legalisasi sertifikasi lembaga sertifikasi profesibpdikjur.pdkjateng.go.id/userfiles/sertifikasi...
Post on 09-Mar-2019
284 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LEGALISASI SERTIFIKASI
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
Disampaikan Oleh :
SULISTYO
Tanggal 22 April 2013
SERTIFIKASI
SERTIFIKASI merupakan suatu proses
untuk mendapatkan pengakuan resmi
(keabsahan) atas produk, proses, keterangan,
kepemilikian barang, atau orang
SERTIFIKASI kepemilikan, misalnya untuk
mendapatkan bukti pengakuan kepemilikan atas
sebidang tanah.
Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah
SERTIFIKAT TANAH tersebut.
SERTIFIKASI produk, misalnya untuk
mendapatkan pengakuan HALAL atas produk
makanan tertentu.
Bila pengakuan ini didapatkan, maka keluarlah
SERTIFIKAT HALAL atas produk makanan
tersebut
SERTIFIKASI dan SERTIFIKAT
SERTIFIKASI untuk orang diberikan karena
yang bersangkutan mempunyai KOMPETENSI
atas suatu tugas/pekerjaan/jabatan.
Proses ini dikenal juga dengan
SERTIFIKASI KOMPETENSI
Bila yang bersangkutan telah mendapatkan
pengakuan atas kompetensinya, maka ia akan
mendapatkan SERTIFIKAT KOMPETENSI
SERTIFIKASI KOMPETENSI
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh LSP
untuk menetapkan bahwa seseorang
memenuhi persyaratan kompetensi yang
ditetapkan, mencakup :
o permohonan,
o evaluasi,
o keputusan sertifikasi,
o survailen,
o sertifikasi ulang, dan
o penggunaan sertifikat.
KELEMBAGAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2004 : BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP), merupakan badan otoritas Sertifikasi di Indonesia BNSP dapat memberikan otoritas penerbitan SERTIFIKAT KOMPETENSI kepada Lembaga SertifikASI Profesi (LSP)
RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA
Sertifikasi
Profisiensi
Profesi: • Memenuhi
Persyaratan Surveilance LSP
• Menjaga Kompetensi
Sertifikasi
Kompetensi
Industri tertentu
Profesi di Perusahaan:
Memastikan Kompetensi Tenaga Kerjanya
Sertifikasi
Kompetensi
Diklat tertentu
Profesi di Diklat: Memastikan Kompetensi Peserta Didiknya
Sertifikasi
Kompetensi
Industri tertentu utk
Industri tertentu
Profesi di Perusahaan: Memenuhi Permintaan Asesmen dari Klien
Sertifikasi
Kompetensi
Kerja
Profesi: • Memenuhi Bukti
Kompetensi • Memenuhi
Permintaan Klien • Memenuhi
Regulasi
Lisensi LSP
LSP: III
Lisensi Provider Uji
Profisiensi Tenaga
LSP PROFISIENSI
Lisensi 1st
Certification
LSP PIHAK I : INDUSTRI
Lisensi
2nd Certification
LSP PIHAK II
Lisensi 1st
Certification
LSP PIHAK I : DIKLAT
RUANG LINGKUP SISTEM ASESMEN KESESUAIAN KOMPETENSI KERJA
Pemberlakuan: • Wajib (Compulsary): Pemerintah boleh mewajibkan sertifikasi bila berkaitan dengan
sefety, security, dan mempunyai potensi perselisihan besar dimasyarakat. • Disarankan (advisory): Biasanya diterapkan untuk mendorong penerapan untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas pengembangan SDM, atau transisi menuju wajib. • Sukarela (Voluntary) Lisensi LSP • LSP Pihak 1 Industri: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi karyawannya
sendiri. • LSP Pihak 1 Pendidikan Vokasi: LSP yang dibentuk oleh Lembaga Pendidikan Vokasi
berdurasi panjang utk sertifikasi siswanya selama belajar disekolah. • LSP Pihak 2: LSP yang dibentuk oleh industri untuk sertifikasi tenaga pemasok produk
atau jasa pada industrinya. Atau LSP yang dibentuk pemerintah (otoritas kompeten) untuk mensertifikasi jejaring otoritasnya.
• LSP Pihak 3: LSP yang dibentuk oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi untuk sertifikasi masyarakat umum.
• LSP Profisiensi: LSP untuk memberikan pelayanan sertifikasi profifiensi untuk tujuan pemeliharaan kompetensi dengan berbasis NORM.
Pelaksanaan sertifikasi: harus dilakukan oleh LSP atau PTUK BNSP.
PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI
PENERAPAN SKEMA SERTIFIKASI
Lisensi LSP Pihak 1, 2, & 3.
