mikosis superfisialis
Post on 29-Dec-2015
450 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi jamur pada manusia umumnya dan tertuma disebabkan oleh dua kelompok
jamur, yaitu dermatofita (filamen multiseluler atau hifa) dan yeast (bentuk uniseluler yang
replikasinya dengan tunas.1 Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung
dari karakteristik organisme dan host-nya. Referat ini akan fokus pada infeksi jamur superfisial
yang terbatas pada stratum korneum, rambut, dan kuku.2
Mikosis superfisial disebabkan oleh parasit jamur pada keratin yang disebut dematofita
dan terbagi dalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton. Semua
genus ini menginfeksi kulit, rambut, kuku, dan kadang-kadang melibatkan jaringan yang lebih
dalam.3
Trychophyton biasanya mengenai kulit, rambut, dan infeksi kuku. Microsporum
mengenai kulit dan rambut. Epidermophyton mengenai kulit dan kuku.1,4 Dermatofita hanya
menyerang keratin yang menyediakan sumber nutrisi untuk dermatofita dan pertumbuhan
jamur mycelia.2
Dermatofita superfisial diantaranya terdiri dari tinea kapitis, tines kruris, tinea manum,
tinea pedis, onikomikosis, dan tinea imbrikata. Dermatofitosis yang lebih dalam termasuk ke
dalam inflamasi dermatofitosis, tinea barbe, kerion celsi, favus, granuloma trikofitik, misetoma,
dan penyakit dematofitik.2
Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisialis yang menahun yang
menimbulkan erupsi pada kulit yang biasanya berkembang setelah pajanan matahari dengan
makula putih seperti pohon cemara namun coklat pucat pada bagian luarnya sehingga disebut
versikolor atau variasi warna.5
1
Piedra juga termasuk pada infeksi jamur superfisial pada rambut yang ditandai dengan
nodul di sepanjang rambut. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih
disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai
Mikosis puperfisialis yang mencakup definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur.6 Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur
yang terbatas pada stratum korneum, rambut, dan kuku.1,2
2.2 KLASIFIKASI
Infeksi jamur pada manusia umumnya dan tertuma disebabkan oleh dua kelompok
jamur, yaitu dermatofita (filamen multiseluler atau hifa) dan yeast (bentuk uniseluler yang
replikasinya dengan tunas.1 Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung
dari karakteristik organisme dan host-nya.2,8 pada infeksi yeast seperti kandida, sel jamur sendiri
atau terpisah setelah pembelahan yang disebut tunas. Pada sistemik atau yang dalam, infeksi
jamur subkutan menyerang struktur viseral.5
Lebih dalam lagi, infeksi jamur kutaneus kronik, seperti misetoma, kromomikosis, dan
sporotrikosis, muncul setelah inokulasi pada individu. Infeksi jamur sistemik paling sering terjadi
pada infeksi paru primer yang dapat menyebar ke sistem organ secara hematogen ke sistem
multiple organ. Kandidiasis diseminata biasanya timbul pada saluran pencernaan. Infeksi ini
paling sering terjadi pada orang dengan imunokompromais.2
Gambar 1: Perbandingan antara deep mikosis dengan mikosis superfisial, kutan, dan subkutan
3
Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling banyak dijumpai,
disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat
perubahan lingkungan mikro di kulit, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis
dan nondermatofitosis. Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung dari
karakteristik organisme dan host-nya.2,7
MIKOSISSuperfisialis
IntermedietProfunda
Dermatofitosis Non Dermatofitosis Subkutis SistemikTinea kapitis Pitiriasis versikolor
Kandidiasis Aspergillosis
Misetoma AktinomikosisTinea fasialis Piedra (hitam/putih) Kromomikosis NokardiosisTinea barbe Tinea nigra palmaris Sporotrikosis Histoplasmosis
Tinea corporis Fikomikosis subkutan KriptokokosisTinea manus Rinosporodiosis KoksidioidomikosisTinea pedis BlastomikosisTinea kruris Fikomikosis sistemik
Tinea unguium
Jamur yang menyebabkan infeksi ini terdiri dari tiga genus: dermatofita, Candida spp.,
dan Malassezia furfur. Dermatofitosis superfisial diantaranya terdiri dari tinea kapitis, tinea
kruris, tinea manum, tinea pedis, onikomikosis, dan tinea imbrikata. Dermatofitosis yang lebih
dalam termasuk ke dalam inflamasi dermatofitosis, tinea barbe, kerion celsi, favus, granuloma
trikofitik, misetoma, dan penyakit dematofitik. Candida spp., membutuhkan lingkungan yang
lembab dan hangat. Malassezia furfur memerlukan lingkungan mikro yang lembab dan lipid
untuk pertumbuhan.2
Trychophyton biasanya mengenai kulit, rambut, dan infeksi kuku. Microsporum
mengenai kulit dan rambut. Epidermophyton mengenai kulit dan kuku.1,4 Dermatofita hanya
menyerang keratin yang menyediakan sumber nutrisi untuk dermatofita dan pertumbuhan
jamur mycelia.2
Ptiriasis versikolor merupakan mikosis superfisial yang disebabkan oleh Malassezia
furfur yang pada umumnya memberikan gambaran hipopigmentasi berskuama atau makula
4
hiperpigmentasi pada tubuh, termasuk dada, punggung, abdomen, dan ektremitas proksimal.
