laporan tugas akhir program diploma ipb

82
PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500-an dan pada awal tahun 1600-an kemudian berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filiphina, dan Thailand. Pertengahan tahun 1700-an, tanaman jagung secara luas tumbuh di Cina, di selatan Fukien, Hunan, dan Szechwan. Populasi jagung berkembang dengan cepat sejak abad 18. Tanaman jagung di Cina dimanfaatkan untuk bahan makanan, terutama di bagian utara, dan dari sini tanaman jagung menyebar ke Korea dan Jepang (Iriany et al. 2007). Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84%, disusul gula 62%, gandum 55%, dan minyak kacang kedelai 47%. Harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010, menurut Food Price Watch. Luas panen jagung nasional hanya sekitar 3.5 juta hektar per tahun dengan produktivitas rata-rata 3.3 ton hektar pipilan kering. Lahan yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas secara teknis masih terbuka lebar bahkan produktivitas dapat mencapai lebih dari 10 ton ha -1 , sehingga Indonesia berpeluang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk ekspor (BPS 2008). Produksi jagung 2011 sebesar 17.64 juta ton pipilan kering (BPS 2012). Total kebutuhan benih jagung sebanyak 500 sampai 600 ton pada 2011, Indonesia masih mengimpor 250 ton, sedangkan sebanyak 41.66-50% atau 250-350 ton diproduksi lokal (Glen 2012). Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman pangan, khususnya benih jagung. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku (Kartasapoetra 2003). Pemeriksaan benih dilakukan terhadap label dan benih yang beredar, dengan cara mengambil contoh dari kelompok benih yang bersangkutan untuk dilakukan pengujian. Pengawas benih berhak menghentikan peredaran kelompok benih selama kegiatan pengujian ulang paling lama 30 hari. Bupati atau walikota dapat melarang peredaran kelompok benih tersebut berdasarkan laporan hasil pengujian ulang pengawas benih yang tidak sesuai dengan label. Instansi yang telah menghentikan peredaran benih bina, tapi ternyata benih tersebut masih diedarkan, instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati atau walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bersama penyidik pejabat polisi. Kelompok benih hasil pengujian ulang yang masih sesuai dengan standar mutu, atau dalam jangka waktu 30 hari pengawas benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka benih tersebut dapat diedarkan kembali. Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai

Upload: zoliand-sobilhaqq-ii

Post on 03-Dec-2014

3.970 views

Category:

Education


57 download

DESCRIPTION

File ini berbasis hasil laporan Praktik Kerja Lapangan untuk mendapatkan gelar A.Md jurusan Teknologi Industri Benih, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun

1500-an dan pada awal tahun 1600-an kemudian berkembang menjadi tanaman

yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filiphina, dan Thailand. Pertengahan

tahun 1700-an, tanaman jagung secara luas tumbuh di Cina, di selatan Fukien,

Hunan, dan Szechwan. Populasi jagung berkembang dengan cepat sejak abad 18.

Tanaman jagung di Cina dimanfaatkan untuk bahan makanan, terutama di bagian

utara, dan dari sini tanaman jagung menyebar ke Korea dan Jepang

(Iriany et al. 2007).

Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga

komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84%, disusul gula 62%,

gandum 55%, dan minyak kacang kedelai 47%. Harga pangan global tahun 2011

secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010, menurut Food Price Watch.

Luas panen jagung nasional hanya sekitar 3.5 juta hektar per tahun dengan

produktivitas rata-rata 3.3 ton hektar pipilan kering. Lahan yang tersedia untuk

meningkatkan produktivitas secara teknis masih terbuka lebar bahkan

produktivitas dapat mencapai lebih dari 10 ton ha-1

, sehingga Indonesia

berpeluang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk

ekspor (BPS 2008). Produksi jagung 2011 sebesar 17.64 juta ton pipilan kering

(BPS 2012). Total kebutuhan benih jagung sebanyak 500 sampai 600 ton

pada 2011, Indonesia masih mengimpor 250 ton, sedangkan sebanyak 41.66-50%

atau 250-350 ton diproduksi lokal (Glen 2012).

Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam

meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman pangan,

khususnya benih jagung. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh

petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah

dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku

(Kartasapoetra 2003).

Pemeriksaan benih dilakukan terhadap label dan benih yang beredar,

dengan cara mengambil contoh dari kelompok benih yang bersangkutan untuk

dilakukan pengujian. Pengawas benih berhak menghentikan peredaran kelompok

benih selama kegiatan pengujian ulang paling lama 30 hari. Bupati atau walikota

dapat melarang peredaran kelompok benih tersebut berdasarkan laporan hasil

pengujian ulang pengawas benih yang tidak sesuai dengan label. Instansi yang

telah menghentikan peredaran benih bina, tapi ternyata benih tersebut masih

diedarkan, instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati atau

walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

bersama penyidik pejabat polisi. Kelompok benih hasil pengujian ulang yang

masih sesuai dengan standar mutu, atau dalam jangka waktu 30 hari pengawas

benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka benih tersebut dapat

diedarkan kembali.

Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk

untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung

memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai

Page 2: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

2

dengan peraturan perundang-undangan, serta benih jagung bermutu tinggi tersedia

bagi petani (Mugnisjah dan Setiawan 2004).

Mutu benih jagung yang digunakan petani masih belum memenuhi

harapan petani. Jaminan mutu benih tersebut merupakan suatu tantangan yang

harus dijawab oleh semua pihak yang terkait (baik secara langsung maupun tidak

langsung) dalam proses produksi dan penyaluran benih jagung yang tidak

memenuhi standar mutu minimal kepada petani adalah melalui pengawasan mutu

dan peredaran benih jagung.

Tujuan

Tujuan dari praktik kerja lapangan meliputi:

Tujuan umum:

1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih

di pasaran.

2. Memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi

Industri Benih.

Tujuan khusus:

1. Mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura, khususnya benih jagung di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan

dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

2. Mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur pendaftaran pedagang

benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasam penyaluran benih, pengecekan

mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk pelabelan ulang,

pengawasan benih impor, serta penanganan kasus benih.

Page 3: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

3

METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu PKL

Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama delapan minggu,

dimulai pada tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan tanggal 28 Maret 2013,

jurnal harian kerja PKL dapat dilihat pada Lampiran 1. Praktik kerja lapangan

minggu pertama dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi

Jawa Timur (Gambar 1 (a)), yang berlokasi di Jl. Gayung Kebonsari no. 175 A,

Surabaya. Praktik kerja lapangan minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan

dilaksanakan di Satuan Tugas UPT PSBTPH Wilayah IV Malang Provinsi

Jawa Timur (Gambar 1 (b)). Peta lokasi PKL dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSBTPH wilayah IV

Malang Provinsi Jawa Timur (b)

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV

Malang Provinsi Jawa Timur adalah dengan kuliah umum, kegiatan lapang,

kegiatan evaluasi, dan acara penutupan. Pelaksanaan kuliah umum, merupakan

pemberian materi yang berhubungan dengan instansi dan dihubungkan dengan

materi yang sudah diajarkan di lingkup perkuliahan. Kegiatan kuliah minggu

pertama dilaksanakan di UPT PSBTPH Surabaya yang disampaikan oleh

Ir Satoto Berbudi, MSi, selaku Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi

Jawa Timur. Materi kuliah yang disampaikan mengenai profil instansi, struktur

organisasi, prosedur menjadi produsen atau penyalur benih bina, persyaratan

untuk menjadi produsen benih, visi dan misi instansi, tujuan dan sasaran instansi,

kelas benih, hak memproduksi benih dengan berbagai kelas benih, prosedur

sertifikasi benih, kelompok jabatan fungsional. Kegiatan kuliah minggu kedua

dilaksanakan di satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur. Hal yang disampaikan dalam kuliah mengenai informasi

jumlah pegawai, penugasan pembimbing lapang, serta pengenalan ruang kerja

oleh Ir Nur Mahmudiyah, selaku Kepala satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut berupa informasi

a b

Page 4: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

4

baru untuk pengetahuan keadaan sebenarnya di lapangan, mengetahui prosedur

kegiatan dari fungsi dan tujuan satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan lapang, merupakan kegiatan langsung ke lapang yaitu

melaksanakan kegiatan pengawasan peredaran benih jagung secara langsung

kepada produsen dan atau pedagang benih. Kegiatan yang dilaksanakan selama

lima minggu dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi oleh petugas

pengawas benih dari instansi, antara lain inventarisasi pedagang benih,

pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pembinaan pedagang

benih, pengawasan penyaluran benih, pengecekan mutu benih (checking),

pelabelan ulang (re-labeling), pengawasan benih impor, dan penanganan kasus

benih.

Kegiatan evaluasi, merupakan kegiatan melengkapi data. Data yang

mungkin kurang lengkap, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

mencari literatur dari buku, bertanya kepada ahli di bidang yang bersangkutan,

sehingga dengan adanya kegiatan evaluasi diharapkan data menjadi lengkap.

Acara penutupan, merupakan kegiatan akhir praktik kerja lapangan oleh

mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan di

kantor satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Kegiatan

penutupan ini, berupa kegiatan pembuatan laporan mengenai hasil praktik kerja

lapangan yang ditujukan kepada satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi pustaka dan

diskusi. Studi pustaka, merupakan kegiatan mencari informasi dari buku, literatur,

dan pustaka yang ada di perpustakaan UPT PSBTPH Surabaya dan Satgas

wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur, serta perpustakaan IPB sebagai

pelengkap data dalam pembuatan tugas akhir. Studi pustaka disesuaikan dengan

kebutuhan, sehingga dapat dilaksanakan setiap waktu. Diskusi, merupakan

kegiatan yang dilakukan antara mahasiswa dengan pembimbing lapang dan staf

lainnya di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur guna menambah wawasan mahasiswa, serta dapat

memecahkan kasus atau masalah yang terkait dengan peredaran benih di pasaran.

Kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Hasil dari diskusi

yang telah dilakukan, kemudian dijadikan sebagai data untuk pembuatan laporan

tugas akhir.

Teknik Pengolahan Data dan Informasi

Metode pengolahan data yang digunakan dengan tiga metode, antara lain

metode analisa deskriptif, analisa kualitatif, dan analisa kuantitatif. Metode

analisa deskriptif, metode ini dimaksudkan agar data menjadi lebih sederhana,

sehingga lebih mudah dipahami. Analisa kualitatif adalah membandingkan data

faktual yang diperoleh di lapangan dengan studi literatur serta bahan materi

selama perkuliahan. Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa

secara kuantitatif dan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus

Page 5: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

5

pengambilan contoh benih, penetapan kadar air, kemurnian, dan daya tumbuh.

Pengolahan data dilakukan dengan software Microsoft Office Excel 2007 dan

website resmi www.sistembenihbersertifikat.com. Data disajikan dengan statistika

secara kuantitatif dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam

pembahasan.

KEADAAN UMUM

Sejarah

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPSBTPH) Jawa Timur didirikan sesuai dengan SK Menteri Pertanian

Nomor: 529/Kpts/org/8/1978 dan SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan

Hortikultura No. I.HK.050.89.83, kemudian diterbitkan lagi SK Menteri Pertanian

Mentan No. 468/Kpts/OT.210/1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura yang

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dan Hortikultura di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Bina

Perbenihan, dan secara administratif operasional dikoordinasikan oleh Kepala

Kantor Wilayah Departemen Pertanian Jawa Timur.

Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung

adanya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan

PP No. 25 Tahun 2000, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur sesuai dengan

Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000 tanggal 18 Desember 2000, dan

SK Gubernur Jawa Timur No. 1 Tahun 2002 tentang perubahan atas

Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000, maka Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) berada dibawah Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Timur sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

(Ngadikun dan Martoutomo 2004).

Visi dan misi

Visi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah terciptanya

penyediaan benih dari varietas unggul yang berwawasan agribisnis dan

berorientasi pada mutu dengan sasaran enam tepat, yaitu tepat mutu, tepat

varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu. Misi dari Unit

Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah memberikan pelayanan prima bagi para

produsen dan penyalur benih dan petani konsumen benih yang tersebar di seluruh

wilayah Jawa Timur. Meningkatkan mutu sumber daya manusia perbenihan.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen dan penyalur benih

agar dapat memproduksi serta mengedarkan benih bermutu dari varietas unggul

yang sesuai dengan ketentuan. Mendukung program Pemerintah Daerah

(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur) dalam upaya untuk meningkatkan

produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura.

Page 6: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

6

Kegiatan

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura (UPT PSBTPH) yang bertanggung jawab di bidang Perbenihan

Tanaman Pangan dan Hortikultura di dalam menjalankan tugasnya melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang meliputi tugas pokok, yang terdiri dari melaksanakan

penilaian kultivar, melaksanakan sertifikasi benih, melaksanakan pengujian benih

laboratorium, melaksanakan pengawasan peredaran benih, melaksanakan

ketatausahaan, melaksanakan pelayanan teknis, dan melaksanakan sarana

prasarana.

Struktur Organisasi

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur tentang Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Timur. Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur disusun,

dengan urutan kepala UPT, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan

fungsional. Struktur organisasi UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, dapat dilihat pada Gambar 2.

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur mempunyai lima instalasi

laboratorium di daerah (laboratorium pembantu) disamping laboratorium utama di

Surabaya yang telah terakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI 19-17025-2000

dengan Nomor Sertifikat: LP-049-IDN tanggal 28 Maret 2003, yang dalam

pelaksanaan operasionalnya dibagi:

1. Laboratorium Surabaya, untuk melayani pengujian benih dari 11 kabupaten,

yaitu Surabaya, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Gresik,

Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Jombang.

2. Laboratorium Madiun, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten,

yaitu Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Pacitan.

Gambar 2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi

benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur

GUBERNUR

JAWA TIMUR

KEPALA

DINAS PERTANIAN

UNIT PELAKSANATEKNIS DINAS

Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kelompok

Jabatan Fungsional

Sub Bagian

Tata Usaha

Page 7: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

7

3. Laboratorium Kediri, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten,

yaitu Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, dan Blitar

4. Laboratorium Malang, untuk melayani pengujian benih dari empat kabupaten,

yaitu Malang, Probolinggo, Mojokerto, dan Pasuruan.

5. Laboratorium Jember, untuk melayani pengujian benih dari tiga kabupaten,

yaitu Jember, Bondowoso, dan Lumajang.

6. Laboratorium Banyuwangi, untuk melayani pengujian benih dari dua

kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Situbondo.

Uraian tugas pokok dan fungsi diatur dalam SK Gubernur

Nomor: 1 Tahun 2002, sebagai berikut:

1. Kepala UPT

Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kepala UPT adalah menyusun

rencana dan program kerja balai, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan

balai, mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan teknis, serta

mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih

padi, palawija, dan hortikultura.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Tugas pokok dan fungsi UPT pada sub bagian tata usaha adalah

melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga, kearsipan,

administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perlengkapan dan peralatan

kantor, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.

3. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kelompok jabatan fungsional,

terdiri dari melaksanakan kegiatan penilaian kultivar, sertifikasi benih,

pengujian benih secara laboratorium, pengawasan peredaran benih, serta

melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.

Fungsi dan Tujuan

Fungsi UPT PSBTPH antara lain, penilaian kultivar dan sertifikasi benih

tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih laboratorium, pengawasan

peredaran benih, ketatausahaan, pelayanan teknis, dan sarana prasarana.

