makalah mpl
Post on 26-Feb-2018
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Makalah Mpl
1/29
LAPORAN
PRAKTEK LAPANGAN MANAJEMEN PESISIR DAN LAUT
DESA RUTONG
Disusun oleh :
Suhi La Kudaa 2012-63-060
Nuzul Fachrudin 2012-63-006
Irma Satriani 2012-63-018
Ratih Tianotak 2012-63-058
Hidayat Orun 2012-63-040
Kurniawati Payapo 2012-63-035
Ona La Nabo 2012-63-034
Diana Wali 2012-63-074
Luthfi Fauzan A 2013-64-080
Yudil Kamarudin 2012-63-011
Ade Rendy R 2011-63-005
Kelompok 3
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PESISIR DAN LAUT
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
-
7/25/2019 Makalah Mpl
2/29
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
lapangan mata kuliah Manajemen Pesisir dan Laut ini dalam bentuk maupun
isinya. Semoga laporan praktikum lapangan ini dapat digunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan belajar
mengajar.
Adapun pengamatan atau pengambilan data pada praktikum lapangan ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dilakukan dengan bantuan
oleh beberapa kelompok serta dibimbing oleh beberapa dosen. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan laporan praktikum lapangan ini.
Kami selaku penulis menyadari pada pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan berikutnya.
Ambon, 21 Desember 2015
Penyusun
-
7/25/2019 Makalah Mpl
3/29
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
Daftar Tabel ...................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................. v
Daftar Lampiran .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wilayah Pesisir dan Laut ......................................................................... 3
2.1.1 Wilayah Pesisir Desa Rutong .......................................................... 3
2.2 Sumberdaya Pesisir dan Laut ................................................................... 4
2.2.1 Perikanan ........................................................................................ 4
2.2.2 Lamun ............................................................................................ 4
2.2.3 Mangrove ....................................................................................... 5
2.2.4 Terumbu Karang ............................................................................ 6
2.2.5 Sagu ................................................................................................ 8
2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Laut ............................................. 8
2.4 Permasalahan Sumberdaya Pesisir dan Laut ............................................ 9
BAB III METODE
3.1 Lokasi Praktikum ..................................................................................... 11
3.2 Metode Pengamatan ................................................................................. 11
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................................... 11
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Peta Sumberdaya Pesisir dan Laut Desa Rutong ..................................... 12
4.2 Pemanfaatan dan Permasalahan Sumberdaya Pesisir dan Laut ............... 12
-
7/25/2019 Makalah Mpl
4/29
iii
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Komponen Wilayah Pesisir dan Laut ....................................................... 14
5.2 Identifikasi Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Pesisir dan Laut ...................... 15
5.3 Isu Manajemen Pesisir dan Laut .............................................................. 16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19
6.2 Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20
LAMPIRAN ...................................................................................................... 21
-
7/25/2019 Makalah Mpl
5/29
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas daerah lamun pada provinsi maluku ........................................... 5
Tabel 2 Luas daerah Terumbu Karang pada provinsi maluku. .......................... 7
Tabel 3. Pemanfaatan dan Permasalahan Suberdaya Pesisir dan Laut .............. 12
-
7/25/2019 Makalah Mpl
6/29
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Produksi Perikanan Tangkap .................................................... 4
Gambar 2. Informasi Spasial Mangrove di Provinsi Maluku ............................ 6
Gambar 3. Informasi Spasial Lamun, Terumbu karang dan pasir ..................... 7
Gambar 4. Desa Rutong ..................................................................................... 11
Gambar 5. Peta Sumberdaya Desa Rutong ........................................................ 12
-
7/25/2019 Makalah Mpl
7/29
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. ......................................................................................................... 21
Lampiran II......................................................................................................... 21
Lampiran III. ...................................................................................................... 21
Lampiran IV. ...................................................................................................... 22
Lampiran V. ....................................................................................................... 22
-
7/25/2019 Makalah Mpl
8/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir terjadi karena mekanisme yang bekerja dalam batas
bentang alam tertentu, yaitu: proses geomorfologis yang terjadi dalam rentang
waktu yang sangat lama, pola kolonisasi organisme, serta perubahan yang sifatnya
lokal Wilayah pesisir adalah suatu bentang alam yang ditentukan oleh kelompok
ekosistem yang saling berinteraksi dalam ruang maupun dalam skala temporal.