Area yang jarang terkena diantaranya wajah, kulit kepala, dan genitalia.2
Tinea nigra termasuk ke dalam mikosis superfisialis, biasanya pada stratum korneum
palmar dan disebabkan oleh Hortaea werneckii dan lebih sering di iklim tropis.2,5
Karakteristiknya berupa hiperpigmentasi, ditutupi makula asimptomatik, dengan bercak halus
terutama di telapak tangan, jarang pada telapak kaki atau di tempat lain.1,2
Trichosporon spp. Adalah ragi yang menyebabkan piedra, infeksi superfisial
(T.cutaneum, T. asteroids), dan trichosporonosis invasif pada imunokompromais. Piedra juga
termasuk pada infeksi jamur superfisial pada rambut yang ditandai dengan nodul di sepanjang
rambut. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih(pubis, ketiak, jenggot,
dan alis/bulu rambut) disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5
2.3 DERMATOFITOSIS
Mikosis superfisial disebabkan oleh parasit jamur pada keratin yang disebut dematofita
dan terbagi dalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton. Semua
genus ini menginfeksi kulit, rambut, kuku, dan kadang-kadang melibatkan jaringan yang lebih
dalam.3
Etiologi
Tiga genus pada dermatofita: Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton.2,3
T.rubrum adalah yang paling sering menyebabkan dermatofitosis epidermal dan onikomkosis.
Infeksi T.rubrum dapat terjadi melalui kontak dengan kontaminasi lantai (rumah, tempat
kesehatan, loker atlit, atau kamar hotel). Di Amerika Utara dan Eropa, T. tonsurans adalah
penyebab yang paling sering. Pada orang dewasa di Amerika, T.rubrum menjadi penyebab
paling sering untuk dermatofitosis folikulitis.2
5
Epidemiologi
Anak-anak memiliki infeksi kulit kepala (Trichophyton, Microsporum) dan dewasa muda
memiliki infeksi intertriginosa.Insiden onikomikosis berkorelasi langsung dengan usia; Di AS,
hingga 50% dari individu usia 75 tahun terkena onikomikosis.2
Dewasa kulit hitam memiliki insiden lebih rendah untuk dermatofitosis. Tinea kapitis
lebih sering terjadi pada anak-anak kulit hitam.2
T.rubrum endemic di Asia Tenggara, Afrika Barat, dan Australia. Namun, paling umum
terjadi di Amerika Utara dan Eropa. Jamur yang bersumber dari hewan (zoophilic) menginduksi
peradangan lebih kuat daripada penyebaran dari orang ke orang (anthropophilic). Pada
ringworm pada sapi, seperti boggy swelling dengan inflamasi, pustulasi, dan limfadenopati
sering diduga infeksi bakteri; seperti lesi yang disebut kerion dan terkait kehilangan rambut
yang mungkin permanen.
Tinea di daerah jenggot biasanya disebabkan oleh spesies zoophilic dan menunjukkan
gambaran yang sama (gambar 2). Organisme antrofilik menyebabkan daerah yang botak
berskuama dengan peradangan minimal dan kerusakan rambut 3-4 mm dari kulit kepala. Pada
favus yang disebabkan oleh Trichophyton schoenleini, gambarannya didominasi oleh krusta
kekuningan berbau busuk pada sekitar rambut kulit kepala dan kadang-kadang menyebabkan
jaringan parut (alopesia).3
Gambar 2: Animal Ringworm pada daerah jenggot yang menunjukkan inflamasi boggy dengan pembengkakan (kerion)
6
Klasifikasi
In vivo, Dermatofit hanya tumbuh pada atau di dalam struktur keratin, dan demikian
melibatkan:
- Dermatofitosis epidermis keratinisasi (dermatofitosis epidermal, epidermatomikosis):
Tinea fasialis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis.
- Dermatofitosis kuku (onikomikosis): Tinea unguium. Onikomikosis termasuk infeksi yang
disebabkan oleh dermatofit kuku, ragi, dan jamur.
- Dermatofitosis rambut dan folikel rambut (Trikomikosis): Dermatofit folikulitis,
granuloma Majocchi (trichophytic), tinea kapitis, tinea barbe.
Patogenesis
Dermatofita mensintesis keratinase yang mencerna keratin dan mempertahankan
keberadaan jamur dalam struktur keratin. Imunitas yang diperantarai sel dan aktivitas
antimikroba leukosit PMN membatasi patogenisitas dermatofitosis.2
Faktor pajanan yang memfasilitasi infeksi dermatofit: glukokortikoid atopi, topikal, dan
sistemik, kemudian iktiosis, penyakit vascular kolagen. Faktor local infeksi dermatofit yang
mendukung: keringat, oklusi, paparan dalam pekerjaan, lokasi geografis, kelembapan yang
tinggi (iklim tropis atau semi tropis).2
Gambaran klinis dermatofitosis tergantung pada beberapa factor: lokasi infeksi, respon
imun host, spesies jamur. Dermatofit (T.rubrum) yang memulai respon inflamasi kecil lebih
mampu menyebabkan infeksi kronis. Organisme seperti M.canis menyebabkan infeksi akut
yang berhubungan denganrespon inflamasi cepat resolusi spontan. Pada beberapa individu,
infeksi dapat melibatkan dermis, seperti pada kerion dan granuloma Majocchi.2
7
Pemeriksaan Laboratorium
- Mikroskopik langsung
Gambar 3:
Praparat KOH pada individu dengan dermatofitosis epidermis. Multipel, septa, tabung seperti struktur (hifa atau miselia) dan
pembentukan spora pada individu dengan dermatofitosis epidermis.
