penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah
Post on 31-Dec-2016
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN MINERAL LOGAM DI DAERAH
ULU SULITI, TANJUNG LIMAU KAPEH, KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH,
KABUPATEN SOLOK SELATAN, PROVINSI SUMATERA BARAT
Franklin
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Mineralisasi yang tersingkap di daerah penelitian ditemukan di daerah Ulu Suliti dan
Tanjung Lima Kapas. Mineralisasi di Ulu Suliti terdiri dari beberapa logam-logam sulfida
sebagai mineral utamanya seperti sfalerit, galena, kalkopirit, kuarsa sementara besi
merupakan logam ikutanya, terbentuk di kontak antara gamping dan granodiorit berasosiasi
dengan urat kuarsa yang dikontrol oleh struktur geser mengiri berarah timurlaut-baratdaya. Di
Tanjung Lima Kapas di temukan singkapan besi yang terbentuk akibat kontak antara gamping
dan granit/granodiorit dikontrol oleh sesar geser mengiri timurlaut-baratdaya. Hasil uji kimia
batuan termineralisasi di Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas menunjukkan kandungan unsur
tertinggi antara lain Cu: 5540 ppm, Pb: 129 ppm, Zn: 1464 ppm, Co: 105 ppm, Ni: 30 ppm,
Mn: 9733 ppm, Ag: 7 ppm, Au: 47 ppb, As: 32 ppm, Fe: 50,43%, Sn: 140 ppm Sb: 3 ppm, Sr:
455 ppm, W: 450 ppm dan Li: 98 ppm. Mineralisasi di permukaan ini dilanjutkan dengan
pendugaan bawah permukaan menggunakan metoda Polarisasi Induksi dan Magnet yang
hasilnya menunjukkan adanya anomali logam dimulai pada kedalaman 74 meter dan menerus
hingga lebih dari 123 meter di beberapa titik pengukuran. Pengeboran di lakukan pada tiga
titik yaitu: BSS-01,BSS-02 dan BSS-03 dengan masing-masing kedalaman 150 meter. Hasil
pengeboran ini menunjukan satuan batuan yang ditemukan adalah tanah pelapukan,/koluvial,
selang-seling batupasir dengan batulempung, breksi polimik, granodiorit dan gamping/skarn.
Satuan tersebut telah tersesarkan dan pada zona sesar tersebut ditemukan ubahan berupa
argilik, propilitik. Mineralisasi yang ditemukan berupa sulfida antara lain: pirit, galena, sfalerit,
kalkopirit dan magnetit/hematit serta garnet. Mineralisasi ini ditemukan pada satuan batupasir,
breksi dan yang paling intesif serta cukup tebal ditemukan pada skarn dimulai pada kedalaman
74 meter hingga lebih 150 meter. Mineralisasi pada skarn ini berasosiasi dengan logam dasar
sementara besi masif yang diharapkan terbentuk pada sakrn ini tidak ditemukan di tiga lobang
bor.
Pendahuluan
Kabupaten Solok dan Solok
Selatan, khususnya daerah Pantai Cermin
dan Sungai Pagu telah diselidiki oleh tim
geologi dari Pusat Sumber Daya Geologi
sejak tahun 2011 sampai dengan tahun
2013 (termasuk kerjasama dengan China
Geological Resources, Pemerintah
Tiongkok). Berbagai kegiatan penyelidikan
telah dilakukan di daerah tersebut dan
hasilnya memperlihatkan, bahwa daerah
ini mempunyai potensi sumber daya
mineral logam khususnya logam besi dan
logam lainnya yang cukup potensil untuk
dikembangkan. Secara administratif lokasi
daerah penyelidikan mencakup dua
kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan
Kabupaten Solok Selatan, Provinsi
Sumatera Barat. Secara geografis
penentuan wilayah pengeboran eksplorasi
tersebut terletak di antara 100º 56' 14,36"
~ 101º 0' 46,78" Bujur Timur dan 1º 17'
35,17" ~ 1º 21' 20,68" Lintang (Gb.1).
