penerapan model pembelajaran kooperatif · pdf filei penerapan model pembelajaran kooperatif...
Post on 30-Jan-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIMETOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM
MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGANSEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
LaporanPenelitian Tindakan Kelas (PTK)
Oleh:Susilo Fitri Yatmoko, M.PdNIP. 19880521 201101 1 010
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAUPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO
SD NEGERI 6 PENYARINGANTAHUN PELAJARAN 2015/2016
ii
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAUPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO
SD NEGERI 6 PENYARINGANAlamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo
LEMBAR PENGESAHAN PTKNomor:………………………………..
Judul Penelitian : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TimeToken untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalamMateri Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran2015/2016”.
Disusun oleha. Nama : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pdb. NIP : 19880521 201101 1 010c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I, III/bd. Jabatan : Guru Pertama
Anggota Peneliti : 1 (satu) orangLokasi Penelitian : SD Negeri 6 PenyaringanLama Penelitian : 3 Bulan (April-Juni)
MengetahuiKepala SD Negeri 6 Penyaringan
Jembrana, 30 September 2016Peneliti
Ni Luh Sekarini, S.PdNIP.19630922 198404 2 001
Susilo Fitri Yatmoko, M.PdNIP. 19880521 201101 1 010
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd
Pangkat, Golongan
NIP
Jabatan
Satuan Pendidikan
: Penata Muda Tk. I (III/b)
: 19880521 201101 1 010
: Guru Pertama
: SD Negeri 6 Penyaringan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian
dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD
Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016” yang saya susun
untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, merupakan hasil karya saya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Mendoyo, 21 September 2016Peneliti
Susilo Fitri Yatmoko, M.PdNIP.19880521 201101 1 010
iv
v
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAUPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO
SD NEGERI 6 PENYARINGANAlamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo
SUARAT KETERANGANNomor : …………………………….
Yang bertanda tangan di bawah ini, Petugas perpustakaan SD Negeri 6
Penyaringan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa laporan PTK :
Judul :“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya
pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester
Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”
Penulis : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd
NIP : 19880521 201101 1 010
Telah didokumentasikan/disimpan di perpustakaan dan telah menjadi milik
perpustakaan SD Negeri 6 Penyaringan.
Demikian surat keterangan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagai mana
mestinya.
MengetahuiKepala SD Negeri 6 Penyaringan
Jembrana, 30 September 2016Petugas Perpustakaan
Ni Luh Sekarini, S.PdNIP.19630922 198404 2 001
Pande Paf Rusdyana, S.PdNIP. 19900807 201403 1 005
vi
KATA PENGANTAR
Melalui kesempatan yang berbahagia ini, peneliti panjatkan puja dan pujisyukur kehadapan Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapatmenyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPAdalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester GenapTahun Pelajaran 2015/2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Peneliti sadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancartanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti tidak lupamengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Kepala SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian.2. Rekan Guru-guru dan pegawai SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan
bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.3. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 6 Penyaringan yang telah dengan senang hati
mengikuti proses pembelajaran selama peneliti mengadakan penelitian.4. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
baik bentuk maupun isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dankemampuan yang peneliti miliki, sehubungan dengan hal tersebut dengan segalakerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangundemi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga laporanpenelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagiperkembangan dunia pendidikan .
Mendoyo, September 2016Peneliti
vii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIMETOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM
MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGANSEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh:Susilo Fitri Yatmoko, M.PdNIP. 19880521 201101 1 010
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), Penelitiantindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajarsiswa dalam pata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe time token. Penelitan ini dilakukan di keas V SD Negeri 6 Penyaringan padasemester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatar belakangi olehmasih rendahnya hasil belajar IPA dikelas V Hal ini berdasar observasi pra siklus diketahui nilai ulangan harian matematika pada pelajaran IPA sebelumnya nilai rata-rata kelas untuk IPA masih rendah yaitu 60.87. Nilai rata-rata ini masih dibawahkriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. Maka dari itu perlu untukditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 6Penyaringan, Semester genap tahun pelajran 2015/2016 yang berjumlah 23 siswa.Objek penelitian adalah hasil belajar IPA dalam materi cahaya melalui penerapanmodel pembelajaran kooperatif tipe time token. Pelaksanaan Penelitian iniberlangsung dalam dua siklus selama tiga bulan. Dengan keriteria keberhasilandalam penelitian apa bila nilai rata-rata kelas minimal 65, dan ketuntasan belajarminimal 85.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapatmeningkatkan hasil belajar IPA tentang Cahaya siswa kelas V SD Negeri 6Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kesimpulan tersebutdidungkung oleh hasil belajar siswa jika dilihat dari Rerata skor hasil belajar IPAsiswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan Siklus II (sebesar74.13). dan ketuntasan belajar siswa meningkat berturut-turut dari pra siklus 30.43,siklus I 78.26 dan siklus II 82.61. Jika dibandingkan dengan keriteria keberhasilanpada siklus II sudah memenuhi rata-rata kelas melebihi KKM diatas 65 dankentuntasan belajar juga lebih dari 80. Maka dapat dikatakan penelitian ini telahberhasil.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan hasil belajar IPA
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................iLEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iiLEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................iiiBERITA ACARA SEMIANR ................................................................................ivSURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN .......................................................vKATA PENGANTAR .............................................................................................viABSTRAK...............................................................................................................viiDAFTAR ISI............................................................................................................viiiDAFTAR TABEL.................................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .....................................................................xDAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1A. Latar Belakang .................................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ......................................................... 6D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran....................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 9A. Kajian Teori......................................................................................................... 9B. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 26C. Hipotesis Tindakan............................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 27A. Jenis Penelitian.................................................................................................. 27B. Seting Penelitian................................................................................................ 27C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 29D. Instrumen Penelitian.......................................................................................... 31E. Metode Pengumpulan Data................................................................................ 32F. Metode Analisis Data......................................................................................... 32G. Kriteria Keberhasilan ........................................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 35A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 35B. Analisis Data ..................................................................................................... 44C. Pembahasan ....................................................................................................... 45
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 50A. Simpulan............................................................................................................ 50B. Saran dan Tindak Lanjut ................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ...................................12
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time token ................................................15
Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima) ........................................................28
Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus. ………………………...35
Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus I …………………………….38
Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I ……………………………..39
Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus II ……………………….42
Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II………………………………. 43
Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II ……………………………………………………...........45
Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II ………………46
x
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………..…………….. 29
Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus
dengan tes akhir pada siklus I – II ...........................................................46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Jadwal Penelitian.
2. Daftar nama siswa.
3. Nilai prestasi belajar Matematika pra siklus
4. Pemetaan Setandar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika
5. Silabus Matematika
6. Daftar hadir siswa siklus I
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
8. Instrument tes sklus I
9. Rekap nilai prestasi belajar Matematika siklus I
10.Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I
11.Dokumentasi Siklus I
12.Daftar hadir siswa siklus II
13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
14.Instrument tes sklus II
15. Rekap nilai prestasi belajar siklus II
16. Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II
17. Dokumentasi Siklus II
18.Surat izin penelitian
19. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian
20. Notulen Seminar PTK
21. Daftar Hadir Peserta Seminar
22. Dokumentasi Seminar PTK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan
pembangunan. Pendidikan berkualitas harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas
dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan
kurikulum yang sesuai dengan ilmu pegetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta didukung penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini
mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah,
masyarakat, dan pemerintah.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, mutu pendidikan menjadi sorotan
penting di masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing sejalan dengan kemajuan
IPTEK yang semakin berkembang pesat. IPA merupakan salah satu disiplin ilmu
yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, begitu juga dalam kehidupan manusia. IPA juga merupakan salah satu
mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Tujuannya tidak
hanya menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri didalam meniti karier
terutama dalan menjalankan tugas-tugas sebagai guru SD, tetapi juga berguna untuk
2
menunjang ilmu pengetahuan lainnya. Suherman dan Winataputra (1992:127)
menyatakan bahwa “banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung
dari IPA”.
Aisyah, dkk (2008:4) menyatakan tujuan pembelajaran IPA sekolah, khususnya
di SD atau MI adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. memahami konsep IPA, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah,
2. melatih cara berpikir dan bernalar siswa,
3. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
4. mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tulisan, dan
5. memiliki sikap menghargai kegunaan IPA dalam kehidupan.
