makalah blok 5 grace
Post on 17-Jan-2016
14 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kaitan antara Estrogen dengan Pembentukan Matriks Tulang
Gracita Geminica
102013042 / D1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Email: gracita.2013fk042@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Tulang adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Tulang mengandung materi organik yang
sebagian besar berupa protein dan materi anorganik. Tulang adalah suatu struktur dinamik yang
mengalami siklus remodeling secara terus-menerus berupa resorpsi yang diikuti oleh pengendapan
jaringan tulang baru. Remodeling ini memungkinkan tulang untuk beradaptasi terhadap sinyal fisik
seperti peningkatan beban yang harus disanggah dan beradaptasi terhadap hormon seperti hormon
estrogen. Osteoporosis ada hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Terutama
pada osteoporosis pasca menopause primer jelas akibat tidak adanya hormon estrogen menurunnya
fungsi osteoblas dan meningkatkan aktifitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan
cepat.
Kata kunci: tulang, remodeling, estrogen, osteoporosis.
Abstract
Bone is a mineralized connective tissue. Bones contain organic material, mostly in the form of
proteins and inorganic materials. Bone is a dynamic structure that undergo remodeling cycle
continuously form resorption followed by deposition of new bone tissue. This remodeling allows bone
to adapt to the physical signals such as increased burden that must be refuted and adapt to hormones
such as estrogen. Osteoporosis connected with estrogen in a matrix formation. Especially in post-
menopausal osteoporosis due to lack of a clear primary estrogen decrease osteoblast function and
increases osteoclast activity and decreased quality of life increases the risk of osteoporosis resulting
in decreased bone mass rapidly.
Keywords: bone, remodeling, estrogen, osteoporosis
1
Pendahuluan
Sistem gerak pada umumnya terdiri dari berbagai kombinasi hasil kerja dari beberapa
organ. Organ-organ itu sendiri juga tidak terlepas dari hasil kombinasi antara jaringan-
jaringan yang berbeda struktur maupun fungsi namun saling membantu dalam melaksanakan
tugasnya. Sistem gerak pada manusia dilakukan oleh beberapa sistem seperti sistem otot,
sistem rangka atau tulang dan sistem persendian. Dalam melaksanakan tugasnya, sistem-
sistem ini tidak pernah bekerja sendiri-sendiri contohnya pada ekstermitas inferior dapat
dilihat banyak kombinasi pergerakan antara sistem-sistem tersebut dalam melaksanakan suatu
pekerjaan, misalnya untuk berjalan, bagian ekstermitas inferior butuh otot-otot pada paha,
tungkai bawah dan kaki untuk menggerakan tulang. Dalam peristiwa tersebut, tulang juga
diperlukan untuk menopang tubuh seseorang dan diperlukan sistem persendian untuk
sambungan antar tulang.
Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang disebut juga
pengeroposan tulang yaitu tulang menjadi tipis, rapuh, dan keropos, serta mudah patah.
Osteoporosis juga merupakan istilah umum untuk suatu penyakit tulang yang menyebabkan
berkurangnya jumlah jaringan tulang dan tidak normalnya struktur atau bentuk mikroskopis
tulang. Kuantitas dan kualitas tulang yang tidak normal membuat tulang tersebut lemah dan
mudah patah, bahkan ketika mengalami trauma ringan.1
Selama perkembangannya, tulang membutuhkan kalsium yang tinggi terutama setelah
mencapai masa pubertas kematangan hormon reproduksi estrogen pada wanita dan
testosterone pada laki-laki. Karena pengaruh anabolik dan prekusor estrogen, terjadilah
proses remodeling tulang. Peranan sel tulang osteoblas dalam membentuk formasi tulang dan
osteoklas meresorpsi tulang menyebabkan terjadinya remodeling tulang. Secara tidak
langsung kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena
dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca
menopause primer, jelas akibat tidak adnya hormon estrogen, menurunnya fungsi osteoblas
dan meningkatnya aktifitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang menigkatkan
reiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat.2
2
Tulang dan Sendi
Tulang tersusun oleh matriks organik yang terdiri dari serat-serat kolagen yang
tertanam di dalam gel perekat yang terbuat dari kalsium dan fosfat. Tulang adalah suatu
jaringan yang berubah secara aktif dan terus-menerus mengalami perubahan bentuk
sementara menyesuaikan kembali kandungan mineral dan matriksnya menurut stres mekanis
yang dialaminya. Tulang normal terdiri dari serat kolagen yang tersusun sejajar dengan stres
tegangan yang dialami tulang itu. Tulang panjang pada orang dewasa terdiri dari tabung
tulang kompak atau korteks yang mengelilingi rongga medulla yang mengandung tulang