Daerah penyelidikan dapat ditempuh
dengan Pesawat dari Jakarta ke Padang
dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dan 45
menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan
lewat darat memakai kendaraan roda
empat ke lokasi penyelidikan dengan
waktu tempuh sekitar 4 jam.
Fisiografi dan Morfologi
Fisiografi di dua lokasi ini dibagi
menjadi 3 (tiga) satuan yaitu : perbukitan
tinggi, perbukitan rendah dan pedataran
(Gb.2). Perbukitan tinggi menempati
sebelah barat, merupakan bagian dari
Bukit Barisan dengan ketinggian lebih dari
800 m dpl. Perbukitan sedang menempati
bagian timur dengan ketinggian antara
400 - 600 m dpl, umumnya merupakan
hutan lindung dan area pengguna lain. Di
bagian tengah merupakan pedataran
dengan ketinggian 50 - 200 m dpl (Gb 3
dan Gb.4). Pola aliran sungai di daerah ini
umumnya trellis dengan sungai utama
adalah Batang Suliti yang mengalir dari
utara - selatan.
Pemetaan Situasi
Pemetaan dilakukan di daerah Ulu
Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh dengan
skala 1 : 1.000. Pemetaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui objek-objek yang ada
disekitar daerah pengeboran, seperti jalan,
irigasi, persawahan, perkebunan, sarana
sosial, pemukiman yang selanjutnya akan
digunakan untuk menentukan jalur
mobilisasi dan demobilisasi dari satu titik
bor ke titik bor lainnya. Hasil pemetaan
situasi tersebut dapat dilihat pada Gb. 5.
Satuan Batuan
Pengamatan satuan batuan di
daerah ini dilakukan di sungai-sungai serta
di sepanjang jalan serta perbukitan yang
batuannya tersingkap. Berdasarkan ciri-
ciri litologi yang teramati di lapangan,
terdapat empat satuan batuan dengan
urut-urutan dari tua ke muda yaitu: Satuan
Batugamping, Satuan Granodiorit, Satuan
Gabro dan Satuan Breksi. Deskripsi
lapangan dari batuan yang teramati adalah
sebagai berikut : Satuan Batugamping,
merupakan satuan tertua pada daerah
penelitian, di tandai dengan warna biru
pada peta geologi. Litologi penyusun
satuan ini terdiri dari packstone dan
wackestone. Packstone, grain-supported,
terdapat foraminifera besar. Wackestone,
mud-supported. Gejala metamorfisme
juga teramati pada Satuan Batugamping
berupa tekstur crenulation cleavage dan
filitik. Satuan Granodiorit, Satuan
Granodorit memiliki ciri litologi, fanerik,
komposisi mineral primer terdiri dari
plagioklas dan hornblenda. Gejala
metamorfisme juga teramati pada Satuan
Granodiorit berupa tekstur slaty cleavage.
Satuan Gabro, memiliki ciri litologi
berwarna hitam kehijauan, fanerik,
komposisi mineral primer berupa
plagioklas dan piroksen. Satuan Breksi-
Tufa, dicirikan dengan warna cokelat pada
daerah penelitian. Litologi Breksi secara
umum menyudut-menyudut tanggung,
terpilah buruk dengan kemas terbuka
dengan fragmen monomik berupa andesit.
Gambaran lengkap pengamatan batuan di
daerah penyelidikan dapat dilihat pada
Gb.6.
Pengeboran
Tajak Lobang Bor dan Perhitungan
kedalaman
Pengeboran awal dilakukan di
lokasi BSS-03 Ulu Suliti IV, namun
sebelum dilakukan pengeboran diperiksa
terlebih dahulu posisi pipa bor dan
persiapan lainnya.
Prosedur sama juga diterapkan
untuk titik bor BSS-01 dan BSS-02 yang
berlokasi di Tanjung Limau Kapeh.
Perhitungan Kedalaman, Perolehan Inti
Bor dan Penyimpanan di Dalam Core
Box
Kedalaman lobang bor ditentukan
dengan cara:
Depth hole = Rod string - Stickup -
Constan.
