penelitian pengajaran kuanti
Post on 26-Jun-2015
170 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini beton sangat banyak digunakan secara luas sebagai struktur bangunan
gedung. Hampir semua elemen konstruksi dari berbagai struktur dapat dilihat dari
beton. Beton mempunyai kuat tekan yang tinggi dan hal tersebut merupakan
keunggulan dari beton. Selain itu kemudahan untuk memperoleh bahan campuran
beton dan kemudahan beton dibentuk sesuai yang diinginkan merupakan keunggulan
penggunaan beton.
Berbagai percobaan dan penelitian tentang beton telah dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas beton. Dengan banyaknya pemakai struktur dari
bangunan dari beton dan produk semen berakibat meningkatnya kebutuhan bahan –
bahan penyusunnya seperti pasir, kerikil, dan semen. Sehingga diperlukan penelitian
tentang berbagai macam semen yang berasal dari produk tertetu. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka pada usulan penelitian ini akan mencoba mengetahui
sejauh mana kekuatan beton apabila memakai semen abu – abu dan semen warna
putih
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang,dapat diidentifikasikan masalah yang akan timbul
sebagai berikut :
1. Faktor penggunaan semen kemungkinan dapat mempengaruhi kuat tekan
beton.
2. Untuk mengetahui besar kekuatan beton apabila digunakan semen abu – abu
dan semen warna putih.
C. Batasan Masalah
Pada pelaksanaan penelitian ini diberikan beberapa batasan masalah yang
meliputi :
1. Digunakan semen Portland merk Holcim warna putih dan abu – abu.
2. Agregat kasar berupa batu pecah berasal dari Boyolali.
3. Agregat halus berupa pasir berasal dari kaliworo.
1
4. Perencanaan campuran beton untuk beda uji menggunakan perencanaaan
adukan beton cara SK –SNI, T – 15 – 1990 – 03.
5. Variasi sampel ibuat sebagai berikut :
a) Variasi umur beton terdiri dari 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.
b) Factor air semen ( fas ) adalah 0,45 dan 0,55.
c) Tiap variasi terdiri dari 3 buah sampel.
6. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 14 cm dan tinggi 30 cm.
7. Sampel bejumlah 60 buah.
8. Perawatan beton yang akan dilakukan adalah dengan cara merendam benda
uji yang telah dibuat ke dalam bak perawatan.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan bahan semen warna
putih
2. Berapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan bahan semen warna abu
– abu
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan bahan
semen warna putih.
2. Untuk mengetahui berapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan bahan
semen warna abu – abu.
3. Untuk membandingkan kuat tekan beton dengan menggunakan bahan semen
warna putih dan warna abu – abu sehingga diketahui kuat tekan beton yang
paling besar.
2
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai kekuatan beton dengan menggunakan semen warna putih dan semen warna
abu – abu, sehingga masyarakat mampu memilih sesuai dengan konstruksi yang
diharapkan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Umum
Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran semen
Portland, air dan agregat, da kadang – kadang dengan bahan tambah yang sangat
bevariasi, mulai dari bahan tambah kimia, serat sampai bahan tambah non kimia
pada perbandingan tertentu, campura itu bilamana dituang, maka akan mengeras
seperti batuan, yang diakibatkan oleh reaksi kimia antara air dan semen, dan
bertambah keras sesuai dengan umur beton tersebut.
( Tjokrodimulyo, K, 1996 )
Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan dasar dari
kehidupan sosial yang modern. Hampir setiap aspek dai kegiatan sehari – hari kita
tak terlepas dari beton, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh
jalan dan jembatan yang kita lewati strukturnya terbuat dari beton. Bangunan –
bangunan lain yang terbuat dari beton antara lain hotel, gedung sekolahan, dan lain –
lain.
Berdasarkan kenyataan yang kita hadapi semakin teras peranan beton dalam
kehidupan kita sehari – hari. Untuk hal itu sangat berguna bagi kita untuk
mengetahui tentang beton lebih mendalam, khususnya bagi mereka yang bergerak di
bidang yang berhubungan dengan masalah beton.