Tujuan dibentuknya UPT PSBTPH, antara lain melindungi produsen benih

dari kemungkinan terjadinya perdagangan benih yang tidak sehat, melindungi

petani (konsumen benih) agar selalu dapat memperoleh benih dengan mutu

standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap produsen benih melalui layanan sertifikasi dan

pengawasan peredaran benih, mendukung program peningkatan produksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari

varietas unggul secara berkesinambungan, menjamin penyediaan benih

bersertifikat bagi konsumen benih sesuai dengan asas enam tepat (tepat mutu,

tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu), mendorong

tersedianya benih sumber yang diperlukan bagi penangkaran benih, mencegah

terjadinya benih-benih yang tidak memenuhi standar di pasaran, dan memberikan

informasi tentang penyediaan benih bagi produsen dan konsumen benih.

Page 8: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

8

PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

DI SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG

PROVINSI JAWA TIMUR

Menurut Hidayat (2007), kegiatan yang mencakup dalam pengawasan

peredaran benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu:

Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih

1. Inventarisasi pedagang benih

Inventarisasi pedagang benih merupakan kegiatan mengumpulkan data.

Data tersebut berasal dari hasil wawancara secara langsung kepada pegawai satgas

UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur mengenai jumlah dan

kemampuan usaha pedagang benih yang berada di Malang yang mencakup nama

pedagang benih, alamat usaha, kemampuan usaha (benih yang diperdagangkan)

dalam kurun waktu tertentu.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pedagang benih baik

produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya sesuai dengan komoditi

benih yang diusahakannya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data

setiap produsen atau penyalur pedagang benih, baik secara langsung maupun

melalui instansi lain yang mengetahui. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan ini,

meliputi nama produsen penyalur pedagang benih, alamat, volume benih yang

diproduksi (jenis dan jumlahnya) dan volume benih yang dapat disalurkan secara

nyata dalam satu tahun sesuai dengan jenis atau komoditi yang disalurkan (padi,

palawija, dan hortikultura).

2. Pendaftaran pedagang benih

Pendaftaran pedagang benih, merupakan kegiatan memproses dan

memberi Tanda Daftar Pengedar Benih (TDPB) kepada pedagang benih yang

mengajukan permohonan pendaftaran sebagai pedagang benih. Peraturan

Pemerintah No. 44 Tahun 1995 pasal 39, tentang Kewajiban Mendaftarkan

Usahanya, dimana peredaran benih bina di dalam negeri dilakukan oleh instansi

pemerintah, perorangan, dan badan hukum.

Instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum harus mendaftarkan

kegiatannya pada pemerintah. Syarat untuk menjadi pengedar benih bina, meliputi

1) harus memiliki pengetahuan di bidang perbenihan tanaman, 2) memiliki

fasilitas penyimpanan, 3) menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang

diedarkan. Proses permohonan pendaftaran pedagang benih dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 9: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

9

Sumber: Data pribadi

Gambar 3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih

Pemberian tanda daftar sebagai pedagang benih kepada para pedagang

benih yang mengajukan permohonan erat hubungannya dengan usaha pembinaan

pedagang benih. Pembinaan diperlukan untuk lancarnya komunikasi dan

informasi antara petugas atau pengawas benih dengan para pedagang benih dan

secara tidak langsung juga akan mempererat hubungan diantara para pedagang

benih sendiri. Pemberian tanda daftar sebagai penyalur benih dapat dilihat pada

Gambar 4.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur

benih (b)

Pelaksanaan pendaftaran pedagang benih, meliputi pedagang benih

mengajukan permohonan sebagai pedagang benih, dengan mengisi formulir yang

telah ditentukan oleh UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Pengisian formulir

ditulis dengan jelas nama dan alamat lengkap pemohon untuk memudahkan

hubungan surat menyurat dan pelaksanaan pembinaan atau pemeriksaan oleh

pengawas benih. Pendaftar pengedar benih baru, maka harus mengisi blanko

permohonan pendaftaran sebagai pengedar benih, dengan melampirkan

syarat-syarat sebagai beriut:

1. Fotokopi kartu penduduk atau KTP pemimpin pengedar benih atau paspor

untuk WNA

a b

Page 10: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

10

2. Pas foto pemimpin pengedar benih ukuran 3 x 4 cm sebanyak empat lembar

(untuk arsip buku kendali, satgas, PBT kabupaten, dan ditempelkan pada

TDPB)

3. Fotokopi akte badan hukum

4. Fotokopi sertifikat pelatihan di bidang perbenihan jika ada

5. Surat pernyataan mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku dengan

bermaterai Rp6 000

6. Denah sarana atau prasarana berskala dan denah dengan alamat menuju lokasi

7. Surat pernyataan kepemilikan sarana atau prasarana (surat milik sendiri, Berita

Acara Sewa, atau Berita Acara Pinjam Pakai yang ditandatangani oleh kedua

belah pihak)

8. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp50 000 untuk PNBP, baik

permohonannya diterima atau ditolak

9. Contoh kemasan benih yang akan dipakai oleh produsen

10. Kemampuan produksi benih bagi produsen benih baru swasta minimal sebesar

25 ton per tahun, sedangkan calon produsen benih instansi pemerintah tidak

dibatasi produksinya, namun ada catatan yang dapat dipertimbangkan yaitu

bagi kabupaten yang mempunyai:

10.1 Jumlah produsen benih kurang dari sama dengan lima, maka batas

produksi bisa kurang dari 25 ton

10.2 Jumlah produsen benih enam sampai 10, maka batas produksi 25-50 ton

10.3 Jumlah produsen > 10, maka batas produksi > 50 ton

Formulir permohonan sebagai pedagang benih tersebut diisi rangkap

empat, lembar pertama untuk UPT PSBTPH Surabaya, lembar kedua untuk satgas

wilayah setempat (wilayah IV Malang), lembar ketiga untuk Dinas Pertanian

kabupaten setempat dan lembar keempat untuk pemohon sebagai arsip. Pengawas

benih di wilayah kerja atau kabupaten atau kodya setempat mengkoordinir

pendaftaran para pedagang benih. Permohonan dari tiap pedagang benih, disertai

keterangan dari pengawas benih, bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan

yang telah ditentukan. Syarat produsen pedagang benih, antara lain mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu dan

menyimpan benih, menguasai unit pengolahan untuk pengeringan, pembersihan,

pengepakan, gudang tempat penyimpanan, serta jujur dan selalu bersedia

mematuhi peraturan atau ketentuan perbenihan yang berlaku. Contoh formulir

pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kepala UPT PSBTPH memeriksa setiap hasil penilaian pengawas benih

pada pemohon. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat

(provinsi atau kabupaten) perlu diperhatikan. Pemohon yang telah memenuhi

syarat, maka UPT PSBTPH mengeluarkan surat keterangan pendaftaran sebagai

pedagang benih. Surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih dibuat

lima rangkap,masing-masing untuk pedagang benih yang bersangkutan, Dinas

Pertanian kabupaten setempat sebagai pemberitahuan, kepala satgas setempat,

pengawas benih kabupaten setempat dan lembar kelima disimpan sebagai arsip di

UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Penilaian kepada pengedar

benih baru, meliputi penilaian tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya

manusia yang dimiliki (kuantitas, kualitas yang proporsional dengan rencana

produksinya) dan penilaian kelaikan sarana atau prasarana yang dimiliki. Calon

produsen benih swasta merencanakan memproduksi benih > 200 ton, maka

Page 11: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

11

dilakukan penilaian bersama dengan fungsional pengawasan dari UPT PSBTPH

Surabaya. Calon pengedar benih yang memenuhi syarat atau laik, maka pengedar

tersebut akan diberikan surat rekomendasi pemberian izin sebagai produsen benih

(surat rekomendasi ini hanya berlaku untuk calon produsen, sedangkan untuk

penyalur tidak diberikan surat rekomendasi, tetapi langsung diberikan TDPB).

Calon produsen yang telah memproses benih dan mencetak label, maka

selanjutnya PBT menyampaikan surat kepada Kepala UPT PSBTPH untuk

memberitahukan bahwa produsen yang bersangkutan dapat diterbitkan TDPB.

Tanda daftar pengedar benih yang telah terbit, maka produsen diwajibkan

membayar biaya sebesar Rp100 000 (Rp50 000 untuk figura dan Rp50 000 untuk

buku undang-undang perbenihan).

Surat tanda daftar pengedar benih berlaku sejak dikeluarkannya dan

selama pengedar benih yang bersangkutan masih berusaha di bidang perdagangan

benih. Pengedar yang bersangkutan diwajibkan melapor ke UPT PSBTPH setiap

akhir tahun, yang menyatakan pedagang yang bersangkutan masih berusaha dalam

perbenihan, beserta rencana produksi atau penyalurannya untuk tahun berikutnya.

UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan atau penilaian ulang terkait pada

pedagang benih sebagai pendaftar baru maupun yang mendaftar ulang.

Pemeriksaan atau penilaian ulang dilakukan terhadap sarana pengolahan, sarana

penunjang, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki pedagang benih

tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan paling sedikit satu

kali dalam satu tahun.

Surat tanda daftar pengedar benih dapat dicabut dengan alasan, antara lain

pedagang yang bersangkutan tidak memberikan laporan seperti yang termasuk

diatas, tidak mengindahkan peraturan atau ketentuan yang berlaku, pedagang

benih yang bersangkutan meninggal dunia atau perusahaannya bubar, pedagang

yang bersangkutan mengundurkan diri atau berhenti dalam berusaha dibidang

benih, serta tidak memproduksi benih pada musim berikutnya setelah surat

peringatan diberikan dan tidak mengindahkannya, selanjutnya TDPB tersebut

dapat dicabut. Pengedar benih yang melakukan perubahan data (pindah alamat,

ganti pimpinan, atau lainnya), maka diwajibkan melakukan pendaftaran baru lagi

dengan mengajukan permohonan, dengan melampirkan 1) TDPB lama yang asli,

2) Pas foto 3 x 4 cm sebanyak dua lembar (untuk buku kendali dan ditempelkan

pada TDPB penggantiannya).

Pengedar benih yang mempunyai dua aktifitas, yaitu sebagai produsen dan

penyalur, maka yang bersangkutan diwajibkan mempunyai dua TDPB yaitu satu

sebagai produsen benih dan yang satu lagi sebagai penyalur benih. Calon

pengedar benih yang mempunyai SIUP dan Akte Notaris, maka bagi produsen

akan diberi PB (produsen Benih) sedangkan bagi calon penyalur akan diberi nama

TP (Toko Pertanian).

Setiap pengedar benih (produsen dan penyalur) yang telah mempunyai

TDPB diwajibkan melakukan daftar ulang pada setiap akhir tahun (terakhir

tanggal 31 Desember) dengan mengisi blanko pendaftaran dan melampirkan

fotokopi TDPB serta membayar Rp5 000 bagi produsen, sedangkan bagi penyalur

tidak perlu membayar. Pengedar benih baru yang mendapatkan TDPB bulan

November atau Desember, maka tetap diwajibkan daftar ulang untuk kegiatan

rencana produksinya tahun yang akan datang. Pengedar benih yang tidak

melakukan daftar ulang, maka pengedar benih tersebut akan diberikan peringatan

Page 12: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

12

tertulis dari Kepala UPT PSBTPH dengan tembusan kepada PBT di wilayah yang

bersangkutan. Data hasil pendaftaran produsen dan penyalur benih dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011

Pengedar

Benih

Tanaman

Pangan Hortikultura Jumlah

Produsen Mendaftar ulang 454 (83.92%) 87 (16.08%) 541 (69.10%)

Pendaftar baru 55 (61.80%) 34 (38.20%) 89

Jumlah 510 120 630

Penyalur Mendaftar ulang - - 242 (30.90%)

Pendaftar baru - - 40

Jumlah - - 282

Jumlah Pengedar Terdaftar 912

Jumlah Penyalur Benih Tercatat 930 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011

Terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2011 telah dilakukan daftar ulang dan

daftar baru pengedar benih di Jawa Timur. Pendaftaran pengedar benih

dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan aspek legalitas baik pada produsen

benih maupun penyalur benih. Jumlah pengedar benih tahun 2011 yang

mengajukan permohonan daftar ulang berdasarkan statusnya, yaitu sebagai

produsen benih sebanyak 541 (69.10%) dan sebagai penyalur benih sebanyak

242 (30.90%).

Permohonan pendaftaran ulang produsen benih berdasarkan komoditinya,

yaitu tanaman pangan yang mendaftar ulang sebanyak 454 (83.92%), sedangkan

hortikultura sebanyak 87 (16.08%). Produsen benih tanaman pangan yang

mendaftar baru sebanyak 55 (61.80%) dan produsen hortikultura yang mendaftar

baru sebanyak 34 (38.20%). Hal yang menyebabkan pengedar benih tanaman

pangan lebih besar dibanding dengan hortikultura, baik yang mendaftar ulang

maupun yang mendaftar baru, karena wilayah Jawa Timur mempunyai daya tarik

tersendiri bagi para pelaku bisnis, yaitu kesuburan tanah dan cuaca atau iklim

yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman pangan di wilayah tersebut,

serta masih tersedianya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan.

3. Klasifikasi pedagang benih

Klasifikasi pedagang benih, merupakan kegiatan mengklasifikasi semua

pedagang benih yang diinventarisasi dengan sistem penilaian. Penilaian tersebut

dilakukan berdasarkan scoring. Kriteria scoring mempunyai tiga kriteria, yaitu

partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat atau petani

(konsumen benih), pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku,

dan kemampuan usaha. Kriteria scoring selengkapnya tercantum dalam

Lampiran 5. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian, dikumpulkan dari

hasil evaluasi tahunan, wawancara, partisipasinya terhadap program pemerintah,

pengetahuannya tentang perbenihan, ketaatannya terhadap peraturan yang

berlaku, dan kemampuannya dalam usaha perbenihan. Indikator penilaian

Page 13: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

13

klasifikasi pedagang benih adalah dengan perhitungan untuk mengklasifikasi

kelas pedagang benih yang tercantum dalam Lampiran 6.

Kegiatan klasifikasi pedagang benih bertujuan untuk menetapkan

kelas-kelas pedagang benih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga

akan mempermudah dalam melakukan pembinaan juga untuk menilai penerapan

peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan klasifikasi dilakukan setiap triwulan

(tiga bulan sekali) dengan jalan mengumpulkan data dari setiap pedagang benih,

yaitu dengan jalan melakukan pemeriksaan administrasi, mengadakan wawancara,

dan memeriksa tempat penyimpanan benih atau kios tempat penjualan. Kegiatan

penilaian ulang terkait pendaftaran ulang sebagai produsen benih, untuk mendapat

klasifikasi kelas, berupa pemeriksaan kelengkapan dokumen dan wawancara

dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Sumber: Data pribadi

Gambar 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian

Penilaian ulang dilakukan terhadap kelaikan pengedar benih minimal satu

kali dalam satu tahun. Prinsipnya waktu penilaian ulang adalah sepanjang tahun

berjalan, dan hasil penilaian dituangkan dalam blanko penilaian ulang. Penilaian

ulang dilakukan terhadap 1) tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya

manusia (diisi oleh pengedar yang bersangkutan dan selanjutnya diberikan

kepada PBT), 2) kondisi sarana atau prasarana (diisi oleh PBT dan produsen yang

bersangkutan secara bersama), dan 3) ketertiban administrasi, ketaatan peraturan

perbenihan, dan kinerja (diisi oleh PBT). Pengawas benih tanaman memberikan

penilaian terhadap daftar pertanyaan yang telah diisi tersebut dengan nilai,

selanjutnya blanko yang telah diisi dengan nilai disampaikan kepada fungsional

pengawasan peredaran benih di Surabaya selambat-lambatnya tanggal

31 Desember. Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai

pengedar benih bina, dapat dilihat pada Lampiran 7.

