pelaksanaan bimbingan agama islam pada wanita...
Post on 12-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
“PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA
WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA
MULYA JAYA DEPARTEMAN SOSIAL PASAR REBO
JAKARTA”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Guna Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NUHRI
106011000137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ii
“PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA
WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA
MULYA JAYA DEPARTEMAN SOSIAL PASAR REBO
JAKARTA”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Guna Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NUHRI
106011000137
Di Bawah Bimbingan
Siti Khadijah, MA
NIP: 197007271997032004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu Pendidikan Agama Islam pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta 25 Juli 2011
(NUHRI)
NIM 106011000137
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul: “PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM
PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA
MULYA JAYA PASAR REBO JAKARTA” diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan
lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggaL 27 September 2011 dihadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam
bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 28 September
2011
Panitia Ujian Munaqasyah Tangga Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Bahrissalim, MA ……….. .………………
NIP: 19680307 199803 1 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)
Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA ……….. .………………
NIP: 19670328 200003 14 001
Penguji I
Faridal Arkam, M. Pd. Dr. H ……….. .………………
NIP: 195003071979031004
Penguji II
Abdul Ghofur. MA ……….. .………………
NIP: 196812081997031003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP: 19571005 198703 1 003
v
ABSTRAK
NAMA : NUHRI
NIM : 106011000137
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUDUL SKRIPSI : PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA
ISLAM PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA
WANITA MULYA JAYA PASAR REBO JAKARTA
Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Pelaksanaan
Bimbingan Agama Islam Pada Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita
Mulya Jaya”. Bimbingan agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dilakukan dengan seksama, terus-menerus dan bertujuan membekali
klien agar memiliki pengetahuan tentang hukum Islam dan mampu
mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian
klien dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam
sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah SAW.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang proses
bimbingan agama Islam pada Wanita Tuna Susila, kendala-kendala yang dihadapi
dan solusinya.
Penelitian ini dilaksanakan di lembaga rehabilitasi DEPSOS yaitu PSKW
Mulya Jaya, tepatnya di Jl. Tat Twam Asi Kompleks DEPSOS No. 47 Pasar Rebo
Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode “kualitatif deskriptif” yaitu
menggambarkan atau memaparkan fakta di lapangan berdasarkan data informan,
sebagai unit analisisnya pelaksanaan bimbingan agama Islam, kendala yang
dihadapi dan solusi-solusinya. sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Observasi yaitu dengan mengikuti pelaksanaan bimbingan agama
Islam menelaah dan memperhatikan rutinitas. Wawancara dialukan terhadap yang
terlibat dengan bimbingan agama Islam yaitu para pembimbing dan klien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) pelaksanaan bimbingan di PSKW
Mulya Jaya dimulai dengan tahap identifikasi. Proses yang dilakukan meliputi:
penerimaan, masa penyesuaian, pengungkapan dan analisa masalah, orientasi
umum, dan penyembuhan fisik. Selanjutnya tahap rehabilitasi meliputi rehabilitasi
mental, spiritual, fisik, sosial, dan berbagai katerampilan. Materi keagamaan
meliputi baca tulis al-Quran, keimanan, hafalan bacaan shalat, hafalan do’a dan
ayat pendek, fiqih, akhlak, shalat lima waktu, dzikir dan puasa. Adapun
metodenya yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, team quiz, poster session. 2)
adapun kendala-kendala dalam pelaksanaan yaitu: kurangnya bahan ajar,
kurangnya pembimbing ketika kegiatan berlangsung, usia klien bervariasi, banyak
klien yang buta huruf, dan pendidikan klien yang rendah. 3) adapun solusinya
adalah memperbanyak bahan ajar, bekerja sama antar pembimbing, dan membagi
kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jenjang usia, klien yang buta huruf dan
pendidikan yang rendah.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Utaian puji serta syukur diiringi sujud kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan karunia, inayah dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tecurah kepada sang pemimpin tauladan yang sangat paripurna
Rasulullah Muhammad SAW, juga kepada keluarga, para sahabat, serta para
pengikutnya yang meniti jalan perjuangannya hingga hari akhir.
Berbagai kesulitan serta hambatan penulis alami dalam penyusunan skripsi
ini, namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak naka
kesulitan tersebut dapat diatasi. Karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapakan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Jakarta.
2. Bapak Bahrissalaim, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Jakarta
3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Jakarta
4. Ibu Siti Khadijah MA, Pembimbing yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, dengan ketulusan, keiklasan, dan
kesabaran beliau pulalah dalam memberikan bimbingan saran,
masukan, perbaikan dan pengarahannya akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan.
5. Seluruh Dosen Jurusan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak
dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, Amin
6. Peminpin Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya yang telah memberikan kemudahan dalam pengunaan sarana
perpustakaan
vii
7. Bapak Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si selaku Kepala Panti Sosial
Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian di lembaga tersebut, dan banyak memberikan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Terhormat untuk umi Muliyah dan ayah Sulaiman, yang tidak pernah
putus asa, selalu sabar untuk mendoakan dan melimpahkan kasih
sayang serta memberikan banyak dukungan kepada ananda sehingga
berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik
9. Teristimewa untuk istriku Ida Royani, yang tidak henti-hentinya
mengibur dan mendoakan agar skripsi ini berjalan dengan baik dan
cepat selesai
10. Kakak dan adik-adikku tersayang Usma, Abdu Rahman dan Agus
Luqman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis
11. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan 2006 yang banyak
memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berarti selama masa
kuliah. Semoga selalu kompak dan sukses buat kita semua, amin.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak
disebutkan satu persatu hingga penelitian ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan
yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan
kita di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait dengan penelitian, akan
selalu peneliti buka dengan penuh suka cita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2011
Penulis,
Nuhri
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...iv
ABSTRAK …………………………………….………………………………… v
KATA PENGANTAR ………………....……….………...……………….……. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………..viii.
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Bimbingan Agama Islam …………………………………. 9
1. Pengertian Bimbingan Agama islam …………………………… 9
2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dan Prinsip
Bimbingan ………………………………………..…………… 11
3. Tujuan Akhir Bimbingan Agama Islam ………………………. 14
4. Materi Bimbingan Agama Islam ……………………………… 16
5. Metode Bimbingan Agama Islam …………………………….. 18
6. Prinsip-Prinsip Evaluasi ………………………………………. 20
B. Wanita Tuna Susila ………………………………………………. 21
1. Pengertian Wanita Tuna Susila ……………………………….. 21
2. Faktor Penyebab Terjadinya Wanita Tuna Susila…………….. 22
3. Pelayanan dan Rehabilitasi …………………………………… 24
C. Bimbingan Agama Islam pada Wanita Tuna Susila ……………... 25
1. Proses Bimbingan Agama Islam ……………………………… 26
2. Program Bimbingan Agama Islam …………………………… 26
D. Kerangka Berfikir………………………………………………… 27
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian ……………………………………. 28
B. Metode Penelitian ………………………………………………... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 29
D. Tahap-Tahap Penelitian ………………………………………….. 30
E. Analisa Data ……………………………………………………... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PSKW Mulya Jaya …………………………… 32
1. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya ……………………… 32
2. Visi dan Misi PSKW Mulya Jaya …………………………… 33
3. Struktur Organisasi ………………………………………….. 33
4. Dasar Hukum ………………………………………………... 34
5. Keadaan Klien ……………………………………………….. 35
6. Pembimbing dan Karyawan ………………………….……… 36
7. Sarana dan Prasarana Layanan ……………………………… 37
B. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam …………………………... 38
1. Perencanaan, Materi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran
……………………………………………………………….. 38
2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Bimbingan .. 41
3. Solusi Dalam Perbaikan Bimbingan Agama Islam …………. 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 44
B. Saran-Saran …………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...46
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Uji Referensi.
2. Berita wawancara dengan kepala Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Pasar Rebo Jakarta.
3. Berita wawancara dengan pembimbing agama Islam di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
4. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Fakultas.
5. Surat Keterangan Penelitian dari Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar
Rebo Jakarta.
6. Jadwal Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Pasar Rebo Jakarta.
7. Materi Bimbingan Baca Qur’an di PSKW Mulya Jaya
8. Kumpulan Soal-Soal Evaluasi Bimbingan Agama Islam di PSKW Mulya
Jaya
9. Photo Kegiatan Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah prostitusi/ pelacuran atau tuna susila yang hidup, tumbuh dan
berkembang di masyarakat merupakan masalah yang sangat kompleks dan
rumit serta tidak dapat hilang dari permasalahan hidup manusia, karena
kenyataan adanya permintaan dan penawaran. Pelacur (Wanita Tuna Susila)
kadang diistilahkan sebagai Wanita Penjaja Seks dan akhir-akhir ini lebih
popular dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).
Meningkatnya fenomena pelacuran sejalan dengan terjadinya krisis
ekonomi yang akhirnya menjadi krisis multi dimensi, sehingga meningkatkan
pelacuran baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini mendorong
pemerintah untuk lebih serius lagi mengembangkan program penanganan
masalah pelacuran serta mencari terobosan baru, karena harus berpacu
dengan pesatnya peningkatan jumlah WTS, terutama yang berasal dari kelas
bawah. WTS usia muda perkembangannya tidak hanya di kota-kota besar,
tetapi telah meluas sampai ke kota kecil, daerah waisata dan daerah industri
baru.
Kendala utama yang dihadapi dalam penanganan WTS adalah
pendidikan mereka yang umumnya rendah, tidak memiliki keterampilan,
keinginan mendapat uang dengan cara mudah, maraknya eksploitasi wanita,
1
xii
rendahnya kontrol sosial pada sebagian masyarakat, sehingga menambah
kompleksnya tantangan yang harus dihadapi oleh petugas di lapangan.
Masalah pelacuran atau masalah tuna susila yang hidup dan
berkembang di masyarakat ini merupakan masalah nasional yang
menghambat lajunya pelaksanaan pembangunan karena:
1. Tindakan Tuna Susila merupakan hal yang bertentangan dengan nilai-
nilai sosial budaya masyarakat, norma-norma, kaidah agama dan
kesusilaan serta merendahkan harga diri atau martabat bangsa indonesia.
2. Mempengaruhi sendi-sendi kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik
dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketertiban dan
keamanan.
3. Masalah tersebut cenderung terus meningkat serta sering kali terjadi
penyimpangan di dalam kegiatan dan kehidupan masyarakat.
