laporan triwulanan - bi.go.id · kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas...
Post on 20-Jun-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017
TRIWULAN II-2009
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan
stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan
moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan
menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan
Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan
informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank
Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu
kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,
moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 5 Agustus 2009 BANK INDONESIA TERNATE
Marlison Hakim Pemimpin
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vTABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH vii RINGKASAN EKSEKUTIF iv BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 11 BOKS 1 Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara 24 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 28 2.1 Gambaran Umum 28 2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang 29 2.2.1. Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q) 29 2.2.2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y) 33 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate
dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang
38
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 41 3.1 Perkembangan Perbankan 41 a. Perkembangan Aset Bank Umum 41 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 45 c. Penyaluran Kredit 47 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 47 c.2 Persetujuan Kredit Baru 49 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 51 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 52 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara 54
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 57 4.1 Gambaran Umum 57 4.2 Pendapatan Daerah 58 4.3 Belanja Daerah 59 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 61 5.1 Transaksi RTGS 61 5.2 Transaksi Kliring 62 5.3 Transaksi Tunai 64
iii
5.4 Pemusnahan Uang 65 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 67 6.1 Kondisi Umum 68 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 68 6.3 Status Pekerjaan Utama 69 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 71 7.2 Prosoek Inflasi Daerah 72
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 30Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
(q-t-q) 31
Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
31
Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 31Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) 32Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) 32Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 33Tabel 28 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)
Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)
34
Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
35
Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 35Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) 36Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) 36Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 37Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp) 43Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) 48Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian 63Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 63Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate 69Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang) 70Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit 73Tabel 7.2 Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan 73
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3
Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4
Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 5
Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 6
Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8
Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil 10
Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara 10
Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12
Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13
Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14
Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia 15
Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16
Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17
Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 18
Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 19
Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20
Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 23
Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)
29
Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 29
Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara 42
Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing 44
Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan 45
Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru 50
Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 52
Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 53Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 57
vi
Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara 62
Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 63
Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate 65
Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling 65
Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk 66
Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja 67
Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka 68
Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 71
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2 MAKRO Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34 PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian 240,33 241,67 248,33464 - Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27,84503 - Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83 - Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31 - Bangunan 12,44 12,07 12,47 - Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77 - Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10 - Jasa 51,38 51,09 53,45Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 25,23*Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 816,96*Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - - 0,68*Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - - 0,05*
Keterangan * Data Ekspor dan Impor pada Tw.2 baru mencakup April dan Mei 2009
viii
PERBANKAN
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,01 3,18DPK (Rp triliun) 2,80 2,83 2,90 - Giro 0,80 1,01 0,99 - Tabungan 1,47 1,25 1,33 - Deposito 0,53 0,57 0,57Kredit (Rp triliun) 1,27 1,38 1,53 - Modal Kerja 0,42 0,47 0,52 - Investasi 0,11 0,11 0,14 - Konsumsi 0,74 0,81 0,88LDR 45,35% 48,94% 52,82%Kredit UMKM (Rp juta) Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 658,338 - Modal Kerja 46,308 49,347 54,411 - Investasi 7,903 9,127 10,615 - Konsumsi 552,501 564,793 593,312Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 438,688 - Modal Kerja 121,484 130,857 147,178 - Investasi 28,186 28,145 37,665 - Konsumsi 151,839 205,646 253,845Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 366,353 - Modal Kerja 222,651 236,522 254,935 - Investasi 73,13 71,513 79,953 - Konsumsi 31,431 35,778 31,465Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728 1463,379NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,31
Keterangan:
Klredit Mikro (< Rp50 juta)
Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)
Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif x
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009
tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I-
2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan
laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi
ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-
2009 angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y).
Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan II-2009
mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan I-
2009, maupun bila dibandingkan terhadap periode yang
sama tahun 2008. Secara triwulanan perkembangan harga di
Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi
sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih
terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang
terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada
triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-
2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar
dari angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 sebesar 4,94% (y-o-y) yang meningkat
secara moderat jika dibandingkan dengan pertumbuhan
periode sebelumnya yaitu 4,66% (y-o-y).
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (y-o-y).
Tingkat inflasi tahunan di Ternate mengalami penurunan...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xi
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94%
(y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan
kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah.
Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami
penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat
krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal
triwulan IV-2008.
Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi
adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya
panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang
dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan
cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai
berjalannya proyek-proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-
13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong
konsumsi.
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan
II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 33,51% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009
pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-y). Masih
tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-
proyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk
daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun
pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami
pemekaran.
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor
perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009
mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan
penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Di sisi permintaan, pertumbuhan tahunan didorong tingginya konsumsi...
Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xii
Apabila ditelaah secara lebih terperinci pada sektor
pertanian, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor
kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009
adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009
pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-y). Kondisi ini
didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu
damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten
Halmahera Barat.
Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan
restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I-
2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan
adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan
dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y).
Perlambatan ini terutama dipicu oleh perlambatan pada sub
sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel,
sedangkan sub sektor restoran masih menunjukan kinerja
pertumbuhan yang tinggi.
INFLASI REGIONAL
Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada triwulan ini
terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
(16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi
pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya
mencapai 24,01%. Kondisi ini disebabkan karena
meningkatnya permintaan atas jasa pendidikan seiring
terjadinya tahun ajaran baru dan penerimaan mahasiswa
baru.
Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89%. Deflasi pada
kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub
kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus
7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya
sebesar minus 12,78%. Komoditas ikan segar yang
mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung,
Kelompok bahan makanan secara triwulanan mengalami deflasi ...
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga secara triwulanan mengalami inflasi tertinggi ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiii
malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Penurunan
harga ini disebabkan karena masa panen ikan khususnya
tuna dan cakalang, sehingga pasokan menjadi banyak.
Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada
sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan
bawang putih.
Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar
16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus
3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok
yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami
penurunan harga mencapai minus 5,96%%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi
perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan
LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%,
sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat
sebesar 39,10%.
Hingga triwulan II-2009, belum terjadi penambahan
kantor bank umum yang beroperasi di Maluku Utara,
meskipun telah ada rencana pembukaan kantor cabang baru
oleh salah satu bank untuk lokasi diluar Kota Ternate. Data
yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan
bahwa sampai dengan Bulan Juni 2009 terdapat 10 (sepuluh)
bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR
yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku
Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan
melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR,
Kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan ...
Inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiv
serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat
kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten
Halmahera Utara.
KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi
pendapatan daerah hingga triwulan I-20091 mencapai
19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009
adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang
ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah.
SISTEM PEMBAYARAN
Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS
pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat
jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh
sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak
4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%.
Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring
pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar
2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q)
dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar
rupiah. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat, tidak
terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada
triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan
II-2009 jumlahnya 49.
Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi
tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-
1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia
Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31% ...
Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami peningkatan ...
Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring mengalami peningkatan ...
Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS mengalami peningkatan ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xv
2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai 279,47
miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya
adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan
II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar
34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia
Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan
jumlah dana yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76
miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan
oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai
karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan
pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen
tuna.
TENAGA KERJA
Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di
Ternate sampai dengan bulan Februari 2009 secara tahunan
mengalami peningkatan, serta diikuti dengan penurunan
tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari
2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu
jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana
jumlah angkatan kerja pada posisi Februari 2008 adalah
417,45 ribu jiwa. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih
tinggi dibandingkan pertambahan angkatan kerja maka
tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan
sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008
menjadi 6,61% pada Februari 2009 .
Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja
secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008
sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja
yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009
penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%.
Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti
oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier.
Tingkat pengangguran di Maluku Utara mengalami penurunan ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xvi
PROSPEK EKONOMI REGIONAL
Dengan melihat kecenderungan dan arah
perekonomian kedepan, pada triwulan III-2009
perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y). Proyeksi ini searah
dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan
Bank Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana
ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha untuk
periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami
peningkatan. Dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi
diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak ekonomi
daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa
ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian masih
akan tumbuh seiring berlangsungnya panen hasil bumi
sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga
September. Sektor pengangkutan dan komunikasi
diperkirakan akan mengalami peningkatan karena telah
masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai
beroperasi.
Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan
berada pada tingkat 5,17% ± 1% (y-o-y). Tekanan inflasi
pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan
bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan; kelompok bahan makanan; serta
kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring
dengan datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Perekonomian daerah masih akan mengalami pertumbuhan pada triwulan III-2009 ...
Inflasi pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami kenaikan ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 1
Perkembangan Ekonomi Makro
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat
dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada
triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang
terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009 angka pertumbuhan tahunan
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 4,66% (y-o-y).
Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada
triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh
peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah.
Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring
dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian
dunia sejak awal triwulan IV-2008.
Bab I
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 2
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara
pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan
dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor
pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triwulan II-2009
pertumbuhan sektor pertanian tercatat sebesar 4,72% (y-o-y), sedangkan kontraksi
sektor pertambangan dan penggalian mencapai minus 17,62% (y-o-y), sektor
industri pengolahan mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), sektor listrik,
gas dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), Sektor
bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), sektor perdagangan, hotel dan restoran
tumbuh sebesar 7,30% (y-o-y), sektor pengangkutan dan komunikasi mencatatkan
pertumbuhan sebesar 10,17%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh
2,04% (y-o-y).
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan II-2009 utamanya digerakan
oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan
dalam gambar 1.2., konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,88% sedangkan pengeluaran pemerintah
kontribusinya sebesar 3,88%. Kontraksi ekspor selama beberapa triwulan
belakangan, telah mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi minus 10,30%. Meskipun mengalami
pertumbuhan tahunan tertinggi, namun kontribusi investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi hanya sebesar 1,95%.
Jika dibandingkan pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi
yang tumbuh sebesar 33,51% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar
15,50% (y-o-y), konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), lalu
impor tumbuh sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi
sebesar minus 25,61% (y-o-y). Jika dihitung secara net, net ekspor mengalami
kontraksi yang semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 3
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
A. Konsumsi
Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi
swasta di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 konsumsi masyarakat
tercatat sebesar Rp 548,17 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar
9,04% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 konsumsi tercatat sebesar 536,49
milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,22% (y-o-y).
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Tw.II 2009*
4.94
9.04
33.51
-25.61
4.55
15.5
PDRB
Konsumsi
Pengeluaran Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Tw.II 2009*
4,94
6,88
1,95
-10,3
1,09
3,88
PDRB
Konsumsi
Pengeluaran Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 4
Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya konsumsi pada dua triwulan terakhir, sejak terjadinya kontraksi pada
triwulan IV-2008 sebagai akibat dari terjadinya krisis global, mengindikasikan bahwa
pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian Maluku Utara telah hilang,
bahkan dapat dikatakan bahwa krisis global tidak memiliki pengaruh jangka
panjang terhadap tingkat konsumsi Maluku Utara.
Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi pada triwulan II-2009 adalah
peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama
komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna
dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyek-
proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai
faktor pendorong konsumsi.
Apabila ditelaah secara lebih mendalam, pertumbuhan sektor konsumsi
terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sedangkan
konsumsi swasta tumbuh namun mengalami perlambatan. Pada triwulan II-2009
nilai konsumsi rumah tangga mencapai 542 miliar rupiah dengan pertumbuhan
sebesar 9,12% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 nilai konsumsi rumah tangga
adalah 530,35 miliar rupiah dengan angka pertumbuhan 8,29% (y-o-y). Konsumsi
swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana
pertumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 1,82% sedangkan pertumbuhan pada
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 5
triwulan I-2009 adalah 2,49%. Nilai konsumsi triwulan II-2009 mencapai 6,168
milyar rupiah dimana nilainya pada triwulan I-2009 adalah 6,135 milyar rupiah.
Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
B. Investasi
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup
tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51%
(y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-
y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-proyek
pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan
Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami
pemekaran. Pembangunan kompleks perkantoran Gubernur di Sofifi, Kantor Bupati
Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, pembangunan rumah-rumah dinas, dan
pembangunan maupun perbaikan jalan dan jembatan menjadi penggerak sektor
investasi. Investasi masih akan terus mengalami pertumbuhan seiring rencana
investasi kedepan, seperti pembangunan pelabuhan alternatif bagi pelabuhan
Ahmad Yani dan perluasan bandara Babullah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 6
Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Masih dominannya peran pemerintah dalam hal investasi juga terbukti dalam survei
pemeringkatan iklim usaha di 33 provinsi pada tahun 2008, yang dilakukan oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan
Otonomi Daerah (KPPOD), dimana Maluku Utara termasuk dalam lima daerah
terbawah pada: a) peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, b)
infrastruktur, dan c) kondisi keamanan usaha.
