pendalaman materi plpg bimbingan konseling ( bk )
Post on 19-Nov-2014
12.360 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)
Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling
Bimbingan Klasikal dan Konseling
Oleh : Dr. MM Sri Hastuti, M.Si.Universitas Sanata Dharma
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)
Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling
Bimbingan Klasikal
Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan BimbinganBimbingan Konseling Konseling
Konseling
No.1 No.2 No.3 No.4
Gambar 1
Bimbingan
Pelayanan bimbingan yang belum mencakup pelayanan konseling (periode pertama dan kedua)
Gambar 2
Konseling
Bimbingan
Pelayanan bimbingan yang sudah meliputi pelayanan konseling
sebagai salah satu bentuk pelayanan bimbingan (periode ketiga)
Gambar 3
Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang saling berhimpitan(periode keempat dan kelima)
Gambar 4
Konseling
Pelayanan konseling yang meliputi seluruh pelayanan yang dahulu
disebut “bimbingan dan konseling” (perkembangan yang terakhir).
Konseling
Jenis Bimbingan
Berdasarkan banyaknya binimbing (orang yang dibimbing): Bimbingan individual/perseorangan Bimbingan kelompok Bimbingan klasikalBerdasarkan maksud/tujuan: Bimbingan preventif Bimbingan developmental/perseveratif Bimbingan
remidial/kuratif/korektif/pengentasanBerdasarkan masalah/topik/isi: Bimbingan sosial Bimbingan belajar/studi/akademik Bimbingan karier
Jenis Bimbingan
Bimbingan pribadi dan bimbingan sosial sering dirangkaikan atau disatukan menjadi bimbingan pribadi-sosial, karena masalah sosial (hubungan dengan orang lain) tidak bisa dipisahkan dari masalah pribadi. Masalah pribadi belum tentu sosial, tetapi masalah sosial tentu merupakan masalah pribadi.
Tujuan Bimbingan Klasikal
Tujuan bimbingan klasikal adalah untuk membantu binimbing (orang yang dibimbing) agar semakin berkembang seutuhnya (dalam berbagai aspek perkembangan dirinya, seperti pribadi, sosial, belajar, karier) dan seoptimal mungkin (sesuai dengan potensinya masing-masing) sebagai pribadi (dapat menentukan sendiri dan berpendirian sendiri).
Pendekatan Bimbingan Klasikal
Pendekatan guru BK dalam melaksanakan bimbingan klasikal adalah bersifat preventif-developmental.Untuk bisa melaksanakan bimbingan klasikal dengan baik, guru BK perlu menguasai berbagai kemampuan seperti kemampuan untuk : Mengungkap kebutuhan, masalah atau tugas
perkembangan siswa Menentukan topik-topik yang relevan untuk
siswa Menyusun satuan pelayanan bimbingan
klasikal Mengelola kelas Menerapkan “experiential learning” Mengevaluasi hasil dan proses
pembimbingan
Orientasi (Sudut Pandang) Guru BK
Individual
Orientasi(sudut
pandang)Guru BK
Masalah/kebutuhan
Perkembangan
Kebutuhan, Masalah dan Tugas Perkembangan
Dalam tugas perkembangan dan masalah tercakup (implisit) kebutuhan. Masalah timbul karena kebutuhan tidak/belum/kurang terpenuhi atau tugas perkembangan tidak /belum diselesaikan dengan baik. Contoh: Tugas Perkembangan: Mengembangkan
konsep-diri yang positif. Kebutuhan: Konsep-diri yang positif. Masalah: Tidak/Belum/Kurang memiliki
konsep-diri yang positif.
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PLPG BK)
Pendalaman MateriBimbingan dan Konseling
Konseling
Konseli/Klien
Proses Konseling
Komunikasi antar pribadi :
• Face to face relationship (tatap muka)
• Cyber Counseling
• Teori Konseling
• Pendekatan Konseling
• Teknik Verbal Konseling
• Teknik Non Verbal Konseling
Konselor
Fase Konseling
1. PembukaanPada fase ini konselor membangun hubungan antar pribadi yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling (rapport).
2. Penjelasan MasalahKonseli mengemukakan hal-hal yang membebani dirinya, mungkin berupa perasaan atau pikiran.
3. Penggalian Latar Belakang MasalahOleh karena pada fase penjelasan masalah konseli belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka dalam menggali data konselor perlu menggunakan sistematika tertentu.
Fase Konseling
Sistematika ini berkaitan dengan teori dan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif, atau behavioristik.
