makalah tb paru
Post on 30-Jun-2015
15.620 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUBERCULOSIS PARU [TBC PARU]
Disusun Oleh:
Kelompok I
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIK )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami kesehatan,
kesempatan dan keselamatam sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“TUBERCULOSIS PARU “ tepat pada waktunya. Oleh karena itu tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah , Ns Abd
Madjid, yang telah memberikan kami kepercayaan serta membantu dan membimbing sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah kami, Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
tetap kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah berikutnya.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat Amin.
Wassalam……………….
Makassar, 13 Mei 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................ 3
A. Defenisi ......................................................................................................... 3
B. Etiologi .......................................................................................................... 3
C. Patofisiologi .................................................................................................. 3
D. Klasifikasi ......................................................................................................4
E. Gejala Klinis ................................................................................................ 5
F. Pemeriksaan Penungjang .............................................................................. 5
G. Medikamentosa ............................................................................................. 6
H. Kegagalan Pengobatan ................................................................................. 8
I. Penanganan Khusus Pada Pasien ................................................................ 8
BAB III KONSEP KEPERAWATAN ..................................................................... 9
A. Asuhan Keperawatan Tuberculosis paru .................................................... 9
Pengkajian ..................................................................................... 9
Diagnosa Keperawatan ................................................................ 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental
bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial
ekonomi.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka salah satu upaya
kesehatan adalah peningkatan kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan perlu
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan
lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan
kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Pengendalian penyebab, pembawa
serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya lingkungan yang sehat bagi
segenap penduduk .
(Depkes RI, 1999).
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Lingkungan fisik
dapat merugikan kesehatan meliputi udara yang berdebu, tanah yang tandus, iklim yang
buruk, air rumah tangga yang buruk, perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
serta pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur (Entjang Indan, 2000).
Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan individu dan masyarakat
akibat sanitasi lingkungan yang buruk pada saat ini adalah TB. Insiden TB yang terus
meningkat, menjadi masalah kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui ; defenisi ,etiologi, patofisiologi Tb
Untuk mengetahui penularan Tb
Untuk mengetahui jenis dan pengobatan Tb
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Tb
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah
paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
B. Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang
dan Tahan asam ( Price , 1997 )
Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /m
Dengan tebal 0,3 – 0,5 m. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama
yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
C. Patofisiologi
Kuman dibatukkan / bersin (droplet nudei inidinborne)
Terisap organ sehat
Menempel di jalan nafas / paru-paru
Menetap / berkembang biak
Sitoplasma makroflag
Membentuk sarang TB Pneumonia kecil
(sarang primer / efek primer)
Radang saluran pernafasan
(limfangitis regional)
Komplek primer
Sembuh Sembuh dengan bekas Komplikasi
D. Klasifikasi
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society, 1974)
- Kategori 0 = - Tidak pernah terpapar / terinfeksi
- Riwayat kontak negatif
- Tes tuberkulin
- Kategori I = - Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi
- Riwayat / kontak negatif
- Tes tuberkulin negatif
- Kategori II = - Terinfeksi TB tapi tidak sakit
- Tes tuberkulin positif
- Radiologis dan sputum negatif
- Kategori III = - Terinfeksi dan sputum positif
Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000 adalah Kategori 1
:
- Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru TB Paru BTA Positif, penderita
TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang “sakit berat” dan Penderita TB
ekstra Paru Berat.
Kategori II :
- paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure)
dan penderita dengan pengobatan setelah lalai ( after default)
Kategori III :
- paduan obat 2HRZ/4H3R3
Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif dan roentgen positif sakit
ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TB Kelenjar Limfe (limfadenitis),
pleuritis , TB Kulit, TB tulang , sendi .
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan bila pada akhir
tahap intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif, diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.
E. Gejala Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum ,
malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah .
( Mansjoer , 1999)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan
( Luckmandkk,93)
- Demam : subfebril menyerupai influensa
- Batuk : - batuk kering (non produktif) batuk produktif (sputum)
- hemaptoe
- Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru
- Nyeri dada
- Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
2. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman
3. Test Tuberkulin : Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen : Foto PA
G. Medikamentosa
Jenis obat yang dipakai
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
penderita menular menjadi tidak menular selama 2 minggu. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah
Hari X
Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 120
Paduan Obat kategori 2 :
Tahap Lama (H)
@300
mg
R
@450
mg
Z
@500
mg
E
@ 250
mg
E
@500
mg
Strep.
Injeksi
Jumlah
Hari X
Nelan
Obat
Intensif 2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,5 % 60
30
Lanjutan 5 bulan 2 1 3 2 - 180
Paduan Obat kategori 3 :
Tahap Lama H @ 300 mg R@450mg P@500mg Hari X Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 1 120
OAT sisipan (HRZE)
Tahap Lama H
@300mg
R
@450m
g
Z
@500mg
E day
@250mg
Nelan X
Hari
Intensif
(dosis
harian)
1 bulan 1 1 3 3 30
H. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :
a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan
petunjuk yang diberikan.
- Jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya
- Terjadi resistensi obat.
b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa sudah sembuh
- Malas berobat
c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat
- Ada penyakit lainyang menyertai contoh : Demam,
Alkoholisme dll
- Ada gangguan imunologis
I. Penanggulangan Khusus Pasien :
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara
pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan.
- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat
- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.
c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat sesuai
rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau secara biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali.
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid
jangka lama)
5. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Yang dikaji
A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak
B. Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansietas, ketakutan
C. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
D. Kenyamanan
Nyeri dada
Gelisah
E. Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan otot tak simetris
F. Interaksi Sosial
Perasaan Isolasi atau penolakan
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Sputum
2. Foto Thorak
3. Leukosit
4. Pemeriksaan fungsi Paru
II. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d:
- Kerusakan jaringan
- Penurunan imun
- Malnutrisi
- Terpapar lngkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen
Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan
menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Dorong memilih makanan yang bernutrisi
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- adanya secret
- Edema tracheal
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot
asesoris
2. Beri posisi semifowler
3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
4. Pertahankan intake, min 2500 ml /hr
5. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi
3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d :
- Atelektasis
- Kerusakan membran alveoli – kapiler
- Sekret kental
- Edema bronchial
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan pertukaran oksigen yang adekuat dan
bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya
pernafasan .
2.Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada
warna kulit
3. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan
4. Kolaborasi oksigen
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
- Kelemahan
- Anorexia
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku /
pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas
mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
2. Awasi intake dan out put secara periodik
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat
5. Anjurkan istirahat yang cukup
6. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
7. Kolaborasi antipiretik
5. Kurang pengetahuan B.d :
- Kurangnya informasi
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman, kondisi penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidup dan berpartispasi dalam program
pengobatan
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana pemahaman klien tentang TB
2. Berikan interuksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan.
3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama.
4. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
5. Kaji pemahaman klien mengenai penularan TB .
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa insiden penderita tuberculosis paru {TBC
paru} semakin meningkat pertahunya. Ada beberapa sebab yabg berhubungan
dengan peningkatan penderita tuberculosis paru antara lain minimnya
kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum , kurangnya
pengetahuan /informasi pada masyarakat tentang penularan Tuberculosis paru
,kelalaian dalam berobat ,sehingga sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan perhatian khusus pada masayarakat yang terpapar dengan
micobakterium tuberculosis sehingga penderita Tb dapat diminimalis jumlah
penderitanya .
Saran
Saran kami sebagai penulis kepada seluruh para pembaca ; dapat memahami
defenisi , etiologi,tanda dan gejala, serta klasifikasi Tb. Kritik dan saranya
sangat kami harapkan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah
berikutnya .
Sekian dan terima kasih .
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.
Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,
EGC, Jakarta ,1999.
Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih
bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.
top related