- Lampu Wood
Rambut yang terinfeksi Microsporum spp, fluoresensi, kehijauan. Ruangan yang gelap
mempengaruhi lampu Wood.
- Kultur Jamur
Spesimen dikumpulkan dari lesi sisik kulit, rambut, kuku. Sisik dan rambut pada kulit
kepala adalah tempat yang terbaik. Debris keratinisius dan rambut kemudian
ditempatkan di plat kultur jamur. Kultur dilakukan pada media glukosa Sabouraud.
Kultur diulang setiap bulan.
8
Penatalaksanaan
9
2.3.1 TINEA KAPITIS
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit kepala dan berhubungan dengan rambut.
Penyakit ini disebabkan oleh pathogen dermatofitosis dari Trichophyton and Microsporum
kecuali T.concentricum. Yang paling umum di seluruh dunia adalah M.canis. Sisa rambut dan
sisik menunjukkan fluoresensi hijau ketika diperiksa menggunakan lampu Wood.2
Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak. Organisme penyebabnya bervariasi dari
tiap-tiap negara.3 Insiden tinea kapitis sering ditemukan pada anak usia 3-14 tahun, jarang pada
dewasa. Untuk alasan yang tidak diketahui, tinea kapitis lebih banyak pada anak-anak
keturunan Afrika. Transmisinya meningkat pada orang dengan higienis yang kurang, kepadatan,
dan status ekonomi yang rendah. Tempat organismenya berbiak seperti di sisir, topi, sarung
bantal, mainan, dan kursi teater. Karier asimtomatik yang umum membuat tinea kapitis ini sulit
diberantas.2
- Infeksi Ektotrik
Invasi terjadi di luar batang rambut. Fragmen hifa ke artrokonidia, menyebabkan
kerusakan kutikula. Disebabkan oleh Microsporum spp.
10
- Infeksi Endotrik
Infeksi terjadi di dalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula. Atrokonidia ditemukan
dalam batang rambut. Disebabkan oleh Trichophyton spp.
“Black Dot” Tinea kapitis: Variasi endotrik yang menyerupai dermatitis seboroik
Kerion: Variasi dari endotrik dengan plak inflamasi boggy
Favus: Variasi dari endotrik dengan artrokonidia dan rongga udara dalam batang
rambut. Sangat jarang di Eropa dan Amerika Utara. Pada beberapa belahan dunia
(Timur Tengah, Afrika Selatan), masik endemik.
Gambaran ujung folikel rambut yang hitam “black dot” pada tinea kapitis disebabkan
oleh organisme antrofilik endotrik T.tonsurans dan T.violaceum. Setidaknya ini gambaran
inflamasi pada tinea kapitis. Kehilangan rambut mungkin dapat atau tidak terjadi. Penyebaran
skuama biasanya dapat muncul lagi tapi variasi inflamasi dari yang minimal hingga folikulitis
atau furunkel seperti lesi pada kerion. Daerah yang terkena biasanya multiple atau poligonal
dengan batas-batas yang buruk.2
Gambar 4: “Black dot” tinea kapitis yang disebabkan oleh T.tonsurans
11
Gambar 5: Grafik keterlibatan ektotrik dan endotrik rambut
Patogenesisnya, dermatofita ectothrix biasanya menginfeksi perifolikular dari stratum
korneum, menyebar ke sekitarnya dan masuk ke batang rambut pada bagian tengah hingga
akhir anagen sebelum turun ke folikel untuk menembus dinding rambut. Artrokonidia
kemudian mencapai korteks rambut dan diangkut ke atas permukaan. Secara mikroskopik,
hanya ectothrix arthroconidia yang terlihat pada potongan rambut.2
Patogenesis infeksi endosentrik sama, kecuali bahwa arthroconidia tetap dalam batang
rambut, menggantikan keratin intrapilarus dan meninggalkan korteks. Sebagai hasil, rambut
sangat rapuh dan merusak permukaan kulit kepala di mana pendukung dari dinding
folikel hilang, meninggalkan titik hitam kecil. Demikian, “black dot” tinea kapitis diobsevasi.2
Non-inflamasi, Manusia, atau Tipe Epidemik
Gambaran non-inflamasi pada tinea kapitis adalah yang paling sering dengan organisme
ectothrix atau organisme seperti M.audouinii or M. canis. Bentuk tinea kapitis juga dikenal
sebagai bentuk seboroik sekunder dengan sisik menonjol. Inflamasinya sangat minimal. Rambut
di daerah yang terkena berwarna abu-abu dan kusam. Sering tidak terlihat kehilangan rambut. 2
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa
rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Pada pemeriksaan dengan
12
lampu Wood dapat dilihat efloresensi hijau kekuning-kuningan. Lesi biasanya terjadi pada
oksiput. 2,6
Gambar 6: Tinea kapitis yang disebabkan M. audouinii Gambar 7: Tinea kapitis tipe “gray patch”
Tipe Inflamasi
Tipe inflamasi pada tinea kapitis biasanya terlihat pada patogen zoofilik atau geofilik
dengan contoh umum M.canis dan M.gypseum. Inflamasi tinea kapitis merupakan hasil reaksi
hipersensitivitas pada infeksi. Spektrum rentang inflamasi dari folikulitis pustul kerion, yang
merupakan sebuah boggy, pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan rambut yang
rusak dan folikel yang berdarah, bernanah, inflamasi nodul, dan plak. Peradangan ini sering
menyebabkan jaringan parut dan terbentuk alopesia. Rambut biasanya rontok dan dapat ditarik
tanpa rasa sakit. Lesi inflamasi biasanya berupa pruritus dan dihubungkan dengan nyeri
limfadenopati servikal posterior, demam, dan lesi tambahan pada kulit yang gundul.2
Gambar: Kerion pada kulit kepala
Tipe Mikrosporum: 2
13
- Eksotrik spora kecil; batang rambut yang terserang bagian folikel tengah. Hifa
intrapilorus tumbuh ke dalam munuju pangkal rambus. Ekstreapilorus sekunder tumbuh
lebih dari permukaan batang rambut.
