pbl - publikasi
Post on 16-Jul-2015
99 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 1/21
1
A. PENDAHULUAN
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dengan
jumlah penduduk yang mencapai hampir 3 juta jiwa. Dalam perkembangannya, Kota
Surabaya tumbuh dan berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa dengan tingkat
pelayanan regional, nasional, dan internasional. Oleh karena itu, banyak kawasan
perdagangan dan jasa yang tumbuh di Kota Surabaya, salah satunya adalah kawasan
perdagangan dan jasa di sekitar kawasan Jembatan Merah yang terletak di sepanjang
koridor Jalan Rajawali. Kawasan Jembatan Merah ini merupakan salah satu pusat
perdagangan dan jasa terbesar di Surabaya dan merupakan kawasan kota lama. Oleh
karena itu, pembangunan berwawasan lingkungan di kawasan ini lebih kompleks
dibandingkan dengan kawasan lain sebab harus memperhatikan konservasi lingkungan
dan konservasi cagar budaya.
B. KONSEP PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN, STRATEGI
GLOBAL (AGENDA 21), DAN STRATEGI LOKAL DI LOKASI STUDI
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana
dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan
menurut Kusnadi (2011), pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan
berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya
alam untuk menopangnya. Pembangunan berkelanjutan sendiri didefinisikan oleh Frick
dan Suskiyatno (2007) sebagai suatu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan pada saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan yang harus dipenuhi
Gambar 1 : ruang lingkup wilayah
studi (kawasan
perdagangan dan jasa
sepanjang koridor Jalan
Rajawali).
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 2/21
2
pada masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan yang berwawasan lingkungan
harus berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia, pemerataan sosial,
peningkatan kualitas hidup, dan pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan
berwawasan lingkungan ini mencakup 4 hal pokok, yakni konservasi terkait
kelangsungan hidup bio-fisik, perdamaian dan pemerataan, pembangunan ekonomi
yang tepat, serta demokrasi terkait partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan. Adapun strategi dalam
pembangunan berwawasan lingkungan, antara lain:
Menggunakan teknologi yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan
yang baik dan layak.
Melakukan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam
menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh, dan berkualitas tinggi agar
mampu memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu
sendiri.
Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga
dapat sesuai dengan rencana dan tujuannya.
Agenda 21
Agenda 21 adalah suatu rencana aksi dari PBB terkait dengan pembangunan
berkelanjutan dan merupakan hasil dari Konferensi PBB mengenai Lingkungan dan
Pembangunan yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Terdapat 40
bab dalam Agenda 21 yang mana dibagi menjadi 4 bagian utama, sebagai berikut:
Bagian I : Dimensi Sosial dan Ekonomi, yang mana berkaitan dengan
memerangi kemiskinan, perubahan pola konsumsi, mempromosikan
kesehatan, perubahan penduduk, dan permukiman yangberkelanjutan.
Bagian II : Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan, yang
mana termasuk di dalamnya adalah perlindungan atmosfer,
memerangi deforestasi, melindungi lingkungan rapuh, konservasi
keanekaragaman hayati, dan pengendalian pencemaran.
Bagian III : Penguatan Peran Kelompok Utama, yang mana termasuk di
dalamnya adalah peran anak-anak dan pemuda, perempuan, LSM,
pemerintah khususnya pemerintah daerah, bisnis, dan pekerja.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 3/21
3
Bagian IV : Sarana Implementasi, yang meliputi ilmu pengetahuan, transfer
teknologi, pendidikan, lembaga-lembaga internasional, dan
mekanisme finansial.
Terkait dengan pembangunan kawasan perdagangan berwawasan lingkungan, maka
strategi global di dalam Agenda 21 yang dapat dijadikan dasar adalah bagian II, yakni
terkait konservasi dan pengelolaan sumber daya pembangunan. Adapun kebijakan
nasional terkait hal tersebut yang mengacu pada Agenda 21 adalah sebagai berikut:
1. Minimasi Limbah
Menetapkan minimasi limbah sebagai salah satu tujuan utama pengelolaan
limbah.
Menyusun dan menetapkan target untuk minimasi limbah pada sektor industri
komersil, pengemasan, dan rumah tangga.
Mengurangi dan/atau memusnahkan limbah yang masih perlu dibuang.
Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam usaha minimasi
limbah.
Mengubah perilaku konsumsi masyarakat luas secara fundamental guna
mencapai usaha minimasi limbah.
2. Maksimasi Daur Ulang dan Pengkomposan Limbah Ramah Lingkungan
Memperkuat komitmen pemerintah, khususnya departemen terkait seperti
Departemen PU untuk mengikutsertakan daur ulang dan pengkomposan dalam
strategi pengelolaan limbah.
Tercapainya tingkat daur ulang dan pengkomposan yang berarti di kota-kota
terpilih. Beberapa perkiraan akan tingkat daur ulang dan pengkomposan yang
layak secara teknologi maupun ekonomis memberikan angka masing-masing 15- 25 % dan 20 - 40 % dari total sampah.
