laporan triwulanan - bi.go.id · (pasal 8 uu no. 23 tahun 1999) 1. menetapkan dan melaksanakan...
TRANSCRIPT
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017
TRIWULAN III-2009
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan
stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan
moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan
menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan
Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan
informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank
Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu
kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,
moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 5 Oktober 2009 BANK INDONESIA TERNATE
Marlison Hakim Pemimpin
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vTABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH viii RINGKASAN EKSEKUTIF x BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12 BOKS 1 Maluku Utara Menghadiri Kongres Tuna Internasional 29 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 35 2.1 Gambaran Umum 35 2.2 Inflasi Triwulanan 36 2.3 Inflasi Tahunan 42 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate (bagian II) 49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 53 3.1 Perkembangan Perbankan 53 a. Perkembangan Aset Bank Umum 53 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 55 c. Penyaluran Kredit 58 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 58 c.2 Persetujuan Kredit Baru 60 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 62 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 63 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 65 4.1 Gambaran Umum 65 4.2 Pendapatan Daerah 66 4.3 Belanja Daerah 67 BOKS 3 Kawasan Terpadu Mandiri: Morotai 69 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 73 5.1 Transaksi Tunai 73 5.2 Transaksi Non Tunai 78 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 82 6.1 Kondisi Umum 82 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 84
iii
6.3 Status Pekerjaan Utama 85 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 88 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 88 7.2 Prosoek Inflasi Daerah 89
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Asset Bank Umum di Maluku Utara (Milyar Rp) 55Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum di Maluku Utara (Miliar rupiah) 59Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate 74Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank Indonesia Ternate 77Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah Triwulan I-2009 78Tabel 5.4 Rata-Rata Harian Transaksi Kliring 79Tabel 5.5 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 79Tabel 5.6 Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate 81Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Maluku Utara 84Tabel 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 84Tabel 6.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan di Maluku
Utara 85
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3
Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4
Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 6
Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 7
Gambar 1.6 Rencana Investasi maluku Utara 7
Gambar 1.7 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 9
Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor Riil 10
Gambar 1.9 Nilai Ekspor Maluku Utara (Ribu USD) 10
Gambar 1.10 Perkembangan Impor Maluku Utara 11
Gambar 1.11 Proporsi Impor Maluku Utara 11
Gambar 1.12 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12
Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13
Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 15
Gambar 1.15 Volume dan Pertumbuhan Volume Ekspor Nickel Malut 16
Gambar 1.16 Indikator Utama Perekonomian Jepang 17
Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 18
Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 19
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 20
Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 22
Gambar 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23
Gambar 1.22 Arus Kapal Penumpang Dalam Negeri 24
Gambar 1.23 Arus Bongkar – Muat Barang 24
Gambar 1.24 Lalu Lintas Angkutan Udara 25
Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 26
Gambar 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 27
Gambar 2.1 Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional
35
Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan dan Tahunan Wilayah Sulampua 36
vi
Gambar 2.3 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 37
Gambar 2.4 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)
38
Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
39
Gambar 2.6 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 40
Gambar 2.7 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)
41
Gambar 2.8 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)
41
Gambar 2.9 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)
42
Gambar 2.10 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y) 43
Gambar 2.11 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)
44
Gambar 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
45
Gambar 2.13 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 45
Gambar 2.14 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y)
46
Gambar 2.15 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y)
47
Gambar 2.16 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (y-o-y)
47
Gambar 3.1 Perkembangan Asset Bank Umum di Maluku Utara 54
Gambar 3.2 Perkembangan Asset Bank Umum Valuta Asing di Maluku Utara 56
Gambar 3.3 Proporsi DPK Bank Umum di Maluku Utara 57
Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara 61
Gambar 3.5 Perkembangan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara 62
Gambar 3.6 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 63Gambar 3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 64Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 65
Gambar 4.2 Proporsi Anggaran pada beberapa dinas di maluku Utara
Gambar 4.3 Rekapitulasi Perda se-Provinsi maluku Utara
Gambar 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan outflow 75
Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 79
Gambar 5.3 Perkembangan Volume dan Nominal Kegiatan Kliring 80
Gambar 6.1 Distribusi angkatan kerja di Maluku Utara 83
Gambar 6.2 Perbandingan TPT dengan TPAK di Maluku Utara 83
Gambar 6.3 Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan 86
vii
Gambar 6.4 Perkembangan Arus Pembongkaran Beberapa Komoditas di Pelabuhan Ternate
87
Gambar 6.5 Distribusi dan tingkat pendidikan pekerja di Maluku Utara Periode Agustus 2009
87
Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 89
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
MAKRO Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01 118,55
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34 1,36 PDRB - harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian 240,33 241,67 248,33 256,39
- Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27,84 28,87
- Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83 90,14
- Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31 3,28
- Bangunan 12,44 12,07 12,47 12,94
- Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77 188,88
- Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30 58,44
- Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10 25,79
- Jasa 51,38 51,09 53,45 58,44
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94 5,19 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 46,10 10,42*
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 1406,49 224,64*
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
-
- 0,68* 0
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
-
- 0,05* 0
Keterangan
* Data Ekspor dan Impor pada Tw.2 baru mencakup Juli dan Agustus 2009
ix
PERBANKAN
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
PERBANKAN
Bank Umum:
Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,01 3,18 3,00
DPK (Rp triliun) 2,80 2,83 2,90 2,60
- Giro 0,80 1,01 0,99 0,69
- Tabungan 1,47 1,25 1,33 1,35
- Deposito 0,53 0,57 0,57 0,56
Kredit (Rp triliun) 1,27 1,38 1,53 1,64
- Modal Kerja 0,42 0,47 0,52 0,55
- Investasi 0,11 0,11 0,14 0,15
- Konsumsi 0,74 0,81 0,88 0,94
LDR 45,35% 48,94% 52,82% 60,51
Kredit UMKM (Rp juta)
Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 658,338 695,533
- Modal Kerja 46,308 49,347 54,411 59,213
- Investasi 7,903 9,127 10,615 10,858
- Konsumsi 552,501 564,793 593,312 625,462
Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 438,688 492,414
- Modal Kerja 121,484 130,857 147,178 166,459
- Investasi 28,186 28,145 37,665 43,825
- Konsumsi 151,839 205,646 253,845 282,130
Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 366,353 383,596
- Modal Kerja 222,651 236,522 254,935 266,683
- Investasi 73,13 71,513 79,953 83,662
- Konsumsi 31,431 35,778 31,465 33,251
Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728 1463,379 1571,543
NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,34 3,54
Keterangan:
Klredit Mikro (< Rp50 juta)
Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)
Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif x
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2009
yang diukur dengan menggunakan PDRB (harga konstan)
mengalami percepatan pertumbuhan bila dibandingkan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi
daerah pada triwulan II-2009 sebesar 4,97% sedangkan pada
triwulan laporan tumbuh 5,35%. Kinerja perekonomian yang
terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif
setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-
2008.
Tingkat inflasi di Kota Ternate sebagai representasi
tingkat harga di Maluku Utara pada Triwulan III-2009
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya namun masih mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tingkat harga pada
Triwulan II-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di
Ternate pada triwulan III-2009 tercatat mengalami inflasi
sebesar 0,27%, sedangkan secara tahunan pada triwulan
laporan terjadi inflasi sebesar 1,36% lebih rendah jika
dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada
triwulan III-2009 yang mencapai 4,34%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Secara tahunan tercatat angka pertumbuhan PDRB
atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan III-2009
adalah 5,35% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya, yang
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%. Secara
umum pertumbuhan perekonomian Maluku Utara pada
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan 5,35% (y-o-y).
Tingkat inflasi tahunan Maluku Utara tercatat 1,36% ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xi
triwulan laporan digerakan oleh aktivitas ekonomi yang
terjadi saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Tidak berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya,
dari sisi permintaan perkembangan ekonomi Maluku Utara
pada triwulan III-2009 masih digerakan oleh konsumsi
masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Konsumsi rumah
tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 8,86% sedangkan pengeluaran pemerintah
kontribusinya sebesar 5,54%. Pertumbuhan tahunan
tertinggi adalah pengeluaran pemerintah yang tumbuh
sebesar 22,74% (y-o-y) sedangkan secara tahunan ekspor
masih mengalami kontraksi sebesar minus 19,54% (y-o-y).
Akan tetapi perlu dicatat bahwa kontraksi ekspor yang
nilainya tidak sebesar triwulan II-2009 menandakan bahwa
kinerja ekspor telah mulai pulih.
Pada triwulan III-2009 investasi di Maluku Utara
mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (y-o-y) dimana
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah
33,51% (y-o-y). Investasi di Maluku Utara saat ini memang
masih didominasi oleh pembangunan infratruktur oleh
Pemerintah Daerah. Sedangkan investasi swasta memiliki
sasaran investasi utama di bidang perikanan dan
pertambangan.
Dari sisi penawaran terdapat dua sektor yang
mengalami kontraksi, yaitu pertambangan & penggalian serta
sektor listrik, gas & air bersih, sedangkan sektor lainnya masih
tumbuh. Sektor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang kontribusinya
mencapai 2,18%, sedangkan sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi adalah sektor jasa-jasa dengan
pertumbuhan mencapai 11,19%.
Sub sektor perikanan masih mencatatkan
pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan periode
Pertumbuhan ekonomi masih didorong tingginya konsumsi...
Di sisi penawaran, sektor PHR memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xii
triwulan II-2009. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub
sektor perikanan adalah 0,96% (y-o-y) sedangkan
pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 3,07% (y-o-y).
Walaupun produksi meningkat tajam, namun nelayan harus
mengahadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan
permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold
storage sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal.
Pada triwulan laporan sub sektor listrik mengalami
kontraksi hingga minus 1,20% (y-o-y) dimana pada tiwulan
II-2009 sub sektor ini masih tumbuh sebesar 3,26% (y-y).
Penurunan kinerja sub sektor ini disebabkan karena rusaknya
salah satu mesin pembangkit listrik. Sedangkan sub sektor air
bersih mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada
triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar
1,59% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 tercatat
pertumbuhan yang terjadi adalah 5,41% (y-o-y).
INFLASI REGIONAL
Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar
7,02%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus
3,95%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 7,02% pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok
yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami
penurunan harga mencapai minus 6,62%.
Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar
minus 1,89% (y-o-y) pada triwulan III-2009. Kondisi ini
berbeda dengan triwulan lalu, dimana inflasi tahunan yang
terjadi pada triwulan II-2009 adalah 5,63% (y-o-y). Kondisi ini
terutama disebabkan oleh perlambatan inflasi pada sub
Produk bahan makanan mengalami deflasi ...
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi tertinggi ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiii
kelompok daging dan hasil-hasilnya serta pada sub kelompok
sayur-sayuran.
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
raga menunjukan penurunan yang cukup signifikan meskipun
demikian tingkat inflasinya masih merupakan yang tertinggi.
Pada triwulan II-2009 inflasi pada kelompok ini adalah
16,24% (y-o-y), sedangkan inflasinya pada triwulan III-2009
adalah 7,02% (y-o-y).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara tahunan perbankan yang ada di Maluku Utara
masih menunjukan pertumbuhan yang positif. Total asset
bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate
mengalami pertumbuhan sebesar 6,72% (y-o-y). Total DPK
yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Maluku Utara
pada triwulan III-2009 berjumlah Rp. 2.605,27 miliar,
sedangkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat sebesar
Rp. 1.641,67 miliar.
Jika dibandingkan berdasarkan golongan kreditnya,
penyaluran kredit kepada UKM merupakan porsi terbesar dari
penyaluran kredit bank umum di Maluku Utara, yaitu sebesar
93,47% dari total kredit yang disalurkan atau sebesar Rp. 1.
534,55 miliar sedangkan menurut sektor ekonomi yang
dibiayai, Pada triwulan III-2009, kredit di sektor PHR sebesar
Rp. 406,25 miliar atau meningkat sebesar 29,75% (y-o-y),
lebih besar dari triwulan II-2009 yang meningkat sebesar
27,43% (y-o-y).
KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi
pendapatan daerah hingga triwulan I-20091 mencapai
1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia
Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31% ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiv
19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009
adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang
ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah.
SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan III-2009, total aliran uang kartal keluar
dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp371,03
miliar atau mengalami kenaikan sebesar 32,76% (q-t-q).
Sampai dengan akhir triwulan laporan terdapat satu
pengaduan terkait ditemukannya uang palsu yang beredar di
masyarakat yaitu untuk pecahan Rp100.000 tahun emisi
2004 sebanyak dua lembar.
Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS
di wilayah Kota Ternate secara nominal pada triwulan III-2009
mengalami peningkatan. Nominal penyelesaian transaksi
RTGS dari wilayah Maluku Utara (outflow/From) pada
triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp1,43 Triliun.
Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi
harian melalui kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian
nilai nominal transaksi kliring pada triwulan III-2009 sebesar
3.050 miliar rupiah. Kualitas kliring di Ternate pada triwulan
III-2009 mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-
rata harian kliring yang mengalami penurunan.
TENAGA KERJA
Jumlah penduduk usia kerja di Maluku Utara sampai
Agustus 2009 diperkirakan mencapai 648,60 ribu jiwa.
Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar minus 0,6%
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia kerja pada
periode Februari 2009. Dari total penduduk usia kerja hanya
61,98% yang masuk dalam kategori angkatan kerja.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penganggur,
tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus
Penduduk usia kerja di Maluku Utara mengalami penurunan ...
Penyelesaian transaksi melalui system RTGS mengalami peningkatan ...
Aliran uang kartal melalui BI mengalami peningkatan ...
Transaksi Kliring mengalami penurunan ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xv
2009 juga mengalami kenaikan. TPT pada Februari 2009
tercatat sebesar 6,61% sedangkan pada Agustus meningkat
menjadi 9,25%.
Searah dengan share masing-masing sektor ekonomi
terhadap perekonomian daerah, lapangan pekerjaan di
sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama pekerja di
Maluku Utara. Indeks kedalaman kemiskinan didominasi di
desa yang notabene sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor pertanian. Demikian pula
tingkat keparahan kemiskinan yang terjadi.di desa lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kondisi di kota.
Jumlah pengusaha mandiri di Maluku Utara justru
mengalami penurunan. Bila pada Februari 2009 tercatat ada
98,8 ribu penduduk yang memiliki usaha sendiri sedangkan
pada Bulan Agustus 2009 hanya tercatat sebanyak 74,79
ribu jiwa.
PROSPEK EKONOMI REGIONAL
Pada triwulan IV-2009 perekonomian Maluku Utara
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8,53 ±
1% (y-o-y). Beberapa hal yang melandasi hal ini adalah relatif
stabilnya kondisi internal maupun eksternal, sehingga diyakini
akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan
ekonomi.
Pada triwulan IV-2009 inflasi diproyeksikan akan
berada pada tingkat 1,71% ± 1% (y-o-y). Tekanan utama
diperkirakan bersumber dari kelompok bahan makanan
dimana harga komoditas ikan laut yang memiliki kontribusi
besar terhadap pergerakan harga di Maluku Utara
diperkirakan akan kembali melambung di akhir dan awal
tahun.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berlanjut pada triwulan IV-2009 ...
Inflasi akhir tahun 2009 diperkirakan dibawah target inflasi nasional ...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 1
Perkembangan Ekonomi Makro
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan
dibandingkan kondisi triwulan II-2009. Secara tahunan tercatat angka
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan III-2009
adalah 5,35% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi
pada triwulan sebelumnya, yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%.
Secara umum pertumbuhan perekonomian Maluku Utara pada triwulan laporan
digerakan oleh aktivitas ekonomi yang terjadi saat bulan puasa dan hari raya Idul
Fitri.
Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada
triwulan III-2009 secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan
konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah
Maluku Utara mulai menunjukan peningkatan, dimana kontraksinya sudah tidak
sedalam triwulan lalu.
‐100 200 300 400 500 600 700 800
0%1%2%3%4%5%6%7%8%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009
PDRB (Milyar Rp) pertumbuhan (y‐o‐y)
Bab I
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 2
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara
pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor listrik, gas dan
air bersih. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebagai dampak musiman dari bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Tidak berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya, perkembangan ekonomi
Maluku Utara pada triwulan III-2009 masih digerakan oleh konsumsi masyarakat
dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.2., konsumsi
rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar
8,86% sedangkan pengeluaran pemerintah kontribusinya sebesar 5,54%. Kontraksi
ekspor yang tidak sedalam triwulan lalu, telah mengakibatkan kontribusi ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi positif. Kontribusi
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 meningkat secara
pesat, dimana pada triwulan II-2009 kontribusinya hanya sebesar 1,95% sedangkan
pada triwulan laporan investasi mampu memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,28%.
Jika dibandingkan angka pertumbuhannya, komponen sisi permintaan yang
mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi adalah pengeluaran pemerintah yang
tumbuh sebesar 22,74% (y-o-y). Impor tumbuh sebesar 14,62% (y-o-y), konsumsi
tumbuh 11,83% (y-o-y), investasi tumbuh 11,50% (y-o-y), sedangkan secara
tahunan ekspor masih mengalami kontraksi sebesar minus 19,54% (y-o-y). Akan
tetapi perlu dicatat bahwa kontraksi ekspor yang nilainya tidak sebesar triwulan II-
2009 menandakan bahwa kinerja ekspor telah mulai pulih. Jika dihitung secara net,
net ekspor mengalami kontraksi yang semakin dalam hingga mencapai minus
73,58% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 3
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
A. Konsumsi
Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi
swasta di Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan III-2009 konsumsi
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,83% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 9,04%.
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Tw.III 2009*
5,35
11,83
11,50
-19,54
14,62
22,74
PDRB
Konsumsi
Pengeluaran Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Tw.III 2009*
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
5,35
8,86
0,83
-7,16
3,28
5,54
PDRB
Konsumsi
Pengeluaran Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 4
Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Peningkatan konsumsi pada triwulan III-2009 terjadi karena akibat musiman dari
bulan puasa dan hari raya idul fitri. Kondisi yang meningkat ini sejalan dengan hasil
survei konsumen triwulan III-2009, dimana indeks keyakinan konsumen (IKK)
mengalami peningkatan, dari 107,01 pada triwulan II-2009 menjadi 141,15 pada
triwulan III-2009. IKK terdiri atas dua komponen, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat
Ini (IKE) serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan pada triwulan III-2009 ini
keduanya menunjukan optimisme.
