mioma uteri
Post on 07-Feb-2016
135 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uterus adalah pertumbuhan jinak yang berkembang dari sel-sel
otot polos dalam dinding uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya,
sehingga dalam kepustakaan dikenal jugadengan istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid.
Berdasarkan otopsi, novack menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, myoma uteri ditemukan menjadi penyakit 5 besar yang ditemukan
di poli kandungan sepanjang tahun ini.
Beberapa upaya pengobatan yang sampai saat ini sudah dilakukan
adalah dengan pembedahan, radioterapi dan observasi ( pada myoma yang
masih kecil ) dengan kontrol setiap 3-6 bulan.
Peran serta perawat dalam perawatan pasca bedah atau histerektomi
sangat besar, bukan saja dalam hal perawatan luka bekas opersi tetapi juga
kesiapan klien menghadapi kenyataan secara psikis.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep teori penyakit Mioma Uteri.
2. Apa saja pengkajian pada klien yang mengalami penyakit Mioma Uteri.
3. Apa diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Mioma Uteri.
4. Bagaimana rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit Mioma Uteri.
5. Bagaimana penerapan rencana yang telah disusun pada klien yang
mengalami penyakit Mioma Uteri.
6. Apa mengevaluasi klien yang mengalami Mioma Uteri.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan myoma uteri.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan konsep teori penyakit Mioma Uteri.
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami
penyakit Mioma Uteri.
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang
mengalami Mioma Uteri.
4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami penyakit Mioma Uteri.
5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang
mengalami penyakit Mioma Uteri.
6. mampu mengevaluasi klien yang mengalami Mioma Uteri.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat memahami konsep teori penyakit mioma uteri.
2. Dapat memahami patofisiologi penyakit mioma uteri sehingga bisa
menimbulkan masalah keperawatan.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
jaringan ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba,
2001).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga
istilah Fibromioma, Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999). Mioma
uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,sehingga
dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena
otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak
semua mioma uteri menimbulkan keluhan dan memerlukan tindakan operasi.
Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan
ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan.
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim
(miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam
rahim.(Lina Mardiana, 2007)
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi karena
adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai
sebelum datang haid ( menarch ) dan akan mengalami pengecilan setelah mati
haid ( menapouse ). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari
mioma uteri tetap membesar atau bertambah besar, kemungkinan degradasi
ganas menjadi sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum
menarch, hal ini berarti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan
kemungkinan besar menjadi ganas.
2.2 Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti,
namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa myoma
uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 3
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon
estrogen.
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor
pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada
usia muda, genetic, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor
pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan
terjadi pada grandemultipara.
2.3 Patologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya
karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu keputihan, tersusun atas
berkas- berkas otot jalin- menjalin dan melingkar- lingkar didalam matriks
jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik
dan serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik serta serabut otot normal
yang mengelilingi tumor berorientasi sama. Antara tumor dan miometrium
normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang membentuk pseudokapsul,
tempat masuknya pembuluh darah kedalam mioma.
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelompok – kelompok sel otot
berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas – berkas
oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa
pembuluh darah yang masuk ke pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor
tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi,
terutama pada bagian tengah mioma. Mula – mula terjadi degenerasi hyalin,
mungkin menjadi degenerasi kistik, atau kialsifikasi dapat terjadi kapanpun
oleh ahli ginekologi pada abad ke –19 disebut sebagai “batu rahim”. Pada
kehamilan, dapat terjadi komplikasi. dengan dikuti ekstravasasi darah
diseluruh tumor yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah.
Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarkoma.
2.4 Patofisiologi
Mioma Uteri terjadi karena adanya sel – sel yang belum matang dan
pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 4
pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot
uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginam lama dan banyak. Dengan
adanya perdarahan pervaginam lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi
kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan
adanya nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak
adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat
mengakibatkan cemas.
Pada post operasi terjadi akan terjadi terputusnya integritas jaringan
kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut.
Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan
pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan
jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi
resiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang
mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga
pola nafas tidak efektif .
