makalah transaksi dalam islam

Post on 16-Oct-2015

550 Views

Category:

Documents

27 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

TRANSAKSI DALAM ISLAMTransaksi-transaksi keuangan terdiri dari:

1. Pola jual beli

2. Pola simpan pinjam

3. Pola kerja sama4. Pola sewa menyewa5. Pola titipan

Berikut ini adalah keterangan mengenai transaksi-transaksi keuangan diatas didalam perspektif islam menurut al-Quran dan hadist.

1. Pola Jual BeliJual beli berdasarkan etimologi katanya dapat diartikan sebagai saling tukar menukar. Menurut terminology syariat, jual beli ialah tukar menukar harta (semua yang dimiliki dan dimanfaatkan) atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

Adapun syarat-syarat atau rukun didalam jual beli yaitu:

a. Harus ada kesepakatan terhadap harga dan jenis barang.b. Harus ada pihak yang berakad. Artinya harus jelas pihak yang membeli atau menjual. Akad orang gila, mabuk atau anak kecil yang tidak dapat membedakan adalah tidak sah.

c. Harus ada barang atau objek yang diakadkan. Syarat barang yang diperjualbelikan harus suci, ada manfatnya, sepenuhnya milik pihak yang berakad, dapat diserahterimakan, diketahui harga dan jenis barang secara jelas dan berada ditangan yang berakad.

Tidak sahnya jual beli dapat terjadin karena:

a. Menggabungkan dua syarat dalam satu transaksi jual beli

b. Mensyaratkan sesuatu yang menjadi inti jual beli.

c. Syarat batil yang bisa mensahkan dan membatalkan jual beli

Adapun jenis jual beli yang dilarang didalam islam yaitu:

a. Jual beli barang yang belum diterima

b. Seorang muslim membatalkan jual belinya karena ada pihak lain yang ingin membeli dengan harga yang lebih tinggi

c. Jual beli gharar/adanya ketidakjelasan

d. Jual beli dua barang dalam satu akad

e. Jual beli urbun/uang muka

f. Menjual sesuatu yang tidak ada pada sipenjual

g. Jual beli utang dengan utang

h. Jual beli inah. Seorang muslim tidak boleh menjual suatu barang kepada orang lain dengan kredit, kemudian dia membelinya lagi dari penjuall dengan harga yang lebih murah

Didalam islam dikenal berbagai macam jual beli, yakni dilihat dari sisi objek yang diperjualbelikan, dari sisi penetapan harga, dari sisi cara pembayaran.

1. Jenis jual beli berdasarkan objek yang diperjualbelikan

a. Jual beli Mutlaqah, yaitu pertukaran barang atau jasa dengan uang

b. Jual beli Sharf, yaitu jual beli atau pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang lain.

c. Jual beli Muqayyadah yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang atau pertukaran barang dengan barang yang dinilai dengan valuta asing

2. Jenis jual beli dilihat dari sisi penetapan harga

a. Jual beli Musawamah/tawar menawar. Yaitu jual beli biasa ketika penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.b. Jual beli amanah, yaitu jual beli dimana penjual memberitahukan modal jualnya. Jual beli ini terdiri dari:

Jual beli Murabahah, yaitu jual beli ketika penjual menyebutkan harga pembelian barang (termasuk biaya perolehan) dan keuntungan yang diinginkan. Jual beli Muwadhaah/diskon. Yaitu jual beli dengan harga dibawah modal dengan jumlah kerugian yang diketahui untuk penjualan barang yang sudah sangat rendah. Jual beli Tauliyah, yaitu jual beli dengan harga modal tanpa keuntungan dan kerugian.

c. Jual beli dengan harga tangguh, yaitu jual beli dengan penetapan harga yang akan dibayar kemudian.

d. Jual beli Muzayadah/lelang, yaitu jual beli dengan penawaran dari penjual dan pembeli berlomba menawar lalu penawar tertinggi terpilih sebagai pembeli.3. Jenis jual beli berdasarkan cara pembayarannyaa. Jual beli tunai dengan penyerahan dan pembayaran barang secara langsung.b. Jual beli dengan pembayaran tertunda, yaitu jual beli dengan penyerahan barang secara langsung tetapi cara pembayarannya dilakukan kemudian dan bisa dicicil

c. Jual beli dengan penyerahan barang tertunda, terdiri dari:

Baias Salam yaitu jual beli ketika pembeli membayar tunai dimuka atas barang yang dipesan

Baal Istishna yaitu jual beli dimana pembeli membayar tunai atau bertahap atas barang yang dipesan dengan spesifikasinya yang harus diproduksi dan diserahkan kemudian.

