lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/3246/5/bab iv.pdfberedar (m2)...
Post on 25-Aug-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran mengenai data dan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Gambaran mengenai data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi gambaran nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
serta data sekunder yang telah dikumpulkan tersebut dari laporan moneter Bank
Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan sumber-sumber lainnya yang dapat
mendukung penelitian ini. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk
mengetahui pengaruh variabel ekonomi seperti jumlah uang beredar, tingkat
inflasi, tingkat suku bunga, produk domestik bruto, dan cadangan devisa terhadap
pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
Berdasarkan rumusan masalah serta model penelitian yang dikemukakan pada
bab I dan II maka hasil dan pengolahan data dilakukan teknik analisa data secara
deskriptif dan statistik. Analisa deskriptif merupakan analisis yang
mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk
mendukung hasil analisis statistik. Sedangkan analisa statistik merupakan analisis
yang mengacu pada perhitungan data penelitian berupa angka-angka yang diolah
menggunakan program SPSS 19.00 untuk menjawab hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini. Model penelitian yang digunakan untuk melihat kebenaran
hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan menggunakan
data kuartalan pada periode 2002-2012.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
56
Secara umum model persamaan linear ditulis sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
dimana :
Y = Perubahan Kurs IDR/USD
a = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi
X1 = Perubahan selisih jumlah uang beredar Indonesia dan Amerika
X2 = Perubahan selisih tingkat inflasi di Indonesia dan Amerika
X3 = Perubahan selisih suku bunga Indonesia dan Amerika
X4 = Perubahan selisih cadangan devisa pada Balance of Payment
(BOP)
e = error
4.1.1 Deskriptif Data Indonesia
Deskriptif data Indonesia meliputi data pergerakan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika, jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi, SBI, produk
domestik bruto yang disajikan dalam gambar 4.1 di bawah ini.
Pada gambar 4.1 dijelaskan bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika, bergerak secara fluktuaktif dalam kisaran Rp 8,000- Rp 11,000.
Dimana pada tahun 2008-2009, rupiah cenderung bergerak naik atau mengalami
apresiasi terhadap Dollar Amerika. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh
fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dalam menghadapi krisis ekonomi
yang terjadi di Amerika serta negara-negara Eropa lainnya. Kondisi perekonomian
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
57
yang buruk yang terjadi di Amerika turut serta mendorong mata uang Dollar yang
mana merupakan salah satu mata uang kuat dunia, mengalami depresiasi terhadap
beberapa mata uang dunia termasuk terhadap mata uang Rupiah.
Sedangkan untuk jumlah uang beredar (M2), dari gambar 4.1 dijelaskan
bahwa jumlah uang beredar (M2) mengalami peningkatan dan cenderung stabil
pada saat sebelum dan sesudah terjadi krisis di Amerika. Dimana jumlah uang
beredar (M2) di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 3,304,645 Milyar rupiah,
yang mana sebelumnya jumlah uang beredar (M2) pada tahun 2002 berjumlah
831,411 Milyar Rupiah.
Untuk inflasi, pada saat sebelum dan saat terjadi krisis ekonomi di
Amerika, tingkat inflasi di Indonesia bergerak secara fluktuaktif cukup tajam.
Pada tahun 2005 sampai dengan 2006 kenaikan tingkat inflasi Indonesia pernah
mencapai level tertinggi sebesar 17.11%. Namun setelah krisis yang terjadi di
Amerika, inflasi di Indonesia cenderung bergerak turun dan stabil pada kisaran
level 5%.
SBI rate pada saat sebelum krisis ekonomi yang terjadi di Amerika berada
pada kisaran diatas 7%, tetapi pada saat krisis ekonomi di Amerika tahun 2008
SBI rate cenderung bergerak turun pada kisaran dibawah 7% dan bergerak stabil
di bawah 5%.
Dari gambar 4.1 dijelaskan pula bahwa cadangan devisa Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada saat sebelum dan sesudah
krisis ekonomi yang terjadi di Amerika. Pada tahun 2012 cadangan devisa
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
58
Indonesia telah mencapai 112,781 juta US$ dimana sebelumnya pada tahun 2002
cadangan devisa Indonesia adalah 28,003.50 juta US$.