Hasil dari penilaian, maka selanjutnya PBT fungsional pengawasan

peredaran benih akan menentukan klasifikasi sesuai nilai skor yang diperoleh dari

hasil penilaian. Data hasil klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung)

di satgas Malang dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai skor yang dapat diberikan,

sebagai berikut:

- Kelas A = Baik sekali, yaitu pedagang benih dengan jumlah

nilai > 90

- Kelas AB = Baik, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 80-89

- Kelas B = Sedang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 75-79

Page 14: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

14

- Kelas BC = Kurang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 65-74

- Kelas C = Kurang sekali, yaitu pedagang benih dengan

Jumlah nilai < 64

Sumber: Data pribadi

Gambar 6 Wawancara untuk keperluan penilaian

Tabel 2 Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas

Malang tahun 2012

No Produsen Kelas

1 KB Randuagung A

2 PT Advanta SeedIndonesia B

3 Batara Seed B

4 CV Tani Maju B

5 PT Syngenta LSSM-BTPH

6 PT DuPont Indonesia LSSM-BTPH Sumber: Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2012

Klasifikasi produsen tanaman pangan tahun 2012 khususnya benih jagung,

terdapat enam produsen benih jagung di Malang yang mempunyai kelas

tersendiri. Produsen benih jagung Kebun Benih (KB) Randuagung dengan

klasifikasi kelas A, PT Advanta Seed Indonesia, Batara Seed, dan CV Tani Maju

dengan klasifikasi kelas B, serta PT Syngenta dan PT DuPont Indonesia dengan

klasifikasi kelas LSSM-BTPH.

LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 tanggal

13 Oktober 1999, tentang Pembentukan LSSM-BTPH dengan ruang lingkup

kegiatan sertifikasi benih mandiri pada produsen benih meliputi pengendalian

mutu benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label

(sertifikat) baik untuk menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi di

bidang tanaman pangan dan hortikultura.

Page 15: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

15

Hasil klasifikasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian

rekomendasi penangkaran benih pada tahun berikutnya. Rekomendasi diberikan

berdasarkan penilaian ulang kelaikan, daftar ulang, dan realisasi pengajuan

sertifikasi tahun lalu. Rekomendasi terdiri dari klasifikasi, jenis komoditi, jumlah

varietas, kelas benih, dan luas penangkaran. Rekomendasi dikeluarkan oleh

Kepala UPT PSBTPH dan berlaku selama satu tahun yaitu penagkaran sejak

1 Januari sampai dengan 31 Desember. Data hasil klasifikasi benih tanaman

pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur berdasarkan kelas benih yang

direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 3. Produsen harus melaksanakan

rekomendasi yang diberikan tersebut dengan pengawasan dari PBT. Rekomendai

akan gugur demi hukum jika produsen yang bersangkutan melakukan pelanggaran

yang berat di bidang perbenihan (misalnya mengedarkan benih tanpa label dan

tidak melakukan sertifikasi). Permintaan dispensasi penangkaran untuk kelas

benih yang lebih tinggi dari klasifikasinya hanya diberikan atas persetujuan

Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Dispensasi penangkaran

diberikan melalui permohonan dari produsen kepada Kepala UPT PSBTPH.

Tabel 3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi

Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012

No Klasifikasi Jumlah Persentase

(%) Kelas Benih yang direkomendasikan

1 A 40 8.81 Benih Dasar (BD)

2 AB 17 3.74 Rekomendasi BD

Benih Pokok ( BP )

3 B 288 63.44 Benih Pokok (BP)

4 BC 10 2.20 Rekomendasi BP

Benih Sebar ( BR )

5 C 95 20.92 Benih Sebar (BR)

6 LSSM 4 0.88 Sertifikasi Mandiri

Jumlah 454 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2012

Klasifikasi produsen benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Klasifikasi A sejumlah 40 produsen (8.81%), klasifikasi AB sejumlah 17 (3.74%),

klasifikasi B sejumlah 288 produsen (63.44%), klasifikasi BC sejumlah 10

(2.20%), dan klasifikasi C sejumlah 95 produsen (20.92%), dan LSSM-BTPH

sejumlah 4 (0.88%). Izin diberikan kepada 40 produsen benih tanaman pangan

dengan klasifikasi A untuk menghasilkan benih dengan kelas benih dasar (BD),

klasifikasi B diizinkan untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP), klasifikasi

BC diberikan rekomendasi untuk menghasilkan benih dengan kelas benih pokok

dan klasifikasi C diizinkan untuk menghasilkan kelas benih sebar (BR. Persentase

paling besar klasifikasi kelas untuk produsen benih tanaman pangan adalah

klasifikasi kelas B yang diizinkan memproduksi kelas benih pokok (BP). Hal

tersebut terjadi, karena benih pokok tersebut tidak seluruhnya digunakan sebagai

benih sumber dalam produksi benih sebar, tetapi digunakan untuk produksi

jagung konsumsi. Penggunaan benih pokok sebagai benih sumber dalam produksi

benih sebar karena adanya anggapan yang keliru dari petani bahwa penggunaan

Page 16: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

16

benih yang kelas benihnya lebih tinggi akan menghasilkan produksi yang lebih

tinggi pula.

4. Pembinaan pedagang benih

Pembinaan pedagang benih dilakukan dengan kunjungan dan pelatihan

sewaktu-waktu atau secara berkala. Frekuensi pembinaan pedagang benih

berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya. Pedagang benih dengan klasifikasi

rendah, pembinaan lebih sering dilaksanakan. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu

pembinaan dilakukan pada semua orang atau badan hukum yang berusaha dalam

bidang perbenihan, misalnya pedagang benih, produsen pedagang benih

(pedagang benih yang sekaligus sebagai produsen benih), dan penyalur pedagang

benih (pedagang hanya menyalurkan benih dari produsen benih).

Pembinaan para pedagang benih diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam masalah perbenihan. Materi

pokok yang dibinakan meliputi program perbenihan, peraturan atau ketentuan

perbenihan beserta kepentingannya bagi pedagang atau petani (konsumen benih)

dan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan ketentuan atau peraturan yang

berlaku. Para pedagang benih harus memberi penjelasan kepada pembeli tentang

sifat varietas dan cara menggunakan benih yang bersangkutan.

Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 803 Tahun 1997

pasal 13, 15, dan 19 tentang Kewajiban Pengedar Benih Bina, yaitu setiap

produsen benih bina wajib melaksanakan pemasangan label terhadap kelompok

benih yang dinyatakan lulus sertifikasi, mematuhi peraturan perundang-undangan

perbenihan yang berlaku, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, memiliki

catatan tentang data benih yang diedarkan selama satu tahun bagi tanaman

semusim dan lima tahun bagi tanaman tanaman tahunan, melaporkan jumlah

benih bina yang dijual apabila diminta oleh instansi yang berwenang (dalam hal

ini laporan pengawasan peredaran benih bina), menerima kedatangan, dan

memberikan keterangan yang diperlukan oleh pengawas benih atau petugas

perbenihan yang lain, serta melaporkan setiap terjadinya perubahan data pengedar

benih bina (contohnya ketika pergantian pimpinann dan perubahan alamat)

(Dinas Pertanian 2006).

Pengawasan Penyaluran Benih

Pengawasan penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan dari setiap

pedagang benih dengan mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi,

jumlah, dan varietas). Kegiatan pengawasan penyaluran benih bertujuan untuk

mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur sesuai dengan jenis dan

varietasnya. Data pengawasan penyaluran benih juga dapat digunakan untuk

menilai atau mengevaluasi tingkat kemajuan petani dalam menggunakan benih

bermutu.

Cara pelaksanaan kegiatan pengawasan penyaluran benih dengan jalan

mengumpulkan data penyaluran benih dari para pedagang benih. Pedagang benih

diwajibkan membuat catatan penerimaan dan penyaluran atau penjualan benih.

Para pedagang benih juga wajib mempunyai catatan-catatan lainnya yang

berhubungan dengan benih yang diperdagangkannya, misalnya catatan tentang

pengujian laboratorium, dan catatan tentang perlakuan yang diberikan pada benih.

Page 17: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

17

Kegiatan pengawasan penyaluran benih untuk menjawab ketersediaan benih yang

dibutuhkan petani.

Kegiatan pengawasan penyaluran benih merupakan kegiatan yang dipakai

untuk acuan perencanaan pendaftaran pengedar benih bina, perencanaan checking

mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan

(kegagalan dan mutu benih). Kegiatan pengawasan bukan hanya kegiatan

administratif, tetapi merupakan laporan pelaksanaan pengawasan penyaluran atau

peredaran benih di lapang yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tujuan dari pengawasan penyaluran benih sendiri, antara lain 1) untuk

mengetahui sisa stok benih di produsen atau di penyalur benih pada saat tertentu,

2) mengetahui jumlah stok benih yang telah terserap oleh petani pada kurun waktu

tertentu, 3) mengetahui jumlah stok benih yang telah tersalur ke luar dan ke dalam

provinsi atau ke luar dan ke dalam negeri pada kurun waktu tertentu,

4) mengetahui jumlah stok benih yang tidak laku, afkir (digiling jadi beras), tidak

lulus checking atau pelabelan ulang), 5) sebagai acuan perencanaan pendaftaran

atau inventarisasi pengedar benih, perencanaan checking mutu benih atau

pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan, 6) untuk pembinaan

kepada pengedar benih agar menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang

diedarkan dan menyalurkan lot benih yang tidak tercampur dengan lot benih yang

lain, 7) mengetahui alur peredaran benih, serta 8) untuk pengambilan kebijakan.

Data hasil realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4 Realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011

Ko

mod

iti

Ketersediaan Benih Tahun 2011 (ton) Penyaluran Ke

Sis

a st

ock

201

1

Asu

msi

ser

apan

dal

am p

rovin

si

(%)

Sis

a S

tock

2010

Pro

du

ksi

Dal

am

Pro

vin

si

Pro

du

ksi

Lu

ar P

rov

insi

Imp

or

Jum

lah

Dal

am P

rov

Lu

ar P

rov

(1) (2) (3) (4) (5) (6)=2+3+4+5 (7) (8) (9)=6-(7+8)

(11)=9/7x100

Pad

i

8 432.2 67 352.2 425 550 5 272 302 8 1482.3 62 721.2 13 648.5 5 167.7 76.97

Jagu

ng

9 466.0 35 635.6 106 475 594 718 45 802.9 29 654.9 12 352.9 3 795.0 64.74

Ked

elai

1.2 7 054.9 0 0 7 056.1 6 517.4 174.1 364.6 92.36

Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011

Realisasi peredaran benih dilaksanakan secara rutin setiap akhir tahun.

Terlihat pada Tabel 4, menunjukkan jumlah ketersediaan benih padi, jagung, dan

kedelai pada tahun 2011, berturut-turut sebanyak 81 482.3 ton, 45 802.9 ton, dan

7 056.1 ton. Sisa stock setelah penyaluran ke dalam provinsi dan luar provinsi,

mempunyai sisa stock berturut-turut sebanyak 5 167.7 ton, 3 795.0 ton, dan

364.6 ton. Asumsi serapan dalam provinsi, terlihat pada komoditi jagung lebih

rendah dibandingkan padi dan kedelai, yaitu sebesar 64.74%, sedangkan komoditi

kedelai mempunyai asumsi serapan provinsi paling tinggi sebesar 92.36%.

Page 18: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

18

Kegiatan Pelabelan Ulang

Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan ulang

terhadap benih menjelang kadaluarsa. Surat permohonan pelabelan ulang dapat

dilihat pada Lampiran 8. Kegiatan pelabelan ulang terdiri dari pengambilan

contoh benih. Kegiatan tersebut agar benih yang diperdagangkan adalah benih

yang memenuhi standar mutu minimal yang telah ditetapkan pemerintah dan

menghindari kemungkinan terjadinya kasus pelanggaran terhadap peraturan

perbenihan yang berlaku. Kegiatan pelabelan ulang bertujuan untuk mengatasi

masalah yang sering timbul dalam peredaran benih, khususnya yang menyangkut

mutu benih atau label benih.

Masalah yang sering muncul terkait pelabelan ulang, antara lain turunnya

mutu benih karena kondisi tempat penyimpanan atau faktor lain yang tidak sesuai,

label sudah tidak berlaku karena telah melewati tanggal masa berlakunya label,

pada benih impor labelnya masih menggunakan bahasa asing yang sulit

dimengerti oleh petani konsumen, dan jumlah benih dalam satu kemasan terlalu

besar sehingga perlu dipecah menjadi kemasan yang lebih kecil sesuai dengan

kebutuhan petani konsumen (Sjahroesja 2007).

Pelabelan ulang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) perpanjangan

masa berlakunya label, yang bertujuan untuk memperpanjang masa beredarnya

benih dari tanggal yang tertera pada label sebelumnya. Label diberikan jika mutu

benih yang bersangkutan berdasarkan hasil pengujian ulang (rechecking) masih

sesuai dengan strandar kelas benih yang bersangkutan. Label memuat keterangan

perpanjangan masa penyaluran dan berbentuk sticker (tempelan) untuk komoditas

hortikultura, warna sticker disesuaikan dengan warna label pada kelas yang

bersangkutan, sedangkan pada tanaman pangan disebut label yang terbuat dari

kertas, 2) penyesuaian label, dilakukan untuk menyesuaikan keterangan mutu atau

label dengan label baru. Penyesuaian label atau keterangan mutu ini dilaksanakan

karena terjadi penurunan kelas, penggantian label dari bahasa asing kedalam

bahasa Indonesia, pemecahan wadah dari wadah yang besar menjadi

wadah-wadah yang kecil. Label baru tersebut tetap mencantumkan identitas lama

ditambah nama dan alamat yang mengajukan permohonan ulang. Warna label

baru disesuaikan dengan kelas atau tingkat mutu yang dicapai. Contoh label benih

pelabelan ulang kesatu dapat dilihat pada Lampiran 9.

Kegiatan pelabelan ulang dapat dilaksanakan dengan syarat, pertama harus

ada permohonan dari pedagang atau pemilik benih yang labelnya mendekati

kadaluarsa. Kedua, benih yang telah dilakukan pengecekan dalam rangka

pengawasan peredaran. Ketiga, hasilnya dinyatakan label tidak sesuai lagi untuk

kelas benih yang bersangkutan. Keempat, mutunya masih memenuhi standar

untuk kelas yang bersangkutan atau kelas dibawahnya. Kelima, benih impor harus

dilampiri dengan bukti surat izin pemasukan atau dokumen lain yang

berhubungan dengan benih tersebut. Kegiatan pemeriksaan berkas permohonan

produsen untuk pengambilan contoh benih dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 19: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

19

Sumber: Data pribadi

Gambar 7 Pemeriksaan berkas permohonan

Pelabelan ulang dilaksanakan setelah diterimanya permohonan pelabelan

ulang oleh pemilik benih. Lokasi pengambilan contoh benih guna pengecekan

mutu benih adalah di gudang produsen, penyalur atau importir, kelompok tani

atau di petani. Permohonan pelabelan ulang dilaksanakan satu bulan atau 14 hari

sebelum habis masa berlaku label. Permohonan pelabelan ulang untuk benih yang

sudah habis masa berlaku labelnya, hanya dapat dilakukan apabila kelompok

benih merupakan penarikan dari penyalur benih atau kios benih dan harus

mendapat persetujuan dari Kepala UPT PSBTPH terlebih dahulu.

