metode proyek teti
Post on 30-Jun-2015
546 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH DASAR-DASAR DAN PEMBELAJARAN FISIKA I
DISUSUN OLEH:
Teti Septiana
(06081011034)
Dosen Pengasuh :M. Yusuf. M,Pd
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
Metode Proyek( unit)
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian bahwa prestasi belajar
siswa bukan hanya ditentukan oleh program di sekolah, tetapi ditentukan pula
oleh kegiatan belajar di luar sekolah atau di rumah.
Dalam proses pembelajaran yang diterapkan saat ini kebanyakan masih
belum menunjukkan hasil yang memuaskan, upaya guru ke arah peningkatan
kualitas proses belajar mengajar belum optimal, metode, pendekatan, dan evaluasi
yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak
negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. Disamping
itu, masih ada kenyataan yang menunjukkan bahwa pendidikan kita dewasa ini
lebih memaksakan kepada peserta didik, dan lebih melaksanakan informasi
tekstual dari pada mengembangkan kemampuan membudayakan belajar dan
membangun individu belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan
pengendali dari aktivitas siswa dalam belajarnya. Cara seperti ini, akan
menghambat kreativitas siswa dalam melakukan kegiatan matematika sehingga
kegiatan pembelajaran dan evaluasi menjadi kurang efektif, kurang efisien,
kurang menantang, dan kurang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Untuk itu seorang guru harus menerapkan berbagai macam metode, strategi,
maupun model-model pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih
menarik, salah satu metode mengajar yang dapat digunakan adalah metode
proyek.
Pembahasan
Salah satu model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis
proyek (PBP). PBP berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin,
memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas
bermakna lainnya, students’ centered, dan menghasilkan produk nyata. Ada empat
karakteristik PBP, yaitu isi, kondisi, aktivitas, dan hasil
Istilah proyek diambil dari manual arts (pekerjaan tangan), di mana siswa
harus menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang disebut proyek dimaksud “any
wholehearted” ”lifelike” ”activity” apakah itu membuat sandiwara, mengadakan
karyawisata atau menikmati hasil-hasil kesenian. Yang pokok dalam metode
proyek ialah “the active purpose of the learner”. Siswa itu sendiri harus
menerima proyek itu dan melaksanakannya. Kalau siswa sedang membuat
jembatan atas perintah guru, itu bukan suatu proyek. Sebaliknya jika siswa
membaca buku didorong oleh keinginan mencari atau memahami sesuatu, itu
termasuk proyek.
Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997: 70) mengemukakan bahwa metode proyek
(unit) adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang
bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.
Sedangkan menurut Roestiyah (1994: 81) metode proyek berarti rencana, suatu
problem atau kesulitan, dan bentuk pengajaran dimana murid mengelola sendiri.
Metode proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau
kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan
perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi.(Dahar, R.W, 1986: 16 ).Dalam
pelaksanaan proyek gaya gesek, para siswa secara berkelompok merencanakan
dan melakukan penelitian di lapangan dan laboratorium yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah. Selain
itu mereka melakukan kajian teori melalui beberapa buku fisika, melakukan
diskusi dan menyusun laporan.
Menurut J. Mursell (Sugimal, 2006: 13) metode proyek mempunyai empat
aspek dalam pelaksanaannya:
1. Menentukan tujuan.
2. Merencanakan.
3. Melaksanakan.
4. Menilai.
Keempat aspek itu terdapat dalam kegiatan siswa guna mencapai tujuannya.
Siswa dapat memilih proyek sebagai bagian dari persyaratan-persyaratan atau
sebagai pekerjaan pengayaan dalam suatu pelajaran.
Penugasan (proyek) merupakan tugas yang menyenangkan sekaligus
menantang, karena dalam melaksanakan proyek tersebut siswa perlu menuangkan
segala kemampuan yang dimilikinya serta pengalaman belajar yang dapat
menunjang pelaksanaan proyek tersebut. Dengan mengerjakan proyek,
pengetahuan siswa akan meningkat. Selain itu, kreativitas siswa akan
berkembang.
Dalam melaksanakan proyek siswa secara berkelompok dan bekerjasama
dengan rekan sekelompoknya. Dengan demikian, hubungan sosial dan rasa
solidaritas dengan sesama siswa dapat terlatih.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode proyek akan menghasilkan suatu
hasil proyek yang dapat diamati secara langsung (nyata). Siswa akan melaporkan
penemuannya dengan tertulis, lisan atau dalam beberapa bentuk penyajian lain di
depan kelas, kelompok belajar atau guru. Metode ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk sangat kreatif, selain itu, dengan mempresentasikan laporan
hasil proyek, dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi.