spongiosa atau kanselosa. Tulang kortikal ditemukan di daerah-daerah yang memerlukan
sokongan, sedangkan tulang spongiosa ditemukan di daerah-daerah dimana terjadi
hematopesis atau pembentukan tulang. Pada tulang kortikal, sel-sel tulang atau osteosit
tertutup di dalam lakuna yang merupakan ruang-ruang di dalam lembaran jaringan tulang
yang disebut lamellae. Beberapa lamellae tersusun konsentris disekitar saluran vaskular dan
disebut suatu kanalis havers. Pada tulang spongiosa, lamellae tidak tersusun dalam sistem
havers, tetapi tersusun menjadi jaringan berongga-rongga yang disebut trabekula. Trabekula-
trabekula ini tersusun di sepanjang garis stres.3
Ujung-ujung tulang panjang yang dikenal sebagai epifisis terletak di dekat permukaan
sendi dan terdiri dari tulang spongiosa. Batang tulang panjang yang dikenal sebagai diafisis
dilapisi oleh selapis periosteum. Rongga di dalam tulang panjang dilapisi oleh endosteum dan
berisi sumsum tulang.3
Sel-sel dalam periosteum dapat berkembang menjadi osteoblas yang membentuk
tulang baru atau menjadi osteoklas yang menyerap tulang. Otot rangka adalah suatu organ
yang kontraksinya akan menghasilkan pergerakan. Ligamentum melekatkan tulang dengan
tulang sedangkan tendo melekatkan otot dengan tulang. Kartilago atau tulang rawan adalah
sejenis jaringan ikat dengan daya kenyal yang besar. Kartilago memegang peranan penting
dalam fungsi sendi dan dalam menentukan panjang tulang. 3
Unit fungsional dasar pada sistem musculoskeletal adalah sendi. Sendi adalah
persatuan dua tulang atau lebih. Ada beberapa macam sendi dalam tubuh yaitu sendi yang
tidak dapat digerakkan, sendi yang sedikit dapat digerakkan, dan sendi yang bisa digerakkan.3
Sendi yang tidak dapat digerakkan adalah sendi yang terfiksasi karena pengikatan
oleh jaringan fibrosa, contohnya sutura pada tulang kepala. Sendi yang sedikit dapat
3
digerakkan disebut simfisis. Pada sendi jenis ini, ada fibrokartilago yang menghubungkan
tulang-tulang yang membentuk persendian. Simfisis pubis adalah contoh sendi yang sedikit
dapat digerakkan. Jenis sendi yang paling umum adalah sendi yang dapat digerakkan. Sendi
yang dapat digerakkan disebut sendi sinovial. Pada sendi sinovial, struktur tulang saling
bersentuhan dan dilapisi oleh kartilago sendi hialin. Sendi sinovial diklasifikasikan menurut
jenis gerakannya yaitu sendi engsel, sendi poros, sendi kondiloid, sendi pelana, sendi peluru,
dan sendi datar.3
Sendi engsel memungkinkan gerakan hanya pada satu sumbu yaitu fleksi atau
ekstensi. Sumbunya transversal, contohnya sendi siku. Sendi poros memungkinkan gerakan
dalam satu sumbu. Sumbunya longitudinal sepanjang batang tulang, contohnya sendi
radioulnar proksimal. Sendi kondiloid memungkinkan gerakan pada dua sumbu,permukaan
sendi ini berbentuk oval dan disebut sebagai sendi telur, contohnya adalah sendi pada
pergelangan tangan. Sendi pelana merupakan sendi dua sumbu, permukaan berbentuk pelana
dengan gerakan serupa seperti sendi kondiloid, contohnya adalah sendi karpometakarpal pada
ibu jari. Sendi peluru adalah sendi dengan banyak sumbu, permukaan sendi merupakan
potongan bentuk bola, contohnya sendi pinggul dan bahu. Sendi datar meruoakan sendi yang
bersumbu banyak, permukaannya datar dan satu tulang hanya bergeser diatas tulang lainnya
dalam banyak arah, contohnya sendi patelofemoral. Stabilitas sendi tergantung pada bentuk
permukaan sendinya, ligamentum, dan otot-otot yang terkait.3
Columna Vertebralis
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh yang berfungsi untuk menyanggah
cranium, gelang bahu, ekstermitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstermitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla
spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen yang dilindungi oleh columna
vertebralis.4
Columna vertebralis terdiri atas 33 tulang vertebrae yang tersusun atas 7 vertebra
cervicales, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis yang bersatu
membentuk oss sacrum, dan 4 vertebra coccygis. Struktur columna tersebut fleksibel karena
columna bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan
4
fibrocartilago yang disebut discuss intervertebralis yang membentuk kira-kira seperempat
panjang columna.4
Vertebrae
Semua vertebra mempunyai pola yang sama. Vertebra tipikal, terdiri atas corpus yang bulat
di interior dan arcus vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut
foramen vertebralis, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus
vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi
arcus, dan sepasang lamina gepeng yang melengkapi arcus dari posterior. Arcus vertebrae
mempunyai 7 processus yaitu 1 processus spinosus, 2 processus transversus, dan 4 processus
articularis.4
Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua laminae.
Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus
spinosus dan processus ransversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat
melekatnya otot dan ligamentum.4
Processus articularis superior terletak vertical dan terdiri atas 2 processus articularis
superior dan 2 processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara
lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh cartilago hyaline. Kedua
processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus
articularis, inferior dari arcus yang ada di atasnya membentuk sendi sinovial.4
Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura
vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior
sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior dari vertebra di atasnya membentuk foramen
intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang berartikulasi berfungsi sebagai tempat
lewatnya nervi spinals dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervus spinalis
bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkusnya membentuk saraf spinalis
segmentalis.4
Ekstermitas Inferior
Ekstremitas inferior terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,
dan tulang-tulang phalangs.5
5
1. Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium.
Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,
ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-
medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara
pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk
artikulasi dengan tulang femur.5
2. Femur
Femur adalah yang terkuat dari tulang panjang dalam tubuh dan merupakan tulang hanya
di daerah paha. Bagian paling adalah berbentuk seperti kepala baik-bulat yang duduk di
acetabulum tulang pinggul untuk membentuk sendi panggul. Sebuah leher kurus
menghubungkan kepala dengan poros tulang dan sering situs fraktur pada orang tua.
Bagian bawah dari femur sedikit diratakan dan menyebar keluar dan merupakan bagian
dari sendi lutut. Poros tebal femur terletak pada inti dari paha, benar-benar dikelilingi
oleh otot-otot yang kuat seperti paha depan dan paha belakang.5
3. Patela – Cap Lutut
Tutup lutut, bagian yang menonjol dari depan lutut, sebenarnya dibentuk oleh tulang
terpisah yang disebut patela. Ini adalah os sesamoid karena terletak di dalam tendon dari
otot quadriceps femoris, otot kuat di bagian depan paha. Bila ekstremitas bawah ini
diluruskan, patela bisa dirasakan dan bahkan digenggam dengan jari dan pindah dari sisi
ke sisi.5
4. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya
merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas
untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-
tulang tarsal dan malleolus medial.5
5. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,
6
fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang
tarsal.5
6. Tarsalia (Pangkal Kaki)
Os tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri atas :5
Talus: berhubungan dengan tibia dan fibula terdiri atas kaput talus, kolumna talus, dan
korpus tali.permukaan atas korpus tali mempunyai bongkol sendi yang sesuai dengan
lekuk sendi, terbentuk dari ujung sendi distal tibia dan fibula yang dinamakan
trokhlea tali sebelah medial permukaan berbentuk bulan sabit (fasies molaris
medialis) yang berhubungan dengan maleolus medialis.5
Kalkaneus: terletak di bawah talus, permukaan atas bagian medial terdapat tonjolan
yang dinamakan suntentakulum tali, di bawahnya terdapat sulkulus muskular flexor
halusis longus. Bagian belakang kalkaneus terdapat tonjolan besar tuberkalkanei yang
mempunyai prosesus tuberkalkanei.5
Navikulare: pada bagian medial terdapat tonjolan yang dinamakan tuberositas ossis
navikulare pedis, permukaan sendi belakang berhubungan dengan os kunaiformi I, II,
dan III.5
Os kuboideum: permukaan proksimal mempunyai fasies artikularis untuk kalkaneus,
permukaan distal mempunyai 2 permukaan untuk metatarsal IV dan V. Pada
permukaan medial mempunyai 2 permukaan sendi untuk navikular dan kunaiformi
medialis.5
Os kunaiformi, terdiri atas kunaiformi lateralis, kunaiformi intermedialis, kunaiformi
medialis, semuanya berbentuk baji, sedangkan permukaan proksimal berbentuk
segitiga. Puncak dari kunaiformi lateralis menghadap ke atas dan puncak kunaiformi
medialis menghadap ke bawah.5
7. Metatarsalia
Os metatarsalia mempunyai 5 buah tulang metatarsal I, II, III, IV, dan V. Bentuk kelima
tulang ini hampir sama yaitu bulat panjang. Bagian proksimal dari masing-masing tulang
agak lebar disebut basis ossis matatarsale. Bagian tengah ramping memanjang dan lurus
sedangkan bagian distalnya mempunyai bongkok kepala (kaput ossis matatarsale).
