pendalaman materi plpg bimbingan konseling ( bk )

Post on 19-Nov-2014

12.360 Views

Category:

Education

13 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Materi PLPG BK Rayon 38 tahun 2011 disusun oleh DR. M.M. Sri Hastuti, M.Si. (Dosen Prodi BK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

TRANSCRIPT

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)

Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling

Bimbingan Klasikal dan Konseling

Oleh : Dr. MM Sri Hastuti, M.Si.Universitas Sanata Dharma

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)

Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling

Bimbingan Klasikal

Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan BimbinganBimbingan Konseling Konseling

Konseling

No.1 No.2 No.3 No.4

Gambar 1

Bimbingan

Pelayanan bimbingan yang belum mencakup pelayanan konseling (periode pertama dan kedua)

Gambar 2

Konseling

Bimbingan

Pelayanan bimbingan yang sudah meliputi pelayanan konseling

sebagai salah satu bentuk pelayanan bimbingan (periode ketiga)

Gambar 3

Bimbingan

Pelayanan bimbingan dan konseling yang saling berhimpitan(periode keempat dan kelima)

Gambar 4

Konseling

Pelayanan konseling yang meliputi seluruh pelayanan yang dahulu

disebut “bimbingan dan konseling” (perkembangan yang terakhir).

Konseling

Jenis Bimbingan

Berdasarkan banyaknya binimbing (orang yang dibimbing): Bimbingan individual/perseorangan Bimbingan kelompok Bimbingan klasikalBerdasarkan maksud/tujuan: Bimbingan preventif Bimbingan developmental/perseveratif Bimbingan

remidial/kuratif/korektif/pengentasanBerdasarkan masalah/topik/isi: Bimbingan sosial Bimbingan belajar/studi/akademik Bimbingan karier

Jenis Bimbingan

Bimbingan pribadi dan bimbingan sosial sering dirangkaikan atau disatukan menjadi bimbingan pribadi-sosial, karena masalah sosial (hubungan dengan orang lain) tidak bisa dipisahkan dari masalah pribadi. Masalah pribadi belum tentu sosial, tetapi masalah sosial tentu merupakan masalah pribadi.

Tujuan Bimbingan Klasikal

Tujuan bimbingan klasikal adalah untuk membantu binimbing (orang yang dibimbing) agar semakin berkembang seutuhnya (dalam berbagai aspek perkembangan dirinya, seperti pribadi, sosial, belajar, karier) dan seoptimal mungkin (sesuai dengan potensinya masing-masing) sebagai pribadi (dapat menentukan sendiri dan berpendirian sendiri).

Pendekatan Bimbingan Klasikal

Pendekatan guru BK dalam melaksanakan bimbingan klasikal adalah bersifat preventif-developmental.Untuk bisa melaksanakan bimbingan klasikal dengan baik, guru BK perlu menguasai berbagai kemampuan seperti kemampuan untuk : Mengungkap kebutuhan, masalah atau tugas

perkembangan siswa Menentukan topik-topik yang relevan untuk

siswa Menyusun satuan pelayanan bimbingan

klasikal Mengelola kelas Menerapkan “experiential learning” Mengevaluasi hasil dan proses

pembimbingan

Orientasi (Sudut Pandang) Guru BK

Individual

Orientasi(sudut

pandang)Guru BK

Masalah/kebutuhan

Perkembangan

Kebutuhan, Masalah dan Tugas Perkembangan

Dalam tugas perkembangan dan masalah tercakup (implisit) kebutuhan. Masalah timbul karena kebutuhan tidak/belum/kurang terpenuhi atau tugas perkembangan tidak /belum diselesaikan dengan baik. Contoh: Tugas Perkembangan: Mengembangkan

konsep-diri yang positif. Kebutuhan: Konsep-diri yang positif. Masalah: Tidak/Belum/Kurang memiliki

konsep-diri yang positif.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)

Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling

Konseling

Konseli/Klien

Proses Konseling

Komunikasi antar pribadi :

• Face to face relationship (tatap muka)

• Cyber Counseling

• Teori Konseling

• Pendekatan Konseling

• Teknik Verbal Konseling

• Teknik Non Verbal Konseling

Konselor

Fase Konseling

1. PembukaanPada fase ini konselor membangun hubungan antar pribadi yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling (rapport).

2. Penjelasan MasalahKonseli mengemukakan hal-hal yang membebani dirinya, mungkin berupa perasaan atau pikiran.

3. Penggalian Latar Belakang MasalahOleh karena pada fase penjelasan masalah konseli belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka dalam menggali data konselor perlu menggunakan sistematika tertentu.

