makalah om logistik
Post on 17-Dec-2015
77 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.
... a process of strategically managing the procurement, movement and storage of materials, parts and finished inventory (and the related information flows) through the organization and its marketing channels in such a way that current and future profitability are maximized through the cost-effective fulfillment of orders. (Martin Christopher)
Logistik dianggap sebagai suatu proses yang sangat penting, karena dengan pengelolaan yang efektif dan efisien akan menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif yang dapat diciptakan oleh perusahaan.
Penanganan manajemen logistik yang baik akan bermuara pada terbentuknya keunggulan kompetitif perusahaan. Sumber dari keunggulan kompetitif tersebut terletak pertama-tama pada kemampuan perusahaan membedakan dirinya sendiri di depan mata konsumen dari para pesaingnya (value advantage). Kedua, dengan cara bekerja berbiaya rendah yang berarti memperoleh laba yang lebih tinggi (productivity atau cost advantage).
Maka dari itu untuk mewujudkan tujuan suatu perusahaan dilakukan beberapa cara untuk menganalisis potensi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Analisis perusahaan sangat penting guna kelangsungan kemajuan sebuah organisasi dengan begitu sebuah organisasi dapat merencanakan strategi untuk kemajuannya. Analisis digunakan untuk mengetahui prediksi organisasi dimasa
1
depan agar dapat diantisipasi dan pembuatan program dapat dibuat secara tepat agar kinerja organisasi lebih efektif dan efesien. Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas analisis logistik dengan berbagai cara mulai dari Forecasting, MRP, dan mengatasi fenomena bullwhip effect sehingga dengan prediksi-prediksi di masa depan tersebut organisasi dapat mengembangkannya untuk membuat terobosan dan strategi yang baik untuk organisasinya.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Makalah ini termasuk dalam ranah ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial yang membahas tentang Analisis Manajemen dengan
menggunakan Forecasting, MRP dan Bullwhip Effect dengan pendekatan sosial, ekonomi, pengetahuan, kesehatan dan budaya.
1.3 Batasan Masalah
Dalam studi referensi makalah ini memberi batasan terhadap masalah yang ingin diuraikan antara lain :
1. Manajemen Logistik
2. Forecasting dan simulasi
3. MRP dan simulasi
4. Bullwhip Effect
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada perumusan masalah dalam karya ilmiah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen logistik?
2. Apa saja yang terdapat pada logistik?
3. Apa yang dimaksud dengan forecasting?
4. Apa saja yang terdapat pada forecasting?
5. Apa yang dimaksud dengan MRP?
6. Apa saja yang terdapat pada MRP?
7. Apa yang dimaksud dengan Bullwhip Effect?
2
8. Apa saja yang ada pada Bullwhip Effect?
1.5 Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Analisis Logistik
dengan menggunakan Forecasting, MRP, dan Bullwhip effect yang berbasis kesehatan dan organisasi Manajemen dan untuk menyelesaikan tugas akhir tengah semester III mata kuliah Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh dosen pengajar.
1.6 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat ditinjau dari dua segi yakni :
1. Manfaat Ilmiah
Manfaat bagi ilmu kesehatan dapat diterapkan dalam sebuah organisasi terutama dibidang kesehatan agar dapat mempersiapkan strategi dengan mengetahui prediksi kedepan
2. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai panduan analisis Logistik dengan menggunakan forecasting, MRP, dan Bullwhip Effect
3
BAB II
MANAJEMEN LOGISTIK
2.1 Pengertian Manajemen Logistik
Logistik berasal dari bahasa Yunani Kono yaitu Logistikos yang berarti terdidik/pandai dalam memperkirakan/berhitung. Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan dalam keadaan yang dipakai ke lokasi dimana dia dibutuhkan dan dengan total biaya yang terendah. Kegunaan logistik merupakan aspek penting dari operasi perusaahaan dan pemerintah. Semua bentuk perilaku yang terorganisir membutuhkan sokongan logistik. Nilai dalam bentuk tersedianya barang pada waktunya yang di tambahkan kepada material/produk adalah suatu hasil dari proses logistik.
Dalam arti luas ruang lingkup manajemen logistik meliputi segala sesuatu yang memindahkan ke, dari, dan di antara fasilitas-fasilitas perusahaan. Untuk mencapai arus produk yang teratur ke pasar, manajer harus memperhatikan desain dari sistem logistiknya dan kemudian baru operasinya. Tanggungjawab manajemen logistik adalah tangung jawab manajerial mendesain dan mengurus suatu sistem untuk mengawasi arus dan penyimpanan yang strategis bagi material, suku cadang, dan barang jadi agar dapat diperoleh manfaat maksimum dari perusahaan. Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan/movement dan penyimpanan storage yang strategis.
Donald J.Bowersok (2000), Logistik didefinisikan sebagai, proses
pengelolaan yang strategis terhadap pemindahaan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari supplier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan.
H. Subagya, MS (1996), Logistik merupakan salah satu kegiatan yang bersangkutan dengan segi-segi:
4
1. Perencanaan dan pengembangan, pengadaan, penyimpanan, pemindahan,
penyaluran, pemeliharaan, pengungsian dan penghapusan alat-alat
perlengkapan.
2. Pemindahan, pengungsian dan peralatan personil.
3. Pengadaan atau pembuatan, penyelengaraan pemeliharaan dan penghapusan
fasilitas-fasilitas.