Ekosistem pesisir merupakan suatu himpunan integral dari variable-
variabel abiotik (fisik-kimia) dan biotik (organisme hidup yang berhubungan satu
sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur fungsional. Perubahan
variable akan mempengaruhi keseluruhan system yang ada dalam kesatuan
fungsional maupun dalam keseimbangan. Variabel penting yang dianalisis pada
ekosistem pesisir meliputi mangrove, padang lamun, rumput laut, terumbu karang,
plankton, bentos dan nekton.
Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi
dan sifatnya. Pada umumnya ekosistem kompleks terhadap gangguan akibat
pemanfaatan ataupun pengembangan sumberdaya wilayah pesisir dan laut. Oleh
karena itu langkah untuk mengatur kelestarian struktur fungsional dan
keseimbangan ekosistem perlu dilakukan dengan mengidentifikasi komponen,
bentuk pemanfaatan maupun isu dan permasalahan yang ada pada wilayah pesisir
dan laut desa Rutong.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum manajemen pesisir dan laut ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi komponen-komponen wilayah pesisir dan laut
2.
Mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan pesisir dan laut
3. Merumuskan isu manajemen pesisir dan laut berdasarkan komponen
dan pemanfaatan yang terlihat
4.
Membuat peta sumberdaya, pemanfaatan, dan permasalahan yang ada
-
7/25/2019 Makalah Mpl
9/29
2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan setelah praktikum lapangan manajemen
pesisir dan laut diantaranya adalah mahasiswa dapat menganalisis isu dan
permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir dan laut desa rutong dengan melihat
komponen sumberdaya yang ada serta bentuk pemanfaatannya.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
10/29
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wilayah Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai.
Wilayahnya mencakup wilayah daratan yang masih mendapat pengaruh dari laut
seperti pasang surut, suara deburan ombak, dan rembesan air laut dari daraan. Dan
wilayah laut sejauh yang masih mendapat pengaruh dari daratan seperti aliran
sungai dan sedimentasi. Batas wilayah pesisir ialah daerah yang masih ada
pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi pemukiman nelayan.
Wilayah laut adalah sekumpulan air yang sangat luas dipermukaan bumi
yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau dengan benua
atau pulau lainnya. Umumnya perairan laut merupakan massa air asin dengan
kadar garam yang cukup tinggi. Laut merupakan bagian dari samudera.
Wilayah pesisir dan laut banyak memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia diantaranya sebagai sumber bahan makanan dan mineral. Terdapat
ekosistem pesisir yang merupakan sebuah kesatuan lingkungan yang sangan
penting sebagai tempat hidup biota laut, mangrove, lamun, terumbu karang dan
juga sebagai saranan pelestarian pantai dan ancaman abrasi air laut.
2.1.1 Wilayah Pesisir Desa Rutong
Secara geografis negeri Rutong berbatasan sebelah utara dengan desa
Halong, sebelah selatan laut banda, sebelah timur desa Hutumuri dan sebelah
barat desa Soya. Letak desa ini berada di wilayah pesisir. Desa Rustong adalah
salah satu desa di Kawasan Pantai Selatan Kota Ambon (ada dalam Wilayah
Kecamatan Leitimur Selatan) dengan luasan sekitar 5.00 Km2. Rutong memiliki
keunikan tersendiri diantara sejumlah desa pesisir di kawasan ini, karena memiliki
ekosistem pesisir yang cukup lengkap, Sagu, Mangrove, Lamun dan Terumbu
Karang. Komponen sumberdaya pesisir dan laut di desa Rutong merupakan
potensi tersendiri yang dapat dikelola oleh masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidup maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
11/29
4
2.2 Sumberdaya Pesisir dan Laut
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna
strategis bagi pengembangan ekonomi, karena dapat diandalkan sebagai salah satu
pilar ekonomi nasional. Pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya
masa depan (future resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang
pada saat ini belum dikembangkan secara optimal.
