makalah pbpam kel 3 predesain 6-10
Post on 05-Aug-2015
636 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
PREDESIGN 6-10
Disusun Oleh :
Nindi Ayu Saswika 21080110130043
Anadya Khaerina 21080110130044
Estuning Mugi R 21080110130045
Agustin Wijayanti 21080110130046
Okto Diazander A L2J009011
Achmad Fuadiani R L2J009018
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Mahas Esa karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini dengan baik dan tepat waktu.
Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang telah memberikan tugas makalah ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak dan tak ada sesuatupun didunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga di lain kesempatan penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat.
Semarang, 25 September 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan pengolahan air minum (water treatment plant) merupakan serangkaian unit
proses (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) untuk mengolah air baku menjadi air minum
yang memenuhi baku mutu yang berlaku.
Secara umum air baku untuk pengolahan air minum :
a.Air hujan
b.Air permukaan (sungai, danau, waduk)
c.Air tanah (mata air, sumur gali, sumur dalam
Tahap perencanaan bangunan pengolahan air minum :
a. Penetapan Debit Rencana
Debit rencana bangunan pengolahan air minum ditentukan berdasarkan proyeksi
/perhitungan debit maksimum harian
b. Analisis kualitas air baku
Bertujuan untuk memperoleh parameter-parameter yang berkaitan dengan pengolahan
air Karakteristik tipikal air permukaan di indonesia adalah masalah kekeruhan yang
berfluktuasi tergantung musim
c.Penentuan unit pengolahan
Penentuan unit pengolahan (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) disesuaikan dengan
kualitas air baku yang diolah. Unit pengolahan dalam perencanaan BPAM :
1. sistem pengolahan lengkap menggunakan seluruh komponen unit pengolahan
2. pengolahan kombinasi menggunakan sebagian komponen unit pengolahan
Komponen unit pengolahan (yang umum digunakan di Indonesia)
1. Pra-Sedimentasi (conditioning)
2. Koagulasi - Flokulasi
3. Sedimentasi
4. Filtrasi
5. Desinfeksi
6. Pelunakan (softening) --> khusus untuk kesadahan tinggi
d. Penentuan kriteria perencanaan unit pengolahan
Kriteria perencanaan merupakan nilai/besaran tertentu yang digunakan sebagai salah
satu dasar pendekatan dalam perencanaan unit pengolahan dalam BPAM
Kriteria perencanaan dapat diperoleh dari hasil penelitian, riset, percobaan, SNI,
peraturan dll ex : SNI 6774-2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi
pengolahan air
e. Perencanaan dan perancangan unit pengolahan
f. Perencanaan konstruksi bangunan dan tata letaknya
g. Perencanaan mekanikal dan elektrikal
h. Perencanaan bangunan penunjang
Kemudian sebelum mendesain bangunan pengolahan air minum perlu diperhatikan
aspek-aspek yang menunjang dan sangat penting. Setelah selesai dalam pengerjaan
penyeleksian alternatif pengolahan, beberapa hal yang harus dikerjakan dan diperhatikan
adalah mendesain Lay out IPA, mengetahui prosedur & kriteria desain bangunan
pengolahan air, manajemen dan perencanaan proyek pembangunan, perkiraan biaya
pembangunan, serta analisis dampak lingkungan untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan ekosistem yang ada disekitar instalasi pengolahan air minum.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai dengan
kriteria ?
2. Bagaimana Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA itu sendiri ?
3. Bagaimana Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA ?
4. Bagaimana Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA ?
5. Bagaimana Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai dengan
kriteria
2. Mengetahui Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA
3. Mengatahui Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA
4. Mengetahui Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA
5. Mengatahui Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 LAYOUT IPA
Layout ipa adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian instalasi air.
