makalah pbpam kel 3 predesain 6-10

46
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM PREDESIGN 6-10 Disusun Oleh : Nindi Ayu Saswika 21080110130043 Anadya Khaerina 21080110130044 Estuning Mugi R 21080110130045 Agustin Wijayanti 21080110130046 Okto Diazander A L2J009011 Achmad Fuadiani R L2J009018 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Upload: agustin-wijayanti

Post on 05-Aug-2015

636 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

PREDESIGN 6-10

Disusun Oleh :

Nindi Ayu Saswika 21080110130043

Anadya Khaerina 21080110130044

Estuning Mugi R 21080110130045

Agustin Wijayanti 21080110130046

Okto Diazander A L2J009011

Achmad Fuadiani R L2J009018

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Semarang2012

Page 2: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Mahas Esa karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini dengan baik dan tepat waktu.

Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang telah memberikan tugas makalah ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak dan tak ada sesuatupun didunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga di lain kesempatan penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 25 September 2012

Penulis

Page 3: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan pengolahan air minum (water treatment plant) merupakan serangkaian unit

proses (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) untuk mengolah air baku menjadi air minum

yang memenuhi baku mutu yang berlaku.

Secara umum air baku untuk pengolahan air minum :

a.Air hujan

b.Air permukaan (sungai, danau, waduk)

c.Air tanah (mata air, sumur gali, sumur dalam

Tahap perencanaan bangunan pengolahan air minum : 

a. Penetapan Debit Rencana

Debit rencana bangunan pengolahan air minum ditentukan berdasarkan proyeksi

/perhitungan debit maksimum harian 

b. Analisis kualitas air baku

Bertujuan untuk memperoleh parameter-parameter yang berkaitan dengan pengolahan

air Karakteristik tipikal air permukaan di indonesia adalah masalah kekeruhan yang

berfluktuasi tergantung musim 

c.Penentuan unit pengolahan 

Penentuan unit pengolahan (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) disesuaikan dengan

kualitas air baku yang diolah. Unit pengolahan dalam perencanaan BPAM : 

1. sistem pengolahan lengkap menggunakan seluruh komponen unit pengolahan 

2. pengolahan kombinasi menggunakan sebagian komponen unit pengolahan 

Komponen unit pengolahan (yang umum digunakan di Indonesia) 

1. Pra-Sedimentasi (conditioning)

2. Koagulasi - Flokulasi 

3. Sedimentasi 

4. Filtrasi 

5. Desinfeksi 

6. Pelunakan (softening) --> khusus untuk kesadahan tinggi 

Page 4: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

d. Penentuan kriteria perencanaan unit pengolahan 

Kriteria perencanaan merupakan nilai/besaran tertentu yang digunakan sebagai salah

satu dasar pendekatan dalam perencanaan unit pengolahan dalam BPAM 

Kriteria perencanaan dapat diperoleh dari hasil penelitian, riset, percobaan, SNI,

peraturan dll ex : SNI 6774-2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi

pengolahan air 

e. Perencanaan dan perancangan unit pengolahan 

f. Perencanaan konstruksi bangunan dan tata letaknya 

g. Perencanaan mekanikal dan elektrikal 

h. Perencanaan bangunan penunjang 

Kemudian sebelum mendesain bangunan pengolahan air minum perlu diperhatikan

aspek-aspek yang menunjang dan sangat penting. Setelah selesai dalam pengerjaan

penyeleksian alternatif pengolahan, beberapa hal yang harus dikerjakan dan diperhatikan

adalah mendesain Lay out IPA, mengetahui prosedur & kriteria desain bangunan

pengolahan air, manajemen dan perencanaan proyek pembangunan, perkiraan biaya

pembangunan, serta analisis dampak lingkungan untuk mencegah dan mengurangi

kerusakan ekosistem yang ada disekitar instalasi pengolahan air minum.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai dengan

kriteria ?

2. Bagaimana Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA itu sendiri ?

3. Bagaimana Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA ?

4. Bagaimana Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA ?

5. Bagaimana Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai dengan

kriteria

2. Mengetahui Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA

3. Mengatahui Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA

4. Mengetahui Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA

5. Mengatahui Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA

Page 5: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 LAYOUT IPA

Layout ipa adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian instalasi air.