4. Pengaruh negatif yang diakibatkan masalah ketunasusilaan ini sangat
membahayakan kehidupan generasi muda serta sumber daya manusia
sebagai harapan bangsa.2
Berdasarkan hal itu, masalah tuna susila merupakan masalah yang
kompleks dan multidimensional, sehingga memerlukan penanganan secara
komprehensif, terpadu dan berkesinambungan, atas dasar kerjasama berbagai
disiplin ilmu dan profesi, seperti pekerjaan sosial, dokter, psikolog, guru
agama, serta profesi lainnya. Selain itu kerjasama antar instansi terkait baik
pemerintah maupun swasta di tingkat pusat maupun daerah, dengan ditunjang
oleh organisasi sosial masyarakat.
Departemen Sosial RI cq. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Tuna Sosial, memiliki beberapa panti salah satunya Panti Sosial Karya
Wanita (PSKW) dengan daya tampung 110 orang, dan jangka waktu kegiatan
selama 6 bulan. Ketidakseimbangan jumlah WTS yang meningkat dari tahun
ke tahun dengan keterbatasan kemampuan pemerintah untuk memberikan
pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui PSKW, mendorong pemerintah
mencari alternatif pemecahan dalam meningkatkan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi tuna susila, yaitu dengan sistem non panti. Ini
dipandang sebagai penangan yang cukup efektif, efisien dan bermanfaat
2 PSKW Mulyajaya, Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya,
Http://mulyajaya.depsos.go.id., 16 Maret 2011
2
xiii
dengan jangka waktu kegiatan 4 bulan, yang kemudian diberikan bimbingan
lanjut.3
Bimbingan agama Islam adalah salah satu program Panti Sosial Karya
Wanita dalam penanganan klien, dengan mengajarkan materi-materi
keagamaan. Ini merupakan program penting yang dapat membangkitkan
kembali mental yang sudah lemah, tidak bersemangat bekerja mencari uang
yang halal, membantu dalam memompa semangat berkarya, mengembangkan
potensi dan mengarahkan pada akhlak mulia.
Secara teori maupun praktik, sesungguhnya keberadaan PSKW Mulya
Jaya telah mengemban amanah negara dan agama, bimbingan agama
merupakan serangkaian upaya dalam mengimplementasikan visi, misi,
tujuan, fungsi dan strategis dakwah Islam ke tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Mengingat posisi dan kedudukannya sebagai lembaga yang
bertugas untuk mengajak, menyeru, dan membimbing masyarakat agar bisa
hidup menurut ajaran Islam (sistem ajaran Tuhan).
Program bimbingan ini juga tidak terlepas sebagai tanggung jawab
umat Islam dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, menyerukan dan
mengajak ke jalan yang benar yaitu jalan Allah SWT. dengan cara baik dan
bijaksana. Ini diketahui dari Surat An-Nahl Ayat 56 :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”4
Dalam Islam saling mengingatkan dan saling menyerukan dalam hal
kebaikan merupakan kewajiban setiap muslim. Pelaksaannya dilakukan
dengan jalan yang baik, lemah lembut, beradab dan bijaksana. Bimbingan
3 PSKW, Panti Sosial Karya Wanita, Http://mulyajaya.depsos.go.id., 16 Maret 2011
4 Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro Anggota IKAPI,
1995), h. 224
3
xiv
agama Islam di PSKW telah dilakukan dengan cara tersebut, para
pembimbing yang profesional menggunakan metode-metode yang berpariasi,
inovatif dan kreatif. Banyaknya kendala di PSKW yang disebabkan faktor
usia yang berpariasi, buta huruf, latar belakang yang berbeda-beda dan
datangnya klien menjadi peserta didik adalah dipaksa/ dirazia, maka program
bimbingan agama di PSKW tidak terpacu dengan prestasi-prestasi, seperti
halnya di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga lainnya. Menumbuhkan
kesadaran dalam beragama adalah tujuan pokok dalam bimbingan agama,
sadar akan kesalahan dan sadar apa yang terbaik untuk dikerjakan serta tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.
Pendidikan luar sekolah ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, karena pendidikan luar sekolah ini merupakan
pendidikan yang baik juga bagi masyarakat Indonesia, terutama tentang
agama karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama.
Pendidikan luar sekolah yang dilakukan masyarakat juga didukung oleh
peraturan perundang-undangan yang terdiri dari Undang-Undang Dasar
1945dan GBHN, maka tidak ada perbedaan antara kesempatan yang
diberikan, guna membina pendidikan agama luar sekolah, karena pendidikan
agama juga mengacu pada tercapainya tujuan pendidikan nasional. Untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dapat ditempuh melalui dua sistem yaitu
: a. Sistem pendidikan formal dan b. Sistem pendidikan nonformal (luar
sekolah) Pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan
nasional, maka tidak akan terlepas dari landasan atau dasar yang ada pada
pendidikan Nasional, yaitu: a. Landasan ideologi. Pendidikan luar sekolah
sebagai sub sistem pendidikan nasional landasannya adalah Pancasila,
terutama sila yang pertama: KetuhananYang Maha Esa. Sila tersebut
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan atau harus beragama. Untuk mengaplikasikannya diperlukan
pendidikan agama melalui pendidikan luar sekolah, karena peningkatan
ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa hanya dapat dibina melalui
pendidikan agama yang intensif dan efektif. b. Landasan konstitusional.
4
xv
Pendidikan agama luar sekolah berlandaskan pada UUD 1945 pada pasal 29
ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya. Juga dalam UU No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan
nasional bagian kesembilan tentang Pendidikan Agama pasal 30 ayat 1 yang
berbunyi: Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan perundang
undangan. UUD dan UU tentang pendidikan Nasional tersebut mengandung
pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus beragama, dan negara
melindungi segenap bangsa yang beragama, tidak membenarkan faham
atheisme dan pendidikan agama diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat.5
Dari uraian di atas dan mengingat pentingnya bimbingan/ pendidikan
Islam maka penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk menyusun skripsi
dengan judul : “Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Wanita Tuna
Susila di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Departemen Sosial
Pasar Rebo Jakarta”.
5 Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203332-landasan-atau-
dasar-pelaksanaan-pendidikan/#ixzz1ZA24D4SQ., selasa, 27 September 2011
5
xvi
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini agar tercapainya suatu maksud dan tujuan, maka
permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan Wanita Tuna Susila di PSKW Mulya Jaya.
b. Pelaksanaan bimbingan agama Islam terhadap Wanita Tuna Susila.
c. Pengaruh bimbingan agama Islam terhadap Wanita Tuna Susila
d. Kendala-kendala yang dihadapi para pembimbing agama Islam.
e. Metode bimbingan/ pengajaran agama Islam yang sulit untuk
diterapkan terhhadap Wanita Tuna Susila.
f. Pengaruh usia para klien yang usianya berbeda-beda menjadi kendala
dalam pelaksanaan dan belum tercapainya solusi
2. Pembatasan Masaalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan pembahasan yang
berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan agama Islam pada wanita tuna
susila, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Penelitian ini hanya di
batasi pada:
a. Bimbingan agama Islam yang dimaksud adalah pembinaan yang ada di
Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarata.
b. Bimbingan agama Islam yang dimaksud adalah pengajaran dan
pembelajaran agama Islam yang ada di Panti Sosial Karya Wanita
Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarata.
c. Wanita Tuna Susila yang dimaksud yaitu para klien, sedangkan sebutan
klien di PSKW Mulya Jaya adalah “Siswa”. di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta angkatan 2010/ 2011.
3. Perumusan Masalah
Adapun masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
mengenai:
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama Islam di Panti Sosial Karya
Wanita?
6
xvii
b. Apa saja yang menjadi kendala bimbingan agama Islam pada Wanita
Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita?
c. Bagaimana solusi yang diupayakan dalam mengatasi kendala
tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan agama Islam di
panti Sosial Karya Wanita dan sarana pendukungnya.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan
bimbingan agama Islam.
3. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan-permasalah yang ada dalam
bimbingan agama Islam.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
a. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan bimbingan agama Islam di Panti Sosial
Karya Wanita dan lembaga-lembaga lainnya.
b. Bagi pihak panti, hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui pola
bimbingan agama Islam yang selama ini berlangsung untuk membenahi
akhlak klien memahami tuntunan agama yang benar dan diridhai Allah
swt.
c. Bagi Pembimbing, hasil penelitian diharapakan untuk menambah
khazanah bimbingan akhlak klien melalui pengajaran dan pembelajaran
agama Islam.
d. Bagi pembaca, agar mengetahui bahwa pelakasanaan pendidikan agama
Islam tidak hanya di lembaga-lembaga formal saja, akan tetapi di lembaga
non formal juga memperoleh pendidikan Islam seperti di Panti Sosial
Karya Wanita Mulya Jaya.
7
xviii
e. Bagi penulis, mengetahui dan memahami pendidikan agama Islam di
lembaga non formal juga ikut serta membangun pendidikan nasional.
8
xix
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Konsep Bimbingan Agama Islam
7. Pengertian Bimbingan Agama Islam
Bila ditelaah berbagai referensi akan ditemui banyak pengertian
mengenai bimbingan, baik pengertian harfiah (etimologi) maupun pengertian
istilahnya (terminology). Untuk memahami bimbingan itu sendiri , terlebih
dahulu kita pahami pengertian bimbingan secara bahasa dan istilah.
Secara etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemahan
bahasa Inggris “guidance” yang berarti; menunjukan, memberikan jalan,
menuntun, bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata dasar
atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya
“menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan
mengemudikan".6
Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari “guidance”. Memiliki
beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin
(leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur
(regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasihat (giving
advice) (winkel, 1991).7
6 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN SHAHID, 2008), h. 6 7 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi,
(Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2007), h. 15-16
9 8
xx
Dalam buku lain beberapa ahli juga mengungkapkan sebagai berikut:
a. Schertzer dan Stone (1981) memberikan batasan bimbingan sebagai suatu
proses bantuan yang ditunjukkan kepada individu agar mengenali dirinya
sendiri dan dunianya.
b. Arthur Jones (1977) memberikan batasan, bimbingan adalah suatu bantuan
yang diberikan oleh seorang kepada orang lain dalam membuat pilihan-
pilihan dan penyesuaian-penyesuaian serta dalam membuat pemecahan
masalah. Tujuan bimbingan adalah membantu menumbuhkan kebebasan
serta kemammpuannya agar menjadi individu yang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.
c. Bimo walgito (1975) memberikan batasan mengenai bimbingan adalah
batuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.8
Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif, sebaliknya
perbuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi orang-orang sekelilingnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat,
159:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”(Al-Imran, 159).9
8 Elfi Mu’awanah dan fifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. 2., h. 53-54 9 Khadim al Kharamain asy Syarifin, Al-Qur’an dan Terjemah. (Mujamma’ Al Malik
Fadha Thiba Al Mush-haf Asy-Syarif Madinah Munawwarah), Cet, Ke-1, h. 103
10
xxi
Ayat diatas cukup jelas menerangkan bahwa sebuah bimbingan tidak
harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan, mmelainkan dengan
lemah lembut, agar bimbingan yang diberikan dapat mudah dilaksanakan dan
tidak merasa dipaksakan, maka dari itu sebuah bimbingan yang berdasarkan
paksaan dan kekerasan akan mengakibatkan bimbingan yang tidak oftimal.