2. Sifat – sifat Beton
Sifat – sifat beton merupakan hal yang erat kaitannya dengan kualitas beton
yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi. Tujuan dari suatu konstruksi adalah agar
beton memenuhi harapan secara maksimal, tetapi secara ekonomis tidak terjadi
pemborosan oleh karena itu penyempunaan sifat – sifat beton harus diperhatikan pula
sifat kekurangan beton. ( Murdock, L dan K. M, Brook, 1991 )
Sifat –sifat beton pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu sifat yang
berhubungan dengan kekurangan beton. ( Tjokrodimulyo, K , 1996 )
4
a. Sifat kelebihan beton
Harganya relatif murah.
Beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi.
Beton segar dapat dengan mudah diangkat dan dicetak.
Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Beton segar dapat dipompakan, sehingga memungkinkan untuk
dituang pada tempat – tempat yang posisinya sulit.
Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama
yang retak maupun diisikan kedalam retakan beton dalam proses
perbaikan.
Beton merupakan bahan yang tahan api dan tahan aus
b. Sifat kekurangan beton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak
oleh karena itu perlu diberi baja tulangan.
Beton segar mengalami penyusutan saat terjadi proses
pengeringan dan mengembang saat basah, sehingga perlu tempat
untuk kelonggaran terjadinya susut pengerasan dan
pengembangan beton.
Beton segar mengembang dan menyusut saat terjadi perubahan
suhu, sehingga
perlu kelonggaran untuk mencegah terjadinya retak – retak akibat
perubahan suhu.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, jika air tersebut engandung garam maka dapat
merusak beton.
Beton bersifat getas, sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikompositkan dengn baja tulangan menjadi
bersifat dektail.
5
3. Material Penyusun Beton
Material penyusun beton adalah semen, agregat dan air. Material – matrial
tersebut dicampur dengan proporsi tertentu, sehingga akan menghasilkan suatu
campuran beton. Pada proses pencampuran beton, semen dan air berfungsi sebagai
pembentuk pasta semen sebagai perekat. Kemudian pasta semen bersama agregat
halus ( pasir ) membentuk mortar yang berfungsi sebagi pengikat material pengisi
yang memberikan kekuatan dan memperkecil penyusutan. Pengikatan antara agregat
kasar, agregat halus, semen dan air lama – kelamaan menjadi bentuk yang mengeras
kemudian dinamakan beton.
a. Semen Portland
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
6
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
- semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
- oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
- mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya
jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan
rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti
untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Semen Portland merupakan bentu halus yang diperoleh dengan menggiling
clinker yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara
kapur, silica ,alumunium serta oxid bsi sehingga tercampur dengan batu gips sebagai
bahan tambahan dalam jumlah yang cukup bubuk tersebut bila dicampur dengan air,
sedang beberapa waktu dapat menjadi keras dan digunakan sebagai bahan ikat
hidrolik.
7
Jenis semen portland Penggunaan
C3S
(%)
C
C4S
(%)
C3A
(%)
C
C4SF
(%)
Jenis I
standar Bangunan beton
biasa
53 24 8 8
Jenis II
Modifikasi panas
hidrasi,ketahanan terhadap
sulfat sedang
Pembetonan
masal dan biasa
47 max
50
32 3 max
8
12
Jenis III
Cepat mengeras kekuatan
awal tinggi
Pembetonan di
musim dingin
58 16 8 8
Jenis IV
Panas hidrasi rendah Pembetonan
massal
Mempunyai
kadar C3A
dan C3S
tinggi
26 max
35
54 min
40
5 max
7
12
Jenis V
Tahan terhadap sulfat Air mengandung
sulfat / air laut
Kadar
rendah C3A
dan C3S
max 50 max 5
Semen putih
Beton putih
khusus
Kadar
rendah C3A
dan
C4AF,tggO
51 26 11 1
(sumber : subakti, A, 1995 )
b. Agregat
Beton adalah mineral yang tersusun dari semen, agregat dan air. Agregat
adalah butiran mineral alami atau buatan yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati kira –kira 70% dari volume
mortar atau beton. Meskipun merupakan bahan pengisi agregat sangat berpengaruh
pada sifat – sifat beton. ( Tjokrodimulyo, K, 1996)
8
a) Agregat halus ,agregat halus dalam beton adalah pasir alam, pasir buatan atau
campuran keduanya. Batas gradasi agregat halus dapt dilihat dalam tabel
Lubang
ayakan (mm)
Porsen berat butir tanah yang lewat ayakan
1 2 3 4
10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
100
90 – 100
60 – 95
30 – 70
15 – 34
5 – 20
0 – 10
100
90 – 100
75 – 100
55 – 90
35 – 59
8 – 30
0 – 10
100
90 – 100
85 – 100
75 – 100
60 – 79
12 – 40
0 – 10
100
95 – 100
95 – 100
90 – 100
80 – 100
15 – 100
0 – 100
(sumber : Tjokrodimulyo, K , 1996 )
Agregat halus diklasifikasikan sebagai butiran yang lebih kecil dari 5mm (3/16 in)
atau lolos saringan no 4 standart ASTM.
