materi p kn kelas xii
Post on 29-Jul-2015
340 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Materi PKn Kelas XII Semester 1 Bab 1 Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Materi kelas XII Semester 1BAB I PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
Standar Kompetensi
1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka
Kompetensi Dasar
1.1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka
1.2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
1.3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1. Siswa diharapkan dapat mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara
2. Siswa diharapkan dapat menguraikan fungsi Pancasila
3. Siswa diharapkan dapat mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara
4. Siswa diharapkan dapat membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup
5. Siswa diharapkan dapat menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai.
6. Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
7. Siswa diharapkan dapat menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila
8. Siswa diharapkan dapat menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai
ideologi terbuka
Tujuan Pembelajaran
1. Mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara
2. Menguraikan fungsi Pancasila
3. Mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara
4. Membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup
5. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai
6. Mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
7. Menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila
8. Menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Metode Pembelajaran
Dalam mekanisme pembelajaran modul dapat diterapkan beberapa metode pembelajaran. Metode
tersebut di antaranya:
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
2. Metode Diskusi (Discussion Method)
3. Metode Pemberian Tugas
4. Metode Studi Kasus
Kegiatan Belajar 1 : Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pengertian Ideologi
Pengertian Ideologi Secara Etimologis
Menurut asal kata, istilah ideologi berasal dari kata “idea” berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan “logos” berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita yang merupakan dasar,
pandangan, atau paham.
Pengertian Ideologi Menurut Pendapat Para Ahli
Patrick Corbett, ideologi merupakan struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan
mengenai:
a. Penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta pengorganisasiannya
b. Sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup di dalamnya
c. Suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebutindependen, dan
d. Suatu dambaan agar keyakinan tersebut dihayati dan pernyataan pendirian itu diakui sebagai
kebenaran oleh segenap orang yang menjadi anggota penuh dari kelompok sosial yang
bersangkutan
AS Hornby, ideologi merupakan seperangkat gagasan yang mmbentuk landasan teori ekonomi dan
politik atau yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang
Soejono Soemargono, ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan
menyeluruh dan sistematis yang menyangkut: Bidang politik, Bidang social,Bidang
kebudayaan, Bidang agama
Frans Magnis Suseno, ideologi merupakan suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi
ideologi tertutup dan ideologi terbuka
a. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-ciri sbb:
i. Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat
ii. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat
iii. Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri atas tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak
b. Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran terbuka. Ciri-ciri sbb:
i. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral
budaya masyarakat itu sendiri
ii. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus
masyarakat itu sendiri
iii. Ideologi terbuka tidak dicipitakan oleh negara, melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu
sendiri
Pengertian Ideologi Secara Umum
a. Dalam arti luas, ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir ataupun bertindak (pedoman
hidup) di semua segi kehidupan, baik segi kehidupan pribadi maupun umum.
b. Dalam arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun bertindak
(pedoman hidup) dalam bidang tertentu (Sunarso, Hs, 1986)
c. Ideologi negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi negara merupakan
konsensus (mayoritas) warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui
kehidupan negara itu (Heuken, 1998)
d. Karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang tidak lain
adalah kehidupan politik, ideologi negara sering disebut pula ideologi politik.
Pemahaman Konseptual tentang Ideologi
a. NICOLLO MACHIAVELLI (1469-1527)
– Berasal dari Florence, Italia
– Sebagai orang pertama yang secara langsung membahas fenomena ideologi, dengan mengamati
dan membahas praktek-praktek politik yang dilakukan oleh para Pangeran.
– Pengamatan itu tampak dalam bukunya IL PRINCIPE, yang diterjemahkan dalam judul “Sang
Penguasa: Surat Seorang Negarawan kepada Pemimpin Republik” (1987)
– Menurutnya, ideologi pada dasarnya berkenaan dengan siasat dalam berpolitik praktis.
– Siasat itu terutama tampak dalam tiga hal:
• Kecenderungan orang untuk melakukan penilaian keadaan berdasarkan kepentingannya
• Konsepsi-konsepsi keagamaan seringkali digunakan untuk menggalang kekuasaan dan melakukan
dominasi
• Kebutuhan untuk menggunakan tipu daya dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaan
b. ANTOINE DESTUT DE TRACY (1754-1856)
– Seorang pemikir Perancis, hidup masa revolusi Perancis
– Ia menulis buku masyur berjudul LES ELEMENTS DE L’IDEOLOGIE, di mana istilah ideologi
pertama kali digunakan.
– Bagi Tracy, istilah ideologi memiliki konotasi positif. Ideologi adalah ilmu mengenai gagasan atau
ilmu tentang ide-ide.
– Dia mengajak masyarakat Perancis untuk berusaha menemukan dan menilai ide yang sehat dan ide
yang tidak sehat dalam masyarakat.
– Ide yang sehat adalah yang sesuai dengan realitas dan sejalan dengan akal budi. Ide ini mestinya
dimanfaatkan masyarakat sebagai patokan hidup sehari-hari.
– Ide yang tidak sehat adalah ide yang tidak sesuai dengan realitas dan bertentangan dengan akal
budi, yang lalu ia sebut sebagai gagasan palsu atau khayalan belaka. Contoh gagasan palsu adalah
gagasan bersumber dari agama, bahwa raja memiliki kekuasaan dari Tuhan, akibatnya kekuasaan
raja bersifat mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Oleh karena itu, negara harus dijalankan berdasar
kaidah-kaidah akal budi, bukan kaidah-kaidah agama.
– Ketika Napoleon berkuasa, de Tracy didepak dari Senat. Napoleon menganggap ideologi sebagai
gagasan tidak berguna. Sejak itu, ideologi lenyap dari gelanggang kehidupan politik.
c. Karl Marx (1818-1883)
– Berasal dari Prussia (kini Jerman).
– Dalam bukunya Die Deutch Ideologi, dia memahami ideologi berkebalikan dari de Tracy. Baginya,
ideologi adalah kesadaran palsu.
– Mengapa disebut kesadaran palsu? Karena ideologi merupakan hasil pemikiran tertentu yang
diciptakan oleh para pemikir, yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh kepentingannya. Maka,
hasil pemikiran yang muncul dalam bentuk ideologi sesungguhnya tidak lebih dari khayalan
(pengandaian-pengandaian spekulatif) untuk melindungi kepentingan kelas pemikir itu. Kelas
pemikir itu adalah kelas penguasa.
– Demikianlah, ideologi adalah kesadaran palsu yang digunakan sebagai dasar pembenaran atas
hak-hak istimewa kelas tertentu.
d. Louis Althusser (1918- …)
– Ia murid Marx, namun ia tidak setuju pandangan Marx tentang ideologi.
– Menurutnya, ideologi memang berisi gagasan spekulatif, namun bukan kesadaran palsu. Sebab,
gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan untuk menggambarkan realitas (apa itu dunia),
melainkan memberi gambaran tentang bagaimana manusia semestinya menjalankan hidupnya.
– Setiap orang membutuhkan ideologi, sebab setiap orang perlu memiliki keyakinan tentang
bagaimana semestimya ia menjalankan kehidupannya.
– Pendek kata, ideologi adalah pedoman hidup.
Dua Kutub Ideologi
Kutub pertama, ideologi bisa menjadi sesuatu yang baik, yaitu manakala ideologi mampu menjadi
pedoman hidup menuju kehidupan yang lebih baik.
Kutub kedua, ideologi bisa menjadi hal yang tidak baik, yaitu manakala ideologi dijadikan alat
menyembunyikan kepentingan penguasa. Di sini, ideologi tidak lebih dari sebuah kesadaran palsu.
Tiga Dimensi dalam Ideologi
Ideologi politik bisa bertahan dalam perubahan masyarakat, bisa pula pudar dan ditinggalkan,
tergantung pada daya tahan ideologi.
Ideologi akan mampu bertahan, bila mempunyai tiga dimensi, meliputi:
DIMENSI REALITA, menunjuk pada kemampuan ideologi untuk memcerminkan realita yang hidup
dalam masyarakat di mana ia muncul untuk pertama kalinya, paling kurang realita pada saat-saat
awal kelahirannya.
DIMENSI IDEALISME, yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di dalam ideologi atau
nilai-nilai dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan
kepada masyarakat untukmempunyai dan membina kehidupan bersama yang lebih baik dan untuk
membangun masa depan yang lebih cerah.
DIMENSI FLEKSIBILITAS, yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakat.
Dua Macam Watak Ideologi
a. Ideologi tertutup, adalah ideologi yang bersifat mutlak, ciri-cirinya:
Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang
digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat
Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan dipaksakan kepada
masyarakat
Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati
Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban bagi ideologi
tersebut
Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang
keras, mutlak, dan total.
b. Ideologi terbuka, adalah ideologi yang tidak dimutlakkan, ciri-cirinya:
Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat
Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah milik seluruh
rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka
Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali
falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka
Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai falsafah itu
Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar
belakang budaya dan agama.
Pengertian Pancasila
Kata Pancasila berasal dari kata Sanskerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai
Nirwana diperlukan 5 dasar/ajaran, yaitu
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh
2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berzina
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minum minuman keras.
Diadaptasi oleh orang Jawa menjadi 5 M = Madat/Mabuk, Maling/Mencuri, Madon/Bermain
Perempuan, Maen/Judi, Mateni/Membunuh.
Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu
dalam Kitab Tripitaka dimana dalam Ajaran Buddha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk
mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 larangan di atas.
Pengertian Pancasila Secara Historis
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan,
kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya
dimana didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4
Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah
disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam rangka
pembentukan Rumusan Dasar Negara.
Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI, untuk melengkapi alat2
Perlengkapan Negara, PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil
mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya
tercantum rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar
sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila Berbentuk:
1. Hirarkis (berjenjang)
2. Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut:
1. Prikebangsaan;
2. Prikemanusiaan;
3. Priketuhanan;
4. Prikerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di depan sidang
BPUPKI, sebagai berikut:
1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3. Mufakat/Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ketuhanan yang berkebudayaan;
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu:
1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme;
2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat;
3. Ketuhanan YME.
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau Satusila yang
intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 rumusannya
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian Pancasila tersebut yang sah dan benar
secara Konstitusional adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45, hal ini
diperkuat dengan adanya Ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April
1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI
yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Proses Penyusunan dan Penetapan Dasar Negara
a. Tahap Pembentukan BPUPKI
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan dilantik tanggal 28 Mei 1945.Pembentukan
BPUPKI memberi kesempatan secara legal kepada Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan
dan merancang UUD yang berisi dasar negara.
b. Tahap Penyusunan Konsep Rancangan Dasar Negara dan UUD
Sidang Pertama BPUPKI(29 Mei s/d 1 Juni 1945)
Pada sidang ini K.R.T Radjiman Widyodiningrat(ketua BPUPKI), menyampaikan tentang
dasar falsafah yang akan dibentuk bagi bangsa Indonesia.Usulan-usulan dasar Negara RI yang
muncul pada sidang ini, antara lain:
a. Mr. Moh. Yamin
Secara lisan;
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Secara tertulis;
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Prof. Dr. R. Soepomo
1) Paham negara persatuan
2) Hubungan negara dan agama
3) Sistem badan permusyawaratan
4) Sosialisme negara
5) Hubungan antar bangsa
c. Ir. Soekarno
Pancasila;
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi ekonomi negara bersifat kekeluargaan
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Dapat diperas menjadi Trisila;
1) Sosionalisme
2) Sosiodemokratis
3) Ketuhanan
Dapat diperas lagi menjadi Ekasila;
1) Gotong royong
Pada sidang pertama BPUPKI belum tercapai kesepakatan tentang dasar Negara.
Kemudian dibentuk Panitia Sembilan.
Panitia Sembilan
Anggota Panitia Sembilan adalah:
Ir. Soekarno Abikusno Tjokrosoejoso
Drs. Moh. Hatta H. Agus Salim
Mr. A.A. Maramis Mr. Ahmad Soebarjo
K.H. Wahid Hasyim Mr. Moh. Yamin
Abd. Kahar Muzakir
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar Negara Indonesia yang
dikenal dengan Jakarta Charter(Piagam Jakarta).
Rumusan Dasar Negara Menurut Jakarta Charter
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Sidang Kedua BPUPKI (10 s/d 16 Juli 1945)
Pada sidang kedua ini membicarakan tentang rancangan UUD Negara Indonesia dengan
membentuk panitia kecil, yaitu;
Panitia Kecil yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Bertugas merumuskan rancangan Pembukaan UUD
yang berisi tujuan dan asas Negara Indonesia.