Gambar 4.1 Data Indonesia
Rp-
Rp5.000
Rp10.000
Rp15.000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Nilai tukar
Nilai Tukar
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
M2 Milyar Rp
M2 Milyar Rp
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
59
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Inflasi
Tingkat Inflasi
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
SBI %
SBI
-
50.000,00
100.000,00
150.000,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
cadangan devisa jutaUS$
cadangan devisa
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
60
4.1.2 Deskriptif Data Amerika
Deskriptif data Amerika meliputi jumlah uang beredar (M2), inflasi, suku
bunga The Fed, dan produk domestic bruto Amerika yang disajikan dalam gambar
4.2 dibawah ini.
Dari gambar 4.2 dijelaskan bahwa jumlah uang beredar (M2) Amerika
memiliki tren yang cenderung stabil, secara bertahap jumlah uang yang beredar di
Amerika mengalami peningkatan yang bertahap sepanjang tahun 2003 -2008.
Namun pasca krisis yang terjadi di Amerika jumlah uang beredar (M2) Amerika
terjadi peningkatanyang cukup signifikan hingga mencapai 100,591,208 milyar
rupiah.
Tingkat Inflasi di Amerika saat sebelum terjadi krisis berada dalam
kisaran 1%-3%. Namun saat terjadi krisis, tingkat inflasi di Amerika meningkat
hingga mendekati level tertinggi di level 5%. Akan tetepi setelah terjadi krisis
tingkat inflasi amerika kembali turun mendekati level pada tahun-tahun
sebelumnya.
Untuk suku bunga, pada penelitian ini digunakan The Fed rate sebagai
acuan tingkat suku bunga di Amerika. Pada gambar 4.2, suku bunga di Amerika
mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2005-2007 hingga
mencapai level tertingginya diatas 4%. Namun setelah terjadi krisis di Amerika
pada tahun 2008, suku bunga Amerika cenderung bergerak turun mendekati 0.1%.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
61
Gambar 4.2 Data Amerika
-
20.000.000,00
40.000.000,00
60.000.000,00
80.000.000,00
100.000.000,00
120.000.000,00
M2 Milyar Rp
JUB
-0,020
-0,010
0,000
0,010
0,020
0,030
0,040
0,050
0,060inflasi
inflasi
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
Interest rate
Interest rate
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
62
4.2 Deskripsi Variabel
Pada bagian ini akan disajikan statistika deskripsi dari variabel dependen
dan independen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel tersebut meliputi
kurs sebagai variabel dependen serta jumlah uang beredar, tingkat inflasi, SBI
rate, dan cadangan devisa sebagai variabel independen. Berikut ini ditunjukkan
hasil statistik deskripsi dari masing-masing variabel yang diolah dengan
menggunakan SPSS versi 17.0.1.
4.2.1 Deskripsi Variabel Dependen
Nilai tukar mata uang antara dua negara adalah harga dari mata uang yang
digunakan oleh penduduk negara-negara tersebut untuk saling melakukan
perdagangan antara satu sama lain (Mankiw, 2007). Berdasarkan pengertian
tersebut, nilai tukar mata uang memiliki peranan penting dalam perekonomian
suatu negara dalam membiayai kebutuhan ekspor dan impor negara tersebut.
Bagi negara Indonesia yang menganut sistem nilai tukar bebas
mengambang (free floating exchange rate), pergerakan nilai tukar yang bergerak
secara fluktuaktif dipengaruhi adanya kekuatan permintaan dan penawaran akan
suatu mata uang pada mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).
Mata uang suatu negara dikatakan mengalami apresiasi jika nilai tukar
relatif terhadap mata uang negara lain mengalami kenaikan. Sebaliknya mata uang
suatu negara dikatakan mengalami depresiasi jika nilai tukar relatif terhadap mata
uang negara lain mengalami penurunan.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
63
Berikut akan disajikan gambaran atau deskriptif variabel yang dilihat dari
nilai rata-rata, standart deviasi, maksimum, dan minimum.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics Kurs
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kurs 44 8285 11575 9282.25 615.805
Valid N (listwise) 44
Dari tabel 4.1 dapat diketahui variabel kurs atau nilai tukar memiliki nilai
rata-rata yaitu sebesar 9,282.25 dengan nilai tertinggi sebesar 11,575 dan nilai
terendah sebesar 8,285. Sedangkan untuk nilai standart deviasi variabel nilai tukar
memiliki nilai sebesar 615.805.
4.2.2 Deskripsi Variabel Independen
Disini akan dijelaskan gambaran mengenai variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini yang meliputi perubahan selisih jumlah uang beredar,
perubahan selisih tingkat inflasi, perubahan selisih suku bunga, dan perubahan
selisih cadangan devisa Indonesia.