b) Agregat kasar, adalah agregat dengan butiran yang lebih dari 5mm (tertahan
di saringan no 4 standart ASTM) agregat kasar untuk brton dapat berupa
kerikil sebagai hasil disintegrasi alam dari batuan atau berupa batuan pecah.
Tabel batas gradasi kerikil
Lubang ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan %
Besar butir maksimum (mm)
40 mm 20 mm
40
20
10
4,8
45 – 100
30 – 70
10 – 35
0 – 5
100
95 – 100
25 – 55
0 – 10
(sumber : Tjokrodimulyo, K, 1996)
c) Ukuran agregat adukan beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang
sama atau dengan kekuatan yang sama, akan membutuhkan semen yag lebih
sedikit apabila dipakai butir – butir kerikil yang besar – besar, untuk
9
mengurangi jumlah semen sehingga biaya pembuatan beton berkurang
dibutuhkan ukuran butir – butir maksimum agregat yang sebesar – besarnya.
Dengan pertimbangan diatas, maka ukuran mksimum agregat umumnya
dipakai 10 mm, 20 mm, 30 mm, dan 40 mm.
d) Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Pada
pembuatan beton diperlukan suatu butiran dengan kemampuan yang tinggi,
karena volume pori sedikit akan membutuhkan bahan ikat yang sedikit pul.
e) Bentuk butiran agregat, bentuk butiran menurut Tjokrodimulyo dapat
dibedakan menjadi lima, yaitu :
Agregat bulat, mempunyai rongga udara minimum 33%.
Agregat bulat sebagian, mempunyai rongga lebih tinggi, yaitu berkisar
antara 35 – 38 %.
Agregat bersudut, mempunyai rongga udara berkisar antara 38 – 40 %.
Agregat pipih, adalah agregat yang ukurannya terkecil, butirannya
kurang dari 3/5 ukuran rata –ratanya.
Agregat memanjang, yaitu bila ukuran terbesar (yang tepanjang ) lebih
dari 9/5 ukuran rata –ratanya.
f) Kebersihan agregat – agregat pada umumnya tidak bebas dari bahan – bahan
yang keberadaannya mungkin memberikan pengaruh yang merugikan
terhadap kekuatan beton, kemudahan pengerjaan, keawetannya, dan
pemukaan beton yang jelek.
g) Kekuatan agregat, berikut ini daftar tabel agregat – agregat yang biasa digunakan
beserta kekuatan tekannya.
Jenis agregat Kekuatan tekan ( kg/cm2)
Granit
Falsit
Batu karang
Batu kapur
Batu pasir
Marmer
Quartist
2650 – 1180
5450 – 1240
3900 – 2000
2490 – 970
2490 – 460
2520 – 530
4380 – 1290
10
Gneiss
Schist
2430 – 970
3000 – 940
(sumber : Subakti, A, 1995)
h) Texture permukaan butiran,texture permukaan suatu sifat butir termasuk
halus, kasar, mengkilap atau kusam, tetapi berdasrkan pemeriksaan visual
butir agregat, texture permukaan agregat dapat dibedakan menjadi :
Sangat halus (glassy)
Berbutir (granisler)
Kasar
Berkristal
Berpori
Belubang – lubang
c. Air
Dalam campuran beton, air mempunyai dua fungsi yaitu untuk
memungkinkan reaksi kimia yan menyebabkan pengikatan dalam berlangsungnya
pengerasan serta sebagai pelicin campuran kerikil, pasir, dan semen, agar
memudahkan dalam pencetakan. Tujuan utama penggunaan air adalah agar terjadi
hidrasi, yaitu reaksi kimia antara semen dan air yng menyebabkan campuran ini
menjadi keras setelah lewat beberapa waktu tertentu.