Rendahnya peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah terlihat pada tiga
aspek, yaitu sektor perbankan, peran swasta dalam keuangan daerah, dan peran
swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja. Seperti yang dapat dilihat
pada data LDR1, penyaluran kredit oleh perbankan di Maluku Utara masih tergolong
rendah, yakni hanya sebesar 52,82%, yang menunjukan bahwa perbankan belum
secara optimal menjalankan fungsi intermediasinya. Selain itu penyaluran kredit
perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, dimana idealnya porsi lebih besar
diberikan kepada kredit yang sifatnya produktif, sehingga bank dapat berperan
dalam menggerakan perekonomian daerah.
Dalam kaitannya dengan keuangan daerah, peran swasta tampaknya masih kecil.
Hal ini terlihat dari struktur APBD, dimana dalam RAPBD 2009 pendapatan daerah
masih didominasi oleh dana alokasi umum dengan porsi sebesar 63,56% dari total
anggaran pendapatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa Maluku Utara sebagai
1 Pembahasan sektor perbankan dapat dilihat lebih rinci pada Bab III
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 7
Provinsi yang sekitar satu dekade telah menikmati otonomi daerah, masih belum
dapat mewujudkan kemandirian ekonomi.
Rendahnya peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja, terlihat
dari masih dominannya tenaga kerja di Maluku Utara yang bekerja pada sektor
informal. Sektor formal hanya mampu menyerap sebanyak 20,16% jumlah tenaga
di Maluku Utara.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Maluku Utara juga masih dianggap belum
memiliki infrastruktur yang memadai. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka pembangunan perekonomian dan
menarik investor. Tersedianya akses jalan darat ke provinsi terdekat, ketersediaan
pelabuhan dan bandara, ketersediaan sambungan listrik hingga ke pelosok desa,
frekuensi pemadaman, sambungan telepon dan sambungan internet, merupakan
indikator baik atau tidaknya infrastruktur suatu daerah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi bandara di Kota Ternate memang belum
memadai. Sebagai pusat aktivitas ekonomi Maluku Utara sudah sewajarnya apabila
Ternate memiliki bandara udara yang representatif. Perluasan dan pembangunan
fasilitas bandara yang telah dilaksanakan saat ini diharapkan dapat segera
terealisasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para
pengguna jasa penerbangan, apalagi saat ini telah masuk maskapai baru, dan
diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja perekonomian Maluku Utara.
Masalah urgen lainnya yang perlu diatasi adalah ketersediaan listrik. Masih
banyaknya daerah yang belum teraliri listrik dan tingginya frekuensi pemadaman
menjadi penghambat masuknya investasi. Investasi dalam bentuk pendirian pabrik
tentu saja akan membutuhkan pasokan listrik yang cukup dan lancar. Tingginya
frekeuensi pemadaman merupakan disinsentif bagi investor karena akan
meningkatkan biaya pemeliharaan mesin, maupun biaya overhead karena harus
menyediakan tenaga listrik alternatif berupa genset. Kedepan diharapkan hal ini
dapat diatasi, mengingat listrik tidak saja penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi
juga bagi keberlangsungan usaha para pelaku ekonomi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 8
Meskipun kondisi Maluku Utara saat ini relatif lebih kondusif, namun hasil survei
menemukan bahwa kondisi keamanan usaha di daerah Maluku Utara masih rendah,
dimana hal ini dikaitkan dengan upaya Pemda dalam menjamin keamanan
berusaha. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya stereotipe negatif dimana
masyarakat luar menganggap Maluku Utara merupakan daerah rawan konflik.
Untuk merubah hal ini diperlukan kerjasama seluruh pihak, misalnya melalui
penciteraan media, agar tercipta image bahwa Maluku Utara adalah daerah yang
bersahabat dan memiliki iklim usaha yang kondusif.
C. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan II-2009 masih menunjukan
pertumbuhan walau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I-
2009. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan adalah 15,50%
(y-o-y) sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 23,33%
(y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar
rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 nilainya adalah 188,15 milyar rupiah.
Pertumbuhan pemerintah pada periode ini didorong oleh realisasi proyek-proyek
yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan pertama.
Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 9
Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan. Salah satu indikasinya adalah pada triwulan laporan
beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap tender, sehingga pada triwulan
berikutnya diperkirakan sudah memasuki tahapan pengerjaan/realisasi.
D. Kegiatan Ekspor dan Impor
Kinerja net ekspor pada triwulan II-2009 masih melanjutkan trend kontraksi
yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pertumbuhan sebesar 0,77% (y-o-y)
pada triwulan III-2008 tidak berlanjut pada triwulan berikutnya seiring terjadinya
krisis keuangan global yang menurunkan permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008
net ekspor mengalami kontraksi hingga mencapai minus 54,03% (y-o-y), dan
berlanjut pada triwulan I-2009 dimana kontraksinya menjadi minus 67,54% (y-o-y),
lalu pada triwulan II-2009 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus
69,90% (y-o-y). Kondisi ini disebabkan karena semakin dalamnya kontraksi yang
dialami ekspor, sedangkan impor masih mengalami pertumbuhan.
Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan II-2009
menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi
sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor
tercatat sebesar minus 24,48%. Kontraksi ekspor secara keseluruhan dipicu oleh
kontraksi komoditas nickel, sedangkan untuk ikan masih relatif stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 10
Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kinerja impor pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan meskipun
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan impor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (y-o-y), dimana
pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 4,58% (y-o-y).
Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya impor terutama didorong oleh impor antar pulau, dimana pada
triwulan laporan pertumbuhannya tercatat sebesar 12,99% (y-o-y), dimana pada
triwulan I-2009 pertumbuhannya 12,18%. Meksipun pada triwulan II-2009 ini
impor luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 67,13% (y-o-y),
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 11
namun karena porsinya yang hanya sebesar 3%, maka hal ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap kinerja impor secara keseluruhan.
Pada triwulan II-2009, berdasarkan data impor dari bea cukai, volume impor Maluku
Utara untuk periode April-Mei 2009 tercatat sebesar 52 ribu ton, dengan nilai impor
sebesar 67.660 US$. Impor luar negeri pada periode ini terutama merupakan
barang modal untuk industri perkapalan. Untuk impor antar pulau, data SIMOPPEL
menunjukan bahwa pada bulan april 2009, volume bongkar barang mencapai
24.176 ton.
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada
triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan
penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor
pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Apabila dibandingkan
pertumbuhan masing-masing sektor, maka pertumbuhan tertinggi dialami oleh
sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,17% (y-o-y). Akan tetapi
karena bobotnya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sektor pertanian serta
sektor perdagangan, hotel, dan restoran maka kinerja sektor ini belum dapat
mendorong kinerja perekonomian daerah secara kuat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 12
Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
A. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2009 masih menunjukan
pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,72%
(y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya mencapai
7,91%.
Faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan adalah di
bulan Juni sudah dimulai panen hasil bumi seperti kopra dan pala. Walaupun panen
kali ini tidak seberhasil seperti pada tahun-tahun sebelumnya, petani menikmati
kenaikan harga hasil bumi yang signifikan pada triwulan II ini. Mulai bulan Juni, sub-
sektor perikanan juga mulai menikmati peningkatan produksi khususnya tuna dan
cakalang. Hal ini juga didorong oleh cuaca yang mendukung sehingga nelayan
dapat terus melaut. Diperkirakan produksi akan terus meningkat sampai puncaknya
pada Agustus dan September.
4.94
4.72
6.97
4.28
8.16
7.30
10.17
9.51
2.04
-17.62
PDRB
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush
Jasa-jasa
4.94
1.70
0.86
0.02
0.14
1.84
0.79
0.33
0.16
-0.90
PDRB
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush
Jasa-jasa
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Tw.II 2009* Tw.II 2009*
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 13
Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Apabila ditelaah secara lebih teperinci, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub
sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87%
(y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-
y). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan
rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat.
Sub sektor lain yang masih mengalami pertumbuhan dibandingkan periode
sebelumnya adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dimana pada triwulan
laporan pertumbuhannya sebesar 0,64% (y-o-y), sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya sebesar 0,59% (y-o-y).
Tiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, dan perikanan masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Sub
sektor tanaman bahan makanan mengalami perlambatan terbesar, dimana pada
triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 14,87% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan II-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,43% (y-o-y). Pertumbuhan sub
sektor tanaman bahan makanan pada periode ini didorong oleh peningkatan pada
tanaman jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan hortikultura. Untuk pertanian
beras memang mengalami penurunan, seperti yang tercatat dalam angka ramalan
BPS. Hal ini disebabkan oleh pengalihan tanaman, dimana petani lebih memilih
untuk menananam jagung dibandingkan beras, karena sulitnya memperoleh bibit
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 14
dan pupuk, selain karena prosesnya yang lebih rumit. Halmahera Utara bahkan
memiliki alokasi dana APBD untuk pengembangan jagung di Kabupaten tersebut.
Untuk sub sektor tanaman pekebunan, pertumbuhan yang terjadi pada triwulan
laporan adalah 5,55% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya
adalah 7,10% (y-o-y).
Sub sektor perikanan sedikit mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009
terjadi pertumbuhan sebesar 3,06% adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009
adalah 3,30% (y-o-y). Walaupun produksi ikan meningkat pada triwulan ini, namun
nelayan harus menghadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan permintaan
ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya
membanjiri pasar lokal.
B. Pertambangan & Penggalian
Pada triwulan II-2009 sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan
trend kontraksi yang cenderung semakin dalam. Pada triwulan laporan, kontraksi
sektor ini mencapai minus 17,62% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009
kontraksinya sebesar minus 17,58% (y-o-y).
Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 15
Kontraksi pada sektor ini, dipicu oleh kontraksi pada sub sektor pertambangan
tanpa migas, yang porsinya hampir 90% dari keseluruhan sektor pertambangan dan
penggalian. Kontraksi sub sektor ini yang tercatat pada triwulan II-2009 adalah
minus 20,23% (y-o-y), sedikit melandai dibandingkan kontraksi yang terjadi pada
triwulan I-2009 yaitu sebesar minus 21,09%. Komoditas utama pada sub sektor ini
merupakan nickel, yang juga merupakan komoditas ekspor utama, sehingga
penurunan kinerja pada komoditas ini juga tercermin dari penurunan ekspor.
Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, pertumbuhan ekspor nickel pada triwulan
II-2009 sedikit membaik jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Namun kondisi
demikian bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan volume ekspornya,
tetapi juga oleh kenaikan harga nickel dunia, sehingga ikut mendongkrak nilai
ekspor nickel. Pada triwulan II-2009 volume ekspor nickel mencapai 478.058 Mton,
dengan nilai sebesar Rp 106,92 miliar rupiah.
Sub sektor penggalian masih mengalami pertumbuhan, meskipun jauh melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sub sektor ini pada triwulan II-
2009 sebesar 7,58% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya
mencapai 20,65% (y-o-y). Sub sektor ini masih didominasi oleh penggalian tipe C,
berupa pasir dan batu, yang pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana, dan
banyak terkonsentrasi di daerah Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 16
C. Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 menunjukan
peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, tercatat sektor ini mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), jauh
lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya dimana sub sektor ini mengalami
kontraksi hingga mencapai minus 7,26% (y-o-y).
Gambar 1.13
Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 didorong oleh
membaiknya kinerja sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya. Setelah
beberapa triwulan belakangan mengalami kontraksi, pada triwulan laporan tercatat
sub sektor ini tumbuh sebesar 6,17% (y-o-y). Dengan share lebih dari 70%, maka
tidak mengherankan apabila membaiknya kinerja sub sektor ini juga ikut
mendongkrak kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ini sejalan dengan
kondisi pada sub sektor kehutanan yang juga mengalami pertumbuhan.
Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau juga tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,19% (y-o-y), dimana pada triwulan I-
2009 pertumbuhannya sebesar 6,20% (y-o-y). Dua hal positif ini merupakan
penyebab membaiknya kinerja sektor industri pengolahan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 17
D. Listrik, Gas & Air Bersih
Sektor listrik, gas dan air bersih menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan
dengan triwulan I-2009. Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,37% (y-o-y).
Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2009 terutama
disebabkan karena membaiknya kinerja sub sektor listrik. Sub sektor ini tumbuh
3,26% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar
minus 0,95% (y-o-y). Sub sektor air bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar
5,41% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 4,03% (y-o-y).
Pertumbuhan sub sektor air bersih disebabkan oleh pemasangan jaringan PDAM
baru pada wilayah Sanana, Halmahera Utara dan Bacan.
