manhaj ibn qayyim al-jauziyyah dalam...
Post on 03-May-2019
241 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
MANHAJ IBN QAYYIM AL-JAUZIYYAH DALAM KITAB “AL-MANAR AL-MUNIF FI AS-SHAHIH WA AL-DHAIF”
Hasani Ahmad Said
Pendahuluan
Ajaran Islam yang disebut syariat Islam bersumber pada wahyu Allah
swt. yakni kalamullah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi
Muhammad Saw, dalam bahasa yang dipahami oleh penerimanya. 1
Namunpun demikian al-quran bersifat global artinya harus ditunjang dengan
hadis sebagai sumber ajaran kedua setelah al-quran.
Dari berbagai kitab yang ditulis oleh para ulama tentang pemikiran Ibn
Qayyim al-Jauziyyah maka kita akan jumpai tulisan-tulisan tentang
pemikirannya dalam berbagai bidang kajian seperti fiqh, tafsir, tasawuf, dan
akidah. Sedangkan dalam pemikiran hadis kurang begitu banyak tulisan-
tulisan dan penelitian tentang kitab-kitabnya, padahal karya tulisnya dalam
bidang hadis cukup banyak untuk bahan kajian.
Dalam kajian ini ingin mengungkap kitab Al-Manar Al-Munif Fi As-
Shahih Wa Al-Dhaif yang dikarang oleh al-Imam syamsuddin Muahammad
bin Abu Bakr bin Qayyim al-Jauziyyah. Ibn Qayyim adalah salah seorang
diantara tokoh-tokoh hadis yang terkemuka pada abad ke VIII, dikala umat
sedang mengalami masa stagnasi pemikiran yang ditandai dengan
semaraknya kegiatan taklid dimana-mana. Kemunculan Ibn Qayyim sebagai
pewaris ilmu gurunya yakni Ibn Taimiyyah. Sebagai ulama Islam yang
berpengetahuan luas, berilmu banyak, serta produktif menghasilkan karya-
1 Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadit:’Ulumuh wa Mustholahuh, (Bairut: Dar al-fikr,
1989), hal 34
2
karya tulis yang monumental dan berbobot sehingga menarik untuk menjadi
bahan kajian dan penelitian
Dari beberapa kitab yang menulis riwayat hidup Ibn Qayyim al-
Jauziyah, pekajian mendapatkan kitab tulisan Bakr Ibn Abdullah Abu Zaiyd
yang menyebutkan karyanya berjumlah 96 kitab,2 al-Sinbathiy menyebut 50
buah kitab.3 Dan Asyaukani menyebut 16 buah kitab sedang dalam dairah al-
Ma’arif al-Islamiyyah disebut hanya 16 kitab saja yang diterbitkan.4
Profil Ibn Qayyim al-Jauziyyah
Latar Belakang Keturunannya
Nama lengkap Ibn Qayyim ialah Abu Abdullah Syams al-Din
Muhammad Ibn Abi Bakr Ibn Ayyub Ibn Sa’d Ibn Hariz Ibn Makkiy Zaiyd al-
Din al-Zur’iy al-Dimasyqiy. Inilah nama lengkap yang biasa ditemukan
dalam 30 buku tentang riwat hidup para tokoh yang ditulis oleh para penulis
dahulu dan kini. Namun yang disepakati oleh semua penulis hanya sampai
pada kakek ayahnya yang bernama Sa’d. sedang Sa’d menurut sebagaian
besar penulis bernama Hariz dan ada juga menyebutnya Jarir, atau Jariz.