2.2.1 Perikanan
Sumber daya perikanan laut adalah salah satu potensi sumber daya laut di
indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan penduduk. Potensi sumber daya
perikanan menjanjikan besar baik dari segi kuantitas maupun
keanekaragamannya. Potensi lestari (maximum sustainable yield/MSY) sumber
daya perikanan tangkap diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Sedangkan
potensi yang dapat dimanfaatkan (allowable catch) sebesar 80% dari MSY yaitu
5,12 juta ton per tahun.
Gambar 1. Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2010
(Sumber: Pusat data statistik dan informasi KKP)
2.2.2 Lamun
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar
matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal.
Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 3.000 gr berat kering/m2/th. Padang
lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropics.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
12/29
5
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang masih berkerabat dengan
rumput. Lamun memiliki adaptasi untuk lingkungan laut yang memiliki kadar
garam cukup tinggi. Seperti halnya rumput di darat, lamun juga dapat melakukan
fotosintesis dan menjadi produsen. Kumpulan dari tumbuhan lamun, akan
membentuk suatu ekosistem padang lamun yang didalamnya hidup berbagai
macam komunitas dari berbagai biota laut. Pada ekosistem padang lamun, lamun
menjadi prousen primer. Lamun juga menjadi tempat menempelnya larva ikan,
kepiting, udang, dan mikroalga lain.
Tabel 1. Luas daerah lamun pada provinsi maluku
Kabupaten/Kota
Luasan (Km2)
Lamun
Ambon 1,14
Buru 7,57
Kepulauan Aru 83,94
Maluku Tengah 21,99
Maluku Tenggara 140,43
Maluku Tenggara Barat 104,18
Seram Bagian Barat 11,45
Seram Bagian Timur 22,38
Jumlah 393,07
(Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku)
2.2.3 Mangrove
Mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur seperti pada
rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada mintakat litoral. terutama di daerah
tropis dan subtropis, hutan mangrove kaya tumbuhan yang hidup bermacam-
macam, terdiri dari pohon dan semak yang dapat mencapai ketinggian 30 m.
Species mangrove cukup banyak 20 40 pada suatu area dan pada umumnya
dapat tumbuh pada air payau dan air tawar.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
13/29
6
Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di
indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove
adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari
makan, dan berkembang biak. Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove
adalah untuk melindungi pantai dari abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan
mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang
ada di dalamnya. Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu
bakar atau bahan pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan pembuat
kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang
bernilai ekonomis.
Gambar 2. Informasi Spasial Mangrove di Provinsi Maluku
(Sumber: Pusat data statistik dan informasi KKP)
2.2.4 Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat
keanekaragaman tinggi dimana di Wilayah Indonesia yang mempunyai sekitar
18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia
(lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis
karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan) merupakan
ekosistem yang sangat kompleks.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
14/29
7
Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas
cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-35ppt
merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu perairan.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya yang berada
diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami.
Tabel 2. Luas daerah Terumbu Karang pada provinsi maluku
Kabupaten/Kota
Luasan (Km2)
Terumbu Karang
Ambon 0,64
Buru 16,23
Kepulauan Aru 455,87
Maluku Tengah 51,66
Maluku Tenggara 144,13
Maluku Tenggara Barat 518,20
Seram Bagian Barat 19,23
Seram Bagian Timur 117,37
Jumlah 1.323,34
(Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku)
Gambar 3. Informasi Spasial Lamun, Terumbu karang dan pasir di Provinsi
Maluku
(Sumber: Pusat data statistik dan informasi KKP)
-
7/25/2019 Makalah Mpl
15/29
8
2.2.5 Sagu
Sagu adalah jenis tumbuhan palma penghasil bahan pangan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk di beberapa daerah penghasil sagu,
khususnya kepulauan Maluku dan Papua. Sejak jaman leluhur penduduk di daerah
ini telah memanfaatkan tepung sagu sebagai bahan pokok bahkan hampir semua
bagian tumbuhan sagu dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan dan non-pangan
seperti bahan baku bangunan, bahan baku industri, perabot rumah tangga, bahan
bakar dan sebagainya. Selain sebagai bahan multiguna potensi tumbuhan sagu
yang tersebar luas secara alami di banyak kepulauan Maluku, Papua, Sulawesi,
Riau dan lain-lain di wilayah Indonesia..