Salah satu hal yang mendorong optimisme terhadap kondisi perekonomian saat ini
adalah membaiknya penghasilan masyarakat seperti yang ditunjukkan dengan
indeks penghasilan saat ini yang sebesar 156,25. Angka ini naik dari indeks periode
lalu yang sebesar 127,50. Lebih baiknya penghasilan masyarakat setidaknya
didorong oleh beberapa kondisi. Pada bulan Agustus dan September, produksi ikan
laut hasil tangkapan nelayan lokal seperti Cakalang dan Tuna meningkat tajam.
Selain itu juga terdapat panen hasil bumi seperti Cengkeh dan Pala serta hasil
pertanian lain. Selain itu, naiknya penghasilan juga didorong oleh cairnya THR di
kalangan PNS dan pegawai swasta. Hal ini tentu saja juga berdampak pada
meningkatnya pendapatan pedagang.
0
100
200
300
400
500
600
700
‐4%
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Konsumsi (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 5
Kondisi tersebut juga mempengaruhi komponen lain pembentuk IKE yaitu indeks
ketersediaan lapangan kerja. Indeks ini juga mengalami peningkatan dari 70,00
menjadi 118,75. Di sektor pertanian ditemukan adanya perluasan areal pertanian
tanaman bahan makanan seperti sayuran serta perluasan usaha pada sub-sektor
peternakan. Hal ini tentunya ikut menyumbang dalam peningkatan lapangan kerja.
Komponen terakhir yang juga berkontribusi terhadap peningkatan IKE adalah indeks
ketepatan waktu membeli barang tahan lama yang naik dari 82,05 menjadi 118,75.
Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, masyarakat mengalokasikan uangnya untuk
dibelikan bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga. Hal ini merupakan
bagian dari kebiasaan masyarakat setempat.
Peningkatan kondisi perekonomian saat ini ternyata sejalan dengan estimasi
masyarakat pada 3 bulan lalu yang ditunjukkan dalam IEK sebesar 120,83. Pada
bulan September ini, estimasi masyarakat kedepan bahkan peningkatannya bisa
lebih besar lagi. Masyarakat optimis penghasilan mereka kedepan akan terus
meningkat seperti yang ditunjukkan dalam indeks sebesar 153,13. Mereka juga
optimis peningkatan lapangan kerja juga akan berlanjut seperti yang tergambar dari
indeks sebesar 146,88.
Diakui responden, optimisme ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik di tataran
nasional. Mereka memperkirakan bahwa kondisi sosial dan politik akan terus
membaik seiring dengan dilantiknya kabinet yang baru. Dari sisi lapangan kerja,
beberapa responden juga menyebutkan bahwa di akhir tahun akan ada rekrutmen
PNS besar-besaran oleh Pemda, baik di tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten/kota.
Tidak berbeda dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan konsumsi pada
triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga,
sedangkan konsumsi swasta tumbuh namun mengalami perlambatan. Pada
triwulan III-2009 nilai konsumsi rumah tangga adalah 567 miliar rupiah dengan
pertumbuhan tahunan mencapai 11,97% (y-o-y). Nilai ini lebih besar jika
dibandingkan dengan periode triwulan II-2009 dimana nilai konsumsi rumah tangga
mencapai 542 miliar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 9,12% (y-o-y). Konsumsi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 6
swasta masih melanjutkan trend perlambatan yang telah dimulai sejak triwulan I-
2009, dimana pada triwulan IV-2008 pertumbuhan tahunan yang terjadi adalah
3,42% (y-o-y), lalu pada triwulan I-2009 melambat dengan angka pertumbuhan
2,49% (y-o-y), kemudian pada triwulan II-2009 pertumbuhannya 1,82% (y-o-y), lalu
pada triwulan laporan pertumbuhannya kembali melambat hingga sebesar 0,63%
(y-o-y).
Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tingginya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan terutama terjadi pada
konsumsi non makanan, dimana banyak masyarakat yang melakukan renovasi
rumah untuk menghadapi hari raya Idul Fitri. Hal ini dikonfirmasi dengan
pertumbuhan yang terjadi pada sektor bangunan. Dari sisi konsumsi makanan,
lonjakan terjadi karena disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat selama
bulan puasa dan hari raya Idul Fitri dimana hal ini juga sejalan dengan kenaikan
yang terjadi pada sektor industri pengolahan, terutama sub sektor makanan,
minuman dan tembakau.
B. Investasi
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada periode triwulan III-2009 masih
cukup tinggi meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-
2009 investasi di Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (y-o-y)
dimana pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 33,51% (y-o-
‐100 200 300 400 500 600 700
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Swasta
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 7
y). Investasi di Maluku Utara saat ini memang masih didominasi oleh pembangunan
infratruktur oleh Pemerintah Daerah, namun kedepan peran swasta nampaknya
akan meningkat. Hal ini terlihat dari minat beberapa investor untuk melakukan
kegiatan investasi di Malut.
Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Gambar 1.6 Rencana Investasi Maluku Utara
Sumber: BKPMD Malut
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku
Utara, pada semester II-2009 telah ada rencana investasi dari PT Ausenco Indonesia
dalam hal pertambangan. Selain itu PT Huayu Wijaya Indonesia yang merupakan
perusahaan milik China, telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di
Halmahera Selatan. Adapun sasaran investasi utama adalah bidang perikanan dan
pertambangan. Di bidang perikanan investor tersebut berencana membangun
industri perikanan yang komprehensif, mulai dari penangkapan, pengolahan,
hingga pemasaran, yang sasarannya untuk pemberdayaan masyarakat nelayan.
‐
10
20
30
40
50
60
‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%60%70%80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Investasi (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 8
Bahkan rencananya dihadirkan pula perusahaan galangan kapal yang bisa
mendukung industri kapal perikanan. Di bidang pertambangan investor tersebut
berencana mengelola pertambangan nickel di Obi1.
PT Cipta Karya Unggul, salah satu grup perusahaan Kopi Kapal Api yang bergerak di
perkebunan kelapa sawit dan tebu juga berminat untuk berinvestasi dengan
mengambil lokasi di Kabupaten Halmahera Tengah yang rencananya akan
menggunakan lahan seluas 21.500 hektar di desa Waleh, untuk digunakan lahan
perkebunan tebu sekaligus pembangunan pabrik gula di Desa Wairoro dan
sekitarnya2.
C. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan III-2009 menunjukan
pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan periode triwulan II-2009, dan
merupakan komponen PDRB sisi permintaan yang mencatatkan pertumbuhan
tertinggi. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan pengeluaran pemerintah tercatat
sebesar 22,74% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang
terjadi adalah 15,50% (y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah
mencapai 190,86 milyar rupiah sedangkan pada triwulan III-2009 nilainya adalah
204,74 milyar rupiah. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada periode ini masih
digerakan oleh realisasi proyek-proyek yang biasanya telah ditenderkan pada
triwulan sebelumnya.
1 Sumber: Malut Post 17 Oktober 2009 2 Sumber: Malut Post 19 Oktober 2009
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 9
Gambar 1.7 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kegiatan goverment expenditure pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan seiring berakhirnya tahun anggaran, dimana pemerintah
daerah akan berupaya untuk memaksimalkan realisasi APBD.
D. Kegiatan Ekspor dan Impor
Kinerja net ekspor pada triwulan III-2009 belum dapat keluar dari trend
kontraksi yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009
tercatat net ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 69,90% (y-o-y), lalu pada
triwulan III-2009 kondisi ini semakin parah dimana net ekspor terkontraksi hingga
minus 73,58% (y-o-y). Sebenarnya baik impor maupun ekspor sama-sama
mengalami peningkatan, namun pertumbuhan impor yang sangat tinggi melebihi
peningkatan ekspor, sehingga secara net, ekspor Maluku Utara masih mengalami
penurunan. Pada triwulan II-2009 tercatat nilai riil ekspor bersih Maluku Utara
(ekspor bersih atas dasar harga konstan tahun 2000) adalah 32,37 miliar rupiah,
sedangkan pada triwulan laporan nilai tersebut turun menjadi 25,64 miliar rupiah.
Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan III-2009
menunjukan peningkatan sehingga kontraksi yang dialami pada triwulan laporan
tidak sedalam kontraksi yang dialami triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009
ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada
‐
50
100
150
200
250
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 10
triwulan laporan kontraksi ekspor adalah minus 19,54%. Peningkatan kinerja ekspor
didorong oleh meningkatnya ekspor nickel, seiring meningkatnya permintaan nickel
dari Jepang (pembahasan ini dapat dilihat pada bab 1.3.B.)
Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor Riil
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Gambar 1.9. Nilai Ekspor Maluku Utara (Ribu USD)
Sumber: Bea Cukai
Impor Maluku Utara pada triwulan III-2009 mengalami lonjakan jika dibandingkan
dengan kondisi triwulan II-2009. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan impor tercatat
‐
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
‐30,00%
‐20,00%
‐10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ekspor (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
0100002000030000400005000060000700008000090000
050
100150200250300350400
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
Sep
Jan
Mei
2005 2006 2007 2008 2009
CAPITAL GOODS CONSUMER GOODS
INTERMEDIATE GOODS
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 11
sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhannya
mencapai 14,62% (y-o-y). Kondisi impor di Maluku Utara sebenarnya didominasi
oleh impor antar pulau, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.9.
Gambar 1.10 Perkembangan Impor Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Gambar 1.11 Proporsi Impor Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Terjadinya lonjakan impor ini mengindikasikan peningkatan permintaan pedagang
akan barang konsumsi, untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
‐20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 200,00
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Impor (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Impor Luar Negeri Antar Pulau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 12
Seperti yang terlihat dalam peningkatan arus bongkar-muat barang melalui
pelabuhan, ataupun peningkatan kargo melalui angkutan udara (pembahasan hal
ini dapat dilihat pada bagian 1.3.G).
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran terdapat dua sektor yang mengalami kontraksi, yaitu
pertambangan & penggalian serta sektor listrik, gas & air bersih, sedangkan sektor
lainnya masih tumbuh. Sektor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang kontribusinya mencapai 2,18%. Kondisi ini mencerminkan besarnya
efek musiman yaitu puasa dan hari raya Idul Fitri terhadap pergerakan ekonomi
pada triwulan laporan khususnya terhadap sub sektor perdagangan besar dan
eceran. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor jasa-
jasa dengan pertumbuhan mencapai 11,19%.
Gambar 1.12
Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
5,35
2,60
6,67
-0,13
0,38
8,59
7,34
8,10
11,19
-6,77
PDRB
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush
Jasa-jasa
5,35
0,95
0,82
0,00
0,01
2,18
0,58
0,28
0,83
-0,31
PDRB
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush
Jasa-jasa
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Tw.III 2009* Tw.III 2009*
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 13
A. Pertanian
Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III-2009 masih lebih lamban
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan
tercatat pertumbuhan sektor pertanian adalah 2,60% (y-o-y) sedangkan
pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 4,80% (y-o-y). Penurunan kinerja
sektor pertanian pada periode ini disebabkan karena pergeseran masa panen besar,
dimana panen besar hasil bumi yang diperkirakan akan terjadi pada triwulan III-
2009, ternyata mundur ke periode berikutnya, dan pada triwulan laporan yang
terjadi hanyalah panen biasa.
Dari seluruh sub sektor yang ada, hanya sub sektor tanaman perkebunan yang
pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan
laporan, pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan mencapai 8,30% (y-o-y),
dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 5,57% (y-o-y). Peningkatan
kinerja ini disebabkan karena terjadinya panen hasil bumi seperti Cengkeh dan Pala.
Hal ini didorong oleh cuaca yang mendukung dimana curah hujan tidak terlalu
tinggi pada bulan-bulan sebelumnya.
Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan III-2009 mengalami kontraksi
hingga mencapai minus 5,76% (y-o-y) dimana pada triwulan II-2009 sub sektor ini
0
50
100
150
200
250
300
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
14,00%
I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 14
masih tumbuh sebesar 0,82% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan karena penurunan
komoditas kedelai, karena kalah bersaing dengan kedelai dari luar Maluku Utara,
baik itu dalam hal kualitas maupun harga. Tanaman bahan makanan di Maluku
Utara sebenarnya lebih banyak berupa tanaman holtikultura, yaitu berupa sayur dan
buah, dibandingkan dengan tanaman padi. Karena padi dianggap sebagai tanaman
yang kurang menguntungkan, disebabkan relatif sulitnya pemeliharaan, disamping
kendala pupuk, pengairan dan bibit unggul, maka banyak petani padi mengalihkan
lahannya untuk ditanami jeruk, cabai, atau tanaman lainnya. Saat ini sebagian
pemerintah daerah telah memfokuskan pertaniannya kepada jagung, seperti
Halmahera barat, Halmahera Utara dan Kepulauan Sula yang telah mendukung
pengembangan tanaman ini melalui APBDnya.
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami kontraksi dibandingkan
triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub sektor ini
adalah minus 0,90% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009 sub sektor ini masih
mengalami pertumbuhan sebesar 0,64% (y-o-y).
Sub sektor kehutanan masih tumbuh pada triwulan III-2009, meskipun melambat
jika dibandingkan kondisi triwulan II-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan
laporan adalah 3,52% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 sub sektor ini
mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 28,17% (y-o-y). Penurunan
ini disebabkan karena tidak ada produksi kayu damar pada triwulan laporan, hanya
kayu log saja, sedangkan pada triwulan II-2009 masih terdapat produksi kayu damar
dari Kabupaten Morotai.
Sub sektor perikanan juga masih mencatatkan pertumbuhan, meskipun melambat
jika dibandingkan periode triwulan II-2009. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub
sektor perikanan adalah 0,96% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan
II-2009 adalah 3,07% (y-o-y). Faktor pendorong pertumbuhan pada sub sektor ini
adalah berlipatnya produksi Cakalang dan Tuna hasil tangkapan nelayan lokal
sebagai akibat musim migrasi ikan yang dimulai sejak Juni lalu, dan mencapai
puncaknya pada bulan Agustus dan September. Hal ini juga didorong oleh kondisi
cuaca yang mendukung sehingga nelayan dapat terus melaut. Walaupun produksi
meningkat tajam, namun nelayan harus mengahadapi turunnya harga ikan. Hal ini
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 15
disebabkan permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage
sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal.
B. Pertambangan & Penggalian
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2009 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan II-2009. Meskipun
pertumbuhan tahunan sektor ini masih mengalami kontraksi, namun kontraksinya
yang tidak sedalam kontraksi periode triwulan II-2009 menggambarkan bahwa
sektor ini telah menunjukan peningkatan. Pada triwulan II-2009 sektor ini
mengalami kontraksi hingga minus 17,56% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-
2009 kontraksinya hanya sebesar minus 6,77%.
Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan penggalian disebabkan oleh dua hal,
yaitu peningkatan pada sub sektor pertambangan tanpa migas dan pertumbuhan
sub sektor penggalian. Meskipun secara tahunan angka pertumbuhannya masih
terkontraksi pada level minus 7,95% (y-o-y), namun kondisi ini jauh lebih baik
dibandingkan kondisi yang terjadi pada triwulan II-2009 dimana sub sektor
pertambangan tanpa migas mengalami kontraksi hingga minus 20,23%. Kontraksi
yang telah berkurang kedalamannya ini menggambarkan bahwa sub sektor
pertambangan tanpa migas telah mulai pulih. Hal ini terlihat dari peningkatan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
‐20,00%
‐15,00%
‐10,00%
‐5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pertambangan & Penggalian (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 16
ekspor nickel, yang merupakan komoditas ekspor utama, seperti yang dapat dilihat
pada gambar 1.12.
Pada triwulan III-2009 terjadi peningkatan volume ekspor yang sangat besar, yang
jika dibandingkan secara tahunan, pertumbuhan pada triwulan III-2009 mencapai
215% (y-o-y). Periode triwulan III-2008 memang merupakan periode dimana ekspor
nickel berada pada level terendah sejak beberapa tahun belakangan ini, namun
tampaknya selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan. Membaiknya industri
manufaktur di Jepang sebagai salah satu tujuan ekspor nickel utama, diduga
merupakan salah satu faktor pendorong kinerja sub sektor pertambangan tanpa
migas.
Gambar 1.15 Volume dan Pertumbuhan Volume Ekspor Nickel Malut
Dalam laporan bulanan prospek perekonomian Jepang edisi September 2009, yang
dikeluarkan oleh Macro Economic Research Centre, The Japan Research Institute
Ltd., dikemukakan bahwa perekonomian Jepang telah mulai pulih, khususnya dalam
industri manufaktur, meskipun masih berada pada skala kecil. Dalam laporan
tersebut dikemukakan pula bahwa produksi industri di Jepang diperkirakan akan
meningkat sebesar 7% dan perekonomian akan bergerak lebih baik dibandingkan
periode sebelumnya.
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
Volume (MTon) g.Volume (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 17
Gambar 1.16 Indikator Utama Perekonomian Jepang
Sumber: Macro Economic Research Centre, The Japan Research Institute Ltd.
Peningkatan industri ini terutama ditunjukan oleh industri kendaraan bermotor dan
industri baja. Seiring peningkatan industri manufaktur di Jepang, tidak
mengherankan apabila permintaan nickel mengalami peningkatan, sehingga ekspor
nickel Maluku Utara juga mengalami peningkatan.
Untuk sektor penggalian, pertumbuhan disebabkan karena pembangunan
infrastruktur dan perumahan rakyat yang dilaksanakan di wilayah Maluku Utara.
Selain itu renovasi rumah yang dilakukan masyarakat untuk menghadapi hari raya
Idul Fitri juga turut memicu kenaikan sektor ini. Penggalian di Maluku Utara
utamanya merupakan galian tipe C, yaitu berupa penggalian pasir dan batu yang
merupakan bahan baku utama untuk bangunan, sehingga kenaikan aktivitas
pembangunan akan diikuti oleh peningkatan aktivitas subsektor penggalian. Pada
triwulan laporan, sub sektor ini tumbuh sebesar 2,55% (y-o-y), melambat apabila
dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 8,21% (y-o-y).
C. Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan III-2009 menunjukan kinerja
pertumbuhan yang baik, meskipun sedikit melambat dibandingkan periode
sebelumnya. Pada triwulan III-2009, sektor industri pengolahan mengalami
petumbuhan sebesar 6,67% (y-o-y) dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 18
yang terjadi di sektor ini adalah 6,97% (y-o-y). Dua sub sektor yang ada yaitu sub
sektor makanan, minuman, dan tembakau serta sub sektor barang kayu dan hasil
hutan lainnya sama-sama mengalami pertumbuhan, meskipun pertumbuhan sub
sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sedikit melambat dibandingkan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009.
Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Subsektor makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 9,27% (y-o-y), sedikit
meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan
II-2009 adalah 9,19% (y-o-y). Faktor pendorong pertumbuhan pada periode ini
terutama bersumber dari makanan jadi, yang mengalami peningkatan cukup besar
selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sedikit melambat dibandingkan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009, dimana pertumbuhan yang terjadi
pada triwulan laporan adalah 5,73% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009
pertumbuhannya adalah 6,17% (y-o-y). Pada triwulan III-2009 pertumbuhan sektor
ini disebabkan karena peningkatan permintaan akan kayu olahan, khususnya dalam
bentuk kusen, maupun kayu-kayu yang digunakan dalam konstruksi, seiring
terjadinya peningkatan di sektor bangunan.
70
75
80
85
90
95
‐15,00%
‐10,00%
‐5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Industri Pengolahan (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 19
D. Listrik, Gas & Air Bersih
Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2009 mengalami
kontraksi. Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
4,28% (y-o-y) sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah
minus 0,13%. Dua seb sektor yang ada pada sektor ini memang mengalami
penurunan, dimana sub sektor listrik terkontraksi sedangkan sub sektor air bersih
mengalami perlambatan petumbuhan.
Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada triwulan laporan sub sektor listrik mengalami kontraksi hingga minus 1,20%
(y-o-y) dimana pada tiwulan II-2009 sub sektor ini masih tumbuh sebesar 3,26% (y-
y). Penurunan kinerja sub sektor ini disebabkan karena rusaknya salah satu mesin
pembangkit listrik.
Sub sektor air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada triwulan
laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 1,59% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 5,41% (y-o-y).
Penurunan sub sektor ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada sub sektor
listrik, karena dalam pengolahan air minum belum memiliki bak penampung,
sehingga ketika listrik mengalami gangguan maka air juga akan terganggu.
Meskipun tedapat pemasangan jaringan baru, namun jumlahnya yang tidak terlalu
signifikan belum bisa mendongkrak kinerja sub sektor ini.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
‐2,00%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Listrik, Gas & Air Bersih (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 20
E. Bangunan
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kinerja sektor bangunan pada
triwulan III-2009 mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan tercatat sektor
bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 0,38% (y-o-y), atau jauh melambat jika
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 tercatat
sektor ini tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y). Penurunan ini sejalan dengan penurunan
yang terjadi pada sektor penggalian, karena pengggalian di Maluku Utara memang
lebih banyak berupa galian tipe C, berupa pasir dan batu yang merupakan input
dalam sektor bangunan.
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pembangunan di Maluku Utara pada triwulan laporan ini lebih banyak berupa
pembangunan untuk tempat tinggal.
F. Perdagangan, Hotel & Restoran
Pada triwulan III-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami
pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor ini pada
triwulan II-2009 adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009
pertumbuhan yang terjadi adalah 8,59% (y-o-y). Secara umum pergerakan sektor ini
pada triwulan laporan dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi selama masa puasa dan
hari raya Idul Fitri.
0
2
4
6
8
10
12
14
‐5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Bangunan (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 21
Jika dianalisa lebih rinci, hanya terdapat satu sub sektor yang kinerjanya lebih baik
dari triwulan sebelumnya, sedangkan dua sub sektor lainnya mengalami
perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Sub sektor
perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 8,59% (y-o-y) pada triwulan III-
2009, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhannya pada triwulan II-2009 sebesar 7,17% (y-o-y). Peningkatan kinerja
sub sektor ini masih didorong oleh aktivitas ekonomi selama masa puasa dan hari
raya Idul Fitri.
Kinerja sub sektor hotel pada triwulan III-2009 sedikit melambat jika dibandingkan
periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini mengalami
pertumbuhan tahunan sebesar 8,66% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada
triwulan II-2009 adalah 8,93% (y-o-y). Penurunan sub sektor hotel disebabkan
karena menurunnya tingkat hunian hotel selama masa puasa. Meskipun demikian
pada awal triwulan III-2009, yaitu pada bulan Juli dan Agustus, tingkat hunian
masih cukup baik, sehingga penurunan sub sektor ini tidak terlampau besar.
Menurut berita resmi statistik pariwisata, BPS Provinsi Maluku Utara, tingkat
penghunian kamar hotel berbintang di Maluku Utara pada bulan September 2009
mencapai 24,30% atau mengalami penurunan 3,99 poin dibandingkan periode
Agustus 2009. Sedangkan tingkat penghunian kamar pada hotel non bintang/
akomodasi lainnya pada bulan September 2009 mencapai 75,70% atau mengalami
peningkatan sebesar 3,99 poin dibandingkan posisi Agustus 2009.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 22
Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub sektor restoran masih tumbuh meskipun jauh melambat jika dibandingkan
periode sebelumnya. Pada triwulan III-2009 tercatat sektor ini mengalami
pertumbuhan sebesar 8,28% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 sektor ini
tumbuh sebesar 22,55% (y-o-y). Penurunan sub sektor ini
G. Pengangkutan & Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan
jika dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini
tumbuh sebesar 7,34% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhan yang
terjadi adalah 10,21% (y-o-y). Penurunan ini menunjukan bahwa meskipun aktivitas
pada sektor pengangkutan cukup baik, namun aktivitasnya tidak seramai tahun lalu.
020406080100120140160180200
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Perdagangan, Hotel & Restoran (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 23
Gambar 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Apabila dilihat lebih rinci, hampir seluruh sub sektor yang ada mengalami
penurunan, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh
sebesar 8,27% (y-o-y) pada triwulan laporan, sedangkan pada triwulan II-2009
pertumbuhannya adalah 6,64% (y-o-y).
Sub sektor angkutan laut mengalami perlambatan, dimana pertumbuhannya pada
triwulan III-2009 adalah 3,64% (y-o-y) sedangkan pada triwulan II-2009
pertumbuhannya tercatat sebesar 6,41% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan karena
berkurangnya arus kapal penumpang yang sebagai akibat adanya kapal yang masuk
dok dan munculnya gelombang tinggi sehingga mengganggu kelancaran aktivitas
angkutan laut. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.19, pada triwulan III-2009
hanya terdapat 548 kali pelayanan angkutan kapal, sedangkan pada triwulan II-
2009 jumlah pelayanan engkutan tersebut mencapai 657 kali. Kondisi ini
sebenarnya berlawanan dengan arus bongkar - muat barang , dimana pada triwulan
III-2009 arus bongkar - muat barang mencapai 166.143 Ton/M3. Dari sini terlihat
bahwa untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pedagang telah
meningkatkan pasokan barangya, yang diantaranya diangkut melalui jalur laut. Hal
ini sejalan dengan kondisi pada angkutan udara.
0
10
20
30
40
50
60
70
0,00%2,00%4,00%6,00%8,00%
10,00%12,00%14,00%16,00%18,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pengangkutan & Komunikasi (Milyar Rp)
Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 24
Gambar 1.22 Arus Kapal Penumpang Dalam Negeri
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), diolah
Gambar 1.23 Arus Bongkar – Muat Barang
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), diolah
Angkutan sungai, danau dan penyebrangan pada triwulan laporan mengalami
kontraksi hingga mencapai minus 2,77% (y-o-y), dimana pada triwulan II-2009 sub
sektor ini masih tumbuh sebesar 16,16% (y-o-y).
Sub sektor angkutan udara mengalami perlambatan jika dibandingkan periode
sebelumnya. Pada triwulan III-2009 sub sektor ini tumbuh sebesar 5,98% (y-o-y),
sedangkan pada triwulan II-2009 sektor ini tumbuh hingga 10,58% (y-o-y). Seperti
yang terlihat pada gambar 1.19, jumlah penerbangan pada triwulan III-2009
mengalami penurunan dibandingkan kondisi triwulan II-2009, namun jumlah
penumpang, bagasi dan kargo mengalami peningkatan. Dari sini dapat disimpulkan
450500
550600650
700
I II III
2009
KAPAL PENUMPANG DN
0
50000
100000
150000
200000
I II III
2009
Jumlah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 25
bahwa utilisasi angkutan udara mengalami peningkatan, sehingga meskipun jumlah
penerbangan menurun, namun jumlah penumpang maupun barang yang diangkut
melalui pesawat udara mengalami peningkatan. Hal ini tampaknya juga merupakan
antisipasi pelaku ekonomi untuk menghadapi puasa dan hari raya Idul Fitri.
Gambar 1.24 Lalu Lintas Angkutan Udara
Sumber: Bandara Sultan Babullah, diolah
Kinerja subsektor jasa penunjang angkutan pada triwulan III-2009 mengalami
perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat
sub sektor ini tumbuh 4,66% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan
pertumbuhan triwulan II-2009 yang sebesar 11,94% (y-o-y).
Sub sektor pos dan telekomunikasi tumbuh 11,56% (y-o-y) pada triwulan III-2009,
mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 14,68%. Perlambatan ini disebabkan adanya gangguan jaringan
komunikasi.
1.680 1.700 1.720 1.740 1.760 1.780 1.800 1.820 1.840 1.860 1.880
I II III
2009
Jml Penerbangan
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
I II III
2009
Jml Penumpang
600.000 620.000 640.000 660.000 680.000 700.000 720.000 740.000 760.000 780.000 800.000
I II III
2009
Jml Bagasi (kg)
‐
50.000
100.000
150.000
200.000
I II III
2009
Jml Kargo (kg)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 26
H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Pada triwulan III-2009 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan periode sebelumnya.
Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh sebesar 8,10% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan kinerja triwulan II-2009 yang pertumbuhannya adalah 9,51%
(y-o-y).
Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Dari empat sub sektor yang ada, hanya sub sektor sewa bangunan yang
pertumbuhannya masih mengalami peningkatan, sedangkan tiga sub sektor lainnya
mengalami perlambatan. Sewa bangunan tumbuh 5,86% (y-o-y) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 4,84% (y-o-y).
Sub sektor bank tumbuh 13,49% (y-o-y), mengalami perlambatan jika dibandingkan
pertumbuhan triwulan II-2009 yaitu sebesar 16,58% (y-o-y).
Lembaga keuangan non bank tumbuh 12,43% (y-o-y), jauh lebih rendah
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai
24,32% (y-o-y).
0
5
10
15
20
25
30
0,00%2,00%4,00%6,00%8,00%
10,00%12,00%14,00%16,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Keuangan, Persewaan & Js Prshn (Milyar Rp)
Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 27
Jasa perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,24% (y-o-y),
mengalami perlambatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada
triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y).
I. Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2009 menunjukan peningkatan yang
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada
triwulan laporan tercatat sebesar 11,19% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009
tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 2,04% (y-o-y). Peningkatan ini terutama
didorong oleh peningkatan pada sub sektor administrasi pemerintahan dan
pertahanan, dimana sub sektor lainnya mengalami perlambatan.
Gambar 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pertumbuhan sub sektor jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan pada
triwulan III-2009 tercatat sebesar 13,42% (y-o-y), jauh lebih besar dibandingkan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,16% (y-o-y).
Sub sektor jasa sosial kemasyarakatan tumbuh 5,13% (y-o-y), sedikit melambat jika
dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang sebesar 6,24% (y-o-y).
0
10
20
30
40
50
60
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jasa‐jasa (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 28
Sub sektor jasa hiburan dan rekreasi tumbuh sebesar 8,48% (y-o-y), mengalami
perlambatan jika dibandingkan kinerja triwulan II-2009 dimana pertumbuhannya
mencapai 10,57% (y-o-y).
Kinerja sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 5,12% (y-o-y). Kondisi ini menurun jika dibandingkan
pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 dimana tercata pertumbuhannya
sebesar 8,14% (y-o-y).
29
BOX 1 Ikan Tuna Asia Pasifik Bermuara di Maluku Utara1
Perubahan suhu bumi secara terus-menerus menyebabkan global warming sehingga mengakibatkan
berkurangnya stok tuna. Oleh karena itu dibutuhkan inisiatif untuk melindungi dan me manage dengan
baik area produksi tuna agar dapat menjadi wilayah perkembangbiakan tuna yang berkelanjutan
(Changing mindsets toward sustainable fisheries). Situasi terkini mengenai stok tuna di Pasifik Bagian
Barat dan Tengah yaitu Big eye Tuna (Tuna Mata Besar) kemungkinan telah mengalami kelebihan
tangkap dan dibutuhkan pengurangan penangkapan sebanyak 30%, Yellow fin Tuna (Tuna Ekor Kuning)
telah mengalami kelebihan tangkap (overfishing) karena terlalu banyaknya penangkapan, serta Skipjack
Tuna telah mengalami penangkapan yang mendekati pada penangkapan lestari (Maximum Sustainable
Yield).
Mencermati hal tersebut, Maluku Utara memiliki peluang besar untuk dapat meningkatkan peran dalam
pengembangan industri tuna di dunia. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Dr. Anthony Lewis yang
berjudul “Updates on The Pacific Tuna Tagging Program” bahwa selama melakukan penelitian terhadap
penandaan tuna (tagging) selama proses pertumbuhannya, maka didapatkan bahwa migrasi tuna yang
telah dilakukan penandaan pada usia dewasanya dan siap ditangkap pada akhirnya akan bermuara di
wilayah perairan Indonesia, yaitu di Wilayah perairan Maluku Utara. hal ini terungkap dalam pertemuan
Tuna Internasional atau IOTC (Indian Ocean Tuna Commission) ke-11 yang dilaksanakan di General
Santos, pada tanggal 27 hingga 29 Agustus 2009.
Perkembangan Perikanan Tangkap di Maluku Utara
1 Dr. Anthony Lewis : Updates on The Pacific Tuna Tagging Program.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008
Total Tuna
Beberapa
Disampin
tahun de
Meskipu
daya ika
(yang di
kesejahte
yang dig
nelayan
pembuat
speedbo
yang me
Marakny
a daerah di M
Ternate: pera
Tidore: perai
Bacan: perair
Sanana: pera
Buli: perairan
Morotai: per
ng itu, kegia
engan musim
Ternate dan
Bacan: Febru
Sula: Februar
Morotai: Jan
n potensinya
n sebagai ke
ukur mengg
eraan petani
gunakan ole
di daerah ju
t speed boat
oat di Komple
enggunakan
ya kegiatan il
7
1%
Lay
Perband
Maluku Utara
airan sekitar P
ran sekitar H
ran sekitar Se
airan sekitar S
n Laut Halma
airan Pasifik
atan penangk
m puncak seba
Tidore: Janua
uari – Mei dan
ri – April dan
uari – April d
a sangat besa
ekuatan ekon
gunakan nilai
pada umum
h nelayan d
uga masih s
t di Kota Te
ek PPN Bastio
peralatan le
llegal fishing
7%
31%
yang Kaka
dingan Jenis I
a yang memil
Pulau Hiri da
alteng, Pulau
elat Obi dan L
Sula dan Laut
hera;
Selatan dan L
kapan ikan t
agai berikut:
ari – April da
n September
September –
dan Septembe
ar, nelayan/pe
nomi daerah.
i NTP) di sub
nya. Kondisi
i daerah yan
angat minim
ernate, yaitu:
ong. Dengan
bih maju nam
yang terjadi
ap Tongko
Ikan di Maluk
iki potensi pe
n Laut Maluk
u Makian dan
Laut Maluku;
t Seram;
Laut Halmahe
tuna di perai
n September
– Oktober
– Desember
er – Novembe
engusaha di
Salah satu in
b sektor per
tersebut terk
ng relatif ma
m. Sampai ta
Koperasi In
demikian tim
mun tidak m
di ZEE Indon
ol Cakalang
ku Utara Tah
enangkapan t
ku;
n perairan Tid
;
era.
ran Maluku
– Oktober
er.
Maluku Utar
ndikasinya ad
rikanan yang
konfirmasi de
asih sederhan
ahun 2009 b
dustri Speed
mbul potensi
memiliki ijin t
nesia khususn
1
g Tuna
un 2008
tuna antara l
dore bagian se
Utara dapat
ra belum men
dalah tingkat
g masih bera
engan peralat
na. Perusaha
baru tercatat
boat Gama
kegiatan ne
angkap di w
nya di wilaya
19%
34%
Kerapu L
ain:
elatan;
dilakukan s
ngoptimalkan
t kesejahteraa
ada di bawah
tan penangka
aan penyupla
t 2 (dua) pe
Bahari dan
layan dari lua
wilayah Maluk
h perairan H
0%
8%
Lainnya
30
epanjang
n sumber
an petani
h tingkat
apan ikan
ai perahu
erusahaan
produsen
ar daerah
ku Utara.
almahera
31
perlu mendapatkan perhatian serius. Pada 2007 ditangkap sebanyak 422 nelayan, tahun 2008 sebanyak
906 dan pada Januari-Juli 2009 dilaporkan sebanyak 285 nelayan yang melakukan kegiatan illegal fishing
di kawasan perairan Halmahera, Natuna dan Laut Arafura.
Perkembangan Penanganan Illegal Fishing di Maluku Utara
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* Jml Kasus 9 13 20 33 3
* Data sementara
Perkembangan NTP (umum) dan NTP Sub Sektor Perikanan
Perkembangan Kredit Perbankan dan Kredit Sektor Pertanian
80
85
90
95
100
105
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
NTP Perikanan
Nilai Tukar Petani
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
1.400,00
1.600,00
1.800,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009
Sektor Ekonomi
Pertanian
32
Perkembangan kredit sektor pertanian dan nilai kredit bermasalah pada sektor tersebut
Guna mengoptimalkan potensi sumber daya ikan tersebut, perlu diimbangi dengan jaminan ketersediaan
sumber energi dan peningkatan peralatan yang digunakan oleh nelayan.
