membangun dan menggerakkan petani pertanian organik
Post on 30-Nov-2014
5.124 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
MEMBANGUN DAN MENGGERAKKAN PETANI
PERTANIAN ORGANIK BERSIH
Disusun oleh: Purwandaru Widyasunu
(Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/Sumberdaya Lahan) (Peneliti dan Pemerhati Pengembangan Pertanian Bersih
dan Reklamasi Lahan Rusak) 04 Januari 2014
BAB I. PENDAHULUAN
Kegiatan pertanian dikembangkan di atas lahan pertanian seluruh
dunia, termasuk di Negara kita Indonesia. Lahan akan selalu menjadi
sumberdaya alam utama guna pemenuhan kebutuhan pangan dan
sector/sub-sektor pertanian lainnya. Budidaya tanaman paling umum
menggunakan sumberdaya tanah dengan variasinya di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Klasifikasi tanah menurut USDA mengunjuk ada 12
ordo tanah, di Indonesia terdapat 11 ordo dan hanya satu ordo yang sulit
didapatkan yaitu Gleysols.
Tanah ada komponennya yaitu komponen biotik dan abiotik; biotiknya
terdiri dari fauna, flora, dan mikroorganisme tanah, sedangkan komponen
abiotiknya adalah bahan organik dan inorganik tanah. Bahan organik
memegang peranan sentral terhadap kesuburan tanah (kualitatif dan
kuantitatif), sehingga mengendalikan produktivitas tanah, vegetasi, dan
tanaman pertanian. Komponen abiotik penting tanah tropika dapat
dikelompokkan menjadi: (i) komponen gas 25 %, (ii) komponen air 25 %, (iii)
komponen mineral 45 %, dan (iv) komponen bahan organik tanah 5 %.
Melihat komponen tersebut maka tanah tropika harus diperbaiki, dipelihara,
dan dilestarikan dengan pengelolaan (manajemen) bahan organik sampai 5
%; namun kenyataannya diperlukan jumlah s/d 600 ton pupuk kompos/ha
untuk 5-6 tahun sehingga sulit dan tidak ekonomis untuk petani.
Manajemen pertanian organik merupakan bagian manajemen
pertanian bersih (atau bertujuan untuk bersih / clean agriculture), dengan
outcome utama (sector budidaya tanaman, perikanan, peternakan, dan
kehutanan) yaitu tidak menambah pemanasan global dengan gas rumah kaca
2
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
-nya. Bagaimana kegiatan mengelola/budidaya tanaman, yaitu benih/bibit
unggul, pupuk, pengendalian OPT (pestisida/terpadu), hormon, irigasi, dan
unsur-unsur iklim menjadi ramah lingkungan adalah menjadi tujuan utama
pertanian organik bersih selain kesehatan konsumen, tanah, dan
keanekaragaman hayati.
1.1. Pengertian Pengembangan Pertanian Organik
Pengertian umum pertanian adalah menanami tanah dengan tanaman
yang harapannya akan diperoleh hasil tanaman. Caranya adalah dengan
tatakelola terhadap lahan, agro-ekosistem, dan inputan oleh manusia.
Budidaya tanaman dengan tatakelola inputan luar tinggi dapat dikategorikan
budidaya modern atau konvensional produk dari revolusi hijau dengan tujuan
hasil tinggi pada tanaman pangan dan pakan ternak. Sebaliknya pertanian
dengan inputan luar rendah tentu saja memerlukan input dari lahan LOKAL
yang tinggi (in-situ). Pertanian alami dan pertanian organik dapat masuk di
dalamnya dengan syarat input produksi in-situ sangat tinggi atau semakin
mendekati 100 %. Pertanian alami lebih didasarkan pada pengertian kekuatan
alam untuk mampu mengatur pertumbuhan tanaman, jadi campur tangan
manusia tidak diperlukan. Pertanian organik lebih didasarkan pada kebutuhan
sistem dengan campurtangan manusia untuk memanfaatkan lahan dan
berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsip daur-ulang sesuai dengan
kemampuan lokal (Sutanto, 2002).
Pertanian alami yang dilaksanakan dulu sampai sekarang desainnya
adalah ikut bertanggung jawab yang tinggi terhadap keselamatan planet bumi
kita. Input produksi pertanian alami mengandalkan kekuatan alam yang terdiri
dari sumberdaya matahari, air, dan bahan tanaman untuk pembuatan
kompos, pestisida hayati/organik, PGPR, jadi sifatnya harmonis dengan
kondisi ekologi. Sifat, desain, dan roh (visi dan misi) pertanian organik
sebenarnya sama dengan pertanian alami. Pertanian organik, adalah
keinginan petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab
menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan
dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat (Sutanto,
3
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
2002). Perolehan produk tanaman yang tidak mengandung racun adalah
tujuan mulia lainnya.
Kata organik berasal dari kata bahasa Inggris “organik” atau Yunani
“organon” yang artinya organ (bagian tubuh) dari suatu makhluk hidup yaitu
tanaman, hewan, dan manusia; lawannya adalah inorganik. Perkataan
organik juga dapat disebut sebagai organis(me) (Inggris = organism) yang
artinya adalah hidup karena adanya kerja bersama antar organ yang ada
pada mahkluk tersebut. Hal tersebut bisa diartikan sebagai suatu sistem
dimana kerja dari tiap-tiap organ yang ada adalah saling ketergantungan.
Mengambil arti demikian maka pertanian organik adalah sistem budidaya
tanaman memakai/mengandalkan input alam sangat tinggi atau input yang
merupakan hasil kerja keras dari petani dan kelompok taninya untuk
memperoleh produksi tanaman, ternak, dan ikan yang sehat (tidak toksik).
“Roh” atau “Visi-Misi” dari pertanian organik adalah sistem yang
organik/organis meliputi kerja manusianya dan budidayanya. Manusianya
adalah petani, pendamping, penyuluh, praktisi, dan penyelenggara
infrastruktur dan suprastruktur. Budidayanya adalah proses atau kegiatan
membudidayakan tanaman, ternak dan ikan meliputi cara perolehan input-
organik dan sub input-organik in-situ.
Mengapa kita garis bawahi/tegaskan in-situ, karena asalnya dari lokasi
atau bersifat lokalita. Oleh karena itu perlu kita catat dalam hati dan pikiran,
dan tulisan, kemudian kita laksanakan dalam kehendak dan karsa kita bahwa
Roh atau Visi-Misi pertanian organik adalah:
a. Berwawasan lingkungan, artinya alam jangan dirusak, kalau alam rusak
maka penyelenggaraan pertanian organik berkewajiban memulihkan
kerusakan alam (paling tidak ekosistem pertanian tingkat lokalnya).
b. Murah secara ekonomi, artinya petani jangan dibebani untuk selalu beli
namun lebih didampingi dan diadvokasi untuk mampu dan mau
memprodusi input sendiri dari kekayaan dan kekuatan lokal.
c. Sesuai budaya setempat, artinya budaya pertanian organik yang nguri-uri
nilai sosial, budaya dan religi sebagai cara atau kekuatan mendapatkan
kebaikan dan kinerja budidaya pertanian. Benih, bahan pembuatan pupuk
hayati dan pupuk organik lokal, pupuk hayati dan pupuk organik yang
berasal dari lokal bernilai kearifan budaya setempat, murah karena tidak
4
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
beli dan berdampak meragamkan keanekaragaman hayati. Kita harus
berdoa dulu dalam setiap pekerjaan pertanian organik, karena kita
adalah milik Tuhan, dan makhluk hidup yang kita kelola pada lahan,
air, dan atmosfer adalah juga milik Tuhan semesta alam. Tuhan
adalah Tuan kita semua, Tuan dari alam semesta ini.
d. Berkeadilan sosial yang manusiawi, yaitu jangan merugikan petani,
contohnya harga jual harus lebih tinggi dibandingkan jumlah biaya
usahataninya.
Sub-sistem pertanian organik:
Sistem pertanian organik terdiri dari sub sistem: (i) sumberdaya alam,
(ii) sumberdaya manusia, (iii) iptek, (iv) infrastruktur, (v) suprastruktur, (vi)
pasca panen, dan (vii) pemasaran. Dengan demikian kalau kita berkehendak
untuk mengembangkan pertanian organik berarti harus mengembangkan sub
sistemnya. Sub sistem tersebutlah yang harus dikembangkan
berasaskan roh atau visi-misi pertanian organik di atas. Sebelum
mengembangkan pertanian organik, kita semua harus sadari bahwa sistem
pertanian kita terutama komoditas tanaman penghasil pangan manusia dan
pakan ternak sebagian besar masih berasaskan roh dan visi-misi sistem
pertanian konvensional produk revolusi hijau. Dengan demikian harus kita
lakukan proses transformasi iptek penyelenggaraan pertanian organik dan
konversi lahan menjadi lahan pertanian organic bersih. Penyelenggaraan
sistem yang memberdayakan petani dan berkaidah kelestarian ekosistem
adalah sistem pertanian organik-biodinamik yang bersih.
1.2. Kondisi Faktual Sistem Pertanian: transformasi ke pertanian organik dan kesejarahan
Kondisi pertanian Indonesia (khususnya pertanian tanaman) pada saat
ini berada pada persimpangan jalan, yaitu meneruskan kebijakan revolusi
hijau atau menerus-mulaikan penyelenggaraan sistem pertanian alami
terutama sistem organik-biodinamik. Kalau sistem revolusi hijau diteruskan
berarti harus dengan inputan luar tinggi, mengejar target produksi tinggi,
kondisi petani tidak/kurang berdaya, dan dikuasai sistem kapital luar yang
kuat. Keadaan itu diperparah dengan kondisi tanah makin marjinal dan
ditengah perubahan iklim global hebat menuju penurunan produktivitas lahan
5
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
yang tajam. Menghadapi kondisi perubahan iklim global tersebut, seluruh
negara di planet bumi ini tidak akan kuat.
Menghadapi kondisi sub sistem pertanian di perempatan jalan, maka
ada ilmu pengetahuan dan teknologi sistem pertanian yang saat ini bisa
dianggap pendekatan terbaik yaitu merubah sistem menuju pertanian organik
yang bio-dinamik yang bersih. Sistem tersebut memang ada kelemahannya
namun banyak keunggulannya karena konsep bio-dinamik adalah
membangun kembali sumber input dari biota yang beragam; biodiversitas
pada lahan dan dalam tubuh tanah dibangun menghasilkan input in-situ.
Membangun input in-situ adalah membangun kemandirian dan kedaulatan
petani/kelompok tani/desa (sumberdaya lokal membangun kembali kearifan
lokal). Input sistem tersebut adalah produk ekuilibria biodiversitas lahan
berupa industri hayati yang mampu membangun kelestarian swasembada
pangan asal tanaman, ternak dan ikan.
Penawaran perubahan sistem di atas adalah baik, tepat dan bisa
dilaksanakan, namun karena petani dan agen pendampingan petani telah
lama dilekati dengan efek instan pupuk kimia, pestisida, dan hormone
pabrikan, maka akan menimbulkan dampak kemandegan sistem dalam
penyelenggaraan pertanian organik (go organik-red.). Disamping itu revolusi
hijau sejak tahun 1963 sampai sekarang berdampak negatif karena benih
tanaman pangan sangat respon terhadap pupuk kimia dan hormon pabrikan.
Padahal go organik memerlukan benih tanaman lokal yang respon
pemupukan organik (kompos/bokhasi/pupuk organik cair yang berbahan
My notation (04-01-2014):
Kita catat akhir tahun 2013, turun salju di Arab Saudi,
Mesir, Suriah, Vietnam; kondisi kegawatan Thailand dampak
turun salju Vietnam utara. Bulan desember 2013, sampai tulisan
ini diperbarui (januari 2014) wilayah Jawa lebih jarang hari
hujannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bila hujan
harian dengan hanya 10-25 mm/hari, nampak nyata dampak
banjir di banyak wilayah tanah jawa (review news desember
2013).
6
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
lokal); benih tanaman revolusi hijau tidak akan respon. Hal tersebut
menjadikan go organik membutuhkan benih tanaman lokal yang harus
dikuasai oleh petani dan pendampingnya (teknokrat/peneliti dan penyuluh
pertanian).
Program go organik juga memerlukan reklamasi tanah dan lahan yang
telah lama dipakai untuk pertanian revolusi hijau. Tanah perlu diperbaiki
kerusakannya, lahan perlu dikembangkan pola poly biodiversitas,
penyelamatan air tanah, penyelamatan sistem daur keenergian dan keharaan
tanah, dan membangun sistem kendali sekuestrasi karbon dan thermal tanah.
Kita juga telah kehilangan banyak sekali lahan pertanian terutama
tanah sawah yang mempunyai kelas tanah usaha pertanian utama (beririgasi
teknis dan setengah teknis). Hal itu akibat deras dan tidak terkendalinya
konversi sawah menjadi perumahan, hotel, pertokoan, perkantoran, jalan
raya, dan infrastruktur pengembangan perkotaan dan pedesaan (post
modernisasi). Akibat dari konversi tersebut adalah pengurangan luasan
produksi tanaman pangan terutama produk dari lahan sawah. Inti
penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk dan nilai hasil budidaya
tanaman pangan tidak mampu untuk revolving usaha tani, menabung, dan
investasi keluarga tani.
Penyelenggaraan pertanian organik harus mampu menyelamatkan
kerawanan sosial, ekonomi dan budaya tersebut, disamping harapan hasil
panen yang stabil setelah paling tidak tahun kedua-ketiga transformasi
sistem; termasuk efisiensi dan efektivitas usaha tani.
Penyelenggaraan pertanian organik berarti melaksanakan program
perubahan sistem pertanian konvensional (revolusi hijau) kepada/menjadi
pertanian organik. Hal itu memerlukan pembaharuan sistem dari yang lama
menjadi yang baru. Kalau kita melaksanakannya berarti kita melakukan
reformasi pertanian yang tidak hanya tingkat kabupaten, namun adalah juga
tingkat nasional.
Warning: Telah terjadi kemandegan regenerasi / suksesi profesi / jabatan petani dari petani senior (orang tuanya) ke yunior (anaknya). Hal ini akan berbahaya bagi keberhasilan program ketahanan pangan nasional dan daerah.
