laporan tugas akhir program diploma ipb
Post on 03-Dec-2014
3.970 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun
1500-an dan pada awal tahun 1600-an kemudian berkembang menjadi tanaman
yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filiphina, dan Thailand. Pertengahan
tahun 1700-an, tanaman jagung secara luas tumbuh di Cina, di selatan Fukien,
Hunan, dan Szechwan. Populasi jagung berkembang dengan cepat sejak abad 18.
Tanaman jagung di Cina dimanfaatkan untuk bahan makanan, terutama di bagian
utara, dan dari sini tanaman jagung menyebar ke Korea dan Jepang
(Iriany et al. 2007).
Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga
komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84%, disusul gula 62%,
gandum 55%, dan minyak kacang kedelai 47%. Harga pangan global tahun 2011
secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010, menurut Food Price Watch.
Luas panen jagung nasional hanya sekitar 3.5 juta hektar per tahun dengan
produktivitas rata-rata 3.3 ton hektar pipilan kering. Lahan yang tersedia untuk
meningkatkan produktivitas secara teknis masih terbuka lebar bahkan
produktivitas dapat mencapai lebih dari 10 ton ha-1
, sehingga Indonesia
berpeluang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk
ekspor (BPS 2008). Produksi jagung 2011 sebesar 17.64 juta ton pipilan kering
(BPS 2012). Total kebutuhan benih jagung sebanyak 500 sampai 600 ton
pada 2011, Indonesia masih mengimpor 250 ton, sedangkan sebanyak 41.66-50%
atau 250-350 ton diproduksi lokal (Glen 2012).
Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman pangan,
khususnya benih jagung. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh
petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah
dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku
(Kartasapoetra 2003).
Pemeriksaan benih dilakukan terhadap label dan benih yang beredar,
dengan cara mengambil contoh dari kelompok benih yang bersangkutan untuk
dilakukan pengujian. Pengawas benih berhak menghentikan peredaran kelompok
benih selama kegiatan pengujian ulang paling lama 30 hari. Bupati atau walikota
dapat melarang peredaran kelompok benih tersebut berdasarkan laporan hasil
pengujian ulang pengawas benih yang tidak sesuai dengan label. Instansi yang
telah menghentikan peredaran benih bina, tapi ternyata benih tersebut masih
diedarkan, instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati atau
walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
bersama penyidik pejabat polisi. Kelompok benih hasil pengujian ulang yang
masih sesuai dengan standar mutu, atau dalam jangka waktu 30 hari pengawas
benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka benih tersebut dapat
diedarkan kembali.
Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk
untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung
memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai
2
dengan peraturan perundang-undangan, serta benih jagung bermutu tinggi tersedia
bagi petani (Mugnisjah dan Setiawan 2004).
Mutu benih jagung yang digunakan petani masih belum memenuhi
harapan petani. Jaminan mutu benih tersebut merupakan suatu tantangan yang
harus dijawab oleh semua pihak yang terkait (baik secara langsung maupun tidak
langsung) dalam proses produksi dan penyaluran benih jagung yang tidak
memenuhi standar mutu minimal kepada petani adalah melalui pengawasan mutu
dan peredaran benih jagung.
Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan meliputi:
Tujuan umum:
1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih
di pasaran.
2. Memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi
Industri Benih.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, khususnya benih jagung di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan
dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur pendaftaran pedagang
benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasam penyaluran benih, pengecekan
mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk pelabelan ulang,
pengawasan benih impor, serta penanganan kasus benih.
3
METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu PKL
Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama delapan minggu,
dimulai pada tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan tanggal 28 Maret 2013,
jurnal harian kerja PKL dapat dilihat pada Lampiran 1. Praktik kerja lapangan
minggu pertama dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi
Jawa Timur (Gambar 1 (a)), yang berlokasi di Jl. Gayung Kebonsari no. 175 A,
Surabaya. Praktik kerja lapangan minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan
dilaksanakan di Satuan Tugas UPT PSBTPH Wilayah IV Malang Provinsi
Jawa Timur (Gambar 1 (b)). Peta lokasi PKL dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSBTPH wilayah IV
Malang Provinsi Jawa Timur (b)
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV
Malang Provinsi Jawa Timur adalah dengan kuliah umum, kegiatan lapang,
kegiatan evaluasi, dan acara penutupan. Pelaksanaan kuliah umum, merupakan
pemberian materi yang berhubungan dengan instansi dan dihubungkan dengan
materi yang sudah diajarkan di lingkup perkuliahan. Kegiatan kuliah minggu
pertama dilaksanakan di UPT PSBTPH Surabaya yang disampaikan oleh
Ir Satoto Berbudi, MSi, selaku Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi
Jawa Timur. Materi kuliah yang disampaikan mengenai profil instansi, struktur
organisasi, prosedur menjadi produsen atau penyalur benih bina, persyaratan
untuk menjadi produsen benih, visi dan misi instansi, tujuan dan sasaran instansi,
kelas benih, hak memproduksi benih dengan berbagai kelas benih, prosedur
sertifikasi benih, kelompok jabatan fungsional. Kegiatan kuliah minggu kedua
dilaksanakan di satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur. Hal yang disampaikan dalam kuliah mengenai informasi
jumlah pegawai, penugasan pembimbing lapang, serta pengenalan ruang kerja
oleh Ir Nur Mahmudiyah, selaku Kepala satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut berupa informasi
a b
4
baru untuk pengetahuan keadaan sebenarnya di lapangan, mengetahui prosedur
kegiatan dari fungsi dan tujuan satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan lapang, merupakan kegiatan langsung ke lapang yaitu
melaksanakan kegiatan pengawasan peredaran benih jagung secara langsung
kepada produsen dan atau pedagang benih. Kegiatan yang dilaksanakan selama
lima minggu dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi oleh petugas
pengawas benih dari instansi, antara lain inventarisasi pedagang benih,
pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pembinaan pedagang
benih, pengawasan penyaluran benih, pengecekan mutu benih (checking),
pelabelan ulang (re-labeling), pengawasan benih impor, dan penanganan kasus
benih.
Kegiatan evaluasi, merupakan kegiatan melengkapi data. Data yang
mungkin kurang lengkap, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
mencari literatur dari buku, bertanya kepada ahli di bidang yang bersangkutan,
sehingga dengan adanya kegiatan evaluasi diharapkan data menjadi lengkap.
Acara penutupan, merupakan kegiatan akhir praktik kerja lapangan oleh
mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan di
kantor satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Kegiatan
penutupan ini, berupa kegiatan pembuatan laporan mengenai hasil praktik kerja
lapangan yang ditujukan kepada satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi pustaka dan
diskusi. Studi pustaka, merupakan kegiatan mencari informasi dari buku, literatur,
dan pustaka yang ada di perpustakaan UPT PSBTPH Surabaya dan Satgas
wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur, serta perpustakaan IPB sebagai
pelengkap data dalam pembuatan tugas akhir. Studi pustaka disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga dapat dilaksanakan setiap waktu. Diskusi, merupakan
kegiatan yang dilakukan antara mahasiswa dengan pembimbing lapang dan staf
lainnya di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur guna menambah wawasan mahasiswa, serta dapat
memecahkan kasus atau masalah yang terkait dengan peredaran benih di pasaran.
Kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Hasil dari diskusi
yang telah dilakukan, kemudian dijadikan sebagai data untuk pembuatan laporan
tugas akhir.
Teknik Pengolahan Data dan Informasi
Metode pengolahan data yang digunakan dengan tiga metode, antara lain
metode analisa deskriptif, analisa kualitatif, dan analisa kuantitatif. Metode
analisa deskriptif, metode ini dimaksudkan agar data menjadi lebih sederhana,
sehingga lebih mudah dipahami. Analisa kualitatif adalah membandingkan data
faktual yang diperoleh di lapangan dengan studi literatur serta bahan materi
selama perkuliahan. Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa
secara kuantitatif dan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus
5
pengambilan contoh benih, penetapan kadar air, kemurnian, dan daya tumbuh.
Pengolahan data dilakukan dengan software Microsoft Office Excel 2007 dan
website resmi www.sistembenihbersertifikat.com. Data disajikan dengan statistika
secara kuantitatif dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam
pembahasan.
KEADAAN UMUM
Sejarah
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH) Jawa Timur didirikan sesuai dengan SK Menteri Pertanian
Nomor: 529/Kpts/org/8/1978 dan SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan
Hortikultura No. I.HK.050.89.83, kemudian diterbitkan lagi SK Menteri Pertanian
Mentan No. 468/Kpts/OT.210/1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Hortikultura di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Bina
Perbenihan, dan secara administratif operasional dikoordinasikan oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pertanian Jawa Timur.
Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung
adanya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan
PP No. 25 Tahun 2000, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur sesuai dengan
Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000 tanggal 18 Desember 2000, dan
SK Gubernur Jawa Timur No. 1 Tahun 2002 tentang perubahan atas
Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000, maka Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) berada dibawah Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Timur sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
(Ngadikun dan Martoutomo 2004).
Visi dan misi
Visi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah terciptanya
penyediaan benih dari varietas unggul yang berwawasan agribisnis dan
berorientasi pada mutu dengan sasaran enam tepat, yaitu tepat mutu, tepat
varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu. Misi dari Unit
Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah memberikan pelayanan prima bagi para
produsen dan penyalur benih dan petani konsumen benih yang tersebar di seluruh
wilayah Jawa Timur. Meningkatkan mutu sumber daya manusia perbenihan.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen dan penyalur benih
agar dapat memproduksi serta mengedarkan benih bermutu dari varietas unggul
yang sesuai dengan ketentuan. Mendukung program Pemerintah Daerah
(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur) dalam upaya untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura.
6
Kegiatan
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPT PSBTPH) yang bertanggung jawab di bidang Perbenihan
Tanaman Pangan dan Hortikultura di dalam menjalankan tugasnya melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang meliputi tugas pokok, yang terdiri dari melaksanakan
penilaian kultivar, melaksanakan sertifikasi benih, melaksanakan pengujian benih
laboratorium, melaksanakan pengawasan peredaran benih, melaksanakan
ketatausahaan, melaksanakan pelayanan teknis, dan melaksanakan sarana
prasarana.
Struktur Organisasi
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur tentang Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur. Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur disusun,
dengan urutan kepala UPT, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan
fungsional. Struktur organisasi UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, dapat dilihat pada Gambar 2.
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur mempunyai lima instalasi
laboratorium di daerah (laboratorium pembantu) disamping laboratorium utama di
Surabaya yang telah terakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI 19-17025-2000
dengan Nomor Sertifikat: LP-049-IDN tanggal 28 Maret 2003, yang dalam
pelaksanaan operasionalnya dibagi:
1. Laboratorium Surabaya, untuk melayani pengujian benih dari 11 kabupaten,
yaitu Surabaya, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Gresik,
Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Jombang.
2. Laboratorium Madiun, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten,
yaitu Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Pacitan.
Gambar 2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi
benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur
GUBERNUR
JAWA TIMUR
KEPALA
DINAS PERTANIAN
UNIT PELAKSANATEKNIS DINAS
Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kelompok
Jabatan Fungsional
Sub Bagian
Tata Usaha
7
3. Laboratorium Kediri, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten,
yaitu Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, dan Blitar
4. Laboratorium Malang, untuk melayani pengujian benih dari empat kabupaten,
yaitu Malang, Probolinggo, Mojokerto, dan Pasuruan.
5. Laboratorium Jember, untuk melayani pengujian benih dari tiga kabupaten,
yaitu Jember, Bondowoso, dan Lumajang.
6. Laboratorium Banyuwangi, untuk melayani pengujian benih dari dua
kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Situbondo.
Uraian tugas pokok dan fungsi diatur dalam SK Gubernur
Nomor: 1 Tahun 2002, sebagai berikut:
1. Kepala UPT
Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kepala UPT adalah menyusun
rencana dan program kerja balai, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan
balai, mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan teknis, serta
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih
padi, palawija, dan hortikultura.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Tugas pokok dan fungsi UPT pada sub bagian tata usaha adalah
melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga, kearsipan,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perlengkapan dan peralatan
kantor, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kelompok jabatan fungsional,
terdiri dari melaksanakan kegiatan penilaian kultivar, sertifikasi benih,
pengujian benih secara laboratorium, pengawasan peredaran benih, serta
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.
Fungsi dan Tujuan
Fungsi UPT PSBTPH antara lain, penilaian kultivar dan sertifikasi benih
tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih laboratorium, pengawasan
peredaran benih, ketatausahaan, pelayanan teknis, dan sarana prasarana.
Tujuan dibentuknya UPT PSBTPH, antara lain melindungi produsen benih
dari kemungkinan terjadinya perdagangan benih yang tidak sehat, melindungi
petani (konsumen benih) agar selalu dapat memperoleh benih dengan mutu
standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap produsen benih melalui layanan sertifikasi dan
pengawasan peredaran benih, mendukung program peningkatan produksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari
varietas unggul secara berkesinambungan, menjamin penyediaan benih
bersertifikat bagi konsumen benih sesuai dengan asas enam tepat (tepat mutu,
tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu), mendorong
tersedianya benih sumber yang diperlukan bagi penangkaran benih, mencegah
terjadinya benih-benih yang tidak memenuhi standar di pasaran, dan memberikan
informasi tentang penyediaan benih bagi produsen dan konsumen benih.
8
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)
DI SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG
PROVINSI JAWA TIMUR
Menurut Hidayat (2007), kegiatan yang mencakup dalam pengawasan
peredaran benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih
1. Inventarisasi pedagang benih
Inventarisasi pedagang benih merupakan kegiatan mengumpulkan data.
Data tersebut berasal dari hasil wawancara secara langsung kepada pegawai satgas
UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur mengenai jumlah dan
kemampuan usaha pedagang benih yang berada di Malang yang mencakup nama
pedagang benih, alamat usaha, kemampuan usaha (benih yang diperdagangkan)
dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pedagang benih baik
produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya sesuai dengan komoditi
benih yang diusahakannya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data
setiap produsen atau penyalur pedagang benih, baik secara langsung maupun
melalui instansi lain yang mengetahui. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan ini,
meliputi nama produsen penyalur pedagang benih, alamat, volume benih yang
diproduksi (jenis dan jumlahnya) dan volume benih yang dapat disalurkan secara
nyata dalam satu tahun sesuai dengan jenis atau komoditi yang disalurkan (padi,
palawija, dan hortikultura).
2. Pendaftaran pedagang benih
Pendaftaran pedagang benih, merupakan kegiatan memproses dan
memberi Tanda Daftar Pengedar Benih (TDPB) kepada pedagang benih yang
mengajukan permohonan pendaftaran sebagai pedagang benih. Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 1995 pasal 39, tentang Kewajiban Mendaftarkan
Usahanya, dimana peredaran benih bina di dalam negeri dilakukan oleh instansi
pemerintah, perorangan, dan badan hukum.
Instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum harus mendaftarkan
kegiatannya pada pemerintah. Syarat untuk menjadi pengedar benih bina, meliputi
1) harus memiliki pengetahuan di bidang perbenihan tanaman, 2) memiliki
fasilitas penyimpanan, 3) menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang
diedarkan. Proses permohonan pendaftaran pedagang benih dapat dilihat pada
Gambar 3.
9
Sumber: Data pribadi
Gambar 3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih
Pemberian tanda daftar sebagai pedagang benih kepada para pedagang
benih yang mengajukan permohonan erat hubungannya dengan usaha pembinaan
pedagang benih. Pembinaan diperlukan untuk lancarnya komunikasi dan
informasi antara petugas atau pengawas benih dengan para pedagang benih dan
secara tidak langsung juga akan mempererat hubungan diantara para pedagang
benih sendiri. Pemberian tanda daftar sebagai penyalur benih dapat dilihat pada
Gambar 4.
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur
benih (b)
Pelaksanaan pendaftaran pedagang benih, meliputi pedagang benih
mengajukan permohonan sebagai pedagang benih, dengan mengisi formulir yang
telah ditentukan oleh UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Pengisian formulir
ditulis dengan jelas nama dan alamat lengkap pemohon untuk memudahkan
hubungan surat menyurat dan pelaksanaan pembinaan atau pemeriksaan oleh
pengawas benih. Pendaftar pengedar benih baru, maka harus mengisi blanko
permohonan pendaftaran sebagai pengedar benih, dengan melampirkan
syarat-syarat sebagai beriut:
1. Fotokopi kartu penduduk atau KTP pemimpin pengedar benih atau paspor
untuk WNA
a b
10
2. Pas foto pemimpin pengedar benih ukuran 3 x 4 cm sebanyak empat lembar
(untuk arsip buku kendali, satgas, PBT kabupaten, dan ditempelkan pada
TDPB)
3. Fotokopi akte badan hukum
4. Fotokopi sertifikat pelatihan di bidang perbenihan jika ada
5. Surat pernyataan mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku dengan
bermaterai Rp6 000
6. Denah sarana atau prasarana berskala dan denah dengan alamat menuju lokasi
7. Surat pernyataan kepemilikan sarana atau prasarana (surat milik sendiri, Berita
Acara Sewa, atau Berita Acara Pinjam Pakai yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak)
8. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp50 000 untuk PNBP, baik
permohonannya diterima atau ditolak
9. Contoh kemasan benih yang akan dipakai oleh produsen
10. Kemampuan produksi benih bagi produsen benih baru swasta minimal sebesar
25 ton per tahun, sedangkan calon produsen benih instansi pemerintah tidak
dibatasi produksinya, namun ada catatan yang dapat dipertimbangkan yaitu
bagi kabupaten yang mempunyai:
10.1 Jumlah produsen benih kurang dari sama dengan lima, maka batas
produksi bisa kurang dari 25 ton
10.2 Jumlah produsen benih enam sampai 10, maka batas produksi 25-50 ton
10.3 Jumlah produsen > 10, maka batas produksi > 50 ton
Formulir permohonan sebagai pedagang benih tersebut diisi rangkap
empat, lembar pertama untuk UPT PSBTPH Surabaya, lembar kedua untuk satgas
wilayah setempat (wilayah IV Malang), lembar ketiga untuk Dinas Pertanian
kabupaten setempat dan lembar keempat untuk pemohon sebagai arsip. Pengawas
benih di wilayah kerja atau kabupaten atau kodya setempat mengkoordinir
pendaftaran para pedagang benih. Permohonan dari tiap pedagang benih, disertai
keterangan dari pengawas benih, bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Syarat produsen pedagang benih, antara lain mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu dan
menyimpan benih, menguasai unit pengolahan untuk pengeringan, pembersihan,
pengepakan, gudang tempat penyimpanan, serta jujur dan selalu bersedia
mematuhi peraturan atau ketentuan perbenihan yang berlaku. Contoh formulir
pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kepala UPT PSBTPH memeriksa setiap hasil penilaian pengawas benih
pada pemohon. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat
(provinsi atau kabupaten) perlu diperhatikan. Pemohon yang telah memenuhi
syarat, maka UPT PSBTPH mengeluarkan surat keterangan pendaftaran sebagai
pedagang benih. Surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih dibuat
lima rangkap,masing-masing untuk pedagang benih yang bersangkutan, Dinas
Pertanian kabupaten setempat sebagai pemberitahuan, kepala satgas setempat,
pengawas benih kabupaten setempat dan lembar kelima disimpan sebagai arsip di
UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Penilaian kepada pengedar
benih baru, meliputi penilaian tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya
manusia yang dimiliki (kuantitas, kualitas yang proporsional dengan rencana
produksinya) dan penilaian kelaikan sarana atau prasarana yang dimiliki. Calon
produsen benih swasta merencanakan memproduksi benih > 200 ton, maka
11
dilakukan penilaian bersama dengan fungsional pengawasan dari UPT PSBTPH
Surabaya. Calon pengedar benih yang memenuhi syarat atau laik, maka pengedar
tersebut akan diberikan surat rekomendasi pemberian izin sebagai produsen benih
(surat rekomendasi ini hanya berlaku untuk calon produsen, sedangkan untuk
penyalur tidak diberikan surat rekomendasi, tetapi langsung diberikan TDPB).
Calon produsen yang telah memproses benih dan mencetak label, maka
selanjutnya PBT menyampaikan surat kepada Kepala UPT PSBTPH untuk
memberitahukan bahwa produsen yang bersangkutan dapat diterbitkan TDPB.
Tanda daftar pengedar benih yang telah terbit, maka produsen diwajibkan
membayar biaya sebesar Rp100 000 (Rp50 000 untuk figura dan Rp50 000 untuk
buku undang-undang perbenihan).
Surat tanda daftar pengedar benih berlaku sejak dikeluarkannya dan
selama pengedar benih yang bersangkutan masih berusaha di bidang perdagangan
benih. Pengedar yang bersangkutan diwajibkan melapor ke UPT PSBTPH setiap
akhir tahun, yang menyatakan pedagang yang bersangkutan masih berusaha dalam
perbenihan, beserta rencana produksi atau penyalurannya untuk tahun berikutnya.
UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan atau penilaian ulang terkait pada
pedagang benih sebagai pendaftar baru maupun yang mendaftar ulang.
Pemeriksaan atau penilaian ulang dilakukan terhadap sarana pengolahan, sarana
penunjang, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki pedagang benih
tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan paling sedikit satu
kali dalam satu tahun.
Surat tanda daftar pengedar benih dapat dicabut dengan alasan, antara lain
pedagang yang bersangkutan tidak memberikan laporan seperti yang termasuk
diatas, tidak mengindahkan peraturan atau ketentuan yang berlaku, pedagang
benih yang bersangkutan meninggal dunia atau perusahaannya bubar, pedagang
yang bersangkutan mengundurkan diri atau berhenti dalam berusaha dibidang
benih, serta tidak memproduksi benih pada musim berikutnya setelah surat
peringatan diberikan dan tidak mengindahkannya, selanjutnya TDPB tersebut
dapat dicabut. Pengedar benih yang melakukan perubahan data (pindah alamat,
ganti pimpinan, atau lainnya), maka diwajibkan melakukan pendaftaran baru lagi
dengan mengajukan permohonan, dengan melampirkan 1) TDPB lama yang asli,
2) Pas foto 3 x 4 cm sebanyak dua lembar (untuk buku kendali dan ditempelkan
pada TDPB penggantiannya).
Pengedar benih yang mempunyai dua aktifitas, yaitu sebagai produsen dan
penyalur, maka yang bersangkutan diwajibkan mempunyai dua TDPB yaitu satu
sebagai produsen benih dan yang satu lagi sebagai penyalur benih. Calon
pengedar benih yang mempunyai SIUP dan Akte Notaris, maka bagi produsen
akan diberi PB (produsen Benih) sedangkan bagi calon penyalur akan diberi nama
TP (Toko Pertanian).
Setiap pengedar benih (produsen dan penyalur) yang telah mempunyai
TDPB diwajibkan melakukan daftar ulang pada setiap akhir tahun (terakhir
tanggal 31 Desember) dengan mengisi blanko pendaftaran dan melampirkan
fotokopi TDPB serta membayar Rp5 000 bagi produsen, sedangkan bagi penyalur
tidak perlu membayar. Pengedar benih baru yang mendapatkan TDPB bulan
November atau Desember, maka tetap diwajibkan daftar ulang untuk kegiatan
rencana produksinya tahun yang akan datang. Pengedar benih yang tidak
melakukan daftar ulang, maka pengedar benih tersebut akan diberikan peringatan
12
tertulis dari Kepala UPT PSBTPH dengan tembusan kepada PBT di wilayah yang
bersangkutan. Data hasil pendaftaran produsen dan penyalur benih dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011
Pengedar
Benih
Tanaman
Pangan Hortikultura Jumlah
Produsen Mendaftar ulang 454 (83.92%) 87 (16.08%) 541 (69.10%)
Pendaftar baru 55 (61.80%) 34 (38.20%) 89
Jumlah 510 120 630
Penyalur Mendaftar ulang - - 242 (30.90%)
Pendaftar baru - - 40
Jumlah - - 282
Jumlah Pengedar Terdaftar 912
Jumlah Penyalur Benih Tercatat 930 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
Terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2011 telah dilakukan daftar ulang dan
daftar baru pengedar benih di Jawa Timur. Pendaftaran pengedar benih
dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan aspek legalitas baik pada produsen
benih maupun penyalur benih. Jumlah pengedar benih tahun 2011 yang
mengajukan permohonan daftar ulang berdasarkan statusnya, yaitu sebagai
produsen benih sebanyak 541 (69.10%) dan sebagai penyalur benih sebanyak
242 (30.90%).
Permohonan pendaftaran ulang produsen benih berdasarkan komoditinya,
yaitu tanaman pangan yang mendaftar ulang sebanyak 454 (83.92%), sedangkan
hortikultura sebanyak 87 (16.08%). Produsen benih tanaman pangan yang
mendaftar baru sebanyak 55 (61.80%) dan produsen hortikultura yang mendaftar
baru sebanyak 34 (38.20%). Hal yang menyebabkan pengedar benih tanaman
pangan lebih besar dibanding dengan hortikultura, baik yang mendaftar ulang
maupun yang mendaftar baru, karena wilayah Jawa Timur mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para pelaku bisnis, yaitu kesuburan tanah dan cuaca atau iklim
yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman pangan di wilayah tersebut,
serta masih tersedianya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan.
3. Klasifikasi pedagang benih
Klasifikasi pedagang benih, merupakan kegiatan mengklasifikasi semua
pedagang benih yang diinventarisasi dengan sistem penilaian. Penilaian tersebut
dilakukan berdasarkan scoring. Kriteria scoring mempunyai tiga kriteria, yaitu
partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat atau petani
(konsumen benih), pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku,
dan kemampuan usaha. Kriteria scoring selengkapnya tercantum dalam
Lampiran 5. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian, dikumpulkan dari
hasil evaluasi tahunan, wawancara, partisipasinya terhadap program pemerintah,
pengetahuannya tentang perbenihan, ketaatannya terhadap peraturan yang
berlaku, dan kemampuannya dalam usaha perbenihan. Indikator penilaian
13
klasifikasi pedagang benih adalah dengan perhitungan untuk mengklasifikasi
kelas pedagang benih yang tercantum dalam Lampiran 6.
Kegiatan klasifikasi pedagang benih bertujuan untuk menetapkan
kelas-kelas pedagang benih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga
akan mempermudah dalam melakukan pembinaan juga untuk menilai penerapan
peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan klasifikasi dilakukan setiap triwulan
(tiga bulan sekali) dengan jalan mengumpulkan data dari setiap pedagang benih,
yaitu dengan jalan melakukan pemeriksaan administrasi, mengadakan wawancara,
dan memeriksa tempat penyimpanan benih atau kios tempat penjualan. Kegiatan
penilaian ulang terkait pendaftaran ulang sebagai produsen benih, untuk mendapat
klasifikasi kelas, berupa pemeriksaan kelengkapan dokumen dan wawancara
dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Sumber: Data pribadi
Gambar 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian
Penilaian ulang dilakukan terhadap kelaikan pengedar benih minimal satu
kali dalam satu tahun. Prinsipnya waktu penilaian ulang adalah sepanjang tahun
berjalan, dan hasil penilaian dituangkan dalam blanko penilaian ulang. Penilaian
ulang dilakukan terhadap 1) tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya
manusia (diisi oleh pengedar yang bersangkutan dan selanjutnya diberikan
kepada PBT), 2) kondisi sarana atau prasarana (diisi oleh PBT dan produsen yang
bersangkutan secara bersama), dan 3) ketertiban administrasi, ketaatan peraturan
perbenihan, dan kinerja (diisi oleh PBT). Pengawas benih tanaman memberikan
penilaian terhadap daftar pertanyaan yang telah diisi tersebut dengan nilai,
selanjutnya blanko yang telah diisi dengan nilai disampaikan kepada fungsional
pengawasan peredaran benih di Surabaya selambat-lambatnya tanggal
31 Desember. Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai
pengedar benih bina, dapat dilihat pada Lampiran 7.
Hasil dari penilaian, maka selanjutnya PBT fungsional pengawasan
peredaran benih akan menentukan klasifikasi sesuai nilai skor yang diperoleh dari
hasil penilaian. Data hasil klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung)
di satgas Malang dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai skor yang dapat diberikan,
sebagai berikut:
- Kelas A = Baik sekali, yaitu pedagang benih dengan jumlah
nilai > 90
- Kelas AB = Baik, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 80-89
- Kelas B = Sedang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 75-79
14
- Kelas BC = Kurang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 65-74
- Kelas C = Kurang sekali, yaitu pedagang benih dengan
Jumlah nilai < 64
Sumber: Data pribadi
Gambar 6 Wawancara untuk keperluan penilaian
Tabel 2 Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas
Malang tahun 2012
No Produsen Kelas
1 KB Randuagung A
2 PT Advanta SeedIndonesia B
3 Batara Seed B
4 CV Tani Maju B
5 PT Syngenta LSSM-BTPH
6 PT DuPont Indonesia LSSM-BTPH Sumber: Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2012
Klasifikasi produsen tanaman pangan tahun 2012 khususnya benih jagung,
terdapat enam produsen benih jagung di Malang yang mempunyai kelas
tersendiri. Produsen benih jagung Kebun Benih (KB) Randuagung dengan
klasifikasi kelas A, PT Advanta Seed Indonesia, Batara Seed, dan CV Tani Maju
dengan klasifikasi kelas B, serta PT Syngenta dan PT DuPont Indonesia dengan
klasifikasi kelas LSSM-BTPH.
LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 tanggal
13 Oktober 1999, tentang Pembentukan LSSM-BTPH dengan ruang lingkup
kegiatan sertifikasi benih mandiri pada produsen benih meliputi pengendalian
mutu benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label
(sertifikat) baik untuk menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi di
bidang tanaman pangan dan hortikultura.