Panitia Kecil yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. R. Soepomo. Bertugas merumuskan rancangan
batang tubuh UUD dan naskah proklamasi.
Pada tanggal 14 Juli 1945 telah diterima rancangan dasar Negara sebagaimana tersebut dalam
Piagam Jakarta yang dicantumkan dalam Pembukaan dari rencana UUD yang sedang disiapkan.
d. Penetapan UUD 1945
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan:
1. Mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang
pertama.
3. Untuk sementara waktu, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh BP-KNIP.
Rumusan dasar Negara yang disahkan dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai berikut;
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila Ditinjau dari Tekstualnya
Ditinjau dari tekstual, bahwa Pancasia sebagai dasar Negara Republik Indonesia tercantum dalam
konstitusi Negara, yakni pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4 (merupakan landasan konstitusional
dan ideologi negara).
Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan
yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan pandangan
hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan
menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki
pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi
persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa
adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya
dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini
dapat menunjukkan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian
kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar
negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat/berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan
jika kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir
menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di
masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan
membentuk kepribadian sendiri.
Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan
lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar
negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah berjuang, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan
oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan
gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini
tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun
dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah
Konstitusi RIS 1949, serta dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950, Pancasila
itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu,
Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman
terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara,
dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat.
Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah
dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara
Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi
sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan
hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-
persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus
didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu
disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya)
yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan
dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, jurisprudensi hakim, ilmu
pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia.
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang
kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang
didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak
dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar
hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan
negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia
ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu
sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai
peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain)
namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya
di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa
Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap
sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah
pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan :
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk
dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada
bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang
dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-
tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain
di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah
yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan
sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan
kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-
abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah
diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan
merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada
Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah
Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala kesalahan akan melekat pada kita yang hidup di masa
kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka
yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita
gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia
pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1978, Pancasila itu
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan
yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi
arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti
setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru
tentang Pancasila.
Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan
dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di
bawah ini :
a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian dijadikan
naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta).
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember 1945, alinea
IV.
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus 1950.
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen
historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan
fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir.
Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya
mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :
a. Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau Prikemanusiaan.
c. Mufakat atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan sosial.
e. Ketuhanan.
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam
Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya Dokuritsu
Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu :
a. Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil menyusun
sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada
tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan
UUD 1945.
b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang kemudian
membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini
berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI.
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso.
Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara dicantumkan autentik
tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945
Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) merampungkan tugasnya
dengan baik, maka dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus 1945, sebagai penggantinya dibentuk
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
oleh Ir. Soekarno di Pengangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh PPKI tersebut.
Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang
pertama dengan mengambil keputusan penting :
a. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.
b. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945.
c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI.
Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah badan yaitu
KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan,
Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan setiap propinsi dibagi dalam karesidenan-
karesidenan. Juga menetapkan pembentukan Departemen-departemen Pemerintahan.
Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh PPPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara resmi, autentik dan sah menurut
hukum sebagai dasar falsafah negara RI, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI
dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin
oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen.
Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara
Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan
yang penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat). Salah satu hasil
keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh Kerajaan
Belanda dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada
tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana menandatangani Piagam
Pengakuan Kedaulatan Negara RIS.
Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota Scheveningen
(Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949.
Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat
RIS dan Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian
Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV
Konstitusi RIS 1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Prikemanusiaan
3. Kebangsaan.
4. Kerakyatan.
5. Keadilan Sosial.
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI
1950)
Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara
kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-
cita kebangsaan dan jiwa proklamasi. Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia tetap membara dan meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak
lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.
Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-
pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai
dengan Proklamasi Kemerdekaan RI. Sesuai Konstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara
bagian. Akibat pergolakan yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara
kesatuan Indonesia, maka sampai pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga)
negara lagi yaitu :
1. RI Yogyakarta.
2. Negara Sumatera Timur (NST).
3. Negara Indonesia Timur (NIT).
Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal
17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik
Indonesia Serikat).
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah
konstitusi RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal).
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah
Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan
perumusan dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Prikemanusiaan
3. Kebangsaan.
4. Kerakyatan.
5. Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.
Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante yang
dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk
suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dengan kegagalan konstituante tersebut,
maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi
pernyataan :
a. Pembubaran Konstuante.
b. Berlakunya kembali UUD 1945.
c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar
falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan
tata urutan seperti berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13 April
1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik
dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada :
Semua Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya.
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah
berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum positif (Ius Contitutum), UUD
1945 adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal
perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada di dalam Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.
Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal perumusan
Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian mengenai dasar-
dasar negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan oleh :
1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.
2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar negara
merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu dinamakan Pancasila
dan bukan Panca Darma.
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut dalam redaksi
kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Prikemanusiaan atau Internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau Persatuan Indonesia,
Kerakyatan atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud Pancasila
adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk
di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga Surabaya
pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan
yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5
sila negara kita”.
Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi” (1951)
berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak berubah sejak Piagam
Jakarta sampai pada hari ini”.
Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr.
Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan No.
XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Menurut pandangan DR. Alfian, sebuah ideologi dikatakan sebagai ideologi terbuka jika di dalam
ideologi tersebut terkandung tiga dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Realita (suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat)
2. Dimensi Idealisme (nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan
lambungan angan-angan (utopia).
3. Dimensi Fleksibilitas/Pengembangan (suatu ideologi memiliki keluwesan yang merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakekat/jati dirinya).
Gagasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
1. Secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesunguhnya dapat
ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945.
2. Didorong oleh tantangan zaman, sejarah menunjukkan bahwa betapa kokohnya suatu
ideologi, bila tidak memiliki dimensi fleksibilitas, maka akan mengalami kesulitan bahkan mungkin
kehancuran (contoh : runtuhnya Komunisme di Uni Soviet).
3. Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh
berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita
hadapi dalam setiap kurun waktu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila sebagai ideologi
terbuka :
1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan dengan situasi & kondisi zaman yg terus
mengalami perubahan.
2. Terkandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan
dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
3. Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, terutama menghadapi globalisasi
dan keterbukaan.
4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam wadah dan
ikatan NKRI.
Pancasila Berwatak Terbuka
Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, karena:
Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia
Isi Pancasila tidak langsung operasional
Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat
Pancasila juga bukan ideologi totaliter
Pancasila menghargai pluralitas
Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Fleksibilitas ideologi Pancasila, karena mengandung nilai-nilai :
Pancasila Berwatak Terbuka
Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, karena:
Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia
Isi Pancasila tidak langsung operasional
Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat
Pancasila juga bukan ideologi totaliter
Pancasila menghargai pluralitas
Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila terdapat batas-batas yang tidak boleh
dilanggar, antara lain:
1. Stabilitas nasional yang dinamis
2. Larangan terhadap ideologi Marxisme, Leninisme, dan Komunisme
3. Mencegah berkembangnya paham liberal
4. Larangan terhadap paham atheisme
5. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan masyarakat
6. Penciptaan norma-norma baru yang harus melalui konsensus di masyarakat
Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan nilai dasar atau
instrinsiknya mutlak dilarang.
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma :
1. Penyesuaian nilai instrumental, pada tuntutan kemajuan jaman, harus dijaga agar daya
kerja dari nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mewujudkan nilai instrinsik
yang bersangkutan.
2. Nilai instrumental pengganti, tidak boleh bertentangan antara linea recta dengan nilai
instumental yang diganti.
Kegiatan Belajar 2 : Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan
Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai :
1. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri (obyektif), merupakan suatu hal yg obyektif
dan membentuk semacam “dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia
(filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman).
2. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang (subyektif),
menurut Nietzsche, nilai yg dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia.
Beberapa Pengertian tentang Nilai:
1. Kamus Ilmiah Populer, Nilai adalah ide ttg apa yang baik, benar, bijaksana dan apa yg berguna
sifatnya lebih abstrak dari norma.
2. Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang
indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.
3. Nursal Luth dan Daniel Fernandez, Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yg diinginkan atau
tidak diinginkan yg mempengaruhi perilaku sosial dari orang yg memiliki nilai itu. Nilai bukanlah soal
benar salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi/tidak.
4. C. Kluckhoorn, Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik
dari sekelompok orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada pemilihan
pola, sarana, dan tujuan dari tindakan.
Ciri-ciri Nilai:
1. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value), yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian
bawah sadar/ yg mendorong timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi.
2. Nilai yang dominan, mrp nilai yg dianggap lebih penting dari pada nilai-nilai lainnya,
dengan pertimbangan :
a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b. Lamanya nilai yg dirasakan oleh agt kelompok tsb.
c. Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu.
d. Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan nilai tersebut.
Macam-macam Nilai
1. Alport: Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat, dalam 6 (enam)
macam, yaitu: nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, & religi
2. Sprange: Nilai dapat dibedakan menjadi 6 (enam) antara lain: nilai ilmu pengetahuan, nilai ekonomi,
nilai agama, nilai seni, nilai sosial, dan nilai politik.
3. Sprange, Harold Lasswell: Mengidentifikasi 8 (delapan) nilai-nilai masyarakat barat dalam
hubungannya dengan manusia lain, yaitu ; (kekuasaan, pendidikan/penerangan (enlightenment),
kekayaan (wealth), kesehatan (well-being), keteram-pilan (skill), kasih sayang (affection), kejujuran
(rectitude) dan keadilan (rechtschapenheid) dan kese-garan, respek (respect).
4. Prof. Dr. Notonagoro, membagi menjadi 3 (tiga) bagian:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yg berguna bagi unsur manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas.
c. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia, dapat dibedakan atas 4
(empat) macam :
Nilai kebenaran/ kenyataan (ratio, budi dan cipta).
Nilai keindahan (perasaan dan estetis).
Nilai moral/ kebaikan (karsa dan etika).
Nilai religius (keyakinan/kepercayaan manusia)
Pancasila sebagai Sumber Nilai
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, berarti nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa dan bernegara, secara umum dapat dilihat
dalam sila-sila Pancasila sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila meliputi: nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksis.
Nilai Dasar:
1. Pancasila memuat nilai dasar tentang penyelenggaraan negara, yaitu: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yg dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Karena merupakan nilai dasar maka:
a. Nilai-nilai itu bersifat abadi dalam Pembukaan UUD 1945
b. Nilai-nilai itu bersifat abstrak dan umum
c. Nilai-nilai itu relatif tidak berubah, namun maknanya selalu bisa disesuaikan dengan perkembangan
zaman
d. Melalui proses penafsiran ulang, akan didapat nilai-nilai baru yang lebih operasional sesuai
tantangan kekinian zaman
e. Nilai-nilai operasional itu berupa nilai instrumental dan nilai praksis
Nilai Instrumental:
1. Merupakan penjabaran dari nilai dasar
2. Berlaku untuk kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu
3. Sifatnya sudah lebih kontekstual, bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman
4. Tampil dalam bentuk kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, sebagai penjabaran
dari nilai dasar
5. Terikat oleh perubahan waktu, keadaan atau tempat sehingga memerlukan penyesuaian secara
berkala agar nilai dasar tetap relevan dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat
pada zaman itu
6. Tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti UUD 1945 seperti undang-
undang dan banyak peraturan pelaksanaannya
7. Lembaga-lembaga yang berwenang menyusun nilai instrumental yaitu MPR, Presiden, dan DPR
8. Sesuai pasal 4 ayat 1 UUD 1945 Presiden dapat menindaklanjuti undang-undang dengan
mengeluarkan peraturan pelaksanaannya
Nilai Praksis:
1. Adalah pelaksanaan nilai dasar dan nilai instrumental dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pelaksanaan Pancasila meliputi dua cara:
a. Secara subyektif: Pelaksanaan oleh setiap individu warga negara indonesia, penduduk indonesia,
maupun oleh setiap individu penguasa negara atau penyelenggara negara.
b. Secara obyektif: Pelaksanaan pancasila dalam penyelenggaraan negara oleh lembaga negara baik
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Tinjauan metafisika terhadap Pancasila sehingga nilai-nilainya memiliki sifat objektif :
1. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat abstrak, umum dan
universal.
2. Inti sila-sila Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia,
baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah negara yang mendasar.
4. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila), secara hukum tidak dapat diubah
oleh setiap pun termasuk MPR hasil pemilihan umum.
