewajiban yang penting. Kewajiban ini berdampak pada kegiatan
belajar yang harus dilakukan baik dalam dan terhadap lingkungan
kehidupannya. Sebagai ilustrasi, agama Islam memberikan dorongan kuat
kepada pemeluknya agar senantiasa belajar. Syarat utama yang perlu dimiliki
oleh setoap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah membaca. Oleh
sebab itu, wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, untuk
disampaikan kepada seluruh manusia, adalah perintah untuk membaca dalam
Al-Quran, Surah AL-‘Alaq, ayat 1.
”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan”
(Bachtiar Surin,1986:2693)
Kewajiban ummat untuk belajar ini dipertegas oleh Rasulullah SAW
dalam sabdanya ”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi umat Islam,
baik laki-laki maupun perempuan” (Tholabul ‘ilmi faridlatun ‘ala kulli
muslimin wal-muslimat), serta ”Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga
ke liang lahat” (Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal ahdi). Kedua sabda
xxxvi
Rasulullah SAW tersebut sangatlah tegas dipahami bahwa kewajiban yang
harus dilakukan oleh setiap muslim selama hidupnya adalah belajar. Dengan
demikian, kegiatan belajar memiliki motivasi ibadah yaitu untuk melakukan
kewajiban yang telah ditteapkan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Menurut Islam, belajar adalah kunci utama untuk mencapai kemajuan
dan kebahagiaan. Belajar dalam pengertian ini adalah proses pencarian dan
penguasaan ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan. Sabda Rasulullah SAW
yang menjelaskan ”Barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia,
maka ia harus menguasai ilmu. Barang siapa yang ingin meraih kebahaigiaan
di akhirat, maka ia harus menguasai ilmu, dan barang siapa yang ingin
mendapatkan kebahagiaan keduanya, maka ia harus menguasai ilmu.”
Keutamaan ilmu ini memegang peranan penting dalam ajaran Islam
sehingga Allah berkali-kali menegaskan kedudukannya dalam Al-Quran,
Surah Al-Mujadalah:11 berikut.
”Allah meninggikan derajat orang yang berilmu di antara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.” (Bachtiar Surin,
1986:2375).
Hal yang sama juga dapat dilihat pada Surah Al-Fathiir:28 berikut ini.
xxxvii
”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warna dan jenisnya. Sesungguhnya orang yang bertakwa kepada Allah dari hamba-hambanya itu adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Bachtiar Surin,19861849)
Orang yang berpengatahuan yang tidak mau mengajarkan ilmu yang
dikuasainya itu mendapatkan ancaman yang berat dari Allah SWT.
sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW:
”Barang siapa yang ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan
ilmunya (tidak mau mengajarkannya), maka Allah akan mengekang dia (orang
yang berilmu itu) dengan api neraka pada hari kiamat.”
Bagi semua muslim ada kewajiban untuk mencari ilmu kepada siapa
saja yang dianggap lebih tinggi ilmunya atau lebih menguasai sesuatu dari
pada dirinya. Hal ini ditegaskan beberapa kali dalam Al-Quran, dan di
antaranya dalam surah An-Nahl ayat 43 berikut.
”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmupengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya” (Bachtiar Surin,1986:1099).
xxxviii
Dalam surah Al-Ankabuut ayat 43, Allah bahkan mensyaratkan ilmu
pengetahuan sebagai dasar untuk memahami segala sesuatu fenomena yang
terjadi di muka bumi ini.
”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia,
dan tiada yang dapat memahaminya kecuali orang yang berilmu”
(Bachtiar Surin, 1986:1688).
Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran serta sabda Rasulullah di atas dapat
disimpulkan bahwa memang sejak semula Islam meletakkan dasar-dasar
adanya kewajiban belajar dan mengajar. Tinggallah kita sebagai ummat
Islam dapat memikirkan bagaimana masyarakat dapat menerima pendidikan
secara layak serta memudahkan mereka dalam memperoleh ilmu
pengetahuan sebagai bekal bagi kelangsungan hidupnya di muka bumi ini.
Pada firman-firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW selalu
ditekankan bahwa keimanan dan ketakwaan merupakan landasan utama bagi
manusia dalam mencari dan menyampaikan ilmu pengetahuannya. Mencari
dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang didasari keimanan dan
ketakwaan akan membawa manusia ke arah kesejukan, kedamaian, dan
kerendahan hati. Orang yang melandasi dirinya dengan keimanan dan
ketakwaan dalam mencari ilmu dan menyebarkan ilmu, tidak akan didapati
kesombongan dan sifat riya dalam dirinya.
xxxix
Dalam hubungan ini, Imam Ghazali berpendapat bahwa ”spesifikasi
ilmu pengetahuan seseorang tidaklah mengotori ilmu yang dimiliki oleh
orang lain dalam diri atau jiwa murid-muridnya. Para pendidik harus
memiliki adab yang baik karena murid akan selalu melihat gurunya sebagai
contoh yang harus diteladani. Perilaku guru akan selalu diikuti oleh
muridnya, begitu pula sebaliknya.”
B. Prinsip Dasar Bimbingan Belajar
Lembaga pendidikan, khususnya sekolah-sekolah, merupakan tumpuan
harapan orang tua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama sebagai
sarana pengembangan karier, peningkatan status sosial, dan bekal hidup
lainnya di dunia kini dan di akhirat kelak. Sebagai lembaga formal, sekolah
mencoba mengkombinasikan aspirasi dan pandangan-pandangan masyarakat
tersebut ke dalam tujuan-tujuan pembelajaran serta standar kompetensi
tertentu secara operasional. Akhirnya, semua aspirasi itu terletak di bahu dan
tangan guru karena merekalah yang diberi tugas, wewenang dan tanggung
jawab pelaksanaan operasional pendidikan dan pengajaran.
Meskipun para guru telah berusaha melancarkan segala kompetensinya
dalam mengelola pembelajaran dan pendidikan, tatkala sampai pada suatu
saat harus melaksanakan evaluasi berdasarkan data dan informasi hasil
pengukuran proses dan produk belajar, maka para guru dihadapkan kepada
beberapa kenyataan tertentu. Kenyataan ini oleh Hamid Sayuti (2000:123-
124) diuraikan sebagai berikut.
xl
1. Menilai keberhasilan anak didik dengan menggunakan criterion referenced evaluastion (CRE) yang menilai tujuan-tujuan (dalam wujud perubahan tingah laku dan pribadi) yang diharapkan seperti yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pada kenyataan ini guru akan menemukan kelompok-kelompok siswa yang benar-benar menguasai pembelajaran (siswa unggul), yang cukup menguasai (siswa papak), dan yang kurang menguasai pembelajaran (siswa asor).
2. Berdasarkan kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam mata pelajaran tertentu (dengan asumsi kondisi belajar telah disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individual) sehingga ditemukan kualifikasi siswa memiliki prestasi tinggi (overachievers) sehingga siswa tersebut disebut sebagai siswa sukses, siswa yang sesuai dengan perkiraan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya, dan siswa yang tidak memiliki prestasi berdasarkan hasil tes kemampuan belajar (under achievers) sehingga disebut siswa gagal.
3. Berdasarkan waktu yang ditetapkan (time allowed) untuk menyelesaikan suatu program belajar dengan asumsi bahan dan kondisi belajar diperkirakan sesuai dengan ketentuan waktu tersebut, maka akan ditemukan kualifikasi siswa yang mampu belajar cepat (rapid learner), siswa yang belajar sedang saja (siswa normal), dan siswa yang lambat belajar.
4. Dengan menggunakan norm referenced (PAN) di mana prestasi seorang siswa dibandingkan prestasi siswa lainnya (baik teman sekelomponya di tempat yang sama maupun di tempat lain) sehingga ditemukan kategori siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher group), siswa yang prestasinya selalu berada di sekitar niai rata-rata (mean) dari kelompoknya (average), dan siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower group).
(Hamid Sayuti, 2000:123-124)
Menurut Hamid Sayuti (2000:127)”
”sistem pendidikan di Indonesia sebenarnya masih bersifat tradisional meskipun para guru telah mengetahui adanya kualifikasi siswa seperti yang digambarkan di atas karena pada umumnya mereka dikejar oleh suatu pandangan yang mengharuskan bahan pelajaran diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan, maka para guru tidak sempat menghiraukan para siswa yang termasuk kategori-kategori tertentu (cepat – lambat, higher – lower, under
xli
achievers, unqualified dan sebagainya) yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus dalam proses kegiatan belajar mengajar sehari-hari.”
Isjoni (2003) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang
definitif atas kondisi dan hasil belajar siswa, secara administratif baru
diambil pada saat-saat menjelang akhir tahun pelajaran, di mana ditetapkan
hal-hal sebagai berikut.
a) siapa saja siswa yang dapat dinyatakan naik tingkat/kelas atau lulus (completers);
b) siapa saja siswa yang dinyatakan harus mengulang program pelajaran tingkat/kelas yang sama (repeaters); bahkan
c) siapa saja siswa yang dinyatakan harus dikeluarkan dari sekolah (to be pushed out, dropped outs).
Dari berbagai sumber informasi dapat diketahui bahwa jumlah atau
persentase yang tergolong harus mengulang atau putus sekolah itu ternyata
cukup tinggi. Meskipun tidak seluruhnya putusan bersumber pada kelemahan
segi akademis (hal lain juga disebabkan oleh faktor sosio-ekonomis dan
antropologis), jumlah mortalitas (putusan) dan pengulang itu cukup banyak
membawa konsekuensi sebagai berikut.
(1) Bagi pengulang, ekses-ekses sosiopsikologis pada umumnya karena hal-
hal sebagai berikut.
(a) Kurangnya motivasi untuk belajar (lack of motivation).
(b) Sikap belajar yang kurang positif (negative attitude).
(c) Perasaan kecewa atau putus asa (frustated, negative feeling).
(d) Perasaan rendah diri dan percaya diri (low of self esteem, lack of
self confident).
xlii
(e) Perilaku yang salah suai (maladjusment, maladaptove behavior).
(2) Bagi para putusan (dropped outs) ekses-ekses tersebut mungkin dapat
bersifat lebih jauh dan lebih luas lagi yang dapat menjangkau sendiri
kehidupan masyarakat yang bersangkutan, misalnya dengan indikator
sperti berikut ini.
(a) Ada juga yang terpaksa menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan yang sebenarnya sia-sia atau kurang produktif.
(b) Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang dapat
dipandang menyimpang atau melanggar kaidah-kaidah sosial,
norma agama atau perundang-undangan yang berlaku (juvenile
deliquencies).
Sudah barang tentu, terdapatnya kualifikasi hasil belajar yang tertentu
(unqualified, underachievers, slow learner, lower group students) dengan
segala ekses yang dibawa oleh penanganannya secara tradisional seperti
digambarkan di atas merupakan suatu hal yang sesungguhnya tidak
diharapkan terjadi dan mungkin dapat menge-cewakan orang tua, siswa
sendiri, maupun para guru dan pejabat sekolah yang bersangkutan.