- Eksotrik spora besar memiliki pengaturan yang sama
Tipe Trikopiton: 2
- Ektotrik spora besar terbatas pada permukaan luar batang rambut.
- Tipe entotrik; fragmen hifa intrapilorus menuju ke artrokonidia dalam batang rambut,
sehingga rapuh, dengan kerusakan berikutnya dekat dengan permukaan kulit kepala.
Durasi lesi dari minggu hingga bulan. Pada pasien dengan inflamasi tinea kapitis, nyeri,
nyeri tekan, dan/atau alopesia. Dengan infeksi non-inflamasi, sisik, kulit kepala pruritus,
alopesia menyebar atau terbatas atau adenopati auricular posterior. 2
Pemeriksaan fisik terdapat perubahan lesi kulit dan rambut. “Gray patch” pada tinea
kapitis memberikan gambaran alopesia parsial, sering berbentuk lingkaran, menunjukkan
rambut yang banyak patah, abu-abu kusam. Radang minimal. Infeksi M. audouinii, M.
ferrugineum, M. canis memberikan gambaran fluoresensi hijau dengan lampu Wood. 2
Diagnosis banding Tinea kapitis diantaranya adalah dermatitis seboroik, psoriasis,
dermatitis atopi, impetigo dan pustule atau plak psoriasis, bakteri pioderma.2
Pemeriksaan laboratorium. Lampu Wood harus dilakukan pada setiap pasien dengan lesi
kulit kepala atau rambut rontok yang belum tau sumbernya. Pemeriksaan langsung mikroskopik
mencakup akar rambut dan sisik kulit. Kultur jamur pada media Surobaund. 2
Penatalaksanaan:
14
2.3.2 TINEA FASIALIS2
Tinea fasialis adalah dermatofitosis pada kulit wajah yang tidak berambut.
Gambarannya eritematosa sirkumskrip. Penyakit ini lebih sering salah diagnosis disbanding
dermatofitosis lainnya.
T.fasialis lebih banyak terjadi pada anak-anak. T.fasialis disebabkan T.tonsurans yang
dihubungankan dengan tine kapitis pada anak-anak kulit hitam dan T.mentagropites pada
orangtua mereka. T.rubrum yang paling umum; juga M.audouinii, dan M.canis.
Faktor predisposisi berupa paparan hewan, glukokortikoid topikal kronik. Gejala kulit
paling sering asimtomatik. Kadang-kadang pruritus dan fotosensitifitas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi kulit, sikumskrip, makula. Sisik sering sedikit, pink
sampai merah. Pada pasien kulit hitam, hiperpigmentasi. Terjadi pada beberapa area di wajah,
namun biasanya tidak simetris.
15
Gambar: Tinea fasialis. Eritematosa, bersisik, dan krusta Gambar: Tinea fasialis. Plak eritematosa dengan bentuk
NB: asismetris geografis; sisik minimal, namun cukup untuk preparat KOH.
Diagnosis banding: D.seboroik, D.kontak, migrant eritema, Lupus eritematosa, erupsi
papilomorfik, erupsi obat fototoksik, infiltrate limfositik.
Pemeriksaan fisik sama seperti pada dermatofitosis, yaknik pemeriksaan laboratorium
dan kultur. Begitu juga dengan penatalaksanaan, untuk terapi topikal sama seperti
dermatofitosis. Kemudian untuk terapi anti jamur sistemik sama seperti pada tinea manum.
2.3.3 TINEA BARBE2
Tinea barbe adalah dermatofit trikomikosis yang melibatkan daerah janggot dan kumis.
Sangatm irip dengan tinea kapitis dengan invasi dari batang rambut.
Tinea Barbe menurut definisi dapat dilihat pada laki-laki dewasa. Sebagian besar
transmisinya melalui kontaminasi pencukur jenggot, yang insidennya ditingkatkan dengan
sanitasi. Tinea barbe sekarang lebih sering karena terpapar langsung ke sapi, kuda, atau anjing
dan paling sering terlihat di pedesaan pada petani atau peternak.
Tinea barbe paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik T.mentagrophytes dan
T.verrucosum, dan jarang karena M.canis. Di antara organisme antropofilik, T. megninii,
T.schoenleinii, dan T.violaceum dapat menyebabkan tinea barbe pada daerah endemik,
sementara T.rubrum merupakan penyebab yang jarang.
Tinea barbe khasnya unilateral dan lebih sering melibatkan daerah jenggot daripada
kumis atau atas bibir. Ada tiga bentuk:
Tipe Inflamasi
Biasanya disebabkan oleh T.mentagrophytes dan T.verrucosum, inflamasi tinea barbe
analog dengan bentuk kerion pada tinea kapitis. Lesi nodular boggy dengan krusta seropurulen.