Kakek yang paling jauh bernama Zain al-Din al-Makkiy yang kebanyakan
penulis tidak menyebutnya, dan nasab tersebut didapatkan oleh Abu Zaid
dari nama saudara kandung Ibn Qayyim yang bernama Abdurrahman.5
2 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, Ibn Qayyim al-Jauziyyah: Hayatuh wa Atsaruh, (Riyadh: Dar
al-Hilal li al-Ufsith, 1980), hal 120-196 3 Muhammad Ahmad al-Sinbathiy, Manhaj Ibn al-Qayyim fi al-Tafsir, (Kairo: al-Haiah al-
Ammah li Syu’un al-Mathabiy al-Amiriyyah, 1973), hal 13 4 Kamil Muhammad Muhammad Uwaidah, al-Imam al-Hafid Syam al-Din Ibn Qayyim al-
Jauziyyah, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), Cet 1, hal 13 5 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, Op. Cit, hal 7-8
3
Nama Jur’I dinisbahkan kepada nama desa dimana ia dilahirkan. Desa
tersebut sekarang bernama Azra, suatu desa kecil yang termasuk wilayah
Hamran yang terletak di pinggir kota Damaskus.
Sebagian besar ulama masa kini, menyebutnya dengan Ibnu al-
Qayyim saja. Ada pula yang menyebutnya Ibnu al-Jauziy. Hal ini suatu
kesalahan yang terjadi karena keteledoran para pelaku setting pada penerbit
atau mungkin juga karena kesengajaan oleh orang-orang yang kurang
menyukainya. Sebab seorang ulama yang terkenal dengan julukan ini ialah
Abdurrahman ibn Ali al-Quraisiy (W 510-597 H.) yang juga dipangil Abu
Farah ibn al-Jauziy al-Hambaly pengarang kitab Daf Syubhah al-Tasybih fi al-
Radd ala al-Musyabbahash Talbi al-Iblis dan Naqd al-Ilm wa al-Ulama.6 Selain itu,
nama al-Jauzy adalah nisbah kenama suatu daerah di Basrah. Padahal ayah
Ibn al-Qayyim adalah kelahiran Zur di Damaskus.7
Diberi julukan (laqab) Ibn Qayyim al-Jauziyyah, karena ayahnya Abu
Bakr Ibn Ayyub al-Jur’y terkenal dengan julukan qayyim al-jauziyyah, sebab ia
adalah seorang qayyim (pengawas) sebuah sekolah bernama al-Jauziyyah
yang dahulu di pasar gandum di kota Damaskus dan sekarang disebut
kampung al-Bazuriyyah.8
Tanggal Lahir dan Wafatnya
Hampir semua penulis bigrafinya; seperti Abu Zaid9 dan B. Lewis10
sepakat bahwa Ibnu Qayyim dilahirkan pada tanggal 7 safar 691 H.,
6 Abd al-Azim Abd as-Salam Syaraf al-Din, Ibn Qayyim al-Jauziyyah; Ashraru wa
Manhajuh wa Ar-ra’uh fi al-Fiqh wa al-Aqa’id wa al-Tashawwuf, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1984), cet.
3, hal. 67 7 Ahmad Mahir Muhammad al-Baqriy, Ibn al-Qayyim Al-Sarih al-Ilmiyyah, (Iskandariyah:
Mu’assasah Syabab al-Jami’ah, 1997), hal. 12 8 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, hal. 12 9 ibid., hal. 8 10 B. Lewis, et.al., The Ensyclopedia Of Islam, (Leiden: Ej. Brill, 1979), Vol. III, new edition,
hal. 821-822
4
bertepatan dengan tanggal 29 Januari 1292 M., kemudian wafat pada hari
Rabu malam Kamis tanggal 13 Rajab saat dikumandangkannya adzan isya
tahun 751 H., dalam usia 60 tahun lebih satu bulan dan beberapa hari
menurut hitungan Qamariyyah, bertepatan dengan tahun 1350 M. ini
merupakan pandangan mayoritas penulis biografi termasuk Ibnu Katsir (W.
774 H.),11 dan Ibnu Hajar (W. 852 H.).12
Berkaitan dengan tahun wafatnya, dalam hitungan Masehi terdapat
perbedaan pendapat antara para ahli sejarah. Dalam kitab Da’irahal-Ma’arif al-
Islamiyyah mencatat tahun wafatnya adalah 1356 M.13 Jika demikian halnya
maka ketika wafat Ibnu Qayyim berusia 64 tahun menurut hutungan Masehi.