Menurut Stoop tentang bimbingan yang dikutif oleh Dewa Ketut
Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses yang terus
menerus dalam membantu perkembangan individu dalam mencapai
kemampuan secara maksimal, dalam mengarahkan dan mafaat yang sebesar-
besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.”10
Dalam definisi tersebut secara implisit mengandung suatu interpretasi
bahwa bimbingan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan
suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
8. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dan Prinsip Bimbingan
a. Dasar Pelaksanaan Agama Islam
1) Al-Qur’an
Islam merupakan agama Universal yang diwahyukan Allah kepada Nabi
Muhammad saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai jalan
keselamatan dan mengatur seluruh aspek kehidupannya menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat, sebagai mana fiman Allah swt.
Artinya:“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”11
(QS. Al-Ambiya / 21:107)
Rasul adalah panutan umat Islamkarena pada diriNya terdapat uswah
yang baik, sesuai dengan sumpah Allah dalam al-Qur’an:
10
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998),
Cet. Ke-1 h. 8 11
Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro Anggota IKAPI,
1995), h. 257 11
xxii
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu” (QS. Al-Ahzab / 33:21)
Untuk mencapai kebahagian dan keselamatan diperlukan adannya suatu
usaha merupakan kewajiban bagi manusia dan untuk melaksanakannya
berpedoman pada tata aturan yang telah ditentukan Allah, karena dalam
melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik manusia itu sendiri yang
melakukannya. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.
Ar.Rad / 13:11).12
Selain itu menurut Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H, Al-Qur’an
sebagai sumber agama dan ajaran Islammemuat soal-soal pokok berkenaan
dengan: (a) Aqidah, (b) Syariah, (c) Akhlak, (d) Kisah-kisah manusia di masa
lampau, (e) Berita-berita tentang masa akan datang, (f) Benih dan prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan dan (g) Sunnatullah atau hokum Allah yang berlaku
di alam semesta.13
2) As-Sunnah (Hadits)
Al-Hadits adalah sumber kedua agama Islam. Apa yang telah disebut
dalam Al-Qur’an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan
sunnah beliau. Karena itu, As Sunnah Rasulullah SAW yang telah
terdapatdalam Al-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik
tentang Al-Qura’an.14
3) Perundang-Undangan Yang Berlaku di Indonesia
12
R. H. A Soenarjo, ketua, dkk, Al-Qur,an Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur,an, 1971), h. 38 13
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 103 14
Muhammad Daud Ali., h. 110
12
xxiii
UUD 1945 pasal 29, Ayat 1 berbunyi: “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”, Ayat 2 berbunyi: “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”.
GBHN, Dalam GBHN Tahun 1993 Bidang Agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa No. 22 disebutkan: “Kehidupan beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan
sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kualitas kerukunan antara umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam usaha memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama
membangun masyarakat”.15
Menurut Nur Uhbiyati dengan memperhatikan GBHN Tahun 1993
dapat disimpulkan bahwa kehidupan kedammaian termasuk (didalamnya
agama Islam), supaya semakin dikembangkan dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan untuk mengembangkan keagamaan itu sangat diperlukan
pelaksanakan pendidikan termasuk pembinaan dan bimbingan Islam.
b. Prinsip-Prinsip Bimbingan
Bimbingan adalah suatu usaha sekaligus proses untuk mencapai
perubahan dan perbaikan dalam mencapai kebahagian hidup yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan.
Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan
yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.
Dalam pelayanan pembinaan/ bimbingan prinsip-prinsip yang digunakannya
bersumber dari kajian filosofis.
Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa:
a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak
terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi
dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan
potensinya itu.
15
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), h. 23
13
xxiv
b) Bimbingan didasarkan pad aide bahwa setiap anak adalah unik;
seorang anak berbeda dari yang lain.
c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda
dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-
pribadi yang sehat.
d) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang
memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman
masyarakat dan kehidupan umumnya.
e) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga
ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan
pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.16
9. Tujuan Akhir Bimbingan Agama Islam
Bimbingan agama di Depsos adalah pengajaran dan pembelajaran
agama, sama halnya dengan pendidikan agama yang sifatnya tranformasi
ilmu kepada anak didik/ klien. Jadi tujuan bimbingan agama Islam juga
tujuan pendidikan agama Islam.
Secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau haluan. 17
Dalam
bahasa arab, tujuan diistilahkkan dengan “Ghayat, Ahdaf, atau Maqasid”.
Sementara dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan “Goal, Purpose,
Objectivies atau aim”. Secara terminology, tujuan berarti “Sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”18
Tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan idealitas Islami.
Idealitas nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Allah sebagai sumber mutlak yang harus ditaati.
Djamaly menjelaskan pendidikan Islam adalah proses yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
16
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
2008), h. 2018 17
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa bIndonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi Ke-4., h. 1077 18
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Penndidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 29
14
xxv
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan
ajarannya.19
Pendapat di atas antara lain dilandaskan firman Allah dalam surat Ar-
Rum 30, dan An-Nahl 78, sebagai berikut:
“Itulah fitrah Allah, yang di atas fitrah itu manusia diciptakan Allah…”
“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati”
Dalam buku lain diungkapkan:
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan (konseling) mengenai tata cara
pengamalan Islam, memahami dan melaksanakan ajaran Islamdengan
benar, sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan Sunnah RasulNya
b. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang tibul sebagai efek
dari interaksi personal dan kelompok (keluarga) dengan pendekatan
Islam
c. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis keluarga
dan komunitas muslim
d. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ kejiwaan
individu dan kkeluarga yang timbul karena penyakit fisik yang
dideritanya,
e. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ spiritual yang
dialami penandang masalah-masalah sosial (pathologis) dan cacat fisik
pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial.
f. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ spiritual yang
dialami para tahanan (narapidana)
19
M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara 1987), h. 16-17
15
xxvi
g. Dan memberikan bimbingan atau konseling bagi karyawan, tenaga
kerja dan prajuritn guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja
dengan pendekatan Islam.20
Tujuan akhir adalah tujuan yang hendak dicapai oleh pembimbing
terhadap klien melalui proses bimbingan. Tujuan akhir disebut juga dengan
tujuan tertinggi. Karena ia memilki nilai tertinggi dalam gradasi nilai-nilai.
Adapun tujuan akhir bimbingan agama Islam yaitu terwujudnya
kepribadian Muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan
ajaran Islam.
10. Materi Bimbingan Agama Islam
Materi bimbingan agama Islam mencakup keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan
hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Berikut uraiannya yang lebih
lengkap:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan yang
vertikal antara manusia dengan dengan khalik, menempati prioritas
utama dalam bimbingan agama Islam, isi ajarannya meliputi iman,
Islamdan ihsan.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
Merupakan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan
manusia dalam kehidupan, ruang lingkup pengajaarannya berkisar pada
pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Ini merupakan suatu hal yang amat penting, yaitu dengan memilki rasa
tanggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri
manusia agar nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya
20
H. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 98-99
16
xxvii
dapat menjerumuskan kedalam suatu kehancuran, maka hanya dengan
diri sendirilah yang dapat melakukan ini semua.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Hubungan manusia dengan alam sekitar, sekurang-kuranya memilikin
tiga arti bagi kehidupan para klien, yaitu:
1) Mendorong para klien mengenal dan memahami alam, sehingga ia
menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memilki dan
kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyaknya dari alam
sekitar.
2) Dari pengenalan itu akan tumbuh rasa cinta dengan alam yang
melahirkan kekaguman baik karena keindahan, maupun
keanekaragaman kehidupan yang terdapat di dalamnya.
3) Pengenalan, pemahaman dan cinta alam. Ini mendorong para klien
untuk semagat bekerja, memanfaatkan alam sekitar serta tidak putus
asa dalam mencari nafkah untuk keluarga.
Adapun ruang lingkup bahan bimbingan agama Islam di panti Sosial
Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya secara umum meliputi 5 unsur pokok,
yaitu:
a. Keimanan
b. Ibadah
c. Al-Qur’an/ Iqra’
d. akhlak
e. Muamalah.21
Keimanan bersifat i’jtihad, mengajarkan keesaan kepada Allah Swt,
sebagai yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ibadah yaitu
mengerjakan semua rukun Islam, membicarakan hal-hal yang Wajib dan
Sunnah, yang membuat ibadah itu sah/ batal, rukun, syarat dan lain-lain. Al-
Qur’an/ Iqra adalah yang mengajarkan tentang cara membaca, memahami
menyalin, mengartikan dan menghayati isi kandungan al-Qur’an. Muamalah
21
PSKW Mulya Jaya, Modul Bimbingan Spiritual Islam Untuk Kelayan, (Jakarta:
2010), h. 5
17
xxviii
adalah yang mengajarkan tentang tata cara dalam menjalani kehidupan dalam
masyarakat, seperti hokum jual beli, sewa-menyewa serta hak dan kewajiban
dalam sehari-hari.
11. Metode Bimbingan Agama Islam
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hados” berarti “jalan”.
Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”.
Dalam pengertian yang luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala
sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan “.22
Berbagai metode dan teknik yang biasa digunakan dalam
pelayanan bimbingan ialah sebagai berikut:
a. Wawancara, adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk
mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/
kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien.
b. Observasi, adalah mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang
tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari
kondisi mental/ kejiwaannya.
c. Tes (kuisioner), merupakan serangkaian pertanyaan-pertanyaan berikut
disiapkan beberapa alternatif jawaban (pilihan) sesuai dengan lingkup
masalah yang ingin diungkapkan.
d. Bimbingan kelompok (Group Guidance), ialah teknik bimbingan yang
digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan
diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.23
Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial menggunakan
metoda pekerjaan sosial antara lain:
a. Bimbingan sosial perorangan (Social Case Work), adalah metoda yang
digunakan pekerja sosial dalam menangani masalah klien secara
individu.
b. Bimbingan sosial kelompok (Social Group Worik), adalah metoda yang
digunakan pekerja sosial dalam menangani masalah klien melalui
kelompok.