15
Hasil klasifikasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian
rekomendasi penangkaran benih pada tahun berikutnya. Rekomendasi diberikan
berdasarkan penilaian ulang kelaikan, daftar ulang, dan realisasi pengajuan
sertifikasi tahun lalu. Rekomendasi terdiri dari klasifikasi, jenis komoditi, jumlah
varietas, kelas benih, dan luas penangkaran. Rekomendasi dikeluarkan oleh
Kepala UPT PSBTPH dan berlaku selama satu tahun yaitu penagkaran sejak
1 Januari sampai dengan 31 Desember. Data hasil klasifikasi benih tanaman
pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur berdasarkan kelas benih yang
direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 3. Produsen harus melaksanakan
rekomendasi yang diberikan tersebut dengan pengawasan dari PBT. Rekomendai
akan gugur demi hukum jika produsen yang bersangkutan melakukan pelanggaran
yang berat di bidang perbenihan (misalnya mengedarkan benih tanpa label dan
tidak melakukan sertifikasi). Permintaan dispensasi penangkaran untuk kelas
benih yang lebih tinggi dari klasifikasinya hanya diberikan atas persetujuan
Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Dispensasi penangkaran
diberikan melalui permohonan dari produsen kepada Kepala UPT PSBTPH.
Tabel 3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi
Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012
No Klasifikasi Jumlah Persentase
(%) Kelas Benih yang direkomendasikan
1 A 40 8.81 Benih Dasar (BD)
2 AB 17 3.74 Rekomendasi BD
Benih Pokok ( BP )
3 B 288 63.44 Benih Pokok (BP)
4 BC 10 2.20 Rekomendasi BP
Benih Sebar ( BR )
5 C 95 20.92 Benih Sebar (BR)
6 LSSM 4 0.88 Sertifikasi Mandiri
Jumlah 454 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2012
Klasifikasi produsen benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Klasifikasi A sejumlah 40 produsen (8.81%), klasifikasi AB sejumlah 17 (3.74%),
klasifikasi B sejumlah 288 produsen (63.44%), klasifikasi BC sejumlah 10
(2.20%), dan klasifikasi C sejumlah 95 produsen (20.92%), dan LSSM-BTPH
sejumlah 4 (0.88%). Izin diberikan kepada 40 produsen benih tanaman pangan
dengan klasifikasi A untuk menghasilkan benih dengan kelas benih dasar (BD),
klasifikasi B diizinkan untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP), klasifikasi
BC diberikan rekomendasi untuk menghasilkan benih dengan kelas benih pokok
dan klasifikasi C diizinkan untuk menghasilkan kelas benih sebar (BR. Persentase
paling besar klasifikasi kelas untuk produsen benih tanaman pangan adalah
klasifikasi kelas B yang diizinkan memproduksi kelas benih pokok (BP). Hal
tersebut terjadi, karena benih pokok tersebut tidak seluruhnya digunakan sebagai
benih sumber dalam produksi benih sebar, tetapi digunakan untuk produksi
jagung konsumsi. Penggunaan benih pokok sebagai benih sumber dalam produksi
benih sebar karena adanya anggapan yang keliru dari petani bahwa penggunaan
16
benih yang kelas benihnya lebih tinggi akan menghasilkan produksi yang lebih
tinggi pula.
4. Pembinaan pedagang benih
Pembinaan pedagang benih dilakukan dengan kunjungan dan pelatihan
sewaktu-waktu atau secara berkala. Frekuensi pembinaan pedagang benih
berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya. Pedagang benih dengan klasifikasi
rendah, pembinaan lebih sering dilaksanakan. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu
pembinaan dilakukan pada semua orang atau badan hukum yang berusaha dalam
bidang perbenihan, misalnya pedagang benih, produsen pedagang benih
(pedagang benih yang sekaligus sebagai produsen benih), dan penyalur pedagang
benih (pedagang hanya menyalurkan benih dari produsen benih).
Pembinaan para pedagang benih diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam masalah perbenihan. Materi
pokok yang dibinakan meliputi program perbenihan, peraturan atau ketentuan
perbenihan beserta kepentingannya bagi pedagang atau petani (konsumen benih)
dan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan ketentuan atau peraturan yang
berlaku. Para pedagang benih harus memberi penjelasan kepada pembeli tentang
sifat varietas dan cara menggunakan benih yang bersangkutan.
Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 803 Tahun 1997
pasal 13, 15, dan 19 tentang Kewajiban Pengedar Benih Bina, yaitu setiap
produsen benih bina wajib melaksanakan pemasangan label terhadap kelompok
benih yang dinyatakan lulus sertifikasi, mematuhi peraturan perundang-undangan
perbenihan yang berlaku, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, memiliki
catatan tentang data benih yang diedarkan selama satu tahun bagi tanaman
semusim dan lima tahun bagi tanaman tanaman tahunan, melaporkan jumlah
benih bina yang dijual apabila diminta oleh instansi yang berwenang (dalam hal
ini laporan pengawasan peredaran benih bina), menerima kedatangan, dan
memberikan keterangan yang diperlukan oleh pengawas benih atau petugas
perbenihan yang lain, serta melaporkan setiap terjadinya perubahan data pengedar
benih bina (contohnya ketika pergantian pimpinann dan perubahan alamat)
(Dinas Pertanian 2006).
Pengawasan Penyaluran Benih
Pengawasan penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan dari setiap
pedagang benih dengan mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi,
jumlah, dan varietas). Kegiatan pengawasan penyaluran benih bertujuan untuk
mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur sesuai dengan jenis dan
varietasnya. Data pengawasan penyaluran benih juga dapat digunakan untuk
menilai atau mengevaluasi tingkat kemajuan petani dalam menggunakan benih
bermutu.
Cara pelaksanaan kegiatan pengawasan penyaluran benih dengan jalan
mengumpulkan data penyaluran benih dari para pedagang benih. Pedagang benih
diwajibkan membuat catatan penerimaan dan penyaluran atau penjualan benih.
Para pedagang benih juga wajib mempunyai catatan-catatan lainnya yang
berhubungan dengan benih yang diperdagangkannya, misalnya catatan tentang
pengujian laboratorium, dan catatan tentang perlakuan yang diberikan pada benih.
17
Kegiatan pengawasan penyaluran benih untuk menjawab ketersediaan benih yang
dibutuhkan petani.
Kegiatan pengawasan penyaluran benih merupakan kegiatan yang dipakai
untuk acuan perencanaan pendaftaran pengedar benih bina, perencanaan checking
mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan
(kegagalan dan mutu benih). Kegiatan pengawasan bukan hanya kegiatan
administratif, tetapi merupakan laporan pelaksanaan pengawasan penyaluran atau
peredaran benih di lapang yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan dari pengawasan penyaluran benih sendiri, antara lain 1) untuk
mengetahui sisa stok benih di produsen atau di penyalur benih pada saat tertentu,
2) mengetahui jumlah stok benih yang telah terserap oleh petani pada kurun waktu
tertentu, 3) mengetahui jumlah stok benih yang telah tersalur ke luar dan ke dalam
provinsi atau ke luar dan ke dalam negeri pada kurun waktu tertentu,
4) mengetahui jumlah stok benih yang tidak laku, afkir (digiling jadi beras), tidak
lulus checking atau pelabelan ulang), 5) sebagai acuan perencanaan pendaftaran
atau inventarisasi pengedar benih, perencanaan checking mutu benih atau
pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan, 6) untuk pembinaan
kepada pengedar benih agar menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang
diedarkan dan menyalurkan lot benih yang tidak tercampur dengan lot benih yang
lain, 7) mengetahui alur peredaran benih, serta 8) untuk pengambilan kebijakan.
Data hasil realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011
Ko
mod
iti
Ketersediaan Benih Tahun 2011 (ton) Penyaluran Ke
Sis
a st
ock
201
1
Asu
msi
ser
apan
dal
am p
rovin
si
(%)
Sis
a S
tock
2010
Pro
du
ksi
Dal
am
Pro
vin
si
Pro
du
ksi
Lu
ar P
rov
insi
Imp
or
Jum
lah
Dal
am P
rov
Lu
ar P
rov
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=2+3+4+5 (7) (8) (9)=6-(7+8)
(11)=9/7x100
Pad
i
8 432.2 67 352.2 425 550 5 272 302 8 1482.3 62 721.2 13 648.5 5 167.7 76.97
Jagu
ng
9 466.0 35 635.6 106 475 594 718 45 802.9 29 654.9 12 352.9 3 795.0 64.74
Ked
elai
1.2 7 054.9 0 0 7 056.1 6 517.4 174.1 364.6 92.36
Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
Realisasi peredaran benih dilaksanakan secara rutin setiap akhir tahun.
Terlihat pada Tabel 4, menunjukkan jumlah ketersediaan benih padi, jagung, dan
kedelai pada tahun 2011, berturut-turut sebanyak 81 482.3 ton, 45 802.9 ton, dan
7 056.1 ton. Sisa stock setelah penyaluran ke dalam provinsi dan luar provinsi,
mempunyai sisa stock berturut-turut sebanyak 5 167.7 ton, 3 795.0 ton, dan
364.6 ton. Asumsi serapan dalam provinsi, terlihat pada komoditi jagung lebih
rendah dibandingkan padi dan kedelai, yaitu sebesar 64.74%, sedangkan komoditi
kedelai mempunyai asumsi serapan provinsi paling tinggi sebesar 92.36%.
18
Kegiatan Pelabelan Ulang
Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan ulang
terhadap benih menjelang kadaluarsa. Surat permohonan pelabelan ulang dapat
dilihat pada Lampiran 8. Kegiatan pelabelan ulang terdiri dari pengambilan
contoh benih. Kegiatan tersebut agar benih yang diperdagangkan adalah benih
yang memenuhi standar mutu minimal yang telah ditetapkan pemerintah dan
menghindari kemungkinan terjadinya kasus pelanggaran terhadap peraturan
perbenihan yang berlaku. Kegiatan pelabelan ulang bertujuan untuk mengatasi
masalah yang sering timbul dalam peredaran benih, khususnya yang menyangkut
mutu benih atau label benih.
Masalah yang sering muncul terkait pelabelan ulang, antara lain turunnya
mutu benih karena kondisi tempat penyimpanan atau faktor lain yang tidak sesuai,
label sudah tidak berlaku karena telah melewati tanggal masa berlakunya label,
pada benih impor labelnya masih menggunakan bahasa asing yang sulit
dimengerti oleh petani konsumen, dan jumlah benih dalam satu kemasan terlalu
besar sehingga perlu dipecah menjadi kemasan yang lebih kecil sesuai dengan
kebutuhan petani konsumen (Sjahroesja 2007).
Pelabelan ulang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) perpanjangan
masa berlakunya label, yang bertujuan untuk memperpanjang masa beredarnya
benih dari tanggal yang tertera pada label sebelumnya. Label diberikan jika mutu
benih yang bersangkutan berdasarkan hasil pengujian ulang (rechecking) masih
sesuai dengan strandar kelas benih yang bersangkutan. Label memuat keterangan
perpanjangan masa penyaluran dan berbentuk sticker (tempelan) untuk komoditas
hortikultura, warna sticker disesuaikan dengan warna label pada kelas yang
bersangkutan, sedangkan pada tanaman pangan disebut label yang terbuat dari
kertas, 2) penyesuaian label, dilakukan untuk menyesuaikan keterangan mutu atau
label dengan label baru. Penyesuaian label atau keterangan mutu ini dilaksanakan
karena terjadi penurunan kelas, penggantian label dari bahasa asing kedalam
bahasa Indonesia, pemecahan wadah dari wadah yang besar menjadi
wadah-wadah yang kecil. Label baru tersebut tetap mencantumkan identitas lama
ditambah nama dan alamat yang mengajukan permohonan ulang. Warna label
baru disesuaikan dengan kelas atau tingkat mutu yang dicapai. Contoh label benih
pelabelan ulang kesatu dapat dilihat pada Lampiran 9.
Kegiatan pelabelan ulang dapat dilaksanakan dengan syarat, pertama harus
ada permohonan dari pedagang atau pemilik benih yang labelnya mendekati
kadaluarsa. Kedua, benih yang telah dilakukan pengecekan dalam rangka
pengawasan peredaran. Ketiga, hasilnya dinyatakan label tidak sesuai lagi untuk
kelas benih yang bersangkutan. Keempat, mutunya masih memenuhi standar
untuk kelas yang bersangkutan atau kelas dibawahnya. Kelima, benih impor harus
dilampiri dengan bukti surat izin pemasukan atau dokumen lain yang
berhubungan dengan benih tersebut. Kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
produsen untuk pengambilan contoh benih dapat dilihat pada Gambar 7.
19
Sumber: Data pribadi
Gambar 7 Pemeriksaan berkas permohonan
Pelabelan ulang dilaksanakan setelah diterimanya permohonan pelabelan
ulang oleh pemilik benih. Lokasi pengambilan contoh benih guna pengecekan
mutu benih adalah di gudang produsen, penyalur atau importir, kelompok tani
atau di petani. Permohonan pelabelan ulang dilaksanakan satu bulan atau 14 hari
sebelum habis masa berlaku label. Permohonan pelabelan ulang untuk benih yang
sudah habis masa berlaku labelnya, hanya dapat dilakukan apabila kelompok
benih merupakan penarikan dari penyalur benih atau kios benih dan harus
mendapat persetujuan dari Kepala UPT PSBTPH terlebih dahulu.
Pedagang atau pemilik benih mengajukan permohonan ulang ke
UPT PSBTPH sesuai wilayah kerjanya, dengan mengisi formulir yang telah
ditentukan. Pengisian formulir permohonan harus jelas dengan mencantumkan
jenis atau varietas, kelas benih, tonase, jumlah wadah benih, dan tanggal
kadaluarsa. Pengawas benih atau UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan berkas
permohonan atau label seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 untuk mengambil
contoh benih pada kelompok benih yang bersangkutan dengan rumus yang sudah
ditetapkan. Pengambilan contoh benih dilakukan menurut petunjuk atau ketentuan
yang berlaku, yaitu menggunakan rumus 5+10% N (N = jumlah wadah).
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 8 Lot benih (a) dan pengambilan contoh benih menggunakan
nobbe trier (b)
Pengambilan contoh benih pada lot benih (Gambar 8 (a)) menggunakan
alat nobbe trier seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 (b). Nobbe trier adalah
suatu tabung dengan ujung yang meruncing dan mempunyai lubang oval dekat
a b
20
pada ujungnya. Nobbe trier dapat digunakan secara horizontal, diagonal, atau
vertikal. Benih melewati tabung pada alat nobbe trier dan ditampung dalam
wadah. Diameter minimal nobbe trier sekitar 30 mm untuk jagung. Penggunaan
alat ini dengan cara menusukkan ke dalam karung dengan sudut 30o (terhadap
garis horizontal), lubang menghadap ke bawah, maka dorong nobbe trier hingga
mencapai bagian yang ditentukan dan diputar 180o agar lubang menghadap ke
atas dan alat tersebut lalu ditarik secara perlahan dari wadah, goyang perlahan
untuk memperlancar aliran benih. Contoh benih yang berasal dari nobbe trier
dikumpulkan pada wadah yang telah disediakan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 9 (a). Lubang bekas pengambilan contoh benih ditutup dengan sticker.