Pedagang atau pemilik benih mengajukan permohonan ulang ke

UPT PSBTPH sesuai wilayah kerjanya, dengan mengisi formulir yang telah

ditentukan. Pengisian formulir permohonan harus jelas dengan mencantumkan

jenis atau varietas, kelas benih, tonase, jumlah wadah benih, dan tanggal

kadaluarsa. Pengawas benih atau UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan berkas

permohonan atau label seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 untuk mengambil

contoh benih pada kelompok benih yang bersangkutan dengan rumus yang sudah

ditetapkan. Pengambilan contoh benih dilakukan menurut petunjuk atau ketentuan

yang berlaku, yaitu menggunakan rumus 5+10% N (N = jumlah wadah).

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 8 Lot benih (a) dan pengambilan contoh benih menggunakan

nobbe trier (b)

Pengambilan contoh benih pada lot benih (Gambar 8 (a)) menggunakan

alat nobbe trier seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 (b). Nobbe trier adalah

suatu tabung dengan ujung yang meruncing dan mempunyai lubang oval dekat

a b

Page 20: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

20

pada ujungnya. Nobbe trier dapat digunakan secara horizontal, diagonal, atau

vertikal. Benih melewati tabung pada alat nobbe trier dan ditampung dalam

wadah. Diameter minimal nobbe trier sekitar 30 mm untuk jagung. Penggunaan

alat ini dengan cara menusukkan ke dalam karung dengan sudut 30o (terhadap

garis horizontal), lubang menghadap ke bawah, maka dorong nobbe trier hingga

mencapai bagian yang ditentukan dan diputar 180o agar lubang menghadap ke

atas dan alat tersebut lalu ditarik secara perlahan dari wadah, goyang perlahan

untuk memperlancar aliran benih. Contoh benih yang berasal dari nobbe trier

dikumpulkan pada wadah yang telah disediakan seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 9 (a). Lubang bekas pengambilan contoh benih ditutup dengan sticker.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 9 Contoh komposit (a) dan timbangan (b)

Contoh primer yang homogen dalam lot, kemudian digabung dalam satu

wadah menjadi contoh komposit. Prosedur pengambilan contoh tersebut jika tidak

dilakukan dengan benar harus dihentikan. Contoh primer dapat dijadikan contoh

komposit, jika dalam lot tersebut terlihat homogen. Jika contoh komposit yang

tetap diambil tidak homogen, maka tidak perlu diambil contoh kerjanya. Contoh

kirim yang dibutuhkan untuk benih jagung sebanyak 1 000 gram yang ditimbang

dengan timbangan digital (Gambar 9 (b)) untuk mencegah benih berlebih yang

akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik benih, dan mencegah pengambilan

contoh benih yang kurang bagi PBT.

Contoh benih jagung harus dikemas dalam wadah yang standar seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 10 untuk mencegah kerusakan selama perjalanan.

Contoh kirim untuk penetapan kadar air dan contoh dari lot benih yang berkadar

air rendah harus dikemas dalam wadah kedap udara dan mengandung udara

seminimal mungkin. Contoh kirim untuk pengujian daya tumbuh, pengujian

viabilitas dan pengujian kesehatan benih hanya boleh dikemas dalam wadah

kedap udara jika kondisi penyimpanan yang ideal dapat dijamin. Blanko

pengambilan contoh benih pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 10.

Contoh benih harus dikirim oleh petugas pengambil contoh ke laboratorium

pengujian sesegera mungkin. Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di

laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 11.

a b

Page 21: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

21

Sumber: Data pribadi

Gambar 10 Benih jagung dalam wadah yang standar

Kegiatan pengiriman contoh kirim ke laboratorium, dengan mengisi

blanko pengiriman sampel benih. Pengamatan terhadap contoh benih yang

diterima dengan mencocokan blngko pengambilan contoh benih untuk pelabelan

ulang dan label yang menyertainya. Hasil pengamatan contoh benih serta datanya

tidak benar, maka contoh benih tersebut dikembalikan kepada pengirim, disertai

pengantar yang ditandatangani Kepala UPT PSBTPH. Hasil pengamatan contoh

benih serta datanya benar, maka data benih dimasukkan ke dalam buku kendali

Pelabelan Ulang atau Pengawasan Pemasaran sesuai nomor urut buku kendali

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.

Sumber: Data pribadi

Gambar 11 Buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang

Penilaian untuk menentukan apakah hasil pengujian masih memenuhi

standar atau tidak adalah dengan cara membandingkan hasil uji yang baru dengan

data label. Penilaian dilaksanakan terhadap semua komponen mutu benih yang

diuji, dengan ketentuan yang meliputi daya tumbuh maksimal, benih murni

maksimal, kotoran benih maksimal, varietas lain minimal, dan kadar air maksimal

sama dengan data label. Masa edar benih untuk pelabelan ulang adalah maksimal

setengah masa edar benih sebelumnya (pelabelan ulang kesatu), dan untuk

Page 22: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

22

pelabelan ulang kedua dan seterusnya masa edar benih maksimal sama dengan

masa edar pelabelan ulang sebelumnya. Laporan hasil pengujian yang akan

diterbitkan harus ditandatangani terlebih dahulu oleh PBT Madya atau PBT lain

yang ditunjuk. Laporan harus segera diserahkan kepada Seksi Pelayanan Teknis,

penyerahan menggunakan buku Surat Masuk dan Keluar. Tujuan pengiriman hasil

laporan pengujian adalah kepada pemilik benih, dengan tindasan kepada produsen

benih, Kepala Satgas, dan PBT di kabupaten tempat contoh benih diambil.

Pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang yang diuji di laboratorium

menghasilkan data pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan hasil uji laboratorium antara data label dan data hasil

pengujian

No

. L

ab

Data Label Data Hasil Pengujian

KA

KM

DT

KA

KM

DT

BM

BT

L

CV

L

BW

L

KB

BM

BT

L

CV

L

BW

L

KB

SU-

113N 10.1 99.9 0.0 - 0.0 0.1 99 11.3 99.93 0.00 - - 0.07 98

SUH-

098N 7.6 99.9 - - - - 97 9.9 99.9 0.00 - - 0.10 79

Sumber: Laboratarorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang

Keterangan: KA : Kadar Air, KM : Kemurnian, BM : Benih Murni, BTL : Benih Tanaman Lain,

CVL : Campuran Varietas Lain, BWL : Benih Warna Lain, KB : Kotoran Benih, DT : Daya

Tumbuh

Terlihat pada Tabel 5, menunjukkan hasil pengujian laboratorium dengan

data label. Nomor laboratorium SU-113N pada data label, menghasilkan

Kadar Air (KA) 10.1% dan pada hasil pengujian menghasilkan KA 11.3%. Kadar

air nomor laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil

pengujian berturut-turut sebesar 7.6% dan 9.9%. Menurut Budiarti (2011), KA

benih jagung komposit kelas BR maupun benih jagung hibrida komersial untuk

kadar air (maksimal) 12.0%. Hasil tersebut menunjukkan untuk kedua nomor

laboratorium telah memenuhi standar mutu maksimal, sehingga penetapan KA

dapat dinyatakan lulus.

Nomor laboratorium SU-113N pada data label dengan data hasil pengujian

laboratorium Daya Tumbuh (DT) berturut-turut 99% dan 98%, sedangkan nomor

laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil pengujian DT

berturut-turut, sebesar 97% dan 79%. Menurut Budiarti (2011), daya tumbuh

(minimal) 80% untuk benih jagung komposit, sedangkan standar pengujian

laboratorium daya tumbuh (minimal) jagung hibrida komersial sebesar 85%,

sehingga nomor laboratorium SU-113N telah memenuhi standar mutu maksimal

dan dinyatakan lulus, kecuali pada nomor laboratorium SUH-098N harus

dilakukan pengujian ulang. Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang dapat

dilihat pada Lampiran 12.

Pengawasan pemasangan label ulang dilakukan setelah pengujian

pelabelan ulang. Prosedur dalam mengawasi pemasangan label ulang, antara lain:

1. Petugas harus memastikan kebenaran waktu dan tempat pemasangan label

kepada pemilik benih

Page 23: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

23

2. Arsip laporan hasil pelabelan ulang dan pengambilan contoh benih harus

diperikasa kembali

3. Mencocokkan data label dengan laporan hasil pelabelan ulang untuk

mengetahui kebenaran cetakan label

4. Mencocokkan data label dengan keterangan kelompok benih yang akan

dipasangi label

5. Menghitung jumlah stok benih yang ada, stok yang belum dipasang label dan

sudah tersalur, serta jumlah label yang sesuai stok

Stok benih yang melebihi jumlah label, maka petugas harus menanyakan

alasan kepada pemilik benih. Alasan yang dinilai meragukan, maka label tidak

dapat diserahkan dan harus melakukan penelusuran. Label diserahkan sesuai

dengan stok yang ada. Label tidak dapat diberikan, jika stok benih sudah tidak

ada, kelompok benih meragukan, atau tidak sesuai dengan data label. Sisa label

yang belum terpasang, harus dikembalikan kepada Kasatgas atau ke fungsional

pengawasan peredaran benih sebagai berita acara penyerahan label. Pengawasan

pemasangan label yang belum terpasang seluruhnya, maka harus membuat berita

acara yang memuat jenis, varietas, kelas, nomor induk, nomor kelompok, nomor

seri label yang belum terpasang, dan nomor seri label yang sudah terpasang, stok

yang sudah dan atau belum diberi label, serta tanggal pelaksanaan.

Kegiatan Pengecekan Mutu Benih

Pengecekan mutu benih (checking) dilakukan dengan mengumpulkan data

berbagai faktor pembatas terjadinya penurunan mutu benih. Melakukan

pemeriksaan terhadap: label benih, wadah atau kantong benih, fisik benih, tempat,

dan kondisi serta cara penyimpanan benih. Pemeriksaan label benih diprioritaskan

pada legalitas label, dan berbagai keterangan yang tercantum pada label, serta

kaitannya dengan fisik benih. Melakukan pengelompokan wadah benih sesuai

dengan keterangan yang tertera pada label. Mengambil contoh benih

(untuk pengujian laboratorium dalam rangka pengecekan mutu benih) dari

masing-masing kelompok benih. Melakukan pencatatan data dan stok benih dari

masing-masing kelompok benih yang akan diuji. Mengirim contoh benih ke

Laboratorium UPT PSBTPH dalam rangka pengecekan mutu benih.

Pengecekan mutu benih tidak dapat dilakukan terhadap benih yang sudah

kadaluarsa. Pengecekan mutu benih dibagi menjadi dua macam, yaitu pengecekan

mutu benih bukan kasus dan pengecekan mutu benih yang diduga kasus.

Kelompok benih yang sudah terbukti unsur pidananya tidak perlu dilakukan

pengecekan mutunya, maka dilakukan penanganan kasus sesuai prosedur

penanganan kasus.

Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) bertujuan agar benih padi dan

palawija maupun hortikultura yang diperdagangkan selalu memenuhi standar

mutu. Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) dilaksanakan dengan jalan

memeriksa benih yang diperdagangkan. Hal yang perlu diperiksa meliputi

keterangan pada label, catatan yang berhubungan dengan benih yang

diperdagangkannya, dan melakukan pengambilan contoh benih untuk dilakukan

pengujian. Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran dapat

dilihat pada Lampiran 13.

Page 24: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

24

Kegiatan checking mutu, termasuk di dalamnya melakukan pengawasan

benih impor, merupakan kegiatan pemeriksaan semua data tentang stok dan

identitas maupun keterangan mutu benihnya. Kegiatan selanjutnya adalah

mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari

masing-masing kelompok benih yang ada. Menghitung jumlah kemasan dan

jumlah stok benih.

Kegiatan checking mutu perlu diperhatikan dalam cara dan tempat atau

gudang penyimpanan benih dalam pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan secara

berkala atau sewaktu-waktu. Pengambilan contoh benih terutama dilakukan bila

terlihat ada yang meragukan, misalnya data label terlihat tidak logis (benih murni

kurang dari 95%, daya tumbuh 60%), cara penyimpanan tidak baik, mudah rusak

atau kelihatan kotor dan sebagainya.

Petugas atau pengawas benih terlebih dahulu memeriksa benar atau

tidaknya keterangan pada label, dengan memperhatikan tiap butir yang terdapat

pada label sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu bagi tiap komoditi jika

benih diberi perlakuan dengan pestisida atau bahan kimia yang lain yang

berbahaya, pada label harus ada keterangan (tulisan) bahwa benih tersebut tidak

boleh dimakan atau diberikan pada ternak, dan harus dicantumkan juga nama dari

bahan kimia yang digunakan. Petugas atau pengawas benih membandingkan hasil

pemeriksaan dengan standar yang berlaku sesuai dengan jenis atau varietas dan

kelas dari benih yang bersangkutan. Komponen mutu benih yang tidak memenuhi

standar adalah daya tumbuh. Laporan hasil pengujian dilaksanakan maksimal

tujuh hari sejak dikeluarkannya laporan. Kelompok benih yang tidak memenuhi

standar mutu, maka label dari masing-masing kantong benih dikeluarkan dan

dihitung jumlahnya (penarikan label). Data hasil realisasi pengecekan mutu benih

(checking) jagung dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Realisasi pengecekan mutu benih jagung tahun 2011

No. Uraian Jagung Persentase (%)

1

Jumlah Contoh Benih (unit) 383

Memenuhi standar 348 90.87

Tidak memenuhi standar 35 9.13

2

Berat kelompok benih yang diuji (ton) 1 776.556

Memenuhi standar 1 734.113 97.61

Tidak memenuhi standar 42.443 2.39 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011

Hasil pengecekan mutu benih untuk komoditas jagung dengan jumlah

contoh benih 383 unit, didapat bahwa contoh benih jagung yang memenuhi

standar sebanyak 348 unit (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak

35 unit (9.13%), sedangkan berat kelompok benih jagung yang diuji sebanyak

1 776.556 ton, yang memenuhi standar sebanyak 1 734.113 ton (97.61%), dan

yang tidak memenuhi standar sebanyak 42.443 ton (2.39%). Mutu benih standar

meliputi mutu daya tumbuh, mutu benih murni, mutu kotoran benih, mutu varietas

lain, dan mutu kadar air.

Page 25: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

25

Pengawasan Peredaran Benih Impor

Kegiatan pengawasan peredaran benih impor dapat dilakukan dengan cara

memeriksa semua data tentang stock dan identitas maupun keterangan mutu

benihnya. Mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari

masing-masing kelompok benih yang ada. Tujuan kegiatan ini, yaitu untuk

mengetahui apakah benih yang di impor ke Indonesia telah memenuhi syarat dan

prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Menjaga agar benih impor yang

diperdagangkan adalah benih yang memenuhi standar mutu minimal yang

ditetapkan pemerintah (Amin 2009).

