makalah bioekonomi
Post on 22-Jun-2015
236 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki potensi
sumberdaya ikan yang sangat besar dan memiliki keankearagaman hayati yang tinggi,
nesia dimana perairan Indonesia memiliki 27,2 % dari seluruh spesies flora dan fauna
yang terdapat di dunia yang meliputi 12,0 % mammalia 23,8 % amphibian, 31,8
reptilia, 44,7 ikan, 40,0 molluska dan 8,6 rumput laut. Potensi sumberdaya ikan
meliputi : SDI pelagis besar, SDI pelagis kecil, sumberdaya udang peneid dan
krustasea lainnya, SDI demersal, sumberdaya moluska dan teripang, sumberdaya
cumi-cumi, sumberdaya benih alam komersial, sumberdaya karang, sumberdaya ikan
konsumsi perairan karang, sumberdaya ikan hias, sumberdaya penyu laut,
sumberdaya mammalia dan sumberdaya laut.
Menurut data tahun 2004, kondisi sumebrdaya ikan untuk perairan laut adalah
sebagai berikut : potensi lestari (MSY) sebesar 6,4 juta ton/tahun, jumlah tangkapan
yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 ton/tahun atau 80 % dari MSY, dan produksi
tahunan sebesar 4,7 juta ton atau 73,4 % dari MSY, sedang untuk perairan umum
yang berupa danau, waduk, sungai dan genangan air lainnya seluas 54 juta ha
memiliki potesni perikraan 800-900 ribu ton/tahun dan produksi tahunan saat ini
sebesar 325 ton atau 35 % dari potensi. Untuk memanfaatkan sumberdaya ikan
Indonesia pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan mencanangkan
kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan dalam rangka pengelolaan perikanan yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
2
Sumberdaya ikan (fin fish dan shell fish) diharapkan menjadi salah satu
tumpuan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan Ikan telah
menjadi salah satu komoditi pangan penting tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga
oleh masyarakat dunia. Para ahli memperkirakanbahwa konsumsi ikan masyarakat
global akan semakin meningkat, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
(a) meningkatnya jumlahpenduduk disertai meningkatnya pendapatan masyarakat
dunia, (b)meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food)
sehinggamendorong konsumsi daging dari pola red meat ke white meat, (c) adanya
globalisasi menuntut adanya makanan yang bersifat universal (d)berjangkitnya
penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan sehingga produk perikanan
menjadi pilihan alternatif terbaik.
Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang
dijadikanpemerintah sebagai salah satu potensi untukmeningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik dalam skala lokal, regional maupun negara. Sektor ini merupakan
sektor yang selama ini belum dieksploitasi secara maksimal dan seringkali dianggap
bagian dari sektor pertanian, padahal sebagai suatu Negara maritim Indonesia
memiliki gugusan ribuan pulau yang lebih dari 70 % wilayahnyterdiri dari lautan,
belum lagi potensi akanperairan tawar (sungai) yang sangat banyak khususnya
dibeberapa pulau besar seperti Sumatera dan Kalimantan. Secara umum, persoalan
yang dihadapi masyarakat yang bergerak di sector perikanan dan kelautan berkisar
pada hal-hal yang berhubungan dengan isue-isue: (1) kemiskinan dan kesenjangan
sosial, (2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar, (3) kualitas SDM yang
3
rendah, (4) degradasi sumber daya lingkungan, dan (5) kebijakan pembangunan yang
belum berpihak secara optimal pada sektor ini. Bergulirnya era reformasi telah
mengubah cara pandang Pemerintah akan upaya untuk memaksimalkan sektor
perikanan dan kelautan, hal ini dapat dilihat dari terbentuknya Departemen Kelautan
dan Perikanan yang diikuti oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dengan pembentukan Dinas Kelautan dan Perikanan atau
Dinas Perikanan dan Kelautan, tergantung potensi unggulan utama di daerah masing-
masing. Hal ini juga membentuk pola dan pengertian baru akan kawasan sektor
perikanan dan kelautan akan tetapi pola pengelolaan sektor ini masih dianggap
sebagai sumberdaya milik umum dimana fungsi pengawasan serta regulasi guna
pemanfaatan oleh Pemerintah sebagai regulator masih belum optimal. Pengertian
dasar atas sumberdaya alam sebagai segala sesuatu yang berada di bawah maupun di
atas bumi, termasuk tanah itu sendiri seringkali menimbulkan pendapat bahwa “Milik
semua orang yang berarti bukan milik siapa-siapa”, karena itu sumberdaya alam itu
selagi masih dalam keadaan baik tidak perlu dihemat penggunaannya yang pada
akhirnya menyebabkan penggunaannya dilakukan secara berlebihan. Dengan
perkataan lain pernyataan diatas cenderung menyebabkan deplisi yang berlebihan.