E. Bangunan
Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2009 masih menunjukan
pertumbuhan, meksipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), jauh lebih rendah
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya mencapai
19,67% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 18
Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pertumbuhan sektor bangunan masih dimotori oleh pembangunan infrastruktur
kedaerahan yang meliputi wilayah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun
pembangunan daerah baru, yang merupakan hasil pemekaran. Pertumbuhan sektor
ini sejalan dengan pertumbuhan investasi, yang memang masih sangat didominasi
oleh investasi pemerintah daerah.
F. Perdagangan, Hotel & Restoran
Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh
melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada
triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan
dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y).
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan
didorong oleh naiknya permintaan masyarakat yang dipicu oleh meningkatnya
pendapatan mereka seiring dengan adanya panen hasil bumi dan ikan laut serta
mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah.
Selain dari sisi permintaan, naiknya nilai perdagangan juga disebabkan oleh
kenaikan harga beberapa barang seperti kendaraan dan produk-produk manufaktur
yang bahan bakunya diimpor dari negara lain. Hal ini merupakan dampak dari
melemahnya nilai rupiah beberapa waktu lalu akibat krisis global. Untuk volume
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 19
perdagangan komoditas energi juga mengalami sedikit kenaikan, hal ini disebabkan
oleh adanya penambahan alokasi minyak tanah dari Pertamina serta peningkatan
konsumsi BBM selama Pemilu dan Pilpres.
Pada sub-sektor hotel dan restoran, pertumbuhan dipicu oleh semakin banyaknya
event yang diselenggarakan instansi pemerintah berkaitan dengan cairnya anggaran
untuk tahun 2009. Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengatakan
bahwa biasanya pada triwulan II akan memasuki middle period dimana permintaan
masyarakat mulai naik dibandingkan triwulan I yang merupakan low period. Hal ini
merupakan siklus tahunan yang dikaitkan dengan faktor musiman (panen/hari raya)
serta konsumsi pemerintah.
Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jika dianalisa faktor perlambatannya, perlambatan pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar
dan eceran, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 7,17% (y-o-y)
sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,43% (y-o-y). Sub sektor
hotel juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 tercatat
pertumbuhan sebesar 8,93% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-
2009 adalah 9,90% (y-o-y). Sub sektor restoran masih menunjukan kinerja
pertumbuhan yang tinggi, seperti yang terjadi pada beberapa triwulan sebelumnya,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 20
dimana peretumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 22,55% (y-o-y), sedangkan
pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 22,33% (y-o-y).
G. Pengangkutan & Komunikasi
Pada triwulan II-2009 sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan sektor ini
dapat dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 10,17% (y-o-y) sedangkan pada
triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 11,38% (y-o-y).
Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perlambatan pada sektor ini disebabkan karena melambatnya seluruh sub sektor
yang ada, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh
sebesar 6,64% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah
5,29% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan aktivitas angkutan jalan raya
untuk lintas Halmahera, seiring dengan penambahan rute penerbangan (Kao-Weda
dan Kao-Sofifi) maupun perlintasan kapal. Seiring penambahan dua angkutan ini,
maka jasa angkutan jalan raya sebagai feeder juga akan meningkat.
Sub sektor angkutan laut mengalami pertumbuhan sebesar 6,41% (y-o-y), sedikit
menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 6,67% (y-o-
y). Sub sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan tumbuh 16,16% (y-o-y),
dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 17,32% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 21
Sub sektor angkutan udara kinerjanya mengalami perlambatan yang signifikan
dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pada triwulan laporan
pertumbuhannya adalah 10,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009
pertumbuhannya adalah 16,28% (y-o-y). Kedepan sub sektor ini diperkirakan akan
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya maskapai yang melayani
penerbangan dari dan ke Ternate.
Pertumbuhan sub sektor jasa penunjang angkutan pada triwulan II-2009 adalah
11,31% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2009 dimana
pertumbuhannya adalah 13,56% (y-o-y). Sub sektor pos dan telekomunikasi pada
triwulan II-2009 tumbuh sebesar 14,68% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada
triwulan I-2009 adalah 1647 (y-o-y).
H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami perlambatan
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 sektor ini
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), adapun pertumbuhannya
pada triwulan I-2009 adalah 12,11% (y-o-y).
Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada sektor ini satu-satunya sub sektor yang tidak mengalami perlambatan
pertumbuhan adalah lembaga keuangan non bank, dimana pertumbuhannya pada
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 22
tiwulan II-2009 tercatat sebesar 24,32% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009
pertumbuhannya adalah 23,07% (y-o-y). Meskipun demikian karena share-nya yang
kecil, maka hal ini tidak dapat menahan perlambatan yang terjadi pada sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan, apalagi sub sektor
lainnya juga mengalami perlambatan.
Dibandingkan triwulan I-2009, sub sektor bank tumbuh melambat dimana pada
triwulan laporan pertumbuhan sektor ini sebesar 16,58% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 18,76% (y-o-y).
Sub sektor sewa bangunan juga menunjukan perlambatan yang cukup signifikan,
dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 4,84% (y-o-y), sedangkan
pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y).
Kinerja sub sektor jasa perusahaan melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009,
dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y) sedangkan
periode triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 14,65% (y-o-y).
I. Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2009,
dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I-2009.
Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,04% (y-o-y), atau
melambat lebih dari setengah, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada
triwulan I-2009 yang sebesar 4,26% (y-o-y).
Perlambatan pada sektor jasa ini terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub
sektor jasa pemerintahan umum yang berupa administrasi pemerintahan dan
pertahanan, dimana pada triwulan sebelumnya tercatat administrasi pemerintahan
dan pertahanan tumbuh sebesar 3,13% (y-o-y), sedangkan pada triwulan laporan
kinerjanya menurun hingga pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 0,16%.
Dengan porsi sebesar lebih dari 72%, tidak mengherankan apabila perlambatan
pada sub sektor ini akan berpengaruh terhadap melambatnya sektor jasa-jasa secara
keseluruhan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 23
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada sub sektor jasa-jasa swasta, hanya terdapat satu kelompok usaha yang
mengalami pertumbuhan positif, sedangkan dua kelompok usaha lainnya
mengalami perlambatan. Usaha sosial kemasyarakatan tumbuh sebesar 6,24% (y-o-
y), masih mengalami peningkatan dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada
triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya
adalah 5,80%.
Usaha hiburan dan rekreasi masih menunjukan pertumbuhan tahunan yang cukup
tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan II-2009 tercatat usaha hiburan dan rekreasi megalami pertumbuhan
sebesar 10,57% (y-o-y), sedikit lebih rendah jika dibandingkan terhadap kinerja
tahunan triwulan I-2009 dimana pertumbuhan tercatat sebesar 10,90% (y-o-y).
Sektor usaha perorangan dan rumah tangga juga sedikit mengalami perlambatan
jika dibandingkan terhadap pertumbuhan tahunan pada periode triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan tahunan yang berhasil
dicapai oleh sektor usaha perorangan dan rumah tangga adalah 8,14% (y-o-y),
sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 8,61%.
24
BOKS 1
Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara
Selama beberapa triwulan terakhir ekspor Maluku Utara selalu mengalami kontraksi. Seperti
yang telah diuraikan pada bab pertama, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan
kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada
triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada
triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kondisi ini perlu
mendapat perhatian mengingat ekspor menyumbang sepertiga dari total produk domestik
regional bruto, sehingga turunnya ekspor juga akan berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan PDRB. Tulisan ini akan berupaya untuk menganalisa lebih jauh tentang kinerja
ekspor Maluku Utara, dilihat dari sisi permintaan.
Tinjauan Teoritis
Fungsi dasar dari permintaan ekspor dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai
berikut:
yt=f(xt,rt)
dimana yt adalah jumlah ekspor yang diminta oleh negara lain, xt adalah pendapatan riil negara
lain dan rt adalah harga ekspor relatif yang digambarkan oleh nilai tukar riil (real effective
exchange rate). Kenaikan pendapatan negara lain akan meningkatkan permintaan terhadap
ekspor, sedangkan penguatan nilai tukar rupiah akan menurunkan permintaan ekspor.
Persamaan ini merupakan persamaan dasar dalam literatur ekspor (Goldstein dan Khan, 1985
dalam Cheung 20031).
Data dan Metode
Analisa atas kinerja ekspor Maluku Utara akan menggunakan data triwulanan periode 2000:1
hingga 2009:1. Mengingat ekspor Maluku Utara mayoritas ditujukan ke Jepang, maka
pendapatan riil negara lain akan menggunakan PDRB riil Jepang yang bersumber dari
Department of National Accounts – Economic and Social Research Institute – Cabinet Office
Japan. Data ekspor menggunakan ekspor riil yang bersumber dari BPS. Adapun data real
effective exchange rate diperoleh dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank
Indonesia. Pengolahan data akan dilakukan dengan metode regresi sederhana.
1 Cheung, Yin‐Wong, 2003, An Analysis of Hong Kong Export Performance, UC Santa Cruz Economics Working Paper, No.547.
25
Hasil dan Pembahasan
Hasil estimasi model regresi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah. Berdasarkan model tersebut
diperoleh nilai R-squared sebesar 0,7832 yang menggambarkan bahwa seluruh variasi dari
variabel-variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh model sebanyak 78,32%. Dengan persentase
sebesar ini dapat dikatakan bahwa model telah cukup baik. Probabilitas F-statistic yang sebesar
0,00 menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Jika dilihat satu per satu, variabel real effective exchange
rate tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitasnya yang berada diatas 0,05,
sedangkan variabel independen lainnya yaitu PDB Jepang dan ekspor periode sebelumnya
mempengaruhi secara signifikan.
Tabel 1. Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -12.06625 4.370239 -2.761005 0.0095 LPDBJP 1.515141 0.422174 3.588901 0.0011 LREER 0.082036 0.114766 0.714805 0.4799
LXPRT(-1) 0.493468 0.111431 4.428458 0.0001
R-squared 0.783176 Mean dependent var 12.16541 Adjusted R-squared 0.762848 S.D. dependent var 0.168021 S.E. of regression 0.081823 Akaike info criterion -2.064073 Sum squared resid 0.214241 Schwarz criterion -1.888126 Log likelihood 41.15331 Hannan-Quinn criter. -2.002663 F-statistic 38.52828 Durbin-Watson stat 1.584878 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, PDB Jepang mempengaruhi secara signifikan
permintaan ekspor Maluku Utara. Kenaikan PDB Jepang sebesar 1,00% akan meningkatkan
permintaan ekspor sebanyak 1,52% dan sebaliknya penurunan PDB Jepang akan menurunkan
permintaan ekspor.
Ekspor Maluku Utara selama ini memang lebih banyak didominasi ke benua Asia dibandingkan
dengan benua lainnya, sedangkan sebagian tujuan ekspor lainnya adalah Eropa. Berdasarkan
data Januari hingga April 2009, volume ekspor dengan tujuan Asia mencapai 82,29% dari total
volume ekspor Maluku Utara, sedangkan nilainya mencapai 79,92% dari keseluruhan nilai
ekspor.
Di Asia, negara tujuan ekspor Malut sejak tahun 2003 hingga 2006 selalu didominasi oleh
Jepang, namun sejak tahun 2007 ekspor ke Cina mulai meningkat. Jika dilihat volumenya,
26
ekspor ke Cina memang jauh lebih besar, namun apabila dilihat nilainya sebenarnya Jepanglah
yang memiliki lebih besar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang diekspor ke Jepang
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ke Cina. Dengan masih dominannya Jepang
sebagai tujuan ekspor, terutama ekspor Nickel maka tidak mengherankan apabila PDB Jepang
mempengaruhi permintaan ekspor secara signifikan. Di negara tujuannya, output utama dari
pengolahan nikel (stainless steel) paling banyak digunakan pada industri otomotif.
Tabel 1 Proporsi Volume dan Nilai Ekspor Malut ke Jepang dan Cina
Tahun Volume Nilai
Jepang R.R.C Jepang R.R.C 2003 96,07% 0,00% 66,91% 0,00% 2004 97,49% 0,00% 79,00% 0,00% 2005 97,90% 0,00% 83,10% 0,00% 2006 79,88% 19,18% 77,78% 11,29%2007 32,12% 67,67% 48,68% 49,15%2008 34,39% 65,57% 54,97% 44,78%
s/d Apr 09 44.96% 51.84% 59.61% 33.59%Sumber: DSM
Pada triwulan III-2008 PDB Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,3% (y-o-y),
lalu pada triwulan IV-2008 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 4,3% (y-o-y),
dan pada triwulan I-2009 kondisi ini semakin parah dengan kontraksi mencapai minus 8,8%.