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 9 Contoh komposit (a) dan timbangan (b)
Contoh primer yang homogen dalam lot, kemudian digabung dalam satu
wadah menjadi contoh komposit. Prosedur pengambilan contoh tersebut jika tidak
dilakukan dengan benar harus dihentikan. Contoh primer dapat dijadikan contoh
komposit, jika dalam lot tersebut terlihat homogen. Jika contoh komposit yang
tetap diambil tidak homogen, maka tidak perlu diambil contoh kerjanya. Contoh
kirim yang dibutuhkan untuk benih jagung sebanyak 1 000 gram yang ditimbang
dengan timbangan digital (Gambar 9 (b)) untuk mencegah benih berlebih yang
akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik benih, dan mencegah pengambilan
contoh benih yang kurang bagi PBT.
Contoh benih jagung harus dikemas dalam wadah yang standar seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 10 untuk mencegah kerusakan selama perjalanan.
Contoh kirim untuk penetapan kadar air dan contoh dari lot benih yang berkadar
air rendah harus dikemas dalam wadah kedap udara dan mengandung udara
seminimal mungkin. Contoh kirim untuk pengujian daya tumbuh, pengujian
viabilitas dan pengujian kesehatan benih hanya boleh dikemas dalam wadah
kedap udara jika kondisi penyimpanan yang ideal dapat dijamin. Blanko
pengambilan contoh benih pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 10.
Contoh benih harus dikirim oleh petugas pengambil contoh ke laboratorium
pengujian sesegera mungkin. Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di
laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 11.
a b
21
Sumber: Data pribadi
Gambar 10 Benih jagung dalam wadah yang standar
Kegiatan pengiriman contoh kirim ke laboratorium, dengan mengisi
blanko pengiriman sampel benih. Pengamatan terhadap contoh benih yang
diterima dengan mencocokan blngko pengambilan contoh benih untuk pelabelan
ulang dan label yang menyertainya. Hasil pengamatan contoh benih serta datanya
tidak benar, maka contoh benih tersebut dikembalikan kepada pengirim, disertai
pengantar yang ditandatangani Kepala UPT PSBTPH. Hasil pengamatan contoh
benih serta datanya benar, maka data benih dimasukkan ke dalam buku kendali
Pelabelan Ulang atau Pengawasan Pemasaran sesuai nomor urut buku kendali
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Sumber: Data pribadi
Gambar 11 Buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang
Penilaian untuk menentukan apakah hasil pengujian masih memenuhi
standar atau tidak adalah dengan cara membandingkan hasil uji yang baru dengan
data label. Penilaian dilaksanakan terhadap semua komponen mutu benih yang
diuji, dengan ketentuan yang meliputi daya tumbuh maksimal, benih murni
maksimal, kotoran benih maksimal, varietas lain minimal, dan kadar air maksimal
sama dengan data label. Masa edar benih untuk pelabelan ulang adalah maksimal
setengah masa edar benih sebelumnya (pelabelan ulang kesatu), dan untuk
22
pelabelan ulang kedua dan seterusnya masa edar benih maksimal sama dengan
masa edar pelabelan ulang sebelumnya. Laporan hasil pengujian yang akan
diterbitkan harus ditandatangani terlebih dahulu oleh PBT Madya atau PBT lain
yang ditunjuk. Laporan harus segera diserahkan kepada Seksi Pelayanan Teknis,
penyerahan menggunakan buku Surat Masuk dan Keluar. Tujuan pengiriman hasil
laporan pengujian adalah kepada pemilik benih, dengan tindasan kepada produsen
benih, Kepala Satgas, dan PBT di kabupaten tempat contoh benih diambil.
Pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang yang diuji di laboratorium
menghasilkan data pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan hasil uji laboratorium antara data label dan data hasil
pengujian
No
. L
ab
Data Label Data Hasil Pengujian
KA
KM
DT
KA
KM
DT
BM
BT
L
CV
L
BW
L
KB
BM
BT
L
CV
L
BW
L
KB
SU-
113N 10.1 99.9 0.0 - 0.0 0.1 99 11.3 99.93 0.00 - - 0.07 98
SUH-
098N 7.6 99.9 - - - - 97 9.9 99.9 0.00 - - 0.10 79
Sumber: Laboratarorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang
Keterangan: KA : Kadar Air, KM : Kemurnian, BM : Benih Murni, BTL : Benih Tanaman Lain,
CVL : Campuran Varietas Lain, BWL : Benih Warna Lain, KB : Kotoran Benih, DT : Daya
Tumbuh
Terlihat pada Tabel 5, menunjukkan hasil pengujian laboratorium dengan
data label. Nomor laboratorium SU-113N pada data label, menghasilkan
Kadar Air (KA) 10.1% dan pada hasil pengujian menghasilkan KA 11.3%. Kadar
air nomor laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil
pengujian berturut-turut sebesar 7.6% dan 9.9%. Menurut Budiarti (2011), KA
benih jagung komposit kelas BR maupun benih jagung hibrida komersial untuk
kadar air (maksimal) 12.0%. Hasil tersebut menunjukkan untuk kedua nomor
laboratorium telah memenuhi standar mutu maksimal, sehingga penetapan KA
dapat dinyatakan lulus.
Nomor laboratorium SU-113N pada data label dengan data hasil pengujian
laboratorium Daya Tumbuh (DT) berturut-turut 99% dan 98%, sedangkan nomor
laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil pengujian DT
berturut-turut, sebesar 97% dan 79%. Menurut Budiarti (2011), daya tumbuh
(minimal) 80% untuk benih jagung komposit, sedangkan standar pengujian
laboratorium daya tumbuh (minimal) jagung hibrida komersial sebesar 85%,
sehingga nomor laboratorium SU-113N telah memenuhi standar mutu maksimal
dan dinyatakan lulus, kecuali pada nomor laboratorium SUH-098N harus
dilakukan pengujian ulang. Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang dapat
dilihat pada Lampiran 12.
Pengawasan pemasangan label ulang dilakukan setelah pengujian
pelabelan ulang. Prosedur dalam mengawasi pemasangan label ulang, antara lain:
1. Petugas harus memastikan kebenaran waktu dan tempat pemasangan label
kepada pemilik benih
23
2. Arsip laporan hasil pelabelan ulang dan pengambilan contoh benih harus
diperikasa kembali
3. Mencocokkan data label dengan laporan hasil pelabelan ulang untuk
mengetahui kebenaran cetakan label
4. Mencocokkan data label dengan keterangan kelompok benih yang akan
dipasangi label
5. Menghitung jumlah stok benih yang ada, stok yang belum dipasang label dan
sudah tersalur, serta jumlah label yang sesuai stok
Stok benih yang melebihi jumlah label, maka petugas harus menanyakan
alasan kepada pemilik benih. Alasan yang dinilai meragukan, maka label tidak
dapat diserahkan dan harus melakukan penelusuran. Label diserahkan sesuai
dengan stok yang ada. Label tidak dapat diberikan, jika stok benih sudah tidak
ada, kelompok benih meragukan, atau tidak sesuai dengan data label. Sisa label
yang belum terpasang, harus dikembalikan kepada Kasatgas atau ke fungsional
pengawasan peredaran benih sebagai berita acara penyerahan label. Pengawasan
pemasangan label yang belum terpasang seluruhnya, maka harus membuat berita
acara yang memuat jenis, varietas, kelas, nomor induk, nomor kelompok, nomor
seri label yang belum terpasang, dan nomor seri label yang sudah terpasang, stok
yang sudah dan atau belum diberi label, serta tanggal pelaksanaan.
Kegiatan Pengecekan Mutu Benih
Pengecekan mutu benih (checking) dilakukan dengan mengumpulkan data
berbagai faktor pembatas terjadinya penurunan mutu benih. Melakukan
pemeriksaan terhadap: label benih, wadah atau kantong benih, fisik benih, tempat,
dan kondisi serta cara penyimpanan benih. Pemeriksaan label benih diprioritaskan
pada legalitas label, dan berbagai keterangan yang tercantum pada label, serta
kaitannya dengan fisik benih. Melakukan pengelompokan wadah benih sesuai
dengan keterangan yang tertera pada label. Mengambil contoh benih
(untuk pengujian laboratorium dalam rangka pengecekan mutu benih) dari
masing-masing kelompok benih. Melakukan pencatatan data dan stok benih dari
masing-masing kelompok benih yang akan diuji. Mengirim contoh benih ke
Laboratorium UPT PSBTPH dalam rangka pengecekan mutu benih.
Pengecekan mutu benih tidak dapat dilakukan terhadap benih yang sudah
kadaluarsa. Pengecekan mutu benih dibagi menjadi dua macam, yaitu pengecekan
mutu benih bukan kasus dan pengecekan mutu benih yang diduga kasus.
Kelompok benih yang sudah terbukti unsur pidananya tidak perlu dilakukan
pengecekan mutunya, maka dilakukan penanganan kasus sesuai prosedur
penanganan kasus.
Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) bertujuan agar benih padi dan
palawija maupun hortikultura yang diperdagangkan selalu memenuhi standar
mutu. Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) dilaksanakan dengan jalan
memeriksa benih yang diperdagangkan. Hal yang perlu diperiksa meliputi
keterangan pada label, catatan yang berhubungan dengan benih yang
diperdagangkannya, dan melakukan pengambilan contoh benih untuk dilakukan
pengujian. Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran dapat
dilihat pada Lampiran 13.
24
Kegiatan checking mutu, termasuk di dalamnya melakukan pengawasan
benih impor, merupakan kegiatan pemeriksaan semua data tentang stok dan
identitas maupun keterangan mutu benihnya. Kegiatan selanjutnya adalah
mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari
masing-masing kelompok benih yang ada. Menghitung jumlah kemasan dan
jumlah stok benih.
Kegiatan checking mutu perlu diperhatikan dalam cara dan tempat atau
gudang penyimpanan benih dalam pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan secara
berkala atau sewaktu-waktu. Pengambilan contoh benih terutama dilakukan bila
terlihat ada yang meragukan, misalnya data label terlihat tidak logis (benih murni
kurang dari 95%, daya tumbuh 60%), cara penyimpanan tidak baik, mudah rusak
atau kelihatan kotor dan sebagainya.
Petugas atau pengawas benih terlebih dahulu memeriksa benar atau
tidaknya keterangan pada label, dengan memperhatikan tiap butir yang terdapat
pada label sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu bagi tiap komoditi jika
benih diberi perlakuan dengan pestisida atau bahan kimia yang lain yang
berbahaya, pada label harus ada keterangan (tulisan) bahwa benih tersebut tidak
boleh dimakan atau diberikan pada ternak, dan harus dicantumkan juga nama dari
bahan kimia yang digunakan. Petugas atau pengawas benih membandingkan hasil
pemeriksaan dengan standar yang berlaku sesuai dengan jenis atau varietas dan
kelas dari benih yang bersangkutan. Komponen mutu benih yang tidak memenuhi
standar adalah daya tumbuh. Laporan hasil pengujian dilaksanakan maksimal
tujuh hari sejak dikeluarkannya laporan. Kelompok benih yang tidak memenuhi
standar mutu, maka label dari masing-masing kantong benih dikeluarkan dan
dihitung jumlahnya (penarikan label). Data hasil realisasi pengecekan mutu benih
(checking) jagung dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Realisasi pengecekan mutu benih jagung tahun 2011
No. Uraian Jagung Persentase (%)
1
Jumlah Contoh Benih (unit) 383
Memenuhi standar 348 90.87
Tidak memenuhi standar 35 9.13
2
Berat kelompok benih yang diuji (ton) 1 776.556
Memenuhi standar 1 734.113 97.61
Tidak memenuhi standar 42.443 2.39 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
Hasil pengecekan mutu benih untuk komoditas jagung dengan jumlah
contoh benih 383 unit, didapat bahwa contoh benih jagung yang memenuhi
standar sebanyak 348 unit (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak
35 unit (9.13%), sedangkan berat kelompok benih jagung yang diuji sebanyak
1 776.556 ton, yang memenuhi standar sebanyak 1 734.113 ton (97.61%), dan
yang tidak memenuhi standar sebanyak 42.443 ton (2.39%). Mutu benih standar
meliputi mutu daya tumbuh, mutu benih murni, mutu kotoran benih, mutu varietas
lain, dan mutu kadar air.
25
Pengawasan Peredaran Benih Impor
Kegiatan pengawasan peredaran benih impor dapat dilakukan dengan cara
memeriksa semua data tentang stock dan identitas maupun keterangan mutu
benihnya. Mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari
masing-masing kelompok benih yang ada. Tujuan kegiatan ini, yaitu untuk
mengetahui apakah benih yang di impor ke Indonesia telah memenuhi syarat dan
prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Menjaga agar benih impor yang
diperdagangkan adalah benih yang memenuhi standar mutu minimal yang
ditetapkan pemerintah (Amin 2009).
Peredaran benih impor hampir merata di seluruh wilayah Jawa Timur,
untuk menjaga agar mutu benih impor yang beredar di pasaran tetap memenuhi
standar yang ditetapkan maka diperlukan pengawasan mutu benih impor.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan peredaran benih impor, meliputi pemasukan
benih dan pengeluaran benih. Data hasil impor benih jagung hibrida dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Pemasukan benih jagung hibrida dari luar negeri tahun 2011
No Importir Alamat Varietas/Galur Jumlah (kg) Negara
Asal
1 PT. Branita
Shandini Mojokerto DK 7711 380 000 Thailand
2 PT. Advanta Seed
Indonesia Malang
F 105 2 960
India
M 105 0.760
PAC 105 11 886
PAC 105 F 0.360
PAC 105 M 0.120
PAC 125 M 0.440
PAC 948 101 646
Jumlah 116 493.68
3 PT. Syngenta Malang
NK 22 F 1 000
India
NK 22 M 1 840
NK 33 F 2 300
NK 5023 2 000
NK 5063 3 780
NK 6225 0.572
NK 6325 5 000
NK 6326 48 821
NK 6326 F 24 360
NK 99 F 1 000
NP 5088 1 140
NP 5095 2 780
NP 5213 1 000
NP 5313 0.780
Sugar 75 0.173
Jumlah 95 022.525
Total 591 516.205 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
26
Tabel 7 menunjukkan pada tahun 2011 tercatat tiga importir benih jagung
hibrida yang melakukan pemasukan benih (impor) berasal dari Negara Thailand
dan India adalah PT Branita Sandhini yang berada di Mojokerto dengan jumlah
impor 380 000 kg, PT Advanta Seed Indonesia dengan jumlah impor
116 493.68 kg, dan PT Syngenta yang berada di Malang dengan jumlah impor
95 022.525 kg. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2011 tercatat eksportir benih
tanaman pangan, khususnya benih jagung hibrida varietas C7 dari PT Branita
Sandhini yang melakukan pengeluaran (ekspor) benih ke Negara Taiwan dengan
jumlah 60 000 kg. Peredaran benih di Jawa Timur menunjukkan bahwa
pemasukan benih (impor) lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran benih
(ekspor).