Hutan sagu adalah hutan yang didominasi oleh tumbuhan sagu. Selain
tumbuhan sagu masih ada tumbuhan lain baik dalam bentuk pohon, herbal
maupun rumput-rumputan yang menjadi satu kesatuan ekosistem dalam areal
tersebut. Selain itu dalam satu hamparan hutan sagu tumbuh berbagai jenis sagu
dengan berbagai fase pertumbuhan.
2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan
secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan
secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat
membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance),
dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara
ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan
konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),
sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara
itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan
pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan,
mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat
(dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004).
-
7/25/2019 Makalah Mpl
16/29
9
Darah pesisir di Indonesia sebenarnya telah mendapat persetujuan dalam
mengatur, mengelola, atau memberdayakan daerahnya masing masing, seperti
dibahas pada Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
memberikan kewenangan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan kewenangan daerah di
wilayah laut adalah :
Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas
wilayah laut tersebut
Pengaturan kepentingan administratif
Pengaturan ruang
Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah
Bantuan penegakan keamanandan kedaulatan Negara.
2.4 Permasalahan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut,
khususnya di Indonesia yaitu pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang,
pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
1. Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan
keserasian berbagai macam kegiatan. Contoh penggunaan wilayah
perikanan, alur pelayaran, rekreasi, pemukiman, lokasi industry dan juga
sebagai tempat pembuangan sampah.
2. Pemanfaatan tak seimbang
Ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya tersebut, ditinjau dari sudut
penyebarannya dalam tata ruang nasional. Hal ini disebabkan oleh pola
penyebaran penduduk tanpa mempertimbangkan kondisi ekologis dan
factor-faktor pembatas.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
17/29
10
3. Pengaruh Kegiatan Manusia
Pemukiman disekitar pesisir menghasilkan pola-pola penggunaan lahan
air. Usaha budidaya ikan, penangkapan ikan, pembuatan garam,
eksploitasi hutan rawam pembuatan perahu, perdagangan industry
merupakan dasar bagi tata ekonomi masyarakat pedesaan wilayah pesisir.
Selain beberapa hal tersebut yang dapat memicu terjadinya kerusakan
lingkungan pesisir dan laut, juga terdapat factor lain. Kegagalan pengelolaan SDA
dan lingkungan dapat dipengaruhi akibat kegagalan kebijakan, kegagalan
masyarakat, dan kurangnya penanggulangan permasalahan lingkungan
-
7/25/2019 Makalah Mpl
18/29
11
BAB III
METODE
3.1 Lokasi Praktikum
Praktikum terpadu dilaksanakan di desa Rutong berbatasan sebelah utara
dengan desa Halong, sebelah selatan laut banda, sebelah timur desa Hutumuri dan
sebelah barat desa Soya.
Gambar 4. Desa Rutong
(sumber: Google Earth)
3.2 Metode Pengamatan
Metode yang digunakan adalah observasi langsung dilapangan, dimana
mahasiswa melakukan pencatatan, kondisi abiotic, komponen biologi yang
ditemukan, dan kondisi eksisting lain yang terlihat sehubungan dengan aktivitas
bentuk-bentuk pemanfaatan. Pendekatan atau metode wawancara juga digunakan
dalam rangka mengembangkan informasi seputar bentuk pemanfaatan atau
kebijakan yang berlaku di desa Rutong
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini adalah alat tulis menulis
(pencil biasa dan pencil warna, penghapus, runcing, penggaris), buku gambar,
data dan informasi, dan kamera.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
19/29
12
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Peta Sumberdaya Pesisir dan Laut Desa Rutong
Gambar 5. Peta Sumberdaya Desa Rutong
(Sumber: Google Earth dan Observasi Lapangan)
4.2 Pemanfaatan dan Permasalahan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Tabel 3. Pemanfaatan dan Permasalahan Suberdaya Pesisir dan Laut
No Jensi Sumberdaya Bentuk Pemanfaatan Isu dan Permasalahan
1. Sumberdaya Ikan Pemanfaatan untuk
kebutuhan konsumsi dan
ekonomi
Pengambilan ikan
banyak dilakukan oleh
masyarakat daerah lain
tanpa izin masyarakat
setempat
2. Lamun dan buah
lalamun
Pemanfaatan tidak
langsung sebagai tempat
hidup biota laut dan buah
lalamun sebagai kebutuhan
konsumsi
Daerah lamun sebagai
tempat potensial
penangkapan ikan, bia,
lola, dan teripang
3. Mange-mange Pemanfaatan tidak Tidak diperbolehkan
-
7/25/2019 Makalah Mpl
20/29
13
atau mangrove langsung sebagai pemecah
ombak, penghalau abrasi
dan tempat hidup biota
laut. Akar rhizopora dapat
digunakan sebagai obat.