3. Peningkatan Tingkat Layanan Umum
Meningkatkan tingkat pelayanan umum sampan menjadi 70 - 80 % untuk kota
sedang dan kecil serta 90 - 100 % untuk kota metropolitan dan besar.
Meningkatkan pelayanan umum sanitasi menjadi 85 - 95 % untuk kota
metropolitan, kota besar, dan kota sedang serta 75 % untuk kota kecil dan
pedesaan.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 4/21
4
4. Promosi Pembuangan dan Pengolahan Limbah yang Akrab Lingkungan
Untuk limbah industri, pada tahun 2005 semua limbah harus sudah diolah
sampai ke tingkat yang memenuhi baku mutu limbah.
Untuk persampahan, semua sampah harus dibuang dengan cara yang akrab
lingkungan, TPA yang ada sudah harus mulai diperbaiki kondisi dan sistem
operasinya.
Semua limbah padat, limbah cair, maupun limbah industri harus diolah dan
dibuang sedemikian rupa sehingga memenuhi baku mutu limbah dan baku mutu
lingkungan, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dari semua badan
penerima, baik air, tanah, maupun udara.
5. Pengendalian Atmosfer
Mengontrol penggunaan energi seperti pengontrolan emisi gas rumah kaca di
atmosfer, transmisi produksi, distribusi dan konsumsi, penggunaan sistem
energi ramah lingkungan untuk kepentingan kesehatan masyarakat sekitar.
Mengelola transportasi sebagai penghasil gas emisi berbahaya ke atmosfer.
Mengurangi bahan-bahan yang dapat menimbulkan penipisan lapisan ozon pada
atmosfer.
Strategi Kota Surabaya
Strategi lokal dalam rangka pembangunan berwawasan lingkungan di Kota
Surabaya adalah Ecocity. Konsep Ecocity meruapkan suatu gabungan antara prinsip
pembangunan hijau (Green Building) dengan memanfaatkan teknologi informasi (ICT)
untuk mengurangi dan menghilangkan dampak negatif pembangunan terhadap
lingkungan. Secara teknis, penerapan konsep ecocity di Surabaya ini tercantum dalam
RTRW Kota Surabaya 2007-2027, RPJPD Surabaya 2005-2025, dan RPJMD KotaSurabaya 2006-2010 sebagai berikut:
Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan
sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan
dan jasa, termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.
Pelaksana pembangunan wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum,
area untuk pedagang informal, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari luas
keseluruhan.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 5/21
5
Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas
lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik, kemudahan pencapaian, dan
kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.
Pewujudan Surabaya kota perdagangan dan jasa nasional didukung dengan
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang berwawasan lingkungan,
meliputi sistem jaringan transportasi terpadu serta transportasi massal yang aman,
murah, dan terjangkau.
Pengembangan sistem drainase yang terintegrasi hulu, tengah, dan hilir untuk
menciptakan Surabaya bebas banjir.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pada kelestarian
lingkungan.
Peningkatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.
C. MASALAH LINGKUNGAN DAN USAHA PENANGANAN DI LOKASI
STUDI
Sampah
Umumnya sampah tidak menjadi masalah yang cukup besar karena pengelolaan
telah dilakukan secara mandiri oleh para pedagang dan pengelola mall/toko
sehingga jarang ditemui sampah di sekitar jalan. Meskipun ada, namun jumlahnya
sangat minim. Akan tetapi, hal yang menjadi masalah adalah pembuangan akhir
sampah yang cenderung masih tidak berwawasan lingkungan yakni ditumpuk di
tepi jembatan merah. Padahal, jembatan merah ini merupakan bangunan sejarah
yang menjadi ciri khas kawasan ini sehingga seharusnya perlu dilakukan konservasi
dan perawatan.
Gambar 2 : perbandingan kondisi jembatan merah antara di lukisan yang menggambarkan
keasrian dan berwawasan lingkungan (kiri) dengan kondisi jembatan merah yang tidak
terawat dengan pudarnya warna cat dan tumpukan sampah di tepinya (kanan).
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 6/21
6
Transportasi
Masalah transportasi yang terjadi di kawasan perdagangan dan jasa di sekitar
Jembatan Merah ini adalah kesemrawutan lalu lintas dan kurang terintegrasinya
moda transportasi. Hal ini menyebabkan aksesibilitas dari dan menuju lokasi
perdagangan dan jasa menjadi tidak lancar. Selain itu, kurang terintegrasinya moda
transportasi massal menyebabkan masyarakat cenderung memilih menggunakan
moda transportasi pribadi seperti mobil dan motor yang mana hal ini akan
berpengaruh pada penggunaan energi yang tidak hemat.
Keruangan
Secara umum bangunan di wilayah Jalan Rajawali sudah memenuhi syarat dan
peraturan RTRW di wilayah tersebut tetapi terdapat juga beberapa bangunan yang
melewati batas arahan KLB dan KDB yang dapat mempengaruhi keteraturan
bangunan.