Menurut Tjokrodimulyo (1996) kandungan air yang digunakan dalam
campuran beton sebaiknya memenuhi persyaratan berikut :
Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.
Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton lebih dari 15
gram/liter.
Tidak mengandung chorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
11
d. Perawatan beton
Perawatan beton adalah suatu upaya untuk menjaga kualitas beton setelah
proses pengecoran/penuangan dari hal – hal yang merusak beton.
Tujuan perawatan beton di dalam PBI 871 bab 6.6 , yaitu untuk mencegah
pengeringan bidang – bidang beton yang mengurangi kebutuhan air selama proses
hidrasi semen. Pencegahan ini terutama pada awal hari (umur awal) sampai beton
berumur 14 hari.
e. Kekuatan tekan beton
Sifat pada umumnya lebih baik jika tekan lebih tinggi, dengan demikian
untuk meninjau mutu beton umumnya secara kasar ditinjau kuat tekannya saja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton meliputi :
1) Faktor Air Semen
Faktor air semen merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan beton,
karena air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi ikatan kimia pada semen,
selain itu untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah dalam
pengejaannya.
Menurut Edward G .Nawy (1991) faktor air semen merupakan ukuran
kekuatan beton, maka f.a.s ini kriteria yang utama dalam desain struktur beton pada
campuran,biasanya dinyatakan dalam perbandingan berat air terhadap berat semen
dengan campuran lebih lanjut Kardiyo mengatakan “ fektor air semen adalah
perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran beton “ selanjutnya
Y Suhardhono menjelaskan “ f.a.s adalah perbandingan berat air seluruhnya yang
terkandung dalam beton dengan berat semen yang digunakan”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa f.a.s merupakan
ukuran kekuatan beton yang didapat dari perbandingan antara berat air semen dalam
campuran beton.
12
2) Sifat Agregat
Untuk memperoleh kekuatan yang tinggi, maka diperlukan agregat yang kuat
yang melebihi kekuatan pastaya. Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap
kekuatan beton adalah kekerasan dan ukuran maksimum diameter.
3) Jenis Semen
Menurut puri (1982),terdapat lima jenis semen menurut kegunaannya ,yaitu :
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas
hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras ).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi
rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat
4) Umur Beton
Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton itu.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain : factor air semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi suhu
perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi faktor air
semen maka semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya. (Tjokrodimulyo,K ,1996)
B. Kerangka Berfikir
Bahan – bahan dasar beton merupakan faktor yang sangat menunjang mutu
dan kualitas beton. Beton dengan mutu baik, kita dituntut untuk dapat merancang
perbandingan campuran beton untuk mendapatkan kualitas yang sebaik – baiknya,
campuran dasar dari beton terdiri dari dua bagian yaitu pasta semen dan agregat.
Selain itu juga mengandung udara dan bahan tambah bila diperlukan.
13
Pasta semen merupakan campuran semen Portland dan air yang berfungsi
mengikat agregat menjadi satu kesatuan yang kompak dan padat. Dengan pemilihan
jenis segmen yang benar, jumlah semen yang benar, akan mempengaruhi besarnya
kekuatan beton, tahan lama dan mudah pengerjaannya. Disamping jenis dan jumlah
semen, factor air semen, sifat agregat, umur beton juga mempengaruhi kekuatan
beton.
C. Hipotesis
Berdasarkan dari keterangan di atas dapat disimpulkan ada pengaruh yang
terjadi terhadap kuat tekan beton dengan pemakaian semen warna abu - abu dan
putih.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian tentang uji banding kuat tekan beton dengan penggunaan seen
putih dan semen abu – abu dilakukan di laboratorium Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret kampus Pabelan Jl.A Yani No.200 Surakarta
dan waktu penelitian direncanakan selama bulan Desember 2008 sampai selesai
B. Metode Penelitian
1) metode
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, teknik penulisan bersifat
deskripsi yaitu memberikan gambaran dan memaparkan secara jelas dari hasil
eksperimen di laboratorium pada sejumlah benda uji.
2) Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Saringan atau ayakan
Timbangan
Mesin penggetar saringan (Siever)
Desicator
Oven
Kerucut Abram’s
Kerucut Conus
Gelas ukur
Cetakan silinder beton
Volume tric flash
Mesin molen
Mesin uji tekan beton
3) Jalannya Penelitian
Tahap – tahap penelitian uji tekan beton antara lain :
15
Tahap I : Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian.
Tahap II : Melakukan uji bahan dasar beton yang berupa agregat halus,
agregat kasar, semen dan air.
Tahap III : Merupakan tahap perencanaan campuran beton, pembuatan
benda,pengujian slump, dan perawatan sampai umur yang direncanakan.
Tahap IV : Melakukan uji terhadap benda uji yang berumur 3 hari, 7
hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.
Tahap V : Hasil pengujian yang dilakukan pada tahap tiga dilakukan
analisa data. Analisa data merupakan pembahasan hasil penelitian kemudian
dari langkah – langkah tersebut dapat diambil kesimpulan.
16
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Diagram alir tahapan penelitian
17
perbaikan
Persiapan alat dan penyediaan bahan
Semen airpasir Batu pecah
Uji bahanKadar lumpur
Analisa ayakan
Specific gravity
Absorption
Kandungan organik
Slump test
Pembuatan adukan beton
Rencana campuran (mix design)
Uji bahan Analisa ayakan
Specific gravity
Absorption
Berat volume satuan
perbaikan
Pengujian kuat tekan beton
Perawatan (curing)
Pembuatan benda uji
Kesimpulan / saran
Analisa data
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terbatas, maksudnya hanya khusus pada
sejumlah benda ujji silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah
populasi yang akan diteliti sebanyak 60 buah benda uji.
2. Sampel
Jumlah sampel diambil dari seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 60
buah benda uji, dengan perincian sebagai berikut :
Semen Putih Semen abu –abu
f.a.s Diuji pada umur f.a.s Diuji pada umur
0,45
0,55
3 hari ,7 hari, 14 hari, 21 hari,
28 hari
3 hari, 7 hari, 14 hari,21 hari,
28 hari
0,45
0,55
3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari,
28 hari
3 hari, 7 hari, 14 hari,21 hari,
28 hari
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dikelompokkan mnjadi dua yaitu :
Data primer : Data yang diperoleh dari pengujian benda uji kuat tekan
beton.
Data sekunder : Data yang diperoleh dari membaca dan mempelajari buku –
buku yang berkaitan dengan peaksanaan penelitian.
2. Teknik Mendapat Data
Untuk mendapatkan data kuat tekan beton dilakukan percobaan pada
sejumlah benda uji dengan menggunakan alat uji kuat tekan beton yaitu mesin UTM
18
E. Teknik analisa data
Untuk mengetahui besar kuat tekan beton yang timbul dari masing – masing
benda uji menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
b : Kuat tekan beton dari masing – masing benda uji (Mpa)
P : Beban tekan (N)
F : Luas penmpang (mm2)
Untuk menghitung kuat tekan rata – rata menurut PBI.71
Keterangan :
: Jumlah kuat tekan rata – rata
N : Jumlah benda uji
P : Beban tekan ( N )
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.1-2 1971, Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Direktorat Penyelesaian Masalah Bangunan, Bandung.
Anonim ,1982, Persyaratan Umum Bangunan di Indonesia (PBUI - 1982),
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
Anonim ,1988, Pedoman Penulisan Skripsi, UNS Press, Surakarta.
Sutomo,1988, Metodologi Riset II, UNS Press, Surakarta.
Soehardono,Y,1977, Struktur Beton I, UNS Press, Surakarta.
Murdock,L,J. dan K.M,Brook,1991, Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan
Nindorko, Erlangga, Jakarta.
Sagel ,R, Kole,P dan Gideon, N,K,1994, Pedoman Pengerjaan Beton, Berdasaran
SK – SNI – 15- 1991- 03,Seri 2, Erlangga, Jakarta.
Subakti, A, 1995, Teknlogi Beton Dalam Praktek, Institut Teknologi SepuluH
Nopember, Surabaya.
Tjokrodimulyo, K, 1996, Teknologi Beton, PT.Nafitri, Yogyakarta
20
top related