Rambut-rambut pada area ini tidak berkilau, mudah rontok, dan terlihat massa pada akarnya. 16
Pustula perifolikuler dapat bergabung membentuk saluran sinus dan abses seperti kumpulan
nanah, dan berakhir dengan alopesia jaringan parut.
Gambar: Tinea barbe, kerion.
Tajam, nodul merah disertai beberapa pustule kekuningan. Permukaannya bengkak. Rambut telah hilang pada nodul ini.
Tipe Superfisial
Disebabkan oleh inflamasi antropofilik, bentuk tinea barbe menyerupai folikulitis
bacterial, dengan eritema difus ringan, papula, dan pustule perifolikular. Rambut yang kusam
dan rapuh mengakibatkan infeksi endotrik denngan T.violaceum sebagai etiologi yang lebih
mungkin daripada T.rubrum.
Gambar: Tinea barbe superfisial
Papula folikuler tersebar dan pustula sering dikelirukan dengan folikulitis S.aureus
Tipe Sirsinata
Seperti tinea sirsinata pada kulit yang tidak berambut, tinea barbe sirsinata terlihat aktif,
ke perbatasan vesikulopustular dengan penyebaran relatif pada rambut.
17
Gambar: Tinea barbe sirsinata memiliki papula kecil, vesikel, dan bersisik
Diagnosis banding tinea barbe diantaranya folikulitis bakterial (sikosis vulgaris), perioral
dermatitis, folikulitis kandida, pseudofolikulitis barbe, akne vulgaris/rosasea, dermatitis kontak.
Pemeriksaan laboratorium sama seperti pada tinea kapitis. Terapi topikal tidak efektif.
Untuk terapi sistemik, lihat manajemen.
2.3.4 TINEA KORPORIS2
Tinea korporis mengacu kepada infeksi dermatofit pada badan, lutut, lengan, dan/atau
leher. Tidak termasuk kaki, tangan dan pangkal paha.
Tinea korporis dapat terjadi melalui transmisi dari manusia atau hewan, tempat
oragnisme berbiak,atau melalui autoinokulasi pada kolonisasi kaki seperti T.rubrum. Anak-anak
lebih mungkin terkena pathogen zoofilik, terutama M.canis dari anjing atau kucing. Iklim yang
hangat dan lembab akan memperparah penyakit ini. Namun untuk onset terjadi pada semua
usia. Penyakit ini lebih umum di daerah tropis dan subtropis.
Untuk periode inkubasi, hari hari sampai bulan. Durasi dari minggu, bulan, dan tahun.
Sering tanpa gejala. Kalaupun ada, biasanya berupa pruritus ringan.
Pada pemeriksaan fisik, lesi kulit kecil (gambar 10,11) hingga besar (gambar 12), bersisik,
dengan atau tanpa pustula atau vesikel, biasanya tajam. Pembesaran perifer dan sentral
(gambar 11) menghasilkan konfigurasi cincin dengan cincin kosentris atau lesi arkuata. Satu
atau kadang-kadang beberapa lesi tersebar, bula, lesi granuomatosa (granuloma Majocchi)
18
(gambar 13). Plak psoriasiform (gambar 12). Lesi verukosa. Lesi infeksi zoofilik (dari binatang)
lebih bersifat inflamasi, dengan ditandai adanya vesikulasi dan krusta pada tepinya, bula.
Gambar: Tinea korporis
Inflamasi plak anular pada paha medial. Tipe lesi inflamasi ini terlihat pada infeksi dermatofit zoofilik dan dengan penggunaan
glukokortikoid topikal
Gambar: Tinea korporis
Akut dan subakut. Multipelm merah terang, tepi lesi batas tegas dengan sisik yang minimal. Durasi beberapa minggu pada
badan anak. Terdapat tiga lesi yang lebih bersifat inflamasi dan lebih tebal. M.canis diisolasi pada kultur jamur yang telah
terpapar hewan peliharaan
19
Gambar: Tinea korporis
Kronik, batas tegas, plak hiperpigmentasi. Durasi berbulan-bulan pada punggung, pantat, dan paha. Lesi memiliki gambaran
psoriasiform. Dihubungkan dengan tinea kruris dan tinea pedis.
Gambar: Dermatofit Folikulitis: Granuloma Majocchi
Dermatofitosis epidermal pada pubis dan inguinal dengan nodul inflamasi yang dihubungkan dengan infeksi pada folikel rambut
Diagnosis banding: Dermatitis kontak alergi, dermatitis atopi, eritema anular, psoriasis,
dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, pitiriasis alba, pitiriasis versikolor, migran eritema, subakut
lupus eritematosa, dan jamur mikosis.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mikroskopik direk dan kultur.
Penatalaksaan dengan anti jamur. Untuk terapi topikal, sesuai penatalaksanaan
dermatofitosis. Untuk terapi anti jamur sistemik sesuai dengan penatalaksanaan tinea manum.
2.3.5 TINEA MANUM2
20
Tinea manum adalah dermatofitosis kronis pada tangan, sering unilateral, paling sering
terjadi di tangan yang dominan dan biasanya berhubungan dengan tinea pedis.
Durasinya dari bulan hingga tahun. Gejalanya simtomatik, pruritus, nyeri jika terdapat
infeksi sekunder atau pecah-pecah. Tipe Dishidrotik: gejala episodic pada pruritus.
