pemilihan logistic hub barang impor untuk industri …
Post on 16-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMILIHAN LOGISTIC HUB BARANG IMPOR UNTUK
INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE AHP
RUDY GUNAWAN SYARFI
NRP 9115201722
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Iwan Vanany, ST, MT, PhD
DEPARTEMEN MANAJEMEN TEKNOLOGI
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Judul: PEMILIHAN LOGISTIC HUB BARANG IMPOR
UNTUK INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS
DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
Oleh : RUDY GUNAWAN SYARFI
NRP : 9115201722
Telah Diseminarkan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 04 Agustus 2018
Tempat : Kampus MMT ITS, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya
Mengetahui/menyetujui:
Dosen Penguji: Dosen Pembimbing
1. Dr. Ir. Bustanul Arifin Noer, MSc 1. Prof. Iwan Vanany, ST, MT, PhD
NIP : 195904301989031 NIP : 197109271999031002
2. Dr. Imam Baihaqi, ST
NIP : 197007211997021001
ii
ABSTRACT
This study aims to determine the location of logistics hub which is best to
be selected for the importation of operational goods needed by oil and gas industry
companies. The criteria and sub criteria which are prioritized will be one of the
results of the study by conducting discussions and interviews with the expert and
managers of PT X. Based on some criteria and sub-criteria that will be determined
the preferred logistic hub which most benefit for the company. In this research, for
choosing the best Logistic Hub, AHP method is applied to obtain the pair-wise
comparisons of the relative importance of the criteria. To make rating and ranking
of the best Logistic Hub, calculate the weight of criteria and sub criteria with
qualitative assesment scale. From the calculation of the weight or relative
importance of the criteria, Location is considered as the first important criteria for
Selecting the best Logistic Hub with weight 22.1%, followed by Time (17.9%), HSE
(17.8%), Quality (13.1%), Cost (12.0%), Service (8.7%) and Management (8.3%).
From the calculation the weight of criteria and sub criteria by Matrix, Local Hub
PLB Balikpapan is considered as the best Logistic Hub closeness to the ideal
solution as follow: Local Hub - PLB Balikpapan (20.81%), Regional Hub
Singapore (16.66%), Local Hub - Batam (16.00%), Global Hub Asia (15.88%),
Global Hub Europe (15.59%) and Global Hub USA (15.06%).
Keywords: Logistics Hub, Operation Goods, Logistics Service Provider, Analytic
Hierarchy Process (AHP).
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memilih logistics hub yang paling baik untuk
importasi barang-barang kebutuhan operasi perusahaan industri minyak dan gas.
Kriteria apa yang dipentingkan akan menjadi salah satu hasil penelitian dengan
melakukan diskusi dan wawancara dengan para manajer PT X. Berdasarkan
beberapa kriteria dan sub kriteria yang dipentingkan akan ditentukan logistic hub
mana yang paling menguntungkan perusahaan. Pada penelitian ini untuk
menentukan Logistic Hub terbaik, Metode AHP diaplikasikan untuk memperoleh
komparasi pair-wise dari kepentingan relatif kriteria.Untuk membuat peringkatdan
peringkat Logistic Hub terbaik,maka bobot kriteria dan sub-kriteria dihitung dengan
skala penilaian kualitatif. Dari perhitungan bobot atau kepentingan relatif kriteria
Lokasi dianggap sebagai kriteria penting pertama untuk memilih Logistic Hub
terbaik dengan bobot 22,1%, diikuti oleh Waktu (17,9%), HSE (17,8%), Kualitas
(13,1% ), Biaya (12,0%), Layanan (8,7%) dan Manajemen (8,3%). Dari
perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria oleh Matrix, Local Hub PLB Balikpapan
dianggap sebagai Logistic Hub terbaik dengan solusi ideal sebagai berikut: Local
Hub - PLB Balikpapan (20.81%), Regional Hub Singapore (16.66%), Local Hub -
Batam (16.00%), Global Hub Asia (15.88%), Global Hub Europe (15.59%) dan
Global Hub USA (15.06%).
Kata kunci: Logistics Hub, Barang Operasi, Logistics Service Provider, Analytic
Hierarchy Process (AHP), multi-criteria decision making (MCDM),
iv
Halaman ini sengaja dikosongkan
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Tesis PEMILIHAN LOGISTIC
HUB BARANG IMPOR UNTUK INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS
DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP, merupakan syarat untuk
menyelesaikan studi pada program Magister Manajemen Teknologi bidang
keahlian Manajemen Industri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Tulisan ini tidak mungkin selesai tanpa bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik sejak masa perkuliahan sampai pada penyelesaian tesis. Pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Iwan Vanany, ST, MT, PhD selaku dosen pembimbing, yang
telah banyak memberikan waktunya untuk membimbing, mengoreksi,
mengarahkan dan memberikan saran dalam penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, MEngSc. selaku Penguji,
yang telah memberikan saran perbaikan penulisan proposal tesis ini.
3. Bapak Dr. Imam Baihaqi, ST selaku Penguji, yang telah memberikan saran
perbaikan penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. Ir. Bustanul Arifin Noer, MSc selaku Penguji, yang telah
memberikan saran perbaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr.Techn. Ir. Hari Ginardi M.Sc yang telah mendorong,
membangkitkan semangat dan memberikan motivasi yang luar biasa dalam
penyelesaian tesis ini.
6. Para Dosen Program Magister Manajemen Institut Teknologi Sepuluh
November Surabaya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahannya selama proses perkuliahan,
serta sumbangsih atas ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
7. Yang Mulia Papa Syarfi Mahmud dan almarhumah Mama Hakimah Syarif,
yang telah mencurahkan cinta kasih sayang tak terhingga, dukungan dan
doa terbaiknya. Demikian pula pada Ibunda RA Sri Soewasti dan alm
Ayahanda FX Patte Lingga Setyabudi atas cinta kasih, dukungan dan doa
terbaiknya.
vi
8. Istriku tercinta, Ika Budiwanti Patte, yang selalu mendoakan dengan penuh
cinta, setia mendampingi, selalu mendorong dan memberikan dukungan
dalam menyusun tesis ini.
9. Ananda tercinta, Nabiela Ananda Gunawan Syarfi, Nabiel Shadiq Gunawan
Syarfi dan Emir Rasyid Gunawan Syarfi, yang menjadi sumber motivasi
Penulis untuk menunjukkan pentingnya terus belajar dan meningkatkan
kemampuan diri dengan menuntut ilmu serta mempelajari hal-hal baru.
10. Keluarga tercinta, uni Dra Titia Kadarwati, uda Drs Zulkifli Rustam, uni
Rita Syafitri Amd, alm. da Pen Rustam Effendi, uni Dra Dian Mulyati Syarfi
Mpd, da Yung Syamsul Rizal Mpd, uni DR. Noni Sukmawati Syarfi Ms
Sukmawati Syarfi MHum,, uda Edy Utama, mentor penulis di rumah uni
DR. Ir. Ira Wahyuni Syarfi Msc, uda Ir Kenedi, uda Drs Benni Bestari Syarfi
Mpd, uni Nytha Destini Desnita SE, uda Ricky Idaman Syarfi SH. MH, anak
kemenakan keluarga besar Syarfi Mahmud, keluarga besar The Tan Siong
dan keluarga besar Sarwono, yang telah memberikan dukungan dan doa
terbaiknya.
11. Rekan-rekan sekelas yang luar biasa, Indra Darmawan, Agios Seventino,
Agus Siswanto, Beni Benyamin Bungaran, Hendra Wahyudi, Hengki
Irdiansyah, Ponco Kartiko, dan Evan Azami yang telah banyak memberikan
dukungan, bantuan serta doanya selama masa perkuliahan dan penyelesaian
tesis ini. Lebih baik “Hampir tidak lulus” daripada “Hampir lulus” joke
yang selalu kami ulangi untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.
12. Hirarki Penulis Bp. Jon Spardi, Bp. Imam H Supardi, rekan-rekan kerja
team C&P/PRC/PCC; Nasrulloh Jamaluddin, Adelia Suwarsono,
Muhammad Yahya, Adhui Sutjipto, Riezky A Harjono, Grace Yusuf, Agie
Pratama, Marinda Chandra, yang telah mendukung dan memberikan
kemudahan dalam penyelesaian tesis ini.
13. Bagian Pengajaran, administrasi, dan seluruh staf Magister Manajemen
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya terutama Pak Reval atas
segala bantuan dan kemudahannya dalam proses administasi perkuliahan
hingga penyelesaian tesis ini.
vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tentunya masih terdapat
kekurangan. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan di masa
mendatang. Akhir kata, Penulis berharap Allah SWT akan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga tesis ini tidak hanya
menjadi persyaratan perkulian tapi juga dapat dimanfaatkan para praktisi dalam
melakukan kegiatan manajemen stok.
Surabaya, 4 Agustus 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 7
1.6 Asumsi-asumsi .......................................................................................... 7
1.7 Sistematika Penyusunan............................................................................ 8
BAB II ................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 11
2.1 Logistik Hub ........................................................................................... 11
2.2 Proses Pengadaan Barang Operasi Perminyakan .................................... 17
2.2.1 Pelelangan Umum ................................................................................... 18
2.2.2 Pelelangan Terbatas ................................................................................ 19
2.2.3 Pemilihan Langsung................................................................................ 19
2.2.4 Penunjukan Langsung ............................................................................. 19
2.2.5 Pengadaan Secara Elektronik (E-Procurement) ...................................... 19
2.3 Total Cost of Ownership ......................................................................... 19
2.4 Analisis Pareto ........................................................................................ 22
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ...................................................... 23
2.5.1 Kelebihan Analitycal Hierarchy Process (AHP) .................................... 25
2.5.2 Prinsip Menyusun Hirarki ....................................................................... 26
2.5.3 Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan ................................................ 28
2.5.4 Prinsip Konsistensi Logika ..................................................................... 30
2.5.5 Penggunaan Software Expert Choise Untuk Metode AHP ..................... 33
ix
2.5.6 Langkah-Langkah Metode AHP ............................................................. 33
2.5.7 Penyusunan Stuktur Hirarki Masalah ..................................................... 34
2.6 TOPSIS ................................................................................................... 35
2.6.1 Proses TOPSIS ........................................................................................ 36
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 37
2.7.1 Posisi Penelitian ...................................................................................... 45
BAB III ................................................................................................................. 47
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 48
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 48
3.2 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 49
3.2.1 Pemilihan Ahli dan Pengambil Keputusan ............................................. 51
3.2.2 Pemilihan Kriteria dan Sub Kriteria ....................................................... 51
3.2.3 Kuesioner / Survei................................................................................... 54
3.3 Pengolahan Data ..................................................................................... 55
3.4 Analisa Data ............................................................................................ 56
3.5 Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 56
BAB IV ................................................................................................................. 57
PENGUMPULAN DATA .................................................................................... 58
4.1 Profil Perusahaan .................................................................................... 58
4.2 Membangun Kriteria Pemilihan .............................................................. 59
4.3 Survei Pendahuluan ................................................................................ 59
4.4 Model Hirarki Pemilihan Logistic Hub .................................................. 62
4.5 Menentukan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria ......................................... 63
4.5.1 Kuisioner Perbandingan Berpasangan (Pair-wise Comparison) ........... 63
4.5.2 Pengolahan Data untuk Mendapatkan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria . 66
4.5.3 Uji Konsistensi ........................................................................................ 68
4.6 Penilaian Logistic Hub ............................................................................ 70
BAB V ................................................................................................................... 77
ANALISA DAN DISKUSI ................................................................................... 77
5.1 Hierarchy Model ..................................................................................... 77
5.2 Analisa Kriteria and Sub Kriteria ........................................................... 78
5.2.1 Analisa Kriteria ....................................................................................... 78
x
5.2.2 Analisa Sub Kriteria ................................................................................ 82
5.2.2.1 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Time .............................................. 82
5.2.2.2 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Cost ............................................... 82
5.2.2.3 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Quality .......................................... 82
5.2.2.4 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Location ........................................ 83
5.2.2.5 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria HSE ............................................... 83
5.2.2.6 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Service .......................................... 83
5.2.2.7 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Management ................................. 84
5.3 Analisa Ranking dari Logistic Hub......................................................... 84
BAB VI ................................................................................................................. 86
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 87
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 87
6.2 Saran ....................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89
LAMPIRAN .......................................................................................................... 91
SELECTING THE BEST LOGISTIC HUB .................................................... 92
TIME. ............................................................................................................... 94
COST ................................................................................................................ 95
QUALITY ........................................................................................................ 96
LOCATION ..................................................................................................... 97
H S E. ............................................................................................................... 98
SERVICE ......................................................................................................... 99
MANAGEMENT ........................................................................................... 100
QUESTIONNAIRE SURVEY ....................................................................... 101
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan PLB, GB dan TPS ............................................................... 13
Tabel 2.2 Penetapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan ......... 28
Tabel 2.3 Pair-wise Comparison Matrix (Saaty, 2008)......................................... 29
Tabel 2.4 Average Random Consistency Index (RCI) (Saaty, 1996) ................... 32
Tabel 2.5 Langkah Penarikan Opini Dengan Metodologi Delphi......................... 43
Tabel 2.6 Posisi Penelitian .................................................................................... 46
Tabel 3.1 Kriteria dan SubKriteria ........................................................................ 52
Tabel 3.2 Skala Penilaian (Assessment Scale) ...................................................... 55
Tabel 4.1 Perbandingan Berpasangan antar Kreteria ............................................ 64
Tabel 4.2 Perbandingan Berpasangan antar Sub Kriteria ..................................... 64
Tabel 4.3 Hasil AHP Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Utama ............. 67
Tabel 4.4 Hasil AHP Perbandingan Berpasangan antara Sub Criteria ................. 67
Tabel 4.5 Uji Konsistensi ...................................................................................... 69
Tabel 4.6 Daftar Alternatives (Logistic Hub) ....................................................... 70
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Logistic Hub terhadap Sub Kriteria ............................. 70
Tabel 4.8 Matriks Perkalian Sub Kriteria dengan Preferensi Logistic Hub .......... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Operasi PT. X di Delta Mahakam ........................................... 1
Gambar 1.2 Sejarah produksi PT. X di Delta Mahakam......................................... 2
Gambar 1.3 Kondisi keterlambatan barang impor di PT X .................................... 4
Gambar 1.4 Aliran Logistik Rantai Pasok Impor Barang Operasi PT. X ............... 5
Gambar 2.1 Konsep utama dari PLB yang didorong oleh kementrian Keuangan 11
Gambar 2.2 Pusat Logistik Berikat Indonesia....................................................... 12
Gambar 2.3 Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam PLB ................................... 16
Gambar 2.4 Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa.................................................. 17
Gambar 2.5 Mekanisme Pengajuan Persetujuan Rencana Tender KKKS ............ 18
Gambar 2.6 Logistics in Supply Chain Management (Bowersox et al 2012) ....... 21
Gambar 2.7 Ilustrasi Hirarki ................................................................................. 27
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ....................................................................... 49
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Fungsi Pengadaan PT. X ................................... 59
Gambar 4.2 Tahapan Umum Proses Pengadaan Barang Operasi ......................... 60
Gambar 4.3 Alur Proses Penerimaan Barang Operasi .......................................... 60
Gambar 4.4 Hasil Diskusi Awal Working Level (Buyer dan Expediting Team) .. 61
Gambar 4.5 Model Hirarki Pemilihan Logistic Hub ............................................. 62
Gambar 5.1 Ranking Pemilihan Logistic Hub PT. X............................................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. X adalah Perusahaan Minyak dan Gas yang membentuk Production
Sharing Contract (PSC) atau Kontrak Kerja Sama dengan Pemerintah Republik
Indonesia untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan gas sejak tahun
1968 di Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam masa aktifitas yang tinggi PT.
X mengoperasikan rata-rata rig lebih dari 10 pada periode tahun 2010 – 2015
dengan mengebor 100-115 sumur (well construction) rata-rata setiap tahunnya.
Dalam operasinya PT. X meningkatkan kapasitas dan lokasi pengeborannya dari
rawa-rawa delta sungai Mahakam sampai ke arah lautan (offshore). Saat ini PT. X
telah memiliki 2276 sumur minyak dan gas diman 1/3 dari jumlah sumur tersebut
berproduksi dan 2/3 dari jumlah sumur yang dimiliki dalam kondisi shut-in (ditutup
sementara) dan abandonment (ditutup permanen) karena alasan usia. Permasalahan
teknis yang timbul karena pertambahan usia sumur seperti korosi, penyumbatan,
kebocoran dan berbagai hal lain bisa menyebabkan sumur menjadi tidak ekonomis
untuk diteruskan dalam memenuhi target produksi.
Gambar 1.1 Lokasi Operasi PT. X di Delta Mahakam
Ketersediaan barang operasi dalam manajemen rantai pasok material
menjadi isu yang sangat penting bagi PT. X karena hampir sebagian besar dari
50.000 item barang operasi diperoleh melalui jalur impor dari Logistic Hub di
2
manca negara seperti Perancis, Inggris, Italia, America, Jepang, Korea, Singapura
dan negara lainnya. Pengelompokan barang operasi, penentuan jalur importasi dan
pemilihan logistic hub sebagai tepat penampungan sementara sebelum dikirim ke
lokasi perusahaan menjadi hal yang penting di industri hulu minyak dan gas sangat
penting agar ketepatan waktu dengan biaya yang lebih efisien dan optimal agar
proses operasi pengeboran yang dilakukan berjalan dengan baik.
Gambar 1.2 Sejarah produksi PT. X di Delta Mahakam
Pada PT. X yang telah berubah kepemilikannya oleh BUMN, fungsi dari
pada logistic hub sangat dipentingkan untuk mengurangi biaya logistik dan
mempercepat waktu kedatangan peralatan dan sparepare terutama yang berasar dari
impor. Sesuai dengan teori, Logistik Hub adalah tempat penerimaan material dari
beberapa supplier atau OEM diluar negeri, yang fungsinya lebih condong sebagai
tempat transit untuk dilakukan proses pemilah-milahan barang dan kemudian dalam
proses pengiriman akan dikonsolidasikan atau dikombinasikan menjadi satu
kendaraan angkut, guna mendapatkan kapasitas muat yang maksimal. Logistics hub
juga merupakan tempat untuk mengumpulkan dan menimbun barang asal luar
negeri atau barang yang berasal dari tempat lain untuk digabungkan secara
sederhana dan disimpan sementara dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan
kembali menuju negara dan tempat tujuan akhirnya. PT. X membutuhkan Logistic
hub karena terkait dengan aturan impor barang operasi perminyakan yang wajib
3
menggunakan fasilitas Masterlist yang membebaskan bea masuk dan pajak dalam
rangka impor. Jika tidak menggunakan fasilitas masterlist ini, maka PT. X akan
dikenakan sanksi tidak bisa memasukkan biaya pembelian barang beserta pajak
yang dibayarkan kedalam biaya operasi (non const recovery) dalam pembagian
hasil dengan Pemerintah Republic Indonesia yang diatur dalam peraturan mentri
ESDM No 37/2006 yang dipertegas dan digantikan dengan peraturan mentri ESDM
No. 17/2018.
Harga dan kualitas barang yang dibeli, pemilihan incoterms, moda
transportasi, pergudangan, pajak dalam rangka impor dan pemilihan logistic hub
sebelum dilakukan impor menjadi pilihan-pilihan yang sangat menentukan
besarnya biaya operasi PT. X. Apalagi jika dikaitkan pula dengan penurunan harga
minyak dunia yang menyebabkan banyak perusahaan migas yang merugi. Efisiensi
dan efektifitas manajemen pengadaan akan sangat menentukan biaya produksi yang
pada gilirannya menentukan competitive advantage perusahaan, sehingga PT X
membutuhkan barang operasi dan sparepart yang berkualitas dan cepat diperoleh.
Upaya menentukan jalur impor dan lokasi logistic hub yang sesuai dengan kriteria-
kriteria yang diinginkan perusahaan menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Dengan adanya peningkatan kapasitas dan pencarian lokasi pengeboran
baru menyebabkan PT. X perlu menentukan logistic hub yang sesuai dengan
kriteria-kriteria yang diinginkan perusahaan menjadi hal yang penting untuk
dilakukan. Berdasarkan data sekunder yang didapat (lihat gambar 1.1), hampir
setengah dari importasi barang operasi perminyakan mengalami keterlambatan. Hal
ini menyebabkan ketidaktersediaan barang operasi perminyakan pada waktu
diperlukan yang dapat berakibat fatal bagi kegiatan produksi perminyakan karena
bisa menyebabkan terhentinya produksi yang harus dibayar mahal. Sebagai
gambaran, biaya sewa drilling rig biasanya 100,000 - 200,000 USD per hari dan
kerugian yang timbul apabila salah satu material pengeboran tidak tersedia tepat
waktu tersebut tidak hanya terkait dengan biaya sewa anjungan pengeboran saja,
tetapi juga berbagai servis pendukungnya atau associated drilling services termasuk
tenaga kerja yang nilai kerugiannya bisa mencapai lebih dari 500,000 USD tiap
harinya.
4
Gambar 1.3 Kondisi keterlambatan barang impor di PT X
Pada gambar 1.3 kondisi keterlambatan barang impor dari tahun 2014-2016
menunjukkkan cukup banyak keterlambatan yang terjadi. Hampir 18-27% terjadi
keterlambatan kurang dari 50 hari. Sedangkan 15%-20% terjadi keterlambatan
melebihi dari 50 hari. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi operasional dari PT.
X untuk mengeksplorasi lapangan minyak di blok Mahakam. Tentunya dapat
mempengaruhi produktifitas penurunan minyak dan gas PT. X.
Importasi barang operasi PT. X dapat dilakukan dengan incoterms Free
Carrier (FCA) melalui global hubs yang kemudian dikirim ke regional hub dan
dilanjutkan ke local hub. Pilihan jalur impor lainnya bisa juga langsung menuju
Regional hub dengan incoterms Free Carrier (FCA) atau Delivery at Place (DAP)
regional hub, atau bisa juga langsung menuju Local Hub PLB Balikpapan. Banyak
perusahaan pendukung industri hulu migas yang memilih Singapore sebagai
regional logistic hub untuk daerah asia tenggara sebagai tempat melakukan proses
sederhana, penggabungan dan memperbaiki atau hanya menjadikan tempat transit
dan penyesuaian dalam rangka mengurangi potensi biaya perpajakan di negara
tujuan seperti Indonesia.
PT. X selama ini menggunakan beberapa Logistc Hub yang terdiri dari
Global Hubs di America, Eropa dan Asia sebagai tempat penumpukan barang dari
beberapa negara asal, yang kedua adalah Regional Hub yaitu tempat pengumpulan
barang operasi yang terdekat ke Indonesia (Singapore/Batam) sebelum masuk ke
daerah Pabean Indonesia, yang ketiga adalah Local Hub yaitu TPS di pelabuhan
5
Semayang dan PLB Balikpapan. Pemilihan Logistic hub PT. X menjadi sangat
penting karena dapat menghemat waktu transit, menurunkan delivery overue dan
pada gilirannya menurunkan total cost of ownership.
Keputusan pemilihan logistic hub sebagai lokasi serah terima barang dari
luar negeri menjadi sulit karena berbagai kriteria harus dipertimbangkan dalam
proses pengambilan keputusan dan kriteria yang termasuk dalam proses pemilihan
yang sering bertentangan satu sama lain terkait harga, waktu, asuransi, lokasi,
kualitas dan fasilitas pelayanan, serta kriteria lain yang bisa saling mengunci dan
menyebabkan terlambatnya kedatangan barang operasi.