5. Pembukaan UUD 1945 terkandung Pancasila yang tidak dapat diubah (tetap), krn
kemerdekaan merupakan karunia Tuhan.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
Sila Pertama : Menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu, Yang Maha
Esa, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya, maka manusia Indonesia akan mengembangkan
toleransi antarumat beragama, toleransi sesama umat beragama, dan toleransi antarumat
beragama dengan negaranya. Tidak akan memaksakan agama kepada pemeluk agama lain.
Bangsa Indonesia bukan bangsa yang sekuler atau memisahkan agama dan negara. Indonesia juga
bukan negara agama yang mendasarkan kepada agama tertentu.
Sila Kedua : Manusia memiliki hakikat pribadi yang mono-pluralis terdiri atas susunan kodrat jiwa
raga, serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Nilai luhur kemanusiaan akan menumbuhkan sikaptepasalira, menghormati hak asasi
manusia, anti penjajahan, mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, dan sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan jumlah anak, akan
tetapi program keluarga berencana merupakan program pemerintah agar warga negara lebih
bertanggung jawab pada generasi mendatang. Warga negara berhak menentukan jenis pekerjaan
dengan imbalan yang layak menurut kemampuannya masing-masing.
Sila Ketiga : Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan satu negara
Indonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan suatu keseluruhan dan
keutuhan. Nilai luhur persatuan terkandung di dalamnya cinta tanah air, tidak membeda-bedakan
sesama warga negara Indonesia, cinta perdamaian dan persatuan, tidak mengagung-agungkan
bangsa sendiri, suku dan daerah tertentu.
Sila Keempat : Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan jumlah semua
orang warga dalam lingkungan daerah atau negara tertentu yang segala sesuatunya berasal dari
rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan diperuntukkan untuk rakyat.Nilai luhur kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, antara lain terkandung
makna cinta permusyawaratan, cinta demokrasi, tidak memaksakan kehedak kepada orang lain,
menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak mementingkan diri sendiri, cinta
kebersamaan, dan sebagainya.
Sila Kelima : Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang berhubungan dengan
hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur yang terkandung didalamnya adalah mencintai
keadilan sosial, cinta kekeluargaan, suka bekerja keras, menghormati kedaulatan bangsa lain, dan
menganggap bangsa lain sederajat.
Sila pertama menjiwai dan mendasari sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima; sila kedua dijiwai dan
didasari sila pertama, menjiwai dan mendasari sila ketiga, keempat, dan kelima; sila ketiga dijiwai
dan didasari sila pertama dan sila kedua, menjiwai dan mendasari sila keempat dan kelima; sila
keempat dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, dan ketiga, menjiwai dan mendasari sila kelima;
sila kelima dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, ketiga dan keempat. Itulah yang dinamakan
Pancasila hierarkis piramidal.
Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Karena
Pancasila merupakan sumber nilai di Indonesia maka semua nilai yang berkembang tidak oleh
bertentangan dengan Pancasila.
Pengamalan Pancasila Sebagai Sumber Nilai
1. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Keluarga.
Kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di mana orang tua
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Segala tindak tanduk seluruh keluarga harus bersumber dari
nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Sekolah
Anak yang berumur tujuh tahun telah memasuki usia wajib belajar pendidikan formal. Di sinilah
penanaman nilai-nilai luhur Pancasila dimulai yaitu dari taman kanak-kanak, terutama melalui
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Pendidikan dalam Masyarakat
Pendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila, karena waktu di
sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di lingkungan keluarga dan
masyarakat maka pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut bertanggung
jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak, serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional
Pengertian Pembangunan: Usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat
sehingga menjadi lebih baik
Aspek Pembangunan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, di dalamnya mencakup tiga aspek
sekaligus, yaitu:
1. Emansipasi bangsa, yaitu usaha bangsa untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bangsa
lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri tanpa melepaskan semangat kerja sama
yang produktif
2. Modernisasi, adalah upaya untuk mencapai taraf mutu kehidupan yang lebih baik
3. Humanisasi, bermakna bahwa pembangunan pada hakikatnya untuk manusia seutuhnya dan
seluruh masyarakat Indonesia
Makna Pembangunan Nasional, adalah upaya untuk mening-katkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional.
Hakikat Pembangunan Nasional, adalah pembangunan manu-sia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Tujuan Pembangunan Nasional, dilaksanakan untuk mewujud-kan Tujuan Nasional seperti
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar yang membentuk kerangka keyakinan yang berfungsi
sebagai acuan, kiblat atau pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana menyelesaikannya
Paradigma pembangunan dipahami sebagai kerangka keyakinan yang digunakan sebagai pedoman
untuk melihat persoalan dan bagaimana melaksanakan pembangunan
Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya
untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupan
masyarakat menuju hari esok yang lebih baik (secara kualitatif maupun kuantitatif)
Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga paradigma
pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan
masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia, yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai
luhur Pancasila.
Pokok-pokok Pancasila sebagai paradigma Pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik dan hukum meliputi:
a. Pengembangan sistem politik negara yang menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
subyek atau pelaku
b. Pengembangan sistem politik yang demokratis, berkadaulatan rakyat ,dan terbuka
c. Sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai moral bukan sekadar kekuasaan
d. Pengambilan keputusan politi secara musyawarah mufakat
e. Politik dan hukum yang didasarkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
2. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi meliputi:
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan ekonomi
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan
c. Mengembangkan sistem ekonoimi yang bercorak kekeluargaan
d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas
e. Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama
3. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya meliputi:
a. Pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang demokratis, aman,
tenteram, dan damai
b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat Indonesia
c. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat Indonesia yang modern
d. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan masyarakat
4. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan pertahanan keamananmeliputi:
a. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negaranya
b. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
c. Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain
5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi:
a. Pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebaghagiaan lahir batin, memenuhi kebutuhan
material dan spiritual
b. Pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetik dan moral
c. Pengembangan iptek pada hakekatnya tidak boleh bebas nilai, tetapi terikat pada nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat
d. Pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa, dan kehendak
e. Pembangunan iptek bukan untuk kesombongan melainkan peningkatan kualitas, harkat, dan
martabat manusia
6. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan agama meliputi:
a. Pengembangan kehidupan beragama adalah dengan terciptanya kehidupan sosial yang saling
menghargai dan menghormati
b. Memberikan kebebasan dalam rangka memeluk dan mengamalkan ajaran agama
c. Tidak memaksakan keyakinan agama kepada orang lain
d. Mengakui keberadaan agama orang lain dengan tidak saling menjelekkan dan menghina antarumat
beragama
Masalah-masalah dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka:
1. Pancasila hanya akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat bersedia bersikap
proaktif, terus menerus melakukan interpretasi (penafsiran ulang) terhadap Pancasila dalam
suasana dialog kritis-konstruktif
2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja, bisa terjadi Pancasila semata-mata ditafsirkan
sesuai dengan kepentingan si penafsir
Dua tantangan/masalah tersebut menuntut sikap dan tanggapan positif semua warga negara.
Bersikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat diwujudkan dengan
adanya:
1. Kesediaan segenap komponen masyarakat untuk aktif mengungkapkan pemahamannya mengenai
Pancasila, misalnya dengan dialog publik tentang Pancasila sehingga kemungkinan terjadinya i-
relevansi, dominasi penafsiran maupun penafsiran tidak sehat terhadap Pancasila bisa dicegah
2. Kesediaan segenap komponen bangsa menjadikan nilai-nilai Pancasila makin tampak nyata dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan terus menerus secara konsisten
berjuang memperkecil kesenjangan antara idel-ideal Pancasila dengan kenyataan kehidupan
berbangsa sehari-hari
Perwujudan Sikap Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
1. Selalu berpegang teguh kepada kelima dasar Pancasila
2. Bersedia mengkaji Pancasila melalui wacana, diskusi, tulisan maupun penelitian
3. Terbuka terhadap nilai-nilai baru namun tetap sesuai dengan nilai dasar Pancasila
4. Menjadikan nilai Pancasila sebagai masuknya budaya asing
5. Menolak Pancasila dijadikan ideologi tertutup
6. Menolak Pancasila dijadikan sebagai alat kekuasaan bagi mereka yang berkuasa
7. Bersedia mengembangkan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman
pada Pancasila
8. Bersedia menaati norma sosial maupun norma hukum yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
BAB 3
Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokratis
Standar Kompetensi
3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokratis
Kompetensi Dasar
3.1 Mendiskripsikan pengertian, fungsi, dan peranan serta perkembangan pers di Indonesia.
3.2 Menganalisis pers yang bebas dan bertanggungjawab sesuai kode etik jurnalistik dalam
masyarakat demokratis di Indonesia.
3.3 Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa
dalam masyarakat demokratis di Indonesia.
A. Pengertian Pers
Menurut L.Taufik pengertian Pers terdiri dari :
1. Pers dalam arti sempit mencakup surat kabar, Koran, majalah, tabloid, bulletin, jadi pers terbatas
pada media cetak.
2. Pers dalam arti luas mencakup semua media massa, termasuk radio, televise, film, internet.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pers mempunyai arti : 1)alat untuk mencetak
buku atau surat kabar, 2) alat untuk menjepit, memadatkan, 3) surat kabar dan majalah yang berisi
berita, dan 4) orang yang bekerja di bidang persuratkabaran.
Menurut Undang-undang Pers Nomor 40 tahun 1999 menyebutkan bahwa pers adalah lembaga
social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. meliputi mencari,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
B. Fungsi dan Peran Pers di Indonesia
Fungsi pers nasional berdasarkan undang-undang pers adalah sebagai berikut :
1. Sebagai wahana komunikasi massa
Pers nasional sebagai sarana berkomunikasi antar warga negara dengan pemerintah dan antar
berbagai pihak.
2. Sebagai penyebar informasi
Pers nasional dapat menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau Negara maupun dari warga
negara ke Negara.
3. Sebagai pembentuk opini
Berita, tulisan, dan pendapat yang dituangkan melalui pers dapat menciptkan opini kepada
masyarakat luas .
4. Sebagai media informasi, pendidkan, hiburan, dan control serta sebagai lembaga ekonomi.
Selain fungsinya pers juga mempunyai peranan, adapun peranan pers nasional adalah :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi
manusia, serta menghormati kebhinekaan.
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.
4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
C. Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1. Tahun 1945 sampai 1950-an
Pers Indonesia pada masa ini menjadi alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia oleh
karena itu sering disebut “Pers Perjuangan” atau pers revolusi.
2. Tahun 1950 sampai 1960
Pers pada masa itu menjadi alat propaganda dari partai politik maka biasanya disebut pers partisan
yang mempunyai tujuan yang sama dengan partai-partai politik yang mendanainya.
3. Tahun 1970-an sampai 1980-an
Pada masa orde baru pers mengalami depolitisasi dan komersialisasi, proses depolitisasi dengan
jalan menghilangkan unsur-unsur politik dalam berita sebagai akibat dari lepasnya pengaruh partai
politik dan kekuasaan pemerintah, serta mejadi pers komersial dengan pencarian dana masyarakat
dari iklan dan jumlah pembaca yang banyak.
4. Tahun 1980-an
Pemerintah melalui Departemen penerangan mengeluarkan peraturan tentang Surat Ijin Usaha
Penerbitan Pers (SIUPP), usaha pers akan sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya .
Dengan adanya hal tersebut pers mulai melakukan apa yang disebut dengan diversifikasi usaha.
5. Tahun 1990-an
Pers Indonesia mulai berani menentang pemerintah dengan memuat artikel-artikel yang kritis
terhadap kebijakan pemerintah orde baru, pers mulai proses repolitisasi sampai menjelang reformasi.
6. Masa Reformasi 1998 sampai sekarang
Pers Indonesia menikmati kebebasan pers dengan dikeluarkannya Undang-undang No 40 tahun
1999 yang menjamin kebebasan pers dan menjamin hak memperoleh informasi serta kemerdekaan
mengungkapkan pikiran dan pendapat.
D. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
Pers yang bebas dan bertanggungjawab adalah pers yang memiliki kemerdekaan akan tetapi
memiliki pedoman dalam pemberitaannya. Pers ini biasanya disebut dengan istilah pers Pancasila.
Pedoman dalam pers yang disebut dengan kode etik jurnalistik wartawan Indonesia terdapat empat
asas yaitu :
1. Asas Profesionalitas
Yang termasuk dalam asas ini antara lain :
- Tidak memutarbalikkan fakta, tidak menfitnah.
- Berimbang. Adil dan jujur.
- Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum.
- Mengetahui teknis penulisan yang tidak melanggar asas praduga tak bersalah serta tidak merugikan
korban kesusilaan.
- Mengetahui kredibilitas nara sumber.
- Sopan dan terhormat dalam mencari berita.