7
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Go organik yang telah dicanangkan Pemerintah Pusat sejak tahun
2001, sampai tahun 2010 kemarin masih terseok-seok, bahkan sampai tahun
ini. Penyebabnya adalah petani belum bisa menerima perubahan itu
menyangkut ketersediaan input budidaya tanaman organik, teknologi yang
belum dikuasai, kemalasan mengadakan keruahan material pembuatan
pupuk organik dan keruahan pupuk organik yang harus dibawa ke lahan
mereka, dan terakhir adalah tidak mau susah.
Kondisi revolusi hijau selama puluhan tahun telah lama menina-
bobokkan penyuluh pertanian yang ter”cooptatie” oleh efek cespleng pupuk
NPK, pestisida dan hormon kimia pabrikan. Petani telah lama diajari
meninggalkan nilai luhur iptek pertanian nenek moyang Bangsa. Nilai luhur
budidaya tanaman leluhur kita adalah mengelola dan membudidayakan
tanaman secara organik-biodinamik bersih. Contohnya, sebelum menanam
padi, sebelum tanah diolah ditumbuhkan dahulu tanaman orok-orok, tanah
dibiarkan fase aerobic, baru diluku dan digaru, kemudian diairi sesuai dengan
padi. Nilai kearifan IPTEK itu telah lama ditinggalkan oleh petani, penyuluh,
sistem suprastruktur, kelembagaan pertanian, bahkan perguruan tinggi kita.
Melihat kondisi faktual seperti diuraikan di atas maka diperlukan
langkah pikir, karsa, dan cipta kita dalam penyelenggaraan pertanian organik
yang terlebih dahulu harus mengurusi sumberdaya manusianya meliputi
peneliti dan pelatih transformasi iptek, penyuluh pertanian, dan petani. Kondisi
SDM yang siap tersebut juga harus didukung oleh kesiapan dan kemampuan
dukung dari Pemerintah Pusat dan Daerah, demikian pula kelembagaan
penunjang lainnya meliputi LSM/Asosiasi Pertanian Organik, Kelompok Tani,
Gapoktan dan Paguyuban Petani Organik.
Kelembagaan dan SOP keorganikan:
Pemerintah, LSM, Koperasi Tani Organik, dan lembaga lainnya
memerlukan Standart Operating Procedure (SOP) untuk menyelenggarakan
go organik. Bagi Petani, Kelompok Tani, Gapoktan dan Paguyuban Petani
Organik memerlukan Asosiasi Pertanian Organik Lokal (APOL) sebagai
bentuk penguatan kelembagaan yang memerlukan Basic Standart (BS)
penyelenggaraan budidaya organik sampai dengan pemasaran hasilnya.
Didalam SOP dan BS, terkandung semua ketentuan-ketentuan untuk
8
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
penyelenggaraan sistem pertanian organik yang baik, tepat, berdayaguna dan
dapat dilakukan oleh pelaku di daerah. Semuanya itu memerlukan sistem
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi di dalamnya, berarti semua
SDM Penyuluhan dan Pendampingan Pertanian harus mendapatkannya,
meyakininya, menguasainya, dan mau melaksanakannya. Sekali lagi
penyelenggaraan pertanian organik-biodinamik bersih adalah jawaban tepat,
baik, diyakini dapat dilaksanakan, dan paling terhormat, manusiawi dan
ekologis.
Prosedur standart tata laksana dan tata kelola (SOP) tentang
penyelenggaraan pertanian organik merupakan suatu standart dasar (BS)
yang bisa dipergunakan oleh berbagai pihak pemangku kepentingan
berjalannya sistem pertanian organik pada suatu wilayah. Pengembangan
pertanian organik untuk komoditas hortikultura juga masuk kesatuan standar
tersebut.
Pemangku kepentingannya dari SOP bisa siapa saja baik dari Elemen
Pemerintahan, Swasta, LSM, Perguruan Tinggi dan Badan Penelitian,
maupun Perorangan (Petani dan Praktisi). Oleh karena itu SOP sifatnya
haruslah standart yang mendasar, yaitu untuk mendasari (acuan) proses
perubahan sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik.
Dengan demikian SOP yang dibuat berdasarkan basic standar (BS) adalah
prosedur dan petunjuk untuk melakukan penyelenggaraan usahatani organik
dan pengecekan apakah suatu lahan dan usahatani pertanian tradisional
sudah ideal disebut lahan dan usahatani organik. Standar adalah serangkaian
aturan/klausul yang bernilai sains tentang apa saja yang diperlukan guna
memberikan bukti dan kesimpulan bahwa sistem pertanian yang sedang
berjalan atau sudah stabil adalah pertanian organik (petani dan proses
budidayanya).
9
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
BAB II. PENYELENGGARAAN PERTANIAN ORGANIK-
BIO-DINAMIK BERSIH
2.1. Rencana Strategis Go Organik
Penyelenggaraan sistem pertanian organik adalah kegiatan tata
laksana dan tata kelola sistem produksi pertanian yang berasaskan daur-
ulang secara hayati. Apabila penyelenggaraannya adalah untuk tanaman,
maka definisinya adalah sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-
ulang secara hayati. Salah satu konsep yang baik, rasional, dan mengandung
kearifan lokal adalah sistem pertanian organik-biodinamik sehingga unsur-
unsur daur-ulang organik IN-SITU adalah suatu syarat mutlak.
Konteks penyelenggaraan pertanian organik dapat mengandung arti
menyelenggarakan sistem pertanian yang berkelanjutan, dan itu hanya bisa
terlaksana apabila budidaya tanaman dan ternak menjadi suatu sistem
terintegrasi sehingga mampu membentuk suatu sistem input IN-SITU. Sistem
standar tersebut harus dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan suatu Asosiasi
Pertanian Organik Lokal tingkat Kabupaten untuk menyelenggarakan dan
membangun pertanian organik.
Penyelenggaraan go organik memerlukan peran Pemerintah untuk
memfasilitasi persiapan, masa transisi, masa kelanjutan, masa stabilisasi dan
masa lanjut (menuju lestari). Oleh karena itu peran terdepan adalah Para
Penyuluh atau Pendamping Pertanian harus diberikan kemampuan untuk
melaksanakan go organik, peran dinas terkait adalah mendukungnya.
Penyuluh Pertanian dan Pendamping program go organik, semuanya harus
diberikan kursus khusus yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur
atas dasar kurikulum teoritis dan praktikum. Kemampuannya akan didesain
untuk menyelenggarakan transformasi iptek kepada para petani untuk
menyelenggarakan budidaya tanaman organik.
2.2. Tujuan Program Menuju Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik
Program pertanian organik di suatu Kabupaten baik untuk
diselenggarakan dengan sistem organik-biodinamik, yaitu terjadi sinergisme
sistem pertanian campuran antara budidaya tanaman dengan ternak dan atau
ikan (mixed farming) dalam suatu kelompok tani organik. Tujuan
10
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
menyelenggarakan sistem budidaya organik biodinamik komoditas tanaman
(pangan pokok dan hortikultura) adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan sistem budidaya yang berasaskan keselarasan alam
dengan cara memberikan input organik-biodinamik sebagai sarana
produksi sehingga cara memperoleh sarana produksi sebagai
inputannya adalah betul-betul input lokal dan in-situ,
b. Memuliakan tanah-tanah pertanian yaitu melakukan reklamasi/
rehabilitasi tanah sawah dan atau tanah lahan kering yang telah rusak
akibat teknologi pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian OPT
selama era revolusi hijau berjalan. Dikembalikannya menjadi tanah yang
produktif alami pada ekuilibria steady state baru, sehingga tanah bagi
lahan pertanian adalah betul-betul menjadi reaktor keenergian,
keharaan, keairan dan kehawaan melalui perbaikan sifat kebiologisan,
reaksi kesetimbangan kimiawi dan fungsi tunjangan fisikanya.
c. Memuliakan varietas tanaman lokal (tanaman pangan pokok dan
hortikultura) warisan nenek moyang atau tanaman ex-situ adaptif yang
respon perlakuan/input organik menjadi varietas mantap dan andalan
yang disukai oleh konsumen; kemudian dijadikan varietas local adaptif.
Termasuk program pelestarian adalah terhadap vegetasi non-crop
sebagai bagian keragaman hayati lahan pertanian organik-biodinamik.
d. Memberikan kemandirian petani, yaitu kesempatan seluas-luasnya
kepada petani dan kelompok tani untuk mampu menghasilkan sendiri
material dan membuat sendiri pupuk organik padat, pupuk organik cair
dan pestisida organik. Demikian juga produksi benih/bibit sendiri dari
lahan garapan sendiri atau kelompok atau paguyuban tani organik.
e. Memberikan bekal iptek tani organik yang benar, tajam, aplikatif dan
futuristik (pertanian bersih) bagi para Penyuluh Pertanian dan para
Tokoh Poktan dan Gapoktan untuk bisa menjadi pelatih handal bagi
petani dengan iptek spesifik penyelenggaraan budidaya tanaman
organik-biodinamik sinergi dengan budidaya ternak dan/atau ikan secara
organik-biodinamik pada suatu hamparan pengelolaan satu kelompok
tani atau gabungan kelompok tani.
f. Menghasilkan kesepakatan (congruent) bersama berupa cara pandang,
tujuan, kemanfaatan, tata laksana dan tata kelola (Standart Operating
11
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Sistem) bagi penyelenggaraan sistem pertanian organik-biodinamik
bersih atas dasar kebenaran filosofi dan aplikasi ipteknya. Kesepakatan
adalah antara representatif para Petani, Paguyuban Petani Organik,
Asosiasi Pertanian Organik lokal, dan Pemerintahan Kabupaten yang
merupakan unsur-unsur penggerak langsung penyelenggaraan sistem
pertanian organik-biodinamik di tingkat Kabupaten.
g. Menghasilkan produk komoditas pertanian yang berkualitas, yaitu produk
yang pada akhirnya harus bebas residu pupuk, pestisida dan hormon
kimia sintetik, dan memberikan jaminan bahwa sistem lahan semakin
lama akan semakin menghasilkan produk yang makin aman untuk
dikonsumsi.
2.3. Manfaat Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik-Biodinamik
Manfaat menyelenggarakan sistem budidaya organik biodinamik
komoditas pertanian adalah sebagai berikut:
(i) Memberikan kesempatan kepada petani agar bisa terlepas dari
ketergantungan input dari luar yang semakin lama semakin mahal,
sehingga ada kedaulatan usahatani melalui penguatan kelompok tani
organik.
(ii) Memberikan manfaat bagi cakupan nasional dan atau daerah bahwa
sistem budidaya pertanian memberikan dampak kebaikan bagi
kedaulatan pangan dan swasembada pangan berkelanjutan karena
petani dan kelompok tani menguasai iptek tata laksana dan tata kelola
input, budidaya, dan prosesing hasil panen secara mandiri.
(iii) Produk yang bebas polutan kimia sintetik berpotensi untuk tujuan pasar
internasional yang ditunjang oleh penyelenggaran sistem budidaya dan
sistem pasca pemanenan dengan basic standart Asosiasi Pertanian
Organik internal yang telah sesuai dengan basic standart
Asosiasi/Lembaga Sertifikasi dan Tata Kelola penyelenggaraan
pertanian organik luar negeri.
(iv) Tata laksana dan tata kelola penyelenggaraan pertanian organik-
biodinamik memberikan jaminan adanya keragaman (diversitas)
budidaya dan produksi tanaman pangan karena prinsipnya harus ada
12
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
rotasi tanaman dan jalannya fungsi sub sistem ekologis yang menunjang
sebagai syarat mutlak keberhasilan produksi.
(v) Manfaat peningkatan kesejahteraan petani dengan cara: (a) penguatan
peran Poktan dan Gapoktan yang ditunjang oleh peran Asosiasi
Pertanian Organik Lokal, (b) segala input dimaksimalkan dibuat sendiri
oleh petani atau Poktan atau Gapoktan, (c) pengendalian kuota tanam
dan kelas produk atas dasar musim tanam, zonasi lahan (sesuai iklim,
infrastruktur) dan kemurnian sistem produksi alami, dan (d) pemasaran
oleh Koperasi Paguyuban Petani yang berindukkan pada Koperasi
Asosiasi Pertanian Organik Lokal.
(vi) Memberikan langkah futuristik sistem kebijakan dan pengelolaan
budidaya pertanian yang ke masa depan akan dipenuhi dengan
beragam kesulitan yang indikatornya telah kuat muncul pada saat ini
yaitu: (a) kenaikan suhu permukaan bumi dampak dari pemanasan
global; telah berlangsung perubahan musim, jumlah, dan intensitas
hujan, (b) lahan rusak dan konversi sawah ke non-pertanian menjadi
semakin bertambah luas, (c) kemampuan tubuh tanah meresapkan air
semakin berkurang drastik, (d) penurunan produktivitas tanah, lahan dan
ekosistem, (e) semakin langka deposit sumber pupuk fosfat dan kalium
dan semakin mahal energi pembuatan urea/ZA, (f) semakin mahal harga
pupuk kimia sintetik pabrikan, dan (g) perubahan sosial budaya yang
akan berdampak luas terhadap kerusakan ekosistem. Pertanian
organik biodinamik bersih adalah sebagai jawaban terhormat untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut di atas.
13
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
BAB III. BAGAIMANA CARA MENGAKTIFKAN
SUB SISTEM PERTANIAN ORGANIK-BIODINAMIK BERSIH
Sistem pertanian organik-biodinamik kalau diuraikan secara detil
banyak sekali strukturnya dan kinerjanya bersifat organis yaitu saling
tergantung satu sama lain. Sub sistem dari sistem sumberdaya alam proses
pembaruan stoknya bersifat daur kecuali radiasi sinar matahari. Ada empat
komponen utama produksi biomassa tanaman yaitu cahaya matahari, CO2,
air, dan unsur hara tanaman. Sub sistem CO2, air, dan unsur hara tanaman
dalam pertanian organik bersifat daur, sedangkan cahaya matahari di iklim
tropika hutan hujan basah ketersediaannya melimpah sepanjang tahun.
Khusus unsur hara tanaman diurusi secara khusus oleh petani. Prinsip daur
keharaan dan kenergian dalam tanah adalah melibatkan fauna dan mikroba
tanah/lahan. Suplai hara dapat mengandalkan rotasi tanaman, keragaman
hayati termasuk mikroba bebas, asosiasi mikroba-tanaman BNF (biological
Nitrogen Fixation = fiksasi N2 atmosfer menjadi NH3 NH4 secara biologis)
dan pengelolaan bahan organik tanah.
