makalah geografi klompok 3 x.3 - copy - copy
Post on 13-Jul-2016
83 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PEMBAHASAN
PENGERTIAN GERAK TEKTONIK, EPIROGENETIK, OROGENETIK
Tektonisme atau tenaga tektonik adalah tenaga geologi yang berasal dari dalam bumi
dengan arah vertikal atau horizontal yang mengakibatkan perubahan letak lapisan batuan
yang membentuk permukaan bumi. Proses ini menghasilkan lipatan dan patahan, baik dalam
ukuran besar maupun ukuran kecil. Gerakan tektonisme juga disebut dengan istilah dislokasi.
Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerahnya, tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu
gerak epirogenetik dan orogenetik.
1) Gerak Epirogenetik
Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah gerakan yang
mengakibatkan turun naiknya lapisan kulit bumi yang relatif lambat dan berlangsung
lama di suatu daerah yang luas. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi dua yaitu
epirogenetik positif dan epirogenetik negatif.
a. Epirogenetik positif yaitu gerak penurunan suatu daratan, sehingga kelihatannya
permukaan air laut naik.
b. Epirogenetik negatif yaitu gerak naiknya suatu daratan, sehingga kelihatannya
permukaan air laut turun.
2) Gerak Orogenetik
Gerak orogenetik adalah gerakan kulit bumi yang lebih cepat dan mencakup wilayah
yang lebih sempit. Proses ini dapat menghasilkan pegunungan lipatan dan
pegunungan patahan.
a) Lipatan (Fold)
Lipatan adalah suatu ketampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan
tekanan vertikal pada kulit bumi yang sifatnya elastis. Pada lipatan terdapat bagian
yang turun dinamakan sinklinal dan yang terangkat dinamakan antiklinal.
1
b) Patahan/Sesar (Faoult)
Patahan adalah kulit bumi yang patah atau retak karena adanya pengaruh tenaga
horizontal atau tenaga vertikal pada kulit bumi yang tidak elastis. Bidang yang
mengalami keretakan atau patahnya kulit bumi disebut bidang patahan. Bidang
patahan yang telah mengalami pergeseran disebut faoult atau sesar. Pergeseran
tersebut terjadi secara vertikal atau horizontal.
Macam-macam sesar berdasarkan arah geraknya adalah sebagai berikut.
(1) Sesar Naik dan Sesar Turun
Bidang patahan yang atap sesarnya bergeser turun terhadap alas sesar disebut
sesar turun, sedangkan yang atap sesarnya seakan-akan bergerak ke atas
disebut sesar naik. Sesar naik disebut sesar sungkup apabila jarak
pergeserannya sampai beberapa km dan bagian yang satu menutup bagian
yang lain. Contoh sesar di Indonesia adalah sistem patahan di Bukit Barisan
(dari Sumatra Utara sampai ke Teluk Semangko di Sumatra Selatan). Daerah
patahan ini dikenal dengan nama zone patahan Semangko.
2
(2) Graben dan Horst
Graben/slenk adalah sebuah jalur batuan yang terletak di antara dua bidang
sesar yang hampir sejajar, sempit, dan panjang. Bagian yang meninggi atau
muncul terhadap daerah sekitarnya disebut horst. Step faulting ialah sesar
bentuk tangga. Sebuah pegunungan yang mengandung banyak patahan disebut
kompleks pegunungan patahan.
(3) Sesar Mendatar
Sesar mendatar adalah sesar yang tegak lurus dan bergeser secara horizontal
walaupun ada sedikit gerak vertikal. Sesar jenis ini umumnya ditemui di
daerah-daerah yang mengalami perlipatan dan pensesaran naik.
Sesar mendatar yang ukurannya besar terdapat di San Andreas (California),
Filipina, dan Taiwan. Di Indonesia, sesar mendatar terdapat dalam lapisan
neogen muda di daerah Kefamenanu, Timor.