4. Penyelesaian MasalahBerdasarkan diagnosis, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Konselor menerapkan sistematika penyelesaian masalah yang khas bagi masing-masing pendekatan konseling.
5. PenutupPada prinsipnya di setiap akhir pertemuan konseling, konselor melakukan fase penutup. Ada 2 macam bentuk fase penutup:
* proses konseling telah selesai* proses konseling belum selesai
Tehnik Non Verbal (Attending Behavior)
1)Cara duduk yang menyatakan sikap rileks dan mau memperhatikan.
2) Anggukan kepala yang menyatakan penerimaan dan menunjukkan pengertian. 3) Gerakan lengan dan tangan yang memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal.
4) Ekspresi wajah yang mendukung apa yang diungkapkan secara verbal.
5) Senyuman yang menyatakan sikap menerima.
Tehnik Non Verbal (Attending Behavior)
6) Kontak mata yang mendukung ungkapan verbal. 7) Nada suara dan kecepatan berbicara
yang menyesuaikan dengan ungkapan konseli tentang perasaan konseli, seperti misalnya nada suara yang lembut yang diucapkan dengan nada yang rendah dan secara lambat untuk menanggapi perasaan negatif konseli.
8) Sentuhan yang menunjang ungkapan verbal. Namun perlu diingat, mengingat faktor budaya, kontak fisik antara konselor dan konseli dapat pula dimaknai sesuatu yang negative oleh konseli.
Tehnik Verbal – Non Direktif
1)Ajakan untuk mulai
2) Penerimaan/menunjukkan pengertian3) Perumusan kembali
pikiran-gagasan/refleksi pikiran4) Perumusan kembali perasaan/refleksi perasaan
5) Penjelasan pikiran-gagasan/klarifikasi pikiran6) Penjelasan perasaan /klarifikasi
perasaan7) Permintaan untuk melanjutkan
8) Pengulangan satu dua kata
9) Ringkasan/rangkuman
Tehnik Verbal – Direktif
1) Pertanyaan Mengenai Hal Tertentu 2) Pemberian Umpan
Balik 3) Pemberian Informasi 4) Penyajian
alternatif 5) Penyelidikan
6) Pemberian Struktur 7) Interpretasi
8) Konfrontasi 9) Diagnosis 10)
Dukungan/Bombongan 11) Usul/saran
12) Penolakan
Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy
1. Pembukaan2. Penjelasan Masalah3. Analisis Masalah
Konselor menggali latar belakang masalah konseli dengan sistematika sebagai berikut:Activating Event (A): Apa yang terjadi
baru-baru ini (3-4 minggu terakhir) yang membuat konseli mengalami perasaan-perasaan tertentu atau melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
Belief (B) : Apa isi tanggapan kognitif(r-kognitif) yang tidak rasional terhadap A.
Concequence (C): Apa akibat dari tanggapan yang tidak rasional itu baik terhadap perasaan (r-afektif yang tidak wajar) maupun perilaku nyata yang salah suai (R).
Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy
4. Penyelesaian MasalahKonselor dan konseli mencari jalan keluar permasalahan konseli dengan cara:Dispute (D):
Konselor menjelaskan bagaimana konseli bisa memiliki pikiran yang tidak rasional, sehingga B yang tidak rasional perlu diubah
Konselor menantang konseli mengenai pikirannya yang tidak rasional dengan mengajukan pertanyaan yang mengharuskan konseli untuk berefleksi
Konselor memberikan contoh-contoh agar konseli berpikir lebih rasional
Skema Pengolahan KasusRational Emotive Behavior Therapy
Effect (E)Konseli mulai menampakkan cara
berpikir yang lebih rasional (r-kognitif yang rasional)
Konseli mengalami perasaan yang lebih wajar (r-afektif yang wajar).Konseli mulai merencanakan perilaku-perilaku yang realistis (R-konstruktif)
5. Penutup
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
1. Pembukaan2. Penjelasan Masalah3. Analisis Masalah
Konselor menggali latar belakang masalah konseli dengan sistematika sebagai berikut:Data tentang konseli sendiri, seperti
1) kemampuan intelektual/taraf intelegensi (kalau tersedia data testing); 2) kemampuan belajar (taraf prestasi dalam bidang studi yang pokok); 3) bakat khusus (prestasi yang mencolok tinggi di bidang studi tertentu); 4) arah minat (hasil testing kalau ada;analisis diri); 5) cita-cita (analisis diri);
6) harapan-harapan (analisis diri); 7) nilai-nilai yang dikejar (analisis diri); ketrampilan motorik yang menyolok(prestasi belajar dalam bidang tertentu); 8) perasaan yang utama (analisis diri); dan 9) lain-lain yang relevan.