Peredaran benih impor hampir merata di seluruh wilayah Jawa Timur,

untuk menjaga agar mutu benih impor yang beredar di pasaran tetap memenuhi

standar yang ditetapkan maka diperlukan pengawasan mutu benih impor.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan peredaran benih impor, meliputi pemasukan

benih dan pengeluaran benih. Data hasil impor benih jagung hibrida dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7 Pemasukan benih jagung hibrida dari luar negeri tahun 2011

No Importir Alamat Varietas/Galur Jumlah (kg) Negara

Asal

1 PT. Branita

Shandini Mojokerto DK 7711 380 000 Thailand

2 PT. Advanta Seed

Indonesia Malang

F 105 2 960

India

M 105 0.760

PAC 105 11 886

PAC 105 F 0.360

PAC 105 M 0.120

PAC 125 M 0.440

PAC 948 101 646

Jumlah 116 493.68

3 PT. Syngenta Malang

NK 22 F 1 000

India

NK 22 M 1 840

NK 33 F 2 300

NK 5023 2 000

NK 5063 3 780

NK 6225 0.572

NK 6325 5 000

NK 6326 48 821

NK 6326 F 24 360

NK 99 F 1 000

NP 5088 1 140

NP 5095 2 780

NP 5213 1 000

NP 5313 0.780

Sugar 75 0.173

Jumlah 95 022.525

Total 591 516.205 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011

Page 26: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

26

Tabel 7 menunjukkan pada tahun 2011 tercatat tiga importir benih jagung

hibrida yang melakukan pemasukan benih (impor) berasal dari Negara Thailand

dan India adalah PT Branita Sandhini yang berada di Mojokerto dengan jumlah

impor 380 000 kg, PT Advanta Seed Indonesia dengan jumlah impor

116 493.68 kg, dan PT Syngenta yang berada di Malang dengan jumlah impor

95 022.525 kg. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2011 tercatat eksportir benih

tanaman pangan, khususnya benih jagung hibrida varietas C7 dari PT Branita

Sandhini yang melakukan pengeluaran (ekspor) benih ke Negara Taiwan dengan

jumlah 60 000 kg. Peredaran benih di Jawa Timur menunjukkan bahwa

pemasukan benih (impor) lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran benih

(ekspor).

Kegiatan Penyelesaian Kasus

Penanganan kasus benih, merupakan kegiatan menyelesaikan berbagai

kasus yang timbul, baik antar pedagang benih maupun antara pedagang benih

dengan petani. Kegiatan penanganan kasus benih bertujuan untuk menyelesaikan

kasus-kasus yang mungkin timbul dalam perdagangan benih, baik kasus yang

terjadi antara pedagang benih dengan petani konsumen benih, antar pedagang

sendiri, maupun bagi pedagang benih yang tidak memenuhi ketentuan atau

peraturan yang berlaku.

Pengawas benih dalam menangani suatu kasus atau masalah, harus bersifat

mendidik dan berpegang pada tujuan pengawasan peredaran benih. Pengawas

benih mengambil tindakan yang lebih keras, jika kasus atau masalah tersebut

belum dapat diatasi. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan administratif dan

lebih lanjut dapat dengan tindakan pidana. Pengawas benih jika mengambil

tindakan pidana harus menghubungi petugas hukum yang berwenang menangani

dan harus mempunyai data lengkap dan barang bukti yang lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk diajukan ke pengadilan. Cara penyelesaian dan

beberapa contoh kasus atau masalah yang umum terjadi, meliputi kasus

ketidakcocokan antara volume suatu kelompok benih yang ada di penyalur dengan

volume penyaluran kelompok benih tersebut oleh produsen pedagang benih. Cara

penyelesaian pada kasus ini adalah petugas benih harus cepat memeriksa produsen

dan penyalur yang bersangkutan. Kepada yang bersalah diberi teguran atau

peringatan. Kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum selesai

masalahnya.

Kasus jumlah benih yang beredar dari suatu kelompok benih, melebihi

tenaga kelompok benih yang diujikan. Cara penyelesaian pada kasus ini adalah

kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum memenuhi

ketentuan yang berlaku. Kelompok benih yang pelabelannya tidak melalui

prosedur yang telah ditetapkan tidak boleh diperdagangkan

Kasus mengenai keluhan dari petani mengenai mutu benih yang dibelinya.

Cara penyelesaian pada kasus ini, yaitu pengawas benih perlu meneliti keluhan

semacam ini, ia harus yakin akan kebenaran kesimpulannya sebelum membuat

pernyataan tentang mutu dari kelompok benih yang diperiksa. Keluhan terhadap

mutu biasanya mengenai daya tumbuh serta kebenaran varietas dan

Campuran Varietas Lain (CVL) bila keluhan tersebut ternyata pada label, maka

dalam penyelesaiannya pengawas benih bertindak sebagai penengah. Petani yang

Page 27: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

27

telah melakukan pengecambahan dengan cara seperti yang disarankan oleh

pedagang, tapi ternyata daya tumbuhnya rendah, maka petani yang bersangkutan

dapat minta ganti rugi dengan mengembalikan benih tersebut ke dalam wadah

semula dan menunjukkan label serta pembelian.

Kasus pedagang benih yang tidak mematuhi peraturan. Pedagang benih

yang tidak mematuhi peraturan, misalnya menggunakan benih sumber yang tidak

jelas, memproduksi benih tidak melalui prosedur, memproduksi atau

memperdagangkan benih dari varietas yang belum dilepas, melabel dengan data

diluar pengujian laboratorium yang resmi, dan memperdagangkan benih yang

tidak dilabel. Cara penyelesaian kasus seperti ini, yaitu pedagang yang

bersangkutan perlu diperingatkan secara lisan, ditulis pada buku peringatan dan

dengan surat resmi. Petugas perlu meminta pedagang yang bersangkutan membuat

surat pernyataan bahwa ia akan mematuhi peraturan yang berlaku dengan

disaksikan pengawas benih dan petugas pemerintah daerah, misalnya camat.

Pedagang yang masih melakukan pelanggaran, maka petugas perlu mengambil

langkah berupa mencabut atau tidak membuat surat tanda daftar sebagai pedagang

benih dan memberitahukan kepada semua Kepala Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten dan pimpinan pertanian kecamatan untuk

diteruskan kepada kelompok tani agar tidak membeli dari pedagang tersebut

karena tidak memiliki surat tanda daftar sebagai pedagang benih dan benihnya

tidak memenuhi peraturan yang berlaku.

Page 28: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

28

PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG

Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan

suatu contoh yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan. Ada empat macam contoh benih, yaitu contoh primer, contoh

komposit, contoh kirim, dan contoh kerja. Contoh primer adalah benih yang

diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah

maupun bulk. Contoh komposit adalah semua contoh primer yang dijadikan satu

dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, atau tray) dan biasanya contoh

komposit jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi. Contoh

kirim adalah contoh komposit yang telah dikurangi sampai jumlah berat tertentu

yang telah ditetapkan (untuk benih jagung 1 000 gram) dan kemudian dikirim ke

laboratorium penguji benih. Contoh kerja adalah contoh benih yang diambil dari

contoh kirim dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium. Berikut

mekanisme dari contoh primer hingga mendapatkan contoh kerja seperti pada

Gambar 12.

Gambar 12 Proses mendapatkan contoh kerja

Contoh benih yang telah sampai di laboratorium, sebelum dibagikan

kepada para analis, terlebih dahulu dilakukan pencatatan di Tata Usaha

Laboratorium (buku kendali) sesuai dengan yang tertera pada

label-labelnya, kemudian dilakukan penomoran seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 11. Deskripsi dari contoh benih tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 14.

Contoh Kirim (1 008.5 gram)

252. 125 252. 125

63.03

Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer

Contoh Komposit

504.25 504.25

126.1 126.1

63.03

CONTOH KERJA

1 + 2 + 3 + 4 = 900.7 gram

Page 29: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

29

Sumber: Data pribadi

Gambar 13 Mengisi buku kendali

Penetapan Kadar Air

Menurut Budiarti (2011), kadar air contoh benih adalah bobot air yang

hilang karena pengeringan sesuai dengan metode yang ditentukan. Kadar air

dinyatakan sebagai persentase dari bobot awal contoh benih. Kegiatan ini

dilakukan untuk menentukan kadar air benih dengan metode oven untuk rutin.

Metode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi, atau

hilangnya zat-zat yang mudah menguap lainnya, tetapi menjamin penguapan air

sebanyak mungkin. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar air ini

menggunakan oven suhu konstan rendah.

Langkah awal untuk mendapatkan kadar air contoh benih, cawan harus

terbuat dari bahan logam, tidak berkarat pada saat pengujian atau dapat

menggunakan bahan kaca, mempunyai penutup, luas permukaan yang cukup

sehingga memungkinkan penyebaran contoh uji per unit area tidak lebih dari

0.3 g/cm2. Alat yang digunakan untuk menimbang cawan adalah timbangan AND

nomor seri 12200387 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Alat ini

mempunyai empat desimal.

Sumber: Data pribadi

Gambar 14 Timbangan AND

Page 30: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

30

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 15 Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung

untuk pelabelan ulang

Contoh kerja diperoleh dengan mencampur benih agar homogen seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 15 (a) dan membagi menjadi beberapa bagian

kecil secara acak (Gambar 15 (b)). Mengambil contoh kerja minimal tiga sub

contoh benih dengan sendok dari posisi yang berbeda dan mencampurkan sub

contoh benih, sehingga memperoleh volume contoh benih yang dibutuhkan, yaitu

10 gram dengan diameter cawan < 8 cm. Selama pengurangan contoh kerja benih

jagung, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara lebih dari 30 detik.

Benih berukuran besar dan benih dengan kulit yang menghalangi

hilangnya air dari benih harus dihancurkan sebelum dikeringkan, kecuali yang

mempunyai kadar minyak tinggi yang sulit untuk dihancurkan atau benih yang

rentan terjadi penambahan bobot akibat oksidasi. Pengirisan atau pemotongan

dilakukan jika penghancuran tidak memungkinkan.

Penghancuran benih menggunakan alat grinding mill, yaitu alat yang

terbuat dari material yang tidak menyerap air seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 16 (a). Mudah dibersihkan dan mempunyai celah sekecil mungkin.

Grinding mill memungkinkan penghancuran dengan cepat dan seragam, tanpa ada

peningkatan panas dan sedapat mungkin tidak terjadi kontak dengan udara.

Tingkat penghancuran dapat diatur. Benih jagung menggunakan pengaturan

nomor satu pada alat ini. Hasil dari dari alat grinding mill benih jagung berupa

bubuk.

a b

Page 31: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

31

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b)

Oven yang digunakan adalah oven listrik yang dapat dikendalikan.

Penetapan kadar air benih jagung pada kegiatan ini menggunakan oven suhu

rendah, yaitu 101-105 oC selama 17 jam + 1 jam. Periode pengeringan dimulai

ketika oven mencapai suhu yang ditentukan. Oven yang digunakan adalah oven

advantec tipe PV-430 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (b).

Akhir periode yang telah ditentukan, wadah ditutup dan ditempatkan pada

desikator untuk pendinginan seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Desikator harus

cukup rapat dengan plat metal berlubang untuk mempercepat pendinginan dari

wadah dan berisi silica gel yang efektif, setelah dingin wadah ditimbang beserta

tutup dan isinya.

Sumber: Data pribadi

Gambar 17 Desikator

a b

Page 32: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

32

Tabel 8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang N

o L

ab Ulangan

Rata-

rata

(%)

1 Rata-

rata

(%)

2 Rata-

rata

(%) M1 M2 M3 M1 M2 M3

SUH-

098N 17.614 22.524 21.968 11.3 17.670 22.580 22.019 11.4 11.3

SU-

113N 17.878 22.718 22.238 9.9 17.504 22.344 21.858 10.0 9.9

Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013

Kegiatan penetapan kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang

dinyatakan dalam persen berdasarkan bobot yang harus dihitung dalam tiga

desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝐾𝐴 =M2βˆ’M3

M2βˆ’M1x 100

M1 adalah bobot dalam gram dari wadah dan tutupnya, M2 adalah bobot

dalam gram dariwadah, tutup, dan isinya sebelum pengeringan, dan M3 adalah

bobot dalam gram dari wadah, tutup, dan isinya setelah pengeringan.

Terlihat pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada nomor laboratorium

SUH-098N dan SU-113N berturut-turut mempunyai Kadar Air (KA) 11.3% dan

9.9%. Menurut Budiarti (2011), benih jagung komposit kelas BR maupun benih

jagung hibrida komersial untuk kadar air (maksimal) 12.0%. Data pada Tabel 9 ini

menunjukkan bahwa penetapan kadar air pada dua nomor lab tersebut tidak

melewati standar kadar air yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilakukan

pengulangan penetapan kadar air.

Rata-rata perulangan pada nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut

sebesar 11.3% dan 11.4%, serta pada nomor laboratorium SU-113N berturut-turut

sebesar 9.9%, dan 10.0%. Selisih hasil rata-rata pada nomor laboratorium

SUH-098N dan SU-113N sama, yaitu sebesar 0.1%. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa rata-rata hasil kedua pengujian masuk ke dalam toleransi (0.2%), menurut

Budiarti (2011), sehingga hasil uji lulus dan tidak perlu dilakukan pengulangan

penetapan kadar air.

Penetapan Kemurnian

Menurut Budiarti (2011), kegiatan penetapan kemurnian adalah kegiatan

untuk menetapkan persentase komposisi (berdasarkan bobot) contoh yang diuji

dan berdasarkan kesimpulan komposisi lot dan mengidentifikasi berbagai spesies

benih dan kotoran benih dalam contoh benih. Contoh kerja dikelompokkan dalam

tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih, dan

persentase dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan bobot. Analisis

kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim. Berat

contoh kerja benih jagung minimal 900 gram, maka persentase bagian-bagian

komponen tersebut sampai satu desimal.

Page 33: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

33

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b)

Metode pembagi mekanik cocok untuk semua jenis benih, kecuali benih

lengket. Alat pembagi mekanik yang digunakan untuk benih jagung adalah

soil divider (Gambar 18 (a)). Alat ini terdiri dari sebuah corong dengan sekitar

18 saluran atau saluran lain yang mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebuah

saluran dengan lebar sekitar 13 mm. Prinsip kerja dari alat ini adalah contoh kirim

ditempatkan secara merata ke dalam wadah penuang dan kemudian dituangkan ke

dalam saluran dengan kecepatan yang hampir sama disepanjang corong. Benih

akan melewati saluran dan dikumpulkan dalam dua wadah penerima. Seluruh

contoh dari bagian yang sama digabung untuk kedua kalinya. Contoh akan

berkurang dengan proses yang berulang-ulang dan perpindahan bagian yang sama

pada setiap prosesnya. Proses pengurangan ini dilanjutkan, sehingga diperoleh

bobot contoh kerja yang mendekati ketentuan dan didapatkan contoh kerja untuk

penetapan kemurnian benih jagung (Gambar 18 (b)).

Benih Murni (BM) adalah benih yang sesuai dengan pernyataan atau yang

dimaksud sipengirim benih, atau benih yang secara dominan ditemukan di dalam

contoh benih, termasuk benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut

(jumlahnya > 5%). Kriteria dari BM antara lain:

1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih

sedikit rusak, benih mulai berkecambah.

2. Benih terserang penyakit, tetapi masih bisa dikenal sebagai benih yang

dimaksud. Jika bentuknya berubah menjadi sclerotia, smutballs,

nemathoda galls maka termasuk kotoran benih.

3. Pecahan benih yang ukurannya lebih dari setengah ukuran asli.

4. Pada famili Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferae),

Cupressaeae, Pinanceae, Taxaceae tanpa kulit benih termasuk kotoran benih.

5. Pada famili Leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih.

6. Unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit) dari famili Compositae (bunga

matahari), Umbelliferae (wortel), Labiateae (mint), tanpa memperhatikan

apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau tidak, kecuali

a b

Page 34: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

34

bila diperiksa secara visual terlihat jelas bahwa pada benih tersebut tidak

terdapat benih sejati.