Kegiatan Penyelesaian Kasus
Penanganan kasus benih, merupakan kegiatan menyelesaikan berbagai
kasus yang timbul, baik antar pedagang benih maupun antara pedagang benih
dengan petani. Kegiatan penanganan kasus benih bertujuan untuk menyelesaikan
kasus-kasus yang mungkin timbul dalam perdagangan benih, baik kasus yang
terjadi antara pedagang benih dengan petani konsumen benih, antar pedagang
sendiri, maupun bagi pedagang benih yang tidak memenuhi ketentuan atau
peraturan yang berlaku.
Pengawas benih dalam menangani suatu kasus atau masalah, harus bersifat
mendidik dan berpegang pada tujuan pengawasan peredaran benih. Pengawas
benih mengambil tindakan yang lebih keras, jika kasus atau masalah tersebut
belum dapat diatasi. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan administratif dan
lebih lanjut dapat dengan tindakan pidana. Pengawas benih jika mengambil
tindakan pidana harus menghubungi petugas hukum yang berwenang menangani
dan harus mempunyai data lengkap dan barang bukti yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk diajukan ke pengadilan. Cara penyelesaian dan
beberapa contoh kasus atau masalah yang umum terjadi, meliputi kasus
ketidakcocokan antara volume suatu kelompok benih yang ada di penyalur dengan
volume penyaluran kelompok benih tersebut oleh produsen pedagang benih. Cara
penyelesaian pada kasus ini adalah petugas benih harus cepat memeriksa produsen
dan penyalur yang bersangkutan. Kepada yang bersalah diberi teguran atau
peringatan. Kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum selesai
masalahnya.
Kasus jumlah benih yang beredar dari suatu kelompok benih, melebihi
tenaga kelompok benih yang diujikan. Cara penyelesaian pada kasus ini adalah
kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum memenuhi
ketentuan yang berlaku. Kelompok benih yang pelabelannya tidak melalui
prosedur yang telah ditetapkan tidak boleh diperdagangkan
Kasus mengenai keluhan dari petani mengenai mutu benih yang dibelinya.
Cara penyelesaian pada kasus ini, yaitu pengawas benih perlu meneliti keluhan
semacam ini, ia harus yakin akan kebenaran kesimpulannya sebelum membuat
pernyataan tentang mutu dari kelompok benih yang diperiksa. Keluhan terhadap
mutu biasanya mengenai daya tumbuh serta kebenaran varietas dan
Campuran Varietas Lain (CVL) bila keluhan tersebut ternyata pada label, maka
dalam penyelesaiannya pengawas benih bertindak sebagai penengah. Petani yang
27
telah melakukan pengecambahan dengan cara seperti yang disarankan oleh
pedagang, tapi ternyata daya tumbuhnya rendah, maka petani yang bersangkutan
dapat minta ganti rugi dengan mengembalikan benih tersebut ke dalam wadah
semula dan menunjukkan label serta pembelian.
Kasus pedagang benih yang tidak mematuhi peraturan. Pedagang benih
yang tidak mematuhi peraturan, misalnya menggunakan benih sumber yang tidak
jelas, memproduksi benih tidak melalui prosedur, memproduksi atau
memperdagangkan benih dari varietas yang belum dilepas, melabel dengan data
diluar pengujian laboratorium yang resmi, dan memperdagangkan benih yang
tidak dilabel. Cara penyelesaian kasus seperti ini, yaitu pedagang yang
bersangkutan perlu diperingatkan secara lisan, ditulis pada buku peringatan dan
dengan surat resmi. Petugas perlu meminta pedagang yang bersangkutan membuat
surat pernyataan bahwa ia akan mematuhi peraturan yang berlaku dengan
disaksikan pengawas benih dan petugas pemerintah daerah, misalnya camat.
Pedagang yang masih melakukan pelanggaran, maka petugas perlu mengambil
langkah berupa mencabut atau tidak membuat surat tanda daftar sebagai pedagang
benih dan memberitahukan kepada semua Kepala Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten dan pimpinan pertanian kecamatan untuk
diteruskan kepada kelompok tani agar tidak membeli dari pedagang tersebut
karena tidak memiliki surat tanda daftar sebagai pedagang benih dan benihnya
tidak memenuhi peraturan yang berlaku.
28
PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG
Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan
suatu contoh yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Ada empat macam contoh benih, yaitu contoh primer, contoh
komposit, contoh kirim, dan contoh kerja. Contoh primer adalah benih yang
diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah
maupun bulk. Contoh komposit adalah semua contoh primer yang dijadikan satu
dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, atau tray) dan biasanya contoh
komposit jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi. Contoh
kirim adalah contoh komposit yang telah dikurangi sampai jumlah berat tertentu
yang telah ditetapkan (untuk benih jagung 1 000 gram) dan kemudian dikirim ke
laboratorium penguji benih. Contoh kerja adalah contoh benih yang diambil dari
contoh kirim dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium. Berikut
mekanisme dari contoh primer hingga mendapatkan contoh kerja seperti pada
Gambar 12.
Gambar 12 Proses mendapatkan contoh kerja
Contoh benih yang telah sampai di laboratorium, sebelum dibagikan
kepada para analis, terlebih dahulu dilakukan pencatatan di Tata Usaha
Laboratorium (buku kendali) sesuai dengan yang tertera pada
label-labelnya, kemudian dilakukan penomoran seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 11. Deskripsi dari contoh benih tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 14.
Contoh Kirim (1 008.5 gram)
252. 125 252. 125
63.03
Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer
Contoh Komposit
504.25 504.25
126.1 126.1
63.03
CONTOH KERJA
1 + 2 + 3 + 4 = 900.7 gram
29
Sumber: Data pribadi
Gambar 13 Mengisi buku kendali
Penetapan Kadar Air
Menurut Budiarti (2011), kadar air contoh benih adalah bobot air yang
hilang karena pengeringan sesuai dengan metode yang ditentukan. Kadar air
dinyatakan sebagai persentase dari bobot awal contoh benih. Kegiatan ini
dilakukan untuk menentukan kadar air benih dengan metode oven untuk rutin.
Metode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi, atau
hilangnya zat-zat yang mudah menguap lainnya, tetapi menjamin penguapan air
sebanyak mungkin. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar air ini
menggunakan oven suhu konstan rendah.
Langkah awal untuk mendapatkan kadar air contoh benih, cawan harus
terbuat dari bahan logam, tidak berkarat pada saat pengujian atau dapat
menggunakan bahan kaca, mempunyai penutup, luas permukaan yang cukup
sehingga memungkinkan penyebaran contoh uji per unit area tidak lebih dari
0.3 g/cm2. Alat yang digunakan untuk menimbang cawan adalah timbangan AND
nomor seri 12200387 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Alat ini
mempunyai empat desimal.
Sumber: Data pribadi
Gambar 14 Timbangan AND
30
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 15 Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung
untuk pelabelan ulang
Contoh kerja diperoleh dengan mencampur benih agar homogen seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 15 (a) dan membagi menjadi beberapa bagian
kecil secara acak (Gambar 15 (b)). Mengambil contoh kerja minimal tiga sub
contoh benih dengan sendok dari posisi yang berbeda dan mencampurkan sub
contoh benih, sehingga memperoleh volume contoh benih yang dibutuhkan, yaitu
10 gram dengan diameter cawan < 8 cm. Selama pengurangan contoh kerja benih
jagung, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara lebih dari 30 detik.
Benih berukuran besar dan benih dengan kulit yang menghalangi
hilangnya air dari benih harus dihancurkan sebelum dikeringkan, kecuali yang
mempunyai kadar minyak tinggi yang sulit untuk dihancurkan atau benih yang
rentan terjadi penambahan bobot akibat oksidasi. Pengirisan atau pemotongan
dilakukan jika penghancuran tidak memungkinkan.
Penghancuran benih menggunakan alat grinding mill, yaitu alat yang
terbuat dari material yang tidak menyerap air seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 16 (a). Mudah dibersihkan dan mempunyai celah sekecil mungkin.
Grinding mill memungkinkan penghancuran dengan cepat dan seragam, tanpa ada
peningkatan panas dan sedapat mungkin tidak terjadi kontak dengan udara.
Tingkat penghancuran dapat diatur. Benih jagung menggunakan pengaturan
nomor satu pada alat ini. Hasil dari dari alat grinding mill benih jagung berupa
bubuk.
a b
31
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b)
Oven yang digunakan adalah oven listrik yang dapat dikendalikan.
Penetapan kadar air benih jagung pada kegiatan ini menggunakan oven suhu
rendah, yaitu 101-105 oC selama 17 jam + 1 jam. Periode pengeringan dimulai
ketika oven mencapai suhu yang ditentukan. Oven yang digunakan adalah oven
advantec tipe PV-430 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (b).
Akhir periode yang telah ditentukan, wadah ditutup dan ditempatkan pada
desikator untuk pendinginan seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Desikator harus
cukup rapat dengan plat metal berlubang untuk mempercepat pendinginan dari
wadah dan berisi silica gel yang efektif, setelah dingin wadah ditimbang beserta
tutup dan isinya.
Sumber: Data pribadi
Gambar 17 Desikator
a b
32
Tabel 8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang N
o L
ab Ulangan
Rata-
rata
(%)
1 Rata-
rata
(%)
2 Rata-
rata
(%) M1 M2 M3 M1 M2 M3
SUH-
098N 17.614 22.524 21.968 11.3 17.670 22.580 22.019 11.4 11.3
SU-
113N 17.878 22.718 22.238 9.9 17.504 22.344 21.858 10.0 9.9
Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013
Kegiatan penetapan kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang
dinyatakan dalam persen berdasarkan bobot yang harus dihitung dalam tiga
desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
πΎπ΄ =M2βM3
M2βM1x 100
M1 adalah bobot dalam gram dari wadah dan tutupnya, M2 adalah bobot
dalam gram dariwadah, tutup, dan isinya sebelum pengeringan, dan M3 adalah
bobot dalam gram dari wadah, tutup, dan isinya setelah pengeringan.
Terlihat pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada nomor laboratorium
SUH-098N dan SU-113N berturut-turut mempunyai Kadar Air (KA) 11.3% dan
9.9%. Menurut Budiarti (2011), benih jagung komposit kelas BR maupun benih
jagung hibrida komersial untuk kadar air (maksimal) 12.0%. Data pada Tabel 9 ini
menunjukkan bahwa penetapan kadar air pada dua nomor lab tersebut tidak
melewati standar kadar air yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilakukan
pengulangan penetapan kadar air.
Rata-rata perulangan pada nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut
sebesar 11.3% dan 11.4%, serta pada nomor laboratorium SU-113N berturut-turut
sebesar 9.9%, dan 10.0%. Selisih hasil rata-rata pada nomor laboratorium
SUH-098N dan SU-113N sama, yaitu sebesar 0.1%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata hasil kedua pengujian masuk ke dalam toleransi (0.2%), menurut
Budiarti (2011), sehingga hasil uji lulus dan tidak perlu dilakukan pengulangan
penetapan kadar air.
Penetapan Kemurnian
Menurut Budiarti (2011), kegiatan penetapan kemurnian adalah kegiatan
untuk menetapkan persentase komposisi (berdasarkan bobot) contoh yang diuji
dan berdasarkan kesimpulan komposisi lot dan mengidentifikasi berbagai spesies
benih dan kotoran benih dalam contoh benih. Contoh kerja dikelompokkan dalam
tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih, dan
persentase dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan bobot. Analisis
kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim. Berat
contoh kerja benih jagung minimal 900 gram, maka persentase bagian-bagian
komponen tersebut sampai satu desimal.
33
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b)
Metode pembagi mekanik cocok untuk semua jenis benih, kecuali benih
lengket. Alat pembagi mekanik yang digunakan untuk benih jagung adalah
soil divider (Gambar 18 (a)). Alat ini terdiri dari sebuah corong dengan sekitar
18 saluran atau saluran lain yang mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebuah
saluran dengan lebar sekitar 13 mm. Prinsip kerja dari alat ini adalah contoh kirim
ditempatkan secara merata ke dalam wadah penuang dan kemudian dituangkan ke
dalam saluran dengan kecepatan yang hampir sama disepanjang corong. Benih
akan melewati saluran dan dikumpulkan dalam dua wadah penerima. Seluruh
contoh dari bagian yang sama digabung untuk kedua kalinya. Contoh akan
berkurang dengan proses yang berulang-ulang dan perpindahan bagian yang sama
pada setiap prosesnya. Proses pengurangan ini dilanjutkan, sehingga diperoleh
bobot contoh kerja yang mendekati ketentuan dan didapatkan contoh kerja untuk
penetapan kemurnian benih jagung (Gambar 18 (b)).
Benih Murni (BM) adalah benih yang sesuai dengan pernyataan atau yang
dimaksud sipengirim benih, atau benih yang secara dominan ditemukan di dalam
contoh benih, termasuk benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut
(jumlahnya > 5%). Kriteria dari BM antara lain:
1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih
sedikit rusak, benih mulai berkecambah.
2. Benih terserang penyakit, tetapi masih bisa dikenal sebagai benih yang
dimaksud. Jika bentuknya berubah menjadi sclerotia, smutballs,
nemathoda galls maka termasuk kotoran benih.
3. Pecahan benih yang ukurannya lebih dari setengah ukuran asli.
4. Pada famili Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferae),
Cupressaeae, Pinanceae, Taxaceae tanpa kulit benih termasuk kotoran benih.
5. Pada famili Leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih.
6. Unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit) dari famili Compositae (bunga
matahari), Umbelliferae (wortel), Labiateae (mint), tanpa memperhatikan
apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau tidak, kecuali
a b
34
bila diperiksa secara visual terlihat jelas bahwa pada benih tersebut tidak
terdapat benih sejati.
Benih Tanaman Lain (BTL) adalah benih-benih tanaman selain yang
bukan dimaksud oleh pengirim benih. Penentuan BTL sebagai kotoran benih sama
seperti pada penentuan BM. Kotoran Benih (KB) meliputi:
a) Benih dan bagian dari benih
1. Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati (true seed)
2. Benih dari famili Fabaceae, Brassicaceae, Cupressceae, Taxaceae tanpa
kulit benih
3. Pecahan benih dengan ukuran kurang dari setengah ukuran asli
4. Benih rusak tanpa embrio atau rusak berat
5. Gabah hampa, floret steril (rangkaian bunga atau buah yang tidak berisi
biji atau sekam atau kulit benih)
b) Bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih, antara lain butir tanah, butir
pasir, pecahan batu, potongan jerami, daun, tangkai daun, tangkai bunga,
nemathoda gall, sclerotia, cendawan dan lainnya.