CIRI-CIRI BENTANG ALAM SEBAGAI AKIBAT PROSES PENGIKISAN DAN
PENGENDAPAN
1. Pelapukan, Pengikisan, dan Erosi
- Pelapukan
Yaitu hancurnya batuan disebabkan oleh tenaga eksogen
Pelapukan dapat dibedakan menjadi tiga :
a. Pelapukan Mekanik/Fisis
Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material
batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik
merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil.
Yang termasuk dalam pelapukan fisik atau mekanik, antara lain :
(a) Akibat perbedaan temperatur
Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan
sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Apabila proses ini
berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan akan
mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.
(b) Akibat erosi di daerah pegunungan.
3
Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar,
sehingga air akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak
struktur batuan.
Erosi dapat disebabkan :
a. Erosi air sungai
b. Erosi air laut (abrasi)
c. Erosi es (gletser)
d. Erosi angina (korasi)
(c) Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-
tumbuhan.
Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan
hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam tanah
ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan,
manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan
mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal
dapat dihancurkan dalam sekejap dengan menggunakan dinamit.
(d) Akibat perubahan air garam menjadi kristal
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya
menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam
sekali dan dapat merusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama
batuan karang.
b. Pelapukan Kimiawi/Chemis
Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan
perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi
dengan bantuan air, dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi
dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi.
Contoh :
Dolina
Dolina adalah danau yang terjadi di daerah kapur sebagai hasil proses
pelarutan batu kapur sehingga membuat cekungan (lubang berbentuk
4
corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan atau karena
reruntuhan. Dolian disebut juga karst.
Stalaktit dan stalakmit
Stalaktit dan Stalakmit adalah bentuk alam khas daerah Karst. Stalaktit
dan Stalakmit terbentuk akibat dari proses pelarutan air di daerah kapur
yang berlangsung secara terus menerus. Air yang larut di daerah karst
akan masuk kelubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan
menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air ini lama-
lama berubah jadi batuan yang bentuknya runcing-runcing seperti
tetesan air. Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya
meruncing kebawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk
di dasar gua bentuknya meruncing keatas.
Stalakmit
5
Stalakmit
Gua dan sungai dalam tanah
Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang
disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah
itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-
lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat
mengalirnya sungai bawah tanah.
c. Pelapukan Organik/Biologis
Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Pelapukan
jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi
pembedanya adalah subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidup berupa
manusia, hewan ataupun tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun
bakteri yang merusak permukaan batuan.
- Pengaruh material erosi yang dihancurkan, diangkut dan diendapakan :
6
1. Batu-batuan yang diangkut
Batu-batu yang diangkut seakan di gesek-gesekkan dan di benturkan. Karena
geseran dan benturan itu, maka batu-batu ini, pecah dan makin lama makin
bulat dan makin kecil. Batu-batu yang hanya digeser-geserkan menjadi tipis
dan akhirnya menjadi pipih. Batu-batu yang diguling-gulingkan menjadi bulat
dan berubah menjadi batu guling.
2. Sungai
Hulu sungai
Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya
bagian ini terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai
memiliki bentuk menyerupai huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai
sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai
sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya yang
di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam.
Sehingga air akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang
terjadi disini adalah proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh
aliran yang sangat deras tadi. Karena aliran ini juga lah, air akan
menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga lembah sungai ini
membentuk huruf V.
Bagian tengah sungai
Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah
biasanya memiliki cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini
dikarenakan kondisi lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan
landai. Hal ini mengakibatkan aliran air tidak begitu deras. Karena air
tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah tidak begitu
dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang
dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah,
hasil dari erosi yang terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju
ke daerah bawahnya, kearah hulu.
Hilir sungai
Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini
akan mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah,
lembah sungai disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih
7
menyerupai huruf U yang lebar. Sungai di daerah hilir ini biasanya
sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah ini proses yang dominan
adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu, yang
kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan di bagian
hilir ini. Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya
landai, dan arus / gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan
terbentuk delta.