dan diberlakukan
sanksi apabila
dimanfaatkan oleh
masyarakat kecuali
dalam keadaan tertentu,
4. Echinodermata
jenis bulu babi
dan teripang
Pemanfaatan bulu babi atau
buah belangan (dalam
bahasa lokal) sebagai
kebutuhan konsumsi
Teripang pada desa
Rutong dilakukan sasi
setiap tahun untuk
kebutuhan konservasi
dan kepentingan acara
adat.
5. Bivalvia dan Lola Pemanfaatan bia dan lola
sebagi kebutuhn konsumsi
Bia pada desa Rutong
dilakukan sasi setiap 6
bulan sekali untuk
kepentingan konservasi
dan kepentingan acara
adat
6. Perkebunan Sagu Pemanfaatan sagu untuk
kebutuhan pangan utama
masyarakat
Potensi usaha sagu
masih belum terlalu
diperhatikan
pemerintah daerah
7 Batu Pemanfaatan batu sebagai
kebutuhan sandang
masyarakat
Desa rutong mempunya
substrat dominan
berbatu
-
7/25/2019 Makalah Mpl
21/29
14
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Komponen Wilayah Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir desa Rutong mempunyai struktur ekosistem yang lengkap
mulai dari unsur abiotic dan unsur biotik. Lamun tersebar hampir di seluruh
daerah pasang surut atau pada zona intertidal. Ekodsistem lamun di dominansi
oleh species Thalassia Hemprichidengan distribusi sebaran secara berkelompok.
Pada ekosistem lamun terdapat berbagai jenis asosiasi seperti alga, makrobentos
seperti teripang, bulu babi, bia, lola, ikan dan berbagai jenis biota lainnya.
Mangrove tersebar dibeberapa titik pengamatan. Kawasan ekosistem
mangrove mempunyai beberapa jenis mangrove seperti soneratia alba, avicenia
alba dan Rhizopora. Pada lokasi pengamatan terlihat beberapa ekosistem
mangrove yang mengalami kerusakan akibat abrasi maupun pemanfaatan oleh
manusia, dibuktikan dengan adanya jejak berupa sejumlah bekas pohon mangrove
di sekitar lokasi. Ekosistem mangrove juga berasosiasi dengan biota laut terutama
ikan.
Terumbu karang pada daerah lokasi pengamatan hanya ditemukan dengan
luasan yang sempit karena keterbatasan area pengamatan maupun struktur pantai
di daerah desa Rutong. Terumbu karang berada pada lokasi setelah ekosistem
lamun dengan jenis hard coral dan soft coral. Terumbu karang juga berasosiasi
dengan biota laut seperti ikan-ikan karang.
Komponen biotik seperti bulu babi, teripang, bia, lola dan ikan banyak
ditemukan di lokasi pengamatan. Tersebar luas dari area mulai dekat pantai
dengan area pasang surut dan berasosiasi juga dengan lamun. Begitu juga dengan
komponen abiotic lainnya seperti substrat yang di temukan di lokasi pengamatan.