Berikut akan disajikan deskriptif variabel yang dilihat dari nilai rata-rata,
standart deviasi, maksimum dan minimum.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
64
Perubahan Selisih Jumlah Uang Beredar
Menurut Nilawati (2000:162) jumlah uang beredar yaitu M1 (uang dalam
arti sempit) dan M2 (uang dalam arti luas).Uang dalam arti sempit (M1) adalah
penjumlahan dari uang kartal (uang logam dan kertas) serta uang giral (uang
dalam rekening koran yang dapat diambil setiap waktu), sedangkan uang dalam
arti luas (M2) adalah penjumlahan dari M1 dan uang kuasi yang berupa tabungan,
deposito berjangka, giro, dan mutual funds.
Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan yaitu variabel
perubahan selisih JUB (jumlah uang beredar) diperoleh berdasarkan perhitungan
selisih jumlah uang beredar (M2) Indonesia dikurangi jumlah uang beredar (M2)
Amerika
Berikut akan disajikan gambaran atau deskriptif variabel yang dilihat dari
nilai rata-rata, standart deviasi, maksimum, dan minimum.
Tabel 4.2 Descriptive Statistics JUB
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Perubahan Selisih
JUB
44 -97286563.0 -47305569.0 -6.830E7 1.3940E7
Valid N (listwise) 44
Dari tabel 4.2 dapat diketahui variabel perubahan selisih JUB memiliki
nilai rata-rata yaitu sebesar -68,296,787.08 dengan nilai tertinggi sebesar -
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
65
47,305,569 dan nilai terendah sebesar -97,286,563. Sedangkan untuk nilai standart
deviasi variabel perubahan selisih JUB memiliki nilai sebesar 13,939,968.38.
Perubahan Selisih Tingkat Inflasi
Menurut Rahardja dan Manurung (2008:165), inflasi adalah kenaikan
harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sehingga Inflasi
merupakan ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan
harga rata-rata barang dan jasa yang secara umum meningkat secara terus
menerus, dimana perhitungannya dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan, triwulan, maupun tahunan.
Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan yaitu variabel
perubahan selisih inflasi diperoleh berdasarkan perhitungan selisih tingkat inflasi
di Indonesia dikurangi tingkat selisih di Amerika.
Berikut akan disajikan gambaran atau deskriptif variabel yang dilihat dari
nilai rata-rata, standart deviasi, maksimum, dan minimum.
Tabel 4.3 Descriptive Statistics Inflasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Perubahan Selisih Inflasi 44 .06 13.69 5.1820 3.45316
Valid N (listwise) 44
Dari tabel 4.3 dapat diketahui variabel perubahan selisih inflasi memiliki
nilai rata-rata yaitu sebesar 5.18% dengan nilai tertinggi sebesar 13.69% dan nilai
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
66
terendah sebesar 0.06 %. Sedangkan untuk nilai standart deviasi variabel
perubahan selisih inflasi memiliki nilai sebesar 3.45 %.
Perubahan Selisih Suku Bunga
Menurut Didy et. al. (2000, hal 129) tingkat suku bunga ditentukan oleh
interaksi antara suplai tabungan yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable funds)
dan permintaan terhadap dana tersebut untuk diinvestasikan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia dengan system diskonto (menurut Bank Indonesia)
Definisi The Fed rate atau The Fed Fund Rate adalah rate interest untuk
mengontrol kondisi moneter Amerika Serikat. The Fed Fund Rate Ini adalah
bunga yang berlaku antar-bank ketika mereka saling meminjam dana.
Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan yaitu variabel
perubahan selisih suku bunga diperoleh berdasarkan perhitungan selisih suku
bunga SBI Indonesia dikurangi suku bunga Amerika (The Fed Fund Rate).
Berikut akan disajikan gambaran atau deskriptif variabel yang dilihat dari
nilai rata-rata, standart deviasi, maksimum, dan minimum.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
67
Tabel 4.4 Descriptive Statistics Suku Bunga
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Perubahan Selisih Suku Bunga 44 3.3100 15.0300 6.798864 2.5849855
Valid N (listwise) 44
Dari tabel 4.4 dapat diketahui variabel perubahan selisih suku bunga
memiliki nilai rata-rata yaitu sebesar 6.79% dengan nilai tertinggi sebesar 15.03%
dan nilai terendah sebesar 3.31 %. Sedangkan untuk nilai standart deviasi variabel
perubahan selisih suku bunga memiliki nilai sebesar 2.58 %.