Skema Pengolahan Air Minum
INTAKE
sedimentasi filtrasi
Pencucian Filter Backwash
Menurut ( Tri Joko, 2010 )
INTAKE
Saringan Pengendap Pasir
Koagulasi
-Desinfeksi Kemikal (lar. Kaporit, gas chlor, gas ozon)
-Desinfeksi Fisikal (gel, mikro ultraviolet)
Penyaringan
-Saringan Pasir Cepat
-Saringan Pasir Lambat
-Reverse Osmosis
PRAKONDISI
Proses Pre Chlorinasi
Aerasi
Koreksi pH
Adsorbsi, dll
Stabilisasi
Flokulasi
Pengolahan lumpur endapan dengan pemadatan
(thikener)
Kontrol pH
PengendapanLumpur endapan
Air Minum
Air Baku
Sistem aliran biasa
Sistem saringan pasir cepat
Sistem saringan pasir lambat
2.2 PROSEDUR DAN KRITERIA DESAIN
2.2.1 Intake dan Transmisi
Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu
instalasi pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya
proses pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi
kolom air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi
(tinggi ke rendah) sehingga air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat
beda elevasi yang memadai, maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu
dengan menggunakan pompa.
a. Intake
Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi untuk :
1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi.
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi
pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau
pengambilan air dari sumber.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah :
1. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan
tumbuhan atau mikroorganisme hidup.
2. Tanah di lokasi intake harus stabil.
3. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran.
4. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat.
5. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid dan
inlet jauh di atas intake.
Macam-macam intake :
Direct Intake
Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar
seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.
Canal Intake
Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun
di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan
batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan
tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada
penutup adalah satupertiga dari areahemisphere. Karena pembangunan intake di
kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan
aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu
dan hilir intake harus dilapisi.
Intake Bendungan
Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga tinggi muka air
yang direncanakan memungkinkan konstannya debit pengambilan air. Intake
bendungan dapat digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat
mengatasi fluktuasi muka air.
Selain bendungan, intake ini juga dilengkapi oleh beberapa bagian yang
memiliki fungsi khusus. Bagian-bagian tersebut adalah :
Kolam Olak
Merupakan bagian dari bendung yang berfungsi sebagai peredam energi.
Peredam ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi yang mungkin terjadi
pada saluran pelimpah dengan cara memperkecil kecepatan aliran.
Pintu Air
Pintu air diperlukan untuk menjaga aliran tetap stabil meskipun sumber air
berfluktuasi terutama pada saat pengaliran berlebih. Pintu air juga diperlukan
untuk membuka atau menutup saluran ketika akan dilakukan pembersihan
saluran
Bar Screen
Bar screen berfungsi sebagai penahan benda-benda yang berukuran besar
seperti sampah, kayu, dan plastik. Secara berkalabar screen memerlukan
pembersihan karena benda-benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan
tekan. Proses pembersihan dapat dilakukan secara manual atau otomatis
tergantung beban yang ada. Bila beban sedikit maka pembersihan dapat
dilakukan secara manual dan sebaliknya.
Kriteria desain untuk bar screen adalah :
Lebar batang, w = 0,8 – 1 inch
Jarak antar batang, b = 1 – 2 inch
Kemiringan batang, θ = 30° – 60°
Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/det
Head loss maksimum, hL = 6 inch
Bak Pengumpul
Berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke unit pengolahan
melalui pipa transmisi.
b. Transmisi
Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air
minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan elevasi) sehingga mungkin
saja diperlukan pompa.
Pipa Transmisi
Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi
pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem transmisi
maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan
Ketahanan terhadap erosi dan korosi
Harga pipa dan biaya pemasangan
Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan konstruksi
Kondisi lokal (Mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)
Pompa Transmisi
Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air dari
satu tempat yang memiliki head lebih rendah daripada tempat yang lain. Klasifikasi
pompa yang ada di pasaran adalah :
Reciprocating Pump
Fland Pump
Centrifugal Pump
Air Lift Pump
Jumlah pompa yang digunakan tergantung kepada besarnya aliran yang diperlukan
dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan.
Kriteria Jumlah Pompa yang digunakan
2.2.2 Aerasi
Aerator dapat digunakan untuk menyisihkan komponen volatil yang terlarut,
yang keberadaannya berlebih pada konsentrasi jenuhnya. Beberapa senyawa organik
yang toksik bersifat volatil. Komponen penyebab rasa dan bau pada air juga dapat
disisihkan sampai ke tingkat yang memuaskan. Air tanah yang mengandung
CO2 dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat disisihkan sampai ke batas yang dapat
diterima (memenuhi baku mutu).
Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air.
Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat oksidasi
besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada dalam bentuk yang
tidak terlarut. Presipitat ini akan disishkan dari air pada kolam sedimentasi dan unit
filtrasi.
Sistem aerasi dirancang untuk menciptakan turbulensi dan memecah air
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menambah luas permukaan untuk transfer
masa. Sistem yang dapat digunakan adalah gravitasi atau aliran bertekanan.
2.2.3 Koagulasi dan Flokulasi
Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam)
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan
elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.
Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil
seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai presipitat
ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan sehingga dapat
disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi berlaku bagi penyisihan
dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya berukuran 0,001-1 µm seperti asam
humus, tanah liat, virus dan protein.
Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :
Destabilisasi partikel koloid
Pembentukan mikroflok
Penggabungan mikroflok
Pembentukan makroflok
a. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan
elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi secara
efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan merata ke
dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara
hidrolis, mekanis atau pneumatis
Perbandingan Berbagai Tipe Mixing
Koagulan yang dapat digunakan antara lain:
1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan
koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH
optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air
yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 7,5, perlu dilakukan
penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan kapur.
2. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang
mengandung hidrogen sulfida.
3. PAC (Poli Alumunium Chloride)
Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang mengandung
partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan
dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya
molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang
biasanya bermuatan negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :
1. Kualitas air
2. Jumlah dan karakteristik partikel koloid
3. pH
4. Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles
5. Temperatur
6. Alkalinitas
7. Karakteristik dari ion-ion di dalam air
Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)
Unit KriteriaPengaduk cepat• Tipe
• Waktu pengadukan (detik)• Nilai G/detik
Hidrolis:- terjunan- saluran bersekat- dalam pinstalasi pengolahan air
bersekatMekanis:- Bilah (Blade), pedal (padle)
Kinstalasi pengolahan airs- Flotasi
1 – 5> 750
(SNI 6774:2008)
b. Flokulasi
Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi
supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat
diendapkan.
Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi kendala, pada
flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan
yang berlebihan.
Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama flokulasi dapat
diberikan secara mekanis maupun hidrolis .
Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan
mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya tumbukan
partikel selama flokulasi.
Perbandingan antara flokulasi hidrolis dan mekanis
Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)
Kriteria umum Flokulator hidrolis
Flokulator mekanisFlokulator
Clarifiersumbu
horizontal dengan pedal
Sumbu vertikal
dengan bilah
G (gradien kecepatan)1/detik
60 (menurun)– 5
60 (menurun) –10
70 (menurun)– 10 100 – 10
Waktu tinggal (menit) 30 – 45 30 – 40 20 – 40 20 – 100
Tahap flokulasi(buah) 6 – 10 3 – 6 2 – 4 1
Pengendalian energiBukaan pintu/
sekatKecepatan
putaranKecepatan
putaranKecepatan aliran air
Kecepatan aliran max.(m/det) 0,9 0,9 1,8 – 2,7 1,5 – 0,5
Luas bilah/pedal dibandingkan luas bak (%)
-- 5 – 20 0,1 – 0,2 -
Kecepatan perputaran sumbu (rpm) -- 1 – 5 8 – 25 -
Tinggi (m) 2 – 4 *Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket
(SNI 6774:2008)
Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)
ProsesAliran udara
(N.L/m3
air)
Ukuran gelembung
Input tenaga (Watt
jam/m3)
Waktu detensi (menit)
Beban hidrolik
permukaan (m/jam)
Flotasi untuk pemisahanlemak
100 – 400 2 – 5 mm 5 – 10 5 – 15 10 – 30
Flotasi mekanik 10.000 0,2 – 2 mm 60 – 120 4 – 16 -
Disolved AirFlotation
15 – 50 40 – 70 μm 40 – 80
20 – 40 bersamaan
dengan flokulasi
3 – 10
(SNI 6774:2008)
2.2.4 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar
padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang
tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.
Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam proses
pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara, bergantung
pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari partikel. 4 cara
pengendapan tersebut adalah :
1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret
2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling
4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression
Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :
1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.
2. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada
dalam keadaan diam
3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.
