oseanografi kimia.pdf
Post on 01-Jan-2016
733 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Oseanografi Kimiawi
Materi Kuliah I M.K Oseanografi Kimiawi ITK 322
Pengertian
n Suatu bidang oseanografi yang mengkaji permasalahan yang mencakup:
v pembentukan air laut dan sedimen dasar laut; v keterkaitan antar senyawa kimia (organik dan anorganik); v pengaruh masukan materi kimia ke lautan; v peran materi kimia mempengaruhi proses-proses di lautan
seperti faktor biologi, geologi dan fisika.
n Oseanografi kimiawi juga dikenal sebagai kimia laut, geokimia laut, dan biogeokimia laut, termasuk pencemaran laut
Mengapa Penting?
n Terkait dengan kemampuan air melarutkan materi yang mengakibatkan perubahan kimia dan mempercepat proses reaksinya.
n Terkait dengan kemampuan air dalam menyerap panas selanjutnya pengaruhi perubahan iklim dan cuaca.
n Ketergatungan kehidupan di laut dan di daratan akan air.
Sejarah Kajian Kimia Laut
n Menjadi subdisiplin bidang kimia pada awal 1900s, sebelumnya terfokus pada masalah komposisi garam di air laut.
n 1674, Robert Boyle, tingkah laku gas ideal (Hukum Boyle).
n 1772, Antoine Lavoisier, metode evaporasi utk analisis air laut; Olaf Bergman, metode gravimetri endapan garam.
n 1818, John Murray dan 1819 – 1822, Alexander Marcet, kandungan garam proporsional.
Sejarah Kajian Kimia Laut
n 1824 dan 1836, Joseph Louis Gay-Lussac, teknik titrasi volumetrik.
n 1855, penemuan 99 % garam laut.
n 1865, Georg Forchhammer, konsep salinitas memperkuat Marcet.
n 1876, era modern oseanografi, ekspedisi chellenger, termasuk
publikasi William Dittmar 1984 juga memperkuat Marcet, dan hubungan salinitas vs chlorinitas oleh Martin Knudsen, Carl Forch, Sorensen 1889 – 1902; analisis O2 dan nutrien.
n 1925 – 1940, R/V Meteor, pertama penggunaan echo sounding dalam pemetaan dasar laut.
Investigasi Ke depan
n Masih banyak ditemui hambatan dalam mempelajari proses-proses kimia di laut, karena; v Banyak senyawa dalam konsentrasi sangat rendah, bentuk,
dan rekativitas,
v Variasi waktu dan ruang yang besar,
v Kelemahan pendekatan teori lautan (pendekatan kesetimbangan termodinamika, walaupun jarang terjadi di lautan).
Senyawa KimiaUtama air Laut
Materi Kuliah I M K Oseanografi Kimiawi ITK 322
Senyawa Kimia Air Laut
n Komponen Kimia Air Laut: 1. Partikel tersuspensi (filter > 0,45 µm)
v Bahan organik (detritus) v Bahan anorganik (mineral)
2. Gas v Konservatif (tidak terpengaruh oleh proses biologi; N2, Ar dan Xe). v Non-konservatif (dipengaruhi oleh proses biologi; O2 dan CO2).
3. Kolloids (< 0,45 µm, tidak terlarut) v Anorganik (oxyhidroksida) v Organik (organometalik)
4. Bahan Terlarut v Anorganik
v Unsur utama (0,05 – 750 mM); Na, Cl, Ca, K, Mg
v Unsur minor (0,05 – 50 µM); P dan N v Unsut trace (0,05 – 50 nM); Pb, Hg, Cd
v Organik (asam humus)
Senyawa Kimia Utama Air Laut
n Pertama di analisis Bergman 1779. n Marcet 1819, sample air laut dari Artika,
Antartika, Tengah, Hitam, Baltik, China. (Komposisi dengan perbandingan sama)
n Forchhammer 1865, mengukur Cl-, SO42-,
Mg2+, Ca2+ dan K+, serta Na+ (Komponen utama > 1 ppm, hampir konstan).
Unsur-Unsur Utama di air laut (Millero, 1982)
Unsur Kation gr/Cl (‰)
Na+ 0,55653
Mg2+ 0,06626
Ca2+ 0,02127
K+ 0,02060
Sr2+ 0,00041
Unsur Anion gr/Cl (‰)
Cl- 0,99891
SO42- 0,14000
HCO3- 0,00586
Br- 0,00347
CO32- 0,00060
B(OH)4- 0,00034
F- 0,000067
B(OH)3 0,00105
Sumber: Senyawa Kimia
Pelapukan
Hidrothermal
Aktifitas Manusia
Proses Pelapukan:
n Air hujan mengandung CO2 dan SO2 (asam), bereaksi mineral tanah dan bantuan.
CaCO3 (s) + CO2(g) + H20 (calcite) (air hujan)
Ca2+ (s) + 2HCO3-
(terlarut)
2NaAlSi3O8(s) + CO2(g) + H20 (albite) (air hujan)
Al2Si2O5(OH)4(s) + 2Na+(aq) + 2HCO3-(aq) + 4SiO2(aq.s)
(kaolinit, clay) (terlarut)
Komposisi unsur di laut dan batuan
Konsep Salinitas
n Salinitas sebagai ”nilai masa garam terlarut dalam masa air laut tertentu”.
n Caranya: pengeringan dan penimbangan
n Kelemahan/kesulitan: sebagian senyawa hilang saat pemanasan
misalnya; q bikarbonat dan karbonat teroksidasi, q Cl2, Br2 dan B(OH)3 menguap
Garam
Difinisi
“berat dalam gram garam terlarut dalam satu kilogram air laut, dimana semua bromida dan iodida digantikan dengan jumlah equivalen chlorida, dan semua karbonat digantikan dengan jumlah equivalen oksida”
(Forch, Knudsen dan Sorensen)
Prinsip “Marcet”
n Komposisi unsur utama di air laut adalah relatif tetap.
n Dasar penentuan chlorinitas sbg teknik analisis salinitas.
n Chlorinitas = nilai equivalen chlorin terhadap konsentrasi total halida dalam ppt berat (g Cl/Kg air laut) yang diukur dengan titrasi AgNO3.