Pada pemeriksaan fisik terdapat lesi kulit yang hyperkeratosis dan bersisik pada lipatan
palmar, fisura pada palmar (gambar). Seringkali meluas ke dorsum tangan dengan papul
folikular, nodul, pustule dengan folikulitis dermatofit.
Gambar: Tinea manum
Eritema dan skuama pada tangan kanan, yang dihubungankan dengan tinea pedis bilateral; gambaran khas
“satu tangan, dua kaki” pada dermatofitosis epidermal pada tangan dan kaki.
Kadang-kadang, terjadi onikomikosis subungual distal/lateral pada jari kuku.
Tipe Dishidrotik:
Papula, vesikel, bula (jarang pada lesi batas tegas) pada telapak tangan dan lateral jari, mirip
dengan lesi bulosa tinea pedis.
Perubahan sekunder:
Liken simpleks kronis, nodul prurigo, impetiginisasi.
Distribusi:
21
Hiperkeratosis difus pada telapak tangan dengan keterlibatan lipatan palmar atau sisik yang
merata pada dorsal dan sisi jari; 50% pasien unilateral (gambar). Biasanya berhubungan dengan
tinea pedis, tinea kruris. Jika kronis, sering dihubungkan dengan tinea unguium pada kuku.
Diagnosis banding berupa eritema/tangan bersisik: Dermatitis atopik, liken simplek
kronik, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, psoriasis vulgaris, karsinoma sel
skuamosa in situ.
Penatalaksanaan:
Pencegahan harus dengan membasmi tinea unguium pada kuku tangan serta kuku kaki;
juga pada tinea pedis dan tinea kruris, jika tidak, tinea manum akan terulang lagi.
Penggunaan anti jamur sesuai penatalaksanaan dermatofitosis. Karena tebalnya stratum
korneum palmar, dan terutama jika dihubungkan dengan tinea unguium pada jari tangan, tinea
manum mustahil disembuhkan dengan terapi topikal. Maka digunakanlah terapi oral untuk
memberantas dermatofitosis pada tangan kaki, dan kuku:
Terbinafine : 250 mg sekali sehari selama 14 hari
Itraconzole : 200 mg sekali sehari selama 7 hari
Flukonazol: 150-200 mg sekali sehari selama 2-4 minggu
2.3.6 TINEA KRURIS2
Tinea kruris adalah dermatofitosis subakut atau kronis pada selangkangan, daerah
kemaluan, dan paha. Disebut juga “Jock Itch.”
Onsetnya pada usis dewasa. Pria lebih banyak daripada wanita. Etiologinya T.rubrum,
T.mentagrophytes. Faktor predisposisi pada lingkungan yang lembab: pakaian ketat yang
digunakan oleh laki-laki; obesitas. Penggunakan glukokortikoid topikal kronis. Memiliki riwayat
tinea pedis dan riwayat tinea kruris sebelumnya.
Gejala di kulit biasanya tidak ada. Pada beberapa orang, pruritus menyebabkan pasien
untuk berobat.
22
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi yang biasanya berhubungan dengan tinea pedis,
tinea unguium kuku kaki. Besar, bersisik, batas plak merah/coklat/coklat kusam (gambar).
Papul, pustul, berbatas tegas. Lesi yang diobati: sisik berkurang; hiperpigmentasi setelah
inflamasi pada orang yang erbkulit gelap. Pada atopic, garukan yang kronis dapat menghasilkan
perubahan sekunder pada liken simplek kronik.
Gambar: TInea Kruris
Konfluen, eritematosa, plak berskuama pada paha medial, lipatan inguinal, dan daerah kemaluan. Batasnya tegas. Eritrasma
harus disingkirkan dengan pemeriksaan lampu Wood.
Diagnosis banding berupa eritema/ sisik di selangkangan: Eritrasma, intertrigo, kandida
intertrigo, gambaran psoriasis terbalik, pitiriasis versikolor, histiositosis sel Langerhan.
Penatalaksanaan:
Pencegahan. Setelah pengobatan tinea kruris, tinea pedis, dan tinea unguium, reinfeksi
dapat diminimalkan dengan menggunkan alas kaki ketika menggunakan fasilitas umum atau di
rumah (jika anggota keluarga ada yang terinfeksi), mandi menggunakan bubuk anti jamur,
benzoil peroksidase.
Anti jamur topikal sesuai manajemen. Untuk yang sistemik digunakan jika berulang, jika
dermatofitosis folikulitis muncul, atau jika telah gagal menggunakan terapi topikal. Lihat “Tinea
Manum.”
2.3.7 TINEA PEDIS
23
Tinea pedis (Athlete’s foot) adalah infeksi dermatofit pada kaki, ditandai dengan
eritema, sisik, maserasi, dan atau bula. Dalam kebanyakan kasus dermatofitosis epidermis,
infeksi terjadi pada awalnya di kaki, dan pada waktunya akan menyebar ke bagian inguinal
(tinea kruris), badan (tinea korporis), tangan (tinea manum). Tinea pedis sering disertai infeksi
sekunder pada bakteri, seperti S.aureus atau Streptococcus group A (GAS) sehingga terjadi
selulitis atau limfangitis.2,7
Menurut usia, terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa muda. Paling umum, 20
sampai 50 tahun. Menurut jenis kelamin, pria lebih banyak pada wanita. Faktor predisposisi:
cuaca panas, lembab, penekanan alas kaki, keringat yang berlebihan.2
Transmisi terjadi bila berjalan tanpa alas kaki di lantai yang telah terkontaminasi.