Skema Pengolahan Air Minum

INTAKE

sedimentasi filtrasi

Page 6: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Pencucian Filter Backwash

Menurut ( Tri Joko, 2010 )

INTAKE

Saringan Pengendap Pasir

Koagulasi

-Desinfeksi Kemikal (lar. Kaporit, gas chlor, gas ozon)

-Desinfeksi Fisikal (gel, mikro ultraviolet)

Penyaringan

-Saringan Pasir Cepat

-Saringan Pasir Lambat

-Reverse Osmosis

PRAKONDISI

Proses Pre Chlorinasi

Aerasi

Koreksi pH

Adsorbsi, dll

Stabilisasi

Flokulasi

Pengolahan lumpur endapan dengan pemadatan

(thikener)

Kontrol pH

PengendapanLumpur endapan

Air Minum

Air Baku

Sistem aliran biasa

Sistem saringan pasir cepat

Sistem saringan pasir lambat

Page 7: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

2.2 PROSEDUR DAN KRITERIA DESAIN

2.2.1 Intake dan Transmisi

Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu

instalasi pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya

proses pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi

kolom air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi

(tinggi ke rendah) sehingga air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat

beda elevasi yang memadai, maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu

dengan menggunakan pompa.

a. Intake

Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi untuk :

1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang

dibutuhkan oleh instalasi.

2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.

3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi

pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau

pengambilan air dari sumber.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah :

1. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan

tumbuhan atau mikroorganisme hidup.

2. Tanah di lokasi intake harus stabil.

Page 8: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

3. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran.

4. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat.

5. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid dan

inlet jauh di atas intake.

Macam-macam intake :

Direct Intake

Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar

seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.

Canal Intake

Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun

di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan

batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan

tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada

penutup adalah satupertiga dari areahemisphere. Karena pembangunan intake di

kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan

aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu

dan hilir intake harus dilapisi.

Intake Bendungan

Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga tinggi muka air

yang direncanakan memungkinkan konstannya debit pengambilan air. Intake

bendungan dapat digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat

mengatasi fluktuasi muka air.

Selain bendungan, intake ini juga dilengkapi oleh beberapa bagian yang

memiliki fungsi khusus. Bagian-bagian tersebut adalah :

Kolam Olak

Merupakan bagian dari bendung yang berfungsi sebagai peredam energi.

Peredam ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi yang mungkin terjadi

pada saluran pelimpah dengan cara memperkecil kecepatan aliran.

Pintu Air

Pintu air diperlukan untuk menjaga aliran tetap stabil meskipun sumber air

berfluktuasi terutama pada saat pengaliran berlebih. Pintu air juga diperlukan

untuk membuka atau menutup saluran ketika akan dilakukan pembersihan

saluran

Bar Screen

Page 9: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Bar screen berfungsi sebagai penahan benda-benda yang berukuran besar

seperti sampah, kayu, dan plastik. Secara berkalabar screen memerlukan

pembersihan karena benda-benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan

tekan. Proses pembersihan dapat dilakukan secara manual atau otomatis

tergantung beban yang ada. Bila beban sedikit maka pembersihan dapat

dilakukan secara manual dan sebaliknya.

Kriteria desain untuk bar screen adalah :

Lebar batang, w = 0,8 – 1 inch

Jarak antar batang, b = 1 – 2 inch

Kemiringan batang, θ = 30° – 60°

Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/det

Head loss maksimum, hL = 6 inch

Bak Pengumpul

Berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke unit pengolahan

melalui pipa transmisi.

b. Transmisi

Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air

minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan elevasi) sehingga mungkin

saja diperlukan pompa.

Pipa Transmisi

Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi

pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem transmisi

maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :

Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan

Ketahanan terhadap erosi dan korosi

Harga pipa dan biaya pemasangan

Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan konstruksi

Kondisi lokal (Mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)

Pompa Transmisi

Page 10: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air dari

satu tempat yang memiliki head lebih rendah daripada tempat yang lain. Klasifikasi

pompa yang ada di pasaran adalah :

Reciprocating Pump

Fland Pump

Centrifugal Pump

Air Lift Pump

Jumlah pompa yang digunakan tergantung kepada besarnya aliran yang diperlukan

dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan.

Kriteria Jumlah Pompa yang digunakan

2.2.2 Aerasi

Aerator dapat digunakan untuk menyisihkan komponen volatil yang terlarut,

yang keberadaannya berlebih pada konsentrasi jenuhnya. Beberapa senyawa organik

yang toksik bersifat volatil. Komponen penyebab rasa dan bau pada air juga dapat

disisihkan sampai ke tingkat yang memuaskan. Air tanah yang mengandung

CO2 dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat disisihkan sampai ke batas yang dapat

diterima (memenuhi baku mutu).

Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air.

Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat oksidasi

besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada dalam bentuk yang

tidak terlarut. Presipitat ini akan disishkan dari air pada kolam sedimentasi dan unit

filtrasi.

Sistem aerasi dirancang untuk menciptakan turbulensi dan memecah air

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menambah luas permukaan untuk transfer

masa. Sistem yang dapat digunakan adalah gravitasi atau aliran bertekanan.

2.2.3 Koagulasi dan Flokulasi

Page 11: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat

dianggap stabil bila :

1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang

pendek (beberapa jam)

2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel

yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan

elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.

Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil

seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai presipitat

ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan sehingga dapat

disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi berlaku bagi penyisihan

dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya berukuran 0,001-1 µm seperti asam

humus, tanah liat, virus dan protein.

Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :

Destabilisasi partikel koloid

Pembentukan mikroflok

Penggabungan mikroflok

Pembentukan makroflok

a. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan

elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi secara

efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan merata ke

dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara

hidrolis, mekanis atau pneumatis

Perbandingan Berbagai Tipe Mixing

Page 12: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Koagulan yang dapat digunakan antara lain:

1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan

koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH

optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air

yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 7,5, perlu dilakukan

penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan kapur.

2. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang

mengandung hidrogen sulfida.

3. PAC (Poli Alumunium Chloride)

Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang mengandung

partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan

dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya

Page 13: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang

biasanya bermuatan negatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :

1. Kualitas air

2. Jumlah dan karakteristik partikel koloid

3. pH

4. Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles

5. Temperatur

6. Alkalinitas

7. Karakteristik dari ion-ion di dalam air

Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)

Unit KriteriaPengaduk cepat• Tipe

• Waktu pengadukan (detik)• Nilai G/detik

Hidrolis:- terjunan- saluran bersekat- dalam pinstalasi pengolahan air

bersekatMekanis:- Bilah (Blade), pedal (padle)

Kinstalasi pengolahan airs- Flotasi

1 – 5> 750

(SNI 6774:2008)

b. Flokulasi

Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi

supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat

diendapkan.

Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi kendala, pada

flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan

yang berlebihan.

Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama flokulasi dapat

diberikan secara mekanis maupun hidrolis .

Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan

mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya tumbukan

partikel selama flokulasi.

Page 14: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Perbandingan antara flokulasi hidrolis dan mekanis

Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)

Kriteria umum Flokulator hidrolis

Flokulator mekanisFlokulator

Clarifiersumbu

horizontal dengan pedal

Sumbu vertikal

dengan bilah

Page 15: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

G (gradien kecepatan)1/detik

60 (menurun)– 5

60 (menurun) –10

70 (menurun)– 10 100 – 10

Waktu tinggal (menit) 30 – 45 30 – 40 20 – 40 20 – 100

Tahap flokulasi(buah) 6 – 10 3 – 6 2 – 4 1

Pengendalian energiBukaan pintu/

sekatKecepatan

putaranKecepatan

putaranKecepatan aliran air

Kecepatan aliran max.(m/det) 0,9 0,9 1,8 – 2,7 1,5 – 0,5

Luas bilah/pedal dibandingkan luas bak (%)

-- 5 – 20 0,1 – 0,2 -

Kecepatan perputaran sumbu (rpm) -- 1 – 5 8 – 25 -

Tinggi (m) 2 – 4 *Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket

(SNI 6774:2008)

Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)

ProsesAliran udara

(N.L/m3

air)

Ukuran gelembung

Input tenaga (Watt

jam/m3)

Waktu detensi (menit)

Beban hidrolik

permukaan (m/jam)

Flotasi untuk pemisahanlemak

100 – 400 2 – 5 mm 5 – 10 5 – 15 10 – 30

Flotasi mekanik 10.000 0,2 – 2 mm 60 – 120 4 – 16 -

Disolved AirFlotation

15 – 50 40 – 70 μm 40 – 80

20 – 40 bersamaan

dengan flokulasi

3 – 10

(SNI 6774:2008)

2.2.4 Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar

padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang

tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.

Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam proses

pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara, bergantung

pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari partikel. 4 cara

pengendapan tersebut adalah :

1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret

2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret

Page 16: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling

4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression

Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :

1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.

2. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada

dalam keadaan diam

3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.

4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak

mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki.

Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk tangki dapat

berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman tangki

berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki dengan kedalaman 3 meter.

Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang hingga 30 meter dan lebar 10 meter.

Ukuran dari scrappers mekanik juga mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar

tangki berkisar antara 2 sampai 6 persen.

Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya ke dalam

suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalamhopper dan kemudian mengambilnya

secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapat dikeluarkan dibawah

tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.

Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube

settler ataupun plate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu

horizontal tubes dan steeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam sambungan

dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube tersebut akan terisi

zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter. Horizontal tubes settlers

digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil (3,785 m3/hari). Steeply inclined tube

settlers membersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran yang dibuat. Karena

kedalaman yang dangkal dari steeply inclined tube settlers dan pembersihan lumpur

yang kontinu, ukuran instalasi menjadi tidak terbatas.

Pada umumnya dengan pemakaian plate settler, overflow rate dapat ditingkatkan 3-6

kali

Page 17: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

(SNI 6774:2008)

2.2.5 Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan

melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya untuk menyisihkan

sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di pengolahan air untuk menyaring

air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas

yang baik.

Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb :

1. Filter dengan media tunggal

2. Filter dengan media ganda

3. Filter dengan multi media

Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi

Page 18: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

(SNI 6774:2008)

Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2 :

Slow Sand Filter

Pada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya disyaratkan bebas

lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari atas ke bawah tidak teratur (tidak

Page 19: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

terstratifikasi). Proses penyaringan yang lambat dalam slow sand filter memungkinkan

kontak yang cukup lama antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi,

terutama pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada medium

filter bersama suspended partikel disebut sebagai ”Scmutz decke” yang bersifat aktif dalam

proses penyisihan senyawa organik dan anorganik terlarut lainnya.

Rapid Sand Filter

Mekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme pada slow sand

filter. Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunaan media filter. Beban

pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh

media sebagai media filter (in-depth filter) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja.

Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam bentuk flok halus yang

lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan

mempunyai lapisan biomassa yang aktif.

Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate

Filter dan Declining Rate Filter.

Perbandingan Slow Sand Filter dengan Rapid Sand Filter

Page 20: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu :

1. Mechanical Straining

Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan karena

mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel tidak lolos.

2. Sedimentasi

3. Adsorpsi

Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter karena ada

tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi

secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan.

Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau

kedalaman media, digunakan ”dual media” yang umumnya menggunakan media yang

lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan

dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media

yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya

kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing.

2.2.6 Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan

bahan kimia atau ozon.Karakteristik desinfektan yang baik :

Page 21: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

1. Efektif membunuh mikroorganisme patogen

2. Tidak beracun bagi manusia/hewan domestik

3. Tidak beracun bagi ikan dan spesies akuatik lainnya

4. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuang

5. Rendah biaya

6. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam air

7. Menyediakan perlindungan sisa dalam air minum

Ada banyak hal yang mempengaruhi proses desinfeksi, diantaranya adalah oksidan kimia,

iradiasi, pengolahan termal dan pengolahan elektrokimia.

Jenis-jenis desinfeksi :

1. Desinfeksi kimiawi, berupa oksidator seperti chlorine, ozon dan kaporit

2. Desinfeksi fisik, misalnya sinar ultraviolet

1. Desinfeksi kimiawi

Desinfektan yang paling sering digunakan adalah kaporit (Ca(OCl)2)dan gas chlor (Cl2). Pada

proses desinfeksi menggunkan kaporit, terjadi reaksi sebagai berikut :

Sebagai suatu proses kimia yang menyangkut reaksi antara biomassa mikroorganisme perlu

dipenuhi 2 syarat :

Dosis yang cukup

Waktu kontak yang cukup, minimum 30 menit

Selain itu diperlukan proses pencampuran yang sempurna agar desinfektan benar-benar

tercampur.

Desinfeksi menggunakan ozon lazim digunkan untuk desinfeksi hasil pengolahan waste

water treatment.