- Tidak melakukan plagiat.
- Meneliti semua kebenaran bahan berita lebih dahulu.
- Tanggungjawab moral besar
2. Asas Nasionalisme
Yang termasuk dalam asas ini adalah :
- Mengabdi untuk kepentingan bangsa dan Negara.
- Memperhatikan keselamatan keamanan bangsa.
- Memperhatikan persatuan dan kesatuan Negara
.
3. Asas Demokrasi
Asas demokrasi dalam kode etik ini adalah :
- Harus cover both side
- Harus jujur dan seimbang.
4. Asas Religius
Yang termasuk dalam asas ini adalah :
- Menghormati agama, kepercayaan, dan keyakinan agama lain.
- Beriman dan bertakwa
E. Hak Jawab dan Hak Tolak
Hak jawab adalah suatu hak yang dimiliki seseorang atau badan hukum yang merasa dirugikan
oleh tulisan pada sebuah atau beberapa penerbitan, hak jawab ditujukan kepada media yang
memuat berita yang merugikan seseorang agar memuat bantahan dari mereka yang dirugikan.
Hak Tolak atau hak ingkar adalah hak wartawan untuk menolak mengungkapkan nama dan atau
identitas lainya dari sumber berita yang harus dirahasiakan, tujuannya untuk melindungi sumber
informasi.
F. Bentuk penyalahgunaan kebebasan media massa
Bentuk penyalahgunaan kebebasan media massa antara lain:
1. Penyiaran berita atau informasi yang tidak memenuhi kode etik jurnalistik.
2. Peradilan oleh Pers (trial by press)
3. Membentuk opini yang menyesatkan.
4. Bentuk tulisan atau siaran bebas yang bersifat provokatif.
5. Pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang Hukum Pidana.
G. Dampak penyalahgunaan kebebasan Pers
1. Bagi kepentingan pribadi dapat mencemarkan nama baik seseorang atau menurunkan reputasi
pribadi
2. Dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
3. Dapat menurunkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.
4. Dapat menurunkan kepercayaan luar negeri terhadap pemerintah kita.
5. Bagi Pers sendiri dapat ditinggalkan pembaca atau konsumennya.
6. Dapat memicu konflik dalam masyarakat.
7. Dapat menyebabkan instabilitas nasional
BAB 2
Materi PKn Kelas XII Semester 1 Bab 2 Sistem Pemerintahan
MATERI KELAS XII SEMESTER 1 BAB 2 SISTEM PEMERINTAHANStandar Kompetensi2.Mengevaluasi berbagai sistem pemerintahanKompetensi Dasar2.1. Menganalisis sistem pemerintahan di berbagai negara2.2. Menganalisis pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia2.3. Membandingkan pelaksanaan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia dengan negara lainIndikator Hasil Pencapaian Belajar
1. Siswa diharapkan dapat mengklasifikasikan sistem pemerintahan Presidensial dan Parlementer di berbagai negara
2. Siswa diharapkan dapat mengidentifikasi ciri sistem pemerintahan Presidensial dan Parlementer3. Siswa diharapkan dapat menguraikan kelebihan dan kekurangan sistem pemerintahan
Presidensial dan Parlementer4. Siswa diharapkan dapat menguraikan sistem pemerintahan yang digunakan oleh negara
Indonesia menurut UUD 1945.5. Siswa diharapkan dapat membandingkan sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum perubahan dengan sesudah perubahan UUD 1945.6. Siswa diharapkan dapat menguraikan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan sistem
pemerintahan Indonesia7. Siswa diharapkan dapat membandingkan sistem pemerintahan Indonesia dengan negara lain
Tujuan Pembelajaran1. Mengklasifikasikan sistem pemerintahan Presidensial dan Parlementer di berbagai negara2. Mengidentifikasi ciri sistem pemerintahan Presidensial dan Parlementer3. Menguraikan kelebihan dan kekurangan sistem pemerintahan Presidensial dan Parlementer4. Menguraikan sistem pemerintahan yang digunakan oleh negara Indonesia menurut UUD 1945.5. Membandingkan sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum dengan
sesudah perubahan6. Menguraikan kelebihan dan kelemahan pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia7. Membandingkan sistem pemerintahan Indonesia dengan negara lain
Metode Pembelajaran1. Metode Ceramah (Preaching Method)2. Metode Diskusi (Discussion Method)3. Metode Pemberian Tugas4. Metode Studi Kasus
Materi Pembelajaran1. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Sistem Pemerintahan Presidensial
Pengertian Sistem PemerintahanMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sistem mengandung tiga pengertian sebagai berikut:
a. Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Contoh sistem politik
b. Susunan pandangan, teori, asas yang teratur. Contoh sistem pemerintahan (demokrasi, totaliter, parlementer)
c. Metode. Contoh sistem menanam padi.Kata sistem merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara.
Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah, dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatub. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau negarac. Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah
Pemerintahan menurut KBBI berarti:a. Proses, cara, perbuatan memerintahb. Segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan
kepentingan negarac. Jadi, pemerintahan adalah tindakan atau kegiatan pemerintah dalam menyelenggarakan
pembuatan dan penegakan hukum guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.
d. Pemerintah adalah sekelompok orang dan sejumlah lembaga yang membuat dan menegakkan hukum dalam suatu negara.
Dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Sistem pemerintahan adalah susunan yang teratur dari prinsip-prinsip yang melandasi berbagai kegiatan atau hubungan kerja antara legislatif, eksekutif, dan judikatif dalam menyelenggarakan pemerintahan suatu negara.Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Kekuasaan Eksekutif berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan
b. Kekuasaan Legislatif berarti kekuasaan membentuk undang-undangc. Kekuasaan Yudikatif berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang.
Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:a. Sistem pemerintahan parlementer: intinya parlemen mendominasi pemerintahan negarab. Sistem pemerintahan presidensial: intinya Presiden memegang peranan kunci dalam
pemerintahan.Selain dua klasifikasi besar di atas, terdapat sistem pemerintahan yang disebut sistem kediktatoran proletariat yang intinya kekuasaan negara berada di tangan pemimpin partai (komunis), contohnya di negara Republik Rakyat Cina. Selain itu dikenal juga sistem pemerintahan campuran yang diterapkan di Republik Kelima Perancis dan dSwiss.
Pengertian bentuk negara, bentuk kenegaraan, bentuk pemerintah, dan bentuk pemerintahan
Bentuk negara adalah pengelompokan negara berdasarkan kriteria distribusi kekuasaan (secara resmi) antarberbagai tingkat pemerintahan dalam suatu negara.Ada tiga bentuk negara, yaitu:
a. Negara Kesatuan, yakni negara yang pemerintah pusatnya berdaulat penuh atas semua tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya.
b. Negara Federal/Serikat, yakni negara yang kekuasaannya secara formal dibagi menjadidua: kekuasaan pemerintah pusat federal dan kekuasaan pemerintah negara bagian.
c. Negara Konfederasi, yakni bentuk kerjasama negara di mana pemerintah pusat tunduk pada kedaulatan masing-masing negara anggotanya.Dilihat dari susunannya, ada dua bentuk negara, yaitu negara yang bersusunan tunggal atau negara kesatuan (unitaris) dan negara yang bersusunan jamak atau negara serikat (federasi,federalis).
Negara Kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal, artinya negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan hanya terdiri atas satu negara. Hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan tertinggi di negara itu.Ada dua cara/sistem negara kesatuan, yaitu:
a. Sentralisasi, artinya semua hal dan urusan diatur oleh pemerintah pusat. Daerah tidak memiliki wewenang untuk mengatur sendiri hal yang menjadi urusan pemerintahan
b. Desentralisasi, artinya penyerahan urusan dari pemerintah pusat atau daerah di atasnya pada daerah otonom sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah otonom. Setiap daerah otonom memiliki pemerintah daerah yang berhak dan berwenang mengurus sendiri urusan pemerintahan. Contoh, Indonesia merupakan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Negara Serikat/Negara Federasi/Negara Federalis adalah negara yang bersusun jamak atau terdiri dari negara-negara bagian. Artinya, negara tersusun dari beberapa negara yang semula telah berdiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.Dalam negara federasi terdapat:
a. Dua macam negara: Negara bagian dan Negara federasi atau gabunganb. Dua macam pemerintah: Pemerintah negara bagian dan Pemerintah negara federasi
c. Dua macam UUD: UUD negara bagian dan UUD negara federasid. Dua macam urusan: Urusan negara bagian dan urusan bersama yang diurus oleh negara federasie. Negara dalam negara: Negara bagian itu berada di dalam negara federasi
Urusan bersama yang diurus negara federasi adalah urusan-rusan pokok yang menentukan hidup matinya negara federasi, misalnya masalah pertahanan, hubungan luar negeri, dan keuangan. Contoh negara federasi adalah Amerika Serikat, Australia, Malaysia.
Serikat Negara/Perserikatan Negara/Konfederasi, merupakan gabungan atau perserikatan dari beberapa negara berdaulat baik ke dalam maupun ke luar. Konfederasi terbentuk untuk maksud tertentu, misalnya hubungan luar negeri atau masalah pertahanan. Negara yang tergabung dalam konfederasi tetapsebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Konfederasi bukan negara dalam pengertian hukum internasional, karena masing-masing negara tetap merupakan subyek hukum internasional.
Bentuk-bentuk KenegaraanBentuk-bentuk kenegaraan terdiri dari:
a. Koloni, merupakan wilayah jajahan. Wilayah negara tersebut sepenuhnya berada di bawah negara lain secara internasional. Negara koloni adalah negara yang tidak berdaulat, sedang yang berdaulat adalah negara yang menjajahnya. Negara koloni terakhir adalah Republik Palay yang merdeka pada tahun ...
b. Perwalian, adalah wilayah yang diurus oleh beberapa negara atau negara lain di bawah Dewan Perwalian PBB, dengan tujuan agar wilayah itu dapat mempersiapkan diri menuju pemerintahan sendiri dan kemerdekaan sepenuhnya.
c. Dominion, merupakan negara yang tergabung dalam The British Commonwealth of Nations atau Negara Persemakmuran Inggris. Dominion adalah negara yang sebelumnya merupakan jajahan Inggris. Tujuan dominion adalah untuk mempererat persahabatan, kerjasama, dan mencapai kemakmuran negara-negara anggotanya. Anggota Dominion meliputi Australia, Kanada, Selandia Baru, Malaysia, dan Afrika Selatan.
d. Protektorat, adalah negara yang berada di bawah perlindungan negara lain yang lebih kuat. Contoh, Hongkong merupakan protektorat Inggris sebelum diserahkan kembali kepada Cina.
e. Uni, bentuk uni terjadi apabila dua negara/lebih yang berdaulat mempunyai seorang kepala negara yang sama dengan tujuan untuk menciptakan persatuan di antara negara-negara tersebut. Ada dua macam uni:
i. Uni Riil atau Uni Nyata1. Bila kedua negara memiliki alat kelengkapan negara yang sama yang telah ditentukan terlebih
dulu.2. Mengakui adanya satu kepala negara3. Contoh: Uni Indonesia-Belanda 1949 dengan Ratu Yuliana (Belanda) sebagai kepala negara
ii. Uni Personil1. Bila kedua negara mempunyai seorang raja yang sekaligus sebagai kepala negara, namun urusan
pemerintahan tetap berada pada masing-masing negara tersebut.
2. Contoh: Uni Belanda-Luxemburg (1839-1890), Uni Swedia-Norwegia (1814-1905), Uni Inggris-Hanover (1714-1837)
f. Mandat, adalah bekas negara jajahan dari negara yang kalah sewaktu Perang Dunia I. Wilayah negara yang kalah diletakkan di bawah perlindungan negara yang menang perang serta diawasi oleh Dewan Mandat LBB. Tugas negara pemegang mandat adalah menyelenggarakan pemerintahan dan mempersiapkan wilayah negara itu menuju pemerintah sendiri. Contoh, Kamerun bekas jajahan Jerman dijadikan mandat oleh Perancis.
Bentuk Pemerintah adalah pengelompokan negara berdasarkan cara pengisian jabatan kepala negaranya.Ada dua bentuk pemerintah, yaitu:
a. Kerajaan/Monarki, adalah negara yang jabatan kepala negaranya diisi melalui sistem pewarisan. Contoh Jepang, Thailand, dan Inggris.
b. Republik, adalah negara yang kepala negaranya diisi melalui cara-cara di luar sistem pewarisan, misalnya melalui proses pemilu langsung oleh rakyat. Contoh Indonesia, Amerika Serikat.Bentuk Pemerintahan adalah pengelompokan negara berdasarkan letak kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.Bentuk Pemerintahan Secara Tradisional dibedakan menjadi:
a. Monarki adalah bentuk pemerintahan negara yang kekuasaan tertinggi berada di tangan seorang penguasa tunggal, yaitu raja/ratu/kaisar/sultan.
b. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang kekuasaan tertingginya berada di tangan satu lembaga kecil yang terdiri atas sekelompok orang/elit yang memiliki hak istimewa.
c. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang kekuasaan tertingginya berada di tangan semua warga negara.