Model pembelajaran yang mampu mewujudkan tujuan pembelajaran IPA ini
adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat membantu
siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran IPA. Siswa dapat
bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi, menyelesaikan
tugas-tugas, persoalan yang disajikan oleh guru, dan memberikan penjelasan di
dalam kelompok. Secara individu siswa mampu membangun kepercayaan diri
terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah IPA, sehingga akan
mengurangi (bahkan menghilangkan) rasa cemas terhadap IPA yang banyak dialami
para siswa. Sementara secara sosial, siswa mampu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, bertukar pikiran, ide dan gagasan dalam sebuah kelompok diskusi
(Ibrahim, 2000). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (dalam
Ibrahim dkk, 2000) pada beberapa mata pelajaran, termasuk IPA, telah membuktikan
3
bahwa siswa yang belajar secara kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar secara individu.
Berdasarkan hasil penelitiannya, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tidak
ditemukan pengaruh negatif pada hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa,
model pembelajaran kooperatif cocok diterapkan dalam pembelajaran, termasuk
mata pelajaran IPA.Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaranpada siswa-siswa SD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo
Kabupaten Jembrana. menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA belum tercapai
secara maksimal. Hal tersebut secara umum nampak dari kurangnya antusias siswa
SD Negeri 6 Penyaringandalam mengikuti proses pembelajaran IPA dan rendahnya
hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang ada, hasil belajar IPA siswa SD Negeri 6 Penyaringan
tergolong rendah walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA, seperti melalui
penyempurnaan kurikulum, mengadakan penataran bagi staf pengajar, mensuplai
buku-buku yang relevan. Namun semua usaha ini belum memberikan hasil yang
diharapkan. Hal ini terbukti dari perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V, yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut Nurman, Salah satu
prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan
kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta
didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan
dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Nurman, 2012).
Berpatokan pada Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 65 pada mata
pelajaran IPA, siswa kelas V pada hasil belajar pra siklus menunjukkan bahwa baru 7
4
siswa yang mencapai KKM di tetapkan. Hal ini menyebabkan 16 siswa perlu
meningkatkan perolehan hasil belajar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
sebenarnya perlu ada upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan data diatas ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai
penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa SD adalah proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru IPA di kelas tersebut kurang optimal. Menurut Artini (2011),
kurang optimalnya proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa bersumber pada
metode pembelajaran, tidak menggunakan media dalam pembelajaran, alat evaluasi
yang tidak memiliki blue-print, tidak tersedia buku pelajaran yang memenuhi
tuntutan kurikulum, paradigma guru yang yang menganut sistem transfer
pengetahuan, tidak menganut filosofi konstruktivisme, dan guru yang sering
meninggalkan kelas.
Sehubungan dengan penggunaan metode pembelajaran, seorang guru harus
jeli (prigel) di dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.
Menurut Puger (2004: 14), untuk meningkatkan hasil belajar siswa
diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan
penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa.Salah satu
metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman, penalaran, dan
memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan metode belajar
kooperatif. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, maka
pengungkapan konsep-konsep dalam suatu bidang studi dapat diwujudkan melalui
cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan.
5
Sesungguhnya dalam pembelajaran kooperatif banyak cara yang dapat
dilakukan dalam berdiskusi. Salah satunya adalah menggunakan tipe time token.
Tipe time token dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar, sehingga
siswa yang mendominasi percakapan dapat berbagi aktif dengan siswa yang malu
bahkan tidak pernah berbicara sama sekali (Ibrahim dkk, 2000). Adapun kelebihan
tipe time token adalah adanya peluang pemeratan kesempatan bagi siswa untuk
mengemukakan pendapat/gagasan/jawaban maupun pertanyaan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan kupon bicara dalam waktu ± 10-30 detik, tanpa
menghalangi aktivitas maupun kreativitas siswa yang memiliki kemampuan lebih.
Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat menyampaikan gagasan/pendapat
maupun memberikan penjelasan pada teman yang kurang mengerti di tengah
kelompok. Secara tidak langsung melalui tipe time token siswa belajar untuk bisa
mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain serta bertanggung jawab pada
tugas bersama. Jadi, manfaat proses pembelajaran time token adalah selain siswa
berdiskusi sesamanya, siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu
siswa, khususnya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringanberbagi aktif serta
menumbuhkan komunikasi yang efektif dan kerja sama yang baik di antara anggota
kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, sangat penting dilakukan penelitian tentang model
pembelajaran kooperatif dengan tipe time token dalam proses pembelajaran IPA
dengan suatu usulan tindakan yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi
6
Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun
Pelajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:Bagaimana model pembelajaran
kooperatif tipe time token dapat meningkatkanhasil belajar IPA siswa kelas VSD
Negeri 6 PenyaringanSemester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikanpenerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe time tokendalam
meningkatkan hasil belajarIPA siswa kelas VSD Negeri 6 PenyaringanSemester
Genap Tahun Ajaran 2015 / 2016.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretik
a. Dapat menambah informasi, khususnya bagi guru IPASD dalam ranah model
pembelajaran kooperatiftipe time token.Hal ini berperan sebagai variasi di dalam
mengimplementasikan materi ajar di kelas.
b. Sebagai bahan informasi, khususnya bagi guru IPASD agar memberikan latihan
menggunakan media asli yang tepat dalam menyampaikan pokok bahasan,
sehingga siswa mempunyai kemampuan berpikir konkret yang baik.
7
c. Dapat dijadikan dasar pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
ruang lingkup yang lebih khusus dalam usaha mendapatkan hasil penelitian yang
betul-betul representatif dan akurat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan adanya temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token
dapat meningkatkan pemahaman konsep IPAsehingga hasil belajar siswa dapat
memenuhi standar KKM yang telah ditentukan dan dapat melatih keterampilan
kooperatif siswa.Dengan demikian siswa akan memperoleh gambaran bahwa belajar
agama dapat lebih mudah dipahami dengan bekerjasama dalam kelompok. Selain itu
pula,melalui model pembelajaran ini, siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar
yang lebih efektif dan tidak membosankan.
b. Bagi Guru
Penelitian ini berusaha mengungkap beberapa usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman konsep IPA khususnya pada
materi sifat operasi hitung bilangan. Apabila ternyata terungkap bahwa strategi
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat
meningkatkan pemahaman konsep IPA(prestasi) dan ketrampilan kooperatif siswa,
maka informasi ini akan merupakan masukan yang berharga bagi para guru
IPAdalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi
kondisi di sekolah, dan materi yang diajarkan serta diharapkan dapat memiliki
pedoman baru tentang pembelajaran dan membina proses belajar mengajar yang
lebih efektif, efesien serta dapat memberikan kontribusi yang positif untuk
meningkatkan prestasi belajar
8
c. Bagi Sekolah
Temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat
meningkatkan pemahaman konsep IPAdan meningkatkan keterampilan kooperatif
siswa, dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk memasukan model
pembelajaran ini sebagai salah satu model pembelajaran IPAyang dapat dipilih. Dan
tidak hanya terbatas pada mata pelajaran IPAsaja, jika memungkinkan untuk dapat
pula digunakan pada mata pelajaran yang lain, sesuai dengan karakteristik mata
pelajarannya.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan
dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif. Sehubungan dengan pernyataan tersebut Slavin (dalam Sanjaya, 2009)
mengemukakan dua alasan penggunaan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa
hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,
serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Murda (dalam Astawan, 2010) bahwa ”pembelajaran kooperatif sangat
cocok diterapkan tidak hanya untuk meningkatkan prestasi akademik tetapi juga
untuk mengembangkan budi pekerti”.
Sehubungan dengan prestasi akademik siswa, Slavin (dalam Ibrahim dkk,
2000) telah menelaah penelitian dan melaporkan 45 penelitian yang dilakukannya
antara tahun 1972 sampai 1986 untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi
bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, IPA, bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua, membaca, dan menulis. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya
7
10
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, 8 studi menunjukkan
tidak ada perubahan, dan tak satupun yang menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memberikan pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil
belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau
kompetitif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dalam pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif, pembelajaran lebih
terpusat pada siswa. Selama pembelajaran berlangsung, siswa bekerja sama dengan
anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta
memberikan penjelasan pada kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat Santyasa (dalam Astawan, 2010) yang
menyatakan bahwa ”pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran atau
strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok
kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. Simpulan mengenai model
pembelajaran kooperatif adalah ”kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri” (Suyatno, 2009:51).
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam
kegiatan belajar siswa dibagi dalam kelompok diskusi untuk membahas bersama
11
masalah yang disajikan oleh guru dengan mengutamakan pemberian penghargaan
kelompok dibandingkan individu.
Pendekatan struktural merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang pertama kali dikembangkan Spencer Kagen, dkk. Pada pendekatan ini lebih
memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola intraksi siswa (Ibrahim dkk, 2000). Jadi struktural itu lebih
mengarah kepada interaksi dan kerja sama dalam kelompok.
Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai,
begitu pula penerapan model pembelajaran kooperatif. Arends (dalam Ibrahim dkk,
2000: 7) menyatakan ”model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: hasil akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”.
Ketiga tujuan pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1) Hasil Belajar Akademik
Selain mencakup tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk
meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Menurut para ahli
pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk memberikan penghargaan
kelompok telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,
12
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah megajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan bekerja sama
inilah yang disebut dengan keterampilan kooperatif
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran koopertif selain meningkatkan
hasil belajar juga menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa untuk dapat
saling menghargai dan bekerja sama dengan orang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama di dalam
pelaksanaan pelajaran, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku GuruFase-1Menyampaikan tujuan danmemotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingindicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasisiswa belajar.
Fase-2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demonstrasi, ceramah, tanyajawab atau lewat bahan bacaan.
Fase-3Mengorganisasikansiswa ke dalamkelompok kooperatif/tim-timbelajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar dansetiap kelompok belajar dan membantu setiapkelompok agar melakukan transisi secaraefisien.
Fase-4Membimbing/membantukelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mereka mengerjakan tugasmereka.
Fase-5Evaluasi atau mengujikanberbagai materi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materiyang telah dipelajari atau masing-masingkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
13
Memberi penghargaan ataupengakuan
upaya maupun hasil belajar individu maupunkelompok.
(Sumber : Ibrahim dkk, 2000: 10)
Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tersusun atas kelompok
yang terdiri dari dua, tiga, empat, sampai enam orang dengan kemampuan dan latar
belakang berbeda. Struktur yang dikembangkan ini lebih menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil dan penghargaan yang diberikan secara
kooperatif. Ada dua macam pengembangan dalam pendekatan struktural yaitu untuk
meningkatkan perolehan isi akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial
dan keterampilan kelompok. Model active learning dan time token merupakan dua
contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim
dkk, 2000).Time token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat
digunakan untuk mengajarkan dan menjamin peran serta yang seimbang antara
anggota kelompok. Menurut Sugihharto (2011) tipe time token merupakan
salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil
akademik. Model pembelajaran time token digunakan untuk mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali (Suyatno, 2009).
Pembelajaran time token memberi kesempatan yang sama pada siswa untuk
menjawab pertanyaan atau mengungkapkan pendapat/ide/gagasan. Pengertian time
token dapat dijelaskan sebagaisuatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang
guru dalam pembelajaran koooperatif untuk dapat membantu membagikan peran
serta lebih merata pada setiap siswa dengan menggunakan kupon berbicara untuk
waktu yang telah ditentukan, dengan nilai 10 atau 15 detik (Ibrahim, 2000). Tentunya
14
penerapan tipe time token dalam pembelajaran akan efektif bila dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Banyak pendapat mengenai langkah-
langkah pembelajaran time token.
Arends (dalam Suprijono, 2009: 113) menyatakan,
langkah-langkah pembelajaran time token: “(a) kondisikan kelas untuk
melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL), (b) tiap siswa diberi kupon
berbicara dengan waktu ±30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai
waktu yang digunakan, (c) bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang
siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon, (d) siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon harus bicara sampai
kuponnya habis, (e) dan seterusnya.
Pendapat yang tidak jauh berbeda mengenai langkah pembelajaran time token
dikemukakan oleh Suyatno (2009:76), “langkahnya adalah kondisikan kelas untuk
melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa
berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai,
kupon dikembalikan”.
Secara sederhana Riyatno (2010:277) menjelaskan, “model ini menggunakan
kartu. Langkah-langkanya sebagai berikut: (a) semua siswa diberi ‘kartu bicara’, (b)
di dalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus menyerahkan
satu kartunya, (c) demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak
berhak bicara lagi”
Adapun Tata Cara Pelaksanaan Time token menurut Ibrahim, dkk (2000) secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
15
(a) tiap siswa diberikan kupon berbicara dengan nilai 10 atau 15 detik waktu
bicara (dapat disesuaikan), (c) seorang siswa memonitor interaksi dan meminta
pembicara untuk menyerahkan satu kupon apabila ia telah menghabiskan
waktu yang ditetapkan di kupon itu, dan (d) apabila seorang siswa telah
menghabiskan kuponnya, siswa tersebut tidak dapat berbicara lagi, agar siswa
yang masih memegang kupon dapat ikut berbicara dalam diskusi tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan ciri khusus dari model
pembelajaran kooperatif tipe time token terlihat pada pelaksanaan pembelajaran,
dengan memberikan kupon bicara pada setiap siswa dengan waktu ±10 atau 15 detik.
Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi.
Hal ini menghendaki siswa yang masih memegang kupon untuk ikut berbicara dalam
diskusi. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa yang ada di kelas.
Rumusan tahap pelaksanaan pembelajaran time token yang dapat
membedakannya dengan model pembelajaran lainnya dapat dijelaskan melalui tabel
berikut.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time tokenTahap Aktivitas yang dilakukan
Tahap 1Menjelaskan tujuanpembelajaran/KD
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD kepadasiswa
Guru menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilaluisiswa
Tahap 2Membentukkelompok
Guru membentuk kelompok belajar, masing-masingkelompok terdiri dari 2-6 orang
Tahap 3Menyajikaninformasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalandemonstrasi , ceramah, tanya jawab atau melalui bahanbacaan
Tahap 4Pembagian kupon
bicara
Guru membagikan sejumlah kupon berbicara denganwaktu ± 10 atau 15 detik hingga 30 detik per kuponpada tiap siswa.
Tahap 5Diskusi kelompok
Guru mengkondisikan kelas untuk melakukan diskusi
Tahap 6 Kupon sudah dapat digunakan sebelum kegiatan
16
Penggunaan kuponbicara
diskusi dimulai untuk merespon pertanyaan dariguru.
Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebihdahulu sebelum berbicara atau memberi komentar.Setiap tampil berbicara siswa menyerahkan satukupon.
Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengansiswa lainnya.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicaralagi. Siswa yang masih memegang kupon harusbicara sampai semua kuponnya habis. Demikianseterusnya hingga semua anak berbicara.
Jika semua kupon habis, sedangkan tugas belumselesai, kelompok boleh mengambil kesepakatanuntuk membagi kupon lagi dan mengulangiprosedurnya kembali
Tahap 7Penilaian
Guru memberi sejumlah nilai sesuai dengan waktu yangdigunakan dan jumlah indikator yang muncul melaluipenggunaan kupon
Tahap 8Memberi
penghargaan ataupengakuan
Guru memberikan penghargaan atau pengakuanterhadapm upaya maupun hasil belajar siswa baik secaraindividu maupun kelompok
(Sumber : Sintaks Pembelajaran Time token Arends yang telah dimodifikasi sesuai
dengan keperluan).
2. Media Dalam Pembelajaran.
Peranan Media dalam proses pembelajaran tidak perlu diragukan lagi karena
dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat, proses transformasi
pengetahuan dapat berjalan dengan cepat.Dalam kontek pembelajaran media dapat
diartikan segala sesuatu yang dapat mermbantu jalannya proses pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh Arsyad (2007) yang mengatakan,media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat, grafis,photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
17
yang dapat membawa pesan atau informasiyang bertujuan untuk instruksional yang
mengandung maksud pengajaran.
Laria. (2008) mengatakan media pembelajaran adalah semua alat bantu atau
benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajarsumber ( guru ) maupun
sumber lain kepada penerima (siswa ). Disisi lain media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya prosesdan hasil
belajar pada diri peserta didik.( Sudrajat,2008 : 15 ).
3. Hasil Belajar
Hamalik (2001) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Tentu dalam suatu proses belajar terdapat hasil yang dicapai, di
bawah ini dijelaskan pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi dan ciri-ciri hasil
belajar.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunnya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik, atau penguasaan nilai–nilai (sikap). Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman(interaksi
dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi.
Bloom dalam Sudjana (1990 : 22), secara garis besar membagi hasil belajar
menjadi tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yaitu pengetahuan atau
18
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif
berkenaan dengan sikap yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan dalam melakukan serangkaian kegiatan. Dari ketiga aspek di atas
yang menjadi obyek penilaian yang paling banyak dinilai oleh para guru adalah
aspek kognitif, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
Nurkancana dan Sunartana (1990:11) “Hasil belajar adalah sesuatu yang
dicapai seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai”.