• Dengan kondisi listrik yang sering bermasalah, kegiatan pelelangan ikan juga mengalami
gangguan terutama penggunaan cool storage.
Pemadaman listrik di Kota ternate masih belum teratasi dan ada kecenderungan semakin parah.
Perbaikan mesin pembangkit belum memberikan hasil yang maksimal sedangkan upaya
penambahan pembangkit baru masih terkendala pembebasan lahan yang akan digunakan. Bila
pada awal tahun waktu pemadaman hanya berkisar 3 -5 jam per hari, saat ini bisa mencapai 8 –
10 jam per hari.
• Ketersediaan bahan bakar bagi nelayan di Maluku Utara juga masih minim.
- Masyarakat (nelayan) masih mengandalkan SPBU sebagai sumber bahan bakar utama
dibandingkan pembelian pada Agen Penjual Minyak dan Solar (APMS). Pembelian bahan
bakar selain untuk kendaraan bermotor seharusnya lebih diprioritaskan untuk dilayani
melalui APMS. Keberadaan APMS yang relatif di dekat pantai kurang diketahui dan
dimanfaatkan oleh nelayan di daerah.
- SPBU yang ada tidak beroperasi sesuai jadwal.
- Di sisi lain, SPBU yang selama ini tersedia dan beroperasi dengan relatif baik hanya yang
berada di Kota Ternate sementara daerah penangkapan ikan yang tersebar di Maluku Utara
tetap membutuhkan pasokan BBM untuk operasional kapal.
• Disisi lain pemberian bantuan peralatan penangkapan ikan yang selama ini dilakukan oleh Pemda
juga harus ditingkatkan.
- Bantuan peralatan yang sering diberikan berupa perahu katingting sehingga masih rawan
terhadap perubahan cuaca di tengah laut. Dari survei Bank Indonesia diperoleh informasi
bahwa kelompok nelayan membutuhkan bantuan perahu yang lebih besar atau sarana
penangkapan yang lebih baik.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
I II III IV I II III
2008 2009
Total Kredit
Kredit Bermasalah
33
- Beberapa bantuan berupa alat pendingin juga tidak dapat digunakan dengan optimal
karena pasokan listrik yang tidak stabil. Hal ini memberikan kesan bantuan yang diberikan
mubazir karena kurangnya pemanfaatan barang sehingga akan lebih cepat aus (rusak)
dimakan waktu.
- Pemberian bantuan teknis kepada nelayan juga perlu ditingkatkan. Dengan rata-rata tingkat
pendidikan yang relatif rendah maka kegiatan penangkapan ikan lebih didominasi oleh
kegiatan secara tradisional. Dengn peningkatan kapasitas pengetahuan nelayan diharapkan
mampu meningkatkan nilai tambah pada output sub sektor ini sehingga pada akhirnya
kesejahteraan nelayan dapat ditingkatkan.
- Sosialisasi keberadaan dan kegiatan pelayanan APMS perlu digalakan. Dengan pembelian
bahan bakar di dekat laut akan meningkatkan efisiensi waktu bagi nelayan.
- Promosi produk-produk perikanan Maluku Utara di berbagai ajang pameran lokal naupun
nasional juga perlu ditingkatkan. Dalam hal ini Pemda dapat memfasilitasi keikutsertaan
nelayan/pruksen produk hasil perikanan untuk mengikuti kegiatan pameran.
• Peran pihak berwajib dalam penegakan hukum, terutama yang terkait aktivitas sub sektor
perikanan perlu ditingkatkan.
- Pemberantasan kegiatan penyelundupan BBM maupaun operasi illegal fishing harus lebih
ditingkatkan. Selain dapat lebih menjamin ketersediaan pasokan bahan bakar, penangkapan
ikan yang sesuai ketentuan akan menjaga kelangsungan sikus reproduksi ikan.
- Jangka waktu pembuatan keputusan hukum dalam penyelesaian kegiatan illegal fishing
juga perlu ditingkatkan. Pemberitaan di beberapa media lokal beberapa waktu lalu
menegaskan bahwa putusan hukum terhadap pelaku illegal fishing di Maluku Utara cukup
lama (beberapa bulan). Hal ini juga terkonfirmasi dari lamanya perahu nelayan yang diduga
melakukan illegal fishing tertambat di sekitar pelabuhan ternate.
• Perbankan daerah masih memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan kredit ke sektor
Pertanian (sub sektor perikanan).
- Kredit sektor pertanian baru memiliki share sebesar 4,58% dari tato kredit pada akhir
triwulan III-2009. Porsi tersebut masih sangat rendah bila dikaitkan dengan karakteristik
geografis Maluku Utara yang didominasi oleh wilayah kelautan dan sektor pertanian
merupakan tumpuan utama sumber mata pencaharian di daerah
- Nilai kredit bermasalah dibandingkan dengan total kredit perbankan di sektor tersebut
hanya mencapai 11,76% pada akhir triwulan III-2009.
34
Perkembangan Share sub Sektor Perikanan Terhadap Sektor Pertanian Maluku Utara
Bila sinergi antar pihak yang berkepentingan tersebut dapat terjalin dengan baik, maka tingkat investasi
akan mengalami peningkatan, sehingga peluang masyarakat (angkatan kerja) untuk memperoleh
pekerjaan/sumber penghasilan menjadi semakin besar. Dengan demikian pertumbuhan perekonomian
daerah akan semakin terakselarasi. Dengan demikian share sub sektor perikanan terhadap kinerja sektor
pertanian diharapkan dapat terus ditingkatkan. Namun apabila hal ini tidak ditindaklanjuti dengan serius,
kekayaan alam (laut) di Provinsi Maluku Utara akan dimanfaatkan oleh kepentingan daerah atau bahkan
negara lain sehingga dampak terhadap kesejahteraan masyarakat semakin rendah.
02468101214161820
050000100000150000200000250000300000350000400000450000500000
I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian Share Perikanan
Rp miliar %
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
35
Perkembangan Inflasi Regional
2.1. Gambaran Umum
Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan III-2009 secara
triwulanan (q-t-q) mengalami peningkatan, namun secara tahunan (y-o-y)
mengalami penurunan. Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada
triwulan III-2009 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,32% (q-t-q), sedangkan
kondisi triwulan II-2009 menunjukan bahwa ternate mengalami deflasi sebesar
minus 0,27% (q-t-q). Secara tahunan inflasi yang terjadi di ternate pada triwulan III-
2009 tercatat sebesar 1,36% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya dimana inflasi yang terjadi adalah 4,34% (y-o-y).
Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate
baik secara triwulanan maupun secara tahunan lebih baik. Inflasi triwulanan
yang diukur secara nasional pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 2,08% (q-t-q),
sedangkan inflasi tahunannya adalah 2,84% (y-o-y).
Gambar 2.1 Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jika dibandingkan dengan wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), secara
triwulanan Palu merupakan kota yang memiliki tingkat inflasi tertinggi yaitu sebesar
3,35% (q-t-q), sedangkan yang memiliki tingkat inflasi terendah adalah sorong yaitu
Bab II
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
36
sebesar 0,42% (q-t-q). Jika dilihat secara tahunan manokwari merupakan kota
dengan inflasi tertinggi hingga mencapai 7,04% (y-o-y) sedangkan Ambon
merupakan kota dengan tingkat deflasi terendah hingga mencapai minus 3,29% (y-
o-y).
Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan dan Tahunan Wilayah Sulampua
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
2.2. Inflasi Triwulanan
Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga, dengan inflasi sebesar 4,41% (q-t-q). Adapun sub kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok pendidikan
yang inflasinya mencapai 7,95%.
Penurunan harga terjadi pada kelompok sandang dengan deflasi sebesar minus
0,32% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada
sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mengalami deflasi sebesar
minus 3,28%.
A. Kelompok Bahan Makanan
Perkembangan harga pada kelompok bahan makanan pada triwulan III-2009 masih
menunjukan penurunan dibandingkan triwulan II-2009, meskipun penurunannya
tidak sebesar triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat kelompok bahan
makanan mengalami deflasi sebesar minus 0,17% (q-t-q) dimana pada triwulan II-
2009 deflasi yang terjadi adalah minus 1,89% (q-t-q).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
37
Gambar 2.3 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber tekanan inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari sub kelompok
ikan diawetkan dan buah-buahan. Sub kelompok ikan diawetkan mengalami inflasi
sebesar 21,39% (q-t-q), atau meningkat dibandingkan inflasi yang terjadi pada
triwulan II-2009 dimana inflasinya adalah 14,25% (q-t-q). Komoditas utama
penyumbang inflasi pada periode ini adalah cakalang asap. Sub kelompok buah-
buahan mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi, dimana pada triwulan III-
2009 tercatat sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 14,39% (q-t-q)
sedangkan pada triwulan sebelumnya buah-buahan mengalami deflasi sebesar
minus 1,80% (q-t-q). Adapun komoditas penyumbang inflasi pada triwulan laporan
adalah pepaya, jeruk dan pisang.
Sub kelompok sayur-sayuran juga lemak dan minyak mengalami penurunan harga
terbesar dibandingkan sub kelompok lainnya. Secara triwulanan sayur-sayuran
mengalami deflasi hingga mencapai minus 4,68% (q-t-q), dimana pada triwulan II-
2009 inflasi yang terjadi pada sub kelompok ini adalah 6,78% (q-t-q). Komoditas
sayur-sayuran yang mengalami penurunan harga pada triwulan laporan adalah
tomat sayur, bayam, kacang panjang, wortel dan kol putih. Untuk lemak dan
minyak terjadi deflasi hingga mencapai minus 4,32% (q-t-q), dimana pada triwulan
II-2009 inflasi yang terjadi adalah 4,67% (q-t-q).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
38
B. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami peningkatan
inflasi, dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah 0,74% (q-t-q),
sedangkan pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi adalah 2,20% (q-t-q). Tekanan
inflasi terutama bersumber dari sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, yang
mengalami kenaikan tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya.
Gambar 2.4 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol tercatat mengalami inflasi sebesar
10,46% (q-t-q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana
minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar minus 0,17% (q-t-q).
Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi diantaranya gula pasir,
minuman ringan dan sirup. Inflasi sub kelompok makanan mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 inflasi yang
terjadi adalah 0,42% (q-t-q) sedangkan pada triwulan II-2009 inflasinya adalah
1,17% (q-t-q).
C. Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan , listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan
inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2009 tercatat inflasi di
kelompok ini adalah 1,87% (q-t-q) sedangkan inflasinya pada triwulan II-2009
adalah 0,26%. Tekanan inflasi terutama bersumber dari biaya tempat tinggal dan
perlengkapan rumah tangga.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
39
Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok biaya tempat tinggal pada triwulan III-2009 mengalami inflasi sebesar
2,44% (q-t-q), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana
inflasi yang terjadi adalah 2,44% (q-t-q). Komoditas yang memberikan andil
terhadap inflasi diantaranya cat tembok dan cat kayu. Adapun pada sub kelompok
perlengkapan rumah tangga inflasinya pada triwulan III-2009 adalah 3,27% (q-t-q)
sedangkan pada triwulan II-2009 terjadi inflasi sebesar 0,38% (q-t-q). Adapun
komoditas penyumbang inflasi diantaranya kain gorden, toples, gelas minum dan
lemari makan. Penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi sebesar minus
0,31% (q-t-q), dimana pada triwulan II-2009 sub kelompok ini masih mencatatkan
inflasi sebesar 0,87% (q-t-q). Komoditas yang mengalami penurunan harga
diantaranya adalah sabun cuci piring.
D. Kelompok Sandang
Kelompok sandang masih menunjukan penurunan harga meskipun terdapat
kecenderungan untuk terjadi inflasi. Pada triwulan III-2009 kelompok ini mengalami
deflasi sebesar minus 0,32% (q-t-q) dimana pada triwulan sebelumnya deflasi yang
terjadi adalah minus 1,12% (q-t-q). Kondisi ini terutama didorong oleh tertahannya
laju deflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
40
Gambar 2.6 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pergerakan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain cenderung
searah dengan pergerakan harga pada kelompok sandang secara umum, dimana
kondisinya masih menunjukan penurunan harga meskipun terdapat kecenderungan
untuk terjadi inflasi. Pada triwulan laporan tercatat sub kelompok ini mengalami
deflasi sebesar minus 3,28% (q-t-q), dimana pada triwulan II-2009 tercatat sub
kelompok ini mengalami deflasi hingga mencapai minus 6,71% (q-t-q).
E. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan menunjukan peningkatan inflasi, dimana pada triwulan II-2009
inflasi yang terjadi adalah 0,54% (q-t-q) sedangkan pada triwulan III-2009 inflasinya
adalah 2,20% (q-t-q). Tekanan inflasi terutama bersumber dari sub kelompok obat-
obatan, namun seluruh sub kelompok yang ada memang mengalami peningkatan
inflasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
41
Gambar 2.7 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok obat-obatan mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan,
dimana inflasinya pada triwulan II-2009 adalah 0,09% (q-t-q) namun pada triwulan
III-2009 inflasinya mencapai 6,16%.
F. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 4,41% (q-t-
q) atau mengalami peningkatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya, dimana
pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah 1,71% (q-t-q). Tekanan inflasi
terutama bersumber dari sub kelompok pendidikan dan perlengkapan/ peralatan
pendidikan.
Gambar 2.8 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
42
Sub kelompok pendidikan mengalami inflasi yang cukup tajam, dimana terjadi
inflasi sebesar 7,95% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya. Sub kelompok
perlengkapan/ peralatan pendidikan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,52% (q-t-
q) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi
sebesar 0,02%, dengan komoditas penyumbang inflasi diantaranya ballpoint
(pulpen).
G. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,45% (q-t-q), dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah
0,23% (q-t-q). Tekanan inflasi terutama bersumber dari sub kelompok transpor.
Gambar 2.9 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok transpor mengalami peningkatan inflasi, dimana pada triwulan II-
2009 inflasi yang terjadi adalah 0,30% (q-t-q) sedangkan pada triwulan III-2009
inflasinya tercatat sebesar 2,11% (q-t-q). Peningkatan ini didorong oleh naiknya tarif
angkutan udara terutama pada masa menjelang hari raya idul fitri.
2.3. Inflasi Tahunan (y-o-y)
Jika dianalisa secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 7,02%, sedangkan penurunan
harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
minus 3,95%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
43
tertinggi yaitu sebesar 7,02% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus
6,62%.
A. Kelompok Bahan Makanan
Secara tahunan kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89%
(y-o-y) pada triwulan III-2009. Kondisi ini berbeda dengan triwulan lalu, dimana
inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 5,63% (y-o-y). Kondisi ini
terutama disebabkan oleh perlambatan inflasi pada sub kelompok daging dan hasil-
hasilnya serta pada sub kelompok sayur-sayuran.
Gambar 2.10 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami penurunan inflasi dimana pada
triwulan laporan inflasi yang terjadi adalah 4,35% (y-o-y) sedangkan inflasinya pada
triwulan II-2009 adalah 15,61% (y-o-y). Pada sub kelompok sayur-sayuran terjadi
inflasi sebesar 0,89%, jauh menurun jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
yang sebesar 23,68% (y-o-y).
B. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat mengalami inflasi
sebesar 5,65% (y-o-y), mengalami penurunan jika dibandingkan periode
sebelumnya dimana inflasinya sebesar 8,07% (y-o-y). Penurunan ini disebabkan oleh
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
44
perlambatan pada pergerakan harga sub kelompok makanan jadi serta sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol, meskipun sub kelompok minuman
yang tidak beralkohol mengalami lonjakan.
Gambar 2.11 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Inflasi sub kelompok makanan jadi pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 3,13% (y-
o-y), mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,35%
(y-o-y). Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol juga mengalami
perlambatan dimana inflasinya pada triwulan II-2009 adalah 7,22% (y-o-y)
sedangkan pada triwulan III-2009 inflasinya sebesar 2,87% (y-o-y). Meskipun sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami lonjakan hingga inflasinya
pada triwulan III-2009 mencapai 20,54% (y-o-y) dari inflasi triwulan II-2009 yang
sebesar 12,34% (y-o-y), namun tampaknya lonjakan ini masih dapat di counter oleh
penurunan inflasi dua sub kelompok lainnya sehingga tidak mendorong inflasi
untuk semakin naik.
C. Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi sub kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar pada triwulan III-
2009 sedikit meningkat dibandingkan triwulan II-2009, dimana inflasi pada triwulan
laporan tercatat sebesar 3,50% (y-o-y), sedangkan pada triwulan sebelumnya inflasi
sebesar 3,46% (y-o-y). Kenaikan ini terutama didorong oleh inflasi pada sub
kelompok perlengkapan rumah tangga.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
45
Gambar 2.12 Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami peningkatan inflasi, dimana
pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah 4,10% (y-o-y), sedangkan pada
triwulan III-2009 inflasinya tercatat sebesar 6,19% (y-o-y).
D. Kelompok Sandang
Inflasi sub kelompok sandang pada triwulan III-2009 mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat inflasi kelompok
sandang sebesar 3,67% (y-o-y), dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi
adalah 6,25% (y-o-y). Penurunan tingkat inflasi ini disebabkan karena melambatnya
inflasi pada seluruh sub kelompok yang ada, bahkan sub kelompok sandang laki-laki
mengalami deflasi.
Gambar 2.13 Inflasi Kelompok Sandang (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
46
Sub kelompok sandang laki-laki pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar
minus 0,20% (y-o-y), dimana pada triwulan II-2009 sub kelompok ini masih
mengalami peningkatan harga sebesar 1,41% (y-o-y).