Klasifikasi Mutakhir Tentang Bentuk Pemerintahan:a. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan untuk membuat keputusan tertinggi
dalam suatu negara dikontrol oleh semua warga negara dewasa dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Kediktatoran adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan untuk membuat keputusan tertinggi dalam suatu negara dikontrol oleh satu orang
c. Oligarki adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan untuk membuat keputusan tertinggi dalam suatu negara dikontrol oleh sekelompok elit.
Sistem Pemerintahan Parlementer
Pengertian Sistem Pemerintahan ParlementerAdalah sistem atau keseluruhan prinsip penataan hubungan kerja antarlembaga negara yang secara formal memberikan peran utama kepada parlemen atau badan legislatif dalam menjalankan pemerintahan negara.Contoh negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia.
Induk Sistem Pemerintahan Parlementera. Kepala Negara (raja/ratu)
Inggris adalah negara kerajaan. Karena itu, kepala negara Inggris selalu adalah raja/ratu. Raja menganggap dirinya mempunyai hak suci dari Tuhan untuk memerintah dunia. Raja-raja Inggris umumnya juga mempunyai lembaga penasihat yang ditentukan sendiri oleh raja, yang anggotanya hanya dari kalangan bangsawan dan pemimpin gereja. Mereka umumnya dipanggil bersidang oleh raja apabila negara memerlukan pajak.
b. Parlemen Cikal bakal parlemen di Inggris adalah Witanagemot, yaitu dewan penasehat raja yang terdiri atas para pangeran, bangsawan, dan pejabat gereja yang dipilih dan dihentikan oleh raja. Lembaga ini kemudian dikenal dengan parlemen. Semakin sering raja memerlukan tambahan dana semakin sering parlemen bersidang, yang akan memperkuat kedudukan parlemen dan mematangkan kelembagaan parlemen itu sendiri.
c. Kabinet Cikal bakal kabinet di Inggris adalah sebuah kelompok orang yang disebutCABAL yang dijadikan sebagai penasehat inti dan sekaligus penghubung dirinya dengan parlemen. Pemerintahan dikendalikan oleh perdana menteri dan kabinetnya. Sehingga merekalah yang bisa dipersalahkan atau diminta pertanggungjawaban.
Prinsip-prinsip Sistem Pemerintahan ParlementerRanney, pemusatan kekuasaan negara ke tangan parlemen di negara pengguna sistem pemerintahan parlementer dilakukan melalui dua sarana, yaitu:
a. Rangkap jabatan• Bahwa mereka yang menduduki jabatan menteri harus merupakan anggota parlemen• Kabinet dan para menterinya merupakan komisi parlemen yang didudukkan di lembaga
eksekutif• Berbeda dengan ajaran Trias Politica yang menganut pemisahan kekuasaan.
b. Dominasi resmi parlemen• Parlemen sebagai lembaga legislatif negara tertinggi• Parlemen membuat undang-undang baru, merevisi atau mencabut undang-undang yang berlaku• Parlemen dapat menyatakan mosi tidak percaya kepada kabinet/menteri• Parlemen, melalui pemimpin partai yang menguasai mayoritas kursi parlemen, menyusun
kabinet atau dewan menteri• PM dan para menteri itu berasal dari kalangan anggota parlemen dan akan tetap menjadi
anggota parlemen, sehingga hakikat kabinet hanyalah sebuah komisi dari parlemen• PM dan kabinetnya berkewajiban menjalankan kebijakan pemerintahan yang digariskan oleh
parlemen, dan karena itu, harus bertanggung jawab kepada parlemen• Masa jabatan menteri/kabinet sangat tergantung pada kehendak parlemen• Kepala negara/raja berperan sebagai penengah bila terjadi pertentangan antara parlemen dan
kabinet
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
a. Kabinet, yaitu para menteri di bawah pimpinan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif). Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet. Lama masa jabatan kabinet tidak dapat ditentukan meskipun memiliki masa jabatan dalam waktu tertentu.
b. Presiden adalah kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan (eksekutif)adalah perdana menteri yang berasal dari partai politik yang mempunyai suara mayoritas di Parlemen. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
c. Kepala Negara/Presiden atas saran pemerintah, yaitu Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk membentuk parlemen baru.
d. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
e. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
f. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
Kelebihan atau Kebaikan Sistem Pemerintahan Parlementera. Sistem/garis pertanggungjawaban dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas/transparanb. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet menjadikan
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahanc. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara tuntas karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
a. Kabinet cenderung/dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di parlemen dan partai, anggota kabinet dapat menguasai parlemen.
b. Kedudukan badan eksekutif/ kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan parlemen.
c. Kelangsungan/masa jabatan eksekutif atau kabinet tidak dapat ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya, karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
Sistem Pemerintahan Parlementer di Inggrisa. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang menganut sistem pemerintahan
parlemen. Bahkan, Inggris disebut sebagai The Mother of Parliaments (induk parlemen).b. Menganut sistem pertanggungjawaban menteri.
Sistem parlementer, terlahir dari adanya pertanggungjawaban menteri. Seperti halnya yang terjadi di Inggris, di mana seorang raja tak dapat diganggu gugat (the king can do no wrong), maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat, menterilah yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai contoh, Thomas Wentworth salah seorang menteri pada masa Raja Karel I dituduh melakukan tindak pidana oleh Majelis Rendah. Kemudian karena terbukti, menteri tersebut dijatuhi hukuman mati oleh Majelis Tinggi.Dari pertanggungjawaban pidana ini, kemudian lahir pertanggung jawaban politik, di mana para menteri harus bertanggungjawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen.
c. Kekuasaan kepala negara ada pada Raja atau Ratu, sedang kekuasaan kepala pemerintahan di tangan Perdana Menteri.Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad ke-18 di Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem parlementer ini adalah kelanjutan dari bentuk negara Monarchi Konstitusionil, di mana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer, raja atau ratu dan presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Kepala negara dipegang Raja / Ratu yang bersifat simbolis dan tidak dapat diganggu gugatContoh kedudukan ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India.
d. Pemisahan kekuasaan dilatarbelakangi oleh ungkapan pada masa lalu “The king do not wrong”e. Peraturan perundang undangan bersifat konvensi (peraturan tidak tertulis)f. PM berasal dari partai mayoritas di parlemen, dan pemimpin partai politik Inggrisg. Parlemen terdiri atas dua badan (bi kameral), yaitu: House of Lord (Majelis Tinggi), adalah badan oerwakilan dengan anggota para bangsawan yang
penentuan keanggotaannya didasarkan atas penunjukan raja/ratu. Kekuasaannya lebih besar dibandingkan Majelis Rendah
House of Common (Majelis Rendah), adalah badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya berasal dari parpol di Inggris yang dipilih melalui pemilu
h. Kabinet/eksekutif
Adalah dewan pemerintahan yang terdiri atas para menteri dipimpin oleh perdana menteri Anggotanya berasal dari House of Common, bertanggungjawab kepada parlemen. Eksekutif dalam sistem parlementer adalah Kabinet itu sendiri. Kabinet yang terdiri dari Perdana
Menteri dan menteri-menteri, bertanggung jawab sendiri satau bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang dilakukan oleh Kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di Inggris dikenal istilah “the king can do no wrong”.
Pertanggung jawaban menteri kepada parlemen tersebut dapat berakibat Kabinet meletakkan jabatan dan mengembalikan mandat kepada kepala negara manakala parlemen tidak lagi mempercayai Kabinet.
i. Kekuasaan parlemen Sangat besar, dengan mosi tidak percaya dapat membubarkan kabinet Pemerintahan jarang sekali jatuh karena kabinet berasal dari partai mayoritas di parlemendan
mendapat dukungan mayoritas di parlemenj. Raja atau Ratu sebagai kepala negara mempunyai kekuasaan membubarkan parlemen atas
usulan perdana menterik. Perdana Menteri juga mempunyai kekuasaan sbb: Sebagai pemimpin kabinet yang anggotanya dipilih sendiri Memimpin partai mayoritas di parlemen Dapat mengendalikan parlemen karena ia memimpin partai Menjadi penghubung dengan raja Sewaktu-waktu dapat mengadakan pemilihan umum sebelum masa jabatan 5 tahun berakhir.
l. Ada dua partai besar yaitu Partai Konservatif dan Partai Buruh. Partai yang kalah dalam pemilihan umum menjadi oposisi
Sistem Pemerintahan Presidensial
Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial:Adalah sistem atau keseluruhan prinsip penataan hubungan kerja antarlembaga negara
melalui pemisahan kekuasaan negara, di mana presiden memainkan peran kunci dalam pengelolaan kekuasaan eksekutif.
Dalam sistem ini, kedudukan eksekutif, seorang presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya dan mereka itu bertanggung jawab kepada presiden. Pelaksana kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab MA dan kekuasaan legislatif berada ditangan DPR. Contohnya adalah Amerika Serikat dengancheck and balance, Indonesia adalah pembagian kekuasaan (distribution of power),Pakistan, Argentina, Filipina.
Negara Filipina menggunakan sistem presidensial karena negara ini pernah berada dalam kekuasaan Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat bahkan juga memfasilitasi penyusunan konstitusi Filipina menjelang kemerdekaan negara ini. Negara-negara lain seperti Kolombia, Kostarika, Meksiko, dan Venezuela juga menggunakan sistem pemerintahan presidensial, dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat sebagai modelnya.
Peran kunci presiden tampak dari hal-hal sebagai berikut:
a. Presiden adalah kepala negara sekaligus adalah kepala pemerintahanb. Presiden adalah pihak yang berwenang menyusun kabinet. (Juga disebut sistemnon-
parliamentary executive, karena pengangkatan para menteri sepenuhnya menjadi kekuasaan presiden)
c. Para menteri tidak boleh menjadi anggota parlemen, jadi kabinet semata-mata pembantu presiden
d. Para menteri bertanggung jawab kepada presiden, bukan kepada parlemene. Masa jabatan menteri sangat bergantung pada presidenf. Peran parlemen dan eksekutif dibuat seimbang melalui sistem check and balances
Prinsip-prinsip Sistem Pemerintahan Presidensial Ranney, di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial, ketiga jenis kekuasaan
negara (legislatif, eksekutif dan judikatif) secara formal dipisahkan melalui dua macam sarana, yaitu:
a. Pemisahan pejabat/larangan rangkap jabatanBerbeda dengan sistem parlementer, dalam sistem presidensial rangkap jabatan justru dilarang. Seorang anggota parlemen tidak boleh merangkap menjadi menteri, demikian juga sebaliknya. Misalnya,di Amerika Serikat. Disana tidak seorangpun diperbolehkan menduduki lebih dari satu jabatan dalam ketiga cabang kekuasaan yang ada. Contohnya seorang Jaksa Agung harus mundur dari jabatannya bila ingin mencalonkan diri menjadi seorang Senator.
b. Kontrol dan keseimbangan (check and balances)Untuk mencegah satu lembaga kekuasaan memperbesar kekuasaannya sendiri, masing- masing cabang kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaam lain, sehingga posisi masing-masing cabang kekuasaan tetap dalam keseimbangan yang tepat. Contohnya, Kongres mengontrol Presiden dengan menolak RUU yang diajukan, menolak memberi persetujuan terhadap calon pejabat bawahan langsung Presiden dan mengadili serta memberhentikan Presiden. Presiden diberi kekuasaan untuk mengontrol Kongres dengan hak vetoatas UU yang telah disetujui Kongres, dan mengontrol MA dengan mengajukan calon MA, serta melakukan judicial review.