Setelah wafat pada malam hari, keesokam harinya baru dishalatkan setelah
shalat dzuhur di masjid Umawiy, yakni masjid terbesar di Damaskus yng
didirikan pada masa dinasti Umayyah, kemudian di shalatkan juga di masjid
Jir’ah. Ribuan orang melayat bagaikan sebuah kafilah yang diiringi oleh para
hakim, pejabat negeri, dan orangorang shalih dan mereka bergantian
memikul keranda.14
Panjangnya pengantar jenazah, mengingatkan terhadap pemakaman
gurunya Ibnu Taimiyyah dan Imam Madzhab Hambali yang pernah
mengatakan kepada musuh-musuhnya bahwa “perbedaan kami dan kalian
adalah jalan pada banyaknya orang-orang yang mengantar jenazah. 15
11 Ibnu Katsir, Al-Hidayah wa al-Bidayah, (Beirut: Maktabah al-Ma’arif, 1977), J. 14, cet. 2,
hal. 234-235 12 Ibnu Hajar, al-Durar al-Kamilah fi A’yam al-Mi’ah al-Tsaminah, (India: tp, tth), hal. 23 13 Ibrahim Zakiy Khursyid, et. All (terj), Da’irahal-Ma’arif al-Islamiyyah, (Kairo: as-Sya’b,
tth), j. 5, hal 378 14 Ibnu Katsir, Loc. cit. 15 Kamil Muhammad Muhammad Uwaidah, Op. Cit, hal 40
5
Kemudian ia dimakamkan di kuburan yang terletak di al-bab al-Shagir
berdekatan dengan makam ibunya16
Riwayat Pendidikannya
Jatuhnya bagdad ke tangan tentara mongol yang dipimpin Hulagu
pada tahun 656 H., membuat dampak yang signifikan, sehingga banyak
ulama yang berguguran dan hilangnya kitab-kitab berharga yang ada
diperpustakaan di Bagdad. Namun, laju perjalanan mereka terhambat oleh
tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz (1260 M) yang menghadang
mereka di ‘Ayn Jalut dan berhasil memukul mundur mereka.17 Tapi lagi-lagi
Mongol terus menyerang balik sehingga menghancurkan kota Damaskus.
Melihat bahaya tersebut, beberapa ulama diantaranya Ibn Taimiyyah dan Ibn
Jamah menghadang Ghazan komandan tentara mongol tahun 699 H. yang
ingn menaklukan Syam.18
Kondisi politik seperti itu, sehingga mendorong penguasa Dinasti
Mamalik menggiatkan dan menghidupkan dunia keilmuan melalui
pengajian di masjid-masjid, rumah yang di diami sufi (Khawaniq) dan
pondok-pondok wakaf yang dibangun kaum fakir miskin. 19 dan dalam
situasi seperti itulah Ibn Qayyim al-Jauziyyah di lahirkan dan dibesarkan.
Guru-Guru dan Muridnya
Guru-gurunya
16 Abu al-Falah Abd al-Hay ibn al-Imad, Syadzarat al-Dzahab min Ahbar man Zahab,(Bairut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,tth), j. 5, hal 170 17 Ali Ibrahim Hasan, Dirasah fi Tarikh al-Mamalik al-Bakhriyyah, (Mesir: Mathba’ah al-
I’itimad, 1944), hal 146 18 Muhammad Kurdi Aly, al-Islam wa al-Hadarat al-‘Arabiyyah, (ttp: tp, tth), j. 1, hal 323 19 Taqy al-Din Ahmad Ibn Ali, al-Khithah al-Maqriziyyah, (Mesir: Matba’ah al-Naiyl, 1326
H), j. 4, cet. 1, hal 271
6
Guru pertamanya ialah ayahnya sendiri Abu Bakr ibn Ayyub yang
dekenal Faqih dari madzhab Hambali dan ahli faraid.20 Pada usia 6 atau 7
tahun ia berguru pada al-Shihab al-Abir (wafat 697) karena ia ahli tentang
makna mimpi, kemudian ia belajar tata bahasa dari Muhamad Syamsudin
Abu Abdullah ibnu Abi Fatah al-Ba’albaqi (w. 709 H).21 ia telah mendalami
dan menguasai dalam usia kurang lebih 19 tahun
Adapun guru-guru yang lain ialah Ibn Abdu ad-Daim (w. 718 H),22
Syaihul Islam Ibnu Taimiyah (w. 729 H), Ibnu al-Syairodzi (w. 714 H) al-
Majid al- Harmani (w.729 H) dan lain-lain kurang lebih ada 21 guru23