E. Kelompok Kesehatan
Pergerakan harga pada kelompok kesehatan masih menunjukan peningkatan,
dimana inflasi pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 3,70% (y-o-y) lalu pada
triwulan III-2009 inflasinya meningkat hingga mencapai 5,81% (y-o-y). Kenaikan ini
terutama dipicu oleh kenaikan inflasi pada sub kelompok obat-obatan.
Gambar 2.14
Inflasi Kelompok Kesehatan (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok obat-obatan mengalami lonjakan inflasi, dimana pada triwulan II-
2009 inflasi tercatat sebesar 0,85% (y-o-y), lalu pada triwulan III-2009 mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai 8,40% (y-o-y).
F. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga menunjukan penurunan
yang cukup signifikan, dimana pada triwulan II-2009 inflasi yang terjadi adalah
16,24% (y-o-y), sedangkan inflasinya pada triwulan III-2009 adalah 7,02% (y-o-y).
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pada sub kelompok
pendidikan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
47
Gambar 2.15 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sub kelompok pendidikan mengalami penurunan inflasi yang cukup besar, dimana
inflasinya pada triwulan laporan adalah 7,95% (y-o-y), dimana pada triwulan
sebelumnya inflasi yang terjadi adalah 24,01% (y-o-y).
G. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pergerakan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
masih menunjukan trend penurunan, dimana pada triwulan II-2009 terjadi deflasi
sebesar minus 3,41% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 penurunan harga ini
menjadi minus 3,95% (y-o-y). Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan
inflasi pada sub sektor jasa keuangan, dan semakin besarnya penurunan harga pada
sub sektor transpor.
Gambar 2.16 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
48
Sub sektor jasa keuangan mencatatkan inflasi sebesar 0,32% pada triwulan III-2009,
dimana tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,55% (y-o-y).
Pergerakan harga pada sub sektor transpor masih menunjukan penurunan seperti
triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 terjadi deflasi sebesar minus
5,96% (y-o-y), lalu pada triwulan III-2009 deflasi ini menjadi minus 6,62% (y-o-y).
49
BOKS 2
High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate
(bagian II)
Pada pembahasan kajian Ekonomi regional Triwulan II-2009 telah dijelaskan mengenai tingginya tingkat
bongkar muat di pelabuhan Ahmad Yani, Ternate serta dampaknya terhadap proses pembentukan harga
barang dan jasa yang melalui pelabuhan tersebut.
Kondisi struktur perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2009 secara umum masih relatif sama dengan
triwulan sebelumnya. Ketergantungan perekonomian daerah terhadap perekonomian regional, berbagai
masalah infrastruktur dan terjadinya high cost economic activity terutama pada saat bongkar muat barang di
pelabuhan Ahmad Yani, Ternate. Pimpinan ADPEL Kota Ternate Bp. Asmari menyampaikan bahwa biaya
bongkar – muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate termasuk yang tertinggi di indonesia, terutama biaya
penanganan petikemas isi 20” dengan tarif per box sebesar Rp887.335,- dibandingkan dengan pelabuhan
lain di Indonesia yang rata – rata hanya sebesar Rp250 – 300 ribu.
Beberapa hal yang ditengarai menjadi penyebab tingginya biaya di pelabuhan Ahmad Yani tersebut antara
lain: adanya pungutan – pungutan yang tidak relevan (pungutan kerusuhan), belum terbentuknya P2T (Pusat
Pelayanan Terpadu), Jalan di Kota Ternate terlalu sempit untuk mobil peti kemas serta sebagian besar
pedagang di wilayah Maluku Utara tidak memiliki gudang tersendiri, dll.
Untuk mengatasi tingkat harga yang tinggi, maka masalah bongkar muat harus diatasi. Pada triwulan II-2009
telah muncul wacana untuk membangun pelabuhan alternatif. Rencana pembangunan pelabuhan bongkar
muat alternatif tersebut setelah menilai tarif bongkar muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate sebagai yang
tertinggi di Indonesia sehingga banyak pengusaha memilih Pelabuhan Bitung untuk membongkar barangnya
sebelum dibawa ke Ternate. Beberapa pelabuhan yang telah diwacanakan untuk menjadi pelabuhan
alternatif tersebut antara lain pelabuhan Bastiong yang akan dinaikan statusnya menjadi pelabuhan regional
sehingga dapat melayani kegiatan bongkar muat peti kemas dan pelabuhan Goto do Tidore Kepulauan
sebagai alternatif pelabuhan bongkar muat di luar Kota Ternate.
Pada perkembangannya, alternatif pengembangan pelabuhan Goton sebagai pelabuhan kontainer dirasa
merupakan alternatif yang sangat memungkinkan. Berbagai elemen di Kota Tidore menyatakan dukungan
terhadap rencana tersebut. Pemkot Tikep dan jajaran DPRD memastikan bahwa pembangunan pelabuhan
Goto menjadi pelabuhan peti kemas akan dianggarkan dalam APBD 2010. Rencananya pada tahun 2010
Pemkot akan menambah panjang pelabuhan 70 meter.
50
Perkembangan Pelayanan di pelabuhan Ahmad Yani
Sebagai salah satu bukti nyata keseriusan pemerintah Kota Tidore Kepulauan dalam mendukung
pengembangan pelabuhan Goto sebagai pelabuhan peti kemas, pada triwulan ini hasil Survei Investigasi dan
Desain (SID) pelabuhan Goto dipresentasikan. Presentasi dilakukan oleh GWS Coorporation, konsultan asal
Bandung bersama Bappeda di hadapan Walikota Tikep. Hal-hal yang dipresentasikan antara lain: lokasi
pekerjaaan, latar belakang proyek, kondisi existing pelabuhan, rencana usulan pengembangan dan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh konsultan. Biaya bongkar muat di pelabuhan Goto diperkirakan akan sebesar
Rp500.000/kontainer (belum termasuk ongkos buruh) yang lebih rendah bila dibandingkan biaya di
pelabuhan Ternate yang hampir mencapai Rp1.000.000/kontainer.
Selain dari pihak pemerintah daerah, kalangan pelaku usaha juga memberikan sambutan positif terhadap
rencana pengembangan tersebut. PT Mentari Sejati Perkasa selaku perusahaan penyedia kapal kontainer
telah melakukan survey kelayakan pelabuhan dan menargetkan pada Bulan Agustus 2009 kapal perusahaan
tersebut akan berlabuh di pelabuhan Goto, sedangkan PT. Sinar Abadi pada triwulan laporan telahmemasok
800 sak semen ke Tidore melalui pelabuhan Goto.
Setelah dilaksanakan evaluasi awal, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi Pemkot Tidore
Kepulauan untuk mempercepat pengembangan pelabuhan Goto, antara lain: penyediaan mobil tronton dan
alat crane (alat pengangkat peti kemas) darat. Menanggapi hal ini pemerintah daerah setempat akan
berusaha agar pada akhir tahun 2009 di pelabuhan Goto telah tersedia peralatan yang dibutuhkan tersebut.
Secara umum perkembangan usaha penurunan tarif bongkar muat ini memberikan angin segar bagi pelaku
ekonomi di Maluku Utara. pada periode selanjutnya, dengan penurunan tarif tersebut diharapkan komponen
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2009
Lapangan penumpukan Gudang Penumpukan Dermaga
51
pembentuk harga barang dan jasa dapat disesuaikan sehingga masyarakat akan merasakan manfaat
penurunan tarif tersebut berupa peningkatan daya beli masyarakat.
Perkembangan Utilisasi Alat di Pelabuhan Ahmad Yani
Meskipun demikian Pemerintah kota ternate perlu mewaspadai perkembangan tersebut. Beberapa potensi
kerugian yang dapat timbul dari perkembangan tersebut antara lain:
• Disamping potensi kedatangan orang dan kapal melalui pelabuhan Ahmad Yani mengalami
penurunan, sehingga pendapatan daerah dari sektor terkait juga akan mengalami penurunan.
Kondisi ini akan semakin memperparah kondisi keuangan pemerintah provinsi sebagaimana
dikemukakan oleh Wakil Ketua DPRD Kota dalam rapat kerja tanggal 10 Agustus 2009 bahwa
hingga Bulan Agustus 2009 defisit anggaran sudah mencapai Rp16 - 17 miliar, sehingga sampai
akhir tahun anggaran 2009 diperkirakan defisit anggaran akan mencapai Rp32 miliar.
• Seiring dengan penurunan jumlah kapal yang masuk, pendapatan TKBM di pelabuhan Ahmad Yani
juga berpotensi mengalami penurunan, atau bahkan terjadi peningkatan jumlah pengangguran di
berbagai sektor terkait, antara lain: jasa-jasa, hotel, persewaan dll. Hal ini terkonfirmasi dengan
tingkat utilisasi alat di Pelabuhan Ahmad Yani yang cenderung mengalami penurunan.
• Bila pemindahan aktivitas Ibukota Provinsi Maluku Utara dari Ternate ke Sofifi segera terealisasi, hal
ini dapat menjadi disinsentif tersendiri bagi perkembangan perekonomian di Kota Ternate.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0102030405060708090
100
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2009
utilisasi jam pemakaianjam %
52
Dengan demikian pemerintah Kota Ternate harus segera bersiap dan berbenah diri menghadapi
kemungkinan tersebut. Hal ini sejalan dengan terpilihnya Kota Ternate sebagai daerah Kabupaten/Kota yang
berprestasi dari Departemen Keuangan RI (Siaran Pers No. 156/HMS/2009 tanggal 2 November 2009).
Beberapa langkah yang mungkin daapat diambil antara lain:
Melakukan koordinasi dengan TKBM dan otoritas terkait guna menghitung dan menetapkan kembali
tarif bongkar muat yang wajar namun tetap sesuai dengan ketentuan berlaku dan tidak merugikan
pihak yang berkepentingan.
Mengurangi pungutan – pungutan yang memberatkan pengusaha. Meskipun awalnya dapat
berdampak pada penurunan pendapatan namun dalam jangka panjang diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan daerah.
Melakukan pengawasan dan pembinaan rutin kepada pihak – pihak pengguna jasa pelabuhan di
Ternate.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
53
Perkembangan Perbankan Daerah
3.1 Perkembangan Perbankan
Meskipun kinerja perbankan mengalami penurunan pada triwulan III-2009 jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan perbankan
yang ada di Maluku Utara masih menunjukan pertumbuhan yang positif. Total
asset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate mengalami pertumbuhan
sebesar 6,72% (y-o-y). Kredit yang disalurkan kepada masyarakat mengalami
pertumbuhan sebesar 38,30% (y-o-y). Namun demikian, persetujuan terhadap
kredit baru mengalami penurunan yang cukup signifikan pada triwulan III-2009
sebesar 26,81% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan kredit
pada triwulan III-2009 masih diikuti oleh peningkatan kredit bermasalah (NPL),
dimana NPL pada triwulan III-2009 sebesar 4,03%, meningkat jika dibandingkan
dengan triwulan II-2009 yang sebesar 3,88%. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun dari masyarakat mengalami penurunan sebesar 1,92% (y-o-y).
Penurunan DPK tersebut, mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum
mengalami peningkatan yang signifikan, dimana pada triwulan III-2009 LDR bank
umum sebesar 69,66% (q-t-q), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-
2009 yang sebesar 52,82% (q-t-q).
a. Perkembangan Aset Bank Umum
Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada akhir
Triwulan III-2009 mengalami penurunan. Total asset bank umum posisi
September 2009 sebesar Rp. 3.008,33 miliar, atau mengalami penurunan sebesar
5,27% (q-t-q). Namun demikian, secara tahunan total asset bank umum di Maluku
Utara masih tumbuh sebesar 6,72% (y-o-y).
1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado
Bab III
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
54
Penurunan asset bank umum tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penurunan
asset bank milik pemerintah, dimana pada posisi triwulan III-2009, asset bank milik
pemerintah turun sebesar Rp. 180,30 miliar atau sebesar 6,53% (q-t-q). Sedangkan
asset bank milik swasta masih menunjukan pertumbuhan yang positif sebesar
3,17% (q-t-q). Namun demikian, apabila dilihat secara tahunan baik bank milik
pemerintah maupun bank milik swasta, masih menunjukan kinerja yang positif.
Pertumbuhan asset bank swasta pada triwulan III-2009 tumbuh sebesar 17,27% (y-
o-y), lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan bank pemerintah yang
sebesar 5,16% (y-o-y). Meski demikian, kinerja pertumbuhan asset bank swasta
terus menunjukan perlambatan pada tahun 2009, dimana secara tahunan
pertumbuhan asset bank swasta pada triwulan I-2009 dan triwulan II-2009 secara
berturut-turut sebesar 37,21% dan 23,49% (y-o-y).
Meskipun asset bank milik swasta menunjukan pertumbuhan yang positif, namun
karena asset bank umum yang ada di Maluku Utara masih didominasi oleh bank
milik pemerintah, maka penurunan asset yang terjadi pada bank milik pemerintah
akan berakibat langsung terhadap penurunan asset bank umum di Maluku Utara
secara umum. Proporsi kepemilikan asset bank milik pemerintah di Maluku Utara
pada triwulan III-2009 sebesar 85,85% (q-t-q), menurun dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 87,01% (q-t-q). Sedangkan asset bank milik swasta mengalami
peningkatan dari triwulan II-2009 sebesar 12,99% (q-t-q), meningkat menjadi
sebesar 14,15% (q-t-q) pada triwulan III-2009.
Gambar 3.1 Perkembangan Asset Bank Umum di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
55
Dilihat dari penyebaran asset bank umum yang ada di Maluku Utara, pada triwulan
III-2009, proporsi asset bank umum sebagian besar masih berada di Kota Ternate
dengan proporsi sebesar 77,40%. Kondisi ini terus menunjukan peningkatan dari
triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 dan triwulan II-2009, secara
berturut-turut sebesar 75,13% dan 75,52%. Di luar Kota Ternate, proporsi
penyebaran asset bank terbesar lainnya adalah Kabupaten Halmahera Tengah
dengan porsi sebesar 12,97%, mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 14,03%.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa aktivitas perekonomian di Maluku Utara masih
terkonsentrasi di Kota Ternate, terutama aktivitas pemerintahan. Dengan terus
dibangunnya fasilitas pemerintahan di luar wilayah Kota Ternate, diharapkan akan
mendorong perbankan untuk melakukan ekspaksi ke luar Kota Ternate, yang pada
akhirnya diharapkan akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di luar
Kota Ternate.
Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Bank Umum di Maluku Utara (Milyar Rp)
Keterangan 2008 2009 I II III IV I II III
Jenis Bank 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53 3.008,33
Pemerintah 2.452,78 2.459,56 2.455,95 2.647,65 2.614,98 2.763,03 2.582,73
Swasta 291,10 334,05 362,91 395,16 399,42 412,51 425,60
Dati II 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53 3.008,33
Ternate 2.022,90 2.051,08 2.072,72 2.282,24 2.264,59 2.398,24 2.328,39
Maluku Utara 274,95 254,00 288,24 329,42 320,12 331,80 289,80
Halteng 446,04 488,54 457,90 431,15 429,70 445,49 390,14
Jenis Valuta 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53 3.008,33
Rupiah 2.641,28 2.774,56 2.783,50 3.030,36 2.947,12 3.084,56 2.983,80
Valas 102,60 19,05 35,36 12,45 67,29 90,98 24,53 Sumber: Bank Indonesia Ternate Dilihat berdasarkan jenis mata uang, proporsi asset bank umum di Maluku Utara
pada triwulan III-2009 sebagian besar dalam bentuk mata uang rupiah yaitu sebesar
99,18%. Asset dalam bentuk valuta asing hanya sebesar 0,82%, mengalami
penurunan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,86%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
56
Gambar 3.2 Perkembangan Asset Bank Umum Valuta Asing di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
Pertumbuhan asset valuta asing pada bank umum di Maluku Utara baik secara
triwulanan maupun tahunan cenderung bersifat fluktuatif, terutama pada Tahun
2009. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan valuta asing milik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), dimana pada triwulan III-2009 turun sebesar Rp. 54,38
miliar atau sebesar 204,01% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya.
b. Penghimpunan Dana Bank Umum
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh bank umum di Maluku Utara pada
triwulan III-2009 mengalami penuruanan. Total DPK yang berhasil dihimpun oleh
bank umum di Maluku Utara pada triwulan III-2009 berjumlah Rp. 2.605,27 miliar
atau mengalami penurunan sebesar 10,03% (q-t-q), jika dibandingkan dengan
triwulan II-2009 yang mengalami peningkatan sebesar 2,38% (q-t-q). Bahkan jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah
penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 1,92%.
Apabila dilihat berdasarkan masing-masing komponen, penurunan tersebut
dipengaruhi terutama oleh penurunan rekening giro sebesar Rp. 294,314 miliar atau
turun sebesar 29,77% (q-t-q). Penurunan rekening giro tersebut berasal dari
rekening giro milik Pemerintah, dengan jumlah penurunan terbesar berupa
penurunan rekening giro milik Pemerintah Daerah yang turun sebesar Rp 179,15
miliar atau sebesar 28,32% (q-t-q), dan rekening giro milik BUMN yang turun
sebesar Rp. 65,13 miliar atau sebesar 73,28% (q-t-q). Sedangkan rekening giro milik
perusahaan swasta yang turun sebesar 14,72% (q-t-q) menjadi sebesar Rp. 67,24
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
57
miliar pada triwulan III-2009 tidak berpengaruh secara signifikan. Besarnya
penurunan dana milik pemerintah tersebut, terutama disebabkan oleh semakin
meningkatnya realisasi pembayaran proyek-proyek milik pemerintah. Rekening
deposito juga mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan, yaitu turun
sebesar 2,81% (q-t-q). Namun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya, rekening deposito masih menunjukan peningkatan yang cukup
signifikan sebesar 14,02%. Sedangkan rekening tabungan baik secara triwulanan
maupun tahunan masih menunjukan trend pertumbuhan yang positif, yang tumbuh
sebesar 1,50% (q-t-q) atau sebesar 8,42% (y-o-y).
Gambar 3.3 Proporsi DPK Bank Umum di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
Penurunan dana dalam bentuk giro yang cukup signifikan, berpengaruh terhadap
komposisi DPK yang ada pada bank umum. Proporsi tabungan pada triwulan III-
2009 sebesar 51,91%, meningkat dari triwulan II-2009 yang sebesar 46,01%.