4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak
mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki.
Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk tangki dapat
berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman tangki
berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki dengan kedalaman 3 meter.
Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang hingga 30 meter dan lebar 10 meter.
Ukuran dari scrappers mekanik juga mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar
tangki berkisar antara 2 sampai 6 persen.
Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya ke dalam
suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalamhopper dan kemudian mengambilnya
secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapat dikeluarkan dibawah
tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.
Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube
settler ataupun plate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu
horizontal tubes dan steeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam sambungan
dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube tersebut akan terisi
zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter. Horizontal tubes settlers
digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil (3,785 m3/hari). Steeply inclined tube
settlers membersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran yang dibuat. Karena
kedalaman yang dangkal dari steeply inclined tube settlers dan pembersihan lumpur
yang kontinu, ukuran instalasi menjadi tidak terbatas.
Pada umumnya dengan pemakaian plate settler, overflow rate dapat ditingkatkan 3-6
kali
(SNI 6774:2008)
2.2.5 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan
melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya untuk menyisihkan
sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di pengolahan air untuk menyaring
air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas
yang baik.
Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb :
1. Filter dengan media tunggal
2. Filter dengan media ganda
3. Filter dengan multi media
Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi
(SNI 6774:2008)
Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2 :
Slow Sand Filter
Pada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya disyaratkan bebas
lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari atas ke bawah tidak teratur (tidak
terstratifikasi). Proses penyaringan yang lambat dalam slow sand filter memungkinkan
kontak yang cukup lama antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi,
terutama pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada medium
filter bersama suspended partikel disebut sebagai ”Scmutz decke” yang bersifat aktif dalam
proses penyisihan senyawa organik dan anorganik terlarut lainnya.
Rapid Sand Filter
Mekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme pada slow sand
filter. Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunaan media filter. Beban
pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh
media sebagai media filter (in-depth filter) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja.
Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam bentuk flok halus yang
lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan
mempunyai lapisan biomassa yang aktif.
Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate
Filter dan Declining Rate Filter.
Perbandingan Slow Sand Filter dengan Rapid Sand Filter
Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu :
1. Mechanical Straining
Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan karena
mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel tidak lolos.
2. Sedimentasi
3. Adsorpsi
Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter karena ada
tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi
secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan.
Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau
kedalaman media, digunakan ”dual media” yang umumnya menggunakan media yang
lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan
dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media
yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya
kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing.
2.2.6 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan
bahan kimia atau ozon.Karakteristik desinfektan yang baik :
1. Efektif membunuh mikroorganisme patogen
2. Tidak beracun bagi manusia/hewan domestik
3. Tidak beracun bagi ikan dan spesies akuatik lainnya
4. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuang
5. Rendah biaya
6. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam air
7. Menyediakan perlindungan sisa dalam air minum
Ada banyak hal yang mempengaruhi proses desinfeksi, diantaranya adalah oksidan kimia,
iradiasi, pengolahan termal dan pengolahan elektrokimia.
Jenis-jenis desinfeksi :
1. Desinfeksi kimiawi, berupa oksidator seperti chlorine, ozon dan kaporit
2. Desinfeksi fisik, misalnya sinar ultraviolet
1. Desinfeksi kimiawi
Desinfektan yang paling sering digunakan adalah kaporit (Ca(OCl)2)dan gas chlor (Cl2). Pada
proses desinfeksi menggunkan kaporit, terjadi reaksi sebagai berikut :
Sebagai suatu proses kimia yang menyangkut reaksi antara biomassa mikroorganisme perlu
dipenuhi 2 syarat :
Dosis yang cukup
Waktu kontak yang cukup, minimum 30 menit
Selain itu diperlukan proses pencampuran yang sempurna agar desinfektan benar-benar
tercampur.
Desinfeksi menggunakan ozon lazim digunkan untuk desinfeksi hasil pengolahan waste
water treatment.
