metabolisme fe
Post on 26-Oct-2015
70 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Metabolisme Fe: (Indah Khoirun Nisa-1006669263)
Tubuh mengandung 3-4 gram besi. Besi secara elemental bersifat aktif secara biologis dalam
bentuk fero (Fe2+) dan feri (Fe3+). Besi berperan dalam tubuh pada proses respirasi seluler,
berupa unsur-unsur hemoglobin, system sitokrom, enzim katalase, enzim peroksidase. Didalam
semua komponen tersebut besi sebagai porphyrin, yaitu protein yang memegang peran penting
dalam produksi hem (komponen yang membawa oksigen dalam haemoglobin) . Besi yang tersisa
di dalam tubuh berikatan dengan protein, sebagai protein penyimpan (ferritin dan hemosiderin)
dan bentuk transport (tranferin).
Tahap-tahap utama metabolise besi (Fe):
1. Besi yang berasal dari hewan adalah sebagai besi heme (Feri/Fe3+) dan yang berasal dari
nabati adalah besi non heme (Fero/Fe2+). Besi dalam pangan tersebut mula-mula
mengalamai pencernaan.
2. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan
direduksi oleh enzim ferireduktase menjadi Fe2+ karena besi diserap tubuh dalam bentuk
Fe2+. Ion fero siap untuk diserap dimukosa intestine.
3. Sesampainya di dalam mukosa, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ kembali. Fe3+ selanjutnya
berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan
Fe2+ ke dalam plasma darah. Apoferitin mengatur banyaknya besi yang diserap di
intestin. Molekul apoferitin yang tersedia jumlahnya terbatas. Bila Fe belum dibutuhkan
tubuh, apoferitin menjadi jenuh dengan ion feri dan untuk sementara disimpannya.
Akibatnya, ion-ion fero lainnya tidak dapat memasuki lagi sel mukosa intestin, dan
meneruskan perjalanannya ke kolon untuk dikeluarkan bersama tinja sehingga warna
tinja menjadi hitam kelam-mengkilat seperti karat. Mekanisme pengaturan ini dikenal
sebagai mucosal block system. Ketika tubuh memerlukan Fe kembali, ferritin melepaskan
ion ferri, kemudian ion Fe3+ yang bebas direduksi menjadi ion ferro menjelang
memasuki sistem sirkulasi darah.
Walaupun seluruh usus mempunyai kemampuan menyerap besi, penyerapan maksimum
terjadi di duodenum dan jejunum bagian atas (proksimal), karena adanya pH optimum.
Secara umum, pH asam atau rendah mendorong bentuk fero dan penyerapan besi,
sedangkan pH netral atau basa meningkatkan bentuk feri dan menurunkan penyerapan
besi.
4. Di dalam sirkulasi darah (plasma), Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dikatalisis oleh enzim
feroksida dan berikatan dengan transferrin (suatu beta-globulin plasma). Besi diangkut
dalam tubuh dalam bentuk transferrin dan kapasitas transferrin mengikat besi pada
plasma normal adalah 240-360 mg/dL . Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum
tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Didalam sumsum tulang, tranferin
melekat ke reseptor di membran eritrosit yang sedang tumbuh dan membebaskan besi ke
dalam eritosit untuk digabungkan ke hem di dalam mitokondria. Inti hem dibentuk oleh
besi, yang dalam kombinasi dengan rantai globin yang sesuai akan membentuk
hemoglobin. Lebih dari 90% besi yang bukan simpanan dalam tubuh berada dalam
hemoglobin, yaitu sekitar 2,3 gram (60 mg/kg pada laki-laki dan 50mg/kg pada
perempuan). Sebagian besi (sekitar 1 gram) disimpan sebagai feritin dan hemosiderin
dalam makrofag di limpa, hati, dan sumsum tulang.
5. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam tubuh (hati,
sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi menjadi Fe3+.
Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan.
Setiap hari perputaran zat besi berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari
makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel – sel darah merah
tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang
untuk pembentukan sel – sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel – sel
darah merah tua yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing.
Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses).
Untuk mengimbangi pengeluaran besi, tubuh menyerap 1mg/hari (yang merupakan 5% dari
peputaran besi). Besi tubuh lainnya yang merupakan sepertiga dari besi total tubuh, tersimpan di
dalam hati, limpa, dan sumsum tulang, atau terangkut dalam myoglobin dan koenzim protein
pengangkut electron sitokrom.
Skema proses metabolism zat besi untuk mempertahankan keseimbangan zat besi di dalam
tubuh:
Asupan besi dari makanan setiap hari adalah 10-20mg/hari. Jumlah besi yang diserap dari
makanan sangat bervariasi, bergantung pada beberapa faktor termasuk jumlah dan jenis besi
yang dimakan, keasaman lambung, aktivitas sumsum tulang, dan keadaan simpanan besi tubuh.
Pada keadaan defisiensi besi yang parah, tubuh dapat meningkatkan penyerapan sampai 30%
dari asupan makanan untuk mengkompensasi kekurangan.
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi dal tubuh. Sedangkat faktor penghambat
absorbsi besi adalah pytat, besi yang berikatan dengan senyawa fenolik (kopi, teh, sayuran
tertentu, magnesium dan kalsium (susu, keju).
absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
- Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi
simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
- Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan Asam
klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus.
- Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan bsorbsi
karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan
absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg
asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen.
- Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks besi fosfat yang
tidak dapat diserap.
- Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
- Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
- Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.
- Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe
Referensi:
Hardjasasmita, Panjaita. Ikhtisar Biokimia Dasar. Jakarta: FK UI, 2000.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2066412-penentuan-kadar-besi-
pada-serum/#ixzz1eos8xaBK (diakses Sabtu, 26 November 2011, 21.00).
http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-arlinda%20sari2.pdf (diakses Sabtu, 26 November 2011,
21.25).
Wulandari, Dewi dan Brahm U. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium terj. Ronald
A. Sacher dan Richard A. Empherson. Jakarta: ECG, 2004.
Neal, Michael J. Medical pharmacology at a glance. Ed. Ke-5. Jakarta: Erlangga, 2006.
top related