22
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan., h. 120 23
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan., h. 126
18
xxix
c. Bimbingan sosial organisasi dan kemasyarakatan (Sosial organization
an Development), adalah metoda yang digunakan pekerja sosial untuk
membantu klien agar organisasi yang ada di masyarakat menerima,
mengembangkan dan mengontrol perilaku klien dan memberikan
kesempatan kepada klien untuk meningkatkan peranannya dalam hidup
bermasyarakat.24
Adapun Metode bimbingan yang dimaksud adalah pembelajaaran dan
pengajaran agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita adalah sebagai berikut:
1) Ceramah/ klasikal
2) Tanya-jawab
3) Diskusi kelompok
4) Tadabur alam
5) Konseling/ refleksi diri
6) Praktek/ latihan
7) Game/ kuis.25
Memahami metode bimbingan akan sejalan dengan metode mengajar,
seorang pembimbing/ guru dapat menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, metode pemberian tugas dan restisai, dan lain-lain. Dalam
pemilihan tersebut banyak yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1) Keadaan murid/ klien yang mencakup pertimbangan tentang tingkat
kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
2) Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif
maka metode drill kurang digunakan.
3) Situasi yang mencakup hal umum seperti situasi kelas, situasi
lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak
sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode
ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkaun suara guru.
4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang
akan digunakan.
24
Derektur Jenderal, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Jakarta: DEPSOS 2007), h.
15 25
PSKW Mulya Jaya., h. 5
19
xxx
5) Kemampuan mengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik,
keahlian. Metode ceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik.
Guru yang kurang kuat berceramah dalam waktu yang lama, sebaiknya
menggunakan metode yang lain.
6) Sifat bahan pengajaran. Ini hampir sama dengan jenis tujuan yang
dicapai seperti pada poin 2 di atas. (Lihat Surachmand, 1980:97).26
12. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil
pengajaran pada khususnya, hasil pendidikan pada umumnya. Selain itu
evaluasi juga berguna bagi perbaikan lesson plan (evaluasi sebagai feed
back).
Secara etimologis evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation”
yang berarti penilaian terhadap sesuatu.27
Ada tiga istilah yang kadang-kadang diartikan sama dalam peristilahan
penilaian, yaitu istilah tes, measurement, dan evaluation. Di dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah ujian.
Test atau testing, artinya yang umum ialah menggunakan tes. Berarti
mengetes tingkat kecerdasan seseorang, kesehatannya, serta kemampuan-
kemampuannya tertentu.
Measurement diartikan sebagai penilaian yang sifatnya lebih luas dari
testing. Dalam kegiatan pengukuran ini biasanya digunakan instrument yang
luas daripada instrument, juga lebih luas dari tes.
Evaluation dikonsepkan sebagai penilaian yang lebih luas daripada tes
dan measurement. Evaluation menggunakan instrument yang lebih banyak
daripada instrument yang digunakan di dalam measurement dan tes.28
26
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet, Ke-9, h. 33-34 27
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 220 28
Dr. Ahmad Tafsir, h. 40
20
xxxi
2. Wanita Tuna Susila
1. Pengertian Wanita Tuna Susila
Wanita tuna susila akhir-akhir ini mempunyai banyak istilah
diantaranya: pelacur, PSK, kupu-kupu malam dan penjaja malam. Dalam
kamus bahasa melayu pelacur adalah berasal dari kata lacur yaitu 1. tidak
jadi, gagal, malang, sial, celaka 2. Buruk laku, sundal perempuan melacur
melibatkan diri dalam perhubungan kelamin secara haram dengan tujuan
mencari nafkah, menjual kehormatan diri sebagai tuna susila atau pelacur.29
Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna
susila, istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Dalam
pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang
dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri, di Indonesia
pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel.
Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk
hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap
aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan
kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar
hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak
berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar
mereka dari masa kemasa. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran
dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya
sering dianggap sebagai sampah masyarakat.
Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang
buruk, malah jahat, namun dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan
nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki) tanpa
29
Data Paduka Haji Mamud bi Haji Bakry, Kamus Bahasa Melayu Nusantara (Brunei
Darussalam: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003) h. 1490
21
xxxii
penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan
memperkosa kaum perempuan baik-baik.
Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah
Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan
bahwa pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari
kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."30
Semua agama tidak membolehkan atau melarang perbuatan tuna susila,
karena tuna susila dari pandangan normatif agama dinilai lebih banyak
mendatangkan kerugiannya (mudharat) dari pada manfaat yang
didapatkannya. Tuna susila adalah perbuatan perzinaan serta merupakan yang
keji, tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan, menyebabkan
penyakit menular seksual dan keretakan rumah tangga. Dengan demikian tuna
susila dapat dipandang melanggar norma perkawinan yang menempatkan
hubungan seks sebagai perubatan yang sacral dan boleh dilakukan jika telah
diikat dengan tali perkawinan yang sah. Perbuatan tuna susila melanggar
norma negara atau peraturan perundang-undangan seperti yang tercantum
dalam KUHP pasal 296 yang menyatakan:
“Barangsiapa yang pekerjaannya, dengan sengaja mengadakan atau
memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-
banyaknya lima belas juta rupiah”.31
Tetapi sanyangnya pasal ini hanya
dapat menjerat para mucikari/ germo.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Wanita Tuna Susila
WTS pada umumnya terdesak masalah ekonomi, sulitnya mencari kerja
dan banyaknya persaingan dalam dunia kerja sehingga mencari jalan pintas.
Akan tetapi ironinya ada sebagian WTS memang sudah tumbuh kembang
melalui kebudayan/ kebiasaan setempat, perceraian merupakan suatu
30
Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila : Studi Deskriptif Di
Panti Sosial Wanita "Silih Asih" Palimanan Cirebon,
http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011 31
Derektur Jenderal, Standar Pelayanan Menimal Penanganan Dan Rehabilitasi
Sosial Tuna Susila, (Jakarta: 2007), h. 8
22
xxxiii
kebiasaan dan bahkan menjadi kebanggaan. Secara umum ada dua faktor
penyebab, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
1) Pengendalian diri dan ketidakstabilan jiwa yang rendah akibat
ketidaktahuan atau ketidakpahaman tentang dampak yang akan
ditimbulkannya. Hal ini antara lain disebabkan oleh rendahnya
pendidikan dan rendahnya pemahaman nilai-nilai spiritual.
2) Pola hidup yang materialistic dan keinginan yang tinggi, namun
tidak diimbangi oleh kempuan dan potensi yang memadai.
3) Sikap hidup mencari jalan pintas, menerabas dalam mewujudkan
berbagai keinginan duniawi (hedonism).
4) Adanya dorongan seksual yang abnormal dimana merasa tidak puas
mengadakan hubungan seks dengan satu arang.
5) Kompensasi atau pelarian akibat pengalaman masa lalunya yang
tidak menyenangkanatau kecewa seperti: korban pemerkosaan,
rumah tangga yang berantakan (broken home), patah hati,
ketidaksiapan memasuki masa perkawinan (perkawinan usia dini)
dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal
1) Rendah atau lemahnya control sosial baik yang diakibatkan oleh
kurang memadainya perundang-undangan dan tatanan norma yang
ada di masyarakat dalam mengontrol, atau mengendalikan terhadap
perilaku seksual yang menyimpang.
2) Kehidupan modern yang cenderung mengeksploitasi wanita untuk
tujuan komersial seksual.
3) Hempitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi dan
kemampuan yang minimal sehingga dapat mendorong seseorang
menjadi tuna susila.
4) Pengaruh pola hidup materialistic dan hedonistic (keduniawian) yang
sudah masuk dalam kehidupan sosial budaya masyarakat modern
serta cenderung menjadi budaya kontemporer.
5) Efek samping globalisasi dan derasnya arus informasi yang diserap
secara kurang selektif menyebabkan terjadinya kemerosotan moral
(dekadensi moral), merosotnya norma-norma susila dan keagamaan
serta terjadinya kemerosotan nilai-nilai perkawinan dalam
masyarakat.
6) Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang dapat
menimbulkan sikap pemberontak, mencari konpensasi dengan terjun
menjadi tuna susila.
7) Pengaruh blingkungan yang negative, diantaranya tinggal di daerah
kumuh yang cenderung longgar dalam menerapkan norma, tinggal di
23
xxxiv
dekat atau sekitar daerah rawan tuna susila, lingkungan yang tidak
peduli (acuh tak acuh).32
Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi perkembangan jumlah
WTS yang luar biasa meningkat tidak hanya diperkotaan besar saja, kini
mulai merambah ke perkotaan kecil bahkan mulai masuk ke pedesaan,
sehingga menjadi kendala. Banyaknya jumlah WTS tidak sebanding dengan
jumlah panti-panti yang ada di indonesia.
3. Pelayanan dan Rehabilitasi
Adalah upaya untuk memulihkan kembali kepercayaan diri, harga diri,
kesadaran dan tanggung jawab sosial baik terhadap dirinya, keluarga dan
masyarakat lingkungannya. Adapun tujuan pelayanan dan rehabilitasi yaitu,
Mewujudkan kesamaan persepsi tentang standar pelayanan minimal
pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila, Memulihkan rasa percaya diri
klien untuk menumbuhkembangkan kemampuan dalam pemecahan
masalahnya serta meningkatkan peran sosialnya, dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dengan kegiatan meliputi :
a. Pendekatan Awal
Langkah pertama untuk suatu kegiatan dalam rangka memperoleh
gambaran informasi melalui penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat ntuk mengikuti kegiatan Pelayanan dan rehabilitasi sosial.
b. Pengungkapan masalah (Assesment)
Kegiatan yang dilaksanakan untuk menggali masalah potensi dan
sumber menelaah dan pengungkapan masalah serta menyusun rencana
pelayanan.
c. Bimbingan Sosial, Fisik, Mental, Ketrampilan
Pelaksanaan bimbingan merupakan serangkaian kegiatan yang
terintegrasi artinya dilaksanakan bersama-sama dan saling terkait.
d. Resosialisasi
32
Derektur Jenderal., h. 9-10
24
xxxv
Upaya yang bertujuan untuk mempersiapkan keluarga/lingkungan agar
dapat menerima Bekas klien dalam lingkungan sosialnya dengan baik
tanpa diskriminasi.
e. Penyaluran
Selesainya serangkaian kegiatan Pelayanan dan mengembalikan Bekas
klien kehidupan dan penghidupannya di keluarga masyarakat secara
normatif
f. Bimbingan Lanjut
Bimbingan untuk memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan
kemandirian Bekas klien agar dapat hidup layak di masyarakat
g. Evaluasi
Dilaksanakan untuk memastikan sejauh mana kegiatan dilaksanakan
dengan baik dan dapat dilakukan pengakhiran pelayanan.
h. Terminasi
Pengakhiran/ pemutusan pelayanan untuk memastikan hasil evaluasi
terhadap Bekas klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara
wajar sebagai warga Masyarakat.33
3. Bimbingan Agama Islam padaWanita Tuna Susila
Wanita Tuna Susila yang telah berada di Panti Sosial Karya Wanita
mendapatkan bimbingan/ binaan mental dan spiritual. Bimbingan dilakukan
dengan landasan, prinsip-prinsip Islam dan UUD 45 di negara Indonesia.