4. Pengusaha atau pemberian pelayanan/bantuan-bantuan.
Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi (2004), Manajemen logistik
merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung efektivitas dan efidiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Indriyi G dan Agus Mulyono (1998), Kegiatan logistik adalah
mengembangkan operasi yang terpadu dari kegiatan pengadaan atau pengumpulan bahan, pengangkutan atau transportasi, penyimpanan, pembungkusan maupun pengepakan pendistribusian, dan pengaturan terhadap kegiatan tersebut.
2.2 Konsep Manajemen Logistik
Konsep logistik terpadu terdiri dari dua usaha yang berkaitan yaitu ;
1. Operasi Logistik
Untuk mencapai operasi yang terpadu harus meninjau 3 bidang operasi logistik, yaitu: manajemen distribusi fisik, manajemen material, dan transfer persedian internal. Pembahasan struktur siklus usaha memberikan tekanan kepeda persamaan dari masing-masing jenis operasi logistik. Berbagai aspek siklus usaha ini dilihat dari nodes, links, level, input atau output dan juga dari efektifitas dan efisiensi operasinya. Struktur siklus usaha memberikan suatu kerangka kerja untukpelaksanan pendekatan sistem pada logistik terpadu. Operasi distribusi fisik merupakan suatu bagian integral dari strategi pemasaran perusahaan yang menyeluruh. Manajemen distribusi fisik berkenaan dengan pergerakan yang
5
strategis dari produk keluar perusahaan ke para langganan. Untuk memehami pentingnya penyelanggaran pesanan langganan maka dibutuhkan uraian tentang marketing consept, marketing mix dan fungsi-fungsi manajerial dari marketing.
Manajemen material memiliki tugas operasional yaitu procurement (perolehan, pembelian) dan pergerakan yang tepat waktu dari bahan mentah, bagian-bagian komponen dan barang jadi kedalam suatu perusahaan. Ada banyak perbedaan antara perolehan bahan mentah dengan perolehan barang jadi namun masing-masing proses ini mengikuti pertimbangan-pertimbangan dasar yang sama. Manajemen material berusaha mencapai 4 tujuan yang saling berkaitan. Masing-masing tujuan itu adalah :
A. Pembelian dengan harga terbaik
B. Pemeliharaan mutu
C. Bantuan riset dan pengembangan
D. Memilihara hubungan dengan suplaiyer
Transfer persedian internal adalah berkenaan dengan pergerakan diantara fasilita-fasilitas perusahaan. Transfer persediaan ini sedikit banyaknya menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan distribusi fisik dengan manajemen material. Transfer persedian internal terdapat didalam perusahaan dan tidak berhadapan dengan ketidak pastian dari perolehan eksternal dan para langganan. Masing-masing bidang operasional logistik ini berbeda-beda namun tetap ada persamaannya yaitu ketergantungannya pada komponen sistem logistik yang sama untuk menyelesaikan pergerakan dan kebutuhan-kebutuhan penyimpanan. Sistem logistik secara terpadu akan membutuhkan banyak sekali koordinasi logistik.
2. Koordinasi Logistik
Koordinasi logistik adalah yang penentuan kebutuhan dan speksifikasi yang memadukan seluruh operasi logistik apabila suatu perusahaan melaksanakan banyak operasi distribusi fisik maupun manajemen material maka tentulah diperlukan tingkat koordinasi yang tinggi oleh karena kegiatan menejerial yang dapat diarahkan untuk pencapaian koordinasi yang efektif itu sering kali sudah ada dalam satu perusaahn maka untuk memperbaiki kordinasi logistik tidak perlu
6
lagi menciptakan atau membentuk aktifitas baru. Aktifitas yang sudah ada haruslah dilaksanakan sedemikian rupa dengan tujuan tercapainya prestasi dan biaya logistik terbaik. Koordinasi logistik dibagi kedalam 4 bidang:
A. Peramalan(forcasting)
B. Pengelolaan pesanan
C. Perencanaa operasi
D. Pengadaan/Pengadaan kebutuhan material
2.3 Fungsi Manajemen Logistik
Fungsi Manajemen Logistik :
1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
Pengertian secara umum fungsi perencanaan adalah proses unatuk merumuskan sasarn dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang teleh ditentukan. Sedangkan secara khusus fungsi perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistic yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi (mustikasari; 2007). Subagya juga mengatakan bahwa fungsi perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman, dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistic cenderung semakin kompleks dalam pelaksanan sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan baik untuk tindakan pengendalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanan sampai dengan pencapaian tujuan (sasaran) diperlikan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian masing-masing. Sehingga dengan
7
perencanaan maka akan tercapai tujuannya(sasaran) dalam manajemen.
Perencanaan dapat dibagi kedalam periode-periode sebagai berikut
A. Rencana jangka panjang (Long range)
B. Rencana jangka menengah (Mid range)
C. Rencana jangka pendek (Short range)
2. Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting) adalah semua kegiatan dan usaha merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu atau skala standar. Skala standar yakni skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggran tersebut merupakan anggaran yang reliable. Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa. Pengaturan keuangan yang jelas, sederhana dan tidak rumit akan sangat membantu kegiatan.
Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yakni
A. Peraturan-peraturan terkait
B. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan teknologi
C. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
D. Pengetahuan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pengaturan logistik
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan pengadan ini termasuk dalam dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada
8
dalam batas-batas efisien (Subagya : 1994). Sedangkan menurut mustikasari,
fungsi pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarakan dengan pilihan berbagai alternative yang paling tepat dan efisien untu kepentingan organisasi. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah
A. Pembelian
B. Penyewaan
C. Peminjaman
D. Pemberian (hibah)
E. Penukaran
F. Pembuatan
G. Perbaikan
Tahapan yang dilakukan pada prosespengadaanperalatandan
kelengkapakan pada umunya yakni
A. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
B. Penyusunan dokumen tander
C. Pengiklanan / penyampaian undangan lelang
D. Pemasukan dan pembukuan penawaran
E. Evaluasi penawaran
F. Pengusulan dan penentuan pemenang
G. Masa sanggah
H. Penunjukan pemenang
I. Pengaturan kontrak
J. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapat perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan.
9
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengelolahan barang persediaan ditempat penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi lain dari fungsi penyimpanan ini adalah kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih muda dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan
adalah
A.Pemilihan lokasi
Aksesbilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik
B. Barang (jenis, bentu barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk dapat digolongkan kedalam
a. Barang biasa : kendaraan, alat-alat berat, banker dll
b. Barang khusus : obat-obatan, alat medis dll
C. Pengaturan ruangan
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruangan secara efesien
D. Prosedur / sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dll.
a. Penggunaan alat bantu
b. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakaan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
10
E.Fungsi Penyaluran
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain :
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
F. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.
G. Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Alasan penghapusan barang antara lain :
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,
administrasi salah, tercecer atau tidak ditemukan.
b. Tehnis dan ekonomis: setelah barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan ini disebabkan faktor-faktor nya antara lain, kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas),
kadaluarsa, aus atau deteriorasi, menguap atau hadling, busuk karena
tidak memenuhi spesifikasi sehingga tidak dapat digunakan lagi.
c. Surplus atau ekses
d. Tidak bertuan : barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti suatu perkara
11
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain :
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
b. Dalam aspek yuridis mencakup hal-hal: pembentukan panitia penilai,
identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat,
persyaratan atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian
kewajiban sebelum barang dihapus.
c.Aspek rencana pelaksana teknis
d.Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain:
a. Pemanfaatan langsung, usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-
komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai
barang persediaan baru.
b.Pemanfaatan kembali, usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang
yang dihapus menjadi barang lain.
c.Pemindahan, mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung.
d.Hibah, pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau
pihak diluar instansi (pemerintah)
e.Penjualan/ pelelangan, dijual baik dibawah tangan atau dilelang
f.Pemusnahan, menyangkut keselamatan dan keamanan lingkungan
5. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistic yang sedang atau tengah berlangsung.
Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
A. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual standar kriteria norma
instruksi dan prosedur lain
12
B. Melaksanakan pengamatan(monitoring), evaluasi dan laporan guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana.
C. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam
rangka mencapai tujuan
D. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-sarana pengendalian seperti berikut:
A. Struktur organisasi yang baik
B. Sistem informasi yang memadai
C. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
D. Pendidikan dan pelatihan
E. Anggaran yang cukup memadai
2.4 Jenis Barang dalam Logistik
Jenis barang dalam manajemen logistik antara lain :
1. Barang konsumsi : barang yang dihasilkan perusahaan untuk kepentingan
konsumen akhir
A. Prodesun - Konsumen
B. Produsen - Pengecer - Konsumen
C. Produsen - Pedagan Besar - Pengecer - Konsumen
D. Produsen - Agen - Pengecer - Konsumen
E. Produsen - Agen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen
2. Barang Industri : suatu barang yang dihasilkan perusahaan untuk kepentingan
industry
A. Produsen - Pemakai industry
B. Produsen - Distributor industri - Pemakai industry
C. Produsen - Agen - Pemakai industry
D. Produsen - Agen Distributor industri - Pemakai industry
13
2.5 Aplikasi
Langkah-langkah buka menu SOLVER
1. Klik Office Button (button berbentuk logo MS Office)
2. Selanjutnya pilih excel option
-
3. Pilih bagian Add-in dan pada opsi dropdown paling bawah pilih Add-in
Manager dan klik GO
14
4. Selanjutnya klik GO dan akan muncul daftar Add-in yang tersedia
5. Centang pada Add-in solver dan klik OK, akan muncul menu solver pada
menu bar
15
Langkah-langkah Menghitung
1. Menentukan variabel yang berpengaruh terhadap perhitungan
pendistribusian produk obat pada suatu perusahaan dengan ketentuan
analisis berupa jarak pengiriman, jumlah obat, waktu tunggu pengiriman obat, total produksi obat, total waktu tunggu pengiriman obat dan kecepatan rata-rata pengiriman obat ke semua klinik.