Substrat pada luasan batas pantai di dominansi oleh pasir, pada area pasang surut
yang ditumbuhu mangrove dengan luasan yang lebih luas di dominansi oleh
substrat berbatu. Sedangkan substrat pada ekosistem lamun memiliki substrat
berpasir. Keberadaan substrat dan perbedaan substrat tersebut sangat penting
sebagai habitat ekosistem perairan yang ada yang akan berhubungan antara unsur
biotik dan unsur abiotik
-
7/25/2019 Makalah Mpl
22/29
15
Pada daerah pesisir dan sekitar rumah warga ditemukan juga pohon sagu
dan pohon kelapa yang cukup luas. Pohon sagu tersebar lebih banyak daripada
pohon kelapa dan terdapat pula unsur vegetasi yang lain selain pohon sagu dan
kelapa kearah daratan atau bukit.
5.2 Identifikasi Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Pesisir dan Laut
Komponen-komponen yang terdapat pada lokasi pengamatan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sesuai dengan kebutuhan dan
penggunaannya. Bentuk pemanfaatan oleh masyarakat dapat dirasakan secara
tidak langsung maupun secara langsung. Dapat pula dilakukan pengolahan yang
sesuai pada sumberdaya yang ada di pesisir dan laut.
Sumberdaya yang melimpah yang terdapat pada desa Rutong yaitu ikan.
Ikan dengan jenis ikan sekuda, gala, belanak sering ditemui dan dimanfaatkan
oleh masyarakat pada daerah lamun. Penangkapan yang dilakukan masyarakat
dapat menggunakan jaring, anisar (semacam bubu panjang), sera, dan dengan
peralatan seadanya seperti alat parang atau besi. Pada musim timur yaitu musim
ombak pada sekitar bulan mei sampai September ikan akan naik ke daerah pasang
surut yang akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Hasil tangkapan ini
digunakan masyarakat sebagai kebutuhan konsumsi maupun ekonomi.
Berdasarkan keterangan responden ikan yang didapat dapat dijual di pasar rutong
atau pasar passo, dengan rata-rata kisaran harga Rp.25.000,00 Rp. 50.000,00
tergantung dengan jenis dan ukuran ikan.
Sumberdaya biotik lainnya seperti bia, lola, buah belangan (bulu babi),
teripang, gurita, sotong dan lainnya terdapat dengan melimpah pada desa Rutong.
Alat yang digunakan untuk penangkapan sama dengan yang telah dijelaskan pada
penangkapan ikan. Sumberdaya tersebut banyak ditemukan pada daerah lamun
pada saat air sedang surutt dan pada saat musim ombak tenang. Berdasarkan
keterangan responden, pada saat musim ombak sumberdaya tersebut jarang
ditemukan dan nelayan jarang melakukan penangkapan. Sumberdaya tersebut
-
7/25/2019 Makalah Mpl
23/29
16
dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, namun ada juga
masyarakat yang menjual hasil tangkapannya.
Ekosistem mangrove dan lamun juga mempunyai bentuk pemanfaatan
tersendiri dengan skala pemanfaatan yang lebih kecil. Secara tidak langsung,
mangrove dan lamun merupakan tempat spawning ground, feeding ground
maupun habitat dari berbagai biota yang ada. Mangrove juga dimanfaatkan secara
tidak langsung untuk menahan abrasi. Berdasarkan keterangan responden pada
ekosistem lamun masyarakat sering memanfaatkan buah lalamun untuk di
konsumsi. Ekosistem mangrove atau dengan bahasa local mange-mange hanya
dimanfaatkan untuk keadaan tertentu contoh penggunaan akarRhizopora sebagai
obat. Pemanfaatan mangrove yang lebih luas contohnya penebangan kayu untuk
bangunan tidak dilakukan karena mangrove merupakan daerah konservasi pada
area desa Rutong. Unruk ekosistem terumbu karang masyarakat tidak
memanfaatkannya secara langsung karena merupakan area konservasi juga, tetapi
secara tidak langsung terumbu karang dimanfaatkan untuk habitat ikan-ikan
karang.
Sumberdaya abiotic lainnya seperti pasir dan batu mempunyai bentuk
pemanfaatan tersendiri. Pemanfaatan pasir dan batu digunakan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sandang yaitu sebagai bahan bangunan pembuatan rumah
maupun pembuatan bangunan lain seperti jembatan.