Perubahan Selisih Cadangan Devisa
Menurut Bank Indonesia, cadangan devisa merupakan aset eksternal yang
dapat langsung tersedia bagi dan berada di bawah kontrol Bank Indonesia selaku
otoritas moneter untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran serta
melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara kestabilitan nilai tukar.
Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca
pembayaran (BOP). Cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh neraca
transaksi berjalan yang mana merupakan selisih antara ekspor dan impor barang
dan jasa, serta neraca modal yang mana merupakan selisih antara capital inflow
(arus kas modal yang masuk) dan capital outflow (arus kas modal yang keluar).
Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan yaitu variabel
perubahan selisih cadangan devisa Indonesia diperoleh berdasarkan perhitungan
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
68
selisih cadangan devisa Indonesia periode t dikurangi cadangan devisa Indonesia
periode sebelumnya (t-1).
Berikut akan disajikan gambaran atau deskriptif variabel yang dilihat dari
nilai rata-rata, standart deviasi, maksimum, dan minimum
Tabel 4.5 Descriptive StatisticsCadangan Devisa
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Perubahan Selisih
Cadangan devisa
44 -5468.6800 13946.0000 1926.481818 4.0275591E3
Valid N (listwise) 44
Dari tabel 4.5 dapat diketahui variabel perubahan selisih cadangan devisa
Indonesia memiliki nilai rata-rata yaitu sebesar 1,926.48 dengan nilai tertinggi
sebesar 13,946.00 dan nilai terendah sebesar -5,468.68. Sedangkan untuk nilai
standart deviasi variabel perubahan selisih cadangan devisa memiliki nilai sebesar
4,027.56
4.3 Analisa Data
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi data dilakukan untuk mengetahui kondisis data yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat
untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang
dilakukan meliputi: uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov satu arah
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
69
dan analisis grafik, uji multikolineritas dengan matrik korelasi antar variabel
bebas dan perhitungan nilai tolerance serta VIF, uji autokorelasi dengan
menggunakan Durbin Watson Statistika dan uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya.
4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi baik
variable independent maupun varabel dependen memiliki distribusi data normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini untuk menentukan
normalitas data dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Berikut akan disajikan hasil dari Kolmogorov-Smirnov satu arah
variabel kurs, perubahan selisih jumlah uang beredar, perubahan selisih inflasi,
perubahan selisih suku bunga, dan perubahan selisih cadangan devisa untuk
mengetahui gambaran umum mengenai data yang diperoleh selama periode
penelitian.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
70
Dari table 4.6 dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, perubahan
selisih JUB, perubahan selisih inflasi, perubahan selisih suku bunga, dan
perubahan selisih cadangan devisa Indonesia memiliki tingkat signifikansi diatas
0.05. artinya data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki distribusi yang
normal dan menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi
asumsi normalitas.
4.3.1.2 Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model
regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas, yaitu korelasi antara
perubahan selisih JUB, perubahan selisih inflasi, perubahan selisih suku bunga,
dan perubahan selisih cadangan devisa.Jika terjadi korelasi, maka dapat dikatakan
ada gejala multikolinearitas.
Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kurs Perubahan Selisih
JUB Perubahan Selisih
Inflasi
Perubahan Selisih Suku
Bunga
Perubahan Selisih
Cadangan devisa
N 44 44 44 44 44
Normal Parametersa,,b
Mean 9282.25 -6.830E+07 5.1820 6.798864 1926.481818
Std. Deviation
615.805 1.3940E+07 3.45316 2.5849855 4027.5590745
Most Extreme Differences
Absolute .147 .094 .194 .168 .109
Positive .147 .067 .194 .168 .108
Negative -8.986E-02 -9.353E-02 -8.951E-02 -8.856E-02 -1.092E-01
Kolmogorov-Smirnov Z .974 .620 1.284 1.116 .724
Asymp. Sig. (2-tailed) .299 .836 .074 .166 .670
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
71
Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara
variabel bebas, yang ditunjukkan dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di
sekitar angka satu dan angka tolerance yang mendekati 1 (satu).
Dari hasil pengolahan data seperti yang terlihat pada tabel 4.7 dapat
diketahui bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF di sekitar angka 1 dan
nilai Tolerance mendekati 1. Dengan demikian tidak ditemukan gejala
multikolinearitas.