Gambar 1.4 Aliran Logistik Rantai Pasok Impor Barang Operasi PT. X
Dalam penentuan logistic hub terbaik untuk importasi barang operasi,
kriteria-kriteria yang penting perlu diketahui berikut sub kriterianya. Misalnya
infrastruktur yang tersedia untuk mecapai hub yang dituju, berapa lama transit time
yang dibutuhkan mulai barang diterima di hub sampai siap diberangkatkan, tracking
system pengiriman yang digunakan, fasilitas rush handling sampai dengan hal
terkait tata perilaku (code of conduct) perusahaan penyedia jasa dan lain-lain.
Penelitian tesis ini ingin diketahui kriteria dan sub kriteria apa yang
dipentingkan dalam melakukan pemilihan logistic hub bagi barang impor milik PT
X yang bergerak dalam sektor industri minyak dan gas. Hal yang utama dari
6
penelitian ini adalah bagaimana hasil pengambilan keputusannya untuk memilih
mana aliran logistics hub yang menguntungkan dengan melihat dari seluruh kriteria
yang ada.
1.2 Perumusan Masalah
Berawal dari permasalahan keterlambatan ketersediaan barang operasi yang
ada yang diuraikan diatas, maka dianggap penting mengetahui bagaimana
pengambilan keputusan memilih logistic hub yang paling baik bagi perusahaan dan
mengetahui apa saja kriteria dan sub kriteria yang diperlukan dalam memilih
logistic hub untuk menghindari gangguan operasi perminyakan karena
keterlambatan pasokan barang operasi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengindentifikasi kriteria-kriteria dan sub kriteria apa yang dipentingkan
untuk menentukan lokasi logistics hub PT. X
b. Memilih alternatif logistic hub mana yang terbaik bagi PT. X dengan
metode AHP
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan
beberapa hal seperti:
• Dengan pemilihan logistic hub yang tepat, keterlambatan barang operasi
karena factor pengirimandapat dikurangi bahkan dihilangkan.
• Memberikan alternative pilihan jalur dan logistic hub yang bisa digunakan
pada saat pilihan utama tidak bisa digunakan sehingga memperkecil dampak
akibat keterlambatan pengiriman Barang Operasi.
• Memberikan rekomendasi kepada perusahaan dalam membuat kontrak
pembelian barang operasi perminyakan di masa depan dengan
mempertimbangan incoterms yang sesuai dengan logistik hub tempat serah
terima barang yang paling menguntungkan kepentingan perusahaan
7
1.5 Batasan Masalah
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi karena luasnya permasalahan terkait
pengiriman barang pada kegiatan pengelolaan rantai pasok barang operasi
perminyakan, sehingga penelitian ini hanya akan membahas dan memberikan saran
penyelesaian dengan batasan masalah sebagai berikut:
a. Penelitian dibatas pada kasus pengadaan Barang Operasi Perminyakan (BOP)
yang berasal dari luar negeri.
b. Data delivery over due yang dijadikan referensi adalah data yang terdapat dalam
SAP, CONTIKI dan database SCHEMA.
c. Berbagai aturan pemerintah terkait pembelian BOP adalah aturan yang
mengikat, namum diluar dari obek penelitian ini.
d. Alternative logistic hub yang ada tidak terkait satu dengan yang lain dan tidak
ada hirarki logistiknya.
1.6 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang diberlakukan pada tesis ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria-kriteria yang dievaluasi dalam penelitian ini dibatasi pada barang
operasi perminyakan yang berasal dari luar negeri.
b. Penelitian ini dimulai dari penentuan kriteria dan sub-kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam menetukan bobot dari masing-masing kriteria/sub-
kriteria yang mempengaruhi keterlambatan ketersediaan barang operasi
perminyak.
c. Tidak terjadi kegagalan produksi material, kendala teknis dan juga kegagalan
tender pengadaan karena salah desain awal proses pengadaan barang yang
menyebabkan tidak adanya barang yang bisa dikirimkan.
d. Kompetensi teknisi Acceptance dan operator yang menerima serta memeriksa
barang saat diserah terimakan di logistik hub dianggap memadai di setiap
logistik hub dan dapat diterima perusahaan.
e. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang langsung
dikumpulkan dari data kepabeanan dan hasil jawaban questionaire.
8
f. Dalam penelitian ini Variable yang diuji adalah yang variable-variable yang
mempengaruhi penyebab keterlambatan ketersediaan barang operasi
1.7 Sistematika Penyusunan.
Penyusunan pada penelitian ini disusun dalam 6 bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang dari penelitian ini,
penjelasan singkat mengenai profil perusahaan, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, batasan permasalahan, asumsi dan sistematika penyusunan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan rumusan
pemecahan masalah dalam tesis yang ini yang diambil dari buku-buku ataupun
jurnal internasional.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian menjelaskan urutan langkah-langkah penelitian yang
dilakukan dan dapat digambarkan melalui flowchart, pengumpulan data melalui
focus group discussion dan survey yang akan dipergunakan. Berdasarkan teori-teori
yang ada serta kenyataan yang ada di lapangan, selanjutnya akan dibuat perhitungan
untuk mendapatkan tujuan penelitian yang diinginkan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, penjelasan data yang diperlukan
untuk penyelesaian masalah dan hasil pengolahan data yang dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian, yaitu berupa analisa biaya dan lead time yang
menunjang perhitungan analisa dalam pemilihan jalur importasi.
Bab ini juga berisi tentang analisa hasil perhitungan dan interpretasi hasil
pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh kesimpulan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini berisi kesimpulan-kesimpulan berdasarkan analisis data,
serta saran dan usulan perbaikan yang direkomendasikan untuk PT. X dan untuk
perbaikan di penelitian selanjutnya.
9
Halaman ini sengaja dikosongkan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logistik Hub
Logistics hub adalah tempat untuk menimbun barang asal luar negeri atau
barang yang berasal dari tempat lain untuk dikumpulkan digabungkan dan disimpan
sementara dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali menuju negara
dan tempat tujuannya masing-masing. Tempat mengumpulan barang di negara-
negara maju tempat original equipment manufacturer (OEM) biasanya disebut
Global Hubs dan tempat pengumpulan barang untuk konsolidasi mendekati negara
tujuan disebut dengan Regional Hub.
Banyak perusahaan pendukung industri hulu migas yang menggunakan
Singapore sebagai regional logistics hub mereka untuk daerah asia tenggara hanya
karena ingin menyesuaikan dengan peraturan dalam upaya mengurangi potensi
biaya perpajakan di negara tujuan seperti Indonesia. Disisi lain Indonesia sebagai
salah satu negara tujuan tidak mendapatkan manfaat dari penimbunan barang diluar
negeri tsb, malah mendapatkan potensi high cost karena semakin panjangnya lead
time pengiriman barang.
Selanjutnya pemerintah Indonesia membentuk Pusat Logistik Berikat
(PLB) yang merupakan salah satu paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan bulan
September 2015 ini relative baru yang bertujuan untuk memberikan insentif
fasilitas agar dapat meng-efisien-kan biaya logistic sesuai dengan arahan presiden
RI. Payung hukum dari PLB ini adalah peraturan pemerintah no 85 tahun 2016
tanggal 25 nopember 2015 yang didukung dengan Peraturan Mentri Keuangan no
272/PMK.04/2015 tanggal 31 Desember 2015 dan selanjutnya diterjemahkan oleh
Ditjen Bea dan Cukai menjadi peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai bernomor
1, 2 dan 3 tertanggal 29 Januari 2016.
Pusat Logistik Berikat (PLB) ini berbeda dengan 2 fasilitas infrastruktur
yang telah diatur sebelumnya yaitu gudang berikat (GB) dan tempat penimbunan
sementara (TPS). Berikut ini adalah gambar konsep utama dari PLB yang didorong
oleh kementrian Keuangan:
11
Gambar 2.1 Konsep utama dari PLB yang didorong oleh kementrian Keuangan
12
Gambar 2.2 Pusat Logistik Berikat Indonesia
13
Dilihat dari pengertian, kepemilikan barang, masa timbun, kegitan yang
ada, nilai pabean serta proses customs clearance menunjukkan bahwa PLB
seharusnya lebih menarik bagi para pelaku usaha khususnya industri manufaktur
nasional dibandingkan dengan gudang berikat dan TPS. Namun demikian
perusahaan penunjang dan Supplier Barang Operasi yang menggunakan PLB masih
sedikit.
Merujuk kepada Pambudi (2016), diperlihatkan table perbedaan PLB
dengan GB dan TPS.
Tabel 2.1 Perbedaan PLB, GB dan TPS
No Faktor Pusat Logistik
Berikat Gudang Berikat
Tempat
Penimbunan
Sementara
1 Pengertian
TPS untuk
menimbun
barang asal
luar daerah
Pabean dan
atau barang
yan g berasal
dari tempat
lain dalam
daerah
kepabeanan
dapat disertai 1
(satu) atau
lebih kegiatan
sederjana
dlama jangka
waktu tertentu
untuk
dikeluarkan
kembali
Tempat
Penimbunan
Berikat untuk
menimbun barang
impor dapat
disertai 1 (satu)
atau lebih
kegiatan berupa
pengemasan
kembali,
penyortiran,
penggabungan
(kitting),
pengepakan,
penyetelan,
pemotongan,
agtas barang-
barang jangka
waktu tertentu
untuk dikeluarkan
kembali
Tempat
Penimbunan
Sementara adalah
bangunan dan atau
lapangan atau
tempat lain yang
disamakan dengan
itu di kawasan
Pabean untuk
menimbun barang
sementara
menunggu
pemuatan atau
pengeluarannya
2 Kepemilikan
barang
Kepemilikan
sendiri,
konsinyasi atau
titipan
Kepemilikan
Sendiri
Pemilik Barang
Bebas
3 Masa Timbun 3 tahun ++ 1 tahun 30 hari
14
4 Kegiatan Penimbunan
dan kegiatan
sederhana ++
Penimbunan dan
kegiatan
sederhana
Penimbunan
5 Nilai Pabean Digunakan NP
saat digunakan
Digunakan NP
saat pemasukkan
Digunakan NP saat
digunakan
6 Asal dan
Tujuan
Barang
Asal: Fleksibel
Tujuan:
Fleksible
7 Ketentuan
Pembatasn
Belum
diberlakukan
saat
pemasukan
Belum
diberlakukan saat
pemasukan
Belum
diberlakukan saat
pemasukan
8 Certificate of
origin
Diterima &
bisa
pengeluaran
parsial
Diterima dan satu
kali pengeluaran
Diterima dan satu
kali pengeluaran
9 Penyelesaian
fasilitas
masterlist
Penyelesaian
Sewa BOP
Migas- cost
recovery
- -
10 Pengenaan
fiscal saat
pengeluaran
Bea masuk dan
pajak impor
BMPDRI, PPN
Penyerahan lokal
Bea MAsuk dan
Pajak Impor
11 Jangka waktu
izin
Seumur hidup
sampai dicabut
Penyelenggara <5
tahun, pengusaha
<3 tahun
5 tahun atau
berakhir mas
penguasaan
12 Satu izin
untuk bbrp
lokasi
Dimiliki oleh
baran hokum
yang sama
- -
13 Bentuk SKEP Customized,
tematik, KPI
Standard Standard
14 Pembayaran
bea masuk
Dokumen
berkala dan
pembayaran
ditunda *)
Langsung
diberlakukan
Langusng
diberlakukan
Perusahaan bisa memilih salah satu global hub atau regional hub atau Pusat
Logistik Berikat sebagai tempat serah terima barang yang dibeli, tapi keputusan
memilih lokasi logistic hub yang tepat adalah tugas yang kompleks dan sulit dalam
pengadaan barang operasi perminyakan. Keputusan semacam itu melibatkan lebih
dari satu kriteria seleksi ketika memilih di antara pilihan logistic hub yang tersedia.
Selanjutnya kriteria yang termasuk dalam proses pemilihan sering bertentangan
satu sama lain. Ketiga, komplikasi seputar keputusan pemilihan Logistic Hub
15
muncul dari kendala kebijakan internal dan kendala sistem eksternal yang
dibebankan pada proses pengadaan.
Dalam menggunakan fasilitas PLB banyak pilihan incoterms yang bisa
dipakai, namun demikian tetap berbeda manfaat fasilitas yang didapat oleh barang
dari industri yang berbeda karena bervariasinya aturan dari berbagai kementrian
yang dititipkan kepada Ditjen Bea Cukai. Jika dipetakan hak dan tanggung jawab
dari pihak pembeli dalam negeri dan pihak penjual di luar negeri dalam
menggunakan fasilitas PLB ini perusahaan Migas memiliki paling tidak 3 pilihan
incoterms dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.
• Ex Works PLB: Serah terima tanggung jawab dan kepemilikan barang
terjadi di PLB. PT X bertanggung jawab mengambil barang dari dalam PLB
milik supplier DN (Handling di Gudang)
• FCA PLB: Serah terima tanggung jawab dan kepemilikan barang terjadi di
PLB. Handling di gudang masih menjadi tanggung jawab Supplier DN
sampai barang naik ke alat angkut yang disediakan oleh PT X di pintu PLB,
• DAP PLB: Serah terima tanggung jawab dan kepemilikan barang terjadi di
site PT X. Tetapi, PT X yang melakukan dokumentasi dan proses impor
pada saat barang keluar dari PLB.
16
Gambar 2.3 Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam PLB
17
2.2 Proses Pengadaan Barang Operasi Perminyakan
Proses pengadaan barang operasi perminyakan agak berbeda dengan system
pengadaan barang dan jasa di industri lain karena terikat pada PSC Contract dan
PTK007 yang mengatur apa saja yang boleh diimpor dan apa saja yang harus dibeli
lokal, apa saja yang mendapatkan fasilitas bebas pajak dan apa saja yang harus
membayar kewajiban pajak kepada negara.
Sesuai dengan Pedoman Tata Kerja Pengelolaan Rantai Suplai Nomor : KEP- 0041
/SKKMA0000/2017/S0 PTK revisi 04, mekanisme pengadaan barang/jasa adalah
seperti tabel berikut ini:
Gambar 2.4 Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa
Pada proses pengadaan barang operasi perminyakan harus melalui proses
pemilihan penyedia barang dan jasa sesuai regulasi Pedoman Tata Kerja (PTK)
Nomor: KEP- 0041 /SKKMA0000/2017/S0 revisi 04 yang diterbitkan oleh SKK
Migas tanga 30 Mei 2017 yang berlaku 60 (enam puluh) hari sejak ditetapkan.
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum tata laksana,
pedoman pelaksanaan teknis serta administratif yang terintegrasi dan jelas, serta
menyamakan pola pikir dan pengertian seluruh pengelola kegiatan usaha hulu
18
minyak dan gas bumi di wilayah Republik Indonesia dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
Tujuan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa adalah memperoleh dan
mendayagunakan barang/jasa yang dibutuhkan dalam jumlah, kualitas, harga,
waktu, dan tempat secara tepat, efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan,
dalam menunjang kegiatan operasi hulu minyak dan gas bumi serta menciptakan
efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional.
Gambar 2.5 Mekanisme Pengajuan Persetujuan Rencana Tender KKKS
Strategi pengadaan barang operasi disusun dengan mempertimbangkan tata
cara pelaksanaan sebagai berikut:
2.2.1 Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka untuk umum, mengacu kepada prinsip dasar pengelolaan rantai suplai
dengan diumumkan terlebih dahulu melalui papan pengumuman resmi Kontraktor
KKS, media cetak dan apabila memungkinkan melalui media elektronik. Syarat
Pelelangan Umum: pengadaan barang/jasa dengan nilai lebih besar dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau diikuti oleh Penyedia Barang/Jasa
19
yang memenuhi kualifikasi, kompetensi dan kemampuan yang dipersyaratkan
dalam Dokumen Pengadaan.
2.2.2 Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas dilaksanakan dengan cara mengundang melalui
pengumuman minimal 2 (dua) calon peserta yang memenuhi kriteria tertentu.
Metode pelelangan terbatas dapat dilaksanakan untuk pengadaan barang dengan
pelelangan antar pabrikan atau diketahui jumlah Penyedia Barang/Jasa yang
mampu melaksanakan pekerjaan terbatas.
2.2.3 Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan
mengundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) Penyedia Barang/ Jasa. Pemilihan
langsung dapat juga dilaksanakan dengan cara mengundang sekurang-kurangnya 2
(dua) Penyedia Barang/Jasa dengan kondisi tertentu.
2.2.4 Penunjukan Langsung
Pengadaan secara penunjukan langsung dilaksanakan dengan cara
menunjuk langsung kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
2.2.5 Pengadaan Secara Elektronik (E-Procurement)
Pengadaan secara elektronik (e-Procurement) merupakan pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dengan menggunakan jaringan elektronik (jaringan internet
atau intranet) atau electronic data interchange (EDI). Metoda pelaksanaan e-
Procurement terdiri dari e-Bidding dan e-Reverse Auction (e-RA).
2.3 Total Cost of Ownership
Pemilihan barang dan Logistic Hub yang tepat serta pemilihan negara asal,
moda transportasi dan lokasi serah terima barang juga menentukan keberhasilan
dalam proses pengadaan. Kriteria pemilihan specifikasi barang, supplier tidak
hanya difokuskan pada biaya yang paling murah, namun juga pada beberapa kriteria
lain yang mendukung tercapainya tujuan pengadaan. Salah satu kriteria yang
dianggap penting adalah konsep Total Cost of Ownership (sering juga disebut Lyfe
20
cycle cost analysis) yang dapat dipakai dalam pemilihan Barang, Logistic Hub dan
alternative pilihan importasinya. Total Cost of Ownership merupakan analisis
ekonomi dari sebuah alat atau fasilitas dengan mempertimbangkan semua biaya
yang muncul selama umur hidup kepemilikan dari alat/equipment tersebut, tidak
hanya harga beli tetapi juga biaya pemeliharaan, penggantian, biaya disposal dll.
Total cost of ownership menjadi konsep penting karena dalam pemilihan barang,
Logistic Hub dan jalur importasi biasanya yang dipakai sebagai kriteria utama
adalah harga beli (purchasing cost) yang pada kenyataannya hanya merupakan
bagian dari total biaya sebuah alat/equipment. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa harga penawaran yang murah dari Logistic Hub belum tentu merupakan
pilihan terbaik bila dilihat dari keseluruhan biaya yang harus ditanggung oleh
pembeli.
Selain itu pengelolaan inventory dalam manajemen supply chain juga
sangat penting karena; nilainya sangat signifikan, resiko (potensi) kerugian, over
stock atau sebaliknya kekurangan stock yang terutama berkaitan dengan potensi
cost saving. Karena nilainya yang significant, maka perusahaan harus mengetahui
nilainya secara pasti, dikendalikan jumlah pembeliannya, dikendalikan
pergerakannya, dikendalikan penggunaannya, dan harus cepat dideteksi jika terjadi
inefisiensi.
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari PT. X menggunakan Enterprise
Resource Planning (ERP), yaitu alat transaksi perusahaan yang mengambil data
dan mengurangi aktifitas manual yang digabungkan dengan proses finansial,
persediaan, dan informasi pemesanan pelanggan. Sistem ini mencapai integrasi
tinggi dengan menggabungkan data tunggal, mengembangkan pemahaman akan
data apa yang seharusnya digabungkan dan membuat seperangkat aturan
pengambilan data. Perusahaan Jerman, SAP AG, adalah pelopor software ERP ini
yang juga dikenal dengan nama R/3. Inti dari software adalah jaringan database
server yang berkecepatan tinggi yang dirancang untuk menangani informasi
sejumlah besar database secara efisien.
Total Cost of Ownership (TCO) adalah penjumlahan semua biaya yang
berhubungan dengan aktivitas aliran supply atau pasokan barang. Konsep TCO ini
memasukkan estimasi biaya-biaya yang dirancang untuk membantu dalam
21
melakukan perhitungan biaya keseluruhan serta altematif pembiayaan yang
mencakup investasi, pemeliharaan dan administrasi yang berkaitan dengan
pengadaan barang tersebut. TCO sangat menentukan dalam pengambilan keputusan
membeli barang dan jasa. Sebagai contoh, manakah pilihan yang lebih baik atara
produk buatan pabrik negara A berharga USD 3 dengan incoterms FCA negara A,
atau alternatif produk yang sama buatan negara B berharga USD 10 dengan
incoterms DDP, diterima di gudang negara tujuan. Karena TCO adalah
penjumlahan semua biaya yang berhubungan dengan aktivitas aliran supply barang,
maka harga barang dengan incoterms delivery duty paid (DDP) diterima di gudang
berbeda bisa jadi sama dengan pilihan incoterms FCA negara asal yang
memindahkan resiko, biaya transport dan transfer of ownership barang lebih awal
kepada pembeli. Diskusi bisa berlanjut tentang biaya lain terkait clearance export
dari neagra asal, import di negara tujuan termasuk biaya cargo handling, service,
biaya asuransi quality sampai biaya reputasi dsb.
Ternyata harga material tidak berdiri sendiri dan bukan merupakan penentu satu-
satunya dalam keputusan pembelian, dan inilah yang kita sebut TCO (Total Cost of
Ownership).
Gambar 2.6 Logistics in Supply Chain Management (Bowersox et al 2012)
22
2.4 Analisis Pareto
Analisis Pareto adalah teknik atau metode pengambilan keputusan yang
digunakan untuk memilih sejumlah tugas atau problem tertentu untuk
menghasilkan efek keseluruhan yang signifikan. Dalam aplikasinya, Diagram
Pareto atau sering disebut juga dengan Pareto Chart ini sangat bermanfaat dalam
menentukan dan mengidentifikasikan prioritas permasalahan yang akan
diselesaikan. Dalam hal mengelompokkan barang impor yang mempunyai
pengaruh paling besar terhadap rantai pasok barang operasi perminyakan pada
diagram Pareto terlebih dahulu dihitung TCO atau Total Cost of Ownership.
Prinsip Pareto yang juga sering dikenal dengan aturan 80/20 adalah
menggunakan gagasan bahwa dengan melakukan 20% pekerjaan terbesar, akan
menghasilkan atau mengakomodasi 80% dari keseluruhan manfaat pekerjaan.
Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah prioritas utama kita
untuk melakukan tindakan.
Diagram Pareto adalah suatu diagram yang berupa grafik batang yang
digunakan untuk menunjukkan masalah berdasarkan urutan jumlah kejadian.
Masalah yang memiliki jumlah terbanyak akan ditunjukan oleh grafik batang yang
tertinggi dan ditempatkan di sisi paling kiri. Susunan grafik batang tersebut dapat
membantu menentukan prioritas kejadian berdasarkan kategori atau sebab-sebab
kejadian yang sedang dikaji. Jadi dengan menggunakan diagram Pareto, perhatian
terhadap sebab-sebab utama yang berdampak terbesar terhadap kejadian akan lebih
efektif dengan mengurutkan berbagai macam sebabnya. Langkah-langkah dalam
membuat Diagram Pareto adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan kelompok barang yang menjadi permasalahan yang akan
diteliti sebagai penyebab-penyebab kejadian. (Contoh Permasalahan:
Tingginya tingkat keterlambatan pengiriman barang impor, Penyebabnya :
Lokasi OEM/pabrik, Jumlah pembelian, Harga Barang, Kelompok barang dll)
2. Menentukan Periode waktu yang diperlukan untuk analisis (misalnya per
Tahun, Bulanan, Mingguan atau per harian)
3. Membuat catatan frekuensi kejadian pada lembaran periksa (check sheet)
4. Membuat daftar masalah sesuai dengan urutan frekuensi kejadian (dari tertinggi
sampai terendah).
