makala diskriminasi harga
Post on 21-Jan-2016
1.058 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DISKRIMINASI HARGA
Disusun oleh :
PATRA WIBOWO (01101402062)
DEPI SAPUTRA (01101402052)
RATIH ACTAVIA (01091402033)
Dosen Pembimbing
PROF. DR. BERNADETTE. M.Sc/ DRS. TEGUH. M.Si
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMIPALEMBANG
2013
1
I. Latar Belakang
Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak
berkaitan dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga
yang sama karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak
semua perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga.
Diskriminasi harga seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Monopolis menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan
mereka untuk meningkatkan keuntungan. Dengan melakukan hal tersebut, mereka
mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan
kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. Dengan memberikan harga yang berbeda
untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi dan mereka yang mau membeli
dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan keuntungan serta kepuasan
pelanggannya.
Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah
selisih harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar
dibayar oleh konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya
kenyataan bahwa konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka
perusahaan akan berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan
diskriminasi harga
Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
i. Sikap pengguna
2
Pembeli tidak peduli dengan perbezaan harga barang tersebut kerana
beberapa sebab seperti layanan yang diterima lebih baik, jarak kedai dengan
rumah yang lebih dekat, telah biasa dengan kedai tersebut dan sebagainya.
ii. Pasaran hendaklah terpisah
Pasaran hendaklah dipisahkan supaya tidak berlaku perpindahan penjual dan
pembeli di antara dua pasaran. Contohnya penjual dari pasaran barang yang
murah harganya kepada pasaran barang yang mahal harganya dan sebaliknya.
iii. Barang tidak boleh dipindahkan.
Seseorang penjual yang membeli barang di pasar yang murah tidak boleh
menjualnya semula di pasar yang mahal harganya ( arbitrage). Ini kerana harga
barang di pasar yang murah tadi akan meningkat disebabkan kekurangan
penawaran dan harga barang di pasar yang mahal akan berkurangan disebabkan
pertambahan penawaran Ini akan menyebabkan amalan diskriminasi harga tidak
berjaya.
iv. Keanjalan permintaan berbeza.
Keadaan pasaran mestilah dibezakan mengikut kebolehan untuk membayar
atau keanjalan permintaan yang berlainan. Ini bermakna penjual di pasar yang
permintaannya anjal boleh menjual dengan harga yang lebih rendah manakala
penjual di pasar yang permintaannya kurang anjal boleh menjual dengan harga
yang lebih tinggi untuk menambahkan jumlah hasil.
v. Kos memisahkan pasaran tidak melebihi keuntungan.
3
Kos untuk memisahkan pasaran seperti kos pengangkutan, kos pengiklanan
dan sebagainya mestilah kurang daripada keuntungan yang diperolehi.
II. JENIS – JENIS DISKRIMINASI HARGA
Jenis – jenis diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1. Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay)
masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing
4
konsumen. Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda
pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang
tersaji pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1
Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada
grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga
terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P
tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen
berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen
yang akan membeli produk tersebut, Dan begitu sebaliknya, apabila produsen
menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli
barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli
pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus
konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen
namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price
discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.
Kasus Diskriminasi Harga Derajat I
5
Diskriminasi harga derajat I dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay)
masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing
konsumen. Walaupun harga yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan
oleh produsen adalah sama.
Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat
terbang. Menurut hasil wawancara, memang pada prakteknya dokter tidak menerapkan
beban biaya yang sama kepada setiap pasien nya. Jika si dokter mengetahui bahwa
tingkat ekonomi pasien lemah, dokter bisa meminimalkan biaya bahkan bisa
menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara ekonomi
dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap pasien
sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien, dokter tidak
menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.
Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga derajat I. Harga Tiket
Pesawat Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal
5 Febuari 2013 pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp.
500.000,00. Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat
yang sama) harganya menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hamper 150%.
Dalam satu pesawat yang sama, kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk
harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen
sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi harga derajat I, ketika perbedaan harga
dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.
2. Diskriminasi harga derajat 2
Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
6
dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price
konsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda
harganya. Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada
gambar 2.
Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2
Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada
grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah
konsumsi. Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah
output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha
menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik
membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.
Kasus Diskriminasi Harga Derajat II
Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price
konsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
7
eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda
harganya.
Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.
Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, pada bulan Januari 2013,
sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan Harga Indomie Pada Pembelian Kardus Dan Eceran
Nama produk Harga perKardus
(Rp)
Harga satuan bila membeli 1
Kardus(Rp)
Harga satuan eceran( Rp )
Selisih Harga(Rp)
Indomie Ayam bawang 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Soto 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Kari ayam 57.500 1.437,5 1.600 162,5
Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5
Indomie Goreng rendang 56.500 1.412,5 1.600 187,5
Keterangan :. 1 Kardus mie instan isi 40 pcs
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran
dan pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5
sampai dengan Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara
eceran sebenarnya menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika
membeli secara kardus, produsen mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara
langsung walaupun secara nominal lebih sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs
secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan dengan harga yang lebih murah bila
membeli banyak (kardus). Bagi konsumen yang tidak memerlukan mie instan dalam
jumlah banyak, pembelian secara eceran sangat menguntungkan konsumen. Bagi
produsen pun, penjualan secara eceran akan menambah keuntungan.
Kebijakan diskriminasi harga derajat II dapat meningkatkan kesejahteraan
konsumen karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini
8
dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada
pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per
kardus, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per kardus daripada
membeli barang eceran.
3. Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing
kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak
mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price
kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis,
maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.
Contoh : barang yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya.
Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3
Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 3.
Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang
lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.
9
Kasus Diskriminasi Harga Derajat III
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing
kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak
mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price
kelompok konsumen.
Contoh kasus dari diskriminasi harga derajat ketiga adalah perbedaan harga yang
ditawarkan di Restoran Solaria. Harga makanan yang ditetapkan Restoran Solaria di
Margo City, Depok dan di Bandara Soekarno Hatta berbeda Rp 5.000,00, sedangkan
untuk harga minuman berbeda Rp. 2.000,00. Perbedaan harga ini disebabkan karena
menurut produsen, terjadi perbedaan kemampuan atau daya beli antara dua lokasi
tersebut. Produsen menganggap bahwa bandara merupakan kawasan yang cukup elit,
sehingga produsen menganggap bahwa konsumen mampu membeli dengan harga yang
lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di Margo City dan di Bandara
Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang berbeda, harga yang
ditawarkan pun berbeda.
10
III. BAGAIMANA MONOPOLIS DISKRIMINASI HARGA MENCAPAI KESEIMBANGAN.
Monopolis akan mencapai keseimbangan apabila menjual barangnya di setiap
pasaran sehingga hasil Marjinal Revenue (MR) bagi setiap pasaran itu adalah sama
dan monopolis akan mendapat untung yang maksimum (MC=MR).
Tabel. 2 Tabel Hasil Penerimaan Monopolis
Qty (UniT)
Pasar A Pasar B
H(RP) HP(RP) HS(RP) H(RP) HP(RP) HS(RP)1 8 8 8 12 12 12
2 7,5 15 7 11 22 10
3 7,0 21 6 10 30 8
4 6,5 26 5 9 36 6
5 6,0 30 4 8 40 4
6 5,5 33 3 7 42 2
Dari tabel di atas, monopolis akan menjual 5 unit di pasar A dan 5 unit di pasar B
kerana HS pasar A = HS pasar B. Harga yang dikenakan di pasar A ialah Rp.6.00 dan di
pasar B ialah Rp.8.00.
Jumlah hasil yang diperoleh oleh monopolis di pasar A adalah Rp.30 (5 X Rp.6) dan di
pasar B adalah Rp.40 (5 X Rp.8). Andaikan jumlah biaya untuk mengeluarkan 10 unit
barang tersebut adalah Rp.45. Oleh itu keuntungan yang diperolehi adalah:
Keuntungan = Jumlah hasil – Jumlah Biaya
= (Rp.30 + Rp.40) – Rp.45
11
= Rp.25.