2. Pola Simpan PinjamDalam islam bentuk pinjaman ada dua jenis, yaitu:

a. Al Ariyah, yaitu berupa pinjaman untuk penggunaan yang melibatkan pemindahan barang atau harta tanpa imbalan kepada peminjam. Hak kepemilikan terhadap objek yang dipinjamkan masih kekal pada pemberi pinjaman dan peminjam tidak bertanggung jawab terhadap segala kerusakan atau nilai barang yang menjadi berkurang.

b. Al-Qardh, yaitu pinjaman yang melibatkan barang atau komoditi yang boleh dianggarkan atau diganti mengikuti timbangan. Sipeminjam bertanggung jawab untuk memulangkan objek yang sama atau serupa dengan apa yang diterimanya tanpa ada tambahan terhadap harta yang dipinjamkan.

3. Pola Kerja Samaa. Al Mudarabah

Al Mudarabah merupakan kontrak yang melibatkan dua kelompok, yaitu pemilik modal (investor) yang mempercayakan modalnya kepada pengelola (Mudharib) untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya dalam akad.Al Mudarabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

Al Mudarabah MutlaqahPada Al Mudarabah Mutlaqah, pemodal tidak mensyaratkan kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan jenis usaha tertentu atau dengan lain memberikan keleluasaan penuh bagi pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam usaha yang dianggap baik dan menguntungkan.

Al Mudarabah MuqayyadahPada Al Mudarabah Muqayyadah pemodal mensyaratkan kepada pengelola untuk melakukan jenis usaha tertentu pada tempat dan waktu tertentu sehingga lebih bersifat terikat.

b. Al MusyarakahAl Musyarakah yaitu transaksi kerjasama (pencampuran) antara dua pihak /lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dan resiko akan ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama. Konsep ini dikembangkan berdasarkan konsep bagi hasil/profit loss sharing dilembaga keuangan syariah.Secara garis besar, al musyarakah terbagi menjad 4 yaitu:

Syirkatul Inan, kerja sama yang terjadi bila ada dua orang/lebih yang sepakat untuk menjalankan bisnis melalui modal yang mereka miliki dengan nisbah bagi hasil yang disepakati diawal. Akan tetapi bila bisnis tersebut mengalami kerugian, tiap-tiap pihak menanggung kerugian bukan berdasarkan nisbah tetapi berdasarkan porsi kepemilikan modal.

Syirkatul Abdan, kerjasama yang terjadi antara dua orang/lebih dengan cara melakukan bisnis melalui tenaga mereka dengan nisbah bagi hasil yang disepakati diawal. Apabila terjadi kerugian maka tiap-tiap pihak menanggung kerugian secara merata. Syirkatul Wujuh, yaitu kesepakatan antara orang mempunyai kredibilitas dibidang tertentu yang dengan kredibilitasnya melakukan bisnis.

Syirkatul Mudharabah, kerjasama dimana salah satu pihak menjadi pemodal dan pihak lain menjadi operator. Untung dibagi sesuai dengan kesepakatan diawal dan apabila rugi uang akan ditanggung pemodal dan rugi tenaga ditanggung oleh operator.

c. Al Muzaraah dan Al MukhabarahAl Muzaraah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap dimana benih tanamannya berasal dari penggarap. Pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.

Sedangkan Al Mukhabarah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap dimana benih tanamannya berasal dari pemilik lahan. Pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.

d. Al MusaqahAl Musaqah merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzaraah, dimana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan saja. Sebagai imbalan, penggarap berhak menerima nisbah tertentu dari hasil panen.

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. 2012. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta .PT Raja Grafindo PersadaIska, syukri. 2012. Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia Dalam Perspektif Fikih Ekonomi. Padang. Fajar Media Press

top related