Benih Tanaman Lain (BTL) adalah benih-benih tanaman selain yang

bukan dimaksud oleh pengirim benih. Penentuan BTL sebagai kotoran benih sama

seperti pada penentuan BM. Kotoran Benih (KB) meliputi:

a) Benih dan bagian dari benih

1. Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati (true seed)

2. Benih dari famili Fabaceae, Brassicaceae, Cupressceae, Taxaceae tanpa

kulit benih

3. Pecahan benih dengan ukuran kurang dari setengah ukuran asli

4. Benih rusak tanpa embrio atau rusak berat

5. Gabah hampa, floret steril (rangkaian bunga atau buah yang tidak berisi

biji atau sekam atau kulit benih)

b) Bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih, antara lain butir tanah, butir

pasir, pecahan batu, potongan jerami, daun, tangkai daun, tangkai bunga,

nemathoda gall, sclerotia, cendawan dan lainnya.

Komponen masing-masing benih dipisahkan dari beberapa spesies atau

jenis bahan lain dan persentasenya dilaporkan berdasarkan gram dengan jumlah

minimal, kemudian persentase ditulis dalam satu desimal. Contoh kiriman pada

kegiatan pengujian untuk pelabelan ulang, khususnya dalam penetapan kemurnian

benih jagung sebesar 1008.5 gram dan contoh kerja 900.7 gram. Rumus yang

digunakan untuk persentase Benih Murni (BM), Benih Tanaman Lain (BTL), dan

Kotoran Benih (KB) adalah sebagai berikut:

% 𝐡𝑀 =BM

(BM + BTL + KB)x 100 %

% 𝐡𝑇𝐿 =BTL

(BM + BTL + KB)x 100 %

% 𝐾𝐡 =KB

(BM + BTL + KB)x 100 %

Tabel 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung

No. Lab Uraian Analis

Bobot (g) Bobot (%)

SU-113N

Benih Murni (BM) 889.1 99.93

Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00

Kotoran Benih (KB) 0.6 0.07

Jumlah 889.7 100.00

SUH-098N

Benih Murni (BM) 899.8 99.90

Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00

Kotoran Benih (KB) 0.9 0.10

Jumlah 900.7 100.00 Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013

Tabel 10 memperlihatkan hasil penetapan kemurnian yang meliputi benih

murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih berturut-turut dari nomor

laboratorium SU-113N adalah 889.1 gram (99.93%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.6

Page 35: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

35

gram (0.07%). Nomor laboratorium SUH-098N meliputi indikator pengamatan

benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang memiliki hasil

penetapan kemurnian berturut-turut 899.8 gram (99.90%), 0.0 gram (0.00%), dan

0.9 gram (0.10%).

Standar kemurnian benih jagung komposit kelas BR untuk benih murni

(minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0 %, dan benih warna lain

(maksimal) 1.0%, sedangkan standar pengujian laboratorium benih jagung hibrida

komersial untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0%, dan

CVL atau tipe simpang sebesar 0.3% (Budiarti 2011). Terlihat pada Tabel 10

menunjukan bahwa kedua nomor laboratorium tersebut tidak perlu dilakukan uji

ulang.

Penetapan Daya Tumbuh

Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah

hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya

menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat berkembang lebih

lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi pertanaman yang

optimum di lapang (Budiarti 2011). Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan

potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk

membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai

pertanaman di lapang. Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir

pada hari ketujuh.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b)

Kegiatan penetapan daya tumbuh pada benih jagung dilakukan dengan

menggunakan media pasir (Gambar 19 (a)). Media pertumbuhan yang digunakan

dalam pengujian daya tumbuh adalah media yang menyediakan cukup pori-pori

untuk udara dan air, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan sistem perakaran

dan pertumbuhan tanaman. Media pertumbuhan pasir harus cukup seragam dan

bebas dari partikel yang sangat kecil dan sangat besar. Bentuk partikel yang bulat

lebih sesuai dan disarankan menghindari partikel berbentuk tajam karena dapat

mempengaruhi perkembangan tanaman. Partikel dapat lolos saringan ukuran

0.8 mm dan tertahan pada saringan 0.05 mm minimal 90%, kemudian media pasir

dibuat lubang tanam (Gambar 19 (b)).

a b

Page 36: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

36

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b)

Empat ratus butir diambil secara acak dari fraksi benih murni dan ditabur

dengan jarak yang mencukupi dan seragam. Satu lubang berisi satu butir benih

jagung (Gambar 20 (a)). Hal yang harus diperhatikan bahwa tidak melakukan

pemilihan benih yang dapat menyebabkan hasil yang bias. Setiap ulangan

digunakan 100 butir benih, hal ini untuk memberi ruang yang cukup bagi benih

dan untuk meminimalkan pengaruh benih yang bertautan selama perkembangan

tanaman. Ulangan-ulangan tersebut diletakkan dalam green house untuk

pengamatan (Gambar 20 (b)).

Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir adalah pada hari

ketujuh. Waktu yang dibutuhkan untuk pematahan dormansi sebelum pengujian

tidak termasuk dalam periode pengujian. Saat evaluasi masih ada beberapa benih

yang belum mulai tumbuh, maka waktu pengujian diperpanjang sampai tujuh hari

atau setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan. Sebaliknya, apabila

daya tumbuh maksimal telah dicapai sebelum akhir periode pengujian, maka

pengujian dapat diakhiri. Waktu pengamatan pertama adalah perkiraan, tapi harus

sudah memungkinkan tanaman yang mulai tumbuh mencapai suatu tingkat

perkembangan yang memenuhi evaluasi yang akurat. Pengujian dalam pasir hari

terakhir tidak lebih dari tujuh sampai 10 hari dan perhitungan pertama boleh

dihilangkan.

Pengamatan antara (intermediate) untuk mencabut tanaman yang telah

cukup berkembang baik untuk mempermudah perhitungan dan menghindari

pengaruhnya terhadap perkembangan tanaman lainnya. Jumlah dan tanggal

perhitungan antara tergantung kebijaksanaan analis, tapi harus dijaga pada

tingkatan minimal untuk mengurangi risiko kerusakan tanaman yang kurang

berkembang.

a b

Page 37: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

37

Sumber: Data pribadi Sumber: Kartasapoetra 2003

Gambar 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur

kecambah normal (b)

Kecambah normal menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi

tanaman normal apabila ditanam pada kondisi yang sesuai seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 21 (a), sehingga yang termasuk dalam kecambah

normal meliputi (Gambar 21 (b)):

A. Kecambah lengkap atau sempurna, yaitu semua struktur penting kecambah

berkembang dengan baik, lengkap, seimbang, dan sehat ditandai dengan:

a. Sumbu kecambah

1. Sistem perakaran berkembang dengan baik.

2. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan

ujung akar sehat, akar sekunder berkembang, merupakan penunjang

akar primer, akar seminal minimal dua buah pada Graminal.

3. Hipokotil utuh, panjang, ramping pada tipe perkecambahan epigeal.

4. Epikotil berkembang baik pada tipe perkecambahan hipogeal, hipokotil

pendek atau tidak terlihat.

5. Hipokotil dan epikotil keduanya memanjang pada beberapa tipe

perkecambahan epigeal.

6. Ada pemanjangan mesokotil pada beberapa genera tertentu dari

Poaceae (Graminae).

b. Kotiledon

1. Satu kotiledon untuk monokotil, mungkin hijau seperti daun atau

modifikasi.

2. Dua kotiledon untuk dikotil, pada tipe epigeal berwarna hijau seperti

daun, bentuk dan ukuran bervariasi. Pada tipe hipogeal berbentuk

setengah lingkaran, berdaging tertinggal di dalam kulit biji.

3. Variasi jumlah kotiledon, dua sampai 18 pada conifer (pinus-pinusan),

hijau, panjang, dan menyempit.

4. Hijau berkembang jadi daun primer, satu daun primer (terkadang)

disertai sisik daun pada kecambah dengan susunan daun berselang-

seling, dua daun primer kecambah dengan susunan daun berhadapan.

a b

Page 38: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

38

c. Tunas ujung

1. Sangat bervariasi, tergantung spesies, berada dalam koleoptil atau

terkadang keluar menembus koleoptil pada Graminae.

B. Kecambah dengan sedikit kerusakan atau cacat ringan, yaitu kecambah

mengalami kerusakan ringan dapat diperbaiki sehingga kecambah

berkembang normal dan seimbang laiknya kecambah normal, ditandai dengan:

a. Sumbu kecambah

1. Akar primer mengalami kerusakan ringan (bercak nekrotik, berubah

warna, belah tapi tidak mencapai jaringan).

2. Akar primer rusak, tetapi akar sekunder berkembang dengan baik,

sehingga bisa menggantikan fungsi akar primer (Legume, Graminae,

Cucurbitaceae, Marvaceae).

3. Hanya dua akar seminal yang kuat.

4. Hipokotil, epikotil atau mesokotil dengan sedikit kerusakan (berubah

warna, bercak nekrotik, terpilin atau belah ringan).

b. Kotiledon

1. Kotiledon sedikit rusak (jika > setengah totl jaringan kotiledon masih

berfungsi dengan normal dan tidak ada pembusukan pada plumula),

bercak nekrotik, berubah warna.

2. Hanya satu kotiledon yang berfungsi pada dikotil dan tidak disertai

kerusakan atau pembusukan pada titik tumbuh atau jaringan sekitarnya.

c. Daun primer rusak ringan

1. Berubah warna, bercak nekrotik, bentuk sedikit rubah > 50 % jaringan

masih qberfungsi.

2. Hanya satu daun primer normal, tetapi tidak terlihat adanya kerusakan

atau busuk di titik tumbuh.

d. Koleoptil rusak ringan

1. Belah < sepertiga bagian dari atas.

2. Terpilih dengan satu membentuk lingkaran plumula tumbuh

> setengah panjang koleoptil.

C. Kecambah dengan infeksi sekunder, yaitu bentuk kecambah masih tetap

terlihat sempurna atau mengalami sedikit kerusakan sekalipun mengalami

pembusukan karena serangga, bakteri, atau cendawan yang bukan berasal dari

benih tersebut.

Page 39: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

39

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b)

Kecambah abnormal tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang

menjadi tanaman normal, bila ditumbuhkan pada tanah yang baik, serta di bawah

kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 22 (a). Kriteria yang dikelompokkan sebagai kecambah abnormal,

meliputi:

1. Struktur penting kecambah hilang, rusak berat, sehingga tidak terjadi

pertumbuhan yang seimbang.

2. Kecambah dengan pertumbuhan lain dari biasanya, seperti geotrop negatif,

bagian hipokotil atau epikotil atau mesokotil membentuk kumparan, hipokotil

membengkak, kecambah transparan.

3. Struktur penting kecambah busuk.

4. Akar primer kerdil, terhambat, rusak, hilang, belah diujung, mengkerut,

panjang tapi kurus, terjebak dalam kulit benih, transparan, seminal lemah,

geotropisme negatif.

5. Hipokotil, epikotil, mesokotil kerdil, pecah sampai jaringan dalam,

mengkerut, membentuk kumparan, panjang kurus, transparan, busuk karena

infeksi primer.

6. Kotiledon kerdil, berubah bentuk, rusak > 50%, busuk karena infeksi primer.

7. Daun primer, tunas pucuk berubah bentuk ukuran < seperempat ukuran

normal tidak ada.

8. Koleoptil berubah bentuk, membelah > sepertiga panjang dari ujung,

membelah dipangkal koleptil, kurus kecil, rusak akibat infeksi primer.

Benih-benih yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian,

diklasifikasikan menjadi:

A. Biji keras adalah biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian.

B. Biji segar adalah biji yang mampu berimbibisi, tetapi perkembangan

selanjutnya terhenti (> 5% benih harus diberi perlakuan).

C. Biji mati, biasanya lembek sering kali tertutup cendawan, tidak ada tanda-

tanda perkembangan kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (b).

D. Kategori lain (benih hampa, benih tidak berembrio, dan benih rusak karena

serangga).

Hasil dari pengujian daya tumbuh dilaporkan sebagai persentase

penjumlahan dari kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih

segar, dan benih mati. Persentase rata-rata dinyatakan dalam bilangan bulat

a b

Page 40: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

40

terdekat. Mengacu standar pengujian laboratorium kelas BR benih jagung

komposit untuk daya tumbuh minimal 80%, sedangkan standar pengujian

laboratorium jagung hibrida komersial untuk daya berkecambah minimal sebesar

85%. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase daya tumbuh adalah

sebagai berikut:

% 𝐷𝑇 = kecambah normal

benih yang ditanamx 100 %

Tabel 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung

No. Lab Ulangan Jumlah (%) βˆ‘

(N+AB+BM) N AB BM

SU-113N

1 98 1 1 100 2 97 0 3 100 3 99 0 1 100 4 100 0 0 100

Jumlah 394 1 5 400 Rata-rata 98.5 0.25 1.25 100

SUH-

098N

1 78 14 8 100 2 83 7 10 100 3 76 15 9 100 4 80 7 13 100

Jumlah 317 43 40 400 Rata-rata 79.25 10.75 10 100 Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013

Keterangan: N : Normal, AB : Abnormal, BM : Biji Mati

Tabel 10 menunjukkan rata-rata untuk benih normal, benih abnormal, dan

biji mati pada dua nomor laboratorium SU-113N berturut-turut adalah 98.5%,

0.25%, dan 1.25%, artinya nomor laboratorium tersebut dinyatakan lulus,

sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. Nomor laboratorium SUH-098N

berturut-turut 79.25%, 10.75%, dan 10%, maka nomor laboratorium tersebut

dinyatakan tidak lulus, sehingga harus dilakukan pengujian ulang.

Page 41: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

41

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengawasan peredaran benih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pengawas terhadap mutu benih dalam rangka penegakan peraturan perbenihan dan

menjaga supaya benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan

ketentuan yang berlaku. Kegiatan pengawasan peredaran benih, terdiri dari enam

bagian. Pertama, kegiatan pembinaan pedagang benih, yang meliputi inventarisasi

pedagang benih, pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, dan

pembinaan pedagang benih. Kedua, monitoring penyaluran benih. Ketiga,

kegiatan pelabelan ulang (re-labeling). Keempat, pengecekan mutu benih

(checking), yang meliputi pengambilan contoh benih dan kebenaran data label.

Kelima, pengawasan peredaran benih impor. Keenam, kegiatan penyelesaian

kasus.

Kegiatan pembinaan pedagang benih, termasuk di dalamnya terdapat

kegiatan pendaftaran pedagang benih dan klasifikasi pedagang benih, jumlah

produsen tanaman pangan tahun 2011 di Jawa Timur yang mendaftar ulang

sebanyak 454 produsen (83.92%), sedangkan pendaftar baru sebanyak 55

produsen (61.80%), serta jumlah klasifikasi produsen kelas B sebanyak 288

produsen (63.44%). Kegiatan monitoring penyaluran benih dan pengecekan mutu

benih pada realisasi monitoring penyaluran benih tanaman pangan dalam

provinsiuntuk komoditi jagung sebesar 64.74%, serta realisasi pengecekan mutu

jumlah contoh benih jagung yang memenuhi standar sebanyak 348 (90.87%) dan

yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 (9.13%). Berat kelompok benih yang

memenuhi standar sebanyak 1 734.11 (97.61%) dan yang tidak memenuhi standar

sebanyak 42.443 (2.39%). Kegiatan pengawasan peredaran benih impor jagung

hibrida lebih besar dibandingkan dengan ekspor benih jagung.