Komposisi ion utama Rata-rata air laut
Ion ‰ berat
Cl- 18,980 Total anion = 21,861‰ SO4
2- 2,649 HCO3
- 0,140 Br- 0,065 H2BO3
- 0,026 F- 0,001 Na+ 10,556 Total kation = 12,621‰ Mg2+ 1,272 Ca2+ 0,400 K+ 0,380 Sr2+ 0,013 Total S 34,482 ‰
Kondisi Salinitas 35 ‰
Hubungan Chlorinitas vs Salinitas
No. Rumus Keterangan
1. S = 1,812 Cl (‰) Forchhammer
2. S = 1,8056 Cl (‰) Dittmar
3. S = 1,8148 Cl (‰) Lyman dan Fleming
4. S = 1,81537 Cl (‰) Millero dan Sohn
5. S = 1,805 Cl (‰) + 0,03 Morris dan Riley
6. S = 1,80655 Cl (‰) JPOTS
Komposisi ion-ion air laut dapat berubah pada wilayah-wilayah
n Daerah tertutup, estuari, dan pengaruh sungai
n Palung, Fjord, dan sirkulasi terbatas n Daerah dangkal dan penguapan tinggi n Daerah hidrotermal n Dalam sedimen
Masukan Air Sungai
n Komposisi air sungai dengan TDS 70 – 200mg atau 0,07 – 0,2 ‰.
n Rasio Ca2+, K+, Mg2+, SO4
2- dan HCO3-
terhadap Cl- >>> dari air laut
Daerah sirkulasi terbatas
n SO42-/Cl- rasio <<<, karena SO4
2- menurun (proses dekomposisi anaerob), hasilkan H2S.
n HS- menghilang/mengendap sbg FeS2, ZnS, CuS dll.
Evaporasi
n Ca2+ dan SO42- mengendap sbg
CaSO4.H2O (gysum)
n HCO3- berkurang krn terbentuk
CaCO3 (aragonit)
n Mg2+ dan K+ menurun sedikit
Gunung api bawah laut
n Cairan magma: Ø Rasio F/Cl meningkat 6,7x10-5 menjad 8-9x10-5
Ø Kelebihan F dalam bentuk koloid krn membentuk komplek dengan Ca dan trace elemen lainnya.
n Hidrotermal: Ø Si dan Ca meningkat. Ø Mg, K, B dan SO4 menurun.
Air antara (Interstitial water/ porewater)
n Perubahan Ca2+ karena pelarutan CaCO3 akibat oksidasi bahan organik dan menghasilkan CO2
n Perubahan SO4 karena produksi H2S oleh bakteri.
n Perubahan K+ karena pertukaran ion mineral lumpur.
n Mg menurun krn terkait Chlorin atau reaksi dengan CaCO3 (dolomite).
n K+ meningkat karena hidrolisis mineral felpspar.
Sebaran Salinitas
Sebaran Salinitas Menegak
Profile Salinitas
Penentuan Salinitas
n 1. Metoda kimiawi yaitu khlorinitas n Masukkan 15 ml contoh air laut ke dalam sebuah 150 ml
Erlenmeyer. n Tambahkan 6 tetes larutan indikator potasium kromat (K2MnO4). n Titrasi dengan peraknitrat (AgNO3)melalui buret. n Titrasi selesai jika telah terjadi perubahan dari kuning menjadi
jingga. n Catat jumlah ml perak nitrat dan ukur suhu air contoh campuran
tersebut. n Tentukan nilai khlorinitas dengan rumus:
S = 1,80655 Cl ‰
Metoda Fisik : Konduktifitas
n S = 0,0080 – 01692 R151/2 +
25,3851 R15 + 14,0941 R153/2
– 7,0261 R152 + 2,7081 R15
5/2
n Δ15 = R15 - Rt = 10-5xRt(Rt – 1)x(t –
15)x[96,7 – 72,0Rt + 37,3Rt2 –
(0,63 + 0,21Rt2)(t – 15)]
n atau R15 = Rt + Δ15
Refraktometer, CTD.
Refraktometer
CTD
Pengambilan contoh
Materi Kuliah II Oseanografi Kimiawi
ITK 322
Pengertian ó Unsur-unsur dalam konsentrasi sedikit yang
diperlukan oleh fitoplankton laut untuk pertumbuhan. ó Unsur hara akan dimanfaatkan sampai keberadaannya
menjadi menipis dan pertumbuhannya terhambat.
Jenis Unsur Hara ó Unsur utama : Nitrogen dan fosfor ó Unsur tambahan : silika
(untuk membentuk cangkang, siliceous frustules, mis. Diatom)
ó Unsur lain : Fe, Mn, Cu, Zn, Co dan Mo (penting, tetapi tidak menghambat atau membatasi
pertumbuhan)
Fosfor di Laut ó Bentuk :
terlarut dan partikel ó Komponen :
anorganik dan organik (berasal dari penguraian tanaman)
Fosfor Organik ó Misal gula fosfat, fosfolipid, fosfonukleat, fosfat ester
(ikatan O-P), asam aminofosfonat (ikatan C-P). ó Organik fosfor terlarut melimpah, walaupun tidak
banyak yang teridentifikasi (berasal dari penguraian atau ekskresi organisme laut)
Fosfor Anorganik ó Sebagian besar berbentuk terionisasi yaitu:
H3PO4 H+ + H2PO4- K1
H2PO4- H+ + HPO4
2- K2
HPO42- H+ + PO4
3- K3
ó dimana; K1 = [H+][H2PO4
-] ∕ [H3PO4]
K2 = [H+][HPO42-] ∕ [H2PO4
-]
K3 = [H+][PO43-] ∕ HPO4
2-]
Spesiasi Fosfat
Variasi Nilai K vs Ionic Strength
Media pK1 pK2 pK3
H2O 2,15 7,20 12,34 NaCl (0,7) 1,73 6,38 11,13 Air Laut (S=35) 1,57 5,86 8,69
Kontrol Fraksi Ionisasi ó Tingkat ionisasi bergantung pada pH, ionic
strength, pembentukan ion pairing dengan Ca2+ dan Mg2+. ó Tingkat ionisasi terkait dengan tekanan
(kedalaman).
