observasi
Post on 23-Oct-2015
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OBSERVASI
Diary Perjalanan Ke Blitar (Makam Bung karno)
Fakultas Tarbiyah khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam, dan PGMI
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan observasi ke
Makam Bung Karno sang proklamator Indonesia pada tanggal 26 Desember 2013.
Perjalanan kami dimulai dengan mengumpulkan teman-teman Fakultas Tarbiyah dari
jurusan PAI dan PGMI. Pengumpulan dilakukan pada jam 06.00 sampai jam 08.00 di
Masjid At-Tarbiyah. Sekitar jam 07.00 diberi pembekalan tentang kebersihan,
keamanan, saling toleransi dan lain-lain oleh penitia. Setelah semua siap, tepat jam
08.00 perjalanan dimulai. Diperjalanan kami melewati daerah yang bernama Karang
Kates. Ketika melewati jalan ini banyak pihak dari teman-teman yang mabuk atau
muntah darat disepanjang jalan ini. Ada pula yang tidur saat melewati jalan ini, untuk
menghindari muntah darat. Disepanjang jalan daerah wates memang sangat menantang
ditambah dengan dipinggir sepanjang jalan ini terhampar luas jurang yang dalam. Di
sana juga terdapat sebuah bendungan yang mengalir ke daerah wates. Bendungan
tersebut biasanya digunakan untuk berwisata juga. Namun di sana hanya sekedar
menikmati indahnya pemandangannya saja. Setelah 3 jam kami diperjalanan, sampailah
kami di tujuan yaitu wisata kota Blitar. Kami menuju makam Bung Karno setelah 10
menit berlalu karena menunggu datangnya bis yang lain. Dari tempat parkir, makam
Bung Karno, perpustakaan, dan museum berada sekitar 1 km. kami menuju ke makam
dengan berjalan kaki bersama-sama. Setelah sampai di makam, kami menunggu
pemandu dari pihak wisata di Blitar.
Sembari menunggu kami membagikan bunga untuk pengunjung di sekitar
pintu masuk makam. Setelah pemandu datang, kami langsung memasuki daerah
pemakaman. Terlihat di sana banyak pengunjung yang mendoakan sang proklamator
Ir.Soekarno. kami menunggu antrian untuk ikut mendoakan sang proklamator tersebut.
terlihat juga dari arah pintu masuk, ada 2 buah air mancur kecil yang dialirkan lewat
pipa dengan bentuk bambu kuning. Mitosnya, jika kita membasuh muka dengan air
tersebut, maka kita akan terlihat awet muda. Setelah lama kami menunggu, akhirnya
kami punya kesempatan untuk mendoakan jasad sang proklamator d pemekaman
tersebut. di depan makam tersebut ada sebuah batu besar. Tertulis jelas di batu besar
tersebut tentang sang proklamator itu. Tulisan bawah sendiri tertulis “Penyambung
Lidah Rakyat”. Tulisan ini membuktikan bahwa betapa besarnya perjuangan Bung
Karno untuk rakyat dan Indonesia. Setelah itu kami menuju tempat perbelanjaan di
Blitar dan Istana gebang yang berjarak 2 km dari makam bung karno. Masa kecil Bung
Karno berada di Tulungagung dan bersekolah bersama anak-anak belanda. Di museum
Bung Karno terlihat lukisan dan foto-foto Bung Karno bersama sahabat, Istri, dan lain-
lain. Di depan pintu masuk terlihat lukisan Bung Karno yang katanya dapat bergerak.
Ternyat benar, lukisan Bung Karno yang satu ini di dada sebelah kiri
memang dapat berdetak. Lukisan tersebut memang mirip dengan Bung Karno, aura
yang berada di lukisan tersebut memang menggambarkan sang proklamator tersebut.
Kopyah yang dipakai oleh Bung Karno itu miring karena untuk menutupi luka Bung
Karno di dahi sebelah kirinya dari kecil sampai dewasa. Bung Karno memakai kopyah
bukan semata-mata karena keislamannya, akan tetapi dari sebagian sumber yang saya
dapat bahwa selain Bung Karno menutupi luka di dahi kopyah itu disebut kopyah topi
yang biasa dipakai oleh paskibraka pengibar bendera merah putih. Setelah berjam-jam
di museum dan makam Bung Karno, kami bergegas menuju bis untuk melanjutkan
perjalanan ke toko khas kota Blitar dan menuju istana gebang. Istana ini luasnya lebih
dari 2 hektar. Istana ini dulunya milik keluarga dan sangat sulit untuk dimasuki para
wisatawan. Namun pada tahun 2012 lalu pihak pariwisata mampu membeli istana
gebang tersebut untuk dijadikan tempat wisata. Harga tanah yang ditawarkan oleh pihak
keluarga kepada perusahaan pariwisata adalah 50 Milyar. Tanah ini juga nyaris dibeli
oleh pihak asing. namun dengan bantuan dari dermawan dan artis-artis Indonesia yang
ikut menyumbang, akhirnya tanah yang mencapai lebih dari 2 hektar ini dapat dibeli
oleh pihak PT. Pariwisata kota Blitar.