Lisensi Lembaga
Profisiensi
Sertifikasi Kompetensi
HARMONISASI Notifikasi
Kerjasama
Perbaikan Berlanjut
VERIFIKASI STANDAR
KOMPETENSI
Regulasi: •Wajib, •Disarankan •Sukarela
SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI NASIONAL
MRA (Mutual Recognition Arrangement)
• APA ITU ? Kesepakatan diantara dua pihak atau lebih untuk saling
mengakui atau menerima beberapa atau keseluruhan
• Tujuan Memfasilitasi perdagangan dan menstimulir aktifitas
ekonomi antar berbagai pihak melalui keberterimaan
kompetensi SDM dalam hal satu standar, satu pengujian,
satu sertifikasi, dan apabila sesuai, satu penandaan
SUBSISTEM SERTIFIKASI DAN KETELUSURAN KESESUAIAN
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PP, ISO 17011, PEDOMAN BNSP
PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN BNSP, ISO 17024
Lisensi akreditasi
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
Uji kompetensi/
Sertifikasi
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
PROTAP BNSP …., ISO GUIDE 65
verifikasi
TEMPAT UJI KOMPETENSI PEDOMAN BNSP, QMS
Asesor Lisensi ISO 19011, ISO 17024, ISO 17011
Peedoman BNSP 201 & 202
Asesor Kompetensi TAA, SKKNI
Pedoman BNSP
Asesor Lisensi ISO 19011, ISO 17024, Standar spesifik
Pedoman BNSP
Departemen/
Instansi Teksnis Pembinaan
Kordinasi
2. Memilih TUK
L S P
KOMITE TEKNIK* *apabila diperlukan
6.Mem
ben
tuk
4. Asesmen
9.Su
rvailen
5. Laporan
Asesmen
3. Menunjuk
Asesor
1. Mengajukan
Permohonan
7.Reko
men
dasi
SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI GENERIK
PESERTA UJI KOMPETENSI
PESERTA DI TUK
TIM ASESOR KOMPETENSI
Unit – unit kompetensi
Elemen Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
Batasan Variabel
Panduan Penilaian
Aktifitas Pekerjaan/fungsi
dasar Rincian
Langkah – langkah Dapat berupa proses
manajemen atau proses produksi
Produk / Jasa
Instruksi Kerja pada Industri yang Terukur dan dapat
diobservasi
Kontekstual di tempat kerja
Deskripsi aspek kritis pengetahuan dan
ketrampilan penting untuk asesmen
SERTIFIKASI
KOMPETENSI
MEMASTIKAN
DAN
MEMELIHARA
KOMPETENSI
PENDIDIKAN &
PELATIHAN
BERBASIS CBT
Membangun
kompetensi
18
Bab IV
KEWENANGAN DAERAH
Pasal 7
1. Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi nasional.
UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH
22 TAHUN 1999
19
Bagian Kedua
Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan
Pasal 8 Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang
berbentuk badan usaha harus:
a. Memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi;
b. Memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi;
Pasal 9 1. perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus
memiliki sertifikat keahlian.
2. pelaksana konstruksi orang perorangan harus memiliki sertifikat keterampilan
kerja dan sertifikat keahlian kerja.
3. orang perorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana
konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.
4. tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI
No. 18 Tahun 1999
20
UNDANG-UNDANG SISDIKNAS
20 TAHUN 2003
PASAL 61
1. Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
2. Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pangakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
3. Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
4. Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
21
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
No. 13 Tahun 2003
PASAL 10
• Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.
• Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja
• Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang
• Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri
22
UU No.13 tahun 2003
PASAL 18
1. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.
2. Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.
3. Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman.
4. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang independen.
5. Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
No. 13 Tahun 2003
23
UU No.13 tahun 2003 UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN
No. 30 Tahun 2009
Pasal 16
(1) Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf a meliputi:
a. Konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga
listrik;
b. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan
tenaga list;
c. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
d. Pengoperasian instalasi tenaga listrik;
e. Pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
f. Penelitian dan pengembangan;
24
UU No.13 tahun 2003 UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN
No. 30 Tahun 2009
Pasal 16
h. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik;
i. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
j. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan;
atau
k. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan
penyediaan tenaga listrik.
25
UU No.13 tahun 2003
PASAL 44
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib
memiliki sertifikat laik operasi.
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib
memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia.
(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan
wajib memiliki sertifikat kompetensi.
(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,
sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia,
dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan
PeraturanPemerintah.
UNDANG-UNDANG KETENAGALISTRIKAN
No. 30 Tahun 2009
26
PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 02 TAHUN 2007
TENTANG PEDOMAN TEKNIS & PERSYARATAN KOMPETENSI
PELAKSANAAN RETROFIT & RECYCLE PADA SISTEM REFRIGERASI
Pasal 8
Uji Kompetensi dan Sertifikat kompetensi
4. Uji kompetensi diikuti oleh:
a. tenaga teknik/calon teknisi refrigerasi yang telah menyelesaikan
pelatihan kompetensi;
b. teknisi refrigerasi yang melalui Pendidikan Umum atau Kejuruan /
Profesi serta pengalaman kerja, memiliki kompetensi setara dengan
yang dipersyaratkan; atau
c. pemilik sertifikat kompetensi yang telah habis masa berlakunya.
27
5. Prasyarat untuk mengikuti uji kompetensi adalah kompeten untuk unit
kompetensi SKKNI, sesuai dengan lingkup kompetensi yang diperlukan,
yaitu sebagai berikut:
a. Unit Kompetensi SKKNI logam dan mesin Nomor LOG.OO18.030.00
menguji, mengosongkan dan mengisi sistem pendingin; atau
b. Unit Kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor
OTO.KR05.016 memasang sistem A/C (Air Conditioner) dan unit
kompetensi SKKNI otomotif kendaraan ringan Nomor OTO.KR05.018
memperbaiki/retrofit sistem A/C (Air Conditioner)
PER MEN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 02 TAHUN 2007
top related