Formasi Ion pairing M2+ + H2PO4
- MH2PO4+
M2+ + HPO42- MHPO4
0
M2+ + PO43- MHPO4
- dimana konstanta assosiasi, K* adalah:
K*1 = [MH2PO4+] ∕ [M2+][2PO4
3-]
K*2 = [MHPO40] ∕ [M2+][HPO4
3-]
K*3 = [MPO4-] ∕ [M2+][PO4
3-]
Nilai log K* Formasi Mg2+ dan Ca2+
Spesies (X) LogK*MgX LogK*CaX H2PO4
- 0,14 - 0,15 H2PO4
- 1,23 0,97 PO4
3- 3,36 4,51
Komposisi (%) Fosfat X Xbebas MgX CaX
H2PO4- 92,3 7,0 0,7
H2PO4- 49,3 45,8 4,9
PO43- 0,2 26,6 73,2
Siklus Fosfat di Laut Guano Burung Laut
Kotoran Hewan
Hewan Tanaman
Bahan Partikel Fosfor Organik Terlarut
Sedimen Batuan
Bakteri Buangan Domestik
Ortofosfat Terlarut
ekskresi
ekskresi
pemangsaan
aktifitas bakteri fo
tosi
ntes
is
Aktifitas bakteri
Manfaat Fosfat ó Organisme memerlukan fosfat untuk pembentukan
asam nukleat seperti ADP = adenosin diphosphat yang dibutuhkan dalam proses fotosintesa. ó Reaksi fotosintesa secara umum: CO2 + H2O CH2O + O2
ó Reaksi fotosintesa mikroalga di laut: 106 CO2 + 122 H2O + 16HNO3 + H3PO4
(CH2O)106(NH3)16(H3PO4) + 138 O2
Skema Fotosintesa
Distribusi fosfat di laut ó Dipengaruhi oleh proses
biologi dan fisika perairan. ó Dipermukaan perairan,
fosfat dimanfaatkan melalui proses fotosintesa. ó Absorpsi dan konversi ke
fase fosfor organic dapat terjadi pada kondisi tanpa cahaya.
Nitrogen di Laut ó Senyawa nitrogen
di laut sangat terbatas (~ 1/10 konsentrasi N2). ó Bentuk : terlarut
dan partikel (organik dan anorganik).
Fase Okidasi Senyawa
+5 NO3-; N2O5
+4 NO2
+3 HONO, NO2-, N2O3
+2 HONNOH, HO2N2-,
N2O22-
+1 N2O
0 N2
-1 H2NOH, HN3, N3-,
NH2OH
-2 H2NNH2
-3 RNH4, NH3, NH4+
NH4+ H+ + NH3
Konsentrasi ó Konsentrasi:
ó NO3(1 – 500 µM) ó NO2 (0,1 – 50 µM) ó NH3 + NH4 (1 – 50 µM)
ó Ion ammonia terdapat dua bentuk benrgantung pH:
ó pK = 9,5, pada pH 8,1; 95 % berbentuk NH4+
dan hanya 5 % bentuk NH3
Spesiasi Ammonia
Proses Fiksasi NO3 melalui NH3 Proses pembentuk NO3 menjadi asam amino melalui NH3 NO3
- + 2 H+ + 2 e NO2- + H2O
2 NO2- + 4 H+ + 4 e N2O2
- + 2 H2O N2O2
- + 6 H+ + 4 e 2 NH2OH NH2OH + 2 H+ + 2 e NH3 + H2O NH3 diubah menjadi asam glutamat dengan asam ketoglutarat
melalui,
HOOC-CO-(CH2) + NH3 + 2 NADPH HOOC-CH(NH2)CH2CH2COOH + 2 NADP + H2O Transaminasi dari asam glutamat dihasilkan 20 asam amino, sebagai
contoh pembentukan alanin dari asam piruvat: CH3COCOOH + HOOC-CH(NH2)CH2CH2COOH CH3CH(NH2)COOH + HOOC-CO(CH2)2COOH
Manfaat Nitrogen ó Banyak digunakan untuk pembentukan asam amino
dan protein. ó Protein merupakan polimarisasi (penggabungan) dari
ribuan unit asam-asam amino
Asam Amino
Regenerasi Nitrogen ó Regenerasi NO3 terjadi melalui oksidasi bakteri dari
N-organik. ó Jika sel mati, terjadi autolisis, menghasilkan NH3 dan
PO4. ó Dekomposisi terjadi melalui beberapa tahap;
dekomposisi N-organik dan nitrifikasi NH3 menjadi NO3. ó Denitrifkasi (NO3 menjadi N2 atau N2O) terjadi pada
kondisi anaerob, dimana NO3 dipakai sebagai pengganti O2.
Siklus Nitrogen
Degradasi Org. Nitrogen
Sebaran Nitrogen di laut ó Sumber nitrogen: aktifitas gunung api (NH3); udara
(fixasi N2); sungai (pupuk). ó Fiksasi Nitrogen di laut dilakukan oleh cyanobacteria
(blue-green algae), tetapi sangat terbatas. ó Pemanfaatan oleh fitplankton bentuk NH3 dan NO3,
dan biasanya NH3 atau NH4+ lebih disukai
Sebaran Nitrogen
Silika di Laut ó Bentuk : terlarut dan partikel ó Daya larut silica padat menurut reaksi.