Bimbingan/ pembinaan dilakukan dengan seksama dan terus-menerus,
mereka mendapatkan layanan bimbingan selama 6 bulan penuh. Bimbingan
tidak hanya tertuju pada nilai-nilai religi akan tetapi keterampilan-
keterampilan juga diajarkan pada mereka. Bimbingan Islam merupakan
perioritas dalam program panti, sebab modal awal untuk menentukan apakah
klien yang telah dibimbing akan berubah dan tidak mengulangi kesalahan
yang mereka perbuat. Secara garis besar bimbingan agama Islam pada wanita
33
SPM Dit. PRSTS,
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid, Pada Tanggal 15 juli 2011 25
xxxvi
tuna susila di PSKW Mulya Jaya meliputi proses dan program bimbingan,
berikut lebih jelasnya:
1. Proses Bimbingan Agama Islam
Proses bimbingan di panti sosial Karya Wanita Silih Asih dimulai
dengan tahap identifikasi atau diagnostik. Proses yang dilakukan meliputi:
penerimaan, masa penyesuaian, pengungkapan dan analisa masalah, orientasi
umum, dan penyembuhan fisik. Selanjutnya tahap rehabilitasi meliputi
rehabilitasi mental, fisik, sosial, dan berbagai katerampilan. Materi bimbingan
keagamaan meliputi baca tulis al-Qur’an, keimanan, hafalan bacaan shalat,
hafalan doa dan ayat pendek, fiqih, akhlak, shalat berjamaah lima waktu,
dzikir dan puasa. Pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan
emosional/rasa, pendekatan sufistik, pendekatan rasional, dan pendekatan
menyeluruh atau holistik. Sedangkan metode yang digunakan meliputi
metode ceramah, tanya jawab, metode iqra, dzikir, riyadhah dan metode
himbauan untuk berbuat baik dan menakut-nakuti dari kejahatan, serta
metode shalat.34
2. Program Bimbingan Agama Islam
Sementara itu program bimbingan keagamaan yang dilakukan di panti
sosial Karya Wanita bagi wanita tuna susila telah memberikan pengaruh yang
sangat dalam, yaitu : a) dapat memulihkan kembali kesadaran diri dan
kepercayaan diri dalam menghadapi hidup dan kehidupan, b) tumbuh kembali
motivasinya untuk hidup secara benar dan menyadari bahwa apa yang telah
dilakukannya dalam kegiatan ketuna susilaan membawa dampak buruk bagi
dirinya, keturunan dan keluarganya, c) menemukan kedamaian, ketenangan
dan semangat hidup, d) merasa memiliki pengetahuan agama yang mendalam,
e) kian tumbuh keinginan untuk menjalani hidup dengan benar dan sesuai
dengan keyakinan keberagamaan.35
34
Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila,
http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011 35
Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila,
http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011
26
xxxvii
C. Kerangka Berfikir
Fungsi lain dari Bimbingan agama Islam adalah pembentukan
kebiasaan dalam melaksanakan amal ibadah serta akhlak yang mulia dan
menumbuhkan semangat untuk menguasai alam sekitar dan mengolahnya
sebagai anugerah yang Allah SWT berikan pada manusia.36
Serta jalan untuk
menumbuhkan kesadaran dalam diri seseorang akan pentingnya ajaran agama
Islam dalam kehidupan, karena hanya dengan ajaran agama Islam seseorang
dapat menjalankan kehidupannya dengan sempurna sebagai seorang makhluk
dimuka bumi.
Salah satu tujuan dilaksanakannya bimbingan agama Islam adalah
supaya seseorang dapat terbentuk menjadi manusia yang sempurna
kepribadiannya, berakhlak mulia, bertaqwa pada sang khalik serta mampu
menjalankan hidupnya dengan mandiri tampa bergantung dengan orang lain.
Dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam seseorang dituntut untuk
menyampaikan nilai-nilai atapun norma-norma agama Islamserta mampu
merepleksikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui sikap sosial
keagamaan dengan baik dalam institusi sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dalam hal diatas. Nilai-nilai agama Islam serta pengetahuan dasar
tentang akhlak sosial keagamaan klien akan menjadi penentu dalam besarnya
kualitas sosial klien, semakin baik bimbingan agama yang diberikan maka
akan semakin baik pula akhlak sosial keagamaan yang akan dihasilkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bimbingan agama Islamitu
mempengaruhi akhlak sosial keagamaan klien. Jika pembimbing selalu
menyalurkan atau memberikan bimbingan yang khusus berkaitan dengan
masalah sosial maka akan meningkatkan kualitas bersosialisasi klien sehingga
apa-apa yang dilakukan klien akan menjadi sempurna.
36
Baihaqi, AK, Agama, Perilaku, dan Pembangunan, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1983/1984), h. 62
27
xxxviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya
yang terletak di Jalan Tat Twam Asi Komp. Depsos Pasar Rebo Jakarta
Timur.
2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Bulan Juni
2011.
B. Metode Penelitian
Definisi metode penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Mc. Millan dan
Schumache adalah: “Research methods that is, the way one collects and
analyzes data were developed for acquiring knowledge by reliable and
trustworthy procedures” (Metode penelitian yaitu cara mengumpulkan dan
mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau
jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal atau dapat
dipercaya).37
Sedangkan Enderud 1984 menjelaskan sebagai alat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu
ataupun praktis.38
37
Drs. Hadeli, M.A., Metode Penelitian Kependidikan (Ciputat: Quantum Teaching,
2006), h. 2 38
Matheos Nalle, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 313
28
xxxix
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey di objek
penelitian. Sedangkan dalam rangka mengumpulkan data yang dibutuhkan,
penulis menggunakan metode:
1. Riset kepustakaan (Library research) yaitu menyusun data dari beberapa
literature yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
2. Penelitian lapangan (Field research) yaitu mengadakan penelitian di
PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikutu:
1. Obsevasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena.39
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung obyek
penelitian, dengan mengadakan pencatatan data yang berhubungan dengan
kegiatan bimbingan agama Islam. Untuk memperoleh data-data yang akurat
dan segala yang terkait dengan teknis pelaksanaan bimbingan agama Islam
pada Wanita Tuna Susila.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan alat tukar menukar informasi
yang tertua dan banyak digunakan umat manusia dari seluruh zaman.40
Wawancara yang dilakukan dengan kepala Panti Sosial Karya Wanita
(PSKW) Mulya Jaya untuk mendapatkan data tentang keadaan Instansi yang
meliputi keadaan fisik, sarana dan prasarana, tujuan didirikannya panti dan
struktur kepengurusan PSKW.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data
dengan jalan mengumpulkan catatan tertentu yang nyata, yang sudah tersedia
sebagai sumber penyelidikan.
39
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: 1992), Cet. 2 h. 73 40
Sutrisno Hadi, Metodologi, (Yogyakarta: 1992), Cet. 2 h. 82
29
xl
D. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian memberikan gambaran tentang keseluruhan
perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis dan penafsiran data
(temuan) sampai pada peneulisan laporan. Tahap-tahap penelitian itu ada tiga
sebagaimana penulis kutif dalam buku “Metode Penelitian Kualitatif’
karangan Dr. Lexy J. Moleong, M.A. adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pralapangan
Ada enam kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini dan ditambah
dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian
lapangan. Kegiatan tersebut yaitu:
a. Menyusun rancangan penelitian
b. Memilih lapangan penelitian
c. Mengurus perizinan
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
e. Memilih dan memanfaatkan informasi
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
g. Etika penelitian lapangan
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap kegiatan lapangan ini dibagi atas tiga bagian, yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
b. Memasuki lapangan, seperti keakraban hubungan, mempelajari bahasa,
dan peranan peneliti.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data ini meliputi tiga pokok persoalan, yaitu:
a. Konsep dasar analisis data, maksudnya adalah proses mengatur data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar.
b. Menemukan tema, maksudnya adalah catatan lapangan yang sudah ada
diteliti kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar
penelitian.
30
xli
c. Menaganalisis data.41
E. Analisa Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam
catatan lapangan, dokumen (arsip-arsip) dan lain-lain, kemudian data tersebut
dibaca, dipelejari dan ditelaah secara cermat. Langkah selanjutnya adalah
mengelolah data yang telah terkumpul dengan menguraikan data tersebut ke
dalam bahasa yang mudah dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang
dibahas, lalu dihubungkan dengan hipotesis-hipotesis untuk memperoleh
kesimpulan yang objektif.
41
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1999), Cet. Ke-1 h. 86-108
31
xlii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
D. Gambaran Umum PSKW Mulya Jaya
Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya merupakan unit
pelaksana teknis Departemen Sosial RI, yang memberikan pelayanan dan
rehabilitasi sosial kepada wanita tuna susila antara lain: pembinaan fiisik,
mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan,
resosialisasi dan pembinaan lanjut kepada penyandang masalah tuna susila
agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan mandiri dalam kehidupan
bermasyarakat.
1. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya
a. Tahun 1959 : Berstatus Pilot Projek Pusat Pendidikan wanita,
merupakan projek Percontohan Depsos.
b. Tahun 1960 : Dibuka Menteri Sosial Bpk. H. Moelyadi Djoyomartono
(Alm) dengan nama “Mulya Jaya” berdasarkan motto tanggal 20
Desember 1960.
c. Tahun 1963 : Diresmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita (PPW)
Mulya Jaya dengan SK Menteri Sosial RI. No. HUK/4-19/2005 tanggal 1
Juni 1963.
d. Tahun 1969 : Disempurnakan menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran
Kegunaan Wanita (P3KW).
e. Tahun 1979 : Disempurnakan menjadi Panti Rehabilitasi Wanita Tuna
Susila (PRWTS) “Mulya Jaya” dengan SK Menteri Sosial RI.
No.41/HUK/Kep./XI/1979 bulan November 1979.
32
xliii
f. Tahun 1994 : Detetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya (PSKW) dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.14/HUK/1994
tanggal 23 April 1994.
g. Tahun 1995 : Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.22/HUK/1995
tanggal 24 April 1995.42
2. Visi dan Misi PSKW Mulya Jaya
Agar terarah dan memiliki pedoman dalam pekasanaan rehabiitasi,
maka Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya memilki visi dan misi berikut
lebih jelasnya:
Visi PSKW Mulya Jaya adalah Pelayan dan Rehabilitasi Tuna Susila
yang bermutu dan professional.
Sedangkan Misinya adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan
panduan yang telah ada
b. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi Tuna Susila sesuai
dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitasi tuna susila.
c. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait,
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan
rehabilitasi tuna susila.43
3. Struktur Organisasi
Organisasi yang melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial Tuna
Susila minimal mensyaratkan struktur yang mencakup adanya unsur sebagai
berikut:
a. Pimpinan
b. Pelaksana Administrasi
c. Pelaksana teknis pelayanan dan rehabilitasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan struktur di bawah ini:
42
Isni Prihantini Noviansjah, Laporan Kuliah Kerja Lapangaan, (Jakarta: 2010), h. 6-
7 43
Isni, Laporan Kuliah Kerja Lapangaan, (Jakarta: 2010), h. 6
33
xliv
Struktur Organisasi Panti Sosial Karya Wanita
“Mulya Jaya”
Keputusan Menteri Sosial RI. No.59/HUK/2003 Tanggal 29 Juli 200344
4. Dasar Hukum
a. Undang-undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
b. UU No.22 tentang Pemerintah daerah.
c. Kep. Mensos RI. No. 20/HK/1999 tentang Rehabilitaasi Sosial bekas
Penyandang Masalah Tuna Susila.
d. Kep. Mensos RI. No. 06/HUK/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Sosial.
e. Kep. Mensos RI. No. 59/HUK/2003 tantang Organisasi dan Tata Kerja
Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.
f. Kep. Mensos RI. No. 40/HUK/2004 tentang Prosedur Kerja Panti Sosial di
Lingkungan Departemen Sosial.45
44
Hasil Wawancara, Kepala PSKW Mulya Jaya, Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si,
pada hari Selasa, 30 Juni 2011
KEPALA
Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi
Program dan Advokasi Sosial
Instalasi Produksi (Shelter Workshop)
34
xlv
5. Keadaan Klien
Sasaran bimbingan adalah wanita tuna susila yang terjaring razia oleh
Dinas Satuan Polisi Pamong Prajara (SATPOL PP), kemudian dibawa ke
Dinas Sosial/ Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya. Berikut
uraiannya yang lebih lengkap:
a. Sasaran Pelayanan
1) Wanita Tuna Susila
2) Wanita korban Traficking yang dipaksa menjadi pelacur Kapasitas
Tampung : 110 Orang
b. Persyaratan Calon Siswa PSKW Mulya Jaya
1) Usia 15 s/d 45 Tahun
2) Sehat jasmani dan rohani atau tidak sakit ingatan
3) Mampu didik dan mampu latih
4) Tidak mengidap penyakit berat dan menular
3) Wajib tinggal di asrama dan mematuhi ketertiban yang berlaku
4) Wajib mengikuti bimbingan mental, sosial dan fisik serta
keterampilan selama 6 bulan.46
Wanita Tuna Susila yang telah menjadi klien atau peserta didik di Panti
Sosial Karya Wanita mendapatkan pelayanan bimbingan sesuai bakat dan
keterampilan yang dimiliki klien. Namun bimbingan agam Islam hanya untuk
klien yang beragama Islam. Klien terdiri berbagai daerah yang ada di
Indonesia. Klien dibagi beberapa angkatan sesuai dengan tahapan
penangkapan/ razia. Berikut lebih lengkapnya:
45
Direktur Jenderal Pelayan dan Rehabilitasi sosial, Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, (Jakarta: 2007), h 3-4 46
Hasil wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahmah S.Sos.I, Pada hari Senin, 6
juni 2011
35
xlvi
Table
Klien PSKW Mulya Jaya
Angkatan 2010/ 201147
No Angkatan Jenis Kelamin Jumlah
1 Bogor Perempuan 32 klien
2 Bekasi Perempuan 19 klien
3 Subang Perempuan 19 klien
4 Medan Perempuan 2 klien
5 Tg. Pinang Perempuan 1 klien
Jumlah 73 klien
6. Pembimbing dan Karyawan
Pembimbing adalah karyawan dan petugas profesional yang ditunjuk
atau ditugaskan untuk membimbing setiap klien. Istilah pembimbing di
PSKW ada 2 bagian yaitu, (a) Pembimbing yang selalu mendampingi klien.
Klien yang dibimbing sebanyak 1-5 klien, guna mengawasi dan mengontrol
aktivitas klien. (b) Pembimbing atau pelatih yang berprofesi pada bidangnya
masing-masing guna mengajar materi-materi pada para klien, seperti:
bimbingan Mental-Spiritual, Keterampilan, Fisik, Sosial dan Kesehatan.
Tabel
Pembimbing Islam di PSKW Mulya Jaya48
No
Nama Pembimbing/ Ustadz
1 Ust. Abdul Rahman, S.Sos.I
2 Ust. Nuhri
47
Hasil Wawancara, Kepala Staff TU, bapak Ali Samanta, MA, pada hari Senin, 13
Juni 2011 48
Hasil Wawancara, Kepala PSKW Mulya Jaya, Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si,
pada hari Selasa, 30 Juni 2011 36
xlvii
3 Ustadzah. Yatmi, S.Ag
4 Hj. Kartini Abbas
5 Drs. H. Abu Bakar
Karyawan adalah petugas yang ditugaskan di PSKW yang terdiri dari:
PNS Departemen Sosial dan tenaga Honorer. Guna mengawasi dan
mengontrol setiap kegiatan baik yang terkait dengan klien maupun yang
berhubungan dengan petugas professional/ pembimbing.
7. Sarana dan Prasarana Pelayanan
Untuk mendukung proses pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial
bagi penyandang masalah gelandang dan pengemis serta tuna susila. Berikut
lebih lengkapnya:
a. Gedung Kantor
1) Ruang pimpinan
2) Ruang administrasi dan keuangan
3) Ruang kulsultasi
4) Ruang tamu
5) Ruang pertemuan/ keterampilan
b. Asrama
1) Ruang tidur
2) Ruang makan
3) Kamar mandi/ WC
4) Ruang tamu
c. Sarana Penunjang
1) Lapangan halaman untuk bimbingan fisik, ruang untuk bimbingan
mental dan sosial
2) Ruang pelatihan keterampilan
3) Mushalla untuk bimbingan agama Islam, berikut perangkatnya.49
49
SPM Dit. PRSTS,
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid, Pada Tanggal 15 juli 2011
37
xlviii
E. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam
Bimbingan disini yaitu suatu proses pembelajaran dan pengajaran
kepada klien atau peserta didik PSKW Mulya Jaya, yang dilakukan secara
rutinitas dan terus-menerus dengan cara seksama. Pembelajaran inilah yang
disebut dengan bimbingan agama Islam. Pengajaran kadang kala dilakukan
dengan cara individu, kelompok, maupun menyeluruh. Klien yang
mempunyai keterbatasan daya tangkap, buta huruf, pendidikan rendah dan
sebagainya, tentu akan mendapatkan perhatian khusus dari pembimbing,
dengan metode pembelajaran secara individu. Adapun pelaksanaan
bimbingan agama Islam yang lebih lebih lengkap adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan, Materi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran
a. Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan
dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan tersebut.50 Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan.
Adapun target perencaan dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam
ini secara garis besar ada dua yaitu umum dan khusus. Adapun target
bimbingan secara umum adalah upaya untuk memulihkan kembali
kepercayaan diri, harga diri, kesadaran beragama, tanggung jawab sosial baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. Adapun target
bimbingan secara khusus adalah siswa diharapkan mampu memahami
50
Organisasi.Org Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia, Fungsi Manajemen
: Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian - Belajar di Internet Ilmu Teori
Ekonomi Manajeme,
http://organisasi.org/fungsi_manajemen_perencanaan_pengorganisasian_pengarahan_pengendalia
n_belajar_di_internet_ilmu_teori_ekonomi_manajemen., 3 Juni 2011.
38
xlix
pentingnya beragama, berakhlak mulia, mampu membaca qur’an/ iqra’ dan
mengerjakan shalat lima waktu.51
Upaya pencapaian dan langkah-langkah untuk mencapai target baik
umum maupun khusus yaitu adanya pembimbing professional, materi
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan klien, pembimbing menggunakan
metode yang bervariasi, adanya silabus, tersedianya media yang memadai
seperti jadwal bimbingan yang teratur, buku panduan/ modul, alat tulis, alat
ibadah seperti mukenah, kerudung, jilbab dan sebagainya, serta adanya
evaluasi baik tertulis maupun non tertulis.52
b. Materi
Materi bimbingan telah diatur sesuai dengan kebutuhan klien/ peserta
didik, tidak seperti di lembaga-lembaga resmi seperti sekolah-sekolah dimana
materi telah ditentukan dan ditetapkan diawal sebelum siswa/ peserta didik
masuk disekolah tersebut. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti yang
telah dikemukan diawal bahwa usia klien terpaud jauh satu dengan yang
lainnya.