Depth hole = Kedalaman lobang bor
(meter)
Rod string = Jumlah pipa yang masuk
(panjang tiap pipa 1,5 meter)
Stickup = sisa pipa diatas head
(meter atau centimeter)
Constan = Jarak dari head ke
permukaan tanah (meter/centimeter,
konstan tergantung dari tipe mesin bor dan
kemiringan pengeboran). Untuk BSS-03,
mesin yang digunakan adalah LY-38,
konstannya 2,5 meter dengan posisi tegak
(90°), sedangkan untuk BSS-01 dan BSS-
02, mesin yang digunakan adalah
Jackrow-200 dengan konstannya 50 cm.
posisi 90°. Untuk lebih jelasnya
keterangan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 7.
Prosedur yang sama juga
diterapkan untuk titik bor BSS-01 dan
BSS-02. Kemajuan pengeboran
dilaporkan setiap hari dan dicatat pada
Daily Drilling Report (DDR) yang dibuat
sesuai dengan format perusahaan dan
ditandatangani oleh Drilling Supervisior
serta disetujui oleh Pengawas Dari PSDG.
Total core box yang ada dapat dilihat pada
Gb 10, 11 dan Gb 12.
Pemerian Inti Bor
Sebelum dilakukan pemerian, inti
bor yang ada di core box dicuci terlebih
dahulu sampai bersih kemudian disusun
ulang dan setelah itu didokumentasi.
Selanjutnya inti bor tersebut dibelah
dengan menggunakan mesin pembelah
(Coreshaw). Inti bor yang telah dibelah
siap untuk dilakukan pemerian. Tahapan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 13,
14,dan 15.
Pemerian Inti Bor BSS-03
Hasil pengamatan inti bor dari
permukaan hingga 150 meter
menunjukkan:
Litologinya tersusun dari :
0.00 m - 4.30 m, Endapan permukaan
(tanah lapukan granodiorit, lempung,
pasir, kerikil dan kerakal).
4.30 m - 15.40 m, Selang-seling
batulempung mengandung mangan dan
batupasir, bercampur breksi polimik
tersemenkan karbonat.
15.40 m - 20.10 m, Breksi polimik, pirit,
klorit, argilik
20.10 m - 30.35 m, Selang-seling pasir-
lempung hitam sisipan breksi, batupasir
kuarsa.
30.35 m - 42.30 m, Batupasir berukuran
sedang-halus bagian bawah fragmental,
sisipan breksi polimik.
42.30 m - 64.90 m, Batupasir kuarsa
dengan bagian atas konglomeratan
sisipan breksi hancuran bagian bawah
lempung berkarbon.
64.90 m - 149.00 m, Breksi polimik, pirit,
magnetit, hematit, urat kalsit, semen
karbonat dibeberapa tempat
terhancurkan.
149.00 m - 150.10 m, Gamping, magnetit,
hematit, terpotong urat kalsit.
Struktur, di breksi teramati adanya
pengarahan fragmen batuan serta jejak
aliran pada sementasinya. Sementara di
kedalaman 64.90 m - 83.20 m, terbentuk
zona hancuran pada breksi yang
diperkirakan akibat sesar.
Ubahan, berupa argilik, propilik
dan kloritisasi ditemukan pada breksi
polimik di kedalaman 15.40 m - 21.20 m.
ubahan yang sama ditemukan di
kedalaman 76.80 m - 83.20 m.
Mineralisasi, Umumnya terbentuk
pada breksi polimik di fragmen-fragmen
batuan berupa pirit terserak setempat
mengisi rekahan pada ke dalaman 20.10
m - 21.20 m, 76.80 m - 83.20 m. Magnetit
dan hematit ditemukan dalam bentuk
sekunder di breksi dan metasedimen pada
ke dalaman 124.90 m - 149.50 m.
Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.
16 (Lampiran).
Pemerian Inti Bor BSS-01
Hasil pengamatan inti bor dari
permukaan hingga 150 meter
menunjukkan:
Litologinya tersusun dari:
0.00 m - 3.60 m, Lempung coklat
kemerahan, pasir, kerikil dan kerakal).
3.60 m - 11.10 m, Selang-seling
batulempung mengandung mangan dan
oksida besi, batupasir, bercampur breksi
polimik tersemenkan karbonat.