Jika monopolis tidak mengamalkan diskriminasi harga dan menjual 10 unit barang
dengan harga Rp.5, maka keuntungan yang diperolehi adalah:
Keuntungan = (10 X Rp.5 ) – Rp.45
= Rp.5
Oleh itu diskriminasi harga telah menambahkan keuntungan sebanyak Rp.20 ( Rp.25 –
Rp.5)
Secara gambar juga dapat ditunjukkan bagaimana monopolis diskriminasi harga
mencapai keseimbangan.
Monopolis diskriminasi harga akan mencapai keseimbangan apabila HS di pasar A = HS
dipasar B. Kuantiti keseimbangan adalah OQ + OQ1 iaitu apabila HS = KS pada titik e.
Harga barang di pasar A ialah OPo dan di pasar B ialah OP1. Jika monopolis menjual di
pasar A saja atau di pasar B saja keuntungan adalah seperti kawasan yang diatsir (lebih
kecil). Tetapi jika penjual menjalankan diskriminasi harga maka keuntungannya seperti
kawasan beratsir (lebih besar).
12
IV. SOLUSI KASUS
Strategi diskriminasi harga pada umumnya memberikan keuntungan baik bagi
konsumen maupun bagi produsen. Diskriminasi harga tingkat pertama menguntungkan
konsumen maupun produsen, tetapi dengan 1 syarat, produsen mengetahui kemampuan
konsumen sehingga mampu memberikan diskriminasi harga tepat sasaran.
Diskriminasi harga tingkat kedua memberikan keuntungan dari perbedaan
pembelian secara partai maupun eceran. Dengan melihat kebutuhan, konsumen dapat
memilih keuntungan dari pembelian partai maupun eceran. Sedangkan untuk diskriminasi
harga tingkat ketiga memberlakukan perbedaan harga berdasarkan daya beli sekelompok
konsumen. Produsen harus memperkirakan dengan tepat kemampuan sekelompok
konsumen agar strategi diskriminasi harga tepat sasaran.
Berdasarkan penjabaran di atas, bagi produsen, informasi terutama informasi
daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus dimiliki produsen
ketika ingin menerapkan strategi diskriminasi harga. Bagi konsumen pun penerapan
strategi diskriminasi harga ternyata memuaskan konsumen, karena konsumen dipuaskan
karena kebutuhannya terpenuhi.
13
V. KESIMPULAN
1. Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak
berkaitan dengan biaya
2. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena
alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua
perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga
3. Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga: Jika monopolis mampu memisah-
misahkan pasar dan elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda
di antara kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan
4. Diskriminasi harga dibedakan menjadi 3 tingkat.
5. Diskriminasi harga tingkat pertama menguntungkan konsumen maupun produsen,
tetapi dengan 1 syarat, produsen mengetahui kemampuan konsumen sehingga
mampu memberikan diskriminasi harga tepat sasaran.
6. Diskriminasi harga tingkat kedua memberikan keuntungan dari perbedaan pembelian
secara partai maupun eceran. Dengan melihat kebutuhan, konsumen dapat memilih
keuntungan dari pembelian partai maupun eceran
7. Diskriminasi harga tingkat ketiga memberlakukan perbedaan harga berdasarkan daya
beli sekelompok konsumen. Produsen harus memperkirakan dengan tepat
kemampuan sekelompok konsumen agar strategi diskriminasi harga tepat sasaran.
8. Informasi daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus
dimiliki produsen ketika ingin menerapkan strategi diskriminasi harga.
DAFTAR PUSTAKA
Hari. 2012. Diskriminasi Harga. http://hary-semarang.blogspot.com/2012/01/diskriminasi-
harga.html. Didownload pada tanggal 15 Januari 2013.
14
Hafida. 2009. Diskriminasi Harga Pasar Monopoli.
http://hafidasatya.blogspot.com/2009/12/diskriminasi-harga-pasar-monopoli.html.
Didownload pada tanggal 15 Januari 2013.
Kotler, P dan Armstrong G. 1991. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia.
top related