Pengelolaan bahan organik tanah melibatkan sistem pengadaan
material pupuk organik dan pupuk hayati, dan teknologi pembuatannya.
Melihat sistem ini maka yang wajib untuk melaksanakannya adalah petani
sendiri dalam naungan kegiatan kelompok tani organiknya. Peranan
kelompok tani yang didukung kerjasama antar kelompok tani dalam satu
Paguyuban Tani Organik tingkat lokal akan sangat menunjang apalagi ada
Asosiasi Pertanian Organik yang dipercaya sebagai lembaga pengelolaan
input dan outputnya. Kegiatan kelembagaan ini semua hendaknya jangan
sampai menghentikan kerja aktif individual petani namun sebaliknya
harus menunjang kreativitas dan kinerjanya umum dan khususnya.
Prinsip pengendalian OPT adalah juga organik-biodinamik yang intinya
lahan mempunyai keberagaman hayati mulai dari pola tumpangsari atau
rotasi tanaman budidaya, ada hidup vegetasi peragaman hayati, ada pula
fauna dan mikroba pengendalian hayati, serta penggunaan pestisida hayati
atau organik produksi petani sendiri.
14
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Fungsi kelembagaan perlu diaktifkan meliputi program kerja
Pemerintah Kabupaten dan program kerja Kelompok Tani, Paguyuban Tani
Organik dan Asosiasi Pertanian Organik lokal untuk menunjang program
pengendalian OPT pada budidaya tanaman organik.
3.1. Memulai Menyelenggarakan Budidaya Tanaman Organik (Go Organik)
Seperti telah dirinci dan diuraikan di depan bahwa menyelenggarakan
pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu aksi untuk
mengembangkan dan memasyarakatan budidaya tanaman organik dan
budidaya ternak yang bersinergi. Dalam penyelengaraannya memerlukan
peranan banyak individu SDM dan kelembagaan. Sedangkan filosofi yang
mendasari penyelenggaraan pertanian organik adalah bagaimana
mengembangkan suatu sistem yang berprinsip memberikan makanan pada
tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman
(feeding the soil that feeds the plants). Filosofi demikian memberikan suatu
amanat bahwa sistem pertanian organik menghendaki input hara dan energi
yang menyehatkan tanah atau input yang selalu meningkatkan kualitas tanah.
Bertujuan agar input bersifat atau bemanfaat mulia seperti di atas,
maka secara ekologis mensyaratkan perlunya rekayasa mengembalikan
fungsi alam agar menjadi suatu fungsi struktural dan fungsional yang dari/oleh
dan untuk/berupa jejaring makanan, energi dan keharaan in-situ. Melihat itu
semua marilah kita bersama-sama menjadikan, mengembalikan dan
memuliakan fungsi tanah sebagai ”mother heart” sama seperti induknya
yaitu ”the mother heart-planet bumi” yang menghidupi manusia,
tanaman, hewan, dan biotik dalam tanah. Dalam usaha budidaya
komoditas pertanian, kita harus berhenti merusak tanah, lahan, air, udara,
atmosfer, dan keragaman hayati planet bumi kita. Namun demikian, di
dalamnya harus ada berlangsung kedaulatan pangan, kemandirian petani dan
kelompok taninya, kelestarian usahatani dan petani, dan keberlanjutan
sistem. Itulah yang akan menjadi visioner kurikulum pertanian masa
depan.
Guna berjalannya sistem pertanian organik-biodinamik, maka
prosedurnya memerlukan suatu standar yang benar dan tepat, namun harus
15
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
melalui proses transisional. Untuk itu kita semua sebaiknya kita mengenal
sistem dan sub sistemnya kemudian tahu tatacara mengfungsikannya.
Standar tujuan pertanian organik bio-dinamik. Tujuan mulianya adalah
menyelamatkan alam, menyelamatkan dan menunjang kesehatan generasi
manusia dengan adanya keselamatan alam dan makanan. Tujuan yang
kedua adalah ada pada ranah produk tanaman dan ternak aman dikonsumsi
dan mempunyai nilai nutrisional yang tinggi. Kalau kedua tujuan minimal
tersebut gagal maka gagallah menyelenggarakan pertanian organik. Guna
pencapaiannya maka Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Pertanian sejak
tahun 2001 telah mencanangkan dimulainya proses Go Organik, dan tahun
2010 telah menjadi Starting Point Program ”Go Organik 2010”
diimplementasikan sampai sekarang. Walaupun itu bisa hanya dipandang
sebagai jargon namun demikian mengandung arti amanah kemanusiaan, ke-
alaman dan kenegaraan.
3.2. Sistem dan Sub Sistem Pertanian Organik: fungsinya untuk go organik
Pengertian sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai
perangkat utama berjalannya atau untuk menjalankan pertanian organik mulai
dari perencanaan, memulainya, mengembangkannya, stabilisasinya dan
melestarikannya. Dengan demikian pengertian sistem menyangkut hirarki dan
syarat minimal subyek sistem agar pertanian organik berjalan. Sistem
pertanian organik dapat berjalan apabila paling tidak ada terdapat tujuh
sistem yang bekerja yaitu: (i) lahan, (ii) sumberdaya manusia, (iii) vegetasi,
(iv) teknologi sistem produksi, (v) katalisator/infrastruktur, (vi) kelembagaan,
dan (vii) pemasaran. Kalau hanya untuk menghasilkan produk
tanaman/ternak organik untuk keperluan subsisten saja maka cukup hanya
lahan, manusia, tanaman dan teknologi. Namun kalau pengelenggaraan (Go
Organik) bertujuan untuk membaharui dan membangun pertanian Nasional
maka tujuh subyek sistem tersebut semuanya harus ada dan jalan. Dengan
demikian apabila Pemerintah Kabupaten berketetapan untuk
menyelenggarakan pertanian organik maka ke-7 satuan subyek sistem
tersebut harus dibangun dan dibiayai pada sub sistemnya yang
memerlukannya.
16
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Sub sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai sub struktur
kehirarkhian dari enam sistem tersebut di atas, jadi mengandung definisi dan
tugas struktural dan fungsional yang spesifik untuk saling mendukung
jalannya penyelenggaraan pertanian organik. Sub sistem dari masing-masing
sistem lahan, manusia, teknologi, infrastruktur, kelembagaan dan pemasaran
dapat dijelaskan hirarkhi dan fungsinya seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Sistem pertanian organik, sub sistemnya dan fungsinya dalam produksi biomassa, pengolahan produk dan distribusi produk.
No. Sistem Sub sistem Fungsi
1. Lahan Pertanian Tanah Reaktor energi dan hara, rentensi air, habitat biota, media tanam.
Fauna Tanah Struktural tanah, degradasi jaringan, diversitas ekosistem, daur energi dan hara, keenziman tanah, kehormonan tanah.
Mikroba tanah Daur energi dan hara, pengendalian asam humat tanah, diversitas ekosistem, keenziman tanah, kehormonan tanah.
Air Daur energi dan hara, siklus hidrologi, produksi biomassa, stabilitas thermal tanah, tanaman dan atmosfer.
Energi cahaya Produksi biomassa tanaman dan mikroba autotropik, pengendalian keragaman hayati.
Karbon dioksida Produksi biomassa tanaman, siklus karbon biosfer.
2.
Sumberdaya manusia
Petani Pemelihara keseimbangan agro-ekosistem, pengusaha sistem agro, agen kedaulatan pangan.
Keluarga Tani Agro capacity building, pewaris sistem agro.
Penyuluh
Pertanian
Pemberdayaan petani dan pertanian.
Teknokrat/Peneliti Perencanaan, pengembang-an dan evaluasi pembangun-an pertanian.
Aplikator Teknologi
Pemakai sistem input dalam budidaya.
17
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
2. Sumberdaya manusia
Pembela Kaum Tani
Advokasi petani, usaha tani dan pertanian.
Kaum pemutus kebijakan
Perumus kebijakan pembangunan sistem pertanian.
3. Vegetasi Vegetasi alami dan pionir (asli dan tidak asli)
Kestabilan keragaman hayati, daur/jejaring makanan, sekuestrasi karbon, produsen oksigen, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF-plant).
Tanaman Jejaring makanan, sekuestrasi karbon, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF-plant), produsen komoditas ekonomi, kedaulatan pangan.
4. Teknologi sistem produksi
Kompos/Bokhasi Hara makro dan mikro lengkap walau sedikit, mengandung hormon pertumbuhan, mengandung materi energi bagi mikroba, asam humat dan fulvat untuk dinamika fisiko-kimia tanah (KTK, daya ikat partikel, kegemburan antar ped agregat), aerasi-drainasi), meningkatkan kapasitas menahan air tanah, efek residu yang baik, tanaman lebih tahan serangan hama dan penyakit, menjadikan tanah sebagai habitat yang baik bagi diversitas biotik.
18
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
4. Teknologi sistem produksi Catatan: BNF = biological nitrogen fixation (sistem biologis penyematan nitrogen dari atmosfer).
Nutrisi akar, daun dan buah (pupuk
organik cair)
Mengandung hara makro dan mikro, bisa komposisi hara penekanan sesuai dekade pertumbuhan, mengandung hormon giberelin, sitokinin dan auksin, mengandung mikroba (rhizo dan foliar bacteria) fungsi resistansi terhadap serangan pathogen dan karena fungsi enzimatik.
Agensia hayati (pupuk hayati):
1. Agensia hayati pabrikan.
2. Agensia hayati Poktan
Sebagai biang mikroba untuk produksi bokhasi, pupuk organik cair, dan suplemen mikroba pestisida hayati; se-bagai agensia pengendalian OPT (dual function).
Pestisida hayati dan pestisida
organik
Fungsi sumber inokulan dan materi pestisida hayati pekat; fungsi sumber pestisida organik pekat.
Plant Growth Promotion
Rhizobacteria (special)
Materi bermikroba khusus perakaran untuk promosi perkembangan tanaman melalui efek perakaran dan perkembangan akar tanaman.
Azolla sp. Fiksasi N2 udara (BNF) sehingga bisa menjadi pabrik urea, mengandung hara NPKSCa yang tinggi disamping hara mikro lengkap hingga sangat baik untuk kompos, menekan gulma, menekan alga hijau sawah sehingga menekan volatilisasi amoniak, mensta-bilkan pH dan temperature air sawah pada padi s/d sore hari (Widyasunu, 1997, 1998a, 1998b, 2009, 2010, 2013); material SRI.
19
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
4. Teknologi sistem produksi
Aneka tanaman BNF: orok-orok;
gliriside; turi merah dan putih;
Pueraria sp; Centrosema sp.
Fiksasi N2 udara (BNF)
sehingga bisa menjadi pabrik urea, mengandung hara NPKSCa yang tinggi disamping hara mikro lengkap hingga sangat baik untuk kompos, material SRI.
Benih padi varietas lokal
disukai masyarakat
Budidaya tanaman padi organik.
Tanaman legume BNF tumpang
ragam SRI
Intensifikasi dan eksensifikasi sistem BNF untuk satuan Poktan; subsisten; peningkatan pendapatan.
Budidaya padi organik teknologi
SRI
Peningkatan produksi padi secara organik-biodinamik.
Kerbau Pengolahan tanah
Ternak sapi, kambing, ayam,
bebek
Menghasilkan kotoran sebagai material pembuatan pupuk organik; peningkatan pendapat-an petani.
5. Katalisator dan Infrastruktur
Suprastruktur Peraturan yang mendukung berjalannya penyelenggara-an budidaya pertanian organik dan segala aspek pendukungnya.
Pendanaan untuk:
kredit usaha tani program Pemkab
LSM
Penyelenggaraan budidaya per-tanian organik, pemba-ngunan infrastruktur, progam pemberdayaan dan advo-kasi, promosi dan pemasar-an.
Keirigasian umum
Sistem pengembangan irigasi untuk sistem transisi.
Keirigasian khusus
Sistem pengembangan irigasi untuk budidaya organik penuh.
Rumah pembuatan
kompos
Tempat membuat kompos agar ruah, cepat dan benar.
Mesin pembuatan kompos
Mempercepat produksi kompos.
20
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
5. Katalisator dan infrastruktur
Sekretariat pembelajaran
Poktan
Tempat perencanaan dan penyimpanan arsip dan materi pembelajaran.
Material pembe-lajaran Poktan
Material untuk belajar bersama tentang penyelenggaraan pertanian organik.
6. Kelembagaan Kelompok Tani Organik
Bagian integral Poktan yang ada untuk menstimulasi dan mengem-bangkan budidaya tanaman organik; unit orga-nisasi terkecil penyediaan input dan teknologi pertanian organik.
Gabungan Kelompok Tani
Organik
Mengakomodasi keperluan budidaya dengan mengkedepankan input luar sangat rendah;
6. Kelembagaan Paguyuban Petani Organik
Organisasi internal terluar petani hamparan untuk pemberdayaan petani, ketersediaan dan akses informasi dan iptek, kedaulatan petani, serta prosesing produk dan pemasaran produk.
Koperasi Pertanian Organik
Merupakan bagian organik Asosiasi Pertanian Organik Lokal yang mengakomodasi penyediaan input pertanian organik yang diperlukan, menampung produk petani dan memasarkannya.
Asosiasi Pertanian
Organik Lokal (APOL)
Suatu organisasi yang bertugas mengadakan pendampingan dan advokasi iptek, sosial, ekonomi, budaya dan politik kepada Petani/ Poktan/Gapoktan/Paguyuban anggotanya.
Mitra Asosiasi Pertanian Organik
Bisa merupakan LSM, Asosiasi Pertanian Organik lainya, Koperasi di luar APOL, Pemerintah Pusat maupun Daerah, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Pendampingan yang diperlukan untuk membantu penye-lenggaraan pertanian organik dengan baik, benar, tepat dan lestari.
21
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
6. Kelembagaan Badan Riset dan
Pengembangan Pertanian Organik
Merupakan badan riset dan pengembangan yang spesifik baik milik APOL, Mitra APOL, Pemerin-tah Daerah maupun Perguruan Tinggi (PT) Lokal atau mitra riset PT baik dari dalam maupun luar negeri.
