morfologi
Post on 07-Aug-2015
342 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,
1987:19).
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti
ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya
itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk
kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas
kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya, dikatakan
bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
Dalam mempelajari Morfologi, nantinya kita akan menemui banyak sekali istilah-
istilah yang bertalian ilmu Morfologi, seperti morfem, morf, alomorf dan deretan morfologik.
Tanpa didasari dengan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep tersebut bukan tidak
mungkin jika nantinya kita akan mengalami kesulitan dalam memahami Morfologi. Oleh
karena itu, sebelum melangkah ke seluk beluk pembentukan kata yang menjadi sasaran
utama dalam morfologi, ada baiknya jika kita terlebih dahulu memahami konsep-konsep dasar
yang bertalian dengan morfologi tersebut. Untuk itu penulis merasa perlu untuk membahas
konsep-konsep dasar dalam morfologi seperti morfem, morf, alomorf dan deretan morfologik
dalam makalah ini untuk memberikan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dasar
tersebut. Dengan harapan nantinya dapat membantu pembaca lebih memahami Morfologi.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
2
1.2 Rumusan Masalah
Setelah pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan morfem?
2. Apakah yang dimaksud dengan morf?
3. Apakah yang dimaksud dengan alomorf?
4. Apakah yang dimaksud dengan deretan morfologik?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengn morfem.
2. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan morf.
3. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan alomorf.
4. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan deretan morfologik.
BAB II
PEMBAHASAN
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
3
2.1 Morfem
Morfem merupakan satuan bahasa paling kecil yang yang menjadi sasaran kajian
morfologi. Apakah yang dimaksud dengan morfem ? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul
Morfologi Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang
memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam bukunya Morfologi Bentuk dan
Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal
serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan satuan gramatik
paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch
dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk
baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang
mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan
bahasa terkecil yang memiliki makna.
Sebagai contoh bentuk tulis adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi menjadi
bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti leksis. Bentuk meN- juga
merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk terkecil bahasa Indonesia, walau tidak
mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai makna gramatikal.
2.1.1 Identifikasi Morfem
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk
sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem ( Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut:
1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem.
Umpamanya kata bunga pada ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
Ibu membeli seikat bunga mawar untuk kakek.
Ayah menanam bunga melati di taman
Bibit bunga melati itu dibeli ayah di Bandung
2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua
morfem yang berbeda. Misalnya kata bisa pada kedua kalimat berikut adalah dua buah
morfem yang berbeda.
Adik bisa mengerjakan ulangan dengan baik.
Ayah terkena bisa ular.
3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua
morfem yang berbeda. Umpamanya, kata sukar dan sulit pada kedua kalimat berikut
adalah dua morfem yang berbeda.
Ayah sulit membaca jika tidak menggunakan kaca mata.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
4
Sejak terkena penyakit rabun senja ibu sukar melihat.
4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit)tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem
yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya
bentuk-bentuk seperti be, ber, dan bel pada kata-kata berikut adalah morfem yang sama.
bekerja
berujar
belajar
5. bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem.
Umpamanya bentuk hitam legam, kuning langsat, tua renta.
6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna
yang sama merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut
adalah sebuah morfem yang sama.
menulis
tertulis
penulis
ditulis
7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar (klausa, kalimat)
apabila maknanya berbeda secara polisemi, merupakan morfem yang sama.
Kaki Adi terantuk batu.
Kaki meja itu terbuat dari batu pualam.
2.1.2 Jenis Morfem
Morfem dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan
kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam petuturan morfem
dapat dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat.
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncut dalam
pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus.
b. Morfem Terikat
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
5
Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak
dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem
terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan. Yaitu:
Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem
terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul
dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk-bentuk
seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial.
Kedua, sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhaar
(1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk
prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan ”pangkal” kata,
sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan ,sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang
(yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam
segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam
pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti dari, pada,
dan kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis
; merupakan bentuk terikat.
Kelima, yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan
statusnya; apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya
hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam
pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya,
klitika -lah dalam bahasa Indonesia.
Proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau
pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enlditika adalah klitika yang
berposisi di belakang kata yang ditekati, seperti -lah, -nya, dan –ku.
2. Berdasarkan keutuhan bentuknya dibedakan adanya morfem utuh dan terbagi.
Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang
dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua
bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar bebas
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
6
termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, (taut), dan {pensil}. Begitu juga
dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, (henti}, dan {juang}. Sedangkan
morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu } dan
satu morfem terbagi, yakni { ke-/-an } kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu
{buat} dan satu morfem terbagi, yaitu {per-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini,
untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an}, { ber-/-an } (per-/-
an}, dan { pe-/-an } adalah termasuk morfem terbagi. hlamun, bentuk {ber-/-an} bisa
merupakan konfiks, dan bermusuhan saling memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks,
seperti pada beraturan dan berpakaian.