Selain itu, masalah keruangan lain yang ada di kawasan perdagangan dan jasa di
sekitar Jembatan Merah – Koridor Jalan Rajawali Surabaya adalah masih
Gambar 3 : kesemrawutan moda
transportasi publik di depan
Jembatan Merah Plaza
yang tentunya mengganggu
kelancaran sirkulasi
pergerakan dan lalu lintas.
Gambar 4: prosentase bangunan
sesuai dengan KDB.
Gambar 5: prosentase bangunan sesuai
dengan KLB.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 7/21
7
kurangnya RTH yang mendukung keseimbangan kota dan masih adanya kawasan
perdagangan yang tidak menyediakan ruang bagi pedagang informal sehingga
banyak pedagang informal yang menempati ruang bagi pedestrian ataupun
memakai tepi jalan.
Gambar 6 : ketidakseimbangan antara pembangunan dengan keseimbangan ekologi dimana lebih
banyak lahan yang terbangun dari RTH.
Energi
Masalah energi yang terjadi di kawasan perdagangan dan jasa di kawasan Jembatan
Merah adalah masih kurang hematnya energi yang digunakan, terutama listrik dan
BBM dimana hampir semua karyawan maupun pedagang menggunakan kendaraan
yang ber-BBM ataupun menggunakan teknologi yang dapat membuang emisi gas
ke atmosfer (AC, Lemari Es, dan lain sebagainya).
Kekumuhan Bangunan
Masalah kekumuhan bangunan yang tampak di lokasi perdagangan dan jasa di
kawasan Jembatan Merah adalah kurang terawatnya bangunan khususnya
bangunan-bangunan kolonial bersejarah, begitu juga dengan jembatan merahnya
sendiri. Selain itu, kurang tertatanya PKL yang ada disana memberikan kesankumuh pada lingkungan perkotaan secara keseluruhan.
Gambar 7 : salah satu contoh penggunaan
energi (AC) di lokasi studi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 8/21
8
Pelestarian Arsitektur Heritage
Masalah pada kawasan Jalan Rajawali adalah kurangnya keselarasan antara
bangunan modern dengan bangunan lama yang termasuk dalam bangunan Cagar
Budaya.
Adapun solusi-solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
terdapat di kawasan perdagangan dan jasa di sekitar kawasan Jembatan Merah adalah:
Pengelolaan sampah secara mandiri dan pengangkutan sampah oleh petugas
kebersihan.
Pengelolaan sampah dikerjakan secara mandiri oleh masyarakat terutama dalam hal
ini adalah pedagang dan setiap pagi juga sore akan diangkut oleh petugas
kebersihan. Namun pengelolaan sampah secara terpadu perlu tetap dilakukan agar
tidak terjadi penumpukan sampah di lokasi-lokasi konservasi.
Penggunaan AC Sentral untuk meminimalkan penggunaan energi.
Penggunaan AC Sentral pada beberapa pertokoan dan mall telah cukup sedikit
membantu dalam mengurangi pengeluaran emisi gas di atmosfer dibandingkan
penggunaan AC pada setiap stan. Tetapi perlu teknologi untuk menghemat energi
listrik untuk lampu dan minyak bumi untuk BBM.
Pembuatan jalur hijau di sepanjang koridor Jalan Rajawali dan pembuatan
taman kecil di depan JMP.
Pembuatan jalur hijau dan taman kecil telah dilakukan di lokasi, namun hal ini
masih kurang dibandingkan tuntutan kebutuhan RTH sebesar 40%.
D. PEMBANGUNAN KOTA EKOLOGIS KAWASAN PERDAGANGAN DI
LOKASI STUDI
Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dengan lingkungannya (cahaya,
suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dan lain sebagainya) (Frick dan Suskiyatno,
Gambar 8 : petugas kebersihan di lokasi studi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 9/21
9
2007). Suatu kota yang ekologis akan menerapkan prinsip-prinsip ekologi yang holistik
dalam penataan dan pengaturan kotanya. Minimal ada 4 prinsip yang harus diterapkan
pada suatu kota yang ekologis, yakni kota yang bertanggung jawab atas penggunaan
energi, kota yang bertanggung jawab atas pencemaran, kota yang bertanggung jawab
terhadap air, dan kota yang bertanggung jawab atas sampah. Oleh karena itu, aspek-
aspek yang harus ada pada kawasan perdagangan sesuai dengan prinsip-prinsip kota
ekologis, antara lain:
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Keberadaan RTH pada suatu kota khususnya kawasan perdagangan dan jasa adalah
untuk menyeimbangkan pengembangan antara kawasan terbangun dan kawasan
terbuka yang mana memiliki fungsi sebagai kawasan serapan hujan, penyeimbang
iklim/suhu yang berkaitan dengan sifat peneduh dari tanamannya, pengontrol polusi
dan sebisingan kota.
Penanganan Sampah Perkotaan
Sampah memiliki hubungan yang erat dengan pola konsumsi dan penyediaan
fasilitas perdagangan dan jasa. Hal ini dikarenakan konsumsi yang meningkat
meningkatkan fasilitas perdagangan dan jasa serta produksi sampah sehingga
dengan kata lain, fasilitas perdagangan dan jasa yang meningkat juga akan diiringi
oleh peningkatan sampah. Oleh karena itu penanganan sampah perkotaan
khususnya di kawasan perdagangan dan jasa harus menerapkan prinsip kota
ekologis terkait sampah yakni dengan menerapkan minimal 3R ( Reduce, Reuse,
Recycle).