2. Lalu setelah menulis variabel, maka menghitung waktu tunggu pengiriman
obat setiap klinik yang berbeda-beda dengan rumus:
Waktu tunggu pengiriman = (jarak pengiriman : kecepatan rata=rata)
Jumlah obat
16
Tekan Enter maka akan muncul :
3. Untuk menghitung waktu tunggu pengiriman obat pada klinik lainya maka
dapat dilakukan dengan mendrag hasil perhitungan kesamping sampai
pada klinik C, maka didapatkan hasil:
17
4. Selanjutnya mengitung total jarak pengiriman, total jumlah obat dan total
waktu tunggu pengiriman dengan rumus excel =SUM(number1,number2)
Tekan Enter maka akan muncul :
18
5. Untuk menghitung total selanjutnya maka dapat dilakukan dengan
mendrag hasil perhitungan kebawah sampai total waktu tunggu
pengiriman, maka didapatkan hasil :
19
6. Langkah berikutnya adalah menghitung waktu tunggu dengan
menggunakanrumusexcel=AVERAGE(number1,number2)
Tekan Enter maka akan muncul :
7. Untuk menghitung berapa jumlah obat yang diterima tiap klinik sesuai
dengan waktu tunggu pengiriman obat dimasing-masing klinik maka dapat digunakan program SOLVER. Klik menu solver maka akan muncul window solver dalam bentuk kosong.
20
8. Isi Set Target Cell dengan referensi Cell yang menunjukkan kasus.
9. Pilih Equel to Min untuk mendapatkan nilai optimal waktu sekecil-
kecinya
21
10. Isi Changing Cell dengan cell yang boleh berubah, yakni cell yang
menunjukkan jumlah obat (B5 s/d D5).
11. Isi Constraint (batasan) dengan jumlah keseluruhan total obat yang
menunjukkkan akumulasi total obat tidak boleh lebih dari 50000. Dan
yang menunjukkan akumulasi jumlah obat adalah cell E5. Jadi yang ditulis
pada Constrain adalah E5 0), maka model
pemulusan eksponensial akan secara otomatis meningkatkan ramalan. Sebaliknya apabila galat ramalan (forecast error) adalah negatif, yang berarti nilai aktual permintaan lebih rendah dari pada nilai ramalan (A-F>0), maka
34
model pemulusan eksponensial akan secara otomatis menurunkan ramalan. Proses penyesuaian ini berlangsung terus-menerus, kecuali galat ramalan telah mencapai nol. Kenyataan inilah yang mendorong peramal (forecaster) lebih suka menggunakan model peramalan pemulusan eksponensial, apabila pola historis dari data aktual permintaan bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu. Rumus perhitungan dengan metode Single Exponential Smoothing (Gaspersz, 2004):
Dimana:
Ft= nilai ramalan untuk periode waktu ke-t
Ft-1= nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
At-1= nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
a= konstanta pemulusan (smoothing constant)
Permasalahan umum yang dihadapi apabila menggunakan model pemulusan eksponensial adalah memilih konstanta pemulusan a, yang diperkirakan tepat. Nilai konstanta pemulusan a dapat dipilih di antara nilai 0 dan 1, karena berlaku: 0 < a < 1. Bagaimanapun juga untuk penetapan nilai a yang diperkirakan tepat, kita dapat menggunakan panduan berikut:
A. Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat berbeda atau tidak
stabil dari waktu ke waktu, kita memilih nilai a yang mendekati satu.
Biasanya dipilih nilai a = 0,9; namun pembaca dapat mencoba nilai-nilai a
yang lain mendekati satu, katakanlah: a = 0,8; 0,95; 0,99, dan lain-lain,
tergantung pada sejauh mana gejolak dari data itu. Semakin bergejolak,
nilai a yang dipilih harus semakin tinggi menuju ke nilai satu.
B. Apabila pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau
relatif stabil dari waktu ke waktu, kita memilih nilai a yang mendekati
nol. Biasanya dipilih nilai a = 0,1; namun pembaca dapat mencoba nilai-
nilai a yang lain yang mendekati nol, katakanlah: a = 0,2; 0,15; 0,05; 0,01,
dan lain-lain, tergantung pada sejauh mana kestabilan dari data itu.
35
Semakin stabil, nilai a yang dipilih harus semakin kecil menuju ke nilai nol. Untuk mengetahui sejauh mana keandalan dari model peramalan berdasarkan pemulusan eksponensial harus menggunakan peta kontrol tracking signal dan membandingkan apakah nilai-nilai ramalan itu telah menggambarkan atau sesuai dengan pola historis dari data aktual permintaan.
3.Metode Trend
Trend adalah pergerakan jangka panjang dalam suatu kurun waktu yang kadang-kadang dapat digambarkan dengan garis lurus atau kurva mulus. Deret waktu untuk bisnis dan ekonomi, yang terbaik adalah untuk melihat trend (atau trend-siklus) sebagai perubahan dengan halus dari waktu ke waktu.
Pada kenyataannya, anggapan bahwa trend dapat diwakili oleh beberapa fungsi sederhana seperti garis lurus sepanjang periode untuk time series yang diamati jarang ditemukan. Seringkali fungsi tersebut mudah dicocokkan dengan kurva trend pada suatu kurun waktu karena dua alasan, yaitu fungsi tersebut menyediakan beberapa indikasi arah umum dari seri yang diamati, dan dapat dihilangkan dari seri aslinya untuk mendapatkan gambar musiman lebih jelas.