11.10 m - 20.90 m, Breksi polimik,
bercampur batupasir, lempungpasiran,
metasedimen dan batupasir kuarsa.
20.90 m - 31.00 m, Breksi polimik semen
karbonat, hancuran, bagian bawah berupa
metasedimen.
31.00 m - 111.50 m, Metasedimen,
terhancurkan, urat kalsit, feldspar terubah,
piritisasi terserak, kalkopirit, garnet,
magnetit, hematit, klorit sisipan
pasirlempungan pada 42.00 m - 42.60 m,
gamping pada 42.60 m - 44.40 m dan
breksi polimik pada 44.80 m - 45.00 m.
115.50 m - 150.00 m, Skarn, magnetik
kuat, urat kalsit, klorit, argilik, pirit terserak,
garnet, kalkopirit.
Struktur, Zona geseran pada
metasedimen dan batulempung pasiran
pada ke dalaman 18.60 m - 20.90 m dan
20.90 m - 42.00 m pada metasedimen.
Zona hancuran ditemukan juga pada ke
dalaman 92.90 m - 115.50 di batuan
metasedimen yang diperkirakan akibat
sesar.
Ubahan, berupa argilik, propilik
dan kloritisasi ditemukan pada batupasir
kuarsa terbreksikan di kedalaman 17.10 m
- 18.60 m. ubahan yang sama ditemukan
di kedalaman 20.90 m - 31.00 m, 37.80 m
- 42.00 m di metasedimen dan di
kedalaman 47.00 m - 99.40 m. Di batuan
skarn terargilikkan, terkloritkan ditemukan
pada kedalaman 112.00 m - 15.00 m.
Mineralisasi, berupa piritisasi
terserak terbentuk pada metasedimen
setempat mengisi rekahan pada ke
dalaman 20.10 m - 26.30 m., Mineralisasi
yang sama ditemukan pada metasedimen
di kedalaman 30.20 m - 42.00 m dandi
kedalaman 45.00 m - 112.50. Magnetit,
hematit, pirit terserak dan kalkopirit
ditemukan pada batuan skarn di
kedalaman 112.50 m - 149.50 m.
Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.
17 (Lampiran).
Pemerian Inti Bor BSS-02
Hasil pengamatan inti bor dari
permukaan hingga 150 meter
menunjukkan:
Litologinya tersusun dari:
0.00 m - 3.10 m, Endapan permukaan
(tanah lapukan granodiorit, lempung,
pasir, kerikil dan kerakal).
3.10 m - 9.60 m, Selang-seling
batulempung mengandung mangan dan
batupasir, bercampur dengan bolder
granodiorit.
9.60 m - 13.80 m, Batupasir halus, urat
kalsit, mengandung mangan.
13.80 m - 18.80 m, Bagian atasnya
gamping klastik dan bagian bawahnya
batupasir halus.
18.80 m - 25.00 m, Selang-seling
batupasir halus dengan lempung,
setempat terhancurkan dan di bagian
bawah berupa fragmental.
25.30 m - 30.60 m, Metasedimen,
fragmental, urat kalsit, terbreksiasi.
30.64 m - 41.10 m, Selang-seling
batupasir dengan lempungpasiran,
karbonatan.
41.10 m - 52.50 m, metagamping klastik,
urat mineral hitam terpotong urat kalsit.
52.50 m - 60.60 m, Granodiorit lapuk.
60.60 m - 62.60 m, Metabatugamping
62.60 m - 63.30 m, Zona breksiasi,
lempung, argilik, milonitisasi.
63.30 m - 69.50 m, Gamping klastik, urat
mineral hitam, setempat sisipan breksi
polimik.
69.50 m - 150.20 m, Granodiorit, putih,
massif, biotit, hornblende, kuarsa, urat
kalsit berasosiasi dengan mineral hitam
bertekstur dendritik. Di kedalaman 75.50
m - 75.60 m, 79.40 m - 79.90 m, 80.20 m -
80.40 m, 84.90 m - 85.10 m, 87.90 m -
88.40 m123.70 m - 123.90 m, 139.60 m -
140.00 m, 140.50 m -140.60 m, 143.90 m
- 144.00, terpotong oleh lempung argilik
karbonatan/shear zone, urat kalsit. Di
kedalaman 114.90 m - 115.15 m, intrusi
granodiorit kedua?, abu-abu kehijauan,
porfir afanitik, fenokris kuarsa, ubahan
silika-klorit berasosiasi dengan mineral
hitam bertekstur dendritik.