Tabel 4.7 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 6818.784 468.070 14.568 .000
Perubahan Selisih
JUB
.000 .000 -.691 -5.933 .000 .817 1.224
Perubahan Selisih
Inflasi
84.696 23.985 .475 3.531 .001 .613 1.631
Perubahan Selisih
Suku Bunga
2.973 33.697 .012 .088 .930 .554 1.804
Perubahan Selisih
Cadangan devisa
-.042 .016 -.278 -2.627 .012 .991 1.009
4.3.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sekarang
dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
72
Untuk menentukan autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson,
nilai Durbin-Watson yang terbentuk dibandingkan dengan nilai tabel. Bila
Durbin-Watson terletak diantara batas (du) dan 4- batas atas du maka tidak terjadi
autokorelasi dan model regresi layak untuk digunakan.
Tabel 4.8 Durbin Watson
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .753a .567 .523 425.316 0.854
Dari hasil SPSS di atas terlihat bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar
0.854. Nilai Durbin-Watson berdasarkan tabel dengan derajat kepercayaan sebesar
5% adalah dL sebesar 1.326 dan dU sebesar 1.720 sehingga nilai 4-du adalah
2.280 . Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 0.854 sehingga DW < dL,
maka model regresi ini menunjukkan adanya autokorelasi.
Menurut Suliyanto (2011:125), Uji otokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang
diuraikan menurut waktu (time-series). Beberapa penyebab munculnya masalah
autokorelasi dalam analisis regresi adalah:
1. Adanya kelembaman (inertia)
Salah satu ciri yang menonjol dari sebagian data runtut waktu (time
series) dalam fenomena ekonomi adalah kelembaman, seperti pada
pendapatan, indeks harga konsumen, data produksi, dan data ekonomi
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
73
lainnya yang menunjukkan adanya pola konjungtur. Dimana situasi
seperti ini, data observasi pada periode sebelumnya dan periode
sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence).
2. Adanya bias spesifikasi model kasus variabel yang tidak dimasukkan
Hal ini disebabkan oleh tidak dimasukkannya variabel yang menurut
teori ekonomi sangat penting perannya dalam menjelaskan variabel
terikat. Bila hal ini terjadi, unsur penggangu (error term) ui, akan
merefleksikan suatu pola yang sistematis diantara sesame unsur
penggangu sehingga terjadi situasi autokorelasi diantara unsur
penggangu.
Menurut Ghozali (2011) Jika suatu model regresi memiliki autokorelasi,
maka ada beberapa opsi penyelesainnya antara lain:
a. Menentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi.
Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model
yaitu terdapat variabel penting yang tidak dimasukkan kedalam model.
b. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi
adalah dengan mentransformasi model awal menjadi model difference.
Metode ini pada prinsipnya melakukan transformasi dari persamaan
regresi linear biasa dengan memasukkan unsur ρ dalam model
persamaan.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
74
Dimana model transformasi, akan disajikan dalam persamaan berikut:
Persamaan awal : Yt = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4+ e
Persamaan setelah transformasi : (Yt- ρYt-1)= a (1- ρ ) +b1(X1- ρXt-1) +
b2(X2- ρXt-1) + b3(X3- ρXt-1) + b4(X4-
ρXt-1)
Sehingga untuk memperoleh nilai ρ maka digunakan persamaan Theil-Nagar d,
yaitu:
ρ = 𝑁2�1−𝑑2�+𝑘²
𝑛²−𝑘²
Berdasarkan transformasi persamaan regresi linear sebelumnya melalui
persamaan diatas serta pengolahan data dengan menggunakan SPSS, maka
diperoleh kembali hasil output durbin-watson untuk menguji autokorelasi, yang
ditunjukkan pada table 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.9 Durbin Watson
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .768a .590 .533 298.98834 1.928
Dari hasil SPSS di atas terlihat bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar
1.928. Nilai Durbin-Watson berdasarkan tabel dengan derajat kepercayaan sebesar
5% adalah dl sebesar 1.326 dan du sebesar 1.720 sehingga nilai 4-du adalah 2.280.
Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1.928 sehingga sehingga berada
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
75
terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini menunjukkan tidak adanya
autokorelasi dan layak digunakan.
Tabel 4.10 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan uji Durbin-Watson
DW Kesimpulan
0 < d < dl Ada Autokorelasi Positif
dl < d < du Tidak ada Autokorelasi Positif
4-dl < d < 4 Ada Autokorelasi Negatif
4-du < d < d-dl Tidak ada Autokorelasi Negatif
du < d < 4-du Tidak ada Autokorelasi
4.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model yangbaik adalah yang
homoskedastisitas (Ghozali, 2011)
Untuk menentukan heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot, titik-titik
yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dan model regresi layak untuk digunakan.