Diantara semua guru Ibn Qayyim tersebut, Syaikh al-Islam Ibn
Taimiyyah yang nama lengkapnya Ahmad Ibn Abd. Al-Halim ibn Abd Salam
al-Numainy adalah yang paling membentuk sikap ilmiah dan pribadinya,
mulai tahun 712 sejak kembali ke Damaskus setelah tinggal di Mesir selama 7
tahun, hingga 728 H. ia belajar tafsir, fiqih, hadis, faraid, ushul fiqh, teologi
dan tasawuf.24
Dalam kaitan ini, sering dikemukakn dalam karyanya Ibnu Qayyim
mengatakan ini adalah pendapat yang dipilih oleh guruku Abu al-Abbas ibn
Taimiyyah. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendapat itu juga
merupakan pendapat yang dipilihnya.25
Murid-Muridnya
20 Kamil Muhammad Muhammad Uwaidah, Op. Cit, hal 14 21 abu jaid OP.Cit, hal 105-106 22 Ibnul Imad jilid 2 Hal 448 23 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, Ibn Qayyim al-Jauziyyah: Hayatuh wa Atsaruh, Op.Cit Hal
90-107 24 Kamil Muhammad Muhammad Uwaidah, Op. Cit, hal 15
25 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madriz l-Salikin Baina Manazi, Iyyka Na’bud w Iyyaka Nst’in, (Beirut:
Kutub al-raby, 1972), j. 1, hal. 290
7
Diantara murid-muridnya yang terkenal ialah26 dua orang putranya,
Burhan al-Din Ibrhim dn Syaraf al-Din bdullah (W. 771 H.), Ibnu Katsir (W.
774 H.), Ibnu Rajab (W. 795 (W. 795 H.), al-Subkiy (W. 756 H.), al-Dzahabiy
(W. 746 H.0, dan lain-lain.
Penghargaan dan Pujian Ulama Terhadapnya
Setiap ulama yang m,engenal sosok Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,
memberikan pengharaan yang tinggi terhadap jasanya yang besar dalam
bidang ilmu. Ia hidup pada abad ke VII H. atau ke XIV M. oleh Karen itu,
banyak sekali ulama yang memberikan penghargaan dan pujian terhapanya
diantaranya:
1. al-Hafidz Ibnu Rajab, mengatakan bahwa “ia adalah seorang pakar
tafsir, ushul al-din, fiqih, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu kalam, dan
tasawuf. Aku tidak pernah melihat seorang yang sekaliber dia”.27
2. al-Hafidz al-Dzahabiy berkata: “ia menekuni hadis, ilmu hadis dan
para perawinya. Ia lahir untuk menekuni dan menyebarkan ilmu
pengetahuan”.28
3. Ibn Hajar berkata: “ ia sangat berani, luas ilmunya, sangat menguasai
persoalan-persoalan hilafiyyah dan madzhab ulama salaf, ia juga
mencintai gurunya yakni Ibnu Taimiyyah sehingga ia tidak keluar
darinya”.29
4. al-Syaukaniy berkata: “ ia sangat konsisten dan konsekwen dengan
dalil yang sahih dan senang mengamalkannya. 30
26 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, Op. Cit, hal 107-110
27 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, terj. A. Sunarto dan Ainur Rafiq, Petunjuk Nabi Menjadi
Hamba Teladan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan, (Jakarta: Robbani Press, 19980), cet 1, hal. Xxvi,
dari judul aslinya zad al-ma’ad fi Hady Khair al-Ibad, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1990) 28 Abd al-Azim Abd as-Salam Syaraf al-Din, Op. Cit, hal 70 29 Abd al-Azim Abd as-Salam Syaraf al-Din, Ibid 30 A. Sunarto dan Ainur Rafiq, Op. Cit, hal. xxvii
8
Karya-Karya Tulisnya
Tulis-menulis merupakan pekerjaan dan kegiatan yang tidak
terpisahkan dalam diri Ibn al-Qayyim. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
karyanya yang ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.