ó Karena bersifat asam lemah, terhadi desosiasi;
ó pK1* = 9,47 dan pK2* = 12,60; di laut pada pH = 8,1, 95,9
% adalah Si(OH)4, 4,1 % Si(OH)3O-.
SiO2 (s) + 2 H2O Si(OH)4 (aq)
Si(OH)4 H+ + Si(OH)3O- Si(OH)3O- H+ + Si(OH)2O2
2-
Spesiasi Si
Silika di Laut ó Sumber mineral utama adalah pelapukan batuan,
bentuk mineral adalah quartz, feldspar dan clay. ó Hidrotermal juga dapat menyumbang silica.
ó Polimerisasi silica tidak penting, karena
konsentrasinya yang rendah. ó Pembentukan ion pairing dengan Ca+ dan Mg+,
meningkatkan konsentrasi ion-ion silica.
Sebaran Silika ó Di laut, kondisi silica kurang jenuh,
partikel silica melarut di perairan dalam, dan proses pelarutan ini berjalan lambat, karenanya profil konsentrasi dengan kedalaman tidak menunjukkan maksimum seperti nitrogen dan fosfor.
ó Konsentration di laut antara 0 – 200 µM, daerah pantai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan laut terbuka.
Unsur-Unsur Kelumit
Materi Kuliah III Oseanografi Kimiawi
ITK 322
Difinisi dan Sumber n Unsur mikro dan kelumit (trace) didasarkan pada
konsentrasi:
v Unsur utama (0,05 – 750 mM); Na, Cl, Ca, K, Mg v Unsur minor (0,05 – 50 µM); P dan N v Unsur trace (0,05 – 50 nM); Pb, Hg, Cd.
n Logam berat (unsur dengan densitas > 5 g/cm3) n Sumber:
§ Sungai § Udara § Hidrotermal § Antropogenis
Sungai
Pelapukan
vBentuk : Partikel dan Terlarut
vKarakteristik:
o Terabsorpsi pada mineral liat.
o Terdesorpsi dengan peningkatan ionic strength.
o Terpresipitasi thd peningkatan ionic strength dan pH (oxyhidroksida dan koloid metalorganik)
Udara • Komponen
debu dan debris
• Input utama di laut As dan Pb.
• Sumber utama pada mid-ocean gyres
Hidrotermal
n Fluida berasosiasi dengan pusat tektonik
n Pengkayaan trace metal saat air laut terpanaskan akibat kontak dengan magma.
n Sebagian besar metal terpresipitasi sebagai sulfida
Hidrothermal
Komposisi Unsur di Batuan
Antropogenis
n Akibat aktifitas manusia masuk ke laut melalui transport sungai dan atmosfer.
n Transport lain Penimbunan, ledakan bom atom, oil-drilling
Aktifitas Manusia
Masukan Unsur Trace
Konsep Residence Time n Waktu rata-rata unsur berada di laut sebelum keluar ke
pengendapan sedimen. n Secara empiris ditunjukkan melalui hubungan
τ = dA dt A
n dimana : n τ = residence time n A = jumlah total unsur tersuspensi/terlarut dalam air. n dA/dt = jumlah unsur masuk atau keluar per waktu
Beberapa Arti Residence Time
n Mencerminkan variasi reaktivitas unsur di air laut (nilai 2.6x108, Na, sampai 100 th, Al).
n RT terlama terdapat pada logam alkali dan alkali tanah, cerminkan kurang reaktive.
n RT pertengahan (~ 103 – 104 th), Zn, Mn, Co dan Cu.
n RT pendek (~ 10 – 103 th), Al, Ti, Cr dan Fe
Karakteristik Unsur Mikro
n Adsorpsi dan Presipitasi n Adsorpsi terjadi karena mineral liat, logam oxyhidroksida
dan bahan organik partikel cenderung memiliki net muatan negatif pada pH air laut, sehingga menarik logam kation.
n Adsorpsi menimbulkan proses “scavenging” yang bergantung pada sifat unsur, kelimpahan partikel, konsentrasi terlarut dan kedalaman.
n Inkorporasi ke bahan biogenis (jaringan dan skeletal. n Presipitasi akibat kondisi anoxia (logam sulfida di sedimen
kaya bahan organik)
Proses adsorpsi
Tipe Profil Distribusi Logam
n Tipe unsur hara n Tipe Peningkatan di permukaan air n Tipe Peningkatan di tengah kolom air n Tipe Penurunan di tengah kolom air n Tipe Kondisi anoksia
Tipe Unsur Hara
n Ciri Umum n Turun di permukaan n Meningkat di kedalaman n Unsur terlibat dalam
proses siklus biogeokimia (nutrien : nitrat, fosfat dan silika)
n Contoh lain: Ni, Cd, Cu
Tipe Peningkatan di permukaan air
n Ciri Umum n Input di permukaan n Penurunan di kedalaman n Diperkirakan masukan
dari transport udara atau percampuran horisontal dari sungai atau sedimen paparan benua.
Tipe Peningkatan di tengah kolom air
n Ciri umum n Sumber logam di
pertengahan kolom air laut (Emisi Hidrotermal).