Metode proyek membawa perubahan esensial dalam kegiatan siswa. Belajar
dengan baik tidak tercapai dengan cara penyajian yang bagaimanapun baiknya.
Belajar dengan hasil baik hanya tercapai dengan membangkitkan kemauan dan
kegiatan siswa untuk belajar.
Tabel 01
Karakteristik utama pembelajaran berbasis proyek
I. ISI: memuat gagasan yang orisinil
1. Masalah kompleks
2. Siswa menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan
3. Siswa berhadapan pada masalah yang ill-defined
4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan masalah dunia nyata
II. KONDISI: mengutamakan otonomi siswa
1. Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat
2. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien
3. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri
4. Mensimulasikan kerja secara profesional
III. AKTIVITAS: investigasi kelompok kolaboratif
1. Siswa berinvestigasi selama periode tertentu
2. Siswa melakukan pemecahan masalah kompleks
3. Siswa memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya
untuk mengkonstruksi keterampilan baru
4. Siswa menggunakan teknologi otentik dalam memecahkan
masalah
5. Siswa melakukan umpan balik mengenai gagasan mereka berdasarkan respon
ahli atau dari hasil tes
IV. HASIL: produk nyata
1. Siswa menunjukan produk nyata berdasarkan hasil investigasi
mereka
2. Siswa melakukan evaluasi diri
3. Siswa responsif terhadap segala implikasi dari kompetensi yang
dimilikinya
4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi sosial, manajemen pribadi, regulasi
belajarnya.
Dalam PBP, proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang
berfokus
pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau
kebutuhan masyarakat atau industri lokal. PBP memiliki potensi yang amat besar
untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi usia
dewasa: siswa SMA, mahasiswa, atau pelatihan tradisional untuk membangun
keterampilan kerja (Gaer,1998). Dalam PBP, siswa menjadi terdorong lebih aktif
dalam belajar, guru hanya sebagai fasilitator, guru mengevaluasi produk hasil
kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang
dikerjakan.
Menurut Ahmadi (1997) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode proyek sebagai berikut:
1. Penyelidikan (exploration)
Guru mengajukan pertanyaan lisan, memberi keterangan singkat serta
mengetes para pelajar mengenai pengetahuan mereka tentang mata pelajaran yang
akan dipelajari.
2. Penyajian bahan baru (presentation)
Dengan metode ceramah, guru memberikan garis besar tentang bahan pelajaran.
3. Asimilasi/pengumpulan keterangan atau data
Para pelajar mencari informasi, keterangan atau fakta-fakta untuk mengisi
pokok-pokok yang penting. Dalam langkah ini pelajar mencari data dari sumber-
sumber unit (resource unit = sumber yang berisi berita, fakta, informasi dan
sebagainya tentang unit yang sedang dipelajari).
4. Mengorganisasikan data (organization)
Dalam langkah ini, pelajar dibawah pimpinan guru aktif
mengorganisasikan data, fakta dan informasi, missal menggolongkan data,
mengolah data untuk mengambil kesimpulan. Daya berpikir dan daya
menganalisis memainkan peran penting dalam langkah ini.
5. Mengungkapkan kembali (recitation)
Para pelajar mempertanggungjawabkan atau menyajikan hasil yang
diperolehnya. Laporan pertanggungjawaban ini dapat dilakukan dengan lisan
maupun tertulis atau keduanya.
Dalam mengerjakan proyek, siswa dapat berkolaborasi dengan guru satu
atau dua orang, tetapi siswa melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif
antara 4-5 orang.Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan
oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan
membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa,
dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi.
Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa
merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan
hidupnya. Di samping itu, keterampilan esensial tersebut sangat mendukung
mereka ketika terjun di dunia kerja. Oleh karena hakikat kerja proyek adalah
kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut seyogyanya ditujukan
untuk semua tim.
PBP dapat diterapkan untuk semua bidang studi. Implementasi model PBP
mengikuti lima langkah utama, sebagai berikut.
(1) Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-
indikator berikut: (a) memuat gagasan umum dan srisinil, (b) penting dan
menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan
berbagai gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.
(2) Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi
indikatorindikator berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan
masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry
dalam konteks masyarakat, (d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan
efesien, (e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja
secara professional
(3) Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan
merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (3)
observasi, (4) interview, (5) merekam, (5) mengunjungi obyek yang berkaitan
dengan proyek, (6) akses internet.