Tidak mudah untuk melacak jumlah karya-karya Ibn al-Qayyim al-
Jauziyyah. Berikut nama-nama disertai tahun wafatnya dalam hitungan
Hijriah sejauh yang bias diketahui, sebagaimana dikemukakan oleh Abu
Zaid.31
a. al-Shafadiy (W. 763 H.) menyebut dalam al-Wafi bi al-Wafayatt 19 judul
kitab karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah;
b. Ibnu Rajab (W. 795 H.) dalam kitab Tabaqat al-Hanabilah berjumlah 44
karya;
c. Ibnu Hajar (W. 852 H.) menyebut dalam al-Durar al-Kaminah sebanyak
13 karya;
d. Al-Sakhawiy (W. 905 H.) dalam al-Taj al-Mu’allaf berjumlah 52 karya;
e. Al-Suyuthiy (W. 991 H.) dalam Bughyah al-Wu’at berjumlah 14 karya.
Adapun karya-karya tulis tersebut yang tersebar dan diterbitkan di
Mesir, Libanon, India, dan Negara lain sebagaimana disebutkan Muhammad
Ahmad al-Sinbathiy kuranh lebih 45 buah karyanya antara lain adalah:32
1. Zad al-Ma’ad fi hadiy khair al-ibad;
2. I’lam al-muwaqqin an Rabb al-‘alama;
3. Tahdzib sunan abi daud wa idhahu musykilatih;
4. Bada al-Fawa’id;
5. al-Masnihal-tarabhussiyyah;
6. amsal al-Qur’an;
31 Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, Op. Cit, hal. 113-118 32 Muhammad Ahmad al-Sinbathiy, Op. cit. hal. 19-22
9
7. al-Tibyan fi aqsam al-Quran;
8. Syarah al-Asma al-Husna;
9. al-Ruh;
10. nikah al-Muhrim;
11. al-Fath al-Qudsiy;
12. Miftah dar Assa’adah;
13. Kitab al-Kaba’ir al-Furusiyyah;
14. Al-Manar Al-Munif Fi As-Shahih Wa Al-Dhoif;
15. al-Tha’un;
16. Thalaq al-Haid;
17. Fath al-Makkiy, dan lain-lain.33
Kriteria Hadis Sahih dan Maudhu’
1. Hadis Sahih
Dalam kaitannya dengan masalah hadis sahih ini, Ibnn Qayyim (W.
751 H.) dalam salah satu karyannya mengatakan:34 yang juga dikutip oleh al-
Daminiy 35 mengatakan bahwa kesahihan sanad hadis merupakan syarat
kesahihan suatu hadis akan tetapi hal itu, harus memenuhi beberapa ceriteria
sebagai berikut:
• Sanadnya harus sahih;
• Terbebas dari illat;
33 Karya-karya tersebut di atas merupakan sebagian dari karya-karya Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah yang sudah diterbitkan. Karya-kryanya yang lebih lengkap bisa di lihat dalam kitab karya
Abu Zaid. Bakr Ibn Abdullah, Ibn Qayyim al-Jauziyyah: Hayatuh wa Atsaruh, (Riyadh: Dar al-Hilal li
al-Ufsith, 1980), hal 112-112; bisa dilihat pula dalam karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sendiri, Al-
Manar Al-Munif Fi As-Shahih Wa Al-Dhoif, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988), hal.
6-7
34 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Furusiyyah, (Madinah: Maktabah dar al-turas, 1990), cet. 1,
hal. 154-155 35 Musfir Adzmullah al-DFaminiy, (Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah, (Riyadh: tp., 1984), cet.
1, hal. 52
10
• tidak ada syadz;
• Tidak ada nakarah (bukan hadis munkar);
• Perawinya tidak kontroversial (al-tsiqah).