Pengembangan Jaringan Air Bersih dan Sanitasi yang Memperhatikan Prinsip-
Prinsip Lingkungan
− Meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih melalui jaringan air pipa (PAM).
− Adanya keterpaduan antara perencanaan dan pembangunan jaringan air bersih,
sanitasi, dan drainase dengan jaringan jalan dan tata hijau kota sehingga kualitas
air tetap terjaga.
− Pemakaian teknologi lebih maju dalam sistem pembuangan air kotor, seperti
pemakaian kakus (WC) yang hemat air; pemakaian kakus yang memisahkan
antara urin dan kotoran; sistem pembuangan yang memungkinkan air kotor
dipakai untuk kegiatan lain; pengolahan air kotor yang memungkinkan air dapat
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 10/21
10
dikategorikan sebagai air bersih kembali; pengolahan kotoran manusia menjadi
biogas yang bermanfaat untuk bahan bakar.
− Penggunaan prinsip 3R (mengurangi pemakaian air, pemakaian kembali air
kotor untuk keperluan tertentu, pendaur ulangan air).
Pengembangan Energi Terbarukan dan Transportasi Terpadu
Hal ini dilakukan dalam kaitannya untuk menghemat penggunaan energi yang tidak
dapat diperbaharui dan yang akan menyebabkan dampak cukup besar terhadap
lingkungan dan atmosfer seperti pencemaran dan pemanasan global yang mana bisa
dilakukan dengan penggunakan sumber tenaga matahari untuk pengganti lampu
yang mana bisa dilakukan secara sentral, penggunaan tenaga angin dengan
melibatkan teknologi ramah lingkungan untuk menggantikan fungsi AC, atau
pengintegrasian kawasan perdagangan dengan sistem transportasi yang juga terpadu
sehingga masyarakat tidak perlu harus membawa kendaraan pribadi untuk datang
ke kawasan-kawasan perdagangan.
Namun pada studi kasus yang diambil yaitu di jalan Rajawali, terdapat
permasalahan yang berkaitan dengan ekologi suatu kota, yaitu:
Belum adanya penggunaan energi yang efisien dan ramah lingkungan seperti
penggunaan energi dari tata surya dan lain sebagainya karena pada tiap bangunan
yang dominan bangunan komersial dan jasa rata-rata telah menggunakan genset
untuk penyimpanan listrik. Hal ini terkait dengan fungsi tiap bangunan sebagai
bangunan komersial dan jasa sehingga aktivitas di dalamnya membutuhkan energi
listrik yang juga besar.
Pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle
belum terlaksana karena pengelolaannya bertumpu pada proses pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan akhir yang mengakibatkan tingginya biaya
pengelolaan, disamping ketergantungan pada pelayanan pengangkutan sampah
Gambar 9 dan 10 : petugas kebersihan
di lokasi studi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 11/21
11
(pengangkut sampah). Selain itu juga kurangnya fasilitas tempat sampah di
sepanjang trotoar.
Penempatan tiap pohon yang berjarak sekitar 3 meter dan tidak adanya RTH pada
median jalan. Hal ini membuktikan kurangnya RTH pada koridor jalan tersebut.
Untuk lingkup kawasan, kawasan perdagangan sekitar jalan rajawali tidak dapat
memenuhi sepertiga dari luas lahan.
Terjadi konflik kepentingan antara para operator kendaraan umum dan pengguna
jalan lainnya. Beberapa titik yang sering terjadi tundaan adalah di depan bangunan
PT. Arina Multikarya dan di depan bangunan Dinas Komunikasi dan Informatika
dimana banyak berhentinya moda angkutan umum seperti bus kota dalam jangka
waktu 15-20 menit. Arus pergerakan kendaraan terlihat padat sekitar pukul 6.30
pagi sampai pukul 8.30 pagi dan pada pukul 16.00 sampai pukul 17.00 sore hari. Terdapat masalah pada pedestrian, yaitu:
− Masih terdapat bagian wilayah studi yang belum memiliki jalur pedestrian
dengan perkerasan, yaitu di koridor bagian barat sebelah selatan.
− Penyalahgunaan fungsi jalur pedestrian sebagai lahan parkir kendaraan roda dua
dan tempat berjualan PKL.
− Belum difungsikan secara optimal sebagai jalur pejalan kaki.
Terdapat masalah pada perparkiran, yaitu:
− Konflik antara kebutuhan parkir secara on street dengan keberadaan tanda
larangan parkir. Dimana pada kondisi ini bangunan tidak memiliki lahan parkir
khusus.
− Konflik antara pejalan kaki dengan pemilik kendaraan roda dua yang memarkir
kendaraannya di atas trotoar.
− Belum adanya kantong-kantong parkir off street yang tersebar di sepanjang
koridor guna mengurangi konflik pada poin nomor 1 dan nomor 2.