Metatarsal I agak besar daripada yang lain, sedangkan metatarsal V bagian lateral
basisnya lebih menonjol ke proksimal disebut tuberositas ossis metatarsal V.5
8. Falang Pedis
7
Os falang pedis merupakan tulang-tulang pendek. Falang I terdiri atas 2 ruas yang lebih
besar daripada yang lainnya. Fallang II, III, IV, dan V mempunyai 3 ruas lebih kecil dan
lebih pendek dibandingkan falang I. Pada ibu jari terdapat dua buah tulang kecil
berbentuk bundar yang disebut tulang baji (os sesamoid).5
Pada kaki terdapat 4 buah lengkungan.
1. Lengkungan medial: dari belakang ke depan kalkaneus.5
2. Lengkuna lateralis: dibentuk oleh kalkaneus kuboidea dengan dua tulang
metatarsalia.5
3. Lengkungan longitudinal: lengkung melintang metatarsal dibentuk oleh tulang
tarsal.5
4. Lengkungan tranversal anterior: dibentuk oleh kepala tulang metatarsal pertama dan
kelima.5
Struktur Tulang
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang tersusun atas materi antarsel berkapur yaitu
matriks tulang dan tiga jenis sel seperti osteosit yang terdapat di rongga-rongga dalam
matriks, osteoblas yang mensintesis unsur organik matriks, dan osteoklas yang merupakan sel
raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan tulang. Karena
metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, pertukaran zat
antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komuniksai melalui kanalikuli yang
merupakan celah-celah silindris halus yang menerobos matriks.6
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang yaitu
kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein. Deposisi komponen anorganik dari tulang juga
bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang dan
letaknya bersebelahan mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas
memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas
sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan
berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk
dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna
didiami oleh osteosit bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur.6
8
Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang secara
aktif mensintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi.
Komponen matriks disekresi pada permukaan sel yang berkontak dengan matriks tulang yang
lebih dewasa dan menghasilkan lapisan matriks baru yang belum berkapur disebut osteosid
yang berada diantara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini yaitu aposisi
tulang dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru
terbentuk.6
Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak diantara lamela-
lamela matriks. Hanya ada satu osteosit dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan
osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum
endoplasma kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara
aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya diikuti oleh resorpsi
matriks tersebut.6
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5 sampai 50 lebih inti. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas
terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks yang dikenal
sebagai lakuna howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsum tulang. Pada
osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tidak
beraturan yang seringkali berupa tonjolan yang terbagi dan membentuk batas bergelombang.
Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma atau zona terang yang tidak
mengandung organel namun kaya akan filament aktin. Zona ini merupakan tempat adesi
osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi
tulang.6
Pembentukan Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Tulang mengandung materi
organik yang sebagian besar berupa protein dan materi anorganik. Tulang adalah suatu
struktur dinamik yang mengalami siklus remodeling secara terus-menerus berupa resorpsi
yang diikuti oleh pengendapan jaringan tulang baru. Remodeling ini memungkinkan tulang
untuk beradaptasi terhadap sinyal fisik seperti peningkatan beban yang harus disanggah dan
beradaptasi terhadap hormon.7
9
Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan pengendapan tulang adalah
osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berhubungan dengan resorpsi sedangkan osteoblas
berhubungan dengan pengendapan tulang. Osteosit berasal dari osteoblas, sel ini berperan
dalam pemeliharaan matriks tulang. Osteoklas adalah sel multinukleus yang berasal dari sel
tunas hematopoietic pluripoten. Osteoklas memiliki domain membran apikal dan
memperlihatkan tepi bergelombang yang berperan utama dalam penyerapan tulang.7
Suatu ATPase pemindah proton mengeluarkan proton melalui tepi bergelombang ke
dalam area resorpsi yang merupakan lingkungan mikro ber-pH rendah. Hal ini menurunkan
pH lokal menjadi 4,0 atau kurang sehingga hidroksiapatit lebih mudah larut dan
memungkinkan terjadinya demineralisasi. Osteoblas yang merupakan sel mononukleus yang
berasal dari prekursor mesenkim pluripoten yang menyintesis sebagian besar protein yang
ditemukan di tulang serta berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel ini bertanggung
jawab bagi pengendapan matriks tulang baru atau osteosit dan ineralisai selanjutnya.
Osteoblas mengendalikan mineralisasi dengan mengatur lewatnya ion kalsium dan fosfat
melalui membran permukaannya. Fosfat tersebut mengandung fosfatase alkali yang
digunakan untuk menghasilkan ion fosfat dari fosfat organik. Banyak faktor yang berperan
dalam regulasi metabolisme tulang. Sebagian faktor merangsang osteoblas (hormon
paratiroid dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol) dan yang lain menghambatnya (kortikosteroid).
Hormon paratiroid dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol juga merangsang osteoklas sementara
kalsitonin dan estrogen menghambatnya. Estrogen berkaitan erat dalam timbulnya
osteoporosis.7
Proses terbentuknya tulang terjadi dengan dua cara yaitu melalui osifikasi
intramembran dan osifikasi endokondral. Osifikasi intramembran merupakan proses
pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya pada proses
pembentukan tulang pipih. Pada proses perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan
yaitu lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan
mesoderm yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak
berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.8
Osifikasi endokondral merupakan proses pembentukan tulang dimana sel-sel
mesenkim berdiferensiasi terlebih dahulu menjadi kartilago atau jaringan rawan lalu berubah
menjadi jaringan tulang, contohnya proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang
belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggung jawab pada pembentukan sebagian
10
besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang atau osteoblas aktif membelah dan
muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut center osifikasi. Osteoblas
selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada
matriks tulang.7
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan atau
kartilago. Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah barang
tulang rawan merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini
akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalalm tulang rawan di daerah diafisis yang disebut
juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH menjadi basa, akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah
nutrisi sel-sel tulang rawan dan memnyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.7
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler termasuk zat kapur bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke
daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder
dan terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersis tulang rawan dikedua
ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan diantara
epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.7
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,
dengan demikian tebal cakram epifise tidak akan berubah sedangkan tulang akan tumbuh
memanjang. Pada pertumbuhan diameter tulang, tulang di daerah rongga sumsum
dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar dan pada saat yang
bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah
permukaan.7
Kesimpulan
11
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering dijumpai dan sering
menyerang tulang belakang atau columna vertebralis. Columna vertebralis merupakan pilar
utama tubuh yang berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstermitas superior, dan
dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstermitas inferior.
Osteoporosis ada hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara tidak
langsung kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena
dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca
menopause primer jelas akibat tidak adanya hormon estrogen, menurunnya fungsi osteoblas
dan meningkatkan aktifitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan
resiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat.
Tulang juga akan menjadi rapuh dan mudah patah.
Daftar Pustaka
1. Cosman F. Osteoporosis: panduan lengkap agar tulang anda tetap sehat. Jakarta: B
First; 2009.h.11.
2. Suharti S, Dohar T. Osteoporosis. Edisi ke-1. Jakarta: Perosi; 2006.h.3-6.
3. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2003.h.310-2.
4. Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.h.881-4.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2002.h.172-9.
6. Jan T. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-7.
7. Robert M, Daryl G, Victor R. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.h.575-7.
12
top related