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Berdasarkan lokasinya dapat dibagi menjadi :
a. Servical ( 2,6 % ), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
b. Isthmica ( 7,2 % ), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
c. Corporal ( 91 % ), merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa
gejala.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 5
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus sesuai dengan lokasinya dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di
dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu
massa.perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di
sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang
bebas dalam rongga peritoneum.
b. Mioma uteri Intramural
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa
dan kadang – kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahin
dapat besaar, padat ( jaringan ikat dominan ), lunak ( jaringan otot
rahim dominan ).
c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui servikalis dan pada
keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi
2.6 Manifestasi Klinis
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma
sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik.
Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi .
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 6
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
1. Tumor massa, dibawah perut.
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
2. Perdarahan yang abnormal.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea,
menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
3. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan
4. Gejala dan tanda penekanan.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat moma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia,
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
5. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau
menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 7
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan ada 2 macam yaitu :
1. Penanganan konservatif
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3 – 6
bulan.
b. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
c. Pemberian zat besi.
2. Penanganan operatif
Penanganan operatif bila :
a. Ukuran timor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e. Hipermenorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma.
b. Histerektomi
c. Miomektomi.
3. Penanganan radioterapi
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 8
2.9 Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami
gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak
gambaran klinik dari abdomenakut.
3. Nekrosis dan Infeksi.
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam
hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan
secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan
data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose
keperawatan ( Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien
sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral
Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri
karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri
setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji
pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri :
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 10
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada
masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi
klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan
terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang
atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala
terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 11
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi
dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
b. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglasi.
c. Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata.
10. Pemeriksaan Luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
11. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 12
PATHWAY KEPERAWATAN
Sel – sel yang belum matang Pangaruh Estrogen
Mioma Uteri
Sub Aerob Intamural Subberorerosa
Pecahnya pembuluh darah Gangguan Kontraksi otot Uterus Pembesaran Urat
Perdarahan pervaginam Penekanan organ lain lama dan banyak
Gangguan perdarahan darah Mual muntah
Nekrosa dan perlengketan Operasi
Pra operasi Post operasi
Informasi tdk adekuat Terputusnya jaringan kulit Pengaruh obat anestesi Krgnya Support sistem Robekan pd jaringan Gastrointestinal Kesadaran PernafasanSaraf perifer
Kurangnya pengetahuan Peristaltik Refleks batuk Ekspansi Rongga dada Mual, muntah Pola nafas tdk Pengembangan efektif paru tdk maks
Proses epilesasi Terpapar agen infeksius Anorexia Sesak napas
Pembatasan aktifitas
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 13
Resiko tinggiKekurangan cairan
Nyeri
Cemas
Nyeri akut
Gang. Pola nafas
Resiko tinggi infeksi
Perubahan pola aktifitas
3.2 Diagnosa KeperawatanPre Op :
1. Nyeri berhubungan dengan nekrosa dan perlengketan.
2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
dan muntah.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau
tindakan operasi.
Post op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan sayaf perifer.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca
operasi.
3. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah
operasi.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
3.3 Intervensi dan Rasionalisasi
Pre Op
1. Nyeri berhubungan dengan nekrosa dan perlengketan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang.
b. Menunjukkan postur tubuh rileks.
c. Kemampuan istirahat dan tidur dengan cukup.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji tingkat nyeri pasien.
2. Ajarkan teknik relaksasi atau
distraksi untuk mengurangi nyeri.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik.
1. Untuk mengetahui skala nyeri.
2. Pasien bisa dengan mandiri
mengurangi rasa nyeri.
3. Untuk mengurangi / menghilangkan
rasa nyeri pada pasien.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 14
2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
dan muntah.
Tujuan : keseimbangan cairan yang adekuat dan turgor kulit baik.
Kriteria hasil :
a. Membran mukosa lembab.
b. Turgor kulit baik.
c. Pengisian kapiler cepat.
d. Tanda vital stabil.
Intervensi Rasionalisasi
1. Hitung balance cairan.
2. Pantau tanda – tanda vital.
3. Kolaborasi pemberian cairan
parentera
4. Kolaborasi pemberian antiametik
sesuai kebutuhan.
5. Pantau hasil laboratorium.
1. Untuk mengetahui tingkat dehidrasi
pasien.
2. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Untuk meminimalkan tingkat
dehidrasi pasien.