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot
ditunjukkan pada gambar 4.2 dibawah ini:
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
76
Gambar 4.3
Dari grafik scatterplot pada gambar 4.3 terlihat titik-titik menyebar secara
acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak digunakan.
4.3.2 Uji Hipotesis
4.3.2.1 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel independent
dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
77
Dalam perhitungan statistik ini nilai R² yang digunakan adalah adjusted R
square. Adjusted R square adalah suatu indikator yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independent ke dalam suatu
persamaan regresi. Nilai adjusted R² telah dibebaskan dari pengaruh derajat
kebebasan (degree of freedom) yang berarti nilai tersebut telah benar-benar
menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut adalah koefisien determinasi dari penelitian ini yang disajikan
dalam tabel 4.11
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .753a .567 .523 425.316
Dari tabel di atas bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0.523
menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu menjelaskan 52.3%
variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 47.7% dijelaskan oleh
variabel lain diluar variabel independent. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0,753 menunjukkan bahwa cukup kuat hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen sebesar 75.3%.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
78
4.3.2.2 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap semua variabel dependen (Ghozali,2011).
Berikut hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS yang disajikan dalam
Tabel 4.12:
Tabel 4.12 UJI F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9251406.250 4 2312851.562 12.786 .000a
Residual 7054866.000 39 180894.000
Total 1.631E7 43
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah
sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 12.786. Dasar pengambilan keputusan
adalah tingkat signifikansinya sebesar 5% atau 0,05. Karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan adanya pengaruh perubahan selisih JUB,
perubahan selisih inflasi, perubahan selisih suku bunga, dan perubahan selisih
cadangan devisa secara simultan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
79
4.3.2.3 Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial (individu) didalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011). Berikut hasil SPSS dari Uji t yang disajikan
dalam tabel 4.13
Tabel 4.13
UJI STATISTIK PARAMETRIK SECARA PARSIAL
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6818.784 468.070 14.568 .000
Perubahan
Selisih JUB
-.0000305 .000 -.691 -5.933 .000
Perubahan
Selisih
Inflasi
84.696 23.985 .475 3.531 .001
Perubahan
Selisih
Suku
Bunga
2.973 33.697 .012 .088 .930
Perubahan
Selisih
Cadangan
devisa
-.042 .016 -.278 -2.627 .012
Untuk menentukan variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
atau tidak, t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan tingkat signifikan
yang telah ditentukan. Suatu variabel bebas dianggap mempunyai pengaruh yang
signifikan apabila t hitung > t tabel atau thitung < - t tabel.
Untuk dapat menghitung nilai t tabel, sebelumnya harus menentukan
tingkat kepercayaan dan nilai degree of freedom (df). Nilai df dapat dicari dengan
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
80
cara mengurangi jumlah data observasi (N) dengan jumlah variabel bebas dan
variabel terikat (k). Dengan N=44 dan k= 5, maka didapat hasil df sebesar 39
(df=44-5). Dengan tingkat confidence 95% dan df =39, maka akan didapat hasil t
tabel = 2.023 pada tabel-t.
Dari tabel di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Nilai Tukar = 6818.784 – 0.0000305 Selisih JUB + 84.696 Selisih Inflasi +
2.973 Selisih Suku Bunga – 0.042 Selisih Cadangan devisa
Hasil hipotesis penelitan analisa pengaruh pengaruh JUB, Tingkat Inflasi,
Suku Bunga, dan Cadangan Devisa Indonesia terhadap Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika secara parsial akan dibahas sebagai berikut :
1. Dari persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung dari
perubahan selisih jumlah uang beredar (M2) adalah sebesar -5.933 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari
5% dan nilai t hitung (-5.933) lebih kecil dari t tabel (-2.023) maka
terdapat pengaruh signifikan antara variabel perubahan selisih JUB
terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika..
2. Dari persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung dari
perubahan selisih inflasi adalah sebesar 3.531 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.001. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t
hitung (3.531) lebih besar dari t tabel (2.023) maka terdapat pengaruh
signifikan antara variabel perubahan selisih inflasi terhadap nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika..
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
81
3. Dari persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung dari
perubahan selisih suku bunga adalah sebesar 0.088 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.930. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5%
dan nilai t hitung (0.088) lebih kecil dari t tabel (2.023) maka variabel
perubahan selisih suku bunga terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika tidak berpengaruh signifikan.