Persoalannya sekarang adalah:
1. Apakah kelemahan-kelemahan pada hasil dan proses pendidikan dengan
segala eksesnya itu dapat diminimalkan?
2. Apakah produktivitas belajar mengajar dapat dioptimalkan? (Apakah
siswa yang telah menguasai suatu paket program atau lebih cepat
xliii
menyelesaikan programnya dapat lebih diperkaya (enrichment) atau
dipromosikan kepada peket program lebih lanjut tanpa terikat dan
terhambat oleh keharusan menunggu rekannya yang lambat; siswa yang
termasuk kualifikasi sedang dapat ditingkatkan penguasaannya; siswa
yang lambat akhirnya mempunyai kesempatan pula mencapai taraf
penguasaan yang setaraf dengan rekannya meskipun dengan jangka
waktu yang lebih lama dari rekannya).
3. Usaha-usaha manakah yang tidak secara langsung termasuk tugas-tugas
yang dapat diketegorikan ke dalam pengajaran tetapi dapat dilakukan
oleh guru dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan seperti
digambarkan tersebut di atas?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sesungguhnya terletak
pada layanan bimbingan belajar (guidance service) yang sebenarnya pada
konteks pendidikan kita belum dapat dilaksanakan secara optimal sesuai
dengan fungsinya. Layanan bimbingan ini dipercaya dapat meminimalkan
kesalahan dan ketidakber-hasilan pendidikan sehingga jumlah siswa yang
tertinggal dan putus dapat dikurangi secara sistematis.
Layanan bimbingan belajar secara formal sudah barang tentu diberikan
di dalam lingkungan sekolah. Akan tetapi, bimbingan belajar yang
sesungguhnya terdapat pada lingkungan rumah di mana orang tua berperan
sebagai fasilitator dan motivator bagi anaknya dalam mencapai tujuan
pendidikan.
xliv
C. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Anak
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, khususnya pada pasal 7 ayat (2), mengemukakan bahwa ”Orang tua
dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar ke-
pada anaknya.” Ayat tersebut mengungkapkan bahwa orang tua berkewajiban
memberikan pendidikan dasar kepada anaknya yang masih berada dalam usia
wajib belajar. Usia wajib belajar yang dimaksud tersebut adalah anak yang
berusia mulai tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun.
Harapan terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh,
sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses, tetapi harapan besar ini jangan
sampai menjadi tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan
harapan tersebut, itulah yang paling penting.
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia
sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan
wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang
masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Perkembangan
anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual.
Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak
tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat
periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat
dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan
misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadi-
an yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk
xlv
mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali.
Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada
pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-
sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja
yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagai-
mana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya,
hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang
membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan
anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.
Peran orang tua dalam pendidikan adalah membangun fondasi akidah
dan akhlak pada diri anak sehingga anak memiliki dasar yang kuat dalam
mengikuti pembelajaran lainnya di sekolah maupun di lingkungannya. Hal-hal
yang disampaikan oleh Lukman Al-Hakim dalam surah Luqman diawali
dengan penanaman akidah pada diri anak.
Artinya: ”Dan ingatlah ketika Luqman mengajari anaknya, “Hai anakku!
Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sebab musyrik itu
adalah dosa yang amat besar.” (Bachtiar Surin,1986:1735)
Konsep akidah yang ditanamkan Lukman kepada anaknya ini
diperkokoh oleh sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Sumawaih,
xlvi
Ibunu ‘Adi, ‘Uqaili, Kharaithi, Khatib, Ibnu ‘Asakir dan Rafi’i dari Anas r.a
berikut ini.
Artinya: ”Ini adalah agama yang telah Kuridlai untuk diri-Ku sendiri, dan tidak dapat dimanfaatkan kecuali dalam perbuatan murah hati dan akhlak yang baik. Karena itu, jadikanlah mulia dengan kedua sifat itu selama kalian menganutnya.” (Al-Fasyani, 1999:157)
Allah SWT telah memilih agama Islam untuk dirinya sebagai agama
yang diridlai-Nya. Oleh karena itu, Allah tidak akan menerima hamba-Nya
selain dalam agama Islam. Hal ini ditegaskan pula dalam Al-Quran surah Ali
Imran ayat 85 berikut ini.
”Maka, barangsiapa yang berusaha memeluk agama selain agama
Islam, tidaklah akan diterima agamanya, dan kelak di akhirat dia
termasuk orang-orang yang merugi” (Bachtiar Surin,1986:241)
Setelah akidah kokoh pada diri anak, maka dimulailah penanaman
nilai-nilai akhlak dan ibadah berikutnya. Hal ini difirmankan Allah dalam
surah Lukman ayat 16-19 sebagai berikut.
xlvii
Artinya:
(Luqman berkata): ”Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik maupun buruk sekalipun seberat biji sawi yang tersembunyi dalam batu karang, atau di mana pun juga baik di langit maupun di bumi ini, kelak akan diperhitungkan juga oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui.
”Anakku! Kerjakanlah shalat, anjurkanlah perbuatan yang baik, cegahlah perbuatan keji dan bersabarlah terhadap kemalangan yang menimpamu. Sesungguhnya semua itu termasuk hal-hal yang menjadi inisari hidup, mengandung manfaat adiguna di dunia dan di akhirat.”
”Dan janganlah kamu membuang muka dengan sombong terhadap orang yang sedang berbicara denganmu, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Allah sungguh-sungguh tidak senang terhadap semua orang sombong lagi angkuh.”
”Selanjutnya, sederhana sajalah dalam berjalan, dan lemah lembutlah dalam ucapan! Sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.” (Bachtiar Surin, 1986:1736-1738).
Permasalahan akhlak ini sangat digarisbawahi dan ditekankan oleh
Rasulullah SAW. Dalam beberapa sabdanya, Rasulullah mengemukakan
sebagai berikut.
xlviii
”Aku diutus terutama untuk menyempurnakan akhlak.” (Al-Hasyimi,
2007:178)
”Yang paling banyak dimasukkan ke dalam surga adalah orang-orang
yang takwa dan berakhlak baik.” (Al-Hasyimi, 2007:181)
”Yang paling sempurna kemimanan seorang mu’min adalah yang
paling baik akhlaknya.” (Al-Hasyimi, 2007:181)
”Dengan akhlak yang baik, seorang hamba Allah pasti akan mencapai
derajat orang yang shaum diikuti shalat malam.” (Al-Hasyimi,
2007:182)
Akhlak yang baik (husnul khuluq) sebagaimana dikemukakan pada
keempat sabda Rasulullah SAW di atas seluruhnya mengacu kepada sikap dan
sifat baik, ramah, bermuka manis, selalu menanggapi, mendengarkan ucapan
orang lain dengan baik, dan selalu menjadi teladan bagi lingkungannya.
xlix
Sebagian ahlul-'Ilmi menyatakan bahwa husnul khuluq berarti: (1)
menahan marah karena Allah, (2) menampakkan muka manis dan ramah
tamah kecuali kepada orang yang mungkar dan jahat, (3) memaafkan orang
yang sesat tanpa sengaja kecuali apabila mau mendidiknya, (4) menegak-
kan Batas-Batas ketentuan Allah, (5) menghindarkan gangguan terhadap
kaum Muslimin dan kaum kafir yang ada dalam perlindungan pemerintah
Islam, kecuali usaha untuk merubah kemungkaran dan menyelamatkan orang
yang teraniaya tanpa melebihi batas (Ali Usman, H.A.A Dahlan, H.M.D
Dahlan, 1988:358).
Selanjutnya, pembinaan yang lebih sungguh-sungguh selayaknya
diberikan kepada anak-anak yang sedang mengalami masa peralihan atau
masa transisi dari dunia anak-anak ke masa remaja. Anak-anak pada masa
peralihan ini lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka
para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru
di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di
sekolah begitu juga sebaliknya. Hal penting dalam pendidikan adalah men-
didik jiwa anak. Jiwa anak pada masa remaja transisi yang masih rapuh dan
labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan
pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang
dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan
ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan
memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya
l
asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jatuh jauh dari
pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua
terhadap perkembangan anaknya. Supaya orang tua dan sekolah tidak salah
dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik di
antara kedua belah pihak.
Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik
anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik
kerja sama diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel
yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di
rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak. Kalau saja dalam
mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak
keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini
berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau
dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan
mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si
anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi
dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan
kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita
kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat
mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening,
sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan
li
kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah
pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak.
Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah
hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal
yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi
sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang
jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga didalam penentuan langkah
berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah
pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di
rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru, harus sesegera
mungkin ditangani dengan cara saling menginformasikan di antara orang tua
dan guru, mungkin lebih lanjut mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat
tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh
karena itu, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa orang tua dan
sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa
yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada
konsistensi dari kedua belah pihak dalam melaksanakan program-program
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
D. Prinsip Dasar Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata dasar motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organ-
lii
isme itu bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung.
Motif pada seseorang dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Sayuti
(2000:85), yang mengutip teori motivasi dari Maslow, mengemukakan
bahwa motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Motif atau kebutuhan organisme yang meliputi kebutuhan-kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, seksual, beruat, dan beristirahat.
b. Motif darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, berusaha, dan memburu atau mencari sesuatu.
c. Motif objektif yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk pengembangan minat dan hasrat.
Motif organisme adalah kebutuhan biologis manusia, sebagai
makh-luk hidup. Motif darurat timbul karena adanya tantangan dari luar.
Motif ini, terbentuk karena dorongan untuk menghadapi dunia luar, baik
sosial maupun non-sosial secara efektif. Di sini minat, hasrat dan
keinginan disebut sebagai suatu kebutuhan objektif.
Penggolongan lain, yang didasarkan atas terbentuknya motif-motif,
terdapat dua golongan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sayuti
(2000:89), yaitu: “motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan
telah ada sejak dilahirkan, dan tidak perlu dipelajari, misalnya makan,
minum, dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena
dipelajari seperti motif belajar, motif untuk bekerja, motif mencari
kedudukan atau jabatan.”
liii
Berdasarkan jabarannya, Makmun (1996:97) membedakan dua
macam motif yaitu, motif intrinsik dan motif ekstrinsik. “Motif intrinsik,
timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah
ada di dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan
kebutuhannya. Sedang motif ekstrinsik, timbul, karena adanya rangsangan
dari luar individu. Misalnya, dalam bidang pendidikan terdapat minat yang
positif terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, bukan karena hal
itu dipaksakan oleh orang lain melainkan dirinya sendiri menaruh minat
terhadap kegiatan pendidikan karena melihat akan memberikan manfaat
kepadanya.”