Sumberdaya lain seperti sagu dan pohon kelapa pada daerah pesisir dan
sekitar pemukiman juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan pangan.
Sagu yang juga tersebar luas di desa Rutong merupakan potensi pemanfaatan
yang baik untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.
5.3 Isu Manajemen Pesisir dan Laut
Sumberdaya yang melimpah, pemanfaatan dan kebijakan yang tidak
sesuai, dan penanggulan yang kurang baik menyebabkan munculnya isu-isu dan
permasalahan yang ada pada desa Rutong. Tetapi dengan potensi sumberdaya
yang ada banyak juga isu positif yang terdapat pada desa Rutong.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
24/29
17
Terdapat beberapa isu berdasarkan sumberdaya yang ada dan juga
informasi yang di dapat dari responden. Desa Rutong mempunyai kearifan local
berupa sasi yaitu pelarangan penangkapan atau pemanfaatan sumberdaya yang
ada dalam rentang waktu tertentu. Sasi ini dilakukan untuk kepentingan
konservasi maupun kepentingan masyarakat dalam menyelenggarakan acara adat.
Sasi biasa dilakukan di desa Rutong pada sumberdaya bia dan teripang dimana
sumberdaya tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
kebutuhan konsumsi dan ekonomi. Agar keberadaannya tidak hilang maka
diberlakukan lah sanksi sesuai dengan rentang waktu yang di tentukan. Kearifan
local lain yang terdapat di desa Rutong seperti acara ada penyambutan yang
dikenal dengan Panas Gandong.
Isu tentang penangkapan sumberdaya yang dilakukan oleh pihak asing
atau orang diluar desa tanpa izin juga dikatakan oleh beberapa responden.
Mengingat Rutong mempunyai kelimpahan sumberdaya ikan dan sumberdaya
biota laut lainnya seperti teripang, bia sotong, dan lola sehingga banyak orang
yang secara illegal ikut memanfaatkan sumberdaya yang ada pada desa Rutong
untuk kepentingan penelitian maupun kepentingan penangkapan.
Isu tentang sumberdaya lainnya yaitu konservasi mangrove. Mangrove
pada desa Rutong dijadikan area konservasi sehingga tidak dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar. Mangrove digunakan sebagai penahan abrasi di daerah
pantai. Keberlangsungan ekosistem maupun biota laut yang ada didalamnya
ditentukan oleh mangrove sehingga ekosistem mangrove dijadikan area
konservasi dan dilakukan rhabilitasi atau penanaman mangrove yang pernah
diselenggarakan UNPATTI di desa Rutong.
Terdapat juga beberapa isu dalam social-ekonomi masyarakat. Terdapat
perbedaan pernyataan pada ketua RT setempat dengan beberapa warga. Isu
tentang tidak meratanya bantuan pemerintah dalam hal pemberian perahu dan juga
alat tangkap. Menurut keterangan desa atau RT setempat hampir semua
masyarakat di desa Rutong diberikan bantuan tersebut, tetapi pernyataan warga
setempat, bantuan tersebut tidak merata, banyak warga yang tidak menerimanya
dan juga banyak warga yang menerima bantuan tersebut tetapi tidak tepat pada
-
7/25/2019 Makalah Mpl
25/29
18
sasaran dengan artian, bantuan tersebut lebih banyak diberikan kepada warga
tertentu dan kebanyakan berprofesi sebagai petani, tetapi warga yang berprofesi
sebagai nelayan banyak yang tidak menerima bantuan, sehingga bantuan tersebut
tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berkembangnya tiga komunitas
nelayan juga menjadi isu tang berkembang dalam masyarakat. Banyak warga
yang tidak masuk dalam komunitas tersebut bahkan tidak tau sama sekali tentang
adanya tiga komunitas nelayan. Sesuai dengan pertanyataan ketua RT setempat
bahwa di desa Rutong terdapat tiga komunitas nelayan, tetapi tidak dijelaskan
lebih lanjut karena informasi yang akurat berada pada raja setempat.