Saran

Upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peraturan perbenihan

bagi pelaku benih perlu terus dilakukan secara berkesinambungan melalui

pertemuan atau pelatihan dalam rangka pembinaan. Perlu ditanamkan persepsi

bahwa benih meskipun kecil namun mempunyai arti penting dan kedudukan

strategis sebagai awal kehidupan tanaman. Kegiatan di laboratorium, baiknya

menggunakan jas laboratorium serta koleksi bukuyang ada di perpustakaan

instansi sebaiknya diperbanyak. Kegiatan PKL sebaiknya pada pertengahan tahun

sampai dengan akhir tahun, dikarenakan pada bulan-bulan tersebut kegiatan di

instansi lebih banyak, dibanding pada awal tahun, sehingga data yang didapat

akan jauh lebih banyak.

Page 42: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

42

DAFTAR PUSTAKA

Amin C. 2009. Manajemen Distribusi dan Pemasaran Benih.

Malang (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka

Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet].

[diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.

. 2012. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka

Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet].

[diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.

Budiarti S, Hartati P, Widiastuti A, Mariyanti D, Putu NIA, Egistiani VE, dan

Afifah N. 2011. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Depok (ID): Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Dinas Pertanian. 2006. Pembinaan Pengedar Benih.

Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Food Price Watch. 2010. World Bank Food Price Watch Sees Food Prices at

Dangerous Levels. Food Security Portal [Internet]. [diunduh

tanggal 2013 Jan 21]. Tersedia pada: http://www.foodsecurityportal.org.

Glen. 2012. Kebutuhan Benih Jagung Melambung. Regional Investment

[Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada:

http://regionalinvestment.bkpm.go.id.

Hidayat N. 2007. Petunjuk Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Pangan.

Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Iriany RN, Yasin MHG, dan Takdir AM. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan

Taksonomi Tanaman Jagung. Pustaka [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21].

Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id.

Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan

Praktikum. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Mugnisjah WQ dan Setiawan A. 2004. Produksi Benih.

Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Ngadikun dan Martoutomo H. 2004. Profil BPSBTPH Provinsi Jawa Timur.

Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Page 43: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

43

Sjahroesja D. 2007. Pengawasan Mutu dan Peredaran Benih.

Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura. 2012. Buku Induk Pengawasan Peredaran.

Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur.

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura. 2011. Buku Induk Pengawasan Peredaran. Surabaya (ID):

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

. 2012. Buku Induk Pengawasan Peredaran.

Surabaya (ID): Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura. 2013. Buku Induk Pengujian Laboratorium.

Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang

Provinsi Jawa Timur.

Page 44: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

44

Page 45: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

45

LAMPIRAN

Page 46: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

46

Page 47: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

47

Lampiran 1 Jurnal harian kerja PKL

No Hari Tanggal

Tem

pat

Kegiatan

1 Senin 4 Februari 2013

Su

rab

aya

1. Sambutan penerimaan mahasiswa

PKL Diploma IPB

2. Apel pagi

3. Kuliah Umum

4. Perkenalan dengan pegawai

5. Studi pustaka

6. Diskusi

2 Selasa 5 Februari 2013 1. Diskusi

2. Entri data produsen dan penyalur

benih yang daftar ulang tahun 2013

kedalam buku kendali

3 Rabu 6 Februari 2013 1. Entri data produsen dan penyalur

benih yang daftar ulang tahun 2013

kealam buku kendali

2. Entri data dari formulir pendaftaran

ulang sebagai pengedar benih bina

kedalam buku kendali

4 Kamis 7 Februari 2013 1. Entri data dari formulir pendaftaran

ulang produsen benih kedalam buku

kendali

5 Jum’at 8 Februari 2013 1. Senam kebugaran

2. Penugasan mahasiswa PKL Diploma

IPB ke satuan tugas UPT PSBTPH

Provinsi Jawa Timur Wilayah IV

Malang

6 Senin 11 Februari 2013

Mal

ang

1. Sambutan penerimaan mahasiswa

PKL Diploma IPB

2. Kuliah umum

3. Pengenalan ruang kerja di SATGAS

UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur

Wilayah IV Malang

4. Pemeriksaan lapang produksi benih

kedelai milik UPT Pengembangan

Benih Palawija

5. Mengunjungi lantai jemur milik UPT

Pengembangan Benih Palawija

6. Mengunjungi gudang prosesing dan

ruang penyimpanan (cold storage)

7 Selasa 12 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih

2. Pengisian blanko pengambilan contoh

benih

3. Diskusi

8 Rabu 13 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih

2. Dokumentasi lokasi instansi

3. Peninjauan kegiatan prosesing kedelai

9 Kamis 14 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih

2. Perontokan brangkasan kedelai

3. Perekapan data kedalam buku

sertifikasi benih pembiakan

generative

10 Jum’at 15 Februari 2013 1. Perekapan data kedalam buku

Page 48: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

48

sertifikasi benih pembiakan

generative

11 Senin 18 Februari 2013 1. Perekapan data hasil sertifikasi

kedalam buku kendali

2. Peninjauan kegiatan prosesing benih

kedelai

12 Selasa 19 Februari 2013 1. Perekapan data hasil pemeriksaan

kedalam buku kendali

2. Pengisian blanko pengiriman contoh

benih ke laboratorium

3. Entri data kedalam data base pada

website

www.sistembenihbersertifikat.com

4. Diskusi

13 Rabu 20 Februari 2013 1. Entri data kedalam data base pada

website

www.sistembenihbersertifikat.com

2. Perekapan data tanda daftar produen

dan/penyalur kedalam buku kendali

14 Kamis 21 Februari 2013 3. Perekapan data tanda daftar produen

dan/penyalur kedalam buku kendali

4. Menyusun laporan tugas akhir

15 Jum’at 22 Februari 2013 5. Perekapan data/ berita acara hasil

pemberian label ke produsen dan data

tanda daftar produen dan/penyalur

kedalam buku kendali

6. Menyusun laporan tugas akhir

7. Diskusi

16 Senin 25 Februari 2013 1. Pengisisn blanko pengiriman contoh

benih ke laboratorium

2. Perekapan data untuk pelabelan ulang

kedalam buku induk

3. Pengambilan contoh benih

17 Selasa 26 Februari 2013 1. Pengambilan contoh benih

18 Rabu 27 Februari 2013 1. Pemeriksaan lapang sertifikasi

menjelang panen

19 Kamis 28 Februari 2013 1. Mengisi blanko pengiriman sampel

benih ke laboratorium

2. Merrekap formulir permohonan

sertifikasi

20 Jum’at 1 Maret 2013 1. Menyusun dokumen kedalam rak

sesuai nomor urutan

2. Studi pustaka

21 Senin 4 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir

2. Studi pustaka

22 Selasa 5 Maret 2013 1. Merekap data laporan hasil

pemeriksaan peralatan dan

pengawasan pengolahan benih dan

panen kedalam buku induk

2. Meyusun laporan tugas akhir

23 Rabu 6 Maret 2013 1. Menanam benih jagung sebanyak 8

ulangan

2. Menyusun laporan tugas akhir

24 Kamis 7 Maret 2013 1. Pemeriksaan lapang fase vegetatif

2. Menghitung daya tumbuh

3. Menyusun laporan tugas akhir

Lampiran 1 (lanjutan)

Page 49: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

49

25 Jum’at 8 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir

26 Senin 11 Maret 2013 1. Merekap data formulir permohonan

kedalam buku induk

2. Menyusun laporan tugas akhir

3. Mengisi buku kendali pemasukan

benih ke laboratorium

27 Selasa 12 Maret 2013 LIBUR

28 Rabu 13 Maret 2013 1. Penetapan kadar air

29 Kamis 14 Maret 2013 1. Membersihkan cawan

2. Persiapan penetapan daya tumbuh

3. Diskusi

4. Pertemuan dengan dosen supervise

5. Mengisi buku kendali pemasaran dan

pelabelan ulang

30 Jum’at 15 Maret 2013 1. Penilaian pendaftaran ulang produsen

2. Wawancara

3. Mengisi kartu uji

4. Mengisi buku kendali pemasaran dan

pelabelan ulang

31 Senin 18 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir

2. Mengisi buku kendali penerimaan

sampel benih

3. Mengisi identitas kartu uji

4. Penetapan kadar air

32 Selasa 19 Maret 2013 1. Pengambilan contoh benih

2. Mengisi blanko pengambilan contoh

benih

3. Mengecek kebenaran isi formulir

permohonan

33 Rabu 20 Maret 2013 1. Diskusi

2. Menyusun laporan tugas akhir

34 Kamis 21 Maret 2013 1. Penetapan kadar air

35 Jum’at 22 Maret 2013 1. Diskusi

2. Menyusun laporan tugas akhir

36 Senin 25 Maret 2013 1. Pemeriksaan lapang fase generatif

2. Meyusun laporan tugas akhir

3. Diskusi

37 Selasa 26 Maret 2013 1. Menyusun laporan tugas akhir

38 Rabu 27 Maret 2013 1. Menyususn laporan tugas akhir

39 Kamis 28 Maret 2013 1. Menyususn laporan tugas akhir

Lampiran 1 (lanjutan)

Page 50: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

50

Lampiran 2 Peta lokasi UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas Wilayah IV

Malang (b)

a. Peta Lokasi PKL di Surabaya

b. Peta Lokasi PKL di Malang

Page 51: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

51

Lampiran 3 Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina

Page 52: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

52

Lampiran 4 Contoh tanda daftar penyalur benih bina

Page 53: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

53

Lampiran 5 Kriteria scoring untuk mengklasifikasi produsen atau pedagang

benih

A. Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani konsumen

benih

a. Lamanya berusaha dan kontinuitasnya ( 0 – 100 )

1. Lama berusaha benih ( 0 – 50 )

a) Lebih dari 3 tahun

b) Lebih dari 2 tahun s/d 3 tahun

c) Lebih dari 2 tahun s/d 2 tahun

d) Kurang dari 1 tahun

50

45

30

20

2. Kontinuitas ( 0 – 30 )

a) Usahanya kontinu selama 3 tahun terakhir

b) Usahanya kontinu selama 2 tahun terakhir

c) Usaha tidak continue

30

20

10

3. Jumlah jam pelayanan kepada konsumen dalam satu minggu ( 0 – 20 )

a) Lebih dari 60 jam

b) Antara 35 – 60 jam

c) Kurang dari 35 jam

20

15

5

b. Jumlah benih yang dihasilkan/diterima selama satu tahun ( 0 – 100 )

a) Lebih dari 100 ton

b) Antara 75-100 ton

c) Antara 50-74 ton

d) Antara 25-49 ton

e) Antara 0-24 ton

100

80

60

40

20

c. Mutu benih yang dihasilkan/diterima ( 0 – 100 )

a) Seluruhnya bersertifikat

b) 75-99% bersertifika

c) 50-74% bersertifikat

d) 25-49% bersertifikat

e) < 25% bersertifikat

f) Tidak ada yang bersertifikat

100

80

60

40

20

0

d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi ( 0 – 100 )

1. Menyebarkan bahan penyuluhan tentang benih berupa brosur, leaflet,

poster, dll

( 0 – 40 )

a) Menerbitkan sendiri

b) Menyebarkan bahan penyuluhan yang tidak dibuat sendiri

c) Tidak menyebarkan

40

30

0

2. Melakukan/membuat petak percontohan, terutama untuk varietas yang

baru dilepas, agar dapat dilihat petani

( 0 – 30 )

a) Setiap ada varietas baru yang dilepas

b) Kadang-kadang

c) Tidak pernah

30

15

0

3. Dalam melayani pembeli aktif memberikan penjelasan langsung

mengenai benih yang disalurkan, baik mengenai mutu maupun

perlakuan, dsb

( 0 – 30 )

a) Selalu

b) Kadang-kadang

c) Tidak pernah

30

15

0

Page 54: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

54

Lampiran 5 (lanjutan)

B. Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku

a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH ( 0 – 100 )

1. Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 3 tahun terakhir

2. Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 2 tahun terakhir

3. Terdaftar tetapi tidak rutin melapor ke BPSB TPH

4. Terdaftar hanya pada tahun terakhir

5. Tidak terdaftar

100

75

50

25

0

b. Kelengkapan catatan ( 0 – 100 )

1. Catatan lengkap dan teratur

2. Catatan kurang lengkap tetapi teratur atau catatan lengkap tetapi tidak

teratur

3. Catatan kurang lengkap dan tidak teratur

4. Tidak punya catatan

Keterangan: catatan disebut lengkap bila mempunyai catatan-catatan tentang

pembelian benih, perlakuan terhadap benih, pemeriksaan lapangan,

pemberian obat, pengambilan contoh benih, hasil

pengujian/pelabelan dan penyaluran benih (rekapitulasi)

100

60

30

0

a. Pelabelan

1. Pengetahuan mengenai pelabelan (warna label dan standar minimum

mutu untuk setiap kelas benih)

( 0 – 30 )

a) Pengetahuannya lengkap dan benar

b) Hanya mengetahui sebaagian standard an warna label

c) Hanya mengetahui warna label

d) Tidak tahu

30

20

10

0

2. Kepatuhan dalam kewajiban melabel/menyalurkan benih berlabel ( 0 – 70 )

a) Semua benih dilabel dengan prosedur yang benar

b) Sebagian besar (> 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar

c) Sebagian kecil (< 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar

d) Tidak dilabel/dilabel dengan prosedur yang salah

70

40

10

0

b. Kepatuhan dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintah lainnya ( 0 – 100 )

1. Varietas disalurkan sesuai dengan program pemerintah ( 0 – 35 )

a) Selalu mengikuti anjuran

b) Pernah satu kali memperdagangkan benih dari varietas yang

dilarang/ tidak dianjurkan untuk diperdagangkan (non VUTW,

Galur Harapan,dll)

c) Pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali

35

20

5

2. Menjual benih kadaluarsa ( 0 – 30 )

a) Tidak pernah

b) Pernah satu kali

c) Lebih dari 1 kali

30

20

5

3. Pemalsuan benih ( 0 – 35 )

a) Tidak pernah melakukan

b) Pernah satu kali melakukan

c) Lebih dari satu kali

35

20

5

Page 55: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

55

Lampiran 5 (lanjutan)

C. Kemampuan usaha

a. Fasilitas yang dimiliki ( 0 – 100 )

Untuk Produsen

1. Fasilitas prosesing ( 0 – 50 )

a) Baik

b) Cukup

c) Kurang

50

30

10

2. Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko ( 0 – 50 )

a) Baik

b) Cukup

c) Kurang

50

30

10

Untuk Penyalur

1. Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko

( 0 – 100 )

a) Baik

b) Cukup

c) Kurang

100

75

25

b. Jangkauan penyaluran ( 0 – 100 )

1. Daerah penyaluran meliputi kabupaten lain

2. Daerah penyaluran sampai keluar kecamatan di kabupaten yang sama

3. Penyaluran hanya di kecamatan yang sama

4. Penyaluran hanya dalam satu desa

100

75

50

25

c. Rata-rata persentase benih yang terjual ( 0 – 100 )

1. Laku semua (100%)

2. Terjual 75-99% dari benih yang dihasilkan/diterima

3. Terjual 60-74% dari benih yang dihasilkan/diterima

4. Terjual 25-49% dari benih yang dihasilkan/diterima

5. Terjual 0-24% dari benih yang dihasilkan/diterima

100

80

60

40

20

Page 56: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

56

Lampiran 6 Indikator penilaian untuk klasifikasi pedagang benih

No. FAKTOR BOBOT NILAI

TERTIMBANG

1

Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani

a. Lama berusaha dan kontinuitas 15

b. Rata-rata volume benih yang

dihasilkan/disalurkan per tahun 10

c. Mutu benih yang dihasilkan/disalurkan 15

d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi 10

2

Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku

a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH 5

b. Ketertiban dalam administrasi/catatan usaha 5

c. Pelabelan 10

d. Ketaatan dalam melaksanakan kebijakan

pemerintah lainnya 10

3

Kemampuan usaha

a. Fasilitas yang dimiliki 5

b. Jangkauan penyaluran 5

c. Rata-rata persentase benih yang terjual 10

Nilai Kelompok

Penjelasan cara perhitungan untuk mengklasifikasi pedagang benih. Nilai

kelompok diperoleh dari penjumlahan dari nilai (skor) tertimbang dari setiap

faktor.