2. Desinfeksi Fisik

Desinfeksi menggunkan ultraviolet lebih aman daripada menggunakan klor yang beresiko

membentuk trihalometan yang bersifat karsinogenik, tetapi jika digunakan ultraviolet sebagai

desinfektan maka instalasi distribusi harus benar-benar aman dan menjamin tidak akan ada

kontaminasi setelah desinfeksi. Apabila kontaminan masuk setelah air didesinfeksi, maka

kontaminan tersebut akan tetap berada dalam air dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu,

Page 22: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

biaya yang diperlukan juga lebih besar dibandingkan dengan desinfeksi menggunakan

kaporit. Umumnya desinfeksi dilakukan sesaat sebelum air didistribusikan kepada konsumen.

Pembubuhan Kapur

Pembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif. Dalam melakukan

pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis kapur dan kondisi jenuh kapur. Larutan

kapur berada pada kondisi jenuh bila memiliki konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk

melakukan pembubuhan kapur diperlukan beberapa unit yaitu pelarut kapur dan penjenuh

kapur (lime saturator).

2.2.7 Reservoir

Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :

a. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)

Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan tanah. Reservoir

ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk distribusi air minum. Jika kapasitas

air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground reservoir lebih dari satu.

b. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)

Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan ground reservoir tidak

mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka air

dapat didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang

dibutuhkan.

c. Stand Pipe

Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai alternatif terakhir

bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah pelayanan datar.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang  reservoir adalah :

1. Volume reservoir

Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan fluktuasi

pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.

2. Tinggi elevasi energi

Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi. Elevasi energi akan

menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi

pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara

gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan

distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa.

Page 23: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

3. Letak reservoir.

Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila topografi daerah

distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi. Bila

topografi naik turun maka reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat

mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya.

4. Pemakaian pompa

Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi kebutuhan pengaliran air.

5. Konstruksi reservoir

Ambang Bebas dan Dasar Bak

1. Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi

2. Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah

3. Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 – 1/500 ke arah pipa penguras

Inlet dan Outlet

1.Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan struktur

tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati

2.Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm di atas lantai

atau pada muka air terendah

3.Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding reservoir, harus dapat

dipastikan dinding kedap air dan diberiflexible-joint

4.Pipa inlet dan  outlet dilengkapi dengan gate valve

5.Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan debit air

maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.

Ventilasi dan Manhole

1.Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air

2.Tinggi ventilasi ± 50 cm dari atap bagian dalam

3.Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air.

2.2.8 Pengolahan Lumpur

Lumpur buangan sebuah Instalasi Pengolahan Air Minum terdiri dari 2 jenis, yaitu air

cucian filter dan lumpur sedimentasi. Karakteristik kedua jenis lumpur tersebut sangat

berbeda. Air cucian filter dapat langsung dibuang ke badan air, atau diolah dengan

berbagai cara yaitu :

Page 24: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

1. Didaur ulang ke awal proses pengolahan

2. Diolah dengan paket pengolahan konvensional

3. Diendapkan dalam kolam besar

Proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Gravitasi, seperti lagoon sludge drying bed.

2. Mekanik, seperti filter press, belt press, vacuum filter.

Penggunaan kedua jenis pengolahan ini biasanya dipilih berdasarkan ketersediaan

lahan, karakteristik lumpur dan hasil akhir pengolahan yang diinginkan. Pada proses

dengan gravitasi dibutuhkan lahan yang luas dan kandungan solid dalam lumpur

hanya mampu mencapai 50%. Jenis pengolahan ini sangat baik untuk daerah dengan

iklim panas dan penguapan melebihi curah hujan.

2.3 Manajemen dan Perencanaan Proyek

Manajemen dan perencanaan proyek instalasi pengolahan air terutama air minum

adalah tata aturan yang dibuat dan direncanakan sebelum sebuah proyek dilaksanakan.

Manajemen dan perencanaan dapat berupa dokumen, dokumen perencanaan untuk

instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari :

a) diagram alir proses

b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi

c) perhitungan unit proses dan operasi

d) profil hidrolis

e) perhitungan mekanikal dan elektrikal

f) perhitungan struktur

g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai

Manajemen dan perencanaan proyek ini dilaksanakan olrh perencana yang

berwenang untuk merencanakan instalasi pengolahan air paket, adalah seorang yang

telah menempuh pendidikan tinggi dalam bidang yang sesuai dan memiliki sertifikat

keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi. Industri air minum adalah suatu bisnis yang

membutuhkan investasi dalam skala besar sehingga untuk mewujudkannya diperlukan suatu

perencanaan yang terstruktur dengan baik dan benar. Sebagai perencanaan awal maka harus

dilakukan studi kelayakan (feasibility study).