4. Dari persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung dari
perubahan selisih cadangan devisa Indonesia adalah sebesar -2.627 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.012. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari
5% dan nilai t hitung (-2.627) lebih kecil dari –t tabel (-2.023) maka
terdapat pengaruh signifikan antara variabel perubahan selisih cadangan
devisa Indonesia terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika..
Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi dan uji secara parsial,
ditemukan variabel perubahan selisih suku bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Maka pada penelitian ini
digunakan metode backward elimination untuk menentukan variabel yang layak
masuk dalam persamaan regresi. Dalam metode backward elimination akan
dikeluarkan (removed) variabel yang tidak layak (tidak berpengaruh signifikan)
dalam persamaan regresi berganda. Berikut hasil SPSS uji t dengan metode
backward elimination :
Tabel 4.14
UJI STATISTIK PARAMETRIK SECARA PARSIAL
BACKWARD ELIMINATION METHOD
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
82
Coefficients(a) Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6818.784 468.070 14.568 .000
Perubahan
Selisih JUB
-.0000305 .000 -.691 -5.933 .000
Perubahan
Selisih Inflasi
84.696 23.985 .475 3.531 .001
Perubahan
Selisih Suku
Bunga
2.973 33.697 .012 .088 .930
Perubahan
Selisih
Cadangan
devisa
-.042 .016 -.278 -2.627 .012
2 (Constant) 6842.499 378.433 18.081 .000
Perubahan
Selisih JUB
-.0000305 .000 -.688 -6.291 .000
Perubahan
Selisih Inflasi
85.899 19.487 .482 4.408 .000
Perubahan
Selisih
Cadangan
devisa
-.043 .016 -.278 -2.666 .011
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, maka diperoleh model ke-2 yang
menyatakan bahwa variabel yang dikeluarkan (removed) adalah variabel
perubahan selisih suku bunga. Hal ini dikarenakan variabel perubahan selisih suku
bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika. Dimana memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.930, yang artinya
tingkat signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung sebesar 0.088 lebih
kecil dari t tabel (2.021).
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
83
Sehingga berdasarkan metode backward elimination variabel bebas yang
layak dimasukkan dalam model regresi linear berganda pada penelitian ini adalah
perubahan selisih JUB, perubahan selisih inflasi, dan perubahan selisih cadangan
devisa. Maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Nilai Tukar = 6842.499 – 0.0000305 Selisih JUB + 85.899 Selisih Inflasi -
0.043Selisih Cadangan devisa
4.4 Hasil Penelitian
Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:
a. Variabel Perubahan Selisih Jumlah Uang Beredar (M2)
Dari hasil perhitungan persamaan regresi linear berganda
didapatkan nilai koefesien variabel perubahan selisih jumlah uang beredar
(M2) sebesar -0.0000305. Hal ini berarti setiap ada kenaikkan variabel
perubahan selisih jumlah uang beredar (M2) sebesar 1% maka akan
menurunkan variabel nilai tukar sebesar 0.0000305.
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t hitung
sebesar -6.291 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai t hitung <
-t tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H1 yang
menyatakan terdapat hubungan signifikan antara perubahan selisih jumlah
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
84
uang beredar (M2) dengan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
diterima.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tucker
et.al. (1991), Petrovic dan Mladenovic (2000), Sri Isnowati (2002), dan
Tara Eka Pratiwi (2012) bahwa terdapat pengaruh signifikan jumlah uang
beredar (M2) terhadap nilai tukar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan selisih jumlah
uang beredar (M2) berpengaruh signifikan dengan nilai tukar. Hal ini
terjadi karena jumlah uang beredar dapat mempengaruhi daya beli
masyarakat. Semakin tinggi jumlah uang beredar maka akan mendorong
daya beli masyarakat semakin tinggi, hal ini dapat pula mendorong tingkat
inflasi semakin tinggi. Berdasarkan konsep paritas daya beli yang
diterangkan sebelumnya, tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan
terdepresiasi atau menurunnya nilai tukar mata uang domestik terhadap
nilai tukar mata uang asing.