(4) Memeroses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memeroses aktivitas
meliputi antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (3) menghitung ,
(d) mengenerate, (e) mengembangkan prototipe.
(5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkha
yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b)
menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c)
mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah diperoleh,
(d) melakukan daur ulang proyek yang lain, (e) mengklasifikasi hasil terbaik.
Metode proyek juga memiliki ciri pengajaran berbasis masalah,
salah satu diantaranya adalah didahului dengan menentukan masalah
seperti pendapat Rooijakkers (1991: 90) "bahwa pengajar terlebih dahulu
menentukan suatu pokok masalah kemudian murid mengerjakannya. Disitu
pengajar bertindak sebagai pengawas, sedangkan murid harus mencari hal
yang dapat mereka ketahui dari pokok masalah itu. Secara bersama- sama
murid menyusun tata kerja yang diperlukan, mencari sumber-sumber
keterangan, membagi tugas dan mengerjakannya"
Jadi suatu proyek dapat dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut:
diawali dengan pengajar mengajukan sejumlah masalah yang harus dipecahkan
melalui kerja proyek, sebelum pembentukan kelompok setiap siswa dapat
mententukan pokok masalah, misalnya dengan dasar minat siswa. Selanjutnya
siswa membentuk kelompok kecil, berdiskusi menentukan langkah penyelesaian
masalah. Bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun cara kerja dalam
proyeknya. Selain hal itu siswa mencari sumber berupa buku-buku tertentu
yang diperlukan. atau menggunakan teknologi komunikasi (misalnya :internet).
Setelah menyiapkan alat, mereka mengadakan penyelidikan dan
mengumpulkan segala hal yang dipandang penting bagi masalah tersebut.
Setelah proyek dilaksanakan siswa menyusun laporan tertulis dan melakukan
publikasi dari hasil penyelesaian masalah, misalnya disampaikan dalam suatu
wawancara atau mengadakan pameran., majalah dinding ataupun acara tanya
jawab di kelas mereka.
Untuk menimbulkan minat siswa dalam mengerjakan proyek dapat
dilakukan usaha antara lain mengundang sukarelawan di antara siswa untuk
mengerjakan suatu proyek, dengan harapan siswa lain akan tertarik untuk
melakukan hal-hal yang sama, memperlihatkan kepada siswa contoh-contoh
hasil proyek dari siswa angkatan sebelumnya pada awal tahun ajaran serta
membentuk kelompok karya ilmiah remaja di sekolah.
Penyelesaian suatu proyek memerlukan waktu cukup banyak, oleh
karena itu untuk menerapkan metode proyek ini guru perlu mencari cara untuk
memanfaatkan waktu luang siswa secara bijaksana, misalnya pada saat menjelang
libur antar semester. Bentuk dan garis besar laporan suatu proyek dapat
ditentukan sendiri oleh siswa misalnya berdasarkan modifikasi dari kerangka
laporan berikut yang tata penulisannya mencakup antara lain: judul,
pendahuluan, materi, metode dan hasil penelitian, hasil diskusi atau
pembahasan dan kesimpulan.
Laporan akan lebih baik bila disertakan lampiran berupa bukti pendukung
dan alasan yang mendasari kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih lanjut
Guna mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa, maka hasil dari proyek
ini perlu dikemukakan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menyelenggarakan pameran biologi., mempresentasikan di depan teman-teman
sekelas. Atau dapat pula mendemontrasikan hasil proyek di depan teman-teman
bila ada kesempatan dapat pula mempublikasikan dalam majalah ilmiah. Atau
mengikutsertakan hasil proyek pada lomba karya ilmiah. Untuk memperoleh
penghargaan setempat dan secara langsung, maka hasil proyek siswa perlu
dievaluasi guru
Penerapan metode proyek dapat mendorong tumbuhnya kreativitas bagi
sebagian besar siswa sehingga mampu meraih suatu prestasi pada perlombaan
ataupun pameran. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar, R.W. (1986 ), sebagai
berikut "Pada siswa yang kreatif biasanya dihasilkan karya yang baru dan asli,
bahkan mungkin saja memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Keberhasilan karya siswa dalam suatu proyek yang dibuatnya
sendiri, memberikan kepada siswa suatu kebanggaan tersendiri dan
menaikkan rasa percaya diri" Ini berarti kebanggaan akibat prestasi yang
baik ini akan mendorong siswa untuk melangkah lebih maju dalam proyek
berikutnya, sehingga secara tak langsung ia telah berhasil mengembangkan
konsep-konsep yang dimilikinya dari berbagai bidang studi yang telah
dipelajarinya. Rasa bangga ini akan lebih dikukuhkan apabila hasil karya
siswa dalam proyek ini dipublikasikan. Melalui metode proyek siswa dapat
bertindak lebih leluasa dan dapat menyalurkan bakatnya masing-masing secara
mandiri, tanpa mendapat rintangan untuk melakukan hal yang sama dengan
teman-temannya sekelas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya telah