Gambar 11 : TPS di lokasi studi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 12/21
12
Material yang digunakan pada jalan raya adalah aspal dan trotoar yang
menggunakan material yang tidak memungkinkan adanya resapan air ke tanah.
Pada daerah jalan Rajawali juga rata-rata berupa gedung dan kurang adanya RTH
sehingga resapan air ke tanah terganggu.
Ketimpangan proporsi antara isu tentang ekonomi yang lebih dipentingkan
dibanding dengan ekologi. Hal ini didasari oleh penggunaan energi yang besar
yang tidak ramah lingkungan, penggunaan lahan yang sebagian besar
diperuntukkan bagi kepentingan perdagangan dan jasa beserta penggunanya.
E. PEMBANGUNAN EKONOMI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI
LOKASI STUDI
Pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan di lokasi studi yakni di kawasan
perdagangan di sepanjang Jalan Rajawali Surabaya, sebagaimana diatur dalam RTRW
Kota Surabaya yang juga tercantum dalam RPJPD Kota Surabaya dan RPJMD Kota
Surabaya, adalah dengan Integrasi atau Keterpaduan Pengembangan Sektor Ekonomi
Formal dan Sektor Ekonomi Informal . Dalam kebijakan Pemerintah Kota Surabaya
tersebut dijelaskan bahwa kawasan perdagangan dan jasa harus direncanakan secara
terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua
pelaku sektor perdagangan dan jasa, termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis
lainnya. Dengan keterpaduan di seluruh pelaku sektor ekonomi, baik sektor formal
maupun non formal, maka bisa diupayakan pemerataan pertumbuhan ekonomi bukan
hanya pada sektor formal saja melainkan juga sektor informal. Hal ini dikarenakan
sektor informal juga memiliki pengaruh dan potensi yang sangat besar terhadap
pembangunan ekonomi, hanya yang menjadi masalah seringkali menyangkut pada
pengelolaan dan pengaturannya (manajemen). Namun, pengelolaan dan pengaturansektor informal ini kemudian dijelaskan pula pada kebijakan tersebut adalah bahwa
pelaksana pembangunan (perdagangan dan jasa) wajib menyediakan prasarana
lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal, dan fasilitas sosial dengan
proporsi 40% dari luas keseluruhan sehingga dengan hal ini maka sektor informal dapat
diwadahi keberadaannya.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 13/21
13
F. ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN DI LOKASI STUDI
Arsitektur Heritage
Bangunan Heritage merupakan salah satu karakter arsitektur yang menjadi
kekayaan tersendiri bagi suatu kota dan mencerminkan perjalanan sejarah dan budaya
yang pernah berlangsung. Di lokasi studi, yakni di kawasan perdagangan dan jasa
sepanjang Jalan Rajawali Surabaya, terdapat bangunan-bangunan yang dapat
dimasukkan dalam kategori bangunan cagar budaya atau heritage. Hal ini terkait dengan
umur bangunan yang relatif tua, keaslian bangunan Surabaya, nilai sejarah yang
dikandung, kelangkaan bangunan, dan ilmu pengetahuan terutama tentang sejarah yang
ada dalam bangunan tersebut. Kerusakan yang terjadi pad bangunan cagar budaya
berupa pemudaran cat dan berjamurnya fasade bangunan, terkelupasnya lapisan semen
pada dinding bangunan, plafon triplek yang berlubang dan kaca jendela yang pecah dan
digantinya beberapa ornamen asli bangunan dengan desain yang baru. Kerusakan ini
mengakibatkan kaburnya citra bangunan-bangunan ini sebagai bangunan kuno yang
memiliki sejarah sehingga mempengaruhi kualitas identitas kawasan berupa landmark
sehingga berakibat buruk pada citra kawasan di Jalan Rajawali.
Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa bangunan arsitektur heritage yang
dilindungi. Bangunan tersebut digolongkan sesuai dengan tipe dan upaya pelestarian
yang cocok untuk bangunan tersebut dan semuanya diatur menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010. Bangunan Golongan A dengan nilai
potensial tinggi, Bangunan Golongan B dengan nilai potensial sedang dan Bangunan
Golongan C dengan nilai potensial rendah. Dari hasil perhitungan di dapat hasil sebagai
berikut:
1 bangunan yaitu bangunan Korps Cacat Veteran termasuk Bangunan Golongan A,
dengan tindakan pelestarian Preservasi. 10 bangunan yaitu adalah Kantor Cabang Tjiwi Kimia,GPIB,Kantor PTPN VII-
XIII / Korwil II, PT. Arina, SLTPN 5 Kota Surabaya, Bank milik Negara (Jl.
Rajawali No.10), Kantor PTPN XII, Hotel Ibis, Kantor PT. Pantja Niaga dan
Gedung Cerutu termasuk Bangunan Golongan B dengan tindakan pelestarian
Rehabilitasi.