Motif intrinsik lebih kuat daripada motif ekstrinsik. Maka
pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan
menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang-
bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang
hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional akan menimbulkan
motif keberhasilan mencapai sasaran.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disusun kesimpulan bahwa
motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang timbul dalam diri seseorang
untuk melakukan suatu tindakan yang didasari oleh kebutuh-an yang ada
pada dirinya. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan organis, dorongan
yang bersifat darurat, atau dorongan objektif berupa keinginan dalam
mengembangkan minat, hasrat, dan bakat.
liv
2. Dinamika Proses Perilaku Manusia
Dipandang dari segi motifnya, Makmun (1996:29) mengemuka-
kan bahwa perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek yang
kedudukannya bertahap dan berurutan. Ketiga aspek tersebut adalah
sebagai berikut.
a. motivating states, yakni timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu;
b. motivated behavior, yakni bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya, misalnya jika lapar mencari makanan dan memakannya. Dengan demikian, pada tahap ini setiap perilaku pada hakikatnya bersifat instrumental (sadar atau tidak sadar);
c. satisfied conditions; dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali, yakni dengan terpeliharanya homeostatis. Kondidi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega. Akan tetapi, di dalam kenyataannya tidak selamanya kondisi pada tahap ketiga itu demikian, bahkan mungkin sebaliknya, yakni terjadinya ketegangan yang memuncak kalau insentifnya (goals) tidak tercapai, sehingga individu merasa kecewa.
(Abin Syamsuddin Makmun, 1996:29)
Terjadinya metabolisme dan penggunaan atau pelepasan kalori,
perangsangan kembali, dan sebagainya, menyebabkan kepuasan itu hanya
bersifat sementara (temporal). Oleh karena itu, gerakan atau dinamika
proses perilaku itu sebenarnya berlangsung secara siklus seperti yang
tergambar pada gambar berikut ini.
lv
Gambar 2.1
Lingkaran Motivasi
(Abin Syamsuddin Makmun;1996:30)
Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidak
merupakan suatu substansi yang dapat diamati. Menurut Makmun
(1996:30), ”yang dapat dilakukan orang dalam mengukur motivasi seorang
individu ialah dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya dalam
konteks tertentu.” Indikator tersebut dapat disusun sebagai berikut.
a. durasi kegiatan, yakni berapa lama kemampuan penggunaan waktu
bagi individu tersebut dalam melakukan kegiatan;
b. frekuensi kegiatan, yakni seberapa sering kegiatan individu dilakukan
dalam periode tertentu;
c. presistensi atau ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan yang
telah ditetapkan;
Motif
Perilaku Instrumental
Insentif atau Goals
Rasa puas lega / Kecewa
Lingkaran Motivasi
lvi
d. ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan untuk mencapai tujuan;
e. devosi (pengabdian) dan pengorbanan baik dalam bentuk uangm
tenaga, pikiran, bahkan keselamatan jiwanya dalam mencapai tujuan;
f. tingkatan aspirasi yang diberikan dalam kegiatan, yang meliputi
maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target yang hendak dicapai
melalui kegiatan yang dilakukan;
g. tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau
tidak); serta
h. arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan; misalnya suka atau tidak
suka, positif atau negatif.
Hal yang harus diperhitungkan bahwa faktor-faktor yang terlibat
dalam suatu kegiatan bukanlah hanya motvasi belaka, melainkan juga
tercakup di dalamnya indikator-indikator tersebut di atas. Dalam konteks
motivasi pembinaan siswa yang diberikan oleh orang tuanya, maka hal-hal
tersebut di atas berlaku pula.
3. Jenis-jenis Motivasi
Makmun (1996:28-29) mengemukakan bahwa ”motivasi adalah
suatu kekuatan (tenaga, daya) atau suatu keadaan yang kompleks dan
kesiapsediaan dalam diri individu (organisme) untuk bergerak ke arah
tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.” Makmun (1996:29)
lvii
juga mengemukakan bahwa ”motivasi timbul dan tumbuh berkembang
dengan jalan (1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrisik), dan
(2) datang dari lingkungan sekitarnya (ekstrinsik).” Dengan demikian,
terdapat dua jenis motivasi berdasarkan teori tersebut, yakni motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Morgan dan Woodworth dalam
Makmun (1996:30) bahwa berdasarkan sumber dan proses perkembangan-
nya, motivasi dibedakan dalam dua kelompok besar. Pengelompokan ini
didasarkan kepada kebutuhan analisis psikologis sebagai berikut.
(1) Motif primer (primary motive) atau disebut juga sebagai motif dasar (basic motive) yang mengacu kepada motif-motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering dinamakan sebagai dorongan (drive). Ke dalam motif ini dibedakan dua golongan sebagai berikut.
(a) Dorongan fisiologis (physiological drive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain rasa lapar, haus, pernafasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik tertentu (physiological state or condition) yang seimbang (homeostatis).
(b) Dorongan umum (general drive) dan motif darurat (emergency motive) yang termasuk di dalamnya adalah kasih sayang, takut, kekaguman, dan rasa ingin tahu. Kemudian dalam hubungannya dengan rangsangan dari luar muncul pula dorongan untuk melarikan diri, menyerang, berusaha, dan mengejar dalam rangka mempertahankan dan menyelamatkan dirinya.
(2) Motif sekunder (secondary motive) menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Ke dalam kelompok ini digolongkan motif-motif :
(a) takut yang dipelajari (learned fears);
lviii
(b) motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya);
(c) motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat);
(d) maksud (purpose) dan aspirasi; serta
(e) motif berprestasi (achievement motive).
(Makmun, 1996:30)
Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan berdasarkan
kepentingannya.
a. Berdasarkan latar belakang tumbuhnya, motivasi dikelompok-kan
menjadi dua macam yakni motivasi intrinsik (yang datang dari
dalam diri manusia), dan motivasi ekstrinsik (yang datang dari luar
diri manusia).
b. Berdasarkan kebutuhannya dalam perkembangan manusia,
motivasi dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yakni
motif primer dan motif sekunder.
c. Berdasarkan cara diperolehnya, motivasi terdiri atas motif yang
tidak dipelajari dan motif-motif yang dipelajari.
Berdasarkan kesimpulan di atas, akan timbul pula peristilahan-
peristilahan motivasi yang disesuaikan dengan kebutuhan ilmu penge-
tahuan, sehingga kita mengenal istilah motivasi belajar, motivasi bekerja,
motivasi berkeluarga, motivasi berprestasi, motivasi baik, motivasi buruk,
motivasi positif, motivasi negatif, serta sejumlah motivasi lainnya.
lix
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Sebagaimana dikemukakan di atas, motivasi tumbuh karena dua
aspek yang muncul dari dalam diri manusia, yakni dorongan pencapaian
kepuasan serta kebutuhan manusia akan sesuatu. Atas dasar ini pula
kemudian muncul teori-teori motivasi yang titik tolaknya berbeda satu
sama lain. Ada teori motivasi yang bertitik tolak pada dorongan dan
pencapaian kepuasan. Namun ada pula yang titik tolaknya pada azas
kebutuhan, yang saat ini banyak. dianut orang kebanyakan.
Motivasi dapat muncul dari dalam diri manusia maupun dari luar
diri manusia yang kemudian dikenal sebagai motif intrinsik dan ekstrinsik.
Oleh karena itu, tumbuh dan berkembangnya motivasi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang tumbuh di luar diri manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi dipenga-
ruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam dirinya. Maslow, dalam
Sayuti (2000:123) mengemukakan bahwa “kebutuhan manusia secara
hirarkis semuanya laten dalam diri manusia, yaitu (1) kebutuhan fisiologis,
seperti: sandang pangan (2) kebutuhan akan rasa aman seperti terbebas
dari bahaya (3) kebutuhan akan kasih sayang seperti perhatian dan cinta
(4) kebutuhan untuk dihargai dan dihormati seperti kekuasaan (5)
kebutuhan aktualisasi diri seperti pengakuan diri.”
Teori Maslow di atas jika diterapkan dalam konteks pembinaan
anak di lingkungan rumah tangga dapat dilakukan dengan cara memenuhi
lx
kebutuhan anak agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan
sebaik mungkin. Sebagai contoh dari penerapan teori Maslow ini dalam
pembinaan anak dapat dilihat dari konteks berikut ini.
(1) Sikap bijaksana orang tua dalam membimbing anak memahami
berbagai fenomena sosial di sekita lingkungannya dengan
memberikan pemahaman secara bertahap, lemah lembut, dan penuh
pengertian.
(2) Keberadaan anak dalam belajar seperti tumbuhnya rasa aman pada
saat belajar, kesiapan dalam belajar, terbebas dari rasa cemas,
terbebas dari rasa tertekan, dan sebagainya.
(3) Memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar
menyenangkan, bebas bising atau polusi. tanpa gangguan dalam
belajar.
Kita menyadari bahwa pembinaan pendidikan agama Islam di
lingkungan keluarga bukanlah semata-mata masalah kognitif belaka,
melainkan juga di dalamnya harus muncul aspek-aspek afektif dan
psikomotorik. Aspek afektif akan mengarahkan anak kepada keteguhan
sikap, apalagi jika berkaitan dengan penanaman akidah dan akhlak. Aspek
psikomotorik terdapat pada tata cara ibadah, khususnya pelaksanaan tata
cara shalat yang baik dan benar.
lxi
Selanjutnya, Sayuti juga mengutip pendapat McClelland
(2000:132) bahwa ada sejumlah faktor yang dapat memotivasi seseorang
melakukan tindakan. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement) kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan prestasi akan mendorong seseorang mengembangkan kreativitas dan menerangkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal. Orang akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat mempercleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar akirnya ia dapat memiliki serta memenuhi kebutuhannya.
b. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) kebutuhan akan afiliasi ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu kebutuhan akan afiliasi ini akan merangsang gairah kerja seseorang. Karena kebutuhan afiliasi akan merangsang gairah kerja seseorang, sebab setiap orang menginginkan:
1) Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia akan bekerja.
2) Kebutuhan akan perasaan dihormati,karena setiap orang merasa dirinya penting.
3) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal
4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta.
c. kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Kebutuhan akan kekuasaan ini akan merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta menggerakkan semua kemampuan atau kedudukan yang tinggi.
McCleland dalam Sayuti, 2000:132)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi di atas
ternyata sangat erat kaitannya dengan ego manusia yang hanya berlaku
lxii
pada lingkungan duniawi belaka. Kita tidak melihat adanya alasan
tumbuhnya motivasi dari sistem religi Islam yang bersifat spiritual.