Tipe Penurunan di tengah kolom air
n Ciri umum n Sumber logam di
permukaan dan dasar. n Scavenging di tengah
kolom air oleh cangkang siliceous.
n Unsur membentuk spesies terlarut reaktive thd partikel
Tipe Kondisi anoksia
n Ciri Umum n Terjadi pada perairan
Anoxia seperti: n Sirkulasi terbatas n Keluaran permukaan
hidrotermal n Sedimen interstitial (air
antara
Spesiasi Cd dan Pb
Konstata dari
Byrne, (1981)
dan Byrne & Miller (1984)
DASAR SPESIASI UNSUR
n Sistem dengan kandungan senyawa padat MgSO4 = 1 m dan CaF2 = 1 m dalam air, tentukan konsentrasi ion bebas dari spesies Mg2+, Ca2+, SO4
2-, F-).
n Penyelesaian memerlukan kemungkinan terbentuknya senyawa komplek, diasumsikan komplek terlarut terbentuk adalah MgSO4, MgF+, CaSO4 dan CaF+
Kesetimbangan Masa n Mg = (Mg2+) + (MgSO4) + (MgF+) = 1
n Ca = (Ca2+) + (CaSO4) + (CaF+) = 1
n S = (SO42-) + (MgSO4) + (CaSO4) = 1
n F = (F-) + (MgF+) + (CaF+) = 2
Diketahui:
n KMgSO4 = 10; KMgF+ = 18.3
n KCaSO4 = 7.99; KCaF+ = 3.27
Hukum Masa n KMgSO4 = (MgSO4)/(Mg2+)(SO4
2-)
(MgSO4) = KMgSO4(Mg2+)(SO42-) = 10(Mg2+)(SO4
2-)
n KMgF+ = (MgF+)/(Mg2+)(F-)
(MgF+) = KMgF+(Mg2+)(F-) = 18.3(Mg2+)(F-)
n Untuk mengawali hitungan nilai ligan diasumsikan tidak terjadi komplek sehingga S = (SO4
2-) = 1 dan F = (F-) = 2
Hitungan n (MgSO4) = 10(Mg2+)(SO4
2-) = 10(Mg2+)
(MgF+) = 18.3(Mg2+)(F-) = 36.6(Mg2+)
Mg = (Mg2+) + 10(Mg2+) + 36.6(Mg2+) = 1
(Mg2+) = 0.021 m
n Dengan cara yang sama diperoleh
Ca = (Ca2+) + 7.99 (Ca2+) + 6.55 (Ca2+) = 1
(Ca2+) = 0.064 m
n Kedua nilai selanjutnya dimasukkan pada S dan F
Hitungan n Nilai sulfat bebas diperoleh dari
S = (SO42-) + (MgSO4) + (CaSO4)
S = (SO42-) + KMgSO4(Mg2+)(SO4
2-) + KCaSO4(Ca2+)(SO42-)
S = (SO42-) + {10 x 0.021(SO4
2-)} + {7.99 x 0.064(SO42-) = 1
(SO42-) = 0.58 m
n Dengan cara yang sama florida bebas diperoleh F = (F-) + (MgF+) + (CaF+) = 2 F = (F-) + KMgF+(Mg2+)(F-) + KCaF+ (Ca2+)(F+) = 2 F = (F-) + {18.3 x 0.021(F-)} + {3.27 x 0.064(F-)} = 2 (F-) = 1.3 m
n Kedua nilai selanjutnya dimasukkan pada kembali ke Mg dan Ca, untuk mendapatkan nilai (Mg2+) dan (Ca2+) terkoreksi, perhitungan dilakukan sampai nilai spesiasi yang diperoleh tidak lagi berubah, dan setelah 10 kali pengulangan (iterasi) diperoleh (Mg2+) = 0.05 m, (Ca2+) = 0.15, (SO4
2-) = 0.37 m (F-) = 0.83 m
Hasil Iterasi
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kon
sent
rasi
Ion
Beb
as
Pengulangan
Mg2+
Ca2+
SO42-
F-
Hasil Spesiasi Akhir
Spesies Konsentrasi Mg2+ 0,050 Ca2+ 0,150 SO42- 0,370 F- 0,830 MgSO4 0,186 MgF+ 0,764 CaSO4 0,555 CaF+ 0,407
RADIOISOTOP di LAUT
Materi Kuliah VI dan VII M K Oseanografi Kimiawi
ITK 322
Pengertian § Isotop : unsur bernomor atom sama,
tetapi berbeda jumlah neutron. § Nomor atom (proton), masa atom
adalah jumlah antara proton dan neutron.
238 92 U
Masa Atom
Nomor Atom
Proton
Proton Neutron +
Pengertian § Sifat isotop : ØStabil (16O. 17O, 12C, 13C, 32S, 34S) ØRadioaktif isotop (radionuclida) = atom
yang kehilangan material inti secara spontan pada laju tertentu (238U, 232Th, 14C)
Latihan 1 Tentukan berapa nilai proton dan neutron, serta ratio n/pnya pada contoh radioaktif berikut:
1. 34 16 S
2. 210 82 Pb
3. 234 90 Th
Manfaat § Isotop Stabil : ØMempelajari perubahan cuaca ØMempelajari struktur rantai makanan ØMempelajari “fate” bahan organik
§ Radioaktif isotop (radioisotop/radionulida): ØMempelajari sedimentasi/geologi ØMempelajari fotosintesa ØMempelajari pergerakan masa air
Radioaktive Decay
Pengertian Radioaktive decay
§ Satu rangkaian berbagai proses yang menyebabkan satu inti atom memancarkan partikel inti subatom (radiasi)
§ Decay terjadi apabila inti induk menghasilkan inti turunan.
Mengapa Inti tak stabil ? § Pada inti tak stabil gaya repulsive lebih kuat
dari pada gaya tarik. § Gaya repulsive berasal dari interaksi
elektrostatis antar proton bermuatan positif. § Penambahan proton ke inti menyebabkan
peningkatan gaya repulsive. § Ketidakstabilan diimbangi dengan
penambahan neutron.
Penambahan neutron vs Stabilitas inti
Mekanisme Radioactive Decay
§ Atom berinti tak stabil akan mengalami Radioactive decay, untuk mencapai suatu kondisi stabilitas lebih besar.
§ Atom non radioaktif akan mengalami reaksi
nuklir (fusion), hanya jika energi diberikan energi melalui bentuk radiasi elektro-magnetis atau tumbukan dengan partikel berenergi.