4 bangunan yaitu Bank milik negara (Jl. Rajawali No. 16), Toko dan foto kopi
(Jl.Rajawali No. 19-21), Ex gedung Aneka Kimia dan Rajawali Motor termasuk
Bangunan Golongan C dengan tindakan pelestarian Adaptasi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 14/21
14
Bangunan Cagar Budaya
Bangunan Modern
Gambar 12 : peta lokasi bangunan cagar budaya dan bangunan modern di lokasi studi.
Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha
untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco-design, arsitektur
ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu,
arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan
pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan. Namun, fakta di lokasi studi yakni di kawasan perdagangan
dan jasa Jalan Rajawali Surabaya memperlihatkan hal yang cukup berbeda dari sisi
arsitektur hijaunya, antara lain: 1. Kendaraan Bermotor Pribadi yang Padat
Jalan Rajawali merupakan salah satu jalan utama di Kota Surabaya yang padat lalu
lintas. Hal ini dikarenakan oleh terdapatnya terminal “bayangan” pada depan
perdagangan jembatan merah dimana fungsi kawasan tersebut merupakan kawasan
perdagangan dan jasa. Terminal bayangan yang terjadi akibat adanya pusat grosir
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 15/21
15
tersebut. Dengan adanya terminal bayangan ini terlihat bahwa perencanaan kota
terkait transportasi publik yang ada masih belum digunakan secara optimal,
khususnya pada jalan rajawali tersebut. Terminal bayangan merupakan terminal
angkutan umum seperti bemo dan bis kota. kendaraan-kendaraan umum tersebut
sering berhenti di tengah jalan sehingga meinibulkan kemacetan. Penanganan dari
pemerintah sudah berjalan dengan adanya polisi yang mengatur lalu lintas jalan
tersebut pada siang sampai sore hari, namun belum memadai. Dengan terjadinya
kemacetan tersebut banyak energi yang terbuang dan banyak emisi gas yang
dilepaskan ke atmosfer.
Gambar 13 dan 14: kepadatan lalu lintas akibat banyaknya kendaraan pribadi dan terlihat
angkutan umum tidak digunakan secara optimal untuk menjangkau
khususnya kawasan di sepanjang koridor Jalan Rajawali (sepi penumpang).
2. Tuntutan Penggunaan Listrik yang TinggiSebagai kawasan komersial, maka otomatis memiliki tuntutan yang sangat besar
untuk dapat melakukan aktivitasnya antara lain sangat bergantung pada penggunaan
listrik. Padahal jika dilihat dan disandingkan dengan prinsip arsitektur hijau, maka
sebuah bangunan harus bisa menerapkan conserve energy dan mengupayakan
penggunaan sumber daya baru. Dengan kata lain, konsep arsitektur hijau terkait
penghematan energi di lokasi studi ini masih belum diterapkan.
Gambar 15 dan 16: kebutuhan listrik yang sangat tinggi di kawasan perdagangan dan jasa
sepanjang koridor Jalan Rajawali yang direfleksikan dengan banyaknya
jaringan listrik bertegangan tinggi untuk menyuplai kebutuhan listrik yang
menunjang kegiatan perdagangan dan jasa.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 16/21
16
3. Pengelolaan Sampah Secara Mandiri - Tradisional
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa semakin banyak fasilitas
perdagangan dan jasa maka akan semakin banyak pula produksi sampah yang
dihasilkan, maka setiap kawasan perdagangan dan jasa harus melakukan
pengelolaan sampah secara mandiri, minimal dengan penerapan sistem 3R. Namun,
pada lokasi studi, pengelolaan sampahnya sudah cukup baik karena sudah dikelola
secara mandiri dengan mengumpulkan sampah-sampah yang diproduksi dan
dibungkus menjadi satu untuk nantinya dibuang ke TPA. Meskipun masih
dilakukan secara tradisional dan belum menggunakan sistem 3R, namun ini
merupakan awal dari pengelolaan sampah yang berkelanjutan karena masyarakat
telah berkenan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan berwawasan
lingkungan.
4. Minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dari gambar citra satelit dapat dilihat bahwa pada lingkup kawasan hanya terdapat
sebuah luasan lahan terbuka yang menjadi RTH, selebihnya tutupan lahan yang
terdapat di lokasi studi hanya berupa jalur hijau jalan sebagai peneduh jalur
pedestrian. Namun ruang terbuka hijau yang terdapat pada lokasi studi tersebut
bukan merupakan ruang terbuka hijau yang dibentuk oleh pemerintah kota
Surabaya, melainkan lahan kosong yang tidak dihuni sehingga ketersediaan lahan
hijau pada wilayah studi belum dapat dikatakan memadai karena dibutuhkan ruangterbuka hijau semacam taman atau dari masing-masing sektor perdagangan
memberikan taman kecil pada lahannya karena apa yang terjadi saat ini adalah
minimnya space untuk membuat RTH.
Gambar 17: pengelolaan sampah sepanjang Jalan
Rajawali yang masih dilakukan secara
tradisional namun mandiri.