Seorang Muslim yang sadar akan tanggung jawab atas nilai-nilai
pendidikan atas keluarganya akan selalu berusaha menanamkan nilai-nilai
yang sama terhadap anaknya. Sikap ini ada dalam diri setiap Muslim yang
menginginkan anaknya hidup dalam ridlo Allah SWT sehingga akan
terjamin keselamatannya di dunia maupun di akhirat. Nilai-nilai spiritual
Islam harus tumbuh dan berkembang dalam diri anak-anak seluas-luasnya
dan sedalam-dalamnya. Nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan
dalam ritual ibadah setiap waktu serta sikap perilaku pergaulan dalam
keluarga, masyarakat, dan berbangsa.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi orang tua siswa dalam
menanamkan pendidikan agama Islam pada lingkungan keluarga sangat
erat kaitannya dengan sikap tanggung jawab mereka atas pembentukan
pribadi Muslim yang paripurna dalam keimanan dan ketaqwaannya. Setiap
orang tua Muslim tidak menginginkan anak-anaknya terjerumus ke dalam
situasi yang buruk, yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Oleh
sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya di antaranya meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a. Nilai-nilai keimanan dan ketakwaan orang tua atas sistem religi Islam
yang mengacu kepada Al-Quran dan Al-Hadits.
lxiii
b. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang
harus ditanggung di hadapan Allah SWT kelak.
c. Rasa takut orang tua terhadap perubahan akidah yang terjadi pada
anak-anaknya.
d. Keinginan untuk menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang shalih
dan shalihah.
lxiv
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan angket sebagai alat utama pengumpulan
data yang diberikan kepada sampel orang tua siswa kelas I, II dan III MIS As-
Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur sebanyak 20 orang. Sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan pada Bab I, ada 3 (tiga) permasalahan yang dikaji pada
penelitian ini, yakni (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa melakukan
pembinaan terhadap putra-putrinya, (2) mendeskripsikan motivasi belajar
siswa, dan (3) menguji pengaruh pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi
belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran
2010-2011.
1. Cara Pembimbingan Orang Tua Siswa terhadap Anaknya
Pada variabel pembinaan orang tua siswa terhadap anaknya ini
terdapat 12 (dua belas) item pertanyaan yang diajukan kepada responden
yang terbagi dalam 4 dimensi yang terdiri atas (1) mendidik secara komu-
nikatif, (2) menjadi fasilitator dalam belajar anak, (3) menjadi motivator
dalam belajar anak, dan (4) menjadi konsultan dalam belajar anak. Berikut
ini adalah rekapitulasi tanggapan responden atas pernyataan yang
dituangkan dalam bentuk tabel pada setiap dimensi. Data hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 skripsi ini.
lxv
Tabel 3.1
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel X Skor Jawaban
5 4 3 2 1 No Dimensi f % f % f % f % f %
Σ Skor
%
1 Mendidik secara komunikatif 22
55 %
9
18 %
6 9 %
3 3 %
0 0 170 85 %
2 Menjadi fasilitator dalam belajar anak 14
23,3
3 %
19
25,3
3 %
16
16 %
8
5,33
%
3 1 %
213 71 %
3 Menjadi motivator dalam belajar anak 27
27 %
30
24 %
31
18,6
%
9
3,6
%
3
0,6
%
369 73,8 %
4 Menjadi konsultan dalam belajar anak
4
10 %
16
32 %
12
18 %
7 7 %
1
0,5
%
135 67,5 %
Jumlah 887 297,3
Kategori rata-rata 221,75 74,33 %
Data pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pada umumnya
orang tua siswa mendidik anak-anaknya secara komunikatif dan tidak me-
maksakan kehendaknya. Sebagian besar orang tua siswa memberikan
pernyataan selalu dan sering pada setiap pertanyaan yang diajukan dengan
frekuensi 22 respon selalu (55%) dan 9 respon sering (18%). Hal ini juga
ditunjukkan dengan rata-rata persentase tindakan pembinaan komunikatif
orang tua siswa sebanyak 85 % yang termasuk kategori baik.
Sebagai fasilitator dalam belajar anak, sebagian besar orang tua
siswa mampu memberikan perannya dengan cukup baik. Sebagian besar
orang tua siswa memberikan respon selalu dan sering. Angka rata-rata
persentase sebanyak 71 % berada pada kategori cukup baik dan menunjuk-
lxvi
kan bahwa sebagian besar orang tua siswa mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan siswa dalam belajar.
Selanjutnya, ternyata sebagian besar orang tua siswa mampu
berperan sebagai motivator dalam proses belajar anak-anaknya. Sebagian
besar orang tua siswa memberikan pernyataan selalu (27 respon atau
sebesar 27 %) dan pernyataan sering (30 respon atau sebesar 24 %).
Persentase rata-rata tanggapan responden sebesar 73,8 % menunjukkan
peran orang tua siswa dalam menjadi motivator berada pada kategori
cukup baik.
Pada peran konsultan bagi anak-anaknya, para orang tua siswa
yang memberikan pernyataan selalu sebanyak 4 respon (10 %) dan
pernyataan sering sebanyak 16 respon (32 %). Akan tetapi, angka rata-rata
persentase pada peran konsultan ini berada pada 67,5 % yang masih
berada pada kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya orang tua telah memberikan pembinaan yang maksimal
terhadap putra-putrinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada
konteks pembinaan anak ini, para orang tua telah mampu menempatkan
dirinya sebagai komunikator yang baik bagi anak-anaknya, sebagai
motivator, fasilitator dan konsultan yang cukup baik dalam perkembangan
pembinaan anak-anaknya. Angka persentase rata-rata dari keempat
dimensi yang sebesar 74,33 % menunjukkan bahwa tingkat pembinaan
orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori cukup baik.
lxvii
2. Motivasi Belajar Siswa
Pada variabel motivasi belajar siswa terdapat empat dimensi yang
dikaji, yakni (1) siswa menunjukkan semangat dalam belajar, (2) siswa
menunjukkan keingintahuan, (3) siswa menunjukkan keterbukaan dalam
belajar, dan (4) siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Keempat
dimensi tersebut dikembangkan ke dalam 13 pertanyaan yang diajukan
kepada responden yang seluruhnya orang tua siswa sebanyak 20 orang.
Berikut ini adalah rekapitulasi tanggapan responden atas
pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tabel pada setiap dimensi. Data
hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 skripsi ini.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Y Skor Jawaban
5 4 3 2 1 No Dimensi f % f % f % f % f %
Σ Skor
%
1 Menunjukkan semangat dalam belajar
53
44,1
7 %
37
24,6
7 %
19
9,5
%
9 3 %
2
0,33
%
490 81,67 %
2 Menunjukkan keingintahuan 20
33,3
3 %
18
24 %
14
14 %
6 4 %
2
0,67
%
228 76 %
3 Menunjukkan keterbukaan dalam belajar
13
32,5
%
14
28 %
7
10,5
%
6 6 %
0 0 154 77 %
4 Menunjukkan peningkatan prestasi belajar
7
17,5
%
11
22 %
7
10,5
%
10
10 %
5
2,5
%
125 62,5 %
Jumlah 997 297,17
Kategori rata-rata 249,25 74,29 %
lxviii
Berdasarkan pengamatan dan pandangan responden, mayoritas
siswa menunjukkan semangat dalam menghadapi hari-hari belajarnya.
Mayoritas orang tua siswa sebagai responden memberikan pernyataan
selalu sebanyak 53 respon (44,17%) dan sering sebanyak 37 respon
(24,67%). Pada dimensi ini, terdapat 6 pertanyaan yang mengacu kepada
sikap kegembiraan anak dalam belajar, rasa senang yang ditunjukkan pada
saat belajar, dan menunjukkan perhatian pada saat belajar. Kemudian
tingkat persentase pada dimensi ini ternyata mencapai 81,67 % yang
berada pada kategori baik.
Berdasarkan pengamatan orang tua siswa, sebagian besar anak me-
nunjukkan rasa keingintahuannya pada saat belajar. Sebanyak 20 respon
(33,33 %) menyatakan selalu dan sebanyak 18 respon (24 %) menyatakan
sering yang diperoleh dari 3 pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya,
jumlah persentase yang diperoleh pada dimensi ini sebesar 76 % me-
nunjukkan bahwa tingkat keingintahuan anak-anak berdasarkan pandangan
orang tuanya berada pada taraf yang cukup baik.
Pada dimnesi keterbukaan dalam menerima pembelajaran, para res-
ponden memberikan pengamatannya yang terangkum dalam 2 pertanyaan
bahwa sebanyak 13 respon (32,5 %) menyatakan selalu dan sebanyak 14
respon (28 %) menyatakan sering. Tingkat keterbukaan anak-anak dalam
menerima pembelajaran secara keseluruhan adalah sebesar 77 % yang
berarti berada pada kategori yang cukup baik.
lxix
Pada dimensi peningkatan prestasi belajar terdapat 2 item per-
tanyaan yang diajukan dan sebanyak 7 respon (17,5 %) menyatakan selalu
dan sebanyak 11 respon (22 %) menyatakan sering. Secara keseluruhan
pada dimensi ini diperoleh persentase sebesar 62,5 % pernyataan bahwa
prestasi siswa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan prestasi belajar siswa berada pada kategori cukup baik.
Berdasarkan data dan hasil analisis di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori
cukup baik yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 %
dari empat dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan peng-
amatan orang tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat
dalam belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keter-
bukaan dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan
prestasi belajar yang relatif cukup baik.
3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa
Untuk menguji pengaruh pembinaan orang tua siswa terhadap
motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas, dilakukan analisis
statistik regresi linier sederhana dengan dua variabel. Variabel pembinaan
orang tua (X) siswa adalah variabel independen (bebas) dan variabel
motivasi belajar siswa (Y) adalah variabel dependen (terikat).
Langkah-langkah pengujian statistik dilakukan dengan mengguna-
kan aplikasi Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 11.0 for Windows
lxx
untuk memper-mudah pengolahan. Prosedur yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
a. Menguji Normalitas Distribusi Kedua Data Variabel X dan Y
Pengujian normalitas distribusi data dilakukan sebagai persyaratan
pengujian statistik. Cara pengujian yang dilakukan adalah dengan me-
lakukan uji χ2 (Chi Kuadrat). Hasil pengolahan data dengan
menggunakan SPSS 11.0 for Windows diketahui hasilnya sebagaimana
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Variabel X dan Y
Test Statistics Pembinaan
Orang Tua Siswa Motivasi Belajar
Siswa
Chi-Square 4,000 6,400
df 9 10
Asymp. Sig. ,911 ,781 a 10 cells (100,0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 2,0. b 11 cells (100,0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 1,8.
Dalam pengujian dengan menggunakan SPSS 11.0 for Windows
pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga χ2hitung untuk variabel X
adalah 4,000 dan untuk variabel Y adalah 6,400. Sebuah data
dikatakan dapat berdistribusi normal jika harga χ2hitung < χ2
tabel (Chi-
kuadrat hitung lebih kecil daripada Chi-kuadrat tabel). Untuk dapat
membandingkan harga Chi-kuadrat tersebut, diperlukan harga Chi
lxxi
kuadrat tabel yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
χ2tabel = χ2
(1 - α) (k - 3)
Nilai k diperoleh dari perhitungan
k = 1 + 3,33 log n
= 1 + 3,33 log 20
= 1 + (3,33 x 1,301)
= 1 + 4,552
= 5,552 dan dibulatkan menjadi 6
Sehingga χ2tabel = χ2
(1 - α) (k - 3)
= χ2(1 – 0.01) (6 - 3)
= χ2(0,99) (3)
Jadi, pada dk 3 dan taraf signifikansi 5% ternyata harga χ2tabel
adalah 7,815. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa kedua data
hasil pembelajaran siklus I dan siklus II berdistribusi normal karena
harga χ2hitung < χ2
tabel.
b. Menguji Homogenitas Kedua Data Variabel X dan Y
Untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan antara kedua
data, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian homogenitas kedua
varians dengan menggunakan rumus berikut ini.