Struktur, Di batupasir lempungan,
komponen batuan terbreksikan di
kedalaman 20.10 m - 30.60 m dan di
kedalaman 38.70 m - 39.10 m. Zona
breksiasi, milonitisasi di
metagamping/gamping klastik di
kedalaman 62.60 m - 63.30 m. Mulai di
kedalaman 72.50 m - 150,20 m kerap
ditemukan granodiorit terpotong oleh
lempung terargilikkan/zona. Sementara di
kedalaman 114.90 m - 115.15 m, teramati
granodiorit yang diintrusi kembali oleh
granodiorit (kedua?). Struktur-struktur
tersebut diperkirakan terjadi akibat sesar
atau adanya intrusi berikutnya.
Ubahan, berupa argilik, propilik
dan kloritisasi ditemukan pada granodiorit
dan granodiorit yang diintrusi kembali di
kedalaman 72.50 m - 150.20 m.
Mineralisasi, Pirit dan galena
serta mangan ditemukan pada gamping
klastik pada kedalaman 13.80 m - 18.80 m
berasosiasi dengan urat kalsit. Di
batupasir lempungan dengan komponen
batuan yang terbreksikan/zona hancuran
ditemukan pirit dan kalkopirit pada
kedalaman 23.10 m - 23.80 m.
Mineralisasi yang sama ditemukan pada
metasedimen terhancurkan di kedalaman
28.60 m - 30.10 m. Di batupasir, zona
hancuran ditemuka pirit pada kedalaman
39.10 m - 41.10 m. Mineralisasi yang sama
ditemukan pada gamping klastik di
kedalaman 52.50 m - 54.00 m dan di
kedalaman, 63.30 m - 66.90 m.
Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.
18 (Lampiran).
Pemercontohan
Dari hasil pemerian conto inti bor
BSS-03, BSS-01 dan BSS-02, teramati
adanya keterdapatan mineralisasi sulfida
dan oksida dalam batuan breksi,
batupasir, metasedimen/skarn dan
granodiorit baik itu terserak, dalam urat,
dalam fragmen batuan atau yang mengisi
rongga-rongga. Untuk mengetahui tipe
batuan, paragenesa dan besaran
kandungan logam dan jenisnya, maka inti
bor yang termineralisasi diambil contohnya
untuk dianalisis di laboratorium.
Beberapa conto yang diambil dari
3 (tiga) lobang bor dapat dilihat pada
Lampiran B, C dan D. Selanjutnya gambar
conto-conto tersebut dapat dilihat di
bawah ini.
Korelasi Lobang Bor
Hasil pemerian dari 3 (tiga) lobang
bor tersebut kemudian disusun kembali
berdasarkan kesamaan ciri-ciri litologinya
ataupun ciri-ciri mineral penyusun batuan,
sehingga diperoleh susunan satuan
batuan dari permukaan hingga pada
kedalaman 150 meter. Berdasarkan
susunan tersebut, maka dilakukan
penarikan batas-batas satuan batuan
sehingga terbentuk korelasi yang sesuai
seperti yang terlihat pada Gb. 24.
Pembahasan
Pengeboran yang telah
dilaksanakan di daerah Ulu Suliti IV dan
Tanjung Limau Kapeh merupakan tidak
lanjut dari hasil penyelidikan geologi
permukaan serta hasil penyelidikan
geofisika Induksi Polarisasi dan Magnet.
Hasil pengeboran ini menunjukkan adanya
variasi litologi, sturktur, ubahan dan
mineralisasi serta fenomena lainnya.