Institut Pertanian Organik
Merupakan sekolah tempat menyelenggarakan pendidikan spe-sifik untuk perencanaan dan pengembangan pertanian organik atas dasar pembelajaran dari teori dan praktik aplikatif mengacu pada kurikulum yang urgensial dan kompetensi tinggi yang diperlukan oleh daerah. Institut Pertanian Organik bisa dikembangkan oleh APOL atau Pemda bekerjasama dengan PT lokal atau sebaliknya.
7. Pemasaran Industri Industri pertanian organik sebaiknya dikembangkan oleh Koperasi APOL dengan harus memberdayakan masing-masing Paguyuban Tani Orga-nik di tiap Kecamatan. Industri dirancang untuk mengolah hasil panenan dan dikemas untuk siap dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen atas dasar kesimpulan teknis riset dan pengembangan. Industri sebaiknya dibangun pada tiap Kecamatan sesuai dengan desain pengemba-ngan Paguyuban Petani Organik ada di tiap Kecamatan.
Promosi Promosi bertujuan untuk mem-perkenalkan teknik budidaya orga-nik yang dilakukan para petani di bawah APOL yaitu sudah pada teknik budidaya yang benar dan presisif organik-biodinamik. Fungsi penting lainnya adalah memper-kenalkan dan meyakinkan kualitas produksi pertanian organik Poktan.
22
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
Pemasaran Pemasaran dilakukan oleh Paguyuban Petani Organik melalui Koperasi APOL. Fungsi Koperasi APOL dalam pemasar-an adalah menjalin kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak sesuai dengan format state of the art product quality and good organic farming management.
Riset dan Pengembangan
Riset dan Pengembangan bertujuan untuk mendasari semua keperluan teknologi budidaya, semua inputnya, pemanenan, prosesing hasil panen, pengemasan, teknik pro-mosi, pasar dan teknik pema-saran, teknik show quality at shop, teknik pengelolaan show/exhibition pada messe/ hall terjadwal, sistem trans-portasi/pengiriman produk, sistem kearifan lokal dalam hubungannya dengan perminta-an produk (the art of standart unique quality), dan lain yang perlu untuk masa depan.
7. Pemasaran Sertifikasi, kendali mutu
dan pelabelan
Sub sistem ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dimulai dari hati dan pikiran yang ”organik” dari masing-masing petani, pendamping, advokator, pelaksana kelembagaan primer maupun sekunder yang menangani pertanian organik. Sertifikasi, kendali mutu dan pelabelan hanyalah suatu bentuk formatif belaka yaitu lembaran kertas atau pengumuman secara elektronik (electronical show-up) untuk menunjukan bahwa petani, lahan, input, teknik budidaya, panen dan pemanen-an, prosesing pasca panen, penyimpanan primer, transpor-tasi produk, dan penyimpanan sekunder (pasar/toko/outlet). dikerjakan de-ngan standar organik (non kimia sintetik), bersih, non-pathogenik, non-mutagenik, inputan lokal ting-gi, lahan ber bio-diversitas tinggi, dan lain-lain yang diperlukan untuk konsep sertifikasi.
23
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
Centre of Exhibition
(Messe/hall)
Centre of Exhibition = CoE (unjuk pameran) merupakan fungsi APOL, Koperasi APOL dan Para Petani dalam Paguyuban Petani Organik untuk unjuk keberhasilan dan rencana pengembangan hasil dan budidaya pertanian organik. CoE ini tidak hanya merupakan wujud suatu gedung (messe/ hall) namun juga pewujudan keinginan murni pelaku per-tanian organik untuk menye-lamatkan kehidupan manusia dan anak cucunya, serta keselamatan planet bumi ini. Messe/Hall adalah suatu wujud monumen untuk mengangkat harkat pertanian organik dan visi-misinya.
Transportasi Transportasi merupakan sarana peng-angkutan yang diperguna-kan untuk mengantarkan produk tanam-an dari lahan ke industri peng-olahan hasil dan men-transportasikannya ke kon-sumen.
7. Pemasaran Wisata Agro dan Kuliner
Wisata agro budidaya tanaman organik dan kuliner produk budidaya tanaman, ternak, ikan organik guna menunjang sosialisasi pentingnya budidaya dan konsumsi produk pangan secara organik-biodinamik kepada masyarakat umum. Sub sistem ini bisa ditawarkan menjadi program kunjungan wisata mancanegara.
8. Add-hock: Sistem Futuristik
Perubahan Iptek Iptek sistem budidaya pertanian pada masa mendatang bisa berubah signifikan dan itu bisa bersifat mendadak sebagai akibat logis dari dampak peru-bahan iklim global terhadap produktivitas lahan dan komo-ditas pertanian. Harus ada antisipasi awal terutama menyangkut semua input lokal, benih/bibit, pengelolaan terpadu
24
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
nutrisi dan pengendalian OPT, termasuk perubahan mendasar sistem pasokan energi dan perubahan semua elemen produksi yang dipengaruhinya.
Perubahan Iklim Global
Kalau semua manusia dan kebijakan semua negara belum menghargai secara fundamental terhadap keseriusan mulainya penganggulangan secara signifikan dampak perubahan iklim global, maka akan terjadi awal evolusi planet bumi yang mengerikan. Waktu dan hal itu memang akan sangat relatif, namun secara empirik akan terjadi ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata semakin tinggi. Hubungannya dengan pertanian organik adalah, manusianya harus pula menyiapkan diri menjadi agen peubah keadaan. Kita ikuti program Perguruan Tinggi untuk mitigasinya.
8. Add-hock: Sistem Futuristik
Perubahan Lahan
Laju perubahan lahan akan sangat nyata terhadap kerawanan potensi persediaan pangan nasional. Fungsi konversi lahan pertanian dan kawasan penutupan lahan (sawah, kebun, pekarangan) menjadi pemukiman akan sangat mendasar. Harus ada fungsi perlindungan terhadap kawasan pertanian untuk tetap menghasilkan produksi biomassa sesuai dengan jumlah populasi ditambah dengan luasan lahan untuk penanaman pohon pada batas kemampuan untuk bisa meredam peningkat-an pemanasan global.
25
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
No. Sistem Sub sistem Fungsi
8. Add-hock: Sistem Futuristik
Antisipasi Sistem Input
Melihat masa depan dimana lahan pertanian akan semakin rusak dan kurang apabila tidak ada kekuatan hukum yang mengatasinya, peningkatan pemanasan global, kerusakan lahan bertambah luas, deposit tambang materil pupuk anor-ganik semakin habis. Maka satu-satunya input pertanian menyangkut pupuk, pakan ternak dan pakan ikan haruslah organik penuh prisip deposit lokal. Pengembangan sistem pertanian organik-biodinamik akan menyangkut zonasi lingkage antara utilitas lahan basah dan lahan kering. Dengan demikian proyeksinya adalah integrated food product-ion program. Konsepnya harus memasukkan pula peruangan untuk eksistensi sistem biodiversitas tanaman BNF, pakan ternak, ikan dan tanaman pionir. Equilibria biodiversitas dengan daur hara dan energi tanah dan lahan harus presisif, demikian pula kemampuan peresapan dan penyimpanan air oleh lahan harus presisif dan efektif. Reunion-farming between plant-shrubs-trees through agro-organik forestry.
8. Add-hock: Sistem Futuristik
Kerawanan Pangan
Kerawanan pangan akan terjadi dengan waktu relatif pada masa depan. Fungsi penurunan pro-duktivitas lahan akibat pening-katan pemanasan global dan konversi lahan pertanian akan mengakibatkan kerawanan-kerawanan: pangan, gizi dan kesehatan, peningkatan kejahatan, perang, dan kondisi chaos kompleks.
Peranan Generasi Muda
Generasi muda petani dan masyarakat umum masa depan adalah generasi penerus Bangsa yang akan mengalami
26
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
kondisi kerusakan planet bumi dan keserba-rawanan. Generasi muda mulai saat ini harus diajak untuk ikut memikirkan mitigasi kerusakan planet bumi dan kerawanan pangan, gizi dan kesehatan, diajak mempelopori konsumsi pangan pertanian organik dan senang membudi-dayakannya, mulai mempelopori dan menanam satu pohon satu manusia. Mereka juga harus diajak mulai kegiatan yang tidak boros konsumsi energi dan suka berolahraga tanpa peralatan menggunakan energi fosil dan listrik.
3.3. Proses Memfungsionalkan Sub Sistem Strategis Pertanian Organik
Proses memfungsionalkan Sub Sistem Pertanian Organik merupakan
suatu pemikiran yang strategis untuk menentukan apa-apa saja baik
kebijakan maupun tindakan implementatif untuk benar-benar menghasilkan
output dan outcome yang diperlukan untuk sampai menghasilkan kebenaran
dan kejujuran kendali mutu penyelenggaraan pertanian organik pada suatu
wilayah hamparan. Oleh karena itu sub bahasan ini merupakan kunci penting
pemikiran strategis yang implementasinya harus dilakukan dengan standar
urgensial tinggi.
Desain state of the art ”organik” adalah menghargai setinggi-tingginya
harkat dan martabat manusia untuk mengelola planet bumi (the mother heart)
dengan benar sebagai suatu olah pemikiran dan tindakan ibadah kepada
Yang Maha Kuasa, sehingga dalam pelaksanaannya kita sedapat mungkin
mulai menyelamatkan planet bumi dan mahkluk hidup dalam rengkuhannya
yaitu menyelamatkan mulai dari tempat kita berada. Dengan demikian konsep
idealnya adalah mengangkat kearifan lokal untuk menjadi suatu standar
kualitas dan kinerja yang tinggi dan bersahabat dengan kearifan lokal lainnya
yang distandarisasikan/disatukan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
kearifan organik-biodinamik.
Uraian dari Sub Bahasan ini adalah tentang batas-batas ideal yang
sebaiknya ditempuh (sequential) oleh para pemangku kewajiban/kebutuhan
27
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
pengembangan pertanian organik dimanapun keberadaannya di planet bumi
ini. Ideal adalah garis/ketentuan hasil kesimpulan empirikal (riset untuk
pengukuran data) iptek yang harus dipenuhi, namun ada implementasi
(pelaksanaan) yang opsional (pilihan) yang juga menuruti hasil kajian iptek
yang kemudian disebut sebagai standar minimal dan maksimal implementasi.
Hal yang minimal dan maksimal tersebut dibahas pada Paper (tulisan) lain
lebih komprehensif yang akan menjelaskan ringkas tentang proses
transformasi yang berisi tentang batasan kebutuhan penuh dan kebutuhan
minimal sub sistem. Guna membahas singkat usaha pengfungsionalan sub
sistem pertanian organik, hal itu disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tata laksana mengfungsikan sub sistem pertanian organik untuk pengelolaan yang optimal
a. Sistem Lahan:
Sub Sistem dan Fungsinya
Tata laksana fungsionalisasi
Strategi Tata kelola
Target
Tanah: Reaktor energi dan hara, rentensi air, habitat biota, media tanam.
o Pemberian kompos.
o Pemberian POC.
o Pemulsaan un-tuk lahan mar-jinal.
o Inokulasi mikoriza VAM.
o Dosis kompos optimal minimal 5-10 ton/ha/ musim.
o RDKK budidaya. o KUT. o Pengadaan
rumah APO. o Reklamasi tanah
rusak. o Pembelajaran
ekologi tanah.
o Pencapaian prosentase bahan organik tanah ideal 5 % minimal dua tahun;
o Total mikroba tanah setelah sa-tu tahun > 104 cfu/g tanah.
Fauna Tanah: Struktural tanah, degradasi jaring-an, diversitas ekosistem, daur energi dan hara, keenziman tanah, kehormon-an tanah.
o Pemberian kompos.
o Pemulsaan ra-gam sisa ta-naman.
o Subsoiling pada tanah me-madat.
o Cacing tanah.
o Dosis kompos 6 -10 ton/ha/th.
o Budidaya cacing dan home industry pakan ikan dan ternak.
o Reklamasi sub- soiling.
o Kurikulum pembelajaran pertanian organik biodinamik.
o Budidaya cacing per Paguyuban Petani Organik.
Mikroba tanah: Daur energi dan hara, pengendali-an asam humat tanah, diversitas ekosistem, ke-enziman tanah,
o Pemberian kompos rutin dan jumlah optimal.
o Pengocoran tanah dengan agensia hayati
o Pembelajaran ekologi tanah dan lahan.
o Pemilihan agensia hayati kualitas baik.
o Penyediaan agensia hayati
o Kerjasama de-ngan Pergur-an Tinggi menye-lenggarakan: (i) sekolah ekologi tanah dan lahan, (ii) bioteknologi
28
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
kehormonan tanah.
spesifik. o Penanaman
tanaman BNF. o Aplikasi Azolla. o Inokulasi
mikoriza untuk lahan marjinal.
lokal mengan-dung ragam optimal mikroba lokal.
o Penataan ruang dan perencanaan untuk penanam-an orok-orok, gliriside, turi, lamtoro,
o Aplikasi dual crop padi orga-nik-Azolla.
pengkomposan, (iii) bioteknologi agensia hayati, (iv) pe-rencanaan tata ruang tanaman BNF dan material biomassa pupuk organik.
o Pelatihan TOT untuk PPL dan Ketua Poktan
o Demplot dual crop padi orga-nik-Azolla.
Air: Daur energi dan hara, siklus hidrologi, produksi bio-massa, dan me-ngatur stabilitas thermal tanah, ta-naman dan atmosfer.
o Penanaman berjuta pohon.
o Pengkomposan. o Pemulsaan. o Agro-organik
forestry. o Aplikasi biopori. o Revitalisasi
sistem mekanik konservasi tanah dan air.
o Revitalisasi serius pemeliha-raan jaringan irigasi.
o Penguatan fungsi kembali tanah sawah menjadi wilayah tanah utama usaha ber-irigasi.
o Penataan ruang dengan serius untuk penanam-an berjuta pohon berguna.
o Mulai program agro-organik forestry serasi dengan program penanaman berjuta pohon.
o Program biopori murah namun efektif untuk pe-desaan dan per-kotaan.
o Pengfungsian hukum agraria untuk melindu-ngi lahan sawah beririgasi agar ti-dak dapat di-konversi men-jadi lahan non sawah.
o Dana Pemkab, swasta dan ma-syarakat untuk program pe-nanaman berjuta pohon rutin.
o Program biopori dan pemulsaan konservasi air pedesaan dan perkotaan.
o Program serasi penanaman po-hon fungsi agro-organik forestry.