Berdasarkan penjelasan dari para pakar pendidikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud
penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang dicapai oleh siswa
sebagai hasil belajar.Hasil belajar mata pelajaran IPA yaitu hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah mengalami proses interaksi mata pelajaran IPA. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini tentunya hasil belajar mata pelajaran IPA yang dimaksud yaitu
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah penerapan metode demonstrasi melalui
media alat peraga dalam proses pembelajaran materipelajaran yang akan diteliti
dalam mata pelajaran IPa.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
penting dalam setiap pendidikan, ini berarti berhasil atau tidak pendidikan
tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Sebagai suatu proses tentu ada
yang diproses masukan atau input. Untuk menghasilkan suatu out put yang
19
diinginkan tersebut maka faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut harus
diperhatikan.
Suryabrata (1995:249) menyatakan bahwa "faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor luar dan faktor dalam diri
siswa". Sedangkan Rusyan (1993:2) "menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) faktor kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik
maupun mental untuk melakukan sesuatu, 2) motivasi, yaitu dorongan dari diri
sendiri untuk melakukan sesuatu, 3) tujuan yang ingin dicapai".
Setelah siswa memperoleh pengetahuan, pengalaman di sekolah dalam proses
pembelajaran, maka akan terjadi perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor yang merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa.
Dengan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa setelah belajar maka dapat
dikatakan bahwa hasil belajar tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Mengenai ciri-ciri
hasil belajar akan diuraikan sebagai berikut.
Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal yaitu: pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar kognitif merupakan
keinginan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri
sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecenderungan yang dialami siswa
sebagai hasil belajar dari kegiatan sebagai berikut: adanya penerimaan atau
perhatian, adanya respon atau tanggapan dan penghargaan. Hasil belajar psikomotor
merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan
ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian
20
berpartisipasi di dalam kegiatan sebagai usaha kreatifitas dan kebebasan melakukan
hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain (Dimyati dan Moedjiono, 1999:201).
Ahmadi (dalam Muliana, 2010:20) menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar
berupa kemampuan-kemampuan yang mencakup tiga hal yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Yang tergolong pada ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, dan analisis. Ranah afektif meliputi: perhatian menerima, respon, dan
penghargaan. Kemudian ranah psikomotor meliputi: keberanian dan kemampuan
berpendapat, kreatif, dan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
hasil belajar adalah: 1) Adanya perubahan baik pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor pada siswa yang belajar. 2) Adanya perubahan pada seseorang yang
belajar akibat adanya usaha. Seseorang akan mengalami perubahan dari belum
mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu. Kemampuan tersebut
berlaku relatif lama sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pengertian Penilaian Hasil Belajar
Salah satu indikator keberhasilan penilaian siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran adalah tinggi atau rendahnya nilai yang diperoleh siswa untuk mata
pelajaran tersebut. Umumnya alat ukur yang paling sering digunakan guru untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran adalah berupa
tes.Berkenaan dengan penilaian hasil belajar Suprayekti, dkk. ( 2008 : 4.43 )
mengatakan penilaian hasil belajar tidak semata-mata diperoleh dari siswa
mengerjakan tes akhir, atau tes hasil belajaryang berbentuk uraian terbatas atau
objektif saja, namun hasil belajar siswa dinilai melalui berbagai cara dan
21
perwujudan.Guru menggunakan beragam teknik dan alat ukur, siswa
mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk.
Sementara itu Kemp dalam Ibrahim (2000) menilai hasil belajar merupakan
unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pengajaran
yang meliputi siswa, tujuan,metode,dan evaluasi.Sebagai salah satu tindak lanjut dari
pelaksanaan evaluasi adalah menetukan daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru,hal ini berguna sebagai perbaikan
pengajaran yang akan dilaksanakan kemudian. Dengan diketahuinya daya serap
siswa terhadap materi pembelajaran, memudahkan guru untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran telah tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Suherman ( 1993 – 243 ) daya serap adalah sebagai cerminan
penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya atau materi tes
yang disajikan. Daya serap untuk setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan
dalam satu bidang studi dinamakan daya serap studi atau daya serap khusus,
sedangkan daya serap yang berkenaan dengan seluruh bidang studi dalam satu kelas
tertentu dinamakan daya serap umum.
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila ia telah mencapai daya serap
60 % atau nilai rata-rata 60 disebut daya serap perseorangan. Suatu kelas disebut
tuntas belajar apabila kelas tersebut telah mencapai nilai 80 %, yang telah mencapai
daya serap 60 % disebut daya serap klasikal. ( Anonim,1994 : 30 ). Menurut Kartono
( 1985 : 1 ) faktor yang menyebabkan rendahnya daya serap siswa digolongkan
dalam dua macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
22
kecerdasan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi siswa itu berada di
sekolah serta peralatan belajar.
5. Materi IPA SD Kelas 5 Semester 2 : Cahaya dan Sifat-Sifatnya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 mm.Pada bidang fisika, cahaya adalah
radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak.Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah
sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan
secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal
dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi
mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari
besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan
fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan
pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat
optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi
optika klasik ini disebut dengan optika geometris dan optika fisis. Pada puncak
optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu
serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday
dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh
Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi
sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi
massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang
23
teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen
energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik,
cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari
orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan
elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas
partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat
berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton
yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck
mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan
menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan,
termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von
Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut
foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya
sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.Era optika modern tidak serta merta
mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain
yaitu difusi dan hamburan.
Sifat-Sifat Cahaya
Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam
keadaan gelap? Kamu tentu menjawab tidak dapat. Tahukah kamu mengapa kita
hanya dapat melihat benda-benda ketika ada cahaya yang mengenai benda tersebut?
Cahaya yang masuk melalui jendela kamarmu di pagi hari merambat lurus seperti
terlihat pada gambar di awal bab. Merambat lurus merupakan salah satu sifat cahaya.
24
Agar kamu mengetahui sifat-sifat cahaya lainnya, perhatikan uraian berikut ini.
Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang
mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda
ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya.
Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh
sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat
merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan.
Cahaya Merambat Lurus
Pernahkah kamu melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah
atau jendela yang ada di rumahmu? Bagaimana arah rambatan cahaya tersebut?
Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela merambat lurus Bagaimanakah
cahaya itu bergerak, apakah merambat lurus atau berkelok-kelok? Pernahkah kamu
memperhatikan seberkas cahaya yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang
relatif gelap? Bagaimanakah perambatan cahaya yang kamu lihat? Untuk
membuktikan jawabanmu, Jika kamu melakukan kegiatan tersebut dengan baik,
cahaya akan keluar dari karton terakhir ketika lubang ketiga karton tersebut berada
pada satu garis lurus. Hal ini membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Hal yang
sama terjadi pada saat kamu melihat perambatan cahaya melalui lubang kecil di
suatu ruang yang gelap. Jika sumber cahaya tersebut adalah Matahari, kamu akan
melihat perbedaan arah rambat cahaya di ruang gelap tersebut ketika Matahari terbit
sampai Matahari terbenam. Akibat cahaya merambat lurus, benda yang tidak tembus
cahaya seperti buku, pohon, kertas, atau tubuh manusia akan membentuk bayangan
apabila terkena cahaya.
25
Cahaya Menembus Benda Bening
Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca yang bening? Bagaimana
jika kaca tersebut ditutup dengan triplek atau kertas karton? Apakah cahaya matahari
dapat masuk? Cahaya dapat masuk ke dalam rumahmu selain melalui celah-celah
juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening dapat ditembus
oleh cahaya matahari. Apabila kamu menutup kaca jendela rumahmu dengan
menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumahmu. Hal ini
menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening.
Cahaya Putih Terdiri Atas Berbagai Warna
Tahukah kamu warna dari cahaya matahari yang setiap hari dipancarkan ke
bumi? Apakah cahaya matahari berwarna putih? Bagaimana dengan sumber cahaya
lainnya? Cahaya matahari yang kita lihat seperti warna putih sebenarnya terdiri dari
berbagai macam warna. Agar lebih jelas, pehatikan uraian berikut ini!
Peristiwa Penguraian Cahaya dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalian tentu penah melihat pelangi di langit. Pelangi merupakan salah satu peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penguraian cahaya. Pelangi
biasanya dapat kita lihat pada saat hujan turun rintik-rintik. Warnapelangi sama
halnya seperti warna spektrum cahaya yang terbentuk pada kegiatan yang telah kamu
lakukan sebelumnya. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu pada
pelangi berasal dari pembiasan dan penguraian cahaya putih matahari oleh bintik-
bintik air hujan. Pelangi yang memilki warna dan bentuk yang indah dapat kita buat
melalui percobaan sederhana berikut ini..