3. Relief permukaan bumi
Karena pengaruh erosi, maka gunung-gunung yang tinggi manjadi rendah.
Puncak-puncaknya yang mula-mula tajam menjadi bulat. Jurang-jurang yang
dalam makin lama makin dangkal sebagai akibat adanya erosi dinding tebing
dan lereng gunung makain menghebat. Dataran-dataran tinggi menjadi rendah,
dan dataran rendah menjadi tinggi karena endapan tanah. Akhirnya ,
terbentuklah suatu pembentukan permukaan bumi yang disebut peneplain.
4. Tanah pertanian
Erosi dapat mempunyai dua macam pengaruh terhadap tanah pertanian.
Pengaruh itu ditentukan oleh jenis erosi. Kedua macam pengaruh tersebut
adalah:
a. Pengaruh buruk, terjadi bila tanah yang diangkut oleh erosi itu lebih
banyak dari tanah yang terjadi karena pelapukan. Erosi ini
menyebabkan tanah tendus.
b. Pengaruh baik, terjadi bila jumlah tanah yang diangkut oleh erosi itu
seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan. Erosi
semacam itu menyebabkan kesuburan tanah.
2. Pengendapan
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis ) yang
terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan
(precipitation ) dari larutan . Jenis batuan umum seperti batu kapur , batu
pasir , dan lempung , termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75%
dari permukaan bumi. Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi
akibat pengendapan materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh
batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang
8
halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-
macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion),
terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution). Klasifikasi lebiih
lanjut seperti berikut:
a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut :
- batuan sedimen aerik (udara)
- batuan sedimen aquatik (air sungai)
- batuan sedimen marin (laut)
- batuan sedimen glastik (gletser)
b. Berdasarkan tempat endapannya :
- batuan sedimen limnik (rawa)
- batuan sedimen fluvial (sungai)
- batuan sedimen marine (laut)
- batuan sedimen teistrik (darat)
- Hasil pengendapan oleh air (sedimen aquastik)
Meander
Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang
terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya
sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume
airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai
mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah
dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya
lambat, sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada
tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai
yang aliranya cepat, akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi
sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal
itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
9
Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut,
kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan
sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat
dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama,
akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan
sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang
mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama,
sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut
atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga,
pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai
Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Banjir dan tanggul alam
10
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat.
Akibatnya terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada
saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan
terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi
sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi
sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir
yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu,
juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan
oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena
proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam.
- Hasil pengendapan air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan
oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan
oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
11
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri
atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut
yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan
material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas
permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus
berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati
teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split
terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk
tombolo.
- Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir
terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat.
Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap,
sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
12
- Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang
alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk
V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang
meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni
lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V
menjadi berbentuk U.
DEGRADASI LAHAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
Degradasi Lahan adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan
tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Degradasi Tanah adalah antara lain, faktor alami dan faktor manusia.
Faktor alami mencakup areal berlereng curam, tanah mudah rusak, erosi, kebakaran hutan,
curah hujan yang intensif. Sedangkan faktor manusia yaitu perubahan populasi, marjinalisasi
penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan
kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, deforestrasi dan pengembangan pertanian
yang tidak tepat.
a. Pengertian Lahan Potensial
Lahan potensial merupakan lahan yang produktif sehingga jika dikelola
dengan baik oleh manusia dapat memberikan hasil yang tinggi walaupun dengan
13
biaya pengelolaan yang rendah. Lahan potensial pada umumnya dikaitkan dengan
pertanian sehingga lahan ini mempunyai kemampuan untuk lahan produksi.