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensiala. Presiden memiliki kekuasaan yang luas, yaitu sebagai kepala negara dan sebagai kepala
pemerintahan (sering disebut sebagai concentration of governing power and responsibility upon the president, artinya presiden sebagai satu-satunya lembaga negara yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pemerintahan negara)
b. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemenc. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen. Presiden dan parlemen tidak bisa saling
menjatuhkan.d. Presiden dalam melaksanakan pemerintahan dibantu oleh para menteri yang ditunjuk dan
diangkat oleh Presiden (hak prerogatif/hak istimewa untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen).Para menteri tidak bertanggung jawab kepada parlemen tetapi kepada Presiden.
e. Masa jabatan kabinet, yaitu presiden beserta para menterinya sesuai dengan masajabatannya. Presiden tidak dapat diberhentikan dalam masa jabatannya. Apabila terjadi pelanggaran hukum Presiden akan dikenakan impeachment (pengadilan DPR) yang dilakukan Hakim Tinggi.
f. Presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat, dan Parlemen dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensiala. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak bertanggung jawab pada parlemenb. Lama masa jabatan eksekutif lebih jelas dan dalam jangka waktu tertentuc. Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannyad. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang
luar termasuk anggota parlemen sendiri
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensiala. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlakb. Pembuatan keputusan atau kebijaksanaan publik umumnya merupakan hasil tawar menawar
antara eksekutif sehingga dapat terjadi keputusan yang tidak tegas dan memerlukan waktu yang lama
c. Sistem pertanggungjawabannya kurang jelas
Sistem Pemerintahan Presidensial di Amerika Serikata. Amerika Serikat menganut sistem pemerintahan presidensial murnib. Prinsip separation of power (pemisahan kekuasaan) dan mekanisme checks and
balances (pengawasan dan perimbangan). Dalam checks and balances, Presiden boleh memilih menterinya sendiri, tetapi untuk jabatan Hakim Agung dan Duta Besar harus disetujui Senat
c. Kekuasaan eksekutif berada pada presiden, sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, dipilih rakyat, masa jabatan 4 tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan kedua, dan para menteri.
d. Kekuasaan legislatif di tangan Congress, terdiri:– Senat, adalah perwakilan dari tiap negara bagian yang dipilih melalui pemilu oleh rakyat di
negara bagian yang bersangkutan, 2 orang wakil– House of Representatives, adalah perwakilan dari rakyat AS yang dipilih langsung untuk masa
jabatan 2 tahun melalui partai politike. Kekuasaan judikatif, berada pada Mahkamah Agung (Supreme Court), merupakan kekuasaan
yang bebas dari pengaruh eksekutif dan legislatiff. Presiden mempunyai veto atas RUU, tetapi jika RUU diterima 2/3 majelis, maka veto Presiden
batalg. Mekanisme kerja: Presiden dan Congress tidak dapat saling menjatuhkanh. Presiden hanya dapat dituntut berhenti bila terbukti melanggar hukum, yakni:– Pengkhianatan terhadap negara (treason)– Penyuapan dan tindak pidana berat (bribery and high crime)
– Pelanggaran ringan berupa perbuatan tercela (misdemeanor)
Sistem Pemerintahan Campuran
Selain dua tipe sistem pemerintahan di atas, terdapat model sistem pemerintahan yang
memiliki baik segi-segi sistem pemerintahan parlementer maupun presidensial. Di kalangan para
sarjana, ada yang memberikan istilah baru terhadap sistem pemerintahan ini, ada juga yang yang
tidak. Sri Soemantri memberikan istilah sistem pemerintahan campuran atau kombinasi bagi sistem
pemerintahan tersebut. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim menyebut sistem pemerintahan ini
sebagai quasi parlementer atau quasi presidensiil (presidensial) sedangkan Usep Ranawijaya
menyebutnya dengan istilahbentuk antara atau bentuk peralihan.
Sementara C.F. Strong tidak memberikan istilah khusus bagi sistem pemerintahan tersebut
tetapi mengakui sistem-sistem pemerintahan tersebut, misalnya sistem semipresidensial pada
Republik Kelima Perancis dan eksekutif parlementer (parlementarian executive) tetapi pada
pelaksanaannya bersifat eksekutif tetap dan nonparlementer pada Swiss.
Kita menggunakan istilah sistem pemerintahan campuran sesuai pendapat Sri Soemantri
dengan pertimbangan untuk mempermudah pembahasan karakteristik sistem pemerintahan
tersebut. Karena pada dasarnya, sistem pemerintahan campuran tidak dapat dikelompokkan ke
dalam dua sistem pemerintahan pada umumnya. Akan tetapisistem campuran tetap
memperlihatkan ciri-ciri dari kedua sistem pemerintahan (parlementer dan presidensial)
dengan tingkat dominasi yang berbeda-beda. Artinya sistem pemerintahan campuran pada
sebuah negara memiliki substansi yang berbeda dengan sistem pemerintahan campuran di
negara lain.
Menurut Bagir Manan sehubungan dengan sistem pemerintahan campuran,bahwa
“persamaannya hanya pada bentuk campuran, sedangkan substansinya sama sekali berbeda”
Selanjutnya terhadap perbedaan-perbedaan antar-sistem pemerintahan campuran Bagir Manan
berpendapat bahwa:
“….(i) Bentuk-bentuk sistem campuran berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara yang
lain; (ii) Bentuk campuran dapat menunjukkan ciri-ciri presidensiil (presidensial) atau ciri-ciri
parlementer yang lebih menonjol…..”
Negara-negara yang biasanya menjadi prototipe sistem pemerintahan campuran, yaitu Perancis
(dengan Konstitusi 1958 dan Amendemen 1962) dan Swiss. Perancis sejak tahun 1958 (disebut
juga masa Republik Kelima) memiliki model sistem pemerintahan yang disebut semipresidensial.
Sebelumnya Perancis menerapkan sistem pemerintahan parlementer dan peralihan pada sistem
semipresidensial, tidak menghapus ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer. Seperti dikatakan oleh
C.F. Strong, bahwa:
• “….Perancis di bawah pemerintahan Republik Kelima mempertahankan sistem eksekutif
parlementer, namun dengan beberapa variasi pada jenis eksekutif terdahulu. Pertama, seperti yang
telah dikatakan, Presiden tidak lagi dipilih oleh Parlemen saja, melainkan oleh Electoral
College yang terdiri dari anggota-anggota Parlemen beserta anggota-anggota dewan
lainnya. Kedua, walaupun para menteri bertanggung jawab kepada Parlemen, para menteri tidak
diizinkan menjadi anggota salah satu majelis Parlemen…..Ketiga, Presiden menjadi Kepala
Eksekutif yang aktif dengan kekuasaan penuh untuk mengontrol badan legislatif termasuk hak untuk
membubarkan Parlemen…..Hal ini berarti, apabila terjadi mosi tidak percaya dalam Parlemen yang
menentang pemerintah, Presiden dapat membubarkan Majelis dan mengadakan pemilihan baru.
Terakhir, konstitusi memberikan mandat kepada Presiden untuk mengambil tindakan darurat jika
terjadi ancaman “terhadap institusi republik, kemerdekaan bangsa, integritas wilayah, serta
pelaksanaan kewajiban luar negeri negara.
Kedudukan Presiden Perancis semakin lebih kuat dengan diadakannya referendum yang
mengamandemen konstitusi Perancis pada tahun 1962 yang mengubah tata cara pemilihan
Presiden yang semula dipilih oleh Electoral College menjadi dipilih melalui hak pilih universal
(secara langsung oleh rakyat).
Menurut pendapat di atas, terdapat beberapa ciri dalam sistem pemerintahan Perancis sejak 1962,
yaitu:
• Presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun (segi presidensial).
• Menteri-menteri bertanggung jawab kepada Parlemen tetapi tidak diizinkan menjadi anggota
Parlemen (segi parlementer).
• Presiden menjadi eksekutif sesungguhnya selain Kabinet (dual executive), bahkan lebih besar
pengaruhnya, misalnya Presiden dapat membubarkan Parlemen jika bertentangan dengan
Pemerintah.
• Presiden memegang kekuasan untuk mengendalikan keadaan darurat dalam masalah-masalah
tertentu (segi presidensial).
Selain itu ada ciri-ciri lain yang tidak dikemukakan pendapat sebelumnya, yaitu Perdana Menteri
dan Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden walaupun pertanggungjawaban Dewan
Menteri tetap kepada Parlemen.
Negara kedua yang menjadi prototipe sistem pemerintahan campuran adalah Swiss. Jika dalam
sisitem pemerintahan Perancis Republik Kelima terdapat dua macam eksekutif dengan tugas dan
wewenang yang berbeda, maka dalam sistem pemerintahan Swiss eksekutif dipegang oleh sebuah
Dewan yang disebut Dewan Federal (Federal Council).
Sehubungan dengan itu, C.F. Strong mengatakan, bahwa Lembaga eksekutif Swiss atau Dewan
Federal (Federal Council) adalah suatu kementerian yang dipilih, tetapi tidak dapat dibubarkan, oleh
tiap-tiap Majelis Federal (Federal Assembly). Sekilas sistem pemerintahan Swiss bersifat
parlementer karena Dewan Federal yang dipilih oleh Majelis Federal seperti Kabinet (Dewan
Menteri) yang diangkat oleh Parlemen di Inggris. Akan tetapi, kedudukan Dewan Federal yang tak
dapat dibubarkan oleh Majelis Federal selama masa jabatannya ( 4 tahun), lebih mencerminkan
sifat fixed executive seperti dalam sistem presidensial di mana Presiden tidak bertanggung jawab
kepada Parlemen. Hanya saja eksekutif di Swis tidak bersifat tunggal (single executive) seperti
Presiden pada sistem presidensial murni, melainkan bersifat collegial.
Ciri collegial ini dipertegas dengan tidak adanya pemimpin tetap dalam Dewan Federal.
Walaupun terdapat jabatan Presiden Dewan Federal (Federal President) yang dipilih setiap satu
tahun sekali dari 7 orang anggota Dewan Federal, tetapi jabatan itu tidak bersifat subordinasi
terhadap anggota Dewan Federal lainnya. Seperti dikatakan oleh C.F. Strong, bahwa
“Ketua Dewan Federal inilah yang lazimnya dikenal sebagai presiden republik; tetapi keutamaannya
di atas pejabat yang lain adalah “keutamaan yang formal belaka: ketua Dewan Federal sama sekali
bukan kepala eksekutif”
Selain itu, terdapat pula jabatan Wakil Presiden Federal yang juga dipilih dari anggota Dewan
Federal untuk mendampingi Presiden Federal Seperti halnya Presiden Federal, Wakil Presiden
Federal juga tidak memiliki keutamaan yang substansial dibandingkan anggota Dewan Federal
lainnya. Sehubungan dengan itu Sri Soemantri mengatakan bahwa:
“Presiden dan Wakil Presiden Republik Konfederasi Swiss juga dipilih oleh Federal
Assembly…….Adapun masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden adalah satu tahun. Orang yang
menjadi Presiden tidak dapat dipilih kembali setelah masa jabatannya berakhir. Hal ini tidak berlaku
terhadap Wakil Presiden. Dengan perkataan lain, Wakil Presiden dapat dipilih menjadi Presiden
oleh Federal Assembly, setelah jabatannya sebagai Wakil Presiden berakhir”.
Sistem Pemerintahan di Berbagai NegaraSistem Pemerintahan Brasil
1. Nama resmi: Republica Federativa do Brazil2. Bentuk negara federal dengan 26 negara bagian dan satu distrik federal yaitu Distrito
Federal3. Bentuk pemerintahan republik dengan sistem pemerintahan presidensial, di mana
Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan Wakil Presiden Brasil dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet diangkat oleh Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden.5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu Senat Federal(Federal
Senate) dan The Chamber of Deputies or Camara dos Deputados. Kedua badan ini disebut Kongres Nasional. Jumlah kursi di Senat Federal berjumlah 81 orang, anggotanya berasal dari perwakilan tiap negara bagian dan distrik. Setiap distrik memiliki wakil tiga orang untuk masa jabatan delapan tahun. Anggota Chamber of Deputiesberjumlah 513 orang yang dipilih melalui pemilu untuk masa jabatan 4 tahun.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Supreme Federal Tribunal, Higher Tribunal of Justice, dan Regional Federal Tribunals.
Sistem Pemerintahan Perancis1. Nama resmi: Republique Francaise (France Republic)2. Bentuk negara kesatuan terdiri 22 wilayah atau daerah.3. Bentuk pemerintahan republik dengan sistem demokrasi presidensial4. Presiden adalah kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana menteri.
Tanggung jawab penyelenggaraan negara tertinggi berada di tangan presiden. Presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan lima tahun. Perdana menteri diusulkan oleh mayoritas anggota Majelis Nasional dan diangkat oleh Presiden.
5. Kabinet atau dewan menteri diangkat oleh presiden atas usul perdana menteri.6. Sistem parlemen menggunakan sistem bikameral yang terdiri atas Senat dan Majelis Nasional.