Diantara Materi-materi pokok yang diajarkan kepada klien seperti:
wudhu, tayammum, shalat wajib, shalat sunnah, jama’ qasor, aqidah, akhlak,
baca iqra/ al-qur’an, imla’ tahlilan, dzikir, praktik-praktik ibadah dan lain
sebagainya.
c. Metode
Adapun metode bimbingan adalah sebagai berikut:
1) Ceramah
Metode ceramah digunakan saat menyampaikan materi yang sifatnya
sulit untuk melakukan praktik, jumlah klien yang banyak sedangkan guru/
pembimbing hanya seorang. Contoh: pembimbing ingin menyampaikan surat
al-Baqarah ayat 183 dan maknanya, maka penyampaian materi tersebut
51
Hasil wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahmah S.Sos.I, Pada hari Senin, 6
juni 2011
52 Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Hj Kartini Abas, pada hari Selasa, 31 Juni
2011
39
l
dengan metode ceramah. Metode ini bertujuan untuk mempermudah dalam
menyampaikan materi ke klien/ peserta didik.
2) Tanya jawab
Tanya jawab merupakan metode yang menghidupakan suasana antara
klien dan pengajar. Metode ini biasa dilakukan diakhir-akhir pembelajaran
setelah guru menjelaskan materi secara detail dan untuk menguji apakah klien
memahami materi yang sudah disampaikan. Tanya jawab dilakukan diawal
pembelajaran untuk mengulang materi-materi yang sudah disampaikan hari
sebelumnya dan diakhir pembelajaran untuk menguatkan ingatan klien dalam
memahami materi tersebut. Metode ini bertujuan untuk memperkuat ingatan
pada materi yang sudah disampaikan.
3) Diskusi
Pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran menggunakana metode
diskusi yaitu pembimbing membentuk kelompok-kelompok kecil lalu
pembimbing memberikan topik ke masing-masing kelompok. Kemudian
minta masing-masing kelompok mendiskusikan topik tersebut. Metode ini
bertujuan agar klien kreatif, inovatif dalam berfikir dan memahami topik yang
hendak disampaikan oleh pembimbing.
4) Team quiz
Menentukan topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian, lalu
membagikannya ke klien/ peserta didik yang sudah dibentuk menjadi 3
kelompok. Minta kelompok A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat,
lalu kelompok B dan C manfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
Metode ini untuk bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung
jawab klien/ peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara
yang menyenangkan.
5) Poster session
Metode presentasi alternatif ini klien diminta untuk memilih salah satu
topik yang telah ditentukan dengan materi yang akan dipelajari. Contoh:
kitika sedang mempelajari makanan dan minuman yang diharamkan,
kemudian klien diperintahkan untuk mendiskripsikan dengan tulisan
40
li
bergambar yang terkait dengan topik tersebut. Adapun tujuan metode ini
adalah klien diharapakan dapat memahami pelajaran yang guru sampaikan
melalui gambar. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu, banyaknya klien
berusia lanjut, buta tulis dan buta huruf.
d. Media
Media pembelajaran merupakan alat penting dalam menyampaikan
materi agar materi mudah dipahami dan diamalkan. Media di PSKW Mulya
Jaya diantaranya adalah: sound system, whiteboard, spidol, mimbar, buku-
buku panduan, laptop dan lain-lain. Media tersebut digunakan pada saat-saat
materi tertentu, contohnya ketika pembimbing mengajarkan materi tentang
wudhu dan prakteknya mengugunakan metode nonton film, maka dilakukan
pemutaran film mengunakan laptop/ VCD, dengan demikian materi yang
disampaikan memudahkan klien/peserta didik dalam memahami dan
mengikuti.
e. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran ada dua tahap yaitu 1) evaluasi setelah
pembelajaran di kelas, guru melakukan evaluasi untuk melihat apakah klien/
peserta didik telah memahami materi-materi yang sudah disampaikan. 2)
evaluasi setelah ujian, guru/ pembimbing agam Islam melakukan evaluasi
setelah melihat hasil belajar mengajar, apa yang harus diperbaiki dan apa
yang harus dipertahankan. Adapun menurut jenisnya adalah tertulis dan non
tertulis, tertulis yaitu dengan memberi soal-soal latihan, dan yang
dimaksudkan dengan non tertulis yaitu dengan memperhatikan gerak-gerik
serta perubahan klien dari waktu kewaktu.
2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Bimbingan Agama Islam
Dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan pembinaan atau
bimbingan Islam, Panti Sosial Karya Wanita juga menghadapi beberapa
kendala, diantaranya adalah:
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan proses
pengajaran dan bimbingan Islam. Sarana merupakan penunjang belajar
yang sangat dominan dengan tidak adanya sarana yang memadai maka
41
lii
akan menghambat proses bimbingan, pembimbing yang memiliki suara
rendah maka tidak terdengar secara total oleh klien.
b. Kurangnya pembimbing ketika pelaksanaan bimbingan berlangsung.
Pembimbing yang terkait langsung dalam proses belajar-mengajar hanya
satu pembimbing, pembimbing akan kesulitan jika menggunkan metode
bimbingan perorangan.
c. Usia klien yang bervariasi. Banyaknya klien yang berusia lanjut menjadi
satu kendala yang berhubungan dengan pembimbing, usia lanjut tidak lagi
bersemangat mengikuti bimbingan disebabkan pendengaran yang lemah,
mata kurang bisa melihat tulisan-tulisan yang kecil dan sebagainya.
d. Banyaknya klien yang buta huruf. Klien yang latar belakangnya sekolah
dasar tapi tidak tamat dan ada juga yang tidak pernah menginjak
pendidikan akan merasa sulit dalam mengikuti proses bimbingan, jika
harus mengandalkan pendengaran saja.
e. Pendidikan klien yang rendah. Klien yang berpendidikan rendah akan sulit
mengikuti cara belajar klien yang pendidikannya di atas rata-rata.
f. Minimnya kitab dan buku referensi yang dibutuhkan. Bukuan acuan/
panduan harus selalu diperbahurui dan di perbanyak agar menambah daya
gedor belajar klien.53
3. Solusi Dalam Perbaikan Bimbingan Agama Islam
Sulusi dalam perbaikan bimbingan agama Islam harus segera dilakukan
demi tercapainya visi, misi dan tujuan PSKW Mulya Jaya serta tujuan agama
Islam. Setelah melihat dan memperhatikan banyaknya kekurangan yang harus
diperbaiki, maka kendala-kendala yang harus diperbaiki diantaranya adalah:
a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup. Keberadaan sarana dan
prasarana akan memudahkan dalam tranformasi materi-materi kepada
klien. Adapun sarana dan prasarana sedang dalam proses perbaikan oleh
pihak panti itu sendiri.
53
Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahman, S.Sos.I, pada hari Senin, 6
juni 2011
42
liii
b. Perlunya penambahan pembimbing dan kerjasama antar pembing dalam
pelaksanaa bimbingan berlangsung, dalam hal ini sedang diadakannya
evaluasi seluruh pembimbing agama Islam.
c. Pembagian kelompok belajar berdasarkan usia, masing-masing kelompok
dikontrol oleh satu pembimbing dan dibimbing dengan metode khusus.
Dengan adanya pembagian kelas-kelas kecil agar lebih terorganisir dan
tertuju materi-materi bimbingan. Adapun pembagian kelompok atau kelas
sedang dalam proses evaluasi para pembimbing rohani.
d. Mengadakan bimbingan perorangan dan menjadwalkan hari-hari tertentu
untuk melakukan bimbingan tersebut. Adapun usaha untuk melakukan
bimbingan perorangan sudah berlangsung akan tetapi dalam
pelaksanaannya kurang maksimal.
e. Membentuk organisasi-organisasi kecil, siswa yang berpendidikannya di
atas rata-rata dapat membantu teman-temanya dalam mengikuti bimbingan
agama Islam. Dalam hal ini sudah dalam pelaksanaan akan tetapi belum
terorganisir.
f. Memperbanyak buku panduan dan referensi yang dibutuhkan. Jika buku
panduan lebih banyak tentu akan sangat mendukung kegiatan bimbingan,
banyak klien harus sebanding dengan buku panduan. Adapun dengan
pengadaan buku panduan bimbingan telah diperbaiki system dan dalam
proses pengadaaannya.54
54
Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahman, S.Sos.I, pada hari Senin, 6
juni 2011
43
liv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian di lapangan dan melakukan
analisa penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan bimbingan agama Islam di PSKW Mulya meliputi perencaan
yang matang, materi, metode, media dan evaluasi belajar. Antusiasme
para klien mengikuti kegiatan bimbingan Islam sangat tinggi dan
keberadaan program ini sangat di harapakan untuk dipertahankan dan
ditingkatkan. Para pembimbing mengajarkan nilai-nilai Islam dan norma-
norma agama sangat berarti keberadaannya, para pembimbing yang
memang berprofesi dalam bidangnya yaitu seorang guru agama, oleh
karena itu tidak diragukan lagi skill dan kemampuan mereka.
2. Tidak ada satupun didunia ini yang sempurna, maka dalam pelaksanaan
bimbingan agama Islam juga mempunyai hamabatan-hambatan atau
kendala-kendala. Seperti:
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan proses
pengajaran dan bimbingan Islam.
b. Kurangnya pembina atau pembimbing ketika pelaksanaan bimbingan
berlangsung
c. Usia klien yang bervariasi.
d. Banyaknya klien atau siswa bimbingan yang buta huruf.
e. Pendidikan klien yang rendah.
f. Minimnya kitab dan buku referensi yang dibutuhkan.
44
lv
3. Solusi-solusi yang harus ditempuh adalah sebagai berikut
a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup.
b. Perlunya penambahan pembimbing dan kerjasama antar pembimbing
dalam pelaksanaa bimbingan berlangsung.
c. Pembagian kelompok belajar berdasarkan usia.
d. Mengadakan bimbingan perorangan dan menjadwalkan hari-hari
tertentu untuk melakukan bimbingan tersebut.
e. Membentuk organisasi-organisasi kecil.
f. Memperbanyak buku panduan dan referensi yang dibutuhkan.
B. Saran-saran
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya para pembimbing terus meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan metode bimbingan dengan memanfaatkan media-media
yang tersedia agar hasil bimbingan lebih dari yang ditargetkan.
2. Hendaknya pihak panti menambah sarana dan prasarana dan memperbaiki
alat-alat yang telah rusak agar dapat dimanfaatkan untuk bimbingan.
3. Para karyawan diharapkan lebih kenal dan akrab dengan klien agar segala
persoalan dapat diketahui dan untuk diperbaiki.
4. Hendaknya para pejabat mengadakan control dalam pelaksanaan
bimbingan berlangsung agar bisa diketahui langsung apa saja yang
menjadi kebutuhan serta kekurangan dalam pelaksanaannya.