Letak lahan potensial bervariasi, ada yang berada di dataran rendah, dataran
tinggi, daerah pegunungan, atau pantai. Pemanfaatan lahan potensial antara lain untuk
pertanian, hutan, perkebunan, atau pemukiman. Keragaman pemanfaatan tersebut
sesuai dengan keadaan daerah dan tingkat kebudayaan manusianya. Lahan potensial
merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia,
sehingga harus ditangani secara bijaksana jangan sampai pemanfaatan lahan potensial
merusak lingkungan.
- Lahan Kering : adalah bagian dari ekosistem teresterial yang luasnya relatif luas
dibandingkan dengan lahan basah (Odum, 1971). Menurut Hidayat dkk (2000)
lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi air atau
tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Lahan kering adalah lahan
yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara
terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan.
- Lahan Basah : adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik
bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau
seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan
ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau),
payau, dan gambut.
b. Menurut Davis, 1996 secara garis besar terdapat 5 sistem klasifikasi lahan basah,
yaitu:
- Kawasan sungai
- Kawasan danau
- Kawasan laut
- Kawasan rawa
- Kawasan muara
c. Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial
Lahan potensial sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, oleh karena itu harus
dilestarikan. Usaha melestarikan lahan potensial berkaitan erat dengan usaha
pengawetan tanah atau pengontrolan erosi. Pada dasarnya usaha pengawetan tanah
dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode mekanik dan metode vegetatif.
14
1. Metode mekanik ialah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik
pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran air.
2. Metode vegetatif ialah metode mengawetkan tanah dengan cara menanam
vegetasi pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam
pengontrolan erosi.
Metode pengawetan tanah atau pengontrolan erosi menjadi sangat efektif apabila
metode mekanik dipadukan atau dikombinasikan dengan metode vegetatif.
DEGRADASI LAHAN DAN TERJADINYA LAHAN KRITIS DAN TANDUS
- Lahan Kritis lahan yang mengalami kerusakan baik secara fisik, kimiawi, dan
biologis atau lahan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Untuk menilai kritis
tidaknya sebuah lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan
untuk melihat kemampuan suatu lahan dapat ditinjau dari besarnya resiko
ancaman ataupun hambatan dalam pemanfaatan lahan tersebut.
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola,
produktivitas lahan kritis sangat rendah, bahkan dapat terjadi hasil produksi yang
diterima jauh lebih sedikit daripada biaya produksinya. Lahan kritis bersifat
tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah.
- Kriteria lahan kritis
Kriteria lahan meliputi 4 (empat) sub kriteria berikut ini :
Cara/rumus perhitungan :
LK x 100 % LV x 100 %
(1) PLLK = --------------- atau (2) PLLK = --------------
A A
Keterangan :
PLLK =Persentase luas lahan kriis
LK =Luas lahan kritis dan sangat kritis (ha)
LV =Luas penutupan lahan vegetasi berkayu (ha)
A =Luas DAS (ha)
Keterangan tambahan :
15
- LK diperoleh dari hasil inventarisasi laha kritis oleh BPDAS dengan
kriteria sesuai SK Dirjen RRL No. 041/Kprts/V/1998. Kelas kekritisan lahan
yang dimasukkan dalam perhitungan ini adalah kritis dan sangat kritis.
- LV diperoleh dari hasl interpretasi citra satelit, foto udara dan daa Badan
Pertanahan Nasional, BAPLAN Dep. Kehutanan, BAPPEDA
- Rumus (1) digunakan apabila data hasil inventarisasi lahan kritis oleh
BPDAS tersedia, namun jika tidak ada maka dipergunakan rumus (2).
Kriteria penilaian kekritisan lahan disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Kriteria Penilaian Kekritisan Lahan berdasarkan Persentase Lahan
Kritis dalam DAS.
No. Persentase Lahan
Kritis dalam DAS
Skor Kualifikasi Prioritas
1 0 < PLLK ≤ 5 1 Sangat rendah
2 5 < PLLK ≤ 10 2 Rendah
3 10 < PLLK ≤ 15 3 Sedang
4 15 < PLLK ≤ 20 4 Tinggi
5 ≥ 20 5 Sangat tinggi
Kriteria penilaian penutupan lahan vegetasi berkayu disajikan pada Tabel 16
berikut ini.