2. Desinfeksi Fisik
Desinfeksi menggunkan ultraviolet lebih aman daripada menggunakan klor yang beresiko
membentuk trihalometan yang bersifat karsinogenik, tetapi jika digunakan ultraviolet sebagai
desinfektan maka instalasi distribusi harus benar-benar aman dan menjamin tidak akan ada
kontaminasi setelah desinfeksi. Apabila kontaminan masuk setelah air didesinfeksi, maka
kontaminan tersebut akan tetap berada dalam air dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu,
biaya yang diperlukan juga lebih besar dibandingkan dengan desinfeksi menggunakan
kaporit. Umumnya desinfeksi dilakukan sesaat sebelum air didistribusikan kepada konsumen.
Pembubuhan Kapur
Pembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif. Dalam melakukan
pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis kapur dan kondisi jenuh kapur. Larutan
kapur berada pada kondisi jenuh bila memiliki konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk
melakukan pembubuhan kapur diperlukan beberapa unit yaitu pelarut kapur dan penjenuh
kapur (lime saturator).
2.2.7 Reservoir
Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :
a. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)
Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan tanah. Reservoir
ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk distribusi air minum. Jika kapasitas
air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground reservoir lebih dari satu.
b. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)
Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan ground reservoir tidak
mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka air
dapat didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang
dibutuhkan.
c. Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai alternatif terakhir
bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah pelayanan datar.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah :
1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan fluktuasi
pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.
2. Tinggi elevasi energi
Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi. Elevasi energi akan
menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi
pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara
gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan
distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa.
3. Letak reservoir.
Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila topografi daerah
distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi. Bila
topografi naik turun maka reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat
mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya.
4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi kebutuhan pengaliran air.
5. Konstruksi reservoir
Ambang Bebas dan Dasar Bak
1. Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi
2. Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
3. Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 – 1/500 ke arah pipa penguras
Inlet dan Outlet
1.Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan struktur
tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati
2.Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm di atas lantai
atau pada muka air terendah
3.Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding reservoir, harus dapat
dipastikan dinding kedap air dan diberiflexible-joint
4.Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve
5.Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan debit air
maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.
Ventilasi dan Manhole
1.Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air
2.Tinggi ventilasi ± 50 cm dari atap bagian dalam
3.Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air.
2.2.8 Pengolahan Lumpur
Lumpur buangan sebuah Instalasi Pengolahan Air Minum terdiri dari 2 jenis, yaitu air
cucian filter dan lumpur sedimentasi. Karakteristik kedua jenis lumpur tersebut sangat
berbeda. Air cucian filter dapat langsung dibuang ke badan air, atau diolah dengan
berbagai cara yaitu :
1. Didaur ulang ke awal proses pengolahan
2. Diolah dengan paket pengolahan konvensional
3. Diendapkan dalam kolam besar
Proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Gravitasi, seperti lagoon sludge drying bed.
2. Mekanik, seperti filter press, belt press, vacuum filter.
Penggunaan kedua jenis pengolahan ini biasanya dipilih berdasarkan ketersediaan
lahan, karakteristik lumpur dan hasil akhir pengolahan yang diinginkan. Pada proses
dengan gravitasi dibutuhkan lahan yang luas dan kandungan solid dalam lumpur
hanya mampu mencapai 50%. Jenis pengolahan ini sangat baik untuk daerah dengan
iklim panas dan penguapan melebihi curah hujan.
2.3 Manajemen dan Perencanaan Proyek
Manajemen dan perencanaan proyek instalasi pengolahan air terutama air minum
adalah tata aturan yang dibuat dan direncanakan sebelum sebuah proyek dilaksanakan.
Manajemen dan perencanaan dapat berupa dokumen, dokumen perencanaan untuk
instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari :
a) diagram alir proses
b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi
c) perhitungan unit proses dan operasi
d) profil hidrolis
e) perhitungan mekanikal dan elektrikal
f) perhitungan struktur
g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai
Manajemen dan perencanaan proyek ini dilaksanakan olrh perencana yang
berwenang untuk merencanakan instalasi pengolahan air paket, adalah seorang yang
telah menempuh pendidikan tinggi dalam bidang yang sesuai dan memiliki sertifikat
keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi. Industri air minum adalah suatu bisnis yang
membutuhkan investasi dalam skala besar sehingga untuk mewujudkannya diperlukan suatu
perencanaan yang terstruktur dengan baik dan benar. Sebagai perencanaan awal maka harus
dilakukan studi kelayakan (feasibility study).