Satu istilah yang berlaku bagi sumberdaya alam milik umum seperti telah disebut
diatas adalah “Everyone’s property is no one’s property” and “No one’s property is
everyone’s property” yang artinya bahwa karena sumberdaya alam itu milik semua
orang maka sumberdaya alam yang lain mempunyai sifat kepemilikan pribadi.
4
II. ISI
2.1. Pengertian Eksternalitas
Perikanan secara umum adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan. Identifikasi Eksternalitas perikanan secara umum yang
dilakukan adalah identifikasi jenis-jenis eksternalitas yang timbul baik positif maupun
negatif yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung.
Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping
dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang
menguntungkan/ positif maupun yang merugikan/ negatif tanpa adanya kompensasi
apapun terhadap efek tersebut sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor
produksi.
Eksternalitas ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya tetapi menimbulkan
dampak positif dan negatif bagi orang atau kelompok lain. Adapula seperti ini,
keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar
adalah apa yang disebut dengan eksternalitas juga. Dalam literatur asing, efek
samping mempunyai istilah seperti : external effects, externalities, neighboorhood
effects, side effects, spillover effects (Sudgen and williams, 1990, Mishan 1990,
Zilberman and marra, 1993). Efek samping dari suatu kegiatan atau transaksi
5
ekonomi bisa positif (positive external effects, external economic) maupun negatif
(negative external effects, external diseconomic). Dalam kenyataannya, baik dampak
negatif maupun efek positif bisa terjadi secara bersamaan dan simultan.
Maksud dari pernyataan diatas merupakan suatu fenomena bahwa tindakan
seseorang dapat mempengaruhi orang lain tidaklah berarti adanya kegagalan pasar
selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidak
efisienan dalam perekonomian. Adapula maksud dengan eksternalitas hanyalah
apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain atau kelompok
orang lain tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam
alokasi faktor produksi. Jadi, yang dimaksud dengan eksternalitas hanyalah apabila
tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain atau segolongan orang
lain tanpa adanya kompensasi apapun sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi
faktor produksi.
2.2. Jenis Eksternalitas
2.2.1.Eksternalitas Perikanan Umum
Efisiensi alokasi sumberdaya dan distribusi konsumsi dalam ekonomi pasar dengan
kompetisi bebas dan sempurna bisa terganggu, jika aktivitas dan tindakan individu
pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen mempunyai dampak (externality)
baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap pihak lain. Eksternalitas itu dapat
terjadi dari empat interaksi ekonomi, seperti ini :
1. Eksternalitas dari kegiatan produsen terhadap produsen lain, Suatu kegiatan
produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika
6
kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi
produksi dari produsen lain.
Contohnya pengaruh pada bidang perikanan, suatu wilayah pertanian
menyemprotkan pupuk atau pembasmi hama yang menghasilkan limbah zat
kimia yg masuk ke perairan seoerti ke aliran sungai, danau dan lainnya, sehingga
perairan tempat produksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan produsen lain
yakni para pembudidaya atau penangkap ikan (nelayan). Dalam hal ini, kegiatan
pertanian tersebut mempunyai dampak negatif terhadap produksi lain
pembudidaya ikan atau nelayan.
Contoh lain misalnya nelayan dengan kapal-kapal besar akan mampu menjaring
ikan dengan jumlah yang sangat banyak, akan tetapi produsen yang lain (dalam
hal ini nelayan-nelayan kecil) akan mengalami kesulitan mendapatkan ikan
karena telah habis dijaring oleh nelayan besar.
2. Eksternalitas dari kegiatan produsen terhadap konsumen, Suatu produsen
dikatakan mempunyai eksternal efek terhadap konsumen, jika aktivitasnya
merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen). Dampak atau
efek samping yang sangat populer dari kategori kedua yang populer adalah
pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya
fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari
stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi
kenyamanan konsumen atau masyarakat luas. Dalam hal ini, suatu agen ekonomi
(perusahaan/produsen) yang menghasilkan limbah (waste products) ke udara atau
7
ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang memanfaatkan sumber
daya alam tersebut dalam berbagai bentuk.