Sedangkan proporsi giro pada triwulan III-2009 sebesar 26,65%, menurun dari
triwulan II-2009 yang sebesar 26,65%. Besarnya proporsi tabungan pada bank
umum di Maluku Utara menunjukan bahwa pola kebutuhan masyarakat terhadap
dana lebih bersifat jangka pendek dan konsumtif.
Dilihat berdasarkan lokasinya, Kota Ternate masih mendominasi sumber
penghimpunan dana oleh bank umum. Total DPK yang berhasil dihimpun oleh bank
umum yang ada di Kota Ternate pada triwulan III-2009 sebesar Rp. 2.022,83 miliar
atau sebesar 77,64% dari total DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum di
Maluku Utara. Hal ini diakibatkan oleh masih terkonsentrasinya kantor bank umum
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
58
di Kota Ternate, dimana dari 13 Kantor Cabang bank umum, 9 Kantor Cabang bank
berlokasi di Kota Ternate.
Dilihat dari jenis kepemilikannya, penurunan penghimpunan DPK hanya terjadi pada
bank milik pemerintah, yang turun sebesar Rp. 299,20 miliar atau sebesar 12,00%
(q-t-q). Secara tahunan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, DPK pada bank milik pemerintah mengalami penurunan sebesar
4,76%. Sedangkan bank milik swasta menunjukan pertumbuhan yang positif,
dimana penghimpunan DPK pada triwulan III-2009 tumbuh sebesar 2,18% (q-t-q)
atau sebesar 16,58% (y-o-y). Namun demikian, pertumbuhan secara tahunan sejak
triwulan I-2009 dan triwulan II-2009 terus menunjukan perlambatan, dimana
pertumbuhan tersebut secara berturut-turut sebesar 38,20% dan 23,26%.
Berdasarkan jenis mata uang, sebagian besar DPK pada bank umum berupa mata
uang rupiah, yaitu sebesar Rp. 2.578,01 miliar pada triwulan III-2009 atau turun
sebesar 8,01% (q-t-q). Sedangkan dana dalam bentuk valuta asing hanya sebesar
Rp. 27,17 miliar pada triwulan III-2009, mengalami penurunan sebesar 70,86% dari
triwulan sebelumnya. Penurunan valuta asing tersebut terutama dipengaruhi oleh
penurunan dana valuta asing dalam bentuk giro milik BUMN.
Jika dilihat berdasarkan golongan debitur, dana milik perorangan merupakan dana
terbesar yang ada pada bank umum di Maluku Utara. Total dana perorangan pada
triwulan III-2009 sebesar Rp. 1.910,14 miliar atau sebesar 73,32% dari seluruh DPK
yang berhasil dihimpun oleh bank umum. Dana tersebut mengalami peningkatan
sebesar 1,02% dari triwulan sebelumnya. Dana milik Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah memiliki porsi sebesar 19,93% atau sebesar Rp. 519,28 miliar
pada triwulan III-2009, menurun sebesar 30,71% dari triwulan sebelumnya.
Penurunan dana milik Pemerintah tersebut seiring dengan banyaknya anggaran
yang telah direalisasikan.
c. Penyaluran Kredit
c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor
Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat pada triwulan III-2009 masih
mengalami pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan dengan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
59
triwulan sebelumnya. Total kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum di
Maluku Utara sebesar Rp. 1.641,67 miliar atau meningkat sebesar 38,30% (y-o-y),
melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009 dan triwulan II-2009, yang secara
berturut-turut sebesar 50,74% (y-o-y) dan 45,29% (y-o-y).
Dilihat dari jenis penggunaannya, penyaluran kredit oleh bank umum sebagian
besar masih berupa kredit konsumsi, yaitu sebesar Rp 940,84 miliar atau sebanyak
57,31% dari total kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum di Maluku Utara.
Kredit konsumsi tersebut pada triwulan III-2009 meningkat sebesar 38,55% (y-o-y),
melambat jika dibandingkan dengan triwulan II-2009 yang tumbuh sebesar 50,11%
(y-o-y). Kredit investasi juga mengalami pertumbuhan yang melambat, dimana pada
triwulan III-2009 tumbuh sebesar 36,85% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan
II-2009 yang tumbuh sebesar 56,02% (y-o-y). Sedangkan kredit modal kerja
mengalami pertumbuhan yang meningkat, dimana pada triwulan III-2009 tumbuh
sebesar 38,28% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
35,43% (y-o-y).
Jika dibandingkan berdasarkan golongan kreditnya, penyaluran kredit kepada UKM
merupakan porsi terbesar dari penyaluran kredit bank umum di Maluku Utara, yaitu
sebesar 93,47% dari total kredit yang disalurkan atau sebesar Rp. 1. 534,55 miliar
pada triwulan III-2009. Sedangkan kredit kepada usaha non-UKM hanya sebesar Rp.
107,13 miliar pada triwulan III-2009. Kecilnya kredit kelompok usaha besar
dikarenakan sampai dengan saat ini, jumlah pengusaha yang tergolong besar di
Maluku Utara masih sedikit.
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum di Maluku Utara (Miliar rupiah) 2008 2009
I II III IV I II III
Jenis Penggunaan 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 1.641,67
Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28 515,76 550,91
Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79 135,23 149,92
Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22 878,62 940,84
Golongan Kredit 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 1.641,67
UKM ‐ KUK (inc. PKT) 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32 228,44 268,71
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
60
UKM ‐ Non KUK 682,41 788,37 916,26 993,09 1.090,66 1.200,34 1.265,84
Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29 100,83 107,13
Jenis Bank 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 1.641,67
Bank Pemerintah 841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11 1.424,62 1.528,54
Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17 105,00 113,13 Sumber: Bank Indonesia Ternate
Apabila dilihat dari jenis kepemilikannya, bank milik pemerintah masih mendonimasi
penyaluran kredit di Maluku Utara. Total kredit yang berhasil disalurkan oleh bank
milik pemerintah pada triwulan III-2009 sebesar Rp. 1.528,54 miliar atau meningkat
sebesar 39,53% (y-o-y). Sedangkan penyaluran kredit oleh bank swasta pada
triwulan III-2009 hanya sebesar Rp. 113,13 miliar atau meningkat sebesar 23,58%
(y-o-y). Besarnya penyaluran kredit oleh bank milik pemerintah sejalan dengan
besarnya DPK yang berhasil dihimpun oleh bank milik pemerintah.
Dilihat dari sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor PHR dan konstruksi masih
mendominasi. Pada triwulan III-2009, kredit di sektor PHR sebesar Rp. 406,25 miliar
atau meningkat sebesar 29,75% (y-o-y), lebih besar dari triwulan II-2009 yang
meningkat sebesar 27,43% (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan sektor konstruksi pada
triwulan III-2009 sebesar 66,33% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan
dengan triwulan II-2009 yang tumbuh sebesar 2.067,55% (y-o-y).
c.2 Persetujuan Kredit Baru
Pada triwulan III-2009 pertumbuhan persetujuan kredit baru secara triwulanan
mengalami penurunan. Total persetujuan kredit baru pada triwulan III-2009
sebesar Rp. 432,84 miliar atau turun sebesar 26,81% (q-t-q). Namun secara
tahunan, persetujuan kredit baru terbilang sangat agresif dengan pertumbuhan
sebesar 445,46%.
Dilihat dari jenis penggunaannya, persetujuan kredit baru masih didominasi oleh
kredit modal kerja, dengan proporsi kredit sebesar 84,08% dari total persetujuan
kredit baru. Besarnya kredit modal kerja tersebut, seiring dengan masih banyaknya
proyek-proyek milik Pemerintah. Di samping itu, pertumbuhan pemukiman
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
61
khususnya di Kota Ternate mulai meningkat. Sedangkan kredit investasi tergolong
kecil, dengan proporsi sebesar 1,45%.
Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate Dilihat dari jenis banknya, bank swasta memiliki porsi terbesar dalam persetujuan
kredit baru. Total persetujuan kredit baru oleh bank swasta pada triwulan III-2009
sebesar Rp. 301,75 miliar atau sebesar 69,71% dari total persetujuan kredit baru,
mengalami sedikit mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,54%
(q-t-q). Dari kondisi ini terlihat bahwa, bank swasta lebih ekspansif dibandingkan
dengan bank pemerintah dalam penyaluran kredit.
Jika dibandingkan antara persetujuan kredit baru dengan realisasi kredit baru,
terlihat bahwa bank terlalu optimis dalam melakukan persetujuan kredit baru. Pada
triwulan III-2009 sendiri, realisasi kredit baru hanya mencapai Rp. 90, 77 miliar atau
sebesar 20,99% dari total persetujuan kredit baru pada triwulan yang sama, bahkan
menurun jika dibandingkan dengan realisasi kredit baru pada triwulan II-2009 yang
sebesar Rp. 309,70 miliar atau menurun sebesar 70,67% (q-t-q). Namun secara
tahunan, realisasi kredit baru pada triwulan III-2009 masih mengalami peningkatan
sebesar 28,97% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
62
Gambar 3.5 Perkembangan Kredit Baru Bank Umum di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
Pada triwulan III-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada triwulan III-2009, LDR bank umum di Maluku
Utara tercatat sebesar 63,01%, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-
2009 yang sebesar 52,82%. Selain disebabkan oleh peningkatan penyaluran kredit
kepada masyarakat, peningkatan LDR pada triwulan III-2009 terutama didorong
oleh besarnya penurunan DPK pada bank umum, sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Ke depan diharapkan peningkatan kredit dapat tercipta melalui
peningkatan kredit, khususnya kredit investasi dan modal kerja.
Jika dilihat berdasarkan kepemilikannya, LDR bank milik pemerintah jauh di atas
bank swasta. Pada triwulan III-2009 LDR bank pemerintah sebesar 69,66%,
meningkat secara signifikan sebesar 12,53% jika dibandingkan dengan triwulan II-
2009 yang sebesar 57,14%. Besarkanya peningkatan LDR tersebut terutama
didorong oleh penurunan DPK milik Pemerintah dan BUMN yang ada di rekening
bank pemerintah. Sedangkan LDR bank swasta sebesar 27,52%, meningkat sebesar
1,42% dibandingkan dengan triwulan II-2009 yang sebesar 26,10%. kecilnya LDR
bank swasta dibandingkan dengan LDR bank pemerintah menunjukan bahwa
pangsa pasar bank swasta belum begitu berkembang. Di samping proyek-proyek
pemerintah selama ini banyak dikelola oleh bank pemerintah, industri swasta belum
begitu berkembang di Maluku Utara.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
63
Gambar 3.6 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
Sumber: Bank Indonesia Ternate
e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum
Rasio kredit bermasalah pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit bermasalah pada triwulan III-
2009 sebesar Rp. 66,21 miliar atau sebesar 4,03% dari total kredit yang berhasil
disalurkan oleh perbankan, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
II-2009 yang sebesar 3,88%.
Jika dilihat dari jenis penggunaannya, kredit modal kerja paling banyak bermasalah
dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Total kredit modal kerja bermasalah pada
triwulan III-2009 sebanyak Rp. 49,99 miliar atau sebesar 75,51% dari total kredit
bermasalah pada triwulan yang bersangkutan. Apabila dilihat persektor, maka kredit
bermasalah banyak terjadi di sektor PHR, dimana pada triwulan III-2009 sebesar Rp.
33,05 miliar atau sebesar 49,92%. Namun demikian, kredit bermasalah pada bank
umum di Maluku Utara tergolong kecil, menimbang sebagian besar kredit
merupakan kredit UKM. Ke depan diharapkan bank lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kredit.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
64
Gambar 3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah
Sumber: Bank Indonesia Ternate
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
65
Perkembangan Keuangan Daerah
4.1. Gambaran Umum
Sejalan dengan sistem penganggaran nasional, pemerintah Provinsi Maluku Utara
juga menerapkan anggaran defisit pada tahun 2009. Sebagai Provinsi yang realtif
baru, anggaran yang defisit diharapkan dapat menjadi pemicu tumbuhnya jiwa-jiwa
kreatif/enterpreneurship dikalangan pemerintah maupun masyarakat di daerah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21
Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah
Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja
daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah.
Dari total anggaran yang dirancanakan pada tahun 2009, SKPD Sekretariat Daerah
memperoleh alokasi anggaran tertinggi, diikuti oleh Dinas Pekerjaan Umum,
Sekretariat DPRD dan Rumah Sakit Umum Daerah. Sedangkan Dinas Perikanan dan
Kelautan dan sektor pariwisata yang notabene memiliki potensi pengembangan
yang besar hanya memiliki share masing-masing 1,94% dan 0,54% dari total
anggaran
Gambar 4.1
Perkembangan APBD Maluku Utara
-40-30-20-10010203040
-100 200 300 400 500 600 700 800
2006 2007 2008 2009
Pendapatan Belanja Surplus/Defisitmiliar miliar
Bab IV
Sumber: Biro Keuangan Provinsi, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
66
Gambar 4.2 Proporsi anggaran pada beberapa dinas di Maluku Utara
4.2. Pendapatan Daerah
Hingga akhir triwulan III-2009 tingkat realisasi pendapatan daerah mencapai
43,49%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 313,71 miliar
rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 miliar rupiah. Bila
ditinjau lebih rinci, pendapatan yang berasal dari dana perimbangan memiliki posri
terbesar, dengan tingkat realisasi mencapai 46,17%.
Komponen pendapatan asli daerah telah mencapai realisasi 31,24 miliar rupiah atau
sebesar 38,75% dari target anggaran PAD 2009. Pendapatan terbesar PAD
disumbangkan dari penerimaan pajak daerah yaitu senilai Rp23,03 miliar sedangkan
retribusi daerah hanya mencapai Rp5,58 miliar. Meskipun demikian perlu
diwaspadai munculnya pungutan pajak maupun retribusi daerah yang bisa
menyebabkan ekonomi biaya tinggi sehingga dapat menjadi dis insentif bagi
investor untuk menanamkan modalnya di maluku Utara. hal tersebut terkontribusi
dengan adanya rilis perda yang bermasalah dari Pemerintah Pusat (Departemen
Keuangan) termasuk untuk Provinsi Maluku Utara. Sedikitnya tercatat ada 50 perda
yang dibatalkan atau 42,73% dari seluruh perda yang diajukanoleh pemerintah
daerah se-Maluku Utara.
Sumber: Biro Keuangan Provinsi, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
67
Gambar 4.3 Rekapitulasi Perda se-Provinsi Maluku Utara
No Pemda Proses Setuju Batal Total1 Provinsi Maluku Utara 0 10 5 152 Kab. Halmahera Tengah 0 7 0 73 Kab. Halmahera Barat 6 0 10 164 Kota Ternate 20 0 7 275 Kota Tidore Kepulauan 12 0 4 166 Kab. Kepulauan Sula 1 4 7 127 Kab. Halmahera Utara 4 3 17 24
43 24 50 117Total
Pos dana perimbangan secara keseluruhan terealisasi sebesar 282,46 miliar rupiah,
dimana pos dana alokasi umum memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi
sebesar 50%. Untuk pos bagi hasil sampai juni terealisasi sebesar 29,93%
sedangkan DAK terealisasi 42,33%.
4.3. Belanja Daerah
Sejalan dengan realisasi pendapatan, tingkat realisasi belanja daerah sampai akhir
triwulan II-2009 juga mengalami peningkatan. Bila pada triwulan I-2009 belanja
daerah baru terealisasi 7,79% maka pada akhir Bulan Juni 2009 sudah terealisasi
sebesar 37,37%. Share belanja langsung Pemda (termasuk belanja modal) lebih
besar bila dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Akan tetapi realisasi belanja
tidak langsung justru lebih tinggi dari realisasi belanja langsung.
Pada sisi belanja tidak langsung, pengeluaran untuk belanja pegawai masih
mendominasi dengan share terhadap total belanja tidak langsung sebesar 59,48%
dan tingkat realisasi sebesar 40,87%. Sementara realisasi belanja bantuan keuangan
kepada Provinsi, Kab/Kota dan pemerintah desa masih nihil. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat selama tahun 2009 telah terjadi beberapa daerah yang
dimekarkan, baik tingkat II maupun kecamatan.
Rencana pengeluaran pemerintah daerah untuk belanja modal memiliki porsi
terbesar dalam belanja langsung, akan tetapi tingkat realisasinya sampai Bulan Juni
2009 baru mencapai 27,98%. Realisasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan
dengan realisasi belanja barang dan jasa yang mencapai 58,76%. Beberapa faktor
Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
68
yang diduga mempengaruhi tingkat realisasi tersebut antara lain persiapan
pemindahan beberapa ibukota kabupaten dan ibukota provinsi ke lokasi/daerah
yang definitif sesuai dengan perundangan yang berlaku, pengerjaan sarana dan
sarana pemerintahan di lokasi baru sehingga konsentrasi pegawai sedikit terpecah
antara persiapan pemindahan aktivitas kantor dan pembangunan daerah yang lebih
progresif sesuai anggaran.
Fenomena tersebut terkonfirmasi dengan fakta terjadinya defisit anggaran pada
beberapa pemerintah daerah tingkat II, seperti Pemerintah Kota Ternate ,
Pemerintah kabupaten Halmahera Selatan dan Pemerintah Kabupaten Halmahera
Utara.
69
BOX 3 Kawasan Terpadu Mandiri: Morotai
KTM atau Kota Terpadu Mandiri adalah kawasan Transmigrasi yang pertumbuhannya dirancang
menjadi Pusat Pertumbuhan melalui pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang mempunyai
fungsi sebagai:
• Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta
kegiatan agribisnis;
• Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul;
• Pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa;
• Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan
komoditas sejenis;
Dasar Hukum
• Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
• Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi mengatur
bahwa transmigrasi dilaksanakan dengan membangun WPT (Wilayah Pengembangan
Transmigrasi) dan LPT (Lokasi Permukiman Transmigrasi).
Meskipun lahir sebelum Undang-undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, UU 15 tahun 1997
dan PP Nomor 2 tahun 1999 sudah sejalan dengan semangat otonomi daerah.
