memahami agama dengan pendekatan dimensional

Post on 02-Jan-2016

64 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

MEMAHAMI AGAMA DENGAN PENDEKATAN DIMENSIONAL. Agama adalah kenyataan hidup manusiawi , lebih-lebih yang dihayati dalam kebersamaan . Agama adalah realitas sosial . - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

MEMAHAMI AGAMA DENGAN PENDEKATAN DIMENSIONAL

Agama adalah kenyataan hidup manusiawi, lebih-lebih yang dihayati dalam kebersamaan.

Agama adalah realitas sosial. Berbeda dengan realitas sosial yang

lain, agama melibatkan unsur kepercayaan kepada sesuatu yang "mengatasi" hal-hal yang manusiawi, yaitu realitas yang transenden atau ilahi.

Meski demikian, sebagai realitas sosial, agama dapat didekati dengan pendekatan dimensional, yaitu menyoroti agama dari pelbagai dimensinya.

Menurut Ninian Smart dalam bukunya Religions of Asia, terdapat tujuh dimensi dalam semua agama.

Dengan mendekati agama dari tujuh dimensi tersebut, maka agama dapat dipahami secara lengkap. Dengan pendekatan yang demikian, maka seseorang sangat terbantu di dalam berdialog dengan orang lain mengenai perihal agama.

1. Dimensi Eksperensial dan Emosional Bagi orang beragama, hal yang paling

penting adalah pengalaman berjumpa dengan "yang ilahi" atau disebut pengalaman religius atau pengalaman keagamaan.

Pengalaman religius inilah yang merupakan kekhususan orang beragama bila dibandingkan dengan orang yang tidak beragama.

Bagi orang beragama pengalaman dan emosi dalam berjumpa dengan Tuhan ini merupakan faktor amat penting. Dengan mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara terus menerus di dalam hidupnya, seorang beragama semakin dalam keyakinannya kepada Tuhan.

2. Dimensi Praktikal dan Ritual Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan

bagi orang beragama secara istimewa dialami di dalam kebaktian, doa, atau sering disebut sebagai ritual. Di dalam ritual tersebut, pengalaman religius diungkapkan dan ditampilkan secara kelihatan.

Istilah yang dipakai untuk kegiatan tersebut adalah pe-RAYA-an.

Maksudnya, pengalaman religius dibuat menjadi RAYA atau besar, dan terus menerus semakin besar dan nyata melalui ritual-ritual itu.

Di dalam ritual itu, pengalaman perjumpaan dengan Tuhan diungkapkan dengan doa: mengucap syukur dan memohon, sehingga terjadilah komunikasi manusia dengan Tuhan.

3. Dimensi Naratif dan Mitis Pengalaman religius orang beragama

atau tokoh-tokoh agama tidak hanya diekspresikan dalam ritual saja.

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang kuat untuk menyampaikan pengalaman religiusnya kepada orang lain dalam bentuk cerita.

4. Dimensi Doktrinal dan Filosofis Di samping menangkap informasi-

informasi melalui cerita, akal budi manusia juga dapat mengerti atau memahami informasi-informasi itu. Setelah informasi itu dimengerti, kemudian disimpulkan atau diabstraksikan menjadi ajaran-ajaran.

Bersumber pada cerita-cerita di atas, orang-orang beragama merumuskan atau memformulasikan ajaran, doktrin, atau paham.

Bagi orang beragama ajaran-ajaran merupakan penjelasan tentang segala hal yang berkaitan dengan agama

Rumusan-rumusan iman dari suatu agama menjadi unsur eksistensial dari agama. Dengan ajaran-ajaran itu, maka agama-agama terus dapat dipelajari dan dimengerti oleh umat manusia.

Karena dimengerti, maka agama itu dipeluk dan diyakini. Dengan demikian, ajaran-ajaran agama amat menentukan keberadaan dan keberlangsungan agama-agama itu.

5. Dimensi Etikal dan Legal Agama juga berurusan dengan perilaku

atau tingkah laku manusia. Perilaku orang beragama menjadi amat khas karena dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama. Oleh karena itu, agama memiliki dimensi etikal dan legal.

Dimensi etikal berkaitan dengan "kebaikan" atau "kebenaran" tingkah laku, sedangkan dimensi legal berkaitan dengan "syah"-nya atau "tepat"-nya tingkah laku.

Hukum-hukum di dalam Kitab Suci terus menerus ditafsirkan atau dibaca ulang dalam konteks zaman ini.

Misalnya: jangan membunuh bukan hanya diartikan sebagai 'jangan membunuh' secara hurufiah. Tetapi "jangan membunuh" juga berarti 'jangan membunuh janin yang masih ada di kandungan' (aborsi).

6. Dimensi Sosial dan Institusional Dimensi ke enam, yaitu dimensi sosial

ini lebih nyata, karena merupakan perwujudan secara tampak dari kehidupan orang beragama itu sendiri. Perwujudan tersebut ada pada persekutuan atau ikatan orang-orang beragama itu sendiri.

Jadi dimensi sosial adalah penjelmaan agama di dalam orang-orang beragama itu sendiri, baik secara kelompok maupun secara individual.

Misalnya: Gereja (bagi agama Kristen), Sangha (bagi agama Buddha), Umma (bagai agama Islam).

Untuk mengerti iman Kristen, misalnya, amatilah kehidupan orang-orang Kristen (Gereja), maka semua hal yang berkaitan dengan iman Kristen dapat dimengerti.

7. Dimensi Material Manusia adalah makhluk yang

bertubuh, atau yang memiliki wujud. Tentu saja, manusia juga membutuhkan ekspresi-ekspresi yang berwujud atau material. Di dalam agama-agama, ungkapan-ungkapan yang berbentuk materi juga ditemukan dalam semua agama.

Misalnya: bangunan rumah ibadat, karya-karya seni, bahan-bahan tulis, air, tanah dsb. Barang-barang yang digunakan orang-orang beragama menjadi religius atau suci, karena dikaitkan dengan pengalaman religius orang-orang beragama.

Gedung mesjid, gereja, atau pura bukanlah bangunan biasa, tetapi suci, karena menjadi tempat untuk merayakan pengalaman religius. Begitu juga karya-karya: patung, salib, altar, buku Kitab Suci.

top related