Gambar 18 dan 19:
Kondisi jalur hijau pada jalur
pedestrian menggambarkan
minimnya ketersediaan RTH dilokasi studi.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 17/21
17
5. Sebagian Besar Merupakan Bangunan Lama (Kawasan Konservasi) sehingga
belum banyak memperhatikan arsitektur hijau
Bangunan yang terdapat pada kawasan ini mayoritas merupakan bangunan-
bangunan yang sudah dibangun sejak lama sehingga perencanaan arsitektur hijau
kurang di perhatikan. GSB bangunan yang mepet dengan trotoar, sehingga
penggunaan lahan tidak maksimal untuk memberikan ruang hijau. Selain itu,
performa bangunan yang masih merupakan bangunan dengan tipe mementingkan
fungsionalitas kawasan yakni kawasan perdagangan hanya mementingkan
pendapatan pada masing-masing sektor. Sehingga penerapan green architecture
belum sepenuhnya diterapkan meski dari pemerintah sudah memberikan fasilitas
jalur hijau pada jalan, ataupun pengolahan sampah dan kebersihan jalan.
G. PERAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM PEMBANGUNAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN DI LOKASI STUDI
Dari 4 hal pokok yang ditekankan oleh baik pembangunan berwawasan lingkungan
maupun kota ekologis, yakni hemat energi, pengelolaan sampah (pencemaran),
pengelolaan sumber daya air, dan ketersediaan RTH, partisipasi masyarakat di lokasi
studi yang bisa diidentifikasi adalah pada pengelolaan sampah secara mandiri walaupun
masih menggunakan teknik yang sangat tradisional. Selain itu, ketersediaan RTH
meskipun masih sangat minim tetapi terdapat upaya-upaya untuk menghijaukan
kawasan dengan menanam jalur hijau pada jalur pedestrian yang mana hal ini
diharapkan mampu menurunkan suhu atau iklim mikro kawasan menjadi cukup teduh
serta menyerap gas karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang mana
menjadi penyebab polusi udara dan salah satu gas emisi rumah kaca. Sedangkan untuk
hemat energi dan pengelolaan sumber daya air masih belum diterapkan olehmasyarakat. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi kawasan itu sendiri sebagai kawasan
perdagangan dan jasa yang mana secara otomatis akan sangat memerlukan kebutuhan
listrik dan air untuk menunjang aktivitas perdagangan dan jasanya.
H. SOLUSI
Hemat Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan
Penggunaan energi yang hemat ataupun penggunaan energi terbarukan pada
kawasan perdagangan dan jasa khususnya di lokasi studi kawasan perdagangan dan
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 18/21
18
jasa koridor Jalan Rajawali, akan sangat berkontribusi besar pada pembangunan
berwawasan lingkungan ataupun membentuk kota yang ekologis. Penggunaan
energi yang hemat ini bisa dilakukan dengan pemakaian pencahayaan secara alami
ataupun menggunakan tenaga surya untuk menggantikan fungsi listrik (lampu).
Selain itu, penggunaan transportasi publik untuk menghemat energi migas sebagai
bahan bakar juga perlu dilakukan secara terpadu. Apalagi Kota Surabaya memiliki
rencana untuk mengembangkan integrasi moda transportasi publik, maka salah satu
konsep atau skenario integrasi moda tersebut adalah dengan integrasi moda
transportasi publik yang melalui kawasan perdagangan dan jasa yang mana juga
harus ditingkatkan pelayanannya terutama dari segi manajemennya.
Pengelolaan Sampah
Sebagai kawasan perdagangan dan jasa, maka terdapat banyak aktivitas-aktivitas
sejenis yang dilakukan di kawasan tersebut sehingga pengelolaan sampah bisa
dilakukan secara terpadu dengan menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle). Misalnya, restoran, fast food , ataupun warung-warung PKL yang semula
menggunakan banyak bungkus plastik, kertas, dan lain sebagainya mulai diarahkan
untuk beralih menggunakan bahan-bahan yang tidak sekali pakai, seperti piring dan
sejenisnya. Sedangkan untuk sampah-sampah yang tidak bisa direduksi ataupun
dipakai kembali, maka pengelolaannya bisa dilakukan secara terpadu misalnya
dengan bekerja sama membuat TPA terpadu untuk membuang hasil produksi
sampah yang mana selanjutnya berkoordinasi dengan pemulung dan lain
sebagainya untuk me-recycle sampah tersebut menjadi hal yang lebih bernilai
ekonomis daripada hanya sekedar dibuang.
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Penyediaan RTH pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya di lokasi studidiharapkan tidak hanya sekedar jalur hijau, namun setiap pelaku sektor ekonomi
yang terdapat di kawasan tersebut bisa diarahkan untuk menyediakan RTH privat,
baik dengan membuat taman kecil namun rindang, penanaman pohon dalam pot
namun dalam jumlah banyak, ataupun dengan menerapkan roof garden. Hal ini
dilakukan untuk menunjang ketersediaan RTH atau tutupan lahan pada kawasan
tersebut mengingat fungsi ekologi/lingkungannya yang sangat penting.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 19/21
19
Pengelolaan Sumber Daya Air
Hampir serupa dengan pengelolaan sampah, jadi pengelolaan sumber daya air juga
menerapkan sistem 3R yang mana mereduksi atau mengurangi pemakaian jumlah
air, memakai kembali air-air yang kotor untuk keperluan tertentu, dan mengolah
kembali air dengan menggunakan teknologi-teknologi yang mana prinsipnya
hampir sama dengan pengolahan limbah sehingga nantinya air kotor tersebut dapat
diolah kembali menjadi air bersih.