Senat adalah perwakilan dari teritori, daerah, dan wilayah administratif. Masa jabatan Senat adalah sembilan tahun, di mana sepertiganya dipilih tiap tiga tahun. Majelis Nasional adalah perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilu untuk masa jabatan lima tahun.
7. Badan kehakiman, meliputi Supreme Court of Appeals or Cour de Cassation, Constitutional Council or Conseil Constitutionnel, dan Council of State or Conseil d’Etat.
8. Kedudukan eksekutif (Presiden) kuat, karena dipilih langsung oleh rakyat.Presiden diberikan wewenang untuk bertindak pada masa darurat dalam menyelesaikan krisis.
9. Jika terjadi pertentangan antara kabinet dengan legislatif, presiden boleh membubarkan legislatif. Jika suatu undang-undang yang telah disetujui legislatif namun tidak disetujui Presiden, maka dapat diajukan langsung kepada rakyat melalui referendum atau diminta pertimbangan dari Majelis Konstitusional.
10. Penerimaan mosi dan interpelasi dipersukar, misalnya sebelum sebuah mosi boleh diajukan dalam sidang badan legislatif, harus didukung oleh 10% dari jumlah anggota badan itu.
Sistem Pemerintahan India1. Badan eksekutif terdiri dari seorang presiden sebagai kepala negara dan menteri-menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri (cabinet government)2. Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh anggota-anggota badan legislatif baik di pusat maupun di negara-negara bagian.3. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, sangat mirip dengan Inggris dengan modelCabinet Government.4. Pemerintah dapat menyatakan “keadaan darurat” dan pembatasan-pembatasan kegiatan bagi para pelaku politik dan kegiatan media masa agar tidak mengganggu usaha pembangunannya. Presiden sebagai kepala negara.
Sistem Pemerintahan Pakistan (1962 – 1969)1. Badan eksekutif terdiri dari Presiden yang beragama Islam dan para menteri.2. Para menteri adalah pembantu Presiden, tidak boleh merangkap anggota eksekutif3. Presiden mempunyai veto atas RUU, tetapi jika RUU diterima 2/3 majelis, maka veto Presiden
batal4. Presiden berwenang membubarkan badan legislatif. Presiden harus mengundurkan diri dalam 4
tahun dan mengadakan pemilihan umum baru5. Dalam keadaan darurat, Presiden berhak mengeluarkan ordonansi yang diajukan kepada
legislatif paling lama 6 bulan6. Presiden dapat dipecat (impeach) oleh legislatif bila melanggar UU dan berkelakuan buruk
Sistem Pemerintahan Argentina1. Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung setiap 4 tahun dan dapat dipilih kembali
untuk maksimum dua periode.2. Menteri pembantu Presiden dan dilantik oleh Presiden.3. Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.4. Presiden mempunyai hak veto yang terbatas, untuk mengubah UU dengan syarat terdesak dan
perlu.5. Sistem parlemen dwi dewan yaitu Dewan Senat (Senado) dan Kamar Perwakilan(Camara de
Diputados).
Sistem Pemerintahan Jepang1. Nama resmi: Nippon2. Bentuk negara kesatuan dengan pembagian 47 wilayah administratrif atau semacam propinsi.3. Bentuk pemerintahan adalah monarki konstitusional (kekaisaran) dengan sistem demokrasi
parlementer.4. Kepala negara adalah kaisar, sebagai lambang atau simbol kesatuan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri. Pemilihan kaisar berdasar keturunan, sedang perdana menteri berasal dari pemimpin partai mayoritas yang ada di parlemen (House of Representatives).
5. Parlemen (Diet) menganut sistem bikameral yang terdiri atas House of Councillor or Sangi-in (perwakilan dari wilayah, distrik atau propinsi) dan House of Representatives or Shugi-in (wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dari partai politik.
6. Badan kehakiman adalah Supreme Court (Mahkamah Agung) sebagai peradilan terakhir untuk perkara banding.
7. Kepala pemerintahan (eksekutif) berada di tangan Perdana Menteri dan bertanggung jawab kepada badan legislatif (Diet). Perdana Menteri membentuk kabinet yang anggotanya adalah anggota Diet.
Sistem Pemerintahan Cina1. Nama resmi: Zhonghua Renmin Gonghe Guo2. Nama lengkap: Republik Rakyat Cina (People’s Republic of China)3. Bentuk negara kesatuan terdiri atas 23 propinsi, merupakan negara besar di daratan Asia.4. Bentuk pemerintahan republik dengan sistem demokrasi komunis. Di bidang politik, sistem
komunis dengan kontrol ketat terhadap warganya, sedang di bidang ekonomi, Cina menerapkan sistem ekonomi pasar, sehingga produk-produk Cina banyak membajiri pasaran dunia.
5. Kepala negara adalah presiden, sedang kepala pemerintahan adalah perdana menteri. Presiden dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional untuk masa jabatan lima tahun. Perdana menteri diusulkan oleh presiden dengan persetujuan Kongres Rakyat Nasional.
6. Menggunakan sistem unikameral, yaitu Kongres Rakyat Nasional (National People’s Congress or Quanguo Renmin Daibiao Dahui). Jumlah anggota kongres 2.979 orang. Anggotanya merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota, dan propinsi untuk masa jabatan lima tahun. Badan inimemiliki kekuasaan penting di Cina dan anggotanya adalah orang-orang partai komunis Cina.
7. Badan kehakiman terdiri atas Supreme Peoples Court, Local Peoples Courts, dan Special Peoples Courts.
2. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan oleh Negara Indonesia menurut UUD 1945.
Sistem Pemerintahan yang Digunakan oleh Negara Indonesia dalam Berbagai UUD/Konstitusi
Sejak meraih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah menggunakan
konstitusi yang berbeda hingga sekarang, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, serta
UUD 1945 setelah perubahan. Seiring dengan penerapan konstitusi-konstitusi tersebut, Indonesia
juga menerapkan sistem-sistem pemerintahan yang berbeda-beda pula. Bahkan berdasarkan satu
konstitusi yang sama, yaitu UUD 1945, Indonesia pernah menerapkan dua macam sistem
pemerintahan tanpa mengubah teks asli UUD 1945, yaitu pada tahun 1945 hingga tahun 1948
menerapkan sistem pemerintahan parlementer dan pada tahun 1948 hingga 1949 menerapkan
sistem pemerintahan presidensial yang dipimpin oleh Wakil Presiden Moh. Hatta.
Dalam tabel berikut, secara sederhana dapat kita lihat periode pelaksanaan dan
perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia.
a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)2. Sistem Konstitusional.3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah Majelis5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Presiden Republik Indonesia berdasar UUD 1945 memiliki kekuasaan sebagai berikut:
1. Pemegang kekuasaan legislatif, yaitu membentuk undang-undang (pasal 5)2. Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan (pasal 4)3. Pemegang kekuasaan sebagai kepala negara (pasal 10-15)4. Panglima tertinggi dalam kemiliteran (pasal 10)5. Pemegang kekuasaan untuk mengangkat dan melantik para anggota MPR dari utusan daerah dan
golongan (pasal 2)6. Pemegang kekuasaan untuk mengangkat para menteri dan pejabat negara (pasal 17)7. Pemegang kekuasaan untuk untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian
dengan negara lain, serta menyatakan keadaan bahaya (pasal 11 dan pasal 12)8. Pemegang kekuasaan untuk mengangkat duta dan menerima duta dari negara lain (pasal 13)9. Pemegang kekuasaan untuk memberi gelaran, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan (pasal
15)
10. Pemegang kekuasaan untuk memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi (pasal 15)Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan mengatakan bahwa “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar”. Selanjutnya dalam
ayat (2) dikatakan bahwa “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden” dan pasal 17 ayat (1) yang mengatakan bahwa “Presiden dibantu oleh menteri-menteri
negara”. Dari tiga ayat tersebut tersebut, dapat disimpulkan bahwa Presiden merupakan eksekutif
sesungguhnya yang bersifat tunggal (single executive) yang dalam menjalankan kewajibannya
tersebut dibantu oleh seorang Wakil Presiden dan menteri-menteri. Kedudukan Wakil Presiden dan
menteri-menteri sangatlah berbeda. Wakil Presiden dipilih oleh MPR sedangkan menteri-menteri itu
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (pasal 17 ayat (2)). Apa yang menjadi tugas dan
wewenang Wakil Presiden ditentukan oleh Presiden dengan dibantu oleh Wakil Presiden, seperti
yang diatur dalam pasal 8 ayat (2) Ketetapan MPR No. III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara Dengan/ Atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi
Negara.
Tugas Wakil Presiden di Indonesia berbeda dengan Wakil Presiden di Amerika Serikat.
dalam hal ini Sri Soemantri berpendapat bahwa :
“Seperti telah kita ketahui selama Presiden Amerika Serikat masih ada, Wakil Presiden mempunyai
tugas menjadi Ketua Senat Amerika Serikat (bukan anggota). Dengan demikian di Amerika Serikat
hanya terdapat satu pemimpin eksekutif saja. Hal ini sesuai dengan azas dalam kepemimpinan,
bahwa antara lain dalam sebuah kapal hanya terdapat seorang kapten atau dalam sebuah keluarga
hanya terdapat seorang kepala keluarga saja.
Kekuasaan presiden diatur dalam UUD 1945 dalam porsi yang cukup besar, yaitu dalam
pasal 5 ayat (1) dan (2), 10, 11, 12, 13, 14 dan 15. Dalam pasal 15 UUD 1945 dikatakan bahwa
“Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan”. Wewenang ini merupakan
wewenang yang biasanya melekat pada jabatan Kepala Negara dalam sistem parlementer. Akan
tetapi, karena Presiden Republik Indonesia merupakan real executive, sekaligus memegang
wewenang kepala negara, maka hal ini menunjukkan ciri sistem pemerintahan presidensial. Ciri lain
yang juga mengindikasikan sistem pemerintahan presidensial yaitu adanya pembatasan masa
jabatan presiden (president tenure), yaitu dalam pasal 7 UUD 1945 di mana “Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.
Pada masa demokrasi terpimpin, pasal ini diselewengkan dengan mengangkat Ir. Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup sedangkan pada masa Orde Baru, pasal ini ditafsirkan tidak adanya
pembatasan waktu jabatan Presiden sehingga Soeharto dapat menjabat sebagai Presiden selama
32 tahun.
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih secara terpisah oleh MPR
berdasarkan pasal 6 ayat (2) UUD 1945. Adanya eksekutif yang dipilih oleh legislatif atau eksekutif
yang merupakan bagian dari legislatif, merupakan ciri dari sistem pemerintahan parlementer.
Konsekuensi dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden oleh MPR, Presiden dapat diberhentikan jika
benar-benar melanggar haluan negara, tetapi Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang
anggotanya merangkap menjadi anggora MPR. Seperti yang disebutkan dalam Penjelasan UUD
1945 bahwa:
“Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat. Dewan ini tidak bisa dibubarkan oleh Presiden
(berlainan dengan sistem parlementer). Kecuali itu anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat
semuanya merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh karena itu, Dewan
Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dan jika Dewan
menganggap Presiden telah sungguh melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Dasar atau Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka Majelis itu dapat diundang untuk
persidangan istimewa agar supaya bisa minta pertanggungjawaban kepada Presiden”.
Jika dikaitkan Penjelasan UUD 1945 tersebut dengan masa jabatan Presiden, maka masa
jabatan Presiden di Indonesia dapat dikatakan tidak tetap karena presiden dapat sewaktu-waktu
diberhentikan oleh MPR jika sungguh-sungguh melanggar haluan negara.
Kedudukan DPR yang tidak dapat dibubarkan Presiden dan jabatan rangkap anggota DPR
sebagai anggota MPR serta dapat diberhentikannya Presiden jika melanggar haluan negara
merupakan ciri-ciri yang tidak dapat dijumpai baik dalam sistem pemerintahan parlementer maupun
presidensial.