2. Hadis Maudhu’
Kriteria hadis maudhu’ sebagai kitab “al-Manar al-Munif fi as-Shahih wa
al-Dhoif”. Diantara 19 kriteria yang diungkapkan Ibn Qayyim al-Jauziyyah
adalah36:
a. Hadis itu mengandung hal-hal yang tidak mungkin di ucapkan oleh
Rasulullah;
b. Perasaan dan akal sehat menolak kandungan hadis itu;
c. Hadisnya sangat buruk isinya dan menjadi bahan celaan;
d. Hadis tersebut bertentangan dengan hadis sahih;
e. Hadis itu bertentangan dengan al-Quran. Dan lain-lain.
Mengenal Kitab “al-Manar al-Munif fi as-Shahih wa al-Dhaif”
Secara terperincibisa di urai disini bahwa cirri-ciri penulisan hadis
antara abad ke V H. hingga masa Ibn Qayyim, lebih ditekankan pada upaya
memilih-milih hadis dari kitab yang sudah ada dan membukukannya dalam
satu kitab. Misalnya kitab al-Muntaqa min Akhbar al-Mushthafa Shallahu ‘Alaihi
Wasallam karya Ibnu Taimiyyah (W. 652 H.), yang kemudian hari diberi
penjelasan oleh Imam Syaukaniy (W. 1250 H.) dalam kitab Nail al-Authar.37
Kitab ini ditulis oleh al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr
bin Qayyim al-Jauziyyah. Kitab ini dianggap oleh al-Idlibiy sebagai salah satu
36 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Manar al-Munif fi as-Shahih wa al-Dhoif, Op. Cit, hal. 47-95 37 Ahmad Umar Hasyim, al-Sunnah al-Nabawiyyah wa Ulumuha, (Fijalah: maktabah gharib,
tth), hal. 414-418
11
karya yang monumental dalam kritik materi hadis (naqd mutun al-hadis).38
Selain itu, ia juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
mengenali hadis-hadis maudhu’ dengan mengemukakan 19 ciri-cirinya
secara umum, disamping criteria yang harus dipenuhi untuk menilai
kesahihan suatu hadis.
Sebenarnya, kitab al-Manar tersebut telah diterbitkan berkali-kali
dengan nama yang berbeda-beda. Adapun nama-nama yang diberikan
penerbit kepada kitab ini, anatara lain:
o al-Manar, diterbitkan oleh Matba’ah Sunnah al-Muhammadiyah di Mesir,
tanpa tahun dan ditahkik oleh Muhammad Hamid al-Faqiy;
o Naqd al-Manqul aw al-Manar Fi As-Shahih Wa Al-Dhoif, diterbitkan oleh
Matba’ah al-Huriyyah, di Mesir pada tahun 1383 H., dan
o Al-Manar Al-Munif Fi As-Shahih Wa Al-Dhoif , diterbitkan oleh Mathobi’
Dar al-Qalam, di Mesir pada tahun 1390 H., dan ditahkik oleh Abd Fattah
Abu Ghudah.39
Kitab yang dijadikan rujukan dalam kajian ini ialah diterbitkan di
Beirut-Libanon pada percetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tahun 1408
H/1988 M., dan di tahkik oleh Ahmad Abd al-Syafiy. Dalam kitab ini,
diangkaikan pula dengan kitab al-Madkhal fi Ushul al-hadis, karangan Imam
al-Hakim al-Naisabury (W. 405 H.) yang diterbitkan menjadi satu kitab
setebal 176 halaman.
Kitab ini berisi tentang tanya jawab, yaitu beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada Ibn Qayyim tentang beberapa hadis Nabi Saw. Karena Ibnu
38 Shalah al-Din Ibn Ahmad al-Idlibiy, Manhaj Naqd al-Matn Inda Ulama al-Hadis al-
Nabawiy, (Beirut: Dar al-Affaq al-Hadisah, 1983), cet. 1 hal 22 39 Abu Zaid. Bakr Ibn Abdullah, Op. Cit, hal. 192
12
Qayyim menjelaskan kandungan hadis dengan mengutip beberapa syawahid
bahkan beberapa ayat al-Quran.