23
5. Menghitung Frekuensi kumulatif dan Persentase kumulatif
6. Gambarkan Frekuensi dalam bentuk grafik batang
7. Gambarkan kumulatif Persentase dalam bentuk grafik garis
8. Intepretasikan (terjemahkan) Pareto Chart tersebut
9. Mengambil tindakan berdasarkan prioritas kejadian / permasalahan
10. Ulangi lagi langkah-langkah diatas meng-implementasikan tindakan
improvement (tindakan peningkatan) untuk melakukan perbandingan hasil.
Diagram Pareto juga dapat mengungkapkan berbagai macam prioritas
penanganan masalah berdasarkan pada kebutuhan spesifik yang ada. Oleh sebab
itu, di dalam diagram Pareto, grafik batang yang teringgi belum tentu sebagai
persoalan yang terbesar (Gaspersz, 1998). Analisa Pareto sangat efektif digunakan
untuk mengidentifikasikan permasalahan pengiriman barang barang import yang
dianggap paling kritikal pada operasi perminyakan sperti pekerjaan drilling (tubing,
casing), peralatan rotating pada produksi dan field operation.
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam penerapan di dunia industri, metoda AHP telah memberikan
kontribusi bagi para pengambil keputusan, khususnya untuk permasalahan multi
kriteria. Pemanfaatan AHP di dalam dunia nyata, telah membuktikan bahwa AHP
merupakan metoda yang dapat digunakan untuk mengorganisasi informasi dan
pertimbangan (judgement) yang dipakai dalam pengambilan keputusan. Penentuan
peringkat alternatif, pembandingan benefit cost
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas
L. Saaty dalam periode 1971 – 1975 di Wharton School, University of
Pennsylvania). Metode ini adalah sebuah kerangka untuk pengambilan keputusan
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan. Metode ini akan membagi persoalan
ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan
hierearki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang pentingnya
tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel
yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
24
Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan
menarik berbagai pertimbangan untuk mengembangkan bobot atau prioritas.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, kemudian mensintesis berbagai
pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara
intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat
(Saaty, 1994).
Menurut (Mulyono, 1991), AHP digunakan untuk menentukan skala rasio
baik dari perbandingan berpasangan yang diskret maupun kontinyu. Perbandingan-
perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian
khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di
dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. AHP banyak ditemukan pada
pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan/prediksi, alokasi
sumber daya, penyusunan matriks input, koefisien, penentuan prioritas dari strategi-
strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik dan sebagainya. AHP
membantu orang mengatasi intuisi rasional dan irasional, dan dengan risiko dan
ketidakpastian dalam pengaturan yang kompleks. Proses Hirarki Analitik
(Analytical Hierarchy Process / AHP) yang dikembangkan oleh Saaty didasarkan
pada serangkaian perbandingan bijaksana antara pengambil keputusan yang
diwakili oleh kemampuan intrinsik manusia untuk menyusun persepsi secara
hierarkis, membandingkan pasangan hal serupa dengan diberi kriteria atau milik
bersama dan menilai intensitas kepentingan satu hal dari sisi yang lain. Perlu juga
untuk menentukan tingkat aspirasi dan atau faktor prioritas dari bobot yang harus
diberikan pada elemen keputusan yang didasarkan pada penilaian manusia yang
seringkali kurang tepat secara intrinsik (Mulyono, 2008).
AHP ini dapat digunakan untuk:
1. Memprediksi kemungkinan hasilnya
2. Merencanakan dan proyeksi masa depan yang diinginkan
3. Memfasilitasi pembuatan keputusan kelompok
25
4. Menguji kontrol atas pertukaran dalam sistem pengambilan keputusan
5. mengalokasikan sumber
6. Memiilih alternatif-alternatif
7. memilih alternatif-alternatif
8. melakukan perbandingan rugi/laba
Expert Choice adalah intuitif, berbasis grafis dan dibangun secara user-friendly
sehingga menjadi berharga bagi konseptual dan pemikir analitis, pemula dan ahli
kategori. Karena kriteria disajikan dalam struktur hirarki, Pengambil Keputusan
mampu untuk menggali dalam tingkat keahlian mereka, dan memberlakukan
penilaiannya menjadi penting dalam mencapai tujuan mereka. Pada akhir proses,
pengambil keputusan sepenuhnya menyadari bagaimana dan mengapa keputusan
itu dibuat, dengan hasil yang bermakna, mudah mudah mengkomunikasikan, dan
bisa dilakukan.
2.5.1 Kelebihan Analitycal Hierarchy Process (AHP)
AHP tidak hanya membantu pengambil keputusan sampai di keputusan
terbaik, tapi juga Menyediakan alasan yang jelas bahwa Ini adalah yang terbaik.
Perangkat lunak AHP dan Expert Choice mengikat pengambil keputusan dalam
penataan sebuah keputusan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, memproses
dari tujuan untuk sub-tujuan untuk tujuan turun ke program alternatif tindakan.
Pengambil Keputusan kemudian membuat perbandingan putusan berpasangan
melalui urutan Hirarki sampai pada keseluruhan Prioritas untuk alternatif-alternatif.
Masalah keputusan bisa melibatkan sosial, politik, teknis, dan faktor-faktor
ekonomi. Kelebihan metode AHP dalam pengambilan keputusan adalah (Saaty,
1994):
1. Dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan strukturnya tidak
beraturan, bahkan bisa juga digunakan untuk permasalahan yang tidak
terstruktur sama sekali. AHP tidak rumit, dan ini membantu meningkatkan
pemahaman manajemen dan transparansi dari teknik pemodelan
2. AHP memiliki kekuatan tambahan untuk dapat mencampurkan faktor kuantitatif
dan kualitatif ke dalam sebuah keputusan. Data kuantitatif yang kurang lengkap
26
tidak mempengaruhi kelancaran proses pengambilan keputusan karena
penilaian merupakan sintesis pemikiran berbagai sudut pandang responden.
3. pendekatan ini bisa cocok bersama dengan pendekatan solusi lain seperti
optimalisasi, dan pemrograman tujuan. Metode ini sesuai dengan kemampuan
dasar manusia dalam menilai suatu hal sehingga memudahkan penilaian dan
pengukuran elemen.
Kelebihan AHP dibandingkan dengan lainnya adalah :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi
obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari
setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif.
Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga
prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip
menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis.
2.5.2 Prinsip Menyusun Hirarki
Langkah pertama dalam AHP adalah membangun hirarki pemecahan
permasalahan. Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan
menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan persoalan menjadi unsur-
unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperincikan pengetahuan, pikiran
kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini ke dalam
bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis. Penjabaran tujuan hirarki yang
lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria yang dapat diukur.
Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal
tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki
27
yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu
tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya.
Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan keputusan tidak
memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Maka salah satu cara untuk
menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala subyektif.
Ide utama dari AHP adalah melakukan brainstorming permasalahan yang
kompleks, mengurutkan ide-ide penting dan faktor-faktor alternativenya, kemudian
mengaturnya dalam hirarki yang memungkinkan pembaandingan dari element dan
turunannya dengan semua element pada tingkat diatasnya. Ini adalah cara kreatif
untuk mengeksploitasi kemampuan berpikir manusia untuk menyederhanakan
suatu masalah dengan mengelompokkannya kedalam elemen konstituen, termasuk
goals keseluruhan, criteria dan alternative keputusan (Saaty, 1990). Dalam
melakukan proses ini diperlukan informasi yang banyak untuk digabungkan
kedalam struktur permasalahan yang menggambarkan system secara keseluruhan
Gambar 2.7 Ilustrasi Hirarki
Setelah hierarki telah terstruktur, langkah selanjutnya adalah menetapkan prioritas
untuk elemen (kriteria dan alternatif) yang disajikan dalam hirarki. AHP
menggunakan perbandingan berpasangan untuk melakukan ini. Langkah pertama
adalah membuat perbandingan berpasangan. Ini untuk membandingkan elemen-
elemen yang berpasangan dengan kriteria yang diberikan. Satu set matriks
perbandingan dari semua elemen di tingkat hirarki sehubungan dengan elemen
tingkat yang lebih tinggi segera dibangun sehingga memprioritaskan dan
28
mengkonversi penilaian perbandingan individu ke dalam pengukuran skala rasio.
Penilaian diperlukan untuk semua perbandingan kriteria, dan untuk semua
perbandingan alternatif untuk setiap kriteria. Perbandingan dikuantifikasi dengan
menggunakan skala sembilan poin.
2.5.3 Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan
Bagaimana peranan matriks dalam menentukan prioritas dan bagaimana
menetapkan konsistensi.
Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan
skala banding telah ditetapkan oleh Saaty ( Yan O., 1995).
Tabel 2.2 Penetapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan (Sumber: Saaty, 1994)
Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh
yang sama
3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit
memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat
memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan
secara praktis dominasinya sangat
nyata, dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti mutlak lebih
disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat
keyakinan tertinggi
2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua
penilaian yang
berdekatan
Diberikan apabila terdapat keraguan
penilaian antara dua penilaian yang
berdekatan
Reciprocal (kebalikan)
Jika elemen i memiliki salah satu
angka di atas ketika dibandingkan
elemen j, maka j memiliki nilai
kebalikannya ketika dibandingkan
elemen i
Perbandingan ini dilakukan dengan matriks. nformasi perbandingan pasangan
untuk setiap komponen masalah diwakili oleh matriks perbandingan berpasangan
29
(Tabel 2.8). Jika ada n item yang perlu dibandingkan untuk matriks yang diberikan,
maka total n (n-1) / 2 penilaian diperlukan. Sebagai contoh, jika n = 4, hanya 6
penilaian yang diperlukan, sedangkan ada n2 = 16 sel dalam matriks lengkap.
Tabel 2.3 Pair-wise Comparison Matrix (Saaty, 2008)
C A1 A2 … An
A1 a11 a12 … a1n
A2 a21 a22 … a2n
… … … … …-
Am am1 am2 … amn
Perbandingan pasangan-bijaksana menghasilkan matriks peringkat relatif
untuk setiap tingkat hierarki. Jumlah matrik bergantung pada jumlah elemen di
setiap level. Urutan matriks pada setiap tingkat bergantung pada jumlah elemen di
tingkat bawah yang ditautkan. Setelah semua matriks dikembangkan dan semua
perbandingan berpasangan diperoleh, vektor eigen atau bobot relatif (tingkat
kepentingan relatif di antara elemen), bobot global, dan nilai eigen maksimum (max
) untuk setiap matriks dihitung (Saaty, 1990). ).
Analitik, kata pertama dalam AHP, berarti memisahkan entitas material atau
abstrak ke dalam elemen penyusunnya. Sebaliknya, sintesis melibatkan
menyatukan atau menggabungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Sintesis
berlangsung dalam tiga langkah berikut (Saaty, 1980) (Nydick dan Hill, 1992):
1. Jumlahkan nilai setiap kolom matriks perbandingan pasangan-bijaksana.
2. Bagilah setiap entri dalam matriks perbandingan pasangan-bijaksana dengan
total kolomnya. Ini akan menghasilkan matriks perbandingan berpasangan yang
dinormalkan.
3. Kemudian, tentukan rata-rata setiap baris matriks yang dinormalkan dengan
menambahkan nilai di setiap baris matriks yang dinormalkan dan membaginya
dengan jumlah entri di setiap baris. Ini memberikan prioritas relatif dari elemen
yang dibandingkan.
Selanjutnya, AHP menggunakan sintesis untuk mengembangkan prioritas
keseluruhan untuk peringkat. Bobot relatif berbagai tingkat yang diperoleh
diagregasi untuk menghasilkan vektor bobot komposit yang akan berfungsi sebagai
peringkat alternatif keputusan dalam mencapai tujuan paling umum dari masalah
(Saaty, 1980). Vektor berat badan relatif gabungan dari unsur-unsur pada tingkat
30
Kth berkenaan dengan tingkat pertama yang mungkin dihitung dengan persamaan
berikut:
C ( I , K) = ∏ 𝐵𝑖kI=2 (1.1)
Dimana:
• C (I, K) adalah vektor bobot komposit dari elemen level k dengan
memperhatikan elemen pada level I,
• B adalah baris matriks ni-1 oleh ni yang terdiri dari menaksir W vektor.
• ni merepresentasikan jumlah elemen pada level i.
Mengulangi proses agregasi menghasilkan bobot relatif elemen yang berada pada
tingkat terendah hierarki sehubungan dengan keputusan pada tingkat pertama.
2.5.4 Prinsip Konsistensi Logika
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut,
harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut:
• Hubungan kardinal : aij . ajk = ajk
• Hubungan ordinal : Ai>Aj>Aj>Ak, maka Ai>Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:
1. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya jika apel lebih enak 4 kali
dari jeruk dan jeruk lebih enak 2 kali dari melon, maka apel lebih enak 8 kali
dari melon
2. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya apel lebih enak dari jeruk, dan
jeruk lebih enak dari melon, maka apel lebih enak dari melon
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan
tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang
Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsisten
< 0.1. nilai CR < 0.1 merupakan nilai yang tingkat konsistensinya baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan ukuran bagi
konsistensi suatu komparasi berpasangan dalam matriks pendapat. Jika indeks
konsistensi cukup tinggi maka dapat dilakukan revisi judgement, yaitu dengan
31
dicari deviasi RMS dari barisan (aij dan Wi / Wj ) dan merevisi judgment pada baris
yang mempunyai nilai prioritas terbesar
Memang sulit untuk mendapatkan konsisten sempurna, dalam kehidupan
misalnya dalam berbagai kehidupan khusus sering mempengaruhi preferensi
sehingga keadaan dapat berubah. Namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam
menetapkan perioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga memperoleh hasil
yang sahih dalam dunia nyata. Rasio ketidak konsistenan maksimal yang dapat
ditolerir 10 % (Saaty 1990).
W (weighted sum vector), CI (consistency index), CR (consistency ratio), and RI
(ratio index) digunakan untuk memeriksa konsistensi, dan w ditentukan dari
persamaan berikut:
𝐷. 𝑤 = max w (1.2)
Dimana D adalah matriks yang diamati perbandingan berpasangan, max adalah
eigenvalue utama D; w adalah vektor eigen kanannya.
Nilai max merupakan parameter validasi penting dalam AHP. Ini digunakan
sebagai indeks referensi untuk menyaring informasi dengan menghitung rasio
konsistensi CR dari vektor yang diperkirakan untuk memvalidasi apakah matriks
perbandingan berpasangan memberikan evaluasi yang benar-benar konsisten.
Rasio konsistensi dihitung sesuai langkah-langkah berikut (Saaty, 1990):
1) Hitung eigenvector atau bobot relatif dan max untuk setiap matriks orde n
2) Hitung indeks konsistensi untuk setiap matriks pesanan n dengan rumus:
CI = (max − n)/(n − 1) (1.3)
3) Rasio konsistensi kemudian dihitung menggunakan rumus:
CR = CI / RI (1.4)
Dimana RI adalah indeks konsistensi acak yang diketahui diperoleh dari sejumlah
besar simulasi berjalan dan bervariasi tergantung pada urutan matriks. Dalam
persamaan di atas, semakin dekat max ke n, semakin konsisten nilai-nilai D yang
diamati, dan karenanya perbedaan aljabar antara max dan n adalah ukuran
konsistensi (Saaty, 1996).
Tabel 2.9 menunjukkan nilai indeks konsistensi acak/ random consistency index
(RCI) untuk matriks pesanan 1-10 yang diperoleh dengan memperkirakan indeks
acak menggunakan ukuran sampel 500.
32
Tabel 2.4 Average Random Consistency Index (RCI) (Saaty, 1996)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RCI 0 0 0.52 0.89 1.11 1.25 1.35 1.4 1.45 1.49
Menurut Saaty (1996) rentang CR yang dapat diterima bervariasi sesuai
dengan ukuran matriks yaitu 0,05 untuk matriks 3-oleh-3, 0,08 untuk matriks 4-
oleh-4 dan 0,1 untuk semua matriks yang lebih besar, n ≥ 5. Jika nilai CR sama
dengan, atau kurang dari nilai itu, itu berarti bahwa evaluasi dalam matriks dapat
diterima atau menunjukkan tingkat konsistensi yang baik dalam penilaian
komparatif yang direpresentasikan dalam matriks itu. Sebaliknya, jika CR lebih dari
nilai yang dapat diterima, ketidakkonsistenan penilaian dalam matriks itu telah
terjadi dan proses evaluasi harus ditinjau ulang, dipertimbangkan kembali dan
diperbaiki.
Secara umum, nilai CR 10% atau kurang dapat diterima. Tetapi nilai CR
lebih dari 10% tidak dapat diterima dan penilaian dalam tabel matriks D harus
dipertimbangkan kembali untuk menyelesaikan penilaian inkonsistensi yang
disediakan dalam perbandingan bijaksana pasangan (Saaty, 1996). Perkiraan
terhadap nilai eigen dapat dihitung dengan mengalikan total setiap kolom dalam
matriks penilaian dengan vektor bobotnya yang sesuai. Pendekatannya tepat ketika
vektor prioritas yang tepat digunakan.
Indeks konsistensi seluruh hirarki diperoleh dengan mengalikan Indeks
Konsistensi dari setiap matriks dengan prioritas kriteria yang digunakan untuk
perbandingan, dan semua kuantitas tersebut.
Untuk memeriksa konsistensi seluruh hirarki, bandingkan CI dari hierarki
dengan rekannya ketika indeks konsistensi semua matriks diganti dengan indeks
konsistensi penilaian acak rata-rata untuk matriks dengan ukuran yang sama (Tabel
2.9). CR tidak boleh melebihi 10%. Jika lebih dari 10%, maka kualitas penilaian
harus ditingkatkan, mungkin dengan merevisi cara di mana pertanyaan diminta
dalam membuat perbandingan berpasangan. Jika ini gagal untuk meningkatkan
konsistensi, maka kemungkinan bahwa masalah harus lebih akurat terstruktur, yaitu
mengelompokkan unsur-unsur serupa di bawah kriteria yang lebih bermakna.
Kembali ke pengaturan prioritas akan diperlukan, meskipun hanya bagian-bagian
yang bermasalah dari hirarki yang mungkin perlu direvisi (Saaty, 1996).
33
Mengukur konsistensi penilaian seseorang memungkinkan pemeriksaan
silang pada seberapa baik skala tersebut diikuti. Selama skala diterapkan secara
konsisten oleh masing-masing individu, AHP dapat memproses penilaian mereka
dengan benar (Nydick dan Hill, 1992). Komputasi rasio konsistensi agak lebih
terlibat, tetapi mudah dilakukan dengan paket spreadsheet seperti pilihan ahli.
2.5.5 Penggunaan Software Expert Choise Untuk Metode AHP
Expert Choise adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan
analisa, sistematis, dan pertimbangan (justifikasi) dari sebuah evaluasi keputusan
yang kompleks. Expert Choice telah banyak digunakan oleh berbagai instansi
bisnis dan pemerintah diseluruh dunia dalam berbagai bentuk aplikasi, antara lain:
Pemilihan alternatif, Alokasi sumber daya, Keputusan evaluasi kualitas, penentuan
harga, Strategi Pemasaran, keputusan akuisisi, merger dan lain-lain.
Dengan menggunakan expert choice, maka tidak ada lagi metode coba-coba dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan didasari oleh Analitycal Hierarchy
Process(AHP), penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan untuk
mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis. Pendekatan secara
hierarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menganalisa seluruh
pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.
2.5.6 Langkah-Langkah Metode AHP
Langkah-langkah dasar dalam pelaksanaan metode AHP dimulai dengan
Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Tahap ini merupakan tahap
pengembangan alternatif. Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap
permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.
Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini
menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan
bobot tertinggi mendapatkan prioritas penanganan. Pada tahap ini disusun
perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, yang
disebut sebagai matriks perbandingan berpasangan. Pengujian konsistensi terhadap
perbandingan antar elemen yang didapatkan pada setiap tingkat hirarki. Konsistensi
perbandingan bertujuan untuk memastikan bahwa urutan prioritas perbandingan
34
yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada
dalam batas-batas preferensi logis.
Langkah-langkah Utama Metode AHP adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1. Mendefinisikan masalah dan idenfikasi solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kritria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan m adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka
penilaian data judgement harus diperbaiki.
2.5.7 Penyusunan Stuktur Hirarki Masalah
AHP memungkinkan pengambilan keputusan kelompok, di mana anggota
kelompok dapat menggunakan pengalaman, nilai dan pengetahuan mereka untuk
memecah masalah menjadi hierarki dan menyelesaikannya dengan langkah-langkah
AHP. Melakukan brainstorming dan berbagi ide dan wawasan (melekat dalam
penggunaan Pilihan Pakar dalam pengaturan kelompok) sering mengarah pada
35
representasi dan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah. Diskusi kelompok
adalah pendekatan yang disukai ketika penilaian harus dibuat tentang nilai alternatif
yang berbeda. Sebagaimana dinyatakan oleh ilmuwan terkenal (Saaty, 1990): “AHP
dapat digunakan dengan sukses dengan kelompok. Bahkan, brainstorming dan
berbagi ide dan wawasan sering mengarah pada representasi yang lebih lengkap dan
pemahaman tentang masalah daripada yang mungkin bagi pengambil keputusan
tunggal. Tetapi sesi kelompok juga dapat menimbulkan masalah khusus.
Struktur hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan
keputusan dengan memperhatikan seluruh kriteria keputusan yang terlibat dalam
sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit diselesaikan karena proses
penyelesaiannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan
suatu struktur tertentu.
Dalam struktur hirarki masalah, tingkatan paling tinggi merupakan tujuan dan
sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan
penjabaran dari tujuan tersebut. Hirarki dalam AHP merupakan penjabaran kriteria
yang tersusun dalam beberapa tingkat dengan setiap tingkat mencakup beberap
kriteria homogen.
2.6 TOPSIS
TOPSIS atau Technique for Order Preference, dengan Metode Solusi Ideal
yang termasuk dalam kategori MCDM adalah teknik pengambilan keputusan
menggunakan lebih dari satu kriteria yang ada. Tujuan TOPSIS adalah untuk
menentukan solusi ideal positif dan negatif. TOPSIS digunakan untuk menentukan
peringkat alternatif. Kelemahan TOPSIS adalah ketidakmampuan untuk menangani
data yang tidak pasti dalam kasus MCDM. Pembobotan setiap kriteria juga
diberikan oleh penilaian prioritas tinggi. Oleh karena itu, metode MCDM lainnya
diperlukan dan dapat dikombinasikan dengan TOPSIS sehingga tingkat
ketidakpastian akan berkurang dan hasilnya menjadi lebih akurat. AHP adalah salah
satu metode yang digunakan oleh banyak peneliti untuk mencapai tujuan ini.
Konsep ini dikembangkan oleh Hwang dan Yoong pada tahun 1981 dengan
asumsi bahwa, dalam masalah keputusan dengan kriteria m dan n alternatif,
sejumlah alternatif titik-n dapat dipetakan pada ruang m-dimensi. Solusi optimal
36
adalah solusi yang memiliki jarak terpendek ke solusi ideal positif, dan memiliki
jarak terjauh ke solusi ideal negatif.
Solusi ideal positif adalah solusi yang merupakan pilihan rasional positif dengan
nilai yang lebih baik, sedangkan solusi ideal negatif adalah solusi dengan pilihan
yang kurang disukai dengan nilai yang lebih kecil. Umumnya solusi ideal positif
sering dikaitkan dengan manfaat, sedangkan solusi ideal negatif diidentifikasi
dengan biaya. Prinsip TOPSIS adalah mencari solusi alternatif yang memiliki jarak
terpendek ke solusi ideal positif, dan memiliki jarak terjauh ke solusi ideal negatif.