Sebagai contoh, kepuasan konsumen terhadap pemanfaatan daerah rekreasi
pemancingan di daerah Jakarta Timur (kali Banjir Kanal Timur) akan berkurang
karena adanya polusi air sungai (airnya berwarna hitam dan menyebarkan bau tak
sedap, ikan pun tak bisa hidup di air limbah industri).
3. Eksternalitas dari suatu konsumen terhadap konsumen lain, Dampak konsumen
terhadap yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu
mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen yang lain. Konsumen
seorang individu bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping dari kegiatan
produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain. Dampak atau efek
dari kegiatan suatu konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Misalnya, para nelayan modern yang memiliki kapal dan alat tangkap ikan yang
canggih akan menimbulkan keresahan bagi para nelayan tradisional karena
nelayan yang modern akan menguasai daerah fishing ground lebih cepat.
4. Eksternalitas dari suatu konsumen terhadap produsen, Dampak konsumen
terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi
suatu produsen atau kelompok produsen tertentu. Dampak jenis ini misalnya
terjadi ketika limbah rumah tangga (sampah) terbuang ke aliran sungai dan
mencemarinya sehingga mengganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan
air, seperti pembudidaya ikan (karamba jaring apung di sekitar sungai citarum).
Eksternalitas ini timbul karena adanya aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan
8
ekonomi, eksternalitas dan ketidak efisienan timbul karena salah satu atau lebih
dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi.
2.2.2.Eksternalitas Perikanan Tangkap
a. eksternalitas ruang
Untuk meminimumkan biaya penangkapan, pelaku perikanan kebanyakan ingin
menangkap ikan di sekitar wilayah yang dekat dengan pelabuhan (wilayah pantai)
namun jika ini dilakukan oleh hampir sebagian besar nelayan maka akan
menimbulkan crowding effect di sekitar pantai yang kemudian akan menghabiskan
stok di sekitar wilayah pantai. Konsekuensi dari crowding effect ini kemudian akan
membuat nelayan untuk semakin pergi menangkap jauh dari pelabuhan dan pantai
untuk mengintersepsi stok ikan sebelum ditangkap oleh nelayan laiinya.
b. eksternalitas waktu
Akibat ketiadaan hak pemilikan maka setiap nelayan berusaha untuk mengambil
ikan sebanyak – banyaknya dan ini bisa dilakukan jika mereka melakukan
penangkapan ikan lebih awal dari pihak lain. Inilah yang disebut sebagai intersepsi
waktu . intersepsi waktu juga bisa terjadi terhadap stok ikan itu sendiri, sebagai
contohnya pada kasus perikanan udang dengan siklus hidup yang relatif pendek maka
sebenarnya tidak menguntungkan untuk menangkap udang dengan ukuran yang kecil,
namun jika mereka menunggu sampai mencapai ukuran besar, pihak lain akan
melakukan penangkapan udang lebih dahulu, sehingga untuk menghindari hal
tersebut, nelayan melakukanintersepsi waktu terhadap siklus hidup udang.
9
c. intersespsi mobilitas
Intersepsi ini sering juga disubut sebagai intersepsi alat (gear interseption)
dimana mobilitas suatu alat tangkap harus bersaing dengan mobilitas alat tangkap
lain. Jika yang dihadapi adalah jenis ikan bergerombol dengan pergerakan yang
relatif lebih mudah dideteksi (misalnya sardin), maka alat tangkap yang memiliki
kekuatan dan kecepatan lebih justru tidak diuntungkan oleh alat yang mobilitasnya
dirancang untuk menangkap ikan bergerombol. Konsekuensi dari ekternalitas ini
menimbulkan terbuangknya sumberdaya ekonomi.
d. eksternalitas informasi
Memiliki informasi mengenai keberadaan ikan sangatlah bermanfaat bagi
nelayan, dan salah satu cara hidup seorang nelayan adalah bagaimana memperoleh
pengetahuan ini beik lewat pengalaman maupun lewat intuisinya sebagi seorang
nelayan. Namun jika informasi ini diberikan pula kepada pihak lain maka setiap
nelayan akan berada di lokasi yang diketahui tersebut. Dan jika ini terjadi maka
keuntungan nelayan akan berkurang. Konsekuensi dari eksternalitas ini akan
menimbulkan insentif bagi para pelaku perikanan (nelayan0 untuk menyembunyikan
informasi tersebut. Sehingga dalam situasi common property resource, akibat
eksternalitas informasi ini setiap individu berusaha untuk memperooleh yang terbaik
untuk dirinya sendiri bukan untuk masyarakat luas.
e. eksternalitas antarspesies
Eksternalitas ini berhubungan dengan hubungan mangsa pemangsa , dimana satu
spesies bisa menjadi bahan makanan untuk spesies lainnya.