BAGAIMANA KONSEP PEMBANGUNAN KTM?
1. Setiap KTM terdiri dari 9.000 sampai 10.000 Kepala Keluarga (KK) tapi bukan berarti seluruhnya
KK yang baru sama sekali melainkan sebagian termasuk masyarakat yang telah ada di wilayah
tersebut.
2. Komponen Permukiman dalam KTM terdiri atas:
a. Permukiman penduduk yang sudah ada,
b. Permukiman transmigrasi yang sudah diserahkan pembinaannya
c. Lokasi-lokasi transmigrasi yang masih dibina, dan
d. Areal yang dapat direncanakan untuk permukiman transmigrasi yang baru.
3. Satuan pengembangan dilaksanakan dalam ± 5 Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang
meliputi luasan 35 – 40 ribu hektar, sehingga diharapkan dapat memenuhi skala ekonomi yang
feasible untuk pengembangan investasi
4. Penatagunaan tanah harus memenuhi syarat clear and clean
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi Maluku Utara memprogramkan
pembangunan tiga Kota Terpadu Mandiri (KTM) yakni KTM Morotai di Kabupaten Morotai, KTM
Gotowasi di Kabupaten Halmahera Timur dan KTM Nusliko di Kabupaten Halmahera Selatan. Dari ketiga
70
yang sudah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat adalah KTM Morotai, bahkan sesuai rencana
sudah dimulai tahun 2010.
Ada beberapa alasan strategis yang ada pada Morotai dan tidak dimiliki wilayah lain di Maluku Utara.
1) Morotai memiliki aksesibilitas yang sangat luar biasa pada jaringan internet yang mendunia, jika
dibanding kawasan Maluku Utara lainnya.
2) Posisi geografis Morotai sebagai pintu menuju Pasifik (sentra aktifitas perdagangan global).
3) Memiliki potensi kelautan dan pulau-pulau kecil yang dapt dikembangkan sebagai kawasan
pariwisata kelautan dan industri perikanan terpadu (fisheries integrated industry).
4) Memiliki bandara peninggalan PD II selebar 7 runway yang dapat direnovasi untuk melayani
penerbangan internasional dari Asia Timur dan Amerika.
Aspek legal yang mendukung Pulau Morotai sebagai lokasi transmigrasi dan KTM adalah dukungan
Pernerintah Provinsi dan Kabupaten yaitu:
1) Pencadangan Tanah Gubernur Maluku Utara:
a. SK Nomor: 20/II/MU/1998 tanggal Seluas 20.000 ha untuk lokasi Waybula - Sengowo
(Morotai Selatan)
b. SK NGillor: 84/Kpts/MU/2006 tanggal 5 Juni 2006 seluas 20.630 Ha untuk Morotai Utara
(termasuk dalam kawasan HPT seluas 9.980 Ha)
2) Ijin Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan (IPPKH) dari Menteri Kehutanan - SK. Nomor 110/Menhut-
VIII/2000 tanggal 14 Desember 2000 dengan areal seluas 7.991 ha.
KTM Morotai mencangkup kawasan seluas 20 ribu hektare, seluas 120 hektare di antaranya khusus
disiapkan untuk pembangunan kota, selebihnya untuk pengembangan usaha, seperti pengembangan
perkebunan kelapa sawit. Dari 20 ribu hektare luas KTM Morotai tersebut dapat menampung 9.000 KK
transmigran, yang 50 persen di antaranya akan didatangkan dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti
dari Pulau Jawa sedangkan sisanya dari masyarakat lokal. Dari 9.000 transmigran yang akan ditempatkan
di KTM Morotai tersebut, sebanyak 2.000 transmigran di antaranya akan ditempatkan tahun 2010,
sisanya akan direalisasikan paling lamam dalam lima tahun.
Dari 20 ribu hektare lahan untuk KTM Morotai tersebut, seluas 7.200 di antaranya telah dibebaskan oleh
pemda setempat sedangkan sisanya sedang diupayakan proses pelepasannya dari Departemen
Kehutanan.
Berdasarkan realita, sebanyak 66 Kota Kabupaten tumbuh dari Unit Permukiman Transmigrasi, serta
ratusan lainnya menjadi Ibu Kota Kecamatan atau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dalam waktu 10
– 15 tahun. Pulau Morotai telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, sebagai
Kapupaten pada 29 Oktober 2008, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Dengan
demikian pelaksanaan Program KTM di Pulau Morotai yang rencananya diresmikan pada Bulan Desember
2009 akan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.
71
Beberapa faktor pendukung pernyataan tersebut antara lain:
Sebelum dicanangkan sebagai KTM, di Pulau Morotai telah dikembangkan UPT Waybula SP.1,2
sebesar (400 KK)
Laju pertumbuhan ekonomi Morotai dari tahun 1996 sampai dengan 2002 rata-rata sebesar
1,35 persen pertahun. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan PDRB dari tahun 1996 sebesar
Rp30.131.280,00 menjadi Rp37.567.320,00 pada tahun 2002. Sedangkan tingkat pendapatan
perkapita Morotai rata-rata sebesar Rp802.325,00, dengan nilai tertinggi terdapat pada
Kecamatan Morotai Utara. Rata-rata pendapatan tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan
tingkat upah minimum Provinsi Maluku Utara tahun 2009 sebesar Rp770.000,00.
Pemerintah Provinsi Maluku Utara khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah
melakukan kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menyusun Master Plan Kota
Terpadu Mandiri Morotai.
Curah hujan di Kabupaten Halmahera Utara pada umumnya cukup untuk memenuhi berbagai
keperluan seperti untuk irigasi, air minum dan keperluan lainnya. Selain itu adalah air tanah
dalam atau mata air. Pelayanan air bersih oleh PDAM berkisar 9,98 % dari jumlah penduduk
yang ada.
Potensi pengembangan bisnis sangat besar, antara lain pengembangan mangga dodol sebagai
komoditas lokal yang unggul, pengembangan rumput laut di beberapa pulau di sekitar Pulau
Morotai serta budidaya ikan kerapu serta lobster.
Dengan telah diresmikannya Pulau Morotai sebagai kabupaten maka jalur koordinasi serta
penyelesaian administrasi akan semakin singkat dan mudah.
DAU tahun anggaran pertama (tahun 2010) sebesar 78 miliar, sementara alokasi DAK
diperkirakan akan lebih besar mengingat Morotai merupakan daerah perbatasan dengan negara
tetangga yang saat ini sedang menjadi perhatian pembangunan pemerintah. Sedangkan dana
pangkal yang disediakan dari Kabupaten Induk (Halut) sebesar 3,8 miliar dan dari Pemerintah
Provinsi sebesar 5 miliar
Sesuai hasil Musrembagda Provinsi Maluku Utara dicanangkan prioritas pelaksanaan program tahun 2010
untuk kegiatan peningkatan infrastruktur, peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan, revitalisasi
pertanian dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan infrastruktur menjadi hal yang mutlak untuk
dilakukan agar meningkatkan aksesibilitas. Disamping memberikan kemudahan bagi masyarakat, hal
tersebut juga menjadi insentif bagi investor untuk menanamkan modalnya, selain kepastian hukum dan
penciptaan iklim usaha yang bersahabat. Perkembangan sektor perbankan juga akan mengalami
peningkatan, dan memberikan efek multiplier yang besar terhadap pembangunan ekonomi di Morotai.
Dengan melihat potensi ini diperlukan komitmen berbagai pihak terkait agar pengelolaan berbagai
sumberdaya yang ada dapat berjalan secara optimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
kepada masyarakat.
Sebagai daerah pusat pertumbuhan ekonomi baru, kesiapan sumber daya manusia serta kemandirian
finansial menjadi isu yang krusial. Bila masyarakat setempat tidak bias memanfaatkan kesempatan yang
72
ada maka tenaga kerja dari luar Pulau Morotai akan membanjiri formasi pegawai yang ada disana.
Sedangkan ketergantungan pendanaan dari kabupaten induk harus segera dieliminasi sehingga
pemerintah daerah lebih leluasa dan kredibel dalam menerapkan kebijakan yang diambil.
Dalam jangka pendek, pembangunan KTM Morotai diharapkan akan berdampak positif pada
peningkatan kinerja sektor bangunan, pertanian serta jasa (pemerintahan), baik di tingkat kabupaten
maupun provinsi. Dalam jangka panjang diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pasokan
barang (terutama makanan) dari provinsi lain sehingga tingkat stabilitas harga di Maluku Utara dapat
lebih terjaga.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
73
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sebagaimana termaktub dalam Pasal 8 ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia yang diubah dengan dengan Undang-undang
Nomor 3 tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem Pembayaran dapat didefinisikan
sebagai sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang
dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi1. Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem
pembayaran tunai adalah memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi
yang layak edar (fit for circulation). Sementara dari sisi pembayaran non tunai
kebijakan diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien,
handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Penyelesaian
transaksi tunai dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang sah (uang
kartal) sedangkan penyelesaian transaksi non tunai dapat dilakukan menggunakan
cek, giro, dll. Pemantauan perkembangan penyelesaian transaksi pembayaran tunai
dapat dilakukan dengan mengamati aliran uang yang masuk dan keluar dari kas
Bank Indonesia, sedangkan untuk transaksi pembayaran non tunai dipantau melalui
kegiatan kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement).
5.1 Transaksi Tunai
5.1.1. Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow)
Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004, BI
menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas Kantor Bank
Indonesia. Selain itu BI memberikan pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling,
kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak ketiga.
1 www.bi.go.id
Bab V
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
74
Pada triwulan III-2009, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke Bank
Indonesia tercatat sebesar Rp371,03 miliar atau mengalami kenaikan sebesar
32,76% (q-t-q). Fenomena kenaikan ini diduga dipengaruhi oleh adanya siklus
tahunan yaitu bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Agustus dan perayaan hari
raya Idul Fitri kaum muslimin yang jatuh pada bulan September. Secara historis,
adanya dua kegiatan tersebut cukup signifikan mempengaruhi jumlah uang yang
beredar di masyarakat dimana terlihat pada bulan Juli, Agustus dan September
pergerakan jumlah uang kartal keluar dan masuk cenderung naik hingga mencapai
titik tertingginya di bulan September yang mengalami kenaikan dibanding bulan
Agustus sebesar 166,38% untuk uang kartal masuk dan naik sebesar 213,06%
untuk uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Ternate.
Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate
juta Rupiah
Triwulan Inflow Outflow Net Inflow/Outflow
2008
I 95.861,30 134.063,20 (38.201,90) II 22.627,00 233.280,11 (210.653,11) III 25.193,49 321.467,35 (296.273,86) IV 93.644,54 292.770,96 (199.126,42)
2009 I 106.429,88 101.198,05 5.231,83
II 37.758,02 241.709,10 (203.951,08)
III 60.453,22 310.575,10 (250.121,88) Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah.
Pada Tabel 5.1 tersebut di atas terlihat bahwa pada triwulan laporan secara
keseluruhan aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami net
outflow. Pada triwulan laporan, aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia
Ternate (inflow) sebesar Rp60.453,00 juta atau mengalami peningkatan sebesar
60,11% (q-t-q). Disisi lain, aliran uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia
pada Triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp310.575,10 juta atau mengalami
kenaikan sebesar 28,49% (q-t-q). Hal ini dipengaruhi oleh adanya budaya
masyarakat Indonesia dalam menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri yang
cenderung berbondong-bondong menukarkan uang yang dipegang dengan uang
baru (HCS) di Bank-bank Umum atau langsung ke Bank Indonesia sehingga secara
kumulatif dalam jumlah yang besar turut mendorong pergeseran jumlah uang kartal
yang masuk maupun keluar dari Bank Indonesia Ternate. Sedikit kita melihat lebih
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
75
detail, net outflow pada triwulan ketiga ini sudah terjadi mulai bulan Juli hingga
September sehingga makin memperkuat dugaan bahwa pelaksanaan Bulan Suci
Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul fitri Umat Muslim berkontribusi positif
terhadap peningkatan netoutflow yang terjadi.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan salah satu tugas Bank Sentral yaitu
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
melaksanakan kas keliling ke berbagai daerah yang dianggap strategis bagi kegiatan
ekonomi masyarakat, seperti pasar-pasar dan kawasan pemukiman yang relatif
padat penduduk. Sampai akhir triwulan III-2009 telah dilaksanakan kas keliling di
wilayah Maluku Utara sebanyak 16 kali yang meliputi wilayah Kota Ternate, Kota
Tobelo-Halmahera Utara, Kota Jailolo-Halmahera Barat, Kota Labuha Bacan-
Halmahera Selatan, Pulau Maitara, Pulau Mare, Pulau Tidore, dan Pulau Moti
sebagai alternatif penukaran berbagai pecahan kecil dengan jumlah total sebanyak
Rp2.865.000 juta.
Gambar 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan outflow
Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah.
Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas pelaksanaan
kas keliling adalah keselarasan antara jumlah outflow dengan frekuensi pelaksanaan
kegiatan kas keliling sebagaimana terlihat pada grafik 5.1. parameter ini memang
tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya tolok ukur dikarenakan dari komponen
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
76
bayaran (outflow) itu sendiri yang masih didominasi oleh bayaran Bank
dibandingkan dengan penukaran uang oleh masyarakat apabila dilihat dari sisi
kuantitas nominalnya. Dari grafik 5.1 terlihat hanya triwulan I-2008 dan triwulan I-
2009 saja yang menunjukkan kurang efektifnya pelaksanaan kegiatan kas keliling
dimana jumlah outflow ke masyarakat lebih rendah dibandingkan frekuensi
pelaksanaan kas keliling itu sendiri.
Sementara itu dalam rangka memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah, Kantor
Bank Indonesia Ternate saat ini masih bergantung dengan suplai dari Kantor Bank
Indonesia Manado sebagai salah satu kantor depot kas yang menaungi KBI Ternate.
Terkait dengan hal tersebut selama triwulan III-2009, Bank Indonesia Ternate telah
melakukan kegiatan remise sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah nominal Rp275,3
miliar. Adapun pelaksanaan remise ini merupakan salah satu bentuk upaya menjaga
ketersediaan uang yang dibutuhkan oleh masyarakat dimana kita ketahui bahwa
ada tiga agenda penting yang perlu mendapat perhatian serius di triwulan ketiga ini
yaitu diterbitkannya uang kertas baru pecahan Rp2000, datangnya Bulan Ramadhan
dan perayaan Hari Raya Idul Fitri bagi Umat Muslim.
5.1.2. Pemusnahan Uang
Sistem pembayaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi dua syarat penting
yaitu kelayakan alat pembayaran yang dipakai dan ketersediaan alat maupun sarana
penunjang pembayaran itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertindak
sebagai Otoritas Moneter di wilayah NKRI, Bank Indonesia merupakan satu-satunya
pihak yang bertanggung jawab untuk senantiasa menjaga uang yang beredar di
masyarakat berada dalam kondisi yang layak (fit for circulation). Terkait tanggung
jawab tersebut, Bank Indonesia telah memberlakukan kebijakan setoran bayaran
Bank dimana dalam kebijakan tersebut ditentukan bahwa Bank hanya boleh
menyetorkan uang yang masuk kategori tidak layak edar (UTLE) ke Bank Indonesia
atau apabila kelebihan likuiditas pada suatu Bank sudah tidak dapat terserap lagi
oleh Bank lain di satu wilayah kerja.
Salah satu manfaat yang dapat diharapkan dari pelaksanaan kebijakan tersebut
adalah semakin menurunnya frekuensi pemusnahan uang tidak layak edar oleh
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
77
Bank Indonesia. Adapun perkembangan pemusnahan uang kertas di Bank Indonesia
Ternate dapat kita lihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank Indonesia Ternate
Juta Rp
Triwulan Inflow MRUK
Nominal % Inflow
2008
I 95.861,30 30.278,53 31,58577027
II 22.627,00 28.888,92 127,6745481
III 25.193,49 29.080,68 115,4293431
IV 93.644,54 34.404,17 36,7391094
2009 I 106.429,88 16.337,18 15,35018173
II 37.758,02 10.099,72 26,74853131
III 60.453,22 34.769,29 57,51437252 Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah.
Pada triwulan laporan, bank Indonesia Ternate telah melaksanakan
pemusnahan uang kertas sebanyak 11 kali dengan jumlah uang yang telah
diracik mencapai Rp34,77 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang
diracik pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 244%. Pada triwulan
laporan, rasio jumlah uang yang dimusnahkan dibandingkan dengan jumlah inflow
uang kartal sebesar 57,52%, mengalami kenaikan dari rasio pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 26,74%. Pada tabel 5.2 tersebut terlihat bahwa
rasio antara jumlah uang yang diracik dengan jumlah inflow secara umum terlihat
masih banyak yang di bawah 50% hal ini terlihat kurang baik dengan asumsi jumlah
inflow didominasi setoran Bank maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
kebijakan setoran bayaran Bank masih belum optimal.
5.1.3. Uang palsu
Sejalan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
menjaga kualitas uang beredar, maka Kantor Bank Indonesia Ternate berupaya
menerapkan kebijakan clean money policy serta pemberantasan uang palsu di
masyarakat. Atas dasar laporan yang masuk di Bank Indonesia dan pihak berwajib,
sampai dengan akhir triwulan laporan terdapat satu pengaduan terkait
ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat yaitu untuk pecahan
Rp100.000 tahun emisi 2004 sebanyak dua lembar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
78
Meskipun sampai dengan akhir triwulan laporan hanya ditemukan satu pengaduan
penemuan uang palsu, Bank Indonesia Ternate tetap berupaya melakukan
pencegahan peredaran uang palsu dengan melakukan edukasi/sosialisasi mengenai
ciri-ciri keaslian uang rupiah berbagai pecahan dan tahun emisi kepada masyarakat,
baik masyarakat umum, pegawai pemerintahan maupun kalangan akademisi.