Fungsi studi kelayakan dalam bisnis air minum adalah untuk melihat berapa besar

investasi yang harus ditanamkan dan sejauh mana invetasi tersebut mendatangkan

keuntungan. Studi kelayakan dalam bidang air bersih ini biasanya juga merupakan  bagian

Page 25: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

dari master plan suatu pengembangan daerah atau kota. Studi kelayakan ini menghasilkan 2

kemungkinan. Kemungkinan pertama proyek tersebut layak untuk ditindak lanjuti,

kemungkinan kedua tidak layak untuk diteruskan sehingga proyek tersebut gagal atau ditunda

dengan terlebih dahulu memperbaiki hal-hal yang dianggap tidak layak tersebut.     

Persiapan rencana induk berikut data-data penunjang sesuai ketentuan umum. Cara

pengerjaan pengkajian kelayakan teknis sistem penyediaan air minum adalah sebagai berikut:

1) Lakukan pengkajian kelayakan teknis

2) Lakukan pengkajian kelayakan ekonomis dan keuangan

 3) Lakukan pengkajian kelayakan lingkungan

4) Lakukan pengkajian terhadap kelayakan kelembagaan

Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dibahas dalam studi kelayakan antara lain :

      1. Periode perencanaan.

Jangka waktu 10-20 tahun menjadi pedoman dalam membuat suatu perencanaan

sebuah system penyediaan air minum termasuk dalam adalah kapasitas bangunan Instalasi

Pengolahan Air (IPA). Pembangunan suatu unit IPA harus dilakukan secara bertahap. Hal ini

untuk menghindari adanya pemborosan, disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan air

minum. Jangka waktu pembangunan dituangkan dalam satu bentuk master plan. Kemudian

terbagi menjadi beberapa tahapan dalam bentuk outline plan yang merupakan perhitungan

yang lebih detail dengan waktu yang lebih singkat.

Sebagai contoh Pembangunan WTP DAM Duriangkang Batam di proyeksikan selama 15

tahun periode perencanaan. Dimulai pada tahun 2000 dengan kapasitas 500 ltr/detik

selanjutnya phase II tahun 2002, phase III tahun 2004, sekarang sedang berjalan phase IV

dengan kapasitas yang sama setiap phasenya dan masih tersisa 2 x 500 ltr/dtk dalam periode

perencanaannya. Hal tersebut untuk mengakomodir petambahan pelanggan sekitar + 18.000

setiap tahunnya.

     2.   Daerah aliran air minum.

     Dalam perencanaan system penyediaan air minum harus dibatasi wilayah yang masuk

dalam sistem perencanaan tersebut. Tentunya dengan memperhatikan berapa besar air yang

diterima oleh pelanggan, termasuk potensi pengembangan atau perluasan wilayah di masa

yang akan datang, termasuk penambahan jumlah satuan sambungan rumah (SR) di wilayah

tersebut dan sekitarnya.

Page 26: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

     3.  Pertambahan jumlah penduduk pada masa datang.

    Banyak model-model atau perumusan dalam ilmu statistic untuk memprediksi jumlah

penduduk dimasa yang akan datang. Salah satu contoh perumusan dengan metode aritmatik.

Pn = Po ( 1 +  r n )

Dimana:              

Pn           = Jumlah penduduk tahun n

Po = Jumlah penduduk tahun awal

R           = Angka pertumbuhan penduduk

N           = Jangka waktu dalam tahun

Untuk metode ini data penduduk dilakukan dengan regresi linear sebagai berikut:

4.   Kebutuhan air minum maximum per penduduk 

      Dalam setiap daerah mempunyai pola kebutuhan air yang tidak sama. Para ahli harus

melakukan estimasi dan menentukan berapa kebutuhan air maximum per orang dalam

wilayah rencana. Dalam suatu sistem yang baru maka data diambil berdasar estimasi yang

akurat dari pembagian komunitas yang mempunyai latar belakang, karakteristik dan trend

yang sama dalam pertumbuhannya. Pada suatu sistem yang sudah berjalan dan akan

dikembangkan maka data yang terbaik dan akurat adalah dengan menampilkan trend dari

sistem penyediaan air minum yang sudah ada.