Energi cahaya: Produksi biomassa tanaman dan mi-kroba autotropik, pengendalian keragaman hayati.
o Pola jenis tanam mono kultur atas dasar perubahan global regional suhu udara dan evapotranspirasi.
o Pengaturan jarak tanam optimal untuk masing- masing pola agrosistem.
o Aplikasi mulsa terencana teknis pada musim tanam dan pada masa bera.
o Penetapan pola tanam mono kul-tur spesifik wilayah fisiografi atas dasar pe-rubahan suhu udara, pola hujan dan tingkat evapotranspirasi.
o Pemanfaatan produksi bioma-ssa dan aplikasi pemulsaan pada wilayah berpe-nutupan rendah.
o SK pola tanam mono kultur dan teknologi yang mendampingi disesuaikan dengan peru-bahan alam.
29
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Karbon dioksida: Produksi bio-massa tanaman, siklus karbon biosfer.
o Budidaya tanam-an organik de-ngan memper-besar diversitas carbon sink.
o Pola tanam dan diversitas tanam-an carbon sink (karbon sekues-trasi).
o Pelatihan sekuestrasi karbon untuk para PPL.
b. Sistem Sumberdaya Manusia:
Sub Sistem dan Fungsinya
Tata laksana fungsionalisasi
Strategi Tata kelola
Target
Petani: Pemelihara keseimbangan agroekosistem, pengusaha sistem agro, karsa dan cipta kedaulatan pangan.
o Mendidik dengan serius kemandirian, profesonalis-me, kapasitas inovasi petani.
o Membekali ke-arifan dan input lokal berke-lanjutan.
o Pembentukan Paguyuban Petani Organik.
o Program pen-didikan petani tingkat Pagu-yuban Petani Organik.
o Poktan tingkat hamparan kecamatan mendirikan Paguyuban Petani Organik.
o Program trans-formasi iptek budidaya secara organik dan soft skill kepada petani oleh PPL ter-latih.
o Program go budidaya padi organik Poktan dikoordinasi Paguyuban.
Keluarga Tani: Agro capacity building, pewaris sistem agro.
o Mendidik usaha off-farm untuk keluarga.
o Program gencar usaha off-farm oleh wanita dan pemuda tani.
o Pelatihan capac-ity building ke-pada tokoh wa-nita dan pemuda tani.
o Pemkab mencari peluang industri rumah tangga hasil on-farm dan off-farm.
o Tujuan petani tidak mudah menjual sawah dan lahan kering.
Penyuluh Pertani-an: Pemberdayaan pe-tani dan pertanian.
o Program target go padi organik individual PPL dipimpin oleh Koordinatornya.
o Program menggerakkan pengadaan input lokal mandiri dan tinggi oleh PPL.
o Membuat zone permurnian budi-daya padi orga-nik.
o Target prestasi kemandirian penggunaan in-put lokal, ke-biodinamikan sistem, kualitas tanah, dan pro-duksi.
30
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Sub Sistem dan Fungsinya
Tata laksana fungsionalisasi
Strategi Tata kelola
Target
Teknokrat/Peneliti: Perencanaan, pengembangan dan evaluasi pem-bangunan pertanian organik.
o Pemkab menjalin kerjasana riset sistem budidaya organik dengan Perguruan Tinggi.
o Riset dasar. o Riset aksi dem-
plot partisipatif. o Membuat peren-
canaan Basic Standart APOL agar ada kesela-rasan dengan SOP penyeleng-garaan pertanian organik tingkat kabupaten.
o Pakar pertanian organik Perguru-an Tinggi dijadi-kan partner riset, dan pendamping kebijakan pro-gram go organik.
o KKN mahasiswa dengan job khu-sus pengemba-ngan pertanian organik.
Aplikator Iptek: Pemakaian input dalam budidaya.
o Bisa bekerjasama dengan APOL c.q. kendali mutu oleh Dinas terkait guna penerapan demplot teknologi dalam budi-daya pertanian organik.
o Harus ada ijin kerjasama untuk aplikasi produk teknologi baru input budidaya tanaman organik.
o PPL bertanggung jawab terhadap kualitas teknologi yang dicobakan dan hasilnya.
o Kendali uji coba teknologi sesuai dengan basic standart yang dimiliki APOL.
o Tidak melanggar kendali mutu bu-didaya dan label di dalamnya yang telah dimiliki oleh APOL.
Pembelaan Petani: Advokasi petani, usaha tani dan pertanian.
o Penyelenggaraan pertanian organik dasarnya adalah (i) input internal sistem yang se-makin tinggi se-makin baik dan (ii) petani mem-punyai APOL dalam proses advokasi, pem-binaan, input, penerapan iptek, budidaya, panen. Pasca panen dan pemasaran.
o Oleh karena itu lembaga/kegiatan pembelaan oleh Asosiasi lain atau LSM harus be-kerja sama de-ngan APOL yang telah mempunyai basic standart sendiri, sehingga kendali mutu tidak berubah.
o SOP kabupaten dan Basic Stand-art APOL intinya harus selaras standar teknolo-gi yang diterap-kan untuk mem-bangun perta-nian organik.
o Spesifikasi pu-puk organik, agensia hayati, POC, pestisida hayati, pestisida organik, benih dan bibit, pe-manenan, proses pasca panen, pro-mosi dan pemasaran harus berstandar kualitas tinggi, bersifat selaras alam, meng-untungkan petani, dan mem-punyai efek spiral ekonomi yang tinggi bagi daerah.
o Ada standar mu-tu input, tata laksana dan tata kelola pencipta-an dan produksi input pertanian organik, ter-masuk etika per-dagangan dan pemasarannya.
o Diperlukan riset khusus dan workshop untuk penentuan basic standart kendali mutu input.
o Ke masa depan harus disiapkan produk input unggulan dan proses budida-ya, lahan, kuali-tas petani, dan Aso-siasi Perta-nian Organik Lokal yang ber-kelas internasio-nal.
o Tuntutan ekspor produk organik adalah jaminan mutu, keamanan pangan, ramah lingkungan, ken-dali mutu sani-tasi sistem dan sanitasi tanam-an, dan sistem teknis keamanan produk dalam perdagangan internasional.
31
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
BAB IV. PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA ORGANIK
Tanaman hortikultura adalah salah satu golongan tanaman budidaya
yang bernilai ekonomi tinggi. Budidaya tanaman hortikultura bertujuan
menghasilkan produk pangan dan tanaman hias (eksotik). Tanaman
hortikultura selama ini dikembangkan pada lahan sawah bersamaan budidaya
padi yaitu sebagai tanaman sela atau tumpangsari, dan pasca musim padi
sebagai tanaman tumpangsari dengan kedelai dan jagung atau monokultur.
Tanaman yang dibudidayakan pada lahan sawah baik irigasi maupun tadah
hujan kebanyakan adalah tanaman sayuran. Pada dataran rendah, sawah
beririgasi saat ini dikembangkan bawang merah. Pada lahan kering terutama
wilayah pegunungan (dataran tinggi) berjenis tanah Andisol banyak
dikembangkan hortikultura sayuran ekonomi tinggi seperti kentang, wortel,
brokoli, daun bawang, dll., namun ada pula dikembangkan komoditas buah-
buahan khas pedataran tinggi contohnya strawberry. Berbagai komoditas
hortikultura pada berbagai jenis lahan umumnya dibudidayakan dengan input
luar yang sangat tinggi sampai tinggi. Khusus budidaya pada dataran tinggi
menimbulkan dampak erosi sangat hebat karena kemiringan lereng lahan dan
teknik budidaya umumnya tidak berkaidah konservasi tanah. Pemupukan
untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman hortikultura dataran tinggi
(sayuran dan buah) dan bawang merah, pemupukannya umumnya juga
berdosis tinggi, demikian pula pemakaian pestisida untuk pengendalian OPT.
Seperti kondisi pada budidaya lahan sawah (komoditas pangan padi,
kedelai, dan jagung), kesulitan mendapatkan pupuk kimia sintetik pabrikan
juga dialami oleh petani lahan kering. Pupuk organik diperlukan dalam jumlah
yang sangat besar karena rata-rata kadar C-organik tanah < 2 %. Keinginan
Pemerintah melalui program “go organik” sebenarnya merupakan program
yang cukup berat karena harus menyiapkan pupuk (bahan) organik yang
cukup banyak. Menurut perhitungan Ismangil (2010), untuk meningkatkan 1
% kandungan C-organik tanah mineral pada 1 ha lahan dibutuhkan 24 ton C-
organik. Mengacu standar baku mutu pupuk organik (SK Permentan tahun
32
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
2009), yaitu harus mempunyai kandungan C-organik minimal 12 %, maka
kebutuhan 24 ton C-organik tersebut harus dipasok dari 200 ton pupuk
organik (Ismangil, 2010). Kondisi tersebut harus dipenuhi karena menurut
Simanungkalit et al., (2006), sebagian besar lahan pertanian intensif
Indonesia produktivitasnya menurun karena kandungan C-organik tanah < 2
% (rendah), bahkan tanah sawah di pulau Jawa kandungan C-organik
tanahnya < 1 %. Hal sama dilaporkan oleh Ismangil (2009), yaitu kandungan
C-organik pada top soil (horizon O dan A) tanah lempung aktivitas rendah
antara 0,5 dan 1 %. Apabila diperlukan kompos 200 ton/ha dengan asumsi
dilaksanakan 3-4 musim tanam, maka tiap musim tanam diperlukan 50-65 ton
pupuk organik/ha/musim. Apabila diproyeksikan material ruah campur
pengkomposan mengalami penyusutan 50 %, maka dari manakah didapatkan
material dengan keruahan 100-130 ton/ha/musim oleh petani? Program Go
Organik yang memberdayakan adalah apabila petani atau paling tidak tiap
kelompok tani mampu mengusahakan materialnya dan membuat komposnya
sendiri sehingga ada kedaulatan tani dan ada input dalam yang tinggi.
Masalah di atas baru dari segi pengelolaan kesuburan tanah. Dari segi
pengendalian OPT, maka petani organik juga harus mampu membuat
pestisida hayati atau pestisida organik untuk mengatasi OPT. Khusus
komoditas kentang yang berasal dari iklim sub tropika maka go organik
sangat diragukan bisa dilaksanakan apabila budaya budidayanya tetap sama
dengan saat ini, artinya budidaya pada lahan yang sama dan kondisi
ekosistem yang sama. Oleh karena itu contoh kasus pengembangan kentang
organik sebaiknya pada lahan-lahan baru yang tidak pernah berjangkit hama
dan penyakit rutin (epidemi). Sedangkan pada komoditas sayuran lainnya
atau buah yang serangan OPT-nya bersifat epidemik,
diperlakukan/direncanakan yang sama juga. Namun demikian masih banyak
aspek pertimbangan lainnya diperlukan untuk menentukan perencanaan.
Khusus untuk pengembangan aplikasi agensia hayati sebagai cara
mengameliorasi persoalan tanah lahan kering, maka antara tanah dataran
tinggi, fisiografi perbukitan (ultisol dan axisol) dan dataran rendah
(inseptisol/entisol) tidak bisa disamaratakan aplikasinya; ada keragaman
spesies dan strain mikroba agensia (amelorator) khusus sesuai masalah
kimia dan fisika tanah.
33
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
4.1. Strategi Pengembangan dan Pemasyarakatan Budidaya Hortikultura Organik
Mengingat bahwa go budidaya tanaman hortikultura terutama yang
aslinya bukan tropika, maka harus menjadi perhatian pertama dari
pengembang bahwa komoditas asal sub tropika tidak akan berkelanjutan
apabila dibudidayakan secara organik-biodinamik. Alasan yang paling primer
adalah serangan OPT yang berat. Namun demikian untuk komoditas tanaman
hortikultura yang asal tropika terutama yang lokal akan sangat berprospek
dibudidayakan secara organik pada fisiografi lahan apapun. Guna lebih
memberikan kontribusi bagi pengembangan tanaman hortikultura untuk go
organik maka penulis memberikan saran strategi pengembangannya pada
pemaparan di bawah. Apabila telah ditetapkan oleh petani sendiri atau
kelompok tani untuk segera go budidaya komoditas tanaman hortikultura
diperlukan langkah strategi yang disajkan di bawah (dimodifikasi dari tulisan
Sutanto, 2002).
a) Penentuan spesies tanaman yang akan go organik lebih aman bila
asalnya lokal.
b) Bila ditentukan spesies asal sub tropika lebih baik budidaya teknologi
seperti biasa apabila lahannya berlokasi tetap di wilayah reguler, namun
bila mau go organik disarankan melakukan survei dahulu mencari lahan
non-epidemi serangan OPT. Hal ini untuk menghindari pengendalian OPT
menggunakan pestisida kimia sintetik. Apabila digunakan bukan produk
organik lagi.
c) Pembelajaran iptek pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman terpadu organik-biodinamik; dilanjutkan
latihan pembuatan agensia/pupuk hayati, kompos, pupuk organik cair,
pestisida hayati, dan pestisida organik. Bahan-bahan pembuatan asal
lokal, kalau diperlukan agar membudidayakan dalam lokasi.
d) Mengusahakan keanekaragaman hayati biota untuk budidaya (tanaman),
biota untuk keragaman vegetasi (inang dan pionir), fauna untuk fungsi
musuh alami hama, serta fauna dan mikroba tanah untuk perbaikan
kesuburan tanah secara biologis dan musuh alami patogen dalam tanah.