Ada tiga trend yang diigunakan untuk meramalkan pergerakan keadaan pada masa yang akan datang, yaitu:
A. Tend Linier
Sering kali data deret waktu jika digambarkan ke dalam plot mendekati garis luruus. Deret waktu seperti inilah yang termasuk dalam trend linier. Persamaan trend linier adalah sebagai berikut:
Dengan nilai a dan b diperoleh dari formula:
36
Dimana Yt menunjukan nilai taksiran Y pada nilai t tertentu. Sedangkan a adalah nilai intercept dari Y, artinya nilai Yt akkan sama dengan a jika nilai t = 0. Kemudian b adalah nilai slope, artinya besar
kenaikan nilai Yt pada setiap nilai t. Dan nilai t sendiri adalah nilai tertentu yang menunjukan periode waktu.
a. Trend Linier Positif
b. Trend Linier Negatif
B. Trend Kuadratik
Jika trend linier merupakan deret waktu yang berupa garis lurus, maka trend kuadratik merupakan deret waktu dengan data berupa garis parabola
37
Persamaan untuk trend kuadratik adalah:
Dengan nilai a, b, dan c diperoleh dari:
C. Trend Eksponensial
Untuk mengukur sebuah deret waktu yang mengalami kenaikan atau penurunan yang cepat maka digunakan metode trend eksponensial. Dalam metode ini digunakan persamaan:
Tetapi dalam melakukan perhitungannya, persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk semi log, sehingga memudahkan untuk mencari nilai a dan b.
Grafik Trend Eksponensial
38
3.7 Aplikasi Forecasting
Pada perhitungan forecating kali ini, metode yang di gunakan adalah dengan menggunakan WMA. Program pelaksanaan WMA (Weighted Moving Average) ini merupakan aplikasi dari konseptual beberapa langkah penghitungan analisis Forcasting/ peramalan yang dimulai dari beberapa variabel yang berpengaruh terhadap perhitungan peramalan tentang logistik di sebuah klinik dengan kondisi demand penggunaan antibiotik tiap bulan yang sedang dianalisis.
Variabel dalam perhitungan forecasting adalah
1. Data pengguanaan antibiotika pada klinik sumber waras 1 tahun terakhir
atau 12 bulan
2. Prediksi/ peramalan/ forecasting pada bualan januari 2013
Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan variabel yang berpengaruh terhadap perhitungan forecasting
perusahaan yang dianalisis yakni bulan (variabel bulan dibuat 13 bulan karena
ingin meramal forecasting bulan ke 13 yakni pada januari 2013) dan demand
penggunaan antibiotik, serta menuliskan forecasting WMA dan Standart Error
dan square pada tabel seperti di bawah ini :
39
2. Lalu setelah menulis variabel, maka menghitung forecasting WMA yang
mempunyai rumus:
Namun didalam microsoft excel sudah terdapat rumus untuk menghitung WMA yakni dnegan menggunakan rumus Average yakni =AVERAGE(number 1; number 2; ... .)
Ketentuan :
Perhitungan WMA dilakukan berdasarkan data 3 bulan sebelumnya atau beberapa bulan yang telah kita tentukan sebelumnya yang nantinya disesuaikan dengan rumus yang akan digunakan rumusnya akan menjadi = Average(range bulan 1-range bulan 3) seperti contoh :
Letakkan kursor di sel 4 karena kita memakai data 3 bulan sebelumnya lalu klik home-klik auto sum (lalu pilih Average) seperti :
40
Maka di sel akan muncul
Lalu drag demand pada bulang 1-3
Tekan Enter maka akan muncul :
41
3. Untuk menghitung forecasting WMA pada bulan berikutnya maka dapat
dilakukan dengan mendrag hasil perhitungan WMA pada bulan 4 kebawah
sampai ke bulan 13, maka didapatkan hasil:
4. Maka seketika langsung didapatkan hasil dari perhitungan WMA pada bulan
ke 13 yang ingin diketahui.
5. Lalu untuk mengechek apakah hasil dari rumus WMA sama dengan Rumus
Forecasting adalah dengan menghitung =FORECAST(x bulan yang ingin di
cari;y demand bulan 1-12;x bulan 1-12)
42
Kita memasukkan rumus yakni =FORECAST(13;y demand bulan 1-12;x bulan)
Lalu tekan Enter maka akan muncul
Dapat disimpulkan perhitungan WMA sama dengan perhitungan rumus forecasting.
6. Menghitung derajat kesalahan atau error untuk memastikan bahwa metode
yang di gunakan tepat dan ramalan dapat dipercaya, yakni dengan
menggunakan rumus =Demand bulan x-hasil forecasting WMA bulan x
seperti yang terlihat pada contoh:
Lalu tekan enter maka akan muncul seperti:
43
7. Untuk menghitung Mov Averge Error pada bulan berikutnya maka dapat
dilakukan dengan mendrag hasil perhitungan Mov Average Error pada bulan 4
sampai kebawah pada bulan 12 maka didapatkan hasil:
8. Menghitung Mov Everage Square maka dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus =Mov Average Square^2 seperti yang terlihat pada
contoh :
Lalu tekan enter maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
44
9. Untuk menghitung Mov Averge Square pada bulan berikutnya maka dapat
dilakukan dengan mendrag hasil perhitungan Mov Average square pada bulan
4 sampai kebawah pada bulan 12 maka didapatkan hasil:
10. Berdasarkan data peramalan atau forecasting yang telah kita peroleh maka kita
buat model grafiknya untuk mengetahui naik turunnya demand dan
forecasting. Maka dari itu kita blog kolom bulan 1-12 dan kolom Demand
bulan 1-12 saja seperti:
45
11. Lalu klik insert kemudian klik chart yang berbentuk garis seperti
Lalu akan muncul chart seperti:
Lalu kita edit chart yang telah terbentuk dengan data kita yakni dengan cara klik kanan chart:
46
Lalu pilih select data maka akan muncul :
Lalu kita remove data yang series 1 dan series 2 dengan cara klik remove Maka akan muncul gambar seperti :
47
Lalu untuk memasukkan data kita maka kita klik add akan muncul tampilan:
Mengisi series name dengan Demand maka series value diisi dengan mendrag demand 1-12 seperti :
Lalu tekan ok.