TOPSIS menggunakan asumsi bahwa antar-kriteria tidak memiliki
hubungan satu sama lain, dan masing-masing memiliki kriteria penilaian yang
dapat ditingkatkan atau diturunkan secara linier. Keuntungan dari TOPSIS adalah:
• Perhitungannya sederhana dan sistematis sehingga mudah diterapkan.
• Perhitungannya lebih efisien, sehingga waktu yang dibutuhkan jauh lebih
sedikit.
2.6.1 Proses TOPSIS
Pada matriks keputusan m × n, dengan kriteria m dan n alternatif, berikut adalah
langkah perhitungan dengan metode TOPSIS:
Langkah 1: Hitung matriks keputusan yang dinormalkan dengan persamaan
berikut:
𝑟𝑖𝑗 = 𝑥𝑖𝑗
∑ 𝑥𝑖𝑗2𝑚
𝑖=1, (1.5)
with 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚
𝑗 = 1, 2, … , 𝑛
Langkah 2: Buat matriks pembobotan yang dinormalisasi dengan persamaan
berikut:
𝑣𝑖𝑗 = 𝑤𝑗 × 𝑟𝑖𝑗 (1.6)
with 𝑤𝑗 untuk 𝑗 = 1, 2, … , 𝑛
𝑤𝑗 = Weight criteria 𝑗
37
Langkah 3: Tentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dengan rumus
berikut:
• Nilai solusi ideal positif
𝐴+ = {𝑣1+, … , 𝑣𝑛
+} (1.7)
With 𝑣𝑗+ = {max | (𝑣𝑖𝑗) 𝑖𝑓 𝑗 ∈ 𝐽 ; min (𝑣𝑖𝑗) 𝑖𝑓 𝑗 ∈ 𝐽′}
• Nilai solusi ideal negative
𝐴− = {𝑣1−, … , 𝑣𝑛
−} (1.8)
With 𝑣𝑗′ = {min | (𝑣𝑖𝑗) 𝑖𝑓 𝑗 ∈ 𝐽 ; max (𝑣𝑖𝑗) 𝑖𝑓 𝑗 ∈ 𝐽′}
Langkah 4: Hitung nilai jarak terpisah dari setiap alternatif (Ideal Positif - Negatif
Ideal) dengan persamaan berikut:
• Jarak dari solusi ideal positif:
𝑆𝑖+ = [ ∑ (𝑣𝑗
+ − 𝑣𝑖𝑗)2
]½
(1.9)
With 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚
• Jarak dari solusi ideal positif:
𝑆𝑖− = [ ∑ (𝑣𝑗
− − 𝑣𝑖𝑗)2
]½
(2.0)
With 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚
Langkah 5: Hitung jarak relatif ke solusi ideal (𝐶𝑖∗) dengan persamaan berikut:
𝐶𝑖+ =
𝑆𝑖−
(𝑆𝑖++ 𝑆𝑖
−) (2.1)
With 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚 dan 0 < 𝐶𝑖∗ < 1
Dengan menggunakan metode AHP bisa diperoleh perbandingan berpasangan dari
kepentingan relatif kriteria dan menghitung prioritas atau bobot kriteria dalam
memilih yang terbaik, TOPSIS Teknik Preferensi Preferensi berdasarkan
Kesamaan dengan Solusi Ideal dapat diterapkan untuk membuat ranking atau
peringkat.
2.7 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian
38
tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai referensi adalah terkait dengan masalah perbaikan suatu proses
importasi dengan menggunakan analisa AHP. Berikut hasil penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan penelitian ini:
Penelitian dari Darvik dan Larson (2010) menunjukkan bahwa penyimpangan
pengiriman material seperti pengiriman tertunda, cacat kualitas dan kuantitas yang
tidak benar sering terjadi dalam industri konstruksi. Namun, ada sedikit penelitian
yang menyelidiki bagaimana kinerja Logistic Hub mempengaruhi proyek konstruksi
dalam hal biaya, kualitas dan waktu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penyimpangan pengiriman material berdampak pada biaya
dan kinerja dalam proyek konstruksi dan bagaimana penyimpangan ditangani di
lokasi konstruksi. Studi ini juga memeriksa kekurangan apa dalam proses pengiriman
pesanan dan bagaimana departemen pembelian mempertimbangkan kinerja Logistic
Hub. Untuk memenuhi tujuan tersebut, pengukuran penyimpangan pengiriman di
tiga proyek residensial di Skanska Sweden AB telah dilakukan serta wawancara
dengan responden dari lokasi konstruksi dan departemen pembelian. Pengukuran,
yang didasarkan pada lima kategori material dan 198 pengiriman, menunjukkan
bahwa 44% dari semua pengiriman menghasilkan setidaknya satu jenis
penyimpangan. Hasilnya bervariasi antara proyek dan kategori material dan untuk
salah satu kategori material semua pengiriman terukur dikaitkan dengan setidaknya
satu penyimpangan. Alasan paling umum untuk penyimpangan pengiriman material
adalah kegagalan komunikasi dan komunikasi yang buruk antara lokasi konstruksi,
departemen pembelian dan Logistic Hub diamati. Selanjutnya, penyimpangan
pengiriman di salah satu proyek menyebabkan biaya tambahan sesuai dengan 10,1%
dari jumlah faktur untuk bahan terukur, namun jumlahnya mungkin lebih tinggi
karena biaya 'tersembunyi' tidak dipertimbangkan. Studi ini juga menunjukkan
bahwa penyimpangan pengiriman jarang dilaporkan, tidak ada konsekuensi
ekonomis bagi Logistic Hub jika tidak melakukan sesuai kontrak, informasi dari
Logistic Hub tentang perubahan persalinan seringkali buruk dan biaya total saat
pengadaan Logistic Hub jarang dipertimbangkan. Penyimpangan pengiriman telah
lama diterima oleh kontraktor, namun hasil penelitian ini harus membahas sikap yang
39
berubah terhadap kinerja Logistic Hub. Kesimpulannya, perusahaan yang mulai
fokus pada penyimpangan pengiriman bisa mendapatkan banyak manfaat, dalam hal
peningkatan kinerja dan penurunan biaya.
Penelitian Wahyu (2014) membahas kontrak servis tongkang yang
merupakan suatu siklus yang umum berlangsung di Total E&P Indonesie. Dengan
adanya suatu kontrak, maka terjadi suatu persetujuan kedua pihak antara Total E&P
Indonesie dengan pihak penyedia jasa. Pada kenyataannya, dalam kontrak servis
tongkang (barge), ditemui banyak keterlambatan antara kedua belah pihak yang
disebabkan karena berbagai sebab, yang melanggar isi dari kontrak tersebut. Sejak
tahun 2000, dari 67 kontrak yang sudah berjalan, terjadi sekitar 17 kali masalah
dimana kontraktor dikenai penalti.
Dengan mencari literatur, diperoleh landasan teori mengenai penyebab suatu
ketidaksesuaian dalam sebuah kontrak. Survei pendahuluan dari beberapa
praktisi telah dilakukan untuk memperoleh faktor awal penyebab sementara dari
keterlambatan. Dari data tersebut, disusun kuosioner final, yang dijadikan sumber
survei dan diberikan kepada para penyedia jasa servis tongkang di kawasan
Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Dikarenakan terbatasnya penyedia jasa
servis tongkang di Balikpapan, maka jenis survei statistik yang digunakan adalah
sensus, dimana seluruh penyedia jasa dilibatkan dalam pengisian survei. Data yang
diperoleh diolah dengan metoda Analisis Faktor Eksploratif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan
adalab sulitnya mendapatkan tongkang, tug boat and anchor handling tug seperti
yang diisyaratkan dalam proses tender. Disamping itu faktor pemahaman isi
kontrak dan penyerahan servis tongkang adalah faktor yang juga menyebabkan
terjadinya keterlambatan dari suatu kontrak.
Setelah melakukan analisis dan pembahasan, dapat ditarik suatu kesimpulan dari
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada kontrak
servis tongkang di lingkungan Total E&P Indonesia. yaitu:
1. Dari lima variabel yang ada dikelompokkan menjadi dua faktor yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap keterlambatan di kontrak servis tongkang di
lingkungan Total E&P Indonesie, yaitu Faktor Pengaruh Peralatan dan Faktor
Pengaruh Kontrak
40
2. Kedua faktor tersebut adaIah keterlambatan yang berasal dari pihak penyedia
jasa, sedangkan kelima variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesulitan untuk mendapatkan barge seperti yang disyaratkan dalam
tender.
b. Tingkat kesulitan untuk mendapatkan tug boat seperti yang disyaratkan dalam
tender
c. Tingkat kesulitan untuk mendapatkan anchor handling lug seperti yang
disyaratkan dalam tender
d. Pemahaman isi kontrak
e. Keterlambatan dari penyerahan servis barge (delay of commencement date)
Hasil penelitian ini menuliskan dengan menyadari bahwa penelitian ini masih
belum sempurna, sehingga perlu memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Menambah sampel/responden sehingga bisa terbentuk data dengan
disllibusi normal.
2. Memperlengkapi variabel yang digunakan untuk menggali persepsi dari
responden. Hal ini tercermin dari kesimpulan bahwa seakan-akan
keterlambatan disebabkan selurulmya oleh pihak penyedia jasa, dan
kebalikannya bahwa pihak memberi tugas seakan-akan tidak mempunyai
kontribusi atas keterlambatan . Sebagai pihak yang berada di sisi pemberi
tugas, maka Total E&P Indonesie harus bisa menerima masukan-masukan
yang positif sehingga proses pelelanganjasa servis tongkang bisa betjalan
dengan lancar.
3. Melakukan penyempunaan di metoda pereduksian variabel
4. Melakukan analisis sampel kecil dengan analisis statistik non-parametrik.
Suratmodjo dan Vanany (2018) melakukan penelitian mengenai pemilihan
kegiatan pemberdayaan masrayakat pada program CSR. Adapun criteria
pemilihannya adalah sebagai berikut::
• Bermanfaat adalah dimana kegiatan dan program pemberdayaan
masyarakat dan CSR mempunyai manfaat dan perubahan bagi
masyarakat. Manfaat disini tidak hanya sebatas ekonomi, social dan
buadaya, tetapi juga bisa dalam bidang pendidikan, kesehatan, dsb.
41
Manfaat menjadi lebih baik dari sebelumnya sebelum diadakan
kegiatan/program pemberdayaan masyarakat atau CSR
• Keberlanjutan adalah program atau kegiatan tersebut harus mempunyai
dapat berlanjut walaupun program atau kegiatan tersebut dihentikan.
Keberlanjutan dalam hal ini adalah kemandirian atau sustainability
• Dekat Wilayah Operasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
CSR lebih dipriotaskan ke wilayah yang berdekatan langsung dengan
area operasi. Dekat wilayah operasi dalam hal ini membantu untuk
mengurangi gangguan dari masyakat
• Publikasi adalah kegiatan pemberdayaan masayrakat harus mempunyai
potensi publikasi yang bagus dan luas sehingga meningkatkan nama baik
atau reputasi perusahaan
• Mendukung Proper adalah adalah setiap kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan CSR harus mempunyai tujuan untuk menambah nilai
proper sehingga secara tidak langsung membantu perusahaan
mendapatkan nilai lebih dalam hal proper.
Aspek Penilaian proper (Tim PSdK, 2016 dalam Suratmodjo dkk) dari
kualitas program pemberdayaan masyarakat atau community development dapat
diuraikan sebagai berikut :
• Confident (Kepercayaan diri) adalah program mampu meningkatkan
kepercayaan diri karena adanya pengetahuan baru, keterampilan dan
keyakinan untuk menciptakan perubahan.
• Inclusive (Keterbukaan) adalah perusahaan memberi peluang seluruh
lapisan masyarakat untuk menjadi sasaran program, tetapi tetap
memiliki keberpihakan kepada kelompok marginal.
• Organized (Teroganisir) adalah pengelolaan program membentuk
consensus bersama antar kelompok dan menumbuhkan solidaritas untuk
menciptakan kehidupan bersama secara berkelanjutan. Program mampu
mengembangkan sehingga mendorong gerakan kolektif untuk maju
bersama.
42
• Cooperative (Keterbukaan Antarpihak) adalah Program memberikan
kesempatan berbagai pihak untuk turut berpartisipasi dalam keseluruhan
tahapan program, dan mengembangkan kerjasama lintas-aktor
• Influential (Kemampuan Mempengaruhi) adalah progam memberikan
dampak terhadap penciptaan kehidupan yang berkelanjutan dengan
mengoptimalkan semua potensi yang ada.
• Sustainability (Keberlanjutan) adalah program yang ada berjalan
meskipun tidak ada dukungan dari program lagi.dalam hal ini leadership
harus dipunyai agar program tetap terus berjalan.
Penelitian Yayin (2011) merupakan studi kasus dalam logistic provider
selection problem. Keinginan perusahaan untuk fokus pada bisnis intinya dan
meminimalkan biaya transportasi, meningkatkan pelayanan, serta time to market
mengakibatkan mereka menyerahkan kegiatan logistiknya pada pihak ke tiga
dengan cara outsourcing (Sohail dan Sohal 2003). Untuk itu proses pemilihan
logistic provider merupakan tahapan yang sangat penting bagi tiap perusahaan.
Dalam banyak penelitian dan tulisan penyebutan third party logistic (3PL) lebih
sering digunakan.
Dalam penelitian ini yang menjadi research gap dimana Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi kriteria logistic service provider bagi
perusahaan dalam kontek multi criteria. (2) Melakukan pemilihan logistics service
provider berdasar kriteria perusahaan sehingga mampu menghasilkan solusi ideal.
Setelah melalui preliminary screening criteria diperoleh hasil 9 kriteria dan
3 alternatif logistic provider yang terpilih sebagai bahan evaluasi. kriteria logistic
provider yang terpilih dalam penelitian ini terdiri atas 9 (sembilan kriteria) yaitu
cost of service, quality of service, information sharing and trust, operational
performance, size and quality of fixed assets, experience in similar products,
delivery performance, flexibility in operations and delivery dan health and safety
environment.
Dari hasil perhitungan bobot kriteria menunjukkan bahwa kriteria cost of
service tetap menjadi perhatian utama perusahaan agar perusahaan memiliki total
cost of logisitc yang minimum dengan dukungan kriteria terpenting berikutnya
yaitu health and safety environment dan delivery performance. Dari hasil
43
perhitungan diperoleh ranking logistic provider yang memiliki kedekatan terhadap
jarak solusi ideal yaitu PT.MS sebesar 0.915.
Dalam penelitian Ciptomulyono (2001) menguraikan intgrasi metode
Delphi dan AHP. Dalam pengambilan keputusannya, tahapan pengenalan masing-
masing kriteria dan objektifnya menjadi langkah dasar yang menentukan.
karenanya sangat di perlukan suatu metodologi yang sistematis untuk dapat mampu
mengenali objektif dan kriteria suatu keputusan tetapi juga dapat menetapkan
prioritasnay melalui proses pembobotan yang represenatatif. Sehingga proses
pengambilan keputusan dapat mengarahkan alternatif-alternatif keputusan yang
memuaskan pengambilan keputusan yang mencapai objektifnya secara optimal.
Untuk maksud diatas, tuliasan ini mengusulkan suatu integrasi pendekatan metode
delphi dan model analytic hierarchy process" (AHP) dari saaty. Di bantu dengan
sistem pendukung keputusan berbasis komputer "expert Choice". Metodologi akan
di coba diterapkan untuk kasus identifikasi dan penetapan prioritas kriteria/objektif
dalam kebijakan energi nasional dari sisi preferrensi mahasiswa teknik industri-
ITS.".
Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa integrasi
metoda Delphi dengan pendekatan AHP. Pendekatan mampu untuk dipergunakan
dalam :
• Penjaringan informasi dari opini untuk identifikasi objektif /kriteria suatu
keputusan kelompok serta penetapan "judgement" pembobotannya
• Pengujian secara sistimatis terhadap konsistensi keputusan kelompok atas
prioritas objektif/kriteria yang telah diidentifikasikan.
Langkah dan prosedur Delphi yang diterapkan mengikuti tahapan seperti
yang dipaparkan seperti berikut dibawah:
Tabel 2.5 Langkah Penarikan Opini Dengan Metodologi Delphi
Langkah Penarikan Opini Dengan Metodologi Delphi
44
1. Bentuk team pemrasaran atau team monitor yang memahami dan mendalami
persoalan yang akan dicari solusi keputusannya.
2. Pilih dan seleksi calon partisipan, pakar atau nara sumber yang akan dilibatkan
atau dijadikan responden dalam proses keputusan ini.
3. Pemberian informasi kepada responden tentang maksud dan tujuan dilakukannya
survey Delhi
4. Penyebar luaskan kuesioner kepada responden mengenai usulan objektif/kriteria
keputusan dan penetapan perkiraan bobot tingkat kepentingannya.
5. Pemrasaran mensistimatisasi dan menstrukturkan jawaban responden dan
memberikan kembali hasil respons kelompok kepada partisipan.
6. Membuat kuesioner baru berisi daftar kriteria/objektif terpilih dan bobot rata-
ratanya dikembalikan, setiap partisipan diminta meng-evaluasi/merespon
kembali jawabannya.
7. Ulang prosedur tahap 5.
Penggunaan metoda Delphi mendahului pendekatan AHP dimaksudkan
dengan alasan :
• Metoda Delphi mendasarkan pada opini subjektif respondans, sehingga dapat
memformulasikan keseluruhan objektif atau kriteria yang diungkap secara
lebih fleksibel.
• Hasil penjaringan opini dari pendekatan Delphi belum teruji konsistensi
jawabnya, maka metoda AHP melengkapi prosedur yang diiusulkan untuk
pengujian konsistensi pendapat individus dan kelompok serta pembobotan
prioritas kepentingan masing-masing kriteria/objektif.
Kuesioner survey Delphi perlu dirancang sedemikian rupa untuk
mendapatkan informasi mengenai objektif atau kriteria pada setiap putaran survey.
Pada Diagram 1 berikut memaparkan usulan metodologi dan informasi yang
diharapkan diperoleh dari setiap tahapan putaran survey Delphi. Kemudian semua
informasi dari tahapan terakhir dipergunakan sebagai masukan dan data awal bagi
penyusunan elemen-elemen matriks perbandingan berpasangan (pairwise
comparasion) pada pendekatan AHP.
45
Integrasi metoda Delphi dan AHP untuk penetapan prioritas objektif/kriteria
keputusan dengan studi kasus perumusan kebijakan energi nasional dari preferensi
responden mahasiswa memberi beberapa kesimpulan sebagai berikut:
• Metodologi ini memungkinkan memformulasikan preferensi
objektif/kriteria responden secara kolektif dengan menggunakankan
pendekatan Delphi. Kemudian. proses penelusuran mencapai
kompromi dilakukan dengan menggunakan pendekatan AHP yang
sekaligus bisa mengukur konsistensi penetapan bobot prioritas
kepentingan objektif/kriteria keputusan secara lebih objektif
• Perkiraan nilai pembobotan dari methode Delphi dapat digunakan
untuk penyaringan awal dan eliminasi objektif-objektif/kriteria
keputusan yang kurang relevant. Sehingga dapat mengurangi tahapan
perbandingan berpasangan pada langkah berikutnya.
• Disarankan pemilihan responden tidak hanya terbatas dikalangan
mahasiswa tetapi juga perlu diuji coba pada kasus nyata yang
melibatkan responden kelompok pakar yang ahli pada bidangnya
• Diskusi antar peserta responden untuk merumuskan objektif/kriteria
dalam pendekatan Delphi dibatasi, sehingga metoda ini menimbulkan
resiko: (i) Terjadinya kekurang jelasan dan salah penafsiran terhadap
problematik yang dihadapi, (ii) Adanya kesulitan proses bagi
pengumpulan ide kreatif tetapi berasal dari kelompok respondent yang
seacara statistik minoritas; (iii) Pendapat pemrasaran dalam
mengarahkan panel dimungkinkan membuat bias dan mempengaruhi
pendapat responden.
2.7.1 Posisi Penelitian
Penelitian dengan metode serupa sudah pernah dilakukan untuk berbagai
peelitian dan studi kasus pemilihan yang diantaranya ada dalam table 2.6. berikut :
46
Tabel 2.6 Posisi Penelitian
47
Halaman ini sengaja dikosongkan
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus tentang pembuatan keputusan multi
kriteria untuk memilih logistic hub terbaik. Pendekatan rasional, sistematis dan
ilmiah dalam proses pengambilan keputusan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengembangkan kriteria utama dan sub kriteria yang dipertimbangkan untuk
proses pemilihan Logistic Hub, untuk menghitung bobot atau kepentingan relatif
dari setiap kriteria, untuk membuat peringkat dan peringkat dari Logistic Hub yang
ada dan memilih Logistic Hub terbaik yang mampu memenuhi kriteria tertentu.
Studi ini akan membantu perusahaan dalam hal menentukan lokasi serah terima
barang yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengembangkan kriteria pemilihan Logistic Hub yang
harus dipertimbangkan dalam proses pemilihan Logistic Hub, untuk menghitung
bobot masing-masing kriteria, untuk membuat peringkat dan peringkat Logistic
Hub dan memilih Logistic Hub terbaik.
Dalam penelitian ini, aplikasi yang sangat komprehensif dari metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) diterapkan. Dengan menggunakan AHP, akan
diperoleh perbandingan berpasangan dari kepentingan relatif kriteria dan
menghitung prioritas atau bobot kriteria dalam memilih Logistic Hub terbaik.
Teknik Preferensi Urutan berdasarkan Kesamaan dengan Metode Solusi Ideal
(TOPSIS) juga diterapkan untuk membuat peringkat Logistic Hub terbaik.
Pemilihan kriteria dan sub kriteria dalam penelitian ini akan dikembangkan
berdasarkan studi literatur dan kriteria seleksi yang berlaku di PT. X dan
kemudian dievaluasi dan dipilih melalui survei atau umpan balik atau diskusi
(arbitrase kriteria) dengan para ahli PT. X.
Selanjutnya, proses penelitian dan metodologi dijelaskan pada bagian
berikut.
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa taapan-tahapan penelitian
untuk mencari penyelesaian masalah, yaitu; tahapan pengumpulan data, analisa
49
data dan kesimpulan serta saran. Berikut ini adalah diagram alir (flowchart) dari
analisis yang dilakukan:
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti dan diskusi dan konsultasi juga
dilakukan dengan ahli PT. X yang terlibat langsung dalam pemilihan lokasi serah
terima barang operasi dari Logistic Hub dan proses evaluasi untuk mengidentifikasi
masalah dan menentukan tujuan dari penelitian.
3.2 Prosedur Pengumpulan Data
Dari flowchart rancangan penelitian terdapat tiga tahapan utama dalam
merumuskan dan menentukan Logistics Hub yang terbaik bagi industri minyak dan
gas merujuk pada jumlah overdue delivery yang terjadi pada departemen
purchasing. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
Tujuan Penelitian
Identifikasi Masalah
Studi Lapangan Studi Literatur
Pemilihan Tenaga Ahli(Experts/Decision Makers)
Menentukan Kriteria Utama & Sub Kriteria
Evaluasi Kriteria Utama & Sub Kriteria yang
akan digunakan dalam penelitian
Umpan balik / saran dari
Tenaga Ahli
Data Collection
Kuisioner
Hitung Nilai Pembobotan untuk setiap Kriteria
Peringkat untuk tiap Logistic Hub
Perhitungan AHP
Analisa & Pembahasan
Kesimpulan
Data Processing
50
sekunder, yaitu data-data yang sudah ada sebelumnya di PT. X yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti. Data primer akan didapat dengan teknik
observasi, survei menggunakan kuisioner, dan wawancara mendalam serta forum
group discussion, dengan melibatkan buyer/purchasing engineer pada department
purchasing PT. X, serta pengambilan data secara langsung di lapangan produksi
terkait, dengan melakukan akses melalui komputer perusahaan.