Penelitian Hadis Kitab “al-Manar al-Munif fi as-Shahih wa al-Dhaif”
a. Paparan Data Hadis yang Dijadikan Objek Dalam Penelitian
Hadis kitab no. 34 tentang keutamaan puasa 6 hari di bulan Syawwal.
Hadis ini diangkat karena dalam hemat pekajian, praktik hadis ini sering
digunakan oleh masyarakat umum, selain itu, bulan ini adalah bulan
Syawwal yakni pasca Ramadhan. Hadisnya sebagai berikut:
د عن صفوان بن سليم وسعد بن حدثنا النفيلي حدثنا عبد العزيز بن محم
عليه سعيد عن عمر بن ثابت األنصاري عن أبي أيوب صاحب النبي صلى ا�
ال وسلم عن النبي صل عليه وسلم قال من صام رمضان ثم أتبعه بست من شو ى ا�
40◌ فكأنما صام الدهر
b. Takhrij Hadis
Hadis tentang keutamaan puasa enam hari di bulan Syawwal terdapat
pada enam tempat yang itu yang diriwayatkan oleh sebagai berikut:
• Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, jilid 2, hal 336;
• Muslim dalam Sahih Muslim, jilid 2 hal. 822;
• al-Tirmidzi dalam al-Jami’ al-Shahih, jilid 3, hal 132;
• Ibnu Majah, dalam Sunan Ibnu Majah, jilid 1, hal. 546;
• Ahmad bin Hambal pada dua riwayat dalam al-Musnad jilid 5,
hal.38;
• al-Darimi dalam Sunan al-Darimi, jilid 2, hal. 34 hadis 1755.
c. I’tibar al-sanad
40 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sijastaniy, Sunan Abi Dawud, (Kairo: Dar al-Hadis,
1988), j. 2, hal 338
13
Menurut istilah dalam ilmu hadis al-I’Tibar arti etimologinya ialah
peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui
sesuatu yang sejenis.41
Skema Hadis
d. Penilaian Terhadap Hadis
1. Penilaian sanad hadis
41 Mahmud al-Tahhan, Taisir Musthalah al-Hadis, (Beirut; dar al-Quran al-Karim, 1979), hal.
140
Nabi
Abu Ayub
Umar
Shafwan
Abd. Al Aziz
An-Nufaili
Abu Dawud Ibnu Hambal
Sa’d Ibn Sa’id
Ismail Abdullah Abdullah
Yahya Ibnu Numair
Jabir
Amr Ibn Jabir
Said BinAyub
Abdullah
Abu Bakar
Ali Ibn Hajar
Kutaybah
Muslim
14
Apabila sanad hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dipertautkan dan
dikompromikan dengan sanad-sanad mukharrij lainnya, maka dikemukakan
suatu kenyataan bahwa sanad hadis tersebut tidak memiliki kekurangan
dalam arti tidak ada perawi yang hilang atau dengan kata lain sanad tersebut
bersambung. Hal ini mengindikasikan bahwa hadis tersebut terbebas dari
syadz dan illat. Maka, hadis tersebut masuk dalam kategori hadis sahih.
2. Penilaian sanad dan matan
Hadis di atas, sejauh yang penulis teliti para perawi dalam sanadnya
adalah orang yang siqah, keculi sa’ad yang dinilai oleh kritikus hadis sebagai
perawi yang saduh. Maka hadisnya hasan li dzatihi, namun dengan syawahid
dan sanad mukharrijnya bernilai sahih maka nilainya menguat menjadi hasan
lighairihi. Maka hadis di atas boleh dijadikan hujjah.