Selanjutnya tekan add lagi untuk memasukkan, maka akan muncul kotak yang sama seperti sebelumnya, lalu mengisikan data yakni pada series name diisikan forecasting dan pada series value mendrag data hasil forecating dari bulan 1-12
48
Lalu kita tekan ok maka akan muncul kotak dialog awal seperti ini:
Tekan ok maka akan muncul chart sesuai dengan data yang kita masukkan:
12. Setelah chart terlihat maka dapat di disimpulkan bahwa prediksi pengeluaran
obat antibiotika pada bulan januari 2013 adalah sebanyak 55,33 dibulatkan
menjadi 55 pack. Jadi berdasarkan hasil prediksi ini dapat digunakan untuk
mengambil keputusan untuk penyediaan obat.
49
BAB IV
MRP (Material Requirement Planning)
4.1 Sejarah MRP
Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep ini dikenal dengan Material Requirement Planning (MRP). MRP berevolusi menjadi MRP II (Manufacturing Resources Planning), yang
melingkupi faktor tambahan seperti perencanaan jangka panjang, master schedulling, rough cut capacity planning, dan shoop floor control.
MRP I telah memasukan unsur pengawasan dan pelaporan. Setelah MRP I perusahaan menyadari bahwa banyak hal yang harus dipadukan antara lain keuangan, peramalan, sales order, analisis penjualan, distribusi, quality control, serta sistem pelaporan dan pengawasan lebih lanjut. Hal ini kemudian dikenal dengan konsep ERP (Enterprise Resources Planning).
4.2 Pengertian, Fungsi, dan Tujuan MRP
Pengertian MRP dari beberapa ahli:
1. Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau
prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994)
2. Material Requirement Planning (MRP) merupakan sistem informasi
berbasis komputer yang didesain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material, komponen, dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi. (Oden,et al., 1998)
3. Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan
material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang
50
dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand atau permintaan per komponen. (John A. White, et al., 1987)
Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang
tergantung pada item-item tingkat (level) yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
sudah direncanakan.
Yang diperlukan untuk mengoperasikan MRP, antara lain :
1. Tersedia data file yang terintegrasi yang berisi data status persediaan dan
data tentang struktur produk (harus teliti, lengkap dan up to date).
2. Lead time untuk semua item diketahui atau diperkirakan.
3. Terkendalinya setiap item diketahui atau dapat diperkirakan.
4. Tersedianya semua komponen untuk setiap perakitan, pada saat pesanan
perakitan tersebut dilakukan. Maksudnya agar jumlah dan waktu
kebutuhan kotor dari perakitan tersebut dapat ditentukan.
5. Pengadaan dan pemakaian terhadap komponen bahan bersifat diskrit.
6. Proses pembuatan suatu item bersifat independent (tidak tergantung)
terhadap proses pembuatan item lainnya.
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadwalan produksi.
51
4.3 Tujuan dan Keuntungan MRP
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai:
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak
yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau
dibatalkan.
Keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelauyanan dan kepuasan pelanggan.
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja.
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi lebih baik.
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat.
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi pelayanan pelanggan.
4.4 Ruang lingkup MRP di bidang manufaktur
Fungsi dasar sistem MRP meliputi pengendalian persediaan, tagihan pengolahan material dan penjadwalan dasar. MRP membantu suatu perusahaan untuk mempertahankan tingkat persediaan rendah (optimal). Hal ini berguna untuk merencanakan produksi, pembelian dan memberikan kegiatan.
"Suatu perusahaan produksi, apapun produk mereka, menghadapi masalah praktis sehari-hari yang sama, bahwa pelanggan menginginkan produk akan tersedia dalam waktu yang lebih pendek dari yang dibutuhkan untuk dibuat oleh pabrik pembuat. Ini berarti bahwa beberapa tingkat perencanaan diperlukan".
Perusahaan harus mengontrol jenis dan jumlah bahan yang mereka beli, rencana produk yang akan diproduksi dan dalam jumlah berapa juga memastikan bahwa mereka mampu memenuhi permintaan pelanggan di masa depan dan saat ini, semua dengan biaya serendah mungkin. Membuat keputusan yang buruk dalam bidang ini akan membuat perusahaan kehilangan uang. Beberapa contoh diberikan di bawah ini:
52
1. Jika sebuah perusahaan membeli item dalam jumlah cukup dari yang
digunakan dalam pembuatan (atau item yang salah) mungkin tidak dapat
memenuhi kewajiban kontrak untuk memasok produk-produk tepat
waktu.
2. Jika sebuah perusahaan membeli item dalam jumlah berlebihan, uang
yang terbuang.