Data yang dikumpulkan untuk kriteria utama, yaitu; mengidentifikasi
Struktur Lead Time dan menganalisis permasalahan importasi barang operasi
perminyakan yang berasal dari luar negeri, secara umum data-data tersebut antara
lain:
a. Data jumlah Purchase Order yang sudah diterbitkan oleh PT. X dalam periode
2010 - 2017.
b. Data Impotasi yang muncul setiap tahun dengan menggunakan incoterms FCA
dan DAP.
c. Data Total Cycled Time, Yaitu;
• Manufactring Time:
a. Production,
b. Manufacturer Inspection,
c. Third Party Inspection (TPI),
d. Certification
• Transport Lead Time: Land, Sea/Airfreight
• Warehouse in Global Hub and Regional Hub
• Customs Cleance Time: PIB, Temporary warehouse, SPPPB
Data juga dikumpulkan untuk kriteria utama lainnya dengan
mengidentifikasi dan menganalisis optimasi biaya-biaya alternatif Logistik Hub
untuk mitigasi keterlambatan importasi barang operasi perminyakan yang berasal
dari luar negeri, contohnya:
a. Data total biaya importasi dengan menggunakan Global Hubs.
b. Data total biaya importasi dengan menggunakan Regional Hub.
c. Data total biaya importasi dengan menggunakan Local Hub
Setelah tahap persiapan penelitian telah dilaksanakan, dilanjutkan dengan tahap
pengumpulan data. Pada tahap awal, menggunakan metode penggalian data dengan
51
studi literatur, menelusuri database perusahaan, kemudian melakukan diskusi
kepada pelaku dan kemudian kepada para ahli sebagai informan untuk
mengidentifikasi kriteria dan sub kriteria yang menjadi faktor penting pemilihan
logistic hub sebagai lokasi serah terima barang dalam rangka menindak lanjuti
contractual delivery date dalam Purchase order. Melalui fórum group discussion
dengan para purchasing engineer mulai terjaring beberapa kriteria lain untuk
mengetahui tingkat efisiensi dan kualitas Logistik Hub pada periode aktifitas tinggi
(2010-2014) dan pada periode aktifitas rendah (2015-2017) yang berkaitan
langsung dengan biaya transport, lead time, perijinan, K3LL, dll.
3.2.1 Pemilihan Ahli dan Pengambil Keputusan
Responden untuk penelitian ini adalah para ahli di PT. X yang berjumlah 9
orang ahli yang dipilih untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua ahli yang
ditunjuk memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman kerja di bidang kontrak dan
pengadaan barang operasi perminyakan. Para ahli terdiri dari:
i. satu kepala departemen purchasing
ii. satu kepala departemen material inventori management
iii. satu kepala departemen transit customs & acceptance
iv. dua coordinator contract & procurement
v. dua contract & procurement engineer
vi. dua anggota expeditor / pengguna teknis senior
3.2.2 Pemilihan Kriteria dan Sub Kriteria
Sumber data sekunder untuk data yang diperlukan untuk penelitian ini
berasal dari studi literatur, pengalaman sebelumnya, praktik evaluasi dan seleksi
lokasi serah terima barang yang berlaku di PT. X.
Untuk mengembangkan penelitian yang andal dan valid, kriteria dan sub
kriteria pemilihan lokasi ini dinilai dan direvisi untuk memenuhi validitas,
kejelasan, kelengkapan, relevansi dan penerapannya. Hal ini dilakukan berdasarkan
umpan balik dan diskusi yang diperoleh dari para ahli di PT. X. Kegiatan ini disebut
kriteria arbitrase atau survei pendahuluan. Sebagai hasil dari arbitrase atau survei
52
ini, Tabel 3.1 merangkum kriteria pemilihan Logistic Hub utama dan subkriteria
yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Kriteria dan SubKriteria Kriteria Sub-Kriteria Description
1. Time
Total Cycled Time;
Manufacturing +TPI
+Transport +
Masterlist+Cleance
Time .
1.1 Transit Time Lamanya waktu menunggu sebelum
barang dapat diberangkatkan ke negara
tujuan
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase 1.2 Acceptance Third party inspection melakukan
pemeriksaan sistem mutu barang dan
pemeliharaan, mencocokkan nomor/
model/ serta sertifikat yang masih
berlaku dengan pisik barang.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
1.3 Paperworks Tindakan proaktif memeriksa dokumen
fasilitas bea cukai, larangan dan
pembatasan serta mengidentifikasi
potensi masalah kertas kerja yang sah.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
1.4 Priority Shipment Menyediakan solusi untuk permintaan
khusus dengan memberi prioritas atas
pengiriman kepada barang tertentu
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
1.5 Number of rejected Material Tidak ada barang yang ditolak saat
pemeriksaan Bea Cukai
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
2. Cost
Transport Cost +
Customs Clearnce
+Insurance+
warehouse +
handling+
lift on lift off
2.1 Monthly charge Pendekatan positif penawaran sewa
lokasi gudang dan fasilitas serta syarat
dan ketentuan yang jelas
▪ .Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
2.2 Lifting fee Biaya Handling yang ditawarkan sesuai
atau di bawah harga pasar, siap
memperbaiki penawaran harga
satuan/tarif, biaya bahan bakar,
konsumsi dan biaya apapun yang timbul
karena tidak tersedianya peralatan
angkat dan angkut
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
2.3 Customs Broker Fee Klaim komersial tambahan biaya dari
proses Customs Clearance dengan
pendekatan yang baik serta
penyelesaian dalam waktu singkat
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
2.4 Transport Demurrage and
Detention charge Biaya operasi tambahan meliputi biaya
tunggu dan biaya kelamaan karena tidak
tersedianya alat berat, keterlambatan
bongkar Container dan ketersediaan
Masterlist
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
2.5 Packing/repacking Biaya pengepakan yang sepenuhnya
mematuhi SEI yang dipersyaratan
kontrak
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
3. Quality 3.1 Reliability Memberikan dukungan teknis, dengan
menggunakan teknologi terkini dan dapat
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
53
diandalkan dalam hal transportasi dan
logistic Internasional
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
3.2 Personnel capabilities Para personil memiliki kompetensi dan
pengalaman yang dibutuhkan dalam
mengelola operasional
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
3.3 Standard Procedures Prosedur didokumentasikan dan
diimplementasikan dan update sering
dilakukan
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
3.4 Internal and External Audit Pemeliharaan kualitas teknikal dan adm
yang teruji serta diperiksa dari dalam dan
luar Logistic hub
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
▪
4. Location 4.1 Near to Operation Area Lokasi
yang dekat dengan area operasi
meningkatkan kecepatan pengantaran
barang yang sesuai jadwal.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
4.2 Near to Seaport/Airport with
Infrastructure Support Lokasi dekat pelabuhan laut dan udara
dan Ketersediaan moda trasportas
meningkatkan kemampuan untuk
memperlancar pengiriman barang.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
5. Health Safety
Environment
(HSE)
5.1 Emergency Plan Latihan penyelamatan, fire drill tersedia
dalam rencana
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
5.2 Safety training Melaksanakan safety training dan latihan
secara rutin
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
5.3 Number of safety incident Tidak ada fatality dan semua
kejadian tercatat dengan baik
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
5.4 Safety training
Safety compliance &
inspection Pemeriksaan K3LL dilakukan secara
berkala dengan perwakilan Perusahaan.
Semua dokumen diajukan dan tersedia.
Laporan kejadian / insiden disediakan
secara proaktif
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
6. Service 6.1 IT Tracking System
Menyediakan online Tracking System
untuk mengetahui posisi barang
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
6.2 Heavy Duty Equipment Ketersediaan alat berat di logistic hub
dalam mendukung kegiatan sehari hari
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
6.3 Rush Handling Pelayanan tim khusus yang melampaui
ekspektasi pelanggan. Selalu
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
54
mengutamakan kebutuhan operasional
pelanggan dalam prioritas pertama
6.4 Attitude Responsiveness Ketersediaan alat berat di logistic hub
dalam mendukung kegiatan sehari hari
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
6.5 Flexibility and Ability to
maintain service Fleksibelitas dan Kualitas pelayanan
yang baik yang teruji selama periode
waktu tertentu.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
7. Management 7.1 Financial stability Stabilitas keuangan perusahaan tanpa
gangguan dalam operasional dan sistem
pembayaran.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
▪
7.2 CMS performance Company Management System
mendapatkan akreditasi ISO/ OHASS
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
7.3 Management capabilities Kemampuan mengelola kapasitas dan
mengembangkan hubungan kerja yang
erat dengan freight forwarding dan
shipping line.
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
7.4 Performance History Sejarah Kinerja dan reputasi
management Logistic Hub yang
baik dalam melayani pengguna
▪ Studi Literatur
▪ Kriteria Perusahaan
▪ Kriteria masukan dari Ahli/ Expert
Feedback/ Kiteria Arbitrase
Kriteria dan sub kriteria yang dikembangkan kemudian akan digunakan untuk
kuesioner dan perhitungan AHP dan TOPSIS.
3.2.3 Kuesioner / Survei
Data primer adalah kuesioner perbandingan berpasangan untuk
membandingkan setiap pasangan kriteria dan sub kriteria yang akan digunakan
dalam proses pemilihan logistic hub dan untuk mengidentifikasi sejauh mana satu
kriteria lebih / kurang penting / lebih disukai dari yang lain. Skala sembilan poin
seperti yang disarankan oleh Saaty (1990) digunakan untuk menetapkan
perbandingan berpasangan dari semua elemen pada setiap tingkat hirarki (Tabel
2.7). Seperti yang disarankan oleh Saaty (1990), pendekatan rata-rata geometrik,
daripada pendekatan aritmatik, digunakan untuk menggabungkan matriks
perbandingan berpasangan individu atau pair-wise comparison matrices (PCMs)
untuk memperoleh PCM konsensus untuk seluruh tim.
Kuesioner lain adalah kuesioner untuk menilai alternatif (Logistic Hub)
terhadap kriteria yang dikembangkan dalam basis penilaian kualitatif. Skala
55
kuesioner menggunakan skala 1 sampai 5 berdasarkan skala sebagaimana
ditetapkan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Skala Penilaian (Assessment Scale)
Item
Highly
Unsatisfactory Sangat
memuaskan
Unsatisfactory Tidak
memuaskan
Moderately
Satisfactory Tidak cukup
memuaskan
Satisfactory
Memuaskan
Very
Satisfactory Sangat
Memuaskan Skala 1 2 3 4 5
Skala penilaian diperlukan untuk penilaian langsung oleh orang-orang yang
sangat terlibat dengan pemilihan lokasi serah terima barang untuk mendapatkan
nilai total masing-masing logistic hub. Responden yang akan mengisi kuesioner ini
adalah responden yang sama yang mengisi kuesioner AHP. Penilaian kualitatif
dilakukan terhadap semua kriteria yang dikembangkan. Dengan menggunakan
pendekatan ini, kuesioner dirancang dan juga enam alternatif logistic hub diambil
dari daftar logistic hub yang ada di PT. X yang memiliki kontrak aktif Logistics
Service Provider untuk lokasi serah terima barang operasi.
3.3 Pengolahan Data
Pengolahan data akan dibagi menjadi dua langkah. Langkah pertama,
menganalisis bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Perangkat lunak Expert Choice berdasarkan
AHP akan digunakan untuk analisis AHP ini dengan tujuan untuk menghindari
perhitungan manual yang berlebihan. Setelah kriteria seleksi benar-benar
terstruktur dan matriks perbandingan dikembangkan, kemudian memeriksa
konsistensi adalah langkah yang harus dilakukan. Pengukuran rasio konsistensi
(CR) harus dilakukan untuk memeriksa apakah penilaian yang digunakan cukup
konsisten, dan bahwa keputusan untuk menghasilkan pilihan Logistic Hub yang
sukses tidak didasarkan pada konsistensi rendah. Pada dasarnya, CR harus 10%
atau kurang. Jika lebih dari 10%, maka penilaian harus direvisi sesuai kebutuhan.
Langkah kedua, melakukan preferensi untuk setiap indicator kriteria atau
sub kriteria pada keenam alternative logistic hub. Bobot hasil dari AHP untuk
Kriteria dan sub criteria digunakan untuk menentukan alternative yang terbaik dari
logistic hub PT. X.
56
3.4 Analisa Data
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengolah dan menganalisa data dari
pengolahan data dan diskusi yang akan dilakukan pada hasil yang diperoleh dari
perhitungan AHP dan perhitungan preferensi untuk alternative-nya untuk
mengembangkan kriteria yang mempengaruhi pemilihan lokasi serah terima barang
dan untuk memilih Logistic hub terbaik.
3.5 Kesimpulan dan Saran
Menetapkan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian adalah langkah
penting untuk memastikan bahwa tujuan penelitian dijawab oleh kesimpulan.
Selain itu, saran untuk penelitian masa depan juga akan diusulkan untuk dilakukan.
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
4.1 Profil Perusahaan
PT. X adalah anak perusahaan dari perusahaan minyak dan gas multinasional
yang telah memulai operasi minyak dan gas di Indonesia sejak tahun 1970. PT. X
saat ini berada di antara lima perusahaan produsen gas terbesar di Indonesia yang
berkontribusi sekitar 25% dari produksi gas Indonesia (Data per tahun Mei 2013).
Produksi gas dari PT. X terutama dipakai menjadi pasokan utama pabrik LNG
Bontang(82%) dan juga untuk beberapa konsumen domestik lainnya di Kalimantan
Timur. Wilayah operasi PT. X terletak di Delta Mahakam, Kalimantan Timur, yang
mencakup sekitar 4000 km2 yang terdiri dari 5 ladang gas dan 2 ladang minyak.
Organisasi fungsi pengadaan yang terkait langsung dengan penelitian dapat
dilihat dari gambar struktur organisasi berikut ini:
59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Fungsi Pengadaan PT. X
4.2 Membangun Kriteria Pemilihan
Bab ini menjelaskan pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan
penelitian dan menggunakan metode yang telah ditetapkan untuk mendukung
semua kegiatan dalam penelitian ini Pengumpulan data dimulai dari Purchasing
Departement PT. X yang merupaan data sekunder, yaitu kumpulan data yang sudah
ada sebelumnya di lingkungan perusahaan dan terdapat dalam server perusahaan.
Data tersebut berupa data jumlah contract dan purchase order barang operasi, data
biaya logistic service provider, jumlah delivery overdue, data expediting dan
kuisioner.
4.3 Survei Pendahuluan
Dalam proses pengadaan barang, banyak hal yang saling terkait dengan yang
menyebabkan keterlambatan barang operasi sampai ditangan penggunanya. Berikut
ini adalah gambaran umum proses pengadaan barang operasi perminyakan:
Contracts & Procurement
(C&P) Imam
Herawadi SUPARDI
Material & Inventory
Management
(C&P/MIM) Indra
DARMAWAN
Transit, Customs & Acceptanc
e (C&P/TCA)
Teguh PRIYAMBO
DO
Contracts (C&P/CTC) Sanggam Lumban GAOL
Method, Planning &
Market (C&P/MPM)
Rudolf SOUKOTTA
Purchasing (C&P/PRC)
Doddy AKBARI
Contracts Services – WCI, GSR, HR, DP &
SRC (C&P/CTC/C
T1) Agios
SEVENTINO
Contracts Services – LSA, IST,
SDS & HSE (C&P/CTC/C
T2) Helmi
CAHYO
Contracts Services – ECP, FO, COM and
C&P (C&P/CTC/C
T3) Yudy
PURWANTO
Contracts, Referential
& Compliance
s (C&P/CTC/C
RC) Jefri
NURHIDAYAT
Purchasing for LSA, WCI &
General Support
(C&P/PRC/PR1) Rudy
Gunawan SYARFI
Purchasing Field
Operation (C&P/PRC/
PR2) Hendra
WAHYUDI
Purchasing Engineering & Project (C&P/PRC/
PR3) Henry
MARTHADINATA
Purchasing Process, Control &
Compliance
(C&P/PRC/PCC) Act.
Nasrulloh JAMALUDD
IN
Planning & Strategic Sourcing
(C&P/MPM/PSS) Diah
LESTARI
Performance
Development &
Procedures (C&P/MPM/
PDP) Ade
MULYADEWI
System & Support
Development
(C&P/MPM/SSD)
Ali RIDWAN
WCI & LSA (C&P/MIM/
MM1) Gde Arya
HARSANA FO
(C&P/MIM/MM2)
Nurbani HASAN ECP &
Support Divisions (C&P/MIM/
MM3) Imam
TOHARI
Systems, Physical Inventory & Project (C&P/MIM/
SRP) Evan
AZAMI
Material Quality &
Acceptance
(C&P/TCA/ACP) Lucky
Abdul Malik
Transit, Master list & Customs (C&P/TCA/
TMC) RSDM Gatot
LUHUR
C&P Specialist
(C&P) Jon SPARDI
60
Gambar 4.2 Tahapan Umum Proses Pengadaan Barang Operasi
Setelah PO diterbitkan maka proses pengiriman sampai penerimaan barang
dapat dilihat dari gambar alur proses penerimaan barang.
Gambar 4.3 Alur Proses Penerimaan Barang Operasi
Dengan begitu banyaknya proses dan pihak-pihak terkait dengan pengadaan
barang operasi perminyakan maka penelitian ini dimulai dengan studi literatur,
survei awal dan kuisioner dengan melibatkan working level, yaitu seluruh
buyer/purchasing engineer pada purchasing department di PT.X mengumpulkan
61
berbagai berbagai peluang untuk menjadi menjadi bahan diskusi dengan para
manajer dan expert yang ada di PT. X dalam menentukan criteria dan subcriteria.
Gambar 4.4 Hasil Diskusi Awal Working Level (Buyer dan Expediting Team)
Faktor-faktor yang dianggap penting dalam keseharian working level
expediting team ini menjadi bahan diskusi lanjutan dengan para manajer fungsi
pengadaan sebagai expert dalam divisi Contract and Procurement PT. X untuk
menentukan kriteria dan sub kriteria yang dianggap penting dalam pemilihan
logistic hub terbaik bagi PT. X. Kriteria dan sub criteria pemilihan logistic hub yang
digunakan dalam penelitian ini dibangun dari studi literature terkait topic pemilihan
criteria, kemudian berdasarkan evaluasi dan kriteria pemilihan logistic hub yang
berlaku di perusahaan. Untuk mengembangkan penelitian yang andal dan valid,
kriteria dan sub kriteria pemilihan logistic hub ini dinilai dan direvisi untuk
memenuhi validitas untuk memastikan kejelasan, keterbacaan, kelengkapan,
relevansi dan penerapannya. Hal ini dilakukan berdasarkan umpan balik dan diskusi
yang diperoleh dari para ahli di PT. X.
Kegiatan ini disebut kriteria arbitrase atau survei pendahuluan dan rangkuman
hasil dari Kriteria arbitrase atau survei pendahuluan ini dibentuklah kriteria utama
dan sub kriteria pemilihan logistic hub yang digunakan dalam penelitian ini yang
dirangkum dalam table 3.1.
62
4.4 Model Hirarki Pemilihan Logistic Hub
Model hirarki pemilihan logistic hub untuk penelitian ini diilustrasikan pada
gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5 Model Hirarki Pemilihan Logistic Hub
Goal atau tujuan dalam penelitian ini adalah memilih logistic hub terbaik.
Tujuan ini ditempatkan pada tingkat pertama dari hirarki. Dengan demikian, tujuh
kriteria utama yaitu (1) Time, (2) Cost, (3) Quality, (4) Location, (5) HSE, (6)
Services and (7) Management, dikembangkan untuk mencapai tujuan ini, yang
membentuk tingkat kedua dari hirarki. Tingkat ketiga dari hirarki menempati sub
kriteria. Kriteria dan subkriteria yang digunakan dalam dua level hierarki AHP ini
dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan AHP dasar dari perbandingan
berpasangan elemen-elemen di setiap level dengan setiap elemen induk yang
terletak satu tingkat di atasnya. Tingkat hirarki terendah terdiri dari alternatif, yaitu
logistic hub yang ada atau yang tersedia untuk dievaluasi agar dapat dipilih sebagai
logistic hub yang terbaik bagi PT. X.
Aplikasi ini diperinci dengan menggunakan sistem pendukung keputusan
terkomputerisasi Expert Choice (EC) untuk menyusun model pemilihan.
63
4.5 Menentukan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria
4.5.1 Kuisioner Perbandingan Berpasangan (Pair-wise Comparison)
Pada tahap ini, data kepentingan relatif / preferensi kriteria dan subkriteria
dikumpulkan melalui kuisioner perbandingan berpasangan. Kuesioner
perbandingan berpasangan ini dilengkapi dengan panduan bagaimana mengisi
formulir kuesioner dan deskripsi kriteria dan subkriteria sebagai pedoman untuk
responden. Detail formulir kuesioner perbandingan berpasangan tersedia di
Lampiran 2. Lima orang export/ahli dipilih untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
Semua ahli yang ditunjuk memiliki lebih dari sepuluh hingga lima belas tahun
pengalaman kerja di bidang kontrak, pengadaan dan operasi kelautan.
Para ahli terdiri dari lima ahli (satu kepala departemen Purchasing, satu
kepala departemen Material Inventory Management, satu kepala departemen
Transit Customs and Acceptance, dan satu spesialis pengadaan/ Purchasing
engineer, satu anggota teknis senior/TADM).
Pendekatan rata-rata geometrik digunakan untuk menggabungkan matriks
perbandingan berpasangan individu atau individual pair-wise comparison matrices
(PCMs) untuk mendapatkan PCM konsensus untuk seluruh tim. Karena AHP
membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan, maka hasil penilaian
responden akan dihitung berdasarkan nilai rata-rata menggunakan pelurusan
geometrik sebagai berikut.
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = (𝑍1. 𝑍2. 𝑍3 … … . 𝑍𝑛)1
𝑛 (2.2)
Nilai rata-rata pada umumnya berupa pecahan, sehingga perlu dibentuk
menjadi nilai integer dengan membulatkannya ke nilai integer terdekat sebelum
dapat diproses oleh AHP menggunakan perangkat lunak, Pilihan Pakar.
Misalnya, untuk perbandingan antara kriteria 1 (Time) yang terletak disebelah
kiri kriteria 2 (Cost) di sebelah kanan, Responden 1 memberikan 5 skala rating
Saaty untuk Cost, Responden 2 menyediakan 3 skala penilaian Saaty untuk Time,
responden 3 menyediakan 3 skala rating Saaty untuk Cost, responden 4
menyediakan 2 skala peringkat Saaty untuk Cost dan responden 5 memberikan 5
skala penilaian Saaty untuk Cost.
Skala penilaian Saaty untuk kriteria yang terletak di sebelah kanan akan
dinilai dengan nilai keseluruhan, sedangkan untuk kriteria di sebelah kiri akan
64
dinilai oleh nilai timbal balik. Dengan demikian, penilaian responden 1 dihitung
sebagai 5, responden 2 dihitung sebagai 1/3 atau 0,30, responden 3 dihitung sebagai
3, responden 4 dihitung sebagai 1/2 atau 0,50, dan responden 5 dihitung sebagai 5.
The nilai geometrik rata-rata dari penilaian ini adalah 2,8 untuk kriteria Komersial
dan Biaya. Oleh karena itu, ketika memasukkan nilai ke Expert Choice (EC), akan
menjadi 2,8 untuk arah kriteria Cost.