5.   Pemilihan sumber air baku.

      Sumber air bisa berasal darimana saja, bisa air permukaan atau air bawah tanah. Untuk air

bawah tanah biasanya hanya untuk kapasitas kecil. Pembahasan air baku ini sudah pernah

dibahas oleh penulis pada tulisan sebelumnya yaitu Sumber air baku dan problematikanya.

6.   Dimensi bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum.

Page 27: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

      Kebutuhan air pada masa yang akan datang pada suatu area layanan harus dimasukan

sebagai dasar salah satu ketentuan dalam menghitung ukuran dimensi bangunan IPA dan luas

lahan IPA. Ketentuan tambahan tersebut akan berdampak pada kemampuan supply air dan

effektivitas biaya pada penyediaan air dari satu plant besar dibanding dengan 2 atau 3 plant

ukuran sedang atau kecil pada lokasi dan elevasi yang berbeda. Sabagai dasar perhitungan

dalam menghitung luas lahan sebuah plant konvensional menggunakan rumus :  A  ≥ Q0,6

   Dimana :

                   A = dalam hektar

                  Q = kapasitas debit air dalam mgd

                          (1 m3/dt = 22,8 mgd)

     7.  Ketersediaan lahan bangunan IPA.

   Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan sebuah IPA antara lain :

-          jarak bangunan dengan Intake

-          tata letak unit-unit bangunan IPA

-          dampak IPA terhadap lingkungan

-          metode pendistribusian air ( gravitasi atau menggunakan pompa)

-          kondisi geografi (kontur) lahan

-          informasi yang tersedia tentang study bahan

-          ketersediaan tenaga listrik

-          akses jalan menuju jalur utama

-          sejarah masa lalu, apakah pernah terjadi bencana seperti banjir atau gempa bumi

-          biaya konstruksi

-          biaya pemeliharaan

-          situasi dan kondisi keamanan sekitar bangunan

-          kesiapan lahan apabila ada pengembangan bangunan pada masa yang akan datang.

8.    Data curah hujan.

Curah hujan menjadi sangat penting karena dengan data yang ada kita dapat

memprediksikan berapa jumlah debit air yang bisa terbarukan dengan adanya siklus ini.

Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi tentunya akan lebih diuntungkan dengan

daerah yang curah hujannya rendah. Curah hujan dalam suatu daerah biasanya mempunyai

satu pola yang sama dari satu waktu ke waktu, terkecuali ada situasi ekstrim diluar kebiasaan

yang jarang terjadi seperti kejadian El Nino dan La Nina. Biasanya El Nino terjadi rata-rata

dalam 4 tahun sekali sementara la Nina dalam 6 tahun sekali. Sehingga dibutuhkan data curah

Page 28: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

hujan setidaknya selama 10 tahun terakhir sehingga akan didapat trend yang digunakan untuk

memprediksi curah hujan pada kemudian hari.

9.    Daerah tangkapan air (catchment area)

       Luasnya daerah tangkapan air juga sangat diperlukan untuk menampung debit air hujan

yang turun pada suatu daerah. Daerah yang sudah rusak kondisi alamnya akan sulit untuk

menampung curah hujan karena akan terus turun dan terbuang ke air laut, sedangkan daerah

yang masih bagus akan meneruskan air ke dalam tanah dan merupakan cadangan sumber air

baku yang baik.

 10.  Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal)

11.  Ketersediaan dana.

   

2.4  Perkiraan Biaya

Bahwa invetasi sebuah sistem penyedian air minum sangatlah besar. Studi kelayakan

merupakan salah satu syarat yang digunakan untuk memperoleh dana tersebut baik dari

investor, APBN, APBD maupun pihak kreditor atau bank. Dalam proposal pendanaan

tersebut tercantum besarnya dana investasi, sumber pendanaan, periode pengembalian modal

investasi, besarnya tarif air minum berdasar golongan, biaya konstruksi, produksi,

operasional, maintenance, dlsb.

Data-data yang dibutuhkan dalam studi kelayakan diambil dari hasil survey lapangan

seperti sistem penyediaan air minum existing (pipa, pompa, bangunan IPA, reservoir) sumber

air baku, daya beli masyarakat, harga material bahan bangunan, daerah industry, daerah

perumahan dan lain-lain. Ada juga data yang diambil dari instansi terkait seperti data curah

hujan diambil dari BMG daerah, data jumlah penduduk, kondisi social ekonomi, master plan

RTRW/RTRK bisa didapat dari pemerintah daerah setempat.