Sasaran utama pengeboran ini, yaitu
menemukan bijih besi masif dan mineral
logam dasar serta perkiraan sebarannya
pada kedalaman yang telah diproyeksikan
oleh hasil pendugaan geofisika. Di titik
pengeboran BSS-03, hingga kedalaman
150,10 meter, tidak menemukan bijih besi
masif sementara mineralisasi yang
ditemukan adalah mineralisasi sulfida
(pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena) pada
batuan breksi, umumnya pada fragmen
batuan dan batuan ini cukup tebal. Breksi
ini terbentuk akibat adanya sesar (sesar
turun) dan dibeberapa tempat terbentuk
milonitisasi dan ubahan argilik. Di batuan
lainnya mineralisasi juga terbentuk namun
setempat-setempat berupa piritisasi
terserak. Berdasarkan data-data ini,
respon yang terbaca pada induksi
polarisasi diperkirakan berasal dari
mineral-mineral sulfida bukan dari
magnetit (besi). Di titik pengeboran BSS-
01, hingga kedalaman 150,0 meter, tidak
ditemukan bijih besi masif sementara
mineralisasi ditemukan pada batupasir,
breksi dan skarn. Di batupasir mineralisasi
umumnya pirit terserak dan setempat-
setempat, di breksi mineralisasi umunya
terbentuk sama seperti yang ditemukan
pada titik bor BSS-03. Mineralisasi yang
intensif dan cukup tebal ditemukan pada
metagamping dan skarn berupa pirit
terserak, kalkopirit, galena, sfalerit dan
magnetit. Skarn ini terbentuk akibat
terobosan granodiorit pada gamping
sementara breksi yang terjadi akibat
adanya sesar turun. Ubahan yang
terbentuk pada gamping dan skarn adalah
argilik.
Di titk pengeboran BSS-02, hingga
kedalaman 150,20 meter, tidak ditemukan
bijih besi masif. Sama seperti di kedua
lobang bor, mineralisasi berupa pirit
terserak, galena, magnetit dan garnet
ditemukan pada zona breksiasi, batupasir
dan skarn. Di titik ini, breksiasi terbentuk
akibat sesar turun dan metasedimen yang
terbentuk akibat adanya terobosan
granodiorit. Di kedalaman 114,90 m,
granodiorit ini diterobos kembali namun
tidak disertai oleh pemineralana, namun
terjadi ubahan argilik dan silisifikasi yang
cukup intensif dan di beberapa tempat
ditemukan urat-urat mineral hitam
bertekstur denritik berasosiasi dengan
granodiorit yang terpotong oleh lempung
karbonatan. Tekstur dari granodiorit yang
diterobos ini adalah porfir afanitik dengan
fenokris kuarsa dan alterasinya silika-
propilitik-klorit. Berdasarkan hasil ini,
dapat disimpulkan bahwa mineralisasi
yang terbentuk di daerah ini terutama yang
terjadi pada skarn tidak berasosiasi
dengan bijih besi namun cenderung ke
arah mineral-mineral sulfida. Dari
pengamatan permukaan, bahwa besi yang
ditemukan berupa onggokan merupakan
hasil transportasi yang diendapkan
kembali di sekitar wilayah penyelidikan,
hal ini dikuatkan dari hasil penyelidikan
geofisika yang menunjukkan di bawah
permukaan di sekitar onggokan tidak
menunjukkan adanya anomali baik
resistiviti juga chargeabiliti. Diperkirakan
mineralisasi di daerah ini dikontrol oleh
patahan naik baratlaut - tenggara atau
patahan Semangko.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengeboran ini,
maka dapat disimpulkan bahwa
mineralisasi sulfida ditemukan pada breksi
di BSS-03 di ke dalaman 70 m - 83 m, 107
m - 112 m dan 126 m - 129 m, umumnya
pada fragmen batuan. Sementara itu
mineralisasi sulfida ditemukan di BSS-01
pada zona breksiasi pada ke dalaman 20
m - 41 m, di zona metasedimen pada ke
dalaman 45 m - 83 m dan di skarn pada ke
dalaman 84 m - 150 m. Di BSS-02,
mineralisasi sulfida di temukan pada ke
dalaman 13 m - 24 m pada zona breksiasi,
47 m - 67 m pada metasedimen/skarn?.
Mineralisasi bijih besi masif tidak
ditemukan sampai pada ke dalaman 150
meter di 3 (tiga) lobang bor.