26
B. Kerangka Berpikir
Selain memunculkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif tipe time token akan berpengaruh pada hasil belajar IPA
siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam mata pelajaran
IPA, ternyata lebih memberi peluang pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
proses belajar. Perhatian siswa terfokus pada kegiatan belajar, karena siswa akan
mengalami sendiri kegiatan belajar. Penemuan konsep setelah melalui kegiatan
diskusi yang melibatkan seluruh anggota kelompok akan membuat informasi yang
diperoleh melekat kuat dalam memori pikiran mereka. Terfokusnya perhatian siswa
dan melekat kuatnya informasi yang diperoleh inilah yang secara tidak langsung
memberi pengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA siswa.
Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian, dapat ditegaskan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token secara tepat dalam
kegiatan pembelajaran IPA akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA
siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari permasalahan dan kerangka berpikir yang didasarkan pada
kerangka teori serta didukung oleh bukti-bukti empirik yang relevan, hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
time tokendiharapakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mengenai
pemahaman konsep IPA tentang Cahaya dan keterampilan kooperatif siswa kelas
VSD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dalam
penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai
guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak
tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
B. Seting Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas ini bertempat di SD Negeri 6 Penyaringan,
yang berlokasi di daerah pegunungan, beralamat di Banjar Tibu Beleng Tengah,
Desa penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembarna.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD Negeri 6
Penyaringan Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester II. Dengan jumlah siswa 23
orang, 13 orang laki-laki dan 10 orang Perempuan. Berikut ini peneliti sajikan daftar
nama siswa kelas V sebagi subyek penelitian .
28
Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima)No NIS Nama
1 1356 I GEDE AGUS WIDIANTARA2 1357 NI KADEK ARI PUSPITA ANA DEWI3 1358 NI MADE APRI LIANTINI4 1359 KOMANG ADI WIRADANA5 1360 NI KADE AYU RIFSI GISILAWATI6 1361 I GUSTI MADE ADI ARTAWAN7 1362 I KOMANG AGUS ADI PUTRA8 1363 I PUTU GEDE DARMA ARDI PUTRA9 1364 NI MADE AYU SRI PARAMITA DEWI
10 1365 I MADE AGUS RYAN SETIAWAN11 1366 I PUTU AGUS ARY MAHARDIKA12 1367 NI PUTU CHRISYA MARSYA GITA DEWI13 1368 GUSTI PUTU HADI NUGRAHA14 1369 I NYOMAN IVAN MERTHA ANANDA PUTRA15 1370 NI KOMANG INTAN TRIASTINI RAHAYU16 1371 KADE MEITHA NANDA SUKMA LESTARI17 1372 I GEDE PANDE PRADNYANA PUTRA18 1373 NI PUTU RAHAYU APRILIANI19 1374 I MADE RIPKI ANGGARA PUTRA20 1375 NI NYOMAN SINTYA MAHARANI21 1376 NI NYOMAN WIASTIKA PUTRI22 1377 I PUTU WEDA WIDYATAMA23 1378 I KADEK DWIPA YOGA SAPUTRA
Objek penelitian adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 6
Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe time token.
Waktu yang digunakan dalam penelitian beserta penyusunan laporan penelitian
ini selama 3 bulan dari bulan April-Juni. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai
dengan jadwal pelajaran IPA Kelas V yaitu pada hari senin dan selasa. Berikut ini
rincian jadwal penelitiannya.
Prasiklus : Tanggal 6-11 April 2016
Siklus I : Pertemuan ke – 1 : Hari Selasa, tanggal 12 April 2016
Pertemuan ke – 2 : Hari Senin, tanggal 18 April 2016
Pertemuan Ke- 3 : Hari Selasa, tanggal 19 April 2016
29
Siklus II : Pertemuan ke – 1 : Hari Senin, tanggal 25 April 2016
Pertemuan ke – 2 : Hari Selasa, tanggal 26 April 2016
Pertemuan Ke- 3 : Hari Senin, tanggal 2 Mei 2016
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa
siklus. Berdasar refleksi awal akan dilakukan perbaikan pada suklis I, refleksi siklus
I akan diperbaiki pada siklus II dan begitu juga seterusnya. Setiap siklus yang
dilaksanakan terdiri dari perencnaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan
refleksi (Arnyana, 2009:3). Setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan, dua
kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi
pembelajaran.
Adapun bagan alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat
dilihat pada bagan dibawah ini..
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Penjelasan alur di atas adalah:
Keterangan:
1. Rencana
2. Tindakan
3. Evaluasi
4. Refleksi
30
1. Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan
masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Pelaksanaan /Tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model resitasi.
3. Observasi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat. Untuk mengetahui efektif tidaknya tindakan, dilakukan pemantauan
atau observasi dan evaluasi. Pemantauan ini dilakukan oleh dua orang guru dari
sekolah yang sama pada saat tindakan dilaksanakan. Pemantauan diarahkan pada
proses pembelajaran itu sendiri, untuk mengetahui apakah tindakan yang
ditempuh peneliti pada saat menerapkan metode diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan tiap selesai pelaksanaan
tindakan baik pada siklus I maupun II. Caranya, dengan mengkaji data hasil
belajar siswa. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan prestasi belajar siswa. Segenap informasi yang terkumpul dari hasil
evaluasi dimanfaatkan untuk membuat keputusan atas tindakan
4. Refleksi, Semua data yang diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis dilakukan
secara kontinyu setelah tindakan atau pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil
analisis ini dilakukan refleksi dengan melibatkan tim pengamat/observer.
Refleksi dilaksanakan setelah semua informasi hasil tindakan terkumpul, baik itu
informasi berupa efektif tidaknya tindakan peneliti sesuai dengan rencana,
perilaku belajar siswa maupun informasi berupa perolehan hasil belajar siswa
31
berdasarkan tindakan tersebut. Tujuan refleksi, untuk mendiskusikan hasil yang
diperoleh dari penganalisisan data termasuk temuan-temuan dalam pelaksanaan
tindakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi terhadap tindakan
siklus terdahulu serta merancang tindakan siklus berikutnya. Refleksi akan
memperlihatkan beberapa kemungkinan yaitu: Jika tindakan yang dilaksanakan
menunjukkan hasil yang baik (efektif), maka tindakan tersebut
diulang/dipertahankan pada siklus berikutnya. Jika tindakan yang dilaksanakan
menunjukan hasil yang kurang baik (kurang efektif), maka tindakan
dimodifikasi atau direvisi atau diganti untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
pada siklus berikutnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Proses Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus,
dan kegiatan belajar mengajar.
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pengetahuan Sosial
32
pada pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir siklus.
E. Metode Pengumpulan Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan
menggolongkan data untuk mejawab dua permasalahan pokok, yaitu: 1. Tema apa
yang dapat ditemukan pada data-data ini dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat
meyokong tema tersebut (Sukidin dkk., 2002:111). Penelitian ini akan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data yang akan dianalasis dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase peningkatan ketuntasan hasil
belajar IPA siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data utama yaitu data
hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk tes
formatif.
Dilihat dari waktu pelaksanaannya, ada dua macam tes yang digunakan yaitu
tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk memperoleh data awal sebelum
dilaksanakannya tindakan hasil. Tes awal ini di ambil dari nilai ulangan harian
sebelumnya. Tes akhir dilakukan memperoleh data pada setiap berakhirnya
pelaksanan tindakan yang dilakukan sebanyak dua kali masing-masing menjelang
berakhirnya pelaksanaan tindakan pada siklus I dan pada siklus II.
Berpedoman pada metode pengumpulan data tersebut di atas maka instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Butir
soal tes hasil belajar dibuat sama bentuk maupun isi soalnya.
F. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh maka digunakan teknik analisis data
33
deskriptif komparatif yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa.
Dalam analisis dicari nilai rata-rata kelas, daya serap, dan ketuntasan belajar siswa
berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam setiap siklus. Adapun teknik analisi
data tersebut adalah sebagi berikut
1. rata-rata kelas (M)
Prestasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan
menggunakan nilai rata-rata kelas (M) hasil tes dengan rumus :
∑XM =
N
Keterangan :M = Nilai rata-rata kelas∑X = Jumlah total skor siswaN = Jumlah siswa (Nurkancana, 1992)
2. Ketuntasan Belajar (KB)
Untuk analisis Ketuntasan Belajar (KB). Dengan rumus daya serap
dan ketuntasan belajar sebagai berikut:
Banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 65K B = X 100
N
Keterangan:
KB = Ketuntasan BelajarN = Jumlah siswa
(Depdikbud, 1994)
34
G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini didasarkan pada pedoman
kriteria / Indikator keberhasilan prestasi belajar siswa, yaitu apa bila nilai rata-rata
kelas (M) minimal 65, dan ketuntasan belajar (KB) minimal 80.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April2016
sampai dengan bulan Mei 2016 pada siswa kelas V semester genap SD Negeri 6
Penyaringan tahun pelajaran 2015/2016 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token.