10
f. eksternalitas stok
Eksternalitas ini dimana masuknya armada baru mengurangi ketersediaan stok
sehingga meningkatkan biaya penangkpan bagi yang lain.
g. eksternalitas teknologi
Eksternalitas teknologi terjadi manakala teknologi penangkapan suatu alat
mengubah struktur dinamika populasi dari spesies target dan by catch yang kemudian
menimbulkan dampak negatif bagi alat lain. Eksternalitas teknologi ini dapat
dogolongkan ke dalam dua tiper yakni eksternalitas sekuensial dan eksternalitas
eccdental. Eksternalitas sekuensial terjadi ketika nelayan skala kecil dan nelayan
skala besar mengeksploitasi stok ikan pada siklus hidup yang berbeda. Jadi ketika
nelayan skala kecil menangkap ikan pada umur yang masih juvenil, hal ini akan
menimbulkan dampak eksternalitas pada nelayan industri yang mengkap ikan pada
siklus hidup ikan dewasa. Eksternalitas accidental terjadi ketika secara teknologi ada
ketergantungan antara dua alat tangkap dalam menangkap ikan. Misalnya dalam
perikanan udang, by catch ikan demersal yang dihasilkan dari perikanan demersal.
2.3. Faktor-faktor Penyebab Eksternalitas
Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi,
eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-
prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau
sumberdaya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan
keadaan-keadaan dimana unsur hak pemikiran atau pengusahaan sumber daya
11
(property rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan
baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Kalau ini
dibiarkan, maka ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap
ekonomi terutama dalam jangka panjang.
2.4. Identifikasi Eksternalitas Terhadap Perikanan Tangkap Secara Khusus
Identifikasi Eksternalitas perikanan tangkap secara khusus yang dilakukan
adalah identifikasi jenis-jenis eksternalitas yang timbul baik positif maupun negatif
yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung.
2.4.1. Eksternalitas Negatif
1. Potensi perikanan tangkap selalu menurun
Karena di beberapa daerah di Indoensia penangkapan sudah tergolong over
fishing sehingga potensinya sudah menurun. Sehingga tidak dapat meningkatkan
perikanan tangkap karena harus dilakukannya pemulihan dulu yang
membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
2. Kerusakan dan pencemaran perairan
Pada perikanan tangkap kerusakan lingkungan dapat menurunkan perikanan
Indonesia. Karena tidak ada lagi tempat yang baik untuk ikan makan, tumbuh, dan
berkembang biak sehingga jumlah ikan akan terus menurun.
3. Lemahnya kerangka hukum dalam hal pengaturan dan perangkat hukum
penegaknya
Akibat lemahnya hukum dapat membuat ilegal fishing semakin merajalela.
Sehingga perikan Indonesia akan semakin jatuh dan tertinggal.
12
4. Alat tangkap yang semakin produktif
Alat tangkap yang terlalu produktif menjadi efek negatif bagi perikanan tangkap
karena biasanya mengesampingkan ramah lingkungan. Sehingga alat itu dapat
menangkap banyak ikan tapi merusak ekosistem tempat ikan itu berkembang.
2.5. Kebijakan Untuk Mengatasi Eksternalitas
1. Solusi dalam mengatasi polusi
Tentunya dalam melakukan proses produksi , dihasilkan pula sisa pembuangan
yang berbentuk cair, padat gas. Perusahaan dapat membayar pajak polusi sebesar
polusi yang dikeluarkan . pengenaan pajak tersebut dapat dikatakan mampu
menciptatakan internalisasi esternalitas.
2. Tradeobel Emmisions permit
Dapat dilakukan perusahaan terkait dengan mengurangi jumlah polusi yang
ditimbulkan dari pada harus membayar pajak yang mahal.
3. Dilakukan Proverty Right
Dalam Coase theorem menyatakan bahwa penerapan property right akan
mengarahkan pada solusi optimal, memperhatikan siapa yang menerimanya, jika
transaction cost kecil dan jumlah yang bernegosiasi terbatas.Contohnya,
masyarakat disekitar pabrik atau daerah pertambangan, berhak mendapat udara
bersih, ketenangan, air bersih.oleh karena itu perusahaan harus membayar biaya
untuk masyarakat yang terkena dampak polusi.