b. Variabel Perubahan Selisih Inflasi
Dari hasil perhitungan persamaan regresi linear berganda
didapatkan nilai koefesien variabel perubahan selisih inflasi sebesar
85.899. Hal ini berarti setiap ada kenaikkan variabel perubahan selisih
inflasi sebesar 1% maka akan menaikkan variabel nilai tukar sebesar
85.899%.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
85
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t-hitung
sebesar 4.408 dan nilai signifikansi sebesar 0.001. Karena nilai t-hitung >
t-tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H2 yang menyatakan
terdapat hubungan signifikan antara perubahan selisih inflasi dengan
perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar diterima.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tucker
et.al. (1991), Petrovic dan Mladenovic (2000), Sri Isnowati (2002), dan
Tara Eka Pratiwi (2012) bahwa terdapat pengaruh signifikan jumlah uang
beredar (M2) terhadap nilai tukar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan selisih inflasi
berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai tukar. Hal ini terjadi
karena kenaikan inflasi menyebabkan harga produk mengalami kenaikkan,
karena sebagian besar produk yang beredar di Indonesia merupakan
produk impor, maka ketergantungan terhadap mata uang Dollar sangat
tinggi untuk membayar produk tersebut ke luar negeri, maka kondisi ini
akan mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika.
c. Variabel Perubahan Selisih Suku Bunga
Dari hasil perhitungan persamaan regresi linear berganda
didapatkan nilai koefesien variabel perubahan selisih suku bunga sebesar
2.973. Hal ini berarti setiap ada kenaikkan variabel perubahan selisih suku
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
86
bunga sebesar 1% maka akan menaikkan variabel nilai tukar sebesar
2.973%.
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t-hitung
sebesar 0.088 dan nilai signifikansi sebesar 0.930. Karena nilai t-hitung <
t-tabel dan nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka H3 yang
menyatakan terdapat hubungan signifikan antara perubahan selisih suku
bunga dengan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar ditolak.
Hasil ini menolak penelitian yang dilakukan Tucker et.al. (1991),
Petrovic dan Mladenovic (2000), Sri Isnowati (2002), dan Tara Eka
Pratiwi (2012) bahwa terdapat pengaruh signifikan suku bunga terhadap
nilai tukar.
Hasil penelitian bahwa perubahan selisih suku bunga tidak
berpengaruh signifikan dengan nilai tukar. Hal ini terjadi karena
berdasarkan data yang diperoleh sepanjang tahun 2002-2012, khususnya
pada saat setelah terjadi krisis di Amerika pada tahun 2008, tingkat suku
bunga Amerika dan Indonesia bergerak dalam range yang stabil. Sehingga
pasar pun tidak terlalu merespon perubahan suku bunga dalam
memprediksi nilai tukar di masa depan.
d. Variabel Perubahan Selisih Cadangan Devisa
Dari hasil perhitungan persamaan regresi linear berganda
didapatkan nilai koefesien variabel perubahan selisih cadangan devisa
sebesar -0.043. Hal ini berarti setiap ada kenaikkan variabel perubahan
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
87
selisih inflasi sebesar 1% maka akan menurunkan variabel nilai tukar
sebesar 0.043%.
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t-hitung
sebesar -2.666 dan nilai signifikansi sebesar 0.011. Karena nilai t hitung <
-t tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H4 yang
menyatakan terdapat hubungan signifikan antara perubahan selisih
cadangan devisa dengan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
diterima.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agus Eko
Nugroho (2001), Didi Nuryadin et. al (2000) bahwa terdapat pengaruh
signifikan cadangan devisa terhadap nilai tukar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan selisih cadangan
devisa berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai tukar. Hal ini
terjadi karena cadangan devisa berpengaruh terhadap teori hukum
permintaan dan penawaran uang. Apabila cadangan devisa meningkat atau
biasa disebut dengan surplus pada neraca pembayaran, maka hal ini
menunjukkan supply atau penawaran mata uang domestik yang ditawarkan
atau dijual dalam pasar uang untuk memenuhi kebutuhan ekspor suatu
negara meningkat. Maka nilai tukar mata uang domestik akan mengalami
apresiasi atau meningkat. Sehingga apabila suatu negara memiliki jumlah
cadangan devisa (dalam satuan USD) yang sangat besar, maka negara
tersebut akan memiliki nilai tukar mata uang yang stabil. Hal ini
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
88
dikarenakan suatu negara dapat melakukan intervensi pasar dalam
membeli maupun menjual mata uang asing untuk memenuhi kebutuhan
ekspor-impornya dengan tujuan menstabilkan nilai tukar mata uangnya.
Pengaruh jumlah.., Aron Marsondang, FB UMN, 2013
top related