Kedua dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang
disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, afiks {-er} pada kata gerigi, infiks {-el-}
pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pa a kata gemetar.
3. Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya, morfem dapat dibedakan menjadi dua
yaitu morfem segmental dan suprasegmental.
a. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental,
seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan (ber}. Jadi, semua morfem yang berwujud
bunyi adalah morfem segmental.
b. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
4. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata dapat dibedakan
menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adlaah morfem yang dapat
menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya morfem , ,
. namun, perlu dicatat bentuk dasar yang termasuk dalam kategori preposisi
dan konjungsi tidak pernah mengalami proses afiksasi. Sedangkan , yang tidak dapat
menjadi dasar , melainkan hanya sebgai pembentuk disebut morfem afiks, seperti morfem
, ,dan .
5. Berdasarkan kehadirannya secara konkret dapat dibedakan menjadi morfem wujud dan
morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang nyata ada;
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
7
tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata. Morfem tanwujud ini tidak ada dalam
bahasa Indonesia, tetapi ada dalam bahasa Inggris.
6. Berdasakan ciri semantiknya morfem dapat dibedakan menjadi morfem leksikal dan
morfem gramatikal. Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-
morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu
berproses dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem
seperti {kuda}, {pergi}, {lari} dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal. Oleh
karena itu, morfem-morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara
bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertuturan. Sebaliknya, morfem
tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini
baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses
morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah
morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}. Dalam dikotomi morfem
bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal ini, untuk bahasa Indonesia timbul masalah.
Morfem-morfem §eperti { juang } { henti } dan {gaul} yang oleh Verhaar disebut bentuk
prakategorial, mempunyai makna atau tidak ? Kalau dikatakan mempunyai makna jelas
morfem-morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai bentuk yang otonom di dalam
pertuturan. Kalau dikatakan tidak bermakna jelas morfem-morfem itu bukan afiks. Secara
semantik, morfemmorfem itu mempunyai makna; tetapi secara gramatikal morfem, -
morfem tersebut tidak mempunyai kebebasan dan otonomi. Ada satu bentuk morfem lagi
yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu
morfem-morfem yang di datam gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi.
Morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi jetas bukan afiks dan jelas
memiiiki makna. Namun, kebebasannya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak
seketat kebebasan morfem afiks.
2.2 Morf
Di samping istilah morfem dan alomorf ada pula istilah morf. Morf adalah satuan bentuk terkecil
yang sudah mempunyai arti, yang tidak atau belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaam
terhadap suatu morfem. Pada hakikatnya morf adalah deretan fonem. Karena itu morf-morf kita
tuliskan secara fonemis. Dalam bahasa Indonesia kita jumpai kata seperti tulis, menulis, penulis,
ditulis, dan sebagainya. Dengan melihat deretan bentuk itu saja, kita dapat mengetahui bahwa ada
bagian bentuk yang dapat kita pisahkan dengan mudah, yaitu tulis. Dengan demikian kita dapat
menetapkan bahwa / tulis/, / meN /,/pe/, / d i/ merupakan satuan terkecil yang bermakna. Satuan-
satuan itu masing-masing disebut dengan morf.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
8
Satuan me- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, dan me-, misalnya
pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, dan melerai. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-,
meng-, dan me-, masing-masing disebut dengan morf, yang semuanya merupakan alomorf dari
morfem meN-. Contoh lain, morfem ber-, yang terdiri dari morf ber- pada kata berjalan, morf be-
pada kata bekerja, morf bel- pada kata belajar. Morf ber-, be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf
morfem ber-.
Dari penjelasan di atas tampak bahwa sebenarnya morf dan alomorf adalah dua nama bagi wujud
yang sama. Kushartanti (2001:150) mengatakan penamaan yang berbeda itu dimaksudkan untuk
menunjukkan perbedaan tingkat analisisnya. Jika wujud itu ( yakni satuan kecil yang bermakna) tidak
dikaitkan dengan morfem tertentu wujud itu bernama morf. Jika wujud itu sekarang dilihat sebagai
anggota sebuah morfem, maka wujud itu menjadi alomorf morfem tersebut.
2.3 Alomorf
Morfem sebenarnya merupakan barang abstrak karena ada dalam konsep. Sedangkan yang
konkret, yang ada dalam petuturan adalah alomorf, yang tidak lain adalah realisasi dari morfem
itu. Jadi, alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat nyata/ada. Umpamanya morfem {-
me} tulis direalisasikan dalam bentuk prefiks me- seperti terdapat pada menulis. Pada umumnya
sebuah morfem hanya memiliki sebuah alomorf. Namun, ada juga morfem yang direalisasikan
dalam beberapa bentuk alomorf. Misalnya, morfem {me-} memiliki enam bentuk alomorf seperti
yang nampak pada bagan.