Komponen masing-masing benih dipisahkan dari beberapa spesies atau
jenis bahan lain dan persentasenya dilaporkan berdasarkan gram dengan jumlah
minimal, kemudian persentase ditulis dalam satu desimal. Contoh kiriman pada
kegiatan pengujian untuk pelabelan ulang, khususnya dalam penetapan kemurnian
benih jagung sebesar 1008.5 gram dan contoh kerja 900.7 gram. Rumus yang
digunakan untuk persentase Benih Murni (BM), Benih Tanaman Lain (BTL), dan
Kotoran Benih (KB) adalah sebagai berikut:
% π΅π =BM
(BM + BTL + KB)x 100 %
% π΅ππΏ =BTL
(BM + BTL + KB)x 100 %
% πΎπ΅ =KB
(BM + BTL + KB)x 100 %
Tabel 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung
No. Lab Uraian Analis
Bobot (g) Bobot (%)
SU-113N
Benih Murni (BM) 889.1 99.93
Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00
Kotoran Benih (KB) 0.6 0.07
Jumlah 889.7 100.00
SUH-098N
Benih Murni (BM) 899.8 99.90
Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00
Kotoran Benih (KB) 0.9 0.10
Jumlah 900.7 100.00 Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013
Tabel 10 memperlihatkan hasil penetapan kemurnian yang meliputi benih
murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih berturut-turut dari nomor
laboratorium SU-113N adalah 889.1 gram (99.93%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.6
35
gram (0.07%). Nomor laboratorium SUH-098N meliputi indikator pengamatan
benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang memiliki hasil
penetapan kemurnian berturut-turut 899.8 gram (99.90%), 0.0 gram (0.00%), dan
0.9 gram (0.10%).
Standar kemurnian benih jagung komposit kelas BR untuk benih murni
(minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0 %, dan benih warna lain
(maksimal) 1.0%, sedangkan standar pengujian laboratorium benih jagung hibrida
komersial untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0%, dan
CVL atau tipe simpang sebesar 0.3% (Budiarti 2011). Terlihat pada Tabel 10
menunjukan bahwa kedua nomor laboratorium tersebut tidak perlu dilakukan uji
ulang.
Penetapan Daya Tumbuh
Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah
hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya
menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat berkembang lebih
lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi pertanaman yang
optimum di lapang (Budiarti 2011). Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan
potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai
pertanaman di lapang. Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir
pada hari ketujuh.
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b)
Kegiatan penetapan daya tumbuh pada benih jagung dilakukan dengan
menggunakan media pasir (Gambar 19 (a)). Media pertumbuhan yang digunakan
dalam pengujian daya tumbuh adalah media yang menyediakan cukup pori-pori
untuk udara dan air, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan sistem perakaran
dan pertumbuhan tanaman. Media pertumbuhan pasir harus cukup seragam dan
bebas dari partikel yang sangat kecil dan sangat besar. Bentuk partikel yang bulat
lebih sesuai dan disarankan menghindari partikel berbentuk tajam karena dapat
mempengaruhi perkembangan tanaman. Partikel dapat lolos saringan ukuran
0.8 mm dan tertahan pada saringan 0.05 mm minimal 90%, kemudian media pasir
dibuat lubang tanam (Gambar 19 (b)).
a b
36
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b)
Empat ratus butir diambil secara acak dari fraksi benih murni dan ditabur
dengan jarak yang mencukupi dan seragam. Satu lubang berisi satu butir benih
jagung (Gambar 20 (a)). Hal yang harus diperhatikan bahwa tidak melakukan
pemilihan benih yang dapat menyebabkan hasil yang bias. Setiap ulangan
digunakan 100 butir benih, hal ini untuk memberi ruang yang cukup bagi benih
dan untuk meminimalkan pengaruh benih yang bertautan selama perkembangan
tanaman. Ulangan-ulangan tersebut diletakkan dalam green house untuk
pengamatan (Gambar 20 (b)).
Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir adalah pada hari
ketujuh. Waktu yang dibutuhkan untuk pematahan dormansi sebelum pengujian
tidak termasuk dalam periode pengujian. Saat evaluasi masih ada beberapa benih
yang belum mulai tumbuh, maka waktu pengujian diperpanjang sampai tujuh hari
atau setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan. Sebaliknya, apabila
daya tumbuh maksimal telah dicapai sebelum akhir periode pengujian, maka
pengujian dapat diakhiri. Waktu pengamatan pertama adalah perkiraan, tapi harus
sudah memungkinkan tanaman yang mulai tumbuh mencapai suatu tingkat
perkembangan yang memenuhi evaluasi yang akurat. Pengujian dalam pasir hari
terakhir tidak lebih dari tujuh sampai 10 hari dan perhitungan pertama boleh
dihilangkan.
Pengamatan antara (intermediate) untuk mencabut tanaman yang telah
cukup berkembang baik untuk mempermudah perhitungan dan menghindari
pengaruhnya terhadap perkembangan tanaman lainnya. Jumlah dan tanggal
perhitungan antara tergantung kebijaksanaan analis, tapi harus dijaga pada
tingkatan minimal untuk mengurangi risiko kerusakan tanaman yang kurang
berkembang.
a b
37
Sumber: Data pribadi Sumber: Kartasapoetra 2003
Gambar 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur
kecambah normal (b)
Kecambah normal menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi
tanaman normal apabila ditanam pada kondisi yang sesuai seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 21 (a), sehingga yang termasuk dalam kecambah
normal meliputi (Gambar 21 (b)):
A. Kecambah lengkap atau sempurna, yaitu semua struktur penting kecambah
berkembang dengan baik, lengkap, seimbang, dan sehat ditandai dengan:
a. Sumbu kecambah
1. Sistem perakaran berkembang dengan baik.
2. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan
ujung akar sehat, akar sekunder berkembang, merupakan penunjang
akar primer, akar seminal minimal dua buah pada Graminal.
3. Hipokotil utuh, panjang, ramping pada tipe perkecambahan epigeal.
4. Epikotil berkembang baik pada tipe perkecambahan hipogeal, hipokotil
pendek atau tidak terlihat.
5. Hipokotil dan epikotil keduanya memanjang pada beberapa tipe
perkecambahan epigeal.
6. Ada pemanjangan mesokotil pada beberapa genera tertentu dari
Poaceae (Graminae).
b. Kotiledon
1. Satu kotiledon untuk monokotil, mungkin hijau seperti daun atau
modifikasi.
2. Dua kotiledon untuk dikotil, pada tipe epigeal berwarna hijau seperti
daun, bentuk dan ukuran bervariasi. Pada tipe hipogeal berbentuk
setengah lingkaran, berdaging tertinggal di dalam kulit biji.
3. Variasi jumlah kotiledon, dua sampai 18 pada conifer (pinus-pinusan),
hijau, panjang, dan menyempit.
4. Hijau berkembang jadi daun primer, satu daun primer (terkadang)
disertai sisik daun pada kecambah dengan susunan daun berselang-
seling, dua daun primer kecambah dengan susunan daun berhadapan.
a b
38
c. Tunas ujung
1. Sangat bervariasi, tergantung spesies, berada dalam koleoptil atau
terkadang keluar menembus koleoptil pada Graminae.
B. Kecambah dengan sedikit kerusakan atau cacat ringan, yaitu kecambah
mengalami kerusakan ringan dapat diperbaiki sehingga kecambah
berkembang normal dan seimbang laiknya kecambah normal, ditandai dengan:
a. Sumbu kecambah
1. Akar primer mengalami kerusakan ringan (bercak nekrotik, berubah
warna, belah tapi tidak mencapai jaringan).
2. Akar primer rusak, tetapi akar sekunder berkembang dengan baik,
sehingga bisa menggantikan fungsi akar primer (Legume, Graminae,
Cucurbitaceae, Marvaceae).
3. Hanya dua akar seminal yang kuat.
4. Hipokotil, epikotil atau mesokotil dengan sedikit kerusakan (berubah
warna, bercak nekrotik, terpilin atau belah ringan).
b. Kotiledon
1. Kotiledon sedikit rusak (jika > setengah totl jaringan kotiledon masih
berfungsi dengan normal dan tidak ada pembusukan pada plumula),
bercak nekrotik, berubah warna.
2. Hanya satu kotiledon yang berfungsi pada dikotil dan tidak disertai
kerusakan atau pembusukan pada titik tumbuh atau jaringan sekitarnya.
c. Daun primer rusak ringan
1. Berubah warna, bercak nekrotik, bentuk sedikit rubah > 50 % jaringan
masih qberfungsi.
2. Hanya satu daun primer normal, tetapi tidak terlihat adanya kerusakan
atau busuk di titik tumbuh.
d. Koleoptil rusak ringan
1. Belah < sepertiga bagian dari atas.
2. Terpilih dengan satu membentuk lingkaran plumula tumbuh
> setengah panjang koleoptil.
C. Kecambah dengan infeksi sekunder, yaitu bentuk kecambah masih tetap
terlihat sempurna atau mengalami sedikit kerusakan sekalipun mengalami
pembusukan karena serangga, bakteri, atau cendawan yang bukan berasal dari
benih tersebut.
39
Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi
Gambar 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b)
Kecambah abnormal tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang
menjadi tanaman normal, bila ditumbuhkan pada tanah yang baik, serta di bawah
kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 22 (a). Kriteria yang dikelompokkan sebagai kecambah abnormal,
meliputi:
1. Struktur penting kecambah hilang, rusak berat, sehingga tidak terjadi
pertumbuhan yang seimbang.
2. Kecambah dengan pertumbuhan lain dari biasanya, seperti geotrop negatif,
bagian hipokotil atau epikotil atau mesokotil membentuk kumparan, hipokotil
membengkak, kecambah transparan.
3. Struktur penting kecambah busuk.
4. Akar primer kerdil, terhambat, rusak, hilang, belah diujung, mengkerut,
panjang tapi kurus, terjebak dalam kulit benih, transparan, seminal lemah,
geotropisme negatif.
5. Hipokotil, epikotil, mesokotil kerdil, pecah sampai jaringan dalam,
mengkerut, membentuk kumparan, panjang kurus, transparan, busuk karena
infeksi primer.
6. Kotiledon kerdil, berubah bentuk, rusak > 50%, busuk karena infeksi primer.
7. Daun primer, tunas pucuk berubah bentuk ukuran < seperempat ukuran
normal tidak ada.
8. Koleoptil berubah bentuk, membelah > sepertiga panjang dari ujung,
membelah dipangkal koleptil, kurus kecil, rusak akibat infeksi primer.
Benih-benih yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian,
diklasifikasikan menjadi:
A. Biji keras adalah biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian.
B. Biji segar adalah biji yang mampu berimbibisi, tetapi perkembangan
selanjutnya terhenti (> 5% benih harus diberi perlakuan).
C. Biji mati, biasanya lembek sering kali tertutup cendawan, tidak ada tanda-
tanda perkembangan kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (b).
D. Kategori lain (benih hampa, benih tidak berembrio, dan benih rusak karena
serangga).
Hasil dari pengujian daya tumbuh dilaporkan sebagai persentase
penjumlahan dari kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih
segar, dan benih mati. Persentase rata-rata dinyatakan dalam bilangan bulat
a b
40
terdekat. Mengacu standar pengujian laboratorium kelas BR benih jagung
komposit untuk daya tumbuh minimal 80%, sedangkan standar pengujian
laboratorium jagung hibrida komersial untuk daya berkecambah minimal sebesar
85%. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase daya tumbuh adalah
sebagai berikut:
% π·π = kecambah normal
benih yang ditanamx 100 %
Tabel 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung
No. Lab Ulangan Jumlah (%) β
(N+AB+BM) N AB BM
SU-113N
1 98 1 1 100 2 97 0 3 100 3 99 0 1 100 4 100 0 0 100
Jumlah 394 1 5 400 Rata-rata 98.5 0.25 1.25 100
SUH-
098N
1 78 14 8 100 2 83 7 10 100 3 76 15 9 100 4 80 7 13 100
Jumlah 317 43 40 400 Rata-rata 79.25 10.75 10 100 Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013
Keterangan: N : Normal, AB : Abnormal, BM : Biji Mati
Tabel 10 menunjukkan rata-rata untuk benih normal, benih abnormal, dan
biji mati pada dua nomor laboratorium SU-113N berturut-turut adalah 98.5%,
0.25%, dan 1.25%, artinya nomor laboratorium tersebut dinyatakan lulus,
sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. Nomor laboratorium SUH-098N
berturut-turut 79.25%, 10.75%, dan 10%, maka nomor laboratorium tersebut
dinyatakan tidak lulus, sehingga harus dilakukan pengujian ulang.
41
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengawasan peredaran benih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pengawas terhadap mutu benih dalam rangka penegakan peraturan perbenihan dan
menjaga supaya benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan
ketentuan yang berlaku. Kegiatan pengawasan peredaran benih, terdiri dari enam
bagian. Pertama, kegiatan pembinaan pedagang benih, yang meliputi inventarisasi
pedagang benih, pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, dan
pembinaan pedagang benih. Kedua, monitoring penyaluran benih. Ketiga,
kegiatan pelabelan ulang (re-labeling). Keempat, pengecekan mutu benih
(checking), yang meliputi pengambilan contoh benih dan kebenaran data label.
Kelima, pengawasan peredaran benih impor. Keenam, kegiatan penyelesaian
kasus.
Kegiatan pembinaan pedagang benih, termasuk di dalamnya terdapat
kegiatan pendaftaran pedagang benih dan klasifikasi pedagang benih, jumlah
produsen tanaman pangan tahun 2011 di Jawa Timur yang mendaftar ulang
sebanyak 454 produsen (83.92%), sedangkan pendaftar baru sebanyak 55
produsen (61.80%), serta jumlah klasifikasi produsen kelas B sebanyak 288
produsen (63.44%). Kegiatan monitoring penyaluran benih dan pengecekan mutu
benih pada realisasi monitoring penyaluran benih tanaman pangan dalam
provinsiuntuk komoditi jagung sebesar 64.74%, serta realisasi pengecekan mutu
jumlah contoh benih jagung yang memenuhi standar sebanyak 348 (90.87%) dan
yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 (9.13%). Berat kelompok benih yang
memenuhi standar sebanyak 1 734.11 (97.61%) dan yang tidak memenuhi standar
sebanyak 42.443 (2.39%). Kegiatan pengawasan peredaran benih impor jagung
hibrida lebih besar dibandingkan dengan ekspor benih jagung.
Saran
Upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peraturan perbenihan
bagi pelaku benih perlu terus dilakukan secara berkesinambungan melalui
pertemuan atau pelatihan dalam rangka pembinaan. Perlu ditanamkan persepsi
bahwa benih meskipun kecil namun mempunyai arti penting dan kedudukan
strategis sebagai awal kehidupan tanaman. Kegiatan di laboratorium, baiknya
menggunakan jas laboratorium serta koleksi bukuyang ada di perpustakaan
instansi sebaiknya diperbanyak. Kegiatan PKL sebaiknya pada pertengahan tahun
sampai dengan akhir tahun, dikarenakan pada bulan-bulan tersebut kegiatan di
instansi lebih banyak, dibanding pada awal tahun, sehingga data yang didapat
akan jauh lebih banyak.