Hasil lengkap dari kuesioner perbandingan berpasangan dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini.
Tabel 4.1 Perbandingan Berpasangan antar Kreteria
Tabel 4.2 Perbandingan Berpasangan antar Sub Kriteria
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
1.Time 2. Cost 0.2 0.5 2.0 0.1 0.3 0.6 1.6
1.Time 3. Quality 0.5 1.0 1.0 2.0 0.3 1.0 1.0
1.Time 4. Location 1.0 0.3 1.0 0.2 1.0 0.7 1.4
1.Time 5. HSE 2.0 0.2 0.2 1.0 0.3 0.7 1.3
1.Time 6.Service 0.1 0.2 2.0 0.2 0.1 0.5 1.9
1.Time 7.Management 1.0 0.1 0.5 0.3 0.5 0.5 2.0
2. Cost 3. Quality 3.0 0.3 5.0 3.0 0.2 2.3 2.3
2. Cost 4. Location 2.0 5.0 0.2 1.0 0.2 1.7 1.7
2. Cost 5. HSE 2.0 5.0 2.0 5.0 3.0 3.4 3.4
2. Cost 6.Service 0.3 0.2 1.0 0.3 0.2 0.4 2.4
2. Cost 7.Management 0.3 0.5 0.2 0.3 0.3 0.3 2.9
3. Quality 4. Location 5.0 5.0 3.0 3.0 2.0 3.6 3.6
3. Quality 5. HSE 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.2 2.2
3. Quality 6.Service 0.3 1.0 0.2 3.0 0.5 1.0 1.0
3. Quality 7.Management 0.3 0.5 0.5 0.3 0.5 0.4 2.3
4. Location 5. HSE 0.2 0.2 1.0 1.0 0.2 0.5 1.9
4. Location 6.Service 0.3 0.5 0.3 0.3 0.5 0.4 2.5
4. Location 7.Management 0.5 1.0 0.3 0.2 0.5 0.5 2.0
5. HSE 6.Service 0.5 0.3 2.0 0.5 0.3 0.7 1.4
5. HSE 7.Management 0.3 0.5 0.5 2.0 0.3 0.7 1.4
6.Service 7.Management 0.3 1.0 0.3 1.0 2.0 0.9 1.1
Pair-wise Comparison between Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
65
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 1: Time
1.1.Transit 1.2.Acceptance 0.3 0.5 1.0 2.0 5.0 1.8 1.8
1.1.Transit 1.3.Paper works 0.2 1.0 2.0 2.0 3.0 1.6 1.6
1.1.Transit 1.4.Priority Shipment 5.0 1.0 0.3 3.0 2.0 2.3 2.3
1.1.Transit 1.5.Number of Rejected Material 0.3 0.3 5.0 1.0 0.3 1.4 1.4
1.2.Acceptance 1.3.Paper works 0.5 1.0 5.0 2.0 2.0 2.1 2.1
1.2.Acceptance 1.4.Priority Shipment 1.0 2.0 0.2 1.0 0.2 0.9 1.1
1.2.Acceptance 1.5.Number of Rejected Material 0.3 0.1 0.3 0.5 2.0 0.7 1.5
1.3.Paper works 1.4.Priority Shipment 0.3 2.0 1.0 1.0 3.0 1.5 1.5
1.3.Paper works 1.5.Number of Rejected Material 0.2 3.0 0.1 0.5 0.3 0.8 1.2
1.4.Priority Shipment 1.5.Number of Rejected Material 0.2 0.3 0.5 0.3 1.0 0.5 2.1
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 2: Cost
2.1.Monthly Charge 2.2.Lifting Fee 0.2 2.0 2.0 2.0 0.3 1.3 1.3
2.1.Monthly Charge 2.3.Customs Clearance Fee 0.2 0.3 0.2 3.0 3.0 1.3 1.3
2.1.Monthly Charge 2.4.Transportation Demurrage and Detention charge2.0 3.0 5.0 3.0 5.0 3.6 3.6
2.1.Monthly Charge 2.5.Packing/repacking 0.3 0.5 0.3 3.0 0.5 0.9 1.1
2.2.Lifting Fee 2.3.Customs Clearance Fee 3.0 3.0 3.0 3.0 1.0 2.6 2.6
2.2.Lifting Fee 2.4.Transportation Demurrage and Detention charge5.0 3.0 5.0 5.0 1.0 3.8 3.8
2.2.Lifting Fee 2.5.Packing/repacking 1.0 0.3 0.3 2.0 1.0 0.9 1.1
2.3.Customs Clearance Fee 2.4.Transportation Demurrage and Detention charge3.0 5.0 2.0 3.0 3.0 3.2 3.2
2.3.Customs Clearance Fee 2.5.Packing/repacking 2.0 0.5 0.3 0.5 1.0 0.9 1.2
2.4.Transportation Demurrage and Detention charge2.5.Packing/repacking 0.3 0.3 5.0 0.2 0.2 1.2 1.2
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
66
4.5.2 Pengolahan Data untuk Mendapatkan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria
Pengolahan data AHP menggunakan bantuan perangkat lunak Expert Choice,
dengan memasukkan nilai rata-rata geometrik sebagai hasil perbandingan
berpasangan dari kriteria utama dan subkriteria dari Tabel 4.1 dan 4.2. Bobot dan
konsistensi rasio diperoleh setelah data dimasukkan ke perangkat lunak Expert
Choice, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut.
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 3: Quality
3.1.Reliability 3.2. Personnel capabilities 5.0 0.3 1.0 5.0 5.0 3.3 3.3
3.1.Reliability 3.3.Standard Procedures 5.0 0.5 5.0 0.2 3.0 2.7 2.7
3.1.Reliability 3.4.Internal & External Audit 3.0 0.3 2.0 5.0 0.2 2.1 2.1
3.2. Personnel capabilities 3.3.Standard Procedures 0.2 0.2 0.3 3.0 0.3 0.8 1.2
3.2. Personnel capabilities 3.4.Internal & External Audit 0.3 0.3 3.0 5.0 1.0 1.9 1.9
3.3.Standard Procedures 3.4.Internal & External Audit 1.0 5.0 1.0 1.0 2.0 2.0 2.0
Pair-wise Comparison
between Sub Criteria
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 4: Location
4.1.4.1 Near to Operation Area 4.2.Near to Seaport/Airport with Infrastructure Support0.2 0.5 1.0 0.5 0.3 0.5 2.0
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 5: HSE
5.1.Emergency Plan 5.2.Safety training 1.0 3.0 5.0 3.0 2.0 2.8 2.8
5.1.Emergency Plan 5.3.Number of safety incident 0.3 0.2 3.0 0.2 1.0 0.9 1.1
5.1.Emergency Plan 5.4.Safety Compliance & Inspectionafety training2.0 0.3 0.3 5.0 5.0 2.5 2.5
5.2.Safety training 5.3.Number of safety incident 0.3 3.0 0.3 1.0 3.0 1.5 1.5
5.2.Safety training 5.4.Safety Compliance & Inspectionafety training3.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.8 2.8
5.3.Number of safety incident5.4.Safety Compliance & Inspectionafety training5.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.6 2.6
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 6: Service
6.1.IT Tracking System 6.2.Heavy Duty Equipment 1.0 2.0 2.0 0.3 0.2 1.1 1.1
6.1.IT Tracking System 6.3.Rush Handling 5.0 1.5 5.0 0.5 0.5 2.5 2.5
6.1.IT Tracking System 6.4.Attitude Responsiveness 3.0 1.0 1.0 0.2 5.0 2.0 2.0
6.1.IT Tracking System 6.5 Flexibility to maintain Service 0.5 0.3 0.5 1.0 5.0 1.5 1.5
6.2.Heavy Duty Equipment 6.3.Rush Handling 1.0 0.5 0.5 2.0 3.0 1.4 1.4
6.2.Heavy Duty Equipment 6.4.Attitude Responsiveness 5.0 3.0 5.0 0.5 3.0 3.3 3.3
6.2.Heavy Duty Equipment 6.5 Flexibility to maintain Service 0.3 3.0 3.0 1.0 3.0 2.1 2.1
6.3.Rush Handling 6.4.Attitude Responsiveness 0.5 1.0 0.5 5.0 3.0 2.0 2.0
6.3.Rush Handling 6.5 Flexibility to maintain Service 0.3 0.5 0.5 1.0 2.0 0.9 1.2
6.4.Attitude Responsiveness6.5 Flexibility to maintain Service 0.2 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 3.6
Left Right 1 2 3 4 5 Left Right
Criteria 7: Management
7.1.Financial stability 7.2.CMS ISO/OHSAS 3.0 5.0 5.0 0.5 0.3 2.8 2.8
7.1.Financial stability 7.3.Management capabilities 0.5 1.0 0.2 1.0 1.0 0.7 1.4
7.1.Financial stability 7.4.Performance history 0.2 2.0 3.0 1.0 2.0 1.6 1.6
7.2.CMS ISO/OHSAS 7.3.Management capabilities 0.3 0.2 0.3 0.5 0.1 0.3 3.3
7.2.CMS ISO/OHSAS 7.4.Performance history 0.2 0.2 0.3 0.1 0.3 0.2 4.1
7.3.Management capabilities7.4.Performance history 0.5 1.0 0.5 1.0 2.0 1.0 1.0
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
Pair-wise Comparison between Sub Criteria Respondent Geo
Mean
Input Data to
EC
67
Tabel 4.3 Hasil AHP Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Utama
Tabel 4.4 Hasil AHP Perbandingan Berpasangan antara Sub Criteria
Main Criteria Weight Priority/
Rank
Consistency
1.Time 0.179 2
2.Cost 0.120 5
3.Quality 0.131 4
4.Location 0.221 1
5.HSE 0.178 3
6.Service 0.087 6
7.Management 0.083 7
0.08
Sub Criteria Weight Priority/
Rank
Consistency
1.1.Transit Time 0.120 5
1.2.Acceptance 0.209 3
1.3.Paper works 0.241 2
1.4.Priority Shipment 0.277 1
1.5.Number of Rejected Material 0.157 4
2.1.Monthly charge 0.125 4
2.2.Lifting Fee 0.122 5
2.3.Customs Clearance Fee 0.187 3
2.4.Transportation Demurrage and Detention
charge 0.378 1
2.5.Packing/repacking 0.189 2
3.1.Reliability 0.112 4
3.2. Personnel capabilities 0.271 2
3.3.Standard Procedures 0.230 3
3.4.Internal & External Audit 0.386 1
4.1 Near to Operation Area 0.667 1
4.2.Near to Seaport/Airport with
Infrastructure Support 0.333 2
5.1.Emergency Plan 0.144 4
5.2.Safety Training 0.214 2
5.3.Number of safety incident 0.192 3
5.4.Safety Compliance & Inspection 0.450 1
0.09
0.03
0.09
0.05
0
68
4.5.3 Uji Konsistensi
Data yang diperoleh dari kuesioner diuji untuk konsistensi. Secara teori, nilai
konsistensi diperoleh dengan menggunakan persamaan (1.3) dan (1.4) dan
dibandingkan dengan nilai Indeks Konsistensi Acak/ Random Consistency Index
(RCI) seperti yang tercantum pada Tabel 2.4 atau nilai 0,10. Setelah memproses
data perbandingan berpasangan, perangkat lunak Expert Choice menghasilkan
bobot dan nilai konsistensi yang penting untuk setiap kelompok perbandingan
berpasangan seperti yang disajikan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di atas. Untuk
penelitian ini, hasil nilai konsistensi masih di bawah nilai 0.10, sehingga artinya
data dianggap konsisten.
Berkenaan dengan kepentingan relatif sub-kriteria, yang disebut prioritas
“global” (bobot) harus dihitung sebagai pelipatgandaan prioritas “lokal” dari sub-
kriteria (kepentingan relatifnya berkenaan dengan kriteria induk) oleh prioritas
kriteria itu. Prioritas global dihitung dengan mengalikan prioritas local dengan
bobot kriteria induknya dan itu mewakili keseluruhan pentingnya dengan
menghormati tujuan utama.
Sub Criteria Weight Priority/
Rank
Consistency
6.1.IT Tracking System 0.119 4
6.2.Heavy Duty Equipment 0.115 5
6.3.Rush Handling 0.206 2
6.4.Attitude Responsiveness 0.393 1
6.5.Flexibility to maintain service 0.168 3
7.1.Financial stability 0.160 3
7.2.CMS ISO OHSAS 0.525 1
7.3.Management capabilities 0.144 4
7.4.Performance history 0.171 2
0.04
0.03
69
Tabel 4.5 Uji Konsistensi
Main
CriteriaWeight Sub Criteria
Local
Weight
Global
Weight
Local
Rank
Global
Rank
Co
nsi
sten
cy
1.1.Transit Time 0.120 0.021 5 19
1.2.Acceptance 0.209 0.037 3 10
1.3.Paper works 0.241 0.043 2 8
1.4.Priority Shipment 0.277 0.050 1 5
1.5.Number of Rejected
Material0.157 0.028 4 15
2.1.Monthly charge 0.125 0.015 4 21
2.2.Lifting Fee 0.122 0.015 5 23
2.3.Customs Clearance
Fee0.187 0.022 3 18
2.4.Transportation
Demurrage and Detention
charge
0.378 0.045 1 6
2.5.Packing/repacking 0.189 0.023 2 17
3.1.Reliability 0.112 0.015 4 22
3.2. Personnel capabilities 0.271 0.036 2 11
3.3.Standard Procedures 0.230 0.030 3 14
3.4.Internal & External
Audit0.386 0.051 1 4
4.1 Near to Operation
Area 0.667 0.147 1 1
4.2.Near to
Seaport/Airport with
Infrastructure Support
0.333 0.074 2 3
5.1.Emergency Plan 0.144 0.026 4 16
5.2.Safety Training 0.214 0.038 2 9
5.3.Number of safety
incident0.192 0.034 3 13
5.4.Safety Compliance &
Inspection0.450 0.080 1 2
6.1.IT Tracking System 0.119 0.010 4 28
6.2.Heavy Duty
Equipment0.115 0.010 5 29
6.3.Rush Handling 0.206 0.018 2 20
6.4.Attitude
Responsiveness0.393 0.034 1 12
6.5.Flexibility to maintain
service0.168 0.015 3 24
7.1.Financial stability 0.160 0.013 3 26
7.2.CMS ISO OHSAS 0.525 0.044 1 7
7.3.Management
capabilities
0.144 0.012 4 27
7.4.Performance history 0.171 0.014 2 25
4.Location 0.221 0.00
7.Manageme
nt
0.083 0.03
5.HSE 0.09
6.Service
0.178
0.087 0.04
1.Time 0.179 0.03
2.Cost 0.120 0.09
3.Quality 0.131 0.05
70
4.6 Penilaian Logistic Hub
Sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya, enam alternatif (Logistic
Hub) diambil dari data preferensi lima expert PT. X yang memiliki pengalaman dan
memahami permasalahan Logistic Hub. Skala kuesioner menggunakan skala 1
sampai 5. Penilaian kualitatif dilakukan terhadap semua subkriteria mengingat data
historis hasil SQM dari PT. X dianggap tidak dapat digunakan karena reliabilitas,
validitas dan kelengkapan data historis tidak dapat diperoleh.
Tabel 4.6 Daftar Alternatives (Logistic Hub)
No Logistic Hub Keteragnan
1 Local Hub PLB Balikpapan PT. X memiliki multi-years contract aktif untuk logistic
service provider yang meliputi juga logistic hub Europe,
USA, Asia, Regional Hub Singapore dan Local Hub
Balikpapan sebagai alternatif tempat serah terima
barang dari OEM dengan pihak LSP perwakilan
perusahaan
2 Local Hub Batam
3 Regional Hub Singapore
4 Global Hub Asia
5 Global Hub USA
6 Global Hub Europe
Untuk mendapatkan nilai penilaian tunggal dari kuesioner beberapa
responden, rata-rata aritmatika digunakan. Hasil kuesioner dan perhitungan rata-
rata aritmatik ditunjukkan pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Logistic Hub terhadap Sub Kriteria
Sub Criteria
Logistic Hub Respondents
Mean 1 2 3 4 5
1.1.Transit Time Local Hub - PLB
Balikpapan
5 5 4 5 5 4.8
Local Hub – Batam 1 3 2 3 2 2.2 Regional Hub Singapore 4 3 3 4 4 3.6 Global Hub Asia 3 2 2 3 3 2.6 Globel Hub USA 2 2 2 2 2 2 Global Hub Europe 2 3 1 3 2 2.2
1.2.Acceptance Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 3 4 4 3.8
Local Hub – Batam 2 1 3 2 3 2.2 Regional Hub Singapore 2 3 3 3 3 2.8 Global Hub Asia 2 3 2 2 4 2.6 Globel Hub USA 3 3 3 3 3 3 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
1.3.Paper works Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 3 4 3.8
Local Hub - Batam 2 3 4 2 3 2.8
71
Regional Hub Singapore 2 3 3 3 3 2.8 Global Hub Asia 3 2 2 3 4 2.8 Globel Hub USA 3 3 2 2 3 2.6 Global Hub Europe 3 3 2 3 3 2.8
1.4.Priority Shipment Local Hub - PLB
Balikpapan
3 4 4 3 4 3.6
Local Hub - Batam 3 2 2 3 3 2.6 Regional Hub Singapore 3 2 3 3 3 2.8 Global Hub Asia 3 2 3 2 3 2.6 Globel Hub USA 3 3 3 2 3 2.8 Global Hub Europe 3 2 3 3 3 2.8
1.5.Number of
Rejected Material
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 3 4 3.8
Local Hub - Batam 3 3 3 3 4 3.2 Regional Hub Singapore 3 3 3 3 3 3 Global Hub Asia 3 3 2 3 4 3 Globel Hub USA 3 2 2 3 3 2.6 Global Hub Europe 3 2 3 3 3 2.8
2.1.Monthly charge Local Hub - PLB
Balikpapan
3 3 3 3 3 3
Local Hub - Batam 4 3 4 3 3 3.4 Regional Hub Singapore 3 3 3 3 3 3 Global Hub Asia 2 2 2 3 4 2.6 Globel Hub USA 3 3 2 3 3 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
2.2.Lifting Fee Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 3 3 3 3.2
Local Hub - Batam 3 3 3 3 4 3.2 Regional Hub Singapore 3 3 3 3 3 3 Global Hub Asia 3 3 3 3 4 3.2 Globel Hub USA 3 3 2 2 4 2.8 Global Hub Europe 3 3 2 3 3 2.8
2.3.Customs
Clearance Fee
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 4 3 3 3.4
Local Hub - Batam 4 3 4 3 3 3.4 Regional Hub Singapore 3 2 3 3 3 2.8 Global Hub Asia 3 2 3 3 3 2.8 Globel Hub USA 3 2 3 3 3 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
2.4.Transportation
Demurrage and
Detention charge
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 3 3 4 3.4
Local Hub - Batam 1 1 1 2 1 1.2 Regional Hub Singapore 4 3 3 3 4 3.4 Global Hub Asia 3 3 3 3 4 3.2 Globel Hub USA 3 3 3 3 3 3
72
Global Hub Europe 3 3 3 3 4 3.2 2.5.Packing/repacking Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 4 4
Local Hub - Batam 4 4 4 4 4 4 Regional Hub Singapore 4 3 3 3 4 3.4 Global Hub Asia 4 3 3 4 3 3.4 Globel Hub USA 4 3 3 4 3 3.4 Global Hub Europe 4 3 3 4 3 3.4
3.1.Reliability Local Hub - PLB
Balikpapan
3 4 3 3 4 3.4
Local Hub - Batam 3 3 3 3 3 3 Regional Hub Singapore 2 2 2 3 4 2.6 Global Hub Asia 3 3 2 3 3 2.8 Globel Hub USA 2 3 2 2 4 2.6 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
3.2. Personnel
capabilities
Local Hub - PLB
Balikpapan
3 3 4 4 4 3.6
Local Hub - Batam 2 3 4 4 3 3.2 Regional Hub Singapore 3 3 4 4 3 3.4 Global Hub Asia 3 3 2 3 4 3 Globel Hub USA 2 2 3 3 3 2.6 Global Hub Europe 3 3 2 3 3 2.8
3.3.Standard
Procedures
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 4 4 3 3.6
Local Hub - Batam 3 2 3 4 3 3 Regional Hub Singapore 3 3 3 4 3 3.2 Global Hub Asia 3 3 3 4 3 3.2 Globel Hub USA 3 2 3 3 3 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
3.4.Internal &
External Audit
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 4 4 3 3.6
Local Hub - Batam 2 3 3 4 3 3 Regional Hub Singapore 2 3 3 4 3 3 Global Hub Asia 2 2 3 3 3 2.6 Globel Hub USA 2 2 2 3 3 2.4 Global Hub Europe 3 3 2 3 3 2.8
4.1 Near to Operation
Area
Local Hub - PLB
Balikpapan
5 4 5 4 5 4.6
Local Hub - Batam 3 3 3 4 5 3.6 Regional Hub Singapore 3 3 3 4 5 3.6 Global Hub Asia 3 3 3 3 5 3.4 Globel Hub USA 3 3 3 3 3 3 Global Hub Europe 3 3 3 3 2 2.8 Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 5 5 5 4.6
73
4.2.Near to
Seaport/Airport with
Infrastructure Support
Local Hub - Batam 3 3 3 4 5 3.6 Regional Hub Singapore 3 2 3 4 3 3 Global Hub Asia 3 2 2 4 2 2.6 Globel Hub USA 3 3 3 3 2 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 2 2.8
5.1.Emergency Plan Local Hub - PLB
Balikpapan
5 4 4 5 5 4.6
Local Hub - Batam 3 3 4 4 3 3.4 Regional Hub Singapore 5 4 4 5 4 4.4 Global Hub Asia 4 4 4 4 4 4 Globel Hub USA 4 3 3 3 3 3.2 Global Hub Europe 4 4 4 4 4 4
5.2.Safety Training Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 4 4
Local Hub - Batam 3 3 3 4 3 3.2 Regional Hub Singapore 3 3 3 4 3 3.2 Global Hub Asia 3 3 3 4 4 3.4 Globel Hub USA 4 3 3 2 3 3 Global Hub Europe 4 3 3 2 3 3
5.3.Number of safety
incident
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 5 4.2
Local Hub - Batam 3 3 3 3 3 3 Regional Hub Singapore 4 3 3 3 3 3.2 Global Hub Asia 3 2 3 3 4 3 Globel Hub USA 4 3 3 3 4 3.4 Global Hub Europe 3 3 3 3 4 3.2
5.4.Safety
Compliance &
Inspection
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 5 4.2
Local Hub - Batam 2 3 3 3 3 2.8 Regional Hub Singapore 3 3 3 3 3 3 Global Hub Asia 3 3 3 3 4 3.2 Globel Hub USA 2 3 3 3 3 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
6.1.IT Tracking
System
Local Hub - PLB
Balikpapan
3 3 3 3 3 3
Local Hub - Batam 4 4 4 3 3 3.6 Regional Hub Singapore 3 4 2 3 3 3 Global Hub Asia 2 3 3 3 3 2.8 Globel Hub USA 2 3 2 2 2 2.2 Global Hub Europe 3 4 3 3 3 3.2
6.2.Heavy Duty
Equipment
Local Hub - PLB
Balikpapan
3 3 3 3 3 3
Local Hub - Batam 4 4 4 4 3 3.8 Regional Hub Singapore 3 4 2 2 3 2.8
74
Global Hub Asia 3 3 3 3 2 2.8 Globel Hub USA 3 3 3 2 3 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
6.3.Rush Handling Local Hub - PLB
Balikpapan
3 3 3 3 3 3
Local Hub - Batam 3 3 3 3 3 3 Regional Hub Singapore 2 2 3 3 3 2.6 Global Hub Asia 2 2 3 3 3 2.6 Globel Hub USA 3 2 2 2 3 2.4 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
6.4.Attitude
Responsiveness
Local Hub - PLB
Balikpapan
2 3 3 3 3 2.8
Local Hub - Batam 3 3 4 3 3 3.2 Regional Hub Singapore 3 4 3 3 3 3.2 Global Hub Asia 3 3 3 3 3 3 Globel Hub USA 3 3 3 3 4 3.2 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
6.5.Flexibility to
maintain service
Local Hub - PLB
Balikpapan
2 3 3 3 3 2.8
Local Hub - Batam 2 2 3 4 3 2.8 Regional Hub Singapore 2 2 3 4 3 2.8 Global Hub Asia 2 2 2 3 4 2.6 Globel Hub USA 2 2 2 3 4 2.6 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
7.1.Financial stability Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 4 4
Local Hub - Batam 3 3 3 3 4 3.2 Regional Hub Singapore 3 3 3 3 4 3.2 Global Hub Asia 3 3 3 4 3 3.2 Globel Hub USA 3 2 3 3 4 3 Global Hub Europe 3 2 3 3 3 2.8
7.2.CMS ISO
OHSAS
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 3 4 5 4 4
Local Hub - Batam 3 2 2 3 3 2.6 Regional Hub Singapore 3 2 2 4 3 2.8 Global Hub Asia 3 2 3 3 3 2.8 Globel Hub USA 3 2 3 4 3 3 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
7.3.Management
capabilities
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 4 4
Local Hub - Batam 2 2 2 3 3 2.4 Regional Hub Singapore 2 2 3 3 3 2.6 Global Hub Asia 2 2 3 3 3 2.6 Globel Hub USA 2 3 3 3 3 2.8
75
Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3 7.4.Performance
history
Local Hub - PLB
Balikpapan
4 4 4 4 5 4.2
Local Hub - Batam 2 3 2 3 3 2.6 Regional Hub Singapore 2 3 3 4 3 3 Global Hub Asia 2 2 3 4 4 3 Globel Hub USA 2 2 2 4 4 2.8 Global Hub Europe 3 3 3 3 3 3
Prioritas Logistic hub terbaik dapat dilakukan dengan proses ranking langsung
terhadap alternative Logistic Hub dimana global weight cireteria dan Sub criteria dikalikan
dengan preferensi para expert/ahli sebagai responden.