Di mana: k = panjang kelas n = jumlah sampel
lxxii
F = lVarianKeci
arVariansBes = 19,30723628,026436
)394,4()294,5(
2
2
= = 1,4516 ≈ 1,452
Varians besar (V1) adalah (SD1)2 yakni (5,294)2
Varians kevil (V2) adalah (SD)2 yakni (4,394)2
Dari perhitungan di atas dapat diketahui Fhitung = 1,452
Derajat kebebasan ditentukan dengan rumus:
db1 = n1 – 1 >> db1 = 20 – 1 = 19
db2 = n2 – 1 >> db2 = 20 – 1 = 19
Untuk menentukan nilai Ftabel dari daftar pada taraf signifikansi 5 %
adalah F0,01(19/19).
F0,05(16/19) = 2,21
F0,05(20/19) = 2,15
0,06
Berdasarkan perhitungan di atas ternyata Fhitung < F0,01(19/19),
yakni 1,452 < 2,18 yang mengandung makna pada taraf signifikansi 5
% kedua varians homogen sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan
uji t.
c. Menghitung Koefisien Korelasi r
Penghitungan koefsien korelasi r Product-Moment dari rho-
Spearman dimaksudkan untuk mengukur kuat atau lemahnya hubung-
an antarvariabel yang digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian
koefisien korelasi 2 sisi dengan menggunakan aplikasi SPSS 11.0 for
Windows terlihat pada tabel di bawah ini.
F0,01(32/32) = 2,21 - ½(0,06) = 2,18
lxxiii
Tabel 3.4
Penghitungan Koefisien Korelasi r-Product Moment Spearman Correlations
Pembinaan Orang Tua
Siswa
Motivasi Belajar Siswa
Correlation Coefficient
1,000 0,565
Sig. (2-tailed) 0,0 0,659
Pembinaan Orang Tua
Siswa
N 20 20
Correlation Coefficient
0,565 1,000
Sig. (2-tailed) 0,659 0,0
Spearman's rho
Motivasi Belajar Siswa
N 20 20
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan
bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,565.
Berdasarkan tabel standar korelasi dari Sugiyono, nilai tersebut berada
pada tingkat sedang atau cukup kuat. Sedangkan signifikansi koefisien
r berada pada parameter 0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi
atau kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
pembinaan orang tuas siswa dan motivasi belajar siswa MIS As-
Sa’idiyah Cipanas berada pada tingkat cukup kuat.
d. Menguji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis statistik yang diajukan dilakukan dengan
menggunakan uji t yang digunakan untuk menguji signifikansi
koefisien regresi β dan sekaligus menguji signifikansi koefsien korelasi
r. Hipotesis yang diajukan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.
lxxiv
HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan
orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah
Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang
tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011.
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan
aplikasi SPSS 11.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Uji t Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur
Pengaruh β t p-value Keputusan
Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa
0,565 4,133* 0,001 Signifikan, HO ditolak
Keterangan: ttabel = t0,05(20) = 2,086 (nilai ttabel pada α = 5 % dengan tipe uji 2 sisi dan db = n-2 = 18). β = koefisien regresi, * = signifikan.
Dari hasil uji signifikansi diperoleh nilai thitung sebesar 4,133.
Nilai thitung ini ternyata lebih besar daripada ttabel = 2,086 (nilai ttabel
pada taraf signifikansi 5 % dengan tipe uji 2-sisi dan derajat bebas n-2
= 20-2 = 18) yang menunjukkan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa
(Y) berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa
pada taraf kesalahan 5 %. Dengan demikian, HO ditolak dan hipotesis
penelitian (HA) diterima. Tingkat sigifikansi Pembinaan Orang Tua
lxxv
Siswa (X) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) dapat dilihat pula dari
nilai probabilitas kesalahan statistik atau p-value (sig.) yang jauh lebih
kecil daripada tingkat signifikansi α = 0,05. Pada tabel di atas, nilai p-
value yang dihasilkan adalah 0,001.
Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa
terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten
Cianjur tahun pelajaran 2010-2011.
B. Pembahasan
1. Cara Pembimbingan Orang Tua Siswa terhadap Anaknya
Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses
pembinaan seorang anak. Fondasi pertama pembangunan mental anak
berada pada lingkungan keluarganya, terutama melalui keteladanan yang
diberikan oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu, penciptaan lingkungan
belajar yang baik sangatlah diperlukan dalam lingkungan keluarga.
Penciptaan lingkungan belajar yang dimaksud pada pembahasan
ini adalah lingkungan belajar yang memiliki basis atau dasar keislaman.
Lingkungan belajar yang bernuansa Islami ini dapat dibentuk di antaranya
melalui cara-cara sebagai berikut.
a. Berupaya melakukan kegiatan-kegiatan ibadah secara disiplin (seperti
shalat tepat pada waktunya).
lxxvi
b. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak dengan berupaya
mengikuti pola pikir mereka dengan cara menyelami kehidupan
pergaulan yang dilakukannya.
c. Melakukan diksusi dengan anak tentang berbagai aspek, khususnya
yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.
d. Selalu menanyakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami anak
selama di sekolah atau di lingkungan pergaulannya.
e. Memasang hiasan-hiasan dinding yang bernuansa Islami serta
merangsang imajinasi anak. Misalnya menempelkan lukisan kaligrafi,
gambar-gambar yang menampilkan teknologi modern, serta hal-hal
yang serupa dengan itu.
Dukungan yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan suasana
yang kondusif bagi perkembangan proses pembelajaran dan
pengembangan kepribadian serta budi pekerti siswa harus tumbuh di
lingkungan keluarga. Pendidikan budi pekerti bukan sekedar ceramah
panjang lebar tentang perilaku baik dan buruk seseorang pada forum-
forum tertentu serta pembelajaran di kelas, melainkan melalui tindakan
nyata keteladanan orang tua serta anggota keluarga lainnya. Dengan kata
lain, pendidikan tata krama dan budi pekerti yang baik seharusnya
dilakukan dalam pola in action pada kehidupan sehari-hari seluruh anggota
keluarga di rumah.
lxxvii
Lingkungan edukatif yang baik selalu dibangun di bawah rambu-
rambu sopan santun dan nilai-nilai akhlak mulia. Sopan santun pergaulan
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sesungguhnya merupakan
konvensi sosial yang tumbuh dari kesadaran moral manusia sesuai dengan
konteksnya. Untuk mengetahui apakah suatu norma bersifat konvensi
dapat diperhati-kan bagaimana reaksi kita terhadap orang asing yang
melanggar norma tersebut. Jika orang asing makan dengan sumpit atau
dengan tangan saja, padahal menurut kita harus menggunakan sendok,
tentu ia tetap tidak akan kita anggap sebagai orang jelek. Demikian pula
halnya jika ada orang makan dengan menggunakan pisau dan garpu, itu
bukanlah masalah moral melainkan masalah sopan santun belaka. Lain
halnya dengan orang Sunda berpakaian seperti orang Papua dan berada di
Jakarta, atau pada acara resepsi ada orang yang memakai pakaian untuk
berenang, maka tindakan serupa itu sudah melanggar norma sosial dan
dianggap tidak sopan (Von Magnis, 1984:20).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adat sopan santun
atau tata krama adalah sejumlah kesepakatan (konvensi) yang tumbuh
berkembang dan digunakan oleh suatu lingkungan untuk menjaga
keharmonisan hubungan komunikasi dan pergaulan masyarakatnya.
Akan tetapi, sebagai masyarakat beragama manusia dituntun oleh
sejumlah ketentuan yang mengatur tata hubungan pergaulan di dalamnya.
Agama Islam (melalui tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits) telah mengatur
dengan sempurna tata hubungan manusia degnan manusia lain dalam
lxxviii
masyarakatnya, hubungan anak dengan orang tuanya, serta hubungan
siswa dengan gurunya. Tata hubungan tersebut ternyata berlaku secara
universal yang harus bersumber dari kesadaran moralitas dan religi
seseorang. Salah satu ayat dalam Al-Quran (Al-Hajj: 24) menyebutkan
salah satu perilaku sopan santun yang diajarkan kepada manusia, yakni
berbuat baik dan berperilaku santun sebagai berikut ini.
Artinya: Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang
baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji (QS Al-
Hajj:24).
Ayat 22 dari Surat Al-Hajj di atas menunjukkan bahwa ada
petunjuk Allah untuk berbicara dengan baik dan tindakan-tindakan terpuji
dalam tata pergaulan manusia agar manusia memperoleh kebaikan. Atas
dasar itulah, tata hubungan pergaulan yang berkembang di rumah pun
harus diatur dan dikembangkan sebagai pedoman dan petunjuk bagi
seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak, dalam menciptakan iklim
kehidupan sosial yang baik dan kondusif.
Dikaitkan dengan hasil penelitian yang telah dianalisis di atas,
proses pembinaan orang tua siswa dilakukan pula terhadap dimensi-
dimensi pembelajaran secara nyata di dalam lingkungan keluarga.
Komunikasi yang baik dan penuh kasih sayang akan dapat membentuk
lxxix
mentalitas anak yang juga penuh kasih sayang, motivasi yang diberikan
orang tua dalam berbagai aspek kegiatan anak akan dapat pula
menumbuhkan sikap optimis dalam diri anak, fasilitas yang diberikan oleh
orang tua (dalam batas-batas wajar) akan memberikan pula dampak
kekuatan bahwa manusia tidak dapat bergerak sendiri tanpa bantuan
sesuatu, dan konsultasi yang diberikan oleh orang tua akan membentuk
pribadi anak selalu mempertimbangkan sesuatu dari sisi baik dan
buruknya.
Layanan bimbingan belajar bagi anak di lingkungan keluarga pada
dasarnya adalah proses pemberian bantuan belajar kepada anak dalam
memahami konteks pembelajaran tertentu. Peran utama dalam
memberikan layanan bimbingan belajar bagi anak ini sudah barang tentu
adalah orang tua, yakni ayah dan atau ibunya. Keterlibatan anggota
keluarga lain dalam proses layanan bimbingan belajar memang pada saat
tertentu diperlukan, tetapi hal itu terjadi apabila berkaitan dengan
permasalahan teknis pembelajaran.