3. Ikatan kuantitas kelebihan uang tunai sementara itu tetap sebagai saham
dan bahkan mungkin tidak pernah digunakan sama sekali.
4. Awal produksi pesanan pada waktu yang salah dapat menyebabkan
tenggat waktu pelanggan terlewatkan.
MRP adalah metode untuk menangani masalah ini. Ini menyediakan jawaban untuk beberapa pertanyaan:
1. Apa barang yang dibutuhkan?
2. Berapa banyak yang dibutuhkan?
3. Kapan mereka dibutuhkan?
MRP dapat diterapkan baik untuk barang-barang yang dibeli dari pemasok luar dan sub-rakitan, yang diproduksi secara internal, yang merupakan komponen dari barang yang lebih kompleks.
QUESTION
What to order
How much to order
When to order
4.5 Siklus MRP
4.5.1 INPUT
BASISRESULT
Master scheduleGross Requirement
Bill of material
Inventory balancesNet Requirement
Schedule Receipt
Order Rules
Lead timeDue dates
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut:
53
1.Jadwal Induk Produksi(JIP), merupakan ringkasan skedul produksi
produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
2. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record),
merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status
semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan:
a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand
inventory).
b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan
datang (on order inventory).
c. Lead time dari setiap bahan.
3. Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk
dengan komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.
4.5.2 PROSES
Langkah-langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1. Netting, yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap
periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih
antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan
persediaan awal yang tersedia. Data yang diperlukan dalam proses
perhitungan kebutuhan bersih ini adalah :
54
a. Kebutuhan kotor untuk setiap periode
b. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan
c. Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan
Setelah kebutuhan kotor ditentukan berikutnya perhitungan kebutuhan bersih (netting).
NRi = GRi - SRi - OHi
Dimana :
NRi = Kebutuhan bersih (Nett Requirement atau NR) periode ke-i
GRi = Kebutuhan kotor (Gross Requirement atau GR) pada periode ke-i SRi = Jadwal penerimaan (Schedule Receipt atau SR) pada periode ke-i OHi = Persediaan di tangan (On Hand Inventory atau OH) pada periode ke-i
Contoh tabel perhitungan kebutuhan bersih
Periode12345678 Jumlah
Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan Kebutuhan Bersih
2. Lotting, yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang
optimal untuk sebuah item secara individual berdasarkan kebutuhan
bersih yang dihasilkan. Ada banyak alternative metode untuk menentukan
ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos
set up dan ongkos simpan. Teknik tersebut adalah teknik EOQ, LFL, dan
PPB.
55
Contoh tabel Lotting untuk menentukan jumlah pemesanan
Periode12345678 Jumlah
Kebutuhan Bersih Ukuran Lot
3. Offsetting, yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat
melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih.
Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara
mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu
ancang-ancang (lead time). Offsetting merupakan langkah terakhir
penerapan system MRP pada suatu item.
Contoh tabel offsetting
Periode12345678 Jumlah
Ukuran Lot
Rencana Pemesanan
4. Exploding, merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah
sebelumnya yaitu netting, lotting, dan offsetting yang dilakukan untuk
komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan atas
rencana pemesanan.
4.5.3 OUTPUT
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu:
1. Memberikan catatan tentang pesanan yang harus dilakukan/direncanakan,
baik dari pabrik maupun dari supplier.
2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang
3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan
56
4. Memberikan informasi tentang keadan persediaan.
Gambar. Siklus MRP
4.6 Teknik Penentuan Ukuran Lot
Menurut Heizer dan Render (2005), sebuah sistem MRP adalah cara yang sangat baik untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Bagaimana pun, ketika terdapat kebutuhan bersih, maka keputusan berapa banyak yang perlu dipesan harus dibuat. Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot (lot-sizing decision). Ada beberapa jalan untuk menentukan ukuran lot dalam sebuah sistem MRP, yaitu :
1. EOQ
Penetapan ukuran lot dengan teknik ini sangat popular sekali dalam system persediaan tradisional. Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula berikut :
Dimana :
D = Pengguna atau permintaan yang diperkirakan per periode S = Biaya pemesanan per pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
57
Metode ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama 1 tahun (12 bulan). Metode ini baik digunakan bila semua data konstan dan perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar.
2. Lot for Lot
Menurut Purwati (2008), metode lot for lot (LFL), atau juga dikenal
sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah sesungguhnya yang diperlukan (lot for lot ) ini
menghasilkan tidak adanya persediaan yang disimpan. Sehingga, biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja. Asumsi yang ada di balik metode ini adalah bahwa pemasok (dari luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu, artinya berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi. Metode ini mengandung risiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang. Jika persediaan itu berupa bahan baku, mengakibatkan terhentinya produksi. Jika persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pelanggan. Dengan rumus :
(LFL) = [Kebutuhan total per periode t] - [Taksiran sediaan pada akhir
periode t-1]
3. Part Period Balancing (PPB)
Menurut Purwati (2008), metode Penyeimbang Sebagian Periode (PPB) merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan untuk memperkecil biaya total persediaan. Meskipun tidak menjamin diperolehnya biaya total yang minimum, metode ini memberikan
58
pemecahan yang cukup baik. Metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (economic part
period, EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode.