Artrospora dapat bertahan pada manusia dalam 12 bulan.2
Durasi dari bulan sampai tahun. Seringkali memiliki riwayat tinea pedis sebelumnya,
tinea unguium pada jari kaki, dan akan meningkat pada iklim panas.2
Gejala di kulit sering asimtomatik. Pruritus. Nyeri dengan infeksi bakteri sekunder.
Pada pemeriksaan fisik terdapat lesi di kulit.2
Tipe Interdigital:2,7
Dua pola: (1) sisik kering (gambar 3) dan (2) maserasi, mengelupas, fisura di antara jari
kaki (gambar 4). Hiperhidrosis umum. Gambaran yang paling umu: antara jari IV dan V. Infeksi
dapat menyebar ke daerah sekitar kaki.
Gambar 3: Tinea pedis TipeKering Interdigital
24
Ruang interdigital antara jari kaki menunjukkan adanya eritema dan sisik, kuku kaki menebal, indikasi terkait onikomikosis
subungual
Gambar 3: Tinea pedis Tipe Maserasi Interdigital
Terdapat ruangan antara jari kaki IV dan V yang hiperkeratotik dan maserasi pada individu yang hitam dengan keratoderma
plantar dan hiperhidrosis. Rona kehijauan disebabkan oleh Pseudomonoas aeruginos. Eritrasma juga terjadi pada intertriginosa
yang lembab dan mungkin terjadi bersamaan dengan tinea pedis interdigital danatau Pseudomonas intertrigo.
Tipe Moccasin2,7
Eritema dengan papul pada tepinya, sisik putih halus, dan hyperkeratosis (gbr 5,6). Tipe
moccasin: Terjadi pada tumit, telapak kaki, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal
dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Distribusi
melibatkan daerah yang dicakup oleh sepatu balet. Salah satu atau kedua kaki terkena dengan
berbagai pola; lebih umum bilateral.
Gambar 5: Tinea pedis Tipe Moccasin
Eritema plantar kaki dengan keratoderma ringan yang dihubungkan dengan onikomikosis subungual distal/lateral, khas dari
infeksi T.rubrum.
25
Gambar 6: Tinea Pedis Tipe Moccasin
Hiperkeratosis dan sisik pada dorsal kaki terjadi pada bagian kaki yang ditutupi oleh sandal; terkait dengan onikomikosis
subungual distal/lateral, khas pada infeksi T.rubrum
Tipe Inflamasi/Bulosa2
Vesikel/bula berisi cairan jernih (gambar 7). Nanah biasanya menunjukkan infeksi
sekunder S.aureus atau Streptococcus group A. Setelah pecah, terjadi erosi dengan pinggiran
sepeti cincin. Mungkin dihubungkan dengan reaksi “id” (autosensitisasi atau dermatofit).
Distribusi: telapak kaki, punggung kaki, sela jari kaki.
Gambar 7: Tinea Pedis Tipe Bulosa
Ruptur vesikel, bula, eritema, dan erosi pada aspek plantar jari kaki yang besar. Hifa terdeteksi pada preparat KOH. Pada
beberapa kasus, onikomikosis dapat terjadi pada infeksi T.mentagrophytes
Tipe Ulseratif2
26
Perpanjang tinea pedis interdigital ke kaki bagian dorsal dan plantar. Biasanya terjadi
pada komplikasi infeksi bakteri.
Diagnosis banding tipe interdigital: Eritrasma, impetigo, keratolisis, Intertrigo kandida,
infeksi Pseudomonas aeruginosa, infeksi celah jari kaki. Untuk diagnosis banding tipe moccasin:
Psoriasis vulgaris, dermatitis eksematosa (dishidrotik, atopik, kontak alergi), bintik-bintik
keratolisis, variasi keratoderma. Sementara, diagnosis banding tipe inflamasi/bulosa: Impetigo
bulosa, dermatitis kontak alergi, eksim dihidrotik, penyakit bulosa.2
Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan mikroskopik direk. Pada tipe bulosa,
pemeriksaan untuk mendeteksi hifa. Pada pemeriksaan lampu Wood menyingkirkan eritrasma
pada infeksi interdigital. Eritrasma dan tinea pedis interdigital dapat hidup bersama.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan kultur jamur atau bakteri.2,7
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan hifa pada pemeriksaan mikroskopik
direk, isolasi dari kultur dematofita.7
Penatalaksanaan:
27
2.3.8 TINEA UNGUIUM2,7
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Terbagi
dalam tiga bentuk klinis:
- Bentuk subungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal
dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka
permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang
menyerupai kapur.
Gambar: Onikomikosis subungual distalis
- Leukonikia trikofita
Disebut juga leukonikia mikotika. Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia
atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen
jamur. Kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton mentagrophytes sebagai
penyebabnya.
Gambar: Leukonikia trikofita
- Bentuk subungual proksimalis
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh,
28
sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai
dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih
sering diserang daripada kuku tangan.
Gambar: Onikomikosis subungual proksimalis
Diagnosis banding tinea unguium di antaranya adalah psoriasis, eksema tangan, liken
planus.
Pemeriksaan dengan KOH, biopsy kuku, dan kultur jamur (dengan atau tanpa
antimikroba) sangat berguna.
Penatalaksanaan sesuai dengan penatalaksaan pada dermatofitosis.