Apa peran utama orang tua dalam melakukan layanan bimbingan
belajar bagi anaknya? Banyak orang tua yang sementara ini berpendapat
bahwa membantu anak belajar di rumah haruslah pintar dan memahami
seluruh pelajaran yang sedang dituntut oleh anaknya di sekolah.
Pendapat ini tidak seluruhnya benar. Orang tua bukanlah guru di
sekolah. Peran utama orang tua adalah menjadi fasilitator dan motivator
bagi anaknya agar mau belajar dengan baik dan sistematis di rumah.
lxxx
Rangsangan dan dorongan yang diberikan oleh orang tua sangat berarti
bagi perkembangan kemampuan anak. Rangsangan dan dorongan orang
tua ini diharapkan akan dapat memberdayakan anak dalam mengakami
proses belajar secara mandiri di rumah.
Sebagai orang tua, tentu harus mampu memfasilitasi proses belajar
anak di rumah. Peran orang tua sebagai fasilitator di sini mengandung
makna dua arah, yakni memberikan kemudahan sarana pembelajaran bagi
anak selama belajar di rumah serta menyediakan waktu sebagai konsultan
jika anak menemukan kesulitan. Pengadaan sarana pembelajaran yang
ideal sudah barang tentu sangat relatif. Hal seperti ini sangat bergantung
kepada kondisi keuangan keluarga. Jika keluarga tersebut memiliki
penghasilan yang baik, sudah tentu seharusnya mampu memberikan
layanan bimbingan belajar bagi anaknya dengan menyediakan sejumlah
sarana yang diperlukan. Jika kondisi keuangan keluarga tidak
memungkinkan, setidaknya keluarga mampu memberi-kan waktu luang
kepada anaknya untuk melaksanakan kewajibannya belajar di rumah
selama waktu tertentu.
Layanan bimbingan belajar yang seharusnya mampu diberikan oleh
orang tua adalah ruang konsultasi bagi anaknya ketika menemukan
kesulitan. Akan tetapi, perlu dipahami oleh orang tua bahwa membantu
kesulitan siswa di sini bukan membantu menjawab soal-soal pelajaran
yang tidak dapat diselesaikan oleh anak, melainkan memberikan jalan atau
alternatif pemecahan masalah yang selanjutnya harus diputuskan sendiri
lxxxi
oleh anak. Orang tua yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah
anaknya pada mata pelajaran tertentu bukanlah cara membantu anak keluar
dari kesulitan, tetapi justru akan menjerumuskan anak kepada sikap
ketergantungan kepada orang lain dan tidak memiliki kemampuan
memecahkan masalah sendiri. Kebiasaan orang tua me-ngerjakan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anaknya akan menyebab-kan anak tidak
memiliki kecakapan bertahan hidup (life skill) di samping akan
menumbuhkan sikap manja dalam dirinya.
2. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar idealnya tumbuh secara sadar dalam diri siswa
setelah dirinya memperoleh sejumlah pengalaman. Akan tetapi, motivasi
secara sadar sangat besar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana
seorang anak berada. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat muncul melalui
lingkungan keluarga, lingkungan sosial masyarakat sekitar, serta
lingkungan sekolah
Orang tua dan lingkungan keluarga memberikan pengaruh yang
sangat besar bagi pembentukan kepribadian anak. Di dalamnya akan
tumbuh pula perhatian, persepsi, dan minat siswa terhadap sesuatu.
Sebagai makhluk sosial, seorang anak akan dipengaruhi pula oleh
lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya. Tata pergaulan masyarakat
secara sadar akan membentuk perilaku anak. Pada konteks ini pula minat
dan motivasi anak terhadap sesuatu (termasuk belajar) akan terbentuk.
lxxxii
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan
yang sangat besar dalam menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa.
Hampir seluruh tugas pembelajaran siswa berada pada pengelolaan
sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus mampu menempatkan diri sebagai
lingkungan yang membentuk pribadi siswa, minat siswa, persepsi,
motivasi, hingga kompetensi siswa secara utuh.
Sebagai hasil interaksi antara anak dan faktor-faktor orang tua,
lingkung-an sosial, dan sekolah di atas, baik secara teripsah maupun secara
bersamaan, timbullah faktor-faktor yang dapat mendorong minat belajar
siswa.
a. Dunia dengan sifatnya yang mengajak (Kurt Singer dalam Slameto,
1995:78). Konteks ini dapat dipahami sebagai bentuk fenomena yang
berkembang di sekitar siswa dalam bentuk sajian-sajian menarik,
tontonan, permainan, dan sebagainya.
b. Anak mengetahui tujuan belajar, karena dengan mengetahui tujuan bel-
ajar seorang anak akan mempelajari sesuatu yang dipandangnya
berguna untuk dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Rivling
dalam Slameto (1988:26) yang mengemukakan bahwa ”sesungguhnya
untuk menumbuhkan minat belajar atau keinginan untuk berusaha
memperoleh sesuatu pengalaman baru adalah tujuan. Tujuan ini sangat
penting dan tidak boleh diabaikan oleh orang tua maupun guru.”
lxxxiii
c. Pribadi dan motivasi guru sangat memegang peranan penting dalam
pembentukan minat siswa. Guru yang memberikan perhatian lebih atas
pelajaran tertentu serta disukai oleh sisiwa akan dapat membangkitkan
minat siswa untuk belajar, apalagi jika guru tersebut mampu
memberikan motivasi belajar yang baik kepada anak didiknya.
d. Keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kesempatan
yang dimiliki siswa akan menentukan berkembangnya minat belajar
siswa. Pada tempat-tempat inilah siswa memperoleh pengalaman-
pengalamannya secara langsung sebagai modal dasar pengembangan
minat belajar.
3. Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa
Hasil analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,565 dengan p < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa. Artinya motivasi
belajar siswa dipengaruhi sebanyak 56,5 % oleh pembinaan orang tua
siswa di lingkungan keluarga. Koefisien korelasi yang diperoleh ini
sesungguhnya berada pada taraf yang sedang dan tidak cukup tinggi
meskipun nilai p berada pada 0,001. Hal ini diduga karena faktor jumlah
sampel yang relatif sedikit (20 orang atau 50 % dari populasi) dengan
ruang lingkup terbatas meskipun jumlah populasi yang digunakan adalah
40 orang.
lxxxiv
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah belajar serta
perasaan senang dan bersemangat untuk belajar (Soemanto, 1984). Hasil
penelitian telah dapat membuktikan pendapat tersebut meskipun dalam
taraf yang tidak terlalu signifikan. Pembinaan yang diberikan oleh orang
tua telah mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah
Cipanas Kabupaten Cianjur.
Setiap penelitian pasti terdapat kekurangan, begitu juga dalam
penelitian ini memiliki kelemahan antara lain:
a. Jumlah subjek yang relatif sedikit, terbatas pada 20 orang tua siswa
kelas I, II, dan III sebanyak 64 siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur.
b. Penelitian hanya mengungkap dua variabel, sehingga perlu ditambah
variabel lain.
c. Generalisasi dari hasil penelitian ini terbatas pada populasi di mana
penelitian dilakukan, yakni terbatas pada sebagian siswa kelas I, II dan
III MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur.
d. Ada kemungkinan munculnya sikap subjektif orang tua siswa dalam
menilai anaknya sendiri sehingga orang tua lebih banyak memilih
pernyataan bernilai 5 daripada mengungkapkan realitas yang ada.
e. Siswa kelas I, II dan III merupakan siswa kelas awal yang sesungguh-
nya masih mengalami proses perubahan mentalitas sehingga hasil
lxxxv
penelitian ini tidak dapat dijadikan ukuran bagi perkembangan
mentalitas siswa di masa mendatang. Di sisi lain, motivasi belajar tidak
semata-mata ditentukan oleh peran pembinaan orang tua siswa, karena
masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat memberikan pengaruh
seperti lingkungan sekolah, sikap dan perilaku siswa di dalam kelas,
cara mengajar guru, ketersediaan buku, persepsi pola asuh orang tua,
serta faktor-faktor lainnya.
Bagi peneliti selanjutnya penerapan ruang lingkup yang luas
dengan menambah atau menggunakan variabel lain yang belum disertakan
dalam penelitian ini ataupun dengan memperbaiki kelemahan dan
keterbatasan penelitian ini. Hal ini dapat dilakukan dengan:
a. Memperbanyak ruang lingkup penelitian atau sampel yang digunakan
dalam penelitian.
b. Memperbaiki alat ukur penelitian agar lebih bevariasi dalam
mengungkap aspek-aspek yang terkait dengan variabel penelitian.
lxxxvi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh
pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas awal pada
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur
tahun pelajaran 2010-2011. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan pembinaan
kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten
Cianjur, (2) mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah
Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari, dan (3) menguji pengaruh pembinaan
orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas
Kabupaten Cianjur sehari-hari.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan serta analisis atas data
tersebut, diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada umumnya orang tua telah memberikan pembinaan yang maksimal
terhadap putra-putrinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada
konteks pembinaan anak ini, para orang tua telah mampu menempatkan
dirinya sebagai komunikator yang baik bagi anak-anaknya, sebagai
motivator, fasilitator dan konsultan yang cukup baik dalam perkembangan
pembinaan anak-anaknya. Angka persentase rata-rata dari keempat
lxxxvii
dimensi yang sebesar 74,33 % menunjukkan bahwa tingkat pembinaan dan
bimbingan orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori
cukup baik.
2. Motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori cukup baik
yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 % dari empat
dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan pengamatan orang
tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat dalam
belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keterbukaan
dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan prestasi
belajar yang relatif cukup baik.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa
terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten
Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Kesimpulan ini didukung oleh data
koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,565. Berdasarkan tabel
standar korelasi dari Sugiyono, nilai tersebut berada pada tingkat sedang
atau cukup kuat. Sedangkan signifikansi koefisien r berada pada parameter
0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi atau kuat. Di samping itu,
hasil uji signifikansi menunjukkan nilai thitung sebesar 4,133 yang ternyata
lebih besar daripada ttabel = 2,086 pada taraf signifikansi 5 % dan
membuktikan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa (Y) berpengaruh secara
signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa. Dengan demikian, HO ditolak
dan hipotesis penelitian (HA) diterima. Tingkat sigifikansi Pembinaan
Orang Tua Siswa (X) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) dapat dilihat
lxxxviii
pula dari nilai probabilitas kesalahan statistik atau p-value (sig.) sebesar
0,001 yang jauh lebih kecil daripada tingkat signifikansi α = 0,05.
B. Saran-saran
Saran-saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan pada
kesempatan ini adalah sebagai berikut.