Di istana gebang ini terdapat patung Bung Karno yang sedang mengangkat
tangannya sambil membawa tongkat kecil di tangan kirinya. Patung ini tingginya
mencapai lebih dari 2 meter. Di bawah patung tersebut bertuliskan “Bung Karno Lebih
Mentjintai Rakjatnja dari pada Dirinja” yang ditulis menggunakan huruf tegak
bersambung/latin dan menggunakan tata bahasa zaman dulu. Patung ini melambangkan
begitu besarnya perjuangan bung Karno untuk tanah air pada saat itu. Dan sebagai bukti
bahwa pemimpin itu tidak hanya sekedar memikirkan perutnya sendiri. Dahulu istana
gebang ini adalah rumah orang tua Bung Karno yang sering dikunjungi oleh beliau
untuk meminta restu kepada ibundanya. Setiap kali bung Karno menentukan suatu
kebijakan pasti beliau menemui ibunya di istana gebang ini untuk meminta doa restu
kepadanya. Di dalam istana ini terdapat ruang tamu yang berjumlah 2 buah dan ruang
keluarga. Jumlah kamar yang ada di dalam rumah ini ada 5 buah yaitu kamar Bung
Karno ketika masih muda, dan kamar orang tuanya, 2 kamar tamu dan kamar nenek
Bung Karno. Di ruangan bagian belakang terdapat 2 ruang makan, yaitu ruang makan
khusus tamu dan ruang makan khusus keluarga. Ruang makan khusus tamu terdapat di
depan ruang makan khusus keluarga. Di samping ruang tersebut ada sebuah tempat
perabotan rumah tangga dan dapur tempat memasak keluarga Bung Karno.
Kemudian kamar mandi berada di belakang rumah yang letaknya tidak
begitu jauh dari lokasi perumahan istana gebang ini. Di sana juga masih terdapat 1 buah
mobil keluarga milik Bung Karno. Selain itu di sana juga terdapat balai seni milik Bung
Karno yang biasa digunakan Bung Karno untuk mencantumkan seninya ditempat itu.
Setelah berjam-jam berada di istana gebang, kami melanjutkan perjalanan ke Gumul
(simpang lima) Kediri Jawa Timur. Dari Blitar menuju Kediri membutuhkan waktu
sekitar 1 jam. Kali ini kami hanya bersenang-senang saja (have fun) di sana. Saling
mengambil gambar yang berlatar belakang apa saja yang berada di sana. Gumul ini
bentuknya seperti gapura atau pintu masuk yang mempunyai 4 tiang besar. Banyak
masyarakat mengatakan bahwa tempat ini adalah tempat peninggalan bersejarah yang di
abadikan dengan membangun museum di dalamnya. Dari masing-masing tiang
memiliki gambar timbul yang unik dan bermacam-macam gambar. 1 tiang memiliki 4
gambar unik. Salah satunya yaitu adat, rebana, jenis-jenis agama, pelawak, orang-orang
yang bekerja sebagai agraris dan lain-lain. Di setiap sudut ada patung dewa. Dewa ini
bertubuh manusia dan berkepalakan seekor gajah. Dinamakan sebagai simpang lima
Karena tempat ini berada di tengah-tengah persimpangan yang mana jumlah
persimpangan tersebut ada lima.
Biasanya tempat ini didatangi oleh para wisatawan untuk berlibur dan
menikmati indahnya kota Kediri. Namun tidak diperkenankan bagi pengunjung untuk
menaiki sudut-sudut tiang yang berada di simpang lima. Tempat ini memang gratis,
namun jika kita ingin masuk ke dalam tiang tersebut maka kita akan dikenakan biaya.
Udara di sekitar Gumul ini memang cenderung sejuk karena di sana banyak ditanami
padi dan sawah yang terhampar luas. Di sana kita juga dapat melihat para kreatif dari
para pemuda yang berbakat dalam bikers. Setelah selesai berfoto ria dan have fun, kami
pun pulang menuju malang. Sampai di malang sekitar jam 21.00 wib.
top related