Fase Konseling

Sistematika ini berkaitan dengan teori dan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif, atau behavioristik.

4. Penyelesaian MasalahBerdasarkan diagnosis, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Konselor menerapkan sistematika penyelesaian masalah yang khas bagi masing-masing pendekatan konseling.

5. PenutupPada prinsipnya di setiap akhir pertemuan konseling, konselor melakukan fase penutup. Ada 2 macam bentuk fase penutup:

* proses konseling telah selesai* proses konseling belum selesai

Tehnik Non Verbal (Attending Behavior)

1)Cara duduk yang menyatakan sikap rileks dan mau memperhatikan.

2) Anggukan kepala yang menyatakan penerimaan dan menunjukkan pengertian. 3) Gerakan lengan dan tangan yang memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal.

4) Ekspresi wajah yang mendukung apa yang diungkapkan secara verbal.

5) Senyuman yang menyatakan sikap menerima.

Tehnik Non Verbal (Attending Behavior)

6) Kontak mata yang mendukung ungkapan verbal. 7) Nada suara dan kecepatan berbicara

yang menyesuaikan dengan ungkapan konseli tentang perasaan konseli, seperti misalnya nada suara yang lembut yang diucapkan dengan nada yang rendah dan secara lambat untuk menanggapi perasaan negatif konseli.

8) Sentuhan yang menunjang ungkapan verbal. Namun perlu diingat, mengingat faktor budaya, kontak fisik antara konselor dan konseli dapat pula dimaknai sesuatu yang negative oleh konseli.

Tehnik Verbal – Non Direktif

1)Ajakan untuk mulai

2) Penerimaan/menunjukkan pengertian3) Perumusan kembali

pikiran-gagasan/refleksi pikiran4) Perumusan kembali perasaan/refleksi perasaan

5) Penjelasan pikiran-gagasan/klarifikasi pikiran6) Penjelasan perasaan /klarifikasi

perasaan7) Permintaan untuk melanjutkan

8) Pengulangan satu dua kata

9) Ringkasan/rangkuman

Tehnik Verbal – Direktif

1) Pertanyaan Mengenai Hal Tertentu 2) Pemberian Umpan

Balik 3) Pemberian Informasi 4) Penyajian

alternatif 5) Penyelidikan

6) Pemberian Struktur 7) Interpretasi

8) Konfrontasi 9) Diagnosis 10)

Dukungan/Bombongan 11) Usul/saran

12) Penolakan

Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy

1. Pembukaan2. Penjelasan Masalah3. Analisis Masalah

Konselor menggali latar belakang masalah konseli dengan sistematika sebagai berikut:Activating Event (A): Apa yang terjadi

baru-baru ini (3-4 minggu terakhir) yang membuat konseli mengalami perasaan-perasaan tertentu atau melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

Belief (B) : Apa isi tanggapan kognitif(r-kognitif) yang tidak rasional terhadap A.

Concequence (C): Apa akibat dari tanggapan yang tidak rasional itu baik terhadap perasaan (r-afektif yang tidak wajar) maupun perilaku nyata yang salah suai (R).

Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy

4. Penyelesaian MasalahKonselor dan konseli mencari jalan keluar permasalahan konseli dengan cara:Dispute (D):

Konselor menjelaskan bagaimana konseli bisa memiliki pikiran yang tidak rasional, sehingga B yang tidak rasional perlu diubah

Konselor menantang konseli mengenai pikirannya yang tidak rasional dengan mengajukan pertanyaan yang mengharuskan konseli untuk berefleksi

Konselor memberikan contoh-contoh agar konseli berpikir lebih rasional

Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy

Effect (E)Konseli mulai menampakkan cara

berpikir yang lebih rasional (r-kognitif yang rasional)

Konseli mengalami perasaan yang lebih wajar (r-afektif yang wajar).Konseli mulai merencanakan perilaku-perilaku yang realistis (R-konstruktif)

5. Penutup

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

1. Pembukaan2. Penjelasan Masalah3. Analisis Masalah

Konselor menggali latar belakang masalah konseli dengan sistematika sebagai berikut:Data tentang konseli sendiri, seperti

1) kemampuan intelektual/taraf intelegensi (kalau tersedia data testing); 2) kemampuan belajar (taraf prestasi dalam bidang studi yang pokok); 3) bakat khusus (prestasi yang mencolok tinggi di bidang studi tertentu); 4) arah minat (hasil testing kalau ada;analisis diri); 5) cita-cita (analisis diri);

6) harapan-harapan (analisis diri); 7) nilai-nilai yang dikejar (analisis diri); ketrampilan motorik yang menyolok(prestasi belajar dalam bidang tertentu); 8) perasaan yang utama (analisis diri); dan 9) lain-lain yang relevan.