1. Kebutuhan anak terhadap pendidikan akan sangat berbeda dari kebutuhan
orang tua, demikian pula pandangan orang tua dan anak akan memiliki
perbedaan pula. Secara teoritis, upaya pembimbingan belajar anak di
lingkungan rumah harus memiliki perbedaan suasana yang sangat terasa
bagi anak jika dibandingkan dengan di sekolah. Perbedaan ini harus
diciptakan agar suasana belajar di rumah lebih menyenangkan dan
bermakna. Perbedaan tersebut terletak pada sarana pembelajaran yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan yang terdapat di sekolah, buku-
buku sumber yang lebih beragam, serta suasana keakraban antara orang
tua siswa dan anak lebih terasa sehingga mampu mencairkan suasana kaku
yang biasa tercipta di dalam kelas. Pada konteks ini, selayaknyalah orang
tua siswa memberikan perhatian penuh terhadap proses bimbingan belajar
anaknya di rumah. Jika orang tua tidak merasa mampu memberikan
kelengkapan sarana belajar yang memadai dan baik, kebutuhan utama
yang diperlukan oleh anak adalah perhatian orang tua yang sungguh-
sungguh sehingga proses belajar di rumah menjadi lebih menyenangkan.
lxxxix
2. Cara belajar yang baik tentu saja dengan menggunakan cara atau langkah-
langkah sistematis. Orang tua siswa sebagai sosok yang paling ber-
tanggung jawab terhadap proses pendidikan anaknya hendaknya memiliki
pemahaman yang cukup tentang metode pembimbingan belajar. Selain
dapat mempermudah proses bimbingan belajar di rumah, penguasaan
metode pembelajaran juga akan mendidik anak secara tidak langsung
untuk berpikir dan bertindak secara sistematis pula.
3. Pembelajaran ideal memerlukan media pembelajaran yang relatif memadai
dan mencukupi. Pada mata pelajaran tertentu seperti Fisika, Biologi,
Geografi, dan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan
psikomotor diperlukan media pembelajaran yang dapat digunakan siswa.
Orang tua siswa akan lebih baik jika dapat mengadakan beberapa
perlengkapan pribadi anaknya yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Di sisi lain, pihak sekolah pun hendaknya dapat pula memprioritaskan
pengadaan kelengkapan sarana pembelajaran ini pada RAPBS secara
bertahap dan konsisten sehingga pada saatnya sekolah akan mampu
memiliki sarana yang lengkap dan memudahkan proses belajar mengajar.
4. Meskipun orang tua siswa memiliki tugas yang berat dalam membimbing
dan mendidik anaknya, pihak sekolah secara proporsional hendaknya
dapat pula mengembangkan sistem pendidikan secara ideal sesuai dengan
standar pendidikan nasional yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Pemberian pekerjaan rumah yang
selalu bertumpuk kepada anak bukanlah cara yang bijaksana dalam
xc
memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Prinsip-prinsip belajar
tuntas (mastery learning) seharusnya menjadi dasar pijakan bagi
pengembangan pembelajaran di sekolah sehingga setiap kompetensi dasar
yang dirumuskan akan tercapai dalam waktu yang disediakan oleh
sekolah. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa untuk dilaksanakan di
rumah seharusnya merupakan tugas-tugas pengayaan dan pendalaman,
bukan menyelesaikan pelajaran tidak tuntas yang diberikan di kelas.
5. Bagi peneliti yang merasa tertarik pada konteks pembimbingan belajar
anak yang dilakukan oleh orang tua siswa, diharapkan akan dapat
melakukan pengembangan dan perbaikan melalui pencarian variabel-
variabel yang lebih determinan dan strategis.
xci
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1987) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Jakarta Jaya.
Badan Nasional Standar Pendidikan. (2005). Standar Isi. Jakarta: BNSP.
Bambang Indriyanto. (2004). Sumber Daya Pendidikan: Reaktualisasi Pasal 1 (Ayat 10) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustekom Balitbang Depdiknas.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Imam Ghazali. (1983). Ihya ‘Ulumuddin. alih bahasa Nurhichmah dan R.H.A. Suminto. Jakarta: Penerbit Tintamas.
Imam Nawawi (1964). Riadush Shalihin alih bahasa oleh Salim Bahreisi. Bandung: Al-Ma’arif.
Makmun, Abin Syamsuddin. (1996). Psikologi Kependidikan: Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Remaja Rosda Karya.
Sapani, Suardi. Drs. M.Pd. et. Al. (1997). Teori Pembelajaran. Jakarta: Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Seno, Winarno Hami. (1984). Profesionalisme Guru dan Upaya Peningkatan Martabatnya. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas.
Slameto. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Subana. M. dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. (1996). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sugiono. (2001). Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Surakhmad. (1980). Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
xcii
Umaedi. (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 4: Pedoman Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah bagi SLTP. Jakarta: Direktorat PLP. Depdiknas.
Von Magnis, Franz. (1984). Etika Umum. Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Yayasan Kanisius.
Yulaelawati, Ella. (2003). Taksonomi Pemilihan Kurikulum. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
xciii
Lampiran 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH CIPANAS KABUPATEN CIANJUR (Studi Deskriptif Terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur) Oleh : IIS ISTIANAH NIM : 0701. 0029
No Variabel Penelitian Dimensi Indikator Item Angket Parameter
Berbicara dengan lemah lembut
1. Berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar
Mendidik secara komunikatif
Memberi pengertian, bukan perintah
2. Menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
3. Menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah)
Menyediakan sarana pembelajaran yang diperlukan
4. Menyediakan sarana penunjang belajar di rumah (meja belajar khusus, tempat belajar khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya)
1. Pembinaan orang tua (X)
Menjadi fasilitator dalam belajar anak
Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan
5. Menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
ii
No Variabel Penelitian Dimensi Indikator Item Angket Parameter
6. Mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama.
7. Melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten.
Mendorong anak untuk selalu belajar secara teratur
8. Membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah.
9. Memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar.
Menjadi motivator dalam belajar anak
Mendorong anak untuk belajar dengan pemberian penghargaan tertentu 10. Memberikan dorongan dan semangat jika anak
kurang berhasil dalam belajar.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
11. Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan.
Menjadi konsultan dalam belajar anak
Memberi saran untuk mengatasi kesulitan anak dan tidak bergantung kepada orang lain 12. Mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-
tugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
1. Anak gembira setiap kali belajar di rumah. Menunjukkan kegembiraan dalam belajar 2. Anak gembira setiap berangkat ke sekolah
2. Motivasi belajar (Y)
Menunjukkan semangat dalam belajar
Menunjukkan rasa senang dalam belajar
3. Anak senang belajar. 4. Anak senang membaca hal-hal baru.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
iii
No Variabel Penelitian Dimensi Indikator Item Angket Parameter
5. Anak memperhatikan setiap pembelajaran. Menunjukkan perhatian dalam belajar 6. Anak bersungguh-sungguh setiap kali
mengerjakan tugas-tugas sekolah
7. Anak sering bertanya setiap menemukan hal-hal yang baru.
8. Anak tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya.
Menunjukkan keingintahuan
Sering bertanya
9. Anak berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
10. Anak siap setiap menerima pembelajaran baru. Menunjukkan keterbukaan dalam belajar
Menerima setiap pembelajaran baru 11. Anak mau menerima saran masukan dan
perbaikan dari orang tua.
12. Anak memperoleh prestasi yang baik di sekolah.
Menunjukkan peningkatan prestasi belajar
Menunjukkan perkembangan prestasi belajar di sekolah. 13. Anak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
sekolah.
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
ANGKET
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH CIPANAS
KABUPATEN CIANJUR
1. PETUNJUK PENGISIAN
a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan
pada kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
b. Bapak/Ibu/Saudara dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom pilihan
jawaban sesuai dengan pertanyaan/pernyataan yang dikemukakan.
c. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak berpengaruh apa pun
terhadap Bapak/Ibu/Saudara.
d. Bapak/Ibu/Saudara dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai
berikut.
SL jika jawaban atas pertanyaan adalah SELALU
S jika jawaban atas pertanyaan adalah SERING
K jika jawaban atas pertanyaan adalah KADANG-KADANG
J jika jawaban atas pertanyaan adalah JARANG
TP jika jawaban atas pertanyaan adalah TIDAK PERNAH
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Umur : ...................... tahun
b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)
ii
Bapak/Ibu dapat memberikan silang (X) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan pilihan.
Variabel : Pembinaan Orang Tua Siswa
Alternatif Jawaban Pertanyaan
SL S K J TP
1. Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar?
2. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?
3. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah)?
4. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana penunjang belajar di rumah (meja belajar khusus, tempat belajar khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya)?
5. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)?
6. Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar di rumah bagi anak secara bersama-sama?
7. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten (secara tetap dan terus-menerus sesuai dengan jadwal)?
8. Apakah Bapak/Ibu membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah?
9. Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar?
10. Apakah Bapak/Ibu memberikan dorongan dan semangat jika anak kurang berhasil dalam belajar?
11. Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan?
iii
Alternatif Jawaban Pertanyaan
SL S K J TP
12. Apakah Bapak/Ibu mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya?
Variabel: Motivasi belajar siswa
Alternatif Jawaban Pertanyaan
SL S K J TP
1. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap kali belajar di rumah?
2. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap berangkat ke sekolah?
3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang belajar?
4. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang membaca hal-hal baru?
5. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap memperhatikan setiap pembelajaran?
6. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap bersungguh-sungguh setiap kali mengerjakan tugas-tugas sekolah?
7. Apakah putra/putri Bapak/Ibu sering bertanya setiap menemukan hal-hal yang baru?
8. Apakah putra/putri Bapak/Ibu tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya?
9. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya?
iv
Alternatif Jawaban Pertanyaan
SL S K J TP
10. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap siap setiap menerima pembelajaran baru?
11. Apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap mau menerima saran masukan dan perbaikan dari orang tua?
12. Apakah putra/putri memperoleh prestasi yang baik di sekolah?
13. Apakah putra/putri Bapak/Ibu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.
v
87
Lampiran 3
DATA EMPIRIK HASIL PENELITIAN
Variabel : Pembinaan Orang Tua Siswa (X)
PEMBINAAN ORANG TUA (X) Komunikatif Fasilitator Motivator Konsultan No. Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Ganjil Genap
1 5 5 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 51 25 26
2 5 4 3 4 3 5 3 3 5 4 4 4 47 23 24
3 5 5 4 3 3 5 5 3 5 4 4 3 49 26 23
4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 3 5 3 48 26 22
5 5 5 4 4 2 3 4 3 4 3 3 5 45 22 23
6 5 5 4 4 3 3 4 3 2 4 3 2 42 21 21
7 4 4 3 5 3 5 1 3 2 5 1 3 39 14 25
8 3 5 4 2 4 5 2 4 3 5 2 3 42 18 24
9 5 4 3 3 5 5 3 3 5 4 4 3 47 25 22
10 4 5 4 5 1 4 3 4 4 4 2 3 43 18 25
11 2 3 3 2 2 3 5 2 3 5 2 2 34 17 17
12 5 3 4 4 3 4 5 4 4 5 4 2 47 25 22
13 4 5 5 2 2 1 2 3 2 3 2 3 34 17 17
14 3 2 4 3 5 5 3 4 2 2 3 3 39 20 19
15 5 5 4 5 2 4 3 4 5 5 3 4 49 22 27
16 5 2 5 4 1 3 5 3 3 4 4 4 43 23 20
17 5 5 3 1 2 3 5 4 3 4 4 4 43 22 21
88
PEMBINAAN ORANG TUA (X) Komunikatif Fasilitator Motivator Konsultan No. Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Ganjil Genap
18 4 5 4 4 3 5 1 4 4 5 4 4 47 20 27
19 5 3 3 5 5 5 2 4 3 4 4 5 48 22 26
20 5 4 4 3 5 5 3 5 5 3 4 4 50 26 24
Jumlah 88 82 77 73 63 80 67 72 71 79 66 69 887 432 455
Rata-rata 4,4 4,1 3,85 3,65 3,15 4 3,35 3,6 3,55 3,95 3,3 3,45 44,35 21,6 22,75
Tertinggi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 51 26 27
Terendah 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 34 14 17
Median 5 4,5 4 4 3 4 3 4 3,5 4 4 3 46 22 23
Modus 5 5 4 5 3 5 3 4 3 4 4 3 47 22 24
Frekuensi 5 12 10 3 6 5 9 5 2 5 6 1 3 67
Frekuensi 4 5 4 11 6 2 4 4 9 5 8 10 6 74
Frekuensi 3 2 4 6 4 6 6 6 8 6 5 4 8 65
Frekuensi 2 1 2 0 3 5 0 3 1 4 1 4 3 27
Frekuensi 1 0 0 0 1 2 1 2 0 0 0 1 0 7
Simpangan Baku 0,883 1,071 0,671 1,226 1,348 1,124 1,309 0,754 1,099 0,887 1,031 0,945 4,934 3,470 2,971
89
DATA EMPIRIK HASIL PENELITIAN
Variabel : Motivasi Belajar Siswa (Y)
MOTIVASI BELAJAR SISWA (Y) Semangat Belajar Keingintahuan Keterbukaan Prestasi No. Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Ganjil Genap
1 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 3 5 4 57 28 29
2 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 3 5 4 55 29 26
3 5 4 4 5 5 5 4 5 3 5 4 4 3 56 28 28
4 4 4 5 5 3 5 4 4 5 3 5 4 4 55 30 25
5 3 5 4 5 4 5 3 5 5 4 5 3 3 54 27 27
6 4 5 4 3 5 5 5 3 4 2 4 2 2 48 28 20
7 2 3 5 2 3 2 4 4 1 3 2 4 3 38 20 18
8 5 5 4 5 5 4 2 5 3 5 3 5 2 53 24 29
9 5 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 2 55 29 26
10 3 5 5 5 4 4 5 2 4 5 4 5 2 53 27 26
11 5 4 3 5 1 5 4 5 4 5 4 2 1 48 22 26
12 4 3 2 4 2 5 4 5 5 4 5 3 2 48 24 24
13 4 5 4 2 3 3 4 3 2 4 5 5 3 47 25 22
14 5 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 4 2 56 30 26
15 4 3 3 3 4 5 2 5 5 2 4 5 1 46 23 23
16 3 4 2 3 5 5 3 4 4 3 2 4 2 44 21 23
17 2 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 1 42 19 23
90
MOTIVASI BELAJAR SISWA (Y) Semangat Belajar Keingintahuan Keterbukaan Prestasi No. Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Ganjil Genap
18 4 5 1 5 5 4 4 5 2 5 2 4 2 48 20 28
19 3 4 2 5 4 5 1 4 5 4 4 5 1 47 20 27
20 5 5 3 4 5 3 3 5 3 5 2 3 1 47 22 25
Jumlah 80 87 74 82 80 87 68 85 75 80 74 80 45 997 496 501
Rata-rata 4 4,35 3,7 4,1 4 4,35 3,4 4,25 3,75 4 3,7 4 2,25 49,85 24,8 25,05
Tertinggi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 57 30 29
Terendah 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 38 19 18
Median 4 4,5 4 4,5 4 5 3,5 4,5 4 4 4 4 2 48 24,5 26
Modus 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 2 48 28 26
Frekuensi 5 8 10 6 10 8 11 3 10 7 7 6 7 0 93
Frekuensi 4 6 7 7 4 7 6 7 6 5 8 6 8 3 80
Frekuensi 3 4 3 3 4 3 2 6 3 5 3 4 3 4 47
Frekuensi 2 2 0 3 2 1 1 3 1 2 2 4 2 8 31
Frekuensi 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 5 9
Simpangan Baku 1,026 0,745 1,218 1,071 1,124 0,875 1,095 0,91 1,209 0,973 1,129 0,973 1,02 5,2942 3,7501 2,8924
91
91
Lampiran 4 Tabel Pengolahan Data Deskriptif Hasil Penelitian
1. Variabel X : Pembinaan Orang Tua Siswa
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %
Σ Skor
Dimensi : Mendidik Anak secara Komunikatif
1
Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar?
12
60 %
5
20 %
2 6 %
1 2 %
0 0 88
2
Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?
10
50 %
4
16 %
4
12 %
2 8 %
0 0 82
Dimensi : Mendidik Anak secara Komunikatif 22
55 %
9
18 %
6 9 %
3 3 %
0 0 170
Jumlah 170
Skor Ideal 5 x 2 x 20 200
Kategori Persentase 85 %
Dimensi: Menjadi fasilitator dalam belajar anak
3
Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah)?
3
15 %
11
44 %
6
18 %
0 0 0 0 77
4
Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana penunjang belajar di rumah (meja belajar khusus, tempat belajar khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya)?
6
30 %
6
24 %
4
12 %
3 6 %
1 1 %
73
92
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %
Σ Skor
5
Apakah Bapak/Ibu menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)?
5
25 %
2 8 %
6
18 %
5
10 %
2 2 %
63
Dimensi: Menjadi fasilitator dalam belajar anak 14
23,3
3 %
19
25,3
3 %
16
16 %
8
5,33
%
3 1 %
213
Jumlah 213
Skor Ideal 5 x 3 x 20 300
Kategori Persentase 71 %
Dimensi: Menjadi motivator dalam belajar anak
6 Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar di rumah bagi anak secara bersama-sama?
9
45 %
4
16 %
6
18 %
0 0 %
1 1 %
80
7
Apakah Bapak/Ibu melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten (secara tetap dan terus-menerus sesuai dengan jadwal)?
5
25 %
4
16 %
6
18 %
3 6 %
2 2 %
67
8
Apakah Bapak/Ibu membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah?
2
10 %
9
36 %
8
24 %
1 2 %
0 0 %
72
9
Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar?
5
25 %
5
40 %
6
18 %
4 8 %
0 0 71
10
Apakah Bapak/Ibu memberikan dorongan dan semangat jika anak kurang berhasil dalam belajar?
6
30 %
8
32 %
5
15 %
1 2 %
0 0 79
Dimensi: Menjadi motivator dalam belajar anak 27
27 %
30
24 %
31
18,6
%
9
3,6
%
3
0,6
%
369
Jumlah 369
93
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %
Σ Skor
Skor Ideal 5 x 5 x 20 500
Kategori Persentase 73,8 %
Dimensi : Menjadi konsultan dalam belajar anak
11
Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan?
1 5 %
10
40 %
4
12 %
4 8 %
1 1 %
66
12
Apakah Bapak/Ibu mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya?
3
15 %
6
24 %
8
24 %
3 6 %
0 0 69
Dimensi: Menjadi konsultan dalam belajar anak 4
10 %
16
32 %
12
18 %
7 7 %
1
0,5
%
135
Jumlah 135
Skor Ideal 5 x 2 x 20 200
Kategori Persentase 67,5 %
94
2. Variabel Y: Motivasi Belajar Siswa
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %Σ Skor
Dimensi : Menunjukkan semangat dalam belajar
1
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap kali belajar di rumah?
8
40 %
6
24 %
4
12 %
2 0 0 80
2
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap berangkat ke sekolah?
10
50 %
7
28 %
3 9 %
0 0 0 87
3
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang belajar?
6
30 %
7
28 %
3 9 %
3 6 %
1 1 %
74
4
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang membaca hal-hal baru?
10
50 %
4
16 %
4
12 %
2 4 %
0 0 82
5
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap memperhatikan setiap pembelajaran?
8
40 %
7
28 %
3 9 %
1 2 %
1 1 %
80
6
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap bersungguh-sungguh setiap kali mengerjakan tugas-tugas sekolah?
11
55 %
6
24 %
2 6 %
1 2 %
0 0 87
Dimensi : Menunjukkan semangat dalam belajar 53
44,1
7 %
37
24,6
7 %
19
9,5
%
9 3 %
2
0,33
%
490
Jumlah 490
Skor Ideal 5 x 6 x 20 600
Kategori Persentase 81,67 %
95
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %Σ Skor
Dimensi: Menunjukkan keingintahuan
7
Apakah putra/putri Bapak/Ibu sering bertanya setiap menemukan hal-hal yang baru?
3
15 %
7
28 %
6
18 %
3 6 %
1 1 %
68
8
Apakah putra/putri Bapak/Ibu tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya?
10
50 %
6
24 %
3 9 %
1 2 %
0 0 85
9
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya?
7
35 %
5
20 %
5
15 %
2 4 %
1 1 %
75
Dimensi : Menunjukkan keingintahuan 20
33,3
3 %
18
24 %
14
14 %
6 4 %
2
0,67
%
228
Jumlah 228
Skor Ideal 5 x 3 x 20 300
Kategori Persentase 76 %
Dimensi: Menunjukkan keterbukaan dalam belajar
10
Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap siap setiap menerima pembelajaran baru?
7
35 %
8
32 %
3 9 %
2 4 %
0 0 80
11
Apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap mau menerima saran masukan dan perbaikan dari orang tua?
6
30 %
6
24 %
4
12 %
4 8 %
0 0 74
Dimensi : Menunjukkan keterbukaan dalam belajar 13
32,5
%
14
28 %
7
10,5
%
6 6 %
0 0 154
Jumlah 154
96
Skor Jawaban 5 4 3 2 1 No Pertanyaan
f % f % f % f % f %Σ Skor
Skor Ideal 5 x 2 x 20 200
Kategori Persentase 77 %
Dimensi: Menunjukkan peningkatan prestasi belajar
12
Apakah putra/putri memperoleh prestasi yang baik di sekolah?
7
35 %
8
24 %
3 9 %
2 4 %
0 0 80
13
Apakah putra/putri Bapak/Ibu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.
0 0 %
3
12 %
4
12 %
8
16 %
5 5 %
45
Dimensi : Menunjukkan peningkatan prestasi belajar 7
17,5
%
11
22 %
7
10,5
%
10
10 %
5
2,5
%
125
Jumlah 125
Skor Ideal 5 x 2 x 20 200
Kategori Persentase 62,5 %
top related