4. Untuk meminimalkan iritasi pada
lambung.
5. Untuk mengetahui peningkatan hasil
laboratorium.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau
tindakan operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas klien berkurang.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan kesadaran perasaan cemas dan cara sehat sesuai.
b. Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
c. Menunjukkan strategi koping efektif / keterampilan pemecahan
masalah.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji ulang tingkat pemahaman
pasien.
2. Beritahu pasien tentang prosedur
1. Untuk mengetahui seberapa jauh
peningkatan pengetahuan pasien.
2. Untuk memberikan gambaran kepada
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 15
pra operasi.
3. Informasikan kepada keluarga
pasien atau orang terdekat tentang
rencana prosedur tindakan.
pasien.
3. Meminimalkan tingkat kecemasan
keluarga
Post Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan sayaf perifer.
Tujuan : Klien mengungkapkan penurunan nyeri.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri terkontrol atau hilang.
b. Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi.
c. Menunjukkan penurunan tegangan, rileks.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji tingkat nyeri pasien.
2. Atur posisi tidur senyaman
mungkin.
3. Ajarkan teknik relaksasi atau
distraksi untuk mengurangi nyeri.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik.
1. Untuk mengetahui skala nyeri.
2. Dengan posisi yang nyaman nyeri
dapat berkurang.
3. Untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca
operasi.
Tujuan : pola nafas normal.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan pola nadas normal atau efektif.
b. Tidak sianosis.
Intervensi Rasionalisasi
1. Atur posisi kepala ekstensi atau
sesuai kebutuhan untuk
mempertahankan ventilasi.
2. Bantu pasien untuk merubah posisi
1. Untuk memperlancar jalan nafas.
2. Untuk mengefektifkan jalan nafas.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 16
bentuk dan nafas dalam.
3. Kaji adanya hipoksia.
4. Monitor respiratosi rate.
3. Untuk mengurangi terjadinya henti
nafas.
4. Untuk mengetahui perkembangan
jalan nafas.
3. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah
operasi.
Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Kriteria hasil :
a. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan
menurunnya kelemahan dan kelelahan.
b. Memenuhi kebutuhan sendiri.
Intervensi Rasionalisasi
1. Pantau aktivitas yang dapat
dilakukan pasien.
2. Bantu pasien untuk ambulasi dini
dan tingkatkan aktivitas sesuai
kemampuan pasien.
3. Bantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari – hari.
1. Untuk mengetahui tingkat
kelemahan pasien.
2. Untuk mengetahui tingkat
kemampuan pasien.
3. Untuk membantu dalam pemenuhan
kebutuhan pasien.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak ditemukan tanda –
tanda infeksi.
Kriteria hasil : Dapat menurunkan resiko infeksi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Monitor luka operasi. 1. Untuk mengetahui keadaan luka
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 17
2. Rawat luka sesuai prinsip.
3. Pertahankan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan.
4. Monitor tanda – tanda vital.
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
pada pasien.
2. Pertahankan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan.
3. Untuk menghindari terjadinya
penularan penyakit.
4. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
5. Untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.4 Evaluasi
Pre Op :
1. Nyeri berkurang.
2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh dapat diatasi
3. Cemas berkurang.
Post op :
1. Nyeri berkurang.
2. Pola nafas efektif.
3. Klien dapat beraktifitas kembali.
4. Tidak terjadi infeksi.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan pada
makalah ini adalah, sebagai berikut :
a. Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya,sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya
dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri
sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri menimbulkan keluhan
dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak
memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat
pemeriksaan.
b. Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan
diagnosa mioma uterus.
4.2 Saran
Dari paparan yang telah dijelaskan, maka kami sebagai penulis
memberikan beberapa saran, antara lain :
1. Diharapkan kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri ,
sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal.
2. Bagi pembaca agar mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan
mioma uteri sebagaimana mestinya saat melaksanakan asuhan
keperawatan.
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, M.E. (1999) Rencana Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Manuaba, I. (2001) Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
Dan KB. Jakarta : EGC
Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2001.
http://evamarialewedalu.blogspot.com/2012/06/askep-mioma-uteri.html
http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/2011/12/askep-myoma-uteri-terbaru.html
Asuhan Keperawatan Mioma Uterus 20
top related