Dengan menurunnya PDB Jepang, maka tidak mengherankan apabila ekspor juga mengalami
penurunan, karena seperti yang ditunjukan oleh model, PDB Jepang memang signifikan
mempengaruhi permintaan ekspor Maluku Utara. Dan seperti yang pernah dibahas pada KER
sebelumnya sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat
turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi Produsen Mobil
Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama Maret mengalami
penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan dari Amerika Serikat dan
Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada bulan Februari lalu dibandingkan
bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas
pabrikan mobil Jepang hanya memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga
mendorong Nissan, Mazda, dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%.
Variabel nilai tukar riil ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ekspor. Kondisi
ini cukup logis mengingat biasanya untuk ekspor pertambangan telah ada kesepakatan atau
kontrak jangka panjang, sehingga naik-turunnya permintaan ekspor tidak terlalu dipengaruhi
27
oleh perubahan nilai tukar, tetapi lebih disebabkan oleh faktor kebutuhan akan nickel itu
sendiri.
Ekspor satu periode sebelumnya ternyata secara signifikan mempengaruhi permintaan ekspor
untuk periode saat ini. Kenaikan ekspor satu periode lalu sebesar 1% akan menaikan
permintaan ekspor saat ini sebesar 0,49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam
permintaan ekspor Maluku Utara, Jepang akan memperhatikan kondisi ekspor Maluku Utara
satu periode sebelumnya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian domestik
Jepang, dimana kenaikan akan permintaan ekspor dari Maluku Utara, terutama nickel, berarti
pula terjadi peningkatan aktivitas pengolahan nickel, yang berarti membaiknya permintaan
domestik Jepang akan produk berbahan nickel.
Kesimpulan
Kinerja ekspor Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara tujuan ekspor.
Sebagai negara tujuan ekspor utama, naik-turunnya perekonomian Jepang akan berpengaruh
secara signifikan terhadap naik-turunnya permintaan ekspor Maluku Utara. Mengingat besarnya
potensi sumber daya alam yang ada di Maluku Utara, maka pengelolaan sumber daya alam
tersebut harus dilakukan secara optimal agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada
masyarakat. Diversifikasi tujuan ekspor bagi seluruh produk ekspor dapat dipertimbangkan,
sehingga jika terjadi gangguan ekonomi di suatu negara tujuan ekspor, dapat diimbangi
dengan peningkatan ekspor ke negara tujuan lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
28
Perkembangan Inflasi Regional
2.1 Gambaran Umum
Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami
penurunan, baik itu secara triwulanan (q-t-q) maupun tahunan (y-o-y),
dibandingkan dengan Triwulan I-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di
Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%,
dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan
inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%.
Penurunan tingkat inflasi pada bulan Juni 2009 terutama disebabkan oleh kelompok
bahan makanan.
Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate
secara triwulanan lebih baik namun secara tahunan lebih buruk. Secara
triwulanan Ternate mengalami penurunan inflasi sebesar minus 0,27% sedangkan
pada tingkat nasional terjadi penurunan inflasi sebesar minus 0,13%. Jika
dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Ambon merupakan provinsi
yang mengalami penurunan inflasi tertinggi hingga mencapai minus 2,43% dan
diikuti oleh Manado yang mengalami penurunan sebesar minus 2,08%, lalu
Makassar sebesar minus 1,13%, Parepare sebesar minus 0,53%, Jayapura sebesar
minus 0,36%, Palu sebesar minus 0,36% lalu Kendari sebesar minus 0,34%.
Daerah-daerah yang tingkat inflasinya diatas nasional adalah Watampone (0,84%),
Gorontalo (0,59%), Sorong (0,52%), Manokwari (0,36%) dan Mamuju (0,06%).
Secara tahunan Ambon merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi
yaitu sebesar minus 0,21%. Daerah-daerah lain yang inflasinya berada dibawah
inflasi nasional adalah Manado (2,25%), Jayapura (2,77%) dan Makassar (3,34%).
Daerah-daerah yang inflasinya diatas inflasi nasional yaitu Manokwari (13,24%),
Gorontalo (7,22%), Watampone (7,02%), Kendari (6,81%), Sorong (6,66%), Palu
(5,83%), Palopo (5,77%), Mamuju (5,24%) dan Parepare (4,53%).
Bab II
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
29
Gambar 2.1
Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)
Gambar 2.2
Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y)
2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok
A. Inflasi Triwulanan (q-t-q)
Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada
kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%.
Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar
minus 1,89%. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
30
sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub
kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%.
Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89%,
dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 3,73%. Terjadinya
penurunan harga ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub
kelompok ikan segar; telur, susu dan hasil-hasilnya; kacang-kacangan; buah-
buahan; dan bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan
harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan
bubara. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok
bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih.
Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)
Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,35% Daging dan Hasil-hasilnya 2,65% Ikan Segar -7,20% Ikan Diawetkan 14,25% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,02% Sayur-sayuran 6,78% Kacang – kacangan -3,55% Buah – buahan -1,80% Bumbu – bumbuan -12,78% Lemak dan Minyak 4,67% Bahan Makanan Lainnya 2,08%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar
0,74%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
2,07%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 1,17%,
dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mie.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
31
Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi
Makanan Jadi 1,17% Minuman yang Tidak Beralkohol -0,17% Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,26%
lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 1,48%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan
rumah tangga, sedangkan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air
harganya relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi utama pada kelompok ini
adalah cat tembok, kasur, air conditioner (AC), pompa air listrik dan pembasmi
nyamuk bakar.
Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi
Biaya Tempat Tinggal 0,26% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,00% Perlengkapan Rumahtangga 0,38% Penyelenggaraan Rumahtangga 0,87%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 1,12% dimana pada triwulan
sebelumnya kelompok ini mengalami inflasi sebesar 2,59%. Deflasi terutama
disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang
lain dengan deflasi mencapai minus 6,71%.
Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
Sub Kelompok Sandang Inflasi
Sandang Laki-laki 0,00%Sandang Wanita 0,34%Sandang Anak-anak 1,11%Barang Pribadi dan Sandang Lain -6,71%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
32
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,54% lebih rendah jika
dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,95%. Inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang
inflasinya mencapai 1,22% lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,22%. Inflasi pada sub kelomnpok ini disebabkan oleh
terjadinya kenaikan harga pada komoditas pasta gigi, bedak, hand body lotion,
sabun mandi dan alas bedak. Sedangkan inflasi yang dialami oleh sub kelompok
obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga vitamin.
Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)
Sub Kelompok Kesehatan Inflasi
Jasa Kesehatan 0,00% Obat-obatan 0,09% Jasa Perawatan Jasmani 0,00% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,22%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 1,71% jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi harga pada triwulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar minus 0,07%. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga
pada sub kelompok rekreasi yang mencapai 5,80% dengan komditas yang
mengalami kenaikan harga diantaranya televisi berwarna.
Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)
Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi
Pendidikan 0,00% Kursus-kursus / Pelatihan 0,00% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,02% Rekreasi 5,80% Olahraga 0,68%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar
0,23% dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus 4,00%. Hal
ini terutama disebabkan karena kenaikan harga pada sub kelompok sarana dan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
33
penunjang transpor yang mencapai 0,67% dengan komoditas yang mengalami
kenaikan harga diantaranya ban luar motor dan ban dalam motor. Untuk inflasi
pada sub kelompok transpor utamanya dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas
mobil dan sepeda.
Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)
Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi
Transpor 0,30% Komunikasi Dan Pengiriman 0,00% Sarana dan Penunjang Transpor 0,67% Jasa Keuangan 0,00%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
B. Inflasi Tahunan (y-o-y)
Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga
terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus
3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu
sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok
yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%.
Jika dilihat secara tahunan (y-o-y) inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II
tahun 2009 adalah sebesar 5,63%, lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mencapai 12,59%. Hal ini disebabkan karena perlambatan inflasi
pada sebagian besar sub kelompok bahan makanan yang ada, dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-
sayuran yang inflasinya mencapai 23,68%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi
tercatat sebesar 20,72%. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya juga mengalami
inflasi tinggi hingga mencapai 15,61%, yang melambat jika dibandingkan dengan
inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 16,33%. Penurunan harga terjadi
pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan penurunan harga sebesar minus
7,02% dimana pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami inflasi
sebesar 8,97%. Sub kelompok lemak dan minyak juga mengalami penurunan harga
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
34
sebesar minus 6,11%, dimana pada triwulan sebelumnya penurunan harga yang
terjadi jauh lebih besar yaitu sebesar minus 13,50%.
Tabel 2.8 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)
Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,71% Daging dan Hasil-hasilnya 15,61% Ikan Segar 7,79% Ikan Diawetkan 2,29% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5,34% Sayur-sayuran 23,68% Kacang – kacangan 3,97% Buah – buahan 3,70% Bumbu – bumbuan -7,02% Lemak dan Minyak -6,11% Bahan Makanan Lainnya 2,84% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau adalah 8,07% lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 9,31%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 12,34% lebih tinggi jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,40%.
Tabel 2.9
Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi
Makanan Jadi 7,35% Minuman yang Tidak Beralkohol 12,34% Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,22%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar
3,46% atau mengalami perlambatan jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
yang sebesar 6,05%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan
rumah tangga yaitu 6,39% jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan
sebelumnya yang mencapai 12,69%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
35
Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi
Biaya Tempat Tinggal 4,13% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,09% Perlengkapan Rumahtangga 4,10% Penyelenggaraan Rumahtangga 6,39%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,25% lebih rendah dibandingkan
dengan kenaikan harga pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,06%. Inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mencapai
13,76% meskipun memang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 19,81%.
Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
Sub Kelompok Sandang Inflasi
Sandang Laki-laki 1,41%Sandang Wanita 6,89%Sandang Anak-anak 6,72%Barang Pribadi dan Sandang Lain 13,76%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,70% sedikit meningkat jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,55%. Inflasi tertinggi terjadi
pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai
7,06% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya
yang sebesar 7,05%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok jasa perawatan
jasmani yaitu minus 0,38% yang masih mengikuti trend penurunan pada triwulan
sebelumnya yaitu sebesar minus 1,13%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
36
Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y)
Sub Kelompok Kesehatan Inflasi
Jasa Kesehatan 2,37% Obat-obatan 0,85% Jasa Perawatan Jasmani -0,38% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,06%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 16,24%
masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,50%. Inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai 24,01%, sedikit
mengalami perlambatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar
24,02%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok olahraga yaitu sebesar minus
3,53% dimana pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi sebesar 1,64%.
Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi
Pendidikan 24,01% Kursus-kursus / Pelatihan 7,01% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4,53% Rekreasi 11,72% Olahraga -3,53%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga
sebesar minus 3,41% dimana penurunan harga ini lebih besar dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar minus 0,35%. Inflasi tertinggi dialami
oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 2,77%, dimana pada
triwulan sebelumnya terjadi penurunan harga hingga mencapai minus 11,97%.
Penurunan harga terjadi pada sub kelompok transpor yaitu sebesar minus 5,96%
dimana pada triwulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 4,88%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
37
Tabel 2.14
Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi
Transpor -5,96% Komunikasi Dan Pengiriman 2,77% Sarana dan Penunjang Transpor 1,12% Jasa Keuangan 2,55%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
38
BOKS 2
High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate
dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang
Salah satu permasalahan ekonomi yang penting untuk diatasi adalah inflasi. Inflasi merupakan
kecenderungan naiknya harga barang atau jasa, dimana kenaikan harga yang terus menerus dan
tidak terkendali akan memiliki dampak negatif yang sangat luas terhadap perekonomian. Dampak-
dampak negatif tersebut diantaranya yaitu: 1) Inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat,
2) distribusi pendapatan melebar, 3) inflasi menjadikan iklim usaha tidak kondusif, 4) inflasi yang
tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara historis tingkat
inflasi tahunan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional.
Sejalan dengan kerangka kebijakan moneter yang diterapkan saat ini di Indonesia, yaitu inflation
targeting framework (ITF), dimana tujuan akhir dari kebijakan moneter adalah untuk mencapai
inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan pemahaman tentang bagaimana pembentukan harga
barang terjadi di daerah. Sebagaimana diketahui Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan
terbatas untuk megendalikan inflasi, dan banyak faktor-faktor diluar kendali Bank Indonesia yang
berperan dalam menentukan inflasi. Dengan demikian perlu diidentifikasi faktor-faktor apa saja
yang ikut menentukan dalam penetapan harga barang.