42
DAFTAR PUSTAKA
Amin C. 2009. Manajemen Distribusi dan Pemasaran Benih.
Malang (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka
Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet].
[diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.
. 2012. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka
Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet].
[diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.
Budiarti S, Hartati P, Widiastuti A, Mariyanti D, Putu NIA, Egistiani VE, dan
Afifah N. 2011. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Depok (ID): Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Dinas Pertanian. 2006. Pembinaan Pengedar Benih.
Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
Food Price Watch. 2010. World Bank Food Price Watch Sees Food Prices at
Dangerous Levels. Food Security Portal [Internet]. [diunduh
tanggal 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.foodsecurityportal.org.
Glen. 2012. Kebutuhan Benih Jagung Melambung. Regional Investment
[Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada:
http://regionalinvestment.bkpm.go.id.
Hidayat N. 2007. Petunjuk Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Pangan.
Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
Iriany RN, Yasin MHG, dan Takdir AM. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan
Taksonomi Tanaman Jagung. Pustaka [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21].
Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id.
Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
Mugnisjah WQ dan Setiawan A. 2004. Produksi Benih.
Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Ngadikun dan Martoutomo H. 2004. Profil BPSBTPH Provinsi Jawa Timur.
Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
43
Sjahroesja D. 2007. Pengawasan Mutu dan Peredaran Benih.
Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. 2012. Buku Induk Pengawasan Peredaran.
Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur.
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura. 2011. Buku Induk Pengawasan Peredaran. Surabaya (ID):
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
. 2012. Buku Induk Pengawasan Peredaran.
Surabaya (ID): Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. 2013. Buku Induk Pengujian Laboratorium.
Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang
Provinsi Jawa Timur.
44
45
LAMPIRAN
46
47
Lampiran 1 Jurnal harian kerja PKL
No Hari Tanggal
Tem
pat
Kegiatan
1 Senin 4 Februari 2013
Su
rab
aya
1. Sambutan penerimaan mahasiswa
PKL Diploma IPB
2. Apel pagi
3. Kuliah Umum
4. Perkenalan dengan pegawai
5. Studi pustaka
6. Diskusi
2 Selasa 5 Februari 2013 1. Diskusi
2. Entri data produsen dan penyalur
benih yang daftar ulang tahun 2013
kedalam buku kendali
3 Rabu 6 Februari 2013 1. Entri data produsen dan penyalur
benih yang daftar ulang tahun 2013
kealam buku kendali
2. Entri data dari formulir pendaftaran
ulang sebagai pengedar benih bina
kedalam buku kendali
4 Kamis 7 Februari 2013 1. Entri data dari formulir pendaftaran
ulang produsen benih kedalam buku
kendali
5 Jumβat 8 Februari 2013 1. Senam kebugaran
2. Penugasan mahasiswa PKL Diploma
IPB ke satuan tugas UPT PSBTPH
Provinsi Jawa Timur Wilayah IV
Malang
6 Senin 11 Februari 2013
Mal
ang
1. Sambutan penerimaan mahasiswa
PKL Diploma IPB
2. Kuliah umum
3. Pengenalan ruang kerja di SATGAS
UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur
Wilayah IV Malang
4. Pemeriksaan lapang produksi benih
kedelai milik UPT Pengembangan
Benih Palawija
5. Mengunjungi lantai jemur milik UPT
Pengembangan Benih Palawija
6. Mengunjungi gudang prosesing dan
ruang penyimpanan (cold storage)
7 Selasa 12 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih
2. Pengisian blanko pengambilan contoh
benih
3. Diskusi
8 Rabu 13 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih
2. Dokumentasi lokasi instansi
3. Peninjauan kegiatan prosesing kedelai
9 Kamis 14 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih
2. Perontokan brangkasan kedelai
3. Perekapan data kedalam buku
sertifikasi benih pembiakan
generative
10 Jumβat 15 Februari 2013 1. Perekapan data kedalam buku
48
sertifikasi benih pembiakan
generative
11 Senin 18 Februari 2013 1. Perekapan data hasil sertifikasi
kedalam buku kendali
2. Peninjauan kegiatan prosesing benih
kedelai
12 Selasa 19 Februari 2013 1. Perekapan data hasil pemeriksaan
kedalam buku kendali
2. Pengisian blanko pengiriman contoh
benih ke laboratorium
3. Entri data kedalam data base pada
website
www.sistembenihbersertifikat.com
4. Diskusi
13 Rabu 20 Februari 2013 1. Entri data kedalam data base pada
website
www.sistembenihbersertifikat.com
2. Perekapan data tanda daftar produen
dan/penyalur kedalam buku kendali
14 Kamis 21 Februari 2013 3. Perekapan data tanda daftar produen
dan/penyalur kedalam buku kendali
4. Menyusun laporan tugas akhir
15 Jumβat 22 Februari 2013 5. Perekapan data/ berita acara hasil
pemberian label ke produsen dan data
tanda daftar produen dan/penyalur
kedalam buku kendali
6. Menyusun laporan tugas akhir
7. Diskusi
16 Senin 25 Februari 2013 1. Pengisisn blanko pengiriman contoh
benih ke laboratorium
2. Perekapan data untuk pelabelan ulang
kedalam buku induk
3. Pengambilan contoh benih
17 Selasa 26 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih
18 Rabu 27 Februari 2013 1. Pemeriksaan lapang sertifikasi
menjelang panen
19 Kamis 28 Februari 2013 1. Mengisi blanko pengiriman sampel
benih ke laboratorium
2. Merrekap formulir permohonan
sertifikasi
20 Jumβat 1 Maret 2013 1. Menyusun dokumen kedalam rak
sesuai nomor urutan
2. Studi pustaka
21 Senin 4 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir
2. Studi pustaka
22 Selasa 5 Maret 2013 1. Merekap data laporan hasil
pemeriksaan peralatan dan
pengawasan pengolahan benih dan
panen kedalam buku induk
2. Meyusun laporan tugas akhir
23 Rabu 6 Maret 2013 1. Menanam benih jagung sebanyak 8
ulangan
2. Menyusun laporan tugas akhir
24 Kamis 7 Maret 2013 1. Pemeriksaan lapang fase vegetatif
2. Menghitung daya tumbuh
3. Menyusun laporan tugas akhir
Lampiran 1 (lanjutan)
49
25 Jumβat 8 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir
26 Senin 11 Maret 2013 1. Merekap data formulir permohonan
kedalam buku induk
2. Menyusun laporan tugas akhir
3. Mengisi buku kendali pemasukan
benih ke laboratorium
27 Selasa 12 Maret 2013 LIBUR
28 Rabu 13 Maret 2013 1. Penetapan kadar air
29 Kamis 14 Maret 2013 1. Membersihkan cawan
2. Persiapan penetapan daya tumbuh
3. Diskusi
4. Pertemuan dengan dosen supervise
5. Mengisi buku kendali pemasaran dan
pelabelan ulang
30 Jumβat 15 Maret 2013 1. Penilaian pendaftaran ulang produsen
2. Wawancara
3. Mengisi kartu uji
4. Mengisi buku kendali pemasaran dan
pelabelan ulang
31 Senin 18 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir
2. Mengisi buku kendali penerimaan
sampel benih
3. Mengisi identitas kartu uji
4. Penetapan kadar air
32 Selasa 19 Maret 2013 1. Pengambilan contoh benih
2. Mengisi blanko pengambilan contoh
benih
3. Mengecek kebenaran isi formulir
permohonan
33 Rabu 20 Maret 2013 1. Diskusi
2. Menyusun laporan tugas akhir
34 Kamis 21 Maret 2013 1. Penetapan kadar air
35 Jumβat 22 Maret 2013 1. Diskusi
2. Menyusun laporan tugas akhir
36 Senin 25 Maret 2013 1. Pemeriksaan lapang fase generatif
2. Meyusun laporan tugas akhir
3. Diskusi
37 Selasa 26 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir
38 Rabu 27 Maret 2013 1. Menyususn laporan tugas akhir
39 Kamis 28 Maret 2013 1. Menyususn laporan tugas akhir
Lampiran 1 (lanjutan)
50
Lampiran 2 Peta lokasi UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas Wilayah IV
Malang (b)
a. Peta Lokasi PKL di Surabaya
b. Peta Lokasi PKL di Malang
51
Lampiran 3 Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina
52
Lampiran 4 Contoh tanda daftar penyalur benih bina
53
Lampiran 5 Kriteria scoring untuk mengklasifikasi produsen atau pedagang
benih
A. Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani konsumen
benih
a. Lamanya berusaha dan kontinuitasnya ( 0 β 100 )
1. Lama berusaha benih ( 0 β 50 )
a) Lebih dari 3 tahun
b) Lebih dari 2 tahun s/d 3 tahun
c) Lebih dari 2 tahun s/d 2 tahun
d) Kurang dari 1 tahun
50
45
30
20
2. Kontinuitas ( 0 β 30 )
a) Usahanya kontinu selama 3 tahun terakhir
b) Usahanya kontinu selama 2 tahun terakhir
c) Usaha tidak continue
30
20
10
3. Jumlah jam pelayanan kepada konsumen dalam satu minggu ( 0 β 20 )
a) Lebih dari 60 jam
b) Antara 35 β 60 jam
c) Kurang dari 35 jam
20
15
5
b. Jumlah benih yang dihasilkan/diterima selama satu tahun ( 0 β 100 )
a) Lebih dari 100 ton
b) Antara 75-100 ton
c) Antara 50-74 ton
d) Antara 25-49 ton
e) Antara 0-24 ton
100
80
60
40
20
c. Mutu benih yang dihasilkan/diterima ( 0 β 100 )
a) Seluruhnya bersertifikat
b) 75-99% bersertifika
c) 50-74% bersertifikat
d) 25-49% bersertifikat
e) < 25% bersertifikat
f) Tidak ada yang bersertifikat
100
80
60
40
20
0
d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi ( 0 β 100 )
1. Menyebarkan bahan penyuluhan tentang benih berupa brosur, leaflet,
poster, dll
( 0 β 40 )
a) Menerbitkan sendiri
b) Menyebarkan bahan penyuluhan yang tidak dibuat sendiri
c) Tidak menyebarkan
40
30
0
2. Melakukan/membuat petak percontohan, terutama untuk varietas yang
baru dilepas, agar dapat dilihat petani
( 0 β 30 )
a) Setiap ada varietas baru yang dilepas
b) Kadang-kadang
c) Tidak pernah
30
15
0
3. Dalam melayani pembeli aktif memberikan penjelasan langsung
mengenai benih yang disalurkan, baik mengenai mutu maupun
perlakuan, dsb
( 0 β 30 )
a) Selalu
b) Kadang-kadang
c) Tidak pernah
30
15
0
54
Lampiran 5 (lanjutan)
B. Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku
a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH ( 0 β 100 )
1. Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 3 tahun terakhir
2. Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 2 tahun terakhir
3. Terdaftar tetapi tidak rutin melapor ke BPSB TPH
4. Terdaftar hanya pada tahun terakhir
5. Tidak terdaftar
100
75
50
25
0
b. Kelengkapan catatan ( 0 β 100 )
1. Catatan lengkap dan teratur
2. Catatan kurang lengkap tetapi teratur atau catatan lengkap tetapi tidak
teratur
3. Catatan kurang lengkap dan tidak teratur
4. Tidak punya catatan
Keterangan: catatan disebut lengkap bila mempunyai catatan-catatan tentang
pembelian benih, perlakuan terhadap benih, pemeriksaan lapangan,
pemberian obat, pengambilan contoh benih, hasil
pengujian/pelabelan dan penyaluran benih (rekapitulasi)
100
60
30
0
a. Pelabelan
1. Pengetahuan mengenai pelabelan (warna label dan standar minimum
mutu untuk setiap kelas benih)
( 0 β 30 )
a) Pengetahuannya lengkap dan benar
b) Hanya mengetahui sebaagian standard an warna label
c) Hanya mengetahui warna label
d) Tidak tahu
30
20
10
0
2. Kepatuhan dalam kewajiban melabel/menyalurkan benih berlabel ( 0 β 70 )
a) Semua benih dilabel dengan prosedur yang benar
b) Sebagian besar (> 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar
c) Sebagian kecil (< 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar
d) Tidak dilabel/dilabel dengan prosedur yang salah
70
40
10
0
b. Kepatuhan dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintah lainnya ( 0 β 100 )
1. Varietas disalurkan sesuai dengan program pemerintah ( 0 β 35 )
a) Selalu mengikuti anjuran
b) Pernah satu kali memperdagangkan benih dari varietas yang
dilarang/ tidak dianjurkan untuk diperdagangkan (non VUTW,
Galur Harapan,dll)
c) Pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali
35
20
5
2. Menjual benih kadaluarsa ( 0 β 30 )
a) Tidak pernah
b) Pernah satu kali
c) Lebih dari 1 kali
30
20
5
3. Pemalsuan benih ( 0 β 35 )
a) Tidak pernah melakukan
b) Pernah satu kali melakukan
c) Lebih dari satu kali
35
20
5
55
Lampiran 5 (lanjutan)
C. Kemampuan usaha
a. Fasilitas yang dimiliki ( 0 β 100 )
Untuk Produsen
1. Fasilitas prosesing ( 0 β 50 )
a) Baik
b) Cukup
c) Kurang
50
30
10
2. Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko ( 0 β 50 )
a) Baik
b) Cukup
c) Kurang
50
30
10
Untuk Penyalur
1. Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko
( 0 β 100 )
a) Baik
b) Cukup
c) Kurang
100
75
25
b. Jangkauan penyaluran ( 0 β 100 )
1. Daerah penyaluran meliputi kabupaten lain
2. Daerah penyaluran sampai keluar kecamatan di kabupaten yang sama
3. Penyaluran hanya di kecamatan yang sama
4. Penyaluran hanya dalam satu desa
100
75
50
25
c. Rata-rata persentase benih yang terjual ( 0 β 100 )
1. Laku semua (100%)
2. Terjual 75-99% dari benih yang dihasilkan/diterima
3. Terjual 60-74% dari benih yang dihasilkan/diterima
4. Terjual 25-49% dari benih yang dihasilkan/diterima
5. Terjual 0-24% dari benih yang dihasilkan/diterima
100
80
60
40
20
56
Lampiran 6 Indikator penilaian untuk klasifikasi pedagang benih
No. FAKTOR BOBOT NILAI
TERTIMBANG
1
Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani
a. Lama berusaha dan kontinuitas 15
b. Rata-rata volume benih yang
dihasilkan/disalurkan per tahun 10
c. Mutu benih yang dihasilkan/disalurkan 15
d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi 10
2
Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku
a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH 5
b. Ketertiban dalam administrasi/catatan usaha 5
c. Pelabelan 10
d. Ketaatan dalam melaksanakan kebijakan
pemerintah lainnya 10
3
Kemampuan usaha
a. Fasilitas yang dimiliki 5
b. Jangkauan penyaluran 5
c. Rata-rata persentase benih yang terjual 10
Nilai Kelompok
Penjelasan cara perhitungan untuk mengklasifikasi pedagang benih. Nilai
kelompok diperoleh dari penjumlahan dari nilai (skor) tertimbang dari setiap
faktor.