45
lvi
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, Bandung : Diponegoro Anggota IKAPI,
1995
Lutfi, M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN SYAHID, 2008
Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Fifa, Bimbingan Konseling Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009,
Hartati, Netty, dkk, Psikologi Dalam Tinjauan Tasawuf Jakarta: UIN Jakarta
Pres, 2004
Izzuddin, Taufiq Muhammad, Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam,
Jakarta: Gema Insani Press, 2006
Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam Dalam Kebatinan Kawruh Jiwa
Suryomentaram, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2010
Mufid, Ahmad Syafi’I, Zikir Sebagai Pembina Kesehatan Jiwa, Surabaya: Bina
Ilmu, 1984
Jaya, Yahya, Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994
Darajat, Zakiyah, Kesehatan Mental, Perannya dalam Pendidikan dan
Pengajaran, Jakarta: IAIN, 1984
Prihartini, Nanik, Kepribadian Sehat Menurut Konsep Suryomentaram, Surakarta:
UMS Press, 2004
Prayitno, dan Amti, Erman, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2008
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi,
Jakarta: Rajawali Pers, 2009
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Rasito, Herman, Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2003
45
lvii
Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Nalle, Matheos, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003
Soenarjo. R.H.A, ketua, dkk, Al-Qur,an Terjemahnya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur,an, 1971
Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT BINA AKSARA 1987
Ramayulis, Psikologi Agama Jakarta: Kalam Mulia 2007
Asy-Syaami, Shaleh Ahmad, Berakhlak dan Beradab Mulia Jakarta: Gema Insani
2005
Al-Musawi, Khlil, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda Jakarta: Lentera,
1999
Al-Mansor, S. Ansory, Jalan Kebahagian Yang Diridhai Jakarta:
RAJAGRAFINDO PERSADA
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: Quantum Teaching, 2006
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Paduka, Data, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Brunei Darussalam: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 2003
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa bIndonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Penndidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Asy Syarifin, Khadim al Kharamain, Al-Qur’an dan Terjemah. Mujamma’ Al
Malik Fadha Thiba Al Mush-haf Asy-Syarif Madinah Munawwarah
Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998
Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1999
46
lviii
Jenderal, Derektur, Standar Pelayanan Menimal Penanganan Dan Rehabilitasi
Sosial Tuna Susila, Jakarta: 2007
47
lix
lx
UJI REFERENSI
NO BAB FOOTNOTE
NUMBER JUDUL BUKU & PENULIS
HALAMAN
BUKU
1 I 3
Dasar-dasar bimbingan dan
penyuluhan (konseling) Islam (M.
Lutfi)
26
2 I 4 Al-Qur’an dan Terjemahnya
(Depag RI) 224
3 II 2
Bimbingan dan Konseling di
sekolah madrasah berbasis
integrasi (Tohirin)
15-16
4 II 8 Pendidikan agama Islam
(Muhammad Daud Ali) 103
5 II 11 Dasar-dasar bimbingan dan
konseling (Prayitno) 218
6 II 14 Filsafat Pendidikan Islam (M.
Arifin) 16-17
7 II 16
Modul bimbingan spiritual Islam
untuk kelayan (Abdul Rahman
S.Sos.I)
5
8 II 19 Pelayanan dan rehabilitasi sosial 15
9 II 21
Metodologi pengajaran agama
Islam (Ahmad Tafsir) 33-34
lxi
Jakarta, 15 Agustus 2011
Penguji
Siti Khadijah, MA
NIP: 197007271997032004
10 II 22 Kamus inggris Indonesia (John M.
Echols dan Hasan Shadily) 220
11 II 26
Standar pelayana menimal
penangan dan rehabilitasi sosial
tuna susila
8
12 III 1 Metode penelitian kependidikan
(Drs. Hadeli) 2
13 IV 1 Laporan kuliah kerja lapangan
(Isni Prihantini Noviansyah) 6-7
14 IV 5
Hasil wawancara dengan salah
satu pembimbing rohani (Abdul
Rahman S.Sos.I)
lxii
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Responden
Nama : Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si
Jabatan : Kepala PSKW Mulya Jaya
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juni 2011
Tempat : PSKW Mulya Jaya
Waktu : 10.00 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya PSKW Mulya Jaya, perkembangannya, dan
sudah berapakali mengalami pergantian kepala panti?
2. Apa visi dan PSKW Mulya Jaya?
3. Bagaiman dengan keberadaan program pembinaan/ bimbingan agama Islam?
4. Bagaimana dengan sumber daya pembinaan agama Islam di PSKW Mulya
Jaya?
5. Bagaiman keadaan sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya?
lxiii
BERITA WAWANCARA
Identitas Responden
Nama : Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si
Jabatan : Kepala PSKW Mulya Jaya
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juni 2011
Tempat : PSKW Mulya Jaya
Waktu : 10.00 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya PSKW Mulya Jaya, perkembangannya, dan
sudah berapakali mengalami pergantian kepala panti?
Jawaban :
Sejarah PSKW Mulya Jaya mengalami beberapa tahapan, berkembang sesuai
pada masanya. Berikut lebih rincinya:
h. Tahun 1959 : Berstatus Pilot Projek Pusat Pendidikan wanita,
merupakan projek Percontohan Depsos.
i. Tahun 1960 : Dibuka Menteri Sosial Bpk. H. Moelyadi Djoyomartono
(Alm) dengan nama “Mulya Jaya” berdasarkan motto tanggal 20
Desember 1960.
j. Tahun 1963 : Diresmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita (PPW)
Mulya Jaya dengan SK Menteri Sosial RI. No. HUK/4-19/2005 tanggal 1
Juni 1963.
k. Tahun 1969 : Disempurnakan menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran
Kegunaan Wanita (P3KW).
l. Tahun 1979 : Disempurnakan menjadi Panti Rehabilitasi Wanita Tuna
Susila (PRWTS) “Mulya Jaya” dengan SK Menteri Sosial RI.
No.41/HUK/Kep./XI/1979 bulan November 1979.
m. Tahun 1994 : Detetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya (PSKW) dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.14/HUK/1994
tanggal 23 April 1994.
lxiv
n. Tahun 1995 : Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.22/HUK/1995
tanggal 24 April 1995.
2. Apa visi dan misi PSKW Mulya Jaya?
Jawaban :
Visi PSKW Mulya Jaya adalah Pelayan dan Rehabilitasi Tuna Susila
yang bermutu dan professional.
Sedangkan Misinya adalah sebagai berikut:
d. Melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan
panduan yang telah ada
e. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi Tuna Susila sesuai
dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitasi tuna susila.
f. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait,
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan
rehabilitasi tuna susila.
3. Bagaiman dengan keberadaan program pembinaan/ bimbingan agama Islam?
Jawaban:
Keberadaan program bimbingan agama Islam di Pati Sosial Karya Wanita
adalah program yang sangat mendukung program-program lainnya. Karena
program ini menjadikan klien akan arti kehidupan yang sesungguhnya mana
yang hak dan mana yang batil, sehingga klien pun sadar peningnya
keterampilan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik, baik dalam
meraih rezki Allah swt.
4. Bagaimana dengan sumber daya pembimbing agama Islam di PSKW Mulya
Jaya?
Jawaban:
Sumber daya pembimbing di sini sebenarnya sudah cukup baik, baik segi
kuantitas maupun kualitas. sehingga program ini sudah berjalan sesuai
dengan harapan panti.
lxv
5. Bagaiman keadaan sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya dalam
mendukung program bimbingan agama Islam?
Jawaban:
Sarana dan prasarana sudah sangat mendukung seperti: ruang bimbingan
(mushalla), whiteboard, soundsistem, buku-buku panduan dan sebagainya
lxvi
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Resonden
Nama : Abdul Rahman, S.Sos.I
Jabatan : Pembimbing Agama Islam
Hari/Tanggal : Senin, 6 Juni 2011
1. Dapatkah bapak menjelaskan program bulanan untuk bimbingan agama Islam
di PSKW Mulya Jaya?
2. Apakah dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam melakukan pengembangan
silabus?
3. Apakah siswa berantusias dalam proses pembelajaran bimbingan agama Islam?
4. Apakah sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya ini sudah memadai untuk
ketercapaian proses bimbingan agama Islam?
5. Metode apa saja yang bapak gunakan dalam proses belajar mengajar agama
Islam?
lxvii
BERITA WAWANCARA
Identitas Resonden
Nama : Abdul Rahman, S.Sos.I
Jabatan : Pembimbing Agama Islam
Hari/Tanggal : Senin, 6 Juni 2011
1. Dapatkah bapak menjelaskan program bulanan untuk bimbingan agama Islam
di PSKW Mulya Jaya?
Program bulanan bimbingan agama Islam tidak dilakukan setiap bulan, akan
tetapi disesuaikan dengan hari-hari besar Islam, seperti isra’ mi’raj, maulid
Nabi, nuzulul qur’an dan lain sebagainya.
2. Apakah dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam melakukan pengembangan
silabus?
Jawaban:
Kegiatan bimbingan agama Islam tidak menggunakan silabus seperti lembaga-
lembaga pendidikan lainnya, program ini haya tertuju dengan buku pedoman,
adapun pengembangan yang dilakukan hanya pada buku panduan.
3. Apakah klien berantusias dalam proses pembelajaran bimbingan agama Islam?
Jawaban:
Ya, para klien yang mengikuti kegiatan bimbingan agama Islam sangat
berantusias sekali disebabkan kegaiatan ini sangat mendukung kondisi
psikolgis mereka dan bisa bermanfaat bagi mereka untuk sehari-hari seperti
baca qur’an, shalat lima waktuu dan lain seebagainya.
4. Apakah sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya ini sudah memadai untuk
ketercapaian proses bimbingan agama Islam?
Jawaban:
Beberapa sarana dan prasaran sudah sangat mendukung kegiatan bimbingan
agama Islam seperti: mushalla, soundsistem, buku-buku panduan dan alat-alat
shalat, akan tetapi ada beberapa sarana yang harus diperbaiki dan dipenuhi
seperti kurangnya lampu sehingga lampu yang redup kurang mendukung
lxviii
proses bimbingan, buku panduan yang terbatas yang tidak sebanding dengan
jumlah klien yang ada.
5. Metode apa saja yang bapak gunakan dalam proses belajar mengajar agama
Islam?
Jawaban:
Adapun metode yang digunakan adalah ceramah, tanya-jawab, diskusi
kelompok, tadabbur alam, konseling/ curhat, renungan/ refleksi diri, praktek
dan game/ kuis.
top related