Isu sosial tentang lingkunngan yaitu ketiadaan atau minimnya air bersih,
tidak adanya tempat pembuangan sampah dan babi yang berkeliaran menjadi isu
negative yang terus berkembang selama ini di desa Rutong. Minimnya air bersih
dikeluhkan hampir dari semua responden, pasokan air bersih yang ada pada
wilayah Rutong tidak memadai untuk digunakan dalam aktivitas warga. Faktor
ketidakberadaan tempat pembungan sampah juga dapat menjadi akibat tidak
adanya air bersih. Selain itu, pembuangan sampah ke laut tanpa pengolahan lebih
lanjut terutama sampah plastic dapat memncemari perairan. Babi yang berkeliaran
juga menjadi isu yang terus berkembang dalam masyarakat. Banyak masyarakat
yang mengeluh dengan adanya babi yang berkeliaran karena kotoran babi dapat
menyebabkan penyakit apabila tidak ditangani lebih lanjut.
Sistem pemerintahan desa pada daerah rutong juga dapat dijadikan isu.
Pergantian pemerintahan atau raja setempat dilakukan berdasarkan keturunan
dengan masa menjabat 5 tahun dalam satu periode. Pergantian raja tidak sesuai
dengan keturunan dapat dilakukan apabila terdapat perintah langsung dari Mata
Rumah Perintah. Kepala sua di negri rutong terdapat beberapa seperti Maspatela,
Makapita, Kelapari, Talahatu dan lainnya.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
26/29
19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Wilayah pesisir desa Rutong mempunyai ekosistem yang baik dengan
keberadaan ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan ekosistem terumbu karang
serta sagu yang terdapat pada sekitar wilayah pesisir dan pemukiman.
Berdasarkan ekosistem yang ada Rutong mempunyai sumberdaya yang melimpah
pada wilayah pesisir dan laut. Komponen tersebut dimanfaatkan berdasarkan
bentuk-bentuk pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sumberdaya yang potensial tanpa pemanfaatan dan kebijakan yang sesuai
dapat menimbulkan isu dan permasalahan pada desa Rutong. Isu dan
permasalahan yang dapat timbul didasari dari potensi sumberdaya dan
pemanfaatannya, social-ekonomi yang berkembang dalam masyarakat dan
kebijakan pemerintah desa dalam menanggulangi isu dan permasalahan tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan manajemen yang baik dalam hal sumberdaya pesisir
dan laut.
6.2 Saran
Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam secara ilmiah untuk
mengidentifikasi potensi yang ada dan perlu dilakukan metode obeservasi
langsung secara menyeluruh dalam waktu tertentu untuk mengembangkan isu
yang ada.
-
7/25/2019 Makalah Mpl
27/29
20
DAFTAR PUSTAKA
Gainaugasiray D.S, Girsang W, Siwalette J.D.2014. Faktor-Faktor Penyebab
Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya (Studi Kasus Desa Rutong
Kecamatan Leitimuri Selatan Kota Ambon .Vol.2 No.1.
Harahap R,H. 2015. Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Yang
Berkelanjutan. Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Noegroho dkk. 2013. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Untuk
Mendukung Industrialisasi KP. Pusat Data, Statistik dan informasi. KKP.
Jakarta.
Picaulima S.M, Huliselan N.V, Sahetapy D, Abrahamsz J. 2010. Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Berbasis Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Di Negeri
Rutong, Kota Ambon. Dalam Ichtyhos Vol. 10 No.1 49-56
Rudyanto A. 2004. Kerangka Kerjasama Dalam Pengelolaan Pesisir dan Laut.
Bappenas.
Siregar Y.I. 2015. Menggali Potensi Sumberdaya Laut Indonesia. Workshop
Universitas Sumatera Utara. Medan
-
7/25/2019 Makalah Mpl
28/29
21
LAMPIRAN
Nomor Dokumentasi Kegiatan Keterangan
Lampiran I Peta denah
negri Rutong di
balai desa
Lampiran II Wawancara
dengan ketua
RT 03
-
7/25/2019 Makalah Mpl
29/29
Lampiran III Wawancara
dengan wargasetempat
Lampiran IV Mangrove yang
terdapat pada
wilayah pesisir
desa Rutong
Lampiran V Kandang babi
di dekat
pemukiman
warga
top related