Tabel 16. Kriteria Penilaian Kekritisan Lahan berdasarkan Persentase
Penutupan Lahan Vegetasi Berkayu.
No.
Persentase Penutupan
Vegetasi Berkayu
dalam DAS
Skor Kualifikasi Prioritas
1 80 < PLVK ≤ 100 1 Sangat rendah
2 60 < PLVK ≤ 80 2 Rendah
3 40 < PLVK ≤ 60 3 Sedang
4 20 < PLVK ≤ 40 4 Tinggi
5 0 < PLVK ≤ 20 5 Sangat tinggi
- Bencana yang terjadi akibat lahan kritis
1. kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan
16
2. genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup
rawa-rawa menyebabkan tanahnya bersifat asam.
3. erosi tanah dan mass wasting biasanya terjadi di daerah dataran tinggi,
pegunungan, dan daerah yang miring. Mass wasting adalah gerakan massa
tanah menuruni lereng
4. pengelolaan tanah yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian
lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah
miring, atau bahkan di dataran rendah.
5. masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian karena tidak
dapat diuraikan oleh bakteri, misalnya sampah plastic.
6. pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau pegunungan yang sangat
tinggi.
7. pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke
lahan pertanian, baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan
lahan pertanian menjadi kritis.
- Terdapat bentuk dan letak muka bumi yang bervariasi menimbulkan beerbagai
pengaruh, antara lain :
a. Kehidupan Di Dataran Rendah
Penduduk di daerah pantai pada umumnya bekerja di laut sebagai nelayan,
berdagang, dan sebagai petani g aram karena letak wilayahnya dekat dengan
laut dan pelabuhan. Di samping itu, banyak yang bekerja di sektor pertanian
sebagai petani sawah dan tegalan. Di daerah pantai yang landai dijumpai
adanya tambak udang dan bandeng.
b. Kehidupan Di Dataran Tinggi Atau Plato
Penduduk yang hidup di daerah yang berbentuk horizontal bekerja di sektor
pertanian sebagai petani sawah atau ladang, di tegalan, perkebunan, dan
kehutanan, sedangkan daerah stepa banyak diusahakan untuk sektor
peternakan.
c. Kehidupan Di Daerah Pegunungan
Penduduk di daerah pegunungan umumnya bekerja di sektor perkebunan.
Namun di daerah ini tidak semua tanaman dapat hidup. Makin tinggi suatu
tempat, makin rendah suhu di daerah tersebut sehingga jenis usahan
17
perkebunan yang ada berupa pertanian hortikultura, perkebunan teh, kina dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://pelajaran-jitu.blogspot.co.id/2010/12/epirogenetik-dan-orogenetik.html
http://pujiyantokedung.blogspot.co.id/2013/08/pelapukan-erosi-dan-sedimentasi.html
http://www.pengertianpengertian.com/2014/09/pengertian-dolina.html
http://geografiupi2010.blogspot.co.id/2012/10/stalakmit-dan-stalaktit.html
http://harirustianto.blogspot.co.id/2010/12/bagian-bagian-sungai.html
http://gusdib63.blogspot.co.id/2013/02/tenaga-eksogen-tenaga-eksogen-yaitu.html
https://www.academia.edu/8911923/Batuan_endapan_atau_batuan_sedimen_adalah_salah_satu_dari_tiga_kelompok_utama_batuan
http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/sedimentasi.html
http://degadrasi-lahan-by-agustinus-yohannes.blogspot.co.id/2013/08/pengertianpenyebabdan-dampak-dari.html
http://sainsmini.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-penjelasan-lahan.html
http://risasmoko1981.blogspot.co.id/2013/03/kriteri-lahan-kritis.html
18
top related