Nilai tertimbang = (π΅π‘œπ‘π‘œπ‘‘ π‘₯ π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– πΉπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ )

π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– πΌπ‘‘π‘’π‘Žπ‘™ (π‘€π‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š )

Page 57: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

57

Lampiran 7 Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai

pengedar benih bina

Page 58: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

58

Lampiran 7 (lanjutan)

Page 59: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

59

Lampiran 7 (lanjutan)

Page 60: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

60

Lampiran 8 Contoh surat permohonan pelabelan ulang

Page 61: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

61

Lampiran 9 Contoh label pelabelan ulang kesatu

Page 62: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

62

Lampiran 10 Blanko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang

Page 63: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

63

Lampiran 11 Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium

Page 64: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

64

Lampiran 12 Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang ke-1

Page 65: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

65

Lampiran 13 Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran

Page 66: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

66

Lampiran 14 Deskripsi hasil pengujian contoh benih

1. No. Asal : PLH-041N

No. Lab. : SUH-098N

Tanggal Pengambilan Contoh : 7 Februari 2013

Tanggal Pengiriman Contoh : 12 Februari 2013

Tanggal Penerimaan di Lab. : 12 Februari 2013

Jenis Tanaman : Jagung Hibrida

Varietas : Sugar 75

Kelas Benih : BR

No. Kelompok : 10654702

Tonase : 298/1192 ton

Berat Contoh Kiriman : 1 kg

Tanggal Kadaluarsa : 13 Maret 2013

2. No. Asal : PLP-056

No. Lab. : SU-113N

Tanggal Pengambilan Contoh : 22 Februari 2013

Tanggal Pengiriman Contoh : 25 Februari 2013

Tanggal Penerimaan di Lab. : 25 Februari 2013

Jenis Tanaman : Jagung

Varietas : Arjuna

Kelas Benih : BR

No. Kelompok : 7

Tonase : 3960 ton

Berat Contoh Kiriman : 1 kg

Tanggal Kadaluarsa : 27 Maret 2013

Page 67: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

67

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 29 Maret 1992

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak

Khozali, SP dan Ibu Krisdiana. Riwayat pendidikan formal

penulis, yaitu tahun 2004 penulis pernah bersekolah di

SMP Negeri 2 Tambun Selatan selama satu tahun, dan

melanjutkan ke SMP Negeri 14 Bekasi dan lulus pada

tahun 2007. Tahun yang sama penulis masuk

SMA Negeri 100 Jakarta, serta masuk pada jalur IPA dan lulus

pada tahun 2010 dan diterima sebagai mahasiswi Program

Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program

keahlian Teknologi Industri Benih.

Kegiatan organisasi penulis selama menempuh pendidikan formal, yaitu

kegiatan bela diri berupa karate dan Tae Kwon Do, kegiatan marchingband, serta

rohani islam. Penulis juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan

kampus yaitu kegiatan fotografi di Obscura Photography Club. Penulis pernah

mengikuti lomba melukis tingkat SMP dan lomba fotografi se-IPB dan tingkat

internasional di Taman Safari Indonesia Bogor.

Page 68: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

68

Page 69: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

69

PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN DAN

SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN

HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TIMUR

ZOLIAND SOBILHAQQ

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 70: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

70

Page 71: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

71

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan ini, bahwa laporan tugas akhir Pengawasan

Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur

adalah hasil karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan bukan merupakan

duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali semua sumber

baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.

Bogor, Juni 2013

Zoliand Sobilhaqq

NIM J3G110026

Page 72: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

72

ABSTRAK

ZOLIAND SOBILHAQQ. Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di

UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh RESTU PUJI MUMPUNI.

Pengawasan peredaran benih dilakukan untuk menjamin mutu benih yang

beredar di pasaran agar produktivitas tetap tinggi, sehingga peran sebagai

pengawas dalam peredaran benih sangat dibutuhkan. Tujuan dari Praktik Kerja

Lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran

benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di

UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pengawasan peredaran benih,

terdiri dari enam bagian, antara lain kegiatan pembinaan pedagang benih,

monitoring penyaluran benih, kegiatan pelabelan ulang, pengecekan mutu benih,

pengawasan peredaran benih impor, dan kegiatan penyelesaian kasus. Jumlah

produsen yang mendaftar ulang sebanyak 454 produsen (83.92% dari

jumlah 541), sedangkan yang mendaftar baru sebanyak 55 produsen (61.80% dari

jumlah 541). Realisasi monitoring penyaluran benih jagung sebesar 64.74%.

Realisasi pengecekan mutu benih jagung yang memenuhi standar sebanyak

348 (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 (9.13%). Impor

benih jagung hibrida sebanyak 95 022.525 kg, sedangkan ekspor benih jagung

sebanyak 60 000 kg. Penanganan kasus perbenihan belum dapat dilaksanakan

dengan maksimal.

Kata kunci: benih, jagung, pengawasan, peredaran

ABSTRACT

ZOLIAND SOBILHAQQ. Supervision Distributing of Corn Seed (Zea mays L.)

at UPT PSBTPH East Java Province. Supervised by RESTU PUJI MUMPUNI.

Supervision distributing of corn seed to ensure seed quality on the market

that productivity remains high, so the role of a supervisor in the distribution of

seeds is needed. The purpose of the internship is to determine the monitoring of

distribution Food Crops and Horticulture seeds, particularly corn seed at

UPT PSBTPH in East Java Province. Seed distribution monitoring activities,

consisting of six parts, such as seed merchants coaching activities, monitoring the

distribution of seeds, re-labeling activity, checking seed quality, controling the

circulation of imported seed, and the settlement activities. Number of producers

who re-register as 454 producers (83.92% of 541), while the new sign as many as

55 producers (61.80% of 541). Realization of monitoring the distribution of maize

seed by 64.74%. Realization of corn seed quality fulfil the standards of 348

(90.87%) and that do not meet the standards as much as 35 (9.13%). Hybrid corn

seed imports as much as 95 022 525 kg, while exports of maize seed as much as

60 000 kg. Germination case management can not be implemented to the

maximum.

Keywords: corn, distributing, seeds, supervision

Page 73: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

73

RINGKASAN

ZOLIAND SOBILHAQQ. Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di

UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh RESTU PUJI MUMPUNI.

Pengawasan peredaran benih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pengawas terhadap mutu benih dalam rangka penegakan peraturan perbenihan dan

menjaga supaya benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan

ketentuan yang berlaku. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini terdiri dari

tujuan umum dan khusus. Tujuan umum yaitu untuk memenuhi salah satu

persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi Industri Benih dan

menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih di pasaran.

Tujuan khusus yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di UPT PSBTPH

Provinsi Jawa Timur, mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur

pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasan penyaluran

benih, pengecekan mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk

pelabelan ulang, pengawasan benih impor, dan penanganan kasus benih. Kegiatan

tersebut dilakukan oleh mahasiswa dengan cara mengunjungi kios-kios atau

penyalur benih dan atau produsen benih, diskusi, studi pustaka, serta wawancara

untuk memperoleh data. Kegiatan yang mencakup dalam pengawasan peredaran

benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu pertama kegiatan pembinaan pedagang

benih, mencakup inventarisasi pedagang benih, pendaftaran pedagang benih,

klasifikasi pedagang benih, dan pembinaan pedagang benih, bagian kedua

monitoring penyaluran, bagian ketiga kegiatan pelabelan ulang, bagian keempat

pengecekan mutu benih, bagian kelima pengawasan peredaran benih impor, dan

bagian keenam kegiatan penyelesaian kasus.

Kegiatan inventarisasi pedagang benih bertujuan untuk mengetahui jumlah

pedagang benih baik produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya

sesuai dengan komoditi benih yang diusahakannya. Pendaftaran pedagang benih

merupakan kegiatan memproses dan memberi Tanda Daftar Pengedar Benih

(TDPB) kepada pedagang benih yang mengajukan permohonan pendaftaran

sebagai pedagang benih. Jumlah produsen tanaman pangan tahun 2011 yang

mendaftar ulang sebanyak 454 produsen (83.92%), sedangkan yang mendaftar

baru sebanyak 55 produsen (61.80%). Klasifikasi pedagang benih merupakan

kegiatan mengklasifikasi semua pedagang benih yang diinventarisasi dengan

sistem penilaian. Jumlah klasifikasi produsen kelas B sebanyak 288 produsen

(63.44%). Pembinaan pedagang benih, merupakan kegiatan dengan melakukan

kunjungan dan pelatihan sewaktu-waktu atau secara berkala. Pengawasan

penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan pada setiap pedagang benih dengan

mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi, jumlah, dan varietas).

Kegiatan ini bertujuan mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur

sesuai dengan jenis dan varietasnya. Realisasi monitoring penyaluran benih

tanaman pangan dalam provinsi untuk komoditi jagung sebesar 64.74%. Kegiatan

pengecekan mutu dilaksanakan dengan jalan memeriksa benih yang

diperdagangkan. Realisasi pengecekan mutu jumlah contoh benih jagung yang

memenuhi standar sebanyak 348 (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar

sebanyak 35 (9.13%). Berat kelompok benih yang memenuhi standar sebanyak

Page 74: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

74

1 734.11 (97.61%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 42.443 (2.39%).

Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan terhadap benih

yang akan kadaluarsa. Kegiatan pengawasan peredaran benih impor dapat

dilakukan dengan cara memeriksa semua data tentang stock dan identitas maupun

keterangan mutu benihnya. Impor benih jagung hibrida sebanyak 95 022.525 kg,

sedangkan ekspor benih jagung sebanyak 60 000 kg. Penanganan kasus benih,

merupakan kegiatan menyelesaikan berbagai kasus terjadi antara pedagang benih

dengan petani konsumen benih, antar pedagang sendiri, maupun bagi pedagang

benih yang tidak memenuhi ketentuan atau peraturan yang berlaku. Penanganan

kasus perbenihan belum dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Kata kunci: benih, jagung, pengawasan, peredaran

Page 75: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

75

PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN DAN

SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN

HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TIMUR

ZOLIAND SOBILHAQQ

Laporan Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya pada

Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 76: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

76

Page 77: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

77

Judul Tugas Akhir : Pengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pagan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

Nama : Zoliand Sobilhaqq

NIM : J3G110026

Disetujui oleh

Restu Puji Mumpuni, SP

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir M. Zairin Junior, MSc Dr Ir Abdul Qadir, MSi

Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus:

Page 78: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

78

Page 79: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

79

PRAKATA

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis

berkesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Tema yang

dipilih dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada

bulan Februari sampai Maret 2013 adalah pengawasan benih, dengan judul

β€œPengawasan Peredaran Benih Jagung (Zea mays L.) di Unit Pelaksana Teknis

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Jawa Timur.”

Penulis ucapkan terima kasih kepada Restu Puji Mumpuni, SP selaku dosen

pembimbing, Ir Nur Mahmudiyah selaku Kasatgas UPT PSBTPH Wilayah IV

Malang Provinsi Jawa Timur, Ir Gunawan Susanto sebagai pembimbing lapangan

yang telah banyak memberi saran dan membantu selama pengumpulan data.

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ir Satoto Berbudi, MSi selaku Kepala

UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur yang telah bersedia memfasilitasi

tempat tinggal dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PKL, Bapak Haryanto,

Ir darlina Yuni Astuti, Ir Purwoko N., Ir Dyah Ayu M., Ir Marathon, Ibu Erithrina

R., Bapak Aldino Hadianto pada kelompok kerja Pengawasan Peredaran Benih.

Penulis ucapkan terima kasih juga pada Bapak Agus selaku supir yang bersedia

antar-jemput selama kegiatan PKL berlangsung, Bapak Juliyanto sekeluarga yang

telah bersedia membantu kebutuhan selama tinggal di villa, serta seluruh warga

Desa Lang-Lang 3 RT 11 RW 3, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang

sangat ramah terhadap penulis dan teman-teman yang lain. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada seluruh tim dosen Program Keahlian Teknologi Industri

Benih, ayah, ibu, serta keluarga, atas doa dan dukungannya, dan teman-teman

Program Keahlian Teknologi Industri Benih angkatan 47. Mudah-mudahan

laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2013

Zoliand Sobilhaqq

Page 80: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

80

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan 2

METODE KAJIAN 3

Lokasi dan Waktu PKL 3 Metode Pelaksanaan 3 Teknik Pengumpulan Data 4

Teknik Pengolahan Data dan Informasi 4

KEADAAN UMUM 5

Sejarah 5

Kegiatan 6 Struktur Organisasi 6

Fungsi dan Tujuan 7

PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) di

SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG PROVINSI

JAWA TIMUR 8

Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih 8 Inventarisasi pedagang benih 8 Pendaftaran pedagang benih 8

Klasifikasi pedagang benih 12 Pembinaan pedagang benih 16

Pengawasan Penyaluran Benih 16 Kegiatan Pelabelan Ulang 18 Kegiatan Pengecekan Mutu Benih 23

Pengawasan Peredaran Benih Impor 25 Kegiatan Penyelesaian Kasus 26

PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG 28

Penetapan Kadar Air 29 Penetapan Kemurnian 32

Penetapan Daya Tumbuh 35

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

Page 81: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

81

DAFTAR TABEL

1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011 12

2 Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas

Malang tahun 2012 14

3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi

Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012 15 4 Realisasi monitoring penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011 17 5 Perbandingan hasil uji laboratorium antara data label dan data hasil

pengujian 22

6 Realisasi pengecekan mutu benih jagung tahun 2011 24

7 Pemasukan benih jagung hibrida dari luar negeri tahun 2011 25

8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang 32 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung 34 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung 40

DAFTAR GAMBAR

1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSPTPH Wilayah IV

Malang Provinsi Jawa Timur 3

2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi

benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur 6

3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih 9 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur

benih (b) 9 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian 13

6 Wawancara untuk keperluan penilaian 19

7 Pemeriksaan berkas permohonan 19 8 Lot benih (a) dan pengambilan contoh benih menggunakan

nobbe trier (b) 19 9 Contoh komposit (a) dan timbangan (b) 19 10 Benih jagung dalam wadah yang standar 21 11 Buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang 28

12 Proses mendapatkan contoh kerja 29 13 Mengisi buku kendali 29

14 Timbangan AND 30

15 Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung (b) 31 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b) 31 17 Desikator 33 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b) 35

19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b) 36 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b) 37 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur kecambah

normal (b) 37 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b) 39

Page 82: Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB

82

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kerja PKL 47 2 Peta lokasi UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas Wilayah IV

Malang (b) 50

3 Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina 51 4 Contoh tanda daftar penyalur benih bina 52 5 Kriteria scoring untuk mengklasifikasi produsen atau pedagang benih 53 6 Indikator penilaian untuk klasifikasi pedagang benih 56

7 Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai

pengedar benih bina 57

8 Contoh surat permohonan pelabelan ulang 60 9 Contoh label pelabelan ulang ke-1 61 10 Blanko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang 62 11 Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium 63 12 Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang ke-1 64

13 Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran 65

14 Deskripsi contoh benih pengujian 66