Arahan Lingkungan
− Bagi bangunan-bangunan yang sudah melewati batas arahan di arahkan agar
tidak melakukan pembangunan ke arah sempadan muka bangunan lagi.
Diarahkan pembangunan ke arah vertikal dengan memperhatikan arahan KLB
dan ketinggian bangunan.
− Untuk bangunan-bangunan kuno yang didominasi dengan jarak sempadan
sebesar 0 meter, diarahkan agar mempertahankan kondisi eksistingnya.
− Untuk bangunan-bangunan kuno, nilai KLB harus dipertahankan sesuai dengan
kondisi eksistingnya
− Bangunan baru yang akan dikembangkan di Jalan Rajawali harus mengikuti
arahan berdasarkan RTRK UD Krembangan Perak Tahun 2006.
− Arahan di Jalan Rajawali diciptakan agar tidak terjadi klimaks di tengah-tengah
koridor yang akhirnya dapat memperkecil dominasi bangunan-bangunan kuno
secara dimensi, dimana pada umumnya bangunan kuno kuno di Jalan Rajawali
memiliki ketinggian rata-rata 2 sampai 3 lantai.
− Arahan tampilan bangunan yang diperlukan adalah penciptaan irama tampilan
yang harmonis antara bangunan baru dengan bangunan kuno. Penciptaan
tampilan yang harmonis dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranyaadalah penciptaan pedoman desain (Design Guidelines) dengan acuan eksisting
bangunan kuno berarsitektur kolonial di Jalan Rajawali.
I. KESIMPULAN
Secara umum terdapat 4 hal pokok dalam pembangunan berwawasan lingkungan,
kota ekologis, maupun arsitektur lingkungan yaitu hemat energi, pengelolaan sampah,
penyediaan RTH, dan pengelolaan sumber daya air yang mana 4 hal pokok tersebut
pada lokasi studi mengalami cukup masalah dalam penerapannya sehingga menjadi
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 20/21
20
kendala dalam penerapan pembangunan berwawasan lingkungan di lokasi tersebut. Hal
ini juga berkaitan erat dengan fungsi kawasan itu sendiri sebagai kawasan perdagangan
dan jasa yang tentu saja akan sangat membutuhkan banyak energi dan sirkulasi
kendaraan, membutuhkan banyak sumber daya air, menghasilkan produksi sampah yang
cukup banyak, dan pembangunan kawasan yang padat hingga tidak tersedia RTH. Oleh
karena itu, solusi yang bisa dilakukan di kawasan perdagangan dan jasa khususnya di
sepanjang koridor Jalan Rajawali, adalah:
Penghematan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya atau pencahayaan
alami.
Penggunaan tenaga angin (alami) untuk menggantikan fungsi AC.
Arahan transportasi massal.
Penyediaan RTH privat oleh masing-masing pelaku sektor ekonomi di kawasan
tersebut.
Pengelolaan sampah secara terpadu.
Pengelolaan sumber daya air dengan penerapan sistem 3R.
Arahan penataan lingkungan secara teknis maupun non teknis.
5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Jembatan Merah. http://indonesiasketchers-
surabayasidoarjo.blogspot.com/2011/10/merah-jembatan-yang-menghubungkan-
jalan.html (diakses tanggal 20 Oktober 2011).
Budihardjo, Eko. 2003. Kota dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.
Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia. 2011. Surabaya. http://www.fatawisata.com/jawa-timur/1122-
surabaya (diakses tanggal 20 Oktober 2011).
Brenda and Robert Vale. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future.
London: Thames and Hudson Ltd.
Frick, Heinz dan FX. Bambang Suskiyatno. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis.
Bandung: Kanisius.
Kompas. 2003. Jembatan Merah Nasibmu Kini. http://www.arsitekturindis.com/?p=261
(diakses tanggal 20 Oktober 2011).
Kompas. 2002. Jembatan Merah Kini Tak Lagi Gagah. http://www.pda-
id.org/library/index.php?menu=library&act=detail&Dkm_ID=20020110 (diakses
tanggal 20 Oktober 2011).
Pemerintah Kota Surabaya. 2005. RPJPD Surabaya 2005-2025. http://rpjpd2005-
2025.surabaya.go.id/rpjpd/sekilas_ranwal.php (diakses tanggal 20 Oktober 2011).
Pemerintah Kota Surabaya. 2007. Perda RTRW Kota Surabaya.
Surabaya Post Online. 2011. Selamatkan Cagar Budaya Surabaya!
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=564a6e98c9232aaaba
2322825450b3ac&jenis=1f0e3dad99908345f7439f8ffabdffc4 (diakses tanggal 20
Oktober 2011).
top related