34
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
e) Bahan pembuatan kompos dianekaragamkan yang tidak hanya yang telah
dikenal petani sekarang misalnya jerami padi, berangkasan jagung dan
kedelai, namun juga yang belum dikenal/populer oleh petani misalnya
Azolla, limbah jamur merang, belotong, seresah tebu, orok-orok, gliriside,
dll. Mengingat keperluan tersebut maka diperlukan kebijakan tingkat
pedesaan untuk penataruangan lahan untuk membudidayakan tanaman
pupuk hijau atau nantinya sebagai bahan kompos. Tanaman legum
sebagai bahan kompos direkomendasikan untuk dibudidayakan
bagaimanapun caranya.
f) Di wilayah yang populasi ternak ayam, sapi dan kambingnya tinggi dapat
diusahakan bekerjasama dengan peternak untuk perolehan kotoran ternak
untuk pembuatan kompos.
g) Di wilayah yang berdekatan dengan agroindustri seperti pabrik gula,
alkohol, jamu dan bumbu masak, demikian pula pembudidayaan jamur
merang, maka limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan
pupuk organik.
h) Mau belajar tentang ekologi tanah dan ekologi lahan agar setelah masa
transisi selesai petani dan kelompok tani mampu menemukan keragaman
hayati yang diperlukan untuk mendukung agroekosistem agar sistem
pertanian organik bisa berkelanjutan.
i) Diperlukan peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan pertanian
organik melalui jalur pendidikan dan pelatihan atas dasar program
pembelajaran yang sistematik yang akhirnya dapat dijadikan sebagai
materi penyuluhan.
4.2. Manajemen dan Kebijakan Pertanian Organik: standarisasi
Penyelenggaraan pertanian organik di negara kita belum sepenuhnya
diterima oleh masyarakat dan Pemerintahan. Petani yang melaksanakan
budidaya tanaman secara organik hanya merupakan bagian dari
implementasi gerakan go organik beberapa LSM. Perguruan Tinggipun belum
banyak dapat berbuat kuat untuk memback-up gerakan go organik, karena
pelaksanaannya dan implikasinya masih dianggap berat. Namun demikian
apa yang selama ini penulis alami selaku peneliti, pemerhati dan pecinta
pertanian organik, melihat dan membuktikan bahwa petani tanaman organik
35
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
yang betul-betul berangkat dari kemauan hati organiknya maka tidak ada
yang dirasakan berat.
Atas dasar kepenuhan hati dan kesulitan melaksanakan go organik
maka pembudidaya tanaman organik paling tidak dapat dibagi dua yaitu:
petani organik penuh dan petani semi organik. Ciri-ciri dari petani organik
penuh yaitu ada lima sikap (“Panca Sikap”): (i) mengadakan sendiri bahan-
bahan pembuatan input agensia hayati, kompos, POC, dan pestisida hayati,
dan membuat sendiri input tersebut, (ii) membuat sendiri benih dan bibit lokal
untuk keperluan budidaya tanaman, (iii) lahannya bisa menjadi contoh
keragaman hayati agroekosistem yang diperlukan dalam pengelolaan
kesuburan tanah dan pengendalian OPT, (iv) mau dan bersedia menjadi
pendamping pengembangan pertanian organik karena memahami dan
melaksanakan betul visi dan misi pertanian organik, dan (v) mencintai planet
bumi, kedaulatan pangan, dan keberlanjutan sistem pertanian organik. Oleh
karena masih adanya keragu-raguan masyarakat dan Pemerintah, namun
sebenarnya telah banyak petani organik yang berketeladanan tinggi, maka
sebaiknya diperlukan keberanian petani untuk membuat bersama suatu
Asosiasi Pertanian Organik agar gerak langkahnya menuruti suatu aturan
prosedur standar. Contoh standar dapat diacu antara lain dari IFOAM
(International Federation of Organik Agriculture Movement).
36
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
BAB VI. MOL, KOMPOS, PESTISIDA ORGANIK, PGPR BUATAN SENDIRI
Masyarakat tani yang go organik tentunya memikirkan inputannya yang
berasal dari sisa-sisa organism yang disebut bahan organik. Termasuk pupuk
dan pestisida, go organik memerlukan pupuk organik, pestisida hayati, dan
pestisida organik, disamping itu dikenal pula yang disebut nutrisi organik
tambahan terutama dari buah dan sayuran yang bahannya local. Penulis ingin
berbagi pengalaman yang merupakan hasil studi alam dengan para petani
dan kelompok tani, demikian pula hasil studi pustaka dari berbagai petani dan
kelompok/asosiasi tani alami/organik seluruh dunia. Inti dari budidaya
pertanian alami adalah usahatani gabungan antara tanaman, hewan ternak
darat, dan hewan ternak ikan yang dimotori oleh probiotik berupa single cell
protein (SCP) berupa beberapa mikroba penting. Mikroba-mikroba tersebut
benang merahnya ada pada pembangkitan Lactobacillus sp. dalam suatu
agro-ekosistem dimanapun juga baik di wilayah iklim tropika, sub tropika
maupun temperate. Selanjutnya guna menambah guna kerja lactobacilli maka
perlu dibangkitkan pula mikroba dari ragi (yeast), jamur dan bakteri lainnya.
Semua mikroba tersebut sebaiknya diisolasi dan dikembangkan sendiri
secara local oleh petani. Dengan demikian harus dipunyai biang lacto bacilli
dan mikroba lain yang disebut mikroba local atau mikro-organisme local (MOL
atau indigenous microorganism).
Tulisan ini merupakan suatu manuskrip untuk mengembangkan
pertanian organik/alami yaitu berupa uraian tatalaksana mendapatkan biakan
mikroba lactobacilli dan MOL, serta NPH. Tatalaksana seseorang, baik petani
maupun pakar bioteknologi, pengalamannya akan menentukan tingkat
keberhasilan dan kualitas biakan dan NPH. Nutrisi suplemen untuk pemberian
nutrisi tambahan komprehensif untuk budidaya tanaman pangan disajikan
dalam manuskrip lainnya yang tujuannya adalah agar di tingkat petani betul-
betul akan dicapai go organik 100 % (100 % organikally cropping technique).
Tulisan ini didasari dengan pengalaman penulis dalam mengembangkan
pertanian organik bersama dengan para petani organik seluruh dunia (FAO,
APHD, HPS) yang betul-betul go organik murni dengan mengandalkan ilmu,
37
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
teknologi, dan input local. Berbagai buku baik jurnal internasional maupun
nasional dan buku-buku petunjuk praktis dari ber-bagai lembaga dan pro
manuskrip untuk petani internasional maupun nasional; manuskrip-manuskrip
tersebut disarikan untuk membuat manuskrip ini.
Dr. Han Kyu Cho (asosiasi pertanian alami Korea) merupakan
inspirator seluruh dunia gerakan pertanian alami organik seluruh dunia yang:
(i) ingin menjadikan planet bumi menjadi lebih baik kesehatan dan kualitas
tanah, air, atmosfer, keragaman hayati dan petaninya, (ii) berkemandirian
yang teguh pada prinsip mengembangkan input local, (iii) menolong
menyehatkan pangan yang tidak terkontaminasi oleh pupuk sintetik pabrikan,
pestisida sintetik pabrikan, dan hormone pertumbuhan sintetik, serta asal
tanaman non mutan apapun, (iv) menggunakan tanah dan air yang telah
disehatkan dahulu untuk budidaya tanaman, dan (v) mau dan ikhlas untuk
bekerjasama menjadi murid dan guru secara bersama-sama dalam budidaya
tanaman dan hewan ternak secara alami.
6.1. Peranan Lactobacillus sp. dan Pembuatan Lactic Acid Bacteria Serum (LABS)
6.1.1. Pengertian:
Lactic acid bacteria serum (serum bakteri asam laktat) adalah biakan
Lactobacillus sp. local yang dapat dibiakkan oleh siapapun dan dimanapun
juga, oleh karena itu bisa digolongkan dalam bakteri local karena bisa menjadi
milik petani manapun juga. Mikroba tersebut kemudian bisa disebut sebagai
lactobacilli atau biakannya bisa disebut sebagai LABS. Semua alat dan bahan
yang diperlukan bisa didapatkan pada pasar local atau dibuat sendiri, contoh
beras, gula merah non pengawet sintetik, susu segar, dan susu skim.
Lactobacillus sp. adalah bakteri anaerobic yang menguraikan susu menjadi
asam laktat sehingga namanya adalah bakteri lacto. Bakteri ini tumbuh dan
berkembang hebat serta memakan amoniak yang dilepaskan dalam proses
dekomposisi bahan organik yang menimbulkan atau berhubungan dengan
bau tidak sedap. Dengan demikian bila kita ingin menghilangkan bau tidak
38
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
sedap pada suatu bahan yang sedang mengelami fermentasi, maka
gunakanlah Lactobacillus sp.
Bilamana kita menyemprotkan suatu larutan yang berisi serum bakteri
asam laktat (lacto bacilli) ke permukaan tanaman dan tanah, maka hal itu
akan menolong tanaman untuk tumbuh dan berkembang lebih sehat.
Penyemprotan pada tanaman atau tanah, bacteria bermanfaat tersebut akan
memberikan pertolongan lebih dalam proses dekomposisi bahan organik,
sehingga tanaman atau hewan akan mendapatkan nutrisi yang lebih dari
pada tidak dengan bakteri lacto bacilli.
Bakteri asam laktat ini dikenal pula memiliki kemampuan memproduksi
enzim dan antibiotic alami yang sangat efektif membantu pencernakan bagi
manusia dan hewan, demikian juga mempunyai efektivitas dan kesifatan
antibacterial yang antara lain mengontrol salmonella dan e. coli. Bagi petani
Lactobacillus sp. mempunyai kegunaan besar untuk menyehatkan air, tanah,
atmosfer, tanaman, dan hewan ternak darat dan air (ikan). Bagi tanaman
memperbaiki kualitas serapan hara dari dalam tanah, bagi hewan ternak
memperbaiki konversi makan dan mengeliminasi toksin dari lingkungannya.
Berikut ini akan diuraikan secara simple bagaimana petani atau
kelompok tani dapat mengisolasi dan memproduksi biakan lacto bacilli.
Kepada perusahaan pertanian pemanfaat diharapkan mengembangkannya
dengan peralatan dan bahan-bahan local sehingga tidak menambah beban
energy proses dan energy transportasi berlebihan. Kita dalam bekerja
menangani dan mengembangkan pertanian alami organik harus mengerti dan
bersepakat untuk menyelamatkan planet bumi. Disarankan pengembang
pertanian alami organik mempelajari perubahan iklim global, penyebab, akibat
dan tatalaksana untuk mengurangi pemanasan global, sehingga dapat yakin
dan tahu bahwa pertanian alami organik termasuk salah satu metode untuk
mengurangi pemanasan global dan bukan sebaliknya makin menambah
pemanasan global.
6.1.2. Bahan dan Alat yang diperlukan
(i) Air cucian beras organik
(ii) Susu segar atau susu skim
39
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
(iii) Pot tembikar (kendil) atau batang bamboo
(iv) Kertas manila (baru)
(v) Ember plastik
(vi) Biang gula merah (kalau bisa gula batu)
(vii) Air bersih sumur dalam (bukan PDAM/tidak mengandung klorin atau
kimia lain)
6.1.3. Prosedur
(i) Menangkap lacto bacilli dengan cara menuang air cucian beras ke dalam
kendil.
(ii) Sisakan 50 % - 70 % ruang untuk udara.
(iii) Tutup kendil menggunakan kertas manila atau kertas yang biasanya
warna coklat atau kertas dobel folio kemudian diikat dengan pengikat
apapun, yang penting jangan terlalu ketat.
(iv) Letakkan di ruangan yang sejuk dan terhindar langsung dari sinar
matahari.
(v) Biarkan air cucian beras organik terfermentasi selama 5-7 hari pada
kisaran suhu ruangan 20-25°C.
(vi) Pada hari ke 5-7 maka sisa dedak beras akan terpisah dan
mengambang di permukaan membentuk lapisan tipis pada cairan yang
berbau asam (sour).
(vii) Saring larutan dengan kain saringan dan pindahkan larutan ke dalam
wadah yang lebih besar (ember besar atau gentong).
(viii) Tuangkan ke dalam wadah besar tersebut susu segar atau susu skim
yang diencerkan dengan jumlah volume 10 kali lipat jumlah volume
larutan cucian beras yang telah terfermentasi. Contoh bila larutan cucian
beras terfermentasi misalnya 5 liter maka susu segar adalah 50 liter.
(ix) Tutup wadah tersebut dengan kertas manila dan ikat tidak terlalu kuat
untuk memberikan udara tetap mengalir masuk. Karena larutan cucian
beras sudah menghandung antara lain lacto bacilli demikian pula
kemungkinan mikroba-mikroba lainnya maka perlu dimurnikan dengan
menggunakan susu segar tersebut. Hanya lacto bacilli kuat yang tahan
dalam fermentasi susu segar, dan perlakuan demikian bertujuan untuk
menyisakan lacto bacilli murni.
40
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
(x) Fermentasikan dalam 5-7 hari. Setelah itu karbohidrat, protein, dan
lemak akan mengambang dan meninggalkan cairan kuning muda
(serum) yang mengandung bakteri asam laktat. Karbohidrat, protein dan
lemak yang mengambang tersebut dibuang dan berikan pada hewan
ternak atau campurkan dengan kompos untuk memperkaya
keharaannya.
(xi) Serum bakteri asam laktat murni dapat disimpan dalam lemari es, atau
dapat ditambahkan biang gula pada jumlah sama atau molase yang
telah diencerkan dengan 1/3 air. Biang gula atau molase memungkinkan
bakteri asam laktat hidup pada suhu ruang dengan nisbah 1:1, gula
bekerja sebagai makanan bagi bakteri agar bertahan hidup.
(xii) Larutan berisi gula makanan tersebut dapat digunakan sebagai kultur
murni bakteri asam laktat.
(xiii) Penggunaan (membuat indukan): larutkan kultur murni tersebut dengan
20 bagian air sumur dalam atau air bersih sehat apapun non klorin atau
kimia lainnya yang dapat membunuh bakteri asam laktat. Larutan
pengenceran ini disebut indukan larutan LAB (lacto acid bacteria) atau di
Indonesiakan menjadi istilah bakteri asam laktat (BAL).
(xiv) Penggunaan untuk tanaman: larutkan 2-4 sendok makan indukan LAB
dalam segalon air sehat non kimia kemudian disemprotkan pada
tanaman dan tanah untuk menyehatkan tanaman dan memberikan lacto
bacilli kepada tanah. Demikian pula bisa untuk memproses kompos
bersama dengan larutan pengenceran indukan MOL mikroba lainnya.
(xv) Penggunaan untuk hewan ternak besar sebanyak 2-4 sendok makan
tanpa melarutkan dengan air lagi.
6.1.4. Kegunaan LAB
(i) Meningkatkan pergerakan usus hewan ternak dan manusia (harus lebih
steril LABnya).