Stabilisasi utk Proton Berlebih
§ Pencapaian stabilitas terjadi dengan memancarkan (Emisi): § Partikel α (4
2He) § Positron (partikel β+) § Penangkapan elektron ( e)
0 -1
Contoh Reaksi Emisi He
§ Proses emisi He mengakibatkan Uranium dapat kehilangan 2 proton dan 2 neutron,
§ Rasio n/p = 1,59 di parent (U) meningkat menjadi 1.60 di daughter (Th),
§ merupakan karakter dari radionuclida lebih besar, § Q = sinar gama
238 92 U 234
90 Th 4 2 He Q + +
n = 238 – 92 = 146 p = 92 n = 234 – 90 = 144
p = 90
n/p = 146/92 =1,59 n/p = 144/90 =1,60
Contoh Reaksi Emisi β+
§ Emisi positron, berasal dari penguraian proton secara spontan, yang juga menghasilkan neutron melalui reaksi:
1 1 p 1
0 n β+ ( e) Q + + 0 1
§ Cu kehilangan 1 proton, § Rasio n/p = 1,21 di parent (Cu) meningkat menjadi 1.29 di daughter
(Ni), § Karakter radionuclida dengan berat atom menengah, § Produk reaksi nuklir pada pembangkit listrik dan peledak (Q =
neutrinous)
64 29 Cu 64
28 Ni 0 1 e Q + +
n = 64 – 29 = 35 p = 29 n = 64 – 28 = 36
p = 28
n/p = 35/29 =1,21 n/p = 56/28 =1,29
§ Kelebihan Proton, terjadi perusakan dengan menangkap elektron (elektron ereaksi dengan proton menghasilkan neutron) melalui reaksi:
Contoh Electron Capture
1 1 p + 1
0 n e 0 -1
§ terjadi penurunan energi elektron dengan memancarkan radiasi gelombang pendek (sinar X) karena elektron pada energi terendah dalam atom (1s) yang telah tertangkap inti, diganti dengan elektron level tinggi,
§ Ciri dari stabilitas radioaktif berat atom kecil/rendah.
40 19 K + 40
18 Ar + Q e 0 -1
§ Hanya 10 % 40K mengalami mekanisme decay.
Kelebihan Neutron, § umumnya 40Ca melalui emisi β- (energi besar),
§ Emisi Partikel β- dari inti menyebabkan konversi neutron
menjadi proton § Q dapat berupa sinar gama atau neutrinos bergantung
radinuclida.
20
Stabilisasi utk Neutron Berlebih
1 1 p + β- ( 1
0 n e ) + Q 0 -1
§ Mekanisme juga terjadi pada Tritium (11H) yaitu:
3 2 He + β- ( 3
1 H e) + Q 0 -1
Latihan 2 Tentukan bentuk emisi pada pensatbilan radioaktif berikut :
1. 234 91 Pa + 234
90 Th + Q
218 84 Po 214
82 Pb Q + + 2.
Kekuatan Emisi Partikel
Partikel α dapat sitahan dengan Selembar kertas Partikel β tertahan dengan lembaran Aluminium Partikel γ dapat dikurangi dengan Bahan timbal yang sangat tebal
Hukum Radioactive Decay
§ Laju decay berbanding lurus dg jumlah atom atau dN dt = λN _
dimana : N = jumlah atom dalam mol atau gram t = waktu Λ = konstanta laju
Jika t dan N saat awal dan akhir diketahui
Jika to = 0, tt = t dan Nt = N, maka rumus:
∫ Nt
No
1 N dN = λ dt _ ∫ tt
to
│ Nt
No = λ t _ │ tt
to Ln N
Ln Nt - Ln No = - λ (tt - to)
Ln (N/No) = - λt atau N No
= e-λt
Saat No mencapai separuh, tercapai saat waktu paruh (t½), atau
Jika Nt = ½ No, tercapai saat tt = t½ , dari rumus:
Ln 0,5 = - λt½
N No
= e-λt
atau 0,5 = e-λt½
atau - 0,693 = - λt½
Sehingga, t½ = 0,693 λ
N No = 0,5
Hubungan Fraksi dan Half life
Laju Radioactive decay Ditentukan oleh § konstanta: § Waktu paruh (t½ - waktu paruh bahan terjadi decay). § lifetime rata-rata setiap partikel (τ). § Konstanta decay (λ)
§ Variable waktu: § Total activity (A) = nilai decay yang terjadi dalam 1 detik. § Specific activity (SA) = nilai decay per detik per jumlah
bahan (massa atau volume).
Hubungan antar parameter
a0 = jumlah awal bahan active – bahan yang memiliki persentase sama partikel tak stabil saat bahan terbentuk.
Satuan Radioaktivitas § Satuan Internasional (SI); becquerel (Bq).
§ Bq = jumlah bahan radioaktive yang menghasilkan 1 decay
per detik.
§ Curie (Ci)= radioaktivitas 1 g radium murni
§ 1 Ci = 37 GBq (giga becquerel)
§ Disintegrasi per menit (dpm/L atau dpm/gram) = counts per menit
§ 1 Ci = 2,2 x 1012 dpm
§ Radioaktivitas = laju decay, dihitung dengan rumus A = λ [N]
Contoh menghitung Radioaktivitas Tentukan radioaktivitas 228Ra, jika diketahui konsentrasinya dalam air mencapai 1,4 x 10-17 g/L, dan waktu paruh 5,75 tahun. (bilangan avogadro = 6,02 x 1023) Satuan radioaktivitas adalah dpm/L (disintegrasi per menit per liter)
Rumus : A 228Ra = λ [N]
t½ = 0,693/λ atau λ = 0,693/5,75 = 0,12 th-1
λ = 0,12/(365 x 24 x 60) = 2,29x10-7 menit-1
[N] = C/BA x Bil.avo = 1,4x10-17 / 228 x 6,02x1023
[N] = 36964,91 mol/L
A = λ [N] = 2,29x10-7 x 36964,91
A = 8,46x10-3 dpm/L = 3,85x10-15 Ci = 3,85x10-3 pCi = 1,42x10-4 Bq
Latihan 3 1. Tentukan berapa Bq radioaktivitas 234Pa di
sedimen dengan konsentrasi 4,7x10-20 g/g dan waktu paruh mencapai 1.18 menit (bil avogadro 6,02x1023).