Penutup
Menurut Ibnu Qayyim, suatu hadis dinilai sahih bukan hanya sanadnya
saja, akan tetapi juga matannya. dari pemaparan di atas, maka pengkaji
berkeyakinan bahwa Ibnu Qayyim konsisten dalam menerapkan hadis
sahihan. Dengan demikian, bisa dikatakan Ibn Qayyim sebagai muhaddis
moderat dalam artian tidak terlalu ketat (mutasyaddid) dalam menilai perawi,
akan tetapi tidak pula terlalu longgar atau menggampangkan (mutasahhil)
dalam memilih hadis yang valid untuk menjadi kuat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Muhammad Kurdi,al-Islam wa al-Hadarat al-‘Arabiyyah, ttp: tp, tth Ali, Taqy al-Din Ahmad Ibn, al-Khithah al-Maqriziyyah, Mesir: Matba’ah al-
Naiyl, 1326 H al-Baqriy, Ahmad Mahir Muhammad, Ibn al-Qayyim Aisarih al-Ilmiyyah,
Iskandariyah: Mu’assasah Syabab al-Jami’ah, 1997 Abdullah, Abu Zaid Bakr Ibn, Ibn Qayyim al-Jauziyyah: Hayatuh wa Atsaruh,
Riyadh: Dar al-Hilal li al-Ufsith, 1980 al-Daminiy, Musfir Adzmullah, Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah, Riyadh: tp.,
1984 al-Din, Abd al-Azim Abd as-Salam Syaraf, Ibn Qayyim al-Jauziyyah; Ashraru
wa Manhajuh wa Ar-ra’uh fi al-Fiqh wa al-Aqa’id wa al-Tashawwuf, Kuwait: Dar al-Qalam, 1984
Hasan, Ali Ibrahim, Dirasah fi Tarikh al-Mamalik al-Bakhriyyah, Mesir:
Mathba’ah al-I’itimad, 1944 Hasyim, Ahmad Umar, al-Sunnah al-Nabawiyyah wa Ulumuha, Fijalah:
maktabah gharib, tth Hajar, Ibnu, al-Durar al-Kamilah fi A’yam al-Mi’ah al-Tsaminah, India: tp, tth al-Idlibiy, Shalah al-Din Ibn Ahmad, Manhaj Naqd al-Matn Inda Ulama al-Hadis
al-Nabawiy, Beirut: Dar al-Affaq al-Hadisah, 1983 al-Imad, Abu al-Falah Abd al-Hay ibn, Syadzarat al-Dzahab min Ahbar man
Zahab, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,tth al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Madriz l-Salikin Baina Manazi, Iyyka Na’bud w
Iyyaka Nst’in, Beirut: Kutub al-raby, 1972 _______, terj. A. Sunarto dan Ainur Rafiq, Petunjuk Nabi Menjadi Hamba
Teladan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan, Jakarta: Robbani Press, 19980,
16
dari judul aslinya zad al-ma’ad fi Hady Khair al-Ibad, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1990
_______, Al-Manar Al-Munif Fi As-Shahih Wa Al-Dhoif, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1988 _______, al-Furusiyyah, Madinah: Maktabah dar al-turas, 1990 Katsir, Ibnu, Al-Hidayah wa al-Bidayah, Beirut: Maktabah al-Ma’arif, 1977 Khursyid, Ibrahim Zakiy, et. All (terj), Da’irahal-Ma’arif al-Islamiyyah, Kairo:
as-Sya’b, tth al-Sinbathiy, Muhammad Ahmad, Manhaj Ibn al-Qayyim fi al-Tafsir, Kairo: al-
Haiah al-Ammah li Syu’un al-Mathabiy al-Amiriyyah, 1973 Uwaidah, Kamil Muhammad Muhammad, al-Imam al-Hafid Syam al-Din Ibn
Qayyim al-Jauziyyah, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994 Zaid, Bakr Ibn Abdullah Abu, Ibn Qayyim al-Jauziyyah: Hayatuh wa Atsaruh,
Riyadh: Dar al-Hilal li al-Ufsith, 1980 Lewis, B., et.al., The Ensyclopedia Of Islam, Leiden: Ej/ Brill, 1979 al-Sijastaniy, Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’as, Sunan Abi Dawud, Kairo:
Dar al-Hadis, 1988 al-Tahhan, Mahmud, Taisir Musthalah al-Hadis, Beirut; dar al-Quran al-Karim,
1979
top related