Morfem Alomorf Contoh Pada Kata
me
meng menguras, mengarang,
menghitung
mem membuat, memuja,
membantu
men meniru, menidurkan
meny menyiram, menyuci,
menyatu
me melihat, melirik, meralat
menge Meneskor, mengecat
Keraf dalam Kushartanti (2005) mengatakan bahwa variasi itu disebabkan oleh pengaruh
lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung kepada jenis fonem awal sebuah
satuan yang dilekati oleh morfem tersebut. Perubahan /n/ itu harus homogen. Sebagai
contoh /n/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
9
fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. Sedangkan yang dimaksud dengan morf adalah
wujud kongkret dari alomorf itu sendiri.
2.4 Deretan Morfologik
Yang dimaksud dengan deretan morfologik ialah suatu deretan atau suatu daftar yang
memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Misalnya kita dapati kata
kejauhan. Untuk mengetahui apakah kata itu terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem,
haruslah kata itu diperbandingkan dengan kata-kata lain dalam deretan morfologik. Di
samping kejauhan, terdapat menjauhkan, dijauhkan, terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi.
Jadi, deretan morfologiknya sebagai berikut:
kejauhan
menjauhkan
dijauhkan
terjauh
berjauhan
menjauhi
dijauhi
Jauh
Dari perbandingan kata-kata yang terdapat dalam deretan morfologik di atas, dapat
disimpulkan adanya morfem jauh, sebagai unsur yang terdapat pada tiap-tiap anggota deretan
morfologik, hingga dapat dipastikan bahwa kata kejauhan terdiri dari morfem jauh dan
morfem ke – an, menjauhkan terdiri dari morfem-morfem meN – jauh dan – kan, dijauhkan
terdiri morfem-morfem di – jauh, dan – kan, terjauh terdiri dari morfem ter – dan jauh,
berjauhan terdiri dari morfem jauh dan ber – an, menjauhi terdiri dari morfem-morfem meN
-, jauh dan – i, dan kata dijauhi terdiri dari morfem-morfem di -, jauh, dan – i.
Deretan morfologik amat berguna dalam penentuan morfem-morfem. Kata terlantar
misalnya, apakah terdiri dari satu morfem atau dua morfem, dapat diketahui dari deretan
morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya dalam deretan morfologik :
terlantar
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
10
menterlantarkan
diterlantarkan
keterlantaran
terlantar
Dari deretan morfologik di atas, dapat dipastika bahwa kata terlantar hanya terdiri atas
satu morfem. Benar memang dalam peristiwa bahasa dijumpai kata lantaran, dan jika
terlantar dibandingkan dengan lantaran, niscaya dapat ditentukan adanya morfem lantar :
terlantar
lantaran
lantar
tetapi secara deskriptif, kedua kata itu hanya memiliki pertalian bentuk, pertalian bentuk arti
tidak ada. Maka sesuai dengan apa yang dimaksud deretan morfologik, kedua kata itu tidak
dapat diletakkan dalam satu deretan morfologik, dan berarti juga tidak dapat diperbandingkan.
Kesimpulannya, kata terlantar hanya terdiri atas satu morfem, dan kata lantaran dipandang
sebagai kata lain, yang secara deskriptif tidak dapat diletakkan dalam satu deretan morfologik
dengan kata-kata terlantar, menterlantarkan, diterlantarkan, dan keterlantaran.
Banyak kata yang kelihatannya terdiri atas dua morfem atau lebih tetapi setelah diteliti
benar-benar, pada hakikatnya secara deskriptif hanya terdiri atas satu morfem saja. Misalnya
segala, terlentang, perangai, pengaruh, selamat, petua, jawatan, perempuan, pura-pura,
alun-alun, seperti, kelola, jembatan, dan masih banyak lagi.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
11
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang kelompok kami lakkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.
2. Alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat nyata/ada.
3. Morf adalah satuan bentuk terkecil yang sudah mempunyai arti, yang tidak atau belum
dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem.
4. Deretan Morfologi adalah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang
berhubungan dalam bentuk dan artinya.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan agar mahasiswa mampu memahami konsep-
konsep dasar Morfologi seperti morfem, morf, alomorf, dan deretan morfologik
dengan baik. Konsep-konsep tersebut perlu dipahami agar dapat mempermudah
mahasiswa dalam memahami proses pembentukan kata nantinya.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Junaiyah.2007.Morfologi (Bentuk, Makna, dan Fungsi).Jakarta.:PT.
Grasindo
Chaer, Abdul.2008. Morfologi Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta
-------.2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta
Kushartanti.2005.Langkah Awal Memahami Lnguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Ramlan, M.1987. Morfologi Suatau Tinjauan Deskriptif.Cetakan 12.Yogyakarta:CV.
Karyono
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)
top related