Untuk kasus Ternate, beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga
barang adalah tingginya ketergantungan perekonomian daerah terhadap perekonomian regional,
berbagai masalah infrastruktur dan terjadinya high cost economic activity terutama pada saat
bongkar muat barang di pelabuhan. Tulisan ini akan menguraikan permasalahan bongkar-muat di
Ternate, karena biaya bongkar-muat menjadi salah satu komponen penting dalam penetapan
harga kebutuhan masyarakat dimana mayoritas didatangkan dari luar pulau.
Permasalahan dalam Bongkar-Muat
Dalam pertemuan triwulanan tim koordinasi pengendalian inflasi daerah (TKPID) di Bank Indonesia
pada bulan Juni, pimpinan ADPEL Kota Ternate Bp. Asmari menyampaikan bahwa biaya bongkar –
muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate termasuk yang tertinggi di indonesia, terutama biaya
penanganan petikemas isi 20” dengan tarif per box sebesar Rp887.335,- dibandingkan dengan
pelabuhan lain di Indonesia yang rata – rata hanya sebesar Rp250 – 300 ribu.
39
Beberapa hal yang ditengarai menjadi penyebab tingginya biaya di pelabuhan Ahmad Yani tersebut
antara lain:
• Adanya pungutan – pungutan yang tidak relevan
Sampai saat ini masih diberlakukan tarif kerusuhan yang mulai diberlakukan sejak tahun 1999,
yaitu saat terjadi kerusuhan di Maluku Utara. Hal ini ditengarai sebagai cerminan rendahnya
pemahaman terhadap pengenaan tarif baik jenis maupun besarannya.
• Belum terbentuknya P2T (Pusat Pelayanan Terpadu)
Kondisi ini menyebabkan arus kapal keluar – masuk pelabuhan menjadi kurang teratur dan
meningkatkan pemborosan waktu saat bongkar muat.
• Umpan balik pengangkutan petikemas tidak ada (datang penuh – kembali kosong)
Kondisi ini disiasati dengan peningkatan perhitungan biaya petikemas.
• Jalan di Ternate terlalu sempit
Tidak tersedianya fasilitas jalan yang memungkinkan barang (kontainer) turun dari kapal, lalu
masuk truk, dan diangkut ke gudang pedagang, semakin meningkatkan biaya angkut barang.
• Sebagian besar pedagang di wilayah Maluku Utara tidak memiliki gudang tersendiri
Hal ini menimbulkan gudang bayangan berupa tumpukan peti kemas di lingkungan pelabuhan
yang menambah biaya penumpukan barang.
• Uang pandu GT 500 kebawah masih dikenakan
Menurut ketentuan yang ada seharusnya untuk gross tonage 500 kebawah bebas biaya.
• Pass pelabuhan dipungut dua kali (masuk – keluar)
Biaya pass pelabuhan seharusnya dikenakan hanya saat masuk kawasan pelabuhan saja.
Biaya Bongkar Muat Sebagai Komponen Harga
Hampir seluruh barang kebutuhan pokok di Ternate didatangkan dari luar pulau. Dengan demikian
barang-barang yang dijual di Ternate harus memperhatikan harga pokok barang, biaya angkut
barang dan margin keuntungan. Umumnya impor antar pulau untuk wilayah Maluku Utara
menggunakan transportasi laut, sehingga biaya bongkar-muat barang penting untuk diperhatikan.
Dengan mahalnya biaya angkut barang, maka harga jual barang di Ternate menjadi semakin
mahal.
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1, barang kebutuhan pokok, barang strategis maupun barang
kebutuhan lainnya banyak yang didatangkan dari luar wilayah Ternate.
40
Tabel 1. Volume Bongkar Komoditas Terpilih
Komoditas Volume (Ton/M3) Komoditas Volume
(Ton/M3) SEMEN TONASA / TIGA RODA DSB 28.075 SENG, ARDEX 850
BARANG CAMPURAN 23.709 GULA PASIR 775
BERAS UMUM NON DOLOG 8.497 KACANG KEDELE, KC TANAH 775
TEGEL/KERAMIK/PORSELIN 4.900 BAWANG 725
MOTOR RODA EMPAT 2.575 PIPA 700
MINUMAN RINGAN 2.375 MINYAK GORENG, DRUM, DOS 650
BAHAN MAKANAN 2.150 SABUN 650
TEPUNG TERIGU / TAPIOKA 1.950 CAT TEMBOK 421
MEUBEL, GEMBOL (PERABOT RT) 1.800 MIE INSTAN 400
MOTOR RODA DUA 1.766 MESIN / KONST. BERAT & RINGAN 395
TELUR 1.675 TRIPLEK 350
ROKOK 1.675 BRG PINDAH, ALAT RUMAH TANGGA 315
SUSU 1.125 ELEKTRONIK 200
UNILEVER 1.100 SPARE PART 55
KACA 1.000 OBAT-OBATAN 25
ALAT LISTRIK/MESIN 880 ALAT OLAHRAGA 15
Sumber: Simoppel, edisi Januari hingga Maret 2009
Untuk mengatasi tingkat harga yang tinggi, maka masalah bongkar muat harus diatasi. Memang
telah muncul wacana untuk membangun pelabuhan alternatif diluar kota Ternate, namun hal ini
tentunya perlu mendapat dukungan semua pihak terkait, karena akan sulit jika seluruh
permasalahan yang ada ditangani oleh satu pihak saja.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
41
Perkembangan Perbankan Daerah
3.1 Perkembangan Perbankan
Secara umum kinerja perbankan pada triwulan II-2009 mengalami
peningkatan. Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate
tumbuh sebesar 13,67% (y-o-y). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh
perbankan sebesar 7,55% (y-o-y). Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat
masih mengalami pertumbuhan, meskipun melambat dengan pertumbuhan sebesar
45,29% (y-o-y). Pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan mengalami
pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai 170,20% (y-o-y). Pada
triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan dimana
LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan
angka LDR sebesar 52,82%. Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 4,38%
pada triwulan I-2009 menjadi 3,88% pada triwulan II-2009.
a. Perkembangan Aset Bank Umum
Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada akhir
Triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tercatat total
aset bank umum sebesar Rp 3,2 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar
5,35% (q-t-q). Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja yang
ditunjukan pada triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut aset perbankan
mengalami kontraksi sebesar minus 0,93% (q-t-q). Jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan total aset perbankan mencapai
13,67% (y-o-y), mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 9,86% (y-o-y).
1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado
Bab III
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
42
Bank pemerintah masih mendominasi penguasaan aset perbankan di Maluku Utara
dengan proporsi sebesar 87,01%, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan
kondisi triwulan sebelumnya, dimana persentase aset bank pemerintah terhadap
total aset adalah 86,75%.
Jika dibandingkan kinerja antara bank pemerintah dengan bank swasta,
pertumbuhan tahunan tertinggi dialami oleh bank swasta sebesar 23,49% (y-o-y).
Meskipun demikian kinerja ini sebenarnya jauh menurun jika dibandingkan dengan
pertumbuhan yang dicapai pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang terjadi
adalah 37,21%. Bank pemerintah juga meningkat pertumbuhannya, dimana pada
triwulan laporan tercatat pertumbuhan sebesar 12,34% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan sebelumnya pertumbuhan aset bank pemerintah adalah 5,66% (y-o-y).
Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
Posisi penyebaran aset bank umum pada triwulan laporan masih didominasi Kota
Ternate dengan proporsi sebesar 75,52%. Kondisi ini sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 porsinya sebesar
75,13%. Daerah terbesar lainnya dalam hal penyebaran aset bank umum adalah
Kabupaten Halmahera Tengah dengan porsi sebesar 14,03%, sedikit menurun jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,25%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
43
Kondisi ini mencerminkan masih terkonsentrasinya aktivitas ekonomi di Kota
Ternate. Dengan pembangunan daerah yang terus ditingkatkan saat ini, diharapkan
dapat terwujud ketersediaan infrastruktur yang lebih baik, sehingga aksesibilitas
daerah menjadi lebih mudah dan akan menjadi insentif bagi perbankan untuk
melakukan ekspansi usaha yang lebih luas diluar Kota Ternate. Melalui pemerataan
perbankan hingga ke daerah-daerah lainnya, kebutuhan masyarakat akan pelayanan
perbankan, baik itu berupa produk simpanan, pembiayaan (kredit), jasa kliring dan
RTGS, maupun tersedianya uang layak edar dapat terpenuhi. Selain itu dengan
kehadiran perbankan, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi
daerah, melalui pembiayaan yang sifatnya produktif.
Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp)
Keterangan 2008 2009
I II III IV I II
Jenis Bank 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53
Pemerintah 2.452,78 2.459,56 2.455,95 2.647,65 2.614,98 2.763,03
Swasta 291,10 334,05 362,91 395,16 399,42 412,51
Dati II 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53
Ternate 2.022,90 2.051,08 2.072,72 2.282,24 2.264,59 2.398,24
Maluku Utara 274,95 254,00 288,24 329,42 320,12 331,80
Halteng 446,04 488,54 457,90 431,15 429,70 445,49
Jenis Valuta 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53
Rupiah 2.641,28 2.774,56 2.783,50 3.030,36 2.947,12 3.084,56
Valas 102,60 19,05 35,36 12,45 67,29 90,98
Proporsi aset perbankan dalam bentuk valuta asing masih relatif kecil, namun
selama dua triwulan terakhir mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2008
porsinya hanya sebesar 0,41%, lalu pada triwulan I-2009 proporsinya naik menjadi
2,23%, sedangkan pada triwulan II-2009 porsinya kembali meningkat menjadi
2,86%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
44
Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing
Pertumbuhan tahunan aset perbankan dalam bentuk valuta asing cenderung
berfluktuasi, namun selama dua triwulan terakhir menunjukan peningkatan, seiring
peningkatan proporsinya terhadap jumlah aset perbankan yang ada di Maluku
Utara.
Sejak triwulan IV-2008 proporsi aset perbankan syariah di Maluku Utara secara
moderat terus mengalami peningkatan. Setelah beberapa periode sebelumnya
mengalami penurunan, tepatnya dimulai pada triwulan I-2008 dan berlanjut hingga
triwulan III-2008, aset perbankan syariah kembali menunjukan peningkatan. Pada
triwulan II-2009 porsi aset perbankan syariah adalah 2,44%, sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,39%.
Masih kecilnya porsi aset perbankan syariah ini disebabkan karena hingga saat ini
baru terdapat satu bank umum syariah, dan belum ada bank konvensional yang
membuka counter layanan syariah melalui office chaneling. Kedepan diharapkan
perbankan syariah dapat terus tumbuh, baik secara kuantitas maupun kualitas,
mengingat besarnya potensi pengembangan yang ada. Penambahan jumlah bank
syariah akan semakin memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan perbankan
dengan sistem syariah sebagai alternatif sistem perbankan konvensional yang ada
khususnya bagi masyarakat diluar Kota Ternate.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
45
b. Penghimpunan Dana Bank Umum
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Maluku Utara pada
triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh perbankan mencapai Rp 2,9 triliun, mengalami peningkatan sebesar
2,38% (q-t-q) jika dibandingkan dengan triwulan I-2009 atau tumbuh sebesar
7,55% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Jika dilihat masing-masing komponennya, deposito mengalami pertumbuhan
tahunan tertinggi dibandingkan tabungan maupun giro, yaitu sebesar 23,65% (y-o-
y), dengan total dana sebesar Rp 574,87 miliar, melonjak dibandingkan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,50% (y-o-y).
Dana masyarakat dalam bentuk tabungan meskipun pertumbuhannya tidak setinggi
deposito, namun masih mendominasi penghimpunan dana yaitu sebesar 46%,
dimana jumlahnya mencapai Rp 1,3 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 4,73% (y-
o-y) atau mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 0,82% (y-o-y). Jumlah dana
dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp 988,53 miliar rupiah, tumbuh sebesar 3,47%
(y-o-y), namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 6,05% (y-o-y).
Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan
Pertumbuhan deposito yang signifikan mengindikasikan bahwa masyarakat semakin
tertarik untuk berinvestasi pada sektor keuangan. Namun jika kita lihat strukturnya,
tabungan selalu mendominasi DPK. Kebutuhan masyarakat akan jasa tabungan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
46
ternyata masih jauh lebih besar, sehingga tabungan terus mendominasi perolehan
DPK. Masih tingginya tabungan ini terkait dengan kultur Maluku Utara, dimana
konsumsi merupakan penggerak utama perekonomian, sehingga kebutuhan akan
investasi keuangan masih relatif rendah. Hal ini juga dikonfirmasi dengan dominasi
kredit konsumsi dalam struktur kredit, dibandingkan dengan kredit investasi dan
modal kerja.
Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, porsi bank pemerintah meningkat secara
moderat, dimana pada triwulan II-2009 porsinya adalah 86,11% sedangkan pada
triwulan I-2009 porsinya adalah 86,02%. Jika dibandingkan kinerjanya,
pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun oleh bank pemerintah mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan
II-2009 pertumbuhannya adalah 5,38% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009
pertumbuhannya adalah 6,05% (y-o-y). Penghimpunan DPK oleh bank swasta
tercatat mengalami lonjakan yang sangat signifikan, dimana pada triwulan I-2009
pertumbuhannya adalah 2,19% (y-o-y) sedangkan pada triwulan laporan
pertumbuhan ini mencapai 23,26% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan semakin
agresifnya perbankan swasta dalam menghimpun DPK di Maluku Utara.
Jika dilihat berdasarkan daerah penghimpunannya, Kota Ternate masih menjadi
penghimpun DPK terbesar di Maluku Utara dengan nilai nominal mencapai Rp 2,2
triliun rupiah, atau memiliki porsi sebesar 75,95% dari seluruh DPK di Maluku Utara.
Nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan
I-2009 porsinya adalah 74,93%. Daerah lain yang dapat dikategorikan sebagai
daerah dengan penghimpunan dana tertinggi lainnya adalah Kabupaten Halmahera
Tengah, yang memiliki porsi sebesar 14,97%, sedikit mengalami kenaikan dimana
pada triwulan sebelumnya porsi penghimpunan DPK adalah 14,84%. Kenapa???
Jika dilihat berdasarkan jenis valuta, penghimpunan DPK dalam bentuk rupiah masih
mendominasi, meskipun porsinya sedikit menurun jika dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat porsi DPK dalam valuta rupiah nilainya
sebesar Rp 2,76 triliun atau sebesar 97,53%, namun pada triwulan II-2009 porsinya
tercatat sebesar 96,78% dengan nilai sebesar 2,80 triliun rupiah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
47
Jika ditelaah berdasarkan golongan debitur, debitur perorangan masih memberikan
kontribusi terbesar dalam penghimpunan DPK dimana porsinya pada triwulan II-
2009 adalah 65,30% dengan jumlah penghimpunan dana sebesar 1,89 triliun
rupiah. Kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi triwulan
sebelumnya dimana porsi debitur perorangan adalah 62,59%. Dana pemerintah
yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara (pemerintah pusat, pemerintah
daerah, badan/lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD) memiliki porsi sebesar
30,04%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2009 dimana porsinya
adalah 32,78%. Hal ini terjadi karena pada triwulan II-2009 proyek-proyek
pemerintah telah mulai dijalankan, dimana pada triwulan I-2009 proses tender
biasanya baru dimulai.
c. Penyaluran Kredit
c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor
Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat pada triwulan II-2009 masih
mengalami pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan dengan
triwulan I-2009. Pada triwulan laporan tercatat jumlah kredit yang disalurkan
adalah Rp 1,53 miliar, tumbuh sebesar 45,29% (y-o-y). Meskipun masih mengalami
pertumbuhan yang tinggi, namun kinerja pada triwulan II-2009 melambat jika
dibandingkan dengan kinerja pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang
terjadi adalah 50,74% (y-o-y).
Jika dibandingkan antara golongan kredit, kredit perbankan yang disalurkan kepada
UKM tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan kepada non
UKM adalah 100 miliar rupiah. Jika dipersentasekan, maka persentase kredit UKM
mencapai 93,41% dari jumlah kredit di Maluku Utara, sedangkan kredit non UKM
sebesar 6,59%.
Besarnya porsi kredit UKM ini mengindikasikan besarnya komitmen perbankan
dalam rangka pengembangan UKM di Maluku Utara, yang pada dasarnya memang
didominasi oleh usaha yang berbentuk UKM. Selain itu masih terbatasnya
kewenangan dalam hal pemutusan kredit non UKM juga menjadi faktor penyebab
kecilnya kredit non UKM, dimana sebagian perbankan di Maluku Utara harus
berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di Makassar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
48
Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih menjadi kredit utama yang disalurkan
oleh perbankan dengan porsi mencapai 57,63% dari kredit keseluruhan. Pada
triwulan II-2009 kredit konsumsi tumbuh sebesar 50,11% (y-o-y), mengalami
perlambatan jika dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan
kredit konsumsi mencapai 57,16% (y-o-y). Tingginya kredit konsumsi ini juga
tercermin dalam tingginya konsumsi masyarakat Maluku Utara, seperti yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya.
Kredit investasi terus menunjukan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat
jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan
kredit konsumsi sebesar 58,33% (y-oy), sedangkan pada triwulan II-2009
pertumbuhannya adalah 56,02% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan kredit swasta
mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun, investasi yang terjadi di Maluku Utara
terus bertambah, meskipun memang selama ini tampaknya investasi masih
didominasi oleh Pemerintah melalui pembangunan berbagai infrastruktur. Melalui
pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan aksesibilitas daerah menjadi lebih
mudah, dan menjadi daya tarik investasi bagi investor luar.
Seperti halnya pada kredit konsumsi dan investasi, kredit modal kerja juga masih
menunjukan pertumbuhan meskipun melambat jika dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat kredit modal kerja mengalami
pertumbuhan sebesar 35,43% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009
pertumbuhannya adalah 39,40%.
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah)
2008 2009
I II III IV I II
Jenis Penggunaan 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61
Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28 515,76
Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79 135,23
Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22 878,62
Golongan Kredit 304,17 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61
UKM ‐ KUK (inc. PKT) 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32 228,44
UKM ‐ Non KUK 68,24 788,37 916,26 993,09 1.090,66 1.200,34
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
49
Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29 100,83
Jenis Bank 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61
Bank Pemerintah 841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11 1.424,62
Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17 105,00
Apabila dibandingkan penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, sektor
konstruksi mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat mengagumkan, dimana
pada triwulan II-2009 pertumbuhan kredit di sektor ini tercatat sebesar 2067,55%
(y-o-y). Selama setahun terakhir perkembangan kredit sektor konstruksi memang
terjadi dengan sangat pesat, dimana pada triwulan II-2008 kredit untuk sektor ini
tercatat hanya sebesar Rp 5,82 miliar rupiah, sedangkan pada triwulan II-2009
jumlahnya telah mencapai Rp 126,11 miliar. Kondisi ini terjadi seiring dengan
meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur, baik itu pada wilayah lama
seperti Ternate maupun Tidore, serta wilayah-wilayah yang baru saja mengalami
pemekaran. Khusus untuk daerah-daerah yang baru saja mekar, aktivitas di sektor
bangunan pasti akan mengalami lonjakan.
Kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki porsi terbesar
dibandingkan dengan penyaluran kredit kepada sektor lainnya, yaitu sebesar
25,41%, sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 25,55%. Kredit sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 388,65
miliar rupiah atau tumbuh sebesar 27,43% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu, namun masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 28,82% (y-o-y).
Kredit kepada sektor pertanian, yang merupakan sektor dengan share terbesar
dalam perekonomian, hanya memperoleh sebanyak 4,81% dari seluruh kredit di
Maluku Utara, dengan nilai sebesar 73,51 miliar rupiah, tumbuh 19,17% (y-o-y)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
c.2 Persetujuan Kredit Baru
Pada triwulan II-2009 pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan
mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
50
170,20% (y-o-y). Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan II-2009 tercatat
sebesar Rp 591,41 miliar.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kredit baru bagi penggunaan modal kerja
yang mengalami pertumbuhan tahunan fantastis dimana pada triwulan II-2009
pertumbuhannya mencapai 2860,56% (y-o-y) dengan nilai mencapai Rp 510,46
miliar. Lonjakan kredit baru pada modal kerja sebenarnya telah dimulai pada
triwulan I-2009 tepatnya pada bulan Februari. Kondisi ini terjadi karena peningkatan
pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, dimana kontraktor lebih dahulu melakukan
pembangunan, baru kemudian diberikan pembayaran sesuai persentase
pembangunan yang telah dikerjakan, sehingga kredit untuk modal kerja mengalami
lonjakan. Semakin banyaknya pembangunan ruko di Kota Ternate juga merupakan
penjelasan lainnya untuk penggunaan kredit modal kerja. Peningkatan aktivitas
usaha juga ikut mendorong pertumbuhan kredit investasi, dimana secara tahunan
pertumbuhannya mencapai 146,77% (y-o-y) dengan nilai persetujuan sebesar Rp
29,99 miliar. Kredit konsumsi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 73,10%
(y-o-y) dengan nilai yang disetujui sebesar Rp 50,97 miliar. Dengan tingginya
pertumbuhan pada kredit modal kerja, tidak mengherankan apabila pertumbuhan
persetujuan kredit secara keseluruhan mengalami lonjakan, mengingat porsinya
yang sangat dominan.
Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru
Bank pemerintah menunjukan agresifitas yang tinggi dalam hal pemberian kredit
baru, dimana pertumbuhannya mencapai 332,74% (y-o-y) dengan nilai mencapai
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
51
Rp 288,03 miliar. Karena pertumbuhannya yang tinggi ini, tidak mengherankan
apabila porsi bank pemerintah dalam pemberian kredit baru mengalami
peningkatan. Pada triwulan I-2009 share bank pemerintah adalah 19,49%, lalu
pada triwulan II-2009 sharenya tumbuh menjadi 48,70%. Tidak berbeda dengan
periode sebelumnya, Kota Ternate masih menjadi tempat utama dalam pemberian
kredit baru dengan share sebesar 97,57%.
d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami
peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%,
sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10%. Hal ini
menunjukan bahwa selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan aktivitas
intermediasi perbankan di Maluku Utara secara signifikan, dan diharapkan kedepan
perbankan dapat lebih meningkatkan fungsi intermediasi tersebut dan menjadi
motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya menjadi pengikut2.
Sesuai dengan fungsinya bank merupakan lembaga intermediasi keuangan,
sehingga penyaluran kredit harus terus ditingkatkan, khususnya kredit yang sifatnya
produktif.
Jika dibandingkan antara LDR bank pemerintah dengan bank swasta, bank
pemerintah masih menunjukan fungsi intermediasi yang lebih baik, yang ditunjukan
dengan LDR sebesar 57,14%. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu dimana LDR tercatat sebesar 40,93%. Dengan
demikian selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan LDR pada bank
pemerintah sebesar 39,59% (y-o-y). Pada triwulan laporan bank swasta tercatat
memiliki LDR sebesar 26,10%, naik sebesar 2,67% (y-o-y) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu, dimana LDR tercatat sebesar 25,42%. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa dalam hal penyaluran kredit, bank pemerintah masih
memiliki penetrasi pasar yang lebih baik dibandingkan dengan bank swasta.
2 Lihat BOX 3 untuk pembahasan lebih lanjut
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
52
Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum
Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat rasio
kredit bermasalah (Non Performing Loan’s) terhadap keseluruhan kredit di Maluku
Utara adalah 3,88%, sedangkan pada triwulan I-2009 rasionya adalah 4,38%.
Kondisi ini menggambarkan semakin baiknya perbankan dalam penyaluran kredit,
dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, dan penerapan manajemen kredit
yang lebih baik. Disisi lain kondisi ini juga menggambarkan bahwa mayoritas
nasabah yang mengajukan kredit kepada bank memang memiliki kapasitas untuk
melakukan pengembalian pinjaman.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
53
Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah
Dari Rp 59,42 miliar kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan golongan
kredit yang paling banyak mengalami masalah dengan proporsi sebesar 77,30%.
Kredit investasi memiliki masalah paling sedikit diantara yang lain dengan proporsi
sebesar 5,17%.
Jika dibandingkan antar sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor yang paling bermasalah dalam kredit dengan proporsi mencapai
47,23%. Sektor lainnya yang juga sangat bermasalah adalah sektor pertanian
dengan proporsi mencapai 15,45%. Kondisi ini tidak berubah dari triwulan I-2009,
dimana kedua sektor tersebut memang memiliki pembentuk NPL’s tertinggi.
54
BOKS 3
Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara
Salah satu hal penting dalam membangun perekonomian adalah tersedianya modal (capital).
Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam berkembangnya perekonomian karena
fungsinya sebagai penyedia modal. Sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani antara
surplus spending unit dengan deficit spending unit, bank mampu menghimpun dana atau modal
dari masyarakat dan menyalurkan kembali modal tersebut kepada pelaku ekonomi secara efisien.
Melalui alokasi modal yang efisien, diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi seiring peningkatan aktivitas ekonomi yang ikut didukung oleh perbankan selaku lembaga
intermediasi keuangan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara sektor
perbankan dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, sehingga dapat diperoleh gambaran
riil bagaimana perbankan berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara.