Pemilik pekerjaan (owner) dari pekerjaan studi kelayakan sistem perencanaan air

bersih suatu daerah biasanya Pemerintah Daerah setempat, tetapi bisa juga dari investor yang

akan menaruh dananya dalam proyek tersebut dengan biaya sendiri. Perencanaan dan studi

kelayakan sebuah sistem penyediaan air minum suatu daerah sangat komplek sehingga

dibutuhkan kerja tim yang terdiri dari banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu. Hasil yang baik

akan diperoleh dari perencanaan yang baik

Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang

ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar

menukar ataupun melalui pemberian jasa. Sedangkan ongkos atau expense adalah

pengeluaran untuk memperoleh pendapatan. Untuk dapat memperkirakan biaya produksi

Page 29: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya

produksi persatuan output produk. Analisis biaya yang dilakukan dalam hal ini ialah produksi

air bersih per meter kubiknya. Biaya dalam proses produksi air bersih terdiri atas dua

komponen yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan macam-macam

biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya, sedangkan biaya tidak tetap

merupakan macam - macam biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya dapat berubah

bergantung pada jumlah jam kerja pemakaian.

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin

dan merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan

Rp/jam sedangkan biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin untuk setiap unit

produk.

2.5 Analisis Dampak Lingkungan

Pengkajian kelayakan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan masyarakat dari kondisi

daerah setempat, sehingga faktor-faktor lingkungan dapat dikatakan layak atau tidak untuk

didistribusikan air minum. Pengkajian kelayakan lingkungan dilaksanakan dengan

memperhatikan atau sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku misal,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan

Dalam prosesnya IPA banyak menggunakan bahan kimia dimana selain bau juga

harus dipikirkan bagaimana dengan limbah kimia yang dihasilkan sehingga tidak

mengganggu ekosistem lingkungan yang ada. Bangunan IPA juga menggunakan banyak

mesin-mesin seperti pompa, genset yang menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu

bagi masyarakat disekitar bangunan. Daya listrik yang digunakanpun sangat besar. Oleh

karena itu bangunan IPA merupakan bangunan vital yang semestinya dilindungi oleh negara,

karena merupakan kebutuhan rakyat banyak dan tidak menutup kemungkinan terjadinya

sabotase pada bangunan tersebut. Biasanya lokasi bangunan IPA jauh dari pemukiman

penduduk, hal ini untuk mencegah hal-hal tersebut diatas.

Page 30: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Skema pengolahan air bersih adalah sebagai berikut :

Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)

Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari

sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar

screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut

tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.

WTP (Water Treatment Plant/ IPA)

Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa

bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.

Adapun tahapan proses per instalasi sehingga dihasilkan air bersih adalah intake dan

transmisi, aerasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, reservoir, dan

pengolahan lumpur.

2. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air harus memperhatikan beberapa hal,

diantaranya:

Air baku dan pompa air baku

Perencanaan Unit Paket

Kriteria Bak Penampung

Dimensi Instalasi Pengolahan Air

3. Manajemen dan perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya

terdiri dari :

a) diagram alir proses

b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi

c) perhitungan unit proses dan operasi

d) profil hidrolis

e) perhitungan mekanikal dan elektrikal

f) perhitungan struktur

g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai

Page 31: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

4. Dalam memperkirakan biaya rencana pembangunan unit pengolahan air minum diperlukan

studi kelayakan yang diperoleh langsung dari survey lapangan dan memerlukan data dari

instansi terkait penunjang pembangunan IPA.

5. Dalam pembangunan IPA sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap masyarakat

dan lingkungan, oleh karena itu perlu diperhatikan dampak dan risikonya pula.

Page 32: Makalah Pbpam Kel 3 Predesain 6-10

DAFTAR PUSTAKA

http://jujubandung.wordpress.com/2012/05/02/unit-unit-instalasi-pengolahan-air-minum/

Unit-unit instalasi pengolahan air minum /25 September 2012

http://aladintirta.blogspot.com/2010/11/studi-kelayakan-sistem-penyediaan-air.html/ Studi

Kelayakan Sistem Penyediaan Air Minum/25 September 2012

http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ Instalasi

Pengolahan Air Bersih /25 September 2012

Standar Nasional Indonesia “Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air”

SNI 6774:2008. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia

Joko,Tri.2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. Yogyakarta