(ii) Menyeimbangkan bakteri-bakteri yang ada dalam usus.
(iii) Mencegah berkembangnya bakteri pathogen yang merugikan.
(iv) Meningkatkan system imunitas hewan ternak dan tanaman.
(v) Mengandung zat perlambatan penuaan dan atau antioksidan, demikian
pula berbagai enzim berguna.
41
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
2. Peranan Mikroba lokal (MOL) dan Pembuatannya
2.1. Pendahuluan
Hal pertama kali yang dapat penulis berikan adalah tentang hikmat kita
dalam melaksanakan pertanian alami organik. Pertanian alami adalah yang
penulis yakini demikian juga apa yang penulis mengerti dan dalami apa yang
telah semua senior dan kawan-kawan pertanian alami/organik seluruh dunia
terutama dari bagian dunia asia lakukan. Mereka semua melakukan yaitu
menumbuh-kembangkan pertanian alami organik, rohnya adalah
menyelamatkan planet bumi, dan memberikan/mengembalikan kemandirian,
kedaulatan, dan kehormatan petani di mata masyarakat dunia dan terutama
dimata Tuhan Yang Maha Kuasa atas proses pertaniannya dan hasilnya yang
akan menyehatkan manusia, ternak, juga ekosistem, jadi bukan merusaknya.
Disinilah peranan hubungan manusia petani dengan NurQudus Tuhan sangat
nyata yaitu menghasilkan hasil tani yang diberkati Tuhan dan bermanfaat
untuk kehidupan.
Sebenarnya apa pertanian alami organik itu? Itu adalah pekerjaan
petani yang mencintai planet bumi untuk digunakan menumbuhkan dan
mengembangkan tanaman dan hewan ternak untuk kebutuhan keluarga tani
dan masyarakat yang membutuhkannya. Inputannya adalah local, dengan
demikian petani harus menggerakkan anggota badannya untuk mengolah
tanah, air, atmosfer, dan biotic menjadi organ-organ pertanian sehingga
menghasilkan hasil-hasil tanaman dan ternak. Kalau kita cermati itulah
perintah Tuhan, yaitu petani harus bekerja keras, jadi bukan menerima
mentah-mentah dan terstruktur inputan dari pabrikan. Dengan demikian
kalaupun pabrikan terlibat bersifatlah melayani untuk kebaikan dan kebutuhan
local dan jangan menjadi penguasa absolute petani. Jadi ajaklah petani untuk
tetap belajar dan bekerja keras bersama-sama dengan perusahaan, dan
jangan lupa bersyukur kepada Tuhan dengan memberikan persepuluhan
keuntungan tani dan perusahaan kepada yang berhak menerima bantuan.
Dengan demikian tolong-menolong dalam anggota badan organik pelaku
pertanian itulah dasar pertanian alami yang organik, sehingga biota dan fisik
agro-ekosistem tidak rusak.
42
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Goal dan arah petani alami organik adalah menyelamatkan pertanian
dan melestarikan produktivitas pertanian. Tugas petani organik tidak hanya
memproduksi tanaman dan hewan bebas bahan kimia sintetik namun juga
melestarikan produksi tanaman dan hewan ternak yang aman dan sehat
untuk manusia. Kemunculan issue pertanian organik dan keinginan yang
dalam yang sebenarnya (harus kita ungkap dan lakukan) adalah harus
dihasilkan kelestarian system pertanian dan control yang benar dari segala
sumberdaya yang ada dalam pertanian kita termasuk input. Hal inilah yang
membedakan dengan pertanian organik yang masih diliputi dengan pemikiran
dan keinginan inorganik yaitu neo-imperalisme dan neo-kapitalisme.
2.2. Pengertian Mikroba Lokal
Saya ingin sampaikan pemikiran tentang mikroba bermanfaat dalam
dunia pertanian karena itulah permulaan pertanian menuju kelestarian system
pertanian. Dengan demikian kita mengusahakan mikroba local kita isolasi
(tangkap), kita perbanyak dan kita simpan menjadi kultur mikroba local. Itulah
pengertian mendasar dari mikroba local dalam pertanian alami organik.
Mikroba local yang harus kita kelola adalah bakteri asam laktat (sudah
dibahas di depan), dan mikroba-mikroba lainnya termasuk yeast (ragi), jamur
lain, dan bakteri lain. Mikroba-mikroba tersebut fungsinya adalah mulai dari
menangkap N dari udara, menguraikan fosfat dan hara lain termasuk
pengurai karbon, menghasilkan senyawa enzim dan hormone yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, demikian pula untuk
penguatan system pencernakan hewan ternak darat dan ikan, dan penghasil
protein.
Kawan-kawan peminat pertanian alami organik dapat mengembangkan
pengelolaan mikroba berguna asli local tersebut, caranya tentunya dengan
latihan, praktik, dan memproduksinya untuk keperluan kalangan dan
bersama. Mikroba berguna tersebut dapat disebut dengan probiotik yang
adalah hasil pengkulturan dari mikroba-mikroba hidup untuk keperluan
suplemen pangan dan pakan ternak. Probiotik sesuai namanya adalah
mikroba-mikroba untuk kehidupan karena mikroba-mikroba yang termasuk
probiotik harus mempunyai sifat menguntungkan inangnya baik manusia
maupun hewan ternak dengan cara penguatan fungsi pencernakannya.
43
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Terhadap inang tanaman pertanian maupun liar, maka probiotik juga harus
memberikan keunggulan komparatif guna menghadapi tantangan lingkungan
yang tidak menguntungkan. Lawan dari sifat probitotik adalah mikroba-
mikroba yang bersifat pathogen. Pengelolaan probiotik akan sangat signifikan
pada masa depan planet bumi yang telah berubah iklimnya secara global dan
bertambah buruk bagi planet bumi akibat perbuatan manusia sendiri. Untuk
keperluan probiotik pada manusia dan hewan ternak maka dalam ilmu
bioteknologi atau mikrobiologi, probiotik atau mikroba berguna ada istilah
single cell protein (Subba Rao, 1999 atau 2002). Single cell protein adalah sel
kering mikroorganisme (mikroba) yang dipergunakan sebagai sumber protein
suplemen dalam makanan manusia ataupun pakan ternak (Nasseri et al.,
2011 (naskah asli untuk jurnal terbit tahun 2011). Mikroorganisme seperti
alga (algae), jamur (fungi), ragi (yeast), dan bakteri (bacteria) dapat
digunakan untuk memproses pakan ternak dan sisa-sisa organik apapun
sebagai sumber karbon dan energy untuk memproduksi biomassa, konsentrat
protein, dan asam-asam amino. Karena kadar protein secara kuantitatif tinggi
yang terdapat dalam sel mikroba maka maka mikroba-mikroba tersebut
disebut dengan single cell protein (SCP) atau bila perlu kita Indonesiakan
menjadi istilah sel protein tunggal (SPT). Dalam era ke depan saya meyakini
bahwa SPT tersebut akan sangat penting untuk menggantikan atau
suplementasi jumlah produksi protein secara konvensional seperti sekarang
ini. Hal tersebut tidak hanya untuk fungsi produksi protein untuk makanan
manusia dan pakan hewan, namun juga guna kepentingan budidaya tanaman
pertanian, demikian pula kepentingan penghutanan kembali planet bumi
dalam hubungannya dengan program karbon kredit. Probiotik juga akan
sangat diperlukan untuk program penyehatan kembali tanah dan air yang
telah terkena dampak polusi pertanian revolusi hijau dan saat ini ada berjuta-
juta hektar lahan dengan tanah, air tanah, dan air permukaan yang telah
rusak.
Mikroba asli local yang dibangkitkan kemudian dikelola dapat menjadi
probiotik, kebanyakan adalah bersel satu atau tunggal sehingga dapat disebut
sebagai single cell protein, walaupun demikian ada kemungkinan biota jamur
uniseluler (bersel banyak) yang ikut diisolasi. Mengambil saran dan
rekomendasi dari Dr. Han Kyu Cho, maka kita dalam mengisolasi mikroba
44
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
harus dari banyak lingkungan termasuk lingkungan basah dan kering, tempat
topografi dataran tinggi sampai dataran pantai, tempat vegetasi hutan, sawah,
tegalan, kebun/pekarangan, sampai dengan padang alang-alang. Intisarinya
adalah segala habitat mempunyai keragaman mikroba yang berbeda ragam
spesies dan kekuatannya. Bagi petani organik secara umum patokannya
adalah istilah local tersebut perlu diberikan batasan agro-topo-klimo-ekologi
yang sama menjadi wilayah pengelolaan mikroba berguna asli local. Maksud
saya adalah bila kita mengelola lahan pertanian disekitar lereng gunung apa
saja maka batasan wilayah adalah dataran lereng gunung menghadap
kemana itulah regionalnya. Bila kita mengelola lahan pantai maka regional
lahan pantai itulah yang mikroba asli lokalnya kita kelola, barangkali cakupan
10-25 km2 cukup baik dalam arti kesamaan iklim mikro wilayah pantai.
Tentunya dalam wilayah “regional mikro” tersebut terdapat variasi topografi,
itu ditentukan oleh morfologi daratannya. Saran saya adalah kita kembangkan
seperlunya sehingga apabila diperlukan perusahaan, maka uruslah
manajemennya dalam batasan topografi tersebut agar tidak ada lintas
transport terlalu tinggi. Hal ini berhubungan dengan bahan bakar transport
perdagangan input pertanian, agar tidak terulang lagi seperti transportasi
teknologi revolusi hijau.
Perlu kita tegaskan atau kita pahami bahwa tanah dan air yang hidup
adalah dasar dari pengelolaan kesuburan tanah dan air untuk pertanian dan
kehutanan. Tanah dan air yang hidup adalah bagian dari karunia Tuhan Allah
pencipta alam semesta, Dialah Sang Alfa dan Omega, Sang Awal dan Akhir,
oleh karena itu tanah dan air yang telah rusak marilah kita hidupkan lagi
dengan berawal dari pengelolaan probiotik atas tanah dan air, dan yang
akhirnya akan mempengaruhi keragaman biotic atmosfer di atas permukaan
tanah dan air. Barangkali itu adalah bagian yang baik dari usaha kita untuk
mengurusi alam kita yang telah rusak.
2.3. Bahan dan Alat
(i) Pot tembikar/kendil dari tanah/batang bamboo.
(ii) Kertas manila/kerta dobel folio yang masih baru.
(iii) Baskom.
(iv) Nasi pera.
45
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
(v) Biang gula (gula batu atau gua merah).
(vi) Air sumur dalam atau air mata air (tidak mengandung klorin atau kimia
lainnya).
2.4. Prosedur Kerja
2.4.1. Mengumpulkan mikroba local (MOL)
(i) Buat nasi pera, sebaiknya nasi dari beras organik varietas local, biarkan
nasi dingin sebelum digunakan.
(ii) Masukkan nasi pera tersebut ke dalam kendil/batang bamboo sampai
kira-kira 2/3 bagian tinggi wadah tersebut.
(iii) Tutup wadah tersebut dengan kertas manila atau dobel folio yang masih
baru kemudian ikatlah dengan karet atau apapun namun jangan terlalu
rapat/erat agar masih memungkinkan udara mengalir masuk.
(iv) Buatlah lubang pada lahan apapun namun disarankan yang subur yang
dicirikan dengan kandungan humus tanah yang tinggi. Lubang dibuat
sesuai dengan ketinggian/panjang wadah sedemikian rupa sehingga
wadah tersebut sedikit masuk dalam lubang tanah.
(v) Masukkan wadah ke dalam lubang tanah kemudian lindungi dengan
plastic agar tidak masuk air hujan atau air aliran permukaan lahan,
kemudian timbuni dengan sampah organik yang ada sekitar lahan.
(vi) Biarkan selama 5-7 hari, setelah itu keluarkan, buka tutupnya, dan amati
bahwa nasi pera telah mengeras dan mulai ada banyak warna-warni
jamur yang mengkoloni nasi pera tersebut.
2.4.2. Produksi dan Pengembangbiakan
(i) Pindahkan nasi yang telah terkoloni mikroba tersebut ke dalam baskom.
(ii) Masukkan/tambahkan biang gula, sebaiknya gula diencerkan dulu
dengan air non klorin atau kimia. Jumlah biang gula kalau nasinya
awalnya 1 kg maka gulanya juga 1 kg dan diencerkan dengan air 1 liter.
Aduklah nasi dengan cairan gulanya dengan merata.
(iii) Masukkan campuran tersebut ke dalam kendil yang lebih besar dari
semula supaya campuran tersebut hanya 75 % dari volume kendil,
sedangkan yang 25 % dari volume (ruang) kendil berisi udara, kemudian
46
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
tutuplah dengan kertas dan ikatlah dengan karet atau apapun
pengikatnya namun jangan terlalu ketat.
(iv) Masukkan lagi kendil dalam lubang tanah di lahan, atasnya lambari
dengan plastic agar tidak kemasukan air hujan atau air aliran permukaan
lahan, kemudian tutuplah permukaan plastic dengan aneka ragam
sampah organik yang ada di lahan tersebut baik yang masih segar,
sudah agak busuk maupun yang sudah jadi kompos.
(v) Biarkan di lahan selama 7 hari, ini merupakan proses fermentasi yang
kita lakukan langsung pada lahan sesuai dengan tujuan atau pilihan kita.
(vi) Ambil kendil, buka tutupnya maka akan kita dapatkan lebih beraneka
warna dan ketebalan mikroba yang mengkoloni biakan MOL kita.
2.4.3. Pemanenan
(i) Siapkan botol plastic atau gelas sesuai dengan jumlah ekstrak cair MOL
kita.
(ii) Saringlah cairan (sebagai ekstrak) MOL dalam kendil dari lahan dan
kumpulkan pada baskom atau apapun, sedangkan ampasnya dapat kita
gunakan sebagai bahan suplemen pada kompos kita.
(iii) Masukkan ke dalam botol yang telah kita siapkan dan cairan inilah MOL
kita, sekarang MOL kita telah siap untuk kita gunakan.
2.4.4. Aplikasi
(i) MOL ini dapat digunakan sebagai biang pembuatan pupuk hayati cair
apabila kita mencampurkan pula dengan MOL dari lahan lainnya sesuai
tujuan kita dalam produksi. Biang-biang MOL berbagai lahan kita campur
ke dalam reactor besar sesuai desain kuota produksi. Di dalam reactor
terdapat alat aerator untuk mengaerasikan larutan campuran bahan
organik sesuai dengan kualitas dan efektivitas pupuk hayati yang kita
rancangkan.