Klasifikasi Radionuclida
§ Radioaktive primordial § Radioaktive cosmogenis § Radioaktive artifisial
Radioaktive Primordial § Umumnya berupa logam, kecuali Rn dalam
bentuk gas, dengan konsentrasi rendah § Teknik paling sensitive untuk menghitung
adalah mengukur radioaktivitas (memisahkan isotop diikuti dg mengukur laju masing-masing emisinya).
Contoh Series Radioaktive
Rata-rata Konsentrasi Isotop di air laut dan sedimen
Rata-rata nilai A di masa air
Radioaktive Cosmogenis
§ Cosmic Rays yaitu partikel bermuatan yang masuk atmosfer bumi dari luar angkasa.
§ 87 % proton
§ 12 % α partikel
§ 1 % inti lebih besar
Contoh Radioaktive § 3H, 7Be, 10Be, 26Al dan 32Si ;
banyak digunakan dalam mempelajari proses di laut. § 10Be ;
untuk laju sedimentasi dan akresi maganese nodule. § 14C ;
dimanfaatkan laju pertumbuhan karang, sedimentasi, dan bioturbasi.
Proses Pembentukan
§ Ionisasi gas atmosfer akibat benturan dan cosmic berenergi rendah.
§ Cosmic berenergi tinggi akan menyebabkan fragmentasi inti gas termasuk neutronnya (dikenal dengan spallation reactions).
§ Energi neutron akan melemah pada tingkat tertentu akibat benturan berulang-ulang sehingga mudah tertangkap oleh inti atom gas
Contoh Nuclida
Radioaktive Buatan § Sumber utama di laut: § Fallout dari uji bom atom § Kebocoran reaktor nuklir
Proses Pembentukan § Terjadi karena benturan sebagian neutron
(berasal dari ledakan bom atom) dengan selongsong bom, bumi, air dan gas (dikenal neutron aktivasi). § Setelah terjadi ledakan terjadi peluruhan
radioaktif umur pendek seperti (143Pr, 140Ba dalam beberapa minggu) dan mensisakan 90Sr dan 137Cs melimpah setelah 20 tahun.
Tugas
Mahasiswa diperlukan membaca skripsi: Penulis; Agung Pandu Dewata Tahun; 2007 Judul ; Estimasi Laju akumulasi Sedimen di perairan teluk Jakarta dengan teknik radionuklida alam unsupported 210Pb.
1. Jelaskan metode penentuan laju akumulasi 2. Jelaskan metode analisisnya
Kesetimbangan Sekular
• t½ daughter Radioaktif primordial umumnya << t½ parent, decay Daughter dikontrol decay parent sebagai penentu laju decay.
• Jika laju decay Parent lambat, maka konsentrasi parent dan aktivitasnya (Ap) relatif tetap thd waktu.
• Saat tak ada proses lain, maka laju decay dalam “steady state” (AP = AD) disebut Kesetimbangan Sekular.
Kesetimbangan Sekular
Gambaran waktu pencapaian kesetimbangan sekular
Saat Radioaktif parent masuk ke laut/sedimen akan diikuti dengan waktu dimana AD meningkat sampai tercapai ke level sama dengan AP.
Waktu tercapai kesetimbangan ditentukan oleh waktu paruh daughter.
Rasio AD/AP di Laut § Di laut rasio AD/AP < 1, krn AD cenderung
cepat hilang akibat proses fisika dan kimia.
Proses Removal
partikel unsur terlarut
[terlarut] [partikel]
C, N, P, Si, Pb, Cu, dll
C, N. P, Si, Pb, Cu dll
Removal akibat proses fisika dan/atau kimiawi
Permukaan laut
sedimen
Perhitungan Laju Removal
§ Konsep “steady-state”.
§ AD diasumsikan hanya dari AP atau laju penyediaan AD sama dengan AP.
§ Laju penyediaan AD = laju removal AD, sehingga laju removal nonradiaktive sebanding dengan konsentrasi D.
Daughter (D) λP[P]
λD[D]
KD[D]
masukan hilang
Perhitungan Laju Removal
laju removal non-radioaktive = kD[D]
dimana: kD = konstanta laju removal
Pada steady-state, persamaan kesetimbangan masa adalah laju penyediaan = laju hilang atau AP = AD + kD[D]
§ Karena AD = λD [D], maka persamaan menjadi
Perhitungan Laju Removal
kD AD
λD atau
kD = AP - AD λD AD
AP = AD +
atau
AP
kD =
AD
λD AP
AD
1 -
Contoh Laju Scavenging Partikel
§ Isotop dipakai 228Ra sbg parent dan 228Th. § Rasio A228Th/A228Ra <1, § Artinya 228Th teradsorpsi ke partikel, § 228Ra tetap tersuplai dari dua sumber
yaitu: § resuspensi sedimen (plankton kalsium). § 228Ra dari decay 232Th.
Contoh Hasil Pengamatan di Perairan Pantai
Removal 228Th dapat dihitung dengan rumus kD, dimana waktu paruhnya berkisar 0,1 – 1 th di permukaan laut.
Di peraitran dangkal (salinitas rendah), absorpsi 228Th sangat kuat;
Dilain pihak 228Ra cukup tersuplai dari diffusi
sedimen, sehingga rasio A228Th/A228Ra < 1.
Contoh hitungan
§ Analisis radioaktif diperoleh konsentrasi dan waktu paruh induk 228Ra adalah 1,4x10-17 g/L dan 5,8 th, sedang turunan 228 Th adalah 5,6x10-17 g/L dan 1,9 th. Tentukan laju adsorpsi 228Th.