Data tentang keluarga dekat seperti 10) harapan dan kelurga; 11) kewajiban terhadap keluarga; 12) kemampuan ekonomi keluarga; 13) posisi konseli dalam keluarga; dan 14) dan lain lain yang relevan

Data tentang lingkungan hidup, seperti 15) prospek masa depan dari pekerjan yang didambakan serta kualifikasi yang dituntut;

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

16) ciri-ciri khas dari program studi yang didambakan serta kualifikasi yang dituntut; 17) keadaan konkret masyarakat yang mempersempit atau memperluas ruang gerak konseli; dan 18) dan sebagainya yang relevan.

Dalam menangani butir c, harus dibedakan antara konseli yang :Sudah mempunyai

gambaran/ide/harapan/ rencana tentang bidang pekerjaan kelak dan /atau tentang progam studi yang patut dipertimbangkan (sudah ada beberapa alternatif program studi) => kesan pertama tentang kesesuaian antara data pada butir a (terutama), b, dan c.

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

Belum mempunyai ide/gambaran tentang alternatif- alternatif program studi yang dapat dipertimbangkan, dalam kaitan dengan bidang pekerjaan yang dibayangkan => harus dicari bersama sejumlah alternatif yang kelihatannya sesuai dengan data pada butir a (terutama) b dan sebagian c, untuk pertimbangan nanti (=inventarisasi alternatif).

[keberhasilan dalam butir c ini menuntut supaya konselor memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan PTN serta PTS, serta pengetahuan secukupnya tentang dunia pekerjaan]

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

4. Penyelesaian MasalahDengan mengingat ciri khas dari suatu ‘choice case’, yaitu pilihan yang paling dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal, konselor mengajak berdiskusi tentang hal-hal sebagai berikut :

Pro dan kontra (untung-rugi; kelebihan-kelemahan) dari masing-masing alternatif bila data dalam 3 a,b,c ditinjau lebih dalam dan dikaitkan satu sama lain. Tinjauan pro dan kontra ini dapat terjadi secara eksplisit, dapat pula secara implisit; tetapi untuk kebanyakan konseli sebaiknya dieksplisitkan, sehingga apa yang kelihatannya cocok pada 3 c menjadi lebih jelas.

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

Berdasarkan hasil tinjuan/pertimbangan dalam a dapat dijawab pertanyaan untuk masing-masing alternatif: “Bisakah/mungkinkah?” (Ya-Tidak) dan “Inginkah?” (Ya-Tidak). Tentu saja alternatif yang paling masuk akal adalah yang dijawab dengn jawaban ‘Ya” untuk kedua pertanyaan tadi.

Mengingat kemungkinan terdapat lebih dari satu alternatif yang dapat dijawab dengan “Ya” (Bisa dan ingin), maka ditentukan prioritas urutan pilihan 1, pilihan 2, pilihan 3, yaitu program studi beserta tempatnya. Urutan prioritas yang demikian menjadi titik tolak bagi usaha konseli untuk diterima di PT ini atau PT itu.

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

[Keberhasilan dalam tahap ini menuntut supaya konselor memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan PTN serta PTS, serta pengetahuan secukupnya tentang dunia pekerjaan]5. Penutup

Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor

Terima Kasih

Proses konseling menunjuk pada rangkaianperubahan yang terjadi pada konseli yang berinteraksi dengan seorang konselorselama jangka waktu tertentu.

<kembali>

Teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung (aspek refleksi teoretis).

<kembali>

Pendekatan konseling merupakan penerapan teori konseling, yang meliputi prosedur, metode dan teknik konseling(aspek penerapan praktis)

<kembali>

Teknik Verbal Konseling adalah tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor terhadap ungkapan konseli. Tanggapan verbal konselor ini dapat berupa suatu pernyataan dan pertanyaan

Contoh: refleksi (pikiran, perasan), klarifikasi (pikiran, perasaan), pertanyaan mengenai hal tertentu, diagnosis, interpretasi, dll.

<kembali>

Teknik Non Verbal Konseling berarti konselor mendengarkan dengan penuh perhatian; dengan menggunakan seluruh tubuhnya; semua ungkapan konseli tentang masalahnya baik yang diungkapkan secara verbal maupun non verbal.

Contoh: Cara duduk yang menyatakan sikap rileks.Senyuman yang menyatakan sikap menerima.

<kembali>

top related