Data tentang keluarga dekat seperti 10) harapan dan kelurga; 11) kewajiban terhadap keluarga; 12) kemampuan ekonomi keluarga; 13) posisi konseli dalam keluarga; dan 14) dan lain lain yang relevan
Data tentang lingkungan hidup, seperti 15) prospek masa depan dari pekerjan yang didambakan serta kualifikasi yang dituntut;
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
16) ciri-ciri khas dari program studi yang didambakan serta kualifikasi yang dituntut; 17) keadaan konkret masyarakat yang mempersempit atau memperluas ruang gerak konseli; dan 18) dan sebagainya yang relevan.
Dalam menangani butir c, harus dibedakan antara konseli yang :Sudah mempunyai
gambaran/ide/harapan/ rencana tentang bidang pekerjaan kelak dan /atau tentang progam studi yang patut dipertimbangkan (sudah ada beberapa alternatif program studi) => kesan pertama tentang kesesuaian antara data pada butir a (terutama), b, dan c.
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
Belum mempunyai ide/gambaran tentang alternatif- alternatif program studi yang dapat dipertimbangkan, dalam kaitan dengan bidang pekerjaan yang dibayangkan => harus dicari bersama sejumlah alternatif yang kelihatannya sesuai dengan data pada butir a (terutama) b dan sebagian c, untuk pertimbangan nanti (=inventarisasi alternatif).
[keberhasilan dalam butir c ini menuntut supaya konselor memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan PTN serta PTS, serta pengetahuan secukupnya tentang dunia pekerjaan]
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
4. Penyelesaian MasalahDengan mengingat ciri khas dari suatu ‘choice case’, yaitu pilihan yang paling dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal, konselor mengajak berdiskusi tentang hal-hal sebagai berikut :
Pro dan kontra (untung-rugi; kelebihan-kelemahan) dari masing-masing alternatif bila data dalam 3 a,b,c ditinjau lebih dalam dan dikaitkan satu sama lain. Tinjauan pro dan kontra ini dapat terjadi secara eksplisit, dapat pula secara implisit; tetapi untuk kebanyakan konseli sebaiknya dieksplisitkan, sehingga apa yang kelihatannya cocok pada 3 c menjadi lebih jelas.
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
Berdasarkan hasil tinjuan/pertimbangan dalam a dapat dijawab pertanyaan untuk masing-masing alternatif: “Bisakah/mungkinkah?” (Ya-Tidak) dan “Inginkah?” (Ya-Tidak). Tentu saja alternatif yang paling masuk akal adalah yang dijawab dengn jawaban ‘Ya” untuk kedua pertanyaan tadi.
Mengingat kemungkinan terdapat lebih dari satu alternatif yang dapat dijawab dengan “Ya” (Bisa dan ingin), maka ditentukan prioritas urutan pilihan 1, pilihan 2, pilihan 3, yaitu program studi beserta tempatnya. Urutan prioritas yang demikian menjadi titik tolak bagi usaha konseli untuk diterima di PT ini atau PT itu.
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
[Keberhasilan dalam tahap ini menuntut supaya konselor memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan PTN serta PTS, serta pengetahuan secukupnya tentang dunia pekerjaan]5. Penutup
Skema Pengolahan Kasus Trait and Factor
Terima Kasih
Proses konseling menunjuk pada rangkaianperubahan yang terjadi pada konseli yang berinteraksi dengan seorang konselorselama jangka waktu tertentu.
<kembali>
Teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung (aspek refleksi teoretis).
<kembali>
Pendekatan konseling merupakan penerapan teori konseling, yang meliputi prosedur, metode dan teknik konseling(aspek penerapan praktis)
<kembali>
Teknik Verbal Konseling adalah tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor terhadap ungkapan konseli. Tanggapan verbal konselor ini dapat berupa suatu pernyataan dan pertanyaan
Contoh: refleksi (pikiran, perasan), klarifikasi (pikiran, perasaan), pertanyaan mengenai hal tertentu, diagnosis, interpretasi, dll.
<kembali>
Teknik Non Verbal Konseling berarti konselor mendengarkan dengan penuh perhatian; dengan menggunakan seluruh tubuhnya; semua ungkapan konseli tentang masalahnya baik yang diungkapkan secara verbal maupun non verbal.
Contoh: Cara duduk yang menyatakan sikap rileks.Senyuman yang menyatakan sikap menerima.
<kembali>
top related