Sampai dengan triwulan III-2009 Bank Indonesia Ternate telah melaksanakan
kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah sebanyak 15 (lima) kali, dengan rincian
sebagaimana terlihat pada tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah Triwulan I-2009
No. Tgl Tempat/Lokasi
1 29 Januari Pasar Tidore
2 11 Februari Pasar Terminal Gamalama Ternate
3 20 Maret Kantor Bank BTN
4 25 Maret Bumi Perkemahan Pramuka, Kel. Gambesi Ternate Selatan
5 22 April Masyarakat Umum pada Event "Legu Gam"
6 24 April Karyawan/i dan Nasabah PT. Bank Mega Cabang Ternate
7 19 Mei Muspida/Pelaku Usaha/Pedagang Tradisional/Tokoh Masyarakat di Kab.Pulau Morotai
8 15 Juli Kasir dan Karyawan/I Ternate Mall
9 11 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran Perbankan 2009
10 12 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran Perbankan 2009
11 13 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran Perbankan 2009
12 14 September Lobby Penukaran BI Ternate; kepada para penukar menjelang Hari Raya
13 3 Oktober Aula Serba Guna BI Ternate; Mahasiswa UNKHAIR Ternate
14 12 Oktober Ruang Rapat BI Ternate; Pertemuan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Ternate
15 21-22 Oktober Aula Serba Guna BI Ternate; Instansi Penegak Hukum dan Perbankan se Propinsi Malut Sumber : Bank Indonesia Ternate
5.2 Transaksi Non Tunai
5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal
Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring
mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring pada
triwulan III-2009 sebesar 3.050 miliar rupiah atau mengalami kenaikan sebesar
29,79%, dimana nilai nominal transaksi pada triwulan sebelumnya adalah 2,350
miliar. Peningkatan rata-rata harian nominal transaksi juga diikuti dengan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
79
peningkatan jumlah rata-rata rata-rata harian warkat dari 49 warkat di triwulan II-
2009 menjadi 55 warkat di triwulan III-2009.
Kualitas kliring di Ternate pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan. Hal
ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total
rata-rata harian kliring yang mengalami penurunan. Persentase volume tolakan pada
triwulan III-2009 adalah 1,38% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan
tersebut sebesar 1,66% . Dari sisi nominal terjadi penurunan tolakan dimana pada
triwulan II-2009 nominal tolakan sebesar 3,19% sedangkan pada triwulan III-2009
nominal tolakan sebesar 2,63%.
Tabel 5.5 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
TRIWULAN Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39% 0,77%
II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87% 19,96%III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04% 1,73%IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81% 1,22%
2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,64% 1,16% II 0,81 74,85 48,75 2.348,36 1,66% 3,19% III 0,76 80,29 55,32 3.047,87 1,38% 2,63%
Sumber: Bank Indonesia, diolah.
Triwulan
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
Lembar (satuan)
Nominal (miliar Rp)
2008
I 49 1,92 II 48 2,43 III 49 2,10 IV 48 3,06
2009 I 48 2,33 II 49 2,35 III 55 3,05
Tabel 5.4 Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Sumber : Bank Indonesia Ternate,
Gambar 5.2. Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
80
Peningkatan aktivitas kliring di Maluku Utara sejalan dengan cerminan perbaikan
kualitas transaksi warkat kliring. Kondisi tersebut dapat dilihat dari penurunan yang
terjadi dari jumlah warkat yang tercatat sebagai transaksi penolakan cek atau bilyet
giro (BG) terhadap total jumlah transaksi yang tercatat mencapai 1,38% di triwulan
III-2009 sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,66%. Penurunan
ini sejalan dengan nominal warkat yang ditolak terhadap nominal keseluruhan
warkat yang dikliringkan dimana nominal warkat yang ditolak pada triwulan III-2009
tercatat sebesar 2,63% dari total nominal warkat yang dikliringkan sementara pada
triwulan sebelumnya tercatat sebesar 3,19%.
Gambar 5.3 Perkembangan Volume dan Nominal Kegiatan Kliring
5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS di wilayah Kota Ternate
secara nominal pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan. Nominal
penyelesaian transaksi RTGS dari wilayah Maluku Utara (outflow/From) pada
triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp1,43 Triliun sementara pada triwulan II-2009
tercatat sebesar Rp1,31 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 9,88% (q-t-q).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
81
Kenaikan nominal penyelesaian transaksi RTGS tersebut juga diikuti kenaikan
transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (inflow/To) sebesar 5,91% (q-t-q) dari
Rp1,093 Triliun di triwulan II-2009 naik menjadi Rp1,16 Triliun di triwulan III-2009.
Tabel 5.6 Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate
Sumber : www.bi.go.id
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.7 di atas, transaksi RTGS antar provinsi (from-to)
pada triwulan III-2009 mengalami penurunan baik secara nominal transaksi maupun
volume transaksi yang dilakukan. Transaksi RTGS secara nominal pada triwulan III-
2009 tercatat sebesar Rp322,47 miliar sementara pada triwulan sebelumnya tercatat
sebesar 461,69 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 30,15% (q-t-q).
Begitupun dengan volume transaksi yang dilakukan mengalami penurunan sebesar
minus 28,79% dari 580 pada triwulan II-2009 turun menjadi 413 di triwulan
laporan.
Periode Outflow (From) Inflow (To) From-To
Nominal (miliar)
Volume Nominal (miliar)
Volume Nominal (miliar)
Volume
2008 Tw-I 116.400,25 16.238,00 103.615,14 9.984,00 25.515,26 2.817,00 Tw-II 100.725,27 14.291,00 69.117,85 7.132,00 18.882,66 1.576,00 Tw-III 1.630,76 3.212 1.513,46 2.429 600,1 868 Tw-IV 1.792,68 3.394 1.605,84 3.030 808,53 1.083 2009 Tw-I 1.186,2 1.993 992,88 1.812 384,17 399 Tw-II 1.308,11 2.415 1.093,18 2.378 461,69 580 Tw-III 1.437,39 2.449 1.157,77 2.533 322,47 413
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 82
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
6.1 Kondisi Umum
Jumlah penduduk usia kerja di Maluku Utara sampai Agustus 2009
diperkirakan mencapai 648,60 ribu jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan
sebesar minus 0,6% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia kerja pada
periode Februari 2009. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan posisi yang sama
tahun sebelumnya terdapat peningkatan sebesar 1,38%. Salah satu faktor yang
diindikasikan menjadi penyebabnya adalah banyaknya lulusan pendidikan dasar 9
tahun yang melanjutkan studi atau mencoba mencari pekerjaan di luar Provinsi
Maluku Utara, sementara migrasi penduduk usia kerja dari daerah lain relatif kecil.
Bila dicermati lebih detail, dari total penduduk usia kerja hanya 61,98% yang masuk
dalam kategori angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja tersebut masih terbagi
kembali, yaitu angkatan kerja yang telah memperoleh pekerjaan sebesar 92,51%
sedangkan sisanya masih dalam usaha mencari pekerjaan. Pada periode Agustus
2009 terdapat penurunan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar minus 9,6%
secara semesteran dan minus 5,76% secara tahunan. Disisi lain jumlah angkatan
kerja yang masu dalam kategori penganggur justru mengalami kenaikan sebesar
3,4% secara semesteran dan 10,34% secara tahunan.
Bab VI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 83
Gambar 6.1 Distribusi angkatan kerja di Maluku Utara
Sumber: Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Maluku Utara, diolah
Sejalan dengan peningkatan jumlah penganggur, tingkat pengangguran
terbuka (TPT) pada periode Agustus 2009 juga mengalami kenaikan. TPT pada
Februari 2009 tercatat sebesar 6,61% sedangkan pada Agustus meningkat
menjadi 9,25%. Dengan terjadinya penurunan jumlah penduduk yang bekerja dan
peningkatan jumlah pengangguran berakibat pada penurunan tingkat partisipasi
angkatan kerja di Maluku utara, yaitu dari 67,53% pada Bulan Februari menjadi
61,98% pada Agustus 2009. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius dari
berbagai pihak agar pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak menimbulkan kesan
semu karena jumlah masyarakat yang menganggur semakin banyak.
Gambar 6.2 Perbandingan TPT dengan TPAK di Maluku Utara
Sumber: Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 84
6.2. Lapangan Pekerjaan Utama
Searah dengan share masing-masing sektor ekonomi terhadap perekonomian
daerah, lapangan pekerjaan di sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama
pekerja di maluku Utara. Pada Bulan Agustus 2009 sektor Pertanian
mempekerjakan 55,92% dari seluruh penduduk yang bekerja, diikuti oleh sektor
perdagangan yang mampu memberikan pekerjaan kepada 14,78% penduduk usia
kerja yang memiliki pekerjaan.
Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Maluku Utara
februari agustus februari agustusPertanian 234,57 233,63 228,56 207,96Pertambangan 7,84 6,75 7,99 4,13Industri 16,70 15,03 24,99 15,81Listrik, gas, air 0,43 0,76 3,61 1,04Bangunan 12,78 17,80 13,74 19,82Perdagangan 48,76 44,58 60,38 54,96Angkutan & pergudangan 23,36 25,43 24,19 30,42Keuangan dan jasa perusahaan 2,23 2,96 1,82 3,64Jasa kemasyarakatan 41,45 47,63 46,25 34,10
388,12 394,55 411,53 371,88
Lapanga pekerjaan
TOTAL
2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Meskipun secara proporsi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian
mengalami penurunan, tingkat kesejahteraan petani di Maluku Utara pada akhir
triwulan III-2009 sedikit mengalami peningkatan. Kondisi tersebut terkonfirmasi
dengan nilai tukar petani yang mengalami kenaikan.
Tabel 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep
Indeks Diterima Petani 119,25 117,45 117,64 117,25 119,55 119,76 118,23 121,75 122,59Indeks Dibayar Petani 118,05 117,01 118,42 119,28 119,35 119,49 119,49 120,6 121,42Nilai Tukar Petani 101,02 100,38 99,34 98,30 100,17 100,23 98,95 100,95 100,96
2009Sub Sektor
Dari beberapa sub sektor yang ada, petani yang bergelut pada tanaman perkebunan
rakyat memiliki tingkat kesejahteraan tertinggi, dengan nilai NTP sebesar 112,01.
Sedangkan kesejahteraan petani yang mengusahakan tanaman pangan menikmati
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 85
tingkat kesejahteraan terendah diantara petani, dengan nilai NTP hanya mencapai
92,29. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat harga hasil tanaman perkebunan yang
mengalami kenaikan dengan biaya produksi yang relatif sama. Sementara petani
tanaman pangan dihadapkan pada kesulitan mencari bibit unggul dan pupuk. Data
survey BPS menyebutkan bahwa lebih dari 80% petani tanaman pangan tidak
memperoleh dan menggunakan pupuk dengan porsi yang layak. Dengan demikian
hasil yang diperoleh juga memiliki kualitas yang kurang bagus. Disamping itu
tanaman perkebunan relatif lebih tahan terhadap serangan hama tanaman bila
dibandingkan dengan tanaman pangan. Hal ini pula yang diindikasikan menjadi
faktor penyebab mengapa petani yang bergelut di tanaman pangan didominasi oleh
petani transmigran sedangkan tanaman perkebunan didominasi oleh petani asli dari
Maluku Utara.
Sesuai dengan perkembangan tersebut, indeks kedalaman kemiskinan didominasi di
desa yang notabene sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di sektor
pertanian. Demikian pula tingkat keparahan kemiskinan yang terjadi.di desa lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kondisi di kota.
Tabel 6.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan di Maluku Utara
Tahun Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009
Kota 1,25 0,4 0,07Desa 2,64 2,18 2,02
Kota + Desa 2,23 1,65 1,44Kota 0,49 0,06 0Desa 0,71 0,53 0,51
Kota + Desa 0,64 0,39 0,36
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
6.3. Status Pekerjaan Utama
Jumlah pekerja yang bekerja di sektor formal sebagai buruh/karyawan masih
mendominasi status pekerjaan yang ditekuni penduduk Maluku Utara.Pada
Agustus 2009, jumlah pekerja sebagai buruh/karyawan tercatat sebesar 103,46 ribu
jiwa atau setara dengan 27,82% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja.
Disamping itu pertumbuhan pekerja di sektor ini mengalami peningkatan Hal ini
diduga karena adanya peningkatan permintaan untuk posisi pegawai negeri sipil
sejalan dengan pemekaran daerah di Maluku Utara serta preferensi masyarakat
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 86
yang lebih senang bekerja sebagai PNS dibandingkan dengan bekerja di sektor lain.
Kondisi ini terkonfirmasi dari keluhan beberapa Pimpinan perbankan di Maluku
Utara saat membuka lowongan pekerjaan ternyata respon masyarakat sangat
minim.
Gambar 6.3 Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan
Sumber: BPS, data diolah
Jumlah pengusaha mandiri di Maluku Utara justru mengalami penurunan. Bila pada
Februari 2009 tercatat ada 98,8 ribu penduduk yang memiliki usaha sendiri
sedangkan pada Bulan Agustus 2009 hanya tercatat sebanyak 74,79 ribu jiwa. Di
sisi lain jumlah pekerja yang tak dibayar juga mengalami penurunan, dari 105,51
ribu pekerja pada Februari 2009 menjadi 62,89 ribu pada periode Agustus 2009.
Secara sepintas, gejala ini menunjukkan rendahnya pemupukan jiwa enterpreneur di
kalangan penduduk usia kerja yang ada. Adapun penduduk yang memiliki usaha
sendiri banyak didominasi oleh usaha ojek motor. Fenoomena ini terkonfirmasi dari
data SIMOPPEL bahwa jumlah kendaraan roda dua yang di bongkar di pelabuhan
Ahmad Yani, Ternate cukup tinggi. Meskipun tergolong usaha produktif, namun
efek bergulir dari kegiatan usaha ojek motor relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan usaha di sektor lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 87
Tabel 6.4 Perkembangan Arus Pembongkaran Beberapa Komoditas di Pelabuhan Ternate
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
Motor roda 2 semen beras non dolog
Disamping itu, distribusi tenaga kerja di Ternate juga masih belum merata.
Ketersediaan tenaga kerja didominasi oleh daerah perekonomian utama di Maluku
Utara seperti Kota Ternate, kabupaten Halmahera Utara dan halmahera Selatan.
Disamping itu tingkat pendidikan Pekerja yang ada juga masih didominasi oleh
pekerja dengan tingkat pendidikan dasar.
Gambar 6.5 Distribusi dan tingkat pendidikan pekerja di Maluku Utara Periode Agustus 2009
Sumber: Pelindo Maluku Utara, diolah
Halbar 41,09
Halteng 12,61
Kep. Sula 50,39
Halsel 72,82
Halut 77,24
Haltim 23,54
Ternate 61,73
Tikep 31,72
Kabupaten/kotaJml. Naker
(ribu)
Sumber: Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi, diolah
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
88
Prospek Perekonomian Daerah
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan III-2009 sejalan dengan
proyeksi yang dilakukan Bank Indonesia Ternate pada kajian ekonomi regional
triwulan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat proyeksi
optimis. Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada
triwulan IV-2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan sebesar 8,53 ± 1% (y-o-y). Beberapa hal yang melandasi hal ini
adalah relatif stabilnya kondisi internal maupun eksternal, sehingga diyakini akan
memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi Maluku Utara.
Berbeda dengan periode triwulan IV-tahun 2008, dimana banyak faktor internal
maupun eksternal yang menghambat pertumbuhan seperti banyaknya aksi massa
terkait penetapan gubernur terpilih, pemadaman listrik yang semakin lama durasi
dan intensitasnya, maupun krisis finansial global yang mengakibatkan
terkontraksinya perekonomian Maluku Utara, pada triwulan IV-2009 ini kondisi
relatif lebih baik.
Kondisi ini sejalan dengan ekspektasi masyarakat ke depan, dimana hasil survei
kegiatan dunia usaha triwulan III-2009 menunjukan bahwa pada triwulan IV-2009,
pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan akan terus berlanjut. Keyakinan ini cukup
tinggi walaupun tidak setinggi ekspektasi pada triwulan sebelumnya. Keyakinan ini
didorong oleh datangnya beberapa hari besar di akhir tahun seperti Idul Adha, Natal
dan Tahun Baru. Selain itu masyarakat juga memperkirakan akan terjadi panen
besar hasil bumi pada akhir tahun. Panen besar yang tadinya diperkirakan akan
terjadi di triwulan II-2009 ini diyakini bergeser ke akhir tahun. Namun hal ini juga
masih tergantung oleh perkembangan cuaca kedepan. Dilain pihak, pesimisme
mucul dari sub-sektor perikanan. Nelayan memperkirakan produksi ikan laut akan
turun drastis pada bulan November sampai Januari seperti yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya.
Bab VII
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
89
Ekspansi kegiatan usaha diperkirakan terjadi pada hampir semua sektor. Namun
ekspansi yang signifikan diperkirakan akan terjadi pada sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Selain itu sektor
pengangkutan dan komunikasi juga diperkirakan akan mengalami sedikit ekspansi.
Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha
7.2 Prospek Inflasi Daerah
Pada triwulan IV-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 1,71% ± 1%
(y-o-y). Tekanan utama diperkirakan bersumber dari kelompok bahan makanan
dimana harga komoditas ikan laut yang memiliki kontribusi besar terhadap
pergerakan harga di Maluku Utara diperkirakan akan kembali melambung di akhir
dan awal tahun. Hal ini terjadi seiring dengan akan berakhirnya musim migrasi
Cakalang dan Tuna di perairan Maluku Utara. Padahal permintaan masyarakat
Maluku Utara terhadap ikan laut khususnya Cakalang selalu tinggi. Permintaan
masyarakat juga akan meningkat berkenaan dengan beberapa hari besar seperti Idul
Adha, Natal dan Tahun Baru. Panen besar hasil bumi juga diperkirakan akan
mendorong konsumsi masyarakat.
020406080
100120140160180200
Tw.II-2007
Tw.III-2007
Tw.IV-2007
Tw.I-2008 Tw.II-2008
Tw.III-2008
Tw.IV-2008
Tw.I-2009 Tw.II-2009
Tw.III-2009
Tw.IV-2009
020406080100120140160180200
Ekspektasi Keg. Usaha
Realisasi Keg. Usaha