76
.
Tabel 4.8 Matriks Perkalian Sub Kriteria dengan Preferensi Logistic Hub
Global Weight Local Hub - PLB Balikpapan Local Hub - Batam Regional Hub Singapore Global Hub Asia Globel Hub USA
1.1.Transit Time 0.021 4.8 2.2 3.6 2.6 2.0
1.2.Acceptance 0.037 3.8 2.2 2.8 2.6 3.0
1.3.Paper works 0.043 3.8 2.8 2.8 2.8 2.6
1.4.Priority Shipment 0.050 3.6 2.6 2.8 2.6 2.8
1.5.Number of Rejected Material 0.028 3.8 3.2 3.0 3.0 2.6
2.1.Monthly charge 0.015 3.0 3.4 3.0 2.6 2.8
2.2.Lifting Fee 0.015 3.2 3.2 3.0 3.2 2.8
2.3.Customs Clearance Fee 0.022 3.4 3.4 2.8 2.8 2.8
2.4.Transportation Demurrage and Detention charge 0.045 3.4 1.2 3.4 3.2 3.0
2.5.Packing/repacking 0.023 4.0 4.0 3.4 3.4 3.4
3.1.Reliability 0.015 3.4 3.0 2.6 2.8 2.6
3.2. Personnel capabilities 0.036 3.6 3.2 3.4 3.0 2.6
3.3.Standard Procedures 0.030 3.6 3.0 3.2 3.2 2.8
3.4.Internal & External Audit 0.051 3.6 3.0 3.0 2.6 2.4
4.1 Near to Operation Area 0.147 4.6 3.6 3.6 3.4 3.0
4.2.Near to Seaport/Airport with Infrastructure Support 0.074 4.6 3.6 3.0 2.6 2.8
5.1.Emergency Plan 0.026 4.6 3.4 4.4 4.0 3.2
5.2.Safety Training 0.038 4.0 3.2 3.2 3.4 3.0
5.3.Number of safety incident 0.034 4.2 3.0 3.2 3.0 3.4
5.4.Safety Compliance & Inspection 0.080 4.2 2.8 3.0 3.2 2.8
6.1.IT Tracking System 0.010 3.0 3.6 3.0 2.8 2.2
6.2.Heavy Duty Equipment 0.010 3.0 3.8 2.8 2.8 2.8
6.3.Rush Handling 0.018 3.0 3.0 2.6 2.6 2.4
6.4.Attitude Responsiveness 0.034 2.8 3.2 3.2 3.0 3.2
6.5.Flexibility to maintain service 0.015 2.8 2.8 2.8 2.6 2.6
7.1.Financial stability 0.013 4.0 3.2 3.2 3.2 3.0
7.2.CMS ISO OHSAS 0.044 4.0 2.6 2.8 2.8 3.0
7.3.Management capabilities 0.012 4.0 2.4 2.6 2.6 2.8
7.4.Performance history 0.014 4.2 2.6 3.0 3.0 2.8
SCORE 3.929 3.020 3.146 2.999 2.844
RANK 1.00 1 3 2 4 6
Percentace 20.81% 16.00% 16.66% 15.88% 15.06%
Arith Mean
77
BAB V
ANALISA DAN DISKUSI
Bab ini akan menganalisis dan membahas hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dan ditunjukkan pada bab sebelumnya. Bab ini menjelaskan bagaimana
data dari survei dan pengolahan data dianalisis dan membahas hasil analisis ini.
Kriteria seleksi dalam urutan kepentingan dikembangkan dan peringkat dan
peringkat dari alternatif dihitung dan akhirnya tujuan dari penelitian itu tercapai.
5.1 Hierarchy Model
Pengembangan model hierarki AHP terdiri dari empat level, yaitu
Goal/tujuan, kriteria, subkriteria dan alternatif. Dalam masalah pemilihan Logistic
Hub ini, tujuan untuk memilih Logistic Hub terbaik yang memiliki peringkat
tertinggi ditempatkan di level 1 hierarki, sementara enam Logistic Hub yang ada
ditempatkan di level 4 dari hirarki.
Kriteria pemilihan utama yang digunakan untuk mengembangkan prioritas
terdiri dari studi literatur di area pemilihan Logistic Hub dan kriteria evaluasi dan
seleksi yang berlaku di PT. X. Kriteria utama yang dikembangkan adalah:
• Kriteria 1 (Time)
• Kriteria 2 (Cost)
• Kriteria 3 (Quality)
• Kriteria 4 (Location)
• Kriteria 5 (HSE)
• Kriteria 6 (Service)
• Kriteria 7 (Management)
Setiap kriteria terdiri dari sub kriteria. Kriteria 1 (Time) memiliki lima sub
kriteria, kriteria 2 (Cost) memiliki lima sub kriteria, kriteria 3 (Quality) memiliki
empat sub kriteria, kriteria 4 (Location) memiliki dua sub kriteria, kriteria 5 (HSE)
memiliki sub kriteria utama, kriteria 6 (Service) memiliki lima sub kriteria dan
kriteria 7 (Management) memiliki empat sub kriteria. Secara keseluruhan, ada dua
78
puluh sembilan sub kriteria yang dikembangkan. Model hirarki untuk penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebelumnya.
5.2 Analisa Kriteria and Sub Kriteria
5.2.1 Analisa Kriteria
Dalam model pemilihan Logistic Hub, kriteria pemilihan Logistic Hub terdiri
dari tujuh kriteria. Bobot dan konsistensi rasio kriteria dihitung dengan proses AHP
dapat dilihat pada table 4.3. Adapun nilai konsitensi rasio-nya sudah memenuhi
sebesar 0.08.
Kriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah Kriteria 4 (Location) dengan
bobot 0,221 atau 22,1%, diikuti oleh Kriteria 1 (Time) dengan bobot 0,179 atau
(17.9%), kemudian Kriteria 5 (HSE) dengan bobot 0,178 atau 17,8%, kemudian
Kriteria 3 (Quality) dengan berat 0,131 atau 13,1%, diikuti Kriteria 2 (Cost) dengan
berat 0,120 atau 12,0%, kemudian Kriteria 6 (Service) dengan berat 0,087 atau
8,7% dan terakhir adalah Kriteria 7 (Management) dengan berat 0,083 atau 8,3%.
Konsistensi rasio 0,08 atau di bawah 0,10 yang artinya bisa dianggap konsisten.
Peringkat pertama adalah Kriteria 4 (Location). Ini menunjukkan bahwa
kriteria Lokasi adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub selama
melayani barang operasi PT. X. Pengiriman akan sampai tepat waktu dari Logistic
Hub ke pengguna jika barang sudah ditempatkan di lokasi gudang logistic hub
terdekat dengan daerah operasi. Perusahaan tidak ingin menghadapi delay operasi
dan rig standby yang biayanya sangat tinggi karena keterlambatan pengiriman atau
tidak tersedianya barang operasi yang dalam keharian sangat mahal dan
membutuhkan waktu produksi yang lama. Jadi penting bagi Logistic hub untuk
memenuhi Kriteria lokasi yang terdekat dengan daerah kepabeanan Indonesia
sehingga bisa tepat waktu memenuhi komitmen pengiriman barang operasi. Dengan
adanya Pusat Logistik Berikat (PLB) maka Kriteria utama ini sangat berpengaruh
memberi manfaat lebih dari pada pilihan yang lain.
Peringkat kedua adalah kriteria 1 (Time). Waktu adalah kriteria yang sangat
penting, Logistic Hub sudah harus mempertimbangkan faktor-faktor untuk
memuaskan perusahaan dalam aspek pengiriman barang, ketelitian penerimaan
barang, pengurusan dokumen impor, jalur cepat untuk barang urgent dll.Seeberapa
79
cepat Logistic Hub dapat memberikan barang sesuai dengan jadwal, pengiriman
tepat waktu, memberikan informasi tentang pembaruan jadwal dan ketersediaan
kapal, kemampuan dan kesediaan untuk mempercepat perintah untuk memastikan
pengiriman sesuai jadwal, perencanaan dan dukungan yang sangat baik dengan
mudah memenuhi atau memperbaiki jadwal yang disepakati, koordinasi dan
komunikasi yang proaktif dan efektif.
Kriteria tertinggi ketiga adalah Kriteria 5 (HSE). Kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan adalah kriteria mendasar yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub selama
bekerja untuk industri migas di lokasi perusahaan atau dimanapun juga karena
kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dikategorikan sebagai pekerjaan
berisiko tinggi. Walaupun peringkat criteria HSE tidak paling tinggi dengan asumsi
semua pihak terkait sudah memahami, namun demikian penting bagi semua pihak
yang terlibat termasuk Logistic Hub dan kontraktor untuk sepenuhnya sadar akan
masalah HSE, mengutamakan keselamatan pada prioritas pertama, dan malakukan
implementasi HSE yang memuaskan dalam organisasinya, untuk mencegah insiden
kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang tidak perlu yang dapat
membahayakan operasi perusahaan dan menempatkan citra perusahaan dalam
reputasi buruk.
Perhatian tinggi PT. X di HSE tercermin dalam komitmen, kebijakan,
prosedur, dan kampanye manajemen HSE mereka. Seperti yang dikatakan oleh PT.
X President & General Manager dalam pesan akhir tahun 2015 dan menyambut
pijatan tahun 2016 yang perlu diingat semangat perusahaan “I Am Committed to
Zero LTI” dengan lebih fokus dalam kegiatan sehari-hari di mana-mana, terutama
dalam operasi laut , dan menerapkan 12 Golden Rules. Maksud dan tujuan dari
peraturan ini adalah untuk meningkatkan mindset keselamatan di semua tingkat
aktivitas, menggulirkan aturan keselamatan untuk setiap pemain di lapangan dan
untuk mencegah kecelakaan kerja.
Jumlah insiden keselamatan selama bekerja di dalam lingkungan perusahaan,
pemeriksaan HSE dilakukan secara berkala dengan perwakilan perusahaan, semua
dokumen diisi dan tersedia, laporan insiden / kejadian diberikan secara proaktif,
dan pelatihan keselamatan yang tepat di tempat adalah beberapa hal penting faktor
80
yang harus dipertimbangkan oleh Logistic Hub untuk memuaskan perusahaan
dalam aspek HSE.
Peringkat keempat adalah Kriteria 3 (Quality).
Ini menunjukkan bahwa kriteria kualitas adalah kriteria keempat yang harus
dipenuhi oleh Logistic Hub selama melakukan layanan. Kualitas selama periode
waktu tertentu, konsistensi, pemecahan masalah proaktif dan implementasi sistem
mutu adalah beberapa faktor penting yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub selama
bekerja melayani.
Jumlah kerusakan kapal, jumlah penolakan selama inspeksi yang dilakukan,
jumlah pengurangan kinerja kapal, implementasi sistem mutu yang baik dalam
organisasi Logistic Hub termasuk tetapi tidak terbatas pada sertifikasi ISO/OHSAS
dan ketersediaan izin dan implementasi dari sistem pemeliharaan, proaktif dalam
mengidentifikasi potensi masalah dan menyelidiki akar permasalahan dan tindakan
pencegahan yang efektif dan pemantauan adalah beberapa faktor yang harus
diperhatikan oleh Logistic Hub untuk memuaskan perusahaan dalam aspek kualitas.
Kriteria Cost adalah kriteria kelima yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub
selama kinerja layanan. Biaya yang dikeluarkan didorong oleh tingkat sewa gudang
dan peralatan berat termasuk pengepakan, trucking dan crane, terkati langsung
dengan biaya konsumsi bahan bakar. Pada krisis harga minyak hari ini, penting bagi
perusahaan untuk memiliki Logistic Hub yang bersedia menawarkan pengurangan
harga dan peningkatan biaya sesuai dengan situasi ekonomi global saat ini dan
sesuai dengan harga pasar.
Pengurangan biaya semakin menjadi penting bagi perusahaan karena harga
minyak mentah terus menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. PT.
X merundingkan ulang semua kontrak yang sesuai dengan situasi ekonomi global
saat ini dan harga pasar dan ada niat dari perusahaan untuk menghentikan Logistic
Hub yang tidak mau mengurangi biaya mereka.
Total biaya operasi kapal yang terdiri dari tarif unit, biaya konsumsi bahan
bakar dan biaya apa pun yang timbul karena kerusakan kapal atau tidak tersedianya
kapal dan harga penawaran yang sesuai atau di bawah harga pasar, memberikan
81
diskon, memberikan peningkatan biaya dan mengusulkan solusi atau perbaikan apa
pun dengan dampak komersial positif adalah beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan oleh Logistic Hub untuk memuaskan perusahaan dalam aspek
komersial dan biaya.
Peringkat keenam adalah Kriteria 6 ( Service). Ini menyatakan bahwa kriteria
service adalah kriteria keenam yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub selama
kinerja layanan. Kompetensi teknis yang baik dari Logistic Hub akan memastikan
kemampuan Logistic Hub dalam kinerja layanan.
Logistic Hub harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut untuk
memuaskan perusahaan dalam aspek kompetensi teknis: personel memiliki
kompetensi atau pengalaman yang diperlukan, layanan kelas satu dengan intervensi
perusahaan minimum, jalur pelatihan yang ditetapkan untuk pergerakan personel
dan personil dan perubahan diantisipasi, solusi alternatif dengan dampak teknis
yang positif, memastikan pelanggan memiliki mitra yang kompeten dan
berpengalaman yang bersedia mengajukan pertanyaan dalam melebihi harapan
pelanggan, dan memberikan dukungan teknis.
Kriteria Service adalah kriteria ketujuh yang harus dipenuhi oleh Logistic
Hub selama kinerja layanan. Ketersediaan online tracking system, peralatan berat,
pelayanan jalur cepat, attitude responsive dan fleksibilitas layanan. Kemampuan
untuk mempertahankan layanan, orientasi pelanggan, fleksibilitas, sikap
menangani keluhan, dan responsif adalah faktor penting yang harus dipenuhi oleh
Logistic Hub selama kinerja layanan termasuk tetapi tidak terbatas pada layanan
yang baik dan dapat diandalkan selama periode tertentu waktu, fokus dalam
melebihi harapan pelanggan dan selalu menempatkan kebutuhan operasional
pelanggan dalam prioritas pertama, dan fleksibilitas dalam proses faktur dan
pembayaran, tarif unit, pengurangan harga, frekuensi dan jumlah pesanan untuk
melebihi harapan pelanggan.
Peringkat ke tujuh adalah Kriteria Management. Ini menunjukkan bahwa
kriteria kinerja bisnis secara keseluruhan adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh
Logistic Hub selama kinerja layanan. Kriteria kinerja management secara
keseluruhan terdiri stabilitas financial, memiliki sertifikasi kompetensi company
management system termasuk ISO dan OHSAS, kinerja berkualitas, riwayat
82
kinerja, kemampuan manajemen dan stabilitas keuangan. Kinerja keseluruhan
perusahaan yang baik dari Logistic Hub akan memastikan kemampuan Logistic
Hub dalam kinerja layanan, misalnya, kinerja berkualitas baik seperti yang
ditunjukkan oleh rendahnya jumlah penolakan barang yang sudah diterima dari
Supplier, penerapan sistem mutu, dan pemecahan masalah proaktif selama kinerja
layanan merupakan faktor kunci yang memastikan kemampuan management dalam
kinerja layanan, rekam jejak yang baik dari Logistic Hub dalam hal kinerja layanan
adalah faktor kunci yang memastikan kemampuan Logistic Hub dalam kinerja
layanan, komitmen dan kemampuan manajemen juga akan memastikan
kemampuan Logistic Hub dalam kinerja layanan yang terbaik.
5.2.2 Analisa Sub Kriteria
5.2.2.1 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Time
Bobot untuk setiap sub kriteria pada kriteria Time, telah diuraikan pada tabel
4.4. Kriteria tertinggi adalah priority shipment diikuti oleh paper works pengurusan
masterlist impor, kemudian penerimaan barang, penolakan barang dan lamanya
waktu perjalanan. Adapun nilai konsistensi rasionnya untuk criteria Time telah
memenuhi karena nilainya dibawah 10% yaitu sebesar 0.03.
5.2.2.2 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Cost
Kriteria biaya/Cost dari model pemilihan logistic hub terdiri dari lima sub
kriteria. Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses AHP
dan dapat dilihat pada table 4.4. Kriteria tertinggi adalah Transportation demurrage
dan detention charge, kemudian packing/repacking, diikuti oleh biaya custioms
clearance, biaya lifting dan biaya sewa bulanan logistic hub. Adapun nilai
konsistensi rasio untuk criteria Cost telah memenuhi syarat karena <10% dengan
nilai sebesar 0.09.
5.2.2.3 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Quality
Kriteria Quality dari model pemilihan logistic hub terdiri dari lima sub
kriteria. Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses AHP
83
dan dapat dilihat pada table 4.4. Kriteria tertinggi adalah internal dan external audit,
diikuti oleh Personnel Capabilities, standard procedures, dan quality reliability.
Adapun nilai konsistensi rasio untuk criteria Quality telah memenuhi syarat karena
<10% dengan nilai 0.05.
5.2.2.4 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Location
Kriteria Location dari model pemilihan logistic hub terdiri dari lima sub
kriteria. Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses AHP
dan dapat dilihat pada table 4.4. Kriteria tertinggi adalah Kriteria Jarak yangcdekat
ke area operasi dan diikuti oleh kedekatan jarak ke airport dan seaport. Dengan
dekatnya jarak ke area operasi berarti kendala waktu, keterlambatan pengiriman
dan lain lain tidak lagi menjadi masalah karena barang didepan mata dan bisa
dikeluarkan kapan saja. Adapun nilai konsistensi rasio untuk criteria Quality telah
memenuhi syarat karena <10%.
5.2.2.5 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria HSE
Kriteria HSE dari model pemilihan logistic hub terdiri dari lima sub kriteria.
Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses AHP dan dapat
dilihat pada table 4.4. Kriteria kepatuhan akan keamanan dan pemeriksaan adalah
kriteria yang paling tinggi untuk kriteria HSE, diikuti oleh safety training, jumlah
kejadian keamanan dan emergency plan. Adapun nilai konsistensi rasio untuk
criteria Quality telah memenuhi syarat karena <10% dengan nilai 0.09.
5.2.2.6 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Service
Kriteria Service dari model pemilihan logistic hub terdiri dari lima sub
kriteria. Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses AHP
dan dapat dilihat pada table 4.4. Kriteria tertinggi adalah sub kriteria attitude
responsiveness dari kriteria Service diikuti rush handling pengurusan jasa jalur
cepat, fleksibilitas service. Pendekatan proaktif yang baik dan upaya untuk
menyelesaikan masalah / keluhan adalah hal-hal yang esensial untuk memuaskan
perusahaan dalam aspek layanan. Adapun nilai konsistensi rasio untuk criteria
Quality telah memenuhi syarat karena <10% dengan nilai sebesar 0.04.
84
5.2.2.7 Analisa Sub Kriteria dari Kriteria Management
Kriteria Management dari model pemilihan Logistic Hub terdiri dari empat
sub kriteria terkait stabilitas keuangan, company management system termasuk ISO
dan OHSAS. Bobot dan konsistensi rasio sub kriteria ini dihitung dengan proses
AHP dan dapat dilihat pada table 4.4. Kriteria tertinggi adalah Company
management system diikuti performance histry, satabilitas financial dan
kemampuan management. Adapun nilai konsistensi rasio untuk criteria Quality
telah memenuhi syarat karena <10% dengan nilai 0.03.
Sistem manajemen mutu / akreditasi ISO harus dipertimbangkan oleh Logistic
Hub untuk memuaskan perusahaan dalam aspek kinerja bisnis secara keseluruhan.
Ini menunjukkan bahwa sub kriteria sejarah kinerja adalah sub kriteria kedua
dalam kriteria kinerja bisnis secara keseluruhan yang harus dipenuhi oleh Logistic
Hub. Sejarah kinerja Logistic Hub yang berkaitan dengan reputasi Logistic Hub
untuk kinerja harus dipertimbangkan oleh Logistic Hub untuk memenuhi aspek
kinerja bisnis secara keseluruhan. Peringkat ketiga adalah Sub Kriteria 7.3
(kemampuan manajemen). Ini menunjukkan bahwa subkriteria kemampuan
manajemen adalah sub kriteria ketiga dalam kriteria kinerja bisnis secara
keseluruhan yang harus dipenuhi oleh Logistic Hub selama kinerja layanan.
Komitmen manajemen dan keinginan untuk mengembangkan hubungan kerja yang
lebih dekat dengan pelanggan adalah hal-hal penting yang harus dipertimbangkan
oleh Logistic Hub untuk memuaskan perusahaan dalam aspek kinerja bisnis secara
keseluruhan.
Sub kriteria stabilitas keuangan adalah sub kriteria keempat dalam kriteria
kinerja bisnis secara keseluruhan yang harus dipenuhi dan dibuktikan oleh Logistic
Hub. Kondisi keuangan Logistic Hub dapat mempengaruhi kemampuan Logistic
Hub dalam melakukan layanan sehingga hal-hal penting harus dipertimbangkan
oleh Logistic Hub untuk memuaskan perusahaan dalam aspek kinerja bisnis secara
keseluruhan.