Dalam sistem pemerintahan parlementer, perdana menteri dan kabinet dapat dijatuhkan
oleh parlemen jika parlemen menarik dukungannya terhadap eksekutif. Sebaliknya, perdana menteri
dapat membubarkan parlemen atas dukungan Kepala Negara seperti di Inggris. Sedangkan dalam
sistem pemerintahan presidensial, presiden tidak dapat dijatuhkan kecuali lewat prosedur dakwaan
tertentu seperti impeacment di Amerika Serikat. Sebab-sebab impeacment tidak berkaitan dengan
kebijakan politik Presiden dalam menjalankan pemerintahan tetapi sebab-sebab yang bersifat
pidana seperti pengkhianatan negara, menerima suap, melakukan kejahatan berat dan pelanggaran
lainnya (treason, bribery, or other high crimes and misdeameonors).Sehubungan dengan sistem
pemerintahan yang diterapkan di Indonesia, Sri Soemantri berpendapat bahwa:
“Artinya dari ciri-ciri yang telah diketahui, tidak dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan
presidensiil yang dominan atau juga tidak dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan parlementer
yang dominan. Malah dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, perbandingan segi presidensiil dan
segi parlementernya 50-50 (persen). Oleh karena demikian, kita dapat mengatakan bahwa sistem
pemerintahan yang dianut negara Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan campuran atau
kombinasi murni. Hal ini berbeda berbeda dengan sistem pemerintahan yang berlaku di negara Swis
yang menurut pendapat penulis menganut juga sistem pemerintahan campuran atau kombinasi,
akan tetapi di mana yang dominan adalah segi presidensiilnya.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD
1945 sebelum perubahan adalah sistem pemerintahan campuran. Akan tetapi segi-segi parlementer
maupun presidensialnya tidak memiliki tempat yang dominan satu sama lain. Kedua-duanya
menempati porsi yang hampir sama dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan.
Akibat-akibat yang terjadi dari kekuasaan Presiden yang besar tersebut adalah sebagai berikut.
a. Terjadi pemusatan kekuasaan negara pada satu lembaga, yaitu Presiden.
b. Peran pengawasan dan perwakilan dari DPR makin lemah.c. Pejabat-pejabat negara yang diangkat cenderung dimanfaatkan untuk loyal mendukung
kelangsungan kekuasaan Presiden.d. Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang-orang yang dekat dengan Presiden.e. Menciptakan perilaku kolusi, korupsi, dan nepotisme di kalangan pejabat dan orang-orang yang
dekat dengan kekuasaan.f. Terjadi personifikasi bahwa Presiden dianggap negara. Sikap menyalahkan Presiden dianggap
menentang negara.g. Rakyat dibuat makin tidak berdaya, tiada kuasa, dan cenderung tunduk pada kekuasaan Presiden
semata.Meskipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak
positifnya. Dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa
konstitusi negara itu berisi:
a. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutifb. Jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat tahap, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintahan Indonesia sekarang ini.
b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Sekarang ini diberlakukan sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen pertama tahun 1999, kedua tahun 2000, ketiga tahun 2001 dan amandemen keempat tahun 2002. Sistem pemerintahan Indonesia mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.4. Kabinet atau memteri-menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan anggota DPD merupakan anggota MPR. DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan sistem proporsional terbuka. Anggota DPD adalah wakil dari masing-masing propinsi yang berjumlah empat orang tiap propinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem perwakilan banyak. Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya jugadipilih melalui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan atau memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (pasal 24 ayat 2 ***)
Sistem pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945 yang diamandemen pada dasarnya masih menganut sistem presidensial. Hal ini dibuktikan bahwa Presiden Indonesia adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Tapi, sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut.1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR (pasal 7A***). Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.2. Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. Seperti mengangkat duta dan menerima duta negara lain (pasal 13 ayat 1* dan ayat 2*).3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. Seperti membuat dan menetapkan undang-undang (pasal 20 ayat 2*), dalam menyatakan perang, membuat pardamaian dan perjanjian dengan negara lain (pasal 11 ayat 1****), dalam memberi amnesti dan abolisi (pasal 14 ayat 2*)4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang (pasal 20 ayat 5**, pasal 21*) dan hak budget /anggaran (pasal 23***).
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistembikameral, mekanisme cheks and
balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
Setelah perubahan UUD 1945 yang dilakukan sebanyak 4 (empat) kali (termasuk
dihapusnya Penjelasan UUD 1945), terdapat perubahan yang cukup berarti yang mempengaruhi
sistem pemerintahan di Indonesia. Dalam perubahan ketiga UUD 1945, Presiden dan Wakil
Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan dipilih secara langsung secara berpasangan oleh
rakyat. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang sebelumnya diatur dalam pasal 6 ayat (2) yang
berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden dipilih olah Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara
terbanyak”, sekarang diatur dalam pasal 6A yang berbunyi “ Presiden dan Wakil Presiden dipilih
dalam satu berpasangan secara langsung oleh rakyat”. Tentu saja perubahan ini juga berimplikasi
pada kewenangan MPR yang sebelumnya berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden, kini
tidak.
Dengan adanya perubahan ini, Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR dan
MPR tidak memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban Presiden apalagi
menjatuhkan Presiden. Apalagi perubahan ini diikuti dengan perubahan mengenai pemberhentian
Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya, seperti yang disebutkan dalam pasal 7A UUD
1945 setelah perubahan yaitu:
“Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”
Dari pasal di atas, Presiden tidak dapat lagi diberhentikan dalam masa jabatannya akibat
melanggar haluan negara. Lagi pula, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang semula
ditetapkan oleh MPR kini tidak dikenal lagi keberadaannya dalam UUD 1945 setelah perubahan.
Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan jika telah melakukan pelanggaran hukum
seperti di atas dengan prosedur tertentu. Prosedur tersebut mengingatkan kita pada impeachment di
Amerika Serikat. Akan tetapi, pelanggaran hukum yang menjadi sebab diberhentikannya Presiden di
Amerika Serikat dan Indonesia agak berbeda. Di Amerika Serikat, tuntutan impeachment yaitu jika
Presiden melakukan korupsi, penyuapan, kejahatan berat lainnya serta pengkhianatan negara,
sedangkan di Indonesia, selain korupsi, penyuapan, kejahatan berat lainnya serta pengkhianatan
terhadap negara, terdapat dua jenis sebab lagi yang dapat dijadikan alasan pemberhentian Presiden
dan Wakil Presiden, yaitu perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/ atau Wakil Presiden.
Dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat serta kedudukan
Presiden yang tidak dapat dijatuhkan oleh MPR kecuali seperti diatur dalam pasal 7A,
menghilangkan segi-segi parlementer dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Bagir Manan bahwa:
“….sistem (pemerintahan) Indonesia secara hakiki adalah sistem presidensiil bukan dimaksudkan
sebagai suatu bentuk campuran. Karena di masa depan Presiden di satu pihak dipilih langsung, dan
di pihak lain tidak bertanggung jawab kepada MPR, maka sistem presidensil menjadi lebih murni
(tidak ada lagi unsur campuran).
Artinya setelah perubahan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia merupakan sistem
pemerintahan presidensial, karena tidak ada lagi ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer yang
melekat.
Kelebihan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Indonesia Adanya kepastian dan supremasi hukum dalam penyelenggara-an pemerintahan negara. MPR yang terdiri dari anggota DPR, Utusan Daerah dan Utusan golongan, berwenang mengubah
UUD dan memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD. Jabatan Presiden (eksekutif) tidak dapat dijatuhkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan
sebaliknya Presiden juga tidak dapat membubarkan DPR. Presiden dengan DPR bekerja sama dalam pembuatan Undang-Undang.
Jalannya Pemerintahan cenderung lebih stabil karena program-program relatif lancar dan tidak terjadi krisis kabinet. Menteri-menteri adalah pembantu Presiden.
Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Indonesia Masih ada oknum aparat penegak hukum (Polisi, Jaksa dan Hakim) yang belum bekerja secara
profesional. MPR yang terdiri dari anggota DPR, Utusan Daerah dan Utusan golongan, merupakan lembaga
negara yang sarat dengan muatan politis sehingga keputusan maupun ketetapan-ketetapannya sangat bergantung kepada konstelasi politik rezim yang berkuasa pada saat itu.
Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh, sehingga ada kecenderungan eksekutif lebih dominan bahkan dapat mengarah ke otoriter. Demikian juga pada masa orde baru, meskipun ada lembaga-lembaga negara lain namun kurang berfungsi sebagaimana mestinya.
Jika para menteri tidak terdiri dari orang-orang yang jujur, bersih dan profesional, program-program pemerintah tidak berjalan efektif dan populis (berpihak kepada rakyat).
BAB 4
PENGERTIAN GLOBALISASI
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan ketertarikan dan ketergantunagn antarbangsa dan antar manusia diseluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang alin sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, anarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama l;ain yang melintas batas Negara dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara atau batas-batas Negara.Menurut asalo katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau prilaku) sebagai cirri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definitation), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses social, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makain terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksitensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.Disisi lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, seingga bisa saja orang memiliki pandangan negative atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985.Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisas : Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi : Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Uiversalisasi : Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun immaterial keseluruh dunia. Pengalaman disatu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi
: westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateriorialitas : Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankanstatus ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontology sendiri, bukan sekedar gabungan negara-negara.
B. DAMPAK GLOBALISASI Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di telivisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi manusia tetapi juga dampak buruknya.
Dampak Globalisasi di Bidang Social dan BudayaSemakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merabaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan music dalam bentuk kepingan CD/VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi dibidang social adalah para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang memungkinkan mereka memperolrh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan jangkauan yang lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah generasi muda yang tidak siap akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-hal yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di tembok-tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat seseorang enggan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan banyak berkurang. Manfaat globalisasi diantaranya adalah informasi yang dapat diperoleh secara mudah, cepat, dan lengkap dari seluruh dunia sehingga pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas. Akan tetai dengan adanya arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua informasi diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola piker, dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia. Segi budaya merupakan segi yang paling rentan terkenadampak negatifnya. Bentuk informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas mampu mempengaruhi pola bertindak dan berpikir generasi muda. Sebagai contoh, menurunya budaya membaca dikalangan pelajar, mereka lebih suka melihat televise yang memperlihatkan tontonan yang mengandung unsure kekerasan yang kemudian mereka tiru.
Dampak Globalisasi di Bidang EkonomiDampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah mampu memacu produktivitas dan inovasi para pelaku ekonomi adar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Pada era globalisasi ini menuntut manusia yang kreati dan produktif. Sedangkan dampak negatifnya adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme dikalangan generasi muda. Sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa menerima teknologi dan hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan liberalism pasar telah menawarkan alternative bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara berkembang. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
Dampak Globalisasi di Bidang Budaya Dan Politik Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses
pembangunan. Para pengambil kebijakan public di negara sedang berkembang menggambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah social dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan).
C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME DI KALANGAN
GENERASI MUDA Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengsruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti layaknya selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai deengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka di cat beranaka warna. Pendek kata orang lain lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apalagi bagi anak muda internet sudah menjadi sanpatan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara
semestinya tentu kalian memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, adalagi pegangan wajib mereka yaitu Handpone. Rasa social terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan Handpone. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasab dan keterbukaan sehingga mereka bertindak swesuka hati mereka. Contoh realnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.jika pengaruh pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubunganya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya banga sendiri dan rasa perduli terhadap masyarakat. padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?Berdasarkan analisa dan uraian diatas pengaruh negative globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Antisipasi pengaruh negate globalisasi terhadap nilai nasionalisme langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negative globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu:1. menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, missal semangat mencintai produk dalam negri.2. menanamkan dan mengamalkan niali-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.3. memanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.4. mewujudkan supremasu hokum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.5. selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik, ideologi, ekonomi, social budaya bangsa.Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita akan kehilangan kepribadian bangsa.Dampak posiyif globalisasi :1. mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan2. mudah melakukan komunikasi3. Cepat dalam berpergian (mobili-tas tinggi)4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran.5. memacu untuk meningkatkan kualitas diri.6. mudah memenuhi kebutuhan.Dampak Negatif Globalisasi :
1. Informasi yang tidak tersaring2. perilaku konsutif3. membuat sikap menutup diri, berpikir sempit4. pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk5. mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
D. CIRI GLOBALISASIBerikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembagnya fenomena globalisasi dii dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan atarmanusia di seluruh dunia.
Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televise satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi sangat cepat, sementara melalui pergerakan masa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa (terutama televisi, film, music, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintas beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literature, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, mesalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Druckermenyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi social.
E. GLOBALISASI KEBUDAYAAN Sub kebudayan punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global. Globalisasi mempengaruhi hamper semua aspek yang ada dimasyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan/piskologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada didalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentukeseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau Wworld Culture) telah terlihat sejak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di Dunia.Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi anarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional. Penyebaran prinsip multikebudayaan ( multiculturalism), dan kemudahan
akses suatu individu terhadap kebudayan lain di luar kebudayaanya. Berkembangnya turisme dan pariwisata. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara kenegara lain Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-
lain. Bertamabah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia dan
FIFA.
top related