EPP
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpana n perunit / periode
Metode lot sizing ini mengkombinasikan periode-periode kebutuhan sehingga jumlah Part Period mendekati EPP.
Model Lot Sizing dibagi dalam 2 bagian:
1. Lot sizing statis
Model ini digunakan untuk permintaan yang bersifat tetap/konstan selama waktu perencanaan.
2. Lot sizing dinamis
Model ini digunakan untuk permintaan yang selalu berubah-ubah selama waktu perencanaan.
4.7 Format MRP
Menurut Hartini (2006), format MRP yaitu:
Tabel format MRP
59
Keterangan:
GR:Gross Requirement (kebutuhan kotor).
Adalah keseluruhan jumlah item(komponen) yang
diperlukan padasuatu periode.
OH:On Hand (persediaan di tangan).
Adalah jumlah persediaan akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima.
NR:Net Requirement (kebutuhan bersih).
Adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan datang.
PORec:Planned Order Receipts (rencana penerimaan pemesanan).
Adalah jumlah item yang akan masuk sesuai dengan pemesanan.
PORel:Planned Order Release (rencana pemesanan).
Adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan masa datang.
4.8 Aplikasi MRP
Langkah dalam penggunaan MRP sesuai dengan siklus, yaitu input - proses -output, sebagai berikut:
1. INPUT
A. Membuat tabel input (MPS)
60
B. Mengisi tabel dengan data pada inventory awal, perkiraan peramalan,
penggunaan pasti, dan master schedule yang telah ditentukan.
C. Menghitung project on-hand inventory pada Januari minggu pertama
dengan rumus: =inventory awal+master schedule-MAX(perkiraan
peramalan dan penggunaan pasti)
Lalu tekan enter, maka akan muncul
D. Kemudian, untuk project on-hand inventory pada bulan selanjutnya
menggunakanrumus:=projecton-handinventorybulan
sebelumnya+master schedule-MAX(perkiraan peramalan dan penggunaan pasti)
61
Lalu tekan enter
E. Setelah semua kolom project on-hand inventory terisi, lalu menghitung
sisa pada Januari awal dengan rumus: =(inventory awal+master schedule
periode 1)-(penggunaan pasti periode 1+penggunaan pasti periode 2)
Lalu tekan enter
F. Untuk sisa periode selanjutnya menggunakan rumus:=IF(master
schedule>0,(master schedule-penggunaan pasti periode3+penggunaan
pasti periode 4)),(0))
Lalu tekan enter
62
2. PROSES
A. Dengan data MPS yang telah kita dapat mka kita dapat menentukan
kebutuhan kotor kita untuk bahan awal perhitungan MRP. Membuat tabel perhitungan MRP
B. Lalu mengisi tabel GR atau Gross Reqs mulai tabel minggu 1 dengan
rumus perkiraan peramalan+penggunaan pasti - sisa seperti pada gambar:
Tekan enter maka akan muncul
63
Lalu untuk tabel selanjutnya maka kita drag sel week 1 ke kanan maka akan muncul
C. Menghitungan Schedule receipts dengan 500 adalah angka yang kita
tentukan di awal
D. Menghitung project Ending Inventory dengan menuliskan inventory awal
100 di kolom week 0 sebagai patokan awal
Lalu menghitung di kolom week 1 dengan rumus inventory awal + schedule receipts - gross reqs seperti ini:
Lalu tekan enter maka akan muncul:
Lalu untuk kolom week 2 dan seterusnya kita tinggal mendrag dari kolom perhitungan sebelumnya ke kanan seperti
64
E. Menghitung Net Reqs atau kebutuhan bersih dengan rumus IF (projected
Ending Inventory>0; (0); gross reqs - inventory awal seperti
Lalu tekan enter
Untuk kolom selanjutnya maka mendrag dari hasil di kolom week 1 ke kanan
F. Planned Receipts adalah proyeksi dari net Reqs dengan rumus =net reqs
seperti:
Tekan enter
Lalu untuk kolom selanjutnya maka mendrag kolom hasil perhitungan ke kanan maka akan muncul
65
G. Menghitung Planned Order Releases dengan rumus INDEX(planned
Receipts kolom week 1 sampai 6; 1; (leadtime F4+ 1) seperti:
Lalu tekan enter
Lalu drag hasil perhitungan di week 1 ke kanan seperti
3. OUTPUT
A. Buat tabel MRP
B. Mengisi tabel lot size, safety stock, lead time, on hand, gross requirement,
schedule receipt, planned order receipt, dan planned order release.
66
C. Mengisi project on-hand pada minggu1 dengan rumus:=(on
hand+schedule receipt minggu 1)+GR minggu 1
Lalu tekan enter
D. Kemudian untuk mengisi project on-hand minggu selanjutnya
menggunakan rumus: =(project on-hand minggu sebelum+schedule receipt
minggu 2)-GR minggu 2
Lalu tekan enter
67
E. Mencari project available minggu 1 dengan rumus: =(on hand+schedule
receipt+planned order receipt-GR)
F. Kemudian menghitung project available minggu selanjutnya dengan
rumus: =(project available minggu 1+SR minggu 2+PoRec minggu 2-GR
minggu 2)
Lalu tekan enter
G. Menghitung NR dengan rumus: =IF(GR+Safety stock-SR-project
available
top related