(ii) MOL dari lahan single ataupun MOL berbagai lahan yang dicampurkan
dapat pula kita gunakan langsung untuk budidaya tanaman, suplemen
pakan ternak, untuk pembuatan tanaman, dan untuk menyuburkan
tanah. Untuk penyemprotan tanaman dan permukaan tanah gunakan 2-3
sendok makan MOL/liter air. Untuk keperluan pengolahan tanah yang
47
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
disertai dengan pemupukan kompos atau bahan hijauan segar atau
kotoran ternak segar gunakan dosis MOL 8-10 sendok makan/liter air,
kemudian semprotkan pada permukaan lahan. Gunakan MOL setiap
seminggu sekali untuk menyemprot tanaman dan permukaan tanah.
Penyemprotan sebaiknya pada bagi hari sebelum matahari terbit atau
saat menjelang matahari terbenam.
(iii) MOL dapat dicampur dengan larutan bakteri asam laktat untuk
menyemprot tanaman, permukaan tanah, membuat kompos, untuk
membuat silase pakan ternak darat dan ikan, dan untuk memberikan
nutrisi dan probiotik pada kolam ikan.
(iv) Apabila kita temukan koloni jamur putih pada permukaan tanah itu
indicator sangat baik bahwa proses penyehatan tanah sedang mulai.
3. Peranan Nutrisi dan Pestisida dari Herbal (NPH) dan Pembuatannya
Herbal dalam kamus bahasa Inggris adalah tanaman dimana daun
atau bijinya (juga akarnya, pen.) dapat digunakan untuk fungsi pengobatan
atau untuk memberikan rasa pada makanan. Pengertian manfaat herbal untuk
budidaya tanaman maupun budidaya ternak darat dan ternak ikan adalah
sebagai bentuk treatment (perlakuan) untuk menyembuhkan bilamana
tanaman atau hewan ternak sakit, namun pula sebagai usaha pencegahan
agar tanaman atau hewan ternak tidak mudah terserang penyakit oleh akibat
biotic maupun akibat perubahan iklim. Dalam pertanian alami atau pertanian
organik atau penulis lebih senang memakai istilah budidaya tanaman dan
ternak secara alami organik, maka herbal adalah tanaman apa saja dan local
yang dapat digunakan untuk pengobatan dan menambah vitalitas tanaman
dan hewan ternak. Umumnya untuk tujuan tersebut pertanian alami organik
menggunakan rimpang jahe dan umbi bawang putih, dapat pula dicampurkan
bawang Bombay. Sebenarnya banyak rhizome lainnya yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan tersebut antara lain kunir, kencur, dan lengkuas.
Itu adalah untuk tujuan pengobatan dan peningkatan vitalitas tanaman dan
hewan ternak. Buah nanas dapat kita masukkan ke dalam golongan herbal
karena dapat mengendalikan hama penyakit tanaman sekaligus juga
48
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
berfungsi sebagai nutrisi organik. Bawang putih dan jahe juga mengandung
nutrisi yang tinggi selain mengandung pestisida.
Khusus untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman tentunya
banyak bahan lain yang tentunya sudah keluar dari pengertian (definisi)
herbal karena ada fungsi racun organik yang diharapkan mengendalikan
serangan hama dan penyakit tanaman. Golongan senyawa organik yang
demikian kita sebut sebagai pestisida organik. Bahan-bahan pestisida dari
tanaman yang sudah terkenal ampuh mengendalikan berbagai hama dan
penyakit tanaman antara lain adalah biji dan daging buah maja, kulit kamboja,
gadung, daun sirsak, daun lampesan, daun ketapang, daun tembakau, dan
lain-lainnya. Tanaman pestisida tersebut tentunya dapat dicampurkan dengan
tanaman herbal tertentu agar lebih efektif kerjanya.
3.1. Bahan-bahan
(i) Jahe, bawang putih, bawang Bombay/bawang merah besar.
(ii) Batang bamboo atau wadah dari tanah liat (kendil).
(iii) Kertas manila atau dobel folio baru.
(iv) Tali raffia atau karet gelang.
(v) Biang gula.
(vi) Cuka kelapa, bir/gin.
3.2. Prosedur
(i) Cacah halus masing-masing ½ kg jahe, bawang putih, dan bawang
Bombay/bawang merah besar.
(ii) Masukkan cacahan tersebut ke dalam kendil atau tong plastic dan
tuangkan 2 liter cuka kelapa atau bir kemudian aduklah mereata.
(iii) Tutup dengan kertas manila/dobel folio dan diikat dengan tali raffia atau
karet.
(iv) Simpan selama 12 jam, lalu buka penutup kemudian tambahkan 1 kg
biang gula dang anti penutup kertasnya dan ikat kembali.
(v) Simpanlah di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
(vi) Setelah 4-5 hari proses fermentasi berjalan, tambahkan gin (minuman
ber-alkohol minimal 40%) untuk stabilisasi dan menyelesaikan fermentasi.
49
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
(vii) Ganti tutup kertasnya kemudian ikatlah kembali dan simpan lagi selama
7-10 hari.
(viii) Saringlah cairan dari dalam wadah dan simpan dalam botol, ini adalah
oriental herbal nutrient atau di Indonesiakan nutrisi herbal oriental yang
bisa kita manfaatkan sebagai antibiotic dan penguat bagi tanaman dan
hewan ternak darat maupun ikan yang kita budidayakan.
(ix) Kita dapat menyaring ekstrak ONH ini sampai 5 kali dari adonan yang
sama, dengan cara menambahkan bir dan cuka ke dalam wadah dan
fermentasikan menggunakan prosedur yang sama.
3.3. Aplikasi dan Kegunaan
(i) Tambahkan 2 sendok makan OHN/liter air, semprotkan pada
daun/tanah, pada pagi hari antara pukul 4-6, dan pada sore hari
menjelang matahari terbenam. Saat-saat tersebut adalah saat
mikroorganisme sedang aktif-aktifnya demikian pula tanaman kita.
Gunakan 2x seminggu pada tanaman padi, jagung, sayuran, dan buah-
buahan dari penanaman smpai dengan berproduksi.
(ii) Digunakan pula sebagai antibiotic untuk tanaman dan binatang. Bawang
putih memiliki kandungan sulfur yang tinggi yang banik sebagai
pembasmi jamur.
(iii) Gunakan pada anak ayam, ayam, dan binatang yang sakit.
(iv) Semprotkan pada daun untuk mencegah mikroba phylosphere.
(v) Gunakan sebagai perlakuan untuk masalah jamur pada tanaman.
(vi) Digunakan sebagai larutan herbal yang sangat ampuh menyembuhkan
dan bernutrisi, pada manusia sebagai obat rematik dan batuk dan flu.
3.4. Keuntungan
(i) Berfungsi sebagai anti hama dan anti jamur.
(ii) Lebih menguatkan dan menyehatkan tanaman.
(iii) Digunakan sebagai perlakuan untuk menyembuihkan penyakit kulit bagi
hewan.
(iv) Sebagai minuman kesehatan (energy drink) bagi manusia.
50
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Penutup
Semoga tulisan ini bisa memberikan inspirasi para petani dan tokoh
poktan untuk memulai gerakan untuk membuat MOL, BAL, NPH, dan pupuk
organik sendiri sehingga mulai terbentuk kemandirian dan kedaulatan petani,
usaha tani, generasi tani, dan pertanian. Manuskrip ini saya harapkan dapat
digunakan untuk menuntun dan menyemangati anda untuk melakukan
pertanian organik yang benar dan berkualitas. Mari kita belajar bersama
dengan tanpa mengenal lelah dan menyerah, kita kerjasama untuk kebaikan
bersama.
Pustaka Pilihan Bab ini: Agricutural Training Institute Regional Training Centre VIII. 2006. Farmer’s
Guide on Bio-Organik Inputs from Plants, Fish and Animal Liquid Extracts. Visayas State University, Baybay, Leyle. The Philippines. E-mail: ati_rtc8@yahoo.com.ph; URL:http//www.ati.da.gov.ph/rtc8. Diambil sebagian dan disarikan oleh Widyasunu, P. 2010. Untuk kepentingan penyuluhan pertanian organik dan kemandirian desa pertanian terpadu berkelanjutan.
Nasseri, A.T., S. Rasoul-Amini, M.H. Morowvat, and Y. Ghasemi. 2011. Single Cell Protein and Process. American Journal of Food Technology 6(2): 103-116.
Subba Rao, N.S. 1999. Soil Microbiology. Fourth Edition of Soil Microorganisms and Plant Growth. Science Publishers, Inc., USA.
51
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
PENUTUP
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua rekan-rekan petani
dan membangkitkan semangat semua sistem Kepenyuluhan, Pendampingan,
Riset dan Stake-holder pertanian organik. Pengembangan pertanian organik
pada komoditas hortikultura, di Indonesia sangat menjanjikan karena negara
kita besar pasarnya dan sangat luas lahannya, namun demikian memerlukan:
(i) studi tentang lahan dan ekosistem yang dapat dipergunakan untuk go
hortikultura organik, (ii) studi tentang spesies tanaman lokal yang berprospek
ekonomi dan mudah dibudidayakan secara organik-biodinamik, (iii) studi dan
penyusunan acuan SOP (standart operating procedures) dan BS (basic
standart) dalam suatu Asosiasi Pertanian Organik, (iv) belajar
menyelenggarakan sistem pertanian organik, dan (v) menjalin kerjasama iptek
dan budidaya. Penulis sangat menghargai sikap mau belajar menjadi petani
organik dan menjadi konsumen pangan produk pertanian organik, sehingga
korespondensi iptek sangat diharapkan untuk membangun dan
mengembangkan pertanian organik-biodinamik secara nyata.
Pustaka Acuan Penting Pilihan: Adiningsih, J.S. 2005. Peranan Bahan Organik Tanah dalam Meningkatkan
Kualitas dan Produktivitas Lahan Pertanian. Maporina: Materi Workshop dan Konggres Nasional Maporina (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia): “Menghanarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka”. Jakarta 21-22 Desember 2005.
Aubert, C. 1996. Healthy Plants-the theory of Chaboussou. In: IFOAM, 1996.
Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 85 – 90.
Blanco, H., and R. Lal. 2008. Soil Conservation and Management. Springer
Science+Bussines Media B.V. Crowder, R. 1996. Education in Organiks: Practising that which is preached.
In: IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 240 – 251.
52
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Gregorich, E.G., M.R. Carter, J.W. Doran., C.E. Pankhurst, and L.M. Dwyer. 1997. Biological Attributes of Soil Quality. In: Soil Quality for Crop Production and Ecosistem Health. E.G. Gregorich and M.R. Carter (Eds.). 1997. Development s in Soil Science 25. Elsevier. Amsterdam – Lausane – New York – Oxford – Shannon – Singapore – Tokyo. Pp. : 81 – 113.
IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and
further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany.
Maeder, P.A., Fliessbach, A., Wiemken, and U. Niggle. 1995. Assesment of
Soil Microbial Status Under Long-term Low Input (Biological) and High Input (Conventional) Agriculture. In: Effects of Low and High External Input Agriculture on Soil Microbial Biomass and Activities in View Sustainable Agriculture. Maeder, P., and J. Raupp (Eds.). Pp: 24 – 38. Publ. Of The Research Institute of Organik Agriculture.
Miller, R.W., and R.L. Donahue. 1995. Soils in Our Environment. 7th Ed.
Prentice –Hall Inc. A Simon & Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey. USA.
Nigli, U. and W. Lockerez. 1996. Development of Research in Organik
Agriculture. In: IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 9 – 23.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Oganik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Tan, K.H. 2000. Environmental Soil Science. The 2nd ed. Marcel Dekker, Inc.
New York, Basel. Wolf, B., and G.H. Snyder. 2003. Sustainable Soils: The Place of Organik
Matter in Sustaining Soils and Their Productivity. Food Products Press. An Imprint of The Haworth Press, Inc. New York – London - Oxford.
Widyasunu, P. 1997. The Role of Azolla microphylla in Reducing The Ammonia Volatilization in Flooded Rice Fertilized with Urea. Thesis. Georg-August University, Goettingen, Germany.
Widyasunu, P., P.L.G. Vlek, A.M. Moawad, and I. Anas. 1998. Ability of Azolla in Reducing Ammonia Volatilization in Waterfed Rice Field. Agrin. Vol. 2 No. 4 April 1998. P.p. 24-38.
53
Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;
E-mail: widyasunuunsoed@yahoo.com; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014
Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2000. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Dinamika Bahan Organik Tanah di Lereng Selatan Gunung Slamet Wilayah Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.
Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2000. Pengujian Status Asam Amino Tanah dan Korelasinya dengan Bahan humik Tanah pada Lahan Kering untuk Mendukung Rekomendasi Pemupukan Nitrogen. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.
Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2001. Pengujian Hubungan Diantara: Humifikasi Bahan Organik Tanah, Tingkat Degradasinya, dan Aktivitas Pertanian dalam Ekosistem yang Berbeda. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.
Widyasunu, P., M. Rif’an, dan Bondansari. 2003. Meningkatkan Sinergisme Batuan Fosfat Alam dengan M-Bio Melalui Pemanfaatan Bahan Humik dari Kompos Centrosema pubescens Ultisol yang Ditanami Kedelai. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Widyasunu, P. dan S. Atmodjo. 2009. Manfaat Pemberian Pupuk Organik dan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Pasir Batu pada Fisiografi Perbukitan Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Widyasunu, P. 2010. Peranan Azolla microphylla untuk Go Padi Organik. Proceeding Seminar Hari Lingkungan Hidup Sedunia: Tata Ruang Peternakan Rakyat Produktif Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat. Sabtu, 12 juni 2010. Hal.: 141-153. ISBN: 978-602-97375-0-9.
Widyasunu, P, dan Supartoto. 2013. Manfaat Futuristik Beauty of Azolla and Lemna untuk Pertanian dan Lingkungan. (Prosiding). Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III. Bidang I Biodiversitas Tropis dan Bioptospeksi. Hal: 1-12. ISBN 978-979-9204-88-2.
top related