A. Hasil Penelitian
1. Pada Prasiklus
Data hasil belajar pada prasiklus diambil dari nilai ulangan siswa pada
semester genap tahun ajaran 2015/2016. Setelah data terkumpul, yang dalam hal ini
berupa skor hasil belajar IPA, setelah dilakukan analisis data diketahui bahwa dari 23
siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM sebanya 7 siswa dan 16 siswa masih
dibawah KKM. Nilai rata-rata kelas (M) 60.87 dan Ketuntasan Belajar (KB) 30.43
jika di bandingkan dengan keriteria keberhasilan masih belum memenuhi. Berikut ini
peneliti sajikan analisis data pra siklus kedalam bentuk tabel.
Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus.
NONILAITES
FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET
1 50 2 100 2, 18 BT
2 55 7 385 1, 5, 6, 8, 10, 12, 20 BT
3 60 7 420 4, 9, 13, 14, 16, 21, 23 BT
4 65 2 130 7, 22 T
5 70 3 210 11, 15, 19 T
6 75 1 75 17 T
7 80 1 80 3 T
N 23
∑ X 1400
Rata-rata 60.87Ketuntasan 30.43
36
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan maka dapat direfleksi
bahwa nili hasil belajar matetmatika siswa masih tergolong rendah dilihat dari analisi
data nilai ulangan harian sebelumnya diketahui rata- rata kelas 60.87, dan ketuntasan
belajar secara kelasikal 30.43, jika dibandingkan dengan keriteria yang ditentukan
masih belum memenuhi yaitu rata-rata kelas sesuai KKM harus ≥ 65 , daya serap dan
ketuntasan belajra ≥ 80.. Maka dari hasil observasi awal ini nilai hasil belajar IPA
harus ditingkatkan lagi agar memenuhi keriteria yang ditentukan. Untuk
memperbaiki hasil belajar ini maka perlu perbaikan yang dilakukan pada siklus
selanjutnya.
Untuk memperbaiki hasil belajar IPA siswa maka peneliti akan mencoba
mengunakan metode yang belum pernah peneliti gunakan. Melihat dari observasi
awal bahwa peneliti merasa dalam pembelajaran sebelumnya hanya mengunakan
metode ceramah dan jarang mengunakan media pembelajaran sehinga siswa kurang
aktif. Jadi dalam perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya peneliti akan
menerapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Dengan
harapan siswa akan lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pada Siklus I
Pembicaraan pada siklus I, pelaksanaanya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan
tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian
berikut.
a. Tahap perencanaan.
37
Perencanaan pembelajaran pada siklus I menggunakan dasar analisis hasil
pengukuran bidang studi IPApada prasiklus. Peneliti mengkaji-ulang (review)
mengenai RPP pada prasiklus dan skor hasil belajar IPAsiswa. Hasil review peneliti
terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di bawah
KKM menunjukkan bahwa metode ceramah yang diterapkan pada prasiklus kurang
cocok untuk mengomunikasikan materi ajar yang menuntut pemahaman konsep
secara konkret. Metode ceramah lebih banyak berperan untuk memahami konsep
secara abstrak. Padahal pemahaman konsep secara konkret merupakan base
philosophy untuk memahami konsep secara abstrak. Hal inilah yang menyebabkan
kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi (misconception). Indikator dari siswa
mengalami miskonsepsi adalah sebanyak 16 siswa memperoleh skor IPAdi bawah
KKM.
Berpijak atas analisis RPP dan skor hasil belajar IPApada prasiklus, peneliti
merancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada
siklus I. Metode ceramah diganti dengan metode pembelajaran kooperatif tipe time
token. Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus I dapat
dikaji secara lengkap pada Lampiran 4b.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah disusun. Sesuai dengan jadwal yang telah disusun, penelitian
tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga
dilaksanakan tes siklus untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Pelaksanaan
tindakan pada tiap pertemuan disajikan dalam tabel 4.2 berikut.
38
Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus IPertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifatcahaya
6.1.1Memahami peta konseptentang cahaya
6.1.2Menyebutkan sifat cahaya
2 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifatcahaya
6.1.3 Memahami sifat cermindatar, cermin cekung dancermin cembung.
6.1.4 6.1.4 Memahami bayangan yangterjadi pada cermin datar,cermin cekung, cermincembung.
3 UJIAN SIKLUS I
Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe time token adalah siswa aktif membangun pengetahuannya (student centered).
Hal ini dapat disaksikan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok.
Melalui metode kooperatif tipe time token ini, dimaksudkan dapat mengurangi
miskonsepsi siswa, menambah aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan
hubungan sosial, dan meningkatkan pemahaman konsep secara holistik.
c. Tahap pengamatan dan pengukuran.
Pengamatan (observation) terhadap pelaksanaan pembelajaran difokuskan
pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan keterampilan siswa
saat menyampaikan hasil tugasnya (peer teaching) pada kelompok. Hasil amatan
peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok masih terlihat dominasi siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah
cenderung hanya mengadopsi pendapat dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi.
Saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan cenderung
masih gugup, tidak percaya diri, dan ada nuansa keragu-raguan terhadap apa yang
39
menjadi tanggungjawabnya. Pada saat mengerjakan tugas dalam kelompok, beberapa
siswa dalam kelompok masih bersikap acuh, pada saat diberi kesempatan untuk
bertanya mengenai hal yang belum dimengerti, siswa lebih banyak diam, beberapa
siswa yang belum terbiasa berbicara di kelas masih mengalami kesulitan dalam
menyampaikan pendapat/ide, jawaban, pertanyaan maupun sanggahan, siswa yang
aktif berbicara masih belum mampu berbagi aktif dengan teman yang lainnya. Hal
inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi pada siklus I.Metode pembelajaran yang diterapkan pada
siklus I adalah metode pembelajaran kooperatif tipe time token .
Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi
pembelajaran Siklus I, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar IPA yang
diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data siklus I
peneliti paparkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I
NONILAITES
FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET
1 55 2 110 2, 6 BT2 60 3 180 1, 8, 14, BT3 65 6 390 4, 9, 10, 13, 18, 20 T4 70 4 280 5, 7, 12, 23 T5 75 3 225 11, 15, 16, T6 80 3 240 17, 21, 22 T7 85 2 170 3, 19 T
N 23∑ X 1595Rata-rata 69.35Ketuntasan 78.26
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan analisis data dari tahap observasi diatas tampak bahwa nilai rata-
rata kelas siklus I 69.35 sudah memenuhi keriteria. Itu artinya sebagian kecil pada
40
siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.
Namun dari ketuntasan belajar secara klasikal 78.26 masih belem memenuhi keriteria
ketuntasan 80, siswa yang mendapat nilai tuntas 18 orang dan yang belum tuntas 5
orang siswa. Jadi masih perlu diadakan tindakaan pada siklus II untuk
memaksimalkan nilai hasil belajar siswa.
Dari perbandingan skor pada prasiklus dan siklus I dapat dikatakan penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar
IPAsiswa. Namun demikian, karena indikator keberhasilan belum terpenuhi maka
penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II. Tidak terpenuhinya indikator
keberhasilan pada siklus I disebabkan oleh dua hal, yakni masih didominasinya
pelaksanaan diskusi pada kelompok oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi
dan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya pada kelompok tidak percaya diri.
3. Pada Siklus II
Pembicaraan pada siklus II, pertelaannya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan
tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian
berikut.
a. Tahap perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus II menggunakan dasar analisis hasil
pengukuran bidang studi IPA pada siklus I. Peneliti yang juga guru IPAkelas VSD
Negeri 6 Penyaringan mengkaji-ulang (review) mengenai RPP pada siklus I,
pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor hasil belajar IPA siswa. Hasil review
peneliti terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di
41
bawah KKM berkonklusi bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas
(PTK) pada siklus I belum tercapai. Masih banyak siswa yang melakukan diskusi
pada kelompok hanya mengadopsi pendapat siswa yang dianggap memiliki
kemampuan tinggi dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok tampak tidak
percaya diri. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak siswa yang belum berhasil
meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA . Indikator dari siswa
yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA
adalah sebanyak 5 siswa dari 23 siswa.
Berpijak atas analisis RPP, pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor
hasil belajar IPA pada siklus I, peneliti merancang skenario pembelajaran dalam
bentuk RPP untuk diimplementasikan pada siklus II. Metode pembelajaran
kooperatif tipe time token tetap digunakan, aktivitas siswa saat mengerjakan tugas
pada kelompok yang menuntut penggunaan media dan penggunaan literatur yang
sudah dirujuk sebelumnya ditekankan, dan peningkatan kepercayaan diri saat
menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Penggunaan media sebagai konkretisasi
konsep dan penggunaan buku-buku yang dirujuk berperan sebagai abstraksi konsep.
Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus II dapat dikaji
secara lengkap pada Lampiran 7.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tindakan siklus II dilaksnanakan dalam 3x Pertemuan.. Materi ajar yang
dikomunikasikan adalah menggunakan sifat operasi hitung dengan berpatokan pada
RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan pada tiap
pertemuan disajikan dalam tabel 4.4 berikut.
42
Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus IIPertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.1.5 Memahami istilah daripemantulkan teratur,bayangan semu, bayangannyata, pembiasan, medium,garis normal, spektrum.
6.1.6 Menyebutkan contohperistiwa penguraian cahayadalam kehidupan sehari-hari.
2 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.1.7 Memahami bahwa bendaterlihat oleh mata karenabenda memantulkan cahaya
6.1.8 Memahami bahwa mata tidakdapat melihat benda yangsangat kecil.
6.1.9 Mengetahui cara menjagamata agar tidak rusak
6.1.10 Mengetahui cacat mata6.1.11 Menyebutkan alat-alat optik
yang lain3 UJIAN SIKLUS II
Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe time token adalah masing-masing siswa berani berbicara, mengungkapkan
pendapat, jawaban, pertanyaan, dalam pembelajaran.. Melalui metode kooperatif tipe
time token ini, dimaksudkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa, menambah
aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan
meningkatkan memahami konsep secara holistik.
Peneliti melakukan pengawasan saat siswa melakukan diskusi pada kelompok
dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Melalui perhatian dan
pengawasan yang lebih ketat, siswa melakukan aktivitas belajar secara intens.
c. Tahap pengamatan dan pengukuran.
43
Pengamatan (observation) terhadap pelaksanaan pembelajaran
difokuskan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan
keterampilan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya (peer teaching) di kelompok.
Hasil amatan peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok sudah kelihatan
semua siswa berkontribusi terhadap tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dan saat
menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan sudah tampak
percaya diri terhadap apa yang menjadi tanggungjawabnya. Dua hal inilah yang
menjadi indikator awal dari prediksi bahwa siswa yang belum berhasil meningkatan
kemampuan di dalam memahami konsep IPA pada siklus II dapat ditekan.Metode
pembelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah metode pembelajaran kooperatif
tipe.
Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi
pembelajaran Siklus II, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar matematika
yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data
Siklus II peneliti paparkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II
NONILAITES
FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET
1 60 4 240 5, 6, 14, 18 BT2 65 4 260 1, 2, 8, 13 T3 70 4 280 4, 9, 20, 21 T4 75 2 150 7, 23 T5 80 2 160 10, 11 T6 85 3 255 12, 15,16 T7 90 4 360 3, 17, 22 T
N 23∑ X 1705Rata-rata 74.13Ketuntasan 82.61
d. Tahap refleksi.
44
Tampak pada analisis data hasil belajar siklus II di atas siswa adanya
peningkatan yang sangat baik, bisa dilihat siswa yang memperoleh nilai tuntas/sesuai
KKM sebanyak 19 orang dan yang belum tuntas 4 orang. Dilihat dari rata-rata kelas
siklus II 74,13 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 82.61 sudah memenuhi
kreteria yang ditentukan.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan
II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat ketuntasan belajar
secara kelasikal siswa yang sudah memenuhi KKM sebanyak 19 orang walu ada 4
siswa belum tuntas namun secara umum sudah mengalami peningkatan hasil belajar
yang signifikan.
B. Analisis Data
Oleh karena rumusan hipotesis tindakan pada Bab II menyatakan
perbandingan peningkatan skor hasil belajar IPA, maka analisis data dalam PTK ini
menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Adapun rumusan hipotesis
tindakan alternatif (H1) adalah: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time
token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa.
Agar bisa dilakukan analisis data dengan statistik deskriptif kuantitatif, maka
hipotesis tindakan alternatif (H1) diubah menjadi hipotesis tindakan nol (Ho). Adapun
rumusan hipotesis tindakan nol (Ho) adalah: penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe time token tidak dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
45
Adapun hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif, yakni melalui
perbandingan rerata skor hasil belajar IPA pada prasiklus, siklus I, dan siklus II,
dapat dikaji pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I, danSiklus II
Nomor PerbandinganRerata dari:
Rerata Skor Poin Peningkatan
1. Prasiklus ke Siklus I 60.87 - 69.35 8.48 poin2. Siklus I ke Siklus II 69.35 - 74.14 4.79 poin
Dari perbandingan rerata (yakni dari prasiklus ke siklus I, dan dari siklus I ke
siklus II) ternyata terjadi peningkatan skor hasil belajar IPA, secara berurut sebesar
8.48 poin, dan 4.79 poin. Oleh karena ketiga perbandingan rerata skor hasil belajar
IPA siswa terjadi peningkatan maka hipotesis tindakan nol (Ho) ditolak. Dengan kata
lain, hipotesis tindakan alternatif (H1) diterima. Hal ini berarti penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
C. Pembahasan
Pembahasan difokuskan pada variabel yang diteliti yaitu hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pmbelajaran kooperatif tipe time
token.Hasil analisis data menunjukkan penerapan metode pembelajaran kooperatif
tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa.
Temuan dalam penelitian ini adalah rerata skor hasil belajarIPA siswa dari
prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan ke siklus II (sebesar 74.13),.
Dan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari prasiklus (sebesar
30.43), siklus I (sebesar 78.26) dan siklus II (sebesar 82.61), ternyata terjadi
peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan kedalam bentuk
tabel dan diagram batang di bawah ini.
46
Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II
No Nilai tesPra siklus Siklus I Siklus II Ket
Frekuensi Jml Frekuensi Jml Frekuensi Jml1 50 2 100 - - - - BT2 55 7 385 2 110 - - BT3 60 7 420 3 180 4 240 BT4 65 2 130 6 390 4 260 T5 70 3 210 4 280 4 280 T6 75 1 75 3 225 2 150 T7 80 1 80 3 240 2 160 T8 85 - - 2 170 3 255 T9 90 - - - - 4 360 T
N = 23 23 23∑ X 1400 1595 1705Rata-rata 60.87 69.35 74.13Ketuntasan 30.43 78.26 82.61
Adanya peningkatan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan hasil belajar pada
pra siklus dan tes akhir baik itu pada siklus I maupun siklus II juga dapat diamati
pada grafik histogram berikut ini.
Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tesakhir pada siklus I – II
Dari hasil penelitian ini diketahui beberapa temuan penting, diantaranya: (1)
meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, (2) meningkatnya
hasil belajar IPA siswa, dan (3) terjadinya komunikasi yang multi arah, yakni antara
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
Ketuntasan
30.43
46
Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II
No Nilai tesPra siklus Siklus I Siklus II Ket
Frekuensi Jml Frekuensi Jml Frekuensi Jml1 50 2 100 - - - - BT2 55 7 385 2 110 - - BT3 60 7 420 3 180 4 240 BT4 65 2 130 6 390 4 260 T5 70 3 210 4 280 4 280 T6 75 1 75 3 225 2 150 T7 80 1 80 3 240 2 160 T8 85 - - 2 170 3 255 T9 90 - - - - 4 360 T
N = 23 23 23∑ X 1400 1595 1705Rata-rata 60.87 69.35 74.13Ketuntasan 30.43 78.26 82.61
Adanya peningkatan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan hasil belajar pada
pra siklus dan tes akhir baik itu pada siklus I maupun siklus II juga dapat diamati
pada grafik histogram berikut ini.
Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tesakhir pada siklus I – II
Dari hasil penelitian ini diketahui beberapa temuan penting, diantaranya: (1)
meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, (2) meningkatnya
hasil belajar IPA siswa, dan (3) terjadinya komunikasi yang multi arah, yakni antara
Ketuntasan Rata-rata Kelas
30.43
60.87
78.2669.35
82.6174.13
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
46
Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II
No Nilai tesPra siklus Siklus I Siklus II Ket
Frekuensi Jml Frekuensi Jml Frekuensi Jml1 50 2 100 - - - - BT2 55 7 385 2 110 - - BT3 60 7 420 3 180 4 240 BT4 65 2 130 6 390 4 260 T5 70 3 210 4 280 4 280 T6 75 1 75 3 225 2 150 T7 80 1 80 3 240 2 160 T8 85 - - 2 170 3 255 T9 90 - - - - 4 360 T
N = 23 23 23∑ X 1400 1595 1705Rata-rata 60.87 69.35 74.13Ketuntasan 30.43 78.26 82.61
Adanya peningkatan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan hasil belajar pada
pra siklus dan tes akhir baik itu pada siklus I maupun siklus II juga dapat diamati
pada grafik histogram berikut ini.
Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tesakhir pada siklus I – II
Dari hasil penelitian ini diketahui beberapa temuan penting, diantaranya: (1)
meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, (2) meningkatnya
hasil belajar IPA siswa, dan (3) terjadinya komunikasi yang multi arah, yakni antara
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
47
guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa lainnya dalam satu kelompok, dan
antara siswa dengan siswa lainnya dalam kelompok yang berbeda dalam proses
pembelajaran dan (4) timbulnya pemerataan kesempatan bagi siswa dalam berbicara.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa penerapan model
pembelajaran koopertif tipe time token dalam pembelajaran IPA memberikan suasana
baru dalam kegiatan belajar, kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, siswa
menjadi lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar IPA, siswa lebih terpacu
dalam menyampaikan jawaban/pendapat/ pertanyaan, pelaksanaan diskusi menjadi
lebih terarah dan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, menyampaikan ide/pendapat/gagasan maupun dalam menanggapi
jawaban dari teman menjadi lebih merata, dan dapat menumbuhkan sikap
menghargai pendapat orang lain, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Model pembelajaran kooperatif tipe time token terbukti menjamin keterlibatan
semua siswa. Meski telah terbukti mampu mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan dalam penelitian, namun demikian dalam pelaksanaannya masih
ditemukan beberapa kendala sebagai berikut: (1) tingkat pengetahuan siswa berbeda,
dan (2) waktu pembelajaran IPA yang relatif singkat (2x 35 menit). Waktu yang
singkat ini membuat peneliti tidak bisa menerapkan pembelajaran model
pembelajaran yang dilakukan secara maksimal.
Selain untuk meningkatkan kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok,
Arends (dalam Ibrahim, 2000) menyatakan tujuan lain dikembangkannya model
pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik siswa.
Pernyataan tersebut memperkuat penelitian Slavin sehubungan dengan prestasi
akademik siswa. Hasil penelitian Slavin (dalam Ibrahim, 2000) menunjukkan bahwa
48
kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran individual, termasuk mata pelajaran IPA. Salah
satu tipe yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini
adalah time token.
Time token merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung
jawab individual dalam diskusi kelompok (Sugihharto,2011). Lebih lanjut
Sugihharto (2011) menyatakan tipe time token merupakan salah satu pendekatan
structural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik.
Temuan dalam penelitian telah membuktikan bahwa hasil belajar IPA siswa
dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token.
Dalam kelompok siswa dapat bekerjasama menemukan konsep-konsep maupun
hubungan-hubungan antar konsep yang sulit dalam IPA. Keterlibatan seluruh siswa
dalam penemuan konsep maupun penyelesaian tugas dalam kelompok membuat
informasi yang diperoleh siswa melekat kuat dalam memori pikiran mereka. Selain
itu, kesempatan yang merata bagi siswa dalam menyampaikan pendapat dalam
kegiatan belajar terbukti dapat memfokuskan perhatian siswa pada kegiatan belajar
yang sedang berlangsung. Terfokusnya perhatian siswa dan melekat kuatnya
informasi yang diperoleh siswa mengenai konsep IPA yang dipelajarainya
berpengaruh pada hasil belajar, sehingga dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe time token hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan.
Dibalik kendala yang dijumpai, model pembelajaran kooperatif tipe time
token telah memberikan sumbangan positif terhadap pembelajaran IPA, tidak hanya
berdampak positif meningkatkan hasil akademik tetapi juga berdampak positif dalam
49
aspek sosial, seperti meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan
tanggung jawab, mampu menghargai pendapat yang disampaikan oleh orang lain,
dan dapat meningkatkan disiplin diri. Dengan demikian maka tindakan ini cocok
untuk ditindaklanjuti dalam pembelajaran berikutnya.
Hasil penelitian terkait hasil belajar mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fitriyastutik, Heni (2012). Hasil penelitian yang berjudul: upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode time token pada mata pelajaran IPA
pada kelas IV SD Negeri 02 Pule Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri tahun
ajaran 2011/2012 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada
pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami peningkatan hasil
belajar IPA khususnya pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok setelah
diterapkan strategi time token dari 38,09 % pada pra siklus; 47, 6 % pada siklus I
pertemuan 1; 52,28 % pada siklus I pertemuan 2; 71,42 % pada siklus II; dan 85,71%
pada siklus III. Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah
peneitian Haikal Nurseha yang berjudul: Penerapan model pembelajaran kooperatif
time token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu
Kelas VII-SMP N 1 Kuta Baroe. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan strategi time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tidak hanya
dalam mata pelajaran IPA melainkan dapat diterapkan pada mata pelajaran selain
IPA.
50
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan hasil yang diperoleh
setelah pelaksanaan penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil
belajar IPA tentang Cahaya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2015/2016. Kesimpulan tersebut didungkung oleh hasil belajar
siswa jika dilihat dari Rerata skor hasil belajar IPA siswa dari prasiklus (sebesar
60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan Siklus II (sebesar 74.13). dan ketuntasan
belajar siswa meningkat berturut-turut dari pra siklus 30.43, siklus I 78.26 dan siklus
II 82.61. Jika dibandingkan dengan keriteria keberhasilan pada siklus II sudah
memenuhi rata-rata kelas melebihi KKM diatas 65 dan kentuntasan belajar juga lebih
dari 80. Maka dapat dikatakan penelitian ini telah berhasil.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa antara lain:
1. Kepada siswa, agar mengikuti penjelasan dan petunjuk guru, aktif dalam kegiatan
diskusi, berani mengkomunikasikan jawaban/pendapat/pertanyaan maupun
sanggahan, berperan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas baik secara kelompok
maupunindividu.
51
2. Kepada guru, agar dapat mengembangkan model pembelajaran ini pada pokok
bahasan lainnya dalam mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya. Guru
juga diharapkan dapat membiasakan siswa berani berbicara menyampaikan
jawaban/pendapat/pertanyaan maupun sanggahan, walaupun dalam
penyampaiannya masih kurang tepat.
3. Kepada kepala sekolah selaku pemegang kebijaksanaan di sekolah, agar
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan bagi sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan, dan senantiasa memotivasi guru-guru untuk mengadakan
inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Kepada peneliti lain, terlebih lagi bagi yang berminat mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe time token agar dapat
memilih atau mempertimbangkan model pembelajaran maupun metode
pembelajaran dalam laporan ini yang tepat digunakan guna memperoleh
peningkatan kualitas belajar siswa, baik itu menyangkut aktivitas belajar, hasil
belajar, pemahaman konsep, berpikir kritis dan lain sebagainya serta untuk
meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi terhadap
konsep-konsep dan teori-teori tentang pembelajaran.
52
DAFTAR PUSTAKA
Artini, Ketut. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa”.Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah yang Diselenggarakan OlehDisdikpora Provinsi Bali, Tanggal 14-16 Juli 2011.
Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Dirjendikti Depdiknas.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2008. Pengembangan Pelajaran IPA SD. Jakarta:Dirjendikti Depdiknas.
Astawan, I Gede. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Buku tidak diterbitkan.
Deden. 2010. “Metode Example non Example dan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD.”Tersedia pada http://dedenbinlaode.blogspot.com / 2010/11/ metode-example-non-example-dan-hasil html (diakses pada tanggal 20 Desember 2011).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fitriyastutik, Heni. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan MetodeTime token pada Mata Pelajaran IPA pada Kelas IV SD Negeri 02 PuleKecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.Skripsithesis (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-------. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesha Press
Infu5. 2011. “Model Pembelajaran Time token Arends 1998”. Tersedia pada:http://Rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/Model-Pembelajaran-Time-Token-Arends.html (diakses Pada Tanggal 9 September 2012).
Nurman. 2012. “Pengertian dan Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)”,Dalam http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/08/kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/, Diakses Tanggal, 20 Desember 2012.
Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Mengaplikasikan Metode Pembelajaran KooperatifLearning. Makalah yang Disampaikan pada Seminar Rutin Unipas, Tanggal24 Maret 2004.
53
Riyatno, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai referensi bagiPendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajan Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.
Sugihharto. 2011. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token. Tersediapada: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162650-pengertian-pembelajaran-kooperatif-tipe-time/. Diakses pada tanggal 28Mei 2012.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM .Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia BuanaPustaka.
Suherman, Erman dan Udin.S Winataputra. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA.Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.Jakarta.
54
Lampiran-ampiran
top related