Dengan demikian dapat diduga
bahwa onggokan besi yang ditemukan di
daerah Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau
Kapeh merupakan hasil transportasi
karena hasil dari Polarisasi Induksi di
sekitar onggokkan tersebut ke arah bawah
permukaan tidak menghasilkan resistiviti
dan chargeabiliti yang tinggi. Jalur
mineralisasi sulfida dalam batuan skarn
kemungkinannya mengikuti arah baratlaut
- tenggara atau mengikuti arah patahan
Sumatera (patahan Semangko).
Saran
Untuk mendapatkan potensi
sumber daya mineral yang akurat maka
jumlah titik pengeboran perlu diperbanyak
minimal dua atau tiga.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Solok Selatan (2012), Solok Selatan Dalam Angka.
Crow, M.J., Johnson, C.C., McCourt, W.J. dan Harmanto, 1993, Geokimia Regional Lembar
Painan dan Muara Siberut, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Ernowo dkk (2011), Penyelidikan Anomali geokimia stream sedimen di wilayah Solok Selatan,
Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.
Franklin dkk, 2014., Penyelidikan Untuk Menentukan Wilayah Pengeboran Eksplorasi Logam
Besi Dan Logam Lainnya di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok Dan
Kecamatan Pagu Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.
PT.Bumi Surya Kirana (2012), Survey Induce Polarization dan Magnetic untuk Eksplorasi Bijih
Besi di Daerah Pekan Rati Sumatera barat.
Rosidi dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Painan, Sumatera skala 1 : 250.000. PPPG, Bandung.
Suganda, E dan Johnson, C.C., 1993, Geokimia Regional Lembar Sungai Penuh dan Ketaun,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Ulu Suliti dan
Tanjung Lima Kapas Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Ga
mb
ar
1.
Peta
Lo
ka
si d
an
Infr
astr
uktu
r D
aera
h P
enye
lidik
an
Gambar 2. Bentang Alam Daerah Pekan Rabaa Utara
Gambar 3.- 4. Bentang alam Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh
Gambar 5. Peta Situasi Daerah Pengeboran Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh
Pedataran
Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi
Pedataran
Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi
Gambar 6. Peta Gelogi Daerah Pengeboran Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh
Gambar 7. Perhitungan Kedalaman Lobang Bor Perolehan Inti bor dihitung berdasarkan
Panjang Pipa Yang Masuk Sama Dengan Panjang Material Yang Diperoleh Dikali 100
Persen (Gb 8).
Gambar 8. Perhitungan Perolehan Inti Bor Inti Bor Yang Diperoleh Kemudian Disimpan
Dalam Core Box dan Diberi Tanda Interval Kedalamanya (Gba 9).
Gambar 9. Penyimpanan Inti Bor Dalam Core Box dan Penandaan Kedalaman
Gambar 10. Jumlah Perolehan Inti Bor 27 Core Box BSS-03
Gambar 11. Jumlah Perolehan Inti Bor 28 Core Box BSS-01
Gambar 12. Jumlah Perolehan Inti Bor 30 Core Box BSS-02
Gambar13. Total Core Box BSS-03 (kiri) Ulu Suliti IV dan BSS-01 (tengah) dan BSS-02
(kanan) Tanjung Limau Kapeh Siap Untuk Dibelah
Gambar 14. Inti Bor Dalam Proses Pembelahan dan Yang Telah Dibelah
Gambar 15. Contoh Inti Bor Yang Telah Dibelah Dari Tiap-Tiap Lobang Bor dan Siap Untuk
Dideskripsi
Ga
mb
ar
16.
Pem
erian
Lo
ba
ng
Bo
r B
SS
-03, U
lu S
ulit
i IV
Ga
mb
ar
17.
Pem
erian
Lo
ba
ng
Bo
r B
SS
-01, T
an
jung
Lim
au K
ape
h
Gambar 18. Pemerian Lobang Bor BSS-02, Tanjung Limau Kapeh
Gambar 19. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Kimia
Gambar 20. Conto Inti Bor dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Mineragrafi
Gambar 21. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Petrografi
Gambar 22. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis REE
Gambar 23. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis XRD
Gambar 24. Penampang Korelasi Lobang Bor Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh Solok
Selatan
top related