menyusun persiapan mengajar yang dituangkan dalam bentuk skenario
pembelajaran. hal itu berarti guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam
mengembangkan kompetensinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek memiliki
keunggulan, .dapat memotivasi minat siswa dalam bidang IPA, mengembangkan
keingintahuan ilmiah siswa , mengembangkan teknik pamecahan masalah,
memajukan pemikiran mandiri siswa dan pola berpikir kritis, mengembangkan
apresiasi siswa untuk kerja ilmiah sehingga prinsip ilmiah lebih berarti, menolong
pengembangan setiap individu semaksimal mungkin dan menumbuhkan rasa
percaya diri. Selain melatih siswa mengembangkan teknik pamecahan masalah,
melalui metode proyek, guru memberikan kesempatan siswa untuk
mengembangkan pola berpikir kritis oleh karena itu sebaiknya dalam
melaksanakan proyek guru tidak terlalu dominan, pemberian bimbingan perlu
dibatasi, sehingga kreativitas siswa lebih berkembang Metode pemecahan
masalah haruslah ditentukan oleh siswa sendiri tanpa rintangan dari guru.
Metode ini memantapkan pengetahuan yang diperoleh anak didik. Menyalurkan
minat dan melatih anak didik menelaah suatu materi pelajaran dengan wawasan
yang lebih luas
KEUNTUNGAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997) meneliti sejumlah artikel tentang
proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap
guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang
bagaimana keberhasilannya. Atribut keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak
yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha
keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam
kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar
dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya
bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya
untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis
proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks
3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa
belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa
yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang
kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
5. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas
dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
6. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pengetahuan yang diperoleh fungsional.
8. Anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama.
9. Anak-anak bertanggung jawab penuh pada pekerjaannya
Kekurangan Metode Proyek
1. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal
maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
2. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode
ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum
siap untuk ini.
3. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
4. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit
yang dibahas.
Kapan Diimplementasikan?
Penerapan metode proyek dalam pembelajaran tetap dikolaborasikan dengan
metode pembelajaran yang lain mengingat pelaksanaan metode proyek
membutuhkan waktu yang cukup lama. Proyek dan penyelidikan dapat melibatkan
siswa secara individual atau kelompok kecil 2 sampai 4 siswa bekerja sama.
Tugas-tugas seharusnya membutuhkan waktu 2-3 munggu. Proyek yang bersifat
lebih substansial dapat memakan waktu 1-2 bulan. Akan tetapi waktu ideal untuk
suatu proyek adalah 4-5 minggu.
Siswa dapat dilibatkan dalam proyek dan penyelidikan sepanjang pelajaran.
Dalam memberikan suatu proyek, mulailah dari tugas-tugas yang sederhana, dan
secara berangsur ke tugas yang lebih rumit.
Bagaimana Mengevaluasi Proyek?
Proyek dapat dievaluasi secara holistik maupun analisis. Penilaian holistik
diberikan berdasarkan kepada proyek secara keseluruhan. Sebagai contoh guru
dapat membaca dan mengevaluasi sampel proyek untuk menentukan rentang
kinerja, mungkin 3-5 kategori dapat dibuat.
Penilaian analisis memerlukan pemecahan proyek menjadi beberapa
komponen. Sebagai contoh berikut ini adalah beberapa komponen proyek untuk
keperluan penilaian.
SIMPULAN
Memperhatikan karaktristik Pembelajaran Berbasis Proyek, dukungan teoretik,
dan reviu testimonial, maka model ini bisa menjadi komponen yang well-
established dalam sistem pendidikan kita. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
adalah penggerak yang unggul untuk membatu siswa belajar melakukan tugas-
tugas otentik dan multidisipliner, mengelola bujet, menggunakan sumber-sumber
yang terbatas secara efektif, dan bekerja dengan orang lain. Ada bukti langsung
maupun tidak langsung, baik dari guru maupun siswa, bahwa Pembelajaran
Berbasis Proyek menguntungkan dan efektif sebagai metode pembelajaran. Yang
lebih penting, ada beberapa bukti bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek,
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain, memiliki nilai tinggi dalam
peningkata kualitas belajar siswa.
top related