oksidimetri dan valensi - kelompok a

Post on 27-Jun-2015

197 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

AnggiCitra NuzuliaDyah AnggreiniGustiasihJulia AstreaniSelvianiTian FrasticaYezika MarselinaYuni Endah

1

Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang larutan bakunya bersifat sebagai oksidator.

Reaksi oksidasi-reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron.

Dasar reaksi oksidimetri adalah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitrasi dan yang dititrasi.

2

Macam-macam titrasi yang menggunakan oksidimetri ,

yaitu :

Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri

3

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4).

Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator.

Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4 harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As2O3) dan Natrium oksalat (Na2C2O4).

Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida.

4

Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi.

Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer.

Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.

Kalium permanganat, selain sebagai oksidator dalam suasana asam, juga dapat berlangsung dalam suasana basa maupun netral.

5

Ada beberapa standar primer untuk standarisasi permanganat, yaitu :

 ·         Arsen (III) Oksida

  ·         Natrium Oksalat (Na2C2O4)

 

6

7

Dasar reaksi : 

  Suasana harus asam

       MnO4-  +  8H+  + 5 e- →  Mn2+ + 4H2O

  Keasaman sangat rendah

       MnO4- + 4H+ + 3e- →  MnO2(s) + 2H2O

       Suasana basa

     MnO4- 

(violet) + e- → MnO42-

(hijau)

Dalam memanaskan larutan permanganat :- pemanasan dilakukan hingga mendidih - penyaringan- tampung pada tempat gelap dan asam

8

Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator.

Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat.

Kalium dikromat merupakan standar primer.

Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam asam klorida.

9

Keuntungan :- Kalium dikromat(VI) dapat digunakan sebagai standar primer.- Kalium manganat(VII) mengoksidasi ion klorida menjadi klorin- kalium dikromat(VI) tidak benar-benar cukup kuat sebagai

agen pengoksidasi.

Kerugian :- Kerugian yang paling utama adalah pada perubahan warna.

10

Serimetri adalah penetapan kadar reduktor dengan menggunakan larutan serium (IV) sulfat sebagai titran. Titrasi dapat dilakukan dalam suasana asam, karena dalam suasan netral terdapat endapan serium (IV) hidroksida atau garamnya.

Adapun keunggulan dari serimetri, yaitu:- larutan dalam asam sulfat tahan panas dan cahaya

- dapat dipakai untuk penetapan sample yang mengandung klorida - penggunaannya luas- redoks yang terjadi sederhana

11

Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.

Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .

Oksidator + KI → I2 + 2e

I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6

12

Analit direaksikan dengan iodida (KI ditambahkan berlebih) sehingga dihasilkan iod. Iod bebas kemudian dititrasi dengan tiosulfat.

Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran.

13

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida. 

Dalam metoda analisis ini , analit dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :

 ( Reduktor ) + I2 → ( Teroksidasi ) + 2 I-

14

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .

15

Merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar reaksi oksidasi dari ion bromat.

Dasar Reaksi : BrO3_ + 6H+ +6e- → Br - + 3H2O

Bromine yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat (warna merah ), jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi dapat secara langsung dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu larutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secara iodometri.

16

 Di kimia , valensi juga dikenal sebagai bilangan valensi, yaitu ukuran jumlah ikatan kimia yang dibentuk oleh atom dalam senyawa.

Secara etimologi kata “valence” dari tahun 1425 berarti persiapan isi. Dari bahasa latin valentia berarti kekuatan, isi dan secara kimia berarti “kombinasi kekuatan dari unsur” (1884). Pada tahun 1789 William Higgins mempublikasikan apa yang dia sebut sebagai kombinasi dari inti partikel, yang menunjukkan konsep ikatan valensi. Sebagai contoh menurut Higgins kekuatan diantara inti partikel oksigen dan inti partikel nitrogen adalah 6, kemudian kekuatan akan dibagi menurutnya, dan juga untuk kombinasi inti partikel lain.

17

Pada awal Permulaan, teori valensi kimia dapat diusut melalui catatan Edward Frankland (1852), dia mengkombinasikan teori radikal bebas dengan pemikiran afinitas kimia untuk menunjukkan bahwa unsur tertentu cenderung berikatan dengan unsur lain untuk membentuk senyawa, dan kombinasi kekuatan dari unsur yang berikatan disebut sebagai valensi.

Sehingga, Elektron valensi adalah elektron yang berada pada orbital terluar dan elektron ini yang berperan untuk melakukan interaksi.

18

Jumlah elektron valensi meningkat naik dari kiri kekanan, elektron valensi pada golongan IA adalah s1, meningkat pada golongan IIA menjadi s2, demikian pula pada golongan IIIA meningkat menjadi s2, p1, semakin kekanan jumlah elektron valensi bertambah.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam tabel periodik, elektron valensi meningkat jumlahnya, karena unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom yang mencerminkan jumlah elektron maupun jumlah proton. Sedangkan dalam satu golongan setiap unsur memiliki elektron valensi yang sama karena penggolongan unsur didasari atas kesamaan jumlah elektron valensi.

19

Valensi dari suatu unsur tidaklah selalu sepadan dengan status oksidasi paling tinggi kecuali ruthenium, osmium dan xenon, yang mempunyai valensi enam ( heksafluorid) tetapi campuran oksigen yang berbilangan oksidasi +8, dengan khlor yang mempunyai valensi 5 sedangkan oksidasi paling tinggi yaitu + 7 (didalam perklorat).

20

21

22

top related