5.3 Analisa Ranking dari Logistic Hub
Keseluruhan peringkat Logistic Hub berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan preferensi dari expert berdasarkan Kriteria dan Subriteria yang yang
dianggap penting dirangkum sebagai berikut:
85
Gambar 5.1 Ranking Pemilihan Logistic Hub PT. X
Ilustrasi dari keseluruhan peringkat Logistic Hub dapat dilihat pada Gambar
5.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa Logistic Hub PLB Balikpapan dianggap
sebagai Logistic Hub terbaik dengan nilai tertinggi untuk PT. X.
.
Local Hub -
PLB
Balikpapan
Local Hub -
Batam
Regional Hub
Singapore
Global Hub
Asia
Globel Hub
USA
Global Hub
Europe
SCORE 3.929 3.020 3.146 2.999 2.844 2.944
RANK 1 3 2 4 6 5
Percentace 20.81% 16.00% 16.66% 15.88% 15.06% 15.59%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
Local Hub -PLB
Balikpapan
Local Hub -Batam
RegionalHub
Singapore
Global HubAsia
Globel HubUSA
Global HubEurope
20.81%
16.00% 16.66% 15.88% 15.06% 15.59%
Ranking Logistic Hub
86
Halaman ini sengaja dikosongkan
87
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Ketika suatu organisasi berurusan dengan memilih logistic hub terbaik
sebagai tempat serah terima barang operasi, keputusan seringkali menjadi rumit
karena banyak hal yang harus dipertimbangkan berupa masalah multi-kriteria yang
memiliki banyak masalah kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menyajikan
metode AHP sebagai alat analisis keputusan dalam masalah pemilihan logistic hub
untuk PT. X.
Berdasarkan perhitungan AHP menggunakan Expert Choice diperoleh Bobot
untuk kriteria Location adalah yang tertinggi (0.221). kemudian diikuti oleh Time
(0.179), HSE (0.178), Quality (0.131), Cost (0.120), Service (0.087)dan terakhir
Management (0.083) dengan index consitency 0.08 (8%) <10% yang berarti
konsisten.
Bab ini merangkum kesimpulan dan rekomendasi yang berasal dari hasil
gabungan studi literatur, metodologi dan studi. Berdasarkan penilaian alternative
atas 7 Kriteria dan 29 subkriteria diperoleh hasil Local Hub PLB Balikpapan
unggul dengan rangking teratas (3.93 skala 5), kemudian diikuti oleh Regional Hub
Singapore, Local Hub Batam, Global Hub Asia, Global Hub Europe dan terakhir
Global Hub USA.
6.2 Saran
• Studi selanjutnya dapat membandingkan beberapa metode MCDM lainnya
dalam menentukan prioritas seleksi dari alternatif Global Hu.
• Studi masa depan dapat membandingkan penggunaan metode AHP penuh dan
integrasi AHP-TOPSIS dalam menentukan alternatif terbaik. Selain itu
penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan konsep
Manfaat / Biaya dan Peluang / Risiko.
88
89
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowersox, D. J., Closs, D. J., & Cooper, M. B. (2012). Supply chain
logistics management: McGraw-Hill New York, NY.
2. Ciptomulyono, U. (2008), “Fuzzy Goal Programming Approach for
Deriving Priority Weights in the Analytical Hierarchy Proces (AHP)
Method”, Journal of Applied Sciences Research, 4(2) , 171-177.
3. Ciptomulyono, U. (2010), “Paradigma Pengambilan Keputusan
Multikriteria Dalam Perspektif Projek dan Industri Yang Berwawasan
Lingkungan”, Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar ITS, ITS
Surabaya
4. Hartono (2012), Statistik Untuk Penelitian, Edisi Revisi Cetakan VI,
Pustaka Pelajar.
5. Hery Purnomo (2010), Supplier selection Using AHP Method: a Case Study
in PT X Sidoarjo. Thesis. MMT ITS.
6. Hwang, C.L., dan Yoon K. (1981), “Multiple Attribut Decision Making:
Methods and Application: A State of the Art, Survey”, Lectures Notes in
Economics and Mathematical Systems, Springer Verlag, Berlin.
7. International Chamber Organization (2010), ICC rules for the use of
domestic and international trade terms (Incoterms 2010).
8. Jayant, A., Gupta, P., Garg, S. K., dan Khan, M. (2014). “TOPSIS-AHP
Based Approach for Selection of Reverse Logistics Service Provider: A
Case Study of Mobile Phone Industry”. Procedia Engineering
97(2014)2147-2156.
9. Jharkharia, S., dan Shankar, R. (2007). Selection of logistics service
provider: An analytic network process (ANP) approach. The International
Journal of Management Science, 35(3), 274–289.
10. Saaty, T.L. (2008), “Decision making with the analytic hierarchy process”,
Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1 .
11. Saaty, T. L. (1980), “Decision making with the analytic hierarchy process”,
Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1 .
12. Saaty, T. L. (1990), “How to make a decision: The analytic hierarchy
process”, European Journal of Operational Research , 48:9-26.Satryo
90
13. Satryo Hery Purnomo (2010), Supplier selection Using AHP Method: a
Case Study in PT X Sidoarjo. Thesis. MMT ITS.
14. SKK Migas (2017), Pedoman Tata Kerja (PTK) Nomor: KEP-0041
/SKKMA0000/2017/S0 revisi 04.
15. Sritomo Wignjosoebroto (2006), Pengantar Teknik dan Manajemen
Industri, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Penerbit Guna Widya.
16. Sonmez, M., (2006), “A review and critique of supplier selection process
and practices”, Occasional Paper, 2006:1. Loughborough: Business
School, Loughborough.
17. Suratmodjo Arwan Chrysdeckie, Iwan Vanany Jurnal Ilmiah teknik
Industri. ISSN 1412-6869. Pemilihan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Program CSR.
18. Wahyu, Adi Permadi, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Pada Kontrak Servis Tongkang Di Lingkungan TOTAL E&P INDONESIE.
Thesis. MMT ITS.
19. Yayin, Y. D., Ciptomulyono, U., dan Suparno. (2011). “Integrasi
Pendekatan Fuzzy ANP dan TOPSIS untuk Pemilihan Logistic Service
Provider (Studi Kasus: PT.EPT) “. Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XIV, Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
91
LAMPIRAN
ATTACHMENT 1 :
AHP PROCESSING RESULT OF EXPERT CHOICE SOFTWARE
Hierarchy View of Expert Choice:
Tree View of Expert Choice:
92
SELECTING THE BEST LOGISTIC HUB
93
94
TIME.
95
COST
96
QUALITY
97
LOCATION
98
H S E.
99
SERVICE
100
MANAGEMENT
101
ATTACHMENT 2
QUESTIONNAIRE SURVEY
Penelitian ini merupakan studi kasus dalam memilih Logistics Hub terbaik
untuk importasi Barang Operasi Perminyakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kriteria pemilihan
Logistik Hub yang harus dipertimbangkan dalam proses pemilihan Logistics Hub
terbaik. Penelitian ini menggunakan kuestioner untuk pengumpulan data primer.
Semoga Bapak/Ibk berkenmanan mengisi kuestioner ini. Kuesioner terdiri dari
dua bagian sebagai berikut:
Bagian I: perbandingan berpasangan untuk kepentingan relatif dari kriteria
seleksi.
Bagian II: penilaian alternatif.
Semua data yang dikumpulkan dari Bapak/Ibuk akan digunakan hanya
untuk tujuan ilmiah. Kami ucapan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi
Bapak/Ibuk dalam penelitian ini.
Salam,
Rudy Gunawan Syarfi
==========================================================
Respondent Data:
Name:
Position:
Experiences:
Bagian I: perbandingan berpasangan untuk kepentingan relatif / preferensi
kriteria pemilihan pemasok
Pedoman/Guideline:
102
Setiap kriteria akan dinilai sesuai dengan tingkat kepentingan relatifnya
terhadap kriteria lain dalam kelompok berdasarkan perbandingan pasangan yang
bijaksana. Konsistensi balasan akan diuji. Responden yang tidak mencapai tingkat
konsistensi yang dapat diterima akan diminta mengisi ulang kuesioner sampai
mereka mencapai tingkat konsistensi yang dapat diterima.
Skala yang digunakan untuk menemukan pasangan kepentingan relatif
bijaksana adalah sembilan titik skala sebagai berikut:
(1) Sama pentingnya / disukai -- tidak penting/tidak disukai
(3) Cukup penting / disukai
(5) Sangat penting / disukai --- penting
(7) Sangat sangat penting / disukai -- sangat penting
(9) Sangat penting / disukai. --- amat sangat penting
Anda dapat menambahkan skala antara 1 dan 9. Bila kriteria memiliki
kepentingan yang sama, dibutuhkan skor (1). Hal ini biasanya terjadi bila Anda
membandingkan kriteria dengan dirinya sendiri. Bila satu kriteria berasal dari
yang sama hingga cukup penting, skor akan mengambil (2) dan seterusnya Anda
dapat terus mengevaluasi seberapa banyak masing-masing kriteria dipilih daripada
yang lain. Silakan lihat contoh di bawah ini:
Saat membeli mobil, harap beri nilai pada masing-masing kriteria sesuai
dengan tingkat kepentingan relatifnya terhadap kriteria lain, dengan lingkaran atau
berikan tanda silang (X) pada salah satu nomor dalam skala penilaian seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Criteria Rating Scale
Criteria
Price 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Brand
Price 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Appearance
Brand 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Appearance
Artinya:
• Menurut responden, "Brand" sangat kuat disukai dibanding Price dalam
memilih mobil.
• Menurut responden, "Harga" sangat disukai dibandingkan dengan
"Penampilan" dalam memilih mobil.
• Menurut responden, "Merek" cukup disukai dibandingkan dengan
"Penampilan" dalam memilih mobil.
X X
X
103
Dalam penentuan logistic hub terbaik untuk importasi barang operasi,
kriteria-kriteria yang dianggap penting perlu diketahui berikut sub kriterianya.
Misalnya criteria waktu, ketepatan dan keterlambatan kedatangan barang yang
dibutuhkan, ketidaksesuaian qualitas dan jumlah barang akan menimbulkan risiko
yang sangat serius bagi kelancaran operasi. Kriteria biaya juga diperlukan agar
tidak menyebabkan perusahaan menanggung beban biaya yang besar. Masih
banyak kriteria lain yang perlu diketahui, sehingga penelitian ini salah satu
tujuannya adalah mengetahui kriteria dan sub kriteria yang dipentingkan dalam
menentukn jalur dan logistic hubnya.
Daftar kriteria seleksi, sub kriteria dan deskripsi
Criterion Sub-Criterion Description
5. Time 1.4 Transit Time Lamanya waktu menunggu sebelum
barang dapat diberangkatkan ke
negara tujuan
1.5 Acceptance
Lamanya pemeriksaan sistem mutu barang, mencocokkan
nomor/model/ serta sertifikat dan
pemeliharaan yang masih berlaku.
1.6 Paperworks Lamanya persetujuan Mastelist serta
Tindakan proaktif memeriksa
dokumen fasilitas bea cukai,
LARTAS serta mengidentifikasi
potensi masalah kertas kerja yang
sah.
1.4 Priority Shipment Menyediakan solusi untuk permintaan khusus dengan memberi
104
prioritas atas pengiriman kepada
barang tertentu
1.5 Number of Material
rejected
Barang yang salah dan ditolak waktu
Custsoms melakukan pemeriksaan
6. Cost 2.6 Monthly charge Pendekatan positif penawaran sewa
lokasi gudang beserta fasilitas serta
syarat dan ketentuan yang jelas.
2.7 Lifting fee Harga yang ditawarkan sesuai atau di
bawah harga pasar, siap memperbaiki
penawaran harga satuan/tarif, biaya
bahan bakar, konsumsi dan biaya
apapun yang timbul karena tidak
tersedianya peralatan angkat dan
angkut
2.8 Customs Clearance
Fee
Tidak ada klaim komersial dalam hal
tambahan biaya dari proses Customs
Clearance dengan pendekatan yang
baik serta penyelesaian dalam waktu
singkat
2.9 Transport Demurrage
and Detention charge
Total biaya operasi terendah secara
keseluruhan meliputi biaya tunggu
dan biaya kelamaan karena tidak
tersedianya alat berat, keterlambatan
bongkar Container dan ketersediaan
Masterlist
2.10 Packing/repacking Tidak masalah dengan pengepakan
dan sepenuhnya mematuhi SEI sesuai
persyaratan kontrak
7. Quality 3.5 Reliability Memberikan dukungan teknis,
dengan menggunakan teknologi
terkini dan dapat diandalkan dalam
hal transportasi dan logistic
Internasional
3.6 Personnel capabilities Para personil memiliki kompetensi
dan pengalaman yang dibutuhkan
dalam mengelola operasional
3.7 Standard Standard
Procedures
Prosedur didokumentasikan dan
diimplementasikan dan update sering
dilakukan
3.8 Internal External
Audit
Pemeliharaan kualitas teknikal yang
teruji serta diperiksa dari dalam dan
luar Logistic hub
8. Location 4.1 Railway/Road
available
Ketersediaan moda trasportasi, jalan
dan rel kereta meningkatkan
kecepatan pengantaran barang yang
sesuai jadwal.
4.2 Near to
Seaport/Airport
Lokasi dekat pelabuhan laut dan
udara yang menambah kemampuan
untuk memperlancar pengiriman
barang dengan Koordinasi dan
komunikasi efektif.
5.5 Number of safety
incident
Tidak ada fatality dan semua kejadian
tercatat dengan baik
105
8. Health Safety
Emergency
Plan (HSE)
5.6 Emergency Plan Latihan penyelamatan, fire drill
tersedia dalam rencana
5.7 Safety compliance &
inspection
Pemeriksaan K3LL dilakukan secara
berkala dengan perwakilan
Perusahaan. Semua dokumen
diajukan dan tersedia. Laporan
kejadian / insiden disediakan secara
proaktif
5.8 Safety training Melaksanakan safety training secara
rutin
9. Service 6.5 IT Tracking System Tersedia online Tracking System
6.6 Heavy Duty
Equipment
Reaksi cepat dan Pendekatan yang
baik untuk mengelola order dan
memecahkan keluhan pengguna
6.7 Flexibility and Ability
to maintain the service
Fleksibelitas dan Kualitas pelayanan
yang baik yang teruji selama periode
waktu tertentu.
6.8 Heavy Duty
Equipment
Ketersediaan alat berat di logistic hub
dalam mendukung kegiatan sehari
hari
6.9 Rush Handling Pelayanan tim khusus expediting
yang melampaui ekspektasi
pelanggan. Selalu mengutamakan
kebutuhan operasional pelanggan
dalam prioritas pertama
10. Management 7.5 Financial stability Stabilitas keuangan tanpa gangguan
dalam operasional dan sistem
pembayaran.
7.6 CMS performance Mendapatkan akreditasi ISO/OHASS
7.7 Management
capabilities
Meliputi komitmen manajemen, dan
kemauan untuk mengembangkan
hubungan kerja yang erat dengan
freight forwarding dan shipping line.
7.8 Performance History
Sejarah Kinerja Logistic Hub yang
berkaitan dengan reputasi kinerja
Questionnaire I.A. relative importance/preference of main criterion for
supplier selection
Saat memilih logistic hub, pilih tingkat kepentingan / preferensi masing-masing
kriteria utama dibandingkan satu sama lain, oleh lingkaran atau berikan tanda silang
(X) pada salah satu nomor dalam skala penilaian seperti yang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
106
Main Criterion Rating Scale Main Criterion
1.Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.Cost
1. Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.Quality
1. Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4.Location
1. Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. HSE
1. Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.Service
1. Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
2.Cost 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.Quality
2.Cost 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4.Location
2.Cost 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. HSE
2.Cost 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.Service
2.Cost 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
3.Quality 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4.Location
3.Quality 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. HSE
3.Quality 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.Service
3.Quality 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
4. Location 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5. HSE
4. Location 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.Service
4. Location 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
5. HSE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.Service
5. HSE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
6.Service 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.Management
Questionnaire I.B. relative importance/preference of sub criterion for supplier
selection
When selecting the Local Hub / PLB Balikpapanor AHTS vessel service, please
select the degree of relative importance/preference of each sub criterion compared
to each other, by circle or provide a cross (X) on one of the numbers in the rating
scale as shown on below table./ Saat memilih pemasok untuk layanan kapal AHTS,
pilih tingkat kepentingan / preferensi masing-masing sub kriteria dibandingkan satu
107
sama lain, oleh lingkaran atau berikan tanda silang (X) pada salah satu nomor dalam
skala penilaian seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
1. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Time” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
1.1.Transit Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.2.Acceptance
1.1.Transit Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.3.Paperworks
1.1.Transit Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.4.Priority Shipment
1.1.Transit Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.5.Number of Material
Rejected
1.2.Acceptance 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.3.Paperworks
1.2.Acceptance 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.4.Priority Shipment
1.2.Acceptance 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.5.Number of Material
Rejected
1.3.Paperworks 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.4.Priority Shipment
1.3.Paperworks 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.5.Number of Material
Rejected
1.4.Priority
Shipment 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.5.Number of Material
Rejected
2. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Cost” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
2.1.Monthly Charge 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.2.Lifting Fee
108
2.1.Monthly Charge 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.3.Customs Clearance Fee
2.1.Monthly Charge 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.4. Transportation
Demurrage and Detention
Charge
2.1.Monthly Charge 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.5.Packing/Repacking
process
2.2.Lifting Fee 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.3.Customs Clearance Fee
2.2.Lifting Fee 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.4. Transportation
Demurrage and Detention
Charge
2.2.Lifting Fee 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.5.Packing/Repacking
process
2.3.Customs Clearance
Fee
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.4.Transportation
Demurrage and Detention
Charge
2.3.Customs Clearance
Fee
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.5.Packing/Repacking
process
2.4. Transportation
Demurrage and
Detention Charge
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.5.Packing/Repacking
process
3. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Quality” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
3.1.Reliability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3.2. Personnel capabilities
3.1.Reliability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3.3.Standard Procedures
3.1.Reliability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.4. Priority Shipment
3.2. Personnel
capabilities
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.3.Standard Procedures
3.2. Personnel
capabilities
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.4. Priority Shipment
3.3.Standard
Procedures
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.4. Priority Shipment
4. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Location” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
4.1.Railwai/Road
available
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4.2.Near to seaport/airport
5. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“HSE” compared to each other:
109
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
5.1. Emergency
Plan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5.2. Safety training
5.1. Emergency
Plan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5.3.Nbr Safety incident
5.1. Emergency
Plan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5.4.Safety compliance &
inspection
5.2. Safety training 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5.3. Nbr Safety incident
5.2. Safety training 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5.4. Safety compliance &
inspection
5.3. Nbr Safety
incident 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5.4. Safety compliance &
inspection
6. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Service” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
6.1.IT Tracking
System
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.2. Heavy Duty
Equipment 6.1.IT Tracking
System
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.3. Rush Handling
6.1.IT Tracking
System 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.4.Attitude
responsiveness
6.1.IT Tracking
System 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.5.Flexibility and
Ability to maintain
service
6.2. Heavy Duty 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6.3. Rush Handling
6.2. Heavy Duty 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6.4. Attitude
responsiveness
6.2. Heavy Duty 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6.5.Flexibility and
Ability to maintain
service
6.3.Rush Handling 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.4. Attitude
responsiveness
6.3. Rush Handling 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6.5.Flexibility and
Ability to maintain
service
110
6.4. Attitude
responsiveness
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6.5.Flexibility and
Ability to maintain
service
7. Select the degree of relative importance/preference of each sub criterion for
“Management” compared to each other:
Sub Criterion Rating Scale Sub Criterion
7.1.Financial stability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.2.CMS Performance
ISO/OHSAS
7.1.Financial stability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
7.3.Management capabilities
7.1.Financial stability 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.4.Performance history
7.2.CMS Performance
ISO/OHSAS
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.3.Management capabilities
7.2.CMS Performance
ISO/OHSAS
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.4.Performance history
7.3.Management
capabilities 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7.4.Performance history
Part II: alternatives (suppliers) assessment
Guideline:
Silakan menilai pemasok berdasarkan kriteria yang ditentukan berdasarkan
penilaian kualitatif. Skala kuesioner menggunakan skala 1 sampai 5 berdasarkan
skala penilaian sebagaimana ditentukan pada tabel berikut.
Item
Highly
Unsatisfactor
y
Unsatisfactor
y
Moderately
Satisfactor
y
Satisfactor
y
Very
Satisfactor
y
Scal
e 1 2 3 4 5
Please see below example:
Based on the selection criteria of “Price” and “Appearance”, please assess the
following Car Varian.
Criterion Car Varian Assessment Scale
1 2 3 4 5
Price 1. Honda CRV x
2. Nissan X-Trail x
3. Toyota Fortuner x
111
Appearance 1. Honda CRV x
2. Nissan X-Trail x
3. Toyota Fortuner x
Artinya:
Menurut responden, penilaian masing-masing Varian Mobil berdasarkan kriteria
pemilihan “Price” adalah:
▪ Honda CRV is satisfactory
▪ Nissan X-Trail is moderately satisfactory
▪ Toyota Fortuner is very satisfactory.
Menurut responden, penilaian masing-masing Varian Mobil berdasarkan kriteria
pemilihan "Penampilan" adalah:
▪ Honda CRV is very satisfactory.
▪ Nissan X-Trail is moderately satisfactory
▪ Toyota Fortuner is satisfactory.
Dalam penelitian ini 6 (enam) alternative Logistic Hub yang dianggap penting
diambil dari list logistic hub yang ada dan bisa dipergunakan dalam contract
Logistic Service Provider sebagai tempat serah terima barang dari OEM,
Contractor, Vendor, dan Supplier kepada LSP Contractor yang mewakili
Perusahaan (data tahun 2010 - 2017) adalah sebagai berikut:
No Pilihan Logistic Hub
1 Global Hub Europe
2 Global Hub USA
3 Global Hub Asia
4 Regional Hub Singapore
5 Local Hub Batam
6 Local Hub/PLB Balikpapan
Criteria Supplier Assessment Scale
1 2 3 4 5
1.1 Transit Time Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
112
1.2 Acceptance Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
1.3 Paperworks Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
1.4 Priority Shipments
Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
1.5 Number of Material Rejected Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
2.1 Monthly Charge Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
113
Local Hub / PLB
Balikpapan
2.2 Lifting Fee Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
2.3 Customs Clearance Fee Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
Criteria Supplier Assessment Scale
1 2 3 4 5
2.4 FeeTransportation Demurrage
and Detention Charge
Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
2.5 Packing/Repacking process Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
3.1 Reliability Global Hub
Europe
114
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
3.2 Personnel capabilities Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
3.3 Standard Procedures Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
3.4 Internal and External Audit Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
4.1 Railway/Road availale Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
115
4.2 Near to seaport/airport Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
Criteria Supplier Assessment Scale
1 2 3 4 5
5.1 Emergency Plan Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
5.2 Safety Training Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
5.3 Nbr of Safety Incident Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
5.4 Safety Compliance & Inspection Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
116
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
6.1 IT Tracking System Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Regional Hub
Singapore
Global Hub Asia
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
6.2 Heavy Duty Equipment Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
6.3 Rush Handling Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
6.4 Attitude Responsiveness Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
117
Criteria Supplier Assessment Scale
1 2 3 4 5
6.5 Felibility to maintain Service Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
7.1 Financial stability Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
7.2 CMS Performance ISO/OHSAS Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
7.3 Management capabilities Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
7.4 Performance history Global Hub
Europe
Global Hub
USA
Global Hub Asia
Regional Hub
Singapore
118
Local Hub
Batam
Local Hub / PLB
Balikpapan
END OF QUESIONNAIRE
top related