Fungsi studi kelayakan dalam bisnis air minum adalah untuk melihat berapa besar
investasi yang harus ditanamkan dan sejauh mana invetasi tersebut mendatangkan
keuntungan. Studi kelayakan dalam bidang air bersih ini biasanya juga merupakan bagian
dari master plan suatu pengembangan daerah atau kota. Studi kelayakan ini menghasilkan 2
kemungkinan. Kemungkinan pertama proyek tersebut layak untuk ditindak lanjuti,
kemungkinan kedua tidak layak untuk diteruskan sehingga proyek tersebut gagal atau ditunda
dengan terlebih dahulu memperbaiki hal-hal yang dianggap tidak layak tersebut.
Persiapan rencana induk berikut data-data penunjang sesuai ketentuan umum. Cara
pengerjaan pengkajian kelayakan teknis sistem penyediaan air minum adalah sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian kelayakan teknis
2) Lakukan pengkajian kelayakan ekonomis dan keuangan
3) Lakukan pengkajian kelayakan lingkungan
4) Lakukan pengkajian terhadap kelayakan kelembagaan
Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dibahas dalam studi kelayakan antara lain :
1. Periode perencanaan.
Jangka waktu 10-20 tahun menjadi pedoman dalam membuat suatu perencanaan
sebuah system penyediaan air minum termasuk dalam adalah kapasitas bangunan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Pembangunan suatu unit IPA harus dilakukan secara bertahap. Hal ini
untuk menghindari adanya pemborosan, disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan air
minum. Jangka waktu pembangunan dituangkan dalam satu bentuk master plan. Kemudian
terbagi menjadi beberapa tahapan dalam bentuk outline plan yang merupakan perhitungan
yang lebih detail dengan waktu yang lebih singkat.
Sebagai contoh Pembangunan WTP DAM Duriangkang Batam di proyeksikan selama 15
tahun periode perencanaan. Dimulai pada tahun 2000 dengan kapasitas 500 ltr/detik
selanjutnya phase II tahun 2002, phase III tahun 2004, sekarang sedang berjalan phase IV
dengan kapasitas yang sama setiap phasenya dan masih tersisa 2 x 500 ltr/dtk dalam periode
perencanaannya. Hal tersebut untuk mengakomodir petambahan pelanggan sekitar + 18.000
setiap tahunnya.
2. Daerah aliran air minum.
Dalam perencanaan system penyediaan air minum harus dibatasi wilayah yang masuk
dalam sistem perencanaan tersebut. Tentunya dengan memperhatikan berapa besar air yang
diterima oleh pelanggan, termasuk potensi pengembangan atau perluasan wilayah di masa
yang akan datang, termasuk penambahan jumlah satuan sambungan rumah (SR) di wilayah
tersebut dan sekitarnya.
3. Pertambahan jumlah penduduk pada masa datang.
Banyak model-model atau perumusan dalam ilmu statistic untuk memprediksi jumlah
penduduk dimasa yang akan datang. Salah satu contoh perumusan dengan metode aritmatik.
Pn = Po ( 1 + r n )
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Jangka waktu dalam tahun
Untuk metode ini data penduduk dilakukan dengan regresi linear sebagai berikut:
4. Kebutuhan air minum maximum per penduduk
Dalam setiap daerah mempunyai pola kebutuhan air yang tidak sama. Para ahli harus
melakukan estimasi dan menentukan berapa kebutuhan air maximum per orang dalam
wilayah rencana. Dalam suatu sistem yang baru maka data diambil berdasar estimasi yang
akurat dari pembagian komunitas yang mempunyai latar belakang, karakteristik dan trend
yang sama dalam pertumbuhannya. Pada suatu sistem yang sudah berjalan dan akan
dikembangkan maka data yang terbaik dan akurat adalah dengan menampilkan trend dari
sistem penyediaan air minum yang sudah ada.
5. Pemilihan sumber air baku.
Sumber air bisa berasal darimana saja, bisa air permukaan atau air bawah tanah. Untuk air
bawah tanah biasanya hanya untuk kapasitas kecil. Pembahasan air baku ini sudah pernah
dibahas oleh penulis pada tulisan sebelumnya yaitu Sumber air baku dan problematikanya.