Landasan Teori
Bank merupakan bagian penting dari sektor keuangan secara keseluruhan. Arah keterkaitan antara
sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dalam dua hipotesis, yaitu
supply-leading dan demand-following, seperti yang telah dikemukakan oleh Patrick (1966)1.
Hipotesis supply-leading mengedepankan arah hubungan dari perkembangan sektor keuangan
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang berarti bahwa pembangunan institusi dan pasar keuangan
akan meningkatkan penawaran jasa keuangan yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi
riil2. Sedangkan hipotesis demand-following menyatakan adanya arah hubungan dari pertumbuhan
ekonomi terhadap perkembangan sektor keuangan. Dalam kerangka ini, kenaikan permintaan
terhadap jasa keuangan akan mendorong terjadinya peningkatan pada sektor keuangan ketika
perekonomian riil tumbuh3.
Data dan Metode
Untuk menganalisa arah hubungan antara bank dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara,
digunakan data produk domestik regional bruto (PDRB) dan data kredit triwulanan, dengan periode
1 Patrick, Hugh T., 1966, Financial Development and Economic Growth in Underdeveloped Countries, Economic Development and Cultural Change, Vol. 14, No. 2, Hal. 174-189. 2 Lihat misalnya Mc Kinnon, 1973, Money and Capital in Economic Development, The Brookings Institution, Washington D.C.; King dan Levine (1993); Neusser dan Kugler (1998) serta Levine, Loayza dan Beck (2000). 3 Lihat misalnya Goldsmith, R. W., 1969, Financial Structure and Development, Yale University Press, New Haven CN.; Gurley dan Shaw, 1967; juga Jung, 1986.
55
2003:4 hingga 2009:1. Data PDRB bersumber dari BPS sedangkan data kredit berasal dari data
Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah granger causality test.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengujian dengan menggunakan granger causality test dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa arah hubungan antara bank dan pertumbuhan ekonomi
di Maluku Utara, menunjukan hubungan satu arah dimana perkembangan ekonomi akan
mendorong tumbuhnya perbankan, dan tidak berlaku sebaliknya. Temuan ini mendukung hipotesa
demand-following, dimana kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan
permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor
perbankan.
Tabel 1. Hasil Granger Causality Test
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
KRDT_LAP does not Granger Cause PDRBSA 18 3.06918 0.0749 PDRBSA does not Granger Cause KRDT_LAP 4.06993 0.0374
Sumber: Data diolah
Jika memperhatikan kondisi Maluku Utara, peran intermediasi perbankan tampaknya memang
belum optimal dimana LDR perbankan pada triwulan II-2009 hanya sebesar 52,82%. Nilai LDR ini
menunjukan bahwa dari seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan di Maluku
Utara, hanya 52,82% yang disalurkan kembali kepada masyarakat Maluku Utara. Dana lain yang
belum tersalurkan, bisa jadi disalurkan ke daerah lain, atau menjadi dana menganggur yang alih-
alih memberikan keuntungan malah menjadi beban bagi bank.
Selain itu dominasi kredit konsumsi dalam struktur pembiayaan, juga menjadi penyebab kurangnya
peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Memang selama ini
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sangat didukung oleh konsumsi masyarakat, namun dalam
jangka panjang, pembentukan modal akan lebih berperan penting.
Kesimpulan
Peran bank dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tampaknya masih belum optimal,
dimana hasil granger causality test menunjukan bahwa arah hubungan antara dan pertumbuhan
56
ekonomi di Maluku Utara, berlaku satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong
tumbuhnya perbankan. Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan
permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor
perbankan. Kedepan diharapkan perbankan akan lebih meningkatkan perannya dalam
perekonomian melalui penyaluran kredit produktif. Apalagi potensi Maluku Utara masih sangat
terbuka untuk dikembangkan, karena sumber daya alam yang masih belum secara maksimal
dikelola, terutama bagi wilayah diluar Kota Ternate.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
57
Perkembangan Keuangan Daerah
4.1. Gambaran Umum
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku
Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai
19,31%.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21
Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah
Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja
daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran
pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar
rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan
daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08% dimana pada tahun anggaran 2008
rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah
juga mengalami kenaikan sebesar 18,77% dimana pada tahun sebelumnya belanja
daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah.
Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara
Bab IV
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
58
4.2. Pendapatan Daerah
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi
Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-20091
mencapai 19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp
139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar
rupiah.
Komponen pendapatan asli daerah telah mencapai realisasi 23,2 miliar rupiah atau
sebesar 28,78% dari target anggaran PAD 2009. Secara lebih rinci realisasi ini
disumbang oleh pajak daerah sebesar 11,4 miliar rupiah, retribusi daerah sebesar
2,9 miliar rupiah, lain-lain pendapatan daerah yang sah mencapai 8,9 miliar rupiah.
Pada pos pendapatan pajak, pajak bahan bakar kendaraan bermotor memberikan
kontribusi terbesar dengan realisasi mencapai 6,4 miliar rupiah. Bea balik nama
kendaraan bermotor memberikan kontribusi sebesar 2,6 miliar rupiah, lalu pajak
kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 2,5 miliar rupiah.
Untuk pos retribusi, retribusi jasa umum mendominasi penerimaan untuk pos
penerimaan ini dengan realisasi mencapai 2,2 miliar rupiah yang utamanya
merupakan kontribusi dari retribusi pelayanan kesehatan. Retribusi jasa usaha
terealisasi sebesar 0,6 miliar rupiah, dimana pos-pos yang memberikan kontribusi
adalah retribusi pemeriksaan, pengukuran dan pengujian hasil hutan (RP3HH),
retribusi pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan, retribusi pengawasan
mutu produk hasil perkebunan, dan retribusi pengawasan pengujian dan sertifikasi
benih tanaman pertanian. Untuk retribusi perijinan tertentu yang terdiri dari retribusi
ijin trayek dan retribusi ijin usaha perikanan nilai realisasinya sebesar 0,014 miliar
rupiah.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat terealisasi sebesar 8,9 miliar rupiah,
dimana sumbangan pihak ketiga merupakan pos penerimaan yang memberikan
kontribusi terbesar dengan realisasi sebesar 8,3 miliar rupiah. Jasa giro terealisasi
sebesar 0,4 miliar rupiah sedangkan pendapatan dari biaya administrasi terealisasi
sebesar 0,2 miliar rupiah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
59
Pos dana perimbangan terealisasi sebesar 116,1 miliar rupiah, dimana pos dana
alokasi umum memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi 114,6 miliar rupiah.
Untuk pos bagi hasil, bagi hasil pajak dapat terealisasi sebesar 1,5 miliar rupiah yang
bersumber dari penerimaan bagi hasil pajak bumi dan bangunan (PBB), bagi hasil
dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), serta bagi hasil dari pajak
penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan
PPh pasal 21.
4.3. Belanja Daerah
Realisasi belanja daerah biasanya baru terlaksana pada triwulan II, dimana periode
triwulan I masih merupakan tahap tender. Dengan demikian meskipun pembahasan
pendapatan daerah dilakukan untuk periode triwulan I-2009, namun untuk realisasi
belanja daerah akan dilakukan untuk periode triwulan II-2009.
Data komprehensif perihal realisasi belanja daerah pada triwulan II-2009 memang
belum tersedia, dengan demikian pembahasan pada bagian ini akan dilakukan
dengan melihat pelaksanaan proyek-proyek pemerintah.
Berdasarkan data Malut Post, pada triwulan II-2009 terdapat tujuh paket proyek
sekretariat DPRD Maluku Utara dengan nilai mencapai 3,61 miliar rupiah. Proyek
tersebut yaitu pencetakan kalender dan agenda sebesar 205 juta rupiah, pengadaan
mebeler paket I senilai 300 juta rupiah, pengadaan mebeler paket II senilai 225 juta
rupiah, pengadaan alat angkutan darat bermotor sebesar 2,23 miliar rupiah,
pengadaan angkutan darat sebesar 370 juta rupiah, pengadaan sepeda motor 100
juta rupiah serta pengadaan pakaian dinas sebesar 180 juta rupiah.
Untuk proyek yang memasuki tahap tender pada tanggal 28 Mei 2009, didominasi
oleh pembangunan infrastruktur baik itu berupa pemeliharaan infrastruktur yang
telah ada maupun pembangunan infrastruktur baru. Proyek-proyek tersebut
meliputi:
1. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VI
2. Pemeliharaan jalan Labuha-Babang (3km)
3. Pemeliharaan jalan Jailolo-Goal (2,5km)
1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
60
4. Pemeliharaan berkala jalan Sidangoli-Jailolo (20km)
5. Pembangunan jalan Matuting-Saketa (7km)
6. Pembangunan jalan Saketa-Dehepoho (7km)
7. Pembangunan jembatan darurat (Babang Yaba 200m)
8. Pembangunan jalan Galela-Kedi (5km)
9. Pembangunan jalan Buli-Gotowase (4km)
10. Pembangunan jalan Sanana-Manaf (3km)
11. Peningkatan jalan dalam Kota Sofifi (4,5km)
12. Peningkatan jalan Guraping-Modayama (2km)
13. Peningkatan jalan keliling pulau Makean (2,5km)
Untuk proyek yang belum memasuki tahap tender, nilainya mencapai 51 miliar
rupiah dan seluruhnya merupakan proyek pembangunan infrastruktur. Proyek-
proyek tersebut yaitu:
1. Pembangunan gedung DPRD tahap VII senilai Rp 2 miliar
2. Pembangunan Jembatan Kota Sofifi (50 meter) senilai Rp 4 miliar
3. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VII senilai Rp 20 miliar
4. Pembangunan jalan Sirtu (5km) Ibu-Kedi senilai Rp 3 miliar
5. Pembangunan jalan dalam kota Sofifi (4km) senilai Rp 2,4 miliar
6. Pembuatan saluran drainase (3.000 m) senilai Rp 4,35 miliar
7. Pembuatan trotoar jalan dalam kota Sofifi (3.000 m) senilai Rp 2,5 miliar
8. Pembangunan Land Mark kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar
9. Pembangunan taman kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar
10. Rehabilitasi Mesjid Raya Tobelo senilai Rp 1 miliar
11. Rehabilitasi Mesjid Raya Makian senilai Rp 1,75 miliar
12. Pembangunan kantor dinas PU tahap II senilai Rp 4 miliar
13. Pembangunan kantor dinas kesehatan senilai tahap II Rp 1 miliar
14. Pembangunan kantor Dikjar tahap II (1 unit) senilai Rp 2 miliar
15. Pembangunan kantor dinas perikanan tahap II senilai Rp 1 miliar
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 61
Perkembangan Sistem Pembayaran
5.1. Transaksi RTGS
Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode
triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh
sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada
triwulan II-2009 tercatat sebanyak 4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%.
Transaksi outflow tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan
7,42% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi pada triwulan laporan
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana
pada triwulan I-2009 transaksi outflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus
33,83% (q-t-q). Volume transaksi outflow pada triwulan laporan sebanyak 2.335
transaksi yaitu tumbuh sebesar 17,16% (q-t-q), atau meningkat tajam dibandingkan
kinerja triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi sebesar minus 41,28% (q-t-q).
Transaksi inflow tercatat sebesar 1,1 triliun rupiah, tumbuh sebesar 8,13% (q-t-q)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini jauh meningkat dibandingkan kinerja
triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 38,17%. Jumlah
transaksi tercatat sebanyak 2.313, tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q) dibandingkan
triwulan I-2009. Volume inflow pada triwulan laporan juga menunjukan terjadinya
lonjakan, dimana pada triwulan I-2009 kinerja volume inflow tercatat mengalami
kontraksi sebesar minus 40,20%.
Bab V
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 62
Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara
Transaksi RTGS antar provinsi (from-to) mengalami peningkatan signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat transaksi RTGS
antar pulau sebesar 464,8 miliar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar
21,00%. Lonjakan ini disebabkan karena menurunnya transaksi antar pulau pada
triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi hingga mencapai minus 52,49% (q-t-q).
Kondisi ini sejalan dengan peningkatan volume yang terjadi pada triwulan laporan,
dimana volume transaksi adalah 545 transaksi, atau tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q)
dibandingkan triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut volume transaksi
mengalami kontraksi hingga mencapai minus 63,61%.
Secara net, Maluku Utara terus mengalami outflow bahkan sejak triwulan III-2007.
Pada triwulan II-2009 net outflow tercatat sebesar 200,59 miliar rupiah, meningkat
dibandingkan triwulan I-2009 dimana net outflow tercatat sebesar 193,32 miliar
rupiah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dana yang ada di Maluku Utara banyak
digunakan di luar daerah, dan belum dioptimalkan untuk pembangunan lokal.