4. Dibangunnya sarana dan prasarana
Misalnya berupa jembatan penyebrangan, jalan raya, rel kereta api, dan
13
sarana publik lainya.Sehingga keberadaan perusahaan dirasakan manfaat bagi
warga sekitarnya.ini juga merupakan salah satu tanggung jawab
perusahaan dan limpahan manaat dari adanya teknologi yang dibuat.
2.6. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Indonesia
2.6.1. Landasan Hukum Pengelolaan SDI
Undang-undang dan peraturan peraturan yang menjadi landasan hokum dalam
melakukan pengelolaan sumberdaya ikan antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 yang
menyatakan bahwa tanah, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya
digunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat,
b. Konvensi Hukum Laut (United Nation Convention of Law of The Sea,
UNCLOS) tahun 1982 pasal 61 yaitu Negara pantai berkewajiban diantaranya :
memastikan tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya
perikanan; menjamin MSY; menjaga agar jangan terjadi akibat negative dari cara
penangkapan tertentu terhadap jenis-jenis kehidupan laut lainnya, dan
sebagainya.
c. United Nation Fish Stock Agreement oleh FAO tahun 1995 yang
mengamanahkan Negara pantai dan Negara penangkap ikan jarak jauh di laut
lepas (Distant Water Fishing State, DWFS) wajib : menerapkan pendekatan
kehati-hatian, mempelajari akibat dari penangkapan ikan, menggunakan upaya-
upaya konservasi dan managemen, melindungi kategori stok target, melindungi
keanekaragaman organisme, menghindari penangkapan ikan dan kapasitas
penangkapan ikan yang berlebih, memperhatikan kepentingan nelayan kecil,
14
melaksanakan upaya konservasi dan managemen melalui observasi, control dan
pemantauan yang efektif dan lain-lain.
d. Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) oleh FAO tahun 1995
tentang pengelolaan perikanan bertanggung jawab mengamanahkan antara lain :
Negara pengguna SDI harus menjaga SDI dan lingkungannya, hak menangkap
ikan harus disertai dengan kewajiban menangkap dengan cara yang bertanggung
jawab, Negara harus mencegah terjadinya penangkapan yang berlebih, kebijakan
pengelolaan SDI harus berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia,
pelaksanaan pengelolaan SDI harus menerapkan pendekatan kehati-hatian
(precautionary approach), pengembangan dan penerapan alat penangkapan ikan
yang selektif dan ramah lingkungan, perlu dilakukan perlindungan terhadap
habitat perikanan yang kritis, Negara harus menjamin terlaksananya pengawasan
dan kepatuhan dalam pelaksanaan pengelolaan.
e. Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan antara lain Bab I pasal
1 ayat 7 dan Bab IV pasal 6 ayat 1.
f. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, “hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah
dengan pemerintah daerah lainnya dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam, dan
sumberdaya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras”.
15
III. PENUTUP
Potensi sumberdaya ikan di Indonesia cukup tinggi hanya saja
pemanfaatannya tidak merata baik antara baik antara kelompok SDI yang berbeda
dalam satu wilayah pengelolaan perikanan, maupun antar kelompok SDI yang sama
dalam wilayah pengelolaan perikanan yang berbeda sehingga perlu dilakukan upaya-
upaya pengelolaan yang sungguh- sungguh sesuai yang diperintahkan oleh undang-
undang nasional dan peraturan internasional.
Problematika yang masih sampai saat ini terhadap perikanan dan kelautan di
Indonesia antara pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan sehingga mengganggu
keberlangsungan stok, armada penangkapan yang semakin banyak dan semakin
produktif serta investasi atau penangkapan perikanan dari negara asing yang termasuk
dalam eksternalitas negatif.
Upaya yang sedang dicanangkan dari pemerintah khususnya Kementerian
Kelautan dan Perikanan antara lain membuat kebijakan sesuai keadaan lapangan serta
implementasi dan aplikasi dari peraturan-peraturan sebelumnya dan pengawasan serta
strategi pengelolaan sumberdaya dalam rangka optimalisasi pembangunan pada
sektor perikanan dan kelautan Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2005. Merajut Keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Kawasan Timur Indonesia Bagi Pembangunan Kelautan Berkelanjutan.
Disajikan pada Seminar Makassar Maritime Meeting. Makasar.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP. 2005. Pemacuan Stok Ikan Dalam
Upaya Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap. Makalah Seminar.
Makassar.
Fauzi, A. 2005. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mallawa, A. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan dan Berbasis
Masyarakat.
Nikijukuw,V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta.
Suparmoko, Mohd. 2006. EkonomiSumberdaya Alam dan LingkunganYogyakarta:
BPFE.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
top related