Nilai tertimbang = (π΅ππππ‘ π₯ πππππ πΉπππ‘ππ )
πππππ πΌππππ (ππππ πππ’π )
57
Lampiran 7 Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai
pengedar benih bina
58
Lampiran 7 (lanjutan)
59
Lampiran 7 (lanjutan)
60
Lampiran 8 Contoh surat permohonan pelabelan ulang
61
Lampiran 9 Contoh label pelabelan ulang kesatu
62
Lampiran 10 Blanko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang
63
Lampiran 11 Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium
64
Lampiran 12 Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang ke-1
65
Lampiran 13 Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran
66
Lampiran 14 Deskripsi hasil pengujian contoh benih
1. No. Asal : PLH-041N
No. Lab. : SUH-098N
Tanggal Pengambilan Contoh : 7 Februari 2013
Tanggal Pengiriman Contoh : 12 Februari 2013
Tanggal Penerimaan di Lab. : 12 Februari 2013
Jenis Tanaman : Jagung Hibrida
Varietas : Sugar 75
Kelas Benih : BR
No. Kelompok : 10654702
Tonase : 298/1192 ton
Berat Contoh Kiriman : 1 kg
Tanggal Kadaluarsa : 13 Maret 2013
2. No. Asal : PLP-056
No. Lab. : SU-113N
Tanggal Pengambilan Contoh : 22 Februari 2013
Tanggal Pengiriman Contoh : 25 Februari 2013
Tanggal Penerimaan di Lab. : 25 Februari 2013
Jenis Tanaman : Jagung
Varietas : Arjuna
Kelas Benih : BR
No. Kelompok : 7
Tonase : 3960 ton
Berat Contoh Kiriman : 1 kg
Tanggal Kadaluarsa : 27 Maret 2013
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 29 Maret 1992
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Khozali, SP dan Ibu Krisdiana. Riwayat pendidikan formal
penulis, yaitu tahun 2004 penulis pernah bersekolah di
SMP Negeri 2 Tambun Selatan selama satu tahun, dan
melanjutkan ke SMP Negeri 14 Bekasi dan lulus pada
tahun 2007. Tahun yang sama penulis masuk
SMA Negeri 100 Jakarta, serta masuk pada jalur IPA dan lulus
pada tahun 2010 dan diterima sebagai mahasiswi Program
Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program
keahlian Teknologi Industri Benih.
Kegiatan organisasi penulis selama menempuh pendidikan formal, yaitu
kegiatan bela diri berupa karate dan Tae Kwon Do, kegiatan marchingband, serta
rohani islam. Penulis juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan
kampus yaitu kegiatan fotografi di Obscura Photography Club. Penulis pernah
mengikuti lomba melukis tingkat SMP dan lomba fotografi se-IPB dan tingkat
internasional di Taman Safari Indonesia Bogor.
68
69
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN DAN
SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TIMUR
ZOLIAND SOBILHAQQ
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
70
71
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan ini, bahwa laporan tugas akhir Pengawasan
Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur
adalah hasil karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan bukan merupakan
duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.
Bogor, Juni 2013
Zoliand Sobilhaqq
NIM J3G110026
72
ABSTRAK
ZOLIAND SOBILHAQQ. Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di
UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh RESTU PUJI MUMPUNI.
Pengawasan peredaran benih dilakukan untuk menjamin mutu benih yang
beredar di pasaran agar produktivitas tetap tinggi, sehingga peran sebagai
pengawas dalam peredaran benih sangat dibutuhkan. Tujuan dari Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran
benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di
UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pengawasan peredaran benih,
terdiri dari enam bagian, antara lain kegiatan pembinaan pedagang benih,
monitoring penyaluran benih, kegiatan pelabelan ulang, pengecekan mutu benih,
pengawasan peredaran benih impor, dan kegiatan penyelesaian kasus. Jumlah
produsen yang mendaftar ulang sebanyak 454 produsen (83.92% dari
jumlah 541), sedangkan yang mendaftar baru sebanyak 55 produsen (61.80% dari
jumlah 541). Realisasi monitoring penyaluran benih jagung sebesar 64.74%.
Realisasi pengecekan mutu benih jagung yang memenuhi standar sebanyak
348 (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 (9.13%). Impor
benih jagung hibrida sebanyak 95 022.525 kg, sedangkan ekspor benih jagung
sebanyak 60 000 kg. Penanganan kasus perbenihan belum dapat dilaksanakan
dengan maksimal.
Kata kunci: benih, jagung, pengawasan, peredaran
ABSTRACT
ZOLIAND SOBILHAQQ. Supervision Distributing of Corn Seed (Zea mays L.)
at UPT PSBTPH East Java Province. Supervised by RESTU PUJI MUMPUNI.
Supervision distributing of corn seed to ensure seed quality on the market
that productivity remains high, so the role of a supervisor in the distribution of
seeds is needed. The purpose of the internship is to determine the monitoring of
distribution Food Crops and Horticulture seeds, particularly corn seed at
UPT PSBTPH in East Java Province. Seed distribution monitoring activities,
consisting of six parts, such as seed merchants coaching activities, monitoring the
distribution of seeds, re-labeling activity, checking seed quality, controling the
circulation of imported seed, and the settlement activities. Number of producers
who re-register as 454 producers (83.92% of 541), while the new sign as many as
55 producers (61.80% of 541). Realization of monitoring the distribution of maize
seed by 64.74%. Realization of corn seed quality fulfil the standards of 348
(90.87%) and that do not meet the standards as much as 35 (9.13%). Hybrid corn
seed imports as much as 95 022 525 kg, while exports of maize seed as much as
60 000 kg. Germination case management can not be implemented to the
maximum.
Keywords: corn, distributing, seeds, supervision
73
RINGKASAN
ZOLIAND SOBILHAQQ. Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di
UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh RESTU PUJI MUMPUNI.
Pengawasan peredaran benih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pengawas terhadap mutu benih dalam rangka penegakan peraturan perbenihan dan
menjaga supaya benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan
ketentuan yang berlaku. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini terdiri dari
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum yaitu untuk memenuhi salah satu
persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi Industri Benih dan
menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih di pasaran.
Tujuan khusus yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di UPT PSBTPH
Provinsi Jawa Timur, mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur
pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasan penyaluran
benih, pengecekan mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk
pelabelan ulang, pengawasan benih impor, dan penanganan kasus benih. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh mahasiswa dengan cara mengunjungi kios-kios atau
penyalur benih dan atau produsen benih, diskusi, studi pustaka, serta wawancara
untuk memperoleh data. Kegiatan yang mencakup dalam pengawasan peredaran
benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu pertama kegiatan pembinaan pedagang
benih, mencakup inventarisasi pedagang benih, pendaftaran pedagang benih,
klasifikasi pedagang benih, dan pembinaan pedagang benih, bagian kedua
monitoring penyaluran, bagian ketiga kegiatan pelabelan ulang, bagian keempat
pengecekan mutu benih, bagian kelima pengawasan peredaran benih impor, dan
bagian keenam kegiatan penyelesaian kasus.
Kegiatan inventarisasi pedagang benih bertujuan untuk mengetahui jumlah
pedagang benih baik produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya
sesuai dengan komoditi benih yang diusahakannya. Pendaftaran pedagang benih
merupakan kegiatan memproses dan memberi Tanda Daftar Pengedar Benih
(TDPB) kepada pedagang benih yang mengajukan permohonan pendaftaran
sebagai pedagang benih. Jumlah produsen tanaman pangan tahun 2011 yang
mendaftar ulang sebanyak 454 produsen (83.92%), sedangkan yang mendaftar
baru sebanyak 55 produsen (61.80%). Klasifikasi pedagang benih merupakan
kegiatan mengklasifikasi semua pedagang benih yang diinventarisasi dengan
sistem penilaian. Jumlah klasifikasi produsen kelas B sebanyak 288 produsen
(63.44%). Pembinaan pedagang benih, merupakan kegiatan dengan melakukan
kunjungan dan pelatihan sewaktu-waktu atau secara berkala. Pengawasan
penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan pada setiap pedagang benih dengan
mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi, jumlah, dan varietas).
Kegiatan ini bertujuan mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur
sesuai dengan jenis dan varietasnya. Realisasi monitoring penyaluran benih
tanaman pangan dalam provinsi untuk komoditi jagung sebesar 64.74%. Kegiatan
pengecekan mutu dilaksanakan dengan jalan memeriksa benih yang
diperdagangkan. Realisasi pengecekan mutu jumlah contoh benih jagung yang
memenuhi standar sebanyak 348 (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar
sebanyak 35 (9.13%). Berat kelompok benih yang memenuhi standar sebanyak
74
1 734.11 (97.61%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 42.443 (2.39%).
Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan terhadap benih
yang akan kadaluarsa. Kegiatan pengawasan peredaran benih impor dapat
dilakukan dengan cara memeriksa semua data tentang stock dan identitas maupun
keterangan mutu benihnya. Impor benih jagung hibrida sebanyak 95 022.525 kg,
sedangkan ekspor benih jagung sebanyak 60 000 kg. Penanganan kasus benih,
merupakan kegiatan menyelesaikan berbagai kasus terjadi antara pedagang benih
dengan petani konsumen benih, antar pedagang sendiri, maupun bagi pedagang
benih yang tidak memenuhi ketentuan atau peraturan yang berlaku. Penanganan
kasus perbenihan belum dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Kata kunci: benih, jagung, pengawasan, peredaran
75
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN DAN
SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TIMUR
ZOLIAND SOBILHAQQ
Laporan Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
76
77
Judul Tugas Akhir : Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pagan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
Nama : Zoliand Sobilhaqq
NIM : J3G110026
Disetujui oleh
Restu Puji Mumpuni, SP
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir M. Zairin Junior, MSc Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Direktur Koordinator Program Keahlian
Tanggal lulus:
78
79
PRAKATA
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
berkesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Tema yang
dipilih dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada
bulan Februari sampai Maret 2013 adalah pengawasan benih, dengan judul
βPengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di Unit Pelaksana Teknis
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Jawa Timur.β
Penulis ucapkan terima kasih kepada Restu Puji Mumpuni, SP selaku dosen
pembimbing, Ir Nur Mahmudiyah selaku Kasatgas UPT PSBTPH Wilayah IV
Malang Provinsi Jawa Timur, Ir Gunawan Susanto sebagai pembimbing lapangan
yang telah banyak memberi saran dan membantu selama pengumpulan data.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ir Satoto Berbudi, MSi selaku Kepala
UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur yang telah bersedia memfasilitasi
tempat tinggal dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PKL, Bapak Haryanto,
Ir darlina Yuni Astuti, Ir Purwoko N., Ir Dyah Ayu M., Ir Marathon, Ibu Erithrina
R., Bapak Aldino Hadianto pada kelompok kerja Pengawasan Peredaran Benih.
Penulis ucapkan terima kasih juga pada Bapak Agus selaku supir yang bersedia
antar-jemput selama kegiatan PKL berlangsung, Bapak Juliyanto sekeluarga yang
telah bersedia membantu kebutuhan selama tinggal di villa, serta seluruh warga
Desa Lang-Lang 3 RT 11 RW 3, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang
sangat ramah terhadap penulis dan teman-teman yang lain. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh tim dosen Program Keahlian Teknologi Industri
Benih, ayah, ibu, serta keluarga, atas doa dan dukungannya, dan teman-teman
Program Keahlian Teknologi Industri Benih angkatan 47. Mudah-mudahan
laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2013
Zoliand Sobilhaqq
80
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Tujuan 2
METODE KAJIAN 3
Lokasi dan Waktu PKL 3 Metode Pelaksanaan 3 Teknik Pengumpulan Data 4
Teknik Pengolahan Data dan Informasi 4
KEADAAN UMUM 5
Sejarah 5
Kegiatan 6 Struktur Organisasi 6
Fungsi dan Tujuan 7
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) di
SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG PROVINSI
JAWA TIMUR 8
Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih 8 Inventarisasi pedagang benih 8 Pendaftaran pedagang benih 8
Klasifikasi pedagang benih 12 Pembinaan pedagang benih 16
Pengawasan Penyaluran Benih 16 Kegiatan Pelabelan Ulang 18 Kegiatan Pengecekan Mutu Benih 23
Pengawasan Peredaran Benih Impor 25 Kegiatan Penyelesaian Kasus 26
PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG 28
Penetapan Kadar Air 29 Penetapan Kemurnian 32
Penetapan Daya Tumbuh 35
SIMPULAN DAN SARAN 41
Simpulan 41
Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
81
DAFTAR TABEL
1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011 12
2 Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas
Malang tahun 2012 14
3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi
Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012 15 4 Realisasi monitoring penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011 17 5 Perbandingan hasil uji laboratorium antara data label dan data hasil
pengujian 22
6 Realisasi pengecekan mutu benih jagung tahun 2011 24
7 Pemasukan benih jagung hibrida dari luar negeri tahun 2011 25
8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang 32 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung 34 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung 40
DAFTAR GAMBAR
1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSPTPH Wilayah IV
Malang Provinsi Jawa Timur 3
2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi
benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur 6
3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih 9 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur
benih (b) 9 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian 13
6 Wawancara untuk keperluan penilaian 19
7 Pemeriksaan berkas permohonan 19 8 Lot benih (a) dan pengambilan contoh benih menggunakan
nobbe trier (b) 19 9 Contoh komposit (a) dan timbangan (b) 19 10 Benih jagung dalam wadah yang standar 21 11 Buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang 28
12 Proses mendapatkan contoh kerja 29 13 Mengisi buku kendali 29
14 Timbangan AND 30
15 Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung (b) 31 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b) 31 17 Desikator 33 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b) 35
19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b) 36 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b) 37 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur kecambah
normal (b) 37 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b) 39
82
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kerja PKL 47 2 Peta lokasi UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas Wilayah IV
Malang (b) 50
3 Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina 51 4 Contoh tanda daftar penyalur benih bina 52 5 Kriteria scoring untuk mengklasifikasi produsen atau pedagang benih 53 6 Indikator penilaian untuk klasifikasi pedagang benih 56
7 Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai
pengedar benih bina 57
8 Contoh surat permohonan pelabelan ulang 60 9 Contoh label pelabelan ulang ke-1 61 10 Blanko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang 62 11 Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium 63 12 Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang ke-1 64
13 Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran 65
14 Deskripsi contoh benih pengujian 66
top related