6. Dimensi bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum.
Kebutuhan air pada masa yang akan datang pada suatu area layanan harus dimasukan
sebagai dasar salah satu ketentuan dalam menghitung ukuran dimensi bangunan IPA dan luas
lahan IPA. Ketentuan tambahan tersebut akan berdampak pada kemampuan supply air dan
effektivitas biaya pada penyediaan air dari satu plant besar dibanding dengan 2 atau 3 plant
ukuran sedang atau kecil pada lokasi dan elevasi yang berbeda. Sabagai dasar perhitungan
dalam menghitung luas lahan sebuah plant konvensional menggunakan rumus : A ≥ Q0,6
Dimana :
A = dalam hektar
Q = kapasitas debit air dalam mgd
(1 m3/dt = 22,8 mgd)
7. Ketersediaan lahan bangunan IPA.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan sebuah IPA antara lain :
- jarak bangunan dengan Intake
- tata letak unit-unit bangunan IPA
- dampak IPA terhadap lingkungan
- metode pendistribusian air ( gravitasi atau menggunakan pompa)
- kondisi geografi (kontur) lahan
- informasi yang tersedia tentang study bahan
- ketersediaan tenaga listrik
- akses jalan menuju jalur utama
- sejarah masa lalu, apakah pernah terjadi bencana seperti banjir atau gempa bumi
- biaya konstruksi
- biaya pemeliharaan
- situasi dan kondisi keamanan sekitar bangunan
- kesiapan lahan apabila ada pengembangan bangunan pada masa yang akan datang.
8. Data curah hujan.
Curah hujan menjadi sangat penting karena dengan data yang ada kita dapat
memprediksikan berapa jumlah debit air yang bisa terbarukan dengan adanya siklus ini.
Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi tentunya akan lebih diuntungkan dengan
daerah yang curah hujannya rendah. Curah hujan dalam suatu daerah biasanya mempunyai
satu pola yang sama dari satu waktu ke waktu, terkecuali ada situasi ekstrim diluar kebiasaan
yang jarang terjadi seperti kejadian El Nino dan La Nina. Biasanya El Nino terjadi rata-rata
dalam 4 tahun sekali sementara la Nina dalam 6 tahun sekali. Sehingga dibutuhkan data curah
hujan setidaknya selama 10 tahun terakhir sehingga akan didapat trend yang digunakan untuk
memprediksi curah hujan pada kemudian hari.
9. Daerah tangkapan air (catchment area)
Luasnya daerah tangkapan air juga sangat diperlukan untuk menampung debit air hujan
yang turun pada suatu daerah. Daerah yang sudah rusak kondisi alamnya akan sulit untuk
menampung curah hujan karena akan terus turun dan terbuang ke air laut, sedangkan daerah
yang masih bagus akan meneruskan air ke dalam tanah dan merupakan cadangan sumber air
baku yang baik.
10. Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal)
11. Ketersediaan dana.
2.4 Perkiraan Biaya
Bahwa invetasi sebuah sistem penyedian air minum sangatlah besar. Studi kelayakan
merupakan salah satu syarat yang digunakan untuk memperoleh dana tersebut baik dari
investor, APBN, APBD maupun pihak kreditor atau bank. Dalam proposal pendanaan
tersebut tercantum besarnya dana investasi, sumber pendanaan, periode pengembalian modal
investasi, besarnya tarif air minum berdasar golongan, biaya konstruksi, produksi,
operasional, maintenance, dlsb.
Data-data yang dibutuhkan dalam studi kelayakan diambil dari hasil survey lapangan
seperti sistem penyediaan air minum existing (pipa, pompa, bangunan IPA, reservoir) sumber
air baku, daya beli masyarakat, harga material bahan bangunan, daerah industry, daerah
perumahan dan lain-lain. Ada juga data yang diambil dari instansi terkait seperti data curah
hujan diambil dari BMG daerah, data jumlah penduduk, kondisi social ekonomi, master plan
RTRW/RTRK bisa didapat dari pemerintah daerah setempat.