§ dimana : AP = aktifitas radioaktif induk (dpm/L), AD = aktifitas radioaktif turunan (dpm/L), λD = laju turunan (th-1), KD = laju adsorpsi (th-1), Navo = 6,02 x 1023 dan C = konsentrasi radioaktif (mol/L).
Jawaban Aktivitas 228Ra: λP = 0.693/(5.8 x 365 x 24 x 60) = 2.27x10-7 min-1 AP = λP N = 2.27x10-7 x 1,4x10-17/228 x 6,02 x 1023 = 0.008 dpm/L
Aktivitas 228Th: λD = 0.693/(1.9 x 365 x 24 x 60) = 6.94x10-7 min-1 AD = λD N = 6.94x10-7 x 5,6x10-17/228 x 6,02 x 1023 = 23.4 dpm/L KD = [1 – AD / AP ]/[AD / AP ] x λD = 2.03x10-3 min-1 = 1067 th-1
Hal penting thd Rasio
§ Jika kD >>> λD, artinya t½ kimiawi <<< t½ radioaktive, maka removal cepat sehingga nilai AD akan selalu rendah.
§ Jika kD <<< λD, t½ kimiawi >>> t½ radioaktive, removal sangat
lambat, sehingga kesetimbangan sekular mudah tercapai.
§ Jika kD = λD, removal cukup cepat, sehingga kesetimbangan sekular tidak mudah tercapai.
Kasus KD t½ Ch* λD t½ Rd** AD/AP
1 0,69 1 0,0069 100 0,0099 2 0,0069 100 0,0069 100 0,5
3 0,0069 100 0,69 1 0,99
Latihan 4 Hasil pengamatan radioaktif 228Th di sedimen dari beberapa stasiun adalah Jika waktu paruh = 1,9 th dan aktifitas (A) = l x N avo x C, dimana A = aktifitas radioaktif (dpm/L), l = laju turunan (th-1), N avo = 6,02x1023, dan C = konsentrasi radioaktif a. Tentukan aktifitas 228Th masing-masing stasiun. b. Gambarkan hubungan salinitas (sb x) dan A228Th (sb.y). c. Apa arti hubungan tersebut dalam kaitan dengan proses adsorpsi.
Stasiun 1 2 3 4 5 Salinitas, ‰ 31 32 33 34 35
Kons., g/L 4,98x10-24 5,46x10-24 7,36x10-24 9,02x10-24 9,97x10-24
Laju Sedimentasi
§ Beberapa AD mudah diendapkan ke dasar, sehingga di permukaan sedimen AD/AP > 1. § Selain AD juga bersumber dari decay AP
setelah di sedimen (AD supported). § AD dari hasil endapan (AD unsupported) =
AD – AP.
Penentuan Laju Sedimentasi
ADz ADzo
= e-λDt Jika s = z/t atau t = z/s
ADz ADzo
= e-λDz/s atau
Ln ADz = - z + Ln ADzo s λD
Laju sedimentasi
kedalaman
waktu
Y a X b = +
Contoh
Contoh Hasil pengamatan diperoleh data 228Th dalam sedimen: Tentukan laju sedimentasi (cm/1000th). dimana: Az dan Ao = masing-masing aktifitas radioaktif pada kedalaman z dan pemukaan (dpm/g), l = laju turunan (th-1), z = kedalaman (m), s = laju sedimentasi (m/th), C = konsentrasi (g/g) dan N avo = 6,02x1023. t½ = 5.8 th
Dalam, m 0,1 0,3 0,4 1,5 2,2 Kons., g/g 1,97x10-
12 1,70x10-
12 1,32x10-
12 6,63x10-13 3,73x10-13
Jawaban Aktivitas 228Th: λD = 0.693/(5.8 x 365 x 24 x 60) = 2.27x10-7 min-1 AD1 = λP N = 2.27x10-7 x 1,97x10-12/228 x 6,02 x 1023 = 1181
dpm/g 0.1 m Dengan cara yang sama: AD2 = 1019 dpm/g 0.3 m AD3 = 791 dpm/g 0.4 m AD4 = 397 dpm/g 1.5 m AD5 = 223 dpm/g 2.2 m
Ln AD = - 431 z + 1110
λD
s = 2.27x10-7
s = - 431
S = 5.3 x 10-10 m/min = 27 cm/1000th
Pemanfaatan Radiokarbon di Laut § Pengukuran laju pergerakan air § Sedimentasi § Bioturbasi § Waktu Perubahan muka laut
Pemanfaatan 14C dalam sedimen
Aktifitas uji bom
§ Antara tahun 1958 – 1965 § Beberapa radioaktive masuk ke laut,
sebagian terdeposisi di darat dan masuk ke udara. § Hasil aktivasi 90Sr dan 3H, yang
kemudian dipakai dalam mempelajari percampuran masa air
Pemantauan deposisi 90Sr akibat Aktifitas uji bom
Pemanfaatan 90Sr Tahun 1970 pada proses di laut Atlantik dan Pasifik
Pemanfaatan 3H di Barat Atlantik
Variasi Rasio 228Th/228Ra § Di laut terbuka rasio A228Th/A228Ra meningkat dengan
kedalaman dan dpt > 1, karena 228Th tersupply dari remineralisasi partikel biogenis.
§ 234Th dapat dipakai sbg tracer removal di perairan pantai terutama pada kondisi sangat keruh, krn hasilkan waktu penyerapan ≈ 228Th.
§ 234Th tidak dapat dipakai di laut terbuka karena waktu paruh radioaktivenya pendek (24 hari).
§ Jadi pemilihan radioaktive tracer penting, kesalahan dapat terjadi karena rasio mendekati satu, atau sangat-sangat kecil.
Tugas
§ Sebutkan beberapa radioaktif yang dapat dipakai untuk mempelajar: § Laju sedimentasi (kel. 1-3) § Produktivitas Primer (kel. 4 – 6) § Pergerakan masa air (kel. 7-10)
§ Tunjukkan bagaimana cara pengukuran dan perhitungan dilakukan.
top related