2.4 NON DERMATOFITOSIS
2.4.1 PITIRIASIS VERSIKOLOR
Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisial kronik yang disebabkan oleh
Malassezia furfur, biasanya asimtomatik, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih
sampai coklat hitam, terutama meliputi badan.2,3,4,7 Kadang-kadang dapat menyerang ketiak,
lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut.7
Pitiriasis versikolor juga disebut tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver
spots,tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panau.7
Etiologi dari penyakit ini adalah M.furfur (sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum
ovale, P.orbiculare) yang merupakan ragi lipofilik yang biasanya berada pada keratin kulit dan
folikel rambut pada individu pada masa pubertas dan seterusnya.2
29
Patogenesisnya, pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya
pitiriasis versikolor ialah P.orbiculare yang berbentuk bulat atau P.ovale yang berbentuk oval.
Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya,
misalnya suhu, media, dan kelembapan. M.furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor
predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di
antaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena factor suhu, kelembapan udara, dan
keringat.7
Gejala kilinis, kelainan kulit terdapat bercak berwarna-warni, kecoklatan atau
depigmentasi, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak tersebut
berfluoresensi bila dilihat menggunakan lampu Wood. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga
adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang
penderita merasa gatal ringan.3,7 Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau
kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan
penderita. Penyakit ini sering dikeluhkan remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua
tidak luput dari infeksi.7
(a) (b) (c)
Gambar: Pitiriasis versikolor
(a) Multipel, dari ukuran kecil hingga sedang, macula hipopigmentasi pada punggung dari penderita berkulit putih
(b) Makula coklat dengan tepi yang jelas pada badan. Sisik halus terlihat jelas bila lesi mengelupas pada sediaan mikroskopik
(c) Folikular, makula hipopigmentasi pada dada atas dari penderita berkulit hitam
30
Diagnosis ditegakkan atas gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan
lampu Wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi kulit dapat dilihat pada pemeriksaan lampu
Wood berwarna kuning keemasan dan sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20%
terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.7
Gambar: Malassezia furfur: sediaan KOH
Ragi bulat dan bentuk pseudohifa memanjang sehingga disebut “spageti dan bakso”
Penatalaksanaan:
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu
Wood dan sediaan langsung negatif.7
2.4.2 PIEDRA
31
Piedra adalah infeksi jamur asimtomatik pada batang rambut juga dikenal sebagai
trichomycosis nodularis. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih
disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5
Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan
keluhan. Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil
sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba,
teraba kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir, terdengar suara metal
(klik).7
Piedra hitam hanya ditemukan di daerah tropis tertentu, merupakan penyakit endemis
di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang rambut
kepala. Jamur ini menyerang rambut hanya di bawah kutikel, kemudian membengkak dan
pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan hitam.7
Piedra putih lebih jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang, hanya sekali-
sekali ditemukan di daerah tropis. Infeksi ini menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna
coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. Diperkirakan bahwa Trichosporon beigelii
hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak.7
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan didukung oleh pemeriksaan sediaan
langsung dan biakan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memotong rambut yang terkena infeksi atau
mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari.
2.4.3 TINEA NIGRA PALMARIS
Tinea nigra adalah dermatomikosis superficial yang biasanya terjadi pada palmar
stratum korneum, disebabkan oleh Hortaea werneckii.2
Tine nigra biasanya terjadi di daerah tropis dan subtropics, termasuk Amerika Tengah
dan Selatan, Afrika, dan Asia.2,7
32
Tinea nigra dapat ditemukan pada orang sehat dengan gambaran yang asimtomatik.2
Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan sekali-sekali bersisik.7
Gambar: Tinea nigra Palmaris
Bentuk ireguler, macula berwarna hitam kecoklatan pada palmar yang disebabkan Hortaea werneckii
Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan sediaan langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, bersekat ukuran 1,5-3 u, berwarna coklat muda hingga hijau tua. Biakan pada agar Sabouraud (suhu kamar) menghasilkan koloni menyerupai ragi dan koloni filamen berwarna hijau tua atau hitam.
Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus pigmentosus, dan kulit yang eterkena zat kimia, misalnya perak nitrat.
Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obatan jamur konvensional, misalnya salap salisil furfur, salap Withfield, dan iodine tincture, atau anti jamur azol.2,7 Pengobatan harus dilanjutkan selama 2 hingga 4 minggu setelah klinis untuk mencegah kekambuhan. Ketokonazol dua kali sehari kuratif, seperti itrakonazole dan miconazole atau terbinafine satu kali sehari. Bagaimanapun, terapi sistemik jarang diindikasikan.2
Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberi keluhan pada penderita kecuali keluhan estetik, kalau tidak diobati penyakit ini akan menjadi kronik.7
33
BAB III
PENUTUP
Mikosis terdiri dari mikosis superfisialis, mikosis intermediet, dan mikosis profunda.
Insiden mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas.
Mikosis superfisialis terdiri dari dermatofitosis dan non dermatofitosis. Dermatofitosis
terbagi lagi atas tinea kapitis, tinea fasialis, tinea barbem tinea korporis, tinea manus, tinea
pedis, tinea kruris, dan tinea unguium. Sementara untuk non-dermatofitosis terdiri atas
pitiriasis versikolor, piedra (itam/putih), dan tinea nigra palmaris.
Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena letak
infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam
epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non-
dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena
dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut,
kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.
Pada beberapa penyakit pada mikosis superfisialis didapatkan keluhan yang asimtomatik
sehingga harus teliti dalam penanganan. Karena, bila tidak ditangani dengan baik makan akan
menjadi kronik.
34
top related