5.2. Transaksi Kliring
Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan
laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q)
dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 63
harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya
pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya
49.
TRIWULAN Lembar Nominal
(satuan) (miliar Rp)
2007 I 38 1,20
II 46 1,47
III 49 1,65
IV 47 2,13
2008 I 49 1,92
II 48 2,43
III 49 2,10
IV 48 3,06
2009 I 48 2,33
II 49 2,35
Sumber: Bank Indonesia
Kualitas kliring di Ternate pada triwulan II-2009 mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring
yang mengalami peningkatan. Persentase volume tolakan pada triwulan II-2009
adalah 1,66% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan tersebut sebesar
0,65%. Dari sisi nominal terjadi pula kenaikan tolakan dimana pada triwulan II-2009
nominal tolakan sebesar 3,19% sedangkan pada triwulan I-2009 tolakan sebesar
1,16%.
Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
TRIWULAN Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39% 0,77%
II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87% 19,96%III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04% 1,73%IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81% 1,22%
2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,65% 1,16%II 0,81 74,86 48,75 2.348,36 1,66% 3,19%
Sumber: Bank Indonesia
Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian
Kli i
Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 64
5.3. Transaksi Tunai
Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II-2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai
279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63
miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total
transaksi tunai sebesar 34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank
Indonesia Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana
yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada
triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai
karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya
panen hasil bumi dan panen tuna.
Jika dihitung secara net, kondisi yang terjadi pada triwulan laporan adalah net
outflow sebesar 203,95 miliar rupiah, sedangkan periode sebelumnya terjadi net
inflow sebesar 5,23 miliar rupiah. Jika dibandingkan antara inflow dana dengan
outflow dana, kondisi triwulan II-2009 menunjukan kontraksi inflow dana sebesar
minus 64,52%, sedangkan outflow dana tumbuh sebesar 138,85%.
Perubahan posisi dari net inflow menjadi net outflow menunjukan bahwa aktivitas
ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2009 lebih tinggi intensitasnya, sehingga
menambah kebutuhan akan uang tunai. Apalagi hampir seluruh transaksi yang
terjadi pada perekonomian Ternate masih menggunakan media uang tunai.
Apabila ditelaah lebih dalam, kondisi outflow terbesar terjadi pada bulan April,
dimana terjadi outflow dana sebesar 111,72 miliar rupiah sedangkan inflow dana
hanya sebesar 12,81 miliar rupiah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 65
Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate
Gambar 5.4
Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling
Total transaksi tunai pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Peningkatan jumlah
transaksi ini tercermin dari angka pertumbuhan sebesar 9,21% (y-o-y), sedangkan
pada triwulan I-2009 total transaksi tunai mengalami kontraksi sebesar minus
9,70% (y-o-y).
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kondisi inflow dana
mengalami peningkatan sebesar 66,87% (y-o-y), sedangkan outflow dana
mengalami peningkatan sebesar 3,61% (y-o-y). Dengan membandingkan kondisi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 66
net outflow yang terjadi antara triwulan II-2009 dengan periode yang sama tahun
lalu, maka net outflow turun sebesar 3,18% (y-o-y).
5.4. Pemusnahan Uang Kartal
Pada triwulan II-2009 persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan
mengalami peningkatan, meskipun nilai nominalnya mengalami penurunan.
Uang tidak layak edar (UTLE) yang terdiri dari uang lusuh, uang cacat, uang rusak
dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran di Ternate pada triwulan II-
2009 tercatat sebanyak 26,75% dibandingkan dengan jumlah dana inflow yang
masuk ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan
kondisi triwulan I-2009, dimana persentase uang tidak layak edar yang
dimusnahkan adalah 15,35%. Meskipun persentasenya meningkat, namun secara
nominal sebenanrnya mengalami penurunan. Jumlah uang tidak layak edar pada
triwulan II-2009 adalah 10,10 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009
jumlahnya 16,34 miliar rupiah.
Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 67
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
6.1 Kondisi Umum
Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai dengan
bulan Februari 2009 secara tahunan mengalami peningkatan, serta diikuti
dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari
2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu jiwa atau mengalami
kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Februari
2008 adalah 417,45 ribu jiwa.
Secara tahunan penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 6,04% dari 388,11
ribu jiwa pada posisi Februari 2008 menjadi 411,54 ribu jiwa pada posisi Februari
2009. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan
pertambahan angkatan kerja maka tingkat pengangguran terbuka mengalami
penurunan sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008 menjadi
6,61% pada Februari 2009 .
Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Bab VI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 68
Apabila dibandingkan dengan posisi Agustus 2009, tingkat pengangguran
terbuka mengalami peningkatan sebesar 2,01%. Pada posisi Agustus 2008
tingkat pengangguran terbuka adalah 6,48% sedangkan posisi Februari 2009
menunjukan angka 6,61%. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 mengalami
peningkatan 4,45% dimana pada posisi Agustus 2008 jumlahnya adalah 421,9 ribu
jiwa. Peningkatan jumlah pengangguran ini karena penambahan jumlah orang yang
bekerja dan yang menganggur pada posisi Februari 2009 mengalami peningkatan,
dimana persentase kenaikan masing-masing adalah sebesar 4,29% dan 6,67%
dimana posisinya pada Agustus 2008 adalah sebesar 394,6 ribu jiwa dan 27,3 ribu
jiwa.
Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6.2. Lapangan Pekerjaan Utama
Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan
mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari
seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009
penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga
kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier.
Pada periode Februari 2009 sektor sekunder menyerap 10,29% total tenaga kerja
sedangkan tingkat penyerapannya pada Februari 2008 adalah 7,71%. Sektor tersier
memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 29,83% pada Februari 2008,
sedangkan pada Februari 2009 penyerapannya adalah 32,23%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 69
Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate
Sektor Lapangan Pekerjaan Utama 2008 2009 Share
Februari Februari Feb 08 Feb 09
Primer Pertanian 234,57 228,56 60,44% 55,54%Pertambangan 7,84 7,99 2,02% 1,94%
Sekunder Industri 16,70 24,99 4,30% 6,07%Listrik, Gas dan Air 0,43 3,61 0,11% 0,88%Bangunan 12,78 13,74 3,29% 3,34%
Tersier Perdagangan 48,76 60,38 12,56% 14,67%Angkutan dan Pergudangan 23,36 24,19 6,02% 5,88%Keuangan dan Jasa Perusahaan 2,23 1,82 0,57% 0,44%Jasa Kemasyarakatan 41,45 46,25 10,68% 11,24%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada sektor primer, baik untuk lapangan kerja bidang pertanian maupun
pertambangan keduanya mengalami penurunan. Krisis global memang sangat
dirasakan pengaruhnya terutama oleh sektor pertambangan, dimana pada akhir
tahun 2008 hampir 2 ribu tenaga kerja di sektor ini mengalami pemutusan
hubungan kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan pertambangan di Maluku Utara.
Dalam situasi demikian mereka beralih bekerja dengan berusaha sendiri dan atau
pekerja bebas non pertanian pada pertambangan rakyat yang terdapat di beberapa
kawasan pulau Halmahera. Hingga triwulan II-2009 sektor pertambangan masih
mengalami kontraksi, seperti yang dapat dilihat secara lebih rinci pada pembahasan
mengenai perkembangan makro.
6.3. Status Pekerjaan Utama
Proporsi sektor formal dalam menyerap tenaga kerja mengalami peningkatan
dibandingkan sektor informal. Hal ini diduga karena adanya peningkatan
permintaan untuk posisi pegawai negeri sipil mengingat terjadi pemekaran daerah
di Maluku Utara. Pada Februari 2009 sektor formal mampu menyerap sebanyak
20,16% tenaga kerja, dimana pada posisi Februari 2008 tingkat penyerapannya
adalah 17,44%. Pertumbuhan ini terutama terjadi pada tenaga kerja yang statusnya
bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dimana pada Februari 2008 tenaga kerja
yang memiliki status tersebut sejumlah 14,89% sedangkan pada Februari 2009
proporsinya menjadi 17,38%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 70
Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang)
Status Pekerjaan Jumlah Share
Feb 08 Feb 09 Feb 08 Feb 09
F o r m a l
Berusaha dibantu buruh tetap 9,88 11,44 2,55% 2,78% Buruh/ Karyawan/ Pegawai 57,8 71,53 14,89% 17,38%
I n f o r m a l
Berusaha sendiri 89,08 98,80 22,95% 24,01% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 111,39 101,67 28,70% 24,70% Pekerja bebas di pertanian 12,65 13,76 3,26% 3,34% Pekerja bebas di non pertanian 12,87 8,83 3,32% 2,15% Pekerja tak dibayar 94,44 105,51 24,33% 25,64%
Sumber: BPS
Salah satu kondisi yang perlu mendapat perhatian adalah naiknya proporsi tenaga
kerja yang memiliki status pekerja tak dibayar. Kondisi ini tentu memprihatinkan,
dimana tenaga kerja dengan status ini hampir dapat dipastikan memiliki tingkat
kesejahteraan yang sangat rendah.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
69
Prospek Perekonomian Daerah
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih sejalan
dengan proyeksi ekonomi pada kajian ekonomi regional triwulan sebelumnya.
Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan III-
2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y).
Proyeksi ini searah dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan Bank
Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana ekspektasi masyarakat terhadap
kegiatan usaha untuk periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami
peningkatan.
Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Dari sisi permintaan, sektor konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor
penggerak ekonomi daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa
ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Bab VII
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-20090
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Ekspektasi Keg. Usaha
Realisasi Keg. Usaha
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
70
Investasi masih akan tumbuh dimana pada periode triwulan III-2009 masih akan
didorong oleh proyek-proyek pembangunan infrastruktur, yang pada triwulan II-
2009 sudah ditenderkan sehingga komponen pengeluaran pemerintah juga akan
tumbuh.
Dari sisi penawaran, sektor pertanian masih akan tumbuh seiring berlangsungnya
panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor
pengangkutan dan komunikasi juga diyakini akan mengalami ekspansi pada
Agustus dan September yang bersamaan dengan momen Ramadhan dan hari raya
Idul Fitri.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan mengalami peningkatan
karena telah masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai beroperasi.
Pertumbuhan ini akan didukung oleh tumbuhnya permintaan akan sektor ini
khususnya pada saat menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri.
7.2 Prospek Inflasi Daerah
Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 5,17% ± 1%
(y-o-y). Tekanan inflasi pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan bersumber
dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok bahan
makanan; serta kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring dengan
datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Kenaikan harga ini juga sejalan dengan ekspektasi masyarakat menurut survei
konsumen (SK) dan survei penjualan eceran (SPE). Berdasarkan hasil SPE, responden
memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada 3 dan 6 bulan mendatang
sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi harga umum pada 3 dan 6 bulan
mendatang yang masing-masing mencapai 161,54 dan 160,00. Kenaikan harga
diperkirakan akan terjadi seiring tingginya permintaan masyarakat terhadap
barang/jasa. Pada 3 bulan mendatang, permintaan akan meningkat berkenaan
dengan datangnya Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan dalam 6 bulan mendatang,
tingginya permintaannya disebabkan oleh datangnya Natal dan Tahun Baru (akhir
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
71
tahun). Responden memperkirakan bahwa dalam 6 bulan kedepan akan terjadi
kenaikan harga barang/jasa rata-rata sebesar 8,27%.
Sementara ekspektasi responden terhadap suku bunga kredit menunjukkan bahwa
responden memperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga kredit baik pada 3
maupun 6 bulan kedepan masing-masing dengan indeks sebesar 88,24 dan 82,35.
Hal ini merupakan respon dari sinyal yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan
beberapa kali menurunkan suku bunga SBI belakangan ini.
Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit
Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009
Ekspektasi Harga Umum
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 134.38 161.54 Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 150.00 160.00
Ekspektasi Suku Bunga
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 86.21 88.24
Ekspektasi 6 bulan 86.21 82.35
Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan
Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009 Ekspektasi Penjualan
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 93.75 144.44
Ekspektasi 6 bulan 109.38 137.04
Responden optimis bahwa pada 3 bulan mendatang akan terjadi peningkatan
penjualan sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi penjualan sebesar 144,44.
Optimisme ini dilatarbelakangi oleh masih berlanjutnya panen hasil bumi sampai Juli
serta tingginya produksi ikan laut hingga September. Masyarakat juga optimis
bahwa penjualan mereka terus meningkat terutama menjelang Idul Fitri pada bulan
September serta menjelang akhir tahun. Hal ini dapat terlihat pada indeks
ekspektasi penjualan 6 bulan mendatang yang mencapai 137,04.
top related