Pemilik pekerjaan (owner) dari pekerjaan studi kelayakan sistem perencanaan air
bersih suatu daerah biasanya Pemerintah Daerah setempat, tetapi bisa juga dari investor yang
akan menaruh dananya dalam proyek tersebut dengan biaya sendiri. Perencanaan dan studi
kelayakan sebuah sistem penyediaan air minum suatu daerah sangat komplek sehingga
dibutuhkan kerja tim yang terdiri dari banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu. Hasil yang baik
akan diperoleh dari perencanaan yang baik
Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang
ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar
menukar ataupun melalui pemberian jasa. Sedangkan ongkos atau expense adalah
pengeluaran untuk memperoleh pendapatan. Untuk dapat memperkirakan biaya produksi
maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya
produksi persatuan output produk. Analisis biaya yang dilakukan dalam hal ini ialah produksi
air bersih per meter kubiknya. Biaya dalam proses produksi air bersih terdiri atas dua
komponen yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan macam-macam
biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya, sedangkan biaya tidak tetap
merupakan macam - macam biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya dapat berubah
bergantung pada jumlah jam kerja pemakaian.
Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin
dan merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan
Rp/jam sedangkan biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin untuk setiap unit
produk.
2.5 Analisis Dampak Lingkungan
Pengkajian kelayakan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan masyarakat dari kondisi
daerah setempat, sehingga faktor-faktor lingkungan dapat dikatakan layak atau tidak untuk
didistribusikan air minum. Pengkajian kelayakan lingkungan dilaksanakan dengan
memperhatikan atau sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku misal,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
Dalam prosesnya IPA banyak menggunakan bahan kimia dimana selain bau juga
harus dipikirkan bagaimana dengan limbah kimia yang dihasilkan sehingga tidak
mengganggu ekosistem lingkungan yang ada. Bangunan IPA juga menggunakan banyak
mesin-mesin seperti pompa, genset yang menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu
bagi masyarakat disekitar bangunan. Daya listrik yang digunakanpun sangat besar. Oleh
karena itu bangunan IPA merupakan bangunan vital yang semestinya dilindungi oleh negara,
karena merupakan kebutuhan rakyat banyak dan tidak menutup kemungkinan terjadinya
sabotase pada bangunan tersebut. Biasanya lokasi bangunan IPA jauh dari pemukiman
penduduk, hal ini untuk mencegah hal-hal tersebut diatas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Skema pengolahan air bersih adalah sebagai berikut :
Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar
screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut
tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
WTP (Water Treatment Plant/ IPA)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa
bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
Adapun tahapan proses per instalasi sehingga dihasilkan air bersih adalah intake dan
transmisi, aerasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, reservoir, dan
pengolahan lumpur.
2. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
Air baku dan pompa air baku
Perencanaan Unit Paket
Kriteria Bak Penampung
Dimensi Instalasi Pengolahan Air
3. Manajemen dan perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya
terdiri dari :
a) diagram alir proses
b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi
c) perhitungan unit proses dan operasi
d) profil hidrolis
e) perhitungan mekanikal dan elektrikal
f) perhitungan struktur
g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai
4. Dalam memperkirakan biaya rencana pembangunan unit pengolahan air minum diperlukan
studi kelayakan yang diperoleh langsung dari survey lapangan dan memerlukan data dari
instansi terkait penunjang pembangunan IPA.
5. Dalam pembangunan IPA sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap masyarakat
dan lingkungan, oleh karena itu perlu diperhatikan dampak dan risikonya pula.
DAFTAR PUSTAKA
http://jujubandung.wordpress.com/2012/05/02/unit-unit-instalasi-pengolahan-air-minum/
Unit-unit instalasi pengolahan air minum /25 September 2012
http://aladintirta.blogspot.com/2010/11/studi-kelayakan-sistem-penyediaan-air.html/ Studi
Kelayakan Sistem Penyediaan Air Minum/25 September 2012
http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ Instalasi
Pengolahan Air Bersih /25 September 2012
Standar Nasional Indonesia “Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air”